bab i pendahuluan a. latar belakangdosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...1 bab i pendahuluan a....
Post on 10-Dec-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Televisi adalah satu media massa yang mempunyai berbagai fungsi.
Fungsi televisi adalah sebagai alat informasi bagi masyarakat yang membutuhkan
informasi baik nasional maupun internasional. Informasi ini berguna untuk
menambahkan ilmu pengetahuan mereka akan berita yang diserap oleh
masyarakat yang menggunakan media tersebut (McQuail, 2011:63).
Televisi hanyalah sebuah alat untuk proses penyampaian pesan kepada
khalayak, namun televisi mempunyai program siaran yang dikemas secara
memenuhi kebutuhan audiencenya (Morissan, 2008:200). Televisi menciptakan
berbagai program-program atau acara yang bisa dinikmati oleh audiencenya.
Setiap program atau segmen yang diciptakan oleh produser mempunyai jenis
program yang berbeda, apakah jenis hiburan, pendidikan atau informasi.
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak
dan elektronik). Sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya
dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal
melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film
(Wiryanto, 2004:68).
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern,
karena orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Pada
2
saat yang sama sukar mengecek kebenaran yang disajikan media (Ardianto,
Komala & Karlinah, 2009:137).
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan
radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk.
Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil
penelitian-penelitian yang menyatakan bahwa umumnya tujuan utama khalayak
menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk
memperoleh informasi (Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:137).
Media televisi merupakan saran masuknya informasi baru sekaligus
sebagai agen perubahan budaya baru. Banyak yang menegaskan aktifitas
menonton televisi sebagai kegiatan pasif atas penerimaan gagasan baru. Dengan
modal audio-visualnya siaran televisi sangat efektif dalam memberikan pesan-
pesannya. Tetapi tidak hanya itu, televisi juga memiliki fungsi sebagai saran
promosi dan hiburan. Karena itu juga televisi sangat bermanfaat dalam upaya
pembentukan perilaku dan perubahan pola pikir (Darwanto, 2007: 26).
Acara-acara yang disajikan tidak lagi memperhitungkan nilai ideal, hanya
nilai material sebuah tayangan. Produksi sebuah acara hanya mementingkan
keuntungan tanpa memperhitungkan apakah acara itu akan mendidik pemirsa.
Televisi menjadi ideologi baru bahkan agama baru, karena melalui acara-
acaranya, televisi memenuhi kebutuhan individu. Orang merasa nyaman dan
senang ketika duduk di depan televisi tinggal pencet remote control untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Zamroni, 2005:65).
3
Momentum reformasi mengubah struktur media, meskipun tidak
seutuhnya. Terjadi pergeseran kepemilikan media, khusunya stasiun televisi. Para
pemilik media kemudian mendirikan kelompok-kelompok media sehingga para
pemainnya terbatas menjadi beberapa saja meskipun terlihat banyak sekali stasiun
televisi bermunculan. Kelompok Media Nusantara Citra (MNC), misalnya,
memiliki tiga stasiun televisi yaitu RCTI, Global TV, MNC yang masing-masing
membidik target yang berbeda. Sementara itu, stasiun-stasiun lain yang tidak
tergabung dalam group-group besar (Nugraha, 2006:77).
Berdasarkan penjelasan di atas, para pemilik media massa terjadi
pergeseran media, khususnya stasiun televisi. Di mana kelompok-kelompok
media sehingga para pemainnya terbatas menjadi beberapa saja meskipun terlihat
banyak sekali stasiun televisi bermunculan, dan stasiun televisi tersebut membidik
target yang berbeda-beda.
Seperti saat ini telah banyak bermunculan tayangan televisi yang dikemas
melalui video rekaman yang telah ada sebelumnya atau disebutnya juga tayangan
dokumentasi. Tayangan ini telah banyak ditayangkan oleh beberapa stasiun
televisi swasta Indonesia, antara lain TRANS7, Global TV, RCTI, dan ANTV.
Salah satu tayangan acara yang bersifat dokumentasi dan magazine adalah
“Brownies” yang ditayangkan oleh stasiun televisi TRANS7. “Brownies” adalah
program yang menyajikan informasi ringan, menarik tapi juga informatif yang
menayangkan berbagai hal unik yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita
sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan (www.trans7.co.id).
4
“Brownies” tayangan televisi baru yang berjenis magazine. Magazine itu
seperti membuka majalah, ketika membuka majalah semua informasi ada. Seperti
tips, kesehatan (menurut rating Nielsen, masuk kategori Information:
Documentary) dan mengambil potongan klip video atau film dari situs youtube
[Siregar, Hasil Wawancara, 12 Desember 2012].
Program “Brownies” adalah program Magazine TRANS7 yang
menyuguhkan berbagai liputan mengenai gaya hidup dan anak muda. Acara
informatif yang dikemas secara menarik ini menghadirkan “Rio Indrawan”
sebagai host. Tayang setiap hari “Kamis dan Jumat”, pukul “15.15 WIB”, di
setiap episodenya “Brownies” menghadirkan beragam topik yang dikupas secara
tuntas. Keunikan dari “Brownies” mengibaratkan kue brownies identik dengan
yang manis, enak, cemilan yang bisa dimakan kapan saja. Maka program
“Brownies” menyajikan informasi ringan, menarik dan informatif untuk
audiensnya.
Menurut peneliti, program “Brownies” adalah program yang unik. Di
mana program berjenis magazine yang seperti penontonnya membuka majalah,
ketika membuka majalah semua informasi itu semua ada mulai dari fashion,
kesehatan, kuliner, tips-tips hingga informasi film dilengkapi tambahan video
seperti youtube. Maka informasi yang disajikan program “Brownies” sangat
bermanfaat untuk penontonnya.
Dalam Episode yang diangkat dalam penelitian ini ialah “Brownies”
episode Parta Porte yang disiarkan pada tanggal 12 Maret 2013 dengan host Rio
Indrawan dan Adit Aulia. Peneliti mengambil episode paling terbaru guna
5
mendapatkan data yang lebih terkini. Hal ini juga menarik dan mendapat
perhatian khusus oleh peneliti dalam episode ini ialah karena kedua host, dalam
adegan awal tayangan episode ini, menggunakan pakaian ala Indian dan sambil
menginformasikan sesuatu dengan bahasa Indian dengan gayanya yang khas.
Dalam penelitian ini peneliti memilih program siaran ‘Brownies’ karena di
tengah acara televisi yang dipenuhi dengan sinetron-sinetron yang cenderung
negatif, TRANS7 hadir membawa informasi yang sangat menarik, dengan
menyaksikan acara ‘Brownies’ kita dapat mengetahui berbagai hal menarik dari
seluruh penjuru dunia dan dikemas dengan unik sehingga menjadi daya tarik
pemirsa televisi semuanya. Target audience dalam program acara ‘Brownies’ ini
adalah remaja adult female yang berumur 15-25 tahun ke atas. WHO membagi
kurun usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2011:12).
Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dibanding
orang dewasa. Ketika mereka memiliki waktu luang, maka umumnya mereka
akan memilih untuk menggunakan waktu itu untuk menonton televisi daripada
memilih kegiatan bersifat rekreatif lainnya, tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para remaja (Bong,
2002:5).
Kemampuan media untuk menentukan informasi apa yang dianggap
penting. Maka, media harus selektif dalam menyajikan topik dan kepentingan
publik. Teori penentuan Agenda (Agenda Setting Theory) adalah teori yang
menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran
6
dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran
dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik
serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa
(Tamburaka, 2012:22-23).
Agenda merupakan seleksi terhadap berita yang terdapat bahwa suatu
berita tersebut menjadi lebih penting dibandingkan berita yang lain. Agenda
media adalah daftar berita-berita dan peristiwa pada suatu waktu yang disusun
berdasarkan urutan kepentingannya. Agenda media memengaruhi atau
berinteraksi dengan agenda publik. Seberapa besar kekuatan media mampu
memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya
(Tamburaka, 2012: 68).
Maka dalam Agenda Setting menurut Tamburaka (2012: 23), konsentrasi
media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai
isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain. Media massa memiliki efek yang
sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan
dengan perubahan sikap dan pendapat.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pertanyaan utama yang diajukan adalah:
Bagaimana pandangan remaja terhadap agenda media pada program
‘Brownies’ Episode Parta Porte di TRANS7 ?
7
Rumusan masalah utama ini kemudian diturunkan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan remaja terhadap visibialitas tingkat
menonjolnya berita pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di
TRANS7 ?
2. Bagaimana pandangan remaja terhadap tingkat menonjolnya bagi
khalayak (audience salience) pada program ‘Brownies’ episode Parta
Porte di TRANS7 ?
3. Bagaimana pandangan remajan terhadap valensi cara pemberitaan bagi
suatu peristiwa pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di
TRANS7 ?
C. TUJUAN
Tujuan utama penelitian ini:
1. Untuk mengetahui pandangan remaja terhadap agenda media pada
program ‘Brownies’ Episode Parta Porte di TRANS7.
2. Untuk mengetahui pandangan remaja terhadap visibialitas tingkat
menonjolnya berita pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di
TRANS7.
3. Bagaimana pandangan remaja terhadap tingkat menonjolnya bagi
khalayak (audience salience) pada program ‘Brownies’ episode Parta
Porte di TRANS7.
8
4. Bagaimana pandangan remaja terhadap valensi cara pemberitaan bagi
suatu peristiwa pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di
TRANS7.
D. MANFAAT
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu komunikasi tentang penelitian pada khalayak
dalam mengkonsumsi media, khususnya media televisi sebagai
referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya terutama
pemaknaan audience terhadap program-program televisi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri
media untuk memperhatikan kebutuhan khalayak. Selain itu penelitian
ini dapat memberikan motivasi bagi industri media dan TRANS7
khususnya pada program ‘Brownies’ untuk selalu kreatif dalam
mengemas program acaranya tanpa mengabaikan sisi edukatifnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini
9
merupakan landasan dasar peneliti dalam memulai penelitian agar terarah dan
sistematis.
Bab II, Kerangka Konsep. Bab ini menguraikan konsep – konsep yang
digunakan peneliti sebagai dasar dan pijakan pokok meneliti objek, yang
disesuaikan dengan tema penelitian. Bab ini menjelaskan sisi pemahaman
para ahli komunikasi berkaitan dengan tema penelitian.
Bab III, Metodologi Penelitian. Dalam bab metodologi penelitian
memuat mengenai definisi konseptual yang memuat tentang paradigma
penelitian, pendekatan penelitian kualitatif, fokus penelitian menjelaskan
tentang program televisi “Brownies” TRANS7, unit analisis, batasan
penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis data, dan keabsahan data.
Bab IV, Analisis dan Pembahasan. Dalam bab ini memuat analisa
berdasarkan teori dan konsep terhadap fokus penelitian menggunakan
pendekatan penelitian.
Bab V, Kesimpulan dan Saran. Bab ini memuat hasil penelitian peneliti
dalam bentuk kesimpulan dan saran.
10
BAB II
KERANGKA KONSEP
A. Penelitian Terdahulu
Terkait dengan penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa hasil
penelitian terdahulu. Peneliti mendapatkan bahwa sudah terdapat penelitian yang
membahas mengenai teori agenda setting pada program televisi. Penelitian itu
berjudul “Pengemasan Program Komedi Mengandung Unsur Pendidikan dalam
Penyampaian Pesan Moral Kepada Khalayak”. Jurnal Komunikologi Vol. 9, No.
1, Maret. 2012, yang dibuat oleh Ilona V. Oisina Situmeang. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sifat penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa agenda
setting dalam media, mempunyai kemampuan untuk memengaruhi khalayak
dalam memberikan informasi. Komunikasi yang dilakukan narasumber dalam
menyampaikan informasi mendapat respon dari penonton. Orang-orang yang
menonton televisi dapat dengan mudah mengetahui informasi yang menjadi topik
pembicaraan.
Adapun penelitian lain yang membahas mengenai “Analisa Perilaku
Imitasi Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di
Indosiar (Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda).
eJournal Ilmu Komunikasi Vol. 1, No. 3, hal: 66-80, 2013, yang dibuat oleh Yessi
Paradina Sella. Dalam penelitian ini, peneliti untuk mengetahui sejauh mana
perilaku yang ditujukan oleh remaja khususnya perilaku imitasi, analisa data yang
11
digunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan teori agenda
setting yang ditemukan McComb dan Donald L Show, beramsumsi bahwa media
mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mengetahui agenda publik.
Adapun penelitian yang berjudul ‘Analisa Isi Tayangan Program
Kalawarta di TVRI Jawa Barat Ditinjau dari Nilai Berita’ yang dibuat oleh Ari
Krisna, Universitas Komputer Indonesia. 2010, Bandung. Penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi tayangan program Kalawarta di TVRI
Jawa Barat di tinjau dari nilai berita. Menggunakan teori agenda setting, dari
agenda media melihat dari penonjolan berita dengan cara penyajian program
Kalawarta yang di siarkan di TVRI. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, di mana adanya hubungan variabel antara agenda media dan agenda
khalayak.
Penelitian yang berjudul ‘Analisis Fenomenologi Pada Program Mario
Teguh Golden Ways di Metro TV’ yang dibuat oleh Putri Helmalena, Universitas
Islam Negeri, 2011. Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan teori agenda
setting, peneliti mencoba menelaah seberapa penting acara ini bagi pemirsa
golden ways. Metodologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
sebagai metode dengan pendekatan yang digunakan yaitu fenomenologi. Sumber
data yang diperoleh dari hasi wawancara mendalam dengan informan yang
menonton acara Golden Ways.
Metodologi yang digunakan juga memiliki kecenderungan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe jenis adalah deskriptif. Adapun
pendekatan dengan menggunakan kuantitatif hanya sebagai data pendukung
12
penelitian saja. Teknik pengumpulan data mayoritas menggunakan wawancara,
observasi dan studi pustaka.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa Agenda
setting adanya hubungan positif antara perhatian media dan perhatian khalayak
pada suatu peristiwa. Kemampuan media untuk menentukan informasi apa yang
dianggap penting, yang menyajikan topik diskusi dan kepentingan publik.. Berikut
adalah roadmap penelitian dalam lampiran.
B. Komunikasi Massa
Yang dimaksud dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media
massa modern. Media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi
(Effendy, 2008:50).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Rakhmat dalam Bittner (2003:188) dalam buku komunikasi massa, yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi,
sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak. Media
komunikasi yang termasuk media massa ini adalah: radio siaran dan televisi
(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:3).
Dalam buku Effendy (2008:51-54), untuk suksesnya komunikasi massa,
kita perlu mengetahui sedikit banyak ciri-ciri komunikasi itu yang meliputi sifat-
13
sifat unsur yang dicakupnya. Di mulai dengan sasarannya sendiri, yakni
komunikan.
a. Sifat komunikan
Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya
relatif besar, heterogen, dan anonim.
b. Sifat media massa
Adalah serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan
keserempakan (simultaneity) disini adalah keserempakan kontak
antara komunikator dan komunikan yang demekian besar
jumlahnya. Pada saat yang sama media massa membuat
khalayak serempak menaruh perhatian pesan yang disampaikan
seorang komunikator.
c. Sifat pesan
Sifat pesan melalui media massa ialah umum (public). Sifat
pesan melalui media massa adalah sejenak (transiet), hanya
untuk disajikan seketika. Demikian pula pesan melalui televisi,
setelah dilihat dan di dengar, kemudian tiada lagi, di ganti
dengan pesan berikutnya.
d. Sifat komunikator
Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka
komunikator pada komunikasi massa, seperti wartawan,
sutradara, penyiar radio atau penyiar televisi, adalah
komunikasi terlembagakan (institutionalized communicator).
Karena itu, berhasil-tidaknya komunikasi massa ditentukan
oleh berbagai faktor yang terdapat di dalam organisasi media
massa.
e. Sifat efek
Efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung
kepada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.
Apakah tujuannya agar komunikan hanya tahu saja, atau agar
komunikan berubah sikapnya dan pandangannya, atau agar
komunikan berubah tingkah lakunya.
Tamburaka (2012:15) mendefinisikan komunikasi massa dalam tiga ciri:
14
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audience yang relatif besar,
heterogen, dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk
bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak
dan sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah
organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang
besar.
Komunikasi massa yaitu proses komunikasi yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam
komunikasi massa adalah : (a) komunikator, (b) media massa, (c) informasi
(pesan) massa, (d) gatekeeper, (e) khalayak (publik), (f) umpan balik.
Berdasarkan konsep di atas komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan pada sejumlah besar orang melalui media massa seperti surat
kabar, televisi, radio, dan film. Jadi penting untuk diketahui bahwa media massa
mempunyai peran penting bagi khalayak untuk mendapatkan berbagai informasi
yang sesuai dengan kebutuhannya.
C. Teori Agenda Setting
a. Konsep Agenda setting
Effendy (Bungin, 2006:281-282) mengatakan teori Agenda Setting
menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu tersebut disusun
berdasarkan tingkat kepentingannya. Asumsi dasar teori Agenda Setting adalah
bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
15
memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap
penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat.
Di antara berbagai asumsi tentang efek (pengaruh) komunikasi massa,
salah satu yang masih bertahan dan berkembang pada tahun-tahun belakangan ini
menyatakan, media massa, dengan memperhatikan beberapa isu tertentu dan
mengabaikan yang lainnya, akan memengaruhi opini publik. Orang cenderung
mengetahui tentang hal-hal yang disajikan oleh media massa dan menerima
susunan prioritas yang ditetapkan media massa terhadap berbagai isu tersebut
(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:76).
Dari penjelasan di atas Agenda Setting adalah dengan memerhatikan
beberapa isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memengaruhi opini
publik. Media massa menyajikan apa yang khalayak ketahui terhadap berbagai isu
tersebut.
Asumsi agenda-setting model ini mempunyai kelebihan karena mudah
untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai isu yang
dimuat media massa, isu yang lebih banyak mendapat perhatian dari
media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan
dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi
sebaliknya bagi isu yang kurang mendapat perhatian media massa
(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:76-77).
Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan
menekankan isu tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan agenda)
sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting.
Kebanyakan yang dilakukan oleh program televisi.
Melengkapi pendapat dari teori ini, Sendjaja (2004:25) pun
mengungkapkan bahwa tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya
16
melalui media massa, audience juga mempelajari seberapa besar arti penting
sebuah isu atau topik dari cara media memberikan penekanan terhadap topik itu.
Fungsi agenda setting yang dirumuskan oleh Rogers dan Dearing
yang kembali di tulis oleh Kriyantono (2006:223) dalam bukunya
mengatakan, merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian.
Pertama, Agenda Media itu sendiri harus disusun oleh awak media.
Kedua, Agenda Media dalam beberapa hal memengaruhi atau
berinteraksi dengan Agenda Publik atau naluri publik terhadap
pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi Agenda Kebijakan.
Ketiga, Agenda Kebijakan (Policy) adalah apa yang dipikirkan para
pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan
kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.
Di dalam buku teori komunikasi massa Severin & Jr Tankard (2005:278-
279), Funkhouser (1973) memberikan sebuah daftar lima mekanisme sebagai
tambahan untuk arus peristiwa nyata yang bekerja memengaruhi besarnya
perhatian media yang mungkin diterima sebuah isu.
1. Adaptasi media terhadap arus peristiwa. Ketika pola yang sama terus
ada, maka hal itu dianggap sebagai “kurang lebih sama” dan tidak
lagi dianggap sebagai berita.
2. Pelaporan yang berlebihan tentang peristiwa penting yang tidak
biasa. Beberapa kejadian, seperti tumpuhan minyak Santa Barbara,
penting tetapi menerima liputan yang berlebihan karena keunikannya
atau sifatnya yang menimbulkan sensasi.
3. Pelaporan selektif aspek-aspek yang patut diberikan dari situasi yang
tidak layak diberitakan. Misalnya, sebuah penelitian terkenal
menunjukkan bahwa dengan menyeleksi deti-detil tertentu, liputan
televisi tentang sebuah parade yang menghormati Jenderal Douglas
MacArthur, tampak lebih menarik daripada kejadian sebenarnya (K.
Lang dan G. E. Lang, 1972).
4. Pseudoevent, atau pembuatan peristiwa yang patut dijadikan berita.
Gerakan protes, demonstrasi, protes publik dengan menduduki
tempat, dan trik publisitas adalah contoh-contoh pseudoevent yang
bisa membantu memindahkan isu ke agenda pers.
5. Rangkuman kejadian, atau situasi yang melukiskan kejadian biasa
dengan cara yang patut dijadikan berita. Contohnya adalah perilisan
laporan umum ahli bedah pada tahun 1964 yang menunjukkan
hubungan antara merokok dengan kanker paru-paru.
17
Shoemaker dan Reese (1991) dalam buku teori komunikasi (Severin & Jr
Tankard, 2005:278-279) menyatakan, dengan memanfaatkan karya Herbert
Gans dan Todd Gitlin mengusulkan lima kategori utama pengaruh isi media:
1. Pengaruh dari pekerja media secara individu. Di antara pengaruh-
pengaruh ini adalah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang
profesional dan kepribadian, sikap pribadi, dan peran-peran
profesional.
2. Pengaruh-pengaruh rutinitas media. Apa yang diterima media massa
dipengaruhi oleh praktik-praktik komunikasi sehari-hari
communicator/orang penghubung, termasuk deadline/batas waktu
dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam penerbitan,
struktur piramida terbalik untuk menulis berita, nilai berita, standar
objektivitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita.
3. Pengaruh organisasi terhadap isi. Organisasi media memiliki
beberapa tujuan, dan menghasilkan uang sebagai salah satu yang
paling umum digunakan. Tujuan-tujuan organisasi media ini bisa
berdampak pada isi melalui berbagai cara.
4. Pengaruh terhadap isi dari luar organisasi media. Pengaruh-
pengaruh ini meliputi kelompok-kelompok kepentingan yang melobi
untuk mendapatkan persetujuan (atau menentang) jenis-jenis isi
tertentu, orang-orang yang menciptakan pseudoevent untuk
mendapatkan liputan media, dan pemerintah yang mengatur isi secara
langsung dengan undang-undang pencemaran nama baik dan
ketidaksopanan.
5. Pengaruh ideologi. Ideologi menggambarkan fenomena tingkat
masyarakat. Yang asasi bagi ideologi di Amerika Serikat adalah
“kepercayaan dalam nilai sistem ekonomi kapitalis, kepemilikan
pribadi, pencapaian laba dengan wiraswasta untuk kepentingan
pribadi, dan pasar bebas” (hlm. 184). Ideologi yang menyeluruh ini
mungkin memengaruhi isi media dengan banyak cara.
Individu-individu tertentu, yang disebut orang-orang yang mengetahui
terlebih dahulu (early recognizers), juga bisa memainkan peran kunci
(Brosius dan Weimann, 1996) dalam menentukan agenda media. Ini adalah
orang-orang yang mengetahui sebuah isu pada tahap-tahap
perkembangannya. Mereka mungkin adalah para profesional media yang
18
pekerjaannya melakukan pengamatan dan terikat dengan jaringan kerja
organisasi dan sosial (Severin & Jr. Tankard, 2005:279-280).
b. Agenda Media
Werner Severin & James W. Tankard dalam buku Communication
Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media yang kembali dikutip oleh
Kriyantono (2006:223-224) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda di atas,
yaitu:
1. Agenda Media. Agenda harus diformat, proses akan memunculkan
masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali
dengan dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility (yakni jumlah
dan tingkat menonjolnya berita), Audience Salience (tingkat
menonjol bagi khalayak), Valence (valensi), yakni menyenangkan
atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2. Agenda Khalayak. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi
atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu
bagi publik. Dimensi yang berkaitan antara lain: Familirianty
(keakraban), personal salience (penonjolan pribadi), Favorability
(kesenangan).
3. Agenda Kebijakan. Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke
dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan
kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu. Dimensi yang
berkaitan antara lain: Support (dukungan), likelihood of action
(kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan
pemerintah.
Agenda Media. Agenda harus diformat, proses akan memunculkan
masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali dengan
dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility (yakni jumlah dan tingkat
menonjolnya berita), Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak),
Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.
19
Nurudin (2007:195-196), agenda media tidak selalu berhasil memberitahu
apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita
berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita tentang apa yang
harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaanny,
sedangkan masyarakat akan mengikutinya.
Dalam menentukan agenda media, media massa memiliki andil besar
dalam menentukan apa yang akan dibahas, menentukan berita yang dapat menarik
perhatian publik dengan cara melihat dari jumlah dan tingkat menonjolnya berita
yang terkait dalam dimensi agenda media. Media melihat suatu berita yang
menarik jika diblow-up karena akan menguntungkan dari sisi ekonomis yaitu akan
menaikan oplah atau rating media tentunya akan menyita perhatian audience.
D. Program Televisi
Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme atau program
yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya (Morissan,
2008:199-200).
Televisi sebagai media utama tentu saja mempunyai berbagai produk yang
disertakan bagi masyarakat. Produk-produk televisi itulah yang kemudian
disajikan oleh penonton untuk di lihat maupun dicermati. Produk dari televisi
tersebut berupa sebuah program televisi.
Program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan
atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan
20
dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Media televisi hanya
mengistilahkan programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1).
Program acara atau program siaran biasa digunakan oleh lembaga siaran
bagi produk televisi yang akan dibuat. Berbagai macam program siaran di buat
dan di bentuk sesuai dengan pesan-pesan yang akan tersampaikan melalui
program siaran tersebut. Melalui pesan-pesan yang disampaikan itulah masyarakat
akan meresapi berbagai hal-hal baru atau nilai-nilai dan unsur baru pada program
yang audience tonton.
Namun menurut Djamal & Fachruddin (2011, 159-160), program
siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi
siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan. Sehingga
memberikan pengertian bahwa, dalam siaran keseluruhan terdapat
beberapa program yang diudarakan. Atau dapat dikatakan bahwa
siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa
program siaran. Masing-masing program siaran ini menempati slot
waktu tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari
jenis programnya, apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita.
Slot waktu masing-masing program dirancang sesuai dengan tema
program itu (programming), sehingga menjadi satu jadwal siaran
tiap harinya.
Program televisi ialah bahan yang telah di susun dalam suatu format sajian
dengan unsur video yang di tunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi
persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang
berlaku.
Menurut Mabruri (2010:32), program acara televisi di bagi menjadi dua,
yaitu program televisi drama dan non drama. Program acara televisi drama (fiksi)
adalah format acara yang di produksi dan di cipta melalui imajinasi kreatif dan
kisah-kisah drama atau fiksi yang di rekayasa dan di kreasi ulang. Program acara
televisi non fiksi (non drama) adalah sebuah format acara televisi yang di
21
produksi dan di cipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas
kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang tanpa harus menjadi
dunia khayalan.
Program informasi salah satu jenis program televisi yang disajikan stasiun
penyiaran dimana diartikan segala jenis siaran yang bertujuan untuk
memberitahukan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens.
Feature termasuk kategori jenis program informasi yang menampilkan berita-
berita ringan namun menarik. Sedangkan, Magazine program yang menampilkan
informasi ringan dan mendalam. Magazine menekankan pada aspek menarik suatu
informasi ketimbang aspek pentingnya (http://edwi.dosen.ipnyk.ac.id).
Menurut peneliti program televisi adalah segala hal yang ditampilkan
secara audio visual untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program televisi
(television programing) adalah suatu penjadwalan atau perencanaan siaran televisi
dari hari ke hari dan dari jam ke jam setiap harinya. Seperti yang dikatakan
Djamal dan Fachruddin (2011, 159-160) bahwa program siaran dapat
didefinisikan sebagai program yang diudarakan yang menempati slot waktu
tertentu dan dengan durasi tertentu tergantung dengan jenis programnya. Program
televisi juga di bagi menjadi dua yaitu dram dan non drama, yang di cipta melalui
proses pengelohan imajinasi dalam kehidupan sehari-hari.
Program “Brownies” TRANS7 termasuk program televisi yang berjenis
program informasi yaitu berita yang ditampilkan secara ringan namun menarik,
dan magazine yang menampilkan informasi ringan dan mendalam.
22
E. Audience Remaja
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh
diabaikan, sebab berhasil suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh
khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti
komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuan (Cangara, 2010:157).
Pandangan audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku
audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka
sedang menonton televisi atau radio (Morissan, 2008:191). Pola perilaku audience
ini sangat memengaruhi tingkat kebutuhan audiencenya karena kebutuhan
audience merupakan suatu hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara
dengan materi atau kemasan baru tapi isinya yang lama.
Menurut Burton (2011:304) audience menggunakan televisi dalam rangka
memenuhi kebutuhan batin untuk berhubungan dengan diri sosial dan dengan citra
diri. Kebutuhan-kebutuhan itu bisa dirangkam sebagai berikut:
a. Kebutuhan akan informasi untuk memelihara dan memperkuat
gambaran kita mengenai dunia geografis dan sosial kita (misalnya
melalui program berita dan drama).
b. Kebutuhan akan identitas untuk memanfaatkan televisi, khususnya
peran-peran tokoh dan peran-peran yang dimainkan, guna mengecek
pemahaman kita akan diri dan perilaku sosial kita (misalnya lewat
tokoh-tokoh dari televisi fiksi).
c. Kebutuhan akan interaksi sosial untuk mencerap pengalaman melalui
interaksi dan hubungan (misalnya dengan jalan mengikuti kehidupan
dalam opera sabun).
d. Kebutuhan akan peralihan perhatian untuk menggunakan televisi
sebagai hiburan, sebagai sebentuk permainan.
23
Karakteristik audience menunjukan bahwa para audience cenderung untuk
berpindah saluran pada setiap selesainya suatu program siaran. Perpindahan para
audience dari satu saluran lainnya ini terjadi pada titik perpindahan antara satu
program ke program berikutnya (Morissan, 2008:194).
Menurut Morissan (2008:195-196), perilaku audiens lain yang perlu
dicermati adalah adanya kecenderungan audiens untuk memilih salah satu stasiun
favoritnya dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Head dan Sterling
menyatakan bahwa sikap audiens terhadap pola menonton televisi sangat
dipengaruhi oleh karakteristik demografis mereka, berikut adalah demografis
ketika audiens menonton televisi: Usia; Pendidikan; Keluarga; Pekerjaan; Tempat
Tingga; Jenis Kelamin.
Sering kali dengan mudah orang mendefinisikan remaja sebagai periode
transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun,
atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah
tersinggung, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2011:2).
Menurut Yusuf (2011:184) fase remaja merupakan segmen perkembangan
individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka masa remaja ini
meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja
akhir: 19-22 tahun.
WHO menyatakan berdasarkan usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan
tersebut berlaku juga bagi pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua
24
bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono,
2011:12).
Remaja adalah kata yang mengandung kesan dan konotasi tergantung dari
mana dan siapa yang memandangnya. Dapat diduga siapapun yang memiliki anak
remaja akan selalu dilanda berbagai gejolak perasaan, senang, sedih, gembira,
bangga, kecewa, frustasi, bersemangat dan putus asa (Surbakti, 2009:1).
Maka peneliti, remaja adalah suatu transisi masa dari anak-anak hingga ke
dewasa yang menunjukan tingkah laku perkembangan psikologis seorang remaja.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan remaja menurut WHO yaitu 15-20
tahun.
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran penelitian
25
Konsep agenda setting mengamsumsi bahwa media massa berlaku
merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk
mentransfer dua elemen yakni kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik
dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang
dianggap penting oleh media massa.
Agenda media mengasumsikan bahwa media mempunyai pengaruh yang
kuat untuk membentuk pikiran publik tentang suatu berita. Apabila media
menganggap penting suatu berita maka publik juga memikirkan hal tersebut. Oleh
karena itu, agenda media memiliki efek yang sangat kuat, bahwa audience tidak
hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi
juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik
dari cara media massa memberikan tekanan terhadap topik tersebut. Dalam
penelitian ini, agenda media pada konsep agenda setting program acara
‘Brownies’ di TRANS7 Jakarta. Apabila merujuk pada konsep tersebut, pihak
media (Program ‘Brownies’ TRANS7) dapat memberikan penonjolan bagi topik
berita episode Parta Porte sehingga audiens remaja juga memikirkan informasi
yang ditayangkan oleh program ‘Brownies’.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu di
struktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi
(perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Khun
mendefinisikan ‘paradigma ilmiah’ sebagai contoh ‘yang diterima tentang praktek
ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan
instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model yang darinya
muncul tradisi yang koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang
pelaksanaannya didasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk
menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama (Moleong, 2011:49).
Ada bermacam-macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu
pengetahuan adalah scientific paradigm (paradigma keilmuan, namun untuk
memudahkan penulis menerjemahkannya secara harfiah sebagai paradigma
ilmiah) dan naturalistic paradigm atau paradigma alamiah. Paradigma ilmiah
bersumber dari pandangan positivisme sedangkan paradigma alamiah bersumber
pada pandangan fenomenologis (Moleong, 2011:50-51).
Jenis paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah
konstuktivisme. Konstruktivisme adalah aliran yang menyatakan bahwa realitas
itu ada dalam beragam konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman
sosial, bersifat lokal, dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang
melakukannya. Aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistemologis antara
27
pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil
perpaduan interaksi di antara keduanya (Salim, 2006:71).
B. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan cara
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Karakteristik dari
penelitian kualitatif yaitu menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,
wawancara, atau penelaahan dokumen, metode kualitatif ini digunakan karena
beberapa pertimbangan (Moleong, 2007:9).
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2007: 9-10). Menurut
Kriyantono (2006: 56) riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset
ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau
samplingnya sangat terbatas.
Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena
yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih
28
ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyak (kuantitas)
data. Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam
menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi
instrumen riset yang harus terjun langsung ke lapangan karena periset bersifat
subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono,
2006: 56-57).
Merriam (Bong, 2002: 26-27) dalam buku Research Design, Qualitative &
Quantitative Approaches menyebutkan enam asumsi penelitian kualitatif:
1. Peneliti kualitatif memperhatikan proses, bukan hasil atau produk
penelitian.
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, bagaimana orang merasakan
hidupnya, pengalaman, dan struktur dunia media.
3. Peneliti kualitatif adalah instrumen utama untuk pengumpulan data dan
analisis. Data diperoleh melalui pekerjaan manusia, bukan hasil
inventarisasi, kuesioner, atau mesin.
4. Peneliti kualitatif melibatkan lapangan. Secara fisik peneliti
mendatangi orang-orang, lokasi, atau institusi untuk mengamati atau
merekam perilaku orang dalam latar belakang alaminya.
5. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, sehingga peneliti tertarik pada
proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau
gambar.
6. Proses penelitian kualitatif adalah induktif. Peneliti membangun
abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori dari rincian yang diperoleh.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis kualitatif. Penelitian
dengan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari
jawaban dari suatu pertanyaan tentang suatu permasalahan secara empiris
(Hapsari, 2003: 61).
29
C. Jenis Penelitian
Ada jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan kenyataan-kenyataan (fakta-fakta) dengan mengemukakan
keadaan-keadaan mengenai objek penelitian sebagaimana adanya secara lengkap
(Kriyantono, 2006: 387). Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat yang
membuat kategori perilaku, mengamati, dan mencatat.
D. Unit Analisis
Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh tentang pandangan agenda media yang diteliti objek
penelitian. Unit analisis penelitian ini informan remaja umur 18-21 tahun karena
publik yang berkompeten dalam memberikan informasi adalah remaja.
E. Informan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan remaja akhir (berusia umur 18-
21 Tahun) penonton program “Brownies” sebagai subjek penelitian. Pengambilan
pada objek penelitian digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Informan yang
digunakan oleh peneliti adalah remaja akhir yang diambil termasuk ke dalam
objek penelitian. Adapun yang akan menjadi subjek penelitian adalah:
1. Remaja yang berumur 18-21 Tahun.
2. Audiens yang aktif dalam menonton program “Brownies”.
30
Berikut adalah profil dari informan yang digunakan sebagai subjek
penelitian yang terdiri dari tiga informan, yang berusia 18-21 Tahun:
1. Profil Rachel Salomonz
Rachel Salomonz adalah siswa berusia 18 tahun yang tinggal kawasan
Kemang Jakarta Selatan. Prestasi yang di dapat dari Rachel Salomonz
selama di sekolah adalah lomba menyanyi tingkat kecamatan, selalu
mendapatkan prestasi belajar, juara paduan suara. Mengikuti
ekstrakurikuler musik dan tari, dan selalu menjadi juara kelas di kelas.
2. Profil Nabila
Nabila adalah mahasiswi berusia 21 tahun yang tinggal di daerah
perumahan padat kawasan Bangka Kemang. Prestasi yang di dapat dari
semasa sekolah adalah lomba fashion show antar sekolah.
3. Profil Angellia
Angellia adalah mahasiswi berusia 19 tahun yang tinggal daerah padat
penduduk di kawasan Bangka Kemang. Prestasi yang didapat oleh
Angellia adalah menang kejuaraan harapan pertama lomba basket, dan
prestasi yang di dapat semasa Sekolah Menengah Atas adalah juara
lomba matematika juga sama lomba sains.
F. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan. Batasan
yang dihadapi peneliti adalah penelitian hanya berfokus pada padangan remaja
mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ Episode Parta Porte di
31
TRANS7 dan tidak dilakukan adanya observasi langsung kepada remaja ketika
menonton tayangan program televisi.
G. Teknik Pengambilan Data Penelitian
Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
wawancara terstruktur (Structured Interview). Menurut Kriyantono (2006: 99)
wawancara terstuktur merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang
mengarahkan periset dalam melakukan wawancara. Pertanyaan yang akan
diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis, biasanya mulai dari
yang mudah menuju yang lebih kompleks.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancara menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang
menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis
kerja. Untuk pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat (Moleong:
2007: 190). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan atau terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong: 2007: 186).
Kegunaan wawancara (Usman dan Akbar, 2006: 58) berguna untuk: (1)
mendapatkan data ditangan pertama (primer), (2) pelengkap teknik pengumpulan
lainnya, (3) menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik pengambilan data
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara
terstruktur, informan yang dipilih adalah tiga orang remaja. Untuk memperoleh
32
informan mengenai tingkat kepentingan suatu topik berita bagi informan,
dilakukan wawancara individual.
Wawancara terstruktur dilakukan untuk menggali penilaian dan pandangan
para informan mengenai tayangan program televisi serta alasan dan tujuan mereka
menonton program televisi tersebut. Tahapan dalam wawancara harus dibuat
karena remaja yang menjadi informan hanya mempercayai peneliti terlebih dahulu
sebelum dia bersedia mengungkapkan perasaannya. Maka pertanyaan dalam
wawancara dibuat bertahap mulai dari yang bersifat di permukaan seperti kegiatan
sehari-hari dan acara televisi apa yang disukai, hingga penilaian mereka terhadap
acara program televisi yang ditonton.
H. Teknik analisis data
Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam
riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat
atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara terstruktur atau observasi.
Tahap analisis adalah faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya,
kemampuan periset memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data
yang diperolehnya memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak.
Reliabilitas dan validitas data kualitatif terletak pada diri periset sebagai
instrumen riset (Kriyantono, 2006:194).
33
GAMBAR 1.0 Proses Analisis Data Kualitatif (Kriyantono, 2006:195)
Gambar 1.0 (Kriyantono, 2006:194-196) menjelaskan bahwa analisis data
kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di
lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam,
focus group discussion maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut
diklasifikasi ke dalam kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengategorian
mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan memperhatikan kompetensi
subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai
sumber data. Setelah diklasifikasi, periset melakukan pemaknaan terhadap data.
Pemaknaan atau interpretasi, periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan
beragumentasi.
Berbagai Data
di Lapangan
Kesahihan data:
- Kompetensi subjek
- Authenticity & Triangulasi
- Intersubjectivity &
Agreement
Pemaknaan/
Interpretasi ciri-ciri
umum
Analisis/Klasifikasi
Data/Kategorisasi
Ciri-ciri umun
Triangulasi
Intersubjective
Agreemen
BERTEORI &
KONTEKSTUAL
34
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007:248).
I. Keabsahan Data
Keabsahan pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan melakukan
analisis triangulasi. Menurut Kriyantono (2006:70-71) analisis triangulasi yaitu
menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris
(sumber data lainnya) yang tersedia. Ada beberapa macam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.
b. Triangulasi Waktu
Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia,
karena manusia dapat berubah.
c. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk di adu atau di padu. Untuk
itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data
lengkap supaya hasilnya komprehensif.
d. Triangulasi Periset
Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi
atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya,
sikap dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka
hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya sama.
Pengamatan dan wawancara dengan dua periset akan membuat data
lebih absah.
e. Triangulasi Metode
Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan
riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih
dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.
35
Kriteria keabsahan data menurut Moleong (2007:324) untuk menetapkan
keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada
empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmalibilty).
Triangulasi sumber yang digunakan oleh peneliti dengan membandingkan
atau mengecek ulang data yang didapat dengan pandangan orang yang berkaitan
langsung dengan data tersebut. Sumber yang digunakan dalam melakukan
keabsahan data adalah orang yang berkompeten langsung dalam memberikan
informasi mengenai program “Brownies” yaitu produser pada program
“Brownies”, di mana peneliti juga membandingkan hasil penelitian dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan narasumber. Kategori wawancara adalah
sebagai berikut :
A.01 Format program acara ‘Brownies’
A.02 Syarat program ‘Brownies’
A.03 Fungsi program ‘Brownies’
A.04 Pengetahuan program ‘Brownies’
B.01 Visibialitas program ‘Brownies’ tingkat menonjolnya berita.
B.02 Tingkat menonjolnya atau relevansi berita program ‘Brownies’ dengan
kebutuhan khalayak
B.03 Valensi pada program ‘Brownies’
36
TABEL 1.0. Triangulasi Data Sumber (Hasil Wawancara)
No. Narasumber Kategori Hasil Wawancara
1 Lopiani Siregar
sebagai Produser
A.01 “Brownies” Trans7 termasuk dalam
format acara news entertainment
yang ditujukan untuk pemirsa remaja
adult female umur 15-25 tahun
keatas.
2 A.02 Iya. Sejak awal dicetuskan ide untuk
program “Brownies” bertujuan
memberikan informasi menarik dan
juga informatif kepada pemirsanya.
3 A.03 Tidak, karena unsur entertainment
juga diutamakan agar pemirsa
remaja tidak bosan menyaksikan
acara “Brownies” :
4 A.04 Iya. Selain itu “Brownies” juga
menyisipkan cerita dari sisi
moralitas untuk memberikan contoh
yang baik kepada penontonnya.
5 B.01 Iya, berawal dari tingkat penonjolan
berita tersebut, layak atau tidak
untuk diberitakan kepada publik.
6 B.02 Setelah berita itu didapatkan, kita
sesuaikan isi dari berita tersebut
dengan kebutuhan khalayak.
7 B.03 Cara pemberitaan suatu informasi
yang ditayangkan oleh program
‘Brownies’ sejauh ini mendapat
respons baik dari penontonnya,
mereka merasa senang ketika
menonton program ‘Brownies’
37
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
1. Audience Remaja
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja 18-21 tahun.
Remaja tersebut dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini dalam
memberikan informasi yaitu bagaimana penilaiain remaja mengenai topik berita
yang ada pada program “Brownies”. Remaja yang digunakan dalam peneliti
berjumlah 3 informan. Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran,
pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak
adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak
boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat
ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak
sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuan (Cangara,
2010:157).
Penilaian audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku
audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka
sedang menonton televisi. Pola perilaku audience ini sangat mempengaruhi
tingkat kebutuhan audience nya karena kebutuhan audience merupakan suatu hal
yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru
tapi isinya tetap yang lama (Cangara, 2010:157).
38
Pandangan para audience terhadap isi program siaran sangat memengaruhi
tingkat kesuksesan program acara tersebut. Menurut Morissan (2008:198)
pengelola program membutuhkan pendapat dari khalayak. Pendapat khalayak
inilah yang menjadi suatu penilaian, apakah program siaran tersebut disukai
ataupun tidak disukai. Namun dalam hal ini penyiaran memiliki tanggung jawab
sosial untuk menjaga moralitas masyarakat.
2. Program Televisi ‘Brownies’ (www.trans7.co.id)
Program acara ‘Brownies’ yang diproduksi oleh TRANS7. TRANS7
dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi
layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis
antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Kelompok Kompas
Gramedia ini memiliki sebagian besar saham TV7. Pada tanggal 4 Agustus 2006,
TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang
mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta
kepribadian yang aktif.
Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan
ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah
beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan
batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi
terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan
mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia
dan pemirsa setia nya masyarakat yang menonton.
39
TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya,
dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi,
siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan
informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya
seperti Ragam Indonesia, Selamat Pagi, Jejak Petualang, Indonesiaku, Tau Gak
Sih, ‘Brownies’, Jejak Si Gundul, Mancing Mania, Orang Pinggiran, Warna dan
Komunitas Unik yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.
Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip yang kemudian
berganti nama menjadi Selebrita Pagi, Selebrita Siang, serta Gak Nyangka, Ups
Salah dan Rekreasi Azis Nunung, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang
keluarga. Program variety show seperti On The Spot, Spotlite, Rekreasi Azis
Nunung, 5 Juta 5 Menit, Oesman 77 dan Opera Van Java juga selalu dinantikan.
TRANS7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program
fenomenal di Indonesia. Kini Tukul hadir kembali di TRANS7 lewat program
Bukan Empat Mata, melengkapi talkshow Hitam Putih serta Pas Mantab.
Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga.
para pecinta otomotif dan Moto GP diajak untuk memacu adrenalin di lintasan
balap kelas dunia, tak ketinggalan pertandingan-pertandingan pilihan dari Liga
Spanyol turut melengkapi pilihan pemirsa setia program-program olahraga
TRANS7. TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di
layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, Galeri Sepakbola
Indonesia, Highlights Otomotif dan Highlights Moto GP.
40
TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan
pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang, dan Si Bolang Jalan-
jalan, menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia.
Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang
mendasar bagi para pemirsa cilik. Tidak ketinggalan program edukasi sarat
informasi, Dunia Binatang, yang mengandalkan kekuatan karakter animasi
Dolphino dan Otan sebagai maskot program tersebut.
Melengkapi sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen-
momen spesial, mengisi layar kaca anda. Jangan lupakan pula program musik
yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Konser7.
TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa remaja dengan memberikan informasi-
informasi yang sedang trend saat ini dan hiburan bagi mereka. Brownies
menghadirkan keunikan dan gaya hidup di seluruh penjuru Indonesia.
Logo Brownies
41
Penjelasan gambar di atas, program acara ‘Brownies’ merupakan program
magazine di TRANS7. Majalah (magazine) adalah gabungan uraian fakta dan
pendapat, yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara. Materi berita kuat,
sangat penting, sangat menarik. Fokus sajian magazine yaitu materi yang bersifat
mendalam dan feature.
Program ‘Brownies’ yang hadir setiap Kamis dan Jumat pukul 15.15 WIB.
“Brownies” adalah program remaja, yang menyantap remaja adult female itu usia
15-25 tahun ke atas. Program acara yang menyajikan informasi ringan, menarik
tetapi juga informatif kepada pemirsa seperti fashion, trend, lifestyle, travelling,
kuliner dan komunitas-komunitas unik. Keunggulan dari program ‘Brownies’
42
adalah program ini ditayangkan Kamis dan Jumat. Program ini juga memberikan
informasi yang menarik serta informatif kepada pemirsa khususnya remaja.
Keunikan dari program ‘Brownies’ adalah program ini ditayangkan setiap
harinya dengan berbeda topik. Program ini juga mendekatkan kepada anak muda
pada infromasi yang sedang dibicarakan di masyarakat luas, sehingga penonton
yang menonton dapat mengerti apa yang di informasikan oleh program
‘Brownies’ .
Program ini juga mengenalkan berbagai macam makanan khas suatu
daerah dan berbagai informasi tentang suatu daerah. Dimana di dalam sebuah
daerah memerlukan ciri khas yang dapat dipelajari oleh anak muda. Manfaat yang
diperoleh antara lain dapat wawasan yang lebih ketika menonton ‘Brownies’.
B. Analisis Data
Penelitian kualitatif dapat dianalogikan dengan proses penyelidikan
(investigasi). Penelitian ini dilakukan pada remaja akhir yang mempunyai
kegiatan sehari-hari yang berbeda-beda. Namun keterbatasan waktu yang di dapat
oleh peneliti maka peneliti hanya melakukan wawancara pada 3 informan. Teknik
analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan hasil
data lapangan berupa hasil wawancara, kemudian peneliti mengklasifikasi data
tersebut dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian dan melakukan
triangulasi sumber data. Setelah data tersebut diklasifikasikan peneliti dalam
melakukan pemaknaan menggunakan konsep dalam beragumentasi.
43
Informan yang digunakan peneliti remaja, serta sudah terbiasa dengan
lingkungan perumahan dan lingkungan padat penduduk. Para informan berusia
antara 18-21 tahun. Keluarga mereka tergolong kelas menengah. Peneliti
bertujuan melihat pandangan masing-masing remaja dengan latar belakang yang
berbeda. Dalam pengambilan data yang digunakan peneliti, peneliti
mengklasifikasi data yang sudah di dapat dari 3 informan tersebut lalu
dikategorikan sesuai dengan kompetensi dari subjek dan objek penelitian. Oleh
karena itu peneliti hanya menggunakan tiga sumber informan, karena tiga sumber
informan tersebut terlihat sudah cukup memperkuat hasil penelitian pada saat
dilakukannya pengambilan data dengan wawancara terstruktur.
Wawancara dengan masing-masing informan dilakukan secara terstruktur.
Dalam mendapatkan situasi yang nyaman dan kondusif untuk melakukan
wawancara, maka dipilih tempat yang jauh dari keramaian dan mudah diakses
oleh informan, seperti rumah informan dan rumah peneliti. Wawancara juga
dilakukan dengan suasana yang santai dan memperhatikan kondisi waktu yang
dimiliki oleh informan. Hal ini diupayakan agar informan dapat merasa nyaman
dan terbuka dalam memberikan informasi. Peneliti dilakukan dengan melihat
penilaian remaja terhadap program ‘Brownies’. Dalam segmen program
‘Brownies’, peneliti menggunakan ketiga informan untuk memberikan pandangan
mengenai agenda program tersebut.
Pada program ‘Brownies’ peneliti menggunakan ketiga informan untuk
mendapatkan hasil penelitian. Masing-masing informan tersebut menjelaskan
penilaian mereka pada program ‘Brownies’ berikut adalah analisis data yang
44
diteliti peneliti pada ketiga informan mengenai dimensi agenda media dan agenda
publik pada program “Brownies” di TRANS7.
1. Agenda Media
Pandangan remaja mengenai visibialitas, tingkat menonjolnya berita yang
di buat oleh media program ‘Brownies’ di TRANS7 terlihat ketika remaja tersebut
menonton acara ‘Brownies’. Rachel yang menonton program ‘Brownies’
memberikan pandangan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’
“eee...kalo menurut aku tingkat menonjolnya berita yang dibuat oleh program
‘brownies’ menayangkan berita yang disukai penontonnya.”
Menurut informan Rachel, pandangan terhadap pada program ‘Brownies’
adalah ketika ‘Brownies’ menyiarkan suatu berita yang benar-benar disukai
penontonnya. Dan penjelasan Rachel mengenai program “Brownies”:
“Hmm.. yang aku tau “Brownies” itu acaranya unik dan menghibur,
tayangannya itu setiap harinya berbeda-beda, misalnya hari ini
ngebahas tentang komunitas unik, esok harinya ngebahas tentang
fashion, style-style Korea gitu, dari nama programnya aja sudah
unik, jadi harus unik juga isi programnya.”
Penjelasan Rachel mengenai program “Brownies” adalah keunikan dari
berita yang disiarkan oleh program tersebut. Sesuai program “Brownies” yaitu
menyajikan informasi ringan, menarik dan informatif. Materi yang disiarkan juga
berbeda setiap harinya, seperti fashion, travelling, lifestyle, kuliner, komunitas
unik, dan lain-lain. Berikut penjelasan Rachel mengenai tingkat menonjolnya bagi
khalayak pada episode Parta Porte:
45
“Episode Parta Porte itu menarik banget, ngebahas suatu suku Indian, ada
juga komunitas Ganiati yang garing-garing alias jayus, sama kuliner dari Jogja,
sesuai banget apa yang dibutuhkan penontonnya, aku aja yang menonton merasa
puas”
Pengetahuan yang di dapatkan oleh Rachel ketika menonton program
‘Brownies’ episode Parta Porte dari tingkat penonjolan berita, agenda media
menayangkan suatu informasi yang penting dan sesuai kebutuhan penontonya
sehingga Rachel merasa puas ketika menonton program ‘Brownies’.
Dimensi dalam agenda media menyenangkan atau tidak menyenangkan
cara pemberitaan bagi suatu peristiwa Rachel memaparkan “program ‘Brownies’
itu kan program yang menarik, maka apa yang ditayangkan pasti akan menarik.”
Pada informan kedua yang diteliti oleh peneliti adalah Nabila, Nabila
adalah salah satu remaja yang menyukai program ‘Brownies’. Alasan mengapa
Nabila menyukai program ‘Brownies’, “iya kak suka nonton ‘Brownies’ soalnya
itu acara bermanfaat, ngasih pengetahuan, topik bahasannya juga unik, kita dapat
menambah wawasan saat nonton, yang tadinya kita gak tau menjadi tau.”
Alasan mengapa Nabila menyukai program ‘Brownies’ karena program
‘Brownies’ memberikan pengetahuan bagi Nabila. Selain pengetahuan, tentang
berita yang dianggap penting yang di dapat Nabila. Program ‘Brownies’ memang
menayangkan suatu berita yang dianggap penting oleh khalayaknya. Berikut
adalah penjelasan Nabila mengenai program ‘Brownies’ : “’Brownies itu program
yang ngebahas tentang apa yang sedang tren saat ini, itu sih yang aku tau..”
46
Pengetahuan Nabila mengenai program ‘Brownies’ hanya keunikan dari
suatu tema yang dibahas oleh program tersebut. Berikut penjelasan nabila
mengenai tingkat menonjolnya berita pada program ‘Brownies’:
“Informasi yang aku suka dari ‘Brownies’ itu ketika membahas suatu
proses produk, misalnya ngebahas tentang sepatu, nah.. ‘Brownies’
menerangkan nih hasil-hasil produk di toko tersebut, dan meliput
juga cara pembuatan sepatunya. Jadi, itu dapat menambah wawasan
buat aku, gitu loh cara buatnya. Sama ‘Brownies’ juga suka
ngebahas tentang proses produk kebudayaan juga.”
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa Nabila memang mendapatkan
pengetahuan dari program ‘Brownies’. Pengetahuan akan budaya dan memberikan
pengetahuan tentang sesuatu yang belum ia ketahui. Relevansi isi berita program
‘Brownies’ sesuai dengan kebutuhan khalayak atau penontonnya. Pandangan
Nabila ketika proggram ‘Brownies’ menayangkan suatu berita dengan dimensi
valensi:
“Valensi menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi
suatu peristiwa, program ‘Brownies’ sudah menayangkan membuat penontonnya
tertarik, aku saja sebagai penonton merasakan senang ketika menonton.”
Informan ketiga yang peneliti wawancarai adalah Angellia, Angellia
adalah remaja yang juga menyukai program “Brownies”, alasan mengapa
Angellia menyukai program tersebut “Acaranya itu dari berita yang disiarkan
“Brownies” benar-benar dengan apa yang kita butuhkan, acaranya juga
menghibur, menyenangkan, jadi aku sebagai penonton gak bosen untuk menonton
program ini.”
47
Sesuai dengan penjelasan Angellia pada program ‘Brownies’, Nabila
menyukai program ‘Brownies’ memberikan informasi yang menghibur serta
menyenangkan. Selain itu, relevansi isi berita program ‘brownies’ sesuai dengan
kebutuhan Angellia sebagai penonton. Penjelasan Angellia mengenai program
‘Brownies’ pada valensi cara pemberitaannya, “Cara pemberitaannya itu
menyenangkan, mulai dari gaya hostnya, dari cara isi beritanya, keunikan dari
“Browniesnya” jadi tuh aku yang nonton gak bosen.”
Penilaian Angellia mengenai pada program ‘Brownies’ terlihat ketika
‘Brownies’ menginformasikan mengenai suatu berita. Gaya pembawa acara yang
menarik perhatian sehingga audiens yang menyaksikan merasa terhibur oleh
tayangan program ‘Brownies’. Pandangan Angellia pada audience salience yaitu
tingkat menonjolnya berita bagi khalayak:
“informasi yang ditayangkan oleh ‘Brownies’ itu sudah cukup memenuhi
kebutuhan khalayak, karena informasi yang ditayangkan oleh ‘brownies’ itu
sangat bermanfaat bagi aku.”
Dari ketiga informan yang didapatkan oleh peneliti, terlihat keseragaman
pandangan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte
di TRANS7. Dimana agenda harus diformat, proses akan memunculkan masalah
pada waktu pertama kali dengan dimensi visibialitas yaitu tingkat atau jumlah
menonjolnya berita. Audience salience yaitu tingkat menonjolnya berita bagi
kebutuhan khalayak. Sedangkan, valensi adalah dilihat dari menyenangkan atau
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
48
C. Pembahasan
Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui
bahwa televisi sebagai salah satu media yang berpengaruh dalam memberikan
pengaruh pada audiens. Pada program televisi ‘Brownies’ yang bersifat mendidik
dan memberikan informasi yang manarik bagi penontonnya. Peneliti menganalisis
data dalam pembahasan berdasarkan dari hasil data lapangan yang kemudian
dikategorikan dan digabung dengan konsep yang digunakan, kemudian hasil data
tersebut diabsahkan sesuai dengan narasumber yang diperoleh peneliti.
Salah satu cara agar program televisi tidak ditinggalkan oleh pemirsa
adalah para pengelola televisi harus berusaha semaksimal mungkin memenuhi
kebutuhan dan tuntutan khalayak dengan menyiarkan acara-acara yang memang
digemari. Di tengah persaingan banyaknya program televisi dan semakin
banyaknya pemirsa potensial, akhirnya yang menjadi kunci pilihan bagi pemirsa
adalah kualitas program. Maka, dalam agenda media terkait dari dimensi-
dimesinya program yang bermutu dan manariklah yang akan dipilih oleh
penonton.
Produser adalah seorang yang merencanakan sebuah produksi program
berita, dan seseorang yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi.
Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis menentukan materi
mana yang akan diperlukan, kemudian akan lahir ide atau gagasan. Terdapat
produser televisi komersial mempunyai pandangan bahwa kualitas adalah
program banyak menarik perhatian penonton yang kemudia jumlah penonton
tersebut dapat dijual secara komersil.
49
Berdasarkan ketiga informan yang mengomsumsi televisi sebagai media
yang dapat memberikan pesan, dan kelebihan dari isi media televisi adalah
informasi yang disajikan lebih aktual dan menarik. Program televisi ‘Brownies’
adalah salah satu program yang berjenis magazine, yang menyajikan informasi
yang ringan, menarik, dan informatif. Ketiga informan yang diteliti oleh peneliti
memberikan berbagai penilaian mengenai program ‘Brownies’ berdasarkan
visibialitas dari program tersebut. Menurut Burton (2011:304), audiens
menggunakan televisi dalam memenuhi kebutuhan sosial dan citra dirinya.
Pandangan para audience terhadap isi program siaran sangat memengaruhi
tingkat kesuksesan program acara tersebut. Menurut Morissan (2008:198)
pengelola program membutuhkan pendapat dari khalayak. Pendapat khalayak
inilah yang menjadi suatu penilaian, apakah program siaran tersebut disukai
ataupun tidak disukai. Namun dalam hal ini media penyiaran memiliki tanggung
jawab sosial untuk menjaga moralitas masyarakat.
Ketiga informan remaja memberikan pandangan bagi program ‘Brownies’
berdasarkan dari visibialitas dimana jumlah dan tingkat menonjolnya berita yang
ada pada program acara ‘Brownies’ episode Parta Porte. Pandangan remaja dari
tingkat menonjolnya berita bagi khalayak. Pandangan remaja terhadap valensi dari
bagaimana cara pemberitaannya, bagaimana “Brownies” memengaruhi dan
berinteraksi dengan penontonnya, bagaimana penontonnya melakukannya.
Berdasarkan dari kepentingan dari agenda media yang didapatkan oleh ketiga
informan tersebut dapat terlihat bahwa agenda media dalam banyak hal
memengaruhi kepentingan isu tertentu bagi khalayak,.
50
Agenda Setting adalah yang menyatakan bahwa media massa berlaku
merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk
mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik
dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang
dianggap penting oleh media massa (Tamburaka, 2012:22-23). Dilihat
berdasarkan hasil analisis data yang digunakan, ketiga remaja akhir yang sama-
sama menonton program ‘Brownies’ adalah mendapatkan kesadaran dan
informasi dari berita yang dianggap penting oleh media massa. Kehadiran media
massa sangat memengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakat terutama
remaja.
Ciri paling utama dari media massa adalah bahwa mereka dirancang untuk
menjangkau banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebagai sekumpulan
besar dari konsumen yang kurang anonim, dan hubungan antara pengirim dan
penerima dipengaruhi olehnya (McQuail, 2011:61). Pengirim sering kali
merupakan lembaga itu sendiri atau seorang komunikator profesional (tim
program ‘Brownies’) yang dipekerjakan oleh lembaga tersebut.
Agenda Setting Theory masih sangat dominan sebagai bahan acuan.
Materi-materi yang ditayangkan program ‘Brownies’, diatur dan dirancang oleh
pengelola media dan dilemparkan ke masyarakat. Sesuatu yang dikelola dengan
baik diyakini akan mendapat respons positif. Dari ketiga remaja tersebut respons
pada program “Brownies” sangat baik, karena materi-materinya dirancang dengan
baik, sehingga informasi yang disampaikan melalui program “Brownies” dapat
diterima oleh penontonnya.
51
Media mencari isu atau berita yang menonjol atau hal-hal yang
menyenangkan ketika suatu berita itu disiarkan sehingga mendapat perhatian dari
audience. Media melihat suatu berita yang menarik jika diblow-up karena akan
menguntungkan dari sisi ekonomis yaitu akan menaikan oplah dan rating media
tentunya akan menyita perhatian audience.
Dalam agenda media Episode Parta Porte program ‘Brownies’ yang diteliti
oleh peneliti. Ketiga informan memberikan pandangan terhadap episode tersebut,
informasi yang ditayangkan dalam agenda media pada program ini yaitu relevansi
isi beritanya sesuai dengan kebutuhan khalayak. Lalu, valensi dari cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa menyenangkan bagi ketiga informan tersebut.
Sedangkan, tingkat penonjolan berita dalam episode Parta Porte mengenai suku
Indian, komunitas ganiati, dan kuliner Jogja.
Episode Parta Porte” program ‘Brownies’ yaitu meliput toko yang
berdesign ala Indian, produk yang dijualkan produk suku Indian dengan membuat
sendiri atau sering disebut handmade, tidak membahas produk suku Indian saja,
namun program ini juga membahas suku Indian dari zaman dahulu. Dalam
seharinya program ‘Brownies’ perepisodenya mempunyai tiga segmen yang
terdiri atas segmen pertama di isi dengan toko parta porte, segmen kedua
menjelaskan tentang kuliner di daerah jogja, sedangkan segmen ketiga sering kali
diisi dengan segmen komunitas unik, film atau musik yang sedang tren. Sebagai
contoh gambar tayangan seperti dibawah:
Segmen 1 Episode Parta Porte “Brownies” Suku Indian
52
Host Brownies : Rio Indrawan Co Host : Adit Audia
53
Segmen 2 Komunitas Unik Ganiati (Garing Mania Mati)
54
55
Segmen 3 Kuliner Daerah
Dalam Episode yang diangkat dalam penelitian ini ialah ‘Brownies’
episode Parta Porte yang disiarkan pada Maret 2013 dengan host Rio Indrawan
dan Adit Aulia. Peneliti mengambil episode paling terbaru guna mendapatkan data
yang lebih terkini. Hal ini juga menarik dan mendapat perhatian khusus oleh
peneliti dalam episode ini ialah karena kedua host, dalam adegan awal tayangan
episode ini, menggunakan pakaian ala Indian dan sambil menginformasikan
sesuatu dengan bahasa Indian dengan gayanya yang khas.
Episode Parta Porte ini ditayangkan pada awal Maret, isu-isu atau topik
yang diambil yaitu suku Indian, Komunitas Unik Ganiati, Kuliner khas Jogja.
56
Episode Parta Porte ini ditayangkan pada saat liburan sekolah, program
‘Brownies’ menginformasikan episode tersebut agar penontonnya dapat
mengetahui daerah-daerah untuk berlibur. Seperti Bandung ada outlet Parta Porte
yang menyediakan aksesoris ala suku Indian. Sedangkan dari segi kuliner di Jogja,
restaurant unik yaitu rumah pohon.
Keunikan dari episode Parta Porte pada tayangan program ‘Brownies’
yaitu aksesoris yang dipakai oleh suku Indian itu ternyata bisa dikoleksi di
Indonesia. Seperti apa yang dikatakan informan yang diteliti oleh peneliti yaitu
Angellia ketika menonton tayangan episode Parta Porte tersebut, rasa
keingintahuan itu yang Angellia miliki, informasi yang didapat tentang toko Parta
Porte ada di Indonesia. Sedangkan informan Nabila informasi yang didapat dari
Parta Porte itu tentang kuliner khas Jogja.
Efek dari agenda setting model terdiri atas efek langsung dan efek
lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan berita yang ditayangkan program
‘Brownies’ itu ada atau tidaknya dalam agenda media, dari semua berita mana
yang dianggap paling penting bagi penontonnya. Sedangkan efek lanjutan itu
berupa persepsi atau pengetahuan penontonnya tentang berita tertentu.
Persepsi adalah rangsangan yang diorganisasi berdasarkan tingkat
pengetahuan (Cangara, 210:161-162). Berdasarkan dari hasil analisis data, efek
langsung dan efek lanjutan yang terjadi pada ketiga informan tersebut yaitu berita
yang ditayangkan program ‘Brownies’ pada episode Parta Porte itu menarik.
Persepsi atau pengetahuan penontonnya tentang topik episode Parta Porte
57
keinginan langsung datang dan membeli aksesoris dari toko Parta Porte di
Bandung dan kuliner khas Jogja yaitu restauran rumah pohon.
Penilaian audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku
audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka
sedang menonton televisi atau radio (Morissan, 2008:191). Pola perilaku audience
ini sangat memengaruhi tingkat kebutuhan audiencenya karena kebutuhan
audience merupakan suatu hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara
dengan materi atau kemasan baru tapi isinya tetap yang lama.
Agenda media program ‘Brownies’ yaitu membentuk persepsi khalayak
tentang apa yang dianggap penting, dengan teknik pemilihan dan penonjolan
dalam memberikan berita apa yang lebih penting. Oleh karena itu, agenda media
dalam model agenda setting menekankan adanya hubungan positif antara
penilaian yang diberikan media pada suatu tema atau topik berita dengan
perhatian yang diberikan khalayak pada tema atau topik tersebut. Maka menurut
hasil analisis data pandang agenda media pada program ‘Brownies’ terhadap
ketiga remaja ini berita yang ditayangkan oleh program tersebut penting untuk
ketiga remaja itu.
Dalam penelitian ini peneliti agenda media terdiri dari pokok persoalan,
peristiwa, anggapan, dan pandangan untuk disampaikan kepada publik atau
khalayak. Sesuai dengan ‘Brownies’ adalah program yang menyuguhkan berbagai
liputan mengenai gaya hidup dan anak muda. Persoalan gaya hidup ini dapat
dilihat dari para remaja yang selalu mencoba mengikuti tren, demi penampilan
yang trendi dan menarik, para remaja berlomba-lomba mempercantik diri. Oleh
58
karena itu, pengukuran agenda publik mengenai berita yang menurut publik itu
paling penting dirinya. Dari ketiga remaja tersebut menyatakan bahwa berita yang
paling penting untuk mereka adalah mengenai fashion, kuliner dan kebudayaan
suatu daerah atau negara, karena itu akan menambah wawasan bagi mereka.
Jenis program ‘Brownies’ adalah magazine atau juga gabungan berbagai
jenis dan bentuk berita, uraian fakta atau pendapat yang nilai beritanya kurang
kuat, khususnya nilai aktualitasnya namun memiliki penyajian yang lebih lengkap
dan mendalam dengan laporan yang khas (feature) dan bersifat unik. Nilai berita
dalam program ‘Brownies’ terkandung di dalam laporan khas lebih banyak nilai
menarik. Mengingat laporan fakta yang diuraikan bersifat khas atau unik,
termasuk dalam agenda media cara penyajian dan penyusunan naskah juga harus
bersifat sederhana dengan memberikan penekanan pada hal yang bersifat khas dan
unik tersebut.
Peneliti melakukan kepada ketiga informan remaja yang dapat
memberikan penjelasan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’. Berita
fakta yang memberikan sentuhan rasa insani atau kemanusiaan. Fakta disini bisa
mengenai apa saja, asalkan mengandung nilai dan rasa yang mampu memberikan
rasa insani. Isi pesan dalam topik merupakan refleksi atas kehidupan manusia,
dengan memberi informasi baik dalam gambar maupun narasinya.
Kebutuhan lain yang digunakan audiens dalam mengonsumsi televisi
adalah kebutuhan akan peralihan untuk menggunakan televisi sebagai hiburan,
selain agenda media dari cara pemberitaan suatu topik berita yang terkandung
dalam program ‘Brownies’. Remaja menilai kebutuhan yang didapatkan selain
59
penilaian mengenai berita adalah kebutuhan hiburan pada program tersebut, salah
satu hiburan yang ada pada program ‘Brownies’ terlihat ketika program ini
menayangkan episode Parta Porte, seperti yang diungkap oleh Rachel dan Nabila
ketika dilakukan wawancara mereka menyebutkan bahwa ‘Brownies’ salah satu
program yang menghibur dilihat dari sisi cara pemberitaan dan isi topik berita.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam melakukan
pembahasan kembali mengenai program yang sudah disiarkan atau episode
program sebelumnya, agenda setting dalam media, agenda setting memengaruhi
khalayak dalam memberikan informasi. Komunikasi yang dilakukan narasumber
dalam menyampaikan informasi mendapat respons dari penonton. Orang yang
menonton televisi dapat dengan mudah mengetahui informasi yang menjadi topik
pembicaraan.
Menurut peneliti dari hasil analisis data ketiga informan, teori agenda
setting adalah media yang mempunyai kekuatan dalam mensetting atau
memengaruhi khalayak sehingga orang-orang yang menonton dapat dengan
mudah mendapatkan informasi dan mengetahui berita apa saja yang sedang
menjadi topik pembicaraan yang sedang marak dibicarakan.
Agenda media akan menjadi agenda khalayaknya, jika agenda media
adalah pemberitaan episode Parta Porte yang membahas berbagai macam isi dari
program ‘Brownies’, agenda atau pembicaraan khalayak juga sama seperti apa
yang agendakan media tersebut.
Agenda media juga bisa sengaja dimunculkan. Seperti suatu komunitas
unik Gangnam Style sudah banyak dilupakan. Secara tiba-tiba media massa
60
mengekspos komunitas unik. Kemudian, berita itu menjadi perhatian utama media
massa. Agenda yang dilakukan dengan media massa ini akhirnya akan menjadi
agenda pembicaraan para audiens atau masyarakat, meskipun komunitas ini sudah
lama dilupakan. Semakin gencar media massa memberitakan, semakin hangat dan
ramai topik tersebut dibicarakan masyarakat. Maka, disini dimensi yang terkait
visibialitas jumlah dan tingkat penonjolan berita.
Pandangan remaja mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ di
TRANS7, kesesuaian agenda setting terdapat agenda media pada program
tersebut. Dilihat berdasarkan hasil analisis data yang digunakan, agenda media
pada program ‘Brownies’ dalam penonjolan dan penyajian tema berita, ketiga
informan tersebut menyatakan bahwa berita yang ditayangkan program tersebut
adalah penting, kekuatan media mampu memengaruhi ketiga informan tersebut
untuk melakukannya. Maka, dimensi yang berkaitan yakni keakraban dengan
program “Brownies”, penonjolan pribadi dan kesenangan khalayak terhadap topik
apa yang dimuat di media massa. Dan karakteristik remaja sebagai audiens ialah
remaja akhir tersebut cenderung untuk tidak pindah chanel televisi ketika mereka
menonton program “Brownies” di TRANS7, dan salah satu acara favorit ketiga
informan remaja dalam memberikan berbagai informasi dan pengetahuan dan juga
hiburan adalah program “Brownies” di TRANS7.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada tiga
informan remaja akhir 18-21 tahun. Pandangan remaja mengenai agenda media
pada program “Brownies” di TRANS7 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Remaja yang menonton acara program “Brownies” dalam memberikan
pandangan tentang agenda media. Agenda media yang ada pada program
“Brownies” terlihat ketika “Brownies” didapatkan dari tayangan suatu berita
yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Dan cara penyajian beritanya pun
menarik dan berbeda. Namun, menurut ketiga informan yang diteliti, topik
berita dan cara penyajiannya terlihat pada episode Parta Porte menayangkan
suatu proses produk sebuah kebudayaan, kuliner daerah, dan komunitas unik.
2. Agenda media terkait dengan dimensi-dimensi, agenda harus diformat dengan
visibialitas yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita, audience salience
tingkat menonjol bagi khalayak, valensi yaitu menyenangkan atau tidak
menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa yang ditayangkan pada
program ‘Brownies’ episode Parta Porte.
B. Saran
1. Saran penulis untuk PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (TRANS7) pada
redaksi program “Brownies” adalah menambahkan program-program yang
62
menarik bagi audiensnya tanpa lupa untuk mengisi isi pesan program
tersebut. Dan menambah hari dan jam tayang lebih lama.
2. Saran peneliti untuk penelitian ini adalah dimensi yang terkait dalam agenda
media dilihat dari visiabilitas, audience salience, valensi. Program ‘Brownies’
harus menyajikan informasi apa yang dibutuhkan khalayaknya. Dan tetap
tidak menghilangkan unsur menghibur di setiap program acara yang dibuat.
Karena unsur menghibur juga diperlukan bagi audience agar tidak cepat
bosan dengan isi pesan media yang ada.
63
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Ardianto, Elvinaro., Komala & Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Burton, Graeme. 2011. Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian
Televisi. Yogyakarta: Jalasutra.
Cangara, Hafied. H. Dr. Prof. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djamal, Hidajanto & Fachruddin Andi. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah
Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana.
Effendy M.A, Onong Uchajana. Drs. Prof., 2008. Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana
Mabruri, Anton, 2011. Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format
Acara Nondrama, News & Sport, Depok: Mind 8 Publishing House.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, J. Lexy. Dr. Prof., 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Morrisan, M.A. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta: Kencana.
Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo
persada.
64
Salim, Agus, Dr. Ms. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Sarwono, Wirawan Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sendjaja, S, Djuarsa. 2004. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Severin, Werner J & Jr Tankard, James W. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa Edisi Kelima. Kencana.
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Usman, Husaini, & Akbar, Setiadi Purnomo, M.Pd. 2006. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Yusuf, Syamsu, H. Dr. M. Pd. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Buku Online :
Soenarto, RM. 2007. Program Televisi: Dari Penyusunan Sampai Pengaruh
Siaran. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Surbakti, MA., Drs., EB., 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Sumber Lain:
Siregar Lopiana, 2012. Hasil Wawancara 12 Desember, Jakarta.
www.trans7.co.id
65
http://edwi.dosen.ipnyk.ac.id
Skripsi :
Bong, Erica. 2002. Remaja dan Televisi: Studi Makna Televisi Dalam Kehidupan
Remaja. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Indonesia.
Hapsari, Wiendy. 2003. Efek Kognitif dan Afektif Tayangan Televisi Bertema
Dunia Supernaturl: Studi Kualitatif Efek pada Kelompok Remaja
Religius dan Non Religius. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas
Indonesia.
Helmalena, Putri. 2011. Analisis Fenomenologi Pada Program Mario Teguh
Golden Ways di Metro TV. Universitas Islam Negeri. Jakarta.
Krisna, Ari. 2010. Analisi Isi Tayangan Program Kalawarta di TVRI Jawa Barat
Ditinjau dari Nilai Berita. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Jurnal :
Heldi, dan Alfitri. “Tayangan Mistik Televisi dan Respon Kultural: Suatu
Tinjauan Sosiologi Komunikasi”. Jurnal Mimbar Agama dan Budaya,
Vol. 23, No. 2, 2006.
Sella, Yessi Paradina. “Analisa Perilaku Imitasi dikalangan Remaja Setelah
Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar. eJournal Ilmu
Komunikasi. Vol. 1, No. 3, Hal 66-80. 2013.
Situmeang, Ilona V. Oisina. “Pengemasan Program Komedi Mengandung Unsur
Pendidikan dalam Penyampaian Pesan Moral Kepada Khalayak”. Jurnal
Komunikologi Vo. 9, No. 1, Maret. 2012.
Zamroni, Mohammad. Komodifikasi Budaya Dalam Tayangan Televisi. Tesis
tidak diterbitkan.
top related