askep lansia dan gout
Post on 05-Feb-2016
85 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA PENDERITA GOUT
(ASKEP TEORITIS)
A. Pengertian
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit
inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat
(kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah berlebihan
di jaringan. Kristal asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang menumpuk di
sendi dan jaringan pengikat sebagai hasil dari konsumsi purin yang terlalu banyak atau
metabolisme yang tidak normal. Meskipun lutut, pergelangan tangan dan sendi
interphalangeal proximal dapat terserang penyakit ini, deposisi biasanya ditemukan pada
sendi metatarsophalangeal pada jempol kaki.
Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut sebagai tofi (tophus) dan
menyebabkan deformitas. Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat
pada sendi dan jari (depkes, 1992). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh Hippocrates
pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial
elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan, anggur dan seks. sejak saat itu banyak
teori etiologis dan terapeutik yang telah diusulkan.
Gout adalah kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum
asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan sinovial dan disekitar jaringan sendi.
Gout juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan metabolisme purin herediter yang
menyebabkan Peningkatan asam urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan
sendi.Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan efek genetic pada
metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa terjadi over sekresi asam urat
atau detek renal yang mengakibatkan sekresi asam urat/kombinasi keduanya.
Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya sudah diketahui
secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis, artritis pirai merupakan penya-
kit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler.
Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbul-
kan batu saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara lain gangguan kinetik
asam urat misalhya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaring-
an terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Tidak semua orang dengan
hiperurikemia adalah penderita artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi
risiko terjadi artritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.
Pada hiperurisemia primer, kenaikan kadar urat serum atau manifestasi penumpukan urat
tampaknya merupakan konsekuensi dari kesalahan metabolisme asam urat. Hiperurisemia
primer dapat disebabkan oleh diet yang ketat atau starvasi, asupan makanan kaya purin
seperti kerang – kerangan, jeroan yang berlebihan atau kelainan herediter. Pada
hiperurisemia sekunder, penyakit gout merupakan gambaran klinik ringan yang terjadi
sekunder akibat sejumlah proses genetik atau didapat, termasuk keadaan terjadinya
peningkatan pergantian sel (leukemia, multipel mieloma, beberapa tipe anemia, psoriasis)
dan peningkatan pemecahan sel. Perubahan faal tubulus renal yang bisa sebagai kerja utama
atau sebagai defek samping yang tidak dikehendaki dari preparat farmakologik (diuretik
seperti tiazid dan furosemid, salisilat dosis rendah) dan etanol dapat menyebabkan
undersekresi asam urat.
B. Klasifikasi
a) Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat
penurunan ekresi asam urat
b) Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang
bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
C. Etiologi
Gejala gout disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk
dalam kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperuresemia. Hiperuresemia terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat berlebihan
a) Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah
b) Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit lain seperti leukimia, terutama bila diobati dengan sitostatistika,
psoriasis, polisitemia vena dan mielofibrosis
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a) Ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
b) Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada
glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.
Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan dengan defek genetik dalam
metabolisme purin. Imkompletnya metabolisme purin menyebabkan pembentukan kristal
asam urat di dalam tubuh atau menimbulkan over produksi asam urat. Over produksi asam
urat ini dapat juga terjadi secara sekunder akibat beberapa penyakit antara lain:
a) Sickle cell anemia
b) Kanker maligna
c) Penyakit ginjal
Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat dalam waktu yang lama (diuretik)
dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat dari ginjal.Penyebab Gout dapat terjadi
akibat hiperusemia yang di sebabkan oleh diet yang ketat atau starpasi, asupan makanan
kaya purin (terang-terangan/jeron) yang berlebihan atau kelainan Herediter.
D. Faktor Resiko
Disamping etiologi yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa faktor resiko
yang mampu meningkatkan seseorang terkena Gout, yaitu :
a) Usia & Jenis kelamin
b) Obesitas
c) Alkohol
d) Hipertensi
e) Gangguan Fungsi Ginjal
f) Penyakit-penyakit metabolik
g) Pola diet
h) Obat: Aspirin dosis rendah, Diuretik, obat-obat TBC
E. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat
(tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat
serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan
serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal natrium
urat yang dinamakan tofus akan mengendap di bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal kronis yang terjadi
sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa
faktor – faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan imunoglobulin yang terutama berupa IgG.
IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas
imunologik.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi karakteristik pada gout adalah peradangan dan pembengkakan pada sendi
yang terluka, rasa sakit, meningkatnya temperatur, dan hiperurisemia.
Fase akut sering dimulai serangan rasa sakit yang terjadi di malam hari pada satu sendi
biasanya jempol kaki dan terjadi selama 3 – 7 hari. Serangan rasa sakit tersebut biasanya
diakibatkan oleh peningkatan luka, menggunakan diuretik (yang menyebabkan naiknya
resorpsi tubular kristal asam urat), meminum alkohol, atau memakan makanan yang
mengandung purin tinggi. Periodik interkritis akan terjadi setelah hal tersebut dan pasien akan
mengalami asimtomatik.
Saat penyakit semakin meningkat ke fase kronis, interval asimtomatik akan memendek
dan semakin banyak sendi yang akan terserang. Pasien akan menderita rasa pegal/kaku dipagi
hari, deformitas sendi, dan penebalan jaringan sinovial. Tofus, pembentukan nodul – nodul
kristal asam urat akan muncul di telinga, jari tangan, tangan, dan tendon achilles. Demam,
penyakit ginjal, hipertensi, takikardia, dan malaise (rasa tidak enak badan) merupakan
manifestasi sistemik yang terjadi bersamaan dengan gejala lokal.
G. Kompilikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
1. Deformitas pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal
H. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup evaluasi manifestasi lokal seperti rasa sakit,
eritema, tenderness, pembengkakan dan pembatasan gerak dan juga memeriksa setiap
manifestasi sistemik, penyebab percepatan penyakit tersebut, serangan sebelumnya, dan
riwayat keluarga mengenai gout (encok).
Studi diagnostik mencakup peningkatan kadar asam urat serum (lebih besar dari 7,0
mg/dl), analisa cairan sendi yaitu adanya kristal urat monosodium dan ESR serta WBC selama
serangan. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi lain dan dapat
menunjukkan adanya edema jaringan lunak dan tofus.
1. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia,
akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut.
Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 -
10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikan
proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
4. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat.
Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin.
Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar
kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu
diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi
dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis
definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis :
Obat Dosis Efek Samping Tindakan Perawat
Probenecid
(Benemid)
0,5 gram 2x
sehari
Sakit kepala, mual,
muntah, anoreksia,
frekuensi urinari
1. Doronglah pasien untuk
mengkonsumsi banyak air
untuk mengurangi formasi
kalkulus.
2. Monitorlah level asam urik
serum.
3. Minumlah dengan makanan
atau antasida.
4. Hindari penggunaan salisilat
secara bersamaan (akan
menurunkan efek
uricosuric).
Sulfinpyrazone
(Anturane)
400 – 800
mg/hari
Gangguan
gastrointestinal atas
(mual, gangguan
pencernaan) ;
reaktivasi penyakit
ulcer peptic
1. Berikan dengan makanan,
susu atau antasida.
2. Berikan konsumsi air yang
banyak.
Allopurinal
penghambat
asam urik
(Zyloprim)
200 – 600
mg/hari
Ruam pada kulit,
demam, dingin,
depresi sumsum
tulang, iritasi
gastrointestinal
1. Monitorlah fungsi ginjal dan
liver pada bulan – bulan
awal.
2. Berikan dengan makanan.
3. Berikan konsumsi air yang
banyak.
4. Berikan alkaline urine
(hindari pemberian vitamin
C dalam dosis besar).
Colchicine 0,5 – 1,8
mg/hari
(prophylaxis
) ; 0,5 – 1,2
mg setiap 1 –
2 jam
(serangan
akut)
Depresi sumsum
tulang, anemia
aplastik,
granulositopenia,
leukopenia,
trombositopenia,
mual, muntah, diare,
kram, ruam kulit.
1. Monitorlah darah secara
komplit untuk discrasias
darah dengan penggunaan
jangka panjang.
2. Hindarkan alkohol saat
meminum obat
(meningkatkan toksisitas
gastrik dan menurunkan
keefektifan obat).
3. Obat diberikan dengan
makanan.
4. Jangan memberikan lebih
dari 12 tablet dalam 24 jam.
5. Berikan saat ada tanda
pertama serangan.
6. Berikan dosis intravena
setelah 2 – 5 menit.
7. Jangan diberikan dengan
dextrose 5% atau air
bakteriostatic.
8. Berikan kompres dingin dan
jika terjadi ekstravasasi
berikan analgesik.
9. Jangan memberi lebih dari 4
mg/24 jam dengan cara
melewati pembuluh darah.
Penatalaksanaan keperawatan :
Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi
makanan/diet.
Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh umtuk meninggikan bagian yang
sakit untuk menghindari penahanan beban dan tekanan yang berasal dari alas tempat tidur
dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.
Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang tinggi,
alkohol serta pengaturan berat badan. Perawat harus mendorong pasien untuk minum 3 liter
cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan calculi ginjal dan perintahkan untuk
menghindari salisilat.
Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
a) Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring,
ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng
b) Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol,
bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung
c) Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan
d) Bahan makanan yang diperbolehkan :
Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah
terbatas)
Semua jenis buah-buahan
Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol
Semua macam bumbu
e) Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A,
sedangkan konsumsi gol.B dibatasi
f) Batasi konsumsi lemak
g) Banyak minum air putih
J. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gout
1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien.
Nama, Usia, Jenis Kelamin, pekerjaan, agama, alamat, pendidikan.
2. Keluhan utama
Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokatif ( sebab masalah)
Apakah yang menyebabkan klien merasa nyeri pada sendi.
Q : Quality ( kualitas Kuantitas masalah)
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, apakah nyeri yang dirasakan :
Tidak nyeri : 0
Ringan : 1-3
Sedang : 4-6
Berat : 7-9
Sangat berat : 10
R : Reagent (tempat, area, yang dirasakan)
Tanyakan pada pasien, apakah dapat menunjukkan letak lokasi nyeri yang dirasakan?
S : Sifiktif dan skill ( usaha yang dilakukan )
Usaha yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi nyeri.
T : time ( waktu )
Berapa lama nyeri yang dialami pasien biasanya.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit infeksi lain atau gangguan sistem normonal myang
berhubungan dengan faktor genetika/keturunan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita penyakit gout atau penyakit
turunan lainnya misalnya DM atau riwayat penyakit keluarga lain yang berhubungan
dengan penggunaan makanan, vitamin, riwayat perikarditis lesi katup,dll.
6. Pengkajian Psikososial-Spiritual
a. Psikologi :Pasien merasa cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau
aktifitas.
b. Sosial :Hubungan interaksi pasien dengan keluarga, perawat, dokter, dan
sesama pasien lain.
c. Spiritual :Pasien menjalankan ibadahnya menurut kayakinan dan agama pasien
yang dianut.
7. Pemenuhan Kebutuhan
a. Pola makan
1. Kaji kebiasaan makan klien selama dirumah sakit atau dirumah
2. Biasanya nafsu makan menurun
3. Kesulitan untuk mengunyah
4. Terjadi penurunan berat badan
b. Pola minum
1. Kaji kebiasaan pola minum selama dirumah sakit, maupun dirumah
2. Nampak penurunan/masukan cairan yang tidak adekuat
3. Terjadi kekeringan pada membrane mukosa
c. Eliminasi (Alvi)
Kaji pola kebiasaan BAB pada pasien misalnya warna dan konsistensinya.
d. Istirahat tidur
Berhubungan dengan nyeri, nyeri tekan, menyebabkan pasien sulit untuk istirahat
tidur yang disertai karena adanya pengaruh gaya hidup atau pekerjaan.
e. Aktivitas
Klien membatasi kegiatan berlebihan, biasanya pada klien dengan gout berhubungan
dengan keterbatasan rentang gerak.
f. Kebutuhan kebersihan diri
Biasanya klien dengan penyakit semacam ini akan mengalami kesulitan
melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.Ketergantungan dengan orang lain.
g. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Tampak cemas
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 150 / 90 mmHg
Nadi : 65 x/menit
Suhu : (+/-)
Pernafasaan : (+/-)
Keadaan gizi : Normal
2. Sistem integument
a. Kulit nampak mengkilat
b. Integritas (edema)
3. Sistem musculoskeletal
a. Inpeksi :
Perhatikan keadaan sendi-sendi.
Amati kemerahan dan bengkak pada sekitar sendi.
b. Palpasi :
Adanya nyeri sendi pada daerah yang disertai kemerahan/bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan : 0-3
Sedang : 3-7
Berat : 7-10
8. Sistem Penglihatan
Gejala ketelibatan mata namun pada gout penglihatan masih normal.
9. Sistem pernafasan
Inpeksi : biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada klien tidak sesak nafas, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri kanan.
Perkusi: suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi: suara nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan
suara ronki atau mengi.
10. Sistem kardiovaskular
a. Peningkatan denyut nadi.
b. Peningkatan tekanan darah.
c. Sistem Persarafan
Pada penderita goat terjadi keram..
3.2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pengobatan dan
perawatan di rumah.
3.4. Rencana Asuhan Keperawatan
No.Dx.
KeperawatanTujuan & KH Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa
nyaman :
Nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x24
jam,diharapkan
1.Nyeri pasien
berkurang/hilan
g
KH :
a) Pasien
melaporkan
adanya
penurunan rasa
nyeri
b) Pasien tau dan
mau melakukan
tekhnik
manajemen
nyeri non
farmakologis
c) Pasien tampak
rileks
a. Kaji keluhan nyeri,
catat lokasi dan
intensitas (skala 0-
10).
b. Catat faktor-faktor
yang mempercepat
dan tanda-tanda
rasa sakit yang
nonverbal.
c. Berikan posisi
yang nyaman pada
klien, sendi yang
nyeri (kaki)
diistirahatkan dan
diberikan bantalan.
d. Berikan kompres
hangat atau dingin.
e. Cegah agar tidak
terjadi iritasi pada
tofi, misal
menghindari
penggunaan sepatu
yang sempit,
terantuk benda
yang keras
f. Ajarkan klien
untuk sering
mengubah posisi
a. Membantu dalam
mengendalikan
kebutuhan
manajemen nyeri dan
keefektifan program.
b. Istirahat dapat
menurunkan
metabolisme
setempat dan
mengurangi
pergerakan pada
sendi yang sakit.
c. Bantalan yang
empuk/lembut akan
mencegah
pemeliharaan
kesejajaran tubuh
yang tepat dan
menempatkan stress
pada sendi yang sakit.
d. Pemberian kompres
dapat memberikan
efek vasodilatasi dan
keduanya mempunyai
efek vasodilatasi dan
keduanya mempunyai
efek membantu
pengeluaran endortin
tidur
g. Ajarkan
penggunaan tehnik
manajemen
stress,misalnya
relaksasi progresif,
sentuhan
terapeutik, dan
pengendalian
nafas.
h. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat-
obatan colchille,
Allopurinol
(Zyloprin)
dan dingin dapat
menghambat impuls-
impuls nyeri.
e. Bila terjadi iriitasi
maka akan semakin
nyeri. Bila terjadi
luka akibat tofi yang
pecah maka rawatlah
sucara steril dan juga
perawatan drain yang
dipasang pada luka.
f. Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan
atau rasa sakit pada
sendi.
g. Meningkatkan
relaksasi,
memberikan kontrol
dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping.
h. menurunkan kristal
asam urat yang
mempunyai efek
samping, nausea,
vomitus, diare,
oliguri,
hematuri.Allopurinol
menghambat asam
urat.
2. Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
persendian
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x24 jam,
diharapkan
1. Tidak terdapat
hambatan
mobilitas fisik,
KH :
a) Pasien
melaporkan
adanya
peningkatan
aktivitas
b) pasien mampu
beraktivitas
sesuai
kemampuannya
c) pasien tidak
hanya bedrest
1. Kaji tingkat
inflamasi atau
rasa sakit pada
sendi.
2. Ajarkan pada
klien untuk
latihan ROM pada
sendi yang
terkena gout jika
memungkinkan.
3. Pertahankan
istirahat tirah
baring/duduk jika
diperlukan.
4. Lakukan ambulasi
dengan bantuan
misal dengan
menggunakan
tongkat dan
berikan
lingkungan yang
aman misalnya
menggunakan
pegangan tangga
pada bak atau
pancuran dan
toilet.
5. Kolaborasi
dengan ahli terapi
1) Tingkat aktifitas /
latihan tergantung
dari perkembangan
atau resolusi dan
proses inflamasi.
2) Meningkatkan atau
mempertahankan
fungsi sendi,
kekuatan otot dan
stamina umum.
Latihan yang tidak
adekuat dapat
menimbulkan
kakakuan sendi dan
aktifitas yang
berlebihan dapat
merusak sendi.
3) Istirahat yang
sistemik selama
eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit
yang penting untuk
mencegah kelelahan,
mempertahankan
kekuatan.
4) Menghindari cedera
akibat kecelakaan
atau jatuh.
5) Berguna dalam
fisik/okupasi dan
spesialis
vokasional.
memformulasikan
program
latihan/aktifitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan,
individual dan dalam
mengidentifikasi
mobilisasi.
3. Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
pemahaman
pengobatan
dan perawatan
di rumah.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam,diharapkan
1) Klien dan
keluarga dapat
memahami
penggunaan
obat dan
perawatan di
rumah,
KH :
a. pasien terlihat
tenang dan
rileks
b. pasien tidak
nampak
cemas
-
1) Kaji kemampuan
pasien dalam
mengungkapkan
instruksi yang
diberikan oleh
dokter atau
perawat.
2) Berikan Jadwal
obat yang harus
di gunakan
meliputi nama
obat, dosis,
tujuan dan efek
samping
3) Bantu pasien
dalam
merencanakan
program latihan
dan istirahat yang
teratur.
4) Berikan
informasi
mengenai alat-
1) mengetahui respon
dan kemampuan
kognnitif klien
dalam menerima
informasi.
2) Penjelasan ini dapat
meningkatkan
koordinasi dan
kesadaran pasien
terhadap
pengobatan yang
teratur.
3) Memberikan
struktur dan
mengurangi
kecemasan pada
waktu menangani
proses penyakit
yang kronis
kompleks.
4) Mengurangi
paksaan untuk
menggunakan sendi
alat bantu yang
mungkin
dibutuhkan.
5) Jelaskan pada
pasien tentang
penyakitnya
6) Kolaborasi
dengan sumber-
sumber
komunitas
arthritis.
dan memungkinkan
individu untuk ikut
serta secara lebih
nyaman dalam
aktifitas yang
dibutuhkan atau
diinginkan.
5) Memberikan
pengetahuan pasien
sehingga pasien
dapat menghindari
terjadinya serangan
berulang
6) Bantuan dan
dukungan dari
orang lain untuk
meningkatkan
pemulihan
maksimal.
Implementasi
No Implementasi
1 a. Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).
b. Mencatat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit yang
nonverbal.
c. Memberikan posisi yang nyaman pada klien, sendi yang nyeri (kaki)
diistirahatkan dan diberikan bantalan.
d. Memberikan kompres hangat atau dingin.
e. Mencegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misal menghindari penggunaan
sepatu yang sempit, terantuk benda yang keras
f. Mengajarkan klien untuk sering mengubah posisi tidur
g. Mengajarkan penggunaan tehnik manajemen stress,misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, dan pengendalian nafas.
h. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan colchille,
Allopurinol (Zyloprin)
2 a. Mengkaji tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi.
b. Mengajarkan pada klien untuk latihan ROM pada sendi yang terkena gout jika
memungkinkan.
c. Mempertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
d. Melakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan tongkat dan
berikan lingkungan yang aman misalnya menggunakan pegangan tangga pada bak
atau pancuran dan toilet.
e. Mengkolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
3 a. Mengkaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan
oleh dokter atau perawat.
b. Memberikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan
dan efek samping
c. Membantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur.
d. Memberikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
e. Menjelaskan pada pasien tentang penyakitnya
f. Mengkolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya,
penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik. gout terbagi dalam 2 klasifikasi yaitu : Gout
primer yang merupkaan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau
akibat penurunan ekresi asam urat dan gout sekunder yang disebabkan karena pembentukan
asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu. Gejala gout disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat yaitu pembentukan asam urat berlebihan
dan kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
Manifestasi karakteristik pada gout adalah peradangan dan pembengkakan pada sendi
yang terluka, rasa sakit, meningkatnya temperatur, dan hiperurisemia. Fase akut sering
dimulai serangan rasa sakit yang terjadi di malam hari pada satu sendi biasanya jempol kaki
dan terjadi selama 3 – 7 hari. Saat penyakit semakin meningkat ke fase kronis, interval
asimtomatik akan memendek dan semakin banyak sendi yang akan terserang. Pasien akan
menderita rasa pegal/kaku dipagi hari, deformitas sendi, penebalan jaringan sinovial dan
timbul tofus.
Studi diagnostik mencakup peningkatan kadar asam urat serum (lebih besar dari 7,0
mg/dl), analisa cairan sendi yaitu adanya kristal urat monosodium dan ESR serta WBC
selama serangan.
Penatalaksanaanya meliputi : Penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan
yaitu kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi makanan/diet
Diagnosa keperawatan yang munkin muncul Gangguan rasa nyaman : Nyeri
berhubungan dengan proses penyakit, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pengobatan
dan perawatan di rumah.
4.2. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan keperawatan,
perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan got,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.
Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gout maka tugas
perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami
gout.
Daftar Pustaka
Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta. EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta. EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
top related