bermain dan permainan anak
Post on 16-Feb-2015
150 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk dan
bimbingan serta hidayah-Nya, makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa memotivasi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut.
Meskipun ini sifatnya sederhana semoga bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Cijulang, 26 November 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ..................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ......................................... 3
D. Manfaat Pembuatan Makalah ...................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Bermain ...................................................... 4
1. Definisi Bermain .................................................. 4
2. Karakteristik Bermain Anak .................................. 4
3. Tujuan Bermain atau Permainan ........................... 4
4. Manfaat Bermain ................................................... 5
B. Pendapat Pakar Tentang Permainan ....................................... 5
BAB III RAGAM PERMAINAN ANAK
1. Bermain Bebas ...................................................................... 9
2. Bermain Terpimpin ................................................................ 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................. 15
B. Saran ........................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak pada usia dini perlu mendapatkan perhatian sungguh dari
semua pihak. Anak pada usia dini sebagai usia dimana anak belum memasuki
suatu lembaga pendidikan formal seperti SD dan biasanya mereka tetap
tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga
pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak dan
taman penitipan anak. Ciri anak usia dini mengacu pada teori Piaget dapat
dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis
(tahapan operasional) yang ditandai dengan pemikiran seperti : Berpikir
secara konkrit, dimana kemampuan representasi simbolik yang
memungkinkan seseorang untuk memikirkan hal abstrak (seperti cinta atau
keadilan) belum dapat dipahaminya. Realisme, yaitu kecenderungan yang
kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata
Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri
dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain Kecenderungan untuk
berpikir secara sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk
Animisme yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua obyek di
lingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki
anak Sentrasi yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri hanya
pada satu aspek dari suatu situasi Anak usia dini dapat dikatakan memiliki
imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini sering dikatakan sebagai awal
munculnya bibit kreatifitas pada mereka Pada usia dini anak masih dalam
taraf pertumbuhan dan perkembangan dalam segi termasuk otaknya. Otak
merupakan pusat dari intelegensi pada anak. Koestler telah mengemukakan
suatu teori tentang istilah belahan otak kiri dan kanan yang tugas dan fungsi,
ciri dan responnya berbeda terhadap pengalaman belajar, meskipun tidak
dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak ini tidak sama, dan menuntut
pada pengalaman belajarnya.
1
Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari
membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa
saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner
menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur
dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya (Supriadi, 2002: 40).
Kuncinya adalah pada permainan atau bermain. Permainan atau bermain
adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus
sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain,
dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua
indra anak. Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian
pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak
yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari
bermain.
Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai gagasan yang dikaitkan
dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam berbagai
lingkungan budaya (Supriadi, 2002: 40). Bermain bagi anak adalah kegiatan
yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002:
16) bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena
menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua
aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas
anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang
sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini penulis menentukan
rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah permainan bebas dan terpimpin sudah dilakukan di PAUD /
TK mengikuti aturan yang ada ?”
2
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Peserta Didik.
D. Manfaat Pembuatan Makalah
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :
Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman dalam meningkatkan keterampilan membuat makalah dan
bertambah wawasan tentang berbagai permainan yang di terapkan pada
pendidikan anak usia dini.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Bermain
1. Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para
ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi
yang ada padanya.
b. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik
fisik, intelektual bahasa dan perilaku (psiksososial serta emosional)
c. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya
sehingga terlatih dengan baik.
d. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih
mendalam lagi.
2. Karakteristik Bermain Anak
Karakteristik bermain anak antara lain :
a. Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-
anak membuat aturan mereka sendiri.
b. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam
kehidupan nyata (bermain drama)
c. Bermain lebih memfokuskanpada kegiatan atau
perbuatan dari pada hasil akhir produknya.
d. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak-
anak.
3. Tujuan Bermain atau Permainan
Tujuan dari bermain atau permainan antara lain :
a. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab
dalam kehidupan sehari-hari
4
b. Melatih sikap ramah, suka bekerja sama menunjukkan
kepedulian
c. Menanamkan budi pekerti yang baik
d. Melatih anak untuk berani dan mempunyai rasa ingin
tahu yang besar
e. Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan ciptaan
Tuhan
f. Melatih anak untuk mengeri berbagai konsep moral
yang mendasar, seperti salah, benar, jujur, adil dan fair
4. Manfaat Bermain Bagi Anak
Manfaat bermain bagi anak antara lain :
1. Bermain bermanfat mencerdaskan otak
2. Bermain bermanfaat mengasah panca indra
3. Bermain bermanfaat sebagai media terapi
4. Bermain memacu kreatifitas
5. Bermain bermanfaat untuk melatih empati
6. Bermain itu melakukan penemuan
B. Pendapat Pakar Tentang Permainan
a. Aristoteles
Berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa
yang mereka tekuni dewasa nanti. Pendidikan untuk anak perlu
disesuaikan dengan minat serta tahap perkembangan anak.
b. Frohel (abad 18)
Menekankan pentingnya bermain dalam belajar. Menurutnya kegiatan
bermain dan mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik
perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka.
c. Joan Freman dan Utami Menandar (1995)
5
Menyebutkan bahwa pada umumnya bermain merupakan suatu aktivitas
yang membantu anak untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik,
sosial, moral dan emosional.
d. Montessori (1961)
Menggambarkan jika ketika anak bermain, dan berada dalam situasi
keserasian, akan merekontroksi sebuah kreativitas.
e. Sigmund Freud
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melaluio
bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan
maupun konflik pribadi. Denagn demikian bermain mempunyai efek
katarsis yaitu anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dalam
memindahkan perasaan negatif ke objek atau orang pengganti..
Freud memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk
mengatasi masalah, memanfaatkan bermain sebagai alat diagnosa terhadap
masalah dan sarana mengobati jiwa anak yang dimanifestasikan dalam
terapi bermain.
f. Frank dan Theresia Caplan, enam belas hakikat
bermain
1. Membantu pertumbuhan anak
2. Merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sukarela
3. Memberikan kebebasan anak untuk
bertindak
4. Memberikan dunia khayal yang disukai
anak
5. Mempunyai unsur berpetualang
didalamnya
6. Meletakkan dasar pengembangan bahasa
6
7. Mempunyai pengaruh yang unik dalam
pembentukan hubungan antar pribadi
8. Memberikan kesempatan-kesempatan
untuk menguasai diri secara fisik
9. Memperluas minat dan pemusatan
perhatian
10. Merupakan cara untuk menyelidiki sesuatu
11. Merupakan cara untuk mempelajari peran
orang dewasa
12. Merupakan dinamis untuk belajar
13. Menjernihkan pemikiran anak
14. Dapat distruktur secara akademis
g. Singer
Bermain, terutama bermain imajinatif sebagai kekuatan positif untuk
perkembangan manusia, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk
memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi) baik dari luar
maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan
kembali dan merekam pengalaman-pengalaman.
Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua
potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan
spritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan
bagi berkembangnya semua aspek. Kritik yang ditujukan kepada sejumlah
TK bukan karena mereka mengajarkan berhitung, membaca, dan menulis
melainkan caranya yang salah seakan-akan menjadikan TK sebagai miniatur
SD. Padahal PAUD itu sesuatu yang lain dengan landasan psikologis dan
pedagogis yang berbeda. Belajar Quantum dari De Porter & Hernacki serta
revolusi belajar yang dibawakan oleh Dryden & Vos (Supriadi, 2002: 41)
meletakkan titik berat pada “pendinian” belajar pada anak dengan memilih
cara-cara yang sesuai, bukan pengakademikan belajar pada usia dini, dua hal
yang sangat besar perbedaannya. Pembelajaran pada anak usia dini dapat
7
dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode (Direktorat
PADU,2001; Depdikbud, 1998), diantaranya yaitu:
1. Bercerita, adalah menceritakan atau membacakan cerita yang
mengandung nilai-nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak
dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam
bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya diberikan
secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan
memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih
bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan
kebutuhan anak.
2. Bernyanyi, adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang
mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa
kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga
dapat menumbuhkan rasa estetika.
3. Berdarmawisata, adalah kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang
sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan
kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama
untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai
keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan
antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan
lainnya.
4. Bermain peran, adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan
tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak.
Bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di
sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk
meniru akan tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal
(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
5. Peragaan/Demonstrasi, adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor
memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak.
Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan cara-
cara yang memerlukan contoh yang benar.
8
6. Pemberian Tugas, merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung
yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan
melaksanakan tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara
berkelompok ataupun individual.
7. Latihan, adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya
kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot
dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah
secara berurutan.
9
BAB III
RAGAM PERMAINAN ANAK
Kegiatan yang dilakukan membutuhkan pengaturan lingkungan
bermain dan belajar serta alat-alat permaianan yang dibutuhkan. Di PAUD
dikenal dua kategori bermain, yaitu bermain bebas dan bermain terpimpin.
A. Bermain Bebas
Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang
diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas
merupakan bentuk bermain aktif baik dengan alat maupun tanpa alat, didalam
maupun diluar ruangan. Saat bermain bebas anak-anak membutuhkan tempat,
waktu, peralatan bermain, serta kebebasan. Kebebasan yang diberikan adalah
kebebsana yang tertib, yaitu kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan
tersebut diarahkan pada tumbuhnya disiplin diri secara bertahap.
Tugas guru dalam kegiatan bermain bebas adalah melakukan observasi
terhadap anak-anak dan mendorong atau memotivasi anak untuk lebih aktif
bermain. Adapun contoh-contoh aktifitas bermain bebas baik didalam maupun
diluar ruangan :
Didalam Ruangan
- Bermain Balok
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan
imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain
dengan kreatif. Di PAUD hendaknya disediakan beberapa set dan
jenis balok, seperti balok-balok ukuran besar, ukuran kecil dan balok
yang dapat dimainkan dimeja (table blocks)
Balok meja biasanya terdiri dari balok-balok bujur sangkar berwarna
atau polos, yang dapat dimainkan secara individual atau berpasangan
sambil duduk mengelilingi meja. Dapat pula ditambahkan bentuk-
bentuk lain untuk lebih menstimulasi daya cipta dan daya eksplorasi
anak.
10
- Bermain Alat Manipulatif
Alat manipulatif adalah semua alat permainan yang kecil dan dapat
diletakkan diatas meja sehingga membuat anak terampil bekerja dan
mengembangkan daya pikirnya.
Berbagai macam alat permainan manipulatif adalah papan hitung,
puzzle, mozaik, balok ukur, menara gelang, papan jahit, lotto, manik-
manik, roncean, biji-bijian, tutup botol, sendok es krim, benda-benda
plastik.
Diluar Ruangan
Halaman sekolah adalah tempat yang menyenangkan bagi anak-
anak. Mereka dapat bersosialisasi serta mengembangkan fisiknya baik
dengan berlari maupun dengan memainkan alat lain yang disediakan
seperti : ayunan, papan jungkit, papan luncur, palang bertingkat, jembatan
goyang, jaring-jaring laba-laba dan lain-lain.
Ketika anak-anak bermain diluar, pengawasan oleh guru sangat
diperlukan. Dibutuhkan kerjasama guru dalam mengawasi anak-anak saat
bermain yang juga disesuaikan dengan luasnya area bermain.
Kegiatan ini merupakan pembuka kegiatan fisik yang menarik dan
mempunyai banyak manfaat, antara lain :
1. Dapat dipindah-pindahkan
2. Tidak terlalu berat
3. Menarik untuk anak-anak yang tidak
berani memulai sesuatu
4. Membantu anak-anak belajar dimana
memulai kegiatan dan bagaimana merencanakan gerakannya
secara berurutan
5. Memberi kesadaran akan ruang bagi
tubuh anak sendiri
6. Mendorong anak mengambil resiko
11
7. Membantu guru mengenali anak-anak
yang memerlukan lebih banyak kesempatan untuk memanjat,
menyeimbangkan serta mengembangkan ketrampilan dalam
program motorik telah disusun.
B. Bermain Terpimpin
Dalam kegiatan bermain terpimpin anak tidak bebas, melainkan
terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan
dan alat permainan diciptakan ileh guru sendiri. Oleh karena itu gru TK /
PAUD harus kreatif mencipta (permainan dan alat) agar kegiatan
pembelajaran tidak membosankan serta anak dan guru tidak mengalami
kejenuhan.
Aktifitas permainan terpimpin yang dapat membentu guru mencipta
permainan, antar lain sebagai berikut :
1. Permainan dalam lingkaran
2. Permainan dengan alat
3. Permainan tanpa alat
4. Permainan dengan angka
5. Permainan dengan nyanyian
6. Permainan bentuk lomba
7. Permainan mengasah panca indra
Dasar pemikiran yang melandasi permainan yang baik dan sehat bagi
perkembangan anak, yaitu berikut ini :
1. Permainan yang dirancang dengan baik dapat menjadi sarana
pengembangan kemampuan anak.
2. Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pengalaman
yang sehat dan bersifat positif.
3. Anak-anak merupakan unsur terpenting dalam setiap
permainan anak.
4. Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
12
5. Perilaku bermain dapat mempengaruhi pandangan anak
mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekelilingnya.
6. Aktivitas bermain perlu dievaluasi secara berkala untuk
melihat dampaknya bagi perkembangan anak (baik positif
maupun negatif).
Contoh aktifitas bermain terpimpin :
Permainan dalam lingkaran
- Sapu tangan dan bola
1. Bola yang digunakan adalah bola besar (ukuran bola kaki).
2. Anak-anak berdiri dalam lingkaran dengan jarak sekitar 1
meter.
3. Bola dioperkan dari satu anak kepada anak lainnya yang
berada dalam lingkaran.
4. Anak yang berada diluar lingkaran berusaha menyentuh bola
dengan sapu tangan yang dipegangnya, namun tidak boleh
menyentuh anak-anak yang mengoperkan bola.
5. Anak yang mengoperkan bola berusaha agar bola yang
dipegangnya tidak dapat disentuh saputangan sehingga
suasana menjadi riuh.
6. Anak yang bolanya disentuh saputangan (ketika dipegang atau
sedang dioper ) atau anak yang tidak dapat menangkap bola
yang dioper kepadanya harus keluar dari lingkaran dan
menggantikan anak yang memegang saputangan.
7. Guru bertindak sebagai pemimpin di tengah lingkaran.
Permainan dengan alat
- Mana Sepatuku
1. Alat yang digunakan adalah sepatu anak-
anak dan guru.
13
2. Semua sepatu dicampur dan diaduk-aduk dan
diletakkan diujung ruangan. Diujung lainnya dibuat garis
memanjang.
3. Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok,
kemudian tiap kelompok berbaris diatas garis.
4. Dengan adanya aba-aba guru anak terdepan
berlari kearah sepatu berada, mencari dan memakai sepatunya.
5. Demikian seterusnya sampai anak terakhir
memakai sepatunya.
6. Kelompok yang anggotanya terakhirnya
selesai labih dulu memakai sepatu adalah kelompok yang
menang.
7. Sepatu dapat ditambahkan dengan sepatu
anak-anak yang menonton. Guru selalu mengumpulkan
kembali sepatu yang bertebaran ketika anak mencari
sepatunya.
Permainan tanpa alat
- Kata polisi
1. anak-anak duduk dalam
lingkaran menghadap ke tengah
2. Ditengah berdiri seorang anak
menjadi pemimpin
3. Anak tersebut memberi perintah
kepada anak lain yang harus di laksanakan perintah tersebut
didahului dengan “kata polisi”. Misalnya, “kata polisi tepuk
tangan 3 kali”
4. Bila pemimpin hanya
mengatakan “tepuk tangan 3 kali” anak-anak tidak boleh
mengikutinya
14
5. Bila ada yang melakukan
perintah tersebut dia harus keluar dari lingkaran atau anak
yang tidak melakukan perintah sesuai aba-aba atau salah
melakukan “kata polisi” juga harus keluar dari lingkaran.
6. Begitu seterusnya sampai anak-
anak habis
7. Kata polisi dapat diganti dengan
“kata bu guru” atau “kata ayah” sesuai kesepakatan bersama.
Permainan dengan angka
- Berbasis menurut angka
1. Permainan ini dimainkan sekurang-kurangnya 10 anak
2. Alat yang digunakan adalah kartu angka (1-10)
3. 10 anak maju masuk ke dalam lingkaran yang sudah
disiapkan
4. Guru menebarkan kartu angka secara tertutup dilantai
5. Setelah anak mendengar aba-aba, anak-anak mengambil
satu kartu angka, kemudian mulai mengatur barisan berderet
ke samping sesuai urutan angka dalam kartu yang didapatnya
6. Kerjasama antar peserta sangat diperlukan untuk dapat
menyelesaikan tugas dengan baik
7. Agar ada tantangan dapat dimainkan oleh 2 dan atau 3
kelompok sekaligus dan guru harus mempersiapkan beberapa
set kartu angka. Kelompok yang lebih cepat menyusun
barisan dengan urutan yang benar merupakan kelompok
pemenang.
Permainan dengan nyanyian
- Bermain sepatu
1. Anak-anak melepas sepatu dan duduk dilantai membentuk
lingkaran menghadap ke dalam dengan jarak 1,5 m
15
2. Setiap anak meletakkan sepatunya dihadapannya. Salah
satu anak sepatunya diganti sepatu guru
3. Dengan aba-aba guru, anak-anak mulai menyanyi dengan
tempo biasa sambil menggeser sepatumya mengikuti irama
lagu. Setelah lagu berakhir sepatu juga berhenti (satu putaran,
lagu dinyanyikan 2 kali)
4. Anak yang mendapat sepatu guru didepannya harus
berhenti bermain
5. Permainan dilanjutkan sampai hanya tertinggal satu pemain
lagi. Makin sedikit jumlah pemain, lagu makin dipercepat.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada
anak usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain,
salah satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk
apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat
menunjang ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan
guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas
anak, dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat
yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.
Permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena
permainan merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya
di masa depan karena di dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.
B. Saran
Orangtua adalah pendidik utama, dan pertama, dan terbaik untuk anak.
Sebaik apapun tenaga pendidik, program kegiatan, dan fasilitas yang tersedia
di tempat penitipan dan pendidikan anak usia dini, tidak akan dapat
menggantikan sepenuhnya peran orangtua sebagai pengasuh sekaligus
pendidik bagi anak. Jika anak diberi gizi seimbang, diperhatikan
kesehatannya, dan diberi rangsangan psikososial oleh orangtua dengan kasih
sayang dan memberi kesempatan belajar sambil bermain, maka kecerdasan
anak akan optimal.
Untuk itu peran orangtua adalah kembali menjadi aktor utama untuk
menjadi model yang dapat menjadi teladan bagi anak. Karena rumah dan
keluarga adalah yang paling bertanggung jawab dalam membentuk anak
menjadi sesuai yang diharapkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Csikszentmihalyi, M., 1996, Creativity. Harper Collins Publisher, Inc : New York
Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga :
Jakarta
Mönks, F.J, Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Munandar, S.C.U.,1995. Pengembangan Kreativitaas Anak Berbakat. Rineka
Cipta kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :
Jakarta
Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas(Upaya Mengembangkan Kreativitas
Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta
Nursisto. 1999.Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Media : Yogyakarta
18
top related