bab ii landasan teori 1.1 kesiapan menjadi guru...
Post on 01-Apr-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Kesiapan Menjadi Guru Profesional
2.1.1 Pengertian Kesiapan
Suharsimi Arikunto (2001: 54), memberikan arti terhadap kesiapan dari
seorang guru bahwa, “Kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang
yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang
cukup untuk berbuat sesuatu.”
Menurut Slameto (2003: 113), “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara
tertentu terhadap situasi”.
Menurut Muhaimin (2002: 137) Kesiapan ialah kematangan dan
pertumbuhan fisik, psikis, intelegensi, latar belakang pengalaman, motivasi,
persepsi, dan faktor faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat melakukan
sesuatu (Muhaimin, 2002: 137)
Jadi, kesiapan adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang
sudah siap melakukan sesuatu.
2.1.2 Aspek – aspek Kesiapan
Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek,
menurut Slameto (2010:14), ”ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu:
1) Kondisi fisik, mental, dan emosional
2) Kebutuhan atau motif tujuan
3) Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah
dipelajari”.
Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness
atau kesiapan yaitu:
1) semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh
mempengaruhi).
2) kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh
manfaat dari pengalaman.
3) pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan.
4) kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode
tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan
(2010:15)
2.1.3 Guru Profesional
Undang – undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Profesional berasal dari kata profesi. Menurut Howard M. Vollmer dan
Donald L. Mills yang dikutip Sudarwan Danim (2010:56) mengatakan bahwa
profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus,
yang di peroleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai ketrampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis
pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang di sebut profesi tidak dapat di pegang
oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi (Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen).
Jadi, guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Menurut Surya (2005) yang di kutip oleh Kunandar (2009:47) mengatakan
bahwa, Guru professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-
tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh
melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus
untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam
bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal
ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru
mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai
pemangku profesinya. Di samping dengan keahliannya, sosok professional guru
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa, Negara, dan agamanya.
1.2 Fungsi Guru
Menurut UU.RI.No.14 tahun 2005 bab 2 pasal 4 “Kedudukan guru
sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”
1. Guru Sebagai Sumber Belajar
Mengingat tugas guru sebagai transmisi ilmu,maka di harapkan mampu
menguasai materi yang di ajarkannya.Sebab seorang guru merupakan sumber
dari belajarnya.Apa yang tidak di pahami oleh peserta didik,diharapkan
seorang gurulah yang akan membantunya dalam memecahkan persoalan yang
di hadapi.
2. Guru Sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator seorang guru berperan sebagai pendamping belajar
para peserta didiknya dengan suasana yang menyenangkan.Agar dapat
melaksanakan tugas sebagai fasilitator ada beberapa hal yang harus di pahami
guru :
a. Memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masimg media tersebut
b. Mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media
c. Mampu mengorganisaikan berbagai jenis media serta dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar
d. Mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
peserta didik
3. Guru Sebagai Pengelola
Seorang guru sebagai pengelolah pembelajaran berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan nyaman.
Sebagai manager,guru memiliki 4 fungsi umum :
a. Merencanakan tujuan belajar
b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar
c. Memimpin,meliputi : memotivasi,mendorong dan menstimulasi peserta
didik
d. Mengawasi segala sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
4. Guru Sebagai Demonstator
Seorang guru dapat mempertunjukkan kepada peserta didik agar
memahami dan mengerti dari setiap pesan yang di sampaikannya.
5. Guru Sebagai Pembimbing
Setiap peserta didik pada saat lahir telah memiliki potensi-potensi yang
kemudian dapat di tumbuhkembangkan sesuai dengan potensinya. Maka
seorang guru berperan dalam membimbing dan mengarahkannya.
6. Guru Sebagai Motivator
Untuk menghasilkan sistem belajar yang optimal seorang guru di tuntut
kreatif dalam membangkitkan motivati belajar peserta didiknya dengan cara :
a. Memperjelas tujuan yang ingin di capai
b. Membangkitkan minat peserta didik dalam belajar
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan
d. Memberikan pujian terhadap keberhasilan peserta didik
e. Memberi komentar yang mendidik tentang hasil pekerjaan peserta didik
7. Guru Sebagai Evaluator
Dengan adanya evaluasi seorang guru dapat mengetahui apakah
siswanya telah berhasil sehingga mereka layak untuk diberikan materi yang
baru ataukah sebaliknya sehingga mereka perlu adanya remidi.
2.3 Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah
”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat
melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”. Kompetensi profesional ini
disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping
itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan
tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar
dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional
ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam
mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional.
Secara umum, kompetensi pofesional Menurut Mulyasa (2007 : 135) dapat
diidentifikasi dan disarikan berdasarkan ruang lingkup kompetensi profesional
guru yang meliputi :
a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya,
b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik
c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya
d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan
sumber belajar yang relevan
f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran
g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
Mulyasa (2007 : 136) juga menjabarkan kompetensi profesional secara
lebih khusus. Penjabaran tersebut meliputi :
1) Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi :
a) Standar Isi
b) Standar Proses
c) Standar Kompetensi Lulusan
d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
e) Standar Sarana dan Prasarana
f) Standar Pembiayaan
g) Standar Penilaian Pendidikan
2) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
meliputi :
a) Memahami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b) Mengembangkan Silabus
c) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
d) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik
e) Menilai hasil belajar
f) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemajuan zaman
3) Menguasai materi standar, yang meliputi :
a) Menguasai bahan pembelajaran
b) Menguasai bahan pendalaman
4) Mengelola Program Pembelajaran, yang meliputi :
a) Merumuskan Tujuan pembelajaran
b) Menjabarkan Kompetensi Dasar
c) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran
d) Memilih dan menyusun prsedur pembelajaran
e) Melaksanakan pembelajaran
5) Mengelola kelas, yang meliputi :
a) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran
b) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
6) Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi:
a) Memilih dan menggunakan media pembelajaran
b) Membuat alat alat pembelajaran
c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam
rangka pembelajaran
d) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran
e) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
7) Menguasai landasan landasan kependidikan, yang meliputi :
a) Landasan Filosofis
b) Landasan Psikologis
c) Landasan Sosiologis
8) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang
meliputi:
a) Memahami fungsi pengembangan peserta didik
b) Mengadakan eksrakurikuler dalam rangka
pengembangan peserta didik
c) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam
rangka pengembangan peserta didik
9) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang
meliputi :
a) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah
b) Menyelenggarakan administrasi sekolah
10) Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi :
a) Mengembangkan rancangan penelitian
b) Melaksanakan penelitian
c) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran
11) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam
pembelajaran
a) Memberikan cotoh perilaku keteladanan
b) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran
12) Mengembangkan konsep teori dan konsep dasar kependidikan
a) Mengembangkan teori teori kependidikan yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik
b) Mengembangkan konsep konsep dasar yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik.”
Dengan memahami uraian tersebut, nampak bahwa kompetensi
profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya
dengan pelaksanaan tugas utama seorang guru dalam mengajar. Adanya
komponen komponen kompetensi profesional yang menunjukkan kualitas
mengajar akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas
mengajarnya. Hal ini berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat
memiliki kompetensi mengajar secara baik dan menjadi seorang guru yang
bermutu.
2.4 Pentingnya Kesiapan Menjadi Guru Profesional
Guru merupakan komponen penting dari proses belajar mengajar, sehingga
seorang guru harus mempunyai kualitas, cara atau metode mengajar, penguasaan
dan pengelolaan materi, penampilan dan kepribadian. Guru merupakan tugas
professional karena dalam menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari seseorang
tenaga professional. Sesuai Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV menyatakan bahwa :
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan pendidikan nasional.
Pasal 9
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.
Pasal 9
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
2.5 Faktor-faktor yang berhubungan Kesiapan menjadi Guru yang
Profesional
Kesiapan seseorang dalam menjadi guru yang professional ditentukan oleh
kemampuan dalam menguasai bidangnya, minat, bakat, keselarasan dengan tujuan
yang ingin dicapai dan sikap terhadap bidang profesinya. Tekad, semangat dan
lingkungan keluarga juga tidak terlepas dari faktor pendukung kesiapan menjadi
guru yang profesional.
Menurut George yang dikutip oleh Edy Wahyudi (2009:22):
“Contributing factors to readiness for employment: (a) Physiological functions.
An attitude is likely to appear when the sensory organs, nervous system and other
physiological organs functions properly; (b) Physiological drive. To perform well
one must possess a good motivation and be free from emotional conflicts and
physiological constraints; (c) Experience. The level of readiness for employment
can be identified from one’s knowledge in the form of information about his
history of work and experience”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja, yaitu: (a) Faktor
fisiologis, yaitu suatu tingkah laku dapat terjadi apabila organ-organ pengindra,
sistem syaraf dan organ fisiologi yang lain telah berfungsi denga baik; (b) Faktor
psikologis, yaitu untuk melakukan pekerjan dengan baik seseorang harus memiliki
motivasi yang baik pula serta bebas dari konflik-konflik emosional, serta
halangan psikologi.; (c) Faktor pengalaman, yaitu proses kesiapan seseorang
dapat diketahui dari pengetahuan yang berupa informasi-informasi tentang
pekerjaan, serta pengalaman yang dimiliki seseorang.
Menurut Wasty Soemanto (2006:191-192), kesiapan (readiness) adalah
kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu yang selanjutnya dapat dituangkan
menjadi prinsip – prinsip kesiapan yang meliputi :
1) Semua aspek perkembangan interaksi
2) Pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu
3) Pengalaman-pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan
fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani
4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang
merupakan masa perkembangan pribadi.
2.6 Prestasi Belajar
2.6.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
“Prestasi” dan “Belajar” mempunyai arti yang berbeda. Menurut Abdillah yang
dikutip Aunurrahman (2011:35) belajar adalah suatu usaha sadar yang di
lakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotorik
untuk memperoleh tujuan tertentu.
W. S Winkel (1987:36), dalam bukunya Psikologi pendidikan,
memberikan defenisi bahwa belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-
sikap.”
Selanjutnya pengertian prestasi, untuk memahami pengertian tentang
prestasi berikut dikemukakan beberapa pengertian prestasi.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara 2009:11 ).
Suryabrata (1984) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang di capai
seseorang dalam nilai raport dan indeks prestasi yang di peroleh berdasarkan
hasil pengukuran proses belajar. Selanjutnya, Nana Sudjana (1990) menyatakan
bahwa di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka
ranah kognitif yang paling sering di nilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Beradasarkan defenisi yang di kemukakan para ahli, maka dapat di
simpulkan prestasi belajar adalah pengetahuan yang di capai mahasiswa pada
sejumlah mata kuliah tertentu, di tetapkan tiap semester yang meliputi ranah
kognitif, afektif, dan selanjutnya tertuang dalam angka yang tercantum pada
indeks prestasi kumulatif. psikomotorik sebagai tolak ukur keberhasilan
mahasiswa di perguruan tinggi yang Sedangkan yang di maksud prestasi belajar
dalam penelitian ini adalah penelitian hasil belajar semua mata kuliah yang dapat
dilihat nyata dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi belajar itu dilihat dalam
Indeks Prestasi Belajar (IPK).
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar seseorang tidaklah sama,
tetapi sangat pariatif/ berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari
dalam diri seseoarang (intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic).
a. Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic)
1. Inteligensi
Winkel (1986 : 153) memberi batasan tentang pengertian inteligensi
dengan mengatakan, ineteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan
mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk
berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan. Dari
pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi penting dalam
proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.
2. Motivasi
Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang
mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman
(2003) yeng menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting
dalam mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan
motivasi dari seseorang.
3. Sikap
Sarwono (1988:20) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu
rangsangan tertentu.
Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif
maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk
dikembangkan/ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip
terhadap rangsangan yang diterima yang pada gilirannya akan
mengoptimalkan prestasi belajar yang optimal.
4. Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat
ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat
adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang
beberapa kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai
dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan,
1990:123). Juga menurut Winkel (1986:151) bahwa minat adalah
kecenderungan yang menetapkan untuk rasa tertarik pada bidang-bidang
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu. Seseorang
yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar dapat memperoleh
prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat diupayakan agar
siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat belajarnya.
5. Bakat
Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989:42), adalah kapasitas seseorang atau
potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya
sedikit mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih
dahulu. Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan
pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi
akan berkembang menjadi kecakapan yang nyata.
6. Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan
perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat
dikembangkan melalui latihan.
b. Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic)
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa.
Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi
keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau
pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar
lingkungan keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.
Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua
dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-
pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus
menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan
berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
2. Faktor Sekolah
Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang
dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat
menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang
baik adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan
menggunakan metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan
membelajarkan dan kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai
serta kemampuan menciptakan situasi dan kondisi belajar. Dengan metode
pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik minat siswa, perhatian
siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga diharapkan siswa akan dapat
mencapai prestasi belajar.
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga
dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang
baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena
dari pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang
berguna bagi anak didik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berkaitan dengan prestasi belajar secara umum adalah faktor internal dan faktor
eksternal yang terdapat dalam diri seseorang. Sehingga prestasi belajar yang
dicapai juga merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor eksternal
yang berhubungan dengan prestasi belajar. Dengan prestasi belajar yang
dimiliki akan menggambarkan kualitas mahasiswa dengan kesiapannya
menjadi guru profesional.
2.6.3 Mengukur Prestasi Belajar
Untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai maka
diadakan evaluasi dengan alat tes. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian diolah
dengan ketentuan yang berlaku dan ditunjukan dengan nilai. Nilai merupakan
perumusan terakhir yang diberikan dalam hal ini dari dosen kepada mahasiswa
yang dinamakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Dalam peraturan penyelenggaraan kegiatan akademik, Sistem Kredit
UKSW (2012:27), Indeks Prestasi (IP) terdiri atas Indeks Prestasi Semester
(IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Semester (IPS)
merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa
pada semester yang sedang di jalani. Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa
secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling
akhir yang telah di tempuh.
Untuk menghitung Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK), dapat di lakukan dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai brikut:
IPS = Jumlah angka kualitas yang di peroleh dalam semester bersangkutan
Jumlah SKS yang keluar nilainya dalam semester bersangkutan
IPK = Jumlah angka kualitas yang di peroleh
Jumlah seluruh SKS yang di peroleh
Selanjutnya daftar nilai, arti, dan angka kualitas menurut panduan
penyelenggaraan kegiatan akademik dalam (2012:24), penilaian prestasi belajar
mahasiswa dinyatakan dengan lambang nilai sebagai brikut:
A = Bagus sekali, dengan angka kualitas 4,0 per kredit
AB = Lebih dari bagus, dengan angka kualitas 3,5 per kredit
B = Bagus, dengan angka kualitas 3,0 per kredit
BC = Lebih dari cukup, dengan angka kualitas 2,5 per kredit
C = Cukup, dengan angka kualitas 2,0 per kredit
CD = Kurang dari cukup, dengan angka kualitas 1,5 per kredit
D = Kurang, dengan angka kualitas 1,0 per kredit
E = Gagal/Tidak lulus, dengan angka kualitas 0 per kredit
L = Lulus, tanpa angka kualitas
TL = Tidak lulus, tanpa angka kualitas
Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif yang di miliki seseorang
mahasiswa, predikat kelulusan menurut panduan penyelenggaraan kuegiatan
akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga (2012:28) diatur sebagai brikut:
IP 2,00 – 2,49 = Cukup
IP 2,50 – 2,74 = Baik
IP 2,75 – 2,99 = Memuaskan
IP 3,00 – 3,49 = Sangat Memuaskan
IP 3,50 – 3,74= Terpuji
IP 3,75-3,99 = Lebih dari Terpuji
IP 4,00 = Sangat Terpuji
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar
dapat di ukur dengan melakukan penilaian terhadap hasil pendidikan dengan
cara memberikan tes, tugas, dan ujian. Bila Indeks Prestasi di gabung dengan
Indeks Prestasi semester berikutnya akan menjadi Indeks Prestasi Kumulatif.
2.6.4 Hubungan Prestasi Belajar dengan Kesiapan Menjadi Guru
Profesional
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai seseorang setelah
melakukan atau mempelajari sesuatu. Prestasi belajar merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru yang
profesional. Apabila seseorang memiliki prestasi yang baik maka mahasiswa
akan menguasai ilmu pengetahuan dan materi kuliah. Demikian pula halnya para
mahasiswa calon guru yang memiliki prestasi yang baik, dapat diprediksi
memiliki pengetahuan yang tinggi. Prestasi yang tinggi diduga akan kesiapan
mahasiswa menjadi guru yang profesional yang tinggi pula. Sebaliknya, apabila
prestasi belajar mahasiswa rendah, maka akan menghasilkan kesiapan
mahasiswa menjadi guru yang profesional yang rendah.
2.7 Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi
sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.
Sedang menurut (Soerjono Soekanto,2001:15) Sosial ekonomi adalah
posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan,prestasinya,dan hak-hak serta kewajiban dalam hubungan
dalam sumber daya‟‟
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan pengertian
keadaan sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan,tingkat pendapatan,pemilikan
kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.
a. Faktor-faktor yang menentukan Keadaan Sosial Ekonomi
Ada beberapa factor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan
sosial ekonomi orang tua di masyarakat, di antaranya tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan
kekayaan dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dalam komunitasnya. Dalam
hal ini uraian di batasi hanya 4 faktor yang menentukan, tingkat pendidikan,
pendapatan, kepemilikan kekayaan dan jenis tempat tinggal.
1) Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1 pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang di tetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik,tujuan yang akan di capai dan kemampuan yang di
kembangkan. Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan
belajar dan proses pembelajaran gar peserta didik secara aktif pengembangan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2004). Kepribadian kecerdasan akhlak
mulia serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan
jalan membina potensi-potensi kepribadian yaitu rohani(pikir,cipta,rasa,dan hati
nurani) serta jasman i(panca indra, dan ketrampilan).
Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 pasal 3 pendidikan
bertujuan untuk :
‘’Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembang manusia seutuhnya
,yaitu manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan jasmani
danrohani,kepribadian yang mantap dan tanggung jawab ke masyarakat dan
kebangsaan’’
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan di selenggarakan melalui jalur
pendidikan sekolah (pendidikan non formal nterdapat jenjang pendidikan sekolah
(pendidikan formal) terdapat jenjang pendididkan sekolah ,jenjang pendidikan
sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan pra sekolah ,pendidikan dasar
,pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
a. Pendidikan pra sekolah
Menurut PP No.27 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:103) Pendidikan pra
sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmaniah dan rohani peserta didik di luar lingkungan keluarga sebelum
memasuki pendidikan dasar,yang di selenggaraan di jalur pendidikan sekolah atau
jalur pendidikan luar sekolah.
b. Pendidikan Dasar
Menurut PP No.28 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:79) Pendidikan
dasar adalah pendidikan umum yang lamanya Sembilan tahun.Diselenggarakan
selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah lanjutan
tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar
adalah untuk memberian bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat,warga Negara
dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
c. Pendidikan Menengah
Menurut PP No.29 Tahun 1990 dalam Kunaryo (2000:85) Pendidikan
menengah adalah pendidikan yang di selenggarakan bagi pendidian dasar.Bentuk
satuan pendidikan yang terdiri atas : Sekolah Menengah Umum , Sekolah
Menengah Kejuruan , Sekolah Menengah Keagamaan, Sekolah Menengah
Kedinasan, dan Sekolah Menengah Luar Biasa.
d. Pendidian Tinggi
Menurut UU No.2 Tahun 1989 dalam Kunaryo (2000:93) Pendidikan
tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang di selenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik atau professional yang dapat
menerapkan,mengembangkan,atau menciptakan ilmu pengetahuan,tenologi,dan
kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di sebut
perguruan tinggi,yang dapat berbentu akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institute atau universitas.
2) Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status
sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)
mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang
diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain
sebagainya.
Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
a) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang
sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi,
sumbernya berasal dari:
1. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja
lembur dan kerja kadang-kadang.
2. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
penjualan dari kerajinan rumah.
3. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
b. Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas Pitono dalam wijaksana (1992)
mendefinisikan pendapatan adalah sebagai “Seluruh penerimaan baik berupa
uang ataupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan
jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan pendapatan orang tua adalah
penghasilan berupa uang yang di terima sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari
setor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar kecilnya
pendapatan yang di terima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang satu
dengan yang lain,hal ini karena di pengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri
dalam melakuan berbagai macam kegiatan sehari-hari.
d. Pemilikan
Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status
sosial ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan. Pemilikan barang-
barang yang berhargapun dapat digunakan untuk ukuran tersebut. Semakin
banyak seseorang itu memiliki sesuatu yang berharga seperti rumah dan tanah,
maka dapat dikatakan bahwa orang itu mempunyai kemampuan ekonomi yang
tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang disekitarnya.
Apabila seseorang memiliki tanah, rumah sendiri, sepeda motor, mobil,
komputer, televisi dan tape biasanya mereka termasuk golongan orang mampu
atau kaya. Apabila seseorang belum mempunyai rumah dan menempati rumah
dinas, punya kendaraan, televisi, tape, mereka termasuk golongan sedang. Sedang
apabila seseorang memiliki rumah kontrakan, sepeda dan radio biasanya termasuk
golongan biasa.
e. Jenis Tempat Tinggal
Menurut Kaare Svalastoga dalam Sumardi (2004) untuk mengukur tingkat
sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari :
1). Status rumah yang ditempati, bias rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bamboo.
Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati
rumah permanent, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya
menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.
3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.
Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang
menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran kualitas rumah.
Rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat
menunjukkan bahwa kondisi sosila ekonominya tinggi berbeda dengan rumah
yang kecil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial
ekonominya rendah.
2.7.1 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Kesiapan
Menjadi Guru Profesional
Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonomi tinggi, sedang dan rendah. Keragaman latar
belakang ekonomi orang tua tersebut sangat berhubungan dengan kemampuan
membiayai kepada anak-anaknya, sehingga keadaan sosial ekonomi orang tua
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan
mahasiswa. Karena untuk memperdalam penguasaan materi dan pengalaman
yang mengarah pembentukan kompetensi guru profesional di perlukan dukungan
pembiayaan. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi
penghambat bagi mahasiswa dalam perkuliahan. Jadi jika orang tua mahasiswa
mempunyai kondisi social ekonomi yang baik, maka kesiapan mahasiswa
menjadi guru yang profesional juga tinggi, begitu pula sebaliknya.
2.8 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anang Cahya Utama, 2011
tentang “Hubungan Pengalaman KKN – PPL dan Nilai Pembelajaran
Mikro dengan Kesiapan Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan dan
Hukum FISE UNY untuk Menjadi Guru Profesional”. Universitas Negeri
Yogyakarta. Hasil analisis statistik : Pertama terdapat hubungan positif dan
signifikan pengalaman KKN-PPL dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru
professional, di buktikan dengan r hitung > r tabel (0,552 > 0,220 ) dan nialai p<
0,05 (0,000< 0,05 ). Kedua, terdapat hubungan positif dan signifikan nilai
pembelajaran mikro dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru professional.
Hal ini di tunjukkan dengan nilai r hitung > r tabel (0,365 > 0,220 ) dan nialai p<
0,05 (0,001< 0,05 ). Ketiga, terdapat hubungan positif dan signifikan
pengalaman KKN-PPL dan nilai pembelajaran mikro secara bersama-sama
dengan kesiapan mahasiswa untuk menjadi guru professional, di buktikan
dengan nilai F hitung > F tabel (26, 337 > 3,108) dan nialai signifikansi kurang
dari 0,05 (p < 0,05 ). Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa
besarnya pengalaman KKN-PPL dan nilai pembelajaran mikro adalah
sebesar 60,3% dipengaruhi faktor lain yang tidak di teliti dalam penelitian
ini. SR1 sebesar 78,20% dan SR2 sebesar 21,80% sedangkan SE1 sebesar
31,04% dan SE2 sebesar 8,65%
b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswaluyani 2005 tentang
pengaruh prestasi belajar dan pengalaman PPL terhadap kesiapan
mahasiswa FISE angkatan 2001 UNY untuk menjadi guru. Terdapat
pengaruh yang signifikansi prestasi belajar dan pengalaman PPL terhadap
kesiapan mahasiswa FISE angkatan 2001 UNY untuk menjadi guru. hal ini
dibuktikan dengan koefisien determinasi sebesar 0,404 yang berarti bahwa
40,4% kesiapan mahasiswa FIS angkatan 2001 UNY bisa dijelaskan oleh
prestasi belajar dan pengalaman PPL.
2.9 Kerangka Berpikir
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2013:91) mengemukakan bahwa, kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Stuktur kurikulm Pendidikan Ekonomi merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dengan kesiapan mahasiswa menjadi guru yang professional. Karena
stuktur kurikulum merupakan proses perkuliahan yang menekankan pada nilai
profesionalitas guru yang di jiwai sikap wirausaha dan didukung dengan sarana
dan prasarana, sehingga terbentuknya empat kompetensi (Prestasi belajar) untuk
menyiapkan guru professional. Apabila mahasiswa sudah menguasai keempat
kompetensi tersebut maka mahasiswa sudah siap menjadi guru profesional.
Begitupun sebaliknya apabila mahasiswa belum mengusai keempat kompetensi
tersebut berarti mahasiswa belum siap menjadi guru professional, karena
penguasaan kompetensi merupakan modal utama bagi mahasiswa untuk
melakukan pekerjaan guru dan menentukan baik tidaknya kualitas calon guru
yang nantinya berujung pada kualitas pendidikan.
Penjabaran kerangka berfikir dari Hubungan Antara Prestasi belajar dan
Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Kesiapan Menjadi Guru Profesional
di Kalangan Mahasiswa PE FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,
dapat dilihat pada gambar 1.1dibawah ini :
Gambar 1.1
2.10 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritis, kerangka berpikir dan
penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian
Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi
Stuktur
Kurikulum PE
Kondisi Sosial
Ekonomi
Proses
Perkuliahan
Sarana dan
Prasarana
Terbentuknya Empat
Kompetensi
(Prestasi Belajar)
Kesiapan Menjadi
Guru Profesional
sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan,
sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan kesiapan
menjadi guru professional
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang
tua dengan kesiapan menjadi guru professional
top related