bab iv pembahasan a.eprints.uny.ac.id/53128/5/bab iv.pdf · · 2017-10-04matematika dan siswa smp...
Post on 23-May-2018
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
88
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan Produk Awal
Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based
Learning pada materi segiempat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
model ADDIE, yang terdiri dari tahap analisis (analysis), desain (design),
pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi
(evaluation). Penjelasan mengenai masing-masing tahapan pengembangan beserta
hasilnya adalah sebagai berikut.
1. Tahap Analisis (Analysis)
a. Hasil Analisis Kebutuhan
Berdasarkan analisis awal yang telah dilakukan, kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil PISA. Selain itu,
diperoleh kemandirian belajar siswa juga masih rendah. Hal tersebut berdasarkan
pada hasil observasi pra-penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada guru
matematika dan siswa SMP N 1 Imogiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika dan observasi pra-
penelitian di SMP Negeri 1 Imogiri diperoleh informasi bahwa dalam penyusunan
RPP, guru lebih sering mengadaptasi dari MGMP dan mengunduh dari internet.
Metode yang digunakam dalam pembelajaran adalah metode ceramah, tanya-
jawab, diskusi, demontrasi dan penugasan. Sedangkan pendekatan pembelajaran
yang digunakan adalah pendekatan scientifik namun dalam penerapannya guru
masih banyak menggunakan metode ceramah.
89
Berdasarkan wawancara dengan guru, guru belum mencoba menggunakan
pembelajaran berbasis masalah/ Problem Based Learning dan belum berfokus
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Salah satu indikator berpikir kreatif
dalam pembelajaran adalah ketika siswa diberi soal, siswa dapat menyelesaikan
dengan cara lain yang berbeda dengan temannya serta tidak mencontoh cara guru.
Namun masih banyak siswa yang mencotek jawaban dan cara temannya serta
belajar model fotocopy yaitu siswa mencontoh bagaimana cara guru menyelesaikan
soal. Sedangkan di kelas VIIG siswa sudah di dorong untuk mengembangkan
kemandirian belajar, namun belum maksimal. Berdasarkan informasi guru,
siswanya sudah ada yang mandiri namun masih ada pula yang belum mandiri.
Contohnya, dalam satu semester ada siswa yang sama sekali belum pernah
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, tidak berani berpendapat.
Sedangkan LKS yang digunakan dalam pembelajaran di SMP Negeri 1
Imogiri merupakan LKS yang dibeli dari suatu penerbit. LKS tersebut sudah baik
namun belum memfasilitasi kemampuan khusus siswa misalnya kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Sembiring (2010:
11) yang mengemukakan bahwa “bahan ajar yang tersedia di pasaran umumnya
lebih menekankan prosedur dan sedikit sekali memberi peluang bagi siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya”. Dalam LKS tersebut disajikan materi, rumus,
contoh soal dan penyelesaiannya, dari hal-hal tersebut siswa menghafal dan
memahami konsep. Namun ketika ada soal yang berbeda dari contoh soal yang
diajarkan guru ataupun berbeda dari contoh soal yang ada di LKS maka kebanyakan
90
siswa akan bingung dan mengalami kesulitan. Selain LKS, siswa juga dipinjami
buku paket kurikulum 2013 dari sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat memfasilitasi kemampuan berpikir
kreatif matematis dan kemandirian belajar belajar siswa. Salah satu perangkat
pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal tersebut adalah dengan pendekatan
berbasis Problem Based Learning.
b. Hasil Analisis Kurikulum
Dalam penelitian ini, pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan
pada materi segiempat. Hasil dari analisis kurikulum pembelajaran menunujukan
bahwa di SMP Negeri 1 Imogiri menggunakan Kurikulum 2013. Berdasarkan
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2013 tentang kurikulum SMP/MTs, cakupan
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) matematika SMP kelas VII pada
materi segiempat disajikan pada Tabel 7. Sedangkan Indikator dan tujuan
pembelajaran diperoleh dari kompetensi dasar. Kompetensi dasar tersebut
dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi. Kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.
91
Tabel 19. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Materi
Segiempat
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.14 Manganalisis berbagai
bangun datar segiempat
(persegi, persegipanjang,
belahketupat, jajargenjang,
trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
berdasarkan sisi, sudut, dan
hubungan antar sisi dan antar
sudut.
3.14.1 Menganalisis sifat-sifat bangun
datar segiempat berdasarkan sisi,
sudut, dan hubungan antar sisi dan
antar sudut..
3.14.2 Membedakan jenis-jenis
trapesium (trapesium sembarang,
trapesium siku-siku, trapesium
samakaki).
3.14.3 Menganalisis sifat-sifat dari
jenis-jenis trapesium (trapesium
sembarang, trapesium siku-siku,
trapesium samakaki).
3.14.4 Merumuskan pengertian bangun
datar segiempat berdasarkan
sifat yang telah diperoleh.
3.15 Menurunkan rumus untuk
menentukan keliling dan luas
segiempat (persegi,
persegipanjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga.
3.15.1 Menurunkan rumus untuk
menentukan keliling dan luas
segiempat.
4.14 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bangun
datar segiempat (persegi,
persegipanjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga.
4.14.1 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar
segiempat.
4.14.2 Menurunkan rumus untuk
menentukan luas segiempat
4.15 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan luas dan keliling
segiempat (persegi,
persegipanjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga.
4.15.1 Siswa mampu menyelesaikan
masalah kontekstual yang
berkaitan dengan keliling
segiempat.
4.15.2 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan luas segiempat
92
c. Hasil Analisis Karakteristik Siswa
Siswa kelas VII yang pada umumnya berusia 11 tahun dalam perkembangan
kogintif tergolong pada tahap operasional formal, dimana pada tahap
perkembangan ini seorang siswa telah dapat menggunakan hipotesis dan prinsip-
prinsip abstrak dan memanfaatkan penggunaan simbol-simbol meskipun keduanya
belum menguasai sepenuhnya. Kemampuan siswa menggunakan hipotesis terlihat
dari cara berpikir siswa dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan.
Temuan yang didapat ketika observasi di SMP Negeri 1 Imogiri kelas VII
G dan VIII A, D, E adalah sebagai berikut.
1) Hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran matematika di
SMP Negeri 1 Imogiri menunjukan untuk siswa kelas VII, ketika guru
menawarkan kepada siswa untuk mempresentasikan apa yang mereka kerjakan,
para siswa banyak yang ingin maju kedepan kelas, karena akan dapat poin aktif.
Sedangkan untuk yang kelas VIII masih pasif dalam pembelajaran dan banyak
siswa yang sibuk sendiri.
2) Siswa masih terbiasa mengerjakan soal-soal rutin yang mirip dengan contoh-
contoh soal yang diberikan guru atau contoh-contoh soal yang ada pada buku
paket.
3) Kegiatan diskusi dan presentasi yang dilakukan belum menunjukkan suasana
yang kondusif, atau tidak didapati sesama siswa saling bertukar pendapat dan
pemikiran.
93
4) Siswa masih terbiasa mengerjakan soal-soal rutin yang mirip dengan contoh-
contoh soal yang diberikan guru atau contoh-contoh soal yang ada pada buku
paket.
5) Berdasarkan penuturan beberapa siswa, mereka akan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal cerita dan soal-soal yang masih asing/ yang belum
pernah mereka temui sebelumnya.
6) Berdasarkan informasi dari guru, kemampuan verbal dan kemampuan
pemahaman siswa dalam membaca soal cerita masih rendah.
2. Tahap Desain (Design)
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap perancangan/ desain.
Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran berbasis Problem
Based Learning yang berupa RPP dan LKS.
a. Penyusunan RPP
Hasil dari tahap desain adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
berbasis Problem Based Learning. Draft RPP berbasis Problem Based Learning
terdiri dari komponen:
1) Kolom identitas, meliputi: satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/ semester,
materi pokok, alokasi waktu, pertemuan.
2) Kompetensi inti dan kompetensi dasar berdasarkan standar isi
3) Indikator dan tujuan pembelajaran
4) Materi pembelajaran
5) Pendekatan dan metode pembelajaran
6) Alat dan sumber pembelajaran
94
7) Kegiatan pembelajaran
8) Penilaian
b. Penyusunan LKS
Sementara hasil yang diperoleh pada tahap desain draft LKS berbasis
Problem Based Learning terdiri dari:
1) Kerangka LKS
SAMPUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LKS 1 Sifat-Sifat Segiempat
LKS 2 Keliling Segiempat
LKS 3 Luas Segiempat
DAFTAR PUSTAKA
2) Desain dan fitur LKS
Judul LKS
Kata Pengantar
Daftar Isi
Halaman pengantar
Info unik
Permasalahan pada LKS
Uji kompetensi
Proyek mandiri dan proyek kelompok
95
3) Referensi yang digunakan
Dalam pengembangan perangkat pembelajaran pada segiempat diperlukan
beberapa referensi. Referensi yang digunakan adalah buku yang relevan dengan
materi segiempat. Berikut adalah beberapa referensi yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan LKS.
a) Murdanu. (2003). Hand-out Geometri (Geometri Euclides secara
deduktifaksiomatik). Yogyakarta: Jurusan Pendidkan Matematika. FMIPA
UNY.
b) Wintarti, A., dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
c) Soedjadi, R. & Moesono, D. (1996). Matematika untuk SMP Kelas 3.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
d) As’ari, A. R., dkk. (2016). Matematika Edisi Revisi 2016 untuk SMP/ Mts Kelas
VII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemdikbud.
e) Sugiyono. (2003). Materi Perkuliahan Geometri. Yogyakarta: Jurusan
Pendidkan Matematika. FMIPA UNY.
f) Wahyu. (2015). Buku Siap OSN Matematika SMP 2015 Edisi Revisi. Diakses
dari http://8-spensasi.blogspot.co.id
g) Anonim. (2013). Contoh Soal dan Pembahasan Keliling dan Luas
Jajargenjang. Diakses dari http://mafia.mafiaol.com
96
h) Jazuli, A. (2016). Pembahasan Matematika SMP UN 2014 No. 21-23. Diakses
dari http://kakajaz.blogspot.co.id
i) Sasori, R. (2015). Latihan Soal UN SMP 2015: Keliling dan Luas Bangun
Datar. Diakses dari http://mask-ulin.blogspot.com
j) Madematika. (2014). Latihan Soal UN SMP 2014 Keliling dan Luas Bangun
Datar. Diakses dari http://www.madematika.net
k) Gambar-gambar pada LKS ini kebanyakan diperoleh dari aplikasi pinterest
android atau bisa juga di akses dari http://id.pinterest.com/
Selain itu, dalam tahap ini dibuat rancangan instrumen yang digunakan
untuk menilai kualitas produk yang telah dikembangkan meliputi lembar penilaian
kevalidan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS), angket respons siswa dan guru, lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, tes kemampuan berpikir berpikir kreatif matematis dan angket
kemandirian belajar. Berikut adalah penjelasan penyusunan instrumen penilaian.
a. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran
Instrumen penilaian perangkat pembelajaran terdiri dari lembar penilaian
RPP dan lembar penilaian LKS. Lembar penilaian RPP menganut pada
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 disertai dengan langkah pembelajaran
Problem Based Learning. Tabel 20 berikut adalah rincian aspek penilaian dan
jumlah butir pernyataan dalam lembar penilaian RPP.
97
Tabel 20. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1. Identitas mata pelajaran 4
2. Rumusan indikator kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran 3
3. Pemilihan materi 5
4. Model pembelajaran 4
5. Pemilihan sumber belajar / media pembelajaran 4
6. Kegiatan pembelajaran 6
7. Penilaian hasil belajar 3
8. Kebahasaan 2
Jumlah 31
Kisi-kisi lembar penilaian RPP, deskripsi lembar penilaian RPP dan lembar
penilaian RPP secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.1, A.2 dan A.3.
Sementara itu, untuk lembar penilaian LKS disesuaikan dengan syarat LKS
menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 41) yang meliputi syarat didaktik, syarat
konstruksi dan syarat teknis. Selain itu penilaian juga ditinjau dari materi/ isi
disesuaikan dengan syarat LKS menurut menurut BSNP dalam Depdiknas (2008:
53). Tabel 21 berikut adalah rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan
yang digunakan dalam lembar penilaian LKS.
Tabel 21. Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1. Kelayakan materi/ isi 10
2. Kesesuaian dengan syarat didaktis 8
3. Kesesuaian dengan syarat kontruksi 7
4. Kesesuaian dengan syarat teknis 13
Jumlah 38
Kisi-kisi lembar penilaian LKS, deskripsi lembar penilaian LKS dan lembar
penilaian LKS secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A.4, A.5 dan A.6.
98
b. Angket respons
Angket respons terdiri dari dua macam, yaitu angket respons siswa dan
angket respons guru. Angket respons siswa merupakan angket yang digunakan
untuk mengukur kepraktisan dari pengguna LKS. Angket respons siswa disusun
berdasarkan aspek kemudahan dan keterbantuan. Angket respons siswa terdiri dari
dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Berikut adalah Tabel
rincian komponen dan jumlah butir pernyataan angket respons siswa.
Tabel 22. Kisi-kisi Angket Respons Siswa
No Komponen Pernyataan
Jumlah Positif Negatif
1. Kemudahan 4 7 11
2. Keterbantuan 5 2 7
Jumlah 9 9 18
Kisi-kisi angket respons siswa dan angket respons siswa secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran A.15 dan A.16.
Sedangkan angket respons guru merupakan angket yang digunakan untuk
mengukur kepraktisan dari pengguna perangkat pembelajaran. Angket respons guru
disusun berdasarkan aspek respons terhadap LKS dan RPP. Tabel 23 dibawah ini
adalah rincian komponen dan jumlah butir pernyataan angket respons guru.
Tabel 23. Kisi-kisi Angket Respons Guru
No Komponen Jumlah
1. RPP 6
2. LKS 8
3. Perangkat pembelajaran 5
Jumlah 19
Kisi-kisi angket respons guru dan angket respons guru secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran A.18 dan A.19.
99
c. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk
mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang digunakan. Lembar ini
berfungsi untuk memantau dan mengecek kembali pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disusun
berdasarkan aspek kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran A.21.
d. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis
1) Penyusunan kisi-kisi
Penyusuanan soal tes kemampuan berpikir kreatif diawali dengan
pembuatan kisi-kisi. Dalam kisi-kisi soal terdiri dari aspek yang diteliti didasarkan
pada kesimpulan dari beberapa para ahli, sedangkan indikator didasarkan pada
aspek-aspek tersebut. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif matematis dapat
dilihat pada Lampiran A.10.
2) Penyusunan soal tes kemampuan berpikir kreatif
Kisi-kisi yang telah dibuat digunakan sebagai acuan untuk menyusun soal
tes kemampuan berpikir kreatif. Dalam menyusun soal digunakan beberapa
referensi sebagai acuan agar soal sesuai dengan materi dan indikator yang sudah
dibuat. Soal terdiri dari 4 soal uraian dengan rincian tiap aspek dapat dinilai dengan
lebih dari satu soal dan tiap soal minimal menilai satu aspek. Selain itu, disusun
juga kunci jawaban soal dan kriteria penskorannya. Soal tes kemampuan berpikir
kreatif, kunci jawaban soal tes kemampuan berpikir kreatif dan kriteria penskoran
100
tes kemampuan berpikir kreatif dapat dan dilihat pada Lampiran A.11, A.12 dan
A.13.
e. Angket kemandirian belajar
1) Penyusunan kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi angket kemandirian belajar berfungsi sebagai acuan
dalam pembuatan pernyataan-pernyatan yang ada pada angket kemandirian belajar.
Kisi-kisi angket kemandirian belajar berisi indikator yang merupakan
pengembangan dari tiap aspek yang sudah ditentukan. Butir angket terdiri dari
pernyataan negatif dan positif, serta jumlah pernyataan pada tiap aspek. Kisi-kisi
angket kemandirian belajar dapat dilihat pada Lampiran A.7.
2) Penyusunan pernyataan angket kemandirian belajar
Kisi-kisi yang telah dibuat kemudian digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan pernyataan pada angket kemandirian belajar. Pernyataan terdiri dari 13
butir pernyataan positif dan 13 butir pernyataan negatif. Skala yang digunakan
adalah skala 5 (skala likert) yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-Kadang (KK),
Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Angket kemanidrian belajar secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran A.8.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Setelah pembuatan rancangan kemudian tahap selanjutnya adalah
pengembangan. Tahap ini meliputi pengembangan perangkat pembelajaran,
validasi dan revisi. Hasil dari tahap pengembangan yaitu.
101
a. Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran
1) Pengembangan RPP
RPP dikembangkan dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 dan sesuai dengan rancangan pada tahap perancangan/ desain. Berikut adalah
hasil pengembangan RPP.
a) Kolom identitas dan alokasi waktu Identitas RPP terdiri atas nama sekolah,
mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, nama guru dan peneliti. Berikut
adalah tampilan kolom identitas RPP.
Gambar 2. Contoh Tampilan Identitas RPP
b) Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digunakan.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar ditentukan berdasarkan standar isi
2016. Kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk materi segiempat dapat dilihat
pada Tabel 7.
102
c) Indikator dan tujuan pembelajaran
Indikator dan tujuan pembelajaran diperoleh dari kompetensi dasar.
Kompetensi dasar tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian
kompetensi. Kompetensi dasar dan indikator dapat dilihat pada Tabel 19. Selain
merumuskan indikator, dirumuskan pula tujuan pembelajaran yang akan dicapai
tiap pertemuan.
d) Materi pembelajaran
Berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi yang telah dirumuskan, dirancang enam RPP untuk tujuh pertemuan.
Materi pembelajaran untuk masing-masing pertemuan ditentukan berdasarkan
indikator dan tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan alokasi waktu yang
tersedia. Berikut adalah perancangan RPP berdasarkan alokasi waktu dan indikator:
(1) RPP 1 membahas tentang sifat-sifat segiempat; (2) RPP 2 membahas tentang
pengertian dan masalah yang terkait dari sifat-sifat segiempat; (3) RPP 3 membahas
tentang keliling segiempat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang);
(4) RPP 4 membahas tentang keliling segiempat keliling segiempat (trapesium dan
layang-layang); (5) RPP 5 membahas tentang luas segiempat; (6) RPP 6 membahas
tentang luas gabungan bangun-bangun segiempat.
e) Pendekatan dan metode pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pedekatan saintifik dan
metode pembelajaran Problem Based Learning.
103
f) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan terdiri dari
menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis, menyampaikan tujuan
pembelajaran, apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari langkah
pembelajaran berbasis Problem Based Learning. Langkah pembelajarannya yaitu:
(1) memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa, (2)
mengorganisasikan siswa untuk meneliti, (3) membantu investigasi mandiri
ataupun kelompok, (4) mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit,
(5) membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Kegiatan penutup terdiri dari membuat kesimpulan, merefleksikan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, dan menutup kegiatan pembelajaran dengan
berdo’a.
g) Penilaian
Penilaian yang dipakai dalam RPP yang dikembangkan adalah tes dalam
bentuk uraian.
2) Pengembangan LKS
Hasil pengembangan LKS yaitu.
a. Sampul
Sampul LKS terdiri dari judul LKS, gambar/ilustrasi, sasaran LKS, nama
penulis, dan identitas pemilik LKS. Desain atau tampilan sampul LKS ditunjukan
pada Gambar 3 berikut.
104
Gambar 3. Tampilan Sampul LKS Depan dan Belakang
b. Halaman judul
Halaman judul berisi tentang informasi LKS, yaitu nama penulis LKS, nama
pembimbing, nama penyunting, nama desainer cover, email penulis dan software
yang digunakan untuk membuat LKS. Halaman judul ditunjukan pada Gambar 4
berikut.
Gambar 4. Tampilan Halaman Judul LKS
105
c. Halaman Pengantar
Halaman pengantar terdiri dari subjudul LKS, topik yang akan dibahas,
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan gambar ilustrasi terkait segiempat
dalam kehidupan sehari-hari. Tampilan halaman pengantar terlihat sebagai berikut.
Gambar 5. Tampilan Halaman Pengantar LKS
d. Info unik
Info unik terdiri dari informasi unik dalam kehidupan sehari-hari yang
terkait dengan segiempat. Info unik digunakan untuk motivasi dalam pembelajaran.
Tampilan info unik terlihat sebagai berikut.
106
Gambar 6. Tampilan Info Unik Dalam LKS
e. Permasalahan pada LKS
Permasalahan pada LKS berupa masalah awal yang diberikan kepada siswa
untuk menggali konsep yang akan dielajari. Berikut adalah tampilan permasalahan
pada LKS.
107
Gambar 7. Contoh Tampilan Permasalahan Awal
f. Uji pemahaman
Uji pemahaman merupakan fitur yang digunakan untuk melatih pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan. Berisi latihan soal yang digunakan untuk
mengevaluasi pemahaman siswa.
Gambar 8. Contoh Tampilan Uji Pemahaman
108
g. Proyek mandiri
Proyek mandiri merupakan salah satu fitur pada LKS untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa ataupun kemampuan. Berisi tugas yang harus dikerjakan
secara mandiri. Tampilan proyek mandiri ditunjukan pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Contoh Tampilan Proyek Mandiri
h. Proyek kelompok
Proyek kelompok merupakan salah satu fitur pada LKS untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa ataupun kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Berisi tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Untuk pembahasan
Tampilan proyek kelompok ditunjukan pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Contoh Tampilan Proyek Kelompok
109
b. Validasi
Perangkat pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif
matematis dan angket respons yang sudah dikembangkan kemudian
dikonsultasikan ke dosen pembimbing, untuk memperoleh saran dan masukan.
Setelah disetujui oleh dosen pembimbing, kemudian dilakukan validasi kepada tiga
dosen. Validasi dilakukan oleh validator dengan mengisi lembar penilaian yang
telah disediakan. Validasi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan yang ada pada
perangkat pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis
dan angket respons. Selain itu, fungsi validasi yaitu mengetahui kualitas perangkat
pembelajaran. Lembar yang digunakan untuk memvalidasi angket kemandirian
belajar, tes berpikir kreatif matematis, angket respons siswa, dan angket respons
guru dapat dilihat pada Lampiran A.9, A.14, A,17, dan A.20. Hasil validasi tes
berpikir kreatif matematis, angket kemandirian belajar, angket respons guru dan
angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.7, B.8, B.9 dan B10. Surat
keterangan validasi dapat dilihat pada Lampiran C.2.
c. Revisi produk tahap 1
Setelah melakukan validasi ada beberapa revisi terhadap perangkat
pembelajaran, angket kemandirian belajar, tes berpikir kreatif matematis, dan
angket respons. Secara lengkap, revisi produk tahap 1 dapat dilihat pada bagian
revisi produk.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Setelah perangkat pembelajaran direvisi dan dinyatakan layak diuji cobakan
oleh validator, maka tahap selanjutnya adalah implemantasi dalam proses
110
pembelajaran. Implementasi dimaksudkan adalah melakukan uji coba
menggunakan perangkat pembelajaran didalam proses pembelajaran. Uji coba
dilakukan pada tanggal 3 April 2017 sampai dengan 24 Mei 2017 di SMP Negeri 1
Imogiri dengan subjek penelitian siswa kelas VII G yang berjumlah 29 siswa.
Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
Tabel 24. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk
Pertemuan Jam
ke-
Tanggal
Pelaksanaan Materi
1 5 Senin, 3 April
2017
Angket awal kemandirian
belajar, sifat-sifat
segiempat
2 3-4 Selasa, 4 April
2017
Keliling segiempat
(persegi, persegi panjang,
belah ketupat, jajar
genjang)
3 6-7 Rabu, 5 April 2017
Keliling segiempat keliling
segiempat (trapesium dan
layang-layang)
4 6 Senin, 10 April
2017
Luas segiempat
5 6-7 Rabu, 12 April
2017
Luas gabungan bangun-
bangun segiempat.
6 3-4 Selasa, 16 Mei
2017
Angket akhir kemandirian
belajar, tes kemampuan
berpikir kreatif matematis
7 6-7 Rabu, 24 Mei 2017
Angket akhir kemandirian
belajar, tes kemampuan
berpikir kreatif matematis
(tes susulan untuk 1 siswa
yang belum melakukan tes)
Pada tahap ini, peneliti mengujicobakan RPP dan LKS yang sudah dibuat.
Namun ada 1 RPP yang tidak berhasil diujicobakan, dikarenakan waktu yang
diberikan untuk pembelajaran matematika pada materi segiempat 2 minggu
(seharusnya 6 kali pertemuan), namun ternyata hari Selasa, 11 April 2017 siswa
kelas VII libur dikarenakan untuk try out provinsi siswa kelas 1X sehingga RPP 2
111
tidak di ajarkan dan aktivitas yang ada di LKS terkait RPP 2 dijadikan tugas pada
pertemuan pertama. Sebelum melakukan uji coba, peneliti melakukakan diskusi dan
penjelasan terlebih dahulu dengan guru matematika sebagai pengguna. Adapun hal
yang dibahas adalah penggunaan RPP dimana RPP yang digunakan adalah RPP
berbasis Problem Based Learning, sehingga langkah pembelajaran berbeda dengan
RPP yang biasa digunakan oleh guru. LKS yang digunakan adalah LKS berbasis
Problem Based Learning sehingga materi pembelajaran diawali dengan masalah.
Proses pembelajaran pada kelas VII G dilakukan dengan mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat dan disesuaikan dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Penelitian diawali dengan pemberian
angket untuk mengukur tingkat kemandirian belajar awal. Selanjutnya, diakhir
penelitian siswa diberikan soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang
terdiri dari 4 soal uraian dan angket akhir kemandirian belajar. Selama proses
pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh dua orang observer yaitu
peneliti dan satu mahasiswa. Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang
sudah dirancang sebelumnya atau mengobservasi kegiatan atau aktivitas selama
pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan, yaitu pembukaan. Pembukaan
pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, serta mengecek kehadiran dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Setelah itu, guru membagikan LKS
segiempat dengan saintifik berbasis Problem Based Learning. Setelah itu, guru
112
memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi yang berkaitan dengan
materi yang diajarkan. Berikut adalah gambar contoh suasana saat guru
memberikan apersepsi.
Gambar 11. Contoh Suasana Saat Apersepsi
Kegiatan pendahuluan dilanjutkan dengan motivasi. Kegiatan motivasi ini
berupa pemberian motivasi oleh guru dengan memberikan gambaran manfaat dari
mempelajari materi segiempat dan aplikasi materi tersebut dalam kehidupan siswa.
Motivasi yang akan disampaikan telah tersedia pada LKS bagian info unik serta
pada powerpoint. Motivasi ini diharapkan agar siswa merasa tertarik untuk
mempelajari materi segiempat dan akan lebih giat dalam belajar. Setelah kegiatan
pendahuluan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti berupa
langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis Problem Based
Learning. Berikut adalah penjelasan dari tiap langkah pembelajaran.
a. Memberikan orientasi tentang permasalahnnya kepada siswa
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dalam 1 kelompok
terdiri dari 3-4 orang. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk terdekat dan
guru juga memastikan bahwa di setiap kelompok ada siswa yang aktif. Selanjutnya
113
setelah siswa duduk berkumpul bersama kelompoknya, siswa diminta untuk
mengamati masalah yang ada pada LKS. Hal ini dilakukan dengan membaca dan
memahami masalah yang ada pada LKS. Dengan memberikan permasalahan diawal
pembelajaran, tanpa mempelajari materi terlebih dahulu serta tidak diberikan
contoh soal dan penyelesaiannya dimaksudkan supaya siswa berusaha menemukan
konsep materi dan solusi permasalahan dengan cara mereka sendiri, sehingga
diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan
kemandirian belajar siswa. Berikut adalah gambar siswa sedang mengamati
masalah.
Gambar 13. Siswa Mengamati Masalah pada LKS
114
b. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Setelah siswa mengamati masalah, kemudian siswa diminta mencari tahu
apa yang diketahui. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan
bertukar pendapat agar mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
Guru juga memberi tahu bahwa walaupun dikerjakan secara berkelompok atau ada
pembagian tugas namun setiap siswa tetap mengerjakan secara lengkap aktivitas
pada LKS masing-masing dan setiap siswa harus paham apa yang di diskusikan/
dikerjakan oleh kelompoknya. Berikut adalah gambar saat guru mengorganisasikan
siswa untuk meneliti.
Gambar 12. Suasana Saat Guru Mengorganisasikan Siswa untuk Meneliti
c. Membantu investigasi mandiri ataupun kelompok
115
Pada kegiatan ini, siswa secara mandiri mencoba menyelesaikan
permasalahan awal yang ada pada LKS terlebih dahulu tanpa bantuan dari
temannya dibantu dengan cara menjawab aktivitas yang ada pada LKS. Setelah
menemukan solusi dari permasalahannya kemudian mendiskusikannya bersama
dengan teman sekelompoknya dan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah.
Dalam kegiatan ini, diharapkan setiap siswa dapat ikut berperan aktif dalam
kelompoknya dan saling memberikan tambahan atau pendapat untuk solusi dari
permasalahan yang akan diselesaikan. Selain itu ada juga uji pemahaman yang
harus diselesaikan siswa secara individu ataupun kelompok. Suasana saat diskusi
berlangsung dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13. Siswa Mencoba Menyelesaikan Masalah
116
Di sisi lain guru juga mengawasi jalannya diskusi yang dilakukan oleh tiap
kelompok. Jika ada kelompok yang belum mengerti dan menemukan solusinya
maka guru memberikan bantuan secukupnya seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 14. Guru Mengawasi Diskusi
Gambar 15. Guru Memberikan Bantuan
117
d. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Setelah semua kelompok berhasil menemukan penyelesaian masalahnya
maka pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi. Kegiatan ini dilakukan dengan
menuliskan jawaban dari permasalahan yang ada pada papan tulis dan juga
memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa yang lain. Presentasi ini tidak
dilakukan oleh semua kelompok melainkan hanya beberapa saja. Penentuan
kelompok yang akan maju dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dari guru.
Tujuannya agar siswa bisa secara mandiri mempunyai inisiatif untuk maju ke depan
kelas mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Suasana saat siswa
mengomunikasikan/ menyajikan solusi dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini.
Gambar 16. Siswa Mempresentasikan Hasil Penyelesaian Masalah dan
Mengomunikasikan
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Pada kegiatan ini, siswa bersama dengan guru membahas hasil penyelesaian
masalah dari kelompok yang sudah maju mempresentasikannya. Sebelum guru
mengklarifikasi kebenaran dari hasil penyelesaian masalah kelompok yang maju,
118
guru mempersilakan siswa yang lain untuk memberikan tanggapan, pertanyaan,
kritik, atau saran kepada temannya yang presentasi, bisa terkait dengan hasil
penyelesaiannya, memaparkan cara atau jawaban yang berbeda, atau yang lainnya.
Tujuan dari pemaparan cara atau jawaban yang berbeda untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif matematis dikarenakan siswa akan mengetahui ada
jawaban-jawaban atau cara-cara lain yang dapat digunakan sebagai solusi
permasalahan tersebut. Jika sudah tidak ada siswa yang ingin menyampaikan
pendapat mereka maka guru melakukan klarifikasi terhadap kebenaran dari hasil
penyelesaian masalah yang sudah dipresentasikan dan memperkuat konsep yang
dipelajari, dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini.
Gambar 17. Guru Membahas dan Mengevaluasi Hasil Presentasi Siswa
Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
mengenai materi yang dipelajari hari itu dan merefleksikan kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan dengan cara menjawab secara lisan pertanyaan dari guru atau
memberikan kuis untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi yang sudah
119
dipelajari. Dari 5 kali pertemuan guru tidak berhasil memberikan kuis. Dilanjutkan
dengan pemberian tugas individu/ kelompok. Pemberian tugas ini juga dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian
belajar siswa terkait dengan aspek bertanggung jawab, tidak bergantung pada orang
lain serta aspek mempunyai inisiatif. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam
dan berdoa. Selain itu, agar siswa tahu apakah proyek mandiri dan proyek
kelompok yang telah mereka kerjakan benar atau tidak maka diakhir pembelajaran
siswa diberi kesempatan memfotocopy LKS yang sudah ada kunci jawabannya
dikarenakan tidak ada waktu untuk membahas tugas ketika pembelajaran
berlangsung.
Selama proses uji coba berlangsung ada beberapa catatan yang didapat.
Berikut ini merupakan catatan selama proses uji coba perangkat pembelajaran
berlangsung.
a. Pertemuan ke 1
Dilaksananakan pada hari Senin tanggal 3 April 2017, siswa diberikan LKS
segiempat berbasis Problem Based Learning. Tiap anak menerima 1 buah LKS.
Pertemuan ini mempelajari tentang sifat-sifat segiempat. Semua materi tersebut
terkandung dalam kasus 1 pada LKS 1. Pembelajaran berlangsung dengan baik dan
tertib. Hanya saja ada siswa yang malas menulis sehingga dalam mengisi Tabel
pengelompokan bangun segiempat sesuai dengan sifat yang dimilikinya pada kasus
1 nama bangun disingkat dan siswa belum sempat menulis pada Tabel kesimpulan
sifat-sifat dari segiempat karena keterbatasan waktu yang tersedia yaitu 1 jam
pelajaran dan waktu masih dipotong untuk upacara. Sehingga guru berinisiatif
120
untuk kekurangan pengisian Tabel dijadikan sebagai PR. Sementara untuk proyek
mandiri 1 dan uji pemahaman 1 tidak dijadikan tugas namun akan dibahas guru
ketika les sore. Sebelum pembelajaran ditutup guru menugaskan siswa untuk
mengerjakan kasus 2 dan uji pemahaman 2 yang ada pada LKS dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya. Seharusnya kasus 2 dan uji pemahaman 1 digunakan sebagai
aktivitas ketika pertemuan kedua tanggal 4 April 2017, namun karena tanggal 11
April 2017 ada try out provinsi untuk kelas IX sehingga menyebabkan siswa kelas
VII libur. Oleh karena itu, materi LKS dan RPP 2 yang seharusnya dilaksanakan
pada pertemuan kedua menjadi tidak dilaksanakan.
121
b. Pertemuan ke 2
Dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 April 2017. Pada pertemuan ini
materi yang dibahas adalah materi pada LKS 2 yaitu keliling segiempat (persegi,
persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang). Sebelum masuk pada materi, guru
meminta siswa mengumpulkan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Pembelajaran dilakukan dengan diskusi antar siswa dan dalam pertemuan ini ada 4
kasus yang harus diselesaikan. Dikarenakan kebanyakan siswa kesulitan ketika ada
soal cerita, guru memberikan pancingan agar siswa dapat memahami maksud
permasalahan pada tiap kasus. Selain itu, karena ada 4 kasus guru dibantu observer
memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok yang kesulitan. Apalagi ketika
menyelesaikan kasus 6, banyak siswa yang bingung dalam memahami masalah
tersebut (dalam hal ukuran kawat), sehingga guru memberikan bantuan yaitu guru
membuat alat peraga sederhana dengan 2 lembar kertas hvs yang dilipat untuk
mengilustrasikan suatu pagar yang dibuat dari lembaran kawat harmonika galvanis.
Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas berupa proyek kelompok 1.
c. Pertemuan ke 3
Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 April 2017, materi yang dipelajari
adalah materi pada LKS 2 yaitu keliling segiempat keliling segiempat (trapesium
siku-siku dan layang-layang). Siswa diberikan satu permasalahan yaitu mencari
keliling trapesium siku-siku dan layang-layang, namun sebelum mencari keliling,
siswa diminta untuk membentuk 2 trapesium dan 2 layang-layang dari tusuk gigi
yang disediakan. Siswa secara berkelompok memasang-masangkan lidi dan
membentuk bangun tersebut diatas hvs dan setelah itu ditempel. Dikarenakan siswa
122
membuat trapesium siku-siku namun sudutnya tidak siku-siku dan lidi yang
disediakan sengaja dibatasi sehingga menyebabkan beberapa siswa membentuk
trapesium siku-siku dan layang-layang yang tidak sesuai dengan teorinya.
Gambar 18. Contoh Trapesium Dari Lidi yang Dibuat oleh Siswa
d. Pertemuan ke 4
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 April 2017, materi yang dipelajari
adalah materi pada LKS 3 yaitu luas segiempat. Permasalahan dalam pembelajaran
ini adalah menemukan rumus luas bangun-bangun segiempat dengan bantuan alat
peraga berupa triagram yang terbuat dari kertas berpetak. Pembelajaran
berlangsung dengan lancar, namun beberapa siswa bukannya menemukan rumus
luas bangun-bangun segiempat tetapi mereka malah menghitung luas triagram dari
bangun-bangun segiempat. Selain itu, ada 3 siswa yang duduk di belakang ketika
pembelajaran mereka membuka laptop untuk browsing dan youtobe. Pada akhir
pertemuan guru memberikan tugas berupa proyek kelompok 3.
123
e. Pertemuan ke 5
Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 April 2017, materi yang dipelajari
adalah lanjutan materi pada LKS 3 yaitu luas segiempat. Pembelajaran berjalan
dengan baik dan lancar. Saat mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dan
mengevaluasi proses mengatasi masalah, banyak siswa yang maju ke depan kelas
untuk menyampaikan pendapatnya karena adanya banyak perbedaan jawaban.
Namun ada juga dua siswa yang melakukan diskusi dan evaluasi sambil bermain
laptop. Pada akhir petemuan, diberikan tugas untuk mengerjakan latihan mandiri 3.
f. Pertemuan ke 6
Pada tanggal 16 Mei 2017 diadakan tes kemampuan berpikir kreatif
matematis. Tes ini digunakan untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran
ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif. Dihadiri oleh seluruh 28 dari 29 siswa
kelas VIIG, dikarenakan 1 siswa sakit. Selama tes berjalan dengan tertib dan baik.
Berikut adalah suasana saat tes kemampuan berpikir kreatif matematis berlangsung.
Gambar 19. Suasana Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
124
g. Pertemuan ke 7
Pada tanggal 24 Mei 2017 diadakan tes susulan kemampuan berpikir kreatif
matematis untuk 1 siswa yang tidak bisa mengikuti tes pada tanggal 16 Mei 2017.
Tes dilakukan di perpustakaan SMP Negeri 1 Imogiri dan berjalan dengan tertib
dan baik. Berikut adalah suasana saat tes susulan kemampuan berpikir kreatif
matematis berlangsung.
Gambar 20. Seorang Siswa Sedang Tes Susulan Kemampuan Berpikir Kreatif
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap ini dilakukan analisis kualitas perangkat pembelajaran yang
meliputi aspek kevalidan, aspek kepraktisan dan aspek keefektifan. Berikut adalah
hasil analisis dari ketiga aspek tersebut.
a. Analisis kevalidan
Kevalidan perangkat pembelajaran ditinjau dari hasil lembar penilaian
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Hasil penilaian dari validator
diperoleh rata-rata skor pada terhadap perangkat pembelajaran berupa RPP adalah
4,41. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka RPP yang dikembangkan telah
125
valid, dengan kategori sangat baik. LKS yang dikembangkan telah valid untuk
digunakan, yakni dengan rata-rata skor 4,33 dengan kategori sangat baik.
b. Analisis kepraktisan
Berdasarkan data hasil angket respons siswa, diperoleh rata-rata skor 4,24.
Sementara hasil angket respons guru menunjukan rata-rata skor 4,42. Berdasarkan
pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan hasil observasi keterlaksananaan
pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan menunjukan persentase rata-rata 95%. Berdasarkan klasifikasi
keterlaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memenuhi
kriteria sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran dinyatakan praktis.Selain itu, saran yang diberikan guru digunakan
sebagai bahan pertimbangan revisi tahap 2. Secara lengkap, revisi produk tahap 2
dapat dilihat pada bagian revisi produk.
c. Analisis keefektifan
Keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari hasil tes berpikir kreatif
matematis dan angket kemandirian belajar. Berdasarkan data uji menggunakan IBM
SPSS Statistics 21 diperoleh kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
matematis dan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based
Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa.
126
B. Hasil Uji Coba Produk
1. Validasi Ahli
Tahap ini dilakukan sebelum dilaksanakan uji coba lapangan yaitu dengan
cara menyerahkan produk pengembangan kepada dosen ahli untuk di koreksi dan
diberi skor berkaitan dengan kevalidan produk pengembangan. Validator yang
menilai adalah tiga dosen prodi pendidikan matematika UNY, yaitu bapak Dr. Ali
Mahmudi, M.Pd., ibu Endang Listiyani, M.S. dan ibu Dr. Heri Retnawati, M.Pd.
Berikut ini merupakan hasil penilaian terhadap masing-masing perangkat
pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan.
1) Kevalidan RPP
Penilaian kevalidan RPP oleh tiga validator, hasil penilaian secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran B.1, B.2 dan B.3. Tabulasi hasil penilaian RPP dapat
dilihat pada Lampiran B.17. Secara singkat, hasil penilaian RPP dapat dilihat dart
Tabel 25 berikut ini.
Tabel 25. Hasil Penilaian RPP
Aspek Penilaian Skor
Maksimal
Rata-rata
skor Klasifikasi
Identitas Mata Pelajaran 5,00 4,56 Sangat baik
Rumusan Indikator
Kompetensi Dasar dan
Tujuan Pembelajaran
5,00 4,78 Sangat baik
Pemilihan Materi 5,00 4,33 Sangat baik
Model Pembelajaran 5,00 4,33 Sangat baik
Pemilihan Sumber belajar /
Media Pembelajaran 5,00 4,22 Sangat baik
Kegiatan Pembelajaran 5,00 4,30 Sangat baik
Penilaian Hasil Belajar 5,00 4,22 Sangat baik
Kebahasaan 5,00 4,50 Sangat baik
Kesimpulan 4,41 Sangat baik
127
Penilaian oleh validator terhadap RPP yang dikembangkan menunjukan rata-rata
skor 4,41. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian, perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa RPP dinyatakan valid dengan derajat kevalidan yang
sangat baik dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
2) Kevalidan LKS
Penilaian kevalidan LKS oleh tiga validator, hasil penilaian secara rinci
dapat dilihat pada Lampiran B.4, B.5 dan B.6. Penilaian LKS oleh validator ditinjau
dari empat aspek, yaitu aspek kesesuaian materi/isi, syarat didaktik, syarat
konstruksi, dan syarat teknis. Tabulasi hasil penilaian LKS dapat dilihat pada
Lampiran B.18. Secara umum, hasil penilaian LKS dapat dilihat dalam Tabel 24
berikut ini.
Tabel 26. Hasil Penilaian LKS
Aspek Penilaian Skor
Maksimal
Rata-
rata skor Klasifikasi
Kelayakan materi/ isi 5,00 4,27 Sangat baik
Kesesuaian dengan syarat
didaktis 5,00 4,33 Sangat baik
Kesesuaian dengan syarat
kontruksi 5,00 4,33 Sangat baik
Kesesuaian dengan syarat
teknis 5,00 4,37 Sangat baik
Kesimpulan 4,33 Sangat baik
Penilaian oleh validator terhadap LKS yang dikembangkan menunjukan
rata-rata skor 4,33. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS dinyatakan valid dengan derajat
kevalidan yang sangat baik dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
128
2. Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh data kepraktisan dan
keefektifan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning. Data
kepraktisan perangkat pembelajaran berupa data angket respons siswa, data angket
respons guru dan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data
keefektifan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yaitu data
tes berpikir kreatif matematis dan data angket kemandirian belajar.
a. Analisis kepraktisan
Penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan angket respons
siswa, angket respons guru, dan observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini
merupakan hasil yang diperoleh.
1) Angket Respons Siswa
Angket respons siswa digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap
LKS yang telah digunakan. Angket tersebut diberikan setelah dilaksanakan
pembelajaran menggunakan LKS berbasis Problem Based Learning. Siswa diberi
angket respons yang ditinjau dari aspek kemudahan dan keterbantuan. Contoh hasil
pengisian angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.12. Tabulasi data
angket respons siswa dapat dilihat pada Lampiran B.20. Secara umum, hasil angket
respons siswa ditunjukan pada Tabel 27 berikut.
Tabel 27. Hasil Penilaian Respons Siswa
Aspek Penilaian Skor
Maksimal
Rata-rata
Skor Klasifikasi
Kemudahan 5,00 4,21 Sangat baik
Keterbantuan 5,00 4,31 Sangat baik
Kesimpulan 4,26 Sangat baik
129
Respons siswa sebagai pengguna LKS yang dikembangkan menunjukan
rata-rata skor 4,26. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS dinyatakan praktis dengan derajat
kepraktisan yang sangat baik.
2) Angket Respons Guru
Angket respons yang diberikan kepada guru selaku pengguna RPP dan LKS.
Angket tersebut diberikan setelah guru selesai menggunakan perangkat
pembelajaran. Angket respons berisi pernyataan tentang kepraktisan RPP dan LKS
secara keseluruhan. Hasil pengisian angket respons guru dapat dilihat pada
Lampiran B.11. Sedangkan tabulasi hasil pengisian data pengisian angket respons
guru dapat dilihat pada Lampiran B.19. Secara umum, hasil angket respons guru
ditunjukan pada Tabel 28 berikut.
Tabel 28. Hasil Penilaian Respons Guru
Aspek Penilaian Skor
Maksimal
Rata-rata
Skor Klasifikasi
RPP 5,00 4,4 Sangat baik
LKS 5,00 4,43 Sangat baik
Kesimpulan 4,42 Sangat baik
Respons guru sebagai pengguna perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menunjukan rata-rata skor 4,42. Berdasarkan pedoman klasifikasi
penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan masuk dalam kategori
sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
dinyatakan praktis dengan derajat kepraktisan yang sangat baik
130
3) Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan untuk menilai
kepraktisan RPP. Observer pada penelitaian ini adalah peneliti dan satu mahasiswa
pendidikan matematika yang melakukan observasi terhadap pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.16. Tabulasi hasil
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.24. Secara singkat,
hasil keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 29 berikut.
Tabel 29. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Pertemuan
ke-
Observer
1
Observer
2
Persentase
rata-rata Klasifikasi
1 87,5% 87,5% 87,5% Baik
2 93,75% 93,75% 93,75% Sangat baik
3 100% 100% 100% Sangat baik
4 93,75% 93,75% 93,75% Sangat baik
5 100% 100% 100% Sangat baik
Kesimpulan 95% Sangat baik
Hasil observasi keterlaksananaan pembelajaran selama proses pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukan persentase
rata-rata 95%. Berdasarkan klasifikasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah
dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik.
b. Analisis Keefektifan
Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
matematis dan kemandirian belajar. Berikut adalah uraian dari analisis keefektifan
tersebut.
131
1) Analisis keefektifan ditinjau dari kemampuan bferpikir kreatif matematis
Data diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Contoh hasil tes kemampuan berpikir
kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran B.15. Perangkat pembelajaran
dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis jika rata-rata
nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa lebih dari 70 dan banyaknya
siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%. Tabulasi hasil tes
kemampuan berpikir kreatif matematis dapat dilihat pada Lampiran B.28.
Tabel 30. Data Statistik Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No Keterangan Hasil
1 Banyak siswa 29
2 Rata-rata nilai 78,83
3 Standar deviasi 12,43637
4 Nilai tertinggi 94,61
5 Nilai terendah 53,15
6 Nilai maksimal yang mungkin 100
7 Nilai minimal yang mungkin 0
Dari Tabel 30 terlihat bahwa rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematis sudah lebih dari 70. Tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis
dipengaruhi oleh beberapa aspek. Persentase hasil nilai dari masing-masing aspek
berpikir kreatif matematis pada siswa disajikan pada Tabel 31 berikut.
Tabel 31. Persentase Hasil Nilai dari Setiap Aspek Berpikir Kreatif Matematis
No Aspek Persentase (%)
1 Kelancaran 83,10
2 Kebaruan 73,73
3 Keluwesan 79,66
Dari Tabel 31 terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam
aspek kebaruan memiliki persentase yang paling kecil yaitu 73,73%. Secara lebih
132
rinci, daftar nilai tes yang dihitung pada masing-masing aspek kemampuan berpikir
kreatif matematis tercantum pada Lampiran 28.
Perolehan nilai berpikir kreatif matematis yang dicapai oleh masing-masing
siswa dikategorikan sesuai dengan nilai yang diperoleh. Berikut Tabel 32
menyajikan persentase siswa sesuai perolehan nilai berpikir kreatif matematis
dalam berbagai kategori.
Tabel 32. Persentase Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Klasifikasi Persentase Banyak
siswa
85 < 𝑋 ≤ 100 (Sangat
Baik)
37,93% 11
70 < 𝑋 ≤ 85 (Baik) 37,93% 11
55 < 𝑋 ≤ 70 (Cukup) 17,24% 5
40 < 𝑋 ≤ 55 (Kurang) 6,90% 2
𝑋 ≤ 40 (Sangat Kurang) 0% 0
Jumlah 100% 29
Dengan memperhatikan Tabel 32 di atas, persentase nilai terbanyak pada
kategori baik dan sangat baik sebesar 37,93%. Selain itu, dapat dilihat juga
persentase perolehan siswa yang mencapai kategori minimal baik sebanyak
75,86%. Perolehan nilai kemampuan berpikir kreatif matematis dan kategori setiap
siswa dapat dilihat pada Lampiran 28.
a. Pengujian normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diuji
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan berpikir kreatif
matematis menggunakan SPSS Statistics 21disajikan pada Tabel berikut.
133
Tabel 33. Hasil Uji Normalitas Data Tes Berpikir Kreatif Matematis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berpikir Kreatif Matematis
N 29
Normal Parametersa,b
Mean 78,8290
Std.
Deviation
12,43637
Most Extreme
Differences
Absolute ,139
Positive ,102
Negative -,139
Kolmogorov-Smirnov Z ,749
Asymp. Sig. (2-tailed) ,628
Dari Tabel 33 diatas, terlihat bahwa hasil kemampuan berpikir kreatif matematis
memiliki nilai signifikansi 0,628. Hal ini menunjukan bahwa signifikansi > α,
dengan 𝛼 = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berasal
dari populasi berdistribusi normal.
b. Pengujian hipotesis keefektifan ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
matematis.
1) Uji 1
Uji 1 bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui rata-rata nilai tes
kemampuan berpikir kreatif matematis apakah lebih dari 70. Hipotesis dari
pengujian ini adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝜇 ≤ 70 Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak
lebih dari 70
𝐻0 ∶ 𝜇 > 70 Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa lebih
dari 70
134
Uji 1 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample T-Test dengan
bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel
34 berikut.
Tabel 34. Hasil Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan One
Sample T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Berpikir Kreatif
Matematis
29 78,8290 12,43637 2,30938
One-Sample Test
Test Value = 70
t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Berpikir
Kreatif
Matematis
3,82
3
28 ,001 8,82897 4,0984 13,5595
Berdasarkan Tabel 34 di atas diperoleh
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2=
0,001
2= 0,0005 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak,
sehingga H1 diterima. Artinya, Rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa lebih dari 70.
2) Uji 2
Uji 2 bertujuan untuk mengetahui banyaknya siswa yang mencapai nilai
lebih dari 70, lebih dari 75%.
Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝑝 ≤ 75% Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, kurang dari
atau sama dengan 75%
𝐻1 ∶ 𝑝 > 75% Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih dari 75%
135
Uji 2 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Binomial Test
dengan program IBM SPSS Statistics 21. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 35. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan One
Sample Binomial Test
Berdasarkan Tabel 35 di atas diperoleh
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛 = 0,500 >∝= 0,05. Dengan demikian, H0 diterima. Artinya,
Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, kurang dari atau sama dengan
75%.
Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari
kemampuan berpikir kreatif matematis, dikarenakan salah satu kriteria tidak
terpenuhi yaitu kriteria banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70, lebih
dari 75%.
2) Analisis keefektifan ditinjau dari kemandirian belajar
Data diperoleh dari angket kemandirian belajar. Perangkat pembelajaran
dikatakan efektif ditinjau dari kemandirian belajar, jika rata-rata skor akhir
kemandirian belajar lebih dari rata-rata skor awal kemandirian belajar dan rata-rata
skor kemandirian belajar siswa minimal mencapai kategori baik, yaitu 88,38.
Contoh hasil pengisian angket kemandirian awal dan akhir belajar dapat dilihat
pada Lampiran B.13 dan B.14. Hasil angket kemandirian awal dan akhir tiap aspek
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran B.21 dan B.22.
136
Tabel 36. Data Statistik Kemandirian Belajar Siswa
No Keterangan Angket Awal Angket Akhir
1 Banyak siswa 29 29
2 Rata-rata skor 89,97 102,45
3 Standar deviasi 7,780 8,029
4 Skor tertinggi 114 116
5 Skor terendah 77 89
6 Skor maksimal yang mungkin 130 130
7 Skor minimal yang mungkin 26 26
Dari Tabel 36 di atas terlihat bahwa skor kemandirian belajar siswa mengalami
peningkatan. Demikian halnya dengan skor terkecil dan terbesar juga mengalami
peningkatan. Standar deviasi skor angket akhir lebih besar daripada standar deviasi
skor angket awal.
Peningkatan kemandirian belajar siswa juga dapat dilihat melalui persentase
pada setiap aspek kemandirian belajar. Adapun hasil persentase setiap aspek dapat
dilihat pada Tabel 37 di bawah ini.
Tabel 37. Persentase Kemandirian Siswa Tiap Aspek
Aspek Angket Awal Angket
Akhir
Tidak bergantung kepada orang lain 70,57% 80,38%
Mempunyai inisiatif 65,02% 73,79%
Bertanggung jawab 74,83% 83,91%
Berdasarkan Tabel 37 diatas, diketahui bahwa persentase tiap aspek
kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar dialami
oleh aspek tidak bergantung pada orang lain yaitu sebesar 9,81%. Sedangkan
peningkatan paling kecil terjadi pada aspek mempunyai inisiatif, yaitu sebesar
8,78%. Secara lebih rinci, daftar skor angket kemandirian belajar awal dan akhir
yang dihitung pada masing-masing aspek kemandirian belajar tercantum pada
Lampiran B.23.
137
Tabel 38. Klasifikasi Jumlah Skor Angket Kemandirian Belajar
Siswa
Angket Awal Angket Akhir
Jumlah
Skor Klasifikasi
Jumlah
Skor Klasifikasi
R1 95 Baik 104 Baik
R2 88 Cukup 110 Sangat Baik
R3 92 Baik 115 Sangat Baik
R4 79 Cukup 90 Baik
R5 88 Cukup 98 Baik
R6 80 Cukup 89 Baik
R7 82 Cukup 93 Baik
R8 99 Baik 111 Sangat Baik
R9 92 Baik 107 Baik
R10 89 Baik 101 Baik
R11 91 Baik 110 Sangat Baik
R12 83 Cukup 93 Baik
R13 97 Baik 106 Baik
R14 102 Baik 109 Baik
R15 89 Baik 95 Baik
R16 77 Cukup 89 Baik
R17 83 Cukup 98 Baik
R18 86 Cukup 100 Baik
R19 84 Cukup 98 Baik
R20 94 Baik 106 Baik
R21 99 Baik 109 Baik
R22 84 Cukup 95 Baik
R23 114 Sangat Baik 116 Sangat Baik
R24 96 Baik 101 Baik
R25 90 Baik 103 Baik
R26 87 Cukup 111 Sangat Baik
R27 89 Baik 112 Sangat Baik
R28 87 Cukup 94 Baik
R29 93 Baik 108 Baik
Rata-Rata Skor 89,97 Baik 102,45 Baik
Dari Tabel 38 di atas tampak bahwa rata-rata skor pada angket kemandirian
mengalami peningkatan. Rata-rata skor angket awal termasuk dalam klasifikasi
baik dan rata-rata skor akhir kemandirian belajar termasuk dalam klasifikasi baik.
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut Tabel klasifikasi kemandirian belajar.
138
Tabel 39. Persentase Skor Kemandirian Belajar
Klasifikasi
Persentase jumlah
skor angket Banyak siswa
Awal Akhir Awal Akhir
x̅ > 109,14 (Sangat Baik) 3,45% 24,14% 1 7
88,38 < x̅ ≤ 109,14 (Baik) 51,72% 75,86% 15 22
67,62 < �̅� ≤ 88,38 (Cukup) 44,83% 0% 13 0
Dengan memperhatikan Tabel 39 di atas, terlihat bahwa persentase siswa yang
mencapai klasifikasi sangat baik meningkat sebesar 20,69%. Sedangkan siswa yang
mencapai klasifikasi baik meningkat sebesar 24,14%. Hal ini berarti semua siswa
sudah mencapai klasifikasi baik pada angket kemandirian belajar akhir.
a. Pengujian normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diuji
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas dengan menggunakan
menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas data angket kemandirian belajar awal dan
akhir disajikan pada Tabel 40 dan Tabel 41 berikut.
Tabel 40. Hasil Uji Normalitas Data Angket Kemandirian Belajar Awal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kemandirian
Awal
N 29
Normal Parametersa,b
Mean 89,97
Std.
Deviation
7,780
Most Extreme
Differences
Absolute ,101
Positive ,101
Negative -,050
Kolmogorov-Smirnov Z ,544
Asymp. Sig. (2-tailed) ,928
139
Tabel 41. Hasil Uji Normalitas Data Angket Kemandirian Belajar Akhir
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kemandirian Akhir
N 29
Normal Parametersa,b
Mean 102,45
Std.
Deviation
8,029
Most Extreme Differences
Absolute ,119
Positive ,099
Negative -,119
Kolmogorov-Smirnov Z ,642
Asymp. Sig. (2-tailed) ,805
Dari Tabel 40 dan Tabel 41 diatas terlihat bahwa rata-rata skor awal kemandirian
belajar dan rata-rata skor akhir kemandirian belajar memiliki nilai signifikansi
0.928 dan 0,805. Hal ini menunjukan bahwa nilai signifikansi > 𝛼, dengan 𝛼 =
0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berasal dari populasi
berdistribusi normal.
b. Pengujian hipotesis keefektifan ditinjau dari kemandirian belajar
1) Uji 1
Uji 1 bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan rata-rata skor awal
kemandirian belajar dan akhir. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝜇𝑎𝑘 ≤ 𝜇𝑎𝑤 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar tidak lebih besar daripada
rata-rata skor awal kemandirian belajar
𝐻1 ∶ 𝜇𝑎𝑘 > 𝜇𝑎𝑤 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih besar daripada rata-
rata skor awal kemandirian belajar
Uji 1 dalam penelitian ini menggunakan uji Paired SamplesT-Test dengan bantuan
program IBM SPSS Statistics 21. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.
140
Tabel 42. Hasil Analisis Angket Kemandirian Belajar dengan Paired Samples T-
Test
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
(2-
tailed
)
Mean Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Kemandirian
Akhir -
Kemandirian
Awal
12,48
3
5,481 1,018 10,398 14,568 12,2
64
28 ,000
Berdasarkan Tabel 42 di atas diperoleh
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2= 0,000 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1
diterima. Artinya, rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih besar daripada rata-
rata skor awal kemandirian belajar.
2) Uji 2
Uji 2 bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor akhir kemandirian belajar
lebih atau tidak lebih dari 88,38. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut.
𝐻0 ∶ 𝜇 ≤ 88,38 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar tidak lebih dari 88,38
𝐻1 ∶ 𝜇 > 88,38 Rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih dari 88,38
Uji 2 dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample T-Test dengan
program IBM SPSS Statistics 21. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 43
dibawah ini.
Tabel 43. Hasil Analisis Kemandirian Belajar dengan One Sample T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
Kemandirian
Akhir
29 102,45 8,029 1,491
141
One-Sample Test
Test Value = 88.38
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Kemandirian
Akhir
9,43
5
28 ,000 14,068 11,01 17,12
Berdasarkan Tabel 43 di atas diperoleh
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2= 0,000 <∝= 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1
diterima. Artinya, rata-rata skor akhir kemandirian belajar lebih dari 88,38.
Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning efektif ditinjau dari
kemandirian belajar.
C. Revisi Produk
1. Revisi Produk Setelah Validasi
Kegiatan revisi dilakukan agar perangkat pembelajaran dan instrumen yang
telah dikembangkan layak diujicobakan setelah divalidasi oleh validator. Ada
beberapa masukan dan saran dari validator terhadap perangkat pembelajaran dan
instrumen yang dikembangkan. Berikut adalah masukan dan saran dari validator.
Berikut adalah beberapa revisi yang telah dilakukan.
a. Revisi RPP
1) Mengubah urutan kegiatan pembagian kelompok, awalnya pembagian
kelompok dilakukan setelah kegiatan mengamati permasalahan, kemudian
diubah menjadi sebelum kegiatan mengamati permasalahan.
2) Menambahkan komponen penilaian pada setiap RPP yang memiliki alokasi
waktu 2 jam pertemuan.
142
3) Butir penilaian 4 tidak perlu dicantumkan dalam lembar penilaian RPP.
b. Revisi LKS
1) Menambahkan soal-soal untuk latihan mandiri.
2) Memperbaiki konsep yang tidak akurat pada uji kompetensi yaitu “belah
ketupat adalah layang-layang yang semua sisinya sama panjang”, dengan cara
menghapusnya karena tidak ada sesuai dengan pengertian yang sudah ada.
3) Pada LKS 1 ada gambar yang belum sesuai dengan materi segiempat yaitu ada
bangun segienam.
Sebelum Revisi Setelah Revisi
Gambar 21. Tampilan LKS 1 Halaman 1
143
4) Mengurangi penjelasan dari gambar-gambar yang ada pada info unik 1, 2, 3.
Sebelum Revisi Setelah Revisi
Gambar 22. Contoh Tampilan LKS pada Info Unik
c. Revisi angket angket respons siswa
1) Mengganti pernyataan “ukuran LKS sudah sesuai” menjadi “kesesuaian ukuran
LKS (tidak terlalu besar/ kecil)”.
2) Memperbaiki kalimat awal pada semua pernyataan angket respons siswa.
Gambar 23. Angket Respons Siswa Sebelum Revisi
144
Gambar 24. Angket Respons Siswa Setelah Revisi
d. Revisi angket kemandirian belajar
1) Mengganti pernyataan pada butir ke 14 yaitu “saya menunggu guru
menerangkan materi tertentu baru mau mempelajarinya” menjadi “saya
menunggu guru menerangkan materi tertentu sebelum mempelajarinya”.
2) Ada beberapa pernyataan yang tidak sesuai dengan indikator. Seharusnya
pernyataan nomor 7 merupakan indikator dari aspek mempunyai inisiatif dan
pernyataan nomor 9 dan 15 merupakan indikator dari tidak bergantung kepada
orang lain.
Gambar 25. Kesalahan Angket Kemandirian Belajar
145
e. Revisi tes kemampuan berpikir kreatif matematis
1) Mengganti kata Ayahmu menjadi nama seseorang yaitu Pak Soni.
2) Pertanyaan pada soal nomor 1 belum menunjukkan kepada siswa untuk
memberikan banyak jawaban. Awalnya “Bantulah Ayahmu untuk
memperkirakan kemungkinan ukuran panjang dan lebar tanah berbentuk
persegi panjang tersebut yang memiliki luas 240 𝑚2. Tentukan pula berapa
keliling untuk masing-masing pasangan ukuran panjang dan lebar tanah”
diperbaiki menjadi “Bantulah Pak Soni untuk memperkirakan kemungkinan
ukuran panjang dan lebar tanah berbentuk persegi panjang tersebut yang
memiliki luas 240 𝑚2. Tentukan pula berapa keliling untuk masing-masing
pasangan ukuran panjang dan lebar tanah. Berikan jawaban sebanyak mungkin
yang kalian bisa”.
2. Revisi Produk Setelah Uji Coba Lapangan
Masukan yang diberikan guru ataupun siswa terhadap LKS berdasarkan
evaluasi saat uji coba lapangan dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Memperbaiki pertanyaan pada LKS 1 di halaman 5 karena pertanyaan kurang
operasional.
Gambar 26. Soal LKS 1 Halaman 5 Sebelum Revisi
146
Gambar 27. Soal LKS 1 Halaman 5 Setelah Revisi
b. Memperbaiki kasus 3 pada LKS 2 di halaman 12, agar mudah dipahami siswa
Gambar 28. Kasus 3 pada LKS 2 Halaman 12 Sebelum Revisi
Gambar 29. Kasus 3 pada LKS 2 Halaman 12 Setelah Revisi
Hasil akhir pengembangan RPP, LKS pegangan guru dan LKS untuk siswa
setelah melalui revisi tahap II dapat dilihat pada Lampiran D.1, D.2 dan D.3.
147
D. Kajian Produk Akhir
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini telah
dilakukan melalui tahapan pengembangan model ADDIE, yaitu: analysis, design,
development, implementation, dan evaluation. Melalui tahapan tersebut, peneliti
dapat mengetahui kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Menurut
Nieven (1999: 126) poduk pengembangan yang berkualitas harus memenuhi
kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
validasi ahli dan uji coba lapangan diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif ditinjau dari
kemandirian belajar, sedangkan ditinjau dari kemapuan berpikir kreatif matematis
belum memenuhi kriteria efektif. Berikut adalah uraian dari uji kualitas perangkat
pembelajaran.
1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning telah dinilai oleh
dosen jurdik matematika. Berdasarkan penilaian pada RPP diperoleh rata-rata skor
sebesar 4,41 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. hal ini
menunjukan bahwa RPP yang dikembangkan telah mengikuti pedoman
penyusunan RPP berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Walaupun
RPP telah mencapai klasifikasi sangat baik, berdasarkan Tabel 25, aspek pemilihan
sumber belajar/media pembelajaran dan penilaian hasil belajar memiliki skor
rendah dibandingkan dengan yang lain, yaitu sebesar 4,22 dengan klasifikasi sangat
baik.
148
Berdasarkan penilaian pada LKS yang dilakukan oleh validator diperoleh
rata-rata skor 4,33 dari nilai maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini
menunjukan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat
pengembangan LKS menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis.
Berdasarkan Tabel, kelayakan materi/ isi syarat didaktik memiliki rata-rata skor
paling rendah dibandingkan degan syarat yang lain yaitu sebesar 4,27 dengan
klasifikasi sangat baik.
Perangkat pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan pendekatan
pembelajaran Problem Based Learning, selain itu RPP dikembangkan sesuai
dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dan LKS telah memenuhi syarat
pengembangan LKS menurut Darmojo & Kaligis. Hal ini menunjukan bahwa
perangkat pembelajaran telah sesuai dengan teori yang ada. Selain itu hal tersebut
juga senada dengan pendapat Nieven (1999) aspek validitas dapat dilihat dari
apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah sesuai dengan
teoritiknya.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria praktis berdasarkan respons yang diberikan oleh guru dan siswa
serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum respons guru dan
respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sangat
baik. Sementara itu, pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati menunjukan
hasil sangat baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran yaitu
149
95%. Hal ini berarti perangkat pembelajaran yang dikembangkan memiliki derajat
kepraktisan sangat baik.
Berdasarkan respons yang diberikan oleh guru diperoleh rata-rata skor 4,42
dari skor maskimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa
perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis untuk digunakan dalam proses
pembelajaran. Sedangkan hasil respons yang diberikan oleh siswa memperoleh
rata-rata skor 4,26 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini
menunjukan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan khususnya LKS dapat
membantu dan memudahkan siswa dalam memahami materi segiempat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa LKS yang dikembangkan telah
sesuai dengan pendapat Nieven (1999) yang menyatakan bahwa tingkat kepraktisan
dapat dilihat dari apakah guru telah mempertimbangkan bahwa materi mudah dan
dapat digunakan oleh guru dan siswa.
3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
a. Keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemampuan berpikir
kreatif matematis
Keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemampuan berpikir
kreatif matematis didasarkan pada kriteria keefektifan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan
berpikir kreatif matematis jika rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa lebih dari 70 dan banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari
70, lebih dari 75%.
150
Berdasarkan hasil uji 1 menggunakan uji One Sample T-Test dengan
bantuan IBM SPSS Statistics 21 diperoleh 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2= 0,0005 <∝= 0,05.
Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Dengan demikian, H0 ditolak,
sehingga H1 diterima. Artinya, rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa lebih dari 70.
Sedangkan, berdasarkan uji 2 menggunakan uji One Sample Binomial Test
dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 diperoleh 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛 = 0,500 >∝
= 0,05. Dengan demikian, H0 diterima. Artinya, banyaknya siswa yang mencapai
nilai lebih dari 70, kurang dari atau sama dengan 75%. Berdasarkan uji 1 dan uji 2
maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran berbasis
Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif
matematis.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh
Ali Muntaha (2013) yang menunjukan bahwa pengembangan perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Selain itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian Asep
Nanang (2016) dengan hasil bahwa secara signifikan pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Hal yang diduga menjadi faktor-faktor penyebab tidak efektifnya perangkat
pembelajaran berbasis Problem Based Learning ditinjau dari kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Imogiri antara lain karena adanya
keterbatasan waktu implementasi untuk melatih kemampuan berpikir kreatif
151
matematis. Jumlah pertemuan dalam penelitian ini dirasa masih kurang untuk
melatih kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu 7 kali pertemuan dengan 5
kali pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PBL, 1 kali tes
dan 1 kali tes susulan (1 siswa).
Selain itu, waktu pembelajaran matematika di hari Senin hanya 1 jam
pelajaran dan masih terpotong untuk upacara, sehingga guru dan siswa tergesa-
gesa dalam pembelajaran serta ada beberapa materi yang belum tersampaikan atau
kegiatan yang tidak terlaksana. Sedikinya waktu yang tersedia dirasa kurang untuk
melatih kemampuan berpikir kreatif matematis dikarenakan siswa sudah terbiasa
mengerjakan 1 soal dengan 1 cara, 1 jawaban, cara yang digunakan oleh
kebanyakan siswa di kelas tersebut merupakan cara yang sama hampir oleh
temannya dan soal-soal yang diujikan kepada siswa merupakan tipe soal yang
memiliki 1 jawaban benar.
Selain itu, disela-sela penelitian, siswa juga banyak libur karena tryout kelas
IX. Selain itu, sebelum tes kemampuan berpikir kreatif matematis, siswa tidak
dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran karena ada hari libur nasional, lomba
kebersihan kelas dan dimas diajeng, libur karena diadakan kerja bakti untuk
persiapan UN, libur untuk pelaksanaan UN, kerja bakti adiwiyata, lomba
adiwiyata. siswa juga baru saja libur untuk ujian siswa kelas IX sehingga jarak
antara pembelajaran terakhir dan tes terlalu jauh yaitu 33 hari atau mundur 13 kali
pertemuan.
Selain faktor yang telah disebutkan diatas, faktor lain yang diduga sebagai
penyebab tidak efektifnya perangkat pembelajaran untuk mengembangkan
152
kemampuan berpikir kreatif matematis adalah pembelajaran pada hari Rabu
dilaksanakan pada siang hari di jam terakhir, sehingga siswa terlihat letih dan
kurang bersemangat. Sementara itu, waktu pembelajaran matematika di hari Selasa
dan Rabu yaitu 2 jam pelajaran, namun terdapat jeda waktu untuk istirahat dan
sholat. Tes berpikir kreatif matematis dilaksanakan pada hari Selasa dan di hari
Selasa terdapat jeda waktu untuk istirahat, agar tidak ada jeda waktu selama
pelaksanaan tes, maka waktu istirahat digunakan siswa untuk mengerjakan soal tes.
Penundaan waktu istirahat menyebabkan siswa letih, kurang konsentrasi dan
terburu-buru ingin istirahat.
Faktor lain yang menjadi penyebab hasil tes kemampuan berpikir kreatif
beberapa siswa tidak optimal adalah salah dalam memahami konsep, salah
memahami soal serta tidak teliti dalam menjawab soal tes. Sehingga walaupun
mereka sudah memberikan banyak jawaban/ cara namun menyebabkan mereka
tidak mendapat nilai, sehingga nilainya rendah. Sebagai contoh pengerjaan siswa
pada soal tes kemampuan pemecahan masalah nomor 1 (soal dapat dilihat pada
Lampiran A.11)
153
Gambar 30. Contoh Jawaban Siswa 1 Gambar 31. Contoh jawaban Siswa 2
Pada Gambar 30 terlihat bahwa siswa mengalami salah konsep
dalam mengerjakan soal nomor 1 yang digunakan untuk mengukur kelancaran.
Kesalahan siswa terletak ketika menghitung keliling persegi penjang, seharusnya
siswa mengalikan dua hasil dari jumlahan panjang dan lebar. Sedangkan pada
Gambar 31 terlihat bahwa siswa salah memahami soal. Seharusnya panjang dan
lebar yang sudah ditentukan oleh siswa, langsung saja dicari kelilingya. Namun
154
yang dilakukan siswa adalah selain mencari panjang dan lebar yang memiliki luas
240 cm2, siswa tersebut juga mencari panjang dan lebar yang memiliki keliling 240
cm. Oleh karena itu, walaupun kedua siswa tersebut sudah menjawab dengan 5
jawaban namun karena salah sehingga menyebabkan mereka tidak mendapat nilai
(skor 0).
Gambar 32. Contoh Jawaban Siswa 3
Pada Gambar 32 terlihat bahwa siswa tidak teliti dalam mengerjakan soal nomor 1.
Pada awalnya siswa sudah benar menentukan panjang dan lebarnya yaitu 24cm dan
10cm. Namun ketika siswa mencari keliling, panjang persegi panjang berubah
menjadi 20cm.
Selain soal nomor 1, berikut beberapa contoh kesalahan siswa dalam
mengerjakan tes kemampuan berpikir kreatif. Pada Gambar 33 (pengerjaan soal 2),
pada Gambar 34 (pengerjaan soal 3), pada Gambar 35 (pengerjaan soal 4). Gambar
34 dan Gambar 35 merupakan contoh kesalahan siswa tidak teliti, sehingga
menyebabkan nilai tes tidak optimal. Sementara Gambar 33 merupakan contoh
siswa salah konsep.
Gambar 33. Contoh Jawaban Siswa 4
155
Gambar 34. Contoh Jawaban Siswa 5
Gambar 35. Contoh Jawaban Siswa 6
Pada Gambar 33 terlihat bahwa siswa menggunakan rumus segitiga untuk
menghitung luas trapesium. Pada Gambar 34 terlihat siswa hanya menggambar
desain pemotongan kertas namun belum mencantumkan ukurannya. Pada Gambar
35 terlihat bahwa siswa kurang teliti dalam menghitung 20 × 4 = 40, salah
menjumlahkan 72 + 48 + 48 = 188 𝑑𝑎𝑛 56 + 64 + 48 = 168 padahal jika
mereka benar dalam menghitung maka akan mendapatkan tambahan nilai
kelancaran dan keluwesan.
156
Dilihat dari hasil pekerjaan siswa, persentase aspek berpikir kreatif
matematis yang paling rendah adalah aspek kebaruan. Walaupun persentase aspek
kebaruan paling rendah, namun ada beragam jawaban yang diberikan oleh siswa
dalam menyelesaikan soal tes berpikir kreatif matematis. Nomor soal yang
mengukur aspek kebaruan adalah soal no 2, 3, dan 4. Berikut beberapa jawaban dari
29 siswa kelas VII G.
1) Tiga belas macam jawaban siswa terhadap soal nomor 2 tentang siswa diminta
untuk menyebutkan bangun segiempat/ gabungan dari beberapa bangun
segiempat beserta ukuran dan perhitungannya. Bangun tersebut harus memiliki
luas yang sama dengan luas persegi panjang yang memiliki panjang 25cm dan
lebar 12cm.
Jawaban 1: gabungan 3 bangun persegi
Jawaban 2: gabungan 1 bangun jajargenjang dan 1 bangun layang-layang
Jawaban 3: 1 bangun trapesium
157
Jawaban 4: gabungan 6 bangun jajargenjang
Jawaban 5: 1 bangun jajargenjang
Jawaban 6: 1 bangun persegi panjang
Jawaban 7: gabungan 1 bangun persegi panjang dan 1 bangun persegi
Jawaban 8: 1 bangun layang-layang
158
Jawaban 9: gabungan 2 bangun persegi panjang
Jawaban 10: gabungan 1 bangun jajargenjang dan 1 bangun trapesium
Jawaban 11: gabungan 2 bangun jajargenjang
Jawaban 12: 1 bangun belah ketupat
159
Jawaban 13: gabungan 5 bangun persegipanjang
Dari 13 cara, ada 4 cara yang hanya digunakan oleh masing-masing 1 siswa
yaitu cara 4, 10, 11, 13. Selain mengukur aspek kebaruan, soal nomor 2 juga
mengukur aspek kelancaran.
2) Lima belas macam jawaban siswa terhadap soal nomor 3 tentang siswa diminta
untuk menggambarkan sketsa pemotongan kertas berukukaran 10𝑐𝑚 × 12𝑐𝑚
yang akan dibagikan kepada 4 anak, dengan syarat masing-masing anak
memiliki luasan kertas yang sama.
Cara 1:
Cara 2:
Cara 3:
160
Cara 4:
Cara 5:
Cara 6:
Cara 7:
Cara 8:
Cara 9:
Cara 10:
Cara 11:
161
Cara 12:
Cara 13:
Cara 14:
Cara 15:
Dari 15 cara, ada 4 cara yang hanya digunakan oleh masing-masing 1 siswa
yaitu cara 11, 13, 14, 15. Selain mengukur aspek kebaruan, soal nomor 3 juga
mengukur aspek keluwesan.
3) Dua puluh empat macam jawaban siswa terhadap soal nomor 4 tentang siswa
diminta menghitung suatu bangun datar dengan berbagai cara yang berbeda-
beda.
Cara 1:
162
Cara 2:
Cara 3:
Cara 4:
163
Cara 5:
Cara 6:
Cara 7:
164
Cara 8:
Cara 9:
Cara 10:
165
Cara 11:
Cara 12:
Cara 13:
166
Cara 14:
Cara 15:
Cara 16:
167
Cara 17:
Cara 18:
Cara 19:
168
Cara 20:
Cara 21:
Cara 22:
169
Cara 23:
Cara 24:
Dari 24 cara, ada 6 cara yang hanya digunakan oleh masing-masing 1 siswa
yaitu cara 5, 14, 17, 18, 20, 22. Selain mengukur aspek kebaruan, soal nomor 4
juga mengukur aspek keluwesan. Rekapitulasi data tes kemampuan berpikir kreatif
matematis aspek kebaruan dapat dilihat secara rinci pada Lampiran B.25.
Rekapitulasi nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematis aspek kebaruan dapat
dilihat secara rinci pada Lampiran B.26. Tabulasi hasil tes kemampuan berpikir
kreatif matematis aspek kebaruan dapat dilihat secara rinci pada Lampiran B.27.
170
Sementara itu, untuk rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa lebih dari 70. Hal ini diduga disebabkan karena pada tahap
pembelajaran Problem Based Learning setelah siswa disajikan masalah, siswa
diorganisasikan untuk meneliti masalah yaitu siswa mencari apa yang diketahui
dan ditanyakan. Dari kedua langkah tersebut siswa menjadi lebih memahami
masalah yang diberikan, sehingga siswa dapat dengan tepat merencanakan
penyelesaian pada saat melakukan penyelidikan. Dilanjutkan dengan langkah
ketiga dalam Problem Based Learning yaitu siswa melakukan penyelidikan
individu ataupun kelompok. Dalam langkah ketiga ini, siswa dapat berlatih
merencanakan penyelesaian masalah dengan berdiskusi kelompok. Ketika
berdiskusi, pasti ada siswa yang memiliki cara berbeda dalam menyelesaikan
masalah, sehingga dalam diskusi terjadi proses pertukaran pendapat yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Selanjutnya pada langkah keempat, siswa mempresentasikan hasil
penyelesaian masalah. Apabila hasil penyelesaian masalah yang dipresentasikan
kelompok lain tidak sama dengan hasil penyelesaian masalah yang dikerjakan
kelompoknya, maka siswa akan tahu beragam jawaban/ cara. Pada langkah kelima,
siswa bersama dengan guru membahas hasil penyelesaian masalah dari kelompok
yang sudah maju mempresentasikannya. Sebelum guru mengklarifikasi kebenaran
dari hasil penyelesaian masalah kelompok yang maju, guru mempersilakan siswa
yang lain untuk memberikan tanggapan, pertanyaan, kritik, atau saran kepada
temannya yang presentasi, bisa terkait dengan hasil penyelesaiannya, memaparkan
cara atau jawaban yang berbeda, atau yang lainnya. Pemaparan cara atau jawaban
171
yang berbeda dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis
dikarenakan siswa akan mengetahui ada jawaban-jawaban atau cara-cara lain yang
dapat digunakan sebagai solusi permasalahan tersebut.
b. Keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemandirian belajar
Kriteria keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari kemandirian
belajar yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu jika rata-rata skor akhir
kemandirian belajar lebih dari rata-rata skor awal kemandirian belajar dan rata-rata
skor akhir kemandirian belajar minimal mencapai kategori baik, yaitu 88,38.
Berdasarkan hasil uji 1 menggunakan uji Paired Samples T-Test dengan bantuan
IBM SPSS Statistics 21 diperoleh 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2= 0,000 <∝= 0,05. Dengan
demikian, H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Artinya, rata-rata skor akhir
kemandirian belajar lebih besar daripada rata-rata skor awal kemandirian belajar.
Sedangkan, berdasarkan uji 2 menggunakan uji One Sample T-Test dengan
bantuan IBM SPSS Statistics 21 diperoleh 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑛
2= 0,000 <∝= 0,05.
Dengan demikian, H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Artinya, rata-rata skor akhir
kemandirian belajar lebih dari 88,38. Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem
Based Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar.
Selain itu, hasil penelitian ini juga cocok dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Lina Dwi Astuti
(2014) terhadap siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Yogyakarta yang menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika dengan Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemandirian belajar pada pokok bahasan segiempat. Penelitian yang
172
dilakukan oleh Musyafa (2013) juga menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika dengan model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan
dengan model pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemandirian belajar
matematika siswa kelas X SMK N 1 Saptosari pada materi fungsi kuadrat.
Hal yang menjadi faktor-faktor penyebab perangkat pembelajaran berbasis
Problem Based Learning dalam penelitian ini efektif ditinjau dari kemandirian
belajar diduga karena dalam kegiatan inti pembelajaran terdapat langkah-langkah
pembelajaran berbasis Problem Based Learning. Kegiatan pembelajaran yang
menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis Problem Based Learning
tersebut berpotensi dapat mengembangkan kemandirian belajar siswa. Hal ini
sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Arends (2008: 408) menyampaikan
bahwa PBL dapat mengembangkan keterampilan penyelidikan dan keterampilan
mengatasi masalah, keterampilan untuk belajar secara mandiri, dan mempunyai
perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang dewasa. Delisle dalam Uzain
(2015: 130) juga menyatakan bahwa Problem Based Learning membuat
pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga siswa memiliki rasa percaya diri
dan mampu belajar secara mandiri.
Langkah pembelajaran pertama adalah guru memberikan orientasi tentang
permasalahnnya kepada siswa. Dikarenakan dalam kegiatan ini siswa mengamati
dan memahami masalah secara mandiri, hal ini diduga dapat dapat menyebabkan
peningkatan kemandirian belajar pada aspek tidak bergantung pada orang lain.
Selain itu kegiatan guru mengorganisasikan siswa untuk meneliti, dimana siswa
melakukan aktivitas mencari apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam
173
permasalahan secara mandiri juga ikut serta dalam meningkatkan aspek tidak
bergantung pada orang lain.
Pada kegiatan inventigasi secara mandiri atau kelompok siswa mencoba
menyelesaikan permasalahan secara mandiri terleih dahulu, hal ini diduga dapat
meningkatkan aspek tidak bergantung kepada orang lain. Selain itu, siswa juga
melakukan diskusi dengan kelompoknya sehingga terjadi kerjasama dalam rangka
mencari solusi permasalahan, saling bertanya dan menjawab, memberikan ide,
mengkritisi dan mengoreksi konsep yang muncul dalam diskusi agar diperoleh
suatu kesimpulan penyelesaian masalah yang benar dan tepat. Hal tersebut diduga
dapat meningkatkan inisiatif. Pada kegiatan ini siswa juga berpotensi dalam
mengembangkan aspek bertanggung jawab. Bertanggung jawab dalam hal
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan ikut andil dalam mencari solusi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2008: 409) yang menyatakan bahwa PBL
dapat membuat siswa menjadi pembelajar mandiri terutama dalam aspek tidak
bergantung pada orang lain dan bertanggung jawab..
Selain itu dalam langkah PBL terdapat kegiatan mempresentasikan hasil
penyelesaian masalah yang diduga berpotensi untuk mengembangkan kemandirian
belajar siswa terutama pada aspek mempunyai inisiatif. Diduga karena pada
kegiatan presentasi, siswa dilatih berpendapat atau bertanya yang memerlukan
inisiatif, sikap percaya diri dan berani. Hal tersebut selaras dengan Sani (2015: 134)
yang menyatakan bahwa PBL dapat menumbuhkan inisiatif dalam belajar.
Pada kegiatan mengevaluasi hasil presentasi, terjadi diskusi antar kelompok
yang presentasi dengan kelompok yang tidak presentasi. Siswa/ kelompok yang
174
tidak presentasi memberikan tanggapan ataupun saran kepada kelompok yang
presentasi. Selain itu juga dapat membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis. Sehingga,
pada tahap terakhir ini diduga dapat mengembangkan inisiatif dalam membuat
siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat maupun pertanyaan.
Selain itu dalam LKS terdapat proyek mandiri, proyek kelompok, dan
latihan mandiri yang diduga dapat memfasilitasi kemandirian belajar. Proyek
mandiri dan proyek kelompok merupakan tugas yang harus dikumpulkan oleh
siswa, sehingga hal ini melatih siswa bertanggung jawab supaya mengumpulkan
tugas tepat waktu. Sedangkan latihan mandiri, merupakan kumpulan soal yang
dapat digunakan siswa untuk mengasah kemampuannya dalam menyelesaikan
soal-soal dan memperdalam konsep. Latihan mandiri ini tidak dikumpulkan,
namun digunakan sebagai pancingan bagi siswa supaya mempunyai inisiatif untuk
mengerjakan soal tersebut tanpa diminta mengerjakan atau mengumpulkan. Hal ini
secara tidak langsung diduga dapat memfasilitasi aspek tidak bergantung kepada
orang lain.
175
E. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Waktu penelitian yang sedikit kurang tepat yakni terdapat banyak hari libur,
sehingga waktu penelitian tidak dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Jarak antara pembelajaran terakhir sampai dengan waktu tes
kemampuan berpikir kreatif matematis terpaut waktu lama yaitu 33 hari atau
mundur 13 kali pertemuan. Hal ini dikarenakan 1 pertemuan libur karena hari
libur nasional dan 1 pertemuan libur karena adanya try out kelas IX, lomba
kebersihan kelas dan dimas diajeng, kerja bakti untuk persiapan UN, libur untuk
pelaksanaan UN, kerja bakti adiwiyata, lomba adiwiyata.
2. Pembelajaran pada hari Rabu dilaksanakan pada siang hari di jam terakhir,
sehingga siswa terlihat letih dan kurang bersemangat ketika pembelajaran
matematika.
3. Waktu pembelajaran matematika di hari Senin hanya 1 jam pelajaran dan masih
terpotong untuk upacara. Sementara itu, waktu pembelajaran matematika di hari
Selasa dan Rabu yaitu 2 jam pelajaran, namun terdapat jeda waktu untuk
istirahat dan sholat.
4. Tes berpikir kreatif matematis dilaksanakan pada hari Selasa. Waktu
pembelajaran matematika di hari Selasa terdapat jeda waktu untuk istirahat,
agar tidak ada jeda waktu selama pelaksanaan tes, maka waktu istirahat
digunakan siswa untuk mengerjakan soal tes.
top related