bab ii kajian pustaka a. tentang petani · yang disajikan (herbert read, 1959:1) 1. komponen seni...
Post on 13-Oct-2019
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tentang petani
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Kegiatan pertanian terjadi ketika
manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan
untuk memenuhi kebutuhan (Soetriono dkk, 2006:1). Dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Ilmu Pertanian, Soetriono dkk; berpendapat bahwa manusia
berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta
memanfaatkan hasilnya. Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta
lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu
disebut petani atau pengusaha pertanian (Soetriono dkk, 2006:12).
Sebagian besar dari rakyat Indonesia itu adalah rakyat petani sejak
berabad-abad lamanya, maka tak mengherankan bahwa cara berfikir yang paling
asli itu adalah seperti cara berfikir rakyat petani. Serupa dengan beberapa ahli
antropologi, terutama P. Redfield, kami menganggap petani atau peasant itu,
rakyat pedesaan, yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem
ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam,
peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan (Darsono
Wisadirana,1992:17).
Dilihat dari letak geografis Indonesia ada beberapa jenis petani yang ada
didaerah pedesaan.Mulai dari petani padi, petani jagung, petani kedelai, petani
sayuran, petani buah-buahan dan lain-lain menyesuaikan dengan kondisi tanah
7
dimana petani dilahirkan. Penulis lebih tertarik pada aktivitas petani dalam hal
menanam padi, mulai dari proses mengolah tanah sampai memanen dengan alat
sederhana hingga menggunakan alat yang lebih modern. Semua itu dilakukan
dengan rasa senang dan penuh rasa gotong royong antar sesama petani, mereka
sadar mereka tidak bisa melalukan segalanya sendiri dan membutuhkan bantuan
orang lain untuk mempermudahkan pekerjaannya.
Secara umum petani bekerja keras, mereka belajar dari tahun ke tahun dan
jarang mengembangkan metode baru dalam bercocok tanam. Pada umumnya,
mereka menggunakan cara-cara yang biasa dipakai oleh orang tua mereka dan
sekali-sekali meniru sesuatu yang baru dari tetangganya. Mereka mengharapkan
sedikit perubahan dalam kehidupannya atau sekedar terhindar dari kelaparan,
sakit, dan kematian anak-anaknya serta dapat mempertahankan tanah yang
dimiliki atau memperluas. Sementara itu ada juga petani yang mencari metode-
metode baru mengenai penanaman supaya hasil yang diperoleh meningkat. Di
samping itu, terdapat juga petani-petani yang tampaknya tidak dapat bertahan.
Mereka membiarkan rumput-rumputan tumbuh merajalela dan ternak berkeliaran
disawah mereka karena terjerumus ke jurang hutang. Bahkan mereka kehilangan
harapan tanahnya pun akan hilang (Soetriono dkk, 2006:22).
Sementara itu, dalam bukunya yang berjudul Masyarakat Petani Dan
Kebudayaan Robert Redfield menyimpulkan bahwa alam adalah milik manusia
dan milik Allah sekaligus; alam ditempa, akan tetapi rasa hormat yang sopan
menyertai kerja; pekerjaan petani adalah tindakan praktis yang diliputi dengan
perasan religious (Robert Redfiel,1985:90). Pada masyarakat pedesan memang
8
masih banyak dijumpai seperti (manganan) syukuran ketika panen raya dan hasil
tanamannya melimpah, bertujuan untuk mensyukuri hasil panen yang telah
diberikan oleh sang pencipta dan bertujuan untuk mengakrabkan (guyup rukun)
antar sesama petani yang dipimpin oleh sesepuh desa.
Pada masyarakat desa, pria yang melakukan pekerjaan disawah, sedangkan
istrinya yang mengatur anggaran belanja. Wanita memegang peranan cukup
penting dalam menentukan berapa besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk
pupuk, obat-obatan, dan alat-alat kerja. Kasih saying para suami/ayah terhadap
keluarganya menyebabkan mereka mulai sadar dan berhasrat agar keluarga
mereka dapat mengeyam kehidupan yang lebih baik dan bersedia bekerja keras
untuk mewujudkan hal tersebut. Hasrat petani untuk memberikan kehidupan yang
lebih baik bagi keluarganya merupakan dorongan yang efektif dalam banyak hal
untuk meningkatkan produktivitas usahatani (Soetriono dkk, 2006:26).
B. Proses-Proses Sosial
Pada prinsipnya, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus berinteraksi
dengan manusia yang lain, hal ini dikarenakan manusia membutuhkan bantuan di
dalam hidupnya, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus bergaul
dengan manusia yang lain. Masyarakat pedesaan yang sebagian besar petani terus
bergerak, karena kebutuhan yang berubah, baik kebutuhan untuk memenuhi
keluarga, kebutuhan untuk pertanian, dan sebagainya (Yuwono, Triwibowo Dkk.
2011:386).
9
Petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajer ia juga manusia
sebagai anggota kelompok manusia lainnya, yaitu keluarga dan masyarakat atau
tetangga (Soetriono dkk, 2006:13). Keluarga memiliki pengaruh penting, bagi
petani dengan keluarga petani rela banting tulang dan bekerja keras demi
menghidupi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat, mulai
dari sandang, pangan, kesehatan dan kebutuhan lainnya.
Beberapa petani mencintai tanahnya tetapi mereka mengharapkan lebih
dari sekedar kesenangan untuk melakukan hobinya. Yang mereka inginkan adalah
makanan dan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keluarganya. Mereka akan
merasa bangga dan puas jika telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik, bahkan
jika lebih baik dari tetangga-tetangganya. Mereka akan lebih puas apabila hasil
pekerjaannya diketahui oleh anggota masyarakat disekitar tempat tinggalnya.
Uang bukanlah segala-galanya tapi persahabatan dan persetujuan masyarakat
penting bagi kita Kita tidak ingin dicemooh orang dan tidak ingin diasingkan dari
pergaulan, para petani juga memiliki perasaan tersebut (Soetriono dkk, 2006:24).
Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi
oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di
mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat disekitarnya mempunyai arti yang
penting. Masyarakat tersebut adalah sumber keamanan, mengharapkan bantuan
dalam keadaan mendesak dari teman-teman dan tetangganya atau membantu
keluarganya jika terjadi sesuatu terhadap dirinya. Anggota masyarakat pedesaan
selalu hidup bergotong royong dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit
atau yang tak mungkin dilakukan oleh satu orang, seperti memperbaiki saluran
10
air, mengolah tanah, dan sebagainya. Karena saling berkepentingan, petani enggan
berbuat sesuatu yang dapat mengganggu atau merusak struktur masyarakat atau
melanggar tradisi (Soetriono dkk, 2006:27).
C. Definisi Seni Lukis
Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan
unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur. Sebagai bagian dari karya seni
murni, seni lukis merupakan bahasa ungkapan pengalaman artistik dan ideologi.
Wujud tiga dimensional dalam seni lukis, awalnya adalah gambaran semu yang
diperoleh melaluhi teknik perspektif atau perbedaan kecerahan antara satu warna
dengan warna lainya. Secara umum, seni lukis dikenal melalui sapuan kuas
dengan cat berbasis air yang disapukan pada permukaan kain kanvas. Sedangkan
medium lainnya adalah cat berbasis air yang dibuat pada permukaan kertas.
Dalam perkembangan selanjutnya, medium karya seni lukis tidak lagi terbatas
dengan cat minyak dan cat air saja, tetapi dengan berbagai bahan pewarna dan
elemen-elemen lainnya sesuai dengan ide atau gagasan penciptanya, sehingga
batasan seni lukis yang bersifat dua dimensional menjadi kabur karena
pemanfaatan teknik kolase dan campuran (mix media) yang menghadirkan
bentuk tiga dimensional secara nyata, tanpa ilusi ruang ( Nooryan bahari, 2008 :
82 ). Kolase sebuah teknik seni dengan cara menempel material-material selain
cat seperti kertas, kaca, logam, tanah dan lain-lain kemudian dikombinasikan
dengan enggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya (Mikke Susanto,2012 : 225)
11
Seni menurut Leo Tolstoy (Sumardjo, 2000:62) adalah ungkapan perasaan
pencipta yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa
yang dirasakan pelukis. Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan
bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti
bentuk yang dapat membingkai perasaaan keindahan dan perasaan keindahan itu
dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk
yang disajikan (Herbert Read, 1959:1)
1. Komponen seni
Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha
meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan masyarakat.
kreatifitas seniman dalam proses cipta seni, secara teoritis membutuhkan
pemikiran yang matang. Ada tiga komponen seni dalam proses cipta seni sebagai
landasan yaitu : tema , bentuk, isi (Darsono Sony Kartika, 2007:31).
a. Subject matter atau tema
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman
dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Subject matter, yaitu inti atau pokok persoalan yang dihasilkan sebagai
akibat adanya pengolahan objek (baik objek alam atau objek image) yang
terjadi dalam ide seorang seniman dengan pengalaman pribadinya. Subject
matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya bentuk yang
belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik
(Darsono Sony Kartika, 2007:31-32).
12
b. Bentuk (form)
Bentuk (form) adalah totalitas dari pada karya seni, bentuk
merupakan organisasi satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur
pendukung karya. Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai
kongkritisasi dari subject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya
merupakan susunan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tangggapan yang
terorganisir dari kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah maka
akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (isi) sebuah karya seni
(Darsono Sony Kartika, 2007:33).
c. Isi
Isi adalah bentuk psikis dari seseorang penghayat yang baik.
Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk hanya
cukup dihayati dengan indrawi tetapi isi atau arti dihayati dengan mata
batin seseorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter seorang
penghayat (Darsono Sony Kartika, 2007:33).
2. Unsur-Unsur Rupa
Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk
visual, yang merupakan susunan atau komposisi dari unsur-unsur rupa. Struktur
seni rupa atau penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa
diperlukan hukum atau asas penyusunan, merupakan dasar dari pengamatan /
pemahaman seni. Memahami karya sajian, maka sebenarnya ia harus terlebih
13
dahulu mengenal struktur organisasi atau dasar-dasar dari susunan dasar seni rupa,
mengenal garis, shape, warna, tekstur, volume, ruang, dan waktu (Darsono Sony
Kartika, 2007:35).
Penyusun karya harus mampu dan berusaha untuk menampilkan
keanekaan (variety) dan kesatuan (unity) yang semuanya tetap
mempertimbangkan keseimbangan (The Liang Gie,1976: 54).
a. Garis
Garis merupakan dua titik yang disatukan sehingga menjadi suatu
garis yang utuh. Dalam dunia seni rupa garis merupakan elemen penting
yang sering muncul. Garis adalah suatu goresan atau ekspresi seseorang
yang mudah dilakukan siapa saja.
Garis bukan hanya menjadi garis kadang menjadi simbol emosi
yang diungkapkan lewat garis atau goresan. Garis merupakan medium
yang paling sederhana, garis sebagai medium seni rupa mempunyai
peranan yang sangat penting. Garis punya peranan sebagai lambing, yang
kehadirannya merupakan lambing informasi dan simbol ekspresi ungkapan
seniman. Namun yang paling penting sebenarnya bukan simbol atau
lambang apa, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis yang tergores
pada setiap karya seni. Setiap garis mempunyai kekuatan tersendiri yang
membutuhkan pemahaman (Darsono Sony Kartika, 2007: 36-37).
14
b. Shape ( bidang )
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh
sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda
atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Shape
(bangun) tersebut mengalami beberapa perubahan didalam penampilannya
(transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara
pribadi seorang seniman (Darsono Sony Kartika, 2007:37).
“Bidang atau shape ada dua macam yaitu shape geometrik dan
shape biormophic. Shape geometrik merupakan suatu bentuk yang
ada standarnya (ukuran, aturan, batasan) dalam sifat dan berasal
dari ilmu ukur, seperti lingkaran, empat persegi, segitiga, dan
trapesium. Shape biormophic adalah bentuk yang tidak berarturan
(bentuk-bentuk bebas, organik)” (Arfial Arsad Hakim, 1997 : 63)
c. Warna
Warna (hue) adalah bagian dari unsur desain yang memberikan
kesan hidup dalam sebuah karya seni, dia tercipta karena adanya pantulan
dari cahaya yang kemudian tertangkap oleh mata kita. Pembagian warna
menurut Munsell memiliki 5 hue yang merupakan warna-warna dasar
yaitu: merah, kuning, hijau, biru dan ungu dan dalam percampuran antara
hue-hue itu hue intermediate, merah kuning (orange). Selain hue dalam
warna ada juga value. Value adalah penekanan gelap terang dan kecerahan
warna. Menurut Munsell ada 11 tingkatan value netral, termasuk warna
15
putih dan hitam walaupun secara teoritis tidak masuk dalam warna
(Darsono Sony Kartika, 2007:39-41).
d. Tekstur
Tekstur adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan lukisan
atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan suatu lukisan
atau gambar. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan
karakter suatu benda yang dilukiskan atau digambar (Nooryan Bahari,
2008: 102).
Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda atau bidang, yang
memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut,
apakah permukaannya halus, sedang atau kasar. Tekstur dibedakan
menjadi dua:
1. Tekstur nyata (tekstur aktual)
Tekstur nyata atau actual/virtual texture (nyata, sesungguhnya)
disebut juga tactile texture (dapat diraba dan dirasakan), misal permukaan
tembok, kaca, dan sebagainya. Tekstur tersebut dapat berupa tekstur alami,
maupun tekstur buatan.
2. Tekstur semu ( simulated texture = seolah-olah)
Misalkan kita menciptakan atau membuat tekstur dengan
menggunakan suatu alat tertentu misalnya cat dengan kanvas, lalu hasil
yang kita dapatkan terlihat seolah-olah permukaan itu sangat kasar atau
mungkin sangat licin atau seakan-akan terdiri dari serat-serat dan
16
sebagainya. Padahal jika kita raba yang kita rasakan hanya kehalusan
permukaan kertas atau bidang gambar tertentu. Di sini tekstur yang hadir
bersifat semu. Ia hadir dalam imajinasi visual. Sebagai contoh dari tekstur
semu ini adalah diketemukan bermacam-macam tekstur buatan yang
diciptakan dengan berbagai teknik-teknik arsir, titik-titik, cap dan lain-lain
(Arfial Arsad Hakim, 1997: 100-101).
Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukan rasa
permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dilahirkan dalam sususnan
untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa
tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni
rupa secara nyata atau semu. Artifical texture (tekstur buatan) merupakan
tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan : kertas, logam, kaca,
plastik dan sebagainya. Sedang istilah Nature tekstur (tekstur alami)
merupakan wujud rasa permukaan bahan yang sudah ada secara alami
tanpa campur tangan manusia : batu, pasir, kayu, rumput dan lain
sebagainya. Tekstur dapat dibuat dengan cara teknik kolase, dengan
menempelkan berbagai bahan, missal menempelkan potongan-potonggan
kertas, kayu, kain atau dengan menggunakan bubur kertas, bubur kayu,
beberapa barang bekas, dan sebagainya. Pada prinsipnya permukaan wajah
menjadi rasa tertentu secara peranaan atau secara visual (Soegeng
TM.ed,1987:76).
17
3. Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen
dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bidang, bentuk, warna, terang
dan gelap (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2004: 21).
Komposisi (dinamis) kombinasi berbagai elemen gambar atau karya seni
untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan unsur-
unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk
tercapainya proporsi yang menarik secara artistik, golden section.
Komposisi terbuka aransemen atau komposisi tanpa ada batasan. Figur
atau objek dapat muncul di dalam atau di luar frame secara random dan objek
dapat disajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandangan mata penonton.
Komposisi tertutup tipe komposisi yang semua elemen gambarmuncul
hanyamengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batasan pandangan
penonton(Mikke Susanto, 2012:226-227).
4. Proses Penciptaan Seni
1. Proses Penemuan Seni
Berbicara masalah seni, gaya karya seni lukis naif adalah lukisan bergaya
kekanakan, menggunakan warna terang yang kuat, komposisi ritmis, biasanya
dipakai seniman yang bekerja tanpa atau belum mengalami pendidikan (non
formal. Seni ini ditandai oleh kesederhanaan goresan, warna maupun teknik
(Mikke Susanto, 2011: 270). Karya yang dibuat oleh penulis merupakan karya
yang bergaya naif, karena pengerjaannya dengan bentuk-bentuk yang kekanak-
kanakan, warna dan corak yang terang, tetapi melalui pemikiran untuk
18
menimbulkan ide kemudian menggambarkan sketsanya terlebih dahulu untuk
kemudian diwujudkan dalam karya.
Penulis juga membuat karya lain yang bergaya Realisme sosial. Realisme
sosialis adalah salah satu aliran dalam sosialisme yang bergerak dalam kancah
sastra atau kesenian. Semangat realisme sosialis ialah untuk memenangkan
sosialisme di tengah masyarakat. Maka di dalam sastra aliran realisme sosialis,
realitas masyarakat adalah inspirasi untuk membuat karya. Yang dimaksud
dengan realitas masyarakat ialah memberi penyadaran kepada masyarakat yang
tertindas sehingga masyarakat tersebut berjuang untuk melawan sistem yang
menindas tersebut. Realisme sosialis dalam arti sempit istilah ini adalah
penggambaran realitas kehidupan dengan tuntutan untuk mengabdikan seni pada
masyarakat atau seni untuk rakyat. Pada dasarnya terdapat perbedaaan mendasar
antara Realisme dengan Realisme sosialis, yaitu bila Realisme (yang dipelopori
Gustave Courbet) mendasarkan teorinya pada kemampuan daya akal budi
menangkap realitas sebagaimana adanya, sementara Realisme sosialis
mendasarkan teorinya pada dialektika Marx yang menggariskan bahwa realitas
yang Nampak hanyalah sebuah tampilan dari realitas sesungguhnya yang tidak
Nampak. Bisa jadi unsure social dalam aliran ini adalah berurusan pula dengan
politik. Realisme sosialis didasarkan pada tujuan sosialismenya yang militant
(Mikke Susanto, 2012 : 326)
19
2. Bahan atau Material
Bahan atau Material dalam dunia seni dikenal dengan “medium”, yang
pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkrit sesuatu yang nyata-nyata ada.
Oleh sebab itu seringkali dinyatakan bahan atau material menjadi sesuatu yang
mutlak perlu dan bersifat pengikat (P. Mulyadi, 1998: 17-18).
Sedangkan menurut Nooryan Bahari, bahan atau material merupakan
media untuk menghasilkan karya seni (Nooryan Bahari, 2008: 77-78). Bagi
penulis, pengetahuan seniman dan penguasaan tentang bahan yang akan
digunakan mempengaruhi kualitas karya yang akan diciptakannya, maka dari itu
kecermatan seniman sangat dibutuhkan sehingga karya menjadi maksimal.
3. Teknik
Banyak orang mempunyai pemikiran bahwa teknik diartikan sejenis
keterampilan, sehingga dinyatakan bahwa setiap seniman harus memiliki spesialis
ketrampilan atau keahlian yang disebut teknik (P.Mulyadi, 1998: 19).
Sedangkan menurut Nooryan Bahari, teknik merupakan tata cara
mewujudkan ide/gagasan seniman tersebut (Nooryan Bahari, 2008: 24). Bagi
penulis, teknik dalam berkarya sangat dibutuhkan oleh seniman karena teknik
menghasilkan karakter maupun gaya perseorangann yang khas.
20
5. Konsep Bentuk Visual
Dalam mengerjakan karya Tugas Akhir ini, penulis menyusun atau
merencanakan konsep bentuk visual mix media dengan kata lain penulis bebas
menggunakan teknik apa saja yang telah dikuasai dan benda-benda temuan
sebagai media dalam berkarya.
1. Mixed Media
Campuran media, dalam seni rupa, mengacu pada karya seni dalam
pembuatan yang lebih dari satu media telah digunakan. Ada perbedaan penting
antara "mixed-media" karya seni dan"seni multimedia". Campuran media
cenderung untuk merujuk pada sebuah karya seni visual yang menggabungkan
berbagai media seni rupa tradisional yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah
karya di atas kanvas yang menggabungkan cat, tinta, dan kolase bisa benar
disebut "media campuran" bekerja, tapi bukan karya"seni multimedia." Seni
multimedia Istilah menyiratkan lingkup yang lebih luas dibandingkan media
campuran, menggabungkan seni rupa dengan unsur-unsur non-visual (seperti
rekaman suara, misalnya) atau dengan unsur-unsur seni lainnya (seperti sastra,
drama, tari, grafis gerak, musik, atau interaktivitas) (diunduh
darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Mixed_media.11-12-2014).
Sedangkan menurut mikke susanto mixed media (ing) atau media campuran,
dalam kesenian berarti kombinasi antara banyak media atau bahan yang berbeda
seperti halnya menggabungkan efek cahaya, bunyi dan film. Prinsip istilah ini
juga bisa berarti menggambarkan kerja pada seni rupa untuk mengomposisikan
21
material-material yang berbeda dan bervariasi; seperti antara cat minyak dengan
kolase kertas dan lain-lain (Mikke Susanto, 2012:262).
6. Refrensi Karya
Beberapa karya dari seniman yang menginspirasi dalam proses berkarya
yang memiliki konsep skill matang dan menarik dalam berkarya. Seniman tersebut
adalah:
a. Bonyong Munni Ardhi
Lahir di Malang pada tahun 1946. Seniman ini muncul sebagai
pemberontak dengan idiom - idiom visual yang baru pada Gerakan Seni
Rupa Baru tahun 1975. Bonyong sangat aktif mengikuti pameran di
tingkat nasional dan juga pernah mengajar di Fakultas Seni Rupa di STSI
Surakarta. Bonyong Munni Ardhi adalah salah seorang eksponen Gerakan
Seni Rupa Baru (GSRB) Indonesia yang mempunyai paradigma
kontekstualisme dan pluralitas dalam media ungkap seni rupa. Dalam
banyak karyanya, Bonyong mengungkapkan kontradiksi dan ironi sosial
yang terjadi di sekitarnya. Empatinya yang dalam terhadap kesengajaan
yang terjadi, menuntun kesadaran kritisnya pada sistem kekuasaan dan
dominasi negara yang otoriter. Paradigma pluralitas bahasa ungkap dalam
seni rupa menjadi jalan baginya untuk menjelajahi segenap kemungkinan
berkarya, mulai dari seni lukis, patung, happening art, hingga instalasi.
Upaya untuk menghadirkan kekonkretan visual menjadi salah satu ciri
khas yang muncul dalam setiap karyanya.
22
Gambar 1. Lukis Karya Bonyong Munni Ardhi
“Dunia petani”,2008, oil on canvas
(sumber:https://sahabatgallery.wordpress.com/2008/12/21/bonyong-
munny-ardhie/)
Penulis memiliki kesamaan konsep dengan seniman Bonyong
Munni Ardhi dengan mengangkat ironi sosial yang terjadi di lingkungan
sekitar yang berhubungan dengan petani padi. Rasa empati dan respon
penulis terhadap kejadian yang terjadi menginspirasi dalam pembuatan
karya, dalam karya yang diciptakan penulis sangat berbeda dari segi
karakter dan cara merespon kejadian terjadi dengan gaya masing masing.
Penggunaan barang temuan serta alat pertanian yang diperoleh untuk
mengekspresikan setiap masalah yang terjadi menjadi pembeda dalam
setiap karya yang penulis buat.
b. Heri dono
Heri wardono lahir di Jakarta, 16 juni 1960 dan dibesarkan di jawa
(Semarang dan Yogyakarta). Ayah Heri adalah seorang pensiunan tentara,
sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Pada 1980 sampai 1987
Heri kuliah di ASRI (ISI).Kuliah selesai, tetapi skripsinya tidak.Ia
23
kemudian mengudurkan diri dari ISI. Selanjutnya ia belajar tentang
wayang dan dunianya pada seorang seniman wayang bernama Sukarman.
Perkenalan Heri dengan Sukarman tampaknya bukan suatu hal yang
kebetulan sebab Heri sendiri memang menyukai wayang. Perkenalan
dengan Sukarman merupakan bagian dari proses studi Heri untuk
mengenali dan menguasai dunia wayang lebih jauh, baik dari segi bentuk
maupun isi (tematik).
Gambar 2. Lukis Karya Heri dono
“Nonton video porno”urung tak kei
(sumber:http://arsip.galerinasional.or.id/uploads/arsip/image/979/22495/S007.jpg
/18-06-2016/13.31)
Penulis tertarik dengan karya heri dono karena menarik dari ide
dan konsep yang diangkat, mulai dari pemilihan bahan , karakter, warna
dan kreatifitas sang seniman dalam membuat karya. Pemilihan pada
24
wayang dilakukan Heri dengan alasan bahwa wayang merupakan bentuk
animasi yang paling sederhana. Sedangkan karya yang diciptakan penulis
berbeda dengan karya heri dono mulai dari pemilihan bahan dan karakter
yang berbeda, namun seniman heri dono menginspirasi penulis dalam
menciptakan bentuk-bentuk fingur.
c. Eko nugroho
Eko Nugroho (lahir di Yogyakarta, 1977), Eko Nugroho seorang
seniman yang masa kecilnya banyak dihabiskan di lingkungan kampung
Prawirodirjan. Sebuah perkampungan yang padat hunian dan dijejali oleh
gang-gang kecil yang terletak di tengah pusat kota Yogyakarta. Tumbuh
menjadi seorang remaja kreatif yang semakin menunjukkan bakatnya
namun waktu itu orang tuanya berasal dari latar belakang ekonomi yang
kecil. Eko Nugroho memutuskan pilihannya untuk masuk di Sekolah
Menengah Seni Rupa dan lulus tahun 1997 kemudian melanjutkan di
Institut Seni Indonesia Yogyakarta lulus tahun 2006.
Awal proses kreatifnya hanya didasari karena Eko Nugroho sangat
menyukai dan mencintai menggambar. Pada suatu saat, ia merasa bahwa
semakin mencintai kesenian karena kesenian bisa menjadi terapi bagi
dirinya sendiri. Persoalan hidup seperti kebahagiaan, kesedihan,
keindahan, kejujuran dan masih banyak lagi perasaan terdalam yang
mampu keluar lewat berkesenian yang ia geluti.Menurut Eko Nugroho,
“kesenian adalah simbol kehidupan manusia, dengan memahami kesenian
25
maka kita akan menemukan arti dan simbol-simbol dalam kehidupan yang
luas ini. Kesenian diciptakan dalam proses yang panjang, kesenian adalah
sisi positif manusiawi. Kita bisa melacak sejarah, cerita, kejadian dan
perubahan alam melalui kesenian
(http://www.ekonugrohoartclass.com/18-06-2016/13.56).
Gambar 3. Lukis Karya Eko Nugroho
“After pieta”,2015, manual embriodery
(Sumber:http://www.arndtfineart.com/website/media/artists/Nugroho/NUGR024
9_Eko-Nugroho_After-Pieta2015-Embroidery-149x161cm_opt.jpg/18-06-
2016/14.07)
26
Penulis tertarik dengan konsep ide dan media yang dipakai Eko
nugroho, seniman menggabungkan beberapa unsur seperti motif batik dan
pemakaian bahan atau media yang cukup menarik. Dari segi penyajian
karya Eko nugroho tidak lagi menggunakan media kanvas yang di figura
seperti pada karya lukis pada umumnya. Namun pada karya-karya Eko
nugroho mampu menghadirkan suatu penyajian karya yang tidak pada
umumnya, ini yang membuat penulis tertarik dan menginspirasi karya
penulis dalam segi penataan atau penyajian karya.
top related