bab ii kajian pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43658/3/bab ii.pdf · high order...
Post on 23-Oct-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian teori ini akan membahas tentang teori yang mendukung pembahasan
dalam penelitian. Adapun teori yang akan dibahas yaitu model pembelajaran One
Stay Three Stray (OSTS) , pendekatan Open-Ended, media pembelajaran UKBM,
model pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS) dengan pendekatan Open-Ended
menggunakan UKBM, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan penalaran,
dan hasil penelitian yang relevan.
2.1 Model Pembelajaran One Stay Three Stray (OSTS)
2.1.1 Definisi Model Pembelajaran OSTS
One Stay Three Stray (OSTS) merupakan model pembelajaran kooperatif
hasil modifikasi dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model
pembelajaran TSTS merupakan pembelajaran yang membagi siswa kedalam grup
kecil untuk mendiskusikan suatu masalah yang mana setelah melakukan diskusi dua
orang anggota tinggal (stay) dan dua orang anggota lainnya berbelanja (stray) ke
kelompok lain untuk mengumpulkan informasi (Lusiana, Setyosari, & Soetjipto,
2017). Model pembelajaran One Stay Two Stray (OSTS) merupakan hasil
modifikasi dari model TSTS. Perubahan yang dilakukan yaitu pada jumlah siswa
yang tinggal (stay) menjadi satu orang dan siswa yang berbelanja (stray) menjadi
tiga orang. Model pembelajaran OSTS mengacu TSTS merupakan model
pembelajaran kelompok yang bertujuan agar seorang siswa dapat bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling membantu
untuk meningkatkan prestasi belajar (Gazali, 2017). Berdasarkan uraian di atas,
model pembelajaran OSTS dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses
-
12
pembelajaran, bekerja sama dengan temannya, bertukar pikiran, menanggapi,
mengemukakan pendapat, dan berbagi informasi tanpa merasa sungkan dan takut
(Sari, 2015).
2.1.2 Karakteristik Model Pembelajaran OSTS
Model pembelajaran OSTS memiliki karakteristik yang sama dengan TSTS.
OSTS mengacu pada pengertian TSTS merupakan model pembelajaran tipe
kooperatif dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil yang beranggotakan
empat siswa dengan satu siswa kemampuan tinggi, dua siswa kemampuan sedang
dan satu siswa kemampuan rendah (Miftachudin, 2015). Model pembelajaran
kooperatif OSTS memiliki struktur kelompok khas yang bertujuan melatih
kerjasama siswa dan sosialisasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar (Arzak
& Ibrahim, 2015). Penerapan OSTS dalam pembelajaran akan mengarahkan siswa
untuk aktif dalam berdiskusi, tanya jawab, menjelaskan dan memperhatikan materi
yang disampaikan temannya (Herawati, 2015). Pendapat lain mengatakan model
OSTS dapat melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013). Selain itu
OSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan komunikasi
matematis siswa dengan pendekatan CTL (Pamungkas, 2017).
2.1.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran OSTS
Pembelajaran kooperatif tipe OSTS yang merupakan hasil modifikasi dari
TSTS memiliki tahapan yang sama yaitu terdiri dari pembagian kelompok,
pemberian masalah, kerja kelompok, tinggal (stay) dan bertamu (stray), laporan
setelah bertamu, presentasi (Gazali, 2017). Tahap pembagian kelompok, yaitu guru
membagi siswa kedalam kelompok kecil bersifat heterogen dengan anggota
berjumlah 4-5 orang (Fathurrohman, 2015a). Tahap selanjutnya yaitu pemberian
-
13
masalah, pada tahap pemberian masalah guru terlebih dahulu membagikan UKBM
yang berisi materi dan masalah yang kan dipelajari oleh siswa. Kemudian guru
menjelaskan kepada siswa apa saja yang akan dilakukan setiap kelompok karena
setiap kelompok memiliki tugas-tugas yang berbeda (Gazali, 2017).
Tahap kegiatan kelompok, yaitu kegiatan kelompok inti, dimana siswa
siswa bekerja dalam kelompok kecil beranggotakan empat orang yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan akan siswa dapat terlibat aktif dalam proses berfikir
(Huda, 2013). Tahap selanjutnya yaitu tinggal (stay) dan bertamu (stray).
Tahap tinggal (stay) dan bertamu (stray) , yaitu fase dimana tiga orang siswa
tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencari informasi hasil diskusi
dari kelompok lain dan satu anggota yang tersisa bertugas menerima siswa yang
bertamu ke kelompoknya (Fathurrohman, 2015). Tahap selanjutnya yaitu laporan
setelah bertamu.
Tahap laporan setelah bertamu yaitu anggota kelompok yang telah bertamu
sebelumnya kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan informasi yang mereka
dapat dari kelompok lain. Tahap selanjutnya presentasi yaitu siswa mengumpulkan
hasil diskusi kelompok dan salah satu kelompok mempresentasikan jawaban
mereka di depan kelas dan kelompok lainnya memberikan tanggapan terhadap
kelompok yang presentasi (Fathurrohman, 2015).
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan OSTS
Model pembelajaran kooperatif One Stay Three Stay (OSTS) mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Model OSTS yang merupakan hasil modifikasi dari
TSTS memiliki kelemahan dan kelebihan yang hampir sama. Kelebihan model
OSTS merujuk dari kelebihan TSTS yaitu dapat digunakan dalam semua mata
-
14
pelajaran dan jenjang pendidikan serta dapat melatih kemampuan sosialisasi siswa
dengan siswa lainya karena model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota
kelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lainnya (Fathurrohman,
2015). Sedengkan kekurangan model One Stay Three Stray (OSTS) merujuk dari
kelemahan TSTS yaitu jumlah siswa harus genap, proses perpindahan dari inti ke
bertamu membutuhkan pengolahan kelas yang baik, dan membutuhkan banyak
waktu (Fathurrohman, 2015). Sehingga diperlukan modifikasi dari dua tinggal
(stay) dan dua bertamu (stray) menjadi satu tinggal dan tiga bertamu.
Guru harus memiliki rancangan pembelajaran yang baik agar proses
pembelajaran kondusif dan efisien. Hal ini bertujuan untuk menutupi kekurang dari
model OSTS. Peran siswa juga sangat penting dalam proses pembelajaran, siswa
harus aktif dan bekerja sama dengan guru untuk menggunakan waktu secara efisien.
Karena kekurangan model OSTS, perlu adanya pendekatan guru terhadap siswa
untuk meningkatkan efektivitas dari model pembelajaran OSTS yaitu dengan
menerapkan pendekatan open ended.
2.2 Pendekatan Open Ended
2.2.1 Definisi Pendekatan Open Ended
Pendekatan Open Ended merupakan cara guru dalam membangun
pemahaman siswa dengan memberikan siswa sebuah permasalahan terbuka yang
dirancang agar memiliki beberapa jawaban benar ”incomplete” atau “open-ended”
(Inprasitha, 2006). Permasalahan terbuka yang diberikan akan menjadi tantangan
bagi siswa untuk mencari pola penyelesaian masalah, menemukan berbagai solusi
dari masalah dan menafsirkan penyelesaian masalah (Faridah, Isrok’atun, & Aeni,
2016). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open Ended akan
membentuk dan meningkatkan keaslian pemikiran, kreativitas, kognitif tinggi,
-
15
kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi dalam diri siswa
(Shoimin, 2014). Lebih lanjut dikatakan bahawa pendekatan ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai strategi penyelesaian
masalah yang dianggap sesuai dengan kemampuan mengelaborasikan
permasalahan.
2.2.2 Karakteristik Open Ended
Pendekatan open ended dapat dikatakan sama dengan pembelajaran
berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang didalam kegiatan
pembelajarannya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa (Syaban,
2004). Hal ini sejalan dengan pendapat Faridah et al., (2016) pendekatan open
ended yaitu cara guru dalam menyampaikan pembelajaran yang dimulai dengan
pemberian masalah yang berhubungan dengan konsep matematika yang akan
dipelajari. Lebih lanjut dikatakan masalah yang diberikan kepada siswa bersifat
terbuka yang artinya untuk memberikan keluwesan kepada siswa untuk
mengeksplorai berbagai kemungkinan pola penyelesaian masalah dan menemukan
solusi dari masalah tersebut. Menurut Lestari, Hartono, & Purwoko (2016)
pembelajaran yang menggunakan pendekatan open ended dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa.
2.2.3 Penyajian Open Ended
Langkah-langkah open ended yaitu orientasi, penyajian masalah,
menyelesaikan masalah secara individu, diskusi kelompok, presentasi, penutup
(Ervina & Haninda, 2016). Tahap orientasi yaitu pemberian motivasi kepada siswa
seperti memberikan masalah yang berhubungan dengan masalah sehari-hari secara
tertulis atau lisan. Tahap selanjutnya yaitu penyajian masalah terbuka kepada siswa
-
16
dengan guru memberikan penjelasan singkat materi yang akan dipelajari disusul
dengan pemberian masalah yang cenderung merupakan masalah terbuka.
Selanjutnya yaitu menyelesaikan masalah secara individu dan diskusi kelompok,
pada tahapan ini siswa mengeksplorasi segala kemungkinan penyelesaian masalah
secara individu dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok agar meningkatnya
kreativitas siswa. Setelah mengeksplorasi guru mempersilahkan perwakilan
kelompok mempresentasikan ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi
mereka. Adapun tahap terakhir yaitu penutup, pada tahap ini guru bersama siswa
menyimpulkan konsep atau gagasan dari materi yang telah dipelajari dan guru
membantu membenarkan pemahaman konsep yang masih keliru dari siswa.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Open Ended
Setiap teori, model, metode, dan pendekatan pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pendekatan open-ended yaitu 1)
meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berakibat pada prestasi dan motivasi
belajar siswa, 2) menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa dalam
berbagi ide-ide dan berdiskusi tentang cara-cara dan penalaran (Chogo, Githua, &
Changeiywo, 2017). Pendekatan open ended akan menghasilkan jawaban dengan
menggunakan banyak jawaban yang benar untuk masalah terabuka yang diberikan
untuk memberikan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru selama
proses pemecahan masalah (Inprasitha, 2006).
Selanjutnya, kekurangan pendekatan open-ended yaitu a) menyiapkan
masalah terbuka yang bermakna bagi siswa tidaklah mudah; b) mengemukakan
masalah yang dapat mudah dimengerti siswa sangat sulit; c) siswa dengan
kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka; d) ada
-
17
sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang dihadapi (Shoimin, 2014). Pendapat lain mengatakan
membuat sebuah masalah open ended yang baik bukanlah pekerjaan mudah karena
kebiasaan dan kemampuan guru yang berbeda-beda (Inprasitha, 2006).
2.3 Unit Kegiatan Belajar Mandari (UKBM)
Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) merupakan bagian dari pelajaran
yang dirancang sistematis dari pelajaran yang mudah sampai ke yang sulit
(Direktorat Pembinaan SMA, 2017). Penggunaan UKBM dapat membantu peserta
didik belajar secara mandiri untuk mencapai target ketuntasan belajar. UKBM
dapat dikatakan sebagai modul dalam proses belajar mengajar karena modul
merupakan bahan ajar cetak yang diberikan kepada siswa untuk dipelajari secara
mandiri (Susilo, Siswandari, & Bandi, 2016).
2.3.1 Karakteristik Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM)
Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) berlaku pada kurikulum 2013
sehingga UKBM berbasis Kompetensi Dasar. Pengembangan UKBM sangat
bergantung pada Buku Teks Pembelajaran (BTP) yang digunakan untuk
pembelajaran. UKBM memuat stimulus belajar yang dapat mengembangkan
kemapuan belajar mandiri dan keterlibatan siswa secara aktif dalam menguasai
kompetensi secara utuh melalui pembelajaran berpusat pada siswa (student active)
yang mendorong kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking
Skills/HOTS), serta kecakapan abad 21 seperti berpikir kritis, bertindak kreatif,
bekerjasama, dan berkomusikasi, serta meningkatkan budaya membaca (literasi).
Tampilan UKBM harus lah menarik agar dapat meningkatkan minat belajar siswa
(Direktorat Pembinaan SMA, 2017).
-
18
UKBM yang digunakan pada penelitian ini memuat 2 Kegiatan Belajar yang
mana Kegiatan Belajar 1 untuk pertemuan pertama dan Kegiatan Belajar 2 untuk
pertemuan Kedua. UKBM pada penelitian ini memuat masalah open-ended dan
berguna sebagai media guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Karena
bersifat open-ended jawaban yang berbeda antara siswa tergantung angka yang
dipilih oleh siswa.
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan UKBM
Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) pada penelitian ini ditempatkan
sebagai media bagi guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Kelebihan
UKBM yaitu 1) membuat peserta didik belajar secara berurutan, 2) belajar mandiri,
3) mencapai tingkat kompetensi yang lebih tinggi sesuai kemampuan, dan 4)
memudahkan siswa dalam menerapkan pembelajaran (Direktorat Pembinaan SMA,
2017). Sedangkan kekurangan media UKBM yang termasuk kedalam media
belajar cetak yaitu tidak menarik dan monoton, membutuhkan banyak waktu untuk
memahami sebuah bacaan, tidak dapat digunakan dalam tempat gelap,
membutuhkan konsep awal, memerlukan daya ingat yang tajam, dan bersifat
abstrak (Asyhari & Silvia, 2016)
2.4 Model Pembelajaran One StayThree Stray (OSTS) dengan pendekatan Open Ended menggunakan UKBM
Pada subbab model pembelajaran OSTS dengan pendekatan open-ended
dijelaskan masing-masing model dan pendekatan pembelajaran. Subbab ini
menjelaskan sintak kegiatan pembelajaran model OSTS dengan pendekatan open-
ended yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran One Stay Three Stray dengan pendekatan
Open Ended
Model OSTS Pendekatan open-ended
Pembagian kelompok Orientasi
-
19
Pemberian masalah
Kerja kelompok
Tinggal (stay) dan bertamu (stray)
Laporan setelah bertamu
Presentasi
Pemberian masalah terbuka
Mengeksplorasi masalah
Menjawab permasalahan
Pembuatan rangkuman
Penutup
Langkah-langkah dari masing-masing model OSTS dan pendekatan open-
ended menghasilkan langkah-langkah baru yang menggabungkan model dengan
pendekatan pembelajaran, yaitu:
Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran One Stay Three Stray dengan pendekatan
Open Ended
No. Aktivitas dalam pembelajaran Model OSTS Pendekatan
open-ended
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Orientasi
Pembagian kelompok
Pemberian UKBM yang berisi
masalah terbuka
Kerja kelompok/mengeksplorasi
masalah
Stay (tinggal) dan Stray (bertamu)
Laporan setelah bertamu
Presentasi
Menjawab Permasalahan
Pembuatan rangkuman
Penutup
-
-
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan langkah-langkah gabungan dari
model pembelajaran OSTS dengan pendekatan open-ended adalah orientasi,
pembagian kelompok, pemberian UKBM yang berisi masalah terbuka, kerja
kelompok/mengeksplorasi masalah, tinggal (stay) dan bertamu (stray, laporan
setelah bertamu, presentasi, menjawab permasalahan, pembuatan rangkuman, dan
penutup. Penjelasan langkah-langkah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran
dengan penggunaan model pembelajaran OSTS dan pendekatan open-ended seara
terperinci disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran OSTS dengan Pendekatan Open-Ended
menggunakan UKBM
Langkah
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
-
20
Pendahuluan a) Guru mengucapkan salam dan berdoa sebelum pembelajaran
dimulai
a) Siswa menjawab salam dan berdoa sebelum pembelajaran dimulai
b) Guru mempresensi siswa b) Siswa menjawab ketika hadir c) Guru mengkondisikan siswa
untuk mempersiapkan diri
dalam mengikuti pembelajaran
c) Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan
guru
Kegiatan Inti Pemberian UKBM yang berisi
masalah open ended
Guru memberikan UKBM kepada
setiap kelompok yang berisi
masalah terbuka dan memberikan
sub pokok bahasan pada tiap-tiap
kelompok..
Presentasi Guru
Siswa dalam bentuk kelompok
menerima UKBM dari guru dan
menjawab permasalahan tersebut dan
juga mengekplorasi masalah dengan
baik
Guru menyampaikan indikator
yang akan dicapai dan
menjelaskan materi sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah
di buat.
Siswa mendengarkan indikator dan
materi yang disampakan guru
Pembagian kelompok
Guru membentuk siswa menjadi
kelompok kecil yang
beranggotakan 4-5 orang
Siswa membentuk kelompok dan
berkumpulkan sesuai dengan
kelompoknya masing-masing
Kerja Kelompok
a) Guru memberi waktu siswa untuk mendiskusikan sub pokok
bahasan yang ada di UKBM
b) Guru memberi waktu kepada siswa untuk mendiskusikan dan
menyelidiki masalah yang
diberikan
a) Siswa mendapatkan waktu untuk mendiskusikan UKBM
b) Siswa mendiskusikan dan menyelidiki sub pokok bahasan
yang diterima secara berkelompok
Stay and Stray
a) Guru mempersilahkan 3 orang anggota untuk bertamu ke
kelompok lain dan 1 orang
anggota untuk tinggal.
Laporan setelah bertamu
a) Siswa yang tinggal bertindak sebagai tuan rumah untuk
menjelaskan dan 3 orang yang
bertamu bertugas mengumpulkan
informasi ke kelompok lainnya
a) Guru mempersilahkan siswa kembali ke kelompok asal untuk
menyampaikan informasi apa
saja yang telah dikumpulkan
setelah bertamu.
a) Siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan informasi
yang telah dikumpulkan dari
kelompok lain.
Presentasi
a) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan
materi menurut informasi yang
telah mereka dapat
Menjawab permasalahan
a) Guru mempersilahkan siswa mengerjakan soal-soal pada
a) Siswa maju kedepan kelas untuk menyampaikan apa yang telah
mereka pahami dari materi yang
dipelajari.
a) Siswa mengerjakan soal-soal pada evaluasi yang terdapat di UKBM
-
21
evaluasi yang terdapat di
UKBM
Pembuatan rangkuman
a) Guru membantu siswa membuat rangkuman mengenai
inti-inti materi yang telah
dipeajari oleh siswa
a) Siswa dibantu guru membuat rangkuman mengenai materi yang
telah dipelajari
Penutup Guru menutup pembelajaran
dengan doa dan salam
Siswa menutup pembelajaran dengan
doa dan menjawab salam dari guru
Berikut telah dijelaskan mengenai model pembelajaran OSTS dengan
pendekatan open-ended. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai kemampuan
penalaran.
2.5 Kemampuan Penalaran
2.5.1 Definisi Kemampuan Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir untuk membuat pernyataan baru yang
didasarkan pada pernyataan sebelumnya (Sumartini, 2015). Penalaran memiliki
karakteristik yaitu memiliki pola berpikir luas yang dinamakan logika dan bersifat
analitis dari proses berpikir (Amaroh, Sunaryo, & Arifin, 2013). Penalaran dapat
dikatakan proses berpikir logis yang diartikan sebagai berpikir sesuai pola tertentu.
Sedangkan bersifat analitis dari proses berpikir yaitu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu yang mendorong untuk membuat keputusan yang lebih
baik.
Pemahaman siswa terhadap matematika dan menjadikan matematika
berharga untuk diri mereka sendiri dimungkinkan dengan mengembangkan
kemampuan penalaran (Unal & Gonc, 2017). Kemampuan penalaran berguna
dalam berbagai bidang kehidupan pada umumnya dan pendidikan pada khususnya
untuk melakukan penarikan kesimpulan dan kesimpulan ini membantu mereka
mencari solusi dari masalah mereka (Bhat, 2016). Menurut Aisyah, Dahlan, &
Priatna (2013) kemampuan penalaran merupakan proses berpikir tingkat tinggi
yang didalamnya terdapat kemampuan berpikir logis dan sistematis berdasarkan
-
22
fakta dan sumber yang mendukung untuk mendapatkan kesimpulan. Penggunaan
kemampuan penalaran secara sederhana dapat dipahami yaitu menerima informasi
dan ditambah dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga kita dapat membuat
mengambil keputusan diantara opsi yang ada (Kanimozhi & Ganesan, 2017). Siswa
dapat melakukan kegiatan penalaran matematis apabila siswa menggunakan
penalaran terhadap pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan dan pernyataan
matematika (Natalliasari, 2015).
2.5.2 Indikator Kemampuan Penalaran
Penelitian ini menggunakan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) dengan
soal bertipe open ended. Pemberian soal open ended diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.
Menurut Utami, Mukhini, & Jazwinarti (2014) indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan penalaran yaitu: (1) menyajikan pernyataan matematika
secara tertulis dan gambar; (2) melakukan manipulasi matematika; (3) menyusun
bukti atau memberi alasan terhadap kebenaran solusi; (4) menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan.
Mengacu pada pendapat Utami, Mukhini, & Jazwinarti (2014), maka
indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran dalam penilitian
ini dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Pernalaran Siswa
No. Indikator Kemampuan Penalaran Indikator Pencapaian Siswa
1.
Menyajikan pernyataan matematika dengan
lisan, tertulis, tabel, gambar, dan diagram.
Siswa mampu menyajikan unsur-unsur
yang diketahui dari soal.
-
23
No. Indikator Kemampuan Penalaran Indikator Pencapaian Siswa
2 Melakukan manipulasi matematika.
Siswa mampu memanipulasi dengan
menggunakan konsep matematika yang
berkaitan dan melakukan perhitungan
dengan benar.
3
Menyusun bukti atau memberi alasan
terhadap kebenaran solusi
Siswa mampu memberikan alasan dari
jawaban yang diberikan.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan
Siswa mampu memberikan kesimpulan dari
jawaban yang diperoleh
Cotoh Soal:
Soal 1 Saat diterima bekerja di penerbit buku, Syifa membuat kesepakatan
dengan pimpinan perusahaan, dmna ia akan mendapat gaji pertama
Rp.2.100.000,00 dan akan mengalami kenaikan Rp50.000,00 setiap bulannya. Jika
ia mulai bekerja pada bulan Maret 2018, berapakah gaji yang diterimanya pada
bulan Mei 2019?
Tabel 2.6 Contoh Indikator Kemampuan Penalaran
Soal Penyelesaian Indikator Pencapaian Kemampuan
Penalaran
1. Diketahui:
Gaji pertama syifa Rp. 2.100.000,00
Kenaikan gaji per bulan Rp. 50.000,00
Mulai bekerja Maret 2018 – Mei 2019 (15 bulan)
Ditanya:
Berapa gaji yang diterima pada Mei 2019?
Siswa mampu menyajikan pernyataan
matematika secara tertulis maupun dengan
gambar
Dijawab:
Gaji syifa Rp. 2.100.000,00 + (50.000 x 15) =
2.100.000 + 750.000 = 2.850.000,00
Siswa mampu mengemukakan alasan dari
jawaban yang diberikan.
Misal gaji syifa adalah “a”, kenaikan gaji
perbulan adalah “b”, dan lama bekerja adalah “n”
maka:
Un = a + (n – 1) x b
U15 = 2.100.000 + (15 – 1) x 50.000
U15 = 2.100.000 + 14 x 50.000
Siswa mampu melakukan manipulasi
matematika
-
24
U15 = 2.100.000 + 700.000
U15 = 2.800.000,00
Jadi gaji yang akan diterima Syifa pada bulan
Mei 2019 ialah sebesar Rp. 2.800.000,00
Siswa mampu menyimpulkan dari jawaban
yang ditemukan
2.6 Kemampuan Komunikasi Matematis
2.6.1 Definisi Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi matematis berperan penting dalam pembelajaran matematika
karena dengan komunikasi matematis siswa dapat menyerap informasi yang
disampaikan kepada mereka dan mengekpresikan kembali pemahaman mereka
kepada teman dan guru (Paridjo & Waluya, 2017). Komunikasi matematis
merupakan kegiatan pengalihan pesan yang terjadi di dalam kelas (Darkasyi, Johar,
& Ahmad, 2014). Lebih lanjut dijelaskan pesan yang dialihkan merupakan materi
pelajaran antara guru dan siswa secara lisan ataupun tulisan.
Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan siswa dalam
mengutarakan ide matematikanya ke dalam lisan dan tulisan (Hodiyanto, 2017).
Kemampuan komunikasi matematis berguna untuk kegiatan memahami
matematika yang memiliki peran penting dalam pembelajaran matematika
(Darkasyi et al., 2014). Hal ini didukung pendapat Viseu dan Oliveira (2012) bahwa
kemampuan komunikasi matematis sangat penting dalam pembelajaran karena
memungkinkan siswa dalam memahami proses, diskusi, dan keputusan yang dibuat
dalam pembelajaran matematika. Kemampuan komunikasi sendiri dianggap tidak
dapat dikembangkan dalam matematika karena ilmu matematika identik dengan
perhitungan angka dan rumus (Paridjo & Waluya, 2017). Sementara itu
kemampuan siswa dalam menyampaikan proses atau hasil pemecahan masalah
merupakan kemampuan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis
-
25
tingkat tinggi seperti logis, analitis, sistematis, kritis kreatif, dan produktif
(Asnawati, 2016).
2.6.2 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator komunikasi matematis siswa menurut Hendriana & Soemarmo
(2014) yaitu (1) merepresentasikan benda disekitar ke dalam bentuk ide atau simbol
matematika, (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan atau
tulisan dengan perantara benda nyata, gambar, grafik, dan ekspresi aljabar. (3)
Memodelkan kejadian atau pristiwa sehari-hari kedalam bahasa atau simbol
matematika, (4) mampu menangkap bahasa matematika baik lisan ataupun tulisan
saat berdikusi, (5) menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,
dan generalisasi, (6) dapat menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan
bahasa sendiri. Selain itu terdapat indikator komunikasi matematis tertulis menurut
Purnama & Afriansyah (2016) yaitu (1) menjelaskan pemikiran matematis secara
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, (2) Mengaitkan ide
matematika dengan benda nyata, gambar atau diagram, (3) Menyatakan kejadian
nyata kedalam bahasa atau simbol matematika.
Mengacu pada pendapat Purnama & Afriansyah (2016), maka indikator
komunikasi matematika yang akan diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Indikator Pencapaian Kemampuan Komunikasi Tulis No Indikator Kemampuan Komunikasi
Matematika
Indikator Pencapaian Siswa
1 Menjelaskan permasalahan matematika secara
tulisan dalam benda nyata, gambar, grafik dan
aljabar
Siswa dapat membuat grafik
dari persamaan matematika
yang diketahui.
1. 2 Mengaitkan ide matematika dengan benda nyata, gambar atau diagram
Siswa dapat membuat hubungan
ide matematika dalam tabel
2. 3 Menyatakan kejadian nyata kedalam bahasa atau simbol matematika.
Siswa dapat memodelkan
kejadian sehari-hari kedalam
matematika.
-
26
Contoh Soal:
Seorang pembuat kue dalam satu hari dapat membuat kue ulang tahun dan
kue lapis sebanyak 15 kue. Tentukan kemungkinan-kemungkinan banyak ulang
tahun dan kue lapis yang dapat dibuat dalam satu hari oleh koki. Kemudian
nyatakan dalam grafik.
Tabel 2.8 Contoh Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Soal Penyelesaian Indikator Pencapaian Kemampuan
Bernalar
1. Diketahui:
Banyak kue ulang tahun dan kue lapis yang dapat
di buat sebanyak 15
Ditanya:
Kemungkinan-kemungkinan banyak kue yang
dibuat?
Misalkan :
Banyak kue ulang tahun 𝑥 Banyak kue lapis 𝑦
Sehingga persamaan :
𝑥 + 𝑦 = 15
Siswa dapat memodelkan
permasalahannyata kedalam bentuk
matematika
𝑥 𝑦 𝑥 + 𝑦 15 0 15
0 15 15
1 14 15
2 1 15
… … …
Siswa dapat membuat hubungan ide
matematika dengan tabel
Siswa dapat membuat grafik dari
persamaan matematika yang diketahui.
top related