bab v analisis peledakan fix
Post on 02-Mar-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
1/16
66
BAB V
ANALISIS HASIL PELEDAKAN
5.1 Analisis Peledakan
5.1.1 Pengaruh Penyiapan Lokasi Pemboran dan Pelaksanaan Pemboran
Sebelum dilakukan pemboran lubang tembak, lokasi peledakan harus
dipersiapkan terlebih dahulu dengan bulldozer. Pekerjaan persiapan ini meliputi
mendorong tumpukan material, menimbun lokasi peledakan yang lebih, membuat
tanggul, dan membuat jalan akses untuk truk MMU pada saat akan loading di lubang
tembak. Lokasi rata dan luas biasanya ditemukan padafront loadingatau pada bekas
jalan. Untuk lokasi bekas jalan, tanggul yang ada sebelumnya harus didorong agar
tidak mengganggu lokasi pemboran. Pada lokasi bekas lantai batubara pemboran
akan mengikuti kemiringan/dip searah dengan batubara yang ada di atasnya.
Sepanjang pengamatan, proses penyiapan lokasi pemboran belum maksimal.
Di beberapa lokasi peledakan masih terdapat perbedaan ketinggian antara 1 3 meter
dari ketinggian yang direncanakan. Misalnya rencana pemboran adalah dari RL
(relative level) 10 ke RL 5, tetapi level di permukaan tidak semuanya rata berada di
RL 10 karena perbedaan ketinggian pada saat dilakukan pemboran. Akibat dari
perbedaan ketinggian ini akan menyebabkan proses pemboran tidak akurat.
Selain itu, operator drilltidak tahu pasti kedalaman lubang tembak yang telah
dibor, melainkan menduga saja. Akibatnya, untuk satu lokasi peledakan terjadi
distribusi bahan peledak yang tidak merata. Sehingga distribusi energi bahan peledak
tidak merata secara horizontal maupun vertikal. Distribusi energi peledakan yang
tidak merata secara horizontal berpotensi menimbulkan boulder atau bongkah. Dan
distribusi energi yang tidak merata secara vertikal akan menyebabkan perbedaan
ketinggian pada lantai peledakan (undulating). Untuk menghindari lokasi pemboran
yang tidak rata dikemudian hari, diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi
kedalaman lubang bor secara elektronik (depth counter). Jadi meskipun RL
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
2/16
67
dipermukaan tidak rata, operator masih bisa melakukan pemboran ke RL target
berikutnya dengan akurat.
5.1.2
Pengaruh Diameter Lubang Tembak
Ukuran diameter lubang tembak dipengaruhi oleh kondisi batuan. Untuk
lubang bor dengan kondisi batuan berkekar, diameter besar sebaiknya dihindari. Jika
pada batuan berkekar digunakan diameter lubang bor yang besar, maka burden dan
spasi akan semakin besar. Maka ada kemungkinan terdapat daerah batuan yang
dibatasi kekar tetapi tidak terdapat lubang tembak. Sehingga efek peledakan dari
lubang tembak di sampingnya tidak akan sampai pada batuan tersebut karena
gelombang reaksi peledakan yang ditimbulkan akan hilang atau menjalar pada kekar
tersebut dan fragmen batuan yang dihasilkan kurang baik. Untuk batuan berkekar
sebaiknya menggunakan diameter kecil agar pendistribusian energi peledakan lebih
merata. Diameter lubang bor yang digunakan di PT Darma Henwa adalah 200 mm (7
7/8 inchi). Pengamatan di lapangan terhadap diameter lubang tembak 200 mm sudah
cocok dengan kondisi batuan di lapangan. Spasi lubang tembak sudah optimum untuk
mengakomodasi daerah batuan yang berkekar.
5.1.3 Pengaruh Struktur Batuan
Secara umum kondisi massa batuan di lokasi peledakan merupakan batuan
dengan banyak bidang lemah. Kehadiran bidang lemah dapat menyebabkan
perambatan energi yang berupa tekanan gas tidak maksimal. Akibatnya energi
peledakan yang terpakai untuk memecah batuan hanya sebagian.
5.1.4 Pengaruh Tahapan Inisiasi dan Priming
Tahapan inisiasi dan pengaturan waktu tunda memiliki pengaruh yang besar
terhadap hasil akhir peledakan. Untuk peledakan jenjang seperti pada lokasi
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
3/16
68
penelitian, inisiasi bertahap diatur sedemikian rupa sehingga tiap muatan bahan
peledak meledak secara berurutan ke arah bidang bebas. Peledakan bertahap ini
dimungkinkan dengan penggunaan waktu tunda pada setiap muatan bahan peledak.
Pola peledakan dengan waktu tunda akan memberikan kesempatan pada batuan yang
telah meledak untuk berpindah tempat sebelum lubang tembak berikutnya. Dengan
demikian, lubang tembak yang telah meledak akan menyediakan bidang bebas untuk
lubang tembak yang akan meledak berikutnya.
Bahan peledak curah diinisiasi oleh primer atau booster sehingga
menghasilkan gelombang detonasi yang merambat di sekitar lubang tembak dan
akhirnya menyebabkan batuan bergetar dan berpindah tempat. Peledakan yang
menggunakan multi primer idealnya akan memperbesar gelombang strain sehingga
dapat memperkecil fragmentasi. Tetapi hasil peledakan di lapangan tidak memberi
hasil yang fragmentasi yang lebih kecil. Ada kemungkinan disebabkan oleh kualitas
bahan peledak curah yang jelek dan bisa juga disebabkan kolom chargeyang harus
diinisiasi oleh booster terlalu panjang. Sementara peledakan dengan booster tunggal
seperti yang umum dilakukan di lokasi penelitian menghasilkan energi strain yang
rendah dan energi pengangkatan yang besar. Hal ini terbukti di lapangan, material
peledakan mengalami pengangkatan 2 4 meter di sekitar lubang tembak namun
tidak mengalami perpindahan material yang jauh.
5.1.5 Pengaruh Bahan Peledak
Secara teoritis, kondisi lapisan batuan penutup yang akan diledakkan
berdasarkan kuat tekan (menurut klasifikasi Bieniawski, lapisan batuan penutup di Pit
A Selatan termasuk dalam kategori sangat lunak), maka penggunaan Titan Black
akan menghasilkan fragmen batuan yang lebih hancur daripada diledakkan dengan
ANFO atau heavy ANFO. Sementara itu jika dilihat dari kualitas batuan berdasarkan
pola pembentukan batuan (lapisan batuan penutup terbentuk dari proses sedimentasi),
peledakan seharusnya menggunakan bahan peledak dengan VOD rendah (VOD
ANFO lebih rendah dibandingkan dengan VOD Titan Black). Bahan peledak dengan
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
4/16
69
VOD tinggi sangat baik dalam pembentukan rekahan radial pada batuan masif, tetapi
untuk kondisi batuan yang terkekarkan bahan peledak ini tidak akan efektif. Hal ini
disebabkan oleh VOD tinggi yang dihasilkan Titan Black tidak maksimal dalam
meregangkan batuan karena tekanan gas yang dihasilkannya mengisi rekahan
rekahan yang sudah ada dalam batuan. Pemilihan bahan peledak berdasarkan
karakteristik material yang diledakkan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Pemilihan Bahan Peledak berdasarkan Karakteristik Batuan
Bahan peledak Kondisi Batuan
ANFO Kering, banyak kekar, lembek
HeavyANFO
Kering, keras (misalnya bekas lantai batubara & material batu pasir),
lubang lembab/basah akibat rembesan air
Titan Black Lubang tembak basah (akibat rembesan air atau akibat aliran air tanah
Kondisi aktual proses peledakan pada lokasi penelitian umumnya berada di
bawah permukaan laut (RL minus). Hal ini berpengaruh terhadap kondisi air pada
lubang lubang tembak. Untuk itu harus digunakan bahan peledak yang tahan
terhadap kehadiran air di dalam lubang tembak. Jadi penggunaan bahan peledak Titan
Black di BCP sudah cocok jika didasarkan pada kondisi lubang tembak yang berair
dan penggunaan bahan peledak Titan Black menghasilkan fragmentasi yang lebih
hancur dibandingkan dengan ANFO. Namun peledakan menghasilkan angka PF yang
besar (tabel 4.4) untuk setiap proses peledakan di Pit A Selatan.
5.1.6 Pengaruh Geometri Peledakan
Pengaturan burden, spasi, stemming, subdrilling, dan kedalaman lubang
tembak sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi kondisi geologi dan jenis
bahan peledak yang digunakan. Hal ini harus dilakukan dalam upaya memperoleh
fragmen batuan yang baik dalam setiap proses peledakan.
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
5/16
70
a. Burden
Burden berpengaruh terhadap fragmentasi hasil peledakan. Bila jarak burden
besar, maka gelombang tekan akan menemuh jarak yang jauh terhadap bidang bebas.
Pada saat gelombang tekan mencapai bidang bebas dan dipantulkan kembali sebagai
gelombang tarik, maka gelombang ini akan bertabrakan dengan gelombang yang
akan datang berikutnya sehingga energi yang dihasilkan akan saling meniadakan.
Akibatnya energi yang digunakan untuk menghasilkan rekahan radial menjadi lebih
kecil. Hal ini akan mengakibatkan gas gas peledakan mengalami kesulitan untuk
membongkar rekahan rekahan tersebut ke arah bidang bebas. Akibatnya, fragmen
batuan hasil peledakan akan berukuran besar atau boulder. Jika jarak burden terlalu
kecil, pemecahan batuan akibat gelombang radial terjadi sangat cepat. Sehingga
terdapat energi sisa dalam jumlah yang besar dan kuat untuk menghancurkan bidang
bebas. Fragmentasi batuan hasil peledakan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
burden yang lebih besar.
Burden yang diterapkan di lokasi penelitian untuk semua bahan peledak
adalah 7,5 meter. Bila dibandingkan dengan burden hasil perhitungan metode R.L.
Ash (lampiran H), untuk bahan peledak ANFO menggunakan burden 6,1 meter.
Sementara perhitungan R.L. Ash untuk bahan peledak Titan Black, menggunakan
burden 7,7 meter.
b. Spasi
Seperti dijelaskan pada subbab 5.1.2, bahwa jika pada batuan berkekar
digunakan jarak spasi lubang tembak terlalu besar, maka ada kemungkinan daerah
batuan yang berkekar tidak terdapat lubang tembak. Sehingga perambatan gelombang
peledakan lubang tembak yang berdekatan akan terhalang oleh kekar yang membatasi
antara lubang tembak.
Spasi yang digunakan di lokasi penelitian untuk semua bahan peledak adalah
9 meter. Bila dibandingkan dengan spasi hasil perhitungan metode R.L. Ash (KS =
1,3), untuk bahan peledak ANFO menggunakan nilai spasi 7,9 m. Sementara
perhitungan R.L. Ash (KS = 1,3) untuk bahan peledak Titan Black, menggunakan
nilai spasi 10,1 m.
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
6/16
71
c. Stemming
Material stemming akan menjadi pengukung bagi energi peledakan supaya
tidak terbuang ke udara dalam bentuk airblastatau batuan terbang (fly rock), tetapi
tersalur ke dalam massa batuan. Kolom stemming yang terlalu pendek akan
mengakibatkan terjadinyafly rock. Hal ini terjadi karena energi peledakan cenderung
merambat menuju bidang yang memberikan hambatan yang paling kecil. Akibatnya,
energi peledakan dengan cepat menghancurkan batuan di sekitar kolom stemming
saja dan mengakibatkan pengkawahan.
Kolom stemming yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya
bongkahan besar pada hasil peledakan serta ground vibrationyang lebih besar. Hal
tersebut terjadi karena energi peledakan tidak cukup kuat untuk menghancurkan
material kolom stemming yang tinggi.
Material kolom stemming juga akan mempengaruhi hasil peledakan. Untuk
peledakan di PT Darma Henwa, material stemming yang digunakan berasal dari
material hasil pemboran (drill cuttings). Pengamatan di lapangan terlihat bahwa drill
cuttingsuntuk sistem loading and shootakan menjadi lumpur jika digunakan dalam
lubang tembak yang berair. Material stemming ini kurang mampu mengukung energi
peledakan yang dilepaskan dari lubang tembak. Hal ini disebabkan drill cuttingsyang
berbentuk lumpur memerlukan waktu yang lama untuk mengendap dan mengukung
bahan peledak. Biasanya hasil peledakan sangat jelek dan perlu dilakukan peledakan
ulang.
d. Subdrilling
Proses pemecahan batuan di dasar lubang tembak tidak dapat tercapai secara
full face. Untuk itu perlu dilakukan pemboran yang melebihi batas lantai jenjang
bagian bawah. Dengan demikian, lantai tambang hasil peledakan diharapkan menjadi
rata dan akan mempermudah penggalian dan pengangkutan material hasil peledakan.
Selain itu, lantai tambang yang rata akan mempermudah proses peledakan berikutnya.
Di PT Darma Henwa digunakan subdrilling 1 m. Sementara berdasarkan
perhitungan metode R.L. Ash, untuk bahan peledak ANFO, diperlukan subdrilling
1,52 m. Dan untuk bahan peledak Titan Black diperlukan subdrilling 1,93 m.
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
7/16
72
Sepanjang pengamatan, subdrilling yang digunakan di lokasi penelitian terlalu
dangkal dan tidak sama untuk semua lubang tembak. Akibatnya terdapat tonjolan
tonjolan di lantai tambang yang mempersulit kegiatan penggalian dan pengangkutan
serta proses pemboran untuk peledakan selanjutnya.
e. Kedalaman Lubang Tembak
Lubang tembak tidak boleh dibor lebih pendek dari burden. Hal ini untuk
menghindari terjadinya overbreakdan pengkawahan. Di lokasi penelitian, kedalaman
lubang tembak bervariasi antara 4 20 m. Jika dibandingkan kedalaman lubang
tembak menurut perhitungan metode R.L. Ash (KH = 1 - 4 B), maka lubang
tembak dengan kedalaman 4 m tidak boleh dilakukan. Akan tetapi untuk peledakan di
atap batubara (TOC), kedalaman lubang tembak yang kurang dari panjang burden
sering terjadi. Hal ini untuk mengantisipasi batubara tidak ikut meledak pada saat
peledakan overburden.
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
8/16
73
5.2 Analisis Fragmen Batuan
5.2.1 Perbandingan distribusi Fragmen Batuan antara Pengamatan secara
Langsung dengan Model Kuz Ram
Hasil prediksi fragmen batuan menggunakan model Kuz Ram memiliki
perbedaan yang besar dengan hasil pengamatan fragmen batuan di lapangan.
Perbandingan distribusi fragmen batuan antara pengamatan lapangan dengan
perhitungan model Kuz Ram dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Perbandingan Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan
Lapangan dengan Prediksi Model Kuz - Ram
Bahan
PeledakLokasi
Pengamatan Langsung Prediksi Kuz - Ram Selisih rata - rata
< 20
cm
20
50 cm
> 50
cm
< 20
cm
20 -
50 cm
> 50
cm< 20
cm20
50 cm
> 50
cm
% % % % % % % % %
ANFO
ASE - 088 21,69 41,45 36,87 15,93 26,82 57,25
5,84 14,95 20,79
ASE - 091 20,56 43,24 36,20 16,46 26,65 56,89
ASE - 097 24,30 43,72 31,97 15,57 29,27 55,16
ASE - 098 20,74 43,48 35,79 15,72 27,41 56,87
ASDE2 - 160 22,28 40,49 37,23 16,68 27,47 55,85
Rata - rata 21,91 42,48 35,61 16,07 27,52 56,40
Titan
Black
ASE - 084 22,49 42,50 35,02 21,00 29,91 49,09
2,79 14,02 16,81
ASE - 093 23,48 43,08 33,44 23,09 26,51 50,41
ASE - 092 EXT (2) 27,05 40,84 32,11 18,81 32,24 48,94
ASE - 093 (2) 24,56 42,46 32,98 20,88 28,54 50,58
ASDE2 - 161 23,05 45,76 31,19 22,90 27,35 49,75
Rata - rata 24,12 42,93 32,95 21,34 28,91 49,75
Selisih rata rata untuk semua peledakan dengan ANFO adalah 5,84% untuk
selang ukuran fragmen batuan < 20 cm, 14,95% untuk selang ukuran fragmen batuan
20 50 cm, dan 20,79% untuk selang ukuran fragmen batuan > 50 cm. Untuk bahan
peledak Titan Black, selisih rata rata untuk selang ukuran fragmen batuan < 20 cm
adalah 2,79%, untuk selang ukuran fragmen batuan 20 50 cm adalah 14,02%, dan
untuk selang ukuran fragmen batuan > 50 cm adalah 16,81%.
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
9/16
74
Perbedaan distribusi fragmen batuan ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan grafik (gambar 5.1 dan gambar 5.2). Analisis grafik dilakukan dengan
membandingkan rata rata distribusi fragmen batuan di 5 lokasi pengamatan untuk
masing masing bahan peledak. Nilai rata rata distribusi fragmen batuan yang
dimaksud ada pada tabel 5.2. Pengambilan rata rata distribusi fragmen batuan ini
disebabkan kondisi peledakan untuk masing masing bahan peledak tidak jauh
berbeda baik dimensi (burden dan spasi), kondisi batuan yang diledakkan, maupun
tinggi kolom stemming yang digunakan. Distribusi fragmen batuan lapangan
menunjukkan bahwa selang ukuran fragmentasi 20 50 cm merupakan persentase
terbesar untuk bahan peledak ANFO maupun Titan Black. Model prediksi Kuz
Ram menunjukkan bahwa semakin besar selang ukuran fragmen batuan, maka
persentase batuan yang lolos juga semakin besar.
Gambar 5.1
Grafik Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan Lapangan vs
Model Kuz Ram dengan Bahan Peledak ANFO
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
10/16
75
Gambar 5.2
Grafik Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan Lapangan vs
Model Kuz Ram dengan Bahan Peledak Titan Black
Perbedaan distribusi fragmen batuan antara pengamatan langsung dengan
prediksi Kuz Ram disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kehadiran air dalam batuan tidak diperhitungkan dalam penentuan faktor
batuan. kehadiran air dalam pori pori batuan dapat mengurangi penyerapan
energi peledakan oleh batuan.
2. Model Kuz Ram tidak melibatkan pengaruh waktu tunda dalam prediksi
fragmentasi batuan hasil pemodelan.
3. Jumlah bahan peledak yang digunakan untuk setiap lubang tembak dalam satu
lokasi biasanya tidak sama. Sementara dalam model Kuz Ram digunakan
pengunaan rata rata dalam bentuk angkapowder factor(PF).
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
11/16
76
5.2.2 Perhitungan Faktor Koreksi untuk Prediksi Fragmen Batuan Model
Kuz Ram
Distribusi fragmen batuan yang sebenarnya adalah hasil pengamatan di
lapangan. Oleh karena itu, faktor koreksi ini akan dikenakan pada perhitungan model
Kuz Ram. Penentuan faktor koreksi ini diperlukan agar perhitungan model Kuz
Ram dapat mendekati hasil pengamatan lapangan. Dalam penelitian ini, masukan data
perhitungan model Kuz - Ram yang akan dikoreksi adalah ukuran fragmen batuan
rata rata ( X ) dan indeks keseragaman (n).
Nilai X dan n merupakan parameter yang tidak terkontrol pada perhitungan
model Kuz Ram. Ukuran fragmen batuan rata rata ( X ) diperoleh dari faktor
batuan, volume batuan yang diledakkan, dan massa bahan peledak ekivalen yang
digunakan (Qe). Kondisi batuan yang akan diledakkan sangat dipengaruhi faktor
geologi setempat dan akan mempengaruhi parameter parameter batuan yang
digunakan untuk menghitung faktor batuan. Kondisi geologi batuan tersebut sangat
tidak mungkin untuk diubah. Pada pelaksanaan pengeboran lubang tembak di
lapangan, sangat mungkin terjadi perbedaan geometri peledakan rencana dengan
geometri peledakan aktual. Sementara untuk menghitung nilai n, digunakan nilai rata
rata geometri peledakan. Oleh karena itu faktor koreksi dikenakan pada nilai X dan
nilai n. Nilai X dan n akan digunakan untuk menghitung nilai ukuran karakteristik
fragmen batuan (XC). Dan selanjutnya XC digunakan dalam persamaan Rossin
Rammler untuk menentukan persentase material yang lolos untuk ukuran tertentu.
Faktor koreksi untuk X dan n diperoleh dengan cara curve fitting. Curve
fitting yang dimaksud adalah mendekatkan kurva distribusi fragmen batuan pada
pengamatan lapangan dengan kurva perhitungan model Kuz Ram. Curve fitting
dilakukan untuk semua lokasi peledakan dan tiap jenis bahan peledak. Jadi, setiap
lokasi peledakan dan jenis bahan peledak yang digunakan, memiliki faktor koreksi
terhadap X dan n. Sebagai contoh, untuk ASE 088, X awaldan nawaladalah 59,29
dan 1,27. Setelah dilakukan curve fitting, diperoleh X koreksi dan nkoreksi masing
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
12/16
77
masing adalah 38,97 dan 1,5. Oleh karena itu, faktor koreksi untuk X adalah 0,66
dan faktor koreksi untuk n adalah 1,18.
Untuk perhitungan model Kuz Ram digunakan faktor koreksi rata rata
untuk X dan faktor koreksi rata rata untuk n. Untuk bahan peledak ANFO, faktor
koreksi X adalah 0,67 dan faktor koreksi n adalah 1,20. Untuk bahan peledak Titan
Black, faktor koreksi X adalah 0,73 dan faktor koreksi n adalah 1,26. Perhitungan
pada model Kuz Ram setelah menggunakan faktor koreksi X dan faktor koreksi n,
selanjutnya disebut perhitungan model Kuz Ram terkoreksi. Faktor koreksi X dan
n selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4. Dan contoh perhitungan
pada curve fittingdapat dilihat pada Lampiran F.
Tabel 5.3 Faktor Koreksi X dan n untuk Bahan Peledak ANFO
LokasiX
Faktor koreksin
Faktor koreksiawal koreksi awal koreksi
ASE - 088 59,29 38,97 0,66 1,27 1,5 1,18
ASE - 091 58,97 39,12 0,66 1,25 1,56 1,25
ASE - 097 55,88 36,34 0,65 1,37 1,51 1,10
ASE - 098 58,54 40,01 0,68 1,3 1,65 1,27
ASDE2 - 160 57,35 40,11 0,70 1,27 1,51 1,19Rata - rata 0,67 1,20
Tabel 5.4 Faktor koreksi X dan n untuk bahan peledak Titan Black
LokasiX
Faktor koreksin
Faktor koreksiawal koreksi awal koreksi
ASE - 084 48,92 37,55 0,77 1,21 1,45 1,20
ASE - 093 50,56 36,38 0,72 1,05 1,44 1,37
ASE - 092 ext (2) 48,88 35,74 0,73 1,34 1,48 1,10ASE - 093 (2) 50,72 36,17 0,71 1,17 1,46 1,25
ASDE2 - 161 49,66 35,78 0,72 1,08 1,5 1,39
Rata - rata 0,73 1,26
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
13/16
78
Setelah dilakukan koreksi terhadap X dan n, perbedaan distribusi fragmen
batuan hasil perhitungan model Kuz Ram terkoreksi dengan distribusi hasil
pengamatan lapangan tidak memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar. Untuk bahan
peledak ANFO dengan selang ukuran fragmen batuan < 20 cm, memiliki selisih rata
rata 0,02%, pada selang ukuran fragmen batuan 20 50 cm, memiliki selisih rata
rata 0,27%. Dan pada selang ukuran > 50 cm, memiliki selisih rata rata 0,25%.
Sementara untuk bahan peledak Titan black dengan selang ukuran fragmen batuan 50
cm, memiliki selisih rata rata 0,44%. Perbandingan distribusi fragmen batuan
pengamatan lapangan dengan hasil perhitungan model Kuz Ram terkoreksi dapatdilihat pada tabel 5.4. Grafik perbandingan antara pengamatan lapangan dengan
perhitungan model Kuz Ram terkoreksi dapat dilihat pada gambar 5.3 dan gambar
5.4.
Tabel 5.5 Perbandingan Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan
Lapangan dengan Prediksi Model Kuz Ram Terkoreksi
BahanPeledak
Lokasi
Pengamatan langsung Kuz - Ram terkoreksi Selisih rata - rata
< 20cm
20 -50 cm
> 50cm
< 20cm
20 -50 cm
> 50cm
< 20cm
20 50 cm
> 50cm
% % % % % % % % %
ANFO
ASE - 088 21,69 41,45 36,87 21,55 41,11 37,34
0,02 0,27 0,25
ASE - 091 20,56 43,24 36,20 22,13 40,55 37,32
ASE - 097 24,30 43,72 31,97 21,88 45,36 32,76
ASE - 098 20,74 43,48 35,79 21,48 42,21 36,31
ASDE2 - 160 22,28 40,49 37,23 22,65 41,79 35,56
Rata - rata 21,91 42,48 35,61 21,94 42,21 35,86
Titan
Black
ASE - 084 22,49 42,50 35,02 24,97 43,54 31,49
0,50 0,07 0,44
ASE - 093 23,48 43,08 33,44 26,57 37,88 35,54ASE - 092 EXT (2) 27,05 40,84 32,11 22,89 47,81 29,30
ASE - 093 (2) 24,56 42,46 32,98 23,26 43,72 33,02
ASDE2 - 161 23,05 45,76 31,19 25,44 41,36 33,20
Rata - rata 24,12 42,93 32,95 24,63 42,86 32,51
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
14/16
79
Gambar 5.3
Grafik Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan Lapangan vs
Model Kuz Ram Terkoreksi dengan Bahan Peledak ANFO
Gambar 5.4
Grafik Distribusi Fragmen Batuan Hasil Pengamatan Lapangan vs
Model Kuz Ram Terkoreksi dengan Bahan Peledak Titan Black
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
15/16
80
Dari gambar 5.3 dan gambar 5.4 dapat dijelaskan bahwa distribusi fragmen
batuan hasil perhitungan model Kuz Ram telah mendekati hasil pengamatan
lapangan. Untuk perancangan peledakan berikutnya di Pit A Selatan dapat digunakan
perhitungan model Kuz Ram terkoreksi.
5.2.3 Analisis Faktor Batuan (RF) Hasil Simulasi Monte Carlo
Angka RF dari simulasi Monte Carlo adalah 7,39. Sementara angka RF hasil
perhitungan dengan menggunakan nilai rata- rata bobot tiap parameter (lihat lampiran
D) adalah 9,05. Jika RF yang digunakan adalah 9,05, maka prediksi perhitungan
model Kuz ram akan memiliki perbedaan yang besar dibandingkan penggunaan RF
hasil Simulasi Monte Carlo. Sebagai contoh untuk ASE 088, ukuran fragmentasi
rata rata ( X ) dengan RF 7,39 (simulasi Monte Carlo) adalah 59,29 cm. Sementara
jika digunakan RF 9,00 (perhitungan nilai rata rata bobot tiap parameter), maka X
adalah 72,21 cm. Perbedaan nilai X hasil simulai Monte Carlo adalah 18,34%
terhadap nilai X hasil perhitungan nilai rata rata bobot tiap parameter.
Dalam perhitungan prediksi model Kuz Ram, X akan digunakan untuk
menghitung XC. Dan XCselanjutnya digunakan untuk menghitung distribusi fragmen
batuan yang lolos untuk suatu ukuran ayakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan nilai RF hasil perhitungan simulasi Monte Carlo pada prediksi model
Kuz Ram akan lebih mendekati distribusi fragmen batuan hasil pengamatan
lapangan.
5.3 Rekomendasi Rancangan Geometri Peledakan
Sebagai masukan kepada perusahaan untuk memperbaiki distribusi fragmen,
dilakukan upaya untuk merancang geometri peledakan yang baru. Pembuatan
rancangan geometri menggunakan prediksi model Kuz Ram terkoreksi . Faktor
faktor yang dipertimbangkan dalam perancangan geometri peledakan ini adalah :
-
7/26/2019 Bab v Analisis Peledakan Fix
16/16
81
ukuran bucket alat gali muat yang digunakan (EX5500 dan RH340, lampiran J),
ukuran fragmen batuan yang optimum adalah 70 cm, dan persentase yang lolos untuk
ukuran 70 cm adalah 80% (P80).
Ukuran fragmen 70 cm dianggap optimum karena lebar bucketalat gali muat
masih memungkinkan untuk menggali material hasil peledakan dalam ukuran
tersebut (lebar bucket EX5500 adalah 4,7 m; lebar bucket RH340 adalah 4,6 m).
Penetapan P80 sebagai distribusi optimum disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
yang menginginkan 20% saja yang dianggap bongkah atau boulderdari suatu hasil
peledakan. Rancangan geometri peledakan yang diusulkan untuk PT Darma Henwa
dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Geometri Peledakan dan Distribusi Fragmen Batuan Hasil Peledakan
Bahan
Peledak
B S D H L T PC SD< 70 cm > 70 cm
PF
m m mm m m m m m kg/m3
ANFO
7,5 9 200 10 11 4 7 1 82% 18% 0,26
7,5 9 200 11 12 4,5 7,5 1 80% 20% 0,25
7,5 9 200 12 13 4,5 8,5 1 82% 18% 0,26
Titan Black
7,5 9 200 10 11 5 6 1 81% 19% 0,36
7,5 9 200 11 12 5,5 6,5 1 80% 20% 0,36
7,5 9 200 12 13 5,5 7,5 1 83% 17% 0,38
top related