bab ii rerangka teoritis -...
Post on 08-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
17
BAB II
RERANGKA TEORITIS
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai
konsep utama dan dikaitkan dengan konsep lainnya
yaitu konsep sumber daya manusia (Warga Gereja).
2.1. Pengelolaan Aset Organisasi
Mengembangkan, mengelola dan
memanfaatkan aset merupakan hal yang melekat
dalam hidup dan kerja setiap organisasi entah itu
organisasi laba maupun organisasi nirlaba. Aset yang
dimiliki oleh organisasi laba maupun nirlaba
memiliki nilai tambah sehingga dapat dikelola dan
dimanfaatkan untuk pengembangan organisasi
kedepan. Aset-aset organisasi berfungsi bukan untuk
mensejahterakan lembaga semata tetapi karyawan
dan masyarakat diluar organisasi.
18
Pengelolaan aset organisasi harus dinilai dari
aktualisasi nilai-nilai potensial dari aset (barang)
tersebut yaitu: (a) perubahan kenaikan nilai ekonomi
dari barang tersebut, dimana barang itu mampu
memberi nilai tambah bagi organisasi, (b) perubahan
kenaikan nilai komersial dari barang tersebut,
dimana dari tidak laku menjadi laku, dan (c)
perubahan kenaikan nilai tukar dari barang tersebut,
dimana ada harga yang memuaskan dari barang
tersebut (Siregar, 2004).
Pengelolaan aset organisasi merupakan sebuah
kegiatan yang direncanakan secara sadar,
terorganisir, pelaksanaannya terkontrol, dan diawasi
untuk mencapai tujuan organisasi dengan
memberdayakan sumber daya organisasi yang
meliputi sumber daya manusia dan sumber daya
alam yang ada, untuk mencapai perubahan dan nilai
dalam sebuah organisasi (Migliore Henry dkk, 2010).
Perubahan tersebut dapat meliputi nilai-nilai
19
ekonomi, nilai komersial dan nilai tukar dari barang-
barang yang dimiliki oleh organisasi melalui proses
produksi, pemasaran dan pelayanan kepada
konsumen (Dessler, 1998) .
Fahey (2001) menjelaskan bahwa setiap
tindakan yang manajer lakukan, berhubungan
dengan pengembangan aset, menciptakan dan
mengembangkan hal-hal baru yang dibutuhkan
organisasi seperti keuangan, karyawan, fisik,
pengetahuan, yang berhubungan dengan persepsi,
politik dan organisasi. Kegiatan mengelola aset-aset
atau barang suatu organisasi bertujuan agar
organisasi tetap ada dan melakukan aktifitasnya
secara berkelanjutan.
Kegiatan mengelola aset-aset atau barang
suatu institusi atau lembaga, termasuk gereja
bertujuan agar institusi itu selalu eksis secara
berkelanjutan. Seorang pemimpin dalam organisasi
harus dapat menjalankan empat fungsi utama
20
manajemen dengan fungsi kegiatan dalam bidang
perencanaan (planning), disusul dengan kegiatan
pengorganisasian (organizing), lalu kegiatan
pelaksanaan (actuating), dan diakhiri dengan
kegiatan pengawasan (controling) (Prodjowijono, 2008:
7).
Kewajiban melakukan empat fungsi utama
tersebut tidak hanya menjadi tugas seorang
pemimpin pada level atas tapi juga harus
didistribusikan sampai ke level bawah organisasi.
Seorang pemimpin dalam organisasi haruslah dapat
menjalankan empat fungsi utama manajemen
dengan fungsi kegiatan dalam bidang perencanaan
(planning), disusul dengan kegiatan pengorganisasian
(organizing), lalu kegiatan pelaksanaan (actuating),
dan diakhiri dengan kegiatan pengawasan (controling)
(Prodjowijono, 2008: 7). Kewajiban melakukan empat
fungsi utama tersebut tidak hanya menjadi tugas
21
seorang pemimpin pada level atas tapi juga harus
didistribusikan sampai ke level bawah organisasi.
Pada level atas, keahlian konseptual menjadi
sebuah tolok ukur karena yang akan diatur adalah
manusia-manusia dalam organisasi yang melakukan
kegiatan dalam mengelola barang-barang yang
dimiliki untuk kemajuan dari organisasi tersebut.
Keahlian konseptual adalah kemampuan mental
untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi (Katz,
1970). Mencakup kemampuan mental pemimpin
untuk melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan
dan memahami hubungan antara bagian yang saling
bergantung serta mendapatkan, menganalisa dan
menginterpretasikan informasi yang diterima dari
bermacam-macam sumber.
Organisasi bisa menciptakan, mengelola dan
memanfaatkan aset secara efektif, maka langkah
yang harus diambil adalah memahami terlebih dulu
22
apa sebenarnya aset itu. Menurut Siregar (2004:178)
aset adalah barang (thing) atau sesuatu barang
(anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic
value), nilai komersial (commercial value) atau nilai
tukar (excange value) yang dimiliki oleh badan usaha,
instansi atau individu (perorangan). Dalam
menjalankan organisasi, diperlukan aset-aset
tersebut untuk dimanfaatkan dalam membangun
strategi pelayanan organisasi untuk itu, diperlukan
kemampuan teknis dari seorang pemimpin.
Kemampuan teknis adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-
prosedur, atau teknik-teknik dari suatu bidang
tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan atau
permesinan dan sebagainya (Katz, 1970).
Aset organisasi laba statusnya berbeda dengan
aset organisasi nirlaba, status aset pada organisasi
nirlaba tidak dapat dijual tetapi dilimpahkan
statusnya atas nama individu atau perorangan.
23
Aturan pemanfaatan aset diatur oleh mereka yang
mempunyai wewenang dalam organisasi seperti
pemimpin maupun pengelola aset, cara
mengelolanyapun diatur oleh pemimpin tetapi atas
persetujuan bidang-bidang dalam organisasi
tersebut. Dari hasil pengelolaan aset tersebut maka
yang akan menerima hasilnya adalah organisasi dan
karyawan serta kelompok sasaran yaitu mereka yang
membutuhkan kesejahteraan hidup.
2.2 Pengelolaan Aset Organisasi Gereja
Penelitian ini adalah mengenai aset-aset yang
dimiliki oleh organisasi gereja, dan melihat cara
orang-orang dalam organisasi gereja mengelola aset-
aset yang dimiliki untuk kepentingan organisasi dan
kesejahteraan orang-orang di dalamnya. Fokusnya
pada pengelolaan aset berupa barang yang
mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial dan nilai
tukar (Siregar, 2004).
24
Gereja sebagai sebuah organisasi nirlaba yang
berbasis ajaran Tuhan, berupaya untuk melakukan
pelayanan dengan memberdayakan manusia untuk
mengolah sumber daya alam bagi kepentingan warga
gereja. Untuk menjalankan misinya, gereja
memanfaatkan tiga sumber daya utama yaitu
manusia, uang dan ruang (Walz, 2011). Dalam kajian
ini unsur yang akan dibahas adalah berkaitan
dengan aspek ruang. Ruang berhubungan dengan
ternak dan lahan yang diolah untuk mendatangkan
uang bagi organisasi gereja. Aset-aset yang ada
terbukti telah dikelola gereja meliputi, (1) aset
material (tanah, hasil bumi, bangunan, uang,
tabungan, dana lestari, dana abadi dan barang atau
surat berharga), (2) aset sosial (yayasan gereja yang
bergerak dalam bidang Sosial-Kemanusiaan-
Pemberdayaan-Kesejahteraan, Rumah Sakit,
Poliklinik, Panti, Sekolah, Lembaga Sosial Penelitian
Berteologi, dan (3) aset intelektual (ide-ide atau
25
gagasan, keahlian, kecerdasan, pengetahuan,
motivasi, spesialisasi yang dituangkan dalam
program dan kegiatan yang dikembangkan untuk
menghasilkan nilai) (Polattu, 2012). Pengelolan aset
yang ada dimiliki oleh organisasi gereja, diperlukan
orang-orang yang handal, memiliki keahlian dan
kecakapan khusus dalam mengelola aset tersebut.
Pengelolaan dan pemanfaatan aset-aset yang ada
membutuhkan peran seorang pemimpin dan peran
serta tanggungjawab setiap orang dalam organisasi
tersebut yang berkompeten di dalam bidang
pengelolaan aset.
Menurut Becker, Husselid & Ulrich, (2001)
dalam Human Resources Scorecard, Dewasa ini
berkembang pengakuan bahwa satu-satunya sumber
daya yang mampu memberikan keunggulan
kompetitif yang berkesinambungan bagi organisasi
akan terletak pada kepemilikan sumber daya yang
bersifat intangibel, yaitu sumber daya manusia.
26
Sumber daya manusia sebagai sebuah investasi yang
akan memberikan nilai tambah organisasi, akan
berpengaruh terhadap praktek-praktek pengelolaan
sumber daya manusia maupun sumber daya alam.
Ketidakpastian yang tinggi yang dihadapi oleh
organisasi hanya dapat dikendalikan dengan adanya
pemikiran, sikap dan perilaku kreatif serta inovatif.
Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa adanya praktek-
praktek pengelolaan sumber daya manusia yang
menempatkan kapabilitas intelektual manusia
sebagai sumber daya untuk menghadapi ketidak
pastian lingkungan (Wijayanto, 2008).
Manusia merupakan aset organisasi gereja
karena melalui manusia juga organisasi bisa
mendapatkan uang melalui persembahan jemaat,
perpuluhan maupun pendapatan yang diperoleh
dari investasi lainnya. Ruang juga merupakan aset
karena mendatangkan uang melalui pemanfaatannya
yaitu lahan yang digarap atau dikelola dengan cara,
27
ditanami tanaman umur panjang maupun umur
pendek, dan hasilnya mendatangkan uang bagi
organisasi gereja sendiri. Aset ruang (lahan yang
digarap atau dikelola) oleh organisasi gereja
dimanfaatkan sehingga memberi hasil yang
mempunyai nilai ekonomi, nilai tukar maupun nilai
komersial. Lahan digarap untuk ditanami tanaman
umur panjang maupun umur pendek, hasilnya dijual
dan uang yang diterima dibagi hasilnya untuk
penggarap atau petani dan untuk organisasi gereja
sendiri dan yang menjadi bagian organisasi gereja
dikelola oleh gereja untuk kepentingan gereja dan
pemberdayaan warga gereja sendiri.
Organisasi Gereja sebagai organisasi nirlaba
dapat dikatakan berhasil karena ditopang bukan saja
oleh sumber manusia yang berkualitas belaka tetapi
juga dengan sumber daya alam lainnya yang dapat
menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan
gereja dan orang-orang di dalamnya. Sumber daya
28
manusia dan sumber dana sangat berpengaruh
untuk keberhasilan dari organisasi gereja. Uang
adalah sumber yang penting juga, dengan uang
organisasi gereja dapat melaksanakan banyak
program sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Untuk
menggunakannya secara tepat, gereja membutuhkan
sistem manajemen keuangan yang baik (Walz, 2008).
Sistem tersebut meliputi setiap orang yang
menangani uang. Mereka membutuhkan kebijakan
dan ketetapan prosedur untuk membimbing mereka,
sehingga dana itu bisa dipakai untuk melayani
kepentingan organisasi dan orang-orang di
dalamnya.
Orang yang memiliki tanggungjawab mengelola
keuangan tidak hanya membutuhkan perhatian
dalam masalah keuangan tetapi lebih dari itu, harus
mendapatkan pelatihan dan pengalaman dalam
menangani uang yang bukan milik mereka, sehingga
uang tersebut benar-benar digunakan untuk
29
membiayai kebutuhan organisasi. Rencana untuk
bertindak secara kristiani dalam menangani
keuangan gereja adalah bersumber dari keyakinan
bersama bahwa uang diberikan kepada manusia oleh
Allah, agar digunakan secara tepat uang harus
dikelola untuk suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan bagi kelompok sasaran.
2.3 Peran Sumber Daya Manusia dalam
Pengelolaan Aset Organisasi
Sumber daya manusia merupakan aset utama
dalam organisasi. Seseorang yang menjadi perencana
dan pelaku aktif dari setiap aktifitas organisasi
mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan
latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang
heterogen yang dibawa ke dalam organisasi
(Sedarmayanti, 2003). Menurut Sejathi (2011)
sumber daya manusia adalah potensi yang
merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non
30
material atau non finansial) di dalam organisasi,
yang dapat mewujudkan potensi nyata (real) secara
fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.
Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia
dalam suatu organisasi, baik organisasi publik
maupun swasta, sumber daya manusialah yang
paling penting dan sangat menentukan. Sumber daya
manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang
memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan,
ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan
karya. Satu-satunya sumber daya yang memiliki
ratio, rasa, dan karsa. Semua potensi sumber daya
manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap
upaya organisasi dalam pencapaian tujuannya
(Cardoso, 2003).
Dalam penelitian ini akan diteliti sumber daya
manusia yang memberdayakan potensi diri:
kemampuan, keahlian dan keterampilan yang
31
dimiliki untuk mengelola aset-aset organisasi untuk
menjawab kebutuhan organisasi maupun orang-
orang dalam organisasi (organisasi yang dimaksud
disini adalah organisasi gereja). Untuk
mempertimbangkan apa yang dilakukan seorang
pemimpin organisasi, memeriksa keahlian yang
dimiliki oleh karyawan diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi merupakan hal yang penting.
Menurut Manaf (2002) keahlian adalah hal-hal
yang berkenaan dengan kemampuan individu dalam
menguasai bidang tertentu.
Katz (1970) mengidentifikasikan tiga keahlian
manajemen yang perlu yaitu teknis, manusiawi, dan
konseptual. Keahlian teknis (technical skills) adalah
kemampuan untuk menggunakan peralatan-
peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik
dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi,
produksi, penjualan, permesinan atau sebagainya.
Keahlian kemanusiaan (humanistic skill) adalah
32
kemampuan untuk bekerja dengan memahami, dan
memotivasi orang lain, baik secara individu ataupun
kelompok. Keahlian konseptual (conseptual skills)
adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh
kepentingan dan kegiatan organisasi.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W.
Griffin (2008) menambahkan dua keterampilan dasar
yang perlu dimiliki manajer atau pemimpin, yaitu (a)
Keterampilan manajemen waktu, merupakan
keterampilan yang merujuk pada kemampuan
seorang manajer untuk menggunakan waktu yang
dimilikinya secara bijaksana, (b) Keterampilan
membuat keputusan, merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara
terbaik dalam memecahkannya. Tetapi dalam
penelitian ini yang digunakan adalah konsep
keahlian dari Katz (1970).
33
Keahlian Konseptual
Keahlian konseptual (conseptual skills) adalah
kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan
organisasi (Katz, 1970). Ini mencakup kemampuan
pemimpin untuk melihat organisasi sebagai suatu
keseluruhan dan memahami hubungan antara
bagian yang saling bergantung serta mendapatkan,
menganalisa dan menginterpretasikan informasi yang
diterima dari bermacam-macam sumber. Keahlian
konseptual merupakan skill yang lebih advance
artinya banyak membutuhkan analisa berfikir yang
dapat mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam
menyelesaikan permasalahan organisasi dan
mengembangkan organisasi secara keseluruhan.
Pemimpin tingkat atas (top manager) harus
memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,
dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan
atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah
34
dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses
penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang
kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan atau planning. Oleh karena itu,
keterampilan konseptual juga merupakan
keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Organisasi nirlaba juga sama dengan organisasi
laba, dimana memiliki pemimpin yang paling atas
adalah manajer tingkat atas, terdiri dari beberapa
orang terpilih seperti halnya organisasi pada
umumnya. Fungsi-fungsi dalam struktur
organisasinya juga tidak jauh berbeda dengan
organisasi pada umumnya, oleh karena itu dalam
susunan kepengurusan majelis selalu terdapat
fungsi-fungsi dan jabatan. Penamaan fungi dan
jabatan dalam struktur organisasi sangat tergantung
dari besar atau kecilnya organisasi yang dikelola.
35
Dalam hal ini, para pengelola atau pemimpin
perlu membuat suatu landasan kerja manajerial
secara garis besar, berupa pola pikir makro
pengelolaan sumber daya organisasi, sehingga semua
aktivitas manajemen dapat selalu diorientasikan
pada pola pikir tersebut (Prodjowijono, 2008). Segala
bentuk kegiatan di dalam organisasi dilakukan oleh
seluruh unsur yang ada di dalamnya, yaitu
pemimpin atau manajer beserta pegawai atau
karyawan. Pola pikir makro perlu disosialisasikan
kepada pegawai, dengan demikian bisa memahami
kemudian menjadikan itu sebagai landasan dan
orientasi berpikir dalam segala kegiatan, sesuai
dengan posisi dan keberadaan masing-masing.
Pemimpin sebagai pengambil keputusan atau
kebijakan dalam sebuah organisasi berperan penting
dalam mengelola aset yang dimiliki. Dengan ide,
konsep berpikir yang cerlang bisa memberikan
masukan yang baik bagi pelaksana kegiatan
36
pengelolaan aset. Pemimpin juga berperan penting
dalam menentukan aset tersebut hasilnya dipakai
untuk apa dan kepada siapa.
Keahlian kemanusiaan
Keahlian kemanusiaan (humanistic skill) adalah
kemampuan untuk bekerja dengan memahami, dan
memotivasi orang lain, baik secara individu ataupun
kelompok (Katz, 1970). Suatu kenyataan hidup
dalam sebuah organisasi adalah faktor pemimpin
juga memberikan peran yang dominan bahkan
sangat menentukan terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi. Siagian (1998)
menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan
yang dialami sebagian besar dari organisasi
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki
orang-orang yang diserahi tugas memimpin
organisasi itu.
Pendapat diatas mencerminkan betapa besar
peran kepemimpinan dalam suatu organisasi,
37
dengan begitu seorang pemimpin diharapkan
mempunyai kemampuan untuk memotivasi,
mengarahkan, memengaruhi dan berkomunikasi
dengan bawahannya supaya tujuan organisasi itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pendapat
senada dikemukakan Adikusumo (2001), setiap
kelompok kerja diperlukan orang yang menjadi
penanggungjawab semua kegiatan yang membantu
kelompok apabila menemui kesulitan dan yang
memberi dorongan kerja kepada anggota
kelompoknya. Pemimpin harus pandai memotivasi
anggota atau karyawannya dengan tepat sesuai
lingkungan kerjanya dan menyampaikan perintah
maupun keterangan-keterangan kepada bawahannya
dengan baik. Pemimpin dalam organisasi yang di
dalamnya terdapat fungsi dan jabatan ketua,
sekretaris, bendahara, pembukuan, serta para
anggota (Prodjowijono, 2008:9).
38
Dalam proses pengelolaan aset organisasi
seorang pemimpin harus dapat berpartisipasi aktif
dengan memberikan berbagai ide, konsep pemikiran
atau pendapat dalam pengembangan organisasi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Tuhan telah
memberikan modal yang luar biasa dalam bentuk
talenta-talenta kepada setiap orang dengan potensi
kemampuan yang bervariasi. Pemimpin organisasi
gereja harus dapat berperan aktif dalam
mendayagunakan talenta yang ada pada diri sendiri,
mampu melihat dan mengembangkan talenta yang
ada dalam diri warga jemaat dan gereja untuk
dijadikan sumber daya yang nyata. Sumber daya
nyata inilah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
misi dan tugas organisasi.
Adanya hubungan yang baik antara pemimpin
dan karyawan dalam sebuah organisasi akan
mendorong orang untuk melakukan pekerjaan
mereka dengan mudah, sehingga proses interaksi
39
dalam mengerjakan pekerjaan tidak ada hambatan
dan semua akan lebih mudah dikerjakan secara
bersama-sama baik oleh pemimpin maupun
karyawan. Bukan saja ide yang akan diberikan tetapi
pemimpin pun mengambil alih posisi sebagai pihak
yang juga bisa bersama-sama melakukan pekerjaan
pengelolaan aset untuk pengembangan organisasi
kedepan.
Pemimpin juga bertugas untuk
mensosialisasikan hal yang belum diketahui oleh
karyawannya mengenai pemanfaatan aset, sebagai
pengawas dalam megawasi setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan. Pada akhirnya pemimpin
dan karyawan akan bersama-sama melakukan
evaluasi, sejauhmana pekerjaan yang dilakukan dan
apa nilainya bermanfaat bagi pengembangan
organisasi kedepan atau tidak.
40
Keahlian teknis
Keahlian teknis (technical skills) adalah
kemampuan untuk menggunakan peralatan-
peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik
dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi,
produksi, penjualan, permesinan atau sebagainya
(Katz, 1970). Organisasi dapat mencapai tujuannya
dengan baik, diperlukan orang-orang yang mampu
atau cakap pada setiap bidang kegiatan organisasi
(Wiryoputro, 2009). Dengan kata lain pada setiap
tempat atau posisi kegiatan organisasi diperlukan
orang-orang yang cakap sesuai dengan tuntutan
masing-masing bidang dalam organisasi. Setiap
orang yang ada dalam organisasi perlu ditempatkan
pada tempat yang sesuai dengan tingkat kecakapan
atau kemampuannya agar mampu melaksanakan
tugasnya secara baik.
Berhubung tantangan organisasi dari waktu ke
waktu cenderung meningkat, maka diperlukan
41
kualitas sumber daya manusia yang semakin
meningkat pula. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia organisasi perlu
menyelenggarakan pengembangan sumber daya
manusia, agar setiap orang yang ada dalam
organisasi mampu atau cakap pada tugasnya
masing-masing. Masalah persyaratan atau kualifikasi
calon, seleksi, pemilihan, penempatan, dan
pengembangan sumber daya manusia merupakan
sesuatu yang teramat penting dalam organisasi
(Wiryoputro, 2009). Itulah sebabnya mengapa
manajer sebagai pengelola, berupaya untuk bisa
memenuhi kebutuhan akan sumber-sumber daya
tersebut dengan sebaik-baiknya. Tujuannya adalah
agar tugas-tugas pelayanan organisasi dapat
dilakukan dengan baik.
Suatu organisasi entah organisasi laba maupun
nirlaba yang memiliki sumber daya manusia yang
bisa diandalkan, akan semakin mudah mencapai
42
tujuannya. Untuk itulah, suatu organisasi perlu
memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja sumber daya manusia yang dimiliki.
Permasalahan yang sering terjadi dalam sebuah
organisasi entah organisasi laba maupun nirlaba
adalah kecenderungan pegawai maupun karyawan
yang bekerja hanya sebagai formalitas tanpa
mempedulikan tugas dan tanggungjawab yang
dilaksanakannya (Elisabeth, 2004). Pelayanan oleh
organisasi atau lembaga kepada masyarakat memiliki
tantangan yang semakin kompleks, dan hal ini
sangat menuntut sumber daya manusia yang
memiliki keunggulan kualitas, sedangkan kualitas
itu sendiri banyak ditentukan oleh sejauh mana
kinerja pegawai atau karyawan mampu mencapai
target dari tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi atau lembaga sesuai keahlian yang
dimiliki.
43
Keterampilan teknis pada umumnya
merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang
lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan
tertentu, misalnya menggunakan program komputer,
membuat kursi, akuntansi dan sebagai pekerja
diladang atau juga dapat mengerjakan sesuatu yang
mendatangkan nilai jual bagi organisasi dengan
keahlian yang dimilikinya.
Kompetensi sumber daya manusia merupakan
karakteristik yang mendasari seseorang dan
berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya (Dharman Surya, 2002) yang memiliki
keterkaitan dengan “pendidikan yang relevan,
pelatihan, keterampilan dan pengalaman (Gaspersz,
Vincen, 2002)”. Indikator yang menunjukan
kompetensi sumber daya manusia dalam mengelola
sumber daya alam yang ada disekitar lingkungan
44
hidupnya adalah kepemimpinan, pendidikan, dan
keahlian.
Sumber daya manusia adalah aset yang unik
dan berbeda dalam setiap organisasi, semakin suatu
organisasi mampu mengembangkan dan mengelola
aset “kapasitas” sumber daya manusia disitu terletak
kunci sukses organisasi. Sumber daya manusia
harus dapat dikelola dengan baik sehingga
mempunyai nilai tambah atau competitive advantage
yang diyakini tidak dapat diambil dalam diri masing-
masing individu tersebut. Nilai inilah yang dipercayai
sangat mempengaruhi sebuah organisasi dalam
berkembang dan mencapai tujuan organisasi.
Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
Tuhan telah memberikan talenta-talenta yang luar
biasa kepada setiap orang untuk mengembangkan
potensi diri dengan memberdayakan aset-aset yang
dimiliki untuk kesejahteraan hidupnya, organisasi
maupun orang lain. Oleh sebab itu, setiap pemimpin
45
dalam organisasi perlu diarahkan untuk
mendayagunakan talenta dari anggotanya untuk
pelaksanaan misi dan tugas-tugas pelayanan dalam
organisasinya. Pelayanan organisasi nirlaba akan
semakin berkembang apabila karyawan dan
kelompok sasaran memiliki motivasi yang kuat
untuk melakukan usaha-usaha pengembangan
talenta diri dalam mengelola aset-aset yang dimiliki
untuk pencapaian dan rencana misi yang strategis.
Jika karyawan yang tidak atau kurang
mengembangkan talenta dan potensi diri dalam
memanfaatkan aset-aset yang dimiliki maka itu
menggambarkan suatu sikap yang kurang peka
sebagai penanggungjawab pengelolaan aset
organisasi.
Kepentingan dari tiap-tiap sumber daya
(sumber daya manusia dan sumber dana) terkait
sangat erat, karena masing-masing sumber daya
saling membutuhkan. Dana diperlukan untuk
46
meningkatkan kondisi sosial-ekonomi karyawannya,
disamping juga melakukan investasi terhadap
berbagai aset organisasi yang menguntungkan.
Selanjutnya, sumber daya manusia yang handal
dibutuhkan untuk mengelola berbagai sumber daya
lain yang dibutuhkan tersebut. Pada akhirnya yang
diharapkan adalah cara kerja yang menguntungkan
dapat terpenuhinya kebutuhan yang dibutuhkan
oleh organisasi nirlaba, sehingga karyawan mampu
melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai visi, misi
dan tujuan organisasi.
2.4 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Pengelolaan Aset Organisasi
Manajemen sumber daya manusia berkisar pada
upaya mengelola unsur manusia dengan segala
potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga,
dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas
(statisfied) dan memuaskan (statisfactory) bagi
47
organisasi (Cardoso, 2003). Manajemen sumber daya
manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen
yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan
peranan sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi. Selama ini peran dari manajemen sumber
daya manusia lebih dikenal hanya sebagai bagian
personalia yang mengurusi masalah karyawan dan
masalah administrasi. Ketika zaman dan lingkungan
serta teknologi yang semakin hari semakin maju dan
berubah maka didapati bahwa peran manajemen
sumber daya manusia yang ada ikut berubah sesuai
dengan perubahan yang ada. Manajemen sumber
daya manusia bukan lagi sebagai bagian yang hanya
mengurusi administrasi organisasi saja namun mulai
bergerak serta berubah bersama seiring dengan
perubahan dan perkembangan zaman dalam
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Kiggundu (1989), “human resource
management...is the development and utilization of
48
personnel for the effective achievement of individual,
organizational, community, national, and international
goals and objectives, (manajemen sumber daya
manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan
personil (pegawai) bagi pencapaian yang efektif
mengenani sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan
individu, organisasi, masyarakat, nasional dan
internasional). Menurut Handoko (1994), manajemen
sumber daya manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia,
agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi
dan masyarakat.
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan visi dan misinya karena itu,
organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang
diterapkan sebagai upaya agar program maupun
49
rencana-rencana dapat dijalankan. Pada
kenyataannya sistem dan mekanisme yang
diterapkan sering menghadapi kendala-kendala,
karenanya diperlukan pengendalian yang tepat.
Seorang pemimpin (manajerial) memiliki fungsi
untuk melihat, mengamati dan menilai tindakan
atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar-benar
melaksanakan hasil yang dicapai pegawai dengan
hasil atau target yang direncanakan (Patricia, 2011).
Apabila terjadi penyimpangan dari rencana semula
perlu diperbaiki dengan memberi arahan-arahan
kepada pegawai. Dalam pengendalian sangat
diperlukan pengelolaan yang efektif, agar
mendukung strategi organisasi untuk memberikan
kontribusi dalam menciptakan keunggulan
kompetitif. Hal ini akan berhasil jika organisasi
mampu mengelola dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
50
Iswanto (2010) dalam modulnya yang berjudul
tantangan manajemen sumber daya manusia kini
dan masa mendatang mengatakan bahwa
manajemen sumber daya manusia telah berubah dan
berkembang menjadi luas, bermula dari administrasi
aktivitas-aktivitas pekerjaan, hubungan buruh,
kompensasi dan kesejahteraan yang bersifat
tradisional maka, saat ini manajemen sumber daya
manusia lebih banyak berintegrasi baik ke dalam
manajemen maupun ke dalam proses perencanaan
strategis organisasi.
Proses manajemen adalah pertama-tama
manajemen menetapkan rencana atau melakukan
perencanaan. Perencanaan sebagai bagian dari
proses manajemen adalah penting bagi keberhasilan
suatu organisasi. Perencanaan itu sendiri
merupakan suatu aktivitas manajerial yang
mencakup menganalisis lingkungan, menetapkan
tujuan, menentukan tindakan yang khas yang
51
diperlukan untuk mencapai tujuan dan untuk juga
memberikan hasil umpan balik atas hasil yang
dicapai.
Nawawi (2005) organisasi yang memiliki prospek
maju ke masa depan, tidak boleh mengabaikan
kegiatan perencanaan sumber daya manusia. Suatu
hasil perencanaan yang baik tidak akan berjalan
dengan sendirinya bila tidak diikuti oleh
pengorganisasian dari semua sumber daya yang
dimiliki. Setelah ada rencana dan pengorganisasian,
juga tidak akan berjalan dengan baik bila sumber
daya manusia yang ada tidak diberikan pengarahan.
Demikian pula setelah ada rencana,
pengorganisasian dan pengarahan juga tidak akan
berjalan dengan baik bila tidak diikuti oleh
pengorganisasian.
Melakukan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
selalu diikuti oleh pengendalian dimana setiap proses
52
dinilai dan dikoreksi agar rencana untuk pekerjaan
awal sesuai dengan harapan. Dengan adanya
manajemen yang baik dari organisasi maka dapat
dipastikan, upaya untuk mengolah aset-aset yang
dimiliki pasti berhasil karena untuk mengerjakan
sesuatu pekerjaan dengan baik maka perencanaan,
pengawasan, pengontrolan dan pengorganisasian itu
sangat penting.
Perencanaan adalah suatu proses terus-
menerus yang mendahului dan mengikuti fungsi-
fungsi lainnya, dimana rencana-rencana dibuat dan
dilaksanakan, dan hasilnya digunakan untuk
membuat rencana-rencana baru (Migliore, 2010).
Rencana-rencana yang strategis meliputi suatu
periode waktu yang panjang atau rencana jangka
panjang, rencana jangka menengah merupakan
tahapan menuju sasaran akhir dan periode waktu
yang pendek disebut rencana jangka pendek atau
rencana operasional sehingga bisa langsung
53
dilaksanakan dilapangan (Prodjowijono, 2008).
Dalam tahap perencanaan aset-aset ada yang
dikelola membutuhkan jangka waktu yang panjang
seperti kelapa, jambu mete, dan ternak.
Membutuhkan dua sampai lima tahun, sedangkan
aset yang bisa dikelola dalam jangka waktu
menengah dan pendek adalah tanaman umur pendek
seperti, kacang tanah, jagung, sayur-sayuran dan
lain sebagainya.
Rencana harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tersusun rencana yang harmonis antara
jangka panjang dengan jangka menengah dan jangka
pendek. Disamping itu, masing-masing harus selaras
dengan tujuan, misi, visi, sasaran, dan rencana
strategis yang telah ditetapkan, dengan demikian
dalam menyusun rencana diperlukan
pengkoordinasian. Pengkoordinasian sangat
diperlukan dalam pengelolaan aset artinya sumber
daya manusia perlu saling menciptakan hubungan-
54
hubungan yang baik antara pihak-pihak yang lain
dalam pengeloaan aset sehingga rencana atau
program yang telah ditetapkan bersama dalam
mengelola dan memanfaatkan aset itu akan berjalan
dengan baik, sesuai sasaran dan tujuan yang hendak
dicapai oleh organisasi.
Pendampingan dilakukan terus-menerus oleh
pemimpin dalam melihat para karyawan
mengerjakan pekerjaan mengolah aset sehingga
dapat diketahui sejauhmana proses yang terjadi,
perkembangannya sudah ada pada tahap seperti apa
dan hasil yang akan terima sesuai harapan atau
masih jauh dari yang diharapkan. Para pendamping
adalah mereka yang menduduki jabatan struktural
dalam organisasi yang tugasnya khusus untuk
mendampingi karyawan dalam melihat cara kerja
mereka dalam mengelola aset organisasi.
Fungsi terakhir dalam manajemen sumber daya
manusia dalam mengelola aset adalah controling.
55
Dimana mulai dari tahap perencanaan sampai
pendampingan, fungsi kontrol sangat penting pula
dalam memanajemeni segala aktivitas yang
dilakukan oleh karyawan dalam organisasi sehingga
dapat menghasilkan hasil yang baik sesuai dengan
penetapan rencana dalam mengerjakan pekerjaan.
Pada akhirnya ketika evaluasi terjadi antara
pemimpin dan karyawan mereka dapat mengukur
pencapain hasil akhir.
Penelitian mengenai peran manajemen sumber
daya manusia dalam mengelola aset-aset organisasi,
fokusnya pada organisasi nirlaba yaitu gereja.
Dimana ingin mengetahui sejauhmana peran
manajemen sumber daya manusia dalam
perkembangan organisasi dalam memanfaatkan aset-
aset yang dimiliki oleh organisasi dalam mencapai
visi,misi dan tujuannya. Senada dengan Cardoso
(2003), yaitu bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu gerakan pengakuan
56
terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber
daya yang cukup potensial, yang perlu
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
memberikan kontribusi yang maksimal bagi
organisasi dan pengembangan dirinya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan
perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya
manusia, dalam kegiatan mengelola aset suatu
organisasi. Dalam mencapai tujuannya, tentu suatu
organisasi memerlukan sumber daya manusia
sebagai pengelola sistem agar sistem ini berjalan.
Tentu dalam pengelolaannya harus memperhatikan
beberapa aspek penting seperti pelatihan,
pengembangan, motivasi dan aspek-aspek lainnya.
Hal ini akan menjadikan manajemen sumber daya
manusia sebagai salah satu indikator penting
pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
57
Dalam pengelolaan aset organisasi nirlaba
dalam hal ini gereja, manajemen sumber daya
manusia sangat mendukung keberhasilan organisasi
gereja. Sumber daya manusia yang terdidik, terampil,
cakap, kreatif, mau bekerja keras, setia kepada cita-
cita dan tujuan organisasi, akan sangat berpengaruh
positif terhadap keberhasilan dan kemajuan
organisasi. Dalam sumber daya yang tersedia,
sumber daya manusia memegang peranan sentral
dan paling menentukan.
Tanpa manajemen sumber daya manusia yang
handal, pengolahan, penggunaan dan pemanfaatan
sumber daya alam akan menjadi tidak efektif, efisien
dan produktif. Dalam keadaan yang demikian tidak
mengherankan bahwa cita-cita dan tujuan serta
program organisasi yang telah dirumuskan dengan
baik, hanya akan tetap menjadi impian tidak akan
pernah terwujud. Disinilah letak relevansi dan
pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam
58
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Perencanaan kegiatan dalam gereja sangat
tergantung pada kemampuan pembuat perencana,
kemampuan yang dimaksud menyangkut kepiawaian
dalam memperkirakan dan memproyeksikan
kebutuhan dan permasalahan menurut asumsi
sebagai faktor yang mempengaruhinya. Kemampuan
lain yaitu, untuk memperkirakan berbagai sumber
daya yang dibutuhkan untuk dapat
merealisasikannya. Semua hal ini sangat
menentukan tingkat keberhasilan gereja dalam
mencapai berbagai sasaran yang diharapkan.
Gereja berperan sebagai alat yang berusaha
melayani dengan cara menjembatani kebutuhan
umat dan masyarakat dengan keberadaan hidup
sehingga merasa terlayani (self interest), gereja juga
bukan saja sebagai alat tetapi juga tempat untuk
melayani dengan cara memberdayakan sejumlah
keahlian dan keterampilan yang dimiliki.
Meyakininya sebagai talenta yang diberikan Tuhan
59
(technical interest), kini gereja mulai melangkah
menjadi sarana untuk mencapai tujuan dalam
pelayanan dengan cara melayani kebutuhan umat
dan masyarakat (practical interest) dengan
memanfaatkan potensi alam yang ada untuk
kesejateraan dan upaya memelihara keselamatan
umat. Ini juga merupakan bagian dari pelaksanaan
mandat dari Tuhan (Kejadian 1:26).
top related