bab ii kajian teori 2.1 variasi bahasaeprints.umm.ac.id/40143/3/bab ii.pdf · variasi berdasarkan...
Post on 28-Dec-2019
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Variasi Bahasa
Pada kajian teori variasi bahasa akan dibahas terkait definisi, fungsi, bentuk,
macam dan makna dari variasi bahasa. Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang
sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu.Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu
sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alatinteraksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima
ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan
berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat
sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek)
dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa
tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
2.2.1 Definisi Variasi Bahasa
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa tersebut juga
mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi juga ikut andil dalam
perkembangan bahasa. Perbedaan golongan, pekerjaan, aktivitas, komunitas,
juga memberikan andil terhadap keanekaragaman bahasa. Hal-hal tersebut bisa
15
dikat akan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya
keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para
penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi
sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Setiap orang mempunyai kegiatan yang
berbeda-beda pula. Setiap individu penutur menyebabkan keberagaman bahasa
tersebut. Penutur yang berada diwilayah yang sangat luas akan menimbulkan
keberagaman bahasa yang lebih banyak.
Di dalam Linguistik, bahasa tidak hanya dipahami sebagai tanda saja
tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai
bagian dari kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian
yang berdasarkan ancangan sosiolinguistik akan memperhitungkan bagaimana
pemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut
medium pembicaraan (KBBI, 2003: 920).
Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan subsistem yang dapat dipahami
secara sama oleh para penutur bahasa tersebut. Meskipun penutur itu berada
dalam masyarakat tutur yang sama, tidak merupakan kumpulan manusia
homogen, maka wujud bahasa yang kokret yang disebut parole menjadi tidak
seragam atau bervariasi. Keragaman atau kevariasian bahasa ini tidak hanya
terjadi karena para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan dan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina,
2004: 85).
16
Dalam variasi bahasa ini, terdapat dua pandangan. Pertama, variasi atau
ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial peutur bahasa dan
keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada
untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Chaer dan Agustina (2004: 82), membedakan variasi
bahasa menjadi empat, yaitu variasi bahasa dari segi penutur, pemakaian,
keformalan, dan sarana.
Sesuai dengan sifatnya yang fleksibel, bahasa akan terus berkembang
dan bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Terjadinya keragaman
atau kevariasian bahasa di dalam masyarakat tidak hanya disebabkan oleh
masyarakatnya yang heterogen tetapi juga perbedaan pekerjaan, profesi
jabatan atau tugas para penutur dapat menyebabkan adanya variasi bahasa
(Suyanto, 2011: 81).
2.2 Fungsi Variasi Bahasa
Fungsi bahasa yang utama adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi
dilakukan oleh manusia yang merupakan mahluk sosial. Manusia sebagai mahkluk
sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia
merupakan mahkluk yang diciptakan untuk hidup berhubungan dengan orang lain.
Proses interaksi tersebut membutuhkan alat bantu untuk berhubungan dengan
individu yang lain. Atas dasar hal tersebut kemudian munculah apa yang
disebut variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial
dari para pelaku bahasa yang beragam. Bahasa merupakan salah satu alat bantu
17
untuk berinteraksi dengan manusia lain. Semua gagasan, ide, maupun maksud dari
penutur disampaikan melalui bahasa.
Ciri variasi bahasa yang terjadi karena adanya perbedaan bidang pemakaian
antara lain leksikogramatis, fonologis, ciri penunjuk yang berupa bentuk kata tertentu,
penanda gramatis tertentu, atau bahkan penanda fonologi yang memiliki fungsi untuk
memberi tanda kepada para pelaku bahasa bahwa inilah register yang dimaksud.
Penanda atau ciri itu pulalah yang membedakan antara register satu dengan yang
lainnya.
2.3 Bentuk dan Macam-Macam Variasi Bahasa
Variasi bahasa dapat juga dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu
register dan dialek. Dialek merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakainya,
sedangkan register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya. Dalam
kehidupan, seseorang mungkin saja hidup dengan satu dialek, tetapi tidak
hanya hidup dengan satu register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat, bidang yang dilakukan pasti lebih dari satu. Adanya faktor-faktor sosial
dan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa menimbulkan
variasi-variasi bahasa. Dengan timbulnya variasi bahasa menunjukkan bahwa
bahasa itu bersifat aneka ragam dan mana suka.
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan
pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan dan
bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak
cirinya adalah kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya memunyai sejumlah
18
kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun,
variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak juga dalam tataran morfologi dan
sintaksis (Chaer dan Agustina, 2004: 89).
2.3.1 Register
Register merupakan salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang
disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian. Register merupakan proses
atau hasil dari pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis
pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Menurut Suwito (1985: 25)
mengemukakan bahwa register sebagai bentuk variasi bahasa yang disebabkan
sifat khas kebutuhan pemakainya. Register dengan kata lain bisa diartikan
sebagai suatu bahasa yang biasa dipergunakan pada saat ini, bahasa yang
tergantung pada apa saja yang dikerjakanya dan sifat kegiatanya mencerminkan
aspek lain dari tingkat sosial yang biasanya melibatkan masyarakat tertentu.
Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaianya, yaitu
bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat
kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu
proses sosial yang merupakan proses macam- macam kegiatan sosial yang
biasanya melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna khususnya
dihubungkan dengan konteks sosial tertentu, yang di dalamnya banyak
kegiatan dan sedikit percakapan, yang kadang- kadang sering disebut dengan
bahasa tindakan.
Register menurut Halliday (2010: 54) merupakan konsep semantik yang
dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara
khusus dengan susunan tertentu dari medan, pelibat, dan sarana. Ungkapan
19
susunan makna register termasuk juga ungkapan dari ciri leksiko gramatis da
fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna-makna.
Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan
makna yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep
situasi menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2)
pelibat (tenor), (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang
terjadi atau pada saat tindakkan berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang
disebutkan oleh para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu).
Pelibat menunjukan pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat,
kedudukan dan peran mereka. Sarana menunjuk pada peranan yang diambil
bahasa dalam situasi tertentu, seperti bersifat membunjuk, menjelaskan,
mendidik, dan sebagainya.
Ciri-ciri register secara umum adalah pertama register hanya mengacu
pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerja yang
berbeda. Kedua, bahasa register sesuai dengan situasi komunikasi yang terjadi
berulang secara teratur dalam suatu masyarakat yang berkenaan dengan
pertisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif. Ketiga, register digunakan oleh
suatu kelompok ataupun masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan
keahlian yang sama.
Dapat disimpulkan dari uraian tentang register diatas, register adalah
ragam bahasa menurut pemakaianya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung
pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register
mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang
merupakan macam- macam kegiatan sosial yang selalu melibatkan orang.
20
2.3.2 Dialek
Dialek merupakan variasi bahasa yang dibedakan oleh perbedaan asal
penutur dan perbedaan kelas sosial penutur, oleh karena itu, muncul konsep
dialek geografis dan dialek sosial (sosiolek). Dialek berasal dari bahasa
Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan ilmu yang
mempelajari ilmu kebahasaan yang terdapat dalam suatu bahasa yang
disebabkan oleh faktor geografis. Meillet dalam Ayatrohaedi (2002:
23) menyatakan bahwa ciri utama dialek adalah perbedaan dalam
kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Selain itu terdapat dua ciri-ciri
lain yang ada dalam dialek yaitu:
a) Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda,
yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip
sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang
sama.
b) Dialek tidak harus mengambil seluruh bentuk ujaran dari sebuah
bahasa.
Selain itu, Mahsun (2014: 11) menyatakan bahwa dialektologi
merupakan ilmu tentang dialek atau cabang dari linguistik yang
mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan memperlakukan
perbedaan tersebut secara utuh. Perbedaan isolek satu dengan isolek
lainnya dianalisis sehingga dapat ditentukan eksistensi sebuah isolek
sebagai bahasa, sebagai dialek atau sebagai subdialek.
Dalam komponen bahasa, Chaer dan Agustina (2004: 62)
membedakan variasi-variasi bahasa sebagai berikut:
21
2.4 Variasi dari Segi Penutur
Variasi bahasa dari segi penutur dibagi menjadi empat jenis, yakni :
a) variasi bahasa yang bersifat perseorangan (idialek),
b) variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang
berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu (dialek),
c) variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa
tertentu (kronolek), dan
d) variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturya (sosiolek).
Menurut konsepnya, variasi bahasa dari segi penutur memiliki
konsepnya masing-masing. Variasi idiolek adalah variasi yang dimiliki oleh
masingmasing individu seperti warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat, dan lain-lain. Berbeda dengan variasi idialek, variasi dialek merupakan
variasi yang dimiliki oleh sekelompok penutur yang menempati suatu wilayah
yang memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada suatu
dialek. Kemudian variasi kronolek, variasi ini merupakan perbedaan variasi
bahasa yang digunakan pada masa tertentu seperti perbedaan lafal, ejaan,
morfologi, maupun sintaksis. Terakhir merupakan variasi sosiolek. Variasi
sosiolek, yakni variasi yang menyangkut masalah pribadi penuturnya seperti usia,
pendidikan, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, dan lain-lain.
2.5 Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut dengan fungsiolek. Variasi ini biasanya membicarakan
22
penggunaan gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi
bahasa yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keperluan
dalam bidangnya masing-masing. Misalnya dalam bidang sastra, pendidikan,
militer, jurnalistik, perekonomian, perdagangan, dan lain-lain.
2.6 Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan
Agustina (2004: 92) membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam
yaitu:
a. Ragam Beku (frozen)
Variasi bahasa yang paling formal yang digunakan dalam situasi-
situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah di masjid, dan lain-lain. Hal ini Disebut ragam bahasa beku karena pol
dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah. Dalam
bentuk tertulis ragam beku ini didapati dalam bentuk dokumen-dokumen
bersejarah, seperti undang-undang dasar, akte notaris, naskah-naskah
perjanjian jual beli, dan lain-lain.
b. Ragam Resmi (formal)
Ragam ini merupakan ariasi bahasa yang digunakan dalam pidato
kenegaraan, rapat dinas, buku-buku pelajaran, dan lain-lain. Ragam resmi ini
pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya
digunakan dalam situasi resmi, dan tidak digunakan dalam situasi tidak resmi.
Misalnya, pembicaraan dalam acara peminangan, pembicaraan dengan seorang
dosen di ruangannya, atau diskusi dalam ruang kuliah.
23
c. Ragam Usaha (konsultatif)
Variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah
dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
Jadi, dapat dikatakan ragam usaha ini adalah ragam bahasa yang paling
operasional. Wujud ragam usaha ini berada di antara ragam formal dan ragam
informal atau ragam santai.
d. Ragam Santai (casual)
Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk
berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat,
berekreasi, dan lain-lain. Ragam santai ini banyak menggunakan bentuk alegro,
yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosa katanya banyak dipenuhi
unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah
e. Ragam Akrab (intimate).
Variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya
sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antarteman yang sudah
karib. Ragam ini ditandai dengan penggunan bahasa yang tidak lengkap,
pendek-pendek dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas.
2.7 Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dari segi sarana dapat dilihat dari segi sarananya atau jalur
yang digunakan. Berdasarkan sarana yang digunakan ragam bahasa dibagi
menjadi dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Informasi yang
digunakan dalam ragam wacana lisan disampaikan secara lisan yang dibantu
24
oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa nada suara,
gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sebagainya. Kemudian ragam bahasa
tulis informasi yang digunakan berupa tulisan atau simbol-simbol serta tanda baca
yang memiliki makna agar pembaca dapat mengerti apa yang ditulis.
Variasi (ragam) bahasa dapat juga dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Dalam hal ini dapat disebut ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam
berbahasa dengan menggunakan alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan
bertelegram (Chaer dan Agustina, 2004: 95). Masyarakat bilingual atau multilingual
yang memiliki dua bahasa atau lebih harus memilih bahasa atau variasi bahasa mana
yang harus digunakan dalam sebuah situasi. Dalam novel digambarkan
interaksi antartokoh layaknya kehidupan sosial dalam dunia nyata. Oleh karena
itu, keberagaman tokoh, latar, dan situasi sangat mempengaruhi banyaknya variasi
bahasa yang digunakan oleh pengarang.
2.8 Surat Kabar
Surat kabar adalah sebagai bentuk cetakan yang terbit yang memuat
serba-serbi pemberitaan meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan masyarakat. Surat kabar merupakan sebutan
dari media massa cetak, yang berupa lembaran yang berisi berita-berita dan
iklan yang diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan dan dapat
diterbitkan secara umum. Isi dari berita yang disampaikan harus bersifat aktual
dan bersifat universal, selain itu isi dari pemberitaan dapat diterimah, oleh seluruh
golongan dan kalangan masyarakat.
25
Menurut Assegaf (1991: 140), pengertian surat kabar adalah penerbitan
yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan
dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk
umum secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta di edarkan secara
umum.
Surat Kabar adalah “Media komunikasi massa yang memuat serba-serbi
pemberitaan, meliputi bidang politik, ekomomi, sosial budaya, maupun
pertahanan dan keamanan. Fungsinya sebagai penyebar informasi pendidikan,
menghibur, mengawasi atau mengatur massa” (Gunadi, 1998:83.) Adapun
karakteristik dari Surat kabar adalah:
a) Publisitas
Penyebaran pesan kepada publik.
b) Periodesitas
Keteraturan terbit.
c) Universalitas
Menyampaikan pesan yang beragam, dan dapat diakses secara umum.
d) Aktualitas
Baru saja terjadi atau sedang terjadi, untuk setiap media bersifat relatif
karena tergantung periodesitas media misal surat kabar pagi atau surat
kabar sore.
e) Terdokumentasi (Bisa diarsip)
f) Faktualitas (Sesuai dengan fakta)
Surat kabar adalah suatu media yang digunakan wartawan untuk
menulis berita seperti surat kabar harian, mingguan, dan majalah (Widodo,
1997: 7). Surat kabar adalah lembaran yang tercetak yang memuat laporan yang
terjadi di masyarakat dengan ciri - ciri: terbit secara periodik, bersifat umum,
isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja diseluruh
dunia yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca
(Uchajana, 2002: 242).
26
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa surat
kabar merupakan salah satu media massa cetak yang berisi informasi mengenai
berbagai bidang yang ditunjukkan untuk khalayak umum dan diterbitkan secara
berkala setiap harinya. Menurut Effendi (dalam Fitra Fathillah 2012: 25) fungsi
surat kabar adalah:
a) Menyiarkan Informasi, fungsi ini adalah fungsi surat kabar yang utama.
Khalayal pembaca berlangganan atau memberi surat kabar karena memerlukan
informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain
dan sebagainya.
b) Mendidik, surat kabar adalah sarana pendidikan massa (massa education).
Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan
sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.
c) Menghibur, hal-hal yang bersifat hiburan di surat kabar dapat
menyimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi
surat kabar yang bersifat hiburan dapat berupa cerita pendek, cerita
bersambung, pojok, dan karikatur. Pemuatan isi berita yang mengandung
hiburan, sematamata hanya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah
dihidangkan berita dan artikel baru.
d) Mempengaruhi, fungsi ini menyebabkan pers memegang peran penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Surat kabar yang ditakuti adalah surat
kabar yang independent, bebas menyatakan atau menyuarakan pendapat,
bebas melakukan kontrol sosial.
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada
hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga
terdapat surat kabar mingguan (Weekly Newspaper) yang biasanya lebih kecil
dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian (Daily
Newspaper) dan isinya biasanya lebih bersifat umum dan hiburan. Dalam hal
ini peneliti menggunakan objek surat kabar bestari yang dipublikasikan oleh
UMM dan terbit setiap 3 bulan sekali.
27
2.8.1 Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Menurut Dewabrata (2004: 23), mendefinisikan bahwa: Bahasa
jurnalistik sebagai bahasa yang tunduk kepada kaidah dan unsur-unsur
pokok yang terdapat dan melekat dalam definisi jurnalistik. Susunan
kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan katakata yang pas
untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya.
Bahasa jurnalistik, menurut Anwar (1991: 1) bahwa: Bahasa yang
digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa
jurnalistik. Bahasa persialah salah satu ragam bahasa yang memiliki
sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan
menarik. Bahasa jurnalistik dapat didefinisikan sebagai bahasa yang
digunakan oleh wartawan dan tunduk kepada kaidah dan unsur-unsur
pokok yang terdapat dan melekat dalam definisi jurnalistik dan bersifat
singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.
Sosok bahasa dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers harus
memerhatikan ciri-ciri yang amat mendasar berikut ini. Seorang jurnalis sejati
dan juga para calon jurnalis, mesti memahami kelima ciri bahasa dalam ragam
jurnalistik ini. Menurut Rahardi (2010: 7) bahwa, “Ciri bahasa jurnalistik
adalah “Komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak
mubazir atau tidak klise”. Lebih jelasnya kelima ciri bahasa jurnalistik
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Komunikatif
Ciri khas dan bahasa jurnalistik adalah tidak berbelit-belit,
tidak berbunga-bunga, harus terus langsung pada pokok
28
permasalahannya (straight to the point). Jadi, bahasa jurnalistik
harus lugas, sederhana, tepat diksinya, dan menarik sifatnya.
Bahasa jurnalistik yang memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut, akan
menjadi bahasa yang komunikatif, bahasa yang tidak mudah
menimbulkan salah paham, bahasa yang tidak mudah menimbulkan
tafsir ganda, dan bahasa yang akan dicintai atau digemari massa.
Contoh:
a) Kehidupan artis selalu menjadi sorotan masyarakat. (tepat)
b) Kehidupan entertainer selalu menjadi sorotan publik. (tidak
tepat
b. Spesifik
Bahasa jurnalistik harus disusun dengan kalimat-kalimat yang
singkat-singkat atau pendek-pendek. Bentuk-bentuk kebahasaan
yang sederhana, mudah diketahui oleh orang kebanyakan, dan
gampang dimengerti oleh orang awam, harus senantiasa ditonjolkan
atau dikedepankan di dalam bahasa jurnalistik. Jadi, kata-kata yang
muncul mesti spesifik sifatnya dan denotatif maknanya, sehingga
tidak dimungkinkan terjadi tafsir makna yang ganda. Contoh judul
artikel singkat padat dan menarik.
Contoh :
a) SBY segera mengumumkan kenaikan harga BBM. (tepat)
b) Presiden RI sekaligus ketua umum partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono akan segera mengumumkan kenaikan harga BBM.
(tidak tepat)
29
c. Hemat kata
Bahasa jurnalistik memegang teguh prinsip ekonomi bahasa
atau ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan
yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri
minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya. Preferensi jurnalis
harus mengarah pada bentuk-bentuk kata bersinonim yang lebih
sederhana dan singkat bentuknya, serta lebih sedikit jumlah huruf
atau karakternya, bukan pada bentuk-bentuk yang lebih panjang.
Contoh bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit.
Contoh :
BBM naik, rakyat menjerit! (pernyataan tersebut mengandung
banyak informasi, dengan kenaikan harga BBM rakyat kecil
merasa hidupnya semakin sulit, karena semua harga kebutuhan
pokok menjadi semakin mahal dan sulit terjangkau)
d. Jelas makna
Di dalam bahasa jurnalistik, sedapat mungkin digunakan kata-kata
yang bermakna denotatif (kata-kata yang mengandung makna
sebenarnya), bukan kata-kata yang bermakna konotatif (kata-kata
yang maknanya tidak langsung, kata-kata yang bermakna kiasan).
Penghalusan bentuk kebahasaan (eufemisme), justru dapat
dipandang sebagai pemborosan kata di dalam bahasa jurnalistik.
Contoh: Basmi tuntas koruptor di negeri ini! Basmi tuntas tikus
berdasi di negeri ini! (menggunakan eufimisme).
30
e. Tidak mubazir atau tidak klise
Bentuk mubazir menunjuk pada kata atau frasa yang
sebenarnya dapat dihilangkan dan kalimat yang menjadi wadahnya,
dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah arti atau
maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang
berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya begitu-
begitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya mengulang-
ulang keterlanjuran. Kata-kata yang demikian, lazim disebut dengan
tiring words. Bahasa jurnalistik harus menghindari itu semua, demi
maksud kejelasan, demi maksud kelugasan, dan demi ketajaman
penyampaian ide atau gagasan.
Contoh:
a) Basmi tuntas koruptor di negeri ini! (Lugas)
b) Basmi tuntas tikus berdasi di negeri ini! (menggunakan
eufimisme)
2.9 Kajian Sosiolinguistik
Pada dasarnya penelitian ini membahas mengenai ilmu kebahasaan
secara umum dan divariasi dalam bentuk gaya dan ragam berbeda namun
selain ilmu kebahasaan tersebut dalam penelitian ini juga bersinggungan
dengan sosiolinguistik, sosiolinguistik sendiri merupakan cabang ilmu bahasa
yang mempelajari tentang hubungan dan saling pengaruh perilaku
kebahasaan dengan perilaku sosial. Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu
yang mempelajari ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi-korelasi ciri
31
variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial. Sosiolinguistik membahas tipe
variasi linguistik yang digunakan untuk mewakili faktor sosial.
Variasi atau ragam bahasa merupakan pokok studi sosiolinguistik.
Secara umum sosiolinguistik membahas hubungan bahasa dengan penutur
bahasa sebagai anggota masyarakat. Hal ini mengaitkan fungsi bahasa secara
umum yaitu sebagai alat komunikasi. Sosiolingistik lazim didefenisikan sebagai
ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa serta hubungan diantara
para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu
masyarakat bahasa (Kridalaksana, 1978: 94).
Treudgill dalam bukunya sociolinguistics: An Introduction (1974)
menjelaskan bahwa sosiolinguistik merupakan bagian dari linguistik yang
berfokus pada bahasa sebagai fonomena sosial dan budaya. Dengan demikian
semakin jelas bahwa berbagai fenomena dalam masyarakat baik sosial
maupun budaya, berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan pada
masyarakat tersebut. Bahasa akan sangat beragam sejalan dengan berbagai
fenomena dalam kehidupan masyarakat.
Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004: 3) mengemukakan
bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi
variasi bahasa, dan pengunaan bahasa karena ketiga unsur ini berinteraksi
dalam dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur,
identitas sosial dari penutur, lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi
serta tingkatan variasi dan ragam linguistik.
32
Berdasarkan teori Platt dalam (Siregar dkk 1998: 54) berpendapat
bahwa dimensi identitas sosial merupakan faktor yang mempengaruhi
penggunaan bahasa di dalam masyarakat yang multilingual, dimensi ini
mencakup kesukaran, umur, jenis kelamin, tingkat dan sarana pendidikan dan latar
sosial ekonomi. Sedangkan Nababan (1994: 2) mengatakan bahwa
pengkajian-pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut
sosiolinguistik. Sosiolinguistik memfokuskan penelitian pada variasi ujaran
dan mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti
korelasi antara faktor- faktor sosial itu dengan variasi bahasa.
Sosiolinguistik sebagai alat komunikasi dan alat ienteraksi yang hanya
dimiliki manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal.
Kajian secara internal, artinya pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur
internal bahasa itu saja, seperti struktur fonologisnya, struktur morfologisnya,
atau struktur sintaksisnya. Kajian secara internal ini akan menghasilkan perian-
perian bahasa itu saja tanpa ada kaitannya dengan masalah lain di luar bahasa.
Kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur
yang ada dalam linguistik saja.
Sebaliknya, kajian secara eksternal, berarti kajian itu dilakukan terhadap
hal-hal atau faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian
bahasa oleh penuturnya didalam kelompok sosial masyarakat. Pengkajian secara
eksternal ini akan menghasilkan rumusan atau kaidah yang berkenaan dengan
kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di
dalam masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya menggunakan
teori dan prosedur linguistik saja, tetapi juga dengan menggunakan teori dan
33
prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa tersebut. Jadi,
kajian bahasa secara eksternal ini melibatkan dua disiplin ilmu atau lebih, sehingga
wujudnya berupa ilmu antar disiplin yang namanya merupakan gabungan dari
disiplin ilmu yang bergabung itu, seperti sosiolinguistik yang merupakan
gabungan disiplin ilmu sosiologi dengan linguistik.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk selalu
berinteraksi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Sosiolinguistik
mengkaji mengenai bahasa yang dihubungkan dengan masyarakat penuturnya.
Chaer dan Leoni (2010: 2) mengemukakan bahwa sosiolinguistik merupakan
bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (lihat juga Aslinda dan Leni, 2010:
6). Kridalaksana (2011: 225) mengemukakan bahwa sosiolinguistik
merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh
antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau dideteksi
sebagai bahasa sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat
atau dideteksi sebagai sarana interkasi atau komunikasi di dalam masyarakat
manusia (Chaer dan Leoni, 2010: 3). Dengan demikian, sosisolinguistik
merupakan kajian yang menggabungkan antara dua bidang ilmu antardisiplin,
dan mempelajari penggunaan bahasa dalam masyarakat penuturnya.
34
2.10 Kerangka Berpikir
Kerangka pikir adalah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah diteliti. Kerangka pikir dalam
penelitian secara garis besar dilukiskan pada diagram di bawah ini.
Adanya Ragam Bahasa
dengan Variasi dan Gaya
Bahasa bermacam-Macam
Faktor sosial yang
mempengaruhi
pemakaian bahasa
Sumber Data
Surat Kabar Bestari UMM
Edisi Juni-Agutus 2017
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sosiolinguistik dengan memanfaatkan teori sosiolinguistik
dalam analisis data
top related