bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. stresrepository.ump.ac.id/5129/2/argiansa afrian .......
Post on 13-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Stres
a. Pengertian Stres
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai
berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres. Konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres,
semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).
Stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai
stimulus, sebagai respon, dan sebagai interaksi. Sebagai stimulus, apabila fokus
pada lingkungan, misalnya memiliki pekerjaan dengan tingkat stres tinggi.
Sebagai respon, apabila fokus pada reaksi terhadap stressor, misalnya ketika
seseorang mengucapkan kata stres sewaktu berada pada kondisi tertekan “saya
merasa stres ketika harus memberikan pidato”. Sebagai interaksi, hubungan
seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen
aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stressor melalui tingkah laku, kognisi
dan strategi emosi (Brannon dan Feist, 2007).
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan
tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
sehari-hari dan tidak dapat dihindari setiap orang yang mengalaminya (Rasmun,
2004).
Sedangkan suatu kejadian eksternal yang menyebabkan respon-respon stres
internal, baik secara fisik maupun emosi tersebut disebut dengan stressor.
b. Sumber Stres
Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress
reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada
seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat
stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa
jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya
(Sunaryo, 2004).
Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres
bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).
Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab
stres psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, krisis.
1) Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral
melintang, misalnya apabila ada perawat puskesmas lulusan SPK bercita-cita
ingin mengikuti D3 AKPER program khusus puskesmas, tetapi tidak
diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya dan sebagainya. Frustasi ada
yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
2) Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam
keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
a) Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu
diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang
yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-
sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk
menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat
mudah dan cepat diselesaikan.
b) Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang
hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia
belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya
nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih
banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing
alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c) Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa
tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang
atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti
merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat
membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
3) Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal
dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi.
Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut
anaknya agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang belanja
yang berlebihan kepada suami.
4) Krisis
Keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya
kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera
dioperasi.
c. Jenis-jenis Stres
Quick dan Quick (1984) dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa
terdapat dua jenis stres, yaitu
1) Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk stres yang mendorong
tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk
beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk
membantu melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres
tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).
2) Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres adalah semua bentuk
stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh,
dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang
mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara
berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal
(Walker.J, 2002).
d. Tahapan Stres
Gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari, kerana perjalanan
awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-
hari. Menurut Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan Hawari (2001)
bahwa tahapan stres dibagi sebagai berikut:
1) Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);
b) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya;
c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun
tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2) Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan”
sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul
keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat
yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada
stres tahap II adalah sebagai berikut :
a) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;
b) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;
c) Lekas merasa capai menjelang sore hari;
d) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);
e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);
f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
g) Tidak bisa santai.
3) Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata : misalnya keluhan
“maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare);
b) Ketegangan otot-otot semakin terasa;
c) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat;
d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk
tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali
tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak
dapat kembali tidur (Late insomnia);
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau
pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi
dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah
suplai energi yang mengalami defisit.
4) Stress Tahap IV
Gejala stress tahap IV, akan muncul yang ditandai dengan hal-hal
sebagai berikut
a) Merasa sulit untuk bertahan sepanjang hari;
b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa lebih sulit;
c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan
untuk merespon secara memadai (adequate);
d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari;
e) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan;
f) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan
tidak ada kegairahan;
g) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun;
h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan
apa penyebabnya.
5) Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress
tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion);
b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana;
c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder);
d) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6) Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang
yang mengalami stress tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat
Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak
ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut:
a) Debaran jantung amat keras;
b) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);
c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;
d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;
e) Pingsan atau kolaps (collapse).
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas
lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh
gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stressor psikososial
yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
e. Pengukuran Tingkat Stres
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang
dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala.
Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42
(DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21
(DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of
The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan
Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah
seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional
negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya
untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk
proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang
berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya
digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok
atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995).
Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa digunakan seperti
Perceived Stres Scale(PSS) atau Profile Mood States(POMS). Alat-alat ini
digunakan sebagai instrument untuk mendeteksi stres dan tahap stres dan
bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).
f. Tingkat Stres
Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda
terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
pengalaman, pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga,
tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres
menjadi lima bagian, antara lain :
1) Stres normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi : kelelahan setelah
mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung
berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stres
normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah
mengalami stres.
2) Stres ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat
berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur,
kemacetan atau dimarahi dosen. Stressor ini dapat menimbulkan gejala,
antara lain bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah),
kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan
ketika temperature tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa
alas an yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah
melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika
situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010). Dengan
demikian, stressor ringan dengan junlah yang banyak dalam waktu singkat
dapat meningkatkan resiko penyakit bagi seseorang.
3) Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama, anatara beberapa jam sampai beberapa
hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan
teman atau pacar. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, anatara lain
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap situasi, sulit untuk beristirahat,
merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan
menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukam, mudah
tersinggung, gelisah dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas kuliah
(Psychology Foundation of Australia, 2010).
4) Stres berat
Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen atau
teman secara terus-menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan dan
penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres, makin
tinggi resiko stres yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan
gejala, antara lain merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa
tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang
dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan
minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia,
berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stres yang
dialami mahasiswa secara bertahap maka akan menurunkan energi dan
respon adaptif (Psychology Foundation of Australia, 2010).
5) Stres sangat berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam
beberapa bulan dan waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang
mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan
cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya
teridentifikasi mengalami depresi berat.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
g. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
1) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecokelat-cokelatan serta kusam. Ubanan (rambut
memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan
rambut.
2) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak
jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
3) Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
4) Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang
menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
5) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik
nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa
dan kulit muka kedutan (tic facialis).
6) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
7) Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam; pada
kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit,
seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit
muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai
kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
8) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada
saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga
dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-
otot antartulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic
sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk
menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga
mengalami spasme.
9) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stress. Misalnya, jantung berdebar-debar,
pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh
darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya
terasa “dingin”.
10) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada
sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan
perih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan
(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah
awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau
sebaliknya sering diare.
11) Sistem Perkemihan
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat
juga terganggu yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang
air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing
manis (diabetes mellitus).
12) Sistem Otot dan Tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan
tulang (musculoskeletal). Penderita sering mengeluh otot terasa sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada
tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku
bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
13) Sistem Endokrin (hormon)
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang
mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit
kencing manis (diabetes mellitus), gangguan hormonal lain misalnya pada
wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe).
h. Manajemen Stres
Manajemen stress merupakan upaya mengelola stres dengan baik,
bertujuan untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap
yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan yaitu
1) Mengatur diet dan nutrisi.
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi dan mengatasi stres. Ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi
makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur. Menu juga
sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
2) Istirahat dan tidur.
Isirahat dan tidur merupakn obat yang terbaik dalam mengatasi stress
karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan
kebugara tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang
rusak.
3) Olahraga teratur.
Olahraga yang teratur adalah salah satu cara daya tahan dan kekebalan
fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga
yang sederhana sepeti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua
kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam. Seusai berolahraga,
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan
kesegarannya.
4) Berhenti merokok.
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena
dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan
kekebalan tubuh.
5) Menghindari minuman keras.
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan menghindari minuman keras, individu dapat
terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman
keras yang mengandung akohol.
6) Mengatur berat badan.
Berat bada yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus)
merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh
yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh
terhadap stres.
i. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Stres
Sarafino menjabarkan tentang dua aspek utama dari dampak yang
ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu:
1) Aspek Biologis
Beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur
menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan,
gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
2) Aspek Psikologis
Terdapat tiga gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres, diantaranya:
a) Gejala Kognisi
Gejala-gejala yang muncul pada aspek kognisi seperti menurunnya
daya ingat, perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang
tidak fokus dalam melakukan sesuatu hal.
b) Gejala Emosi
Gejala-gejala yang muncul pada aspek emosi seperti mudah marah,
kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan
depresi.
c) Gejala Tingkah Laku
Gejala-gejala yang muncul pada aspek tingkah laku seperti mudah
menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain, melanggar norma karena
tidak bisa mengontrol perbuatannya, bersikap tak acuh pada
lingkungannya, serta suka melakukan penundaan pekerjaan.
2. Mekanisme koping
a. Pengertian Koping
Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu
bertahan hidup didalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat.
Koping merupakan proses pemecahan masalah dimana seseorang
mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Dengan adanya
penyebab stres (stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar bereaksi
untuk mengatasi masalah tersebut (Smeltzer, Suzanne dan Brenda, 2000).
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
Menurut Lazarus koping terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang
dilakukan untuk mengatur hubungan keluar (external) dan kedalam
(internal) tertentu yang membatasi sumber seseorang. Mekanisme koping
adalah cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang
mengancam.
b. Jenis koping dan strategi koping
1) Lazarus
Mengemukakan 2 jenis proses koping yaitu berfokus emosi dan
berfokus pada masalah. Fokus emosi ini digunakan untuk mengatur
respon emosi terhadap stres. Penyatuannya melalui perilaku individu,
bagaimana menghilangkan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dengan
srategi kognitif. Metode ini dipakai jika individu merasa tidak mampu
mengubah kondisi yang membuat stres. Sedangkan koping yang
berfokus pada masalah adalah koping yang digunakan untuk mengurangi
stresor individu, mengatasi dan mempelajari cara-cara baru atau
ketrampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya
dapat mengubah situasi (Smeltzer, Suzanne, dan Brenda, 2000).
2) Bell
Membagi koping menjadi 2 yaitu koping jangka pendek dan
koping jangka panjang. Koping jangka pendek mempunyai ciri yaitu:
penyelesaian masalah cepat dan hanya bersifat sementara namun bersifat
merusak, sedangkan koping jangka panjang bersifat konstruktif dan
realistis (Pilletry, 1999).
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
3) Shafer
Mengemukakan 3 pendekatan koping yaitu: mengganggu stressor,
adaptasi terhadap stres, menghindari stressor (Taylor dan Carol, 1997).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping
Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor
diantaranya (Taylor dan Carol, 1997):
1) Peran dan hubungannya.
2) Gizi dan metabolisme.
3) Tidur dan istirahat.
4) Rasa aman dan nyaman.
5) Pengalaman masa lalu.
6) Tingkat pengetahuan seseorang.
7) Lingkungan tempat tinggal.
d. Karakteristik mekanisme koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), rentang respon mekanisme
koping sebagai berikut :
1) Adaptif Maladaptif
2) Kurang Adaptif
3) Maladaptif
Jadi karakterisistik mekanisme koping adalah sebagai berikut:
1) Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Masih mampu mengontrol emosi pada dirinya.
b) Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
c) Memiliki persepsi yang luas.
d) Dapat menerima dukungan dari orang lain.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
2) Kurang adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Memiliki perasaan yang takut terhadap apa yang terjadi pada dirinya.
b) Memiliki perasaan malu terhadap keadaan pada dirinya sendiri.
c) Memiliki pikiran yang tidak adekuat atau mispersepsi.
3) Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Tidak mampu berfikir apa–apa atau disorientasi.
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
c) Perilakunya cenderung merusak.
Menurut National Safety Council (2004), strategi koping yang berhasil
mengatasi stres harus memiliki 4 komponen yaitu:
1) Peningkatan kesadaran terhadap masalah: fokus obyektif yang jelas dan
prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung.
2) Pengolahan informasi: situasi pendekatan yang mengharuskan anda
mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengolahan
informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3) Pengubahan perilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan
bersama sikap yang positif, dapat meminimalkan atau menghilangkan
stresor.
4) Resolusi damai : suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.
3. Gagal Ginjal Kronik
a. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
National Kidney Foundation (2002), mendefinisikan penyakit gagal
ginjal kronik adalah kerusakan ginjal atau filtrasi glomerulus rate (GFR)
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 untuk 3 bulan atau lebih dalam kurun waktu
yang sama. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (GGK)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan terjadinya
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer &
Bare, 2002).
Brunner & Studdarth (2002), mendefinisikan gagal ginjal terjadi ketika
ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan
fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam-basa.
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang
umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversibel dan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Sukandar, 2006).
b. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Secara ringkas patofisiologis gagal ginjal kronis dimulai pada fase
awal gangguan, keseimbangan cairan penanganan garam, serta penimbunan
zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.
Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25 % normal, manifestasi klinis
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat
mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsobrpsi, dan sekresinya, serta
mengalami hipertrofi (Arif mutaqin, 2011).
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini
tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk
meningkatkan reabsorbsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan
beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar
terjadi peningkatan filtrsi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah
buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari
kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan
manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan
dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan
banyak manifestasi pada setiap organ tubuh.
c. Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Menurut Price (2002) penyebab gagal ginjal kronik yaitu:
1) Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi dan menyerang manusia
tanpa memandang usia, terutama wanita. Infeksi saluran kemih
umumnya dibagi dalam dua kategori : Infeksi saluran kemih bagian
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
bawah (uretritis, sistitis, prostatis) dan infeksi saluran kencing bagian
atas (pielonepritis akut). Sistitis kronik dan pielonepritis dan infeksi
saluran kencing bagian ginjal tahap akhir pada anak-anak.
2) Penyakit Peradangan
Kematian yang diakibatkan oleh gagal ginjal umumnya disebabnya
oleh glomerulonepritis kronik. Pada glomerulonepritis kronik, akan
terjadi kerusakan glomerulus secara progresif yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya gagal ginjal (Price, 2002).
3) Hipertensi
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat.
Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan
kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat
menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi melalui
mekanisme retensi natrium dan air, serta pengaruh vasopresor dari sistem
renin angitensin (Price, 2002).
4) Gangguan kongenital dan herediter
Asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik ginjal merupakan
penyakit herediter yang terutama mengenai tubulus ginjal. Keduanya
dapat berakhir dengan gagal ginjal meskipun lebih sering di jumpai pada
penyakit polikistik (Price, 2002).
5) Gangguan metabolik
Penyakit metabolik yang dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik
antara lain diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer dan
amiloidosis (Price, 2002).
6) Nefropati Toksik
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
Ginjal khusnya rentan terhadap efek toksik, obat-obatan dan bahan-
bahan kimia karena alasan-alasan, menurut (Price, 2002):
a) Ginjal menerima 25% dari curah jantung, sehingga sering dan
mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah yang besar.
b) Interstitium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia
dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular.
c) Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan obat,
sehingga insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan
meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus.
d. Gejala Gagal Ginjal Kronik
Perubahan frekuensi kencing, sering ingin berkemih pada malam hari
pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, kram otot pada malam hari
lemah dan lesu, kurang berenergi, nafsu makan turun, mual, dan muntah ,
Sulit tidur, bengkak seputar mata pada pagi waktu bangun pagi hari atau
mata merah dan berair (uremic red eyes) karena deposit garam kalsium
fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lendir mata, kulit
gatal dan kering (Anggota IKAPI, 2008).
e. Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit gagal ginjal kronik dilakukan
pada stadium dini penyakit gagal ginjal kronik. Upaya pencegahan yang
telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit gagal ginjal dan
kardiovaskular yaitu pengobatan hipertensi (semakin rendah tekanan darah
semakin semakin kecil resiko penurunan fungsi ginjal) pengendalian gula
darah, lemak darah, anemia penghentian merokok, peningkatan aktivitas
fisik dan pengendalian berat badan (Roesly R, 2008).
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
f. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001)
yaitu:
1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diet berlebihan.
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiostensin-aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan
kehilangan darah selama hemodialisis.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar alumunium.
4. Terapi Hemodialisis
a. Pengertian hemodialisis
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah di dalam tubuh kita, ginjal tidak
mampu melaksanakan proses tersebut (Brunner & Suddarth, 2011). Salah
satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah
hemodialisis.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
b. Jalan masuk ke aliran darah (vascular access point)
Sebelum memulai hemodialisa, melalui tindakan pembedahan, pada tubuh
pasien akan dibuat jalan masuk ke aliran darah (vascular access point)
yaitu, pembuluh darah arteri akan dihubungkan dengan arteial line, yang
membawa darah dari tubuh menuju ke dialyzer. Sedangkan pembuluh darah
vena akan dihubungkan dengan venous line, yang membawa darah dari
dialyzer kembali ke tubuh (Novicki, 2007).
c. Tujuan hemodialisis
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisis mempunyai tujuan:
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam
urat.
2) Membuang kelebihan air.
3) Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5) Memperbaiki status kesehatan penderita.
d. Proses hemodialisis
1) Akses Vaskuler
Seluruh dialisis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien.
Kronik biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf
sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
2) Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialiser actual dibutuhkan untuk
mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialisis dapat
terjadi.
3) Difusi
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien
konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang
dibutuhkan.
4) Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang
dipindahkan akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang
tercampur dalam cairan tersebut.
5) Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialisis dikenali sebagai
ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk
tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane:
a) Tekanan positf merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat
cairan dalam membrane. Pada dialisis hal ini dipengaruhi oleh
tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir
balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi
membrane.
b) Tekanan negatif merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan
negative “menarik” cairan keluar darah.
c) Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan
yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.
e. Frekuensi Hemodialisis
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisis sebanyak 2 kali/minggu.
Program dialisis dikatakan berhasil jika :
1) Penderita kembali menjalani hidup normal.
2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3) Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4) Tekanan darah normal.
5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk
gagal ginjal kronik atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita
menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisis dilakukan
hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal
kembali normal.
f. Komplikasi pada Hemodialisis
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisis yang sering terjadi pada
saat dilakukan terapi adalah:
1) Hipotensi
2) Kram otot
3) Mual atau muntah
4) Sakit kepala
5) Sakit dada
6) Gatal-gatal
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Friedman (1998), Smeltzer
& Bare (2002), Nadesul (2002), Darmono (2007)
Penderita Gagal
Ginjal Kronik
Perubahan Fisiologis :
Sering BAK
Cepat Haus
Cepat Lapar
Keringat dingin
Perubahan Psikologis :
Menolak
Cemas
Marah
Depresi
Stres
Koping Pasien
Strategi Koping
Adaptif Maladaptif
Tingkat Stres
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
D. HIPOTESIS
Menurut Arikunto (2010, h.110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2014.
Ha : Terdapat hubungan tingkat stres dengan strategi koping pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga tahun 2014.
Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang
menjalani terapi
hemodialisis
Strategi koping :
Adaptif
Maladaptif
Tingkat Stres :
Normal
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN…. ARGIANSA AFRIAN, FIKES UMP 2014
top related