bab ii kerangka dasar teori - repository.radenfatah.ac.id
Post on 10-Jan-2022
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB II
KERANGKA DASAR TEORI
Kerangka teori merupakan uraian tentang teori yang dipakai dalam
penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka teori dijadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian adalah teori tentang pengembangan
bahan ajar berbasis video clip pada materi penjumlahan.
A. Teori dan Konsep
1. Teori
a. Pengembangan
Pengembangan merupakan salah satu bidang kawasan teknologi
pendidikan, yang dilakukan sebagai upaya penyelesaian permasalahan
dalam pembelajaran terkait dalam analisis kebutuhan. Pentingnya
mengembangkan bahan ajar merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran.1
Dalam konteks pembelajaran, bahan ajar merupakan komponen
yang harus ada dalam proses pembelajaran, karena bahan ajar merupakan
suatu komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan
materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan
pedoman untuk mempelajarinya.2 Guru perlu untuk mengembangkan
bahan ajar, yaitu ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.
1 Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Inovatif
dan Pengembangannya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), hlm. 122. 2 M. Djauhar Siddiq, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono, Pengembangan Bahan
Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm. 27.
13
Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum,
artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan
kurikulum. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan
mengembangkan bahan ajar sendiri.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak
ada atau sulit diperoleh, maka membuat bahan ajar sendiri adalah suatu
keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat
diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun
pengetahuan sendiri, penggalian informasi dari narasumber, buku-buku,
dan internet. Namun demikian, kalaupun bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum cukup banyak bukan berarti kita tidak perlu untuk
mengembangkan bahan ajar sendiri. Bagi siswa, sering kali bahan yang
terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu
membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.3
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang
dikembangkan sering kali tidak cocok untuk siswa. Ada sejumlah alasan
ketidakcocokan, misalnya lingkungan sosial, geografis, dan budaya.
Untuk itu, bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan
dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, geografis, dan
budaya, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan
siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, dan latar belakang
keluarga.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2008), hlm. 8.
14
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat memecahkan
masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi
pembelajaran yang sering kali siswa sulit untuk memahaminya atau guru
sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi, karena
materi tersebut abstrak. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu
dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang
akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu
membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut.4
Berdasarkan uraian tersebut, mengembangkan bahan ajar
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Guru
perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu ketersediaan bahan sesuai
tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan
masalah belajar.
b. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar-
mengajar yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan
belajar-mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan
pembelajaran serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar.
1) Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang disusun secara
sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
4 Ibid., hlm. 9.
15
Menurut Pannen yang dikutip Awalludin, bahan ajar adalah
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 5 Selain itu,
Amri dan Ahmadi menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud berupa
bahan tertulis dan bahan tidak tertulis.6
Menurut Sanjaya, bahan ajar adalah segala sesuatu yang menjadi
isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap
mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Bahan ajar disusun
berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang disusun
dalam kurikulum tingkat sekolah dasar.7
Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
disusun secara sistematis dan digunakan dalam kegiatan belajar-
mengajar dengan mengacu pada isi kurikulum yang berlaku dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
5 Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), hlm. 11-12. 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam
Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2010), hlm. 159. 7 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hlm. 141.
16
2) Jenis-Jenis Bahan Ajar
Menurut Abdul Majid, dari segi bentuknya, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a) Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, dan foto/gambar;
b) Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio;
c) Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film, dan
orang/narasumber; dan
d) Bahan ajar interaktif seperti compact disk interaktif.8
Menurut Prastowo berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat
dibedakan menjadi lima macam, antara lain:
a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah bahan
ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk
memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga, siswa dapat langsung
mempergunakan bahan ajar. Contoh: foto, diagram, display, dan
model;
b) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan
adalah bahan ajar yang memerlukan proyektor agar dapat
dimanfaatkan dan dipelajari siswa. Contoh: slide, filmstrips,
overhead transparencies (OHP), dan proyeksi komputer;
c) Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang berupa sinyal audio yang
direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita
memerlukan alat pemain media perekam tersebut, seperti tape
compo, CD, VCD, dan multimedia player;
d) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang
biasanya berbentuk Video Tape Player (VCD) dan DVD, karena
bahan ajar ini hampir sama dengan bahan ajar audio yang
memerlukan media rekam. Namun, perbedaannya bahan ajar ini
ada pada gambarnya. Jadi, secara bersamaan dalam tampilan dapat
diperoleh sebuah sajian gambar dan suara. Contoh: video dan film;
dan
e) Bahan ajar komputer adalah berbagai jenis bahan ajar noncetak
yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk
belajar. Contoh: computer mediated instruction (CMI) dan
computer based multimedia atau hypermedia.9
8 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.
174. 9 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode
Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), hlm. 307.
17
Menurut Prastowo, dilihat dari sifatnya, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
a) Bahan ajar berbasis cetak, yang termasuk dalam kategori bahan ajar
ini adalah buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial,
buku kerja siswa, peta, charts, foto, dan bahan dari majalah atau
koran;
b) Bahan ajar berbasis teknologi, yang termasuk dalam kategori bahan
ajar ini adalah audio cassete, siaran radio, slide, filmstrips, film,
video, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan
multimedia;
c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktek atau proyek, seperti kit
sains, lembar observasi, dan lembar wawancara; dan
d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia
(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), seperti telepon,
handphone, dan video conferencing.10
Berdasarkan pendapat tersebut, jenis-jenis bahan ajar dapat
dilihat dari segi bentuk bahan ajar, dari cara kerjanya, dan dari
sifatnya. Jenis bahan ajar yang dihasilkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah bahan ajar berbasis video clip.
3) Prinsip-Prinsip dalam Mengembangkan Bahan Ajar
Amri dan Ahmadi yang dikutip Awalludin menyatakan beberapa
prinsip dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar, di antaranya:
a) Prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran yang merupakan
hasil pengembangan haruslah relevan dan memiliki keterkaitan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran;
b) Prinsip konsistensi, artinya materi yang merupakan hasil pemilihan
dan pengembangan oleh guru harus memiliki ketegasan antara
bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa; dan
10
Ibid., hlm. 308.
18
c) Prinsip kecukupan, artinya bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.11
Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar itu dapat dilakukan
dengan cara, antara lain:
a) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
konkret untuk memahami yang abstrak;
b) Pengulangan akan memperkuat pemahaman;
c) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap
pemahaman siswa;
d) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar;
e) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya
akan mencapai ketinggian tertentu; dan
f) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk
terus mencapai tujuan.12
Jadi, pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pemilihan dan pengembangan bahan ajar
tersebut.
4) Tujuan dan Manfaat
Bahan ajar dikembangkan dan disusun dengan tujuan:
a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa;
11
Awalludin, Pengembangan Buku Teks..., hlm. 14-15. 12
Ibid., hlm. 15.
19
b) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di
samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; dan
c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Amri dan Ahmadi mengatakan bahwa pengembangan bahan ajar
sangat bermanfaat bagi guru. Manfaat bagi guru, antara lain:
a) Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
sesuai dengan kebutuhan siswa;
b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh;
c) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi;
d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
mengembangkan bahan ajar;
e) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan
siswa, karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya;
dan
f) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.13
Selain bermanfaat bagi guru, pengembangan bahan ajar juga
bermanfaat bagi siswa. Adapun manfaat bahan ajar bagi siswa adalah:
a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
b) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru; dan
13
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif..., hlm. 159-160.
20
c) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasainya.14
Dari uraian dan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tujuan bahan ajar untuk memudahkan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran sedangkan manfaat dari bahan ajar dalam
kegiatan belajar-mengajar sangat banyak manfaatnya bagi guru dan
bagi siswa.
c. Video Clip
1) Pengertian Video Clip
Video clip merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk
membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal,
individual, dan berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat massal,
manfaat video sangat nyata. Visualisasi ataupun tulisan pada papan
tulis ukurannya tetap, tidak dapat diperbesar maupun diperkecil.
Sedangkan ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan.15
Video clip juga merupakan bahan ajar noncetak yang kaya
informasi dan tuntas, karena dapat sampai kehadapan siswa secara
langsung. Selain itu, video clip menambah suatu dimensi baru
terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video
yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara pada siswa.
Tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi
pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan
14
Awalludin, Pengembangan Buku Teks..., hlm. 19. 15
Daryanto, Media Pembelajaran..., hlm. 104.
21
informasi awalnya lebih besar melalui indra pendengaran dan
penglihatan.
Video clip adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal
audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak.16 Video clip
dapat dimanfaatkan dalam bahan ajar, karena dapat memberikan
pengalaman belajar yang efektif dan efisien bagi penggunanya. Selain
digunakan untuk pembelajaran pada aspek kognitif, bahan ajar ini
dapat dimanfaatkan dalam pendidikan afektif dan penanaman
karakter.17 Video clip dapat dikombinasikan dengan animasi dan
pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari
waktu ke waktu. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi
terutama efektif untuk membantu dalam menyampaikan materi yang
bersifat dinamis. Oleh karena itu, suatu materi yang disampaikan
lewat video dapat digunakan dalam proses pembelajaran tatap muka
(langsung) maupun jarak jauh tanpa kehadiran guru. Karena
kemampuan itulah teknologi video banyak digunakan sebagai salah
satu alat pembelajaran utama dalam sistem pendidikan.
Keunggulan menggunakan video clip adalah ukuran tampilan
video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Video merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi dan lugas,
karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, video
menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.18
16
Ibid., hlm. 105-106. 17
Benny A Pribadi, Media dan Teknologi dalam Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2017), hlm. 19-20. 18
Daryanto, Media Pembelajaran..., hlm. 106-108.
22
Dengan demikian, bahan ajar berbasis video clip dalam
pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman
yang bermakna.
2) Langkah-Langkah Pembuatan Video yang Baik
Langkah-langkah umum yang ditempuh dalam membuat naskah
video pembelajaran antara lain:
a) Tentukan Ide
Ide yang baik biasanya timbul dari adanya masalah. Masalah dapat
dirumuskan sebagai kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan
apa yang seharusnya ada.
b) Rumuskan Tujuan
Rumusan tujuan di sini adalah rumusan mengenai kompetensi
seperti apa yang diharapkan oleh kita, sehingga setelah menonton
program ini siswa benar-benar menguasai kompetensi yang kita
harapkan tadi.
c) Lakukan Survei (Mengumpulkan Bahan Materi)
Survei ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan bahan-
bahan yang dapat mendukung program yang akan kita buat.
d) Buat Garis Besar Isi
Bahan/informasi/data yang sudah terkumpul melalui survei tentu
harus berkaitan erat dengan tujuan yang sudah dirumuskan. Dengan
kata lain, bahan-bahan yang akan disajikan melalui program kita
harus dapat mendukung tercapainya tujuan. Untuk itu, susunlah
bahan-bahan tersebut dalam bentuk out-line (garis besar).
e) Buat Sinopsis
Sinopsis adalah ikhtisar cerita yang menggambarkan isi program
secara ringkas dan masih bersifat secara umum.
f) Buat Treatment
Treatment adalah pengembangan lebih jauh dari sinopsis yang
sudah disusun sebelumnya. Berbeda dengan sinopsis yang
penuturannya masih bersifat literatur. Treatment disusun lebih
mendekati rangkaian adegan film. Rangkaian adegan lebih terlihat
secara kronologis atau urutan kejadiannya lebih terlihat secara
jelas.
g) Buat Story Board
Story board sebaiknya dibuat secara lembar per lembar, di mana
per lembarnya berisi satu scene dan setting, namun bagi yang
masih amatir, dalam setiap lembarnya bisa diisi dengan 2 sampai 3
scene/setting. Story board ini di dalamnya memuat unsur-unsur
visual maupun audio, juga istilah-istilah yang terdapat dalam video.
23
h) Menulis Naskah
Naskah ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan story board.
Bedanya adalah bahwa urutan penyajian visualisasi maupun
audionya sudah pasti dan penuturannya sudah bersifat lebih rinci.19
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah umum yang ditempuh dalam membuat naskah video
pembelajaran, yaitu tentukan ide, rumuskan tujuan, lakukan survei,
buat garis besar isi, buat sinopsis, buat treatment, buat story board,
dan menulis naskah.
d. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun antara
unsur manusiawi, material, fasilitas, dan rencana yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.20 Dalam proses
pembelajaran dikembangkan melalui pola pembelajaran yang
menggambarkan kedudukan serta peran guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi
antara guru dan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika
yang menggunakan bahan ajar untuk mempermudah kegiatan belajar-
mengajar. Dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan
sendiri berbagai pengetahuannya.21
Dengan demikian, dalam pembelajaran matematika guru
hendaknya memilih bahan ajar yang tepat untuk menyajikan materi
dalam pembelajaran.
19
Ibid., hlm. 122-124. 20
Oemar Hamalik, Kurikulum dan..., hlm. 57. 21
Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 4.
24
1) Hakikat Matematika
Kata matematika berasal dari beberapa istilah. Dalam tulisan
Suwangsih dan Tiurlina istilah matematika berasal dari bahasa
Yunani, yaitu mathematike yang artinya mempelajari. Kata
mathematike berasal dari kata mathema yang memiliki arti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Selain itu, kata
mathematike berhubungan juga dengan kata lain yang hampir sama,
yaitu mathein atau mathenein yang berarti berpikir.22
Menurut Ruseffendi yang dikutip Isrok’atun dan Amelia
Rosmala, matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,
ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.23
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan
daya pikir manusia, serta mendasari perkembangan teknologi modern.
Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu dipelajari oleh
semua siswa dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah lanjutan untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.24 SD/MI merupakan
pendidikan dasar bagi anak. Artinya, pemahaman matematika siswa
ketika SD/MI berpengaruh besar sampai jenjang selanjutnya.
22
Isrok’atun dan Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2018), hlm. 3. 23
Ibid. 24
Sufri Mashuri, Media Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Deepublish, 2019),
hlm. 1.
25
Dalam pembelajaran matematika, siswa mengembangkan suatu
konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda-benda atau ketika dapat mengasosiasikan
suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Jika konsep menunjuk
pada pemahaman dasar, artinya keterampilan menunjuk pada sesuatu
yang dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh, proses menggunakan
operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian adalah suatu jenis keterampilan matematika.25
Menurut Heruman, matematika merupakan suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep yang
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah
diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas.26
Pada umumnya, anak usia sekolah dasar sedang mengalami
perkembangan pada tingkat berpikirnya, dari lingkungan sekitar
menuju ke lingkungan yang lebih luas sebelum dapat berpikir secara
umum. Tahapan berpikir anak usia sekolah dasar masih belum formal,
dan masih bersifat konkret. Artinya, tingkat berpikir mereka sering
kali sesuai dengan apa yang sedang mereka lihat atau sedang mereka
raba. Mereka masih kesulitan untuk memikirkan sesuatu yang tidak
ada di hadapannya, yaitu hanya dengan menggunakan imajinasi
mereka.
Sebagai ilustrasi, orang dewasa menganggap bahwa 20 + 30
adalah mudah, yaitu tinggal menjumlahkan 2 dan 3 dan mengimbuhi
25
Mardiah Astuti, Tutut Handayani, dan Nike Ardilah, “Diagnosis Kesulitan Belajar
Matematika Siswa Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang”, Jurnal Ilmiah
PGMI, Volume 5 Nomor 1, Juni 2019, hlm. 8-9. 26
Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 1.
26
kata “puluh”, yaitu 2 + 3 = 5, sehingga 20 + 30 = 50. Namun, bagi
anak soal ini susah karena jari tangan mereka hanya ada 10 dan jari
kakinya ada 10. Jika dijumlahkan, baru ada 20. Lalu dari mana
mencari yang 30 lagi? Mengajarkan anak cara 2 + 3 = 5 ditambah
dengan kata “puluh” juga tidak tepat, sebelum anak benar-benar
memahami konsep penjumlahan yang sebenarnya.27
Salah satu karakteristik matematika adalah abstrak, yang
merupakan lawan dari konkret. Oleh sebab itu, perlu adanya proses
yang menjembatani antara pola pikir konkret yang dimiliki siswa
dengan pola pikir abstrak yang merupakan ciri khas matematika. Salah
satunya adalah dengan memperkenalkan konsep matematika secara
konkret.
Sebagaimana kita ketahui bahwa objek-objek matematika
bersifat abstrak. Hal demikian berpotensi akan memunculkan berbagai
kesulitan dalam mempelajarinya, terutama bagi siswa di kelas tingkat
rendah, mengingat mereka pada umumnya belum mampu berpikir
secara abstrak. Fakta demikian mendorong perlunya bahan ajar yang
dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam
berinteraksi dengan objek-objek matematika yang bersifat abstrak
tersebut.28
Jadi, dalam proses pembelajaran guru membantu siswa untuk
memvisualisasikan konsep yang abstrak tersebut menjadi sesuatu yang
nyata sehingga mudah dipahami oleh siswa.
27
Nanang Priatna dan Ricki Yuliardi, Pembelajaran Matematika untuk Guru SD dan
Calon Guru SD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 4-5. 28
Sufri Mashuri, Media Pembelajaran..., hlm. 1-2.
27
2) Materi Penjumlahan
Ilmu berhitung merupakan bagian dari ilmu matematika yang
harus ditanamkan pada tingkat SD. Penjumlahan merupakan suatu
operasi hitung dasar sebelum memulai operasi hitung yang lain seperti
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sri Subarinah mengatakan
berhitung penjumlahan adalah penggabungan antara himpunan satu
dengan himpunan yang lainnya yang dapat dijadikan dalam satu
kelompok.29
Pemahaman nilai tempat suatu bilangan sangatlah penting. Nilai
tempat merupakan konsep matematika yang fundamental untuk
mempelajari matematika lebih lanjut. Fuson menyatakan bahwa
pemahaman nilai tempat adalah pondasi untuk memahami sistem
bilangan dan prosedur penjumlahan. Oleh karena itu, nilai tempat
harus memiliki posisi yang jelas dalam kurikulum matematika karena
nilai tempat memungkinkan siswa untuk memahami ide-ide
matematika yang lain.30
Penjumlahan ada dua teknik, yaitu penjumlahan tanpa teknik
menyimpan dan penjumlahan dengan teknik menyimpan. Pada proses
pembelajaran matematika tentang penjumlahan dengan teknik
menyimpan dilakukan dengan benda-benda konkret misalnya dengan
menghadirkan sebuah atau sekumpulan objek agar siswa lebih
memahami penjumlahan dengan teknik menyimpan. Mengenai
29
Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran..., hlm. 16. 30
Andi Yunarni Yusri dan Miftah Sari, “Profil Pemahaman Konsep Nilai Tempat
Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematika pada Siswa Kelas III SDN 133 Takalala Soppeng”,
Jurnal Mosharafa, Volume 6 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 141-152.
28
pembelajaran penjumlahan dengan teknik menyimpan, Heruman
berpendapat bahwa operasi hitung penjumlahan dengan teknik
menyimpan tidak semudah dengan operasi penjumlahan tanpa teknik
menyimpan.31
Penjumlahan dengan teknik menyimpan diartikan sebagai
penambahan dua bilangan atau lebih menjadi satu yang dilambangkan
dengan a dan b antara himpunan yang mempunyai anggota sebanyak
dengan himpunan sebanyak b anggota, dengan langkah menjumlahkan
satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan. Hasil dari
penjumlahan satuan dengan satuan ditambahkan dengan hasil dari
penjumlahan puluhan dengan puluhan. Cara lain yang dapat
digunakan dengan mengubah bilangan yang akan dijumlahkan dengan
bilangan penjumlah dalam bentuk panjang, kemudian langkah
selanjutnya menjumlahkan dari belakang, yaitu satuan dengan satuan
dan hasil dari penjumlahannya ditambahkan dengan puluhan dengan
puluhan.
Penjumlahan secara bersusun sebagai berikut:
a) Penjumlahan bersusun pendek tanpa teknik menyimpan
14 14 14
25 25 25
+ + +
.... 9 39
satuan dijumlahkan puluhan dijumlahkan 1 + 2 = 3
dahulu 4 + 5 = 9
jadi jumlahnya 39
31
Ibid.
29
b) Penjumlahan bersusun panjang tanpa teknik menyimpan
14 = .... + .... 14 = 10 + 4
25 = .... + .... 25 = 20 + 5
+ +
= .... + .... = 30 + 9
= .... = 39
c) Penjumlahan bersusun pendek dengan teknik menyimpan
1 1
19 19 19
33 33 33
+ + +
.... 2 52
satuan dijumlahkan puluhan dijumlahkan 1 + 1 + 3 = 5
dahulu 9 + 3 = 12
tulis 2 satuan simpan
1 puluhan
jadi jumlahnya 52
d) Penjumlahan bersusun panjang dengan teknik menyimpan
19 = .... + .... 19 = 10 + 9
33 = .... + .... 33 = 30 + 3
+ +
= .... + .... = 40 + 12
= .... + .... + .... = 40 + 10 + 2
= .... + .... = 50 + 2
= .... = 5232
Jadi, penjumlahan secara bersusun ada empat, yaitu
penjumlahan bersusun pendek tanpa teknik menyimpan, penjumlahan
bersusun panjang tanpa teknik menyimpan, penjumlahan bersusun
pendek dengan teknik menyimpan, dan penjumlahan bersusun panjang
dengan teknik menyimpan.
32
Heruman, Model Pembelajaran..., hlm. 7.
30
2. Konsep
Permasalahan
1. Rendahnya kemampuan
siswa memahami materi
penjumlahan.
2. Belum menggunakan
bahan ajar berbasis
video clip.
Pengembangan
bahan ajar berbasis
video clip
Kelebihan:
1. Ukuran tampilan
video sangat
fleksibel.
2. Dapat diatur
sesuai dengan
kebutuhan.
Analysis
Design
Development
Implementation
Evaluation
Hipotesis
Ha
Ada perbedaan yang
signifikan antara hasil
belajar siswa kelas II MI
Najahiyah Palembang
sebelum dan setelah
menggunakan bahan ajar
berbasis video clip dari
produk pengembangan.
Ho
Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara hasil
belajar siswa kelas II MI
Najahiyah Palembang
sebelum dan setelah
menggunakan bahan ajar
berbasis video clip dari
produk pengembangan.
31
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ha: Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas II MI
Najahiyah Palembang sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar
berbasis video clip dari produk pengembangan.
Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas II MI
Najahiyah Palembang sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar
berbasis video clip dari produk pengembangan.
C. Definisi
1. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah serangkaian pernyataan yang saling
berhubungan yang menjelaskan mengenai sekelompok peristiwa dan suatu
petunjuk di dalam melakukan suatu penelitian, yang teori dan konsep
tersebut dapat memberikan gambaran secara sistematis.
a. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis
dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan potensi
dan kompetensi siswa.33
b. Bahan ajar berbasis video clip adalah bahan pembelajaran yang
menyajikan unsur audio dan visual secara serempak dan mampu menarik
perhatian dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.34
33
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm. 24. 34
M. Djauhar Siddiq, Isniatun Munawaroh, dan Sungkono, Pengembangan Bahan...,
hlm. 16.
32
c. Penjumlahan adalah operasi hitung yang pertama kali diajarkan kepada
anak. Operasi penjumlahan digunakan untuk memperoleh hasil atau
jumlah dari dua buah bilangan. Operasi penjumlahan, yaitu apabila a dan
b dijumlahkan, maka hasilnya ditunjukkan dengan a + b, jadi 3 + 2 = 5.35
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas kajian yang dibahas pada penelitian ini sekaligus
membatasi kajiannya, maka peneliti akan merincikan makna dari judul yang
disajikan sebagai berikut:
1. Pengembangan adalah menghasilkan suatu produk yang bertujuan untuk
membantu dan meningkatkan mutu proses pembelajaran dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi siswa.
2. Bahan ajar berbasis video clip adalah bahan ajar yang mampu
menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu yang bersamaan.
Video clip merupakan alat bantu dalam pembelajaran matematika yang
berbentuk audio-visual.
3. Penjumlahan adalah operasi hitung yang menjumlahkan suatu angka
dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai yang pasti.
35
Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran..., hlm. 16.
top related