daya rosot beberapa jenis pohon perkotaan … · massa karbohidrat hasil fotosintesis. data lain...
Post on 12-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAYA ROSOT BEBERAPA JENIS POHON PERKOTAANTERHADAP KARBONDIOKSIDA (CO2)
(Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor)
MOHAMAD IQBAL
DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DAYA ROSOT BEBERAPA JENIS POHON PERKOTAANTERHADAP KARBONDIOKSIDA (CO2)
(Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor)
MOHAMAD IQBAL
DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DAYA ROSOT BEBERAPA JENIS POHON PERKOTAANTERHADAP KARBONDIOKSIDA (CO2)
(Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor)
MOHAMAD IQBAL
DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
DAYA ROSOT BEBERAPA JENIS POHON PERKOTAANTERHADAP KARBONDIOKSIDA (CO2)
(Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor)
MOHAMAD IQBAL
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Daya Rosot
Beberapa Jenis Pohon Perkotaan terhadap Karbondioksida (CO2) (Studi Kasus di
Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor)” adalah benar-benar hasil karya sendiri
dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang
berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Mohamad IqbalNRP E34051474
Judul Penelitian : Daya Rosot Beberapa Jenis Pohon Perkotaan terhadapKarbondioksida (CO2) (Studi Kasus di Jalur Hijau JalanRaya Pajajaran-Bogor)
Nama : Mohamad Iqbal
NIM : E34051474
Menyetujui:Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Rachmad Hermawan, MScF. Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS.NIP. 19670504 199203 1 004 NIP. 19501226 198003 1 002
Mengetahui:Ketua DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal lulus:
RINGKASAN
Mohamad Iqbal. E34051474. Daya Rosot Beberapa Jenis Pohon Perkotaanterhadap Karbondioksida (CO2) (Studi kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor). Dosen Pembimbing: (1) RACHMAD HERMAWAN dan (2) ENDES N.DAHLAN.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yangdikenal dengan Gas Rumah Kaca (GRK) terus bertambah di udara yangdisebabkan oleh tindakan manusia dan kegiatan industri. Karbondioksida (CO2)adalah salah satu GRK yang terus bertambah di udara, yang disebabkan berbagaikegiatan di perkotaan baik yang bergerak maupun tidak bergerak seperti rumahtangga, hotel, industri, kendaraan bermotor dan kegiatan lainnya membutuhkanenergi penggerak dan pemanas yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahanbakar fosil seperti solar, minyak tanah dan batu bara. Peningkatan kadar gas CO2
di udara perkotaan dapat ditanggulangi salah satunya dengan pohon perkotaan.Hal ini disebabkan karena pohon perkotaan melakukan proses fotosintesis denganmenyerap gas CO2 dan melepaskan gas O2. Konsentrasi gas CO2 secara efektifdapat dikendalikan atau dikurangi yaitu dengan pembangunan hutan kota melaluipemilihan jenis tanaman yang memiliki kemampuan daya rosot CO2 yang efektifdari jenis tanaman perkotaan yang diteliti.
Pengukuran daya rosot CO2 pohon perkotaan dilakukan denganmenggunakan metode karbohidrat. Massa karbondioksida diketahui dari konversimassa karbohidrat hasil fotosintesis. Data lain yang diambil meliputi jumlah daundan luas daun. Semakin banyak jumlah daun per pohon, maka akanmeningkatkan daya rosot CO2 per pohonnya dan semakin tinggi luas daun, makaakan meningkatkan daya rosot CO2 per helai daunnya.
Dari sembilan jenis pohon perkotaan yang diteliti daya rosot CO2 per luasdaun per jam (g CO2/cm2/jam) adalah sebagai berikut: C. manghas 8,391 x 10-4;A. mangium 3,430 x 10-4; S. macrophylla 2,547 x 10-4; B. purpurea 2,056 x 10-4;M. calabura 1,843 x 10-4; F. elastica 1,466 x 10-4; F. benjamina 0,787 x 10-4; P.indicus 0,630 x 10-4; dan S. mahagoni 0,499 x 10-4.
Jenis pohon perkotaan yang memiliki daya rosot yang tinggi berdasarkannilai rata-rata daya rosot CO2 per pohon berturut-turut adalah C. manghas, F.elastica dan S. macrophylla.
Kata kunci: daya rosot CO2, pohon perkotaan.
SUMMARY
Mohamad Iqbal. E34051474. Sink Ability of Several Urban Trees to Carbondioxide (CO2) (Case Study in Green Belt of Pajajaran Street-Bogor). Undersupervision: (1) RACHMAD HERMAWAN and (2) ENDES N. DAHLAN.
The global warming happens due to high concentration of certain gasses inthe air which are called Green Houses Gasses (GHGs). The global warming ismostly caused by human activities and industries. Carbon dioxide (CO2) is themost important anthropogenic GHGs which caused a variety of activities in bothcities moving or not moving as households, hotels, industries, motor vehicles andother activities require driving and heating energy partly derived from thecombustion of fossil fuels such as diesel, kerosene and coal. Increased levels ofCO2 in the urban air can be overcome with the forest one city. The increment ofCO2 concentration in the city can be decreased by implementing urban trees.Carbon dioxide will be absorbed and converted into oxygen throughphotosynthesis process. The selection of urban trees is needed in order todecrease CO2 effectively. Therefore the study on carbon dioxide sink ability ofurban plants should be conducted.
The CO2 sink ability of urban trees was measured using carbohydratemethod. The carbon dioxide mass was obtained by converting the carbohydratemass produced from photosynthesis. Other data that were collected consisted oftotal and width of leaves. More leaves per tree have higher ability of carbondioxide sink. Wider leaf has higher ability of carbon dioxide sink too.
The ability of CO2 sinks from nine species of urban trees is stated in cm2of leaf width per hour (g CO2/cm2/hour). The result shows that the ability of C.manghas is 8,391 x 10-4; A. mangium is 3,430 x 10-4; S. macrophylla is 2,547 x10-4; B. purpurea is 2,056 x 10-4; M. calabura is 1,843 x 10-4; F. elastica is 1,466x 10-4; F. benjamina is 0,787 x 10-4; P. indicus is 0,630 x 10-4; and S. mahagoni is0,499 x 10-4.
It can be concluded that C. manghas, F. elastica and S. macrophylla arethe most effective in sinking the CO2.
Keywords: Carbon dioxide sink, urban trees.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Daya Rosot Beberapa Jenis Pohon
Perkotaan terhadap Karbondioksida (CO2) (Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya
Pajajaran-Bogor)” ini dapat diselesaikan.
Kegiatan manusia yang banyak menggunakan bahan bakar fosil
menghasilkan gas buangan berupa gas karbondioksida (CO2). Gas CO2 relatif
tidak beracun, namun gas ini menjadi penyebab meningkatnya suhu di permukaan
bumi. Salah satu bentuk sederhana yang dapat dilakukan dalam mengurangi gas
CO2 di udara adalah dengan melakukan pemilihan terhadap jenis-jenis pohon
perkotaan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2, maka
perlu dilakukan upaya pendekatan dalam usaha untuk mengetahui kemampuan
serapan CO2 oleh pohon perkotaan, sehingga selanjutnya dapat dilakukan
penanaman vegetasi yang cocok untuk ditanam di areal kota.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Rachmad Hermawan, MScF
selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Ir. Endes N. Dahlan, MS selaku dosen
pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah yang disusun masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan masukan, kritik dan saran
dari pembaca untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian selanjutnya
yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangsih yang nyata bagi dunia pendidikan dan penelitian.
Bogor, Januari 2010
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samarinda pada tanggal 16 September 1987 sebagai
anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. Ir. Gunawan K. Johar,
MMT dan Ibu Hj. Latifah.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis dimulai dari SD Negeri
Teladan 009 Samarinda yang diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri 1 Samarinda dan diselesaikan
pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan ke SMU Negeri 3 Bandar
Lampung dan lulus pada tahun 2005, kemudian penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang
selanjutnya memilih bidang minat Laboratorium Analisis Lingkungan dan
Pemodelan Spasial.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Penulis telah
mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) yang dilaksanakan di
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dan KPH Indramayu, Jawa Barat pada
tahun 2007, kemudian mengikuti Praktek Umum Konservasi Eksitu (PUKES) di
Taman Sringanis, Bogor dan Museum Serangga, Taman Kupu-kupu dan Taman
Burung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada tahun 2008 dan Praktek
Kerja Lapang di Taman Nasional Bali Barat pada tahun 2009.
Dalam memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul ’’Daya Rosot Beberapa Jenis Pohon Perkotaan terhadap
Karbondioksida (CO2) (Studi Kasus di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-
Bogor)’’ dibawah bimbingan Ir. Rachmad Hermawan, MScF dan Dr. Ir. Endes
N. Dahlan, MS.
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu, bapak, Kak Devi dan seluruh keluarga atas nasehat, doa, perhatian,
dorongan baik moril maupun spirituil serta segala-galanya.
2. Bapak Ir. Rachmad Hermawan, MScF dan Bapak Dr. Ir. Endes N. Dahlan,
MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan, pengetahuan dan nasehat yang begitu berharga sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS dan Bapak Effendi Tri Bachtiar, S. Hut,
M. Si serta Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M. Sc selaku dosen penguji yang
telah menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Hafid dan Ibu Entin di Lab. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian atas
bimbingan dan arahannya selama melakukan pengujian di laboratorium.
5. Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Kehutanan yang telah memberikan
banyak ilmu kepada penulis.
6. Staf dan pegawai Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan urusan
administrasi selama perkuliahan.
7. Nayunda, Adit, Bang Bayu, Bang Andri, Bang Adi, Hudi, Ika, Agung,
Ayib, Mas Asep dan Dedek atas bantuan, perhatian, semangat dan doanya
selama ini.
8. Keluarga besar KSHE’42 (Tarsius) atas tawa, canda, suka dan duka yang
telah kita lalui bersama selama ini.
9. Teman-teman di Wisma Galih atas dukungan, bantuan dan masukannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mencurahkan segala tenaga, waktu maupun pikirannya kepada penulis
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
iv
Besar harapan penulis, semoga dengan karya ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukannya.
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
RIWAYAT HIDUP …… .......................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fotosintesis ............................................................................... 3
2.2. Karbondioksida (CO2) ............................................................... 5
2.2.1. Pengukuran Daya Rosot CO2 ........................................... 5
2.3. Clean Development Mechanism (CDM) ..................................... 8
2.4. Jalur Hijau Jalan ........................................................................ 9
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu ...................................................................... 10
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 10
3.3. Variabel yang diamati................................................................. 12
3.4. Disain Sampel ........................................................................... 13
3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 13
3.6. Pengolahan Data ........................................................................ 16
3.6.1. Pembuatan Kurva Massa Karbohidrat Bersih ................... 19
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi .............................................................. 21
4.1.1. Lokasi .............................................................................. 21
4.1.2. Klimatologi ...................................................................... 21
vi
4.1.3. Panjang Jalur Jalan ........................................................... 21
4.1.4. Tata Guna Lahan .............................................................. 22
4.1.5. Tata Hijau Jalan ................................................................ 22
4.1.6. Peta Lokasi Penelitian ....................................................... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Massa Karbohidrat dan Massa Karbondioksida ........................... 25
5.2. Daya Rosot CO2 per Luas Daun .................................................. 33
5.3. Daya Rosot CO2 Per Helai Daun ................................................. 35
5.4. Daya Rosot CO2 Per Pohon ........................................................ 36
5.5. Daya Rosot CO2 Tanaman Perkotaan Berdasarkan KadarAir ............................................................................................... 38
5.6. Pemilihan Jenis Pohon untuk Hutan Kota .................................... 39
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 41
6.2. Saran ........................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 42
LAMPIRAN ............................................................................................. 44
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tabel 1. Daya Rosot Karbondioksida pada 25 Jenis TanamanHutan Kota .......................................................................................... 7
2. Tabel 2. Daya Rosot Karbondioksida pada 21 Jenis TanamanHutan Kota .......................................................................................... 7
3. Tabel 3. Daftar Jenis Pohon di sekitar Jalan Raya Pajajaran-Bogor............................................................................................................. 11
4. Tabel 4. Massa karbohidrat tanaman perkotaan ................................... 25
5. Tabel 5. Daya rosot CO2 per luas daun ................................................ 34
6. Tabel 6. Daya rosot CO2 per helai daun per jam .................................. 35
7. Tabel 7. Daya rosot CO2 per pohon ..................................................... 36
8. Tabel 8. Kadar air tiap jenis daun dalam (%) ....................................... 38
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Gambar 1. Peta lokasi penelitian ......................................................... 24
2. Gambar 2. Kurva persamaan kubik S. macrophylla ............................. 27
3. Gambar 3. Kurva persamaan kuadratik A. mangium ............................ 27
4. Gambar 4. Kurva persamaan kubik M. calabura .................................. 28
5. Gambar 5. Kurva persamaan kuadratik S. mahagoni ............................ 29
6. Gambar 6. Kurva persamaan kubik P. indicus ..................................... 29
7. Gambar 7. Kurva persamaan kubik B. purpurea .................................. 30
8. Gambar 8. Kurva persamaan kubik F. benjamina ................................ 31
9. Gambar 9. Kurva persamaan kubik F. elastica .................................... 31
10. Gambar 10. Kurva persamaan kuadratik C. manghas............................ 32
11. Gambar 11. Tegakan dan Daun C. Manghas ........................................ 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil data pengujian laboratorium (Analisis Karbohidrat) .................... 45
2. Perhitungan luas area di bawah kurva .................................................. 46
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia
di abad ke-21. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir
memperlihatkan bahwa masalah pemanasan global yang terjadi 50 tahun terakhir
disebabkan oleh tindakan manusia. Menurut Trismidianto et al. (2008)
pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal
dengan Gas Rumah Kaca (GRK), khususnya gas karbondioksida (CO2) terus
bertambah di udara, yang disebabkan berbagai kegiatan di perkotaan seperti alat-
alat elektronik (AC, TV dan Komputer), penggunaan kendaraan bermotor,
kegiatan industri dan kegiatan lainnya yang membutuhkan energi penggerak dan
pemanas yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti solar,
minyak tanah dan batu bara.
Permasalahan meningkatnya GRK telah dibahas dalam pertemuan antar
negara di Conference of the Parties (COP) 3 di Kyoto, yang mencetuskan Kyoto
Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change
(Protokol Kyoto dalam Persidangan Rangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim). Protokol ini berupa antisipasi untuk menurunkan emisi GRK yaitu dengan
Clean Development Mechanism (CDM) yang berperan dalam membantu negara
maju/industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi GRK dan
membantu negara berkembang dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan
serta kontribusi terhadap pencapaian tujuan Konvensi Perubahan Iklim
(UNFCCC). Salah satu bentuk sederhana yang dapat dilakukan dalam mengurangi
emisi GRK adalah dengan melakukan pemilihan terhadap jenis-jenis pohon
perkotaan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap gas CO2, maka
perlu dilakukan upaya pendekatan dalam usaha untuk mengetahui kemampuan
serapan CO2 oleh pohon perkotaan, sehingga selanjutnya dapat dilakukan
penanaman vegetasi yang cocok untuk ditanam di areal kota.
Jalur hijau jalan merupakan salah satu bentuk hutan kota dengan elemen
utama pohon tepi jalan (Dahlan 1992). Dalam hal ini, Jalan Raya Pajajaran
menjadi jalan utama bagi sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi pejalan kaki di
2
Kota Bogor. Selain itu, Jalan Raya Pajajaran termasuk kategori jalan arteri
sekunder sebagai jalur yang menghubungkan zona di luar pusat kota dengan zona
pusat kegiatan di dalam kota yang terdiri dari berbagai jenis pohon, sehingga
menjadi salah satu potensi rosot karbondioksida (CO2) yang ada di Kota Bogor.
Perlu adanya penelitian mengenai kemampuan serapan pada jenis-jenis pohon
yang terdapat pada jalur hijau di Jalan Raya Pajajaran untuk memberikan
informasi dalam menentukan jenis-jenis pohon perkotaan yang mampu menyerap
CO2.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan data tentang besarnya daya rosot CO2 sembilan jenis pohon
perkotaan di Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor.
2. Menentukan jenis pohon perkotaan yang memiliki daya rosot CO2 tinggi di
Jalur Hijau Jalan Raya Pajajaran-Bogor.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan data tentang daya rosot CO2 jenis pohon perkotaan.
2. Memberikan alternatif pertimbangan dalam penentuan jenis pohon
perkotaan pada suatu wilayah tertentu.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fotosintesis
Menurut Dwijoseputro (1980), fotosintesis adalah proses pengubahan zat-
zat anorganik berupa H2O dan CO2 oleh klorofil (zat hijau daun) menjadi zat-zat
organik karbohidrat dengan bantuan cahaya matahari. Peristiwa asimilasi zat
karbon ini hanya terjadi jika terdapat cukup cahaya, sehingga disebut dengan
fotosintesis. Proses fotosintesis dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia
sebagai berikut:
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Tumbuhan menangkap cahaya dengan menggunakan pigmen klorofil yang
memberi warna hijau pada daun. Di dalam klorofil terdapat kloroplas yang
menyerap cahaya untuk proses fotosintesis.
Laju fotosintesis pada tumbuhan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama, antara lain:
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis akan mencapai titik maksimum pada saat banyak cahaya.
Menurut Meyer dan Anderson (1952), intensitas cahaya yang sedikit
dengan suplai karbondioksida yang cukup akan menyebabkan reaksi
fotokimia terbatas dan suhu akan sedikit berpengaruh terhadap laju proses
tersebut. Menurut Lakitan (1993) menyatakan bahwa umumnya, fiksasi
karbondioksida maksimum terjadi pada tengah hari, yakni pada saat
intensitas cahaya mencapai puncaknya. Adanya penutupan cahaya
matahari oleh awan dapat mengurangi laju fotosintesis.
2. Konsentrasi karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida cenderung meningkat secara konsisten.
Peningkatan karbondioksida baik secara alami maupun dalam kondisi
buatan secara konsisten memacu laju fotosintesis kecuali jika stomata
menutup.
4
3. Suhu
Pengaruh suhu terhadap fotosintesis tergantung pada jenis tumbuhan dan
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Secara umum, suhu optimum
untuk fotosintesis setara dengan suhu siang hari pada habitat asal
tumbuhan tersebut.
4. Kadar air
Rendahnya kadar air akan menyebabkan stomata pada daun menutup,
sehingga menghambat dalam penyerapan karbondioksida. Hal ini akan
berpengaruh pada berkurangnya laju fotosintesis
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat ini berkurang, maka akan menyebabkan laju
fotosintesis naik. Sebaliknya, jika kadar fotosintat bertambah akan
berakibat pada menurunnya laju fotosintesis.
6. Tahap pertumbuhan
Laju fotosintesis umumnya lebih tinggi pada tahap pertumbuhan
kecambah (semai/anakan) dibandingkan pada tumbuhan dewasa. Hal ini
dikarenakan pada tahap kecambah, tumbuhan lebih banyak membutuhkan
energi dan makanan untuk pertumbuhannya.
Selain itu, menurut Lakitan (1993) menyatakan bahwa terdapat faktor
genetik lain yang mempengaruhi laju fotosintesis. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
1. Perbedaan antara spesies
Laju fotosintesis pada tumbuhan C4 (misal tebu. jagung, sorgum dan
beberapa jenis rerumputan asal tropis) paling tinggi dibandingkan pada
tumbuhan C3 dan CAM. Tumbuhan CAM mempunyai laju fotosintesis
terendah. Laju fotosintesis pada jenis pohon dan semak (C3) lebih rendah
dibandingkan pada tumbuhan C4. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
daun pada pohon dan semak banyak yang saling menutupi, sehingga
intensitas cahaya yang diterima daun-daun yang ternaungi akan lebih
rendah.
5
2. Laju translokasi fotosintat
Laju fotosintesis dapat terhambat karena adanya timbunan fotosintat (hasil
fosintesis) pada daun. Tumbuhan dengan laju fotosintesis yang tinggi
menunjukkan laju translokasi yang tinggi.
2.2. Karbondioksida (CO2)
Gas CO2 adalah bahan baku bagi fotosintesis dan laju fotosintesis
dipengaruhi oleh kadar CO2 di udara (Ardiansyah 2009). June (2006) menyatakan
peningkatan kadar CO2 di atmosfer akan merangsang proses fotosintesis,
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman tanpa diikuti oleh
peningkatan kebutuhan air. Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah
meningkatnya laju fotosintesis di dalam daun, akibat peningkatan laju fotosintesis
tersebut akan menyebabkan terjadinya penimbunan karbohidrat di daun
(Darmawan & Baharsjah 1983).
Menurut Salisbury dan Cleon (1995) jumlah karbon yang ditambat melalui
proses fotosintesis tiap tahunnya diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun ton
dan diperkirakan sekitar duapertiga dari produktivitas ini terjadi di daratan, hanya
sepertiganya yang berlangsung di laut dan samudera. Dengan demikian,
keberadaan tumbuhan di wilayah perkotaan sangat diperlukan dalam menyerap
gas CO2 dan mengatasi efek rumah kaca.
2.2.1. Pengukuran Daya Rosot CO2
Pengukuran daya rosot tanaman terhadap karbondioksida (CO2) telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian secara mendalam tentang kemampuan
pohon menyerap karbon telah dilakukan oleh International Centre for Research in
Agroforestry (ICRAF), Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology
(BIOTROP), Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Kehutanan dan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Dephut 2005).
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam telah meneliti kemampuan
penyerapan CO2 berbeda-beda menurut lokasi, jenis pohon hutan dan umur
tegakan (Dephut 2005). Hutan dan taman kota dapat menyerap CO2 namun hutan
kota dianggap memiliki kelebihan dalam menyerap gas ini dibandingkan dengan
taman, karena hutan kota lebih luas daripada taman. Selain itu, biomassa hutan
6
jauh lebih banyak daripada taman karena terdiri dari beberapa strata ketinggian
dari yang paling rendah sampai yang tinggi, juga pepohonan hutan memiliki
diameter tajuk dan kerapatan daun yang jauh lebih besar daripada taman.
Tanaman hutan kota baik di dalam maupun di luar kota akan menyerap CO2
melalui proses fotosintesis yang kemudian menghasilkan gas oksigen (O2) yang
sangat diperlukan oleh manusia dan hewan (Dahlan 2004).
Jo & McPherson (1995) dalam Dahlan (2004) menyatakan hasil penelitian
pada hutan kota di Chicago dapat menyerap CO2 sebesar 0,32-0,49 kg/m2. Hasil
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam tentang kemampuan pohon dalam
menyerap CO2 menunjukan bahwa akasia (Acacia mangium) berumur enam tahun
yang terdapat di Pusat Penelitian Benakat, Sumatera Selatan mempunyai
kandungan CO2 sebesar 16,64 ton/ha/tahun, lebih besar dari kandungan CO2
tegakan akasia berumur 10 tahun yang terdapat di Jawa Barat yang hanya sebesar
9,06 ton/ha/tahun (Dephut 2005). Selain itu, menurut Widyastama (1991) dalam
Dahlan (1992) menyatakan tanaman baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil
oksigen adalah damar (Agathis alba), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea),
Lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan
beringin (Ficus benjamina), sedangkan menurut Sugiharti (1998) kaliandra
(Calliandra sp.), flamboyan (Delonix regia) dan kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2 dan
sekaligus tanaman tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.
Menurut Sedjo dalam Tampubolon et al. (2000), satu hektar hutan dapat
menjerap 6,24 ton karbon setiap tahun. Kapasitas rosot karbon suatu hutan sangat
dipengaruhi oleh daur (umur), tipe, fungsi hutan, jenis dan tingkat pertumbuhan
tanaman serta kualitas tapak. Hutan muda mempunyai tingkat penjerapan karbon
yang lebih tinggi dibanding dengan hutan tua yang hanya mampu mengikat
carbon stock saja. Jenis pohon yang cepat tumbuh (growing species) yang
ditanam pada tapak yang berkualitas akan menghasilkan riap tinggi sehingga
dapat mengikat karbon dalam jumlah tinggi dalam biomassanya.
Menurut Purwaningsih (2007), pengukuran daya rosot karbondioksida
dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran kandungan karbohidrat
pada tumbuhan. Hasil pengukuran tersebut dikonversikan sehingga diperoleh daya
7
rosot karbondioksida pada tumbuhan. Adapun hasil penelitian terhadap 25 jenis
tanaman hutan kota terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Daya Rosot Karbondioksida pada 25 Jenis Tanaman Hutan Kota
No. Jenis Tanaman Daya rosot Daya rosot Daya rosot Daya rosotbersih CO2 bersih CO2 bersih CO2 bersih CO2
tiap cm2 (× tiap daun (× tiap pohon per ha (× 103
10-4 g cm-2 10-2 g cm-2 (g/jam) g/jam)jam-1 jam-1
1. Flamboyan 2,51 3,03 1,430 0,5722. Johar 2,92 1,97 2,750 1,1003. Merbau pantai 1,13 2,60 0,356 1,4204. Asam 0,60 0,01 0,118 0,0475. Kempas 0,98 0,65 4,970 1,9906. Sapu tangan 0,33 0,14 0,107 0,0437. Bunga merak 2,80 2,45 0,743 0,2978. Cassia 18,90 2,08 1280,000 511,0009. Krey payung 0,008 0,45 11,800 4,70410. Matoa 0,12 5,97 7,180 2,87011. Rambutan 0,12 0,06 0,064 0,02612. Tanjung 1,21 0,37 0,102 0,04113. Sawo kecik 1,64 0,48 1,840 0,73414. Angsana 1,19 2,07 0,217 0,08715. Dadap 2,71 3,21 0,136 0,05616. Trembesi 1,94 0,57 66,300 26,50017. Saga 2,05 0,72 7,400 2,96018. Asam kranji 1,44 0,43 0,218 0,08719. Mahoni 1,32 7,94 2,500 1,00020. Khaya 0,55 2,86 0,605 0,24221. Pingku 0,22 0,30 99,300 39,70022. Beringin 1,58 0,26 622,000 2490,00023. Nangka 0,57 0,39 3,410 5,98024. Kenanga 7,26 152 22,600 9,03025. Sirsak 3,80 0,37 25,500 10,200
Sumber : Purwaningsih (2007)
Mayalanda (2007) melakukan penelitian terhadap 21 jenis tanaman hutan
kota untuk mengenai daya rosot CO2 dengan menggunakan metode yang sama.
Hasil penelitian seperti pada Tabel 2, yaitu:
Tabel 2 Daya Rosot Karbondioksida pada 21 Jenis Tanaman Hutan Kota
No. Jenis Tanaman Daya rosot Daya rosot Daya rosotbersih CO2 bersih CO2 bersih CO2
tiap cm2 (× tiap daun (× tiap pohon10-4 g cm-2 10-2 g cm-2 (g-1 phn-1 jam-1)jam-1 jam-1
1. H. mengarawan 0,009 0,002 0,2142. H. odorata 0,437 0,128 2,1003. C. guineensis 0,055 0,992 16,9484. A. heterophyllus 0,118 0,085 2,6195. P. alata 0,133 0,864 17,963
8
Tabel 2 (Lanjutan)
No. Jenis Tanaman Daya rosot Daya rosot Daya rosotbersih CO2 bersih CO2 bersih CO2
tiap cm2 (× tiap daun (× tiap pohon10-4 g cm-2 10-2 g cm-2 (g-1 phn-1 jam-1)jam-1 jam-1
6. D. retusa 0,145 0,331 12,0337. S. selanica 0,171 0,221 15,3608. P. affinis 0,186 0,959 6,5279. A. mangium 0,251 0,290 7,54310. S. indicum 0,351 0,167 8,18511. K. senegalensis 0,434 1,562 41,62412. S. macrophylla 0,439 6,983 181,54513. L. speciosa 0,531 2,977 79,47914. S. mahagoni 0,611 3,462 146,78215. T. verrucossum 0,688 5,089 278,97616. A. auriculiformis 0,917 0,293 24,15517. C. parthenoxylon 1,013 1,789 112,76618. S. wallichii 1,511 0,972 31,42119. T. grandis 1,965 15,986 67,14220. B. roxburghiana 3,308 4,366 219,69221. S. zeylanica 5,362 4,401 795,711
Sumber : Mayalanda (2007)
2.3. Clean Development Mechanism (CDM)
Pada bulan Desember 1997, diselenggarakan sesi ketiga dari Conference of
the Parties to Climate Convention United Nations Framework Convention in
Climate Change di Kyoto, Jepang menghasilkan suatu kesepakatan yang dikenal
dengan Protokol Kyoto. Isi kesepakatan tersebut antara lain negara-negara industri
harus mengurangi rata-rata emisi gas rumah kaca (green house gases) lebih dari
5,2 % selama 2008-2012 dan mengambil tindakan nyata dalam pengurangan 60
% emisi karbon sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan bumi (Huxham
and Sumner 2000) dalam Tampubolon et al. (2000). Oleh karena itu, adanya suatu
mekanisme perdagangan emisi (emissions trading) yang memperbolehkan negara-
negara industri untuk menjual emisinya jika targetnya mengurangi emisi karbon
tidak tercapai. Menurut Kuusipalo dalam Tampubolon et al. (2000), perdagangan
karbon tersebut sebesar US $ 10-30 setiap ton penjerapan karbon. Mekanisme ini
disebut Clean Development Mechanism (CDM), yaitu mekanisme pengurangan
emisi-emisi tersebut yang dibiayai oleh negara-negara industri.
9
2.4. Jalur Hijau Jalan
Salah bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa
struktur pada jalur hijau jalan yaitu daerah sisi jalan, median jalan, maupun pulau
lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk
keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan,
kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan
melindungi bentukan alam.
Menurut Arifin (2002) jalur hijau jalan merupakan ruang terbuka hijau
yang memanjang baik yang berada di sisi jalan maupun sebagai pemisah atau
median jalan. Vegetasi merupakan faktor penting dalam lingkungan sehingga
pemilihan vegetasi harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
karakteristik vegetasi yang ditanam, terutama untuk penanaman jalur hijau di
lingkungan perkotaan yang berada di lingkungan yang penuh dengan polusi dan
keadaan yang kurang mendukung.
10
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di jalur hijau sekitar Warung Jambu Jalan Raya
Pajajaran, Wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantar Jati, Bogor,
dengan melakukan pengambilan sampel daun dari sembilan jenis tanaman.
Analisis karbohidrat dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Penelitian
dilaksanakan selama dua bulan yaitu Juli - Agustus 2009.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tabung Reaksi
2. Kamera Digital
3. Plastik bening ukuran 3 kg dan Trash Bag hitam
4. Pipet kaca berskala
5. Global Position System (GPS) Garmin CS x 67
6. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 m (HITACHI 150-
20 Spectrophotometer 150-20 data processor
7. Kertas filter dengan kesarangan 0,05 mg/cm
8. Penangas + hidrolisis (Robertshaw km Electric water bath, KIYA
SEISAKUSHO TYPE 412)
9. Penggiling
10. Timbangan elektrik
11. Water bath (penangas air)
12. Oven (MRK 15 by JICA Circulation oven one touch type Hanyong
Dx2)
13. Kertas millimeter block dan alat menggambar
14. Alat tulis
15. Kotak preparat (slide box)
16. Hand Counter
11
17. Seperangkat komputer dengan Software Microsoft Word, Microsoft
Excel dan Mathematica 6.
Bahan yang digunakan dalam penelitian :
1. Sampel daun dari sembilan jenis tanaman yang tumbuh di jalur hijau
Jalan Raya Pajajaran. Daun yang diteliti terdiri dari tiga kelompok
umur, yaitu daun muda, dewasa dan tua. Daun muda biasanya berwarna
lebih terang, ukurannya lebih kecil dibandingkan daun dewasa. Daun
dewasa biasanya mulai berwarna lebih tua dan memiliki ukuran yang
masih dapat bertambah. Daun tua biasanya berwarna hijau tua dan
ukurannya sudah mencapai maksimum. Jenis pohon yang dipilih
merupakan tanaman asli Indonesia. Jenis-jenis tanaman hutan kota yang
diteliti disajikan dalam (Tabel 3).
Tabel 3 Daftar Jenis Pohon di sekitar Jalan Raya Pajajaran-Bogor
No Nama Lokal Nama Latin Famili Tinggi Diameter Lokasi(m) (cm)
1 Bintaro Cerbera manghas Apocynaceae 13 52 di timurjalan
2 Angsana Pterocarpus Fabaceae 9 56 di medianIndicus jalan
3 Bunga Bauhinia Fabaceae 8 46 di mediankupu-kupu purpurea jalan
4 Akasia Acacia Fabaceae 9 35 di medianMangium jalan
5 Mahoni daun Swietenia Meliaceae 14 60 di medianbesar macrophylla jalan
6 Mahoni daun Swietenia Meliaceae 8 30 di timurkecil mahagoni jalan
7 Karet kebo Ficus elastica Moraceae 9 40 di baratjalan
8 Beringin Ficus benjamina Moraceae 12 50 di timurjalan
9 Kersen Muntingia Muntingiaceae 10 46 di timurcalabura jalan
Rata-rata 10 46
12
2. Menurut Semogyi Nelson, pereaksi yang digunakan dalam analisis
karbohidrat antara lain:
a) Pereaksi Cu
Proses pembuatan pereaksi Cu :
Pertama-tama menimbang 12 g K Na Tartrat, 24 g Na2O3, 2 g CuSO4,
20 ml H2O (10% Cu), serta 16 g NaHCO3, kemudian larutkan 180 g
Na2SO4, dengan air panas dan didinginkan. Setelah itu, campur larutan
K Na Tartrat, Na2O3, CuSO4, H2O, NaHCO3, Na2SO4. Lalu simpan
campuran tersebut selama 2 hari di tempat gelap atau pada botol
gelap.
b) Pereaksi Nelson
Proses pembuatan Pereaksi Nelson :
Pertama-tama larutkan 25 g (NH4)6Mo7O24 (Amonium molibdat)
dalam 450 ml H2O dan ditambahkan dengan 21 ml H2SO4 pekat,
kemudian larutkan 3 g Na2HASO4.7H2O (Amonium hidrogen arsenat)
dalam 25 ml H2O. Setelah itu, campur larutan a dan b kemudian
dipanaskan pada suhu 37oC selama 1-2 hari dan simpan pada botol
gelap. Campuran ini disebut pereaksi Nelson.
c) Pereaksi Karbohidrat
Pereaksi Karbohidrat yang digunakan terdiri dari :
a. 0,7 N HCl
b. 1 N NaOH
c. 5% ZnSO4
d. 0,3 N Ba(OH)2
3. Phenol Merah
4. Aquades
3.3. Variabel yang Diamati
Beberapa variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
1. Luas daun pada pohon sampel
2. Jumlah daun pada individu pohon yang diamati
3. Daya rosot karbondioksida (CO2)
13
3.4. Disain Sampel
Rancangan pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
1. Sampel yang diambil terdiri dari sembilan jenis tanaman dengan metode
proportional allocation. Sampel yang diambil hanya sembilan jenis,
karena faktor keterbatasan waktu pengambilan sampel (pukul 05.00 WIB,
12.00 WIB, 17.00 WIB dan 20.00 WIB), serta dilakukan pada jenis-jenis
yang jaraknya berdekatan. Jenis-jenis tersebut antara lain: Acacia
mangium, Pterocarpus indicus, Ficus benjamina, Bauhinia purpurea,
Muntingia calabura, Ficus elastica, Swietenia macrophylla, Swietenia
mahagoni dan Cerbera manghas.
2. Pengelompokkan juga dilakukan pada daun yang akan diambil sebagai
sampel dalam analisis karbohidrat. Daun tersebut dikelompokkan ke dalam
tiga golongan berdasarkan umur daun, yaitu daun muda, dewasa dan tua.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data analisis karbohidrat yang lebih
akurat karena daun yang diambil mewakili semua kelas umur.
3. Sampel daun yang diambil yang digunakan untuk analisis karbohidrat
yaitu sebanyak 30 gram.
4. Penelitian ini tidak menggunakan ulangan untuk analisis karbohidrat
3.5. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini diawali dengan menentukan lokasi penelitian. Jenis pohon
yang dipilih terletak pada suatu lahan yang sama (kompak). Masing-masing jenis
ditanam pada jarak yang tidak terlalu jauh, sehingga unsur hara dan air yang
berpengaruh pada proses fotosintesis diasumsikan sama. Langkah-langkah dalam
pengumpulan data antara lain:
1. Penentuan Jenis Pohon
Penentuan jenis pohon berdasarkan pada pohon yang memiliki jarak yang
saling berdekatan. Dua diantara sembilan tanaman yang dipilih yaitu Acacia
mangium dan Swietenia macrophylla merupakan tanaman yang dominan di lokasi
penelitian.
14
2. Penentuan Individu Pohon
Penentuan individu pohon berdasarkan pada pohon yang memiliki jarak
yang saling berdekatan, berpenampilan sehat, tidak tertekan dan tidak terserang
hama penyakit, serta memiliki kelas umur yang relatif sama.
3. Penentuan Jumlah Daun Per Pohon
Penentuan daya rosot karbondioksida (CO2) per pohon memerlukan data
tentang jumlah daun per pohon. Langkah-langkah penentuan jumlah daun per
pohon adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah cabang yang ada dalam satu pohon.
2. Mengelompokkan cabang-cabang tersebut berdasarkan ukurannya.
3. Memilih salah satu cabang sampel dan hitung jumlah daunnya.
4. Mengalikan jumlah daun pada sampel dengan jumlah sampel cabang.
5. Menjumlahkan hasil kali tersebut sehingga didapat jumlah total daun per
pohon.
4. Pengukuran Luas Daun
Daun sampel diukur luas totalnya dengan menggunakan kertas milimeter
dan alat menggambar. Pengukuran dengan cara ini cukup efektif pada daun
dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Daun digambar pada kertas
milimeter dengan meletakkan daun diatas kertas, kemudian pola daun diikuti.
Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun yang
dikalikan dengan ukuran luas kotak milimeter (cm2/mm2). Luas kotak yang berisi
lebih dari setengah bagian dianggap sebagai satu kotak.
5. Pengukuran Daya Rosot CO2
Pengukuran daya rosot karbondioksida (CO2) dilakukan dengan metode
karbohidrat, dimana massa CO2 diketahui dari konversi massa karbohidrat hasil
fotosintesis. Massa karbohidrat hasil fotosintesis dianalisis dengan metode
Somogyi Nelson. Penentuan massa karbohidrat daun terdapat dua tahapan, yaitu
pengambilan daun sampel dan pengukuran massa karbohidrat.
1. Pengambilan Daun Sampel :
a. Memetik daun dari pohon sampel dan timbang sebanyak 30 gram dengan
komposisi daun muda, dewasa dan tua secara proporsional tiap jenisnya.
Daun yang diambil adalah daun yang sehat dan tidak berlubang.
15
Pengambilan sampel daun dilakukan dalam empat tahapan waktu, yaitu
pada pukul 05.00 WIB, 12.00 WIB, 17.00 WIB dan 20.00 WIB. Pada
pukul 05.00 WIB diasumsikan belum terjadi proses fotosintesis, sedangkan
pada pukul 12.00 WIB dan 17.00 WIB diasumsikan telah terjadi proses
fotosintesis selama sehari dan pada pukul 20.00 WIB diasumsikan tidak
terjadi lagi proses fotosintesis. Pengambilan daun yang dimulai pada pukul
05.00 WIB sebaiknya dihentikan pada saat matahari sudah terbit karena
pada waktu tersebut tanaman memulai proses fotosintesis.
b. Memasukkan sampel daun ke dalam plastik rendam dengan alkohol 70%
kemudian dikocok + 15 menit, lalu kering udarakan. Perendaman dalam
alkohol dilakukan untuk mencegah terjadinya fotosintesis dan respirasi
lanjutan setelah daun dipetik dari pohon.
2. Pengukuran massa karbohidrat:
a. Mengeringkan daun segar yang telah dipetik (30 gram) menggunakan oven
pada suhu 50oC selama 72 jam untuk mendapatkan berat kering mutlak.
b. Menghancurkan sampel daun yang telah dikeringkan dengan
menggunakan alat penggiling sampai halus.
c. Mengambil 0,2 gram sampel daun yang telah dihancurkan.
Luas daun total (200 mg) = massa sampel kering : luas daun total (30 g
sampel)
d. Menambahkan dengan 120 ml HCl 0,7 N.
e. Menghidrolisis selama 2,5 jam dalam penangas air.
f. Menyaring dalam labu ukur 100 ml.
g. Memasukkan phenol merah, kemudian netralkan dengan NaOH 1 N
(setelah titrasi terjadi perubahan warna larutan dari biru menjadi merah
muda).
h. Menambahkan 5 ml ZnSO4 5% dan 5 ml Ba(OH)2 0,3 N dengan tujuan
mengendapkan protein dari sampel.
i. Menambahkan larutan aquades sampai tanda tera 100 ml.
j. Menyaring kembali dan ambil larutan jernih.
k. Memipet 2 ml larutan yang sudah jernih dalam tabung kimia.
l. Membuat deret standar karbohidrat 5, 10, 15, 20, 25 ml.
16
m. Menambahkan pereaksi Cu sebanyak 2 ml pada deret standar dan larutan
sampel, lalu panaskan dalam penangas air selama 10 menit kemudian
dinginkan.
n. Menambahkan pereaksi Nelson 2 ml dan 20 ml H2O sampai tanda tera
masing-masing deret standar dan larutan sampel. Kocok dan biarkan
sampai 2 menit.
o. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 m
sehingga didapat nilai absorbsi karbohidrat (A)
p. Nilai presentasi karbohidrat yang didapat adalah % KH dalam keadaan
kering.
q. Menghitung massa karbohidrat dalam daun segar (basah)
3.6. Pengolahan Data
Data dianalisis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Persamaan 1. Luas daun per pohon dihitung dengan rumus :
Luas rata-rata daun per 30 gram bobot basah daun x ∑ daun per pohon
∑ daun per 30 gram bobot basah daun
Persamaan 2. Persentase karbohidrat kering (% KH kering) dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
A : nilai absorbsi karbohidrat
S : rata-rata standar karbohidrat
merupakan faktor pengenceran
Persamaan 3. Massa karbohidrat dalam daun segar atau daun basah
dihitung dengan rumus :
Massa C6H12O6 = % KH basah x bobot basah daun (30 gram)
16
m. Menambahkan pereaksi Cu sebanyak 2 ml pada deret standar dan larutan
sampel, lalu panaskan dalam penangas air selama 10 menit kemudian
dinginkan.
n. Menambahkan pereaksi Nelson 2 ml dan 20 ml H2O sampai tanda tera
masing-masing deret standar dan larutan sampel. Kocok dan biarkan
sampai 2 menit.
o. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 m
sehingga didapat nilai absorbsi karbohidrat (A)
p. Nilai presentasi karbohidrat yang didapat adalah % KH dalam keadaan
kering.
q. Menghitung massa karbohidrat dalam daun segar (basah)
3.6. Pengolahan Data
Data dianalisis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Persamaan 1. Luas daun per pohon dihitung dengan rumus :
Luas rata-rata daun per 30 gram bobot basah daun x ∑ daun per pohon
∑ daun per 30 gram bobot basah daun
Persamaan 2. Persentase karbohidrat kering (% KH kering) dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
A : nilai absorbsi karbohidrat
S : rata-rata standar karbohidrat
merupakan faktor pengenceran
Persamaan 3. Massa karbohidrat dalam daun segar atau daun basah
dihitung dengan rumus :
Massa C6H12O6 = % KH basah x bobot basah daun (30 gram)
16
m. Menambahkan pereaksi Cu sebanyak 2 ml pada deret standar dan larutan
sampel, lalu panaskan dalam penangas air selama 10 menit kemudian
dinginkan.
n. Menambahkan pereaksi Nelson 2 ml dan 20 ml H2O sampai tanda tera
masing-masing deret standar dan larutan sampel. Kocok dan biarkan
sampai 2 menit.
o. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 m
sehingga didapat nilai absorbsi karbohidrat (A)
p. Nilai presentasi karbohidrat yang didapat adalah % KH dalam keadaan
kering.
q. Menghitung massa karbohidrat dalam daun segar (basah)
3.6. Pengolahan Data
Data dianalisis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Persamaan 1. Luas daun per pohon dihitung dengan rumus :
Luas rata-rata daun per 30 gram bobot basah daun x ∑ daun per pohon
∑ daun per 30 gram bobot basah daun
Persamaan 2. Persentase karbohidrat kering (% KH kering) dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
A : nilai absorbsi karbohidrat
S : rata-rata standar karbohidrat
merupakan faktor pengenceran
Persamaan 3. Massa karbohidrat dalam daun segar atau daun basah
dihitung dengan rumus :
Massa C6H12O6 = % KH basah x bobot basah daun (30 gram)
17
Persamaan 4. Dimana % KH basah :
Persamaan 5. KA (kadar air tiap jenis daun dalam %) :
Persamaan 6. Massa CO2 dihitung dengan rumus :
Massa CO2 = Massa C6H12O6 x 1,47
Rumus tersebut didapat dari persamaan reaksi fotosintesis :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dari persamaan reaksi tersebut dapat dilihat 1 mol C6H12O6 setara
dengan 6 mol CO2, sehingga perhitungannya adalah :
a. Mol C6H12O6 = Massa C6H12O6 : Mr C6H12O6
b. Massa CO2 = 6 x Mol C6H12O6 x Mr CO2
= 6 x x Mr CO2
= 6 x x 44
= Massa C6H12O6 x 1,47
Keterangan :
Mr : massa molekul relatif
Ar : atom relatif
Ar C = 12, Ar H = 1, Ar O = 16
Persamaan 7. Penentuan daya rosot CO2 per luas sampel daun (D)
menggunakan rumus :
17
Persamaan 4. Dimana % KH basah :
Persamaan 5. KA (kadar air tiap jenis daun dalam %) :
Persamaan 6. Massa CO2 dihitung dengan rumus :
Massa CO2 = Massa C6H12O6 x 1,47
Rumus tersebut didapat dari persamaan reaksi fotosintesis :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dari persamaan reaksi tersebut dapat dilihat 1 mol C6H12O6 setara
dengan 6 mol CO2, sehingga perhitungannya adalah :
a. Mol C6H12O6 = Massa C6H12O6 : Mr C6H12O6
b. Massa CO2 = 6 x Mol C6H12O6 x Mr CO2
= 6 x x Mr CO2
= 6 x x 44
= Massa C6H12O6 x 1,47
Keterangan :
Mr : massa molekul relatif
Ar : atom relatif
Ar C = 12, Ar H = 1, Ar O = 16
Persamaan 7. Penentuan daya rosot CO2 per luas sampel daun (D)
menggunakan rumus :
17
Persamaan 4. Dimana % KH basah :
Persamaan 5. KA (kadar air tiap jenis daun dalam %) :
Persamaan 6. Massa CO2 dihitung dengan rumus :
Massa CO2 = Massa C6H12O6 x 1,47
Rumus tersebut didapat dari persamaan reaksi fotosintesis :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Dari persamaan reaksi tersebut dapat dilihat 1 mol C6H12O6 setara
dengan 6 mol CO2, sehingga perhitungannya adalah :
a. Mol C6H12O6 = Massa C6H12O6 : Mr C6H12O6
b. Massa CO2 = 6 x Mol C6H12O6 x Mr CO2
= 6 x x Mr CO2
= 6 x x 44
= Massa C6H12O6 x 1,47
Keterangan :
Mr : massa molekul relatif
Ar : atom relatif
Ar C = 12, Ar H = 1, Ar O = 16
Persamaan 7. Penentuan daya rosot CO2 per luas sampel daun (D)
menggunakan rumus :
18
Persamaan 8. Penentuan daya rosot CO2 bersih per luas daun per jam (Dt)
Keterangan :
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
D = daya rosot CO2 per luas sampel daun
∆t = selisih waktu pengambilan sampel yang dimulai pukul 06.00
WIB sampai pukul 18.00 WIB
Persamaan 9. Penentuan daya rosot CO2 per helai daun per jam (Dl)
Dl = Dt x luas per helai
Keterangan :
Dl = daya rosot bersih CO2 per helai daun per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
Persamaan 10. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per jam (Dn)
Dn = Dt x ∑d x luas per helai daun
Keterangan :
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
∑d = jumlah daun per pohon
Persamaan 11. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per tahun (Dy)
Dy = [{Dn x 5,36} + {Dn x (12,07-5,36) x 0,46}] x 365
Keterangan :
Dy = daya rosot bersih CO2 per pohon per tahun
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
12,07 = nilai rata-rata lama penyinaran maksimum per hari, satuan
dalam jam/hari (Sitompul & Guritno 1995)
5,36 = nilai rata-rata penyinaran aktual per hari di Bogor, satuan
dalam jam/hari (Abdullah 2000)
0,46 = perbandingan antara rata-rata laju fotosintesis pada hari
mendung dengan hari cerah (Sitompul & Guritno 1995)
18
Persamaan 8. Penentuan daya rosot CO2 bersih per luas daun per jam (Dt)
Keterangan :
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
D = daya rosot CO2 per luas sampel daun
∆t = selisih waktu pengambilan sampel yang dimulai pukul 06.00
WIB sampai pukul 18.00 WIB
Persamaan 9. Penentuan daya rosot CO2 per helai daun per jam (Dl)
Dl = Dt x luas per helai
Keterangan :
Dl = daya rosot bersih CO2 per helai daun per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
Persamaan 10. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per jam (Dn)
Dn = Dt x ∑d x luas per helai daun
Keterangan :
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
∑d = jumlah daun per pohon
Persamaan 11. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per tahun (Dy)
Dy = [{Dn x 5,36} + {Dn x (12,07-5,36) x 0,46}] x 365
Keterangan :
Dy = daya rosot bersih CO2 per pohon per tahun
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
12,07 = nilai rata-rata lama penyinaran maksimum per hari, satuan
dalam jam/hari (Sitompul & Guritno 1995)
5,36 = nilai rata-rata penyinaran aktual per hari di Bogor, satuan
dalam jam/hari (Abdullah 2000)
0,46 = perbandingan antara rata-rata laju fotosintesis pada hari
mendung dengan hari cerah (Sitompul & Guritno 1995)
18
Persamaan 8. Penentuan daya rosot CO2 bersih per luas daun per jam (Dt)
Keterangan :
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
D = daya rosot CO2 per luas sampel daun
∆t = selisih waktu pengambilan sampel yang dimulai pukul 06.00
WIB sampai pukul 18.00 WIB
Persamaan 9. Penentuan daya rosot CO2 per helai daun per jam (Dl)
Dl = Dt x luas per helai
Keterangan :
Dl = daya rosot bersih CO2 per helai daun per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
Persamaan 10. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per jam (Dn)
Dn = Dt x ∑d x luas per helai daun
Keterangan :
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
Dt = daya rosot bersih CO2 per luas daun per jam
∑d = jumlah daun per pohon
Persamaan 11. Penentuan daya rosot CO2 per pohon per tahun (Dy)
Dy = [{Dn x 5,36} + {Dn x (12,07-5,36) x 0,46}] x 365
Keterangan :
Dy = daya rosot bersih CO2 per pohon per tahun
Dn = daya rosot bersih CO2 per pohon per jam
12,07 = nilai rata-rata lama penyinaran maksimum per hari, satuan
dalam jam/hari (Sitompul & Guritno 1995)
5,36 = nilai rata-rata penyinaran aktual per hari di Bogor, satuan
dalam jam/hari (Abdullah 2000)
0,46 = perbandingan antara rata-rata laju fotosintesis pada hari
mendung dengan hari cerah (Sitompul & Guritno 1995)
19
3.6.1. Pembuatan Kurva Massa Karbohidrat Bersih
Massa karbohidrat bersih adalah massa yang menyatakan banyaknya
karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis yang ditentukan melalui
persamaan kuadratik dan kubik, sedangkan massa CO2 bersih merupakan
banyaknya massa CO2 yang digunakan tanaman untuk aktif melakukan
fotosintesis selama selang waktu yang ditentukan. Pukul 06.00 – 18.00 WIB
dijadikan titik acuan penghitungan karena pada waktu tersebut tanaman mulai
melakukan fotosintesis yang disebabkan cahaya matahari, sehingga dapat
diketahui massa CO2 pada tanaman saat terjadinya fotosintesis. Langkah-langkah
pembuatan kurva massa karbohidrat bersih adalah:
1. Masukkan nilai karbohidrat yang telah dianalisis kedalam program
Microsoft Excel 2007 berdasarkan waktu pengambilan sampel, contoh:
Nama jenis Waktu
05.00 12.00 17.00 20.00
Swietenia macrophylla 0,788 1,468 0,988 1,370 @
Keterangan :
@ = massa karbohidrat
2. Kemudian blok data massa karbohidrat diatas, hanya angkanya saja.
3. Setelah diblok lalu klik Insert. Pilih menu Charts dan kemudian klik
Scatter, maka muncul kurva berupa titik-titik.
4. Kemudian klik Chart layouts, lalu pilih layout yang memiliki fungsi (fx),
maka muncul kurva titik yang disertai garis.
5. Sorot garis pada kurva lalu klik. Setelah itu klik kanan pada mouse,
kemudian pilih format trendline, lalu klik Polynomial dengan Order : 2
atau 3, maka akan muncul persamaan fungsi (fx). Persamaan fungsi (fx)
dengan menggunakan order 2 (pangkat 2) dinamakan persamaan
kuadratik, sedangkan persamaan fungsi (fx) dengan menggunakan order 3
(pangkat 3) dinamakan persamaan kubik.
6. Massa karbohidrat bersih dapat dihitung dengan menggunakan software
Mathematica 6 yaitu dengan menghitung luas dibawah kurva melalui
pengintegralan (Lampiran 2).
20
7. Setelah mendapatkan nilai massa karbohidrat bersih, maka dapat dihitung
nilai massa CO2 bersih melalui Persamaan 6.
21
BAB IVKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi
4.1.1. Lokasi
Jalan Raya Pajajaran memiliki panjang 6,4 km yang membentang dari
utara ke selatan melalui dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Bogor Utara
dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan. Wilayah Kecamatan
Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Babakan.
Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega, Kelurahan
Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari.
Secara umum Kota Bogor merupakan perbukitan gelombang dengan
ketinggian yang bervariasi antara 0 s/d > 350 m di atas permukaan laut dengan
kemiringan lereng berkisar 0 – 2 % (datar), 2 – 15 % (landai), 15 – 25 % (agak
curam), 25 – 40 % (curam) dan > 40% (sangat curam). Jalan Raya Pajajaran
terletak di atas dataran yang relatif datar dan berombak. Berada pada ketinggian
350 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan berkisar antara kelompok 0 –
8%, 8 – 15%, dan 15 – 25% (Pemda Bogor).
4.1.2. Klimatologi
Jumlah curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000
sampai 4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 250 – 335 mm
dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm,
sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 345 mm.
Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26° C. Temperatur
tertinggi sekitar 30,4° C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 %
(Pemda Bogor).
4.1.3. Panjang Jalur Jalan
Jalan Raya Pajajaran memiliki panjang keseluruhan 6,4 Km dan damija 40
m dengan jenis jalan beraspal. Jalan Raya Pajajaran memiliki trotoar pada sisi kiri
dan kanan jalan dengan lebar kurang lebih 3 m dengan jenis conblock/rumput
(C/R). Jalan Raya Pajajaran termasuk ke dalam kategori jalan nasional dengan
fungsi sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan 2007).
22
Berdasarkan UU No. 13 tahun 1980 dan PP no. 25 tahun 1985 tentang
jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum,
jalan arteri memiliki karakteristik dimensi sebagai berikut: 1) jalan arteri
dirancang berdasarkan kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan
tidak kurang dari 20 m, 2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume
lalu lintas rata-rata, 3) lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat dan 4) persimpangan pada jalan arteri dan pengaturan tertentu dapat
memenuhi ketentuan yang termasuk di atas.
Jalan Raya Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan
sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui
berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan Pengairan
2007).
4.1.4. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di sepanjang Jalan Raya Pajajaran adalah pemukiman,
perkantoran pemerintahan/swasta, perdagangan/jasa, pendidikan, rumah ibadah,
rumah sakit dan terminal. Jalur pedestrian tepi jalan Pajajaran pada sisi kiri dan
kanan digunakan sebagai jalur sirkulasi utama pejalan kaki.
Jalan Raya Pajajaran dilengkapi oleh fasilitas pelengkap jalan dan
perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa jembatan penyeberangan,
saluran drainase, pagar pembatas dan halte bus, sedangkan perlengkapan jalan
terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang Jalan Raya Pajajaran.
4.1.5. Tata Hijau Jalan
Tata hijau Jalan Raya Pajajaran berupa jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau
median jalan. Jalur hijau median hanya terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu
dari arah Warung Jambu sampai depan MAB IPB serta dari Baranangsiang
sampai dengan Ekalokasari. Jenis pohon yang terdapat di sepanjang Jalan Raya
Pajajaran adalah akasia (Acacia auriculiformis), angsana (Pterocarpus indicus),
beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar
(Agathis dammara), glodongan (Polyalthia longifolia), jambu biji (Syzygium
guajava), kamboja (Plumeria rubra), ketapang (Terminalia catappa), mangga
(Mangifera indica), mahoni (Swietenia mahagoni), nangka (Artocarpus integra),
23
palm (Roystonea regia), pinus (Pinus merkusii), pete cina (Laucaena glauca),
saga (Adenanthera precatorius), sawit (Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops
elengi), bintaro (Cerbera manghas) dan kapuk (Ceiba pentandra).
4.1.6. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di sekitar Warung Jambu Jalan Raya
Pajajaran, Wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantar Jati, Bogor.
Koordinat dari masing-masing tanaman hutan kota adalah sebagai berikut: S.
mahagoni (S 06°57,767’ dan E 106°809’), S. macrophylla (S 06°57,747’ dan E
106°809’), P. indicus (S 06°57,727’ dan E 106°809’), F. benjamina (S 06°57,691’
dan E 106°809’), F. elastica (S 06°57,657’ dan E 106°809’), A. mangium (S
06°57,623’ dan E 106°809’), C. manghas (S 06°57,591’ dan E°106 809’), M.
calabura (S 06°57,562’ dan E 106°809’) dan B. purpurea (S 06°57,552’ dan
106°808’).
24
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
25
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Massa Karbohidrat dan Massa Karbondioksida
Pengukuran daya rosot karbondioksida terhadap sembilan jenis tanaman
dilakukan dengan uji karbohidrat. Karbohidrat merupakan produk utama dalam
proses fotosintesis oleh tumbuhan, hasil sintesis senyawa karbondioksida dan air
dengan bantuan cahaya matahari. Persentase karbohidrat yang dihasilkan selama
proses fotosintesis dapat digunakan untuk mengetahui massa CO2 yang diserap
oleh suatu jenis tanaman yang dapat diketahui melalui metode analisis karbohidrat
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Nilai massa karbohidrat yang
dihasilkan oleh suatu tanaman menunjukkan adanya penyerapan karbondioksida
pada tanaman tersebut. Semakin besar karbohidrat yang dihasilkan maka semakin
besar juga penyerapan karbondioksidanya.
Persentase karbohidrat berbanding lurus dengan massanya. Apabila
persentase karbohidrat tinggi, maka massa karbohidrat pun akan tinggi. Demikian
juga sebaliknya persentase karbohidrat yang rendah menunjukkan massa
karbohidrat yang rendah. Pada saat analisis, kandungan karbohidrat pada masing-
masing tanaman dapat ditaksir melalui warna larutan hasil ekstraksi. Semakin
pekat larutan, yaitu biru tua, menunjukkan semakin tinggi kandungan
karbohidratnya.
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan massa karbohidrat dari hasil
fotosintesis sembilan jenis tanaman berbeda untuk setiap jenis dan setiap waktu
pengambilan daun sampel (Tabel 4).
Tabel 4 Massa karbohidrat tanaman perkotaan
Massa karbohidrat Massa MassaNo Nama jenis karbohidrat CO2
05.00 12.00 17.00 20.00 bersih bersih(g) (g)
1 Swietenia macrophylla 0,788 1,468 0,988 1,370 4,644 6,827
2 Acacia mangium 0,882 1,451 1,461 1,291 4,421 6,499
3 Muntingia calabura 1,238 1,516 1,016 1,031 4,198 6,171
26
Tabel 4 (Lanjutan)
Massa karbohidrat Massa MassaNo Nama jenis karbohidrat CO2
05.00 12.00 17.00 20.00 bersih (g) bersih(g)
4 Swietenia 0,822 0,876 0,830 0,789 0,454 0,667
mahagoni
5 Pterocarpus indicus 1,088 1,241 1,398 1,239 1,685 2,477
6 Bauhinia purpurea 0,636 1,008 0,976 0,648 3,247 4,773
7 Ficus benjamina 1,048 1,276 1,192 0,699 1,512 2,223
8 Ficus elastica 0,718 0,998 0,884 1,115 0,572 0,841
9 Cerbera manghas 0,502 1,391 1,413 1,288 6,977 10,256
Rata-rata 0,858 1,247 1,129 1,052 3,079 4,526
Pada Tabel 4 massa karbohidrat didapat melalui analisis karbohidrat
dengan mencari nilai persentase KH kering (Lampiran 1), yang kemudian
diperoleh nilai persentase KH basah. Persentase KH basah digunakan untuk
mendapatkan nilai massa karbohidrat berdasarkan waktu. Massa karbohidrat
bersih menyatakan banyaknya karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis
yang ditentukan melalui persamaan kuadratik dan kubik, sedangkan massa CO2
bersih merupakan banyaknya massa CO2 yang digunakan tanaman untuk aktif
melakukan fotosintesis selama selang waktu yang ditentukan. Pukul 06.00 – 18.00
WIB dijadikan titik acuan penghitungan karena pada waktu tersebut tanaman
mulai melakukan fotosintesis yang disebabkan cahaya matahari, sehingga dapat
diketahui massa CO2 pada tanaman saat terjadinya fotosintesis.
Massa karbohidrat S. macrophylla mengalami peningkatan dan penurunan
pada pukul 05.00 WIB (0,788 g); 12.00 WIB (1,468 g); 17.00 WIB (0,988 g) dan
20.00 WIB (1,370 g). Untuk mendapatkan nilai massa karbohidrat bersih pada
pukul 06.00 WIB – 18.00 WIB dilakukan dengan pendekatan persamaan kubik y
= 0,0029x3 - 0,0806x2 + 0,6088x + 0,2569 (Gambar 2). Massa karbohidrat
meningkat dari pukul 05.00 – 12.00 WIB, lalu menurun pada pukul 17.00 WIB,
kemudian meningkat lagi pada pukul 20.00 WIB. Grafik ini menunjukkan
peningkatan dan penurunan karbohidrat tiap waktunya. Massa karbohidrat dan
27
massa CO2 bersih tanaman yang berfotosintesis dari pukul 06.00 – 18.00 WIB
masing-masing adalah 4,644 g dan 6,827 g.
Gambar 2 Kurva persamaan kubik S. macrophylla.
Pada jenis A. mangium terjadi juga peningkatan dan penurunan massa
karbohidrat dari pukul 05.00 - 20.00 WIB. Peningkatan terjadi pada pukul 05.00 –
17.00 WIB dan mengalami penurunan pada pukul 20.00 WIB, sehingga kurva
berbentuk parabola terbalik. Hal ini dapat dilihat melalui pendekatan persamaan
kuadratik y = -0,0068x2 + 0,1430x + 0,7450 (Gambar 3). Massa karbohidrat dan
massa CO2 bersih jenis ini masing-masing adalah 4,421 g dan 6,499 g.
Gambar 3 Kurva persamaan kuadratik A. mangium.
y = 0,0029x3 - 0,0806x2 + 0,6088x + 0,2569
00.20.40.60.8
11.21.41.61.8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 7,680 g
Swietenia macrophylla
y = -0.006x2 + 0.143x + 0.745R² = 0.999
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 17,196 g
Acacia mangium
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23242424
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 4,644 g
Massa karbohidrat bersih = 4,421 g
y = -0,0068 x2 + 0,1430x + 0,7450
28
Massa karbohidrat M. calabura pada selang waktu antara pukul 05.00 –
20.00 WIB mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada pendekatan
persamaan kubik y = 0,0017x3 - 0,0480x2 + 0,3509x + 0,9334 (Gambar 4). Secara
umum massa karbohidrat mengalami penurunan dari pukul 05.00 – 20.00 WIB,
meskipun pada pukul 12.00 WIB terjadi sedikit peningkatan. Massa karbohidrat
dan massa CO2 bersih pada jenis tanaman ini masing-masing adalah 4,198 g dan
6,171 g.
Gambar 4 Kurva persamaan kubik M. calabura.
Pada jenis S. mahagoni terjadi peningkatan dan penurunan massa
karbohidrat antara pukul 05.00 – 20.00 WIB. Hal ini dapat dilihat melalui
pendekatan persamaan kuadratik y = -0,0012x2 + 0,0177x + 0,8063 (Gambar 5),
terlihat kurva berbentuk parabola terbalik. Massa karbohidrat meningkat pada
pukul 12.00 WIB dan mulai mengalami penurunan pada pukul 17.00 - 20.00 WIB.
Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis ini masing-masing adalah 0,454 g
dan 0,667 g.
y = 0,0017x3 - 0,0480x2 + 0,3509x + 0,9334
00.20.40.60.8
11.21.41.61.8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 1,752 g
Muntingia calabura
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 4,198 g
29
Gambar 5 Kurva persamaan kuadratik S. mahagoni.
Massa karbohidrat jenis P. indicus mengalami peningkatan antara pukul
05.00 – 17.00 WIB, namun terjadi penurunan pada pukul 20.00 WIB. Hal ini
disebabkan antara pukul 05.00 – 17.00 WIB tanaman mengalami fotosintesis
sehingga massa karbohidrat meningkat, sedangkan pada pukul 20.00 WIB
tanaman tidak lagi mengalami proses fotosintesis. Hal ini dapat dilihat melalui
persamaan kubik y = -0,0008x3 + 0,0174x2 - 0,0798x + 1,1512 (Gambar 6).
Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis tanaman ini masing-masing sebesar
1,685 g dan 2,477 g.
Gambar 6 Kurva persamaan kubik P. indicus.
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 1 2 3 4
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
Massa karbohidrat bersih = 0,528 g
y = -0,0008x3 + 0,0174x2 - 0,0798x + 1,1512
00.20.40.60.8
11.21.41.6
0 1 2 3 4
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
Massa karbohidrat bersih = 21,732 g
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 0,454 g
Massa karbohidrat bersih = 1,685 g
29
Gambar 5 Kurva persamaan kuadratik S. mahagoni.
Massa karbohidrat jenis P. indicus mengalami peningkatan antara pukul
05.00 – 17.00 WIB, namun terjadi penurunan pada pukul 20.00 WIB. Hal ini
disebabkan antara pukul 05.00 – 17.00 WIB tanaman mengalami fotosintesis
sehingga massa karbohidrat meningkat, sedangkan pada pukul 20.00 WIB
tanaman tidak lagi mengalami proses fotosintesis. Hal ini dapat dilihat melalui
persamaan kubik y = -0,0008x3 + 0,0174x2 - 0,0798x + 1,1512 (Gambar 6).
Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis tanaman ini masing-masing sebesar
1,685 g dan 2,477 g.
Gambar 6 Kurva persamaan kubik P. indicus.
y = -0,0012x2 + 0,0177x + 0,8063
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 0,528 g
Swietenia mahagoni
y = -0,0008x3 + 0,0174x2 - 0,0798x + 1,1512
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 21,732 g
Pterocarpus indicus
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 0,454 g
Massa karbohidrat bersih = 1,685 g
29
Gambar 5 Kurva persamaan kuadratik S. mahagoni.
Massa karbohidrat jenis P. indicus mengalami peningkatan antara pukul
05.00 – 17.00 WIB, namun terjadi penurunan pada pukul 20.00 WIB. Hal ini
disebabkan antara pukul 05.00 – 17.00 WIB tanaman mengalami fotosintesis
sehingga massa karbohidrat meningkat, sedangkan pada pukul 20.00 WIB
tanaman tidak lagi mengalami proses fotosintesis. Hal ini dapat dilihat melalui
persamaan kubik y = -0,0008x3 + 0,0174x2 - 0,0798x + 1,1512 (Gambar 6).
Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis tanaman ini masing-masing sebesar
1,685 g dan 2,477 g.
Gambar 6 Kurva persamaan kubik P. indicus.
17
17
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 0,454 g
Massa karbohidrat bersih = 1,685 g
30
Pada jenis B. purpurea massa karbohidrat mengalami peningkatan antara
pukul 05.00 – 12.00 WIB, dan mulai mengalami penurunan pada pukul 17.00 –
20.00 WIB. Hal ini dapat dilihat melalui pendekatan y = -0,0005x3 + 0,0066x2 +
0,0319x + 0,5980 (Gambar 7). Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis
tanaman ini masing-masing sebesar 3,247 g dan 4,773 g.
Gambar 7 Kurva persamaan kubik B. purpurea.
Massa karbohidrat F. benjamina mengalami peningkatan antara pukul
05.00 – 12.00 WIB, namun mulai mengalami penurunan dari pukul 17.00 - 20.00
WIB. Hal ini dapat dilihat melalui pendekatan y = -0,0010x3 + 0,0169x2 - 0,0498x
+ 1,0819 (Gambar 8), terlihat kurva berbentuk parabola terbalik. Massa
karbohidrat dan massa CO2 bersih jenis tanaman ini masing-masing sebesar 1,512
g dan 2,223 g.
y = -0,0005x3 + 0,0066x2 + 0,0319x + 0,5980
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 7,992 g
Bauhinia purpurea
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 3,247 g
31
Gambar 8 Kurva persamaan kubik F. benjamina.
Pada jenis F. elastica secara umum terjadi peningkatan massa karbohidrat
antara pukul 05.00 – 20.00 WIB. Hal ini dapat dilihat melalui pendekatan
persamaan kubik y = 0,0012x3 - 0,0312x2 + 0,2347x + 0,5134 (Gambar 9).
Peningkatan terjadi pada pukul 05.00 WIB (0,718 g) – 12.00 WIB (0,998 g)
sebesar 0,280 g, meskipun sempat mengalami penurunan pada pukul 17.00 WIB
(0,884 g) sebesar 0,114 g, namun kembali mengalami peningkatan pada pukul
20.00 WIB (1,115 g) sebesar 0,231 g. Massa karbohidrat dan massa CO2 bersih
jenis tanaman ini masing-masing sebesar 0,572 g dan 0,841 g.
Gambar 9 Kurva persamaan kubik F. elastica.
y = -0,0010x3 + 0,0169x2 - 0,0498x + 1,0819
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 0,684 g
Ficus benjamina
y = 0,0012x3 - 0,0312x2 + 0,2347x + 0,5134
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 1,332 g
Ficus elastica
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 1,512 g
Massa karbohidrat bersih = 0,572 g
32
Pada jenis C. manghas terjadi peningkatan dan penurunan massa
karbohidrat antara pukul 05.00 – 20.00 WIB. Peningkatan ini terjadi antara pukul
05.00 – 17.00 WIB dan mulai mengalami penurunan pada pukul 20.00 WIB,
karena pada pukul 20.00 WIB tidak terjadi lagi proses fotosintesis. Hal ini dapat
dilihat dari persamaan kuadratik y = -0,0090x2+0,2049x+0,3107 (Gambar 10),
terlihat kurva berbentuk parabola terbalik. Massa karbohidrat dan massa CO2
bersih jenis tanaman ini masing-masing sebesar 6,977 g dan 10,256 g.
Gambar 10 Kurva persamaan kuadratik C. manghas.
Berdasarkan nilai rata-rata massa karbohidrat pada masing-masing waktu
yaitu pukul 05.00 WIB; 12.00 WIB; 17.00 WIB dan 20.00 WIB, dapat diketahui
massa karbohidrat tertinggi terjadi pada pukul 12.00 WIB yaitu sebesar 1,247 g.
Hal ini disebabkan pada waktu tersebut intensitas cahaya matahari sangat banyak
sehingga menyebabkan laju fotosintesis mencapai titik maksimum dan
karbondioksida yang diikat (fiksasi) semakin tinggi. Hal itu sesuai dengan
pernyataan Lakitan (1993) bahwa fiksasi karbondioksida maksimum terjadi pada
tengah hari, yakni pada saat intensitas cahaya mencapai puncaknya.
Massa karbohidrat tertinggi pengambilan sampel daun pada pukul 05.00
WIB adalah M. calabura sebesar 1,238 g dan terendah adalah C. manghas sebesar
0,502 g. Pada pukul 12.00 WIB massa karbohidrat tertinggi adalah M. calabura
sebesar 1,516 g dan terendah adalah S. mahagoni sebesar 0,876 g. Massa
karbohidrat tertinggi pada pukul 17.00 WIB adalah A. mangium sebesar 1,461 g
y = -0,0090x2+0,2049x+0,3107
00.20.40.60.8
11.21.41.6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
mas
sa k
arbo
hidr
at (g
ram
)
waktu (jam)
Massa karbohidrat bersih = 7,104 g
Cerbera manghas
05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 242424
Massa karbohidrat bersih = 6,977 g
33
dan terendah adalah S. mahagoni sebesar 0,830 g, sedangkan massa karbohidrat
tertinggi pada pukul 20.00 WIB adalah S. macrophylla sebesar 1,370 g dan
terendah adalah Bauhinia purpurea sebesar 0,648 g.
Hasil data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa C. manghas merupakan
tanaman yang paling banyak menyerap karbohidrat selama 12 jam (06.00 – 18.00
WIB) yaitu sebesar 6,977 g, sehingga jenis tersebut yang paling banyak
menggunakan CO2 untuk proses fotosintesis yaitu sebesar 10,256 g. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lailati (2008) bahwa massa CO2 yang didapat memiliki nilai
berbanding lurus dengan massa karbohidrat, karena dalam proses fotosintesis
jumlah C dalam CO2 berbanding lurus dengan jumlah C terikat dalam gula selama
fotosintesis sehingga massa CO2 merupakan 1,47 kali dari massa karbohidrat,
sedangkan jenis pohon yang paling sedikit menyerap karbohidrat adalah S.
mahagoni yaitu sebesar 0,454 g, sehingga jenis ini yang paling sedikit menyerap
CO2 yaitu sebesar 0,667 g.
5.2. Daya Rosot CO2 per Luas Daun
Daya rosot CO2 tanaman merupakan kemampuan tanaman dalam
menyerap sejumlah massa CO2, sedangkan daya rosot CO2 per luas daun
merupakan kemampuan tanaman menyerap sejumlah massa CO2 per luas daun.
Nilai massa CO2 tidak selalu berbanding lurus dengan daya rosot CO2. Besar
kecilnya nilai yang didapat sangat tergantung dari luasan 30 g daun sampel yang
diuji, sehingga semakin besar luasan sampel daun, maka semakin kecil daya rosot
CO2 yang diterima per cm2 daun dan begitu juga sebaliknya, semakin kecil luasan
sampel daun, maka semakin besar daya rosot CO2 per cm2. Hal ini disebabkan
karena luasan merupakan faktor pembagi. Data mengenai daya rosot CO2 tanaman
per luas daun yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 5.
34
Tabel 5 Daya rosot CO2 per luas daun
Massa Luas Daya rosot Daya rosotNo Nama jenis CO2 daun CO2/luas daun CO2/luas
bersih (cm2) (10-4 g/cm2) daun/jam(g) (10-4 g/cm2/jam)
1 Swietenia macrophylla 6,827 2233,5 30,566 2,547
2 Acacia mangium 6,499 1578,9 41,162 3,430
3 Muntingia calabura 6,171 2790,57 22,114 1,843
4 Swietenia mahagoni 0,667 1113,84 5,988 0,499
5 Pterocarpus indicus 2,477 3276,09 7,561 0,630
6 Bauhinia purpurea 4,773 1934,38 24,675 2,056
7 Ficus benjamina 2,223 2355,05 9,439 0,787
8 Ficus elastica 0,841 478 17,594 1,466
9 Cerbera manghas 10,256 1018,5 100,697 8,391
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa C. manghas memiliki
kemampuan tertinggi dalam menyerap CO2 sebesar 100,697 x 10-4 g/cm2 dan
dalam 1 jam dapat menyerap CO2 sebesar 8,391 x 10-4 g/cm2/jam. Hal ini
disebabkan C. manghas memiliki nilai perbandingan massa CO2 bersih dengan
luas daun yang paling besar diantara jenis-jenis lain, sedangkan S. mahagoni
memiliki daya rosot CO2 terendah sebesar 5,988 x 10-4 g/cm2 dan dalam 1 jam
dapat menyerap CO2 sebesar 0,499 x 10-4 g/cm2/jam. Nilai ini lebih rendah dari
penelitian Mayalanda (2007) terhadap S. mahagoni yang mempunyai nilai daya
rosot CO2 sebesar 0,611 x 10-4 g/cm2, hal ini diduga karena perbedaan lokasi dan
tempat tumbuh.
Purwaningsih (2007) meneliti 25 jenis tanaman hutan kota di Kebun Raya
Bogor, dengan nilai daya rosot CO2 tertinggi yaitu pada jenis C. grandis (18,900 x
10-4 g/cm2/jam), sedangkan yang terendah F. decipiens (0,008 x 10-4 g/cm2/jam).
Pada penelitian Sinambela (2006) di lokasi yang sama, daya rosot CO2 yang
tertinggi yaitu pada jenis manggis hutan (6,670 x 10-4 g/cm2/jam), sedangkan yang
terendah jenis trengguli (1,100 x 10-4 g/cm2/jam). Mayalanda (2007) di Hutan
Penelitian Dramaga, Bogor, daya rosot CO2 yang tertinggi yaitu pada jenis T.
grandis (1,965 x 10-4 g/cm2/jam), sedangkan yang terendah jenis H. mengarawan
(0,009 x 10-4 g/cm2/jam). Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian ketiga
peneliti sebelumnya, nilai daya rosot CO2 per cm2 daun pada sembilan jenis
35
tanaman perkotaan di jalur hijau Jalan Raya Pajajaran, Bogor tergolong tinggi.
Hal ini diduga karena pengaruh konsentrasi gas CO2 emisi kendaraan bermotor di
sekitar Jalan Raya Pajajaran lebih tinggi dibandingkan dengan di sekitar Kebun
Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga.
Besarnya massa CO2 per daun sampel belum tentu memiliki daya rosot
CO2 daun yang besar juga, seperti pada B. purpurea yang memiliki massa CO2
4,773 g lebih rendah bila dibandingkan dengan M. calabura (6,171 g) tetapi
karena luas daunnya yang rendah (1934,38 cm2), maka daya rosotnya mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar 24,675 x 10-4 g/cm2/jam dibandingkan M.
calabura (22,114 x 10-4 g/cm2/jam) dengan luas daun sebesar 2790,57 cm2.
5.3. Daya Rosot CO2 Per Helai Daun
Daya rosot CO2 per helai daun tidak selalu berbanding lurus dengan daya
rosot CO2 per cm2, karena yang lebih menentukan adalah luas tiap helai daun.
Ukuran tiap helai daun berbeda-beda pada masing-masing tanaman. Ukuran luas
helai daun dari yang tertinggi adalah F. elastica, C. manghas, P. indicus, S.
mahagoni, B. purpurea, S. macrophylla, A. mangium, F. benjamina dan M.
calabura (Tabel 6). Semakin besar ukuran luas daun maka semakin besar pula
kapasitas penyerapan karbondioksidanya.
Tabel 6 Daya rosot CO2 per helai daun per jam
No Nama jenis Luas/helai daun Daya rosot CO2/helai daun/jam(10-4 g/helai/jam)
1 Swietenia macrophylla 22,33 56,874
2 Acacia mangium 16,62 57,010
3 Muntingia calabura 5,57 10,265
4 Swietenia mahagoni 26,52 13,233
5 Pterocarpus indicus 36,81 23,190
6 Bauhinia purpurea 23,59 48,501
7 Ficus benjamina 12,73 10,018
8 Ficus elastica 239 350,374
9 Cerbera manghas 67,9 569,749
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis C. manghas memiliki daya
rosot CO2 per helai daun per jam yang tertinggi yaitu 569,749 x 10-4 g/helai/jam,
36
sedangkan jenis yang memiliki nilai daya rosot CO2 per helai daun per jam
terendah adalah jenis F. benjamina yaitu sebesar 10,018 x 10-4 g/helai/jam.
Besarnya luas per helai daun belum tentu memiliki daya rosot CO2 per helai daun
per jam yang besar juga, seperti pada A. mangium yang memiliki luas per helai
daun sebesar 16,62 cm2 lebih rendah bila dibandingkan dengan S. macrophylla
(22,33 cm2), karena memiliki daya rosot CO2 per luas daun per jam lebih tinggi
yaitu sebesar 3,430 x 10-4 g/cm2/jam maka daya rosot per helai daun mengalami
peningkatan sebesar 57,010 x 10-4 g/helai/jam dibandingkan S. macrophylla
(56,874 x 10-4 g/helai/jam) dengan daya rosot CO2 per luas daun per jam sebesar
2,547 x 10-4 g/cm2/jam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis secara tidak langsung
juga berpengaruh pada daya rosot CO2, salah satunya yaitu tahap pertumbuhan
yang merupakan saat berkembangnya daun. Kemampuan daun dalam
berfotosintesis meningkat pada awal perkembangan daun, kemudian mulai
menurun. Laju fotosintesis per satuan luas daun mencapai puncaknya pada saat
menjelang tercapainya luas daun maksimal. Hal ini berarti daya rosot CO2 pada
tanaman yang masih muda akan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang sudah
dewasa, terutama yang sudah tidak berkembang lagi.
5.4. Daya Rosot CO2 Per Pohon
Luas per helai daun tanaman, jumlah helai daun per pohon dan daya rosot
CO2 per luas daun per jam diperlukan untuk mengetahui daya rosot CO2 per
pohon. Data mengenai daya rosot CO2 per jenis pohon yang diteliti dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Daya rosot CO2 per pohon
Luas/ Jumlah Daya rosot Daya rosotNo Nama jenis helai daun/ CO2/pohon/jam CO2/pohon/tahun
Daun pohon (g/pohon/jam) (ton/pohon/tahun)
1 Swietenia macrophylla 22,33 143091 813,823 2,509
2 Acacia mangium 16,62 51503 293,601 0,905
3 Muntingia calabura 5,57 40240 41,308 0,127
4 Swietenia mahagoni 26,52 201540 266,708 0,822
5 Pterocarpus indicus 36,81 117315 272,057 0,839
6 Bauhinia purpurea 23,59 98100 475,795 1,467
37
Tabel 7 (Lanjutan)
Luas/ Jumlah Daya rosot Daya rosotNo Nama jenis helai daun/ CO2/pohon/jam CO2/pohon/tahun
daun pohon (g/pohon/jam) (ton/pohon/tahun)
7 Ficus benjamina 12,73 121416 121,641 0,375
8 Ficus elastica 239 35418 1240,955 3,826
9 Cerbera manghas 67,9 67520 3846,945 11,860
Rata-rata 819,204 2,506
Kemampuan daya rosot CO2 per pohon sangat tergantung dari jumlah total
daun pada setiap jenis tanaman, semakin banyak jumlah daun maka kemampuan
serapan karbondioksida juga semakin besar. Jumlah daun kesembilan jenis
tanaman berbeda-beda tingkat pertumbuhannya. Urutan jumlah daun terbanyak
dari sembilan jenis tanaman tersebut adalah S. mahagoni, S. macrophylla, F.
benjamina, P. indicus, B. purpurea, C. manghas, A. mangium, M. calabura dan
F. elastica.
Nilai daya rosot CO2 per pohon dapat ditentukan setelah nilai daya rosot
CO2 per helai daun dan jumlah daun per pohon diketahui. Hal ini berarti apabila
suatu jenis tanaman mempunyai daya rosot CO2 per helai daun yang tinggi
dengan jumlah daun per pohon yang relatif besar, maka daya rosot CO2 per
pohonnya juga akan tinggi. Demikian juga sebaliknya, jika daya rosot CO2 per
helai daunnya rendah dengan jumlah daun per pohon kecil, maka daya rosot CO2
per pohon juga akan rendah.
Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa C. manghas
memiliki daya rosot CO2 per pohon per jam paling tinggi yaitu 3846,945
g/pohon/jam dengan jumlah daun per pohon sebanyak 67520 helai dan memiliki
luas per helai daun sebesar 67,9 cm2, sedangkan jenis yang memiliki daya rosot
CO2 per pohon per jam paling rendah adalah M. calabura yaitu sebesar 41,308
g/pohon/jam. Hal ini disebabkan karena jenis ini memiliki daya rosot CO2 per
helai daun per jam terendah kedua (10,265 x 10-4 g/helai/jam).
Selain itu, dapat dilihat bahwa jenis C. manghas memiliki daya rosot CO2
per pohon per tahun tertinggi yaitu sebesar 11,860 ton/pohon/tahun, karena daya
rosot CO2 per tahun sebanding dengan daya rosot CO2 per pohon per jam,
sedangkan jenis yang memiliki daya rosot CO2 per pohon per tahun terendah
38
adalah M. calabura yaitu sebesar 0,127 ton/pohon/tahun. Berdasarkan nilai rata-
rata daya rosot CO2 per pohon per tahun sebesar 2,506 ton/pohon/tahun, dapat
diketahui jenis-jenis tanaman yang memiliki nilai rosot CO2 diatas rata-rata yaitu
jenis C. manghas, F. elastica dan S. macrophylla. Daya rosot CO2 per pohon per
tahun didapatkan dari daya rosot CO2 per pohon pada hari cerah ditambah daya
rosot CO2 per pohon pada hari mendung selama setahun. Salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya daya rosot CO2 pada hari cerah dan pada hari mendung
adalah nilai perbandingan antara laju fotosintesis rata-rata per hari pada hari saat
mendung dengan hari cerah, yaitu sebesar 0,46 (Sitompul & Guritno 1995).
5.5. Daya Rosot CO2 Tanaman Perkotaan Berdasarkan Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat di dalam daun setelah
dikering udarakan. Tujuan pengukuran persen kadar air adalah untuk melihat
pengaruh kadar air terhadap daya serap CO2. Kadar air dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 5. Nilai kadar air pada sembilan jenis tanaman hutan
kota yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kadar air tiap jenis daun dalam (%)
No Nama jenis 05.00 12.00 17.00 20.00 Rata-rata(%KA) (%KA) (%KA) (%KA) (%KA)
1 Swietenia macrophylla 56,00 47,00 53,67 53,33 52,50
2 Acacia mangium 64,00 50,33 56,67 57,33 57,08
3 Muntingia calabura 56,33 52,67 57,67 58,33 56,25
4 Swietenia mahagoni 68,33 62,33 67,33 68,00 66,50
5 Pterocarpus indicus 59,33 57,33 58,00 58,33 58,25
6 Bauhinia purpurea 69,00 62,67 63,33 67,33 65,58
7 Ficus benjamina 50,33 46,33 49,33 69,67 53,91
8 Ficus elastica 67,67 64,33 65,00 64,67 65,42
9 Cerbera manghas 79,00 71,67 72,33 73,67 74,17
Berdasarkan tabel di atas, menurut nilai rata-rata kadar air tiap waktunya
terlihat bahwa daun C. manghas memiliki kadar air tertinggi yaitu sebesar
74,17%, sedangkan jenis daun yang memiliki nilai rata-rata kadar air terendah
yaitu S. macrophylla sebesar 52,50 %. Kadar air berkaitan dengan stomata daun.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) yang menyatakan bahwa
kadar air yang tinggi menyebabkan stomata terbuka sehingga penyerapan CO2
39
meningkat. Pada penelitian ini C. manghas memiliki daya rosot CO2 per luas
daun tertinggi yaitu sebesar 100,697 x 10-4 g/cm2 (Tabel 5), sehingga data ini
mendukung pernyataan bahwa kadar air yang tinggi akan menyebabkan stomata
terbuka sehingga penyerapan terhadap CO2 meningkat. Tanaman C. manghas
yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Tegakan dan Daun C. Manghas.
5.6. Pemilihan Jenis Pohon Untuk Hutan Kota
Keberadaan hutan kota sangat penting karena bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Sesuai tujuannya pembangunan hutan kota lebih
ditekankan pada fungsinya, yaitu untuk pengawetan dan perlindungan, nilai
estetika, penyehatan lingkungan, produksi, identitas wilayah, pendidikan,
penunjang rekreasi dan pariwisata, hobi dan pengisi waktu luang serta
mengurangi stres (Dahlan 2004).
Adanya isu pemanasan global menyebabkan keberadaan hutan semakin
dibutuhkan, termasuk hutan kota. Hutan kota mempunyai peranan aktif sebagai
rosot karbon (carbon sink) yang paling efektif sehingga dapat mengurangi
peningkatan emisi karbon di atmosfer. Hutan dapat menstabilkan kadar karbon
di atmosfer selama beberapa dekade sesuai dengan daurnya dan bila dikonversi
menjadi produk kehutanan seperti furniture, karbon tersebut (carbon stock)
dapat terikat dalam jangka waktu relatif lama (Tampubolon et al. 2000).
Menurut Sedjo dalam Tampubolon et al. (2000), satu hektar hutan dapat
40
menjerap 6,24 ton karbon setiap tahun. Kapasitas rosot karbon suatu hutan
sangat dipengaruhi oleh daur (umur), tipe, fungsi hutan, jenis dan tingkat
pertumbuhan tanaman serta kualitas tapak. Hutan muda mempunyai tingkat
penjerapan karbon yang lebih tinggi dibanding dengan hutan tua yang hanya
mampu mengikat carbon stock saja. Jenis pohon yang cepat tumbuh (growing
species) yang ditanam pada tapak yang berkualitas akan menghasilkan riap
tinggi sehingga dapat mengikat karbon dalam jumlah tinggi dalam
biomassanya. Indonesia sebagai negara berkembang dapat mencegah
pemanasan global melalui perdagangan karbon, salah satunya dengan
memanfaatkan jasa lingkungan hutan.
Pembangunan hutan kota dapat dimasukkan ke dalam perdagangan
karbon melalui mekanisme pembangunan bersih atau Clean Development
Mechanism (CDM). Perdagangan karbon adalah menjual kemampuan pohon
untuk menyerap sejumlah karbon yang dikandung di atmosfer agar disimpan di
dalam biomassa pohon untuk waktu yang ditentukan (20 tahun dengan 2 kali
perpanjangan atau satu periode selama 30 tahun saja). Menurut Kuusipalo
dalam Tampubolon et al. (2000), perdagangan karbon tersebut sebesar US $ 10-
30 setiap ton penjerapan karbon.
Hasil penelitian ini menunjukan jenis yang memiliki daya rosot CO2 per
lembar daun yang tinggi dan memiliki daun yang banyak akan memiliki daya
rosot CO2 per pohon yang tinggi. Jenis C. manghas merupakan jenis tanaman
yang memiliki daya rosot CO2 terbesar yaitu 11,860 ton CO2/pohon/tahun,
sehingga satu pohon C. manghas akan menghasilkan devisa sebesar US $ 118,6
– US $ 355,8 per tahunnya, sedangkan jenis F. elastica yang merupakan jenis
dengan daya rosot CO2 terbesar kedua yaitu sebesar 3,826 ton CO2/pohon/tahun
akan menghasilkan devisa sebesar US $ 38,26 – US $ 114,78 per tahunnya.
Dengan pemilihan jenis yang tepat yang mampu menyerap CO2 yang besar akan
membuka kesempatan lebih besar dalam kegiatan perdagangan karbon yang
dapat dilakukan dan menguntungkan Indonesia, di lain pihak membantu negara
maju dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan bagi dunia dapat mencegah
atau menghambat adanya pemanasan global.
41
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari sembilan jenis pohon perkotaan yang diteliti daya rosot CO2 per
cm2 luas daun per jam (dalam g CO2/cm2/jam) adalah sebagai berikut:
C. manghas 8,391 x 10-4; A. mangium 3,430 x 10-4; S. macrophylla
2,547 x 10-4; B. purpurea 2,056 x 10-4; M. calabura 1,843 x 10-4; F.
elastica 1,466 x 10-4; F. benjamina 0,787 x 10-4; P. indicus 0,630 x 10-4;
S. mahagoni 0,499 x 10-4.
2. Dari sembilan jenis pohon perkotaan yang diteliti daya rosot CO2 per
pohon per tahun (dalam ton CO2/pohon/tahun) adalah sebagai berikut:
C. manghas 11,860; F. elastica 3,826; S. macrophylla 2,509; B.
purpurea 1,467; A. mangium 0,905; P. indicus 0,838; S. mahagoni
0,822; F. benjamina 0,375; M. calabura 0,127.
3. Jenis pohon perkotaan yang memiliki daya rosot yang tinggi
berdasarkan nilai rata-rata daya rosot CO2 per pohon berturut-turut
adalah C. manghas, F. elastica dan S. macrophylla.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Perlu dilakukan penelitian pada jenis pohon lain yang dapat menambah
data tentang daya rosot CO2 suatu jenis pohon perkotaan di jalur hijau
perkotaan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis yang telah
diketahui memiliki daya rosot CO2 tinggi terhadap faktor-faktor lain
berdasarkan umur dan lokasi, sehingga dapat memberikan alternatif
jenis pohon yang baik untuk ditanam di jalur hijau perkotaan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah SEA. 2000. Perubahan Iklim Bogor, Studi Kasus 5 Kecamatan diBogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam. Institut Pertanian Bogor.
Ardiansyah. 2009. Daya Rosot Karbondioksida Oleh Beberapa Jenis TanamanHutan Kota di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor:FakultasKehutanan. Institut Pertanian Bogor
Arifin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Pengelolaan Lanskap. Departemen ArsitekturLanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. TidakDipublikasikan.
Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan dan Peningkatan KualitasLingkungan Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. 92hal.
Dahlan, E. N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa HutanKota. IPB Press. Bogor.
Darmawan J, Baharsjah J. 1983. Dasar-dasar Ilmu Fisiologi Tanaman.Semarang: Suryandaru Utama.
Direktorat Jendral Bina Marga. 2007. Tata Cara Perencanaan Teknik LanskapJalan. Direktorat Jendral Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum.Jakarta. 52 Hal.
Dephut. 2005. Kemampuan Pohon Menyerap Karbon Bervariasi MenurutTempat Tumbuh, Jenis Tanaman dan Umur Tegakan.http://www.dephut. go.id. [16 September 2009].
Dwijoseputro D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.200hlm.
June T. 2006. Kenaikan CO2 dan Perubahan Iklim: Implikasinya TerhadapPertumbuhan Tanaman. http://www.members.tripod.com/~buletin/tania.[16 September 2009].
Lailati, M. 2008. Kemampuan Rosot Karbondioksida 15 Jenis Tanaman HutanKota di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.Institut Pertanian Bogor.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Mayalanda Y. 2007. Kajian Daya Rosot Karbondioksida pada BeberapaTanaman Hutan Kota di Hutan Penelitian Dramaga [Skripsi]. Bogor:Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
43
Meyer, BS, DB. Anderson. 1952. Plant Physiology. Columbus, Ohio, Raleigh,N. C.
Purwaningsih, S. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida pada TanamanHutan Kota di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor: DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor.
Salisbury FB, Ross CW.1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1, Sel: Air, Larutan,dan Permukaan. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah; Bandung:Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant physiology.
Sinambela TSP. 2006. Kemampuan Serapan Karbondioksida 5 (lima) JenisTanaman Hutan Kota [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. InstitutPertanian Bogor.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Tampubolon, A. P., I. B. P. Parthama, T. Kwatrina, dan A. Sukmana. 2000.Peluang Peningkatan Penerimaan Daerah di Sumatera Bagian Utara dariJasa Hutan sebagai Penjerap Karbon. Dalam Seminar PerananKehutanan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Sumatera BagianUtara. BPK Pematang Siantar. Medan.
Trismidianto, Toni Samiaji, Eddy Hermawan, Martono, dan Mugni Hadi.Model Proyeksi Emisi CO2 Indonesia (Studi Kasus Pemakaian Energi).Sudah dipublikasikan di SMART (Seminar on Application and Researchin Industrial Technology) 2008. Jurusan Teknik Mesin dan Industri FTUGM Yogyakarta, 27 Agustus 2008. http://www.dirgantara-lapan.or.id.[9 Februari 2010].
44
LAMPIRAN
45
Lampiran 1 Hasil data pengujian laboratorium (Analisis Karbohidrat)
No Karbohidrat (%) No Karbohidrat (%) No Karbohidrat No Karbohidrat (%)
1 5,970 10 9,233 19 7,106 28 9,786
2 8,170 11 9,741 20 11,239 29 10,088
3 9,451 12 10,680 21 8,000 30 8,247
4 8,651 13 7,752 22 8,474 31 8,222
5 8,919 14 9,692 23 11,097 32 9,912
6 6,840 15 9,004 24 8,878 33 6,608
7 7,034 16 7,928 25 7,844 34 7,692
8 7,405 17 9,330 26 8,424 35 10,517
9 7,976 18 16,363 27 17,024 36 15,940
46
Lampiran 2. Perhitungan luas area di bawah kurva
1. Acacia mangium
Integrate[-0.0068 x2+0.1430 x+0.7450,{x,2,14}]16.4664
f[x_]:=-0.0068 x2+0.1430 x+0.7450f[2]1.0038
12x1.003812.0456
16.4664-12.04564.4208
2. Bauhinia purpurea
Integrate[-0.0005 x3+0.0066 x2+0.0319 x+0.5980,{x,2,14}]11.4576
f[x_]:=-0.0005 x3+0.0066 x2+0.0319 x+0.5980f[2]0.6842
12x0.68428.2104
11.4576-8.2104
3.2472
3. Cerbera manghas
Integrate[-0,0090x2+0,2049x+0,3107,{x,2,14}]15.1908
f[x_]:=[-0,0090x2+0,2049x+0,3107f[2]0.6845
12x0.68458.214
15.1908-8.2146.9768
4. Ficus benjamina
Integrate[-0.0010 x3+0.0169 x2-0.0498 x+1.0819,{x,2,14}]14.0148
f[x_]:= -0.0010 x3+0.0169 x2-0.0498 x+1.0819f[2]1.0419
12x1.0419
47
12.5028
14.0148-12.50281.512
5. Ficus elastica
f[x_]:=0.0012 x3-0.0312 x2+0.2347 x+0.5134f[14]0.9768
-(-0.0312)/(2x0.0012)13.
0.9768x10.9768
Integrate[0.0012 x3-0.0312 x2+0.2347 x+0.5134,{x,13,14}]0.94955
0.9768-0.949550.02725
Integrate[0.0012 x3-0.0312 x2+0.2347 x+0.5134,{x,2,13}]10.808
f[x_]:=0.0012 x3-0.0312 x2+0.2347 x+0.5134f[13]0.9281
11x0.928110.2091
10.808-10.20910.5989
0.5989- 0.027250.57165
6. Muntingia calabura
Integrate[0.0017 x3-0.0480 x2+0.3509 x+0.9334,{x,2,14}]17.4312
f[x_]:=0.0017 x3-0.0480 x2+0.3509 x+0.9334f[14]1.1028
12x1.102813.2336
17.4312-13.23364.1976
48
7. Pterocarpus indicus
Integrate[-0.0008 x3+0.0174 x2-0.0798 x+1.1512,{x,2,14}]14.3424
f[x_]:=-0.0008 x3+0.0174 x2-0.0798 x+1.1512f[2]1.0548
12x1.054812.6576
14.3424-12.65761.6848
8. Swietenia mahagoni
Integrate[-0.0012 x2+0.0177 x+0.8063,{x,2,14}]10.2804
f[x_]:=-0.0012 x2+0.0177 x+0.8063f[14]0.8189
12x0.81899.8268
10.2804-9.82680.4536
9. Swietenia macrophylla
f[x_]:=0.0029 x3-0.0806 x2+0.6088 x+0.2569f[14]0.9401
-(-0.0806)/(2x0.0029)13.8966
14-13.89660.1034
0.9401x0.10340.0972063
Integrate[0.0029 x3-0.0806 x2+0.6088 x+0.2569,{x,13.8966,14}]0.0969157
0.0972063-0.09691570.0002906
f[x_]:=0.0029 x3-0.0806 x2+0.6088 x+0.2569f[13.8966]0.934623
13.8966-211.8966
49
0.934623x11.896611.1188
Integrate[0.0029 x3-0.0806 x2+0.6088 x+0.2569,{x,2,13.8966}]15.7635
15.7635-11.11884.6447
4.6447-0.00029064.64441
top related