bab ii tinjauan pustaka -...
Post on 28-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Citra Diri Pada Remaja
1. Definisi citra diri
Citra diri ( self-image, body image, citra tubuh, gambaran tubuh ) adalah
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Pada remaja fokus
individu terhadap fisik lebih menonjol dari periode kehidupan yang lain.
Bentuk tubuh, tinggi badan dan tanda-tanda pertumbuhan sekunder
( Widiyatun, 1999 ).
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya baik secara
sadar maupun tidak sadar ( Stuart dan Sudden, 1991, hal.374 ). Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,
penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu ( Keliat, 1992 ).
2. Proses terbentuknya citra diri
Citra diri tebentuk dari persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal persepsi ini mencakup perasaan dan sikap
yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain. Sikap, nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi
pada perkembangn citra tubuh ( Perry & Potter, 2005 ).
Citra diri adalah sebuah komponen vital konsep diri, citra diri mengacu
pada konsep dan sikap subjektif yang dimiliki individu terhadap tubuh
mereka sendiri. citra diri terdiri atas sifat fisiologis ( persepsi tentang
karakteristik fisik seseorang ), psikologi ( nilai – nilai sikap terhadap
9
10
tubuh, kemampuan dan ideal diri ). ketiga komponen ini saling berkaitan.
Orang terdekat dalam kehidupan memberikan dampak paling penting dan
bermakna pada citra diri seseorang. Label yang dilekatkan pada mereka
( seperti : “ Si kerempeng”, “ Si cantik “, atau “Si gendut” ) atau pada
bagian tubuh ( seperti; “ Si muka jerawat”, “ Si mata belok” atau “ Si
kulit buluk” ) ikut mempengaruhi citra diri mereka.
Masa remaja adalah masa usia ketika anak menjadi lebih berkonsentrasi
pada fisik diri. perubahan tubuh yang tidak familier dan fisik yang baru
harus terintegrasi ke dalam konsep diri. Remaja menghadapi konflik
tentang apa yang mereka lihat dan apa yang mereka pandang sebagai
struktur tubuh ideal. Pembentukan citra diri selama masa remaja adalah
elemen penting dalam pembentukan identitas, krisis psikologis dimasa
remaja ( Wong, 2008 ).
3. Respon citra diri
Respon citra diri terdiri dari citra diri positif dan citra diri negatif.
a. Citra diri positif
Citra diri positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang
dirinya sendiri yang bersifat positif. Umumnya sejak anak anak
orang tua mereka telah menanamkan nilai-nilai positif kedalam
pikiran anak. Tidak semua orang yang hidup dari kalangan rakyat
miskin mempunyai citra diri negatif. Diantara mereka ada orang
yang ditanamkan oleh orang tuanya nilai-nilai positif dengan ucapan
:“…Kalian harus meraih kemenangan,… kalian harus menjadi orang
kaya….kalian harus memperbaiki keadaan kita…kalian harus
membangkitkan batang terendam…” dan lain sebagainya. Inilah
yang menyebabkan munculnya orang orang besar dan sukses dari
kalangan petani , buruh atau orang miskin didesa maupun kota.
11
Orang yang mempunyai citra diri positif mempunyai semangat
hidup dan semangat juang yang tinggi. Ia mempunyai cita cita dan
gambaran yang jelas tentang masa depannya. Ia yakin dan optimis
apa yang dicita citakannya itu akan tercapai. Ia tidak takut gagal
atau ditertawakan orang dalam mencoba hal hal yang baru.
Ia merasakan dirinya penuh semangat, optimis dan yakin pada
setiap yang dikerjakan. Ia merasa lingkungkan dan semua orang
berpihak padanya. Ia tidak gentar menghadapi berbagai halangan
dan rintangan. Ia yakin kemenangan berpihak padanya. Citra diri
positif menjadi blueprint kehidupannya, dunia seolah olah tunduk
padanya, sukses demi sukses diraihnya seiring dengan berjalannya
waktu. Masalah dan kesulitan tidak pernah bisa mengalahkannya.
Inilah tipe pemimpin dunia dan orang orang yang meraih sukses.
Dasar dari citra diri positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki citra diri yang positif berarti dapat
mengenal dirinya dengan baik. Pada remaja yang memiliki citra
diri yang positif dapat menerima segala informasi yang positif
ataupun negatif tentang dirinya, juga dapat menerima atau
memahami kenyataan yang bermacam – macam tentang dirinya
sendiri ( Tadabbur, 2008 ).
b. Citra diri negatif
Citra diri negatif adalah gambaran serta anggapan seseorang
tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif .Citra diri negatif
tertanan didalam diri seseorang akibat pangaruh lingkungan , orang
lain atau pengalaman masa lalu yang membekas dalam dirinya. Di
daerah yang lingkungan hidupnya miskin para orang tua sering
menamkan fikiran negatif kepada putra putrinya.
12
Ketika seorang anak menyampaikan cita - cita atau keinginannya
kepada orang tuanya maka orang tuanya mengatakan: “ Kita ini
orang susah, orang melarat, kita tidak mungkin mendapatkan apa
yang kau inginkan itu. Kita tidak pantas mendapatkan semua itu.
Cukup saja kita hidup seperti ini”. Jika ucapan orang tuanya yang
berulang –ulang itu terekam dan tertanam dalam fikiran bawah
sadar remaja secara mendalam.maka ucapan itu telah membentuk
citra diri remaja.
Ia telah membuat gambaran dan batasan batasan tentang dirinya
bahwa ia adalah orang miskin, susah dan melarat , tidak mungkin
mencapai sukses atau keberhasilan dalam hidup. Batasan batasan
ini akan menjadi blueprint kehidupannya untuk selanjutnya. Ia
tidak akan pernah mampu melampaui batasan itu. Jika ada orang
yang memberinya modal usaha , atau mengajaknya berbisnis pasti
akan selalu mengalami kegagalan. Apapun usaha dan bisnis yang
digelutinya akan mengalami kehancuran selama citra diri negatif
itu masih tertanam dalam fikiran bawah sadarnya. Untuk mencapai
sukses dan keberhasilan dalam hidup ia harus mengubah citra
dirinya , dan ini bukan pekerjaan mudah. Mengubah citra diri yang
telah tertanam dalam diri seseorang membutuhkan usaha yang
gigih dan sungguh sungguh ( Tadabbur, 2008 ).
4. Ciri – ciri citra diri
Ciri – ciri citra diri menurut Tadabbur, 2008 meliputi citra diri positif dan
negatif.
a. Ciri – ciri citra diri positif
1) Mempunyai gambaran diri yang jelas mengenai masa depannya.
2) Optimis mengarungi kehidupan.
3) Yakin dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
13
4) Penuh harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang lebih
baik.
5) Segera bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka
berkepanjangan.
6) Tidak ada hal yang tidak mungkin.
7) Penuh percaya diri.
b. Ciri – ciri citra diri negatif
1) Merasa rendah diri, menganggap dirinya tidak berguna dan tidak
berarti ditengah masyarakat.
2) Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat dan
lingkungan.
3) Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau
mendapatkan sesuatu.
4) Merasa terlalu muda atau terlalu tua untuk melakukan sesuatu.
5) Merasa dibenci dan tidak disukai oleh lingkungan dan orang
sekitar.
6) Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapatkan
kegagalan dan cemoohan dari orang disekelilingnya.
7) Merasa kurang pendidikan disbanding orang lain.
8) Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani
memulai sesuatu hal yang baru, selalu khawatir berbuat
kesalahan dan ditertawakan orang.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi citra diri
Menurut Linda Smolak dalam Body Image Development in Children,
faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri adalah sebagai berikut ;
a. Jenis kelamin ( Gender )
Pria cenderung menggunakan tubuhnya dengan aktif agar dpat
menunjang aktivitasnya, sedangkan perempuan lebih memandang
tubuhnya dari segi estetika dan bersifat evaluatif. Akibatnya,
14
perempuan memiliki kepuasan citra diri yang lebih rendah
disbanding dengan kaum pria. Kelompok remaja putri lebih
memperhatikan perkembangan tubuhnya dibandingkan remaja putra
karena lebih terkait pada nilai – nilai yang ada pada kehidupan.
Perubahan perkembangan tubuh semakin intensitas ketika adanya
steriotipe budaya dan remaja putri ingin memiliki bentuk tubuh yang
ideal ( Hurlock,2003 ).
b. Berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan
Konsep citra diri berkaitan denagn derajat kekurusan ataupun
kegemukan tubuh individu. Remaja putri dengan berat badan
berlebih akan merasa tidak puas dengan citra tubuhnyadan
sebagaimana pula sebalikknya. Bagi remaja dengan normal akan
lebih merasa puas dengan citra dirinya. Ketidakpuasan yang timbul
tidak hanya dikarenakan berat badan yang berlebih tetapi juga
harapan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal. Dalam hal ini,
berat badan dan ukuran badan disebutkan memiliki peranan penting
dalam kepuasan citra tubuh pada remaja, terutama yang tumbuh
dalam budaya yang mementingkan penampilan.
c. Teman sebaya
Teman sepergaulan memiliki peranan besar dalam terbentuknya citra
diri remaja dan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Sekolah adalah
tempat pertama remaj untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Menurut Oliver & Thelen (1996 ), persepsi akan bentuk tubuh yang
kurus berhubungan dengan popularitas antara teman sepergaulan dan
ini menjadi prediksi kuat adanya kepuasan dan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Hal ini berarti, jika remaja tersebut bertubuh
kurus dan mendekati bentuk tubuh ideal akan popular, begitu pula
sebaliknya.
15
d. Konsep diri
Konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan citra tubuh yang
dipersepsikan. Mereka yang memiliki harga diri positif tidak rentan
terhadap penghinaan fisik yang dilakukan pada lingkungannya.
e. Media masa
Media masa juga mengambil peran dalam pembentukan citra diri
yang positif maupun negatif. Remaja putri banyak menghabiskan
waktu mereka untuk melihat televisi maupun membaca majalah, hal
ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pandangan
gambaran penampilan yang ideal, sehingga banyak dari remaja putri
tersebut melakukan diet dan olahraga untuk pembentukan badan
yang ideal, sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi maupaun
yang mereka baca dimajalah.
6. Pengukuran citra diri
Dalam pengukuran citra diri, penulis menggunakan kuesioner baku
Multidimensional Body Self Relations Questionnaire oleh Thomas F
Cash, yang berisi 60 pertanyaan dan meliputi beberapa dimensi yaitu :
a. Appearance Orientation ( Orientasi Penampilan ) mengukur tingkat
perhatian individu terhadap penampilannya.
b. Appearance Evaluation ( Evaluasi Penampilan ) menggukur
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap penampilan seseorang.
c. Fitness Orientation ( Orientasi Kebugaran Fisik ) mengukur derajat
perhatian individu terhadap kebugaran fisik .
d. Fitness Evaluation ( Evaluasi Kebugaran Fisik ) mengukur derajat
kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya.
e. Health Evaluation ( Evaluasi Kesehatan ) mengukur penilaian
individu terhadap tubuhnya.
f. Health Orientation ( Orientasi Kesehatan ) mengukur derajat
pengetahuan dan kesadaran individu terhadap kesehatan fisiknya.
16
g. Illness Orientation ( Orientasi tentang penyakit ) mengukur
kesadaran individu terhadap masalah penyakit yang dialami
tubuhnya.
h. Weight Preoccupation ( Kecemasan Terhadap Kegemukan )
mengambarkan kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan terhadap
berat badan, kecenderungan untuk melakukan diit penurunan berat
badan dan membentuk pola makan yang dibatasi.
i. Subjective Weight ( Pengkategorian Ukuran Tubuh
)menggambarkan bagaimana seseorang mempresepsikan dan
melabel berat badannya sendiri.
Pertanyaan yang dikembangkan dalam 60 pertanyaan diatas memiliki
nilai skor, favorable : Sangat Tidak Setuju ( 1 ), Tidak Setuju ( 2 ), Setuju
( 3 ), Sangat Setuju ( 4 ). Unfavorable : Sangat Tidak Setuju ( 4 ), Tidak
Setuju ( 3 ), Setuju ( 2 ), Sangat Setuju (1). Dengan interpretasi nilai, jika
jumlah nilai skor ≤ 174,74 maka maka memiliki citra diri yang negatif,
dan jumlah nilai skor ≥ 174,74 maka dapat disimpulkan jika responden
memiliki citra diri yang positif.
B. Harga Diri Remaja
1. Definisi harga diri
Harga diri (self-esteem) adalah bagian yang meliputi suatu penilaian,
suatu perkiraan mengenai pantas diri. Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak
kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya ( Suliswati, 2005 ). Harga
diri adalah penilaian pribadi terhadap hal yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku mengenai diri. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama dalam harga diri adalah
dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain, manusia cenderung
bersifat negatif walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain
namun jarang mengekspresikan. Harga diri akan bermakana dan berhasil
17
jika diterima dan diakui orang lain merasa mampu menghadapi
kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya ( Widiyatun, 1999 ).
Coopersmith ( 1967 ) dalam Harris Clemes, menyatakan harga diri
sebagai penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan biasanya
berkaitan dengan dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap
penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu
percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil, serta berharga.
Menurut Kohlberg, harga diri adalah bagian seseorang merasakan dirinya
sendiri ( Dikutip dari Kenrick & Seamon,1990 ).
2. Proses terbentuknya harga diri
Harga diri adalah nilai yang ditempatkan individu pada diri sendiri dan
mengacu pada evaluasi diri secara menyeluruh terhadap diri sendiri
( Willoughby, King dan Polatajka 1996 ). Harga diri digambarkan
sebagai komponen afektif diri, sedangkan konsep diri adalah komponen
kognitif. Namun, dua istilah ini hampir tidak dapat dibedakan dan sering
digunakan secara bergantian.
Istilah harga diri mengacu pada penilaian pribadi dan subjektif tentang
makna seseorang yang didapat dan dipengaruhi oleh kelompok sosial
dalam lingkungannya saat ini dan persepsi individu tentang bagaimana
mereka dihargai oleh orang lain. Harga diri berubah sesuai
perkembangan, todler yang sangat egosentris tidak menyadari adanya
kemampuan dan pengakuan sosial. Dilain pihak, anak usia prasekolah
dan usia sekolah semakin sangat menyadari perbedaan antara
kemampuan mereka dan kemampuan anak yang lebih besar.
Merasa diterima oleh orang dewasa dan teman sebaya diluar kelompok
keluarga menjadai lebih penting bagi mereka. Umpan balik positif
meningkatkan harga diri mereka. Saat kemampuan mereka meningkat
18
dan mereka mengembangkan hubungan yang bermakna, maka harga diri
mereka akan meningkat ( Wong,2008 ).
Harga diri mulai terbentuk dari masa kanak – kanak dengan mulai
mengembangkan rasa berguna untuk bertindak pada inisiatif mereka
sendiri ( Erikson, 1963 dalam Potter,2005 ). Harga diri dapat dipahami
dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri
ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku
yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga diri
a. Perkembangan individu
Pada saat anak berkembang anak mungkin merasa tidak dicintai,
kurang pengakuan dari lingkungan sekitar dan pujian atau motivasi
yang positif dari orang tua sangat membantu dalam perkembangan
anak tersebut.
b. Ideal diri yang tidak realistis
Seseorang yang selalu dituntut untuk berhasil dan tidak boleh berbuat
kesalahan, akan membuat standart yang tidak bisa mereka dicapai.
Yang pada akhirnya hal tersebut justru akan membuat seseorang
menghukum dirinya sendiri dan akan menyebabkan hilangnya rasa
percaya diri.
c. Keluarga
Orang tua yang mempunyai harga diri rendah akan tidak dapat
membangun rasa harga diri anak yang baik. Harga diri anak akan
terganggu, akhirnya anak akan memandang negatif terhadap
pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
d. Pengalaman traumatik yang berulang
Pengalaman traumatik dapat berupa penganiayaan secara fisik, emosi,
korban peperangan, korban pasca bencana alam, kecelakaan,
perampokan ataupun pemerkosaan. Respon untuk menghadapi trauma
19
tersebut umumnya dengan mengingkari trauma , mengubah arti
trauma. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan
denial pada trauma.
4. Karakteristik harga diri tinggi dan harga diri rendah Menurut Clemes
harris,2006 meliputi :
a. Remaja dengan harga diri tinggi
1) Bertindak mandiri
2) Menerima tanggung jawab
3) Merasa bangga dengan prestasinya
4) Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias
5) Menunjukan sederet perasaan dan emosi yang luas
6) Menoleransi frustasi dengan baik
7) Merasa mampu mempengaruhi orang lain
b. Remaja dengan harga diri rendah
1) Meremehkan bakatnya sendiri
2) Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya
3) Merasa tidak berdaya
4) Mudah dipengaruhi orang lain
5) Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit
6) Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan
7) Menjadi defensive dan mudah frustasi
8) Menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri
5. Pengukuran harga diri
Dalam pengukuran harga diri penulis menggunakan kuesioner baku Self
Esteem Scale oleh Rosenberg, yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
mengulas tentang diri sendiri. Memliki nilai skor favorable Sangat Setuju
( 3 ), Setuju ( 2 ), Tidak Setuju ( 1 ), Sangat Tidak Setuju ( 0 ). Skor
unfavorable Sangat Setuju ( 0 ), Setuju ( 1 ), Tidak Setuju ( 2 ), Sangat
Tidak Setuju ( 1 ). Dengan interpretasi nilai, jika jumlah nilai skor
20
≤ 20,85 maka memiliki harga diri yang negatif, jika jumlah nilai skor
≥ 20,85 maka memiliki harga diri yang positif.
C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja
1. Pertumbuhan remaja
Pertumbuhan ( growth ) adalah yang berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram, pound,
kilogram ), ukuran panjang ( cm, meter ), umur tulang dan keseimbangan
metabolic ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh ) ( Soetjiningsih, 1995 ).
Menurut Al–Migwar Muhammad ( 2006 ) pertumbuhan pada remaja
dapat ditandai dengan :
a. Pertumbuhan tinggi badan
Anak perempuan rata – rata mencapai tingi badan yang matang pada
usia 17 dan 18 tahun, sedangkan pada anak laki – laki setahun
setelahnya.
b. Pertumbuhan berat badan
Perubahan berat badan biasanya seiring dengan perkembangan tinggi
badan namun, berat badan tersebar pada bagian – bagian tubuh yang
sebelumnya kurang atau sama sekali tidak mengandung lemak.
c. Perubahan proporsi tubuh
Secara perlahan berbagai anggota tubuh mencapai proporsi yang
sebanding.
2. Perkembangna remaja
Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan ( skill )
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai dari proses kematangan. Disini
menyangkut adanya proses difrensiasi dari sel – sel tubuh, organ –organ
dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing –
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
21
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1995 ).
Menurut Al-Mighwar Muhammad ( 2006 ) perkembangan pada remaja
dapat ditandai dengan :
a. Organ seks
Pada akhir masa remaja orga seks pada laki- laki dan perempuan
mencapai ukuran yang sama matang.
b. Ciri – ciri seks sekunder
Pada akhir masa remaja, cirri-ciri seks sekunder yang utama berada
pada tingkat perkembangan yang matang.
c. Sistem pencernaan
Secara umum, perut menjadi semakin panjang dan tidak lagi
terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah
besar, otot-otot di perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan
lebih kuat, hati bertambah berat dan rongkongan bertambah panjang.
d. Sitem peredaran darah
Secara umum, perut menjadi semakin panjang dan tidak lagi
terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah
besar, otot-otot di perut dan dinding usus menjadi lebih tebal dan
lebih kuat, hati bertambah berat dan rongkongan bertambah panjang.
e. Sistem pernafasan
Jantung bertamnah pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas
atau delapan belas tahun beratnya sua belas kali berat pada waktu
lahir. Panjang dan tebal pembuluh darah meningkat dan mencapai
tingkat kematangan bila mana jantung sudah matang.
f. Sistem endokrin
Akibat aktivitas gonad yang meningkat pada masa puber adalah
ketidakseimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada
awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan
berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai
akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
22
g. Jaringan tubuh
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
pada remaja berkaitan dengan pematangna fungsi organ.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan pada
remaja berkaitan dengan pematangan fungsi organ (Soetjiningsih,1995).
3. Perkembangan psikologis remaja
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama perkembangan
psikososial adolesens. Remaja harus membentuk hubungan sebaya yang
dekat atau tetap terisolasi secara sosial. Erikson memandang bingung
identitas (atau peran) sebagai bahaya utama pada tahap ini dengan
menyarankan pengelompokkan dan intoleransi perbedaan yang terlihat
pada perilaku adolesens dipertahankan terhadap bingung identitas
(Erikson, 1968 dalam Potter, 2005).
Adolesens bekerja mandiri secara emosional dari orang tua, sambil
mempertahankan ikatan keluarga. Selain itu, mereka perlu
mengembangkan sistem etisnya sendiri berdasarkan nilai – nilai personal.
Pilihan tentang pekerjaan, pendidikan masa depan, dan gaya hidup harus
dibuat. Beragam komponen identitas total disusun dari tugas – tugas ini
dan terdiri dari identitas personal dewasa yang unik bagi individu.
Perilaku yang menunjukkan resolusi negatif pada tugas perkembangan
pada usia ini adalah kebimbangan dan ketidakmampuan menentukkan
pilihan bekerja ( Potter, 2005 ).
23
4. Definisi remaja
Remaja berasal dari bahasa Latin Adolescence yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Istilah Adolescence mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja
merupakan masa perubahan salah satu periode perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak –
kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologik dan perubahan sosial ( Hurlokc, 2003).
Menurut Pigaet secara psikologis masa remaja adalah saat individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan dalam tingkatan
yang sama terutama dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang
khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai
integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataanya
merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini
( Mighwar, 2006 ).
Menurut WHO tahun 1974 memberikan devinisi remaja yang lebih
konseptual. Dalam devinisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi
tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda –
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksualnya. Individu mengalami perkembanganpsikologis dan pola
identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relative lebih mandiri ( Sarwono, 2003 ).
24
5. Batasan usia remaja
Rentang usia pada remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun yang dibagi
dalam masa remaja awal, antara usia 13 sampai 17 tahun dan remaja
akhir 17 sampai 21 tahun. Literature Amerika menentukan masa pubertas
11 – 12 atau 15 – 16 tahun, kemudian menentukan usia 13 – 17 tahun
sebagai remaja awal dan 17 – 21 tahun sebagai remaja akhir ( Mighwar,
2006 ).
Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan bahwa
secara teoritis dari segi psikologi rentang usia remaja berada dalam usia
12 sampai 21 tahun bagi perempuan, dan 13 sampai 22 tahun bagi laki-
laki ( Hurlock, 2003 ). Batasan usia remaja menurut WHO, remaja awal
yaitu 10 – 14 tahun, remaja akhir yaitu 15 – 20 tahun ( Sarwono, 2011 ).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan batasan usia remaja mulai
dari 15 – 21 tahun, karena berdasarkan batasan usia menurut Thomas F
Cash dalam Multidimensional Body Self Relation Questionaire
( MBRSQ) yang merupakan kuesioner baku untuk pengukuran citra diri.
6. Tugas perkembangan
Banyak tuntutan dan faktor-faktor sosial, religious, serta nilai dan norma
yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung jawab.
Harapan. Menurut R.J.Havighurst tugas perkembangan adalah petunjuk
yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan
atau tuntutan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam
usia tertentu.
Arti ini mengandung makna; pertama, dari segi orang dewasa, dia dapat
menetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan
yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus bagi masa anak-anak) dan
mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan dan dikuatkan dalam
membimbing seorang anak dalam masa remaja. Kedua, dari segi anak
25
yang sadar menuju kedewasaanya, dia dapat mengetahui hal-hal yang
harus dipelajari dan dikuasai dalam masa kehidupan tertentu yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan lingkungannya yang lebih luas
( Hurlock, 2003 ).
Karl C.Garrison ( dalam Mighwar, 2006 ) membagi tugas perkembangan
sebagai menjadi enam kelompok berikut :
a. Menerima kondisi jasmani
Pada masa remaja ini, anak menjadi tumbuh cepat yang
mengarahkannya pada bentuk orang dewasa, pertumbuhan ini juga
diiringi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja putri
sering mendambakan bintang pujaannya yang memiliki wajah cantik
dan bertubuh langsing. Mereka sering membandingkan dirinya
dengan teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak
seperti bintang pujaannya atau teman sebanyanya.
b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman – teman sebayanya yang
berlainan jenis
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial terutama dengan
lawan jenisnya. Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok
teman sebaya lawan jenis ataupun sesama jenis agar merasa
dibutuhkan dan dihargai.
c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenisnya
Pada masa ini, perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan
tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila
remaja memiliki bentuk tubuh yang tidak memuaskan mereka akan
menyesali dirinya sendiri. Padahal mereka seharusnya menerima
kondisinya dengan penuh tanggung jawab.
26
d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas
perkembangan penting yang dihadapi oleh setiap remaja. Apabila
remaja tidak memiliki kebebasan emosional mereka akan menemui
berbagai kesulitan dalam mas selanjutnya, tidak bisa membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang
ditempuhnya.
e. Mendapatkan kesanggupan untuk berdiri sendiri dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah ekonomi
Kelak para remaja akan hidup sebagai orang dewasa, kesanggupan
disini mencakup dua tugas yaitu; pertama, mencari sumber keuangan
atau pemasukan. Dalam hal ini remaja diharapkan belajar untuk
lepas dari bantuan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan. Kedua,
pengelolaan keuangan, dalam hal ini remaja diharapkan mampu
mengatur pengeluarannya.
f. Memperoleh nilai-nilai dan filsafat hidup
Remaja seringkali sulit menerima kondisi fisiknya bila sejak kanak-
kanak mereka telah mengagungkan konsep tentang penampilan diri
pada waktu dewasa. Tugas untuk mengembangkan perilaku sosial
yang bertanggung jawab berkaitan erat dengan masalah
perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa
yang akan dimasuki. Kebanyakan remaja ingin diterima oleh teman-
teman sebayanya tetapi orang dewasa menganggap perilaku remaja
ini diartikan bahwa mereka belum bisa bertanggung jawab.
7. Remaja dan permasalahannya
Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga
bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan lebih kompleks
ketimbang yang dihadapi remaja pada generasi yang lalu ( Feldman &
Elliot, 1990; Hamburgh, 1993; Hechinger, 1992 ). Remaja saat ini
27
dihadapkan pada lingkungan yang tidak begitu stabil. Melalui media,
remaja masa kini dihadapkan pada pilihan gaya hidup yang kompleks.
Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang timbul pada masa remaja,
yaitu :
a. Penggunaan obat terlarang dan alkohol
Beberapa remaja memiliki rasa tertarik pada obat – obatan terlarang,
karena obat – obatan tersebut dapat membantu mereka untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Merokok,
minum minuman keras , dan mengkonsumsi obat – obatan terlarang
dapat mengurangi ketegangan dan frustasi, menghilangkan
kebosanan dan rasa lelah, dan dalam beberapa kasus dapat
membantu remaja untuk melarikan diri dari kenyataan hidup yang
keras. Obat terlarang memberikan kesenangan dengan cara
emmberikan kedamaian di dalam dirinya, kegembiraan, relaksasi,
persepsi yang berubah dengan cepat, dan sensasi yang kuat. Obat
terlarang juga memuaskan keingintahuan remaja dan karena alasan
sosial, memungkinkan remaja lebih nyaman dan menikmati
pertemanannya dengan orang lain ( Field, 1992 dalam Santrock,
2003 ).
b. Alkohol
Alkohol adalah obat – obatan yang sangat keras, didalam tubuh
alkohol bereaksi terutama sebagai penenang ( depresant ) dan dapat
memperlambat aktifitas otak. Namun, jika dikonsumsi dalam dosis
rendah, alkohol dapat bekerja sebagai stimulan ( Prunell,dkk, 1987 ).
Pada awalnya, remaja akan merasa lebih banyak bicara atau merasa
lebih percaya diri ketika mereka mengkonsumsi alkohol. Secara
bertahap para peminum akan mengantuk dan tertidur, bahkan dalam
keadaan mabuk yang berlebihan peminum bisa mengalami koma.
Setiap pengaruh terhadap tingkah laku ini berbeda – beda setiap
orangnya tergantung pada bagaimana tubuh remaja melakukan
metabolisme alkohol, berat badan individu, jumlah alkohol yang
28
dikonsumsi dan apakah kebiasaan minum sebelumnya telah
menimbulkan toleransi.
c. Merokok pada remaja
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dpat memberikan
kenikamatan bagi si perokok., namun dilain pihak merokok juga
dapat menimbulakan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri
maupun orang – orang sekitarnya. Angka kejadian merokok pada
remaja lebih besar pada remaja laki – laki dan remaja perempuan
jumlahnya lebih kecil ( Subanada, 2004 ).
d. Stresor citra diri dan harga diri
Stresor menantang kapasitas seseorang , ( Selye, 1956 dalam Perry
& Potter, 2004 ) menyatakan bahwa stres adalah kehilangan dan
kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil psesifik tindakan
seseorang atau respons khas terhadap sesuatu . proses normal dari
kematangan itu adalah stresor. Setiap individu memiliki reaksi yang
berbeda terhadap situasi yang sama dengan tingkat stres yang
beragam. Semua orang mengetahui pola perilaku yang biasanya
memberikan cara untuk menghadapi dan mengadaptasi stresor,
dengan demikian dapat memberikan metoda untuk koping terhadap
stresor lainnya. Stresor citra diri dapat terjdi ketika seseorang
mengalami perubahan dalam penampilan tubuh, seperti amputasi,
perubahan penampilan wajah, obesitas merupakan stresor yang
mempwngaruhi citra tubuh. Meskipun tidak terlihat oleh orang lain
perubahan penampilan ini mempunyai efek yang signifikan tingkah
laku terhadap remaja. Sedangkan harga diri adalah rasa
dihormati,diterima, kompeten, dan bernilai. Rremaja yang memiliki
harga diri rendah sering merasa tidak dihargai, tidak dicintaidan
sering mengalami depresi dan ansietas. Banyak stresor yang dapat
mempengaruhi harga diri seseorang, seperti ketidakmampuan untuk
memenuhi harapan orang tua, teman – teman sepermainan dan lain –
29
lain. Beberapa keadaan ynag dapat mempengaruhi citra diri dan
harga diri remaja adalah :
1) Obesitas pada remaja
2) Akne vulgaris pada remaja
D. Obesitas Pada Remaja
1. Definisi obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan karena
terdapatnya timbunan lemak berlebihan dalam tubuh. Perbandingan yang
normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30%
pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Perempuan dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dikatakan mengalami obesitas. Seseorang dikatakan obesitas dengan
kriteria memiliki barat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran
berat badan yang normal ( Mustofa, 2006 ). Menurut kriteria ini obesitas
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a) Obesitas ringan
IMT > 27,0 – 30,0
b) Obesitas sedang
IMT > 30.0 – 34,0
c) Obesitas berat
IMT > 34,0 – 39,0
2. Faktor – faktor penyebab obesitas
Faktor resiko yang berperan terjadinya obesitas ( Atikah, 2010 ) antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Faktor genetik
Obesitas cenderung untuk diturunkan, anggota keluarga tidak hanya
berbagi gen tetapi juga berbagi makanan dan gaya hidup yang bisa
mendorong terjadinya obesitas.
30
b. Faktor lingkungan
Lingkungan seseorang juga mengambil peranan penting terhadap
terjadinya obesitas. Yang termasuk factor lingkungan dalam hal atau
pola hidup seseorang.
c. Faktor psikososial
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan orang tersebut. Contohnya ada sebagian orang
memberikan reaksi emosinya dengan makan. Gangguan emosi ini
merupakan masalah serius pada wanita muda penderita obesitas dan
dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukan serta rasa
tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
d. Faktor kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan obesitas seperti;
hipotiroidisme, sindroma chusing dan beberapa penyakit syaraf lain
yang dapat menyebabkan seseorang menjadi banyak makan.
e. Faktor perkembangan
Penambanhan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita
obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
dapat memiliki sel lemak lima kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang dengan jumlah berat badan normal.
f. Aktifitas fisik
Seseorang dengan aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan
prevalensi terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif
memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan
aktivitas tinggi. Seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik
yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan
cenderung mengalami obesitas.
31
3. Pengukuran obesitas dan klasifikasi berat badan
Menurut Atikah,2010 pengukuran obesitas dapat dilakukan meliputi :
a. Mengukur lemak tubuh
a) Underwater Weight
Pengukuran berat badan yang dilakukan didalam air dan
kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang
tersisa.
b) BOD POD
Yaitu sebuah ruangan yang berbentuk telur yang telah
dikomputerisasi. Pada saat seseorang telah memasuki BOD
POD, maka jumlah udara yang tersisa akan digunakan untuk
mengukur lemak tubuh.
c) Dual Energy X-ray Absorbtiometry ( DEXA )
Yang menyerupai scaning tulang. Sinar X digunakan untuk
menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
d) Jangka tubuh
Ketebalan kulit dibeberapa bagian tubuh diukur dengan
menggunakan jangka, yaitu suatu alat yang terbuat dari logam
yang menyerupai forceps.
b. Mengukur lingkar pinggang
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur
dari titik yang terlebar, kemudian ukuran pinggang dibagi dengan
ukuran pinggul. Untuk membaca hasilnya, jika pada laki-laki ≥
90cm dan ≥ 80 pada perempuan maka akan menunjukkan tanda
bahaya obesitas.
c. Mengukur indeks masa tubuh ( IMT )
Suatu pengukuran yang membandingkan antara berat badan dengan
tinggi badan, dengan rumus :
IMT = BB ( Kg )
TB ( m )²
32
Keterangan :
IMT : Indeks Masa Tubuh
BB : Berat badan ( dalam kilogram )
TB : Tinggi Badan ( dalam meter )²
Satuan : Dalam kg/m²
d. Klasifikasi berat badan
Keteranagan Kategori Batas ambang
Kurus Kekurangan BB tingkat
berat
< 17,0
Kekurangan BB tingkat
ringan
17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 24,9
Gemuk
>25,0 – 27,0
Obesitas Obesitas Ringan >27,0 – 30,0
Obesitas Sedang >30,0 – 34,0
Obesitas Berat >34,0 – 39,0
4. Penatalaksanaan obesitas
Menurut Atikah ( 2010 ) penatalaksanaan obesitas dapat dibagi dalam
beberapa kategori, meliputi :
a. Edukasi
Memberikan pengajaran kepada penderita obesitas bahwa cara
paling efektif untuk menurunkan berat badan adalah dengan
meningkatkan aktifitas fisik dan mengurangi asupan energi.
b. Pengobatan
Memberikan motifasi pada penderita obesitas untuk membuat suatu
rencana dalam rangka menurunkan asupan energy dan
meningkatkan aktifitas fisik. Melakukan pembatasan kalori dan
modifikasi diet seharusnya dilakukan sehingga penderita obesitas
dapat mencapai dan menjaga berat badan yang ideal.
33
c. Program penurunan berat badan
1) Diit harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang
dianjurkan ( vitamin, mineral, dan protein ). Diit untuk
menurunkan berat badan harus rendah kalori.
2) Programm penurunan berat badan harus diarahkan kepada
penurunan berat badan yang perlahan dan stabil.
3) Sebelum melakukan program penuruna berat badan, harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
d. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku merupakan teknik yang sering digunakan
dalam terapi psikologis untuk mengurangi atau menghilangkan
perilaku yang dapat menyebabkan munculnya masalah kelebihan
berat badan. Dengan teknik ini, remaja ditanamkan motifasi dan
disiplin diri yang kuat untuk mengubah kebiasaan yang salah
( Wirakusumah, 1994 ). Modifikasi perilaku dapat dilakukan
dengan cara antara lain :
1) Memonitor diri sendiri
Pencatatan olah raga, makanan yang dimakan dan emosi serta
lingkungan yang mempengaruhi pada waktu mengkonsumsi
makanan untuk memberikan dasar perencanaan untuk
perubahan.
2) Dorongan positif
3) Modifikasi perilaku untuk mempromosikan penurunan atau
mempertahankan berat badan
4) Kunyah makanan secara berlahan
5) Makanlah dengan porsi yang kecil
E. Hubungan Obesitas dengan Citra Diri
Citra diri tebentuk dari persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
34
tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan
orang lain. Sikap, nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi pada
perkembangn citra tubuh ( Perry & Potter, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi ( tanpa tahun ) terkait citra tubuh
remaja putri melakukan suntik kurus, menyatakan bahwa perhatian terhadap
citra tubuh lebih besar pada remaja putri. Karena pada masa remaja menarik
tidaknya seseorang diidentikkan dengan bentuk tubuh ideal atau langsing.
Faktor – faktor interpersonal yang dapat mempengaruhi citra diri pada remaja
putri adalah sikap ibu terhadap tubuhnya sendiri dan tubuh remaja putri
tersebut, teman sebaya seperti teman – teman yang memiliki bentuk tubuh
yang ideal, tokoh idola dan ketidakpuasan terhadap tubuh remaja putri juga
dipengaruhi oleh media masa seperti televise, internet, ataupun majalah
remaja.
Bagi remaja putri yang mengalami masalah obesitas dia akan merasa bahwa
dirinya aneh, tidak sempuna, tidak disukai sehingga orang lain akan
memandangnya dengan negatif. Bagi remaja putri yang mengalami obesitas
akan cenderung mengalami krisis percaya diri seperti menarik diri dari
lingkungannya, sukar bergaul dengan teman sebaya dan kurang aktif dalam
kegiatan – kegiatan disekolahnya.
Dengan demikian, citra tubuh merupakan persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk, fungsi dan penampilan, dapat menjadi faktor penentu
yang dapat mempengaruhi perkembangan harga diri seseorang. Seiring
dengan pertumbuhan fisik yang pesat, berat badan akan mengalami
pertambahan dan akan rentan mengalami obesitas. Remaja yang memiliki
kelebihan berat badan dapat berefek negatif pada citra diri mereka.
35
F. Hubungan Obesitas dengan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk dari masa kanak – kanak dengan mulai
mengembangkan rasa berguna untuk bertindak pada inisiatif mereka sendiri(
Erikson, 1963 dalam Potter, 2005 ). Harga diri dapat dipahami dengan
memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal. Harga diri
memiliki pengaruh besar terhadap perasaan dan penilaian dari konsep diri
individu. Salah satu komponen penting dalam harga diri adalah penilaian
individu terhadap tubuhnya yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
penilaiannya tentang diri sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati ( 2008 ) tentang harga diri pada
remaja obesitas, menyatakan bahwa harga diri sangat erat kaitannya terhadap
berat badan ideal seorang remaja. Remaja yang memiliki berat badan ideal
cenderung dapat diterima oleh lingkungannya, sehingga remaja tersebut
memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi. Begitu juga sebaliknya,
apabila remaja tersebut memiliki berat badan yang kurang ideal, maka dapat
membuat remaja tersebut tidak percaya diri dan pada akhirnya merasa harga
dirinya rendah. Rasa tidak puas terhadap konsisi bentuk tubuh sering
dirasakan oleh remaja. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya
gangguan harga diri rendah pada remaja.
36
G. Kerangka Teori
Dari tinjauan teori diatas maka dapat disimpulkan kerangka teori sebagai
berikut :
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Wirakusumah ( 1994 ), Widiyatun ( 1996 ), Clemes Harris ( 2010 ),
Mustofa ( 2010 ), Linda Smolak ( tanpa tahun )
Faktor yang
mempengaruhi citra diri :
d. Teman sebaya
e. Teman sebaya
a. Jenis kelamin
b. Berat badan
c. Konsep diri
Faktor yang
mempengaruhi harga
diri:
a. Perkembangan
harga diri
b. Ideal diri yang tidak
realistis
c. Keluarga
d. Pengalaman
traumatik yang
berulang
Citra Diri Positif
Citra Diri Negatif
Harga Diri Rendah
Harga Diri Tinggi
Obesitas
Faktor penyebab
obesitas :
a. Faktor genetik
c. Faktor
psikososial
d. Faktor kesehatan
e. Faktor
perkembangan
f. Faktor aktifitas
fisik
b. Faktor
lingkungan
Penatalaksanaan Obesitas:
a. Edukasi
d. Modifikasi perilaku
b. Pengobatan
c. Program penurunan berat badan
37
H. Kerangka Konsep
Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep
sebagai berikut :
Skema 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independent : Variabel Dependent :
I. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah :
1. Variable independent ( variable bebas ) adalah obesitas
2. Variabel dependent ( variable terikat ) adalah citra diri dan harga diri
pada remaja putri.
J. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan obesitas dengan citra diri pada remaja putri di Kelurahan
Jomblang Kecamatan Candisari Semarang.
2. Ada hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja putri di
Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Semarang
3. Tidak ada hubungan obesitas dengan citra diri pada remaja putri di
Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Semarang
4. Tidak ada hubungan obesitas dengan harga diri pada remaja putri di
Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Semarang
Obesitas
Harga Diri
Citra Diri
top related