bab i pengenalan komponen elektronika dan penggunaan alat-alat ukur oleh akhmad nur soleh
Post on 31-Oct-2015
153 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR
UNIT PERCOBAAN EL. 01
PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN
PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
Disusun Oleh :
Nama : Akhmad Nur Soleh
No.Mhs : 111 041 016
Gol/Kel : 2 / C
Asisten : Heriantovie
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2012
BAB I
UNIT PERCOBAAN EL-01
PENGENALAN KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN
PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
1.1. Maksud dan Tujuan Percobaan
Dalam praktikum unit 01 elektronika dasar ini bertujuan utuk mengenal
bermacam-macam komponen elektronika dan dapat mempergunakan alat-alat
ukur yang digunakan dalam bidang elektronika.
1.2. Alat Percobaan
Multitester
Osciloscope
Unit percobaan 01 dan perlengkapannya
Pembangkit frekuensi
1.3. Teori Singkat
1. Pengenalan Komponen Elektronika
A. Tahanan (Resistor)
Tahanan atau resistor merupakan salah satu komponen yang penting dalam
sebuah rangkaian elektronika, walaupun dalam rangkaian modern sekalipun. Nilai
dari komponen ini dapat dilihat dari kode berupa pita warna yang melingkar pada
badannya. Kode dari warna itu menunjukan nilai tahanan dan toleransinya.Warna-
warna tersebut melambangkan angka-angka sebagai berikut:
Hitam : 0 (nol) Kode warna untuk toleransinya sebagai berikut:
Coklat : 1 (satu) Emas : 5%
Merah : 2 (dua) Perak : 10%
Jingga : 3 (tiga) Tanpa warna : 20%
Kuning : 4 (empat)
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Hijau : 5 (lima)
Biru : 6 (enam)
Ungu : 7 (tujuh)
Kelabu : 8 (delapan)
Putih : 9 (sembilan)
GAMBAR 1.1
PENUNJUK KODE WARNA
Angka pertama
Angka kedua
Toleransi
Banyaknya angka nol
Keterangan gambar :
Pita warna pertama melambangkan angka pertama
Pita warna kedua melambangkan angka kedua
Pita warna ketiga melambangkan banyaknya angka nol
Pita warna keempat melambangkan besarnya toleransi
Contoh :
1. Merah, ungu, jingga, emas : artinya 27 K Ohm dengan toleransi 5%
2. Jingga, putih, jingga, perak : artinya 39 K Ohm dengan toleransi 10%
3. Kuning, ungu, merah : artinya 4K7 Ohm dengan toleransi 20%
Bila hanya terdapat tiga pita warna, sedangkan pita warna keempat tidak ada
berarti toleransinya adalah 20%.
Jika pita warna ketiga itu emas maka dua angka yang dilambangkan pada warna
pertama dan kedua dikalikan 0,1 dan bila warna ketiga itu perak pengalinya
adalah 0,01.
Contoh :
1. Merah, hitam, emas : artinya 2 Ohm dengan toleransi 20%
2. Kuning, ungu, perak : artinya 0,47 Ohm dengan toleransi 20%.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
GAMBAR 1.2
SIMBOL TAHANAN (RESISTOR)
Tahanan Tetap Tahanan Variabel
Rumus-rumus tahanan:
1. Tahanan seri
Re = R1 + R2 + R3 + ….+Rn (1-1)
Re = Tahanan ekivalen Rn = Tahanan ke-n
2. Tahanan paralel
R1
R2
R3
R4
(1-2)
3. Khusus untuk dua tahanan yang paralel
(1-3)
B. Kapasitor
Kapasitor mempunyai satuan Farad dan besar kapasitasnya ditulis dengan
angka pada lapisan luar badannya. Satuan yang lebih kecil dari pada farad adalah:
1 farad = 106 mikro farad disingkat 1F = 106 μF
1 mikro farad = 103 nano farad disingkat 1 μF
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
1 nano farad = 103 piko farad disingkat 1nF = 103 pF.
Jika ditulis :
0,01 μF artinya 10-2 μF
1000 μF artinya 103 μF
Ada yang ditulis dengan notasi berikut:
103 artinya 10.000 piko farad
472 artinya 4.700 piko farad
Jenis-jenis kapasitor :
1. Kapasitor mika 4. Kapasitor milar
2. Kapasitor tantalum 5. Kapasitor elektrolit
3. Kapasitor kertas 6. Kapasitor keramik
GAMBAR 1.3
SIMBOL KAPASITOR TETAP VARIABEL BERKUTUB
Tetap Variabel Berkutub
Rumus-rumus kapasitor
1. Kapasitor seri
C1 C2 C3 Cn
(1-4)
2. Kapasitor paralel :
C1
C2
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
C3
Cn
Ct = C1 + C2 + C3 +…..+ Cn (1-5)
Ct = Kapasitor total ; Cn = Kapasitor ke-n
C. Induktor
Induktor biasanya dinyatakan dengan lambang L dan mempunyai satuan
Henry. Satuan yang lebih kecil dari Henry:
1 Henry = 1000 mili Henry disigkat 1H = 103 mH
1 mili Henry = 1000 mikro Henry disingkat 1mH = 103 μH
GAMBAR 1.4
INDUKTOR
Induktor dengan inti udara Satu lapis Beberapa lapis
Besar induktansi:
1. Untuk induktor satu lapis
L = μH (1-6)
Keterangan:
L = Induktansi (mikro henry)
a = Radius coil (inchi)
b = Lebar coil (inchi)
N = Jumlah lilitan
2. Untuk induktor beberapa lapis
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
L = (1-7)
C = Tebal rata-rata (inchi).
Untuk induktor dengan inti bukan udara perhitungannya lain dan lebih sulit.
D. Transistor
Notasi transistor biasa dengan kode yang berlainan untuk setiap pabrik
yang mengeluarkannya.
Khusus untuk transistor buatan Jepang atau Taiwan mempunyai notasio sebagai
berikut:
SA berarti transistor jenis PNP untuk frekuensi tinggi
SB berarti transistor jenis PNP untuk frekuensi rendah
SC berarti transistor jenis NPN untuk frekuensi tinggi
SD berarti transistor jenis NPN untuk frekuensi rendah.
Sedangkan huruf dibelakangnya nomer seri adalah kualitas contoh:
Tr 2 SA 70 C
2 = transistor (satu dioda)
SA = jenis PNP frekuensi tinggi
70 = nomer seri
C = kualitas baik
Untuk menunjukan kualitas ada bermacam-macam, misalnya A, B, C dan
seterusnya. Urutan abjad ke kanan makin baik. Jadi B lebih baik dari A, begitu
pula C lebih baik dari B, dan seterusnya.
E. Intergrated Circuit (IC)
IC sebenarnya merupakan suatu untai rangkaian tertentu yang di
sederhanakan dan dicetak dalam suatu bentuk yang kompak dan kompleks. IC
mempunyai jenis dan kegunaan yang bermacam-macam. Ada yang beribu-ribu
jenis dan seri, kebanyakan dari IC tersebut sudah dirancang untuk kegunaan yang
khusus. Jadi untuk setiap pabrik tidak sama, untuk menggunakan IC sebagai salah
satu komponen, harus diketahui terlebih dahulu watak dan susunan dari IC
tersebut.
2. Penggunaan Alat-alat Ukur
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
A. Multitester
Tujuan percobaan adalah bagaimana cara mempelajari serta menggunakan
multitester untuk menganalisis suatu rangkaian ataupun menghitung suatu besaran
tertentu dalam pengukuran sebenarnya.
Alat percobaan:
Multitester
Satu unit rangkaian objektif.
Multitester adalah suatu alat yang dipakai untuk bermacam-macam jenis
pengukuran, seperti untuk menganalisa suatu kerusakan pada alat listrik,
mengukur tegangan AC, DC, arus DC, polaritas suatu sumber tegangan, polaritas
dioda, mengukur atau mengetahui kontak atau tidaknya suatu hubungan pengantar
dan kegunaan lainnya. Karena multitester disusun sangat ringkas, maka mudah
dibawa kemana-mana. Multitester termasuk alat yang sensitif, oleh karena itu
dalam penggunaanya harus sangat hati-hati dan sesuai dengan petunjuk yang ada.
Misalnya salah dalam pengarahan switch maka ada kemungkinan multitester akan
terbakar dan menjadi rusak. Khusus untuk pengukuran “High Power System”
tidak diperkenankan sama sekali melakukan kesalahan dalam pengoperasian alat
ini, karena dapat membahayakan pemakainya.
Berikut ini petunjuk pemakaian multitester:
1. Pointer Zero Correction
Bagian ini digunakan untuk menyetel agar jarum (pointer) dari meter benar-
benar tepat pada angka nol pada sebelah kiri dari skala sebelum alat digunakan
untuk mengukur.
2. Test Lead Conection
Sebagai pedoman bahwa colok (test lead) merah dihubungkan jeck positif (+)
dan hitam pada jeck negatif (-) / com. Untuk mengukur arus sampai 10A DC,
maka colok merah dihubungkan dengan jeck 10A positif, colok hitam pada 10A
negatif.
3. Pembacaan Skala
Skala berwarna hitam paling atas digunakan untuk mengukur tahanan. Bilangan
pada garis skala 1x menunjukan nilai besar 34 Ohm sebenarnya AC 10 Volt
lebih.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Skala berwarna merah tepat diatas cermin digunakan untuk membaca AC Volt.
Khusus untuk tegangan 2,5 Volt AC dibuat tersendiri di bawah skala merah
ditandai dengan AC 2,5 Volt.
HFE : Skala berwarna merah tepat diatas cermin adalah untuk membaca faktor
penguat arus DC atau IC / IB dari suatu transistor. Skala 0-300 dibagi
menjadi 30 bagian.
Db : Skala dibawah hitam untuk pembacaan daya output AF dimana 0 Db
ditetapkan pada 0,775 Volt AC. Tetapi pembacaan Db pada skala
berhubungan dengan AC Volt sesuai degan rumus berikut:
Db = 20 log10 (1-8)
4. Pengukuran DC Volt (100 mV – 1 KV)
Sebagai aturan “Polarity Switch” dipasang pada posisi positif (+)
Colok negatif selalu dihubungkan dengan jalur “Ground” untuk tegangan
negatif, “Skala Polaritas” digeser ke arah posisi negatif (-), untuk
mengatasi kesulitan dari pada arus membalik kedua colok.
5. Pemakaian Probe HV (High Voltage)
Probe HV ukuran kecil dipakai untuk pengukuran tegangan tinggi DC
sampai 25 KV.
Jalur 0-25 digunakan untuk pembacaan 25 KV untuk skala penuh.
Penggunaan Probe HV hanya untuk tegangan tinggi dalam rangkaian
impedansi tinggi, misalnya televisi.
6. Pengukuran Positif (+) DC A ( μA, mA, dan A)
Jika pada pengukuran tegangan DC, tester dipasang paralel terhadap bahan
atau daya, tetapi pada pengukuran arus DC harus dipasang secara seri
karena itu rangkaian harus dibuka ditempat yang harus diukur.
Tester ini dilengkapi dengan jangkauan pengukuran arus DC mulai dari
tingkat μA sampai 10A. Hal ini berguna untuk pemeriksaan rangkaian
transistor pada waktu mengatur bias. Skala jangkauan dipasang pada
tempat yang sesuai.
Untuk pengukuran mendekati 10A saklar pemilih jangkauan dipasang
pada posisi DC mA – 250A. Colok merah ditempatkan pada jeck 10A (+)
dan colok hitam pada 10A negatif (-).
7. Pengukuran Ohm
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Kedua colok pada posisi positif (+) dan negatif (-) com, kemudian saling
dihubungkan (shorted) dan jarum diatur oleh 0 Adj/zero agar
kedudukannya tepat 0 disebelah kiri pada skala paling atas.
Bila pengaturan 0 seperti diatas sulit dilakukan maka battery harus diganti.
Bila dilakukan pengukuran pada posisi saklar x10K. Polarity Switch harus
pada posisi positif (+). Jika pada posisi negatif (-) maka jarum akan
berputar terbalik sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran.
Polarity switch pada posisi positif (+) maka colok yang berhubungan
dengan (-) com adalah kutub positif dan colok pada (+) adalah kutub
negatif.
Cara menyimpan multitester yang benar :
1. Putar posisi switch pemilih jangkauan pada posisi AC Volt (1K)
2. Lepaskan kedua coloknya (kabel merah dan kabel hitam).
Cara pembacaan multitester yang benar :
Tempatkan switch pada posisi yang dikehendaki lalu pasang coloknya pada posisi
dan terminal yang benar. Jangan sekali-kali colok dipasang pada rangkaian
apapun sebelum menentukan besaran apa yang akan diukur, baru setelah itu
switch dapat dirubah-rubah.
1. Dalam pembacaan ada skala, jarum harus menutupi bayangan pada
cermin. Jadi membacanya harus tegak lurus diatas bidang skala.
2. Perlu diketahui terlebih dahulu berapa harga-harga tiap skala yang akan
diukur.
B. Osciloscope
Maksud percobaan adalah mempelajari penggunaan osciloscope untuk
menganalisa suatu rangkaian, mengadakan pengukuran besaran tertentu dan
melihat bentuk-bentuk gelombang pada suatu keadaan.
Alat percobaan:
Satu buah osciloscope (CRO)
Satu buah Audio Frekuensi Generator (AFG)
Satu buah rangkaian percobaan unit EL 01
Satu buah multitester
4 buah kabel penghubung.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Cathode Ray Osciloscope (CRO) merupakan suatu alat berguna untuk
menganalisa sinyal-sinyal listrik, terutama untuk menyelidiki gejala-gejala
periodis diantaranya :
Bentuk gelombang
Beda phase
Amplitudo
Frekuensi
dll.
Bagian-bagian CRO adalah:
Tabung sinar katoda (cathoda ray tube)
Penguat (amplifier)
Catu daya (power supply)
Tabung sinar katoda mempunyai komponen pokok:
Elektron Gun
Deflection System
Display Screen
Elektron yang dihasilkan oleh elektron gun bergerak dengan kecepatan
tinggi, menunjukan ketabir (screen). Elektron menumbuk layar menyebabkan
tabir atau screen berpendar. Gerakan elektron dipengaruhi oleh medan listrik yang
dipasang pada deflection system, yaitu sistem yang dapat menyimpangkan
elektron tersebut kekanan dan kekiri oleh sepasang lempeng horozontal. Bila
sebuah sinyal tegangan berbentuk sinus dipasang pada lempeng penyimpang
horizontal, maka elektron akan bergerak ke arah vertikal sebagai garis lurus.
Panjang garis lurus ini menunjukan amplitudo yang panjang garisnya dipengaruhi
oleh tegangan sesaat. Bila pada lempeng penyimpang arah horizontal dipasang
tegangan periodik yang besarnya berbanding lurus dengan waktu, sedangkan
frekuensinya sama dengan frekuensi tegangan itu maka garis vertikal yang
sebenarnya terjadi oleh titik-titik yang naik turun, yang sekarang mempunyai
gerakan kekanan dan kekiri juga. Pada tabir akan terlihat suatu gambar yang
mempunyai pola seperti jika membuat grafik dari suatu gejala periodik dengan
absis waktu dan ordinat tegangan dari gejala periodik tersebut.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
GAMBAR 1.7
TEGANGAN BERBENTUK GELOMBANG SINUS
Tegangan Gigi Gergaji
Misalnya suatu tegangan periodis yang besarnya berbanding lurus dengan waktu
dan digambarkan sebagai tegangan fungsi waktu yang mempunyai bentuk seperti
gigi gergaji.
GAMBAR 1.8
TEGANGAN BERBENTUK GIGI GERGAJI (TGG)
V
ωt
Karena bentuknya seperti gigi gergaji maka dalam prakteknya juga dinamakan
tegangan gigi gergaji (TGG). Ini dihasilkan oleh suatu alat yang terdapat pada
CRO sendiri (alat tersebut biasanya dinamakan multivibrator). TGG dalam teknik
CRO dinamakan alas waktu (time base) yang dapat dipakai untuk mengamati pola
tegangan yang akan dipelajari. Penggunaan time base pada CRO mirip dengan
guna absis waktu dalam gambar grafik.
Synchronisasi
Sinkron berarti sama waktu atau sama saat, maka sinchronisasi berarti
penyamaan waktu. Sinkronisasi diusahakan pada permulaan TGG, sehingga
diperoleh gambar yang tunggal. Syncron dapat dijalankan oleh alat dalam CRO
itu sendiri (internal synchr) atau dapat diusahakan dengan alat dari luar CRO
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
(external synchr). Bila penyelidikan bentuk tegangan tak dikenal dengan potongan
suatu tegangan gigi gergaji yang dipasang pada horizontal, maka cara demikian
ini disebut “INTERN”. Cara lain untuk memasukan TGG dari luar (EXTERN) bila
dimasukan dari luar berupa gelombang sinusoidal (tegangan harmonis) dengan
perbagai frekuensi dan beda phase diantaranya akan diperoleh hasil berupa
gambar Lissayous.
Untuk menggunakan CRO sebagai alat dan sarana untuk menganalisa suatu
kesalahan maupun meneliti kualitas suatu output dan lain-lain sebaiknya dipelajari
juga dengan seksama bagian-bagian dari CRO, sehingga dapat
mengoperasikannya dengan benar dan aman.
1.4. Langkah Kerja dalam Pengamatan
1. Penggunaan CRO
A. Pengukuran Tegangan ke Puncak (Vpp)
1) Melakukan persiapan pengoperasian CRO sebagai berikut:
– Menekan switch power pada CRO
– Mengatur switch AC/GND/DC pada posisi AC, akan terlihat garis
horizontal.
– Variabel kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE) pada posisi maksimum (putar
searah jarum jam).
– Switch V MODE pada channel yang digunakan (CH-1, CH-2, DUAL).
– Tombol variabel pada CAL.
– Switch Trigger mode pada AUTO.
– Swtch Trigger Source pada Vert.
– Kontrol Trigger Level pada posisi tengah-tengah.
– Menggunakan tombol pengatur posisi vertikal dan posisi horizontal agar
garis horintal tersebut pada posisi tengah layar.
2) Menghubungkan ground alat unit 01 dangan ground pada CRO,
menghubungkan vertikal output unit 01 dengan vertikal CRO (CH-2 – Y-in),
saklar unit 01 pada posisi A.
3) Mengatur switch TIME/DIVE untuk mendapatkan dua atau tiga siklus
bentuk gelombang sinus dan mengatur VOLTS/DIVE untuk mendapatkan
besar/kecil amplitudo sehingga gambar gelombang dapat terlihat pada layar
CRO.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
4) Melakukan pengamatan untuk tegangan puncak ke puncak untuk 3 macam
besaran VOLTS/DIVE untuk macam-macam besaran. Mencatat skala
amplitudo dan gambar bentuk gelombang pada lembar data. Menghitung
tegangan puncak ke puncak.
Rumus :
Vpp = Skala Amplitudo x VOLT/DIVE………..Volt
B. Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissayous
1) Memutar switch TIME/DIVE pada posisi X-Y (maksimum searah jarum
jam) VOLTS/DIVE CH-1 & CH-2 diatur pada kedudukan yang sama.
2) Menghubungkan semua ground dari alat unit 01, AFG ,dan CRO.
3) Menghubungkan vertikal output alat dengan vertikal output CRO (CH-2 –
Y-in), variabel kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE CH-2) diatur sehingga
menghasilkan amplitudo 3-4 cm, mengatur switch AC/GND/DC pada posisi
GND.
4) Menghubungkan Output AFG dengan horizontal CRO (CH-1 – X-in),
variabel kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE CH-1) diatur sehingga
menghasilkan satu garis horizontal 3-4 cm.
5) Mengatur kembali switch AC/GND/DC pada posisi AC, dengan cara
mengatur frekuensi AFG maka akan didapatkan gambar pola Lissayous.
6) Mengamati pola Lissayous yang lainnya sesuai pada gambar data, mencatat
besarnya frekuensi AFG yang menghasilkan pola lissayous tersebut.
Pada gambar pola lissayous yang berbentuk lingkaran ini merupakan besar
frekuensi alat yang sebenarnya.
C. Pengukuran Frekuensi dengan Perbandingan Panjang Gelombang
1) Pengamatan panjang Gelombang dari AFG
– Menghubungkan Output AFG dengan CH-2 atau CH-1 CRO dan
Groundnya
– Mengatur TIME/DIVE sehingga mendapatkan gambar gelombang yang
tenang
– Mengatur AFG untuk 3 macam harga frekuensi yang berbeda
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
– Mencatat skala panjang gelombang untuk satu gelombang sinus dan
menggambar bentuk gelombangnya. TIME/DIVE tidak dirubah lagi.
2) Panjang Gelombang dari Alat
– Menghubungkan alat dengan vertikal input CRO (pada CH-2). Apabila
gambar sinus pada layar CRO masih bergerak, maka atur tombol
variabelnya, tetapi jangan mengatur TIME/DIVE lagi.
– Mencatat satu gelombang sinus ada berapa skala panjangnya. Untuk lebih
teliti, amati dua/tiga gelombang ada berapa skalanya, kemudian dibagi
skala gelombangnya.
3) Membandingkan kedua buah hasil pengukuran pada AFG dan unit alat,
maka frekuensi alat dapat dicari.
D. Pengamatan Beda Phase
1) Mengatur saklar unit alat pada posisi A
2) TIME/DIVE pada posisi X-Y (memutar kearah maksimum searah jarum
jam) VOLTS/DIVE CH-1 & CH-2 diatur pada kedudukan yang sama.
3) Menghubungkan vertikal unit alat dengan vertikal input CRO (CH-2).
Mengatur variabel kontrol CH-2 (knop kecil VOLTS/DIVE CH-2) untuk
mendapatkan skala amplitudo 3 - 4 cm. Kemudian mengatur switch
AC/GND/AC pada posisi GND.
4) Menghubungkan horiontal unit alat dengan horizontal input CRO (CH-1).
Mengatur variabel kontrol CH-1 (knop kecil VOLTS/DIVE CH-1) untuk
mendapatkan satu garis horizontal 3-4 cm.
5) Kemudian mengatur switch pada posisi AC.
6) Mengatur tahanan geser pada unit 01 sehingga membentuk beda phase
sesuai dengan lembar data yang diinginkan.
7) Menghitung besarnya harga beda phase : Arc sin
GAMBAR 1.11
FREKUENSI POLA LYSSAYOUS
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Vert : Hor = 1:1 Vert : Hor = 3:2
Vert : Hor = 1:2 Vert : Hor = 2:1
Mengatur horizontal gain dan vertikal gain sehingga membentuk gambar
lissayous pada layar CRO.
8) Mengatur tahanan geser pada unit 01 sehingga membentuk beda phase yang
diamati. Menggambar pada kertas grafik setiap beda phase yaitu :
1800, 1350, 900, 450, 00.
9) Mengatur letak posisi R pada unit 01 kira-kira ditengah-tengah, sehingga
terbentuk gambar lissayous berupa lingkaran.
GAMBAR 1.12
SKEMA RANGKAIAN PERCOBAAN UNIT 01
10 K Ω TRAFO
D1 200μF 820Ω + DC CT SA
V DZ SB
D2 500Ω 2,2μF H
- GND
GAMBAR 1.13
BEDA PHASE POLA LISSAYOUS
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
1800 1350
(2250)
x
X
00
450 (3600) 900 (2150) (3150)
1.5. Data Hasil Pengamatan
I. Pengukuran tahanan (resistor)
No. Kode warna dari resistor Pembacaan Pengukuran
1. Coklat, Hijau ,Orange ,Emas 15KΩ ; ± 5% 17KΩ
2. Coklat, Merah ,Orange ,Emas 12KΩ ; ± 5% 14KΩ
3. Orange, Orange, Orange, Emas 33KΩ ; ± 5% 55KΩ
4. Hijau, Biru, Orange, Emas 65KΩ ; ± 5% 76KΩ
5. Coklat, Hijau, Kuning, Perak 150KΩ ; ± 10% 300KΩ
II. Pengukuran Tegangan AC dari Trafo Pengukuran Tegangan DC
a. 0 – 6 volt = 5,3 volt. a. Minimum : 0 volt.
b. 0 – 9 volt = 8,8 volt. b. Medium : 2,9 volt.
c. 6 – 9 volt = 2,1 volt. c. Maximum : 7,3 volt.
III. Pengamatan Gambar Gelombang dengan Osciloscope
Kalibrasi CRO 0,5 volt
No Frekuensi AFG λ Time/Dive SA Volt/Dive Gambar Gelombang
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
1. 50 4 5 5,4 1
2. 100 2 5 5,4 1
3. 175 1 5 5,4 1
IV. Pengukuran Frekuensi dengan Gelombang Lissayous
No. Frekuensi AFG Bentuk Gelombang pada CRO Perbandingan V : H
1. 50 Hz V : H = 1 : 1
2. 100 Hz V : H = 1 : 2
3. 25 Hz V : H = 2 : 1
4. 33 Hz V : H = 3 : 2
V. Mengukur Frekuensi dengan perbandingan Panjang Gelombang
1. Gelombang AFG
2. Gelombang Alat
VI. Mengamati Beda Phase
Gambar Skema Unit
10 K Ω TRAFO
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
No. Frekuensi dari AFG Skala
1. 100 Hz 5,4
2. 125 Hz 5,4
3. 150 Hz 5,4
Gambar Gelombang Skala
3,8
D1 200μF 820Ω + DC CT SA
V DZ SB
D2 500Ω 2,2μF H
- GND
Bentuk Gambar Beda Phase dibawah ini
x = 0,4 x = 1,4 x = 4 x = 1,4 x = 0,6
X = 4 X = 4 X = 4 X = 4 X = 4
VII. Tugas :
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang oscilloscope ?Jawab : Oscilloscope adalah suatu alat untuk mengukur besaran arus listrik
dengan memetakannya dalam bentuk visualisasi gelombang signal. Grafik signal
frekuensi amplitudo yang ditampilkan pada oscilloscope memperlihatkan
bagaimana signal berubah terhadap waktu. Sehingga penyampaian informasi pada
layar oscilloscope, terdiri dari sumbu vertikal (Y) dan sumbu horisontal (X).
Dimana sumbu Y mempresentasikan tegangan (V) dan sumbu X menunjukkan
besaran waktu (t).
2. Mengapa pembacaan dengan pengukuran sebuah resistor tidak sama terangkan . . .!
Karena jika menggunakan pembacaan secara langsung maka resistor hanya
membaca gelang warnanya saja,sedangkan menggunakan pengukuran maka nilai
yang tampak sudah termasuk toleransi. Jadi semakin kecil nilai toleransi suatu
Resistor adalah semakin baik, karena harga sebenarnya adalah harga yang tertera
harga toleransinya. Misalnya suatu Resistor harga yang tertera= 100 Ohm
mempunyai toleransi 5%, maka harga yang sebenarnya adalah 100- (5%x100) s/d
100 + (5%x100)= 95 Ohm s/d 105 Ohm.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Selain itu kemungkinan dalam percobaan ini ada beberapa resistor yang rusak
karena dalam percobaan ini ada yang tidak sesuai dengan toleransi yang tertera
pada badan resistor.
3. Sebagai apa AFG dan apa kepanjangannya AFG ?
Jawaban : AFG adalah suatu alat elektronika yang digunakan untuk
membangkitkan signal dengan range frequency audio.
AFG kepanjangannya adalah Audio Frequency Generator
4. Bagaimana cara mengetahui kalau kapasitor itu masih baik atau sudah
rusak, jelaskan ?
Jawab : Langkah pertama hubungkan terlebih dahulu kedua kaki kapasitor untuk
menghilangkan muatan yang ada pada pada kapasitor. kemudian atur switch
selectorAVO pada posisi ohm, kemudian hubungkan probe pada kaki-kaki
kapasitor dan amati gerakan jarum AVO, pada kapasitor yang baik maka jarum
akan bergerak dan kembali lagi ke nol, jika jarum bergerak tetapi tidak kembali
lagi ke nol atau menunjukkan nilai tertentu maka kapasitor tersebut sudah
rusak.jika diketahui baik maka lakukan pengukuran sekali lagi dengan polaritas
yang sama, pada pengukuran kedua ini jarum harus tidak bergerak atau hanya
bergerak sedikit saja, karena kapasitor yang baik akan menyimpan muatannya.
5. Apa fungsi Osciloscope (CRO) terangkan dan apa kepanjangan kata
CRO ?
Jawab : Fugsi Osciloscope yaitu alat berguna untuk menganalisa sinyal-sinyal
listrik, terutama untuk menyelidiki gejala-gejala periodis .
CRO kepanjangannya adalah Cathode Ray Osciloscope
Kesimpulan.
1. Dari hasil pengukuran resistor dalam percobaan ini ada beberapa resistor
yang rusak karena dalam percobaan ini ada yang tidak sesuai dengan
toleransi yang tertera pada badan resistor.Ada beberapa hal yang
menyebabkan kesalahan dalam menilai resistor rusak atau tidak
diantaranya yaitu:
a) Tingkat ketelitian pembaca.
b) Alat ukur yang digunakan.
c) Penggunaan resistor dalam suatu rangkaian.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
2. Pengukuran tegangan pada trafo 0-6 volt dan 0-9 volt bisa dikatakan
tegangan tetap stabil.sedangkan pengkuran 6-9 tegangan sangat kecil.
3. Bentuk gelombang lissayous tergantung pada frekuensi yang diberikan
terbukti dengan bentuk gelombang berubah-rubah ketika diberikan
frekuensi yang berbeda.
Akhmad Nur Soleh/111 041 016/ELD – Unit 01/15 juni 2012
Catatan Asisten:
Asisten nilai
top related