bunyi bahasa dan tata bunyi
Post on 14-Jun-2015
2.624 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS
MATA KULIAH KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Khusna Aulia (13108241008)
Revika Niza Artiyana (13108241011)
Maulida Fitriyani (13108241013)
Umi Latifah (13108241027)
Restu Waras Toto (13108241031)
Erthienda Mahardika I (13108241042)
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2013
Bunyi yang Dihasilkan oleh Alat Ucap Manusia
Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Kalau komunikasi itu dilakukan dengan lisan, tidak ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya. Sebaliknya kalau komunikasi tersebut dilakukan secara lisan, alat ucap memegang peranan yang sangat penting.
Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara tersebut dapat mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan atau laring. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat sehingga menghasilkan ciri-ciri bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang yang terdiri atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidungmenghasilkan bunyi bahasa yang berbeda-beda. Udara dari paru-paru dapat keluar melalui rongga mulut, rongga hidung, atau lewat rongga mulut dan rongga hidung sekaligus. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral; bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau bunyi nasal. Bunyi bahasa yang yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi.
Pada saat udara dari paru-paru dihembuskan, kedua pita suara dapat merapat atau merenggang. Apabila kedua pita suara itu berganti-ganti merapat dan merenggang dalam pembentukan suatu bunyi bahasa, maka bunyi bahasa yang dihasilkan terasa “berat”. Apabila pita suara direnggangkan sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara, maka bunyi yang dihasilkan terasa “ringan”. Macam bunyi bahasa yang pertama itu umumnya dinamakan bunyi bersuara,sedangkan yang kedua disebut bunyi takbersuara. Perbedaan kedua macam bunyi itu dapat dirasakan jika kita menutup kedua lubang telinga rapat-rapat sambil mengucapkan bunyi seperti [p] yang dibandingakan dengan [b]. Pada waktu kita mengucapkan [b] terasa getaran yang lebih besar di telinga. Di samping itu, pita suara dapat juga dirapatkan sehingga udara tercekat. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi hambat gontal.
Setelah melewati rongga faring, arus udara mengalir ke bagian atas tenggorokan. Jika yang kita kehendaki adalah bunyi oral, tulang rawan yang dinamakan anak tekak atau uvula akan menutup saluran ke rongga hidung. Dengan demikian, bunyi tersebut akan keluar melalui rongga mulut. Jika yang kita kehendaki adalah bunyi nasal, uvula diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Contoh: bunyi bahasa yang udaranya melewati rongga mulut adalah [p], [g], dan [f]
Bunyi bahasa yang udaranya melewati rongga hidung adalah [m], [n], [ń], dan [] macam bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam proses pembuatannya. Pada bunyi seperti [a], [u], dan [i], udara mengalir melewati rongga mulut tanpa hambatan oleh alat ucap apapun. Sebaliknya, pada bunyi seperti [p] udara
dihambat oleh dua bibir yang terkatup,dan pada bunyi [t] udara dihambat oleh ujung lidah yang bersentuhandengan gusi atas. Pada tempat hambatan seperti itu arus udara dari paru-paru tertahan sejenak dan kemudian dilepaskan untuk menghasilkan bunyi bahasa.
Vokal dan Konsonan
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
1. Tinggi-rendahnya posisi lidah 2. Bagian lidah yang dinaikkan3. Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu
Pada saat vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan bersama rahang. Bagian lidah yang dinaikkan atau diturunkan itu adalah bagian depan, tengah, atau belakang.
Vokal juga dipengaruhi oleh bentuk bibir. Untuk vokal tertentu, seperti [a] bentuk bibir normal, sedangkan untuk vokal [u] bibir dimajukan sedikit dan bentuknya agak bundar. Untuk bunyi [i] sudut bibir direntangkan ke samping sehingga bentuknya melebar. Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda. Konsonan = a. Konsonan yang bersuara; misal: [b] dan [d]
b. Konsonan tidak bersuara; misal: [p] dan [t]alat ucap yang bergerak untuk membentuk bunyi bahasa dinamakan artikulator: bibir bawah, gigi bawah dan lidah. Daerah yang disentuh atau didekati oleh artikulator dinamakan daerah artikulasi: bibir atas, gigi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak tekak. Bunyi yang dihasilkan bernama bilabal.
Apabila bibir bawah bersentuhan dengan ujung gigi atas, bunyinya disebut labiodental (bibir-gigi)contoh: [f]
Bunyi yang dibentuk dengan ujung lidah atau daun lidah, menyentuh atau mendekati gusi dinamakan alveolarContoh: [t], [d], [s]
Bunyi yang dibentuk denga ujung lidah menyentuh atau mendekati gigi atas disebut bunyi dentalContoh: [t], [d]
Bunyi yang dibentuk dengan depan lidah menyentuh atau mendekati langit-langit keras disebut bunyi palatalContoh: [c], [j], [y]
Bunyi yang dihasilkan dengan belakang lidah yang mendekati atau menempel pada langit-langit lunak disebut bunyi velarContoh: [k] dan [g]
Bunyi yang dihasilkan dengan pita suara dirapatkan sehingga arus udara dari paru-paru tertahan disebut bunyi glotalContoh: bunyi yang memisahkan bunyi[a] pertama dan [a] kedua pada kata saat adalah contoh bunyi gontal.
Cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi dan bagaimana udara keluar dari mulut dinamakan cara artikulasi. Berdasarkan cara artikulasinya, bunyi bahasa dibagi menjadi beberapa macam:
1. Bila udara dari paru-paru dihambat secara total, maka bunyi yang dihasilkan dinamakan bunyi hambat; contoh: [p] dan [b]
2. Bila arus udara melewati saluran yang sempit, maka akan terdengar bunyi desis dinamakan bunyi lateral; contoh: [l]
3. Bila ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang, bunyi yang dihasilkan dinamakan bunyi getar; contoh: [r]
Diftong
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi [aw] pada kata harimau adalah diftong sehingga grafem <au> pada suku kata –mau tidak dapat dipisahkan menjadi ma-u. Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal ai pada sungai. Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong [ay] yang merupakan inti suku kata –ngai.
Gugus Konsonan
Gugus konsonan adalah dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang sama. Contoh Gugus Konsonan
• Bunyi [pr] pada kata praktik.
prak-tik
• Bunyi [pl] pada kata plastik.
plas-tik
• Bunyi [tr] pada kata sastra.
sas-tra
• Bunyi [str] pada kata struktur.
struk-tur
Contoh Bukan Gugus Konsonan
Tidak semua deretan konsonan membentuk gugus konsonan. Misalnya,
• Bunyi [pt] pada cipta
cip-ta
• Bunyi [ks] pada aksi
ak-si
• Bunyi [rg] pada harga
har-ga
Fonem dan Granem
Fonem
Fonem adalah satuan bahasa terkecil berupa bunyi atau aspek bunyi bahasa yang membedakan bentuk dan makna kata. Bunyi [p] dan [b] pada kata pagi dan bagi adalah contoh fonem. Masing-masing kata terdiri dari empat fonem. Fonem ditulis di antara tanda garis miring, misalnya /pagi/ dan /pagi/. Dua bunyi bahasa secara fonetik mirip, tetapi tidak membedakan kata, maka kedua bunyi itu disebut alofon.Contohnya, [p] pada kata siap, baik dilafalkan dengan merenggangan katupan kedua bibir, atau tetap mengatupkannya, maka tidak akan ada perubahan bentuk atau makna kata.
Grafem
Grafem adalah gabungan huruf sebagai satuan pelambang fonem dalam sistem ejaan. Misalnya, kata pagi terdiri atas empat huruf. Tiap-tiap huruf merupakan grafem <p>, <a>, <g>, dan <i> serta tiap-tiap grafem melambangkan fonem yang berbeda, yakni /p/, /a/, /g/, dan /i/. Contoh lain adalah kata nyanyi yang terdiri dari empat fonem, yakni /ñ/, /a/, /ñ/, dan /i/ serta dilambangkan oleh grafem <ny>, <a>, <ny>, dan <i>. Satu grafem dapat melambangkan satu fonem atau lebih. Misalnya grafem <e>, melambangkan fonem /e/ pada
<bela> dan fonem /ɘ/ pada <belah>.
Fonem Segmental dan Suprasegmental
Fonem yang berwujud bunyi seperti yang digambarkan di atas dinamakan fonem segmental. Sedangkan, ciri fonem suprasegmental meliputi tekanan, panjang bunyi, dan nada. Dalam Bahasa Batak Toba, tekanan bersifat fonemis karena membedakan kata, seperti pada /bóntar/ “putih” dan /bontár/ “darah”.Jika nada itu membedakan kata dalam suatu bahasa, bahasa tersebut disebut bahasa tona.
Suku kata
Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem.
Contoh suku kata
Pergi per-gi
Kepergian ke-per-gi-an
Ambil am-bil
Dia di-a
Jenis-jenis suku kata
• SUKU BUKA
suku kata yang berakhir dengan vokal, (K)V
• SUKU TUTUP
suku kata yang berakhir dengan konsonan, (K)VK
Suku kata dibedakan berdasarkan pengucapan, sedangkan penggal kata berdasarkan penulisan.
Bunyi bahasa dan tata bunyi bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengenal diasistem, yaitu adanya dua sistem atau lebih dalam tata bunyi karena tata bunyi sebagian bahasa daerah di Indonesia cukup besar perbedaannya
dengan bahasa Indonsesia. Misalnya pelafalan kata kebun yang diucapakan [kɘbun] atau
[kɘbón].
Konsonan dalam bahasa indonesia
Sesuai artikulasinya konsonan dikategorikan berdasarkan tiga faktor:
1. Keadaan pita suara:a. Konsonan dapat bersuarab. Konsonan tidak dapat bersuara
2. Daerah artikulasia. Konsonan bersifat bilabialb. Konsonan bersifat labiodentalc. Konsonan bersifat lveolard. Konsonan palatale. Konsonan velarf. Konsonan glotal
3. Cara artikulasinyaa. Konsonan berupa hambatb. Konsonan berupa frikatifc. Konsonan berupa nasald. Konsonan berupa getare. Konsonan berupa lateral
Cara artikulasi
Daerah artikulasi
Bilabial Labiodental Dental/ Alveolar
Palatal Velar Glotal
Hambat Tak bersuara P t k
Bersuara b d g
Afrikat Tak bersuara c
Bersuara j
Frikatif Tak bersuara f s Š x h
Bersuara z
Nasal
Bersuara
m n ñ ŋ
Getar r
Lateral l
Semivokal
w y
Pada bagan diatas tampak bahwa bahasa indonesia ada dua puluh dua konsonan fonem.
KONSONAN HAMBAT1. Konsonan hambat bilabial /p/ dan /b/ dilafalkan dengan bibir atas dan bibir
bawah bawah terkatup rapat sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan.
Contoh: siap /siap/ kabar /kabar/
2. Konsonan hambat alveolar /t/ dan /d/ umumnya dilafalkan dengan ujung lidah ditempelkan pada gusi.
Contoh: pantai/pantay/ debu /dƏbu/
3. Konsonan hambat velar /k/ dan /g/ dihasilkan dengan menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak.
Contoh: kalah /kalah/ agar /agar/
KONSONAN FRIKATIFAda enam konsonan frikatif, lima tak bersuara yaitu /f/, /s/, /Š/, /x/, /h/ dan satu yang bersuara yaitu /f/.1. Konsonan frikatif alveolar /s/ dihasilkan dengan menempel ujung lidah pada
gusi atas sambil melepaskan udara lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis.Contoh: nanas /nanas/
2. Konsonan frikatif alveolar /z/ dibentuk dengan cara pembentukan /s/, tetapi dengan pita suara yang bergetar.Contoh: rezim /rezim/
3. Konsonan frikatif palatal tak bersuara /Š/ dibentuk dengan menempelkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi udara dapat melewati samping lidah dan menimbulkan bunyi desis.Contoh: syarat /Šyarat/
4. Konsonan frikatif velar /x/ dibentuk dengan mendekatkan punggung lidah kelangit-langit lunak yang dinaikkan agar udara tidak keluar melalui hidung. Udara di lewatkan celah sempit keluar ronnga mulut.Contoh: akhir /axir/
5. Konsonan frikatif glotal /h/ dibentuk dengan melewatkan arus udara diantara pita suara ynag menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis, tanpa dihambat di tempat lain.Contoh: paha /paha/
KONSONAN AFRIKATAda dua konsonan afrikat, satu tak bersuara yaitu /c/ dan satu bersuara yaitu /j/.1. Konsonan afrikat palatal /c/ dilafalkan dengan daun lidah ditempelkan pada
langit-langit dan kemudian dilepas secara perlahan sehingga udara dapat lewat dengan menimbulkan bunyi desis. Pita suara dalam keadaan tidak bergetar.Contoh: acar /acar/
2. Konsonan afrikat palatal /j/ / dilafalkan dengan daun lidah ditempelkan pada langit-langit dan kemudian dilepas secara perlahan sehingga udara dapat lewat dengan menimbulkan bunyi desis. Pita suara dalam keadaan bergetar.Contoh: ajar /ajar/
KONSONAN NASAL1. Konsonan nasal bilabial /m/ dibuat dengan kedua bibir dikatupkan, kemudian
udara dilepas melalui rongga hidung.Contoh: diam /diam/
2. Konsonan nasal alveolar /n/ dihasilkan dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru, kemudian dikeluarkan melalui rongga hidung.Contoh: kantin /kantin/
3. Konsonan nasal palatal /ñ/, seolah-olah terdiri atas dua bunyi, /n/ dan /y/, tapi kedua bunyi ini luluh jadi satu.Contoh: nyiur /ñiur/
4. Konsonan nasal velar /ŋ/ dibentuk dengan menempelkan belakang lidah pada langit-langit lunak dan udara kemudian dilepas melalui hidung.Contoh: karangan /karaŋan/
KONSONAN GETAR ALVEOLAR /R/Di bentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi, kemudian menghembuskan udara sehingga lidah tersebut secara berulang-ulang menempel pada dan lepas dari gusi. Pita suara bergetar.Contoh: sabar /sabar/
KONSONAN LATERAL ALVEOLAR /L/Dihasilkan dengan menempelkan daun lidah pada gusi dan mengeluarkan udara lewat samping lidah, pita suara bergetar.Contoh: malam /malam/
SEMIVOKAL BILABIAL /W/Dilafalkan dengan mendekatkan kedua bibir tanpa mengahalangi udara yang dihembuskan dari paru-paru.Contoh: kalau /kalaw/
SEMIVOKAL PALATAL /Y/Dihasilkan dengan mendekatkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi tidak sampai menghambat udara yang keluar dari paru-paru.Contoh: kaya /kaya/
ALOFON KONSONANTiap fonem konsonan mempunyai yang dalam banyak hal ditentukan oleh posisi fonem tersebut dalam kata atau suku kata.1. Fonem /p/
Ada 2 alofon:a. Alofon tak lepas [p>]: sedap [sƏdap>]b. Alofon lepas [p]: pintu [pintu]
2. Fonem /b/ punya satu alofon yaitu [b]: baru [baru]3. Fonem /t/
Ada 2:a. Alofon tak lepas [t>]: lompat [lompat>]b. Alofon lepas [t]: timpa [timpa]
4. Fonem /d/ punya satu alofon yaitu [d]: duta [duta]5. Fonem /k/
Ada 3 alofon:a. Alofon lepas [k]: kaki [kaki]b. Alofon tak lepas [k>]: paksa [pak>sa]c. Alofon hambat glotal tak bersuara [?]: maaf [ma?af]
6. Fonem /g/ punya satu alofon yaitu [g]: gudeg [gudƏk>]7. Fonem /f/ punya satu alofon yaitu [f]: munafik [munafik>]8. Fonem /s/ punya satu alofon yaitu [s]: pasti [pasti]9. Fonem /z/ punya satu alofon yaitu [z]: zat [zat>] zeni [zƏni]]10. Fonem /ṧ�/ . Fonem /s/ mempunyai satu alofon, yakni [ṧ�] yang terdapat hanya pada
awal suku kata
Contoh:
[ṧ�ukur] syukur
[ma ṧ�araka>] masyarakat
[a ṧ�Ik] asyik
11. Fonem /x/. Fonem /x/ mempunyai satu alofon yakni [x] yang terdapat pada awal dan akhir suatu kata.
Contoh:
[xas] khas
[axIr] akhir
[tarIx] tarik
12. Fonem /h// fonem /h/ mempunyai dua alofon yakni [h] dan [ħ]. Alofon [h] tidak bersuara, sedangkan [ħ] bersuara. Di antara dua vocal, banyak orang yang melafalkan /h/ sebagai [ħ]. Di posisi lain /h/ dilafalkan sebagai [ħ]
Contoh
[hari] hari
[rumah] rumah
[murah] murah
[tahu] , [ta ħu] tahu
[tuhan], [ tu ħan} Tuhan
Pada kata tertentu /h/ kadan-kadang dihilangkan. Dalam untaian tuturan /h/ di akhir kata kadang-kadang tidak diucapkan
Contoh
[lihat], [liat] lihat
[tahu], [tau] tahu
[jahIt.], [jaIt.] jahit
13. Fonem /c/. fonem /c/ mempunyai satu alofon yakni [c] yang terdapat pada awal suku kata
Contoh
[cari] cari
[pici] pici
[cacIɳ] cacing
14. Fonem /j/. Fonem /j/ juga hanya memiliki satu alofon yakni [j]. seperti halnya dengan [c], [j] hanya menduduki posisi awal pada suku kata; pada beberapa kata serapan, /j/ pada akhir sukukata diucapkan sebagai [j] atau diganti dengan [t]
Contoh
[juga] juga
[maju] maju
[mi?raj, mi?rat>] Mikraj
15. Fonem /m/. fonem /m/ mempunyai satu alofon, yakni [m] yang terdapat pada awal atau akhir suatu kata
Contoh
[makan] makan
[sampay] sampai
[malam] malam
16. Fonem /n/ . Fonem /n/ mempunyai satu alofon yakni [n] yang terdapat pada awal atau akhir suatu kata
Contoh
[nakal] nakal
[pantay] pantai
[ikan] ikan
17. Fonem /ñ/. . Fonem / ñ / mempunyai satu alofon yakni [n] yang terdapat pada awal suku kata
[ñiUr] nyiur
[ña ñian] nyanyian
[mә ñalIN] menyalin
Fonem /ñ/ yang diikuti fonem /j/, /c/, atau /Š/ di dalam ejaan dilambangkan <n>. Contoh panjang [pañjaŋ]
18. Fonem /ŋ/ mempunyai satu alofon yaitu [ŋ] yang terdapat awal atau akhir suku kata. Contoh: ngarai [ŋaray]
19. Fonem /r/ mempunyai satu alofon, yaitu [r]
20. Fonem /l/ mempunyai satu alofon, yaitu [l]
21. Fonem /w/ mempunya
Vokal dalam Bahasa IndonesiaVokal dalam bahasa Indonesia adalah /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. Dari keenam vokal
tersebut digolongkan menjadi tiga berdasarkan parameter tinggi-rendahnya lidah yaitu vokal tinggi, vokal sedang, dan vokal rendah. Sedangkan berdasarkan parameter depan-belakangnya lidah juga dibagi tiga yaitu vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang. Keenam vokal Bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal, tengah, atau akhir suku kata.
Depan Tengah Belakang
Tinggi
Sedang
Rendah
Dari bagan diatas dapat diketahui bahwa :a. Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan dengan kedua bibir agak terentang ke samping.b. Fonem /u/ adalah vokal tinggi-belakang dengan kedua bibir agak maju ke depan dan
sedikit mmbundar.c. Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan dengan bentuk bibir yang netral, tidak terentang
dan tidak membundar.d. Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang dengan bentuk bibir kurang bundar
dibanding /u/.e. Fonem /Ə/ adalah vokal sedang-tengah dengan bagian lidah tengah agak dinaikkan
dan bibir netral.f. Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah dengan bagian tengah lidah agak merata dan
mulut terbuka lebar.
Ə
i
e
a
o
u
A. Alofon Vokal (Variasi)Alofon setiap fonem mengikuti pola lidah yang berada pada posisi tertentu
bergerak ke atas atau ke bawah sehingga posisinya hamper berhimpitan dengan posisi untuk vokal yang atas atau bawahnya.
Fonem Alofon Contoh
/i/ [i] [tari], [gigi]
[I] [gigIh]
/e/ [e] [lele], [sore]
[Ɛ] [lƐlƐh], [nƐnƐk]
/u/ [u] [bau], [cucu]
[U] [daUn], [rapUh]
/o/ [o] [took], [soto]
[Ɔ] [tƆkƆh], [pƆhƆn]
/Ə/ [Ə] [Əmas], [kodƏ]
/a/ [a] [ada], [mudah]
B. DiftongDalam bahasa Indonesia terdapat tiga buah diftong, yakni /ay/ , /aw/ ,dan / oy/ yang
masing – masing dapat dituliskan: ai, au, dan oi. Ketiga diftong itu bersifat fenomis dalam bahsa Indonesia. Kedua huruf vokal pada diftong melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan. Bandingkan diftong berikut dengan deretan vokal biasa.
Diftong : /ay/ /sungay/ /sungai/ Deretan biasa : /ai/ /gulai/ /diberi gula/
Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembuhan napas dan karena itu masing-masing termasuk dalam suku kata unsur deretan
vokal. Misalnya /ii/, /iu/, /io/, /ia/, /ie/, /ei/, /ea/, /eo/, /aa/, /ae/, /ao/, /ai/, /au/, /oa/, /oi/, /oe/, /ui/, /ue/, /ua/, /uo/, /Əi/, /Əa/, /Əe/, /Əu/, /ƏƏ/.
Melalui kaidah fonotaktik, kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang terdapat dalam suatu bahasa dan mana yang tidak, kita dapat merasakan secara intuitif bentuk mana yang kelihatan seperti kata Indonesia, dan bentuk mana yang tampak asing.
CARA PENULISAN VOKAL BAHASA INDONESIA
Pada umumnya fonem vokal bahasa Indobesia berhubungan satu lawan satu dengan huruf yang mewakilinya. Dengan demikian, fonem vokal /a/, /i/, dan /u/ dinyatakan dengan huruf a, I , dan u.
Hubungan antara fonem dan grafen atau huruf tidak selalu satu-lawan-satu. Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya ditulis dengan huruf a pula sehingga /a/ selalu ditulis dengan huruf itu.
Contoh
/adik/ ditulis <adik>
/pandu/ ditulis <pandu>
/dia/ ditulis <dia>
/pagi/ ditulis <pagi>
/ibu/ ditulis <ibu>
/bisa/ ditulis <bisa>
/nasi/ ditulis <nasi>
/upah / ditulis <upah>
/putri/ ditulis <putri>
/sapu/ ditulis <sapu>
Namun ada pula yang berhubungan tidak satu lawan satu. Huruf e mewakili dua fonem yakni /e/ dan /ә/ beserta alofonnya. Perhatikan tulisan fonemis dan ortgorafis di bawah ini:
/bәsar/ ditulis <besar>
/kәmas/ ditulis <kemas>
/sore/ ditulis <sore>
/sewa/ ditulis <sewa>
/becek/ ditulis <becek>
/kretek/ ditulis <kretek>
Huruf I dan u masing-masing dipakai untuk menuliskan fonem /i/ dan /u/ tanpa memperhitungkan alofon
Contoh :
/kita/ ditulis <kita>
/tadi/ ditulis <tadi>
/batiɳ/ ditulis <batin>
/adik/ ditulis <adik>
/ulama/ ditulis <ulama>
/puñcak/ ditulis <puncak>
/abu/ ditulis <abu>
/kәbun/ ditulis <kebun>
/ampun/ ditulis <ampun>
Huruf o dipakai untuk menuliskan fonem /o/ dengan alofonnya.
Contoh
/roda/ ditulis <roda>
/nako/ ditulis <nako>
/obat/ ditulis <obat>
/potoɳ/ ditulis <potong>
/kosoɳ/ ditulis <kosong>
/rokok/ ditulis <rokok>
Diftong /ay/, /aw/ dan /oy/ masing-masing ditulis dengan huruf ai, au, dan oi. Karena deretan vokal /ai/, /au/ dan /oi/ juga ditulis dengan huruf yang sama, dalam tulisan diftong dan deretan itu tidak dapat dibedakan. Untuk mengetahui apakah deretan huruf vokal melambangkan diftong atau deretan bunyi vokal, diperlukan pengetahuan tentang kata yang mengandung deretan vokal itu.
/pantay/ ditulis <pantai>
/gulay/ ditulis <gulai>
/gulai/ ditulis <gulai>
/main/ ditulis <main>
/walawpun/ ditulis <walaupun>
/kәmauan/ ditulis <kemauan>
/bau/ ditulis <bau>
/sәpoy/ ditulis <sepoi>
/amboy/ ditulis <amboi>
/koboy/ ditulis <koboy>
STRUKTUR SUKU KATA, KATA DAN GUGUS KONSONAN
Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapa pun panjangnya suatu kata merupakan perwujudan dari sebuah suku kata. Suatu kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas:
1. Satu vokal (V)2. Satu vokal dan satu konsonan (VK)
3. Satu konsonan dan satu vokal (KV)4. Satu konsonan, satu vokal dan satu konsonan (KVK)5. Dua konsonan dan satu vokal (KVKK)6. Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KVKKK)7. Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan (KVKK)8. Tiga konsonan dan satu vokal9. Tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan10. Dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan11. Satu konsonan , satu vokal, dan tiga konsonan
V A-mal, su-a-tu
VK Ar-ti, ber-il-mu
KV Pa-sar, sar-ja-na, war-ga
KVK Pak-sa, ke-per-lu-an, pe-san
KVKK Teks-til, kon-teks, mo-dern
KVKKK Korps
KKV Slo-gan, dra-ma, ko-pra
KKVK Trak-tor, a-trak-si, kon-trak
KKKV Stra-te-gi, stra-ta
KKKVK Struk-tur, in-struk-si, strom
KKVKK Kom-pleks
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk dari gabungan bermacam-macam suku kata seperti yang tercantum di atas. Karena bentuk suku kata sepertiyang terdapat pada nomor 5 sampai nomor 11, pada dasarnya berasal dari kata asing, banyak orang menyelipkan fonem /ә/ untuk memisahkan konsonan yang berdekatan. Contoh: slogan, strika, prangko diubah masing-masing menjadi seloga, setrika, perangko.
Kecuali pada kata pungut, bahasaIndonesia tidak memiliki konsonan rangkap pada akhir suku. Karena it, kata asing yang memiliki ciri itu dan dipakai dalam bahasa Indonesia sering kali disesuaikan dengan pola umum kata Indonesia dengan menyisipkan vokal dalam ucapannya atau menghilangkan salah satu konsonannhya. Kata mars dan lift kadang-kadang diubah menjadi mares dan lif.
Vokal dan konsonan awal yang mengisipola suku kata pada nomor 1 sampai nomor 6 pada umumnya adalah vokal dan konsonan apa saja. Namun untuk pola nomor 7 sampai nomor 9 macamnya terbatas.jika dua konsonan terdapat dalam satu suku kata yang sama, konsonan yang pertama terbatas pada konsonan hambat /p, b, t, d, k, g/ dan konsonan frikatif /f, s/ sedangkan konsonan kedua terbatas pada konsonan /r/ atau /l,w,s,m,n,f, t,k/ di dalam beberapa kata:
/pl/ pleonasme, pleno, kompleks, taplak
/bl/ blangko, blambangan, gamblang
/kl/ klinik, klimaks, klasik
/gl/ global, gladiator, isoglos
/fl/ flamboyan, flanel, flu
/sl/ slogan, Slipi
/pr/ pribadi, April, semprot
/br/ brahmana, obral, ambruk
/tr/ tragedi, sastra, mitra
/dr/ drama, adres, drastis
/kr/ kristen, akrab, mikroskop
/gr/ granat, gram, grafik
/fr/ fragmen, diafragma, frustasi
/sr/ pasrah, Sragen, Sriwijaya
/ps/ psikologi, psikiater, psikolog, pseudo
/sw/ swalayan, swasembada, swasta
/kw/ kuintal, kuitansi, kuartet
/sp/ spora, spanduk, sponsor
/sm/ smokel
/sn/ snobisme
/sk/ skala, skema, skandal
/pt/ ptialin, pterosaur
/ts/ tsar, tsunami
/st/ status, stamina, stasiun
Jika tiga konsonan berderet dalam satu kata, konsonan yanh pertama selalu /s/, yang kedua /t/, /p/, atau /k/ dan yang ketiga /r/ atau /l/
Contoh:
/str/ strategi, struktur, instruksi
/spr/ sprei
/skr/ skripsi, manuskrip
/skl/ sklerosis
Seperti halnya dengan sistem vokal yang mempunyai diftong dan deretan vokal yang biasa, sistem konsonan juga memiliki deretan konsonan yang biasa di samping gugus konsonan yang bisa di samping gugus konsonan seperti yang telah digambarkan di atas. Deretan dua konsonan yang biasa dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
/mp/ empat, pimpin, tampuk /mb/ ambil, gambar, ambang
/nt/ untuk, ganti, pintu
/nd/ indah, pendek, pandang
/ñc/ lancar, kunci, kencang
/ñj/ janji, banjir, panjang
/k/ engkau, mungkin, bungkuk
/g/ angguk, tinggi, tanggung
/ns/ insan, insang, lensa
/s/ bangsa, angsa, mangsa
/rb/ kerbau, koraban, terbang
/rd/ merdeka, merdu, kerdil
/ñš/ isyarat, munsyi
/rg/ harga, pergi, surga
/rj/ kerja, terjang, sarjana
/rm/ permata, cermin, derma
/m/ warna,purnama, termak
/rl/ perlu, kerlip, kerling
/rt/ arti, serta, harta
/rk/ terka, perkara, murka
/rs/ bersih, kursi, gersang
/rc/ percaya, karcis, percik
/st/ pasti, kusta, dusta
/sl/ asli, tuslah, berslit, beslah
/kt/ waktu, dokter, bukti
/ks/ paksa, laksana, saksama
/kb/ akbar, makbul
/kd/ takdir
/kn/ laknat, makna, yakni
/kl/ takluk, maklum, maklumat
/kr/ makruf, takrif
/ky/ rakyat
/kw/ dakwa, dakwah, takwa
/pt/ sapta, optik, baptis
/ht/ sejahtera, tahta, bahtera
/hk/ bahkan
/hš/ dahsyat
/hb/ syahbandar, tahbis
/hl/ ahli, mahligai, tahlil
/hy/ sembahyang
/hw/ bahwa, syahwat
/sh/ mushaf
/mr/ jamrut
/ml/ jumlah, imla
/lm/ ilmu, gulma, palma
/gn/ signal, kognitif
/np/ tanpa
/rh/ gerhana, durhaka
/sk/ asbak, asbes, tasbiih
/sp/ puspa, puspita, aspirasi, aspal
/sm/ basmi, asmara, resmi
/km/ sukma, nikmat
/ls/ palsu, pulsa, filsafat, balsem
/lj/ salju, aljabar
/lt/ sultan, salto, simultan
/pd/ sabda, abdi
/gm/ maga, dogma
/hd/ syahdan, syahdus
Pemenggalan Kata
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemenggalan kata , yaitu:
a. Berhubungan dengan kata sebagai satuan tulisan,b. Penyukuan kata bertalian dengan kata sebagai satuan bunyi bahasa,c. Pemenggalan tidak selalu berpedoman pada lafal kata,d. Kesatuan pernapasan pada kata
Contoh: pengucapan “nakal” -> jika dilihat dari pola sukunya bisa dipenggal menjadi nak (KVK) dan al (VK).
Tabel pemenggalan kata:
Kata Benar Salah
AbdimuAb-dimuAbdi-mu
a-bdimuabd-imu
sabuk Sa-buk Sab-uk
Berarti Ber-artiBerar-ti
Be-artiBerart-i
KebanyakanKe-banyakanKebanyak-an
Kebanya-kan
Ciri Suprasegmental dalam Bahasa Indonesia
Ciri Suprasegmental yang terwujud bersama fonem:a. Tekananb. Panjang bunyic. Nada
Ciri menurut pada untaian tuturan
a. Intonasi-> mengacu ke naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat
Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4) yang melambangkan tinggi. Angka (1) melambangkan titinada paling rendah dan angka (4) paling tinggi.
Contoh: (1) Dua.
2 3 1 #
(2) Di mana?
2 3 3 #
b. Ritme-> mengacu ke pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat
Pengertian tekanan:
Tekanan adalah gejala penonjolan suku kata yang diucapkan panjang, bernada tinggi, atau dengan memperbesar tenaga pengucapan atau intensitas. Ciri tekanan: biasanya jatuh pada suku kata sebelum yang terakhir(panultima).
Contoh:
[béla] bela
[táman] taman
Namun, bila suku kedua dari akhir mengandung bunyi /∂/, tekanan akan ditempatkan pada suku akhir. Contoh:
[b∂lah] belah
[b∂kerja] bekerja
Peranan Ciri Suprasegmental
Cara mengucapkan kata dan kalimat sangat penting. Contohnya bila kita menyatakan suatu kalimat nada pengucapan kita harus menurun. Sedangkan, pengucapan untuk kalimat yang bertanya kita harus memakai nada yang naik.
Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak berperan sebagai pembeda kata. Meskipun begitu, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, jangka, dan nada akan terasa jangkal.
top related