bab iv budaya pop jepang dan komunitas cosplay
Post on 16-Oct-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
BUDAYA POP JEPANG DAN KOMUNITAS COSPLAY
JAICO
Dalam penelitian ini penulis akan melihat bagaimana konsep diri cosplayer
berdasarkan komunikasi yang dilakukan dengan simbol. Cosplay sendiri adalah
bagian dari budaya pop Jepang. Untuk melihat hubungan antara Konsep Diri
cosplayer dengan budaya pop Jepang maka penulis memberikan penjelasan atau
gambaran secara umum mengenai budaya pop Jepang, khususnya budaya pop yang
berhubungan dengan Cosplay.
2.1. Anime
Anime (baca: a-ni-me, bukan a-nim) adalahanimasi khas Jepang, yang
biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-
tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis
penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang
(http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)
Gambar 3
Beberapa anime buatan Jepang
Sumber : devianart.com
Kata anime tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter katakanaa, ni, me
yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan diucapkan
sebagai "Anime-shon".Anime pertama yang mencapai kepopuleran yang luasAstro
Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun 1963. Sekarang anime sudah sangat
berkembang jika dibandingkan dengan anime zaman dulu.Dengan grafik yang sudah
berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru.Masyarakat Jepang
sangat antusias menonton anime dan membaca manga.Dari anak-anak sampai orang
dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka, Hal
ini yang membuat beberapa televisi kabel yang terkenal akan beberapa film
kartunnya, seperti Cartoon Network dan Nickelodeon mengekspor kartunnya.
Sekarang anime menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan bagi semua orang, dan
banyak juga orang yang memanfaatkan hal ini untuk sebuah tindakan
kejahatan.Pembuat anime itu sendiri disebutanimator.Para Animator itu bekerja
disebuah perusahaan media untuk memproduksi sebuah anime. Di dalam perusahaan
itu, terdapat beberapa animator yang saling bekerja sama untuk menghasilkan sebuah
anime yang berkualitas. Tapi sangat disayangkan, gaji dari para animator tersebut
kecil jika dibandingkan dengan kerja keras mereka.Hal ini yang membuat para
animator enggan untuk bekerja secara professional.Mereka merasa hal itu tidak
sebanding dengan usaha yang telah mereka lakukan.Para animator itu sendiri sering
disebut Seniman Bayangan. Karena mereka bekerja seperti seorang seniman yang
berusaha mengedepankan unsur cerita dan unsur
intrinsiknya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)
Pembajakan juga mempersulit para animator untuk mendapatkan keuntungan
penuh dari hasil kerja keras mereka, meski ternyata juga ada "gosip" yang
mengatakan bahwa ada juga pihak produsen anime itu sendiri yang menyebarluaskan
karya mereka di luar jalur perdagangan resmi (mungkin gratisan atau dibajak) dengan
tujuan untuk lebih memopulerkan hasil karya mereka. Tidak sedikit yang orang yang
pergi ke Jepang untuk belajar mengenai pembuatan anime (dan manga tentunya)
karena tertarik setelah melihat berbagai anime yang telah menyebar ke berbagai
pelosok dunia di berbagai benua.Adapun pihak yang membuat hasil karya yang
serupa atau bahkan mungkin meniru ciri anime, misalnya Korea dan beberapa negara
Asia lainnya.
Teknologi CG (Computer Graphics) dan Teknologi Visual, Komputer telah
mempermudah pembuatan anime sekarang ini, karena itu ada yang menganggap
bahwa kualitas artistiknya lebih rendah dibandingkan dengan anime masa lalu. Hanya
saja perlu diperhatikan bahwa kualitas gambarnya pun sekarang ini lebih nikmat
dilihat dan lebih mudah dimengerti karena gambarnya lebih proporsional dan
warnanya lebih bagus, ditambah keberadaan teknologi
HD(http://id.wikipedia.org/wiki/Anime, 7 Februari 2014)
2.2. Manga
Manga (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa
Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang
komik Jepang. Mangaka (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang
menggambar manga.
Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik
yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu
chapter/bab).Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar
antara 200 hingga 850 halaman. Sebuah judul manga yang sukses dapat terbit hingga
bertahun-tahun seperti "Jojo no Kimyō na Bōken / JoJo's Bizarre Adventure / Misi
Rahasia". Umumnya, judul-judul yang sukses dapat diangkat untuk dijadikan dalam
bentuk animasi (atau sekarang lebih dikenal dengan istilah ANIME) contohnya adalah
seperti Naruto, Bleach dan One Piece
Untuk beberapa judul (yang sukses) bahkan telah/akan dibuat versi manusia
(Live Action, atau kadang disingkat sebagai L.A. di jepang), beberapa judul yang telah
diangkat menjadi Live Action adalah Death Note, Detektif Conan, GeGeGe no
Kintaro, Cutie Honie, Casshern, DevilMan, Saigake!! Otokojuku dan lain lain.
Gambar 4
Manga/Komik buatan Jepang
Sumber : devianart.com
Lebih lanjut sebagian judul juga akan dibuat remake kembali secara
internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat
film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox) dan kabarnya juga
akan dibuat versi live action dari Death Note oleh pihak produser barat.
Manga Berdasarkan Jenis Pembaca :
a) Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo :untuk anak-
anak.
b) Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (atau
redikomi) : wanita.
c) Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen :pria.
d) Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo :remaja
perempuan.
e) Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen :remaja lelaki.
2.3. Doujinshi
Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fansmanga tersebut
yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda dari manga aslinya. Para fans ini
biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko
doujinshi, atau mengikuti konvensiakbar doujinshi yang biasa disebutComiket. Disini
dijual ribuan judul doujinshi tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000
orang.( www.wiki pedia.com)
Doujinshi sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk
menjadi mangaka. Ken Akamatsu (Love Hina,Negima) juga sering membuat dojin
karyanya sendiri. Manga yang bertema hentai biasanya adalah dojin dari manga
tertentu yang sudah terkenal. Biasanya karakter manga tersebut memang didesain
untuk jadi "sasaran" (sebutan bagi para pembuat seperti manga-ka).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari 2014)
2.4. Harajuku Style
Penelitian yang dilakukan Siregar, dkk (2008), mengkaji mengenai visual
gaya harajuku di Indonesia melalui unsur-unsur fashion, harajuku sendiri sebenarnya
merupakan suatu kawasan kecil di Tokyo. Merupakan sebuah tempat berkumpulnya
anak-anak muda dengan dandanan yang ekspresif, nyentrik dan “aneh”.Harajuku
merupakan sebuah kawasan yang ramai, disesaki oleh toko-toko dan para
pemberontak busana yang dalam bahasa positifnya disebut “trend setter“.Busana
yang sangat tidak Jepang tetapi di saat yang bersamaan, sangat Jepang.Harajuku style
adalah suatu simbol pembrontakan anak-anak muda Jepang terhadap tradisi yang ada
dalam budaya Jepang. Harajuku merupakan ikon pemberontakan gaya busana di
Jepang. Gaya ini muncul di era tahun 80-90-an.
Gambar 5
Harajuku Style oleh anak-anak muda di Harajuku street, Jepang
Sumber :http:// namikureiji.blogspot.com
Selain itu, gaya harajuku dinilai sebagai bentuk pemberontakan terhadap nilai
kemapanan, kemudian diadopsi menjadi tren yang meriah disekitar kehidupan anak
muda. Anak-anak muda terbiasa berkumpul untuk melepaskan tekanan hidup sehari-
hari. Setiap akhir minggu, mereka berkumpul dan satu sama lain berusaha berdandan
secara ekstrim. Mereka menjadi sosok yang berbeda dari kehidupan sehari-hari yang
menurut mereka cenderung membosankan.
Di Indonesia, gaya harajuku atau dandanan khas gaya anak muda Jepang
dipopulerkan oleh beberapa penyanyi, misalnya grup duo Ratu, Pinkan Mambo,
Agnes Monica, J-Rocks, dan lain-lain. Tidak hanya sebatas penyanyi saja, di jakarta
juga banyak anak muda yang tidak segan dan tidak malu bergaya harajuku di pusat-
pusat keramaian. Umumnya mereka memiliki perhatian khusus pada produk budaya
pop Jepang seperti anime, cosplay, komik, makanan, film, majalah, dan juga musik,
serta bahasa Jepang.
2.5. Cosplay
Cosplay adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang
berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay berarti
hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan
tokoh-tokoh dalam anime, manga, manhwa, dongeng, permainan video, penyanyi dan
musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay disebut cosplayer, Di kalangan
penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai layer.
Gamb
ar 6
Cospl
ayer
sedan
g
berpo
se
denga
n
gaya yang khas dari karakter yang dibawakan
Sumber :cosplaybandung.weebly.com dan www.crunchyroll.com, 2013
Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan
perkumpulan sesama penggemar (dōjin circle), seperti Comic Market, atau
menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay
termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia,
yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia
(http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7 Februari 2014)..
Sekitar tahun 1985, hobi cosplay semakin meluas di Jepang karena cosplay
telah menjadi sesuatu hal yang mudah dilakukan.Pada waktu itu kebetulan tokoh
Kapten Tsubasa sedang populer, dan hanya dengan kaus T-shirt pemain bola Kapten
Tsubasa, orang sudah bisa "ber-cosplay". Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi
kegiatan berkelompok sejak tahun 1986. Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer
amatir (disebut kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay
((http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7 Februari 2014)
Cosplayer adalah orang yang mengenakan
pakaian/kostum/cosplay.Kebanyakan kostum yang digunakan dari Jepang. Di
Indonesia sangat jarang ditemukan Cosplayer yang mengenakan pakaian dari komik
luar asia, beberapa menggunakan tipe eropa tetapi dikarenakan di ambil dari
manga/manwa bukan dari komik luar asia. Cosplay terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1) Cosplay anime/manga. Cosplay yang berasal dari anime maupun manga.
Biasanyamanhwa termasuk didalamnya termasuk komik dari Amerika.
2) Cosplay Game. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di
Game.
3) CosplayTokusatsu. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di
film tokusatsu.
4) Cosplay Gothic. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter
bernuansa gelap atau Gothic. Biasanya digabung dengan Lolita.
5) Cosplay Original. Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime,
tokusatsu dan lainnya. Atau memiliki dasar yang sama seperti tokoh game
Kingdom heart misalnya: Sora (Kingdom Heart) tetapi berbentuk
metalic(modern)
6) Harajuku Style. Beberapa cosplayer sering menduga Harajuku style
adalah bagian dari cosplay. Beberapa Harajuku style muncul di
manga/anime seperti Nana (http://id.wikipedia.org/wiki/Cosplay, 7
Februari 2014)
2.6. Otaku
Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnisNakamori Akio dalam
artikel “Otaku”no Kenkyū (Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalahManga
Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember
1983, istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkulturseperti
anime dan manga.
Pada waktu itu, masyarakat umum sama sekali belum mengenal istilah otaku.
Media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku adalah radioNippon
Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (situasi kalangan
otaku?) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku
Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan otaku, mengikuti sebutan yang sudah
ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata "zoku," sepertiBosozoku.
Pada perkembangan selanjutnya, sebutan otaku digunakan untuk pria lajang
yang mempunyai hobi anime, manga, idol, permainan video, dan komputer pribadi
tanpa mengenal batasan umur. Istilah otaku juga banyak dipakai untuk menyebut
wanita lajang atau wanita sudah menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat
"cult" berdasarkan persamaan hobi.Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang
merupakan penggemar berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang
akademis jarang sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.
Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya hanya digunakan di antara orang-
orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk kalangan terbatas seperti
penerbitanDōjinshi.Belakangan ini, istilah otaku dalam arti luas sering dapat
mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung pada situasi dan orang yang
menggunakannya. Istilah otaku secara negatif digunakan untuk penggemar fanatik
suatu subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum, atau
orang yang kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang
lain. Otaku secara positif digunakan untuk menyebut orang yang sangat mendalami
suatu bidang hingga mendetil, dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi
hingga mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.
Gamb
ar 7
Ruang
an
tempat
koleks
i Otaku
Sumber :www.kaskus.co.id
Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang
disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada
kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering
digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan
istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai
robot Gundam),Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer),
Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku
Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung
dalam Johnny & Associates).
Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi
"laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa
memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak.Anak perempuan di
Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di
kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk
perempuan.Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang
menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau
perlakuan diskriminasi terhadap seseorang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7
Februari 2014)
Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki
yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya
berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di
distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang
kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-
Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan
penyanyihip-hop berkulit hitam (http://id.wikipedia.org/wiki/Manga, 7 Februari
2014)
2.6. Komunitas Cosplay Jaico
2.6.1. Sejarah singkat Komunitas Cosplay Jaico
Komunitas pencinta budaya Jepang Jaico yang pertama membawa pengaruh
budaya Jepang di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang
(UNNES).Komunitas Jaico berdiri pada tanggal 14 Mei 2009 oleh mahasiswa-
mahasiwa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang memang menyukai budaya
Jepang.Dengan jurusan yang berbeda-beda juga, mereka sepakat membentuk
komunitas yang akhirnya dinamai Jaico.Pertama yang mempunyai ide untuk
membuat komunitas adalah sebuah band indie beraliran musik Jepang yaitu Neko
yang anggotanya dari berbagai jurusan seperti Rista (PJKR), Kris (Geografi), Agus
(Geografi), Hengky (Manajemen), dan Aan (Sendratasik). Kemudian mereka bertemu
dengan mahasiswa jurusan lain yang memang menyukai budaya Jepang yaitu Kiky
(Bahasa Jepang), Nita ( Bahasa Jepang), dan Tora (Teknik Sipil).
Untuk perekrutan anggota pertama, media yang mereka gunakan adalah
pamlet.Pamflet tersebut ditempel di sekitar lingkungan kampus Universitas Negeri
Semarang (UNNES), komunitas pencinta budaya Jepang Jaico mendapat anggota
baru.Anggota Komunitas Cosplay Jaico pada awal dibentuknya adalah sekitar 60
orang.Jaico mulai merintis kesuksesannya lewat lomba-lomba yang diselenggarakan
di acara festifal budaya Jepang di wilayah kota Semarang maupun luar kota
Semarang. Berkembangnya komunitas pencinta budaya Jepang Jaico, membuat
anggotanya semakin bertambah, dan tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa
Universitas Negeri Semarang (UNNES) saja.Anggota komunitas pencinta budaya
Jepang Jaico mulai bervariasi, mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA),
sampai lingkungan kerja atau umum.Berikut beberapa foto Komunitas Cosplay Jaico
ketika sedang melakukan cosplay.
Gam
bar 8
Kom
unita
s
Cosp
lay
Jaico saat sedang cosplay
secara tim di dalam sebuah event festival Budaya Jepang
sumber : Dokumen Pribadi Penulis, 2009, 2013
4.6.2. Alasan keterlibatan dalam komunitas
Setelah terbentuk pada tahun 2009 yang lalu, Komunitas Jaico menjadi
semakin berkembang dengan bertambahnya anggota dan juga kegiatan.Komunitas ini
telah membuktikan eksistensinya sebagai komunitas yang beranggotakan orang-orang
yang menyukai Jepang khususnya Cosplay, dan menjadi wadah bagi mereka untuk
berekspresi dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang Cosplay.Setiap
anggota yang masuk dan ikut bergabung dalam komunitas ini memiliki alasan yang
membuat mereka merasa tertarik dan merasa nyaman untuk bergabung dengan
Komunitas ini.
Minat terhadap Cosplay awalnya didahului pada ketertarikan dengan anime,
tokusatsu dan film Jepang. Beberapa anggota yang menjadi informan yang
merupakan anggota senior komunitas Jaico mengatakan bahwa sejak kecil mereka
sudah tertarik pada anime, tokusastu, dan juga film Jepang. Berawal dari ketertarikan
mereka pada hal tersebut sejak kecil, ketertarikan tersebut berkembang menjadi
mimpi masa kecil dan harapan untuk menjadi seperti tokoh yang mereka sukai, yang
ada di dalam anime, tokusatsu dan film Jepang.
Selain ketertarikan mereka pada anime, tokusatsu dan film Jepang, alasan
mereka bergabung menjadi anggota dalam komunitas Jaico adalah karena di dalam
komunitas ini mereka dapat bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang
memiliki hobi dan ketertarikan yang sama yaitu dalam kegiatan Cosplay. Disamping
mereka dapat mempersiapkan dan bersama-sama melakukan kegiatan cosplay, di
dalam kehidupan sehari-hari mereka juga dapat saling berbagi informasi terbaru
tentang anime, tokusatsu dan film Jepang dan juga dapat perkembangan Cosplay,
baik di daerah mereka, event Cosplay yang ada di berbagai daerah di Indonesia
bahkan di berbagai belahan dunia. Berkumpul dan bergabung bersama dengan
anggota komunitas yang memiliki kesamaan minat dan hobi yang sama, akan
membuat komunikasi dan interaksi semakin menyenangkan karena topik
pembicaraan yang dibicarakan tidak jauh dari Cosplay dan hal-hal yang berhubungan
dengan Jepang, sesuai dengan minat mereka.
Henky, informan yang pertama adalah mantan ketua Jaico dan juga salah satu
pendiri Jaico. Ada dan terbentuknya komunitas cosplay Jaico adalah hasil dari idenya
dan beberapa orang temannya yang pada tahun 2009 tergabung dalam sebuah band
yang sering membawakan lagu-lagu Jepang. Pada awalnya dia mengaku kalau hanya
suka dengan musik-musik yang saat ini sedang populer di Jepang, tetapi seiring
dengan berjalannya waktu, semakin banyak teman yang bergabung membuat kegiatan
yang ada dalam komunitas Jaico ini juga berkembang, dan yang paling utama pada
saat ini adalah kegiatan cosplay. Ada kebanggan tersendiri bagi Henky sudah menjadi
salah satu pendiri Jaico dan mengumpulkan teman-teman yang sama-suka dengan
hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, sampai sekarang menjadi komunitas
dengan anggota terbanyak di kota Semarang.
Reyra, informan yang kedua berkeinginan untuk bergabung menjadi anggota
Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang sejak kecil. Pada awalnya
dia hanya melihat pertunjukan cosplay hanya melalui internet saja, akhirnya membuat
dia tertarik dan ingin sekali ber-cosplay dan mengenakan kostum dari karakter dalam
anime yang dia sukai. Setelah mengetahui adanya komunitas Jaico, maka dia
memutuskan untuk bergabung, untuk bisa berkumpul bersama dengan teman-teman
yang juga menyenangi anime Jepang dan bersama akktif dalam kegiatan cosplay.
Informan selanjutnya yaitu Tora, sebelum terbentuknya Jaico dan bergabung
menjadi anggota di Komunitas Cosplay Jaico, sudah aktif menjadi cosplayer dan
bergabung dalam komunitas cosplay di Kudus, yang disebut dengan KUJI, sejak
tahun 2006. Setiap akhir pekan selama awal kuliah dia selalu menyempatkan diri
untuk berkumpul bersama dengan teman-teman komunitasnya yang berada di Kudus,
karena setiap awal minggu dia berada di Semarang untuk kuliah. Begitu dilakukannya
sampai tahun 2009, dia mengetahui bahwa telah dibentuk Komunitas Cosplay Jaico,
akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan alasan sudah jarang dapat berkumpul
dengan teman-teman yang ada di Kudus, dan karena anggota Komunitas Cosplay
Jaico hampor semuanya adalah mahasiswa UNNES, maka dari itu setiap anggota
bisasering berkumpul, walaupun hanya untuk sekedar makan bersama-sama. Karena
sudah aktif menjadi cosplayer di Kudus, beberapa saat setelah bergabung dengan
komunitas cosplay Jaico, Tora juga dipercaya untuk mendapat posisi ketua, karena
walaupun baru saja bergabung dengan komunitas cosplay Jaico, Tora dinilai oleh
teman-temannya sudah lebih berpengalaman dalam bidang cosplay, dan dipercaya
untuk dapat membimbing anggota yang lain.
Berikutnya adalah informan ke empat yaitu Adi Rider. Keikutsertaannya
menjadi anggota Komunitas Cosplay Jaico dengan motivasi untuk mencari teman
yang sama-sama menyukai film Jepang khususnya film Tokusatsu. Dengan teman di
luar secara umum atau teman kantor tidak dapat membahas atau membicarakan
tentang Tokusatsu. Maka dari itu, Adi mengetahui ada komunitas Cosplay di UNNES
dan memutuskan untuk ikut bergabung supaya mendapatkan teman yang sama-sama
menyukai Tokusatsu.
Informan yang terakhir adalah Bety. Ikut bergabung menjadi anggota dalam
Komunitas Cosplay Jaico karena ketertarikannya pada anime dan film Jepang dan
sudah sejak kecil Bety senang menggambar khususnya membuat komik atau manga.
Hobi ini membuat Bety memutuskan untuk masuk menjadi mahasiswa jurusan seni
rupa.
top related