bab ii tinjauan pustaka a. aedes...
Post on 04-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan
mencapai 950 spesies. Beberapa spesies Aedes aegypti yang khas dalam
subgenus Stegomya yang besar memiliki peran penting secara medik.
Nyamuk Ae. aegypti, yang tersebar luas di daerah tropik dan subtropik
merupakan vektor penyakit demam kuning (YF) dan vektor utama virus
dengue (DF dan DHF),[13]
B. Klasifikasi
Urutan dari sistematika nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai
berikut.Golongan : Animalia, Filum : Arthropoda, Subphlum : uniramia, Klas
: Insekta, Ordo : Diptera, Famili : Culicidae, Subfamili : Culicinae Tribus,
Genus : Aedes, Subgenus : Stegomyia, Spesies : Aedes aegypti
C. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu
kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk
dan antenna yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap
(piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus),
sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu
menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih nenyukai cairan
tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose,
sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.[14]
Segera setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk
betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam 24 – 35 jam. Darah
merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.[14]
D. Siklus Hidup
Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur
pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina
dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elip berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua terpisah
dua hari menjadi larva.[15]
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut
instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu
sekitar lima hari. Setelah mencapai instar keempat, larva berubah menjadi
pupa di mana larva memasuki masa dorman (inaktif, tidur).[15]
E. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
1. Tempat perindukan
Tempat perindukan Aedes aegypti berupa tempat penyimpanan/
penampungan air (TPA) tangki air, bak besar, bak mandi, bak WC, drum,
tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, dan potongan bambu yang
mengapung di air.[16]
2. Kebiasaan menggigit
Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga makan dari hewan
yang berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina
mempunyai dua periode aktif menggigit, yaitu pada pagi hari dan selama
beberapa jam sebelum gelap. Waktu menggigit lebih banyak pada siang
hari dari pada malam hari, yaitu antara jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 –
17.00, dan lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar
rumah.
Jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti biasa menggigit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat, dimana keadaan ini sangat
membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang
sekaligus.[14]
3. Kebiasaan beristirahat
Setelah menggigit (menghisap darah) dan selama menunggu pematangan
telur, nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tempat-tempat gelap, lembab
dan sedikit angin, misalnya di bawah furniture, benda-benda yang
tergantung seperti baju dan gorden, serta di dinding.[14]
4. Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi
tempatnya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan
tetapi, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini
dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari
tempat bertelur.[17]
F. Habitat
Densitas nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk
memprediksi potensi penularan arbovirus namun sangat sulit dilakukan.[18] Ae
aegypti dan Ae albopictus merupakan nyamuk yang liar dan sangat lincah
sehingga sangat sulit ditangkap. Kedua spesies beristirahat (bersembuyi) di
tempat yang berbeda. Ae aegypti di dalam rumah (indoors) sedangkan Ae
albopictus di luar rumah (outdoors), bahkan pada tempat-tempat yang tidak
terjangkau.[19]
G. Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Nyamuk Aedes aegypti
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti dimana nyamuk
dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10oC) tetapi proses
metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhu sampai di bawah
suhu (4,5oC) pada suhu yang lebih tinggi dari 350C mengalami
keterbatasan proses fisiologis. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk
berkisar antara 25o – 27oC. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus
dalam tubuh nyamuk.[14]
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara
yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar
maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk
menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding
tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan
penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh.
Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi
umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan
menggigit, istirahat dan lain-lain.[14]
H. Pengendalian
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng bekas atau
tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan
lingkungan yang berpotensial dijadikan sebagai sarang nyamuk Aedes
aegypti misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain
yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan
perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.[20
2. Pengendalian secara biologis
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit,
pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes aegypti. Pengendalian ini biasa
dilakukan dengan memelihara ikan yang relative kuat dan tahan. Misalnya
ikan mujaer di bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai
predator bagi jentik dan pupa.[20]
3. Pengendalian secara kimia
Penggunaan insektisida secara sembarangan untuk pencegahan dan
pengontrolan infeksi dengue harus dihindari. Selama periode sedikit atau
tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber secara rutin yang
diuraikan dalam bagian metode pelaksana lingkungan dapat dipadukan
dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang di
tutup, diisi atau ditangani dengan cara lain. Untuk pengendalian emergensi
menekan epidemik virus dengue atau untuk mencegah ancaman wabah,
suatu program penghancuran yang tepat dan pasif terhadap Aedes aegypti
harus dilakukan dengan insektisida.[20]
Jenis-jenis insektisida yang digunakan dalam pemberantasan demam
berdarah dengue adalah :
a. Golongan hidrokarbon/organoklorin antara lain : DDT, Dieldrin, Endrin.
b. Golongan organophosphate antara lain : Malathion, Fenitrothion,
Temefos.
c. Golongan karbamat antara lain : Propoxur, Karbamil, Bendiocarb.
d. Golongan piretrum/sintetik piretroid antara lain : Permethrin,
Delmamethrin, Cyhalothrin.
Penggunaan insektisida tersebut dapat dilakukan dengan cara Indoor
Residual Spraying, Knock down effect dengan pengabutan atau untuk
pencelupan kelambu. Organoklorin terutama DDT dan Dieldrin biasanya
digunakan secara IRS, karena memiliki sifat residual efek yang lama, sekitar 6
bulan.
Hal-hal yang menguntungkan dari pemakaian kelambu yang sudah
dicelup dengan insektisida antara lain :
1) Cara pencelupan kelambu sederhana dan mudah.
2) Dapat menurunkan transmisi demam berdarah dengue karena nyamuk
yang hinggap akan mati.
3) Juga efektif membunuh serangga lainnya seperti lipas, kutu busuk, lalat
rumah dan semut.
4) Dapat memberikan perlindungan yang cukup lama.
Cara tersebut adalah pencelupan biasa, kelambu dimasukkan kantong
plastik dituang suspense insektisida dan diremas-remas serta kelambu
direntang. Hasil penelitian Barodji, dkk menunjukkan bahwa efikasi residu
insektisida permethrin 100 EC pada kelambu paling baik dengan cara aplikasi
celup.
I. Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
memberantas serangga. Berdasarkan stadium serangga yang dibunuhnya maka
insektisida dibagi menjadi imagosida yang ditujukan kepada serangga serta
ovisida yang ditujukan untuk membunuh telurnya.[21]
Berdasarkan susunan kimia pyrethroid sintetik merupakan senyawa-
senyawa yang struktur kimianya seperti piretrin yang berasal dari tumbukan.
Senyawa-senyawa golongan ini sangat stabil dari cahaya dan menunjukkan
efikasi yang lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya
terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya.
Bekerja terutama secara kontak dan tidak sistemik. Contoh senyawa ini adalah
permethrin, tetramethrin, fenitrin dan lain-lain.
J. Permethrin
Permethrin yang digunakan oleh program P2M dalam pemberantasan
dengan merk Dagang Permanet 100 EC adalah insektisida baru yang
menunjukkan aktifitas tinggi terhadap serangga pengganggu kesehatan
masyarakat. Insektisida jenis ini memiliki spektrum yang luas (Broad
spectrum) baik terhadap serangga terbang maupun terhadap serangga merayap
termasuk lalat, nyamuk dan kecoa. Keunggulan lainnya permethrin lebih
stabil terhadap sinar ultra violet dibanding insektisida piretroid sejenisnya.
Daya racun permethrin terhadap mamalia yang rendah juga memberikan rasa
aman kepada petugas kesehatan maupun kepada masyarakat pada umumnya.
Permethrin tidak terakumulasi dalam lingkungan dan sering untuk
mengendalikan serangga yang telah resisten terhadap insektisida jenis
organophospat dan organoclorin
1. Cara kerja
Insektisida permethrin sebagai racun kontak bekerja dengan cara
mencegah ion sodium melewati celah sodium dalam selaput membran
sehingga menghambat perintah pada implus syaraf. Oleh karena itu
diharapkan tubuh nyamuk harus kontak dengan media yang memiliki
residu insektisida racun kontak.
Keuntungan dari penggunaan insektisida permethrin yaitu :
a. Efektif mengendalikan nyamuk Aedea aegypti
b. Bekerja cepat pada sasaran
c. Hemat, dosis aplikasi yang rendah
d. Murah dan sangat efektif pada dosis rendah
e. Residu dapat bertahan sampai 6 bulan
f. Aman karena toksisitas yang rendah bagi manusia
g. Tidak berbau dan tidak menimbulkan efek merugikan pada
manusia.[22]
2. Dosis
dosis yang diperlukan dalam pengendalian vektor nyamuk maupun
serangga lainnya di dalam ruangan yaitu indoor Residual Spraying(IRS)
dengan insektisida permethrin yaitu dosis 4 ml/m2.
3. Serangga sasaran
Permethrin merupakan racun yang dipergunakan untuk membunuh
serangga di dalam ruangan maupun di lapangann jenis-jenis serangga
sasaran yang dapat berupa nyamuk, kecoa , tikus, lalat, kumbang dan
hama lainnya dengan dosis masing-masing sasaran berbeda-beda.
4. Efektifitas
Pada aplikasi formulasi dengan penyemprotan terhadap dinding
(IRS), Insektisida ini dapat bertahan 2- 6 bulan. Pada tahun 1962 WHO
merekomendasikan insektisida golongan pyrethroid sintetik (termasuk
permethrin) untuk digunakan dalam pengendalian vektor karena
insektisida ini lebih aman, daya insektisidanya cepat, efikasinya dapat
bertahan 6 bulan.
5. Efek samping
Insektisida ini mempunyai daya bunuh tinggi dan toksisitas sangat
rendah terhadap mamalia dan organism nontarget, namun bila kontak
yang lama dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit.
K. Model Payung Perangkap Nyamuk
Payung perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan atap
berupa kain berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip atau kain
yang digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran 40x40 cm.
Kain ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi nyamuk Aedes
aegypti. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan bangunan
payung yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan insektisida.
Payung perangkap ini dilengkapi dengan tiang penyangga setinggi 80 cm.
Kain penutup dan sirip-sirip payung dicelup dengan menggunakan insektisida
permethrin.
Adapun gambar model payung perangkap nyamuk sebagai berikut:
kandang perangkap nyamuk payung perangkap nyamuk
Gambar. 2.1. kandang dan payung perangkap nyamuk
L. Cara Pencelupan
Memasukkan kain hitam berbahan kaos, kain hitam berbahan katun,
kain lurik berbahan kaos, dan kain lurik berbahan katun berdasarkan larutan
insektisida dimasukkan dalam kantong plastik kemudian dituang suspensi
insektisida secara perlahan-lahan, ujung plastik diikat dengan tali rafia.
Selanjutnya kelambu yang ada di dalam kantong plastik ditekan-tekan atau
diremas-remas. Setelah semua insektisida terserap kelambu dikeluarkan dan
diletakkan di atas plastik dibiarkan kering pada suhu kamar (tidak terkena
matahari) dengan cara dibentang di atas lantai yang di alas plastik.
Berdasarkan ketentuan WHO (1989), bahwa suatu insektisida
dikatakan efektif bila mampu mematikan nyamuk uji di atas 70. Menurut
Komisi Pestisida bahwa insektisida dikatakan efektif bila persentase kematian
nyamuk uji di atas 90%.
Kriteria penilai keefektifan suatu insektisida efektif, toleran atau
resisten diukur dengan tingkat kematian setelah 24 jam pengamatan sebagai
berikut:
1) Efektif apabila nyamuk yang diuji 99 – 100%
2) Toleran apabila kematia nyamuk antara 80 – 98%
3) Resistensi apabila kematian nyamuk <80%
M. Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori di atas, dapat disusun kerangka teori sebagai
berikut :
Sumber : Ditjen P2M & PLP DepKes RI
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Di dalam rumah
Tempat untuk beristirahat
Tempat untuk mencari darah
Tempat untuk berkembangbiak
Larvasida
Kain berinsektisida
Telur
Nyamuk dewasa
Pupa
Larva/ jentik
Kematian nyamuk Aedes aegypti
- Suhu - Kelembaban
Di luar rumah Di luar rumah
N. Kerangka Konseptual
Mengacu kepada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka konsep
dalam penelitian adalah :
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
O. Hipotesis
1. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain
hitam bahan kaos.
2. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain
hitam bahan katun.
3. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain
lurik bahan kaos.
4. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain
lurik bahan katun.
5. Ada perbedaan jumlah nyamuk yang mati terperangkap pada masing-
masing jenis kain payung perangkap nyamuk.
Model payung perangkap nyamuk:
Variabel Bebas
Kematian Nyamuk Aedes aegypti
Variabel Terikat
1. Kain hitam bahan kaos
2. Kain hitam bahan katun
3. Kain lurik bahan kaos
4. Kain lurik bahan katun
Variabel Terkendali
Suhu
Kelembaban
Kepadatan nyamuk Aedes aegypti
top related