asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor colli
Post on 26-Jul-2015
2.785 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Tumor Colli
TUMOR COLLI
1. Pengertian
Pengertian Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dari
suatu organ tubuh.
2. Jenis-jenis Tumor
a. Tumor Jinak
Tumor Jinak artinya pertumbuhan tersebut terbatas pada organ tersebut saja
b. Tumor Ganas.
Tumor ganas akan menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh getah bening ke
organ tubuh lainnya. Tumor ganas nama lainnya adalah kanker.
3. Gejala Tumor Colli/Tumor Leher
Tumor leher yang disebabkan oleh karsinoma nasopharynx terletak di ujung processus
mastoideus, di depan m. sternocleidomastoideus dan di belakang angulus mandibullae.
Pembesaran tumor leher ini merupakan penyebaran terdekat secara limfogen, sedang
penyebaran jauh dapat ke hati, paru- paru, tulang pinggul, os sacrum dan lain-lain.
Pembesaran tumor di leher inilah yang sering mendorong penderita pergi ke dokter.
4. Pembagian mengenai Penyebaran Tumor ke kelenjar limfe
N0 : belum ada tumor di leher
N1 : ada tumor leher homolateral dan tumor masih mudah bergerak
N2 : ada tumor kontralateral atau bilateral, masih mudah bergerak.
N3 : ada tumor leher kontralateral atau bilateral, tidakdapat bergerak
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH PADA PASIEN DENGAN
TUMOR COLLI
A. Asuhan Keperawatan Pra Operatif
1. BIODATA PASIEN
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 35 tahun
c. No Register : 156901
d. Dx Medis : Tumor Colli
e. Tindakan Operasi : Eksisi Tumor Colli
f. Kamar Op/Tanggal : II/ 4 April 2009
g. Status Kesehatan :
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Vital Sign : TD 130/80 mmHg
RR 23x/menit
N 92x/menit
Suhu : 36,5°C
3) Riwayat Kesehatan Dahulu : Pernah operasi ½ tahun yang lalu dengan
penyakit yang sama
Riwayat Kesehatan Saat ini : Pasien merasakan pegal di area sekitar benjolan
4) Cairan parenteral : Infus RL 500 CC
5) Kebersihan colon lambung : Puasa
6) Pencukuran daerah operasi : Sudah
7) Personal Hygiene (mandi) : Sudah
8) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak
9) Pengosongan kandung kemih : Tidak terpasang DC.
10) Baju operasi : Sudah
2. PERSIAPAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap : Sudah
GDS : Sudah
Elektrolit : Sudah
Urine rutin : Sudah
3. INFORM CONSENT : Sudah
4. DEFINISI DAN PATHWAY :
Pengertian Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dari
suatu organ tubuh.
PATHWAY: Makanan yang mengandung zat karsinogenik-Menyebar ke seluurh tubuh melalui
PD, P. Limfe-Pertumbuhan jaringan abnormal (Leher)-Insisi leher
5. Status Psikososial :
Subyektif :
a. Pasien mengatakan nyeri di area sekitar benjolan
b. Pasien mengatakan tidak begitu takut menghadapi operasi
Obyektif ;
a. Pasien terlihat tenang
b. Kooperatif apabila diajak berkomunikasi
c. Pasin terlihat kurang nyaman dengan benjolan di lehernya
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b.d agen-agen yang menyebabkan cedera
7. RENCANA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d agen-agen yang menyebabkan cedera
b. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan masalah
nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien merasa nyaman
2) Pasien tidak terlihat menahan nyeri
3) Nyeri pasien berkurang
8. INTERVENSI
a. Kaji tingkat nyeri pasien
b. Ajarkan pasien untuk menarik nafas dalam ketika merasa nyeri
c. Berikan posisi yang nyaman
9. IMPLEMENTASI
No. Implementsi
1. Mengkaji tingkat nyeri pasien, Kooperatif (nyeri ditunjukan pada tingkat 6) Respon
pasien
2. Mengajarkan pasien untuk menarik nafas dalam ketika merasa nyeri, Kooperatif
3. Memberikan posisi yang nyaman, Kooperatif
B. Asuhan Keperawatan Intra Operatif
1. Persiapan Pasien :
Posisi pasien : Supinasi
TD : 136/66 mmHg
Nadi : 93x/menit
RR :18x/menit
Pemasangan : Bed Side Monitor
2. Persiapan Alat :
Instrumen Instrumen Tambahan
Basic set : Jas Operasi
Bengkok 2 Handscone
Nailpuder2 Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4
Klem arteri 10 Alkohol (3)
Kom 2 Betadine
Skapel 2 Bisturi no.22
Kooker 4 Kasa steril
Gunting jaringan 1 Cauter
Gunting benang 1 Hak Kulit
Pinset anatomis 2 Kuret
Pinset sirurgis 2 Benang, siede 2-0 (1), plan 2-0 (1)
Hipafix
3. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No. Tindakan Peralatan yang Disiapkan
1. Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem, kasa
2. Drapping Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4
4. Insisi area operasi (benjolan di leher) Bisturi no.22
5. Cutting Cutter
6. Klem sisi-sisinya untuk melihat tumornya Hak kulit
7. Mengambil tumor Kuret (tumor pecah menjadi bagian kecil-kecil sehingga diambil dengan
kuret)
8. Penjahitan Subkutis Nailpuder, jarum, gunting, klem, kasa, Plan 2-0
9. Penjahitan kulit Nailpuder, jarum, seide 2-0, gunting, klem, kasa
10. Desinfeksi area jahitan Betadine, kasa, kom
11. Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix
C. Asuhan Keperawatan Post Operatif
I. Pengkajian
a. Pengkajian primer
A (Airway) : Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20X/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CR < 2 detik, TD 130/80 mmHg.
b. Pengkajian sekunder Kesadaran pasien : Compos Metis
TD : 130/80 mmHg.
Nadi : 86X/menit
Pemeriksaan fisik :
1) Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih
2) Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata simetris.
3) Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung.
4) Mulut : Mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil.
5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen
6) Leher : Terdapat luka insisi.
7) Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi dada normal,
tidak ada otot bantu nafas.
8) Abdomen : Turgor kulit normal.
9) Genetalia : Tidak terpasang DC.
10) Ekstremitas : Tangan kiri terpasang infuse RL Jenis
Anestesi : General anestesi
Pemeriksaan Aldrette Score
Nilai > 7 tanpa nilai 0 dapat pindah ruang
II. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien
III. Rencana keperawatan
a. Tujuan
Resiko cidera berkurang
b. Kriteri hasil
Pasien merasa aman saat dilakukan pemindahan
IV. Rencana Tindakan
a. Perhatikan posisi pasien
b. Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien.
c. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
d. Mengangkat pasien secara bersamaan
e. Meninggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien.
V. Implementasi
Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien, Kooperatif
Mengangkat kepala pasien, Kooperatif
Menghitung bersama-sama saat mengangkat pasien, Kooperatif
Meninggikan pegangan di samping temoat tidur Kooperatif
6. Evaluasi Sumatif (SOAP)
a. Subyektif: Pasien mengatakan lemes
b. Obyektif: CM
TD: 120/60 mmhg
S : 37,5 C
RR: 22 x/menit
Nadi: 76x/menit
c. Assesment: Masalah teratasi
d. Planning: Lanjutkan perawatan anestesi/spinal di ruang RR
http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan_29.html
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Colli
1.1 Tinjauan Medis
Pengertian
Tumor Colli adalah benjolan atau pembengkakan dalam tubuh pada bagian leher. ( S. Hidayat,
2001 )
Tumor Colli adalah adanya massa dalam tubuh pada bagian leher. ( Antony, 2003 )
Tumor Colli adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma pada bagian leher. (Muhsin,
2005)
Etiologi
1. Karsinogen kimiawi dapat alami atau sintetik, misalnya Aflatoksin B1 pada kacang,
vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap kendaraan bermotor, kemoterapi dalam
kesehatan.
2. Karsinogen fisik, misalnya sinoar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet.
3. Hormon, misalnya estrogen
4. Viral, misalnya TBL-I, HBV, HPV, EBV
5. Gaya hidup, misalnya diet, merokok, alcohol
6. Parasit, misalnya schistoma hematobium
7. Genetik
8. Penurunan imunitas
Manisfestasi klinis
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral
Klasifikasi tumor
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul
dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus
merusak bentuk dan organ tempat tumbuh kanker. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas
dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya
(ekspansif) dan umumnya tidak bermetastase. Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan
hasil pemeriksaan mikroskopis pada jaringan dan tumor .
Patofisiologi
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari
kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan menyebabkan
metastase
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat (unisentrik), tetapi kadang
tumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ (multisentrik) atau dari beberapa organ
(multiokuler) pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron).
Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya maka tumor dikatakan
mencapai tahap local, namum bilatelah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan mencapai tahap
invasive atau infiltratif .
Sel tumor bersifat tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan
sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan sekitarnya
dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe, sehingga
terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulang-
tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras (sialografi)
dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan
dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara
suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini
kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 1985)
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
2) Laboratorium patologi anatomi
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi.
Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari
pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan , alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa medis.
2. Persiapan penunjang
Meliputi laboratorium, GDS, urine.
3. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen :
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3) Perhatikan pigmentasi kulit
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
2) Sistem Gastrointestinalis
1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
3) Sistem Hematopoetik
1) Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3) Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
4) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin
2) Kaji tanda CHF
3) Lakukan pemeriksaan EKG
5) Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
6) Sistem genitourinari
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1). Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2). Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3). Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk melaksanakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4). Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5). Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6). Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7). Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8). Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9). Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1). Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2). Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3). Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4). Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1). Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2). Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3). Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4). Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5). Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6). Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1). Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2). Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3). Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4). Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5). Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6). Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
7). Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan
pengukuran antropometri kurang dari normal
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1). Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2). Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3). Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4). Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
5). Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6). Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7). Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan benjolan di leher
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
1). Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak
sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
2). Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
3). Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
4). Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
5). Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf,
topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
g. Cemas berhubungan dengan persiapan operasi
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang
membuat stress.
- klien mampu mempertahankan penampilan peran.
- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi :
1). Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
2). Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi
ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
3). Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4). Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat
ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
5). Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari
meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya
mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri
sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
6). Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7). Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan
keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8). Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
1.2.3 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
1) Ansietas berkurang/terkontrol.
2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
3) Pasien menunjukkan koping yang efektif.
4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
http://dia-sukajaya.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-tumor.html
top related