bab i pendahuluan - e-journal.uajy.ac.ide-journal.uajy.ac.id/9763/2/1ta13652.pdf · airbus a-330 6...
Post on 19-Jul-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota besar yang di-Indonesia.
Tidak hanya itu, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota Pelajar atau kota Pendidikan.
Banyak masyarakat dari luar kota atau luar pulau berkeinginan untuk menyekolahkan atau
bersekolah di-DIY. Mereka yang bersekolah di kota Pelajar ini menempuh berbagai jenjang
pendidikan baik dari jenjang pendidikan SMA maupun jenjang pendidikan Akhir seperti
Universitas/ Sekolah tinggi.
Proyek yang diusulkan ialah berjudul Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Menurut undang-undang tentang penerbangan, penerbangan adalah satu
kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya 1. Penerbangan sendiri merupakan salah satu jenis transportasi udara yang beberapa
tahun belakangan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka,
karena dengan menggunakan moda transportasi ini masyarakat dapat berpindah tempat dari
bandara satu ke bandara lainnya dengan menggunakan armada pesawat terbang secara cepat
dan efektif.
Saat ini, perkembangan dunia penerbangan di Indonesia mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat, dengan dilihat dari besarnya potensi jumlah penumpang yang akan
berpergian menggunakan armada pesawat terbang dan banyaknya maskapai penerbangan
yang beroperasi di Indonesia. maskapai-maskapai tersebut adalah Garuda Indonesia, Merpati
Airline, Lion Air, Citilink, Air Asia, Sriwijaya Air, Star Air, dsb. Di samping itu, sebagian besar
maskapai penerbangan menerapkan sistem LCC (Low Cost Carrier) yaitu biaya operasi yang
kecil dimana maskapai penerbangan memangkas biaya operasional yang dikeluarkan dan
melakukan efisiensi. Awal mula berkembang dan munculnya banyak maskapai di Indonesia,
dimulai pada tahun 2001. Sejak dibukanya deregulasi penerbangan niaga oleh pemerintah pada
tahun 2001, dan maskapai baru bebas mengunakan sistem LCC (Low Cost Carrier).
1 pasal 1 angka 1 Undang-undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
2
Karena adanya sistem LCC ini, jumlah penerbangan dan rute penerbangan meningkat.
Oleh karena itu, maskapai-maskapai di dalam negeri berbondong-bondong untuk menambah
armada pesawat terbang mereka. Selain itu, adanya wacana pembangunan bandara baru
seperti contoh di Yogyakarta yaitu pembangunan bandara internasional di kulon progo akan
mengakibatkan bertambahnya slot-slot penerbangan dari tiap masing-masing maskapai udara.
Ini berimbas pada meningkatnya kebutuhan akan sumber daya manusia atau tenaga ahli untuk
menangani armada pesawat yang tersedia atau bahkan armada pesawat terbang yang baru
akan datang.
Dengan adanya wacana Bandara Internasional Baru yang bertempat di Kulon Progo,
dipastikan kebutuhan akan penerbangan akan meningkat ini dikarenakan kapasitas Bandara
akan lebih diperbesar ketimbang kapasitas Bandara yang berada di Bandara Internasional
Adisutjipto. Meningkatnya kebutuhan penerbangan ini akan mempengaruhi jumlah sumber daya
manusia atau tenaga ahli pada bidang penerbangan dari setiap maskapai penerbangan.
NO. JENIS PESAWAT JUMLAH
PENAMBAHAN
TAHUN
KEDATANGAN
1. Airbus A-330 6 Oktober 2012 - Oktober 2014
2. Airbus A-320 25 2014 - 2018
3. Boeing 777-300ER 10 Mei 2013 – Januari 2016
4. Boeing 737-800 25 Juni 2009 – Februari 2016
Gambar 1.1 Rute Penerbangan Domestik Maskapai Garuda Indonesia
Sumber : Garuda Indonesia- Laporan tahun 2011
Tabel 1.1. Jumlah Penambahan Armada Penerbangan Maskapai Garuda Indonesia
Sumber : Garuda Indonesia- Laporan tahun 2011
3
Pengingkatan tenaga ahli atau sumber daya manusia tersebut meliputi Pilot pesawat terbang,
Teknisi mesin pesawat terbang, dan petugas pemandu lalu lintas udara, serta pengelola
bandara. Untuk itu, diperlukan sebuah wadah berupa sarana pendidikan yaitu sekolah tinggi
teknik penerbangan yang dapat mencetak tenaga-tenaga ahli untuk dapat terjun di maskapai-
maskapai atau dunia kerja nantinya. Di-Indonesia sendiri terdapat 19 sekolah penerbangan
yang tersebar di seluruh Indonesia, sekolah-sekolah tersebut bekerja sama atau dibawah
naungan Kementrian Perhubungan Indonesia. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di kota-kota
di Indonesia seperti tertera sebagai berikut :
No. Tahun
Masuk
Angkatan Jumlah Masuk Jumlah Lulus Tahun
Lulus A B A B
1. 2005 58 18 18 16 17 2007
2. 2006 59 20 20 19 28 2008
3. 2007 60 20 20 18 17 2009
NO. NAMA SEKOLAH PENERBANGAN ALAMAT
1. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug Tangerang
2. Deraya Flaying School Jakarta Timur
3. PT. Aero Flayer Institute Banten
4. PT. Alfa Flaying School Jakarta Timur
5. PT. Bali Widya Dirgantara Bali
6. Merpati Pilot School Jakarta Pusat
7. Nusa Flying International Jakarta Timur
8. PT. Wing School Jakarta Pusat
9. National Aviation Management Jakarta Pusat
10. Musi Aviation Training Jakarta
11. Bandung International Aviation Bandung
12. Lombok Institute of Flight Technology -
13. Proflight Indonesia Jakarta
14. Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Surabaya Surabaya
15. Aviasi Solusi Prima -
16. Genesa Dirgantara -
17. TRI MG Intera Asia Airlines -
18. Sekolah Tinggi Teknik Adisutcipto Yogyakarta
19. STTKD Yogyakarta
Tabel 1.2. Sekolah Penerbangan di Indonesia
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Tabel 1.3. Jumlah Siswa Akademik Jurusan Penerbang STPI Curug
4
4. 2008 61 30 30 26 28 2010
5. 2009 62 30 30 27 29 2011
6. 2010 63 45 45 42 44 2012
7. 2011 64 45 45 40 44 2013
8. 2013 65 60 60 - - 2015
9. 2014 66 60 60 - - 2016
10. 2015 67 75 75 - - 2017
Dengan jumah lulusan pertahun yang tertera pada tabel dan tingginya kebutuhan akan
sumber daya manusia atau tenaga ahli dalam bidang pilot, masih belum mencukupi. Ini
dikarenakan penambahan armada pesawat terbang yang dilakukan oleh maskapai-maskapai di
Indonesia. selain itu, lulusan akademik pilot tersebut tidak hanya dibutuhkan oleh maskapai
dalam negeri namun dibutuhkan oleh maskapai-maskapai asing seperti maskapai eropa dan
maskapai amerika.
Jika dilihat dari ke-19 sekolah penerbangan yang terdapat di-Indonesia ini, 80%-nya
berada di daerah Jawa Barat. Untuk daerah Jawa Timur terdapat 1 Sekolah Penerbangan, yaitu
Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP), dan untuk daerah Yogyakarta terdapat 2
Sekolah yang menggeluti dalam bidang Penerbangan yaitu STTA dan STTKD, serta beberapa
daerah lainnya. Untuk sekolah tinggi yang terdapat di daerah Yogyakarta, bidang akademik yang
dipelajari adalah bidang teknik mesin pesawat terbang yang lebih mengarah ke teknisi
penerbangan.
Untuk pemilihan lokasi yang dipergunakan pada proyek sekolah tinggi teknik
penerbangan memiliki ketentuan khusus, yaitu :
1. Angin tidak berubah
2. Tidak ada Terrain (penghalang) yang menjadikan hazard yang cukup besar disekitar radius
10 noticelmils
3. Tidak ada gangguan dari penerbangan lain (komersil atau militer)
4. Aksesibilitas mudah
5. Bukan daerah bandara
6. Tidak ada sengketa perang 2.
Dillihat dari ketentuan pemilihan lahan yang akan digunakan sebagai fasilitas
pendidikan yaitu sekolah tinggi teknik penerbangan yang berlokasi di Daerah Istimewa
2 Faisal Akbar, Wawancara tentang Syarat dan Ketentuan Pembangunan Lokasi Sekolah Tinggi Penerbangan, Pilot,
Yogyakarta, 20 Februari 2015
Sumber : Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia- Curug
5
Yogyakarta sudah sesuai. Dikarenakan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota Pelajar
atau Pendidikan. Sedangkan pemilihan site dengan memperhatikan ketentuan khusus diatas
lokasi yang sesuai ialah kabupaten Kulon progo. Selan itu, kabupaten Kulon progo merupakan
salah salah satu dari lima kabupaten/ kota di Propinsi D.I. Yogyakarta.
Kabupaten kulon progo merupakan kabupaten yang memiliki daerah pemerintahan
yang cukup besar yaitu sekitar 586,3 km², dan memiliki jumlah penduduk 388.869 jiwa (Sensus
penduduk tahun 2010). Kabupaten kulon progo memiliki topografi yang bervariasi dengan
ketinggian antara 0 – 1000 meter diatas permukaan laut dan terbagi menjadi 3 wilayah seperti
wilayah utara merupakan dataran tinggi/ perbukitan, bagian tengah yang merupakan daerah
perbukitan, dan bagian selatan merupakan dataran rendah. Dilihat dari RTRW kabupaten kulon
progo lokasi proyek sekolah tinggi teknik penerbangan harus memiliki jarak ± 8 – 10 km dari
lokasi bandara baru.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kabupaten Kulon progo
Sumber : Kabupaten Kulon progo dalam Angka 2014
6
NO. TAHUN LANDING TAKEOFF
1. 2009 643 650 2. 2010 605 599 3. 2011 835 839 4. 2012 803 806 5. 2013 1.130 1.131 6. 2014 1.148 1.150
Dari jumlah lalulintas penerbangan di Yogyakarta yaitu di Bandara internasional
Adisutjipto, lalulintas penerbangan sangat padat. Kepadatan penerbangan ini terbagi menjadi
2 yang meliputi penerbangan domestik dan penerbangan internasional, serta dihitung jumlah
penerbangan pertahunnya. Dan penerbangan yang terdapat di Bandara internasional
Adisutjipto Yogyakarta ini, tidak hanya dilalui oleh penerbangan komersil namun dilalui pula
dengan penerbangan pesawat latih TNI Angkatan Udara. Sedangkan, untuk daerah kulon
progo masih relatif sepi pergerakan lalulintas penerbangan.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Proyek yang diusulkan
adalah Sekolah tinggi teknik penerbangan. Pemilihan proyek didasari atas meningkatnya
jumlah penerbangan dan penambahan armada pesawat terbang yang diakibatkan oleh
beberapa faktor yang mengharuskan tiap maskapai penerbangan dan pihak bandara untuk
menambah sumber daya manusia atau tenaga ahli dalam bidang penerbangan seperti pilot
pesawat terbang, mekanik atau teknisi pesawat terbang, dan petugas lalu lintas udara, serta
petugas bandara atau manajemen penerbangan. Selain itu, dengan adanya sekolah tinggi
teknik penerbangan para pilot muda dapat menambah Jam terbang (Flying hours) yang
nantinya akan diperlukan. Sedangkan pemilihan lokasi didasari atas beberapa penilaian dan
pertimbangan seperti ketersediaan lahan, aksesibilitas, dan kepadatan lalulintas udara. Maka
Tabel 1.5. Jumlah Landing – Takeoff Jenis Penerbangan Internasional
Bandara Internasional Adisutjipto
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Tabel 1.4. Jumlah Landing – Takeoff Jenis Penerbangan Domestik
Bandara Internasional Adisutjipto
NO. TAHUN LANDING TAKEOFF
1. 2009 10.996 10.291 2. 2010 13.670 13.686 3. 2011 15.230 15.187 4. 2012 17.580 17.576 5. 2013 19.570 19.576 6. 2014 20.150 20.158
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
7
dari itu, diusulkan untuk adanya penambahan wadah berupa sarana pendidikan yang dapat
mencetak sumber daya manusia atau tenaga-tenaga ahli dalam sebuah Sekolah tinggi teknik
penerbangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan berlokasi di Kabupaten Kulon progo. Arsitek
juga mengharapkan dengan adanya sekolah tinggi teknik penerbangan akan mampu
memberikan kontribusi pada dunia penerbangan.
1.2. Latar Belakang Permasalahan
Saat ini, di seluruh indonesia moda transportasi yang digemari oleh masyarakat ialah
moda transportasi udara. Ini dikarenakan dengan menggunakan moda transportasi udara, waktu
yang ditempuh sangat singkat dari pada moda transportasi lainnya. Tidak hanya itu, dengan
menggunakan moda transportasi udara ini masyarakat dapat berpindah dari satu pulau ke pulau
yang lainnya, mengingat negara Indonesia merupakan negara maritim terbesar didunia dengan
2/3 wilayahnya merupakan wilayah lautan. Oleh karena itu, moda transportasi udara sangat
dibutuhkan di Indonesia.
Dengan semakin dibutuhkannya moda transportasi udara, maskapai-maskapai di
indonesia berbondong-bondong untuk menambah rute pesawat terbang dan juga penambahan
armada pesawatnya. Sebagai contoh penambahan armada pesawat terbang milik maskapai
Garuda Indonesia pada tahun 2011-2012 menambah beberapa armada, seperti pembelian 6
pesawat Airbus tipe A-330, 25 pesawat A-320, 10 Boeing 777-300ER, dan sebanyak 25 pesawat
Boeing 737-800 3. Tidak hanya maskapai Garuda Indonesia saja yang menambah armada
pesawat, namun maskapai Citilink menambah armada pesawat 25 unit dengan tipe Airbus
A320-200 4. Ini dimaksudkan agar dapat menampung penumpang yang tiap hari semakin
bertambah.
Penambahan armada pesawat terbang yang dilakukan oleh masing-masing maskapai
penerbangan, tidak diimbangi dengan sumber daya manusia atau tenaga ahli yang kompeten.
Untuk maskapai yang terdapat di indonesia sendiri masih dibutuhkan sekitar 300 orang pilot
untuk memenuhi penambahan armada pesawat yang dilakukan oleh tiap maskapai
penerbangan 5. Dengan penambahan armada pesawat, tidak hanya pilot yang mesti di tambah
namun tenaga ahli dalam bidang mesin atau teknisi pesawat harus ditambah pula. Ini
dikarenakan masih kurangnnya teknisi pesawat dari tiap-tiap maskapai penerbangan.
Di-Indonesia, masih kurangnya sekolah tinggi yang berkutat dalam pembentukan
sumber daya manusia atau tenaga ahli dalam dunia penerbangan menjadi salah satu
3 PT. Garuda Indonesia, 2011 Laporan Tahunan Annual Report, Jakarta, 2012, Hal 378 4 PT. Garuda Indonesia, 2011 Laporan Tahunan Annual Report, Jakarta, 2012, Hal 111 5 Koran Kompas, Jumat 27 januari 2012
8
permasalahan utama yang berkaitan dengan pemasokan sumber daya manusia atau tenaga
ahli ke tiap-tiap maskapai penerbangan. 19 sekolah yang terdapat di indonesia masih kurang
untuk menambah sumber daya manusia atau tenaga ahli, untuk itu dibutuhkan sebuah sekolah
tinggi teknik penerbangan. Agar dapat memasok sumber daya manusia atau tenaga ahli ke
maskapai-maskapai penerbangan baik dalam negeri atau luar negeri, dengan menggunakan
lisensi yang diperoleh dari sekolah tinggi teknik penerbangan. Selain itu, sesuai dengan Kepres
bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan sumber daya manusia yang
terdidik dan profesional dipandang perlu mendirikan sekolah tinggi penerbangan sebagai
perguruan tinggi kedinasan di lingkungan Departemen Perhubungan 6.
Selain permasalahan sarana prasarana, Sekolah tinggi teknik penerbangan yang
terdapat di-Indonesia masih terjadi kekerasan yang berupa perpeloncoan. Perpeloncoan
tersebut terjadi karena adanya tradisi yang dialami oleh taruna baru (Akademik baru) dan
dilakukan oleh para senior. Serta perpeloncoan ini terjadi karena adanya kesenjangan sosial
antara junior dan senior dalam asrama. Kekerasan yang berupa perpeloncoan ini
mengakibatkan atau berdampak pada perilaku taruna/ i junior yang berupa rasa takut, dan hal
tersebut berimbas pada proses belajar mereka yang kurang maksimal.
Oleh karena itu, sekolah tinggi teknik penerbangan ini akan menggunakan konsep
sekolah yang bersifat kekeluargaan. Hal tersebut dimaksudkan agar kekerasan yang berupa
perpeloncoan yang diakibatkan oleh tradisi serta kesenjangan sosial antara senior dan junior
dapat berkurang atau bahkan dapat menghilang. Sehingga proses belajar menjadi maksimal.
Adapun permasalahan dalam bidang Arsitektur, seperti permasalahan aristektur yang
pertama ialah Visual Bangunan atau Tampilan Bangunan 7. Dimana dalam setiap desain atau
rancangan sekolah tinggi teknik penerbangan kurang memperhatikan visual bangunan atau
tampilan bangunan, dan terkesan hanya asal membangun serta hanya tinggal ditempati. Untuk
itu, dalam proses perancangan Sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta ini masalah visual bangunan atau tampilan bangunan akan diperhatikan lebih detail
agar dapat memunculkan karakteristik atau citra dari sekolah tinggi teknik penerbangan
tersebut. Serta dalam proses perancangan akan diperhatikan kondisi bangunan sekitar, agar
bangunan dapat selaras atau menyatu dengan lingkungan sekitar tersebut.
Permasalahan arsitektur yang kedua adalah tingkat penghawaan atau suhu pada
sekolah tinggi teknik penerbangan yang terdapat di-Indonesia 8. permasalahan tersebut terjadi
6 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 43 Tahun 2000 Tentang Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Hal 1 7 Faisal Akbar, Wawancara tentang Permasalahan Desain pada Sekolah Tinggi Penerbangan di Indonesia, Pilot,
Yogyakarta, 20 Februari 2015 8 Faisal Akbar, Wawancara tentang Permasalahan Desain pada Sekolah Tinggi Penerbangan di Indonesia, Pilot,
Yogyakarta, 20 Februari 2015
9
baik di dalam ruang kelas atau pun di luar ruang kelas. Hal tersebut menjadikan
ketidaknyamanan dalam proses pembelajaran, baik dialami oleh para akademik maupun para
dosen atau pembimbing itu sendiri. Dalam desain sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah
Istimewa Yogyakarta ini akan memperhatikan tingkat penghawaan ruang dalam dan ruang luar
sehingga akan menciptakan suasana yang lebih nyaman. Tingkat kenyamanan yang baik akan
menciptakan proses belajar yang maksimal.
Permasalahan arsitektur berikutnya didasari oleh latar belakang pengadaan proyek,
yaitu banyaknya sumber daya manusia atau tenaga ahli yang dibutuhkan dalam dunia
penerbangan saat ini. Permasalahan arsitektur yang dimaksud disini ialah kurangnya kapasitas
dari sekolah tinggi teknik penerbangan untuk menampung para akademik 9. Untuk itu, desain
sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan memperhatikan jumlah
pengguna atau kapasitas agar dapat menampung lebih banyak akademik. Sehingga dapat
menutupi kekurangan sumber daya manusia atau tenaga ahli dalam dunia penerbangan.
Sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan
sebuah wadah yang dapat memberikan ilmu pelajaran dan praktek bagi para akademik yang
akan terjun ke dunia penerbangan secara berkesinambungan dengan perkembangan teknologi
saat ini. Penekanan desan pada bangunan sekolah tinggi teknik penerbangan ini menggunakan
gagasan desain Arsitektur Kontemporer, yang mengekspresikan kekinian dari sebuah
perkembangan arsitektur dan perkembangan teknologi dari dunia penerbangan. Alasan
penekanan Arsitektur Kontemporer dikarenakan paham arsitektur ini sebagai gagasan arsitektur
yang berkembang sesuai dengan nilai jaman (waktu). Gagasan desain ini sangat identik dengan
gaya perkembangan dunia penerbangan masa kini yaitu modern yang stylish dan simple.
Arsitektur Kontemporer memiliki sebuah prinsip dasar perancangan, dimana ruang
terkesan terbuka dengan harmonisasi ruang dalam yang menyatu dengan ruang luar.
Terciptanya harmonisasi ini terbentuk dari proses pendekatan kontekstual dimana penempatan
dan komposisi bangunan disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sehingga menghasilkan
komposisi bangunan yang sesuai dengan keadaan sekitar dan tetap mempertahankan nuansa
modern. Kabupaten Kulon progo termasuk wilayah indonesia yang beriklim tropis, ini terlihat
dari keadaan georgafisnya. Oleh karena itu, penekanan arsitektur kontemporer menjadi salah
satu pemecahannya karena arsitektur kontemporer hakekatnya mengacu pada konsep
kemurnian. Dimana mampu mengadaptasi iklim tropis dengan sentuhan bahan bangunan yang
mengadopsi arsitektur modern dan arsitektur tradisional. Alur semangat “arsitektur kontemporer”
9 Faisal Akbar, Wawancara tentang Permasalahan Desain pada Sekolah Tinggi Penerbangan di Indonesia, Pilot,
Yogyakarta, 20 Februari 2015
10
lebih banyak didominasi oleh upaya pemurnian geometri yang dilandasi oleh tradisi platonis
(barat) 10.
Ditengah-tengah lunturnya ke-Tradisionalan arsitektur daerah yang ada serta semakin
berkembangnya arsitektur modern di Indonesia, yang dibarengi dengan berkembangnya
teknologi dari berbagai aspek seperti aspek dalam dunia penerbangan yang meliputi
berkembangnya armada pesawat, dunia arsitek yang meliputi teknologi bahan bangunan dan
lain sebagainya, wacana arsitektur kontemporer indonesia harus dapat menjawab isu-isu sosial-
politis beserta wacana-wacana yang melandasinya. Jika tidak arsitektur kontemporer hanya
akan terjebak dan terkurung dalam diskusi geometri. Kegiatan merancang/ desain arsitektur
perlu mengkritisi kembali pencapaian ketiga aspek yang dipakai sebagai rujukan dalam
merancang, yaitu logos, logika kebenaran, ethos, karakter yang didasari oleh tradisi, akar, dan
konteks yang jelas, serta pathos, solusi yang lebih nyata, bermuatan lokal dan membumi.
Nampaknya, dari preseden perkembangan arsitektur di bumi nusantara, perjalanan arsitektur
kontemporer ke depan selain perlu dikembangkan dari tuntutan modern/ kekinian dan dari
pemahaman yang bersifat tradisional/ regionalisme, serta juga mensyaratkan adanya dialog
dengan tradisi (kearifan masa lalu) untuk pemahaman mendalam terhadap budaya rancang
bangun 11.
Berdasarkan uraian diatas, Sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta sangat penting keberadaanya. Karena lulusan Sekolah tinggi teknik penerbangan
akan memasok sumber daya manusia atau tenaga ahli ke maskapai-maskapai penerbangan
yang tiap tahun menambah armada penerbangannya. Sekolah tinggi teknik penerbangan di
Kabupaten Kulon progo ini direncanakan mengusung tema kekeluargaan dengan menitik
beratkan pada penataan ruang dalam dan ruang luar serta akan mengusung gagasan Arsitek
Kontemporer sebagai acuan perancangan yang mencerminkan konsep masa kini (kekinian).
1.3. Rumusan Permasalahan
Bagaimana wujud rancangan Sekolah tinggi teknik penerbangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang bersifat kekeluargaan dan dapat mencetak sumber daya manusia atau tenaga
ahli seperti Pilot, Teknisi Penerbangan, Petugas pemandu lalu lintas udara, dan Petugas
Bandara yang kompeten dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer melalui pengolahan ruang
dalam dan ruang luar?
10 Widjaja Martokusumo, “Arsitektur kontemporer Indonesia, Perjalanan menuju pencerahan”, ITB, Bandung, 2007, Hal 1 11 Widjaja Martokusumo, op. Cit, Hal 7
11
1.4. Tujuan dan Sasaran
1.4.1. Tujuan
Tujuan dari proyek Sekolah tinggi teknik penerbangan di Kabupaten Kulon progo
adalah mewujudkan suatu desain Sekolah tinggi teknik penerbangan yang dapat
menunjang pendidikan dan pelatihan dalam dunia penerbangan agar “mencetak” dan
memasok sumber daya manusia/ tenaga ahli yang handal dengan pendekatan
Arsitektur kontemporer melalui pengolahan ruang dalam dan ruang luar.
1.4.2. Sasaran
Sasaran dalam proses perancangan Sekolah tinggi teknik penerbangan yang
berlokasi di Kabupaten Kulon progo ini adalah:
Tersusunnya konsep perencanaan dan perancangan Sekolah tinggi teknik
penerbangan, dimana para akademik dapat tingal, belajar, dan praktek langsung
sehingga dapat “mencetak” dan memasok sumber daya manusia/ tenaga ahli yang
siap terjun di dunia penerbangan dengan menggunakan metoda perancangan
arsitektur kontemporer.
Analisis aktivitas para akademik yang disesuaikan dengan tatanan bentuk dan ruang
yang mencakup ruang dalam dan ruang luar agar dapat menunjang pendidikan dan
pelatihan.
Terwujudnya rancangan beserta gambar kerja dari Sekolah tinggi teknik
penerbangan dengan menciptakan desain sesuai konsep Arsitektur kontemporer
melalui pengolahan ruang dalam dan ruang luar.
1.5. Lingkup Studi
1.5.1. Materi Studi
1.5.1.1. Lingkup Spasial
Perancangan ruang luar dan ruang dalam dari objek studi akan
menjadi batasan rancangan Sekolah tinggi teknik penerbangan.
1.5.1.2. Lingkup Substansial
Batasan substansial pada perencanaan dan perancangan
Sekolah tinggi teknik penerbangan ini melingkupi studi mengenai
perkembangan zaman dalam dunia arsitektur dan terfokus pada ruang
dalam dan ruang luar. Ruang dalam mencakup tentang suprasegmen
arsitektural yang berkaitan dengan bentuk, jenis warna, jenis bahan,
12
tekstur, ukuran/ skala/ proporsi, pada elemen-elemen pembatas, pengisi,
dan pelingkup ruang, sedangkan ruang luar mencakup tentang
landscape bangunan, dan tekstur perkerasan.
1.5.1.3. Lingkup Temporal
Batasan waktu yang sesuai dengan usulan konsep rancangan
proyek Sekolah tinggi teknik penerbangan ini adalah 20 tahun.
1.5.2. Pendekatan
Pendekatan dari perencanaan dan perancangan proyek Sekolah tinggi
teknik penerbangan ini adalah menggunakan metode pendekatan arsitektur
kontemporer.
1.6. Metode Penulisan
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
No. Macam Data Bentuk Data Instrument Data Sifat Data
1. Jumlah Akademik Pilot Angka Buku Data STPI dam Wawancara Primer
2. Jumlah Pengajar STPI Angka Buku Data STPI dan Wawancara Primer
3. Struktur Organisasi STPI Bagan Survey dan Wawancara Primer
4. Kebutuhan Ruang Pengelola STPI Data Tulisan Survey dan Wawancara Primer
5. Kebutuhan Ruang Siswa Akademik STPI Data Tulisan Survey dan Wawancara Primer
6. Besaran Ruang Pengelola STPI Data Tulisan Survey dan Wawancara Primer
7. Besaran Ruang Siswa Akademik STPI Data Tulisan Survey dan Wawancara Primer
8. Program-program Pengajaran/
pembelajaran Data Tulisan Survey dan Wawancara Primer
9.
Jenis-jenis peralatan/ Model yang
dipergunakan untuk belajar (Pesawat
Terbang, Simulasi Pesawat)
Data Tulisan
dan Foto Survey dan Wawancara Primer
10. Fasilitas-fasilitas Pendukung Sekolah Data Tulisan
dan Foto Survey dan Wawancara Sekunder
11. Peraturan dan Undang-undang yang
berkaitan dengan STTP Data Tulisan Buku-buku atau literatur terkait Sekunder
12. Peta Kab. Kulon progo Peta Buku-buku atau literatur terkait Sekunder
13. RTRW Kab. Kulon progo Peta Buku-buku atau literatur terkait Sekunder
14. Studi Kasus yang Sejenis Data Tulisan Skripsi dan Jurnal Sekunder
Tabel 1.6. Metode Pengumpulan Data
Sumber : Analisis Penulis, 2015
13
1.6.2. Metode Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan selama prose penelitian
atau pencarian data adalah sebaga berikut :
- Memilih dan meringkas dokumen-dokumen yang didapat pada saat observasi
di lapangan maupun pada saat wawancara
- Membuat catatan obektif (deskriptif)
- Membuat catatan reflektif
- Membuat catatan marginal
- Membuat ringkasan sementara tentang jumlah Sekolah Penerbangan,
pelaku-pelaku Sekolah Penerbangan, dan meringkas data-data yang
berkaitan dengan Sekolah tinggi teknik penerbangan.
1.6.3. Metode Penarikan Kesimpulan
Dengan membuat kesimpulan desuktif yaitu melakukan penarikan
kesimpulan dari umum ke khusus yang berdasarkan isu atau berita yang sedang
berkembang, kajian pustaka yang diperoleh dari beberapa sumber, dan data
statistik yang terbaru guna memperkuat data, sehingga didapatkan kebutuhan
proyek yang berguna untuk memecahkan permasalahan yang ada.
15
1.7. Keaslian Penulisan
Penulisan dan perencanaan tentang Sekolah Tinggi sudah dibuat dan diterbitkan
dalam berbagai bentuk cetakan, seperti artikel, makalah, jurnal, skripsi, dan tesis. Namun,
penulisan dan perancangan yang mengangkat tentang Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan
belum ada yang membuatnya. Oleh karena itu, pada Tugas Akhir ini penulis tertarik untuk
melakukan penulisan dan perancangan yang berjudul “Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan
Di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pendekatan Arsitektur Kontemporer”.
Tema yang mendekati penelitian penulis yaitu sebagai berikut :
NO. NAMA INSTANSI JUDUL JENIS
TULISAN
BAHASAN
1. Josep sudjono dan
Eunike kristi J,
S.T.,M.Des.Sc
Universitas
Kristen Petra
Sekolah tinggi
penerbangan di
Bangkelan, Madura
(2013)
Jurnal Fokus = Merancang bentuk bangunan dan
sirkulasi.
Pendekatan = Pendekatan keaerodinamisan
pesawat terbang.
Merancang sebuah sekolah penerbangan sesuai
standart Internasional dengan suasana yang
membuat pengguna merasa nikmat belajar
terbang.
2. Liyani Universitas
Atma Jaya
Yogyakarta
Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Karbol di
Yogyakarta (2005)
Skripsi Fokus = Penataan ruang dan pemanfaatan lahan.
Pendekatan = Pendekatan aspek kemiliteran.
Merancang bangunan pusdiklat karbol yang
didasari oleh aspek-aspek kemiliteran.
3. Stradyvary yf Universitas
Atma Jaya
Yogyakarta
Sekolah tinggi teknik
penerbangan di Daerah
Istimewa
Yogyakarta(2015)
Pra Skripsi Fokus = Penataan ruang dalam dan ruang luar.
Pendekatan = Arsitektur kontemporer.
Mewujudkan desain Sekolah tinggi teknik
penerbangan dengan pendekatan Arsitektur
kontemporer melalui pengolahan ruang dalam dan
ruang luar yang dapat menciptakan sumber daya
manusia atau tenaga ahli yang handal.
Tabel 1.7. Keaslian Penulisan
Sumber : Analisis Penulis, 2015
16
1.8. Kerangka Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang pengadaan proyek dan latar belakang
permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metoda
pembahasan, bagan kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM SEKOLAH TINGGI TEKNIK PENERBANGAN
Berisi tentang pengertian Sekolah Tinggi Teknik Penerbang secara detail
serta fasilitas yang menunjang dari Sekolah Tinggi Teknik Penerbangan.
BAB III : TINJAUAN TEORI TATA RUANG LUAR, RUANG DALAM, DAN ARSITEKTUR KONTEMPORER
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan tata ruang luar dan
tata ruang dalam, serta berisikan tentang teori-teori arsitektur kontemporer yang
akan dipakai untuk dasar perencanaan dan perancangan dari bangunan Sekolah
tinggi teknik penerbangan.
BAB IV : TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Tinjauan khusus mengenai wilayah (lokasi) perancangan Sekolah tinggi
teknik penerbangan dalam hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan berisikan
tentang tinjauan mengenai kondisi administratif, kondisi geografis dan geologis,
kondisi klimatologis, kondisi sosial budaya dan ekonomi, kebijakan tata ruang
kawasan, kebijakan tata bangunan, kondisi elemen perkotaan, kondisi kawasan,
dan kondisi infrastruktur.
BAB V : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisikan tentang analisis program keahlian sekolah tinggi teknik
penerbangan, analisis pelaku kegiatan, analisis jumlah pelaku kegiatan, analisis
pola kegiatan, analisis kebutuhan ruang, analisis besaran ruang, analisis
hubungan ruang, analisis site atau lokasi, analisis tapak, analisis struktur dan
konstruksi bangunan, analisis utilitas.
BAB VI : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi tentang konsep dari perencanaan dan perancangan bangunan
Sekolah tinggi teknik penerbangan Di Kabupaten Kulon progo yang merupakan
hasil dari analisis untuk diterapkan dalam bentuk fisik bangunan.
top related