bimbingan konseling
Post on 05-Aug-2015
141 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KELOMPOK IV:
1. NORHAN2. RAHMAT WAHYUDI3. RAHMATUL IHSAN4. RAHMATULLAH AMIN5. RUDINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )RASYIDIYAH KHALIDIYAH ( RAKHA )
AMUNTAI 2012 / 2013
1
KATA PENGANTAR
Assalam’mualaikum wr.wb
Alhamdulillah syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
kami kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. kami mencoba untuk mempresentasikan atau menjelaskan Bimbingan
Konseling di Sekolah.
Program Bimbingan Konseling di Sekolah merupakan suatu program yang sangat
penting ynag harus ada disekolah untuk memberikan pelayanan Bimbingan
Konseling bagi siswa. Agar siswa dapat mengembangkan potensinya dan
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dengan adanya Program Bimbingan
Konseling di sekolah dapat membantu pihak sekolah dalam rangka
mengoptimalkan potensi siswa dan memajukan pendidikan.
Perlu teman-teman sekalian semua ketahui bahwa dalam pembuatan makalah ini
kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dimana-mana, maka dari itu
sebelumnya kami meminta maaf sekaligus minta dimaklumi. Jika masih banyak
kekurangan dalam makalah ini karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.
Semoga dengan makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua. Walaupun cuma sedikit tetapi mungkin akan bermanfaat bagi kita semua.
Dan saya harap teman-teman bisa mengambil pelajaran dari makalah saya ini.
saya akhiri
Wassalam’mualaikum wr wb
Amuntai
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah........................................................................4
1.2. Rumusan
Masalah.................................................................................5
1.3. Tujuan
Penulisan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling.................................................6
2.2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.....................................7
2.3. Jenis – Jenis Bimbingan.....................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.........................................................................................15
3.2. Saran –saran.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia
tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada
manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak
sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang
lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah guru memiliki
perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat
menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan
konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu
syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya
program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta
realistik.
Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah
lebih diakui sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan
dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian
pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK
sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring
terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah.
Munculnya persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya fungsi,
arah dan tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara
terencana. Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi,
dan tanggung jawab guru BK itu sendiri.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bimbingan dan konseling ?
2. Apa saja fungsi bimbingan dan konseling di sekolah ?
3. Apa saja jenis bimbingan dan konseling di sekolah?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukannya observasi ini adalah untuk mengetahui definisi dari
bimbingan konseling dan ada atau tidaknya program bimbingan konseling di
sekolah. Dan untuk mengetahui fungsi , sasaran serta ruang lingkup dari kajian
bimbingan konselinng di sekolah. Biasanya di sekolah banyak terjadi berbagai
macam kendala-dalam belajar.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kehadiran dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang (individual )
sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya
dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan
diri.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri;
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dengan demikian beberap definisi tentang bimbingan yang dikemukakan
oleh beberapa pakar di atas, maka dapat ditarik sesuatu bahwa pengertian
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang
atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar
individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
6
b. Pengertian Konseling
Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari
bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Pelayanan konseling
merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (
counseling is the heart of guidance program ). Konseling merupakan inti dan alat
yang paling penting dalam bimbingan.
Seorang pakar, Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling
adalah satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang
individu, dimana seorang konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah – masalah
yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu
kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan
dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dan
lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan.
2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri
dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang
dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
7
3. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang
nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau staf sekolah bekerja sama
membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi,
tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.
4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli
yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar
maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial
teaching.
5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi,
dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini,
konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala sekolah/ madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli
secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah,
memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
8
7. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara
dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan
bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap konsli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau
kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang
dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas diri.
Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah,
menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut :
1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
Sekolah-sekolah kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual
anak-anak. Banyaknya jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran,
menyebabkan guru pada umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu
kepada otak anak-anak. fungsi pokok dari bimbingan dan konseling adalah
menolong individu-individu yang mencari dan membutuhkan bantuan. Jenis
bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda meskipun ada kemungkinan
kesukaran yang dihadapi sama.
9
2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan
anak-anak
Melaksanakan bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang
lengkap tentang individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat,
latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan
dengan bantuan yang akan diberikan.
3. Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya;
4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan
sebagainya.
2.3. Jenis-jenis Bimbingan
Dalim literatur yang berbahasa Indonesia ditemukan banyak istilah, yang
menyangkut suatu pembagian atau penggolongan terhadap pelayanan bimbingan,
seperti jenis bimbingan, macam bimbingan, bimbingan pencegahan, bimbingan
preventif, bimbingan perseveratif, bimbingan developmental, bimbingan korektif,
bimbingan penyembuhan, bimbingan pemeliharaan, bimbingan individual,
bimbingan perseorangan, bimbingan kolompok, bimbingan belajar, bimbingan
studi, bimbingan akademik, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
jabatan, bimbingan karier, dan lain sebagainya. Adanya sekian banyak istilah
karena setiap pengarang menciptakan istilahnya sendiri, dengan memberikan arti
tertentupada istilah-istilah itu. Bahkan, seandainya dua pengarang menggunakan
istilah yang sama, belum tentulah bahwa konsep yang terkandung dalam kedua
istilah itu sama juga. Selama tidak terdapat standardisasi peristilahan, pengarang
bebas, asal arti istilah-istilah, sekali ditentukan dan dirumuskan, dipegang secara
konsisten. Dalam buku ini pun pengarang menciptakan istilah tertentu, yang
artinya akan dijelaskan di bawah ini.
Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam
bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandangan tertentu.
10
Terdapatnya bimbingan atau jenis / macam bimbingan pada dasarnya dibagi atas
tiga jenis atau tiga macam, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang pada waktu
dan tempat tertentu (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
dalam memberikan pelayanan bimbingan (sifat bimbingan); berdasarkan bidang
tertentu balam kehidupan siswa dan mahasiswa, atau aspek perkembangan
tertentu pada siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan). Jadi istilah jenis
bimbingan dan macam bimbingan menunjuk pada cara tertentu untuk
mengadakan penggolongan, berdasarkan sudut pandang tertentu. Istilah bentuk
bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang pertama, yaitu mengenai jumlah
orang yang dibimbing. Istilah sifat bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan
yang kedua, yaitu mengenai tujuan yang ingin dicapai. Istilah ragam bimbingan
menunjuk pada jenis bimbingan yang ketiga, yaitu tentang bidang apa atau
tentang aspek perkembangan apa diberikan bimbingan. Pengertian yang
terkandung dalam istilah-istilah lain yang disebut diatas, berkaitan dengan salah
satu diantara tiga jenis atau macam bimbingan, karena merupakan istilah sinonim
atau menunjukan suatu spesifikasi, kecuali istilah bimbinngan langsung dan
bimbingan tidak langsung. Bimbingan langsung berarti pelayanan bimbingan
yang diberikan kepada siswa oleh tenaga bimbingan sendiri, dalam suatu
pertemuan tatap muka dengan satu siswa atau sejumlah siswa. Bimbingan tidak
langsung berarti pelayanan bimbingan yang diberikan oleh tenaga bimbingan
melalui tenaga pendidik yang lain, misalnya seorang guru yang telah
berkonsultasi dengan konselor sekolah tentang siswa tertentu dan kemudian
berhubungan lagi dengan siawa itu; atau pelayanan yang diberikan oleh tenaga
bimbingan melalui suatu medium, misalnya dalam brosur, pamflet, tulisan dalam
majalah sekolah, tulisan pada papan bimbingan, dan lain sebagainya.
A.. Bimbingan akademik
Bimbingan akedemik ialah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar
yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi
kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu
institusi pendidikan. Sebagian besar waktu dan perhatian orang muda tercurahkan
11
pada kepentingan belajar di sekolah. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar
akademik berarti sekali bagi orang muda; seandainya dia sendiri tidak mengambil
pusing, paling sedikit keluarganya akan merasa sangat prihatin. Seperti banyak
segi hidup yang lain, belajar di sekolah pada zaman sekarang juga menjadi
semakin kompleks, baik dalam hal variasi jenis dan jenjang kebanyakan program
studi maupun dalam hal materi yang harus dipelajari. Kekeliruan dalam memilih
program studi di tingkat pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi dapat
membawa akibat fatal bagi kehidupan seseorang. Prosedur belajar yang salah
dapat mengakibatkan materi program studi terpilih tidak dikuasai dengan baik,
sehingga dalam mengikuti program selanjutnya akan mengalami kesulitan.
Di bidang pendidikan sekolah dewasa ini syarat permasalahan yang tidak
sedikit, diantaranya cara/usaha belajar siswa. Tenaga bimbingan yang bertugas di
institusi pendidikan formal harus mengatahui segala permasalahan yang
menyangkut pendidkan sekolah dan seluk-beluk dari kegiatan psikis yang disebut
belajar. Pelayanan bimbingan akademik untuk sebagian besar disalurkan melalui
kegiatan bimbingan kelompok, baik di jenjang pendidkan menengah maupun di
pendidikan tinggi, untuk sebagian kecil disalurkan melalui bimbingan individual,
terutama dalam wawancara konseling. Suatu program bimbingan di bidang belajar
akademik akan memuat unsur-unsur sebagai berikut:
(1) Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi
kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang
tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah
bersangkutan.
(2) Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama
mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara
individual atau secara berkelompok. Memang, bila siswa dan mahasiswa
tahu akan cara belajar yang tepat, itu belum menjamin pelaksanaannya.
Namun, banyak siswa dan mahasiswa kelihatannya mudah hanyut oleh
suasana kehidupan yang kurang menguntungkan bagi pelajar yang
disiplin.
12
(3) Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih beraneka
kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih
program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Semua
pilihan ini kerap berkaitan erat dengan perencanaan karier di masa depan.
Bantuan ini mencakup pula penyebaran informasi tentang variasi program
studi yang tersedia, misalnya di jenjang pendidikan tinggi.
(4) Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat
khusus, arah minat, dan cita-cita hidup. Sedangkan pengumpulan data
tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk
brosur, buku pedoman baru, kliping iklan surat kabar, dan sebagainya.
Khususnya tenaga bimbingan di SMA harus mengumpulkan data sebanyak
mungkin dan sekonkret mungkin tentang perguruan tinggi, terlebih-lebih
yang terletak di rayon yang sama di SMA bersangkutan, seperti jenuhnya
jurusan/program studi tertentu, status institusi perguruan tinggi swasta,
mendapat akredetasi atau tidak, mahal murahnya tes seleksi masuk, serta
data lain yang tidak tertulis. Data yang terkumpulakan sangat dibutuhkan
dalam memberikan bantuan kepada peserta didik.
(5) Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang
mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap
menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang
menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, menghadapi
keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain
sebagainya. Maka, tenaga bimbingan harus mempunyai pengetahuan yang
luas tentang seluk-beluk belajar, termasuk pemahaman psikologis.
(6) Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur
seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.
Dalam kenyataan, pelaksanaan bimbingan belajar dihadapkan pada banyak
kesulitan dan hambatan yang timbul karena keadaan dunia pendidikan sekolah di
negara Indonesia yang masih dalam taraf pekembangan; sebagian timbul karena
sikap keluarga yang mengharapkan ini dan itu atau kurang mendukung usaha
13
belajar anak; dan timbul karena sikap siswa dan mahasiswa sendiri yang kurang
mampu mengatur dirinya sendiri; serta lagi timbul karena guru kurang mampu
dalm mengelola proses belajar-mengajar. Misalnya siswa berpikir: “Untuk apa
belajar, masa depanku suram”; persaingan berat pada waktu akan masuk
perguruan tinggi,; biaya terlalu tinggi, mutu pendidikan sekolah rendah, sehingga
menutup jalan untuk masuk ke fakultas-fakultas terkenal; sikap siswa asal sekolah
daripada menganggur, sikap siswa SMA yang ingin masuk ke fakultas yang
persaingannya sedikit, biaya rendah, favorit, mudah lulus, dan cepat selesai; sikap
keluarga menghindari sekolah kejujuran; disiplin sekolah kurang sehingga
menghambat belajar yang serius; dan lain sebagainya. Dalam menghadapi
kenyataan seperti itu, tenaga bimbingan harus menunjukkan fleksibilitas yang
besar, yaitu di satu pihak memahami situasi siswa dan mahasiswa, namun di pihak
lain mendorong supaya tidak menyerah terhadap situasi begitu saja. Misalnya,
menyarankan siswa untuk memikirkan beberapa alternatif pilihan program studi
lanjutan dalam urutan prioritas. Dengan demikian, mereka lebih siap menghadapi
kenyataan dan tidak menjadi korban rasa frustasi hebat yang tidak dapat diatasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah kami adalah, bahwa Program Bimbingan Konseling
di Sekolah merupakan suatu program yang sangat penting dan dibutuhkan untuk
memajukan sekolah. Dengan adanya Program Bimbingan Konseling Disekolah
dapat membantu sekolah dalam menangani masalah-masalah yang dialami oleh
siswa. Program BK disekolah sangat membantu pengembangan potensi siswa,
jika siswa dapat mengetahui potensi nya maka siswa dapat lebih mengasah dan
mengembangkan potensinya tersebut.
Menjadi seorang konselor merupakan suatu hal yang berat, dikarenakan
seorang konselor harus mempunyai program-program dan tanggung jawab yang
sangat besar. Maka seorang konselor harus mempunyai kemauan yang keras untuk
memajukan sekolah dan memajukan pendidikan. Dengan adanya Program BK di
Sekolah dapat membantu pihak sekolah menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi oleh peserta didik.
3.2. Saran – saran
Saran kami adalah perlunya peningkatan kualitas seorang konselor, dengan
adanya peningkatan kualitas konselor maka akan memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan dunia pendidikan.
Dan juga perlunya peningkatan jumlah konselor, seorang konselor
menghadapi 125 siswa asuh. Maka dalam satu sekolah tidak cukup hanya
mengandalkan satu orang konselor saja.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi dkk. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
W.S. Winkel dkk. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta; Media Abadi.
Nopi Nurpatimah, 2011, Bimbingan dan Konseling, http://Nopi-
nurpatimah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012
Rian Septian, 2012, Bimbingan dan Konseling di Sekolah. http://rian-
septian.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012
16
top related