bab ii tinjauan pustaka a. penelitian...
Post on 15-Jun-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Ida Ayu Sukma Dewi
(2014) dengan judul Analisis faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Nelayan Buruh di Kawasan Muara Sungai Ijo Gading Kabupaten Jembrana
dengan hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara
pendapatan nelayan buruh pada saat musim ikan dan musim sepi ikan. Jumlah
tanggungan kerja, jam kerja, usia dan jarak tempuh melaut berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan nelayan buruh di Kawasan Muara Sungai Ijo Gading
Kabupaten Jembrana dan jarak tempuh melaut berpengaruh dominan. Hal ini
dibuktikan dengan Uji t menujukan nilai 49,912 dengan signifikasi (0,000)
yang lebih kecil dari alpha (α=0,05). Uji F menunjukan nilai (18,684)
lebih besar dari (2,83). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan buruh pada saat musim ikan
dan musim sepi ikan dan Jumlah tanggungan kerja, jam kerja, usia dan jarak
tempuh melaut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan buruh,
Karof Alfentino Lamia (2013), melakukan penelitian dengan hasil penelitian
menunjukan modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Tumpaan, sedangkan lama pendidikan
tidak signifikan. Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dengan
nilai koefisien regresi sebesar 0,403. Tenaga kerja dengan nilai koefisien 0.228,
pengalaman kerja menunjukkan nilai koefisien 0,525.
8
Sasmita (2006), Dengan hasil penelitian menunjukkan modal kerja, tenaga
kerja dan lama waktu melaut (jam kerja) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan. Sedangkan
pengalaman melaut berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, namun factor
modal kerja sangat dominan mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha
nelayan. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan waktu melaut
signifikan 5% sedangkan tenaga kerja signifikan pada tingkat signifikan 10%.
B. Landasan Teori
1. Definisi Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan operasi
penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air lainnya atau tanaman
air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut
alat-alat atau perlengkapan ke dalam perahu atau kapal, tidak dimasukkan sebagai
nelayan, sedangkan ahli mesi dan juru masak yang bekerja di atas kapal
penangkap dimasukkan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung
melakukan penangkapan (Dinas Perikanan Jawa Timur, 1994)
Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau
pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil
laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri
komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a) Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka
yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
9
b) Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong
royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat
penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran
biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.
c) Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah
pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memilik keterampilan
sederhana. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi
yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.
Menurut Undang-Undang No. tahun 1985 tentang Perikanan, nelayan
dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan pekerja (buruh). Nelayan pemilik
adalah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas
kapal/perahu yang diperlukan dalam usaha penangkapan ikan dilaut. Nelayan
pekerja (buruh) yaitu semua orang yang sebagai satu kesatuan menyediakan
tenaga kerjanya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut baik sebagai
nahkoda/pendega maupun sebagai pengoperasian alat tangkap (mubagio, diacu
dalam firman, 1996).
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 1964
tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690),
pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan
penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak
apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha
penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah
semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta
10
dalam usaha penangkapan ikan di laut. Sedangkan dalam ketentuan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan
pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak garam pasal 1 yang
dimaksud dengan :
1. Nelayan adalah Setiap Orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan Ikan.
2. Nelayan Kecil adalah Nelayan yang melakukan penangkapan Ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang tidak menggunakan
kapal penangkap Ikan maupun yang menggunakan kapal penangkap ikan
berukuran paling besar 10 (sepuluh) gros ton (GT).
3. Nelayan Tradisional adalah Nelayan yang melakukan penangkapan Ikan
di perairan yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan
budaya dan kearifan lokal.
4. Nelayan Buruh adalah Nelayan yang menyediakan tenaganya yang turut
serta dalam usaha penangkapan Ikan.
5. Nelayan Pemilik adalah Nelayan yang memiliki kapal penangkap Ikan
yang digunakan dalam usaha penangkapan Ikan dan secara aktif
melakukan penangkapan Ikan.
Kehidupan masyarakat pesisir sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan
sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan khusunya pencemaran, karena limbah
industri maupun tumpahan minyak misalnya, dapat mempengaruhi usaha baik di
bidang perikanan tangkap maupun budidaya perikanan tangkap maupun budidaya
yang berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir (Dahuri,2000).
11
Karakteristik lain yang sangat mencolok dikalangan masyarakat pesisir,
khusunya masyarakat nelayan, adalah ketergantungan pada musim.
Ketergantungan pada musim ini semakin besar bagi nelayan kecil. Pada musim
penangkapan para nelayan sangat sibuk ke laut. Sebaliknya pada musim paceklik
kegiatan melaut menjadi berkurang, sehingga banyak nelayan terpaksa
menganggur. Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat pantai secara umumdan kaum nelayan khusunya
(Dahuri,2000).
2. Teori Pendapatan
Tujuan pokok diadakannya usaha perdagangan adalah untuk memperoleh
pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan
yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat
pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan Nordhaus, 1995).
Pendapatan usaha nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan
semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha
nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah
12
jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC
(soekartawi, 2002).
Menurut Febiyanti (2012) pendapatan merupakan uang yang diterima dan
diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan
yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha
perorangan dan pendapatan dari kekayaan.
Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan
yaitu:
a) Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang
diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima
penduduk suatu negara.
b) Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak
yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan
yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
c) Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan
jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.
Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.
Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:
13
a) Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan
gaji.
b) Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang
menentukan kekayaan seseorang.
Dilihat dari sisi produsen, pendapatan berarti jumlah penghasilan yang
diperoleh dari menjual barang hasil produksinya atau dengan kata lain
menghargakan produksi dengan suatu harga pasar tertentu (Gunawan dan
Lanang,1994).
3. Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu
modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004).
Produksi merupakan hasil akhir dan proses atau aktifitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau output, lebih lanjut Putong (2002) produksi
atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari
bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan
14
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang
minimum (Joesron dan Fathorrozi, 2003).
Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep
arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-
tingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan
produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain
yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian
sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal
dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung
sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999).
Didalam teori produksi ini, dibedakan antara produksi jangka pendek
dengan jangka panjang. Produksi jangka pendek adalah analisa mengenai 18
produksi dimana produsen tidak dapat mengubah seluruh faktor produksinya.
Dengan demikian terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed) dan faktor
produksi tidak tetap (variable) artinya jumlahnya dapat diubah-ubah. Sedangkan
analisa produksi jangka panjang adalah analisa mengenai produksi dimana semua
faktor produksi yang digunakan adalah variable (semua faktor produksi dapat
diubah jumlahnya). Jadi, jelas yang membedakan jangka pendek dengan jangka
panjang adalah terletak pada penggunaan faktor produksi (Swasti Pudji
Widjajanti, 2004: 75). Produksi dapat ditingkatkan dengan cara (Soekartawi,
1990):
15
a) Menambah jumlah salah satu input yang digunakan.
b) Menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang
digunakan.
4. Fungsi Produksi
Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau
input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel
atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu
persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan
kombinasi input tertentu.
Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara
variable dependent (Y) dan variabel (X). Variabel yang dijelaskan biasanya
berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
Dalam hal pembahasan teori ekonomi produksi ini, banyak yang diminati
dan diaanggap penting, hal tersebut disebabkan beberapa hal antara lain :
a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara
faktor produksi (input) dengan produksi (output) secara langsung dan
hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
b. Dengan fungsi produksi maka peneliti dapat mengetahui antara variabel yang
dijelaskan (Y)dengan variabel penjelas. Secara sistematis hubngan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
16
Y = f( , …, …………………… (Soekartawi,2003)
Keterangan :
Y= Hasil Produksi
X = Faktor Produksi
Dengan fungsi produksi seperti diatas, maka hubungan Y dan X dapat
diketahui dan sekaligus hubungan … … dan X lainnya dapat diketahui.
Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input
produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam
fungsi produksi diatas tidak biasa dimasukkan material sebab dalam fungsi
produksi ada subtitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output
ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan
output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada
disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat
diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output.
5. Hasil Produksi
Hasil produksi merupakan jumlah keluaran (output) yang dapat diperoleh
dari proses produksi. pada dasarnya hasil produksi ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Kebutuhan yang semakin bertambah perlu diimbangi dengan
peningkatan atau perluasan produksi, baik jumlah maupun mutunya. Usaha untuk
meningkatkan jumlah dan mutu hasil produksi dapat dilakukan melalui beberapa
cara berikut ini:
17
a) Ekstensifikasi Ekstensifikasi yaitu menambah ataupun memperluas
faktor-faktor produksi.
b) Intensifikasi Intensifikasi yaitu memperbesar kemampuan berproduksi
tiap-tiap faktor produksi, tanpa menambah jumlah faktor produksi.
c) Diversifikasi Diversifikasi adalah cara memperluas usaha dengan
menambah jenis produksi.
d) Spesialisasi Spesialisasi atau pengadaan pembagia kerja yaitu masing
masing orang, golongan dan daerah menghasilkan barang-barang yang
sesuai dengan lapangan, bakat, keadaan daerah, iklim dan kesuburan
tanah. Dengan adanya pembagian kerja, hasil kerja dapat diperluas
sebagai barang-barang yang dihasilkan juga meningkat dan kualitas hasil
kerja akan lebih baik.
e) Menambah prasarana produksi Membuat/menambah prasarana produksi
seperti saluran atau bendungan untuk pengairan, jalan dan jembatan
untuk memperlancar pengangkutan bahan-bahan baku dan perdagangan.
(Daniel,2002: 121)
Pola bagi hasil adalah alternatif yang dikembangkan rata-rata masyarakat
nelayan untuk mengurangi resiko. Mempergunakan pola bagi hasil serta tidak
memberikan upah secara riil, pada kenyataannya lebih dapat meningkatkan
motivasi diantara awak dalam bekerja di laut. Pola bagi hasil juga akan dapat
mengurangi resiko bagi pemilik kapal serta menjaminnya, tidak memberi upah
yang tidak sepadan bilamana hasil tangkapannya sedang buruk. Hal ini terjadi
karena penghasilan nelayan yang tidak dapat ditentukan kepastiannya, tergantung
18
dari jumlah ikan yang ditangkap dan hasil penjualan yang dilakukannya (Acheson,
1981 dalam Mulyadi 2005: 76). Berdasarkan kajian di atas yang dimaksud dalam
hasil produksi pada nelayan di Pantai Sendangbiru dalam proses produksi pada
penelitian ini adalah hasil yang didapat nelayan dalam mencari ikan dilaut di ukur
dengan menggunakan satuan kg.
6. Nelayan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Usaha nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan di laut dan di
tempat yang masih dipengaruhi pasang surut, (Tarigan, 2000). Jadi bila ada yang
menangkap ikan di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau,
sungai tidak termasuk nelayan. Selanjutnya, menurut Tarigan (2000). Berdasarkan
pendapatnya, nelayan dapat dibagi menjadi :
a) Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan
seluruhnya dari perikanan.
b) Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatnya
berasal dari perikanan.
c) Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil
pendapatnya berasal dari perikanan.
d) Nelayan musimam, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja
aktif sebagai nelayan
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang
terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal
dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang
19
cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lainnya yang
tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan
sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang
mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain
proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat
pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar
monopsoni, (Kusnadi, 2003).
Menurut Sujarno (2008) selain Biaya, jumlah tenaga kerja, pengalaman, dan
jarak tempuh ada tiga faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pendapatan
nelayan yaitu :Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha
nelayan dan diuraikan sebagai berikut:
a) Teknologi
Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan
ikan(produksi) adalah alat penerangan (lampu) dan jaring.
b) Peralatan atau modal usaha nelayan adalah nilai dari pada peralatan yang
digunakan seperti:
1. Harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang
dimiliki nelayan.
2. Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan lain-
lain.
3. Tenaga kerja, banyak atau sedikit tenaga kerja yang digunakan
dalam melaut (menangkap ikan).
20
c) Sosial Ekonomi
1. Umur, seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut
sebagai nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak
disebut sebagai nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan walaupun pengaruhnya tdk terlalu besar.
2. Pengalaman, apabila seseorang dianggap nelayan yang telah
berumur 15-30 tahun, diatas 30 tahun dianggap sebagai nelayan
yang berpengalaman. Hal ini merupakan kategori atau klasifikasi
untuk menentukan banyak jumlah tangkapan ikan dilaut.
3. Peralatan, apakah nelayan itu mempunyai peralatan sendiri dalam
melaut dan menangkap ikan atau tidak, jadi apabila iatidak
memiliki peraatan sendiri dan hanya menerima gaji maka ia
dikatakanlah ia buruh nelayan.
4. Anggota organisasi atau tidak anggota, Apakah nelayan tersebut
menjadi anggota organisasi atau tidak, dalam hal ini KUD
(Koperasi Unit Desa), disini dimaksud KUD adalah KUD nelayan
yang tujuannya adalah kelompok nelayan dan menyediakan
peralatan dan keperluan nelayan, sehingga apabila nelayan itu
menjadi anggotanya maka nelayan itu memperoleh kemudahan dan
kemurahan dalam melaksanakan usahannya yaitu nelayan.
5. Musim, musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan
nelayan yaitu musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada
dua musim yaitu musim timur dari bulan Maret sampai Agustus,
21
umumnya gelombang besar, pasang tinggi,arus deras, curah hujan
selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya nelayan sangat
jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga
ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai
Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau
deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan
banyak mendapat ikan. Disamping kedua musim tersebut dalam
setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan
purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan
pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan
kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati.
Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan
harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini
umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut
hanya dipinggir saja.
Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika
kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan
antara masa musim ikan dan masa paceklik, (kusnadi, 2003).
Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya
dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitas atau
kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu diolah. Kondisi atau keadaan
ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi
dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut,
22
dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata
niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :
a) Panjang atau pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh hasil
produksi dalam hal ini ikan dari nelayan sampai kepada konsumen.
Banyak atau sedikitnya dari jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran
distribusi tersebut. Apabila banyak mengakibatkan panjang (jauhnya)
jarak antara produsen dan konsumen akhir yang artinya makin tidak
efisien.
b) Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos saluran distribusi
tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan. Dalam
hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan
meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal diatas tadi akan menambah
atau memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan
nelayan berarti meningkatkan kesejahtraan nelayan tersebut. Demikian
juga hal tersebut menunjang program pemerintah yaitu pengentasan
kemiskinan.
7. Pengalaman Kerja
Menurut Notoadmojo (2003) Pengetahuan adalah hasil dari “Tahu” dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Dari uraian
tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam
23
melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan
dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamus Besar Bahasa Indonesia
dalam Rofi (2012), pengalaman kerja di definisikan sebagai suatu kegiatan atau
proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan,1991). Pengalaman Kerja merupakan modal utama seseorang untuk
terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo 2005).
Pengalaman kerja adalah kegiatan-kegiatan dalam hal sama yang telah
dilalui. Menurut (lipsey, 2001) produk total akan berubah menurut banyak
sedikitnya variabel yang digunakan. Semakin lama pengalaman kerja seseorang
dalam melakukan kegiatan sejenis, maka pengalaman-pengalaman pada kegagalan
semakin menurun.
Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman Kerja adalah sesuatu atau
kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan (Nitisemito, 2000). Artinya kemudahan dan kesulitan yang
dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seseorang
tersebut memiliki pengalaman kerja.
Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan
pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai
pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan
pendapatan yang diperoleh, (Yusuf, 2003).
24
8. Jam Kerja
Dalam Undang-Undang diatur tentang lamanya jam kerja. Jam Kerja adalah
waktu melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari.
Jam Kerja bagi para pekerja di sector swasta diatur dalam Undang-Undang No.13
tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan, khusunya pasal 7 sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk
melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2
sistem seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu : 7 jam kerja dalam 1 hari atau
40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, atau 8 jam kerja
dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Curahan jam kerja adalah Jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh tenaga
kerja dengan menggunakan satuan jam kerja perminggu, Lipsey (1985) dalam
Kiransari (2010).
Curahan kerja dalam kehidupan nelayan di Indonesia ditentukan oleh lama
operasi melaut nelayan. Penangkapan ikan ini dilakukan pada jam 15.00 – 03.00
Wib untuk waktu pemberangkatan sore hari dan jam 22.00 – 08.00 Wib untuk
waktu pemberangkatan pada malam hari, karena semakin lama nelayan di lautan
maka waktu untuk mencari ikan juga semakin banyak dan dapat diasumsikan
semakin banyak waktu di lautan maka ikan yang dihasilkan juga semakin banyak
tergantung dari ikan yang didapat karena tidak ada kepastian. Lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal antara 10 –
15 jam.
25
Hasil penelitian Jafar (1994) dan Tjiptoroso (1993) dalam firdausa (2012),
membuktikan adanya hubungan langsung antara jam kerja dengan tingkat
pendapatan. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang
bagi bertambahnya hasil yang didapatkan.
9. Jarak Tempuh Melaut
Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh
nelayan. Pertama adalah pola penangkapan ikan lebih dari satu hari. Penangkapan
ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah
tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya
melaut. Kedua adalah pola penangkapan ikan satu hari. Biasanya nelayan
berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari
berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasanya dikelompokkan juga sebagai
penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga pola penangkapan ikan tengah hari.
Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai.
Umumnya berangkat sekitar jam 03.00 dini hari atau setelah subuh, dan kembali
mendarat pagi harinya sekitar pukul 09.00. Masyhuri (1999), Pada umumnya
penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan
lebih jauh dari sasaran tangkapan ikan mempunyai banyak kemungkinan
memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan
pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.
26
C. Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel
bebas dan variabel terikat. Berdasar pada uraian sebelumnya maka kerangka
pemikiran penelitian ini adalah pendapatan nelayan buruh (sebagai variabel
terikat) yang dipengaruhi oleh pengalaman kerja, jam kerja, dan jarak tempuh
melaut (sebagai variabel bebas).
Dalam kegiatan penangkapan ikan di laut membutuhkan pengalaman kerja,
dimana pengalaman tersebut berpengaruh terhadap produksi sehinga berpengaruh
terhadap pendapatan buruh nelayan, pengalaman merupakan fungsi dari
pendapatan atau keuntungan, karena semakin lama pengalaman kerja seseorang
dalam melakukan kegiatan sejenis, maka pengalaman-pengalaman pada kegagalan
semakin menurun.
Faktor jam kerja buruh nelayan merupakan kegiatan yang dilakukan dari
jam 15.00 – 03.00 maksimal 10 – 15 jam, karena semakin lama nelayan di lautan
maka waktu untuk mencari ikan juga semakin banyak dan dapat diasumsikan
semakin banyak waktu di lautan maka ikan yang dihasilkan juga semakin banyak
tergantung dari ikan yang didapat karena tidak ada kepastian, hal tersebut juga di
pengaruhi oleh jarak tempuh melaut, pada umumnya penangkapan ikan lepas
pantai yang dilakukan dalam jarak yang lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan
ikan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan
(produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar
dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.
27
Pengalaman kerja (X1)
Dengan demikian kerangka pemikiran hubungan antara pengalaman kerja,
jam kerja, dan jarak tempuh melaut terhadap pendapatan buruh nelayan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, dapat
dibuat hipotesis Diduga ada pengaruh positif antara pengalaman kerja, jam kerja,
jarak tempuh melaut terhadap pendapatan buruh nelayan di Pantai Sendangbiru
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.
Pendapatan (Y) Jam kerja (X2)
Jarak tempuh melaut
(X3)
top related