contoh ptk metode demonstrasi
Post on 16-Jan-2016
257 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep pendidikan pada dasarnya membuat siswa
memiliki kompetensi tamatan sesuai jenjang sekolah, yaitu
pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan melaksanakan tugas
atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya
dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya,
dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan di
negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti
ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Suasana belajar
seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan dalam upaya
mempersiapkan warga negara yang baik dan masyarakat yang
cerdas (Djahiri, 1993)
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah model
metode pembelajaran demonstrasi. Yang dimaksud metode
demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru.
Setiap orang selalu punya kewajiban untuk melakukan
tugas tertentu seperti halnya seorang guru di tuntut agar 1
menjalankan kewajiban itu sepenuh tanggung jawab. Setiap
kewajiban berisi tugas dan setiap tugas harus di laksanakan.
Tugas yang di laksanakan akan dianggap selesai apabila tujuan
yang hendak dicapai sudah terwujud. Seorang guru tersebut
harus merasa yakin bahwa
jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai kepada tujuan
dapat dilakukan dengan cara atau metode yang tepat dan cocok
untuk diterapkan kepada peserta didiknya.
Adapun cara atau metode yang terbaik untuk diterapkan
itu banyak sekali tergantung pada karakteristik peserta didik
masing-masing, salah satunya adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif
dalam membantu anak didik untuk menjawab kebutuhan
belajarnya dengan usaha sendiri berdasarkan fakta dan data
yang jelas dan benar yang diperolehnya dari demonstrasi.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya
pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktek
menggunakan peragaan yang di tujukan pada siswa
dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam memahami
dan mempraktekkan apa yang telah diperolehnya dan dapat
mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan dengan
yang sudah didemonstrasikan.
Karakteristik metode demonsrtasi dapat dilihat dari
keunggulan metode deemonstrasi dan kelemahan metode
demonstrasi. Keunggulan metode demonstrasi, antara lain: 1)
2
Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan
tidak tertuju pada hal-hal lain; 2) Dapat mengurangi kesalahan
dalam mengambil kesimpulan, apabila dibandingkan dengan
halnya membaca buku karena siswa mengamati langsung
terhadap suatu proses yang jelas; 3) Apabila siswa turut aktif
dalam sesuatu percobaan yang bersifat demonstrative maka
anak didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktis
yang dapat membentuk perasaan dan kemampuan anak, serta
dapat mengembangkan kecakapannya.
Kekurangan metode demonstrasi, diantaranya: 1)
Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang tepat apabila
alat-alat yang dimonstrasikan tidak memadai atau tidak sesuai
kebutuhan; 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak
diikuti dengan sebuah aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut
bereksperimen dan tidak dapat menjadikan aktivitas itu sebagai
pengalaman yang berharga; 3) Tidak semua hal dapat
didemonstrasikan di dalam kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan topik dalam materi
pelajaran di atas, dapat di kaji ada beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut :
3
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi berpengaruh terhadap hasil belajar Mata
Pelajaran Fiqih siswa kelas III MI Mamba’ul Huda Tegalsari
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran
2013 / 2014?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Fiqih
dengan diterapkannya metode demonstrasi pada siswa kelas
III MI Mamba’ul Huda Tegalsari Kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2013 / 2014?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dilaksanakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar
siswa Mata Pelajaran Fiqih kelas
III MI Mamba’ul Huda Tegalsari Kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2013 / 2014.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan
penguasaan Mata pelajaran fiqih setelah diterapkannya
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
pada siswa kelas III MI Mamba’ul Huda Tegalsari Kecamatan
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2013 /
2014.
4
D. Pentingnya Penelitian
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi dalam pembelajaran mata pelajaran fiqih
oleh guru Kelas Tiga.
2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran fiqih.
3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi
siswa.
4. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap
sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain
dalam mencapai tujuan belajar mata pelajaran fiqih.
5. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
peranan guru mata pelajaran fiqih dalam meningkatkan
pemahaman siswa belajar mata pelajaran fiqih.
6. Sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran fiqih dalam
mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar mata
pelajaran fiqih.
E. Definisi Operasional Variabel
5
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian
ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut :
1. Metode demonstrasi adalah : pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan
agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau
tiruannya.
2. Membiasakan artinya : menjadikan siswa melakukan suatu perbuatan berkali-
kali, sehingga sulit untuk ditinggalkan.
3. Shalat fardhu adalah : ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam,
menurut beberapa syarat yang tertentu.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas Tiga MI Mamba’ul Huda
Tegalsari Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi tahun
pelajaran 2013/2014?
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari semester genap
tahun pelajaran 2013/2014.
3. Materi yang disampaikan pada mata pelajaran fiqih adalah
pokok bahasan shalat fardlu.
BAB II
6
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (Makalah Kongres Budaya dan Bahasa
Indonesia, 1996:14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut, Soetomo
(1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu
pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang
menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya
pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi,
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
7
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar
untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.
B. Pembiasaan Shalat Fardlu
1. Definisi & Penertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu.
Menurut bahasa shalat artinya berdoa, sedangkan menurut istilah
shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.
Sholat adalah tiangnya agama Islam, sholat merupakan amal yang
pertama kali dipertanggungjawabkan nanti di hari kiamat, bila sholatnya
baik maka amal yang lain jadi baik, jika sholatnya rusak maka amal yang
yang lain jadi tercemar. Sholat dicanangkan oleh Allah SWT untuk
membentuk kepribadian seorang muslim yang tangguh, dalam sholat Allah
mengajarkan hidup disiplin, hidup sabar,bermasyarakat, mengajarkan
hidup sehat, hidup bersih lahir dan batin, menahan diri dan pengendalian
diri, berkomunikasi dengan Khaliknya. Inilah yang mendorong Peneliti
untuk mengkaji kebiasaan sholat dhuha yang masih jauh dari harapan kita .
Peningkatan pembiasaan sholat fardlu , yang dimaksud pembiasaan
disini ,adalah nilai yang sudah menjadi sikap pribadi seseorang, yang
dapat dikerjakan tanpa berpikir, kebiasaan seperti ini yang disebut dengan
akhlak. Dengan harapan semoga sholat itu akhirnya menjadi akhlak bagi
siswa yang mengamalkannya. Tentu dalam hal ini diperlukan motivasi
multi aspek. Yang dimaksud motivasi adalah unsur yang mendorong
8
seseorang untuk menggerakkan mengerjakan sesuatu, multi aspek artinya
beragam bentuk. Multi yang saya maksud disini antara lain: motivasi
melalui kajian sholatyaitu fadlilah dari shalat dhuha itu sendiri, melalui
kajian diri siswa ,melalui kajian nikmat. Sehingga semua potensi rohani
dan jasmaninya bisa berfungsi dengan lebih baik. Yang pada akhirnya
terdorong untuk mensyukuri nikmatNya salah satunya adalah melakukan
shalat lima waktu (shalat fardlu)
2. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain
Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua
orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan
shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu:
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur
Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat
9
3. Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri
4. Yang Membatalkan Sholat
Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal
yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak
10
tuma'ninah.
C. Metode Demonstrasi
1. Definisi Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan pada seluruh kelas
tentang suatu proses atau suatu petunjuk untuk melakukan
sesuatu.
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah
metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu
pada siswa.
Metode demonstrasi-Animasi dapat memperjelas
pengertian dan konsep tindakan yang harus dilakukan.
Metode tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh
guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstransi-
Animasi cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian
bahan pelajaran tata surya, proses teknis peralatan, alran
listrik, atau fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat,
memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang
lainnya.
11
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif
sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Metode ini
dapat diterapakan dalam pembelajaran Ilmu Alam, Teknik
dan PAI, tetapi, tidak semua pelajaran PAI bisa
didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah yang
menjelaskan iman kepada allah, malaikat, surga, neraka dan
lai-lain.
2. Tujuan dan Kegunaan Metode Demonstrasi
Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain:
1. Untuk memudahkan penjelasan sebab penggunaan bahasa
lebih terbatas.
2. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas
jalannya suatu proses dengan penuh perhatian.
3. Untuk menghindari verbalisme.
4. Cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan
tertentu.
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan
Metode Demonstrasi adalah:
Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar
apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati
dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil
12
atau penjelasannya tidak jelas. Demonstrasi menjadi kurang
efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri
dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka
sebagai pengalaman yang berharga. Tidak semua hal dapat di
Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu
besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh
dari kelas. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat
praktis. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan
landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan
pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu
Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh
murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
3. Manfaat Metode Demonstrasi
Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa.
4. Kelebihan metode demonstrasi dan Kekurangan metode demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
13
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh
guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping
itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar
mengajar dan tidak kepada yang lainya.
2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran
pikiran yang sama.
3. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang
panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang
pendek.
4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang
jelas dari hasil pengamatannya.
5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banysk
6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi.
Kekurangan metode demonstrasi sebagai berikut :
1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan
kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.
2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-
kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak
wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
14
3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan
diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh
peserta didik.
4. Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.
5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat
minimum.
6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika
proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
7. Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan
kesabaran.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur
sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses
mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara lain dan untuk mengetahui
atau melihat kebenaran sesuatu.
Adapun dalam metode demonstran ini
memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana
yang akan di paparkan di bawah ini.
5. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Beberapa petunjuk penggunaan metode demonstrasi:15
1. Perencanaan: Menentukan tujuan demonstrasi
mengoperasikan PLC zelio logic smart relay; Menetapkan
langkah-langkah pokok demonstrasi membuat gambar
kendali zelio di komputer; dan Menyiapkan alat-alat yang
diperlukan seperti PLC trainner dan komputer.
2. Pelaksanaan: Mengusahakan agar demonstrasi pembuatan
gambar kendali zelio di komputer dapat diikuti dan diamati
oleh seluruh siswa melalui proyektor; Menumbuhkan sikap
krisis pada siswa sehingga terjadi Tanya jawab, dan diskusi
tentang masalah PLC zelio logic smart relay; Memberi
kesempatan pada setiap siswa untuk mencoba membuat
gambar rangkaian kendali zelio di komputer sehingga
siswa merasa yakin tentang suatu proses operasi
rangkaian kendali PLC zelio logic; Membuat penilaian dari
kegiatan siswa dalam demonstrasi menggunakan PLC zelio
logic tersebut, seperti gambar hasil karya siswa yang
dibuat di komputer.
3. Tindak lanjut: Pemberian tugas kepada siswa untuk
membuat gambar rangkaian kendali PLC untuk lampu lalu
lintas; Penilaian terhadap laporan hasil demonstrasi
mengoperasikan PLC zelio.
Metode domonstrasi merupakan metode mengajar
yang menyajikan bahan pelajaran dengan
16
mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya
melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses
tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata
pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus
sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan
dan mengamati terhadap objek yang akan
didemonstrasikan. Sebelumnya proses demonstrasi guru
sudah mempersiapkan alat – alat yang digunakan dalam
demonstrasi tersebut.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta
mengorganisasi kelas, jangan samapi guru terlena dengan
demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara
menyeluruh. Ada beberapa karakteristik metode mengajar
demonstrasi dan bagaimana hubungannya dengan
pengalaman belajar siswa.
Karakteristik, Pengalaman Belajar, Keunggulan, dan
Ketrampilan Metode Demonstrasi:
Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran adalah: Mempersiapkan alat bantu yang
akan digunakan dalam pembelajaran; Memberikan
penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan;
Pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian dan
peniruan dari siswa; Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan
atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
17
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam
menunjung keberhasilan demonstrasi di antaranya:
Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan.
Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara
menyeluruh.
Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus
diperhatikan untuk menunjang demonstrasi, diantaranya
adalah:
Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap
topik yang didemonstrasikan.
Memahami tentang tujuan/maksud yang akan
didemonstrasikan.
Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang
digunakan dalam demonstrasi
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action
Research melalui praktik pembelajaran di kelas. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan mengingat guru sebagai tenaga
profesional yang paling mengetahui mengenai segala sesuatu
dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang
pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan
kelas dilakukan pada suatu kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran dan penelitian dapat dilakukan
oleh guru kelas secara langsung. PTK bukan hanya sekedar
mengajar, melainkan mempunyai makna sadar dan kritis
19
terhadap mengajar dan menggunakan kesadaran dirinya untuk
siapa adanya perubahan dan perbaikan pada proses
pembelajarannya. PTK mendorong guru bertindak dan berfikir
kritis dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Ebbutt
dalam (Hopkins, 1993) mengemukakan penelitian tindakan kelas
adalah kajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Dengan
demikian penelitian tindakan kelas adalah salah satu upaya guru
dalam memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran di
dalam kelas, di mana dalam proses pelaksanaan penelitian
dilakukan dengan tahapan-tahapan proses kegiatan
pembelajaran serta instrumen penelitian yang telah
dipersiapkan. Penelitian tindakan kelas berubungan dengan
tugas guru di lapangan atau di kelas. Penelitian dilakukan oleh
guru karena terdapat masalah dalam kegiatan pembelajaran,
suatu penelitian harus dilakukan untuk memperbaiki atau
menyelesaikan permasalahan yang ada agar terselesaikan. Hasil
dari penelitian dapat berguna bagi guru yang melakukan
kegiatan permbelajaran. Adapun tujuan penelitian tindakan
kelas, sebagai berikut :
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan agar guru atau
tenaga kependidikan dapat memperbaiki mutu kinerja atau
20
meningkatkan proses pembelajaran secara
berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada
terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban
oleh guru. Dengan demikian PTK merupakan salah satu cara
yang strategis dalam memperbaiki kinerja guru dalam
meningkatkan layanan pendidikan atau pembelajaran.
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengembangkan
kemampuan/keterampilan guru untuk menghadapi
permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran di
kelasnya dan di sekolahnya sendiri.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digunakan sebagai
alat untuk memasukkan inovasi pembelajaran ke dalam
sistem yang ada karena sulit dilakukan oleh upaya
pembaharuan yang dilakukan pada umumnya. Penggunaan
Penelitian tindakan kelas selain mempunyai tujuan , pastilah
mempunyai manfaat. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi
guru dan siswa
yakni sebagai berikut :
a. Manfaat bagi Guru :
1). Untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar;
2). Guru berkembang secara profesional karena
mampumenilai dan memperbaiki pelajaran;
21
3). Guru lebih percaya diri jika PTK membuat guru
berkembang menjadi guru profesional;
4). Dapat berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan diri.
b. Manfaat bagi siswa :
1) Hasil belajar siswa meningkat;
2) Permasalahan pembelajaran siswa akan cepat diselesaikan;
3) Sesuai dengan kubutuhan belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan melaui penelitian tindakan kelas berbentuk
siklus yang akan berlangsung II siklus 2 tindakan.
B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di MI Mamba’ul Huda Kecamatan
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi, karena tempat ini merupakan tempat
mengajar peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tepatnya tanggal 16 Februari
2013 sedangkan untuk siklus dilakukan pada tanggal 28 Februari 2013
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah siswa-siswi kelas tiga MI Mamba’ul Huda
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2013/2014
pada pokok bahasan Sholat Fardlu.22
C. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini mengunakan Penelitian Tindakan
kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris
Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada
sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model
penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti
melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam
bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan
konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek
penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru
atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi
ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi
dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. PTK adalah suatu bentuk
23
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/
meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut:
24
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Rencana awal/rancangan
Rencana awal/rancangan
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Rencana yang direvisi
Putaran 1
Putaran 2
Putaran 3
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran melalui metode
demonstrasi
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
25
Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan
seterusnya, dimana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini
berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan
kelas. Dalam hal ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk
meningkatkan hasil praktik-praktik pembelajaran di kelas. Jadi dalam
kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
D. Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa, memperoleh gambaran respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran , aktifitas siswa selama proses pembelajaran.juga aplikasi
pembiasaan KD. Yang dimaksud yakni pembiasaan sholat fardlu di dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase
peningkatan pembiasaan sholat fardlu siswa setelah proses belajar
mengajar setiap putarannya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi 26
berupa pernyataan-pernyataan di dalam angket tertulis pada setiap akhir
putaran siklus.
Jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-
masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang
terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas
secara individual jika mendapatkan nilai minimal 70, sedangkan secara
klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara
individu mencapai 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama
dengan 70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Pembelajaran Melalui Metode Demonstrasi dengan
Pembiasaan Shalat Fardlu
27
Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara
klasikal jika siswa yang mendapat nilai 72 lebih dari atau sama dengan 85%,
sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan
tertentu jika mendapat nilai minimal 72
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif
1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran
melalui metode demonstrasi, dan lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2013 di Kelas III MI
Mamba’ul Huda Tegalsari Kecamatan Tegalsari Kabupaten
Banyuwangi jumlah siswa 36 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan ( observasi )
dilaksanakan bersamaan pelaksanakan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
28
dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun
data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut .
Tabel 4.1. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
29
No. Urut NilaiKeterangan
T TT
1 60 √2 50 √3 80 √4 75 √5 60 √6 80 √7 50 √8 75 √9 80 √10 75 √11 72 √12 60 √13 80 √14 80 √15 80 √16 85 √17 80 √18 75 √19 60 √20 72 √21 72 √22 80 √23 72 √24 50 √25 72 √26 85 √27 60 √28 80 √29 72 √30 60 √31 72 √32 80 √33 72 √34 65 √35 75 √36 80 √
Jumlah 2576 26 10
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 26
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 10
Skor Maksimal Ideal : 3600
Skor Tercamata pelajara fiqih : 2576
Rata-rata Skor Tercamata pelajaran fiqih : 71,56
Prosentase Ketuntasan : 72,22
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
71,56
26
72,22
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pembelajara melalui metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 71,56 dan ketuntasan belajar pada mata pelajaran fiqih mencapai
72,22 % atau ada 26 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
meunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 72 hanya sebesar 72,22 lebih kecil
dari presentase ketuntasa yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini 30
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudka dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran melalui
metode demonstrasi.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran mata pelajaran fiqih.
2. Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.
d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran mata pelajaran fiqih. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik menambahkan informasi-
informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
31
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran
yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 22 Februari 2013 di Kelas III MI Mamba’ul Huda Tegalsari
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi jumlah siswa 36
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
pada siklus II. Pengamatan ( observasi ) dilaksanakan
bersamaan pelaksanakan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah test formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut .
Tabel 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
32
Keterangan :
33
No. Urut NilaiKeterangan
T TT
1 65 √2 60 √3 80 √4 75 √5 80 √6 80 √7 65 √8 75 √9 80 √10 75 √11 72 √12 75 √13 80 √14 80 √15 80 √16 85 √17 80 √18 75 √19 60 √20 72 √21 72 √22 80 √23 72 √24 80 √25 72 √26 85 √27 75 √28 80 √29 72 √30 60 √31 72 √32 80 √33 72 √34 65 √35 75 √36 80 √
Jumlah 2686 30 6
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 30
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 6
Skor Maksimal Ideal : 3600
Skor Tercamata pelajara fiqih : 2686
Rata-rata Skor Tercamata pelajaran fiqih : 74,61
Prosentase Ketuntasan : 83,33
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
77,73
30
83,33
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pembelajara melalui metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 77,73 dan ketuntasan belajar pada mata pelajaran fiqih mencapai
83,33 % atau ada 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut meunjukkan bahwa
pada siklus II ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I, Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena
setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan
tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan
guru dengan menerapkan pembelajaran melalui metode demonstrasi.
c. Refleksi
34
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Memotivasi siswa
2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3. Pengelolaan
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus II antara
lain:
a. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
b. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam
diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
c. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan.
2. Siklus III
a.Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran , soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
35
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 01 Maret 2013 di Kelas III MI Mamba’ul Huda Tegalsari
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi jumlah siswa 36
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak
terulang lagi pada siklus III. Pengamatan ( observasi )
dilaksanakan bersamaan pelaksanakan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah test formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai
berikut .
Tabel 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
36
Keterangan :
T : Tuntas
37
No. Urut NilaiKeterangan
T TT
1 65 √2 60 √3 80 √4 75 √5 80 √6 80 √7 72 √8 75 √9 80 √10 75 √11 72 √12 75 √13 80 √14 80 √15 80 √16 85 √17 80 √18 75 √19 60 √20 72 √21 72 √22 80 √23 72 √24 80 √25 72 √26 85 √27 75 √28 80 √29 72 √30 75 √31 72 √32 80 √33 72 √34 65 √35 75 √36 80 √
Jumlah 2711 32 4
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 32
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 4
Skor Maksimal Ideal : 3600
Skor Tercamata pelajara fiqih : 2711
Rata-rata Skor Tercamata pelajaran fiqih : 75,31
Prosentase Ketuntasan : 88,89
Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
75,31
32
88,89
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
pembelajara melalui metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 75,31 dan ketuntasan belajar pada mata pelajaran fiqih mencapai
88,89 % atau ada 32 siswa sudah tuntas belajar ( Termasuk Kategori Tuntas ).
Hasil tersebut meunjukkan bahwa pada siklus III ketuntasan belajar dalam
pembiasaan shalat fardlu secara klasikal telah mengalami peningkatan lebih baik
dari siklus II, Adanya peningkatan pembiasaan shalat fardlu siswa ini karena
setelah guru menerapkan pembelajaran melalui metode demonstrasi sehingga
siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
pembelajaran melalui metode demonstrasi.
38
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran
dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Hasil belajar siswa pada siklus III mercamata pelajaran fiqih ketuntasan.
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus III guru telah
menerapkan pembelajaran melalui metode demonstrasi dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah baik. Analisis data yang diperoleh dari tiga siklus. Pada langkah pertama
kami memberikan motivasi kepada siswa kelas III untuk mendalami arti sholat
dan kandunganya, bagaimana manfaatnya bila kita merutinkan sholat, sekaligus
merupakan tanda syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang
berlimpah kepada kita. pemberian motivasi melalui memperdalam kajian sholat,.
39
B. Pembahasan
1. Ketuntasan dalam Pembiasaan Shalat Fardlu Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui
metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan
pembiasaan sholat fardlu siswa terhadap materi pelajaran fiqih yang
disampaikan oleh guru ( pembiasaan sholat meningkat dari siklus I, II, III).
Yaitu masing-masing 72,22 %, 83,33 %, 88,89 %. Pada siklus III
Ketuntasan belajar untuk pembiasaan sholat fardlu siswa pada materi
pelajaran fiqih secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan metode demonstrasi dalam setiap siklus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran mata pelajaran fiqih pada pokok bahasan tentang shalat
fardlu melalui metode demonstrasi yang paling dominan adalah
40
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan pada seluruh kelas
tentang suatu proses atau suatu petunjuk untuk
melakukan sesuatu.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus,
hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran melalui Metode demonstrasi dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran mata pelajaran fiqih.
2. Pembelajaran melalui Metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan pembiasaan shalat fardlu yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72,22 %),
siklus II (83,33 %), siklus III ( 88,89 %)
3. Siswa mampu mengamati proses yang dilakukan oleh
guru..
41
4. Permasalahan pembelajaran siswa akan cepat diselesaikan;
5. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap
topik yang didemonstrasikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya agar proses
belajar mengajar mata pelajaran fiqihlebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan pada mata pelajaran fiqih saran
sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan pembelajaran melalui Metode demonstrasi
memerlukan persiapan yang matang, sehingga guru harus mampu
menemukan atau memilih topic yang benar-benar bias diterapkan dengan
Pembelajaran melalui Metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar
sehingga memperoleh hasil yang optimal
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas III tahun pelajaran 2013/2014.
3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilperbaikan agar diperoleh
hasil yang lebih baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik,Jakarta: Rineka Cipta,2002.
Daradjat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
proyek pembinaan pergurtinggi agama, 1981/1982.
Haditono, Rahayu, Siti, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press 1982
Jasmine, Sabrina, 171 Kutipan Motivasi Super Dahsyat, Yogyakarta:
Diglodisa Media Baru, 2009.
Madya, Suwarsih, Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan (Action
Research), Bandung: Alfabeta, 2006
Moleong,J,Lexy, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya,2002.
43
Pardjono, dkk, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UNY,2007
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: sinar baru Algesindo, 1954.
Roestiyah.n.k, Didaktik Metodik,Jakarta: bumi aksara, 1992.
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar,
Bandung: Tarsito,1990
Usman, Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: ciputat pers,
2002
Usman, Uzer, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Wiraatmaja, Rochiyati, Metode Penelitian Tindakan
Kelas,Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004.
44
top related