bab i (edit inty)
Post on 15-Apr-2017
316 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut
matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam
berbagai keperluan. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak
dapat diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi
momok bagi siswa. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya
prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.
Peranan Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks,
dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu
semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar
matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan
pertimbangan profesional.
Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika
mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan
dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa
terikat dengan para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi
serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan
pendidikan dan strategi penilaian (Komisi pengawas Nasional Mengajar dan masa
depan America’s 1996) Sebagai tambahan, pembelajaran efektif memerlukan
cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk mencari peningkatan. Para
guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk
meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka.
Fakta di lapangan Guru matematika sekolah kebanyakan mengajar dengan
pola informasi-contoh, soal-latihan, seasuai contoh. Hal ini sangat memprihatinkan.
Ini di buktikan dengan adanya hasil belajar siswa yang menurun dan nilai ketuntasan
siswa hanya mencapai 50% dari sekian banyak siswa di sekolah SMP N 1 BILUHU
Maka solusi yang saya ambil untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran Realistic Mathematics
Education (RME) tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama,
berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Di samping itu, keterampilan
Realistic Mathematics Education (RME) menjadi semakin penting untuk
keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini
berorientasi pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan Realistic
Mathematics Education (RME) dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang diberi judul, “ Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Linear Satu
Variabel pada Kelas VII SMP N 2 LIMBOTO Kabupaten Gorontalo“.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas telah teridentifikasi
beberapa masalah antara lain :
1. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru masih bersifat monoton, guru
kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pengetahuan yang di milikinya.
2. .Memotivasi guru untuk selalu mengasosiasikan materi yang diterimanya
dengan kondisi kehidupan anak.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa
pada materi persamaan linear satu variabel diterapakan pendekatan pembelajaran
matematika realistik lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diterapkan pendekatan
pembelajaran konversional
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan
berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut, “ untuk mengetahui perbedaan signifikan antara hasil
belajar siswa pada Materi Persmaan Linear Satu Variabel yang diterapkan
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dengan yang diterapkan Pendekatan
Pembelajaran konvensional.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Guru
Dengan dilaksanakan penelitian ini guru berkesempatan menerapkan
pembelajaran yang dikembangkan
b. Bagi Siswa
1. Menumbuh kembangkan keterampilan berproses siswa dalam
memecahkan masalah
2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
3. Membantu pengembangan kompetensi siswa dalam pembelajaran
matematika
c. Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran
2. Memberi bekal mahasiswa sebagai calon guru matematika untuk siap
melaksanakan tugas dilapangan sesuai kebutuhan dilapangan
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar
dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini
mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus
dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan
untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang
dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-
persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Soedjadi, 2000).
Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.
Menurut Slettenhaar (dalam Soedjadi, 2000:32) Pembelajaran ini mengacu
pada pendapat Freudenthal yaitu mathematics must be connected to reality and
mathematics as human activity yang artinya matematika harus dikaitkan dengan
realita dan matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari
Pembelajaran RME yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran RME di kelas berorientasi pada karakteristik RME, sehingga siswa
mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan
mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari
atau masalah dalam bidang lain. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan
pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi dengan memberi
informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.
Penerapan Pendekatan Pembelajaran RME Menurut Pandangan Kontruktivis.
RME (Realistic Mathematics Education) memiliki filosofi yang mendasar
yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan tidak lagi dipandang sebagai
pengetahuan yang siap pakai. Filsafat ini mengakibatkan perubahan yang amat
mendasar tetang proses pembelajaran matematika. Bukan lagi hanya pemberian
informasi dalam pembelajaran matematika, tetapi harus mengubah menjadi aktivitas
manusia untuk memperoleh pengetahuan matematika. Konsekuensi dari pendangan
menyebabkan matematika bukan merupakan materi yang siap transfer tetapi
dipandang sebagai aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang dimaksudkan adalah
filsafat matematika yang berhubungan dengan konteks manusia.
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa
dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, Cooper,
1998).
Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial (filsafat konstruktivis
sosial) disebut pendekatan konstruktivis sosial. Filsafat konstruktivis sosial
memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi
matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah (problem
posing) oleh manusia (Ernest, 1991). Dalam pembelajaran matematika, Cobb,
Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengan konstruktivisme sosio (socio-
constructivism). Siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan
berdasarkan pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi
untuk merespon masalah yang diberikan. Karakteristik pendekatan konstruktivis
sosio ini sangat sesuai dengan karakteristik RME.
Konsep ZPD dan Scaffolding dalam pendekatan konstruktivis sosio, di dalam
pembelajaran MR disebut dengan penemuan kembali terbimbing (guided
reinvention). Menurut Graevenmeijer (1994) walaupun kedua pendekatan ini
mempunyai kesamaan tetapi kedua pendekatan ini dikembangkan secara terpisah.
Perbedaan keduanya adalah pendekatan konstruktivis sosio merupakan pendekatan
pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan pembelajaran MR merupakan
pendekatan khusus yaitu hanya dalam pembelajaran matematika. Sumber:
http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran-matematika-realistik-
rme/
Implementasi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
Adapun implementasi pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) (Suharta, 2005:5) adalah sebagai berikut :
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Guru memberikan siswa masalah
kontekstual
Guru merespon secara positif
jawaban siswa. Siswa diberi
kesempatan untuk memikirkan
strategi siswa yang paling efektif
Guru mengarahkan siswa pada
beberapa masalah kontekstual
dan selanjutnya mengerjakan
masalah dengan menggunakan
pengalaman mereka
Guru mendekati siswa sambil
Siswa secara mandiri atau
kelompok kecil mengerjakan
masalah dengan strategi-strategi
informal
Siswa memikirkan strategi yang
paling efektif
Siswa secara sendiri-sendiri atau
berkelompok menyelesaikan
masalah tersebut.
Beberapa siswa mengerjakan di
papan tulis, melalui diskusi kelas,
memberikan bantuan seperlunya
Guru mengenalkan istilah
konsep.
Guru memberikan tugas di
rumah, yaitu mengerjakan soal
atau membuat masalah cerita
serta jawabannya sesuai dengan
matematika formal.
jawaban siswa dikonfrontasikan
Siswa merumuskan bentuk
matematika formal
Siswa mengerjakan tugas rumah
dan menyerahkannya kepada guru
Prinsip Utama RME
Menurut Asikin (2001: 2-3), tiga prinsip utama RME adalah :
1. Guided Reinvention dan Progressive Mathematization yaitu Melalui topik-topik
yang disajikan, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami sendiri proses
yang sama sebagaimana konsep matematika ditemukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memasukkan sejarah matematika, memberikan contextual problems
yang mempunyai berbagai solusi, dilanjutkan dengan mathematizing prosedur
solusi yang sama, serta perancangan alur belajar sedemikian rupa sehingga siswa
menemukan sendiri konsep atau hasil.
2. Didactical Phenomenology,Topik-topik matematika disajikan atas dua
pertimbangan yaitu aplikasinya serta kontribusinya untuk pengembangan konsep-
konsep matematika selanjutnya.
3. Self Developed Models, merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi
konkrit atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa
membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model
suatu situasi yang dekat dengan siswa . Dengan generalisasi dan formalisasi
model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of akan
bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis, kemudian pada akhirnya akan
menjadi pengetahuan.
Sumber: http://matematika-website.blogspot.com
Karakteristik RME
Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2),
karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model,
produksi dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) dan
dijelaskan sebagai berikut :
1) Menggunakan konteks “dunia nyata”
2) Menggunakan model-model (matematisasi)
3) Menggunakan produksi dan konstruksi .
4) Menggunakan interaktif
5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment)
2.1.2 Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh sesuatu yang baru.
Manifestasi dari belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Jadi, seseorang yang telah belajar akan terdapat perubahan dalam aspek
psikomotorik, afektif dan kognitif.
Menurut Slameto (1995:78) secara psikologis, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan.
Definisi ini menyiratkan dua makna: pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.
Kedua, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Semua kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Setiap kegiatan belajar mengarah pada pencapaian tujuan belajar yang
maksimal, hal ini dikarenakan setiap individu mengharapkan hasil yang maksimal
pula. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar yang dapat dilihat atau diukur dengan evaluasi.
Begitu pula kegiatan pembelajaran di sekolah menghendaki pencapaian tujuan
intruksional secara terus, sehingga diharapkan siswa akan dapat memperoleh hasil
belajar sesuai dengan kriteria tertentu. Hal ini, kriteria yang dimiliki siswa erat
kaitannya dengan keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dinyatakan dengan
hasil belajar yang diperolehnya. Menurut Dimyati dan Mujiono (1994 : 26)
menyatakan bahwa: “hasil belajar adalah sebuah kegiatan mengajar yang
menghendaki tercapainya tujuan pelajaran dimana hasil belajar siswa ditandai dengan
skala nilai”.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2004 : 26). Dengan kata lain, hasil belajar
adalah tingkatan pencapaian siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Klasifikasi hasil belajar berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam
http://indramunawar.blogspot.com) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah
sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar siswa adalah suatu hasil kegiatan
yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan melalui
tes atau dinyatakan dengan skala nilai. Dengan demikian hasil belajar sangat
tergantung pada siswa yang melakukan kegiatan belajar tersebut, dalam arti makin
banyak usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk belajar semakin baik pula hasil
belajar yang diperoleh.
Setelah mengadakan proses pembelajaran, diperlukan suatu tindakan untuk
mengetahui hasil dari belajar itu sendiri. Karakteristik dari hasil pembelajaran itu
dapat berupa keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran dan daya tarik
pembelajaran. Keekfektifan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terlihat dari keefektifan
siswa dalam penguasaannya terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2.1.3 Uraian tentang Persamaan Linier Satu Variabel.
2.1.3.1 persamaan linear satu variabel
Kegiatan mengenal konsep PLSV akan lebih berarti bila di lalui dengan soal
cerita yang menggunakan objek-objek nyata. Sebelum mempelajari persamaan linear
satu variabel, siswa harus memahami pengertian kalimat pernyataan dan kalimat
terbuka.
1. Kalimat Pernyataan
Kalimat yang sudah bisa ditentukan benar atau salahnya dinamakan kalimat
pernyataan. Pada kalimat pernyataan ini guru harus menggunakan objek-objek nyata
untuk memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan kalimat pernyataan.
Misalnya guru bertanya pada siswa tentang jenis- jenis kalimat, seperti : kalimat
tanya, kalimat berita, dan kalimat perinta. Dimaksudkan untuk Mengaitkan
pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di
kelas.
2. Kalimat Terbuka
Dalam matematika pun terdapat istilah kalimat terbuka, yaitu kalimat yang belum
diketahui nilai kebenarannya.
Pada kalimat terbuka terdaapat peubah atau variable yang dapat diganti oleh
sembarang bilangan, sehingga menjadi kalimat benar atau kalimat salah. Jadi,
Persamaan linear satu variable adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan
sama dengan, dan hanya memiliki satu variable berpangkat satu.
3. Pengertian Persamaan Linear
Kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung ” = ” disebut persamaan. Jika
pangkat tertinggi dari variabel suatu persamaan adalah satu maka persamaan itu
disebut persamaan linear. Persamaan linear yang hanya memuat satu variabel disebut
persamaan linear satu variabel ( PLSV ).
Contoh 20 – x = 17 merupakan salah satu contoh PLSV
2.1.4 Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan
tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas.
Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika,
dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi
pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik
(MR).
Karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-
model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment).
Berkaitan dengan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk memaparkan secara teoretis
pembelajaran matematika realistik, pengimplementasian pembelajaran MR, serta
kaitan antara pembelajaran MR dengan pengertian. Pembelajaran Matematika
Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan
merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian
kuat tentang konsep-konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran
Matematika Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan
pengertian siswa.
2.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan
adalah : ”Ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Persamaan Linear Satu
Variabel yang di terapkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih
tinggi dari hasil belajar siswa yang terapkan Pendekatan Pembelajaran
Konvensional”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
SMP Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama ± 3 bulan.
3.2 Desain Penelitian
Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan variabel bebas yakni minat belajar siswa dan variabel terikat
yakni hasil belajar siswa dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa khususnya pada Materi Persamaan Linear
satu Variabel.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah minat belajar siswa. Minat
didefinisikan sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara
aktif dengan sesuatu yang menariknya, dalam hal ini pendekatan pembelajaran
Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar siswa . Dalam penelitian ini indikator
minat meliputi : pengalaman awal siswa, perasaan, dan motif.
Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
yang dilakukan.
Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang
umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas
senang atau tidak dalam berbagai taraf.
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.
Dalam penelitian indikator yang dilihat pada hasil belajar siswa adalah pengetahuan,
pemahaman dan penerapan.
Pengetahuan yaitu menyangkut kegiatan mengingat materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai teori-teori yang sukar.
Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna materi, misalnya menjelaskan
dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya.
3.4 Populasi adan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Limboto
Kabupaten Gorontalo dari kelas VII pada Tahun Ajaran 2011/2012. Untuk kelas VII
ini terdapat dua kelas yaitu kelas VII 1 dan VII 2.
3.4.2 Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling
(pengambilan sampel secara sederhana). Kelas yang dijadikan sampel pada penelitian
ini di nilai homogen ditinjau dari berbagai aspek, seperti guru pemberi mata
pelajaran, materi yang diajarkan, buku (bahan) ajar yang digunakan, dan kemampuan
akademik siswa dari kelas tersebut. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini
adalah kelas VII1 dengan jumlah siswa 25 orang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data hasil
belajar siswa dan data minat belajar siswa. Sumber dari kedua jenis data tersebut
adalah seluruh siswa yang menjadi sampel. Data hasil belajar diperoleh dengan
menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar sesudah pembelajaran (post test),
sedangkan data minat belajar siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen
angket. Sebelumnya instrumen yang digunakan diuji cobakan terlebih dahulu dikelas
yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen yang memenuhi kriteria
validitas, diambil untuk menjadi instrumen pengumpulan data. Sedangkan yang tidak
memenuhi kriteria, dibuang dan tidak akan digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen, yakni instrumen untuk
mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dan instrumen untuk
mengukur minat belajar siswa. Instrumen untuk mengukur hasil belajar adalah tes
dalam bentuk essay, sedangkan untuk minat belajar adalah instrumen dalam bentuk
angket.
Instrumen pengukuran hasil belajar disusun berdasarkan definisi konseptual
hasil belajar dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi tes hasil belajar (post tes)
yang memuat indikator hasil belajar. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana
hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika.
Instrumen pengukuran minat belajar disusun berdasarkan definisi konseptual minat
belajar dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi angket yang memuat indikator
minat belajar, yang meliputi perhatian, perasaan, dan motif yang bertujuan untuk
melihat seberapa besar minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.
3.6 Teknik Analisis Data
Sehubungan dengan hipotesis yang telah dirumuskan, maka pengujian
dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik t-test. Statistik parametris
digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil dari populasi
yang berdistribusi normal
3.6.1 Pengujian Normalitas Data
Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah uji Lilliefors. Dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2,….,Zn dengan
menggunakan rumus Z1=
X i−Xs
Dimana :
X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus
X=∑ X i
n
s = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus
S2=∑ ( X i−X )2
n−12. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F (Z i=P (Z<Zi ))
3. Selanjutnya dihitung profosi Z1 ,Z2 ,. . .. .. . ,Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi ), maka
S( Z i)=Banyaknya Z1 , Z2 ,. .. , Zn yang ≤Z i
n
4. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut.
Cara pengujian normalitas data untuk minat belajar siswa didasarkan pada
hipotesis statistik berikut :
Ho : Data skor angket minat belajar siswa terdistribusi normal
H1 : Data skor angket minat belajar siswa tidak terdistribusi normal
Cara pengujian normalitas data hasil belajar siswa ini didasarkan pada hipotesis
statistik berikut :
Ho : Data skor tes hasil belajar siswa terdistribusi normal
H1 : Data skor tes hasil belajar siswa tidak terdistribusi normal
Kriteria pengujian normalitas data ini adalah jika Lhitung Ltabel maka
hipotesis H0 diterima, dengan Ltabel diperoleh dari daftar distribusi nilai kritis untuk uji
Lilliefors n = 30 dan taraf = 0,05.
3.7 Pengujian Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh dan
membuktikan hipotesis pengaruh antara dua variabel. Terlebih dahulu dilakukan uji
prasyaratan analisis uji normalitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis ini adalah
sebagai berikut :
1 Uji Regresi Y atas X
a) Buat Model Regresi Linier Y atas X yaitu :
Y = a + bX
(Sugiyono, 2005: 244)
Dimana :
Y = subjek dalam variabel terikat (hasil belajar) yang diprediksikan.
a = harga Y bila X = 0 (konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel terikat yang didasarkan pada variable bebas.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.
Dimana nilai b dapat dicari melalui persamaan berikut :
b =n ∑ XY − (∑ X ) (∑ Y )
n ∑ X2 − (∑ X )2 dan a = Y − b X(Sugiyono, 2005: 245)
Dimana:
a = harga Y bila X = 0 (konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel terikat yang didasarkan pada variable bebas.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = variabel bebas (minat belajar siswa)
X¿
= nilai rata-rata variabel bebas (minat belajar siswa)
Y = variabel terikat (hasil belajar siswa)
Y¿
= variabel terikat (hasil belajar siswa)
n = Banyaknya Soal
b) Uji Signifikansi Regresi (Uji Keberartian Koefisien Arah Regresi)
Pengujian signifikansi regresi menggunakan uji-F dengan rumus :
Fhitung =JK (reg )
JK ( S )(n−2 )
Hipotesis yang diuji :
Ho : model regresi tidak signifikan/berarti
H1 : model regresi signifikan/berarti
Kriteria pengujian :
Jika Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan
(dk) pembilang 1 dan dk penyebut = n – 2, maka regresi signifikan.
c) Uji Linieritas Regresi
Pengujian kelinieritasan regresi mnggunakan uji-F dengan rumus :
Fhitung (TC ) = RJK (TC )RJK (G )
Hipotesis yang diuji :
Ho : model regresi berbentuk linier
H1 : model regresi tidak berbentuk linier
Kriteria pengujian :
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima dalam hala lain Ho ditolak pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang = k – 2 dan dk
penyebut = n – k.
2 Uji Korelasi
Pengujian korelasi antara dua variabel menggunakan rumus sebagai berikut :
r =n ∑ XY − ∑ X ∑ Y
√ {n ∑ X2 − (∑ X )2} {n ∑ Y 2 − (∑Y )2}Nilai r adalah : I r I ≤ 1 atau -1 ≤ r ≤ 1, yang bermakna :
r = 0 : tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y
r = 1 : pengaruh positif sempurna variabel X terhadap Y
r = -1 : pengaruh negatif sempurna variabel X terhadap Y
Koefisien determinasi (r2 atau R2) adalah tingkat keeratan pengaruh antara
variabel. Rumus yang digunakan adalah :
Koefisien determinasi = r2 x 100%.
Pengujian signifikasi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga
dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya ditunjukan sebagai berikut :
t = r √n − 2√1 − r2
(Sugiyono, 2005 : 215)
Dimana :
t = nilai hitung statistik
r = koefisien korelasi
Cara pengujian hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada hipotesis statistik
berikut :
H 0 : μ1 ≤ μ2(Minat belajar siswa tidak memberi pengaruh yang signifikan/berarti
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan penemuan terbimbing)
H1 : μ1 > μ2 (Minat belajar siswa memberi pengaruh yang signifikan/berarti
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan penemuan terbimbing)
Kriteria pengujian hipotesis data ini adalah jika thitung ≥ ttabel maka hipotesis H1
diterima, dengan ttabel pada taraf signifikasi taraf nyata = 0,05 dan dk = (k – 2).
top related