curiculum development t_ime_complexity
Post on 04-Jul-2015
99 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
CURRICULUM DEVELOPMENT IN THE POST MODERN ERA:
TIME AND COMPLEXITY
A VISION OF CURRICULUM IN THE POSTMODERN ERA
Kita tidak membayangkan perubahan yang tiba-tiba, radikal dan irrasional yang
terbangun dalam setiap struktur eksistensi. Teori chaos mengajarkan kepada kita,
sebagaimana Malcolm mengatakan, bahwa linearitas lurus, yang datang secara
apa adanya (take for granted) dalam setiap apapun dari mulai fisik hingga fiksi,
secara sederhana tidak pernah terwujud. Linearitas merupakan cara artificial
dalam melihat dunia. Kehidupan nyata bukanlah seperti sekumpulan kejadian yang
saling tersambung secara berkelanjutan sebagaimana batu perhiasan yang
tersambung di sebuah kalung perhiasan. Kehidupan adalah serangkaian kejadian
yang bisa berubah secara tidak terprediksi, bahkan dengan cara yang merusak
sekalipun. Dan inilah kebenaran yang nyata dalam struktur alam semesta kita,
namun untuk alasan tertentu, kita bersikap seakan-akan itu tidak benar. —Michael
Crichton, Jurassic Park
TIME AND COMPLEXITY: MEMAHAMI TEORI
CHAOS
Berawal dari permintaan kepada penulis buku
ini (Patrick Slattery) untuk mengisi seminar
mengenai manajemen waktu sebagai kepala
sekolah. Cara penanganan tidak sesederhana
dengan organizational flow charts, rencana
lima tahun, delegation to department heads,
jadwal pertemuan komputerisasi, handbooks, a
binder filing system, informative newsletters,
dan master calendars.
TIDAK ADA YANG LINEAR
KEPALA
SEKOLAH
ANCAMAN BOM SAAT UJIAN
KOMPLAIN DARI KOMITE
SEKOLAH
TOILET RUSAK
PEMANAS RUSAK
AC MATI
SEKRETARIS MENANGIS
GURU MENANGIS
GURUDIMUTASI
PERISTIWA
REFERENSI TENTANG TEORI CHAOS
The Tao of Physics (1975) karya Fritjof Capra
The Reenchantment of Science: Postmodern Proposals (1988a) diedit oleh David Ray Griffin
Order out of Chaos: Man’s New Dialogue with Nature (1984) by Ilya Prigogine and Isabelle Stengers
Chaos: Making a New Science (1987) by James Gleick
A Brief History of Time: From the Big Bang to the Black Holes (1988) by Stephen Hawking
The Cosmic Blueprint: New Discoveries in Nature’s Creative Ability to Order the Universe (1988) by Paul Davies
The Structure of Scientific Revolutions (1970) oleh Thomas Kuhn.
Thomas Kuhn meyatakan bahwa satu tugas sejarawan ilmu pengetahuan adalah “menggambarkan dan menjelaskan kesalahan, mitos dan takhayul yang muncul dalam teks ilmiah modern”. Semakin memahami teori chaos, maka semakin dapat memahami kealamiahan masalah dalam sekolah modern. Kuhn dalam kesimpulan menggarisbawahi bahwa “In both political and scientific development the sense of malfunction that can lead to crisis is a prerequisite to revolution”.
TEORI CHAOS DAN KOMPLEKSITAS MENURUT
WILLIAM DOLL
“bahasa ketidakseimbangan intuisi reflektif, kejutan, bingung, zona ketidakpastian, non-rasionalitas, dan analisis metafor. Analisis metafora hampir tidak mungkin dalam model terstruktur sekitar tujuan perilaku, kinerja berbasis kompetensi, akuntabilitas, penguasaan pembelajaran, dan pengajaran yang efektif”
CHAOS MENURUT JIM YORKE (1992:12)
"Kita cenderung berpikir sains, menerangkan
bagaimana bulan berputar mengelilingi bumi.
Tapi ide mengenai clocklike tidak ada
hubungannya dengan dunia nyata “
CHAOS MENURUT EDWARD LORENZ
“akumulasi informasi mengenai variabel-variabel itu berhubungan dengan cuaca, seperti kecepatan angin, kelembaban, temperature, siklus bulan dan titik matahari, tidak meningkatkan akurasi cuaca. Sistem dinamis dan kompleks seperti cuaca, terdiri atas elemen yang menarik.” Menurut Lorenz, peneliti telah meneliti sistem dinamik dari otak manusia hingga sirkuit listrik sebagai bukti chaos.
CHAOS MENURUT JHON BRIGGS (1992:13)
“Dengan keragaman, ketergantungan dan
ketidakmampuan untuk diprediksi, cuaca
menyaring jadwal, merusak rencana kita,
mempengaruhi mood kita dan menggabungkan
kita dengan lingkungan satu sama lain. Cuaca
merupakan contoh dari rangkaian misterius
dalam chaos.”
TEORI CHAOS DALAM KURIKULUM DAN KELAS
Membantu memahami visi postmodern menantang kealamsemestaan yang statis danterkendali.
Mendukung estetika, tawaran postmodern politik, gender, ras, budaya, teologis, dan ekologi.
Mengeksplorasi ilmu pengetahuan baru danhubungannya kepada perkembangankurikulum.
Mengubah paradigma penelitian moden kepadaparadigma postmodern.
Menentang prinsip-prinsip absolut dalam ilmupengetahuan, pengetahuan sosial tradisional yang mekanistis.
Mengedepankan chaos, non-rasionalitas dan zonaketidakpastian karena tatanan kompleks yang ada di sini adalah tempat di mana pemikiran kritis, intuisi reflektif, dan pemecahan masalah global akan berkembang (James Gleick (1987) dan Paul Davies (1988))
Perkembangankurikulum dalam era postmodern berdasarkan atas ilmupengetahuan baru: kompleks, multudimensi, eklektik, relasional, interdisipliner dansistem metaforik.
CHAOS DALAM KELAS MENURUT DOLL
Pertama, terdapat pusat atraktor—unit tematis, eksperimen atau cerita pendek.
Kedua, pembahasan akan berbalik ke belakang dan kedepan dari satu poin ke poin yang lain tanpa bisaterprediksi—namun semua pertanyaan dan komentarberada dalam kerangka tema pelajaran.
Ketiga, kejadian atau peristiwa yang “flip-over” dalamkelas ini tidak dapat terprediksikan dan akan membawakepada integrasi dinamis ide-ide baru dalam kurikulum. Pendekatan atas kompleksitas kurikulum ini akanmelibatkan pula pemahaman lintas pelajaran danaspek kognitif dan belajar.
KURIKULUM MENURUT REYNOLD DAN DOLL
“Para ahli kurikulum saat ini menantang keteraturan alam
semesta dari teori fisika klasik yang telah lama dikembangkan
sebelum termodinamika. Mereka menantang ide statis kognisi
dan hubungan isomorfik. Dalam semangat ilmu pengetahuan
yang baru, mereka pun menantang gambaran kosmos sebagai
suatu kumpulan partikel yang acak yang tidak dapat
dikendalikan. Newton memberikan gambaran keseragaman
alam semesta dari setiap partikel yang bergerak. Dalam
pemahaman post modernism, manajemen waktu adalah
mustahil karena alam semesta pun tidak diciptakan dalam
waktu dan ruang, melainkan dengan waktu dan ruang.”
Kurikulum dalam era post-modernisme menjadikeharusan estetis dan pencarian untukmendapatkan pemahaman yang lebih mendalamakan mengarahkan secara ekologis kepadakeberlangsungan keadilan dan perasaan dimanabatasan antara pusat dan pinggiran dikaburkan, serta semua siswa memiliki akses kepada teks(sumber ilmu). Pendidik dan siswa tidaklahmembaca teks dalam lingkungan kosong dansenyap dibawah aturan dari otoritas ilmusebagaimana yang terungkap dalam novel The Name of the Rose.
PANDUAN VISI KURIKULUM DI ERA
POSTMODERN (WHITEHEAD DAN JENCKS)
Pendekatan proses atas pendidikan akan mampumerekonseptualisasi hakikat sekolah secara global danlokal berdasarkan keunikan individunya.
Behavioristik modern mengedepankan dalam sekolahyang sesuai dengan pengalaman pendidikanpostmodernisme global.
Postmodernisme konstruktif menawarkan pendekatanpenting dalam memahami kurikulum.
Kurikulum sendiri harus dilihat sebagai currere danmendukung konteks pentingnya.
Kurikulum sekolahan harus melibatkan hermeneutika, fenomenologi, sosio psikoanalisis dan teologi liberarl, sertateologi proses.
Kurikulum postmodernisme harus benar-benar menawarkanalternatif bagi sekolah-sekolah saat ini. Jika tidak, makapost-modernime akan melemahkan proyek ultramodern yang lain.
Tidak ada prinsip-prinsip yang absolut atau merekamencoba membentuk paradigma filosifis yang koheren, dimana mereka memiliki ide berputar yang dalam skemapendekatan kurikulum tersebut dapat berkontribusi dalamperubahan pendidikan pada era post-modernisme ini.
TERIMA KASIH
top related