bab iii geologi daerah penelitian - · pdf filefoto 3.4 satuan dataran aluvial memperlihatkan...
Post on 21-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 GEOMORFOLOGI
Analisa geomorfologi merupakan sebuah tahapan penting dalam penyusunan peta
geologi. Hasil dari analisa geomorfologi dapat memudahkan dalam pengerjaan pemetaan.
Analisa geomofologi didapat menggunakan peta kontur 1 : 12500 dan citra radar Shuttle Radar
Topographic Mission (SRTM). Data yang digunakan adalah data kelurusan, pola kontur
topografi, pola sungai, sudut lereng, kemiringan lapisan (dipslope), bentukan lembah sungai dan
tingkat erosi yang terjadi. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk menentukan satuan
geomorfologinya berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939) serta untuk memperkirakan proses
geologi yang mempengaruhi pembentukannya.
3.1.2 Penafsiran Kondisi Geomorfologi
Titik tertinggi pada daerah penelitian adalah ± 950 mdpl dibagian selatan (puncak Pasir
Kasur), dan titik terendahnya ± 275 mdpl di bagian baratlaut (Desa Cibarengkok). Daerah
penelitian terdiri dari bentang alam berupa punggungan, perbukitan, lembah, serta dataran
rendah. Kelurusan pada daerah ini memiliki 2 pola utama yaitu NE – SW dan NNW – SSE
(Gambar 3.1). Berdasarkan kenampakan topografi dan pengamatan di lapangan maka morfologi
di daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi
Perbukitan Homoklin, Satuan Geomorfologi Perbukitan Volkanik, Satuan Geomorfologi Dataran
Aliran Lahar, Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial (Gambar 3.2).
Gambar 3.1 Kelurusan utama daerah penelitian yang berarah NE – SW dan NNW – SSE
Geologi Daerah Penelitian
13
Gambar 3.2 Pembagian daerah satuan geomorfologi pada citra SRTM; Satuan Perbukitan
Homoklin berwarna hijau, Satuan Perbukitan Volkanik berwarna merah muda, Satuan
Dataran Aliran Lahar berwarna coklat muda, Satuan Dataran Aluvial
3.1.2.1 Satuan Perbukitan Homoklin
Satuan ini berwarna hijau pada Peta Geomorfologi (Lampiran E-I). Satuan Perbukitan
Homoklin dinamakan karena terdapat kecenderungan kelurusan, dan bentuk topografi yang
cenderung seragam pada satuan ini. Satuan Perbukitan Homoklin terdapat pada bagian tengah
daerah penelitian hingga daerah selatan penelitian. Pola kontur rapat dan tidak beraturan
merupakan penciri satuan ini. Satuan ini menempati ± 55 % luas daerah penelitian. Satuan ini
memiliki ketinggian antara 350 – 950 mdpl dengan kemiringan lereng relatif terjal. Bentuk
morfologi satuan ini berupa bukit bergelombang (Foto 3.1). Satuan ini tersusun oleh batupasir,
batulempung, serta pada bagian timur terdapat batugamping.
Tahapan geomorfik pada Satuan Perbukitan Homoklin termasuk ke dalam tahapan
geomorfik muda. Hal ini disimpulkan dari bentuk lembah sungainya, yaitu berbentuk V (foto
3.2), serta dinding sungai terjal, dan tidak dijumpai dataran banjir. Tipe sungai yang
berkembang pada daerah ini adalah obsekuen dimana arah aliran berlawanan dengan arah
kemiringan lapisan batuan. Satuan ini memiliki kelurusan sungai berukuran besar dengan arah
relatif NW – SE. kelurusan sungai besar ini diintrepetasikan sebagai bidang lemah berupa
U
Geologi Daerah Penelitian
14
bidang sesar. Pada satuan ini juga terdapat kelurusan berarah NE –SW yang berukuran lebih
kecil. Kelurusan ini dapat diintrepetasikan sebagai bidang lemah berupa sesar atau bidang
perlapisan.
` Foto 3.1 Satuan Perbukitan Homoklin memperlihatkan morfologi perbukitan bergelombang
tersusun oleh batupasir dan batulempung (dari Desa Kemang ke timur)
Foto 3.2 Lembah sungai pada Satuan Perbukitan Homoklin yang memperlihatkan bentuk
“V” tanda dari ciri proses geomorfik tahapan muda (Sungai Cibentang ke arah selatan)
Geologi Daerah Penelitian
15
3.1.2.2 Satuan Perbukitan Volkanik
Satuan ini ditandai dengan warna merah muda pada Peta Geomorfologi
(Lampiran E-I) dan menempati sekitar 30 % dari luas daerah penelitian. Satuan ini
terletak pada daerah utara hingga tengah bagian penelitian. Memiliki morfologi
permukaan berupa punggungan yang memanjang dari arah barat ke timur. Kemiringan
lereng satuan ini relatif sedang hingga terjal (foto 3.3). Satuan ini tersusun atas batuan
breksi volkanik. Tipe sungai yang berkembang adalah sungai subsekuen, dimana arah
aliran sungai searah dengan jurus dari batuan. Morfologi yang berbukit menunjukan
bahwa satuan ini tersusun oleh batuan yang relatif keras.
Foto 3.3 Satuan Perbukitan Volkanik memperlihatkan morfologi perbukitan memanjang
dengan arah barat – timur. Tersusun oleh batu breksi volkanik (dari Desa Kemang ke selatan)
3.1.2.3 Satuan Dataran Aliran Lahar
Satuan ini mencakup ± 12,5% dari luas daerah penelitian dan memiliki
ketinggian mulai dari ± 300 m hingga mencapai 325m diatas muka laut. Pada Peta
Geomorfologi satuan ini diberi warna coklat muda (Lampiran E-I). Satuan ini menempati
bagian utara daerah penelitian. Ditandai dengan bentang alam yang landai. Satuan ini
tersusun oleh batuan hasil endapan gunung berapi. Tidak terdapat pola kelurusan yang
dapat diamati pada daerah ini.
Geologi Daerah Penelitian
16
3.1.2.4 Satuan Dataran Alluvial
Pada Peta Geomorfologi (Lampiran E-I) satuan ini ditandai dengan warna abu-
abu. Satuan ini menempati 2,5 % dari luas daerah penelitian. Memiliki ketinggian
mulai dari 275 - 350 mdpl, satuan ini berada pada daerah aliran Sungai Cihea mulai dari
tengah daerah penelitian hingga ke bagian timur. Satuan ini memiliki tipe aliran sungai
subsekuen yang berarti arah aliran sungai searah dengan arah jurus batuan. Satuan ini
dibentuk oleh material yang belum terkonsolidasi berupa sedimen aluvial. Terdapat
bongkah batupasir, batu gamping, serta batuan beku. Sungai Cihea mtermasuk tahapan
geomorfik dewasa dengan lembah sungai berbentuk huruf “U” (foto 3.4). Tahap erosi
pada satuan ini berada pada tahap dewasa dimana erosi horizontal lebih dominan
dibanding erosi vertikal.
Foto 3.4 Satuan Dataran Aluvial memperlihatkan bentuk lembah sungai “U”, serta
material yang belum terkonsolidasi (Sungai Cihea kearah barat)
Geologi Daerah Penelitian
17
Ci R
angkong
Ci S
arwa
Ci S
elaawai
Ci K
aret
CiTunggul
Ci M
urah
CiH
ea
Ci H
ea
Kopeng
Cijengkol
Kukulu
Kem
ang
Cigunung
Cim
urah
Liunggunung
Cikoneng
Mujit
Cisangkan
Kaw
ungluwuk
Kalapacondong
Cikupa
Angsana
Kam
pungbaru C
irendahP
angawaren
Cibarengkok
Cibeber
Pasirsim
pur
Ci M
urah
Kam
pungbaru
Ps.P
ogor
Ps. K
arang
Ps. M
uncang
Ps. G
ombong
Ps. S
odor
Ps. N
aplek
Ps. K
erud
Ps. Ladar
Ps. Tenggek
Ps. M
uncangnunggal
Ps. D
engkul
Ps. S
ampih
Ps. K
asur
Ps. Tarungtung
Ps. P
aranje
500
850
800
650
650550
550
550
750
700
700
600
600
600
550 500
500
500
500
500
500
450
450
450
450
450450
450
400
400
400
350
350
350
350
300
950
600
700
500
850
650
550
350
DE
SA KE
MA
NG
DE
SA S
UK
AR
ATU
DE
SA C
IBA
RE
NG
KO
K
GH 1.1
GH 1.5
GH 1.6
PR
OG
RA
MS
TUD
ITEKN
IKG
EO
LOG
IFA
KULTAS
ILMU
DA
NTE
KNO
LOG
IKEB
UM
IAN
INS
TITUT
TEKN
OLO
GIB
AND
UN
G
PE
TAG
EO
MO
RFO
LOG
ID
AER
AH
KE
MA
NG
DA
NS
EKITA
RN
YA,C
IAN
JUR
,JAWA
BA
RAT
M.M
asadhiPraguna
S.12004048
Keterangan:
PETA
IND
EKS
:
8cm
1km
00
U
TB
S
OL
EH
:
Sungai
Garis K
ontu
r Interva
l 12.5
SatuanLem
bahA
luvialS
atuanini
menem
pati2,5
%dari
luasdaerah
penelitian.satuan
iniberadapada
aliransungaicihea
bagiantim
ur.
Mem
ilikiketinggianm
ulaidari275
-350m
dpl,
SatuanPerbukitan
VolkanikS
atuaninim
enempatisekitar30%
dariluasdaerah
penelitian.Mem
ilikiketinggian315
-550
mdpl.
Ditandai
dengandaerah
dengankontur
rapat,kelurusan
berorientasibarattimur.S
atuaniniberada
padabagian
utaradaerah
penlitian.
Satuan Perbukitan Hom
oklinS
atuan ini menem
pati ± 55 % dariluas
daerahpenelitian.
Mem
ilikiketinggianantara 350-980 m
dpl, dengan kemiringan
lerengyang
bervariasimulaidariyang
landai hingga yang terjal, mem
ilikistruktursertavariasilitologiyang
beragam,
dapat dilihat adanya gawir, Perbukitan
mem
anjang,perbukitanlipatan
danadanya suatu lem
bah homoklin.
Satuan Dataran A
liran LaharS
atuan ini menem
pati 12,5 % dari
luasdaerah
penelitian.mem
ilikiketinggian
antara 310 - 315 mdpl. Satuan
iniberada
dibagian
utaradaerah
penelitian.D
itandai dengan kerapatan konturyang
sangatrenggang,sehingga
dapatdiperkirakan m
emiliki batuan yang
relatiflunak.
Geologi Daerah Penelitian
18
3.2 STRATIGRAFI
Berdasarkan data penelitian di lapangan dan berdasarkan data hasil analisa laboratorium,
maka daerah penelitian dapat dikelompokkan kedalam 6 satuan tidak resmi dengan urutan dari
tua ke muda yang dapat dilihat pada kolom stratigrafi umum daerah penelitian (gambar 3.3).
Gambar 3.4 Kolom stratigrafi umum daerah penelitian
UMUR FORMASI SATUAN SIMBOL LITHOLOGI LINGKUNGANPENGENDAPAN
TER
SIE
RM
IOS
EN
AWAL
BATUPASIR
BATULEMPUNG
BREKSI VOLKANIK
ALUVIAL
LAUT DANGKAL
DARAT
DARAT
N4
- N7
N7
- N9
BATUGAMPING
TEBALAN
GG
OTA
BAT
UG
AMPI
NG
0 - 70 m
0 - 25 m
SA
GU
L NG
TEN
GA
H N9
- N14
LAUT DALAM
TRANSISI
ALI
RAN
LA
HA
RG
UN
UN
G G
ED
E
AK
HIR
OLI
GO
SE
N
N1
- N3
BREKSI POLIMIK
100 m 3
90 -
490
m 3
60 -
418
m28
5 - 3
74 m
885
- 103
0 m
Te -
Tata
s
BATUPASIR -BATULEMPUNG
Geologi Daerah Penelitian
19
3.2.1 Satuan Batupasir – Batulempung
Satuan ini sebenarnya tidak tersingkap di permukaan, sehingga satuan ini tidak ada pada
Peta Geologi. Satuan ini dianggap setara dengan Formasi Batuasih. Satuan ini ada pada
penampang A – B dan C – D. Peletakkan satuan ini pada penampang berdasarkan perhitungan
detachment. Dari hasil perhitungan detachment dibutuhkan suatu satuan batuan yang memiliki
sifat lebih plastis dari Satuan Batugamping sebagai titik detachment. Menurut Martodjojo (1984)
Formasi Batuasih berumur Oligosen Tengah – Oligosen Akhir. Satuan ini memiliki ketebalan
antara 390 – 400 meter.
3.2.2 Satuan Batugamping
Satuan Batugamping ini terletak pada bagian timur memanjang ke arah barat hingga
tengah daerah penelitian. Dimensinya relatif kecil jika dibandingkan dengan satuan batuan yang
lain, satuan ini menempati sekitar 1% dari luas daerah penelitian. Pada Peta Geologi satuan ini
ditandai oleh warna biru (Lampiran E-III). Morfologi satuan ini relatif lebih terjal. Satuan ini
tersingkap pada sungai Ciparanje, Citunggul, dan Cimurah. Kondisi singkapan pada umumnya
sudah lapuk. Batugamping yang diamati tidak memiliki arah dan kemiringan lapisan batuan.
Menurut Martodjojo (1984) satuan ini memiliki tebal sekitar 100 meter (Lampiran E-IV).
Berdasarkan klasifikasi Dunham (1964) (Gambar 3.4) Batugamping ini termasuk dalam
fasies Packestone dengan kandungan lumpur karbonat < 10% dengan ciri lithologi berdasarkan
pengamatan sayatan petrografi bewarna putih keabuan, terpilah sedang hingga buruk, kemas
terbuka, butiran terdiri butiran pecahan foraminifera besar, mollusca, koral, dan alga. Matriks
berupa lumpur karbonat dan semennya berupa sparry calcite (Lampiran B).
Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar pada satuan ini dapat disimpulkan bahwa
satuan ini berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal (Lampiran A). Berdasarkan umur ini satuan
batuan Batugamping ini disetarakan dengan Anggota Batugamping Formasi Rajamandala yang
memiliki umur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal (Martodjojo, 1984).
Berdasarkan ciri lithologi, dan kandungan fosilnya maka disimpulkan batuan ini
diendapkan pada daerah laut dangkal tepatnya pada bagian yang memiliki kemiringan atau fore
reef. Tidak ditemukan hubungan stratigrafi dengan satuan dibawah dan diatas nya di lapangan,
tapi berdasarkan literatur diketahui satuan ini memiliki hubungan selaras dengan satuan
dibawahnya, juga memiliki hubungan selaras dengan satuan diatasnya.
top related