bab ii tinjauan pustaka a. pembahasan pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/bab ii.pdf16 bab ii...
Post on 06-Sep-2020
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Pembelajaran dan Ciri-cirinya
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata
“pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berati petunjuk yang
diberikan kepada orang untuk diketahui atau dituruti, sedangkan
“pembelajaran” merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan seseorang
untuk belajar. Menurut Kimble dan Garmezy pembelajaran adalah suatu
perubahan tingkah laku atau perilaku yang relatif tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang. Selain itu, Rombepajung juga
berpendapat bahwa pembelajaran merupakan perolehan dari suatu mata
pelajaran atau perolehan dari suatu keterampilan yang melalui pelajaran,
pengalaman, atau dari suatu pengajaran.20 Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan hasil dari sebuah pelajaran,
pengalaman, atau pengajaran yang dapat merubah perilaku seseorang
yang relatif tetap. Siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan,
menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan
suatu masalah.
Pembelajaran terkait dengan membelajarkan peserta didik atau
membuat peserta didik belajar dengan mudah melalui dorongan keinginan
20 M. Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),
Cet. I, hlm. 18
17
tersendiri untuk mempelajari yang sudah tertera dalam kurikulum dengan
menganalisa tujuan dan karakteristik pembelajaran isi pelajaran
pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya
dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan
cara-cara (metode, strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada
agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran).21
Karakteristik pembelajaran menurut Brown sebagai berikut:
a. Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.
b. Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
c. Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan,
memori, dan organaisasi kognitif.
d. Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut
peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisme.
e. Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
f. Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan
yang ditopang dengan imbalan dan hukum.
g. Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.22
Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk memproleh,
mengingat-ingat sebuah informasi yang melibatkan sistem penyimpanan,
dan juga melibatkan suatu perhatian aktif yang disadari siswa dengan
bertindak dan merespon dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri
siswa ataupun lingkungan.Pembelajaran membutuhkan sebuah proses
yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku.
Menurut Dimyati dan Mujiono pembelajaran adalah kegiatan dari
pendidik secara terencana dalam bentukpengajaran, untuk membuat
21Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail
Media Group, 2011), hlm. 9-10 22M. Thobroni dan Arif Mustofa, Op. Cit, hlm. 18-19.
18
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.23Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia ikut
serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
satuan khusus dari pendidikan.24
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan
d. Pelaksanaanya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun
hasilnya.25
Adapun ciri-ciri dari pembelajaran menurut Oemar Hamalik yang
mengemukakan bahwa ada tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran,
yaitu:
a. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur
yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu
rencana khusus.
b. Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur “sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan”. Tiap unsur
bersifat esensial, dan masing masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Seperti sistem transportasi, sistem komunikasi,
sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.26
23Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 62 24Ibid., hlm. 61 25Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm. 12-13 26Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 66
19
Proses kegiatan pembelajaran dirancang melalui proses pendidikan
secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peranan utama,
oleh karena itu proses pembelajaran tidak hanya sekedar transfer ilmu dari
pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu proses kegiatan yaitu
terjadinya interaksi antar pendidik dan peserta didik serta antar para
peserta didik dalam tercapainya kompetensi dasar.27
2. Komponen Pembelajaran
Komponen-komponen dalam pembelajaran dapat dikelompokkan
dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan
siswa. Hubungan dari tiga komponen utama yang melibatkan metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat
belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya tujuan pembelajaran yang sudah terencana sebelumnya.28
Adapun komponen dalam pembelajaran meliputi:
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa
yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Tujuan pembelajaran
sudah tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara
profesional.
27Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm. 265-266 28Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), hlm. 3
20
Menurut H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur.29
Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah
rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa
sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan
dengan berhasil. Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan
dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan
sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu
sendiri.30
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus
dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa.
b. Bahan pelajaran
Pada dasarnya bahan pelajaran merupakan substansi yang akan
disampaikan dalam proses belajar mengajar secara interaktif.Bahan
pelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum, yakni berupa
mata pelajaran atau bidang studi dengan topik atau sub topik dan
rinciannya.Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam bahan
pelajaran yang dipelajari oleh siswa.31 Tanpa adanya bahan pelajaran
proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, pendidik yang
29Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 58 30B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 23 31Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 200), Cet. I, hlm.
17
21
akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Beberapa kriteria pemilihan materi yang akan dikembangkan dalam sistem
pembelajaran dan yang mendasari penentuan strategi pembelajaran, yaitu:
1) Kriteria tujuan pembelajaran
Suatu materi pembelajaran yang terpilih dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-
tujuan tingkah laku. Oleh sebab itu, materi tersebut harus
sesuai dengan yang sudah dirumuskan agar sejalan dengan
tujuan pembelajaran tersebut.
2) Materi pembelajaran supaya terjabar
Perincian dalam materi pembelajaran berdasarkan pada
tuntutan dimana setiap tujuan pembelajaran khusus yang
dijabarkan telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan
terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara
spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pembelajaran.
3) Relavan dengan kebutuhan peserta didik
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin
berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena
setiap materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya
sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa
secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah
pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.
22
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat
yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi
pembelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka
memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi
perkembanga mereka menjadi manusia yang mudah
menyesuaikan diri.
5) Materi pembelajaran mengandung segi etik
Materi pembelajaran yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari
materi pelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk
mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai
dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
6) Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan
yang sistematik dan logis.
Setiap materi pembelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu
topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan
mempertimbangkan faktor perkembangan psikologi siswa.
Dengan cara ini diharapkan sisi materi tersebut akan lebih
mudah diserap siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
23
7) Materi pembelajaran bersumber dari buku sumber yang baku,
pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.
Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memilih
materi pembelajaran. Buku sumber yang baku umumnya
disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun
berdasarkan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang
berlaku, meskipun belum tentu lengkap sebagaimana yang
diharapkan.32
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa materi
pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang sangat
penting. Tanpa materi pembelajaran proses pembelajaran tidak
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, materi pembelajaran yang
dipilih harus sistematis, sejalan dengan tujuan yang telah
dirumuskan, terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai
dengan kondisi masyarakat sekitar, mengandung segi-segi etik,
tersusun dalam ruang lingkup yang logis, dan bersumber dari
buku.
c. Metode pembelajaran
Metode merupakan cara untuk memudahkan peserta didik dalam
mencapai sebuah kompetensi tertentu. Atau dapat juga diartikan
sebagai suatu cara yang digunakan yang digunakan untuk menerapkan
sebuah rencana yang sudah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata
32Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 222-224
24
agar tujuan yang disusun terlaksana secara optimal.33 Dalam hal ini,
guru harus memperhatikan beberapa faktor dalam menerapkan sebuah
metode pembelajaran yaitu diantaranya: guru harus mengetahui tujuan
dalam pembelajaran, materi pembelajaran, kondisi siswa, kondisi
fasilitas, dsb. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut,
diharapkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
d. Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam
menyampaikan isi materi dalam suatu pembelajaran, yang terdiri dari
buku, tape-recorder, kaset, video camera, video recorder, slide
(gambar bingkai), foto, film, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Dengan kata lain media pembelajaran merupakan sumber belajar yang
mengandung materi siswa untuk belajar.34 Media pembelajaran
merupakan alat atau peralatan yang digunakan untuk menyampaikan
suatu materi pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.
Jenis-jenis media pembelajaran sangatlah beragam dan juga
mempunyai suatu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka
guru harus dapat memilih sebuah media pembelajaran dengan tepat
sesuai dengan kebutuhan agar proses belajar mengajar berjalan
dengan efektif.
33Mulyana, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hlm. 81 34Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 5,
hlm. 3
25
e. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang menciptakan atau
memeprtahankan kondisi yang optimal untuk terjadinya proses belajar
dan mengajar yang efektif.35 Pengelolaan kelas merupakan tempat yang
telah ditata dengan baik agar menciptakan kesan yang positif pada diri
siswa, sehingga siswa menjadi lebih senang dan nyaman dalam belajar.
f. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan sebuah data untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan peserta didik dalam belajar, dan sejauh mana
keberhasilan pendidik dalam mengajar. Tujuan evaluasi sendiri
bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang membuktikan tingkat
kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan
dalam belajar. Pendidik juga dapat menilai aktifitas atau pengalaman
yang didapat, dan juga menilai metode mengajar yang diterapkan.36
Evaluasi yang diberikan oleh guru mempunyai banyak kegunaan
baik bagi peserta didik, maupun guru itu sendiri. Hasil tes yang
diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan bagi peserta didik,
diantaranya:
1) Mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi
pembelajaran yang disajikan oleh guru.
2) Mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa,
sehingga dia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai
upaya perbaikan.
35Akhmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 143 36Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), Cet. 7.
26
3) Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan
menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik.37
Evaluasi merupakan penilaian terhadap kemajuan siswa dalam
melaksanakan proses belajar. Dengan adanya evaluasi pembelajaran,
dapat memudahkan pendidik untuk mengetahui hasil dari keberhasilan
dalam pembelajran dari peserta didiknya. Oleh karena itu, evaluasi
pembelajaran harus disusun dengan tepat, sehingga dapat menilai
kempampuan peserta didik dengan tepat.
g. Peserta didik
Peseerta didik adalah salah satu komponen inti dari pembelajaran,
karena inti dari pembelajaran adalah kegiatan belajar peserta didik dalam
mencapai suatu tujuan. Menurut Kimble dan Garmezy Perubahan sikap
dan peilaku peserta didik dalam belajar relatif permanen. Dengan
demikian hasil belajar dapat dibuktikan dengan adanya kemampuan
melakukan sesuatu yang relatif permanen dan diualang-ulang dengan
hasil yang relatif sama. Peserta didik perlu memiliki sikap disiplin belajar
dengan melakukan latihan dan memperkuat dirinya untuk selalu patuh,
dan mempertinggi daya kendali diri, agar kemampuan yang diperoleh
dapat diualang-ulang dengan hasil yang relatif sama.38
Dapat disimpulkan bahwa, peserta didik merupakan komponen inti
dalam pembelajaran, maka sudah diharuskan bagi peserta didik untuk
memiliki sikap disiplin belajar yang tinggi. Peserta didik yang memiliki
37Sumiati dan Asra, Op. Cit., hlm. 200 38Ibid, hlm. 38
27
sikap disiplin yang tinggi, akan terbiasa untuk selalu patuh dan
mempertinggi daya kendali diri, sehingga kemampuan yang telah
diperoleh peserta didik dapat diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama.
h. Pendidik
Pendidik merupakan figur yang menarik perhatian semua orang
baik dalam keluarga, dalam masyarakat maupun di sekolah. Guru
dilihat sebagai seorang yang kharismatik, karena jasanya yang banyak
mendidik manusia dari dulu hingga sekarang.39
Secara umum tugas seorang pendidik adalah sebagai fasilitator,
yang bertugan menjadikan keadaan yang dapat memungkinkan untuk
terjadinya proses belajar bagi peserta didik. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai fasilitator, ada dua tugas yang harus dikerjakan oleh
seorang pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua
tugas tersebut yaitu tugas untuk mengelola kelas, dan mengelola
pembelajaran.40
Pendidik sebagai pengelola kelas, yaitu pendidik bertugas untuk
menjadikan suasana kelas yang memungkinkan terjadinya
pembelajaran yang efektif. Sedangkan, pendidik sebagai pengelola
pembelajaran, yaitu pendidik bertugas untuk menjadikan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal.
39Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), hlm. 100 40Suciati, dkk, Belajar dan Pembelajaran 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.
253
28
Dapat disimpulkan bahwa, pendidik merupakan komponen utama
yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena tugas seorang
pendidik bukan hanya sebagai fasilitator, melainkan seorang pendidik
harus dapat mengelola kelas dan juga mengelola pembelajaran agar
tercipta pembelajaran yang efektif.
B. Penerapan Pembelajaran Bersistem Full Day School
1. Landasan Yuridis Dari Penerapan Pembelajaran Full Day school
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr.
Muhadjir Effendy mewacanakan gagasan full day school (sekolah
sepanjang hari). Program ini merupakan perantara penyampaian dari visi
Presiden Joko Widodo dalam bidang pendidikan yang tercantum dalam
Nawacita atau 9 agenda preoritas Presiden dan Wakil Presiden yaitu salah
satunya tentang pentingnya pembentukan karakter terutama pada level
pendidikan dasar yaitu SD dan SMP.41
6 September 2017, Presiden Joko Widodo resmi menerbitkan dan
telah menandatangani Peraturan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87
Tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter, menggantikan Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah yang sempat menjadi gagasan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sekolah
sepanjang hari (Full Day School) untuk SD dan SMP Negeri maupun
swasta. Namun, peraturan presiden tersebut tidaklah wajib untuk
41https://www.pwmu.co/penjelasan-lengkap-mendikbud-tentang-pro-kontra-full-day-
school. diakses pada 13 September 2017
29
mengatur pendidikan selama 8 jam dalam 1 hari, atau 5 hari seminggu
untuk kegiatan pendidikan. Dalam Perpres sifatnya menjadi opsional bisa
6 hari atau 5 hari.42 Mendikbud Muhadjir Effendy juga pernah
menyampaikan bahwa full day school bukan berarti belajar sehari penuh,
tetapi memastikan peserta didik mengikuti penanaman pendidikan
karakter. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
mengatakan melalui media yang dimuat di hukumonline.com bahwa:
Full day school ini tidak berarti peserta didik belajar seharian penuh di
sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti
kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Saat ini sistem belajar tersebut masih dalam
pengkajian lebih mendalam. 43
Hal ini sesuai dengan pasal 9 ayat 3 dalam Perpres yang menyatakan:
"Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), satuan pendidikan dan Komite/Sekolah Madrasah
mempertimbangkan: a) kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan; b)
ketersediaan sarana dan prasarana, c) kearifan lokal, dan d) pendapat
tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar Komite Sekolah atau
Madrasah.44
Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter
yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah
tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta
didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga
dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
42https://www.nasional.compas.com/jokowi-perpres-pendidikan-karakter-bentengi-anak-
dari-budaya-luar diakses pada 13 September 2017
43https://hukumonline.com/berita/baca/menelaah-wacana-full-day-school-perlu-dikaji
diakses pada tanggal 12 Sepetmber 2017. 44https://www.slideshare.net/perpres-872017 diakses pada tanggal 12 September 2017
30
masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM).45
Menurut dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
hari Rabu tanggal 6 September 2017, Presiden Joko Widodo resmi
menerbitkan dan telah menandatangani Peraturan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter. Dalam
pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi semua sekolah untuk menerapkan 5
hari sekolah sesuai dengan pasal 9 ayat 3 dalam Perpres. Dalam perpres
telah disebutkan bahwa penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya
disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab
satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik.
2. Landasan Filosofis Penerapan Pembelajaran Full Day School
Bapak Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa
Presiden Joko Widodo telah berpesan kepada Mendikbud bahwasannya
kondisi yang ideal dalam pembentukan karakter adalah pada saat berada
dalam taraf pendidikan dasar. Menurut Presiden, peserta didik pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) perlu mendapatkan pendidikan karakter 80
persen dan 20 persennya yaitu ilmu pengetahuan, sementara pada tingkat
SMP yaitu 60 persen pendidikan karakter dan 40 persennya pengetahuan.
Menurut Bapak Muhadjir selaku Mendikbud program ini sekaligus
untuk mengantisipasi akan adanya waktu kosong antara jam peserta didik
pulang ke rumah dengan jeda ketika peserta didik menunggu orang tua
45https://www.setkab.go.id./inilah-materi-perpres-no-87-tahun-2017-tentang-penguatan-
pendidikan-karakter diakses pada tanggal 12 September 2017
31
mereka pulang dari kerja. Menurut Bapak Muhadjir waktu kososng yang
seperti itu sangatlah rawan adanya pengaruh-pengaruh negatif terhadap
anak. misalnya seperti anak keluar dari sekolah itu berarti bukan
tanggungjawab sekolah tapi juga belum sampai di keluarga juga. Itulah
tempat untuk berbagai pengaruh seperti narkoba, ajaran-ajaran ekstrim,
bahkan termasuk kekerasan terhadap anak.
Penerapan full day school juga dapat membantu orangtua dalam
membimbing anak tanpa mengurangi hak anak. Menurut Mendikbud para
orang tua setelah pulang kerja dapat menjemput buah hati mereka di
sekolah. Orang tua dapat merasa aman, karena anak-anak mereka tetap
berada di bawah bimbingan guru selama mereka di tempat kerja. Peran
orang tua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga,
dengan begitu komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga, dan
ikatan emosional juga tetap terjaga.
Upaya menerapkan pendidikan karakter diharuskan lingkungan
sekolah untuk memiliki suasana yang menyenangkan. Usai belajar
hendaknya para peserta didik dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
yang menyenangkan, dan membentuk karakter, kepribadian, serta
mengembangkan potensi mereka. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy akan mengkaji masukan-masukan dari masyarakat,
termasuk kondisi sosial dan geografis mana saja yang memungkinkan
32
sistem belajar tersebut diterapkan. Misalnya, di daerah mana saja yang
orangtuanya sibuk, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah.46
Menurut Nasrullah Kepala Humas UMM dan juga kini merangkap
sebagai staf khusus Mendikbud, menjelaskan bahwa kegiatan
ekstrakulikuler yang menyennagkan dan yang dapat membentuk karakter
dan kepribadian peserta didik bisa berupa pramuka, atau palang merah
remaja. Adanya tambahan belajar atau semacam les, kursus tambahan dari
sekolah itu juga dapat dimasukkan, namun porsi pembentukkan karakter
yang didapat akan berpeluang lebih besar. Selain itu, dengan adanya
program full day shcool, ikatan dan semangat espirit de corp antar peserta
didik pun akan terjalin dengan baik, seperti kesetiakawanan dan toleransi.
Di sekolah, peserta didik akan kerap makan siang bersama-sama sehingga
keakraban akan lebih terjalin.47
3. Pengertian Full Day School
Full Day School berasal dari bahasa Inggris yakni dari kata full day
dan school. Full day sendiri berartikan hari penuh dan school berartikan
sekolah.48Full day school berati sekolah sepanjang hari atau proses belajar
mengajar yang dilakukan se4harian penuh mulai pukul 06.00 sampai pukul
15.00 WIB. Waktu istirahat dari sekolah yang bersistem full day school
ada 2 jam sekali, dengan begitu sekolah dapat dengan leluasa mengatur
jadwal pelajaran yang disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan juga
46https://nasional.indonews.com. Diakses pada tanggal 12 September 2017 47https://www.pwmu.co/penjelasan-lengkap-mendikbud-tentang-pro-kontra-full-day-
school. diakses pada 13 September 2017 48Jhon M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2009), hlm. 260.
33
ditambah dengan pendalaman materi.49 Full day school yang dimaksud
adalah program dari sekolah yang mana proses pembelajarannya dilakukan
sehari penuh di sekolah. Kebijakan seperti itu membuat peserta didik
menghabiskan waktunya lebih lama di sekolah daripada di rumah. Peserta
didik dapat berada di rumah lagi ketika sore hari.
Sekolah yang bersistem full day school proses belajar mengajar
yang diberlakukan dari pagi sampai sore yang berarti kegiatan peserta
didik satu hari penuh hampir seluruhnya dihabiskan didalam sekolah,
mulai dari belajar, bermain, ibadah, dan makan dijadikan satu dalam
sistem pendidikan. Sistem full day school bukan berarti mengekang
peserta didik untuk tidak bermain dan terus menerus belajar, melainkan
dalam full day school terdapat metode dan media dalam pembelajaran,
metode dan media dalam pembelajaran yang dibawakan oleh pendidik
yang dikemas dengan semenarik mungkin sehingga dapat menghilangkan
rasa bosan peserta didik saat menerima materi pelajaran.50
Sistem full day school peserta didik mendapatkan keuntungan
akademik dimana dengan lamanya waktu belajar peserta didik dapat
menambah pengalaman dan keuntungan secara sosial. Full day school
dapan memberikan waktu belajar yang lebih banyak daripada bermain. Hal
ini membuat peserta didik lebih dekat dengan guru, peserta didik juga
menunjukkan sikap yang lebih positif, karena hampir tidak ada waktu
luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian
49Baharudin, Pendidikan dan Psikologi perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruuz Media,
2009), 227. 50Iwan Kuswandi, Full Day School dan Pendidikan Terpadu,
http://iwankuswandi.wordpress.com di akses 05 Agustus 2017
34
peserta didik berada didalam sekolah dan juga dalam pengawasan guru.
Manurut Sehudin (dalam jurnal Ida Nurhayati Setiyarini) mengatakan bahwa
garis-garis besar program full day school adalah sebagai berikut:
a. Membentuk sikap yang islami:
1) Pembentukan sikap islami
a) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam, dan ihsan
b) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela
c) Kecintaan Allah dan Rasulnya
d) Kebanggaan terhadap Islam dan senantiasa memperjuangkan.
2) Pembiasaan berbudaya Islam
a) Gemar beribadah
b) Gemar belajar.
c) Disiplin.
d) Kreatif
e) Mandiri.
f) Hidup sehat dan bersih.
g) Beradab Islam
3) Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
1. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan.
2. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari.
3. Mengetahui dan terampil baca Tulis Al-Qur’an.
4. Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-
hari.51
4. Tujuan Full Day School
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan sistem full day
school pada sekolah menjadi sebuah solusi bagi orang tua untuk
menghindarkan anak didiknya terhadap pengaruh sosial yang menyimpang
yang banyak dilakukan oleh sebagian besar dari kalangan remaja saat ini.
Hal inilah yang menjadikan motivasi sebagai para orang tua mencari
51Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, Penerapan Sistem Pembelajaran Fun & Full Day School
untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik SDIT Al Islam Kudus, Jurnal Teknologi
Pendidikan dan Pembelajaran, (Vol 2, No. 2, April/2014), hlm 237-239.
35
tempat pendidikan (sekolah) yang formal sekaligus mampu memberikan
kegiatan-kegiatan yang positif (informal) pada anak didik.52
Tujuan full day school adalah untuk memberikan dasar yang kuat
untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan Intelegensi
Question (IQ), Emotional Quotient (EQ),Spiritual Quotient (SQ).
Kurikulum yang dibentuk untuk mencapai masing-masing bagian dari
perkembangan ini yaitu untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup
integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik).
a. Kecerdasan intelektual (IQ)
Perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan
mendapat perhatian yang banyak dalam kalangan psikolog. Hal ini
disebabkan karena kecerdasan dianggap sebagai suatu norma yang
menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian yang optimal
dari hasil belajar peserta didik di sekolah. Dengan mengetahui
kecerdasan peserta didik di sekolah dapat mempermudah menentukan
kategori peserta didik sebagai peserta didik yang cerdas atau pandai
(genius), sedang, atau bodoh (idiot).53
Kecerdasan intelektual (IQ) didefinisikan sebagai:
1) kemampuan untuk bekerja dengan abstraksi (ide, simbol,
prinsip hubungan, konsep dan prinsip)
2) kemampuan untuk belajar dan menggunakan abstraksitersebut
52Baharuddin, Op., Cit, hlm. 229-230 53Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm.163
36
3) kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk masalah
yang baru.54
Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kemampuan untuk bekerja
dan belajar dengan abstrak seperti ide, simbol, prinsip hubungan,
konsep, dan prinsip. Peseta didik mampu menyelesaikan masalahnya
dengan baik, maka itu termasuk masalah yang baru yaitu kemajuan
dalam kognitif peserta didik.
b. Kecerdasan emosional
Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosiaonal merupakan
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan dari memotivasi diri sendiri dan perasaan mengendalikan
emosi baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan orang lain.
Kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang berbeda-beda
tetapi tetap saling melengkapi dengan kecerdasan akademik, yakni
kemampuan-kemapuan kognitif yang diukur dengan IQ. Daniel
Goeman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima
komponen yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3)
motivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, (5) membina
hubungan.
Mengamati dari lima komponen kecerdasan emosional diatas,
dapat dipahami bahwa kecerdasan emosional sangat dibutuhkan pada
setiap orang untuk mencapai sebuah kesuksesan, baik dibidang karir,
akademis, maupun dalam kehidupan sosial. Belakangan ini beberapa
54M. Hariwijaya, Tes EQ Tes Kecerdasan Emosional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), Cet. 1, hlm.7.
37
ahli dalam tes kecerdasan telah menemukan bahwa banyak peserta
didik yang mempunyai IQ tinggi (cerdas) dapat mengalami kegagalan
dalam karir, akademis, dan kehidupan sosialnya. Berdasarkan fakta
tersebut para ahli tes kecerdasan menganggap bahwa faktor IQ hanya
dianggap memberikan 20% dalam keberhasilan masa depan anak atau
peserta didik. Sejumlah penelitian terbaru mengemukakan tentang otak
manusia semakin memperkuat keyakinan bahwa emosi berpengaruh
besar untuk menentukan keberhasilan anak atau peserta didik.55
c. Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual secara bahasa yang terdiri dari dua kata yaitu
“kecerdasan” dan “spiritual”. Cerdas berartikan sempuran, cepat
mengerti, perkembangan akal budi, ketajaman pemikiran, dapat
memecahkan masalah, dan sebagainya.56 Sedangkan spiritual adalah
yang berhubungan dengan spirit atau jiwa.57
Nilai-nilai spiritual telah terkandung dalam diri seorang manusia
sejak manusia dilahirkan, dan semakin dapat dirasa ketika menginjak
usia dewasa. Setiap manusia mempunyai nilai spiritual dan untuk
mengembangkannya tergantung pada potensi dan usaha dari manusia
itu sendiri. Nilai spiritual ini bisa berupa rasa kasih sayang, kreativitas,
dan kejujuran.
55Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.
171-172 56W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), cet-ke 16, hlm. 210. 57H.M. Hafi Anshari, Kamus Psichologi , (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm. 653
38
Menurut Ary Ginanjar kecerdasan spiritual (SQ) merupakan
kemampuan untuk memberi makna dan nilai-nilai agama terhadap
perilaku, dan kegiatan, melalu ilangkah dan pemikiran yang bersifat
fitrah, menjadi manusia yang hanif (seutuhnya) dan pola pemikiran
yang berperinsip kepada Allah SWT.58
Adapun menurut Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan
kecerdasan spiritual merupakan:
Kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna nilai, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibanding denganyang lain.59
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual merupakan kecerdasan yang dapat memberikan makna sebuah nilai-
nilai keagamaan untuk menempatkan perilaku dan kegiatan yang berupa
keagamaan. Kecerdasan untuk memecahkan suatu permasalahan yang
mengandung nilai-nilai kagamaan, seperti memiliki kecerdasan untuk bisa
menilai atas tindakan seseorang itu sendiri yang lebih berarti ketimbang yang
lain.
Pelaksanaan sistem full day school secara keseluruhan mengarah
pada beberapa tujuan yaitu:
1) Pembinaan spiritual inteligensi peserta didik melalui
penambahan materi-materi agama dan kegiatan keagamaan
sebagai dasar dalam bersikap dan berprilaku.
58Ary ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQPOWER Sebuah Inner
Journey Melalui Ihsan, (Jakarta: agra, 2004), cet. Ke-3, hlm. 15. 59Danah Zohar, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalamBerpikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti dkk, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 4.
39
2) Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan moral peserta
didik di samping mengasah otak agar terjadi keseimbangan
antara kebutuhan jasmani dan rohani agar terbentuk
kepribadian yang utuh.
3) Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi
pelajaran yang telah ditetapkan oleh Diknas sesuai jenjang
pendidikan.
4) Memberikan pengayaan pengalaman melalui pembiasaan-
pembiasaan hidup yang baik untuk kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.60
Full day school tidak hanya mengembangkan mutu pendidikan,
melainkan full day school lebih mengutamakan upaya
pembentukan akidah dan akhlak peserta didik dan niali-nilai yang
positif lainnya. Full day school juga memberikan dasar yang kuat
dalam belajar dari beberapa aspek yaitu: emosional, fisik,
intelektual, dan sosial. Asep saifudin mengatakan bahwa dengan
adanya sistem atau program full day school sekolah dapat lebih
intensif dan optimal untuk mengembangkan pendidikan kepada
peserta didik, terutama dalam pembentukan akhlak dan
akidahnya.61 Jadi, tujuan dari pelaksanaan full day school untuk
memberikan dasar yang kuat terhadap peserta didik untuk
60Iwan Kuswandi, Op., Cit, di akses 12 Agustus 2017 61Muhammad Seli, Metode pembelajaran pendidikan agama islam dalam full day school
di sekolah alam bilingual Madrasah tsanawiyah surya buana Lowokwaru malang, Skripsi, 2009,
dalam http://etheses.uin-malang.ac.id, di akses 05 Agustus 2017, hlm. 62-63
40
mengembangkan minat bakat serta meningkatkan kecerdasan
peserta didik dari bebererapa aspek baik dalam nilai-nilai
keagamaannya maupun nilai-nilai positif yang lainnya.
5. Model Pembelajaran Bersistem Full Day School
Pembelajaran full day school yang diterapkan lebih lama di sekolah,
bukan hanya menambah materi ajar dan penambahan waktu ajar oleh
depdiknas seperti yang ada pada kurikulum, melainkan tambahan jam
sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan
metode pembelajaran yang kreatif untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan, pembinaan mental, moral, dan jiwa peserta didik. Konsep
dasar dari full day school adalah Integrated Curriculum dan Integrated
Activity.62 Model ini merupakan upaya meningkatkan religiusitas peserta
didik sehingga kurikulum yang digunakan terdapat perpaduan antara
pelajaran umum dari pemerintah dan pelajaran tambahan yang dapat
mewujudkan visi dan misi sekolah.
Full day school yang diterapkkan oleh sekolah dapat diharapkan
memberikan pelajaran yang bermutu, membentuk akhlak peserta didik
lebih baik, serta prestasi yang didapat lebih maksimal. Adapun prestasi
yang dimaksud terletak tiga ranah adalah:
a. Prestasi yang bersifat kognitif
Prestasi yang bersifat kognitif dari peserta didik seperti kemampuan
peserta didik dalam mengingat, mengamati, memahami, menerapkan,
62Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, Op., Cit, hlm, hlm. 238
41
membuat analisa, dan lain sebagainya. Kesimpulannya, ketika peserta
didik berhasil memahami, atau dapat mengingat mata pelajaran yang
diberikan minggu lalu, berarti peserta didik tersebut berhasil dalam
sifat kognitifnya.
b. Prestasi yang bersifat afektif
Prestasi yang bersifat afektif dari peserta didik seperti sikao menerima,
memberikan respon, dapat bersikap untuk menghargai siapapun.
c. Prestasi yang bersikap psikomotorik
Prestasi yang bersifat psikomotorik dari peserta didik yaitu mencakup
keterampilan bertindak dan bergerak. Contohnya ketika peserta didik
menerima pelajaran tentang adab berperilaku terhadap orang lain atau
yang lebih tua, maka peserta didik tersebut dapat
mengimplementasikannya dengan baik maka peserta didik tersebut
berhasil dalam ranah psikomotoriknya.63
Kurikulum yang digunakan dalam full day school adalah
pengintegrasian kurikulim pendidikan umum dan agama. Pendidikan
umum dan agama diberikan sama rata atau seimbang, tidak lebih
mengutamakan pendidikan umum, maupun pendidikan agama. Pendidikan
umum juga diperkaya dengan perspektif agama,dan pendidikan agama
dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik dapat diharapkan untuk
mengetahui sesuatu untuk tujuan, manfaat dan maslahat, dan dapat
mengamalkan keimanan dengan ilmu pengetahuan yang luas.
63Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 154-156.
42
Menurut Fahmi Alaidroes format full day school meliputi beberapa
aspek yaitu :
a. Kurikulum yaitu mengintegrasikan atau pemaduan program
pendidikan umum dan agama. Dengan memadukan kurikulum umum
dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar diharapkan
peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh.
b. Kegiatan belajar mengajar yaitu dengan mengoptimalisasikan
pendekatan belajar berbasis Active Learning siswa mesti dirangsang
untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas.
c. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal
(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator
pendidikan para peserta didik.
d. Iklim sekolah, yaitu lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola
perilaku dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka
nilai-nilai Islam yang syar’i maupun kaumi, nilai Islam yang syar’i
melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan
akhlakul karimah. Sedangkan nilai Islam yang berwujud kaumi dalam
pola penataan lingkungan yang sesuaidengan hukum-hukum alam.64
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa model dari full day school
adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Maka,
berbagai cara dan metode dikembangkan terutama dalam nilai-nilai
keagamaan dengan memadukan kurikulum umum dan agama. Penerapan
full day schooljuga mengembangkan kreativitas yang mencakup tiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sistem full day school dapat dikatakan bahwa sistem ini merupakan
sebuah sistem yang dilakukan secara sadar untuk mengatur tindak belajar
yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasikan dengan cara yang
menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan meskipun
mereka sedang belajar seharian. Full day school diterapkan diterapkan
64DR. Fahmy Alaydroes, Psi, MM, Med, Pelaksanaan full day school di SD,
http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-school-di-
sd.html. diakses pada tgl 27 Agustus 2017
43
oleh sekolah yang diharapkan dapat memberikan pelajaran yang bermutu,
membentuk akhlak peserta didik menjadi lebih baik, serta prestasi yang
diperoleh dengan maksimal.65 Menurut Basuki (dalam jurnal Lisnawati
Soapatty) ada beberapa unsur dalam penerapan pembelajaran full day
school:
a. Pengaturan jadwal mata pelajaran untuk ketertiban belajar mengajar.
b. Strategi pembelajaran yaitu pola umum yang mewujudkan proses
pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Saran dan prasarana yang memadai yaitu media pembelajaran yang
merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam prosespembelajaran
untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran serta komponen
yang terdapat dalam pembelajaran seperti fasilitas belajar, buku
belajar, sumber belajar, alat pelajaran atau bahan pelajaran.66
Berdasarkan unsur-unsur dalam penerapan pembelajaran full day
schoolmaka dapat disimpulkan bahwa unsur yang menunjang dalam
penerapan full day school yaitu adanya pengaturan jadwal yang baik,
pembelajarannya harus memiliki strategi yang sangat baik dalam
melakukan proses pembelajaran, fasilitas yang menunjang serta menggali
lebih dalam lagi tentang materi yang akan dan yang sudah diberikan.67
65Lisnawati Soapatty, Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School)
Terhadap Prestasi Akdemik Siswa Jati Agung Sidoarjo, Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan (vol,2. No.2 Tahun 2014), hlm. 721 66 Ibid, hlm. 721 67Ibid, hlm. 721
top related