disusun olehrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37237... · 2018. 1. 10. · teori...
Post on 15-Nov-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DALAM
PEMBINAAN KEDISIPLINAN HAFALAN AL-QUR'AN DI PONDOK
YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA
NEROKTOG TANGERANG KOTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
Taufiq Hidayatullah
NIM: 1113051000196
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439M / 2017 H
POLA KOMUNIKASI ANTARA PENGASUH DAN ANAK ASUH DALAM
PEMBINAAN KEDISIPLINAN HAFALAN AL-QUR'AN DI PONDOK
YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA
NEROKTOG TANGERANG KOTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
oleh :
Taufiq Hidayatullah
NIM: 1113051000196
Di Bawah Bimbingan,
Pembimbing
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439M / 2017H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil
karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 September 2017
Taufiq Hidayatullah
i
ABSTRAK
Nama : Taufiq Hidayatullah
NIM : 1113051000196
Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan
Kedisiplinan Hafalan Al–Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera sebuah
lembaga non profit yang bergerak pada lingkup sosial keagamaan yang bertujuan
untuk meningkatkan intensitas dakwah. Keterkaitan bagaimana pola komunikasi
yang pengasuh lakukan terhadap anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan
Al-Qur‘an. dalam hal tersebut, pola komunikasi pengasuh kepada anak asuh
merupakan faktor penting yang mendukung pembinaan kedisiplinan anak asuh
dalam menghafal Al-Qur‘an.
Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh pengasuh dan
anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an, maka penulis
memaparkan dengan pertanyaan, bagaimana pola komunikasi yang digunakan
pengasuh terhadap anak asuh? Apa saja faktor penghambat dan pendukung pola
komunikasi antara pengasuh dan anak asuh?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi
Josep A. Devito dalam buku ―komunikasi antarmanusia‖ yang mengatakan bahwa
ada lima jenis pola komunikasi yaitu pola lingkaran adalah pola yang tidak
memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama, pola rantai adalah pola yang
hubungan komunikasi garis langsung baik ke atas maupun ke bawah tanpa
terjadinya suatu penyimpangan, pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh
informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral, pola bintang adalah
semua anggotanya berkomunikasi dengan semua anggota, sedangkan pola y relatif
kurang tersentralisasi di banding dengan struktur roda.
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fakta yang ada, dengan
menggunakan pengamatan langsung yang dilanjutkan dengan wawancara kepada
narasumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai pelengkap dalam
penyusunan penelitian ini. Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.
Maka hasil yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah bahwa
dalam proses pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an para pengasuh
menggunakan pola roda dan bintang. Kemudian bentuk komunikasi yang
digunakan pengasuh adalah komunikasi intrapribadi, antar pribadi dan kelompok.
Metode hafalan serta pendukung dan penghambat dalam metode Bin-Nazhar,
Tahfidzh, Talaqqi, Takrir dan Tasmi‟. Terbukti adanya komunikasi yang terjadi
secara dua arah dan efek yang mengarahkan anak asuh untuk menghafal Al-
Qur‘an dengan rajin dan disiplin.
Kata kunci: pola komunikasi, shering, faktor, komuikasi, dokumentasi
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirobbil „Alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti, serta shalawat
beriringkan salam dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ― Pola Komunikasi
Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan
Al-Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
Neroktog Tangerang Kota .‖
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah melalui lika-liku, serta
pasang-surut yang membuat penulisan skripsi ini tertunda. Namun penulis
mendapatkan banyak bantuan baik berupa materil maupun moril, ide, tenaga, serta
dorongan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas
selesainya tulisan ini, terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Roudhonah, M.A., selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum,
Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan II bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
serta Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Burhanuddin, Lc, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam
penyusun skripsi ini.
iii
4. Nasichah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI E angkatan
2013 yang telah memberi masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan beragam ilmu dan pengalaman kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Untuk Orang tua terhebat Ayahanda Mustofa dan Ibunda Wasti yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Serta adikku Halimah Nurhayati yang sudah mengingatkan
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Eko Riyanto selaku General Manajer Pondok Yatim dan Dhu‘afa yang
telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat
dilaksanakan. Bapak Abdul Mutholib selaku Pengasuh sekaligus Kepala
Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Nertoktog Tangerang Kota dan staff
yang lainnya yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
8. Penggerak di belakang layar terutama Santika Oktaviani Fajrin, kemudian
Musfiah, Aida Nuraida, Ihat Solihat, dan Wiwi, yang telah memberikan
semangat, masukan, serta doa. Terimakasih telah meluangkan waktunya dan
telah menjadi tempat penulis berkeluh-kesah selama pasang surut penyusunan
skripsi ini.
9. Pejuang skripsi sepembimbingan: Lyanti Maeda dan Anis Nurfitriani tempat
sharing sesama pembimbing, yang selalu berbagi pengalaman dalam
penelitian masing-masing.
iv
10. Teman-teman seperjuangan KPI 2013, terutama KPI E 2013: Qia, Ruli, Rizki
Jamaludin, Winda, Farah Diba, Jauharudin, M abdul Aziz, April, Inggi,
Khoirunnisa, Wildian, Nurul Hidayat, Nita Marli, Aditya Agung dan semua
teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih telah
mewarnai masa- masa perkuliahan penulis.
11. Alumni dan Adik-Adik MA Annida Al-Islamy yang hingga kini terus
memberikan dorongan serta semangat untuk tercapainya gelar sarjana.
12. Kelompok KKN DANDELION 2016 keluarga baru penulis yang telah
memberi warna pada akhir masa perkuliahan
Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada seluruh
pihak yang telah membantu mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat
terselesaikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang
membaca.
Jakarta, 14 September 2017
Taufiq Hidyatullah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah .................................................................. 4
1. Batasan Masalah ................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1. Manfaat Akademis ............................................................................... 6
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 6
E. Kerangka Konsep ........................................................................................ 7
F. Metodologi Penelitian ................................................................................. 8
1. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 9
3. Tahapan Penelitian ............................................................................... 9
4. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 12
G. Sistematika Penelitian ............................................................................... 15
BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 17
A. Pola Komunikasi ....................................................................................... 17
1. Pengertian Pola ................................................................................... 17
2. Pengertian Komunikasi ...................................................................... 18
vi
3. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................... 22
4. Bentuk-bentuk Komunikasi................................................................ 26
5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi .............................................................. 30
B. Pembinaan Kedisiplinan ............................................................................ 34
1. Pengertian Pembinaan ........................................................................ 34
2. Kedisiplinan ....................................................................................... 35
C. Metode Menghafal Al-Qur‘an ................................................................... 37
D. Menghafal Al-Qur‘an ................................................................................ 39
1. Pengertian Menghafal ........................................................................ 39
2. Pengertian Al-Qur‘an ......................................................................... 40
3. Keistimewaan Al-Qur‘an ................................................................... 41
4. Fungsi Al-Quran ................................................................................. 43
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM DAN DHU’AFA
YAYASAN AMAL SHOLEH SEJAHTERA (PYD-YASS) ............................ 48
A. Sejarah Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
(PYD-YASS) ..................................................................................................... 48
B. Struktur Dan Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu‘afa .......................... 52
1. Struktur Pondok Yatim dan Dhu‘afa .................................................. 52
2. Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu‘afa ......................................... 52
C. Lokasi Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa ............................................. 53
D. Program dan Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu‘afa ................................... 54
1. Program Pondok Yatim dan Dhu‘afa ................................................. 54
2. Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu‘afa ................................................. 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................... 59
A. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan
Kedisiplinan Mengahafal Al-Qur‘an ................................................................. 59
1. Pola Roda ........................................................................................... 61
2. Pola Bintang ....................................................................................... 64
vii
B. Metode Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur‘an di Pondok
Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang ..... 66
1. Pola komunikasi dalam metode Bin-Nazhar ...................................... 67
2. Pola komunikasi dalam metode Tahfidz............................................. 68
3. Pola komunikasi dalam metode Talaqqi ............................................ 69
4. Pola komunikasi dalam metode Takrir .............................................. 70
5. Pola komunikasi dalam metode Tasmi‟ ............................................. 71
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Kedisiplinan
Hafalan Al-Qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. ................................................................ 72
1. Metode Bin-Nazhar ............................................................................ 72
2. Metode Tahfidz ................................................................................... 73
3. Metode Talaqqi .................................................................................. 74
4. Metode Takrir .................................................................................... 74
5. Metode Tasmi‟.................................................................................... 75
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 77
A. Kesimpulan ................................................................................................ 77
1) Metode Bin-Nazhar ............................................................................ 78
2) Metode Tahfidz ................................................................................... 78
3) Metode Talaqqi .................................................................................. 78
4) Metode Takrir .................................................................................... 78
5) Metode Tasmi‟.................................................................................... 78
B. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................... 82
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lokasi Asrama ..................................................................................... 53
Tabel 3.2 Fasilitas Asrama ................................................................................... 57
Tabel 4.1 Pola Komunikasi .................................................................................. 61
Tabel 4.2 Metode Hafalan .................................................................................... 66
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 7
Gambar 2.1 Pola Lingkaran .................................................................................. 31
Gambar 2.2 Pola Roda .......................................................................................... 32
Gambar 2.3 Pola Rantai ........................................................................................ 32
Gambar 2.4 Pola Bintang ...................................................................................... 33
Gambar 2.5 Pola Y ................................................................................................ 34
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PYD ................................................................... 52
Gambar 4.1 Pola Roda pada PYD YASS ............................................................. 63
Gambar 4.2 Pola Bintang pada PYD YASS ......................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan setiap umat manusia dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari, bahkan hampir tidak mungkin seseorang tidak
berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa berkomunikasi manusia tidak akan bisa
menjalankan fugsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi
(khalifah).
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, makin luas
pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggung jawab sosial
seseorang. Makin banyak ia terlibat dalam proses komunikasi, maka akan
berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah lakunya, karena komunikasi pada
dasarnya adalah proses penyampaian dan penerima pesan yang mengandug arti
atau makna antara komunikator dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan
kesamaan makna dan kebersamaan.1
Yayasan merupakan sebuah organisasi atau badan hukum yang memiliki
tujuan dan maksud yang dimana tujuan tersebut bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusia. Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam perkembangan sebuah
yayasan, karena didalamnya melibatkan banyak orang dan bebagai pihak, salah
satunya adalah pengasuh. Maka dari itu, peran komunikasi sangat dibutuhkan
dalam perkembangan sebuah yayasan.
1 Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1, 2013), h.2.
2
Apa lagi sekarang, perkembangan yayasan di Indonesia semakin pesat, baik
di kota-kota besar maupun di daerah lainnya. Karena yayasan di naungi hukum
dari pemerintah berupa undang-undang. Masyarakat semakin yakin dan merasa
terjamin untuk mendirikan sebuah yayasan. Maka penulis meneliti salah satu
yayasan yang menaungi anak-anak yatim dan dhu'afa. karena Allah swt sudah
memerintahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 220 :
اٱ ف وس لخشة ٱو نذ ٱهى ن ش نت قم إصلح نهى خ
كى و ٱوإ تخانطىهى فئخى فسذ ٱعهى لل ن صهخ ٱي ونى ن
ٱشاء لل ٱلنتكى إ ٢٢٢نزز دكى لل
Artinya :“tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang
anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik,
dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu;
dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang
mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat
mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah[2]: 220)
Al-Qur'an menjelaskan tentang bagaimana kita, umat islam memerlakukan
dengan baik anak yatim dengan sebaik-baiknya. Masuk surga adalah kesuksesan
paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman.
Penulis memilih Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera karena yayasan tersebut merupakan lembaga non profit yang bergerak
pada lingkup sosial keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan itensitas
dakwah ke masyarakat pada umumnya dan secara khusus dapat membantu
anggota masyarakat baik yang kurang mampu ataupun yang terkena musibah.
Pondok Yatim dan Dhu‘afa merupakan model pondok yatim yang anak asuhnya
bersekolah di luar dan sepulang sekolah melaksanakan kegiatan di asrama, salah
3
satu kegiatannya adalah hafalan AlQur‘an. Pondok Yatim dan Dhu‘afa sudah
memiliki beberapa asrama yaitu, di daerah Jakarta Barat, Jakarta Selatan,
Tangerang Selatan Dan Tangerang Kota. Dari masing-masing asrama memiliki
kepala asrama yang ditugaskan sebagai pengasuh dan pembina di asrama.
Alasan penulis meneliti pola komunikasi di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
karena penulis melihat pada asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa cabang Neroktog,
Tangerang Kota, hanya terdapat seorang pengasuh dan seorang asisten pengasuh
dan memiliki sepuluh anak asuh di asrama. Ketika salah satu anak asuh sedang
menyetorkan hafalannya kepada pengasuh, anak asuh yang lainnya hanya
menunggu saja. Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
memiliki beberapa program-program, salah satu program yang ada adalah tahfidz
Al-Qur‘an atau menghafal Al-Qur‘an. Hal tersebut membuat penulis tertarik
meneliti pola komunikasi apa yang pengasuh gunakan dalam membina anak asuh
yang berusia 8 sampai dengan 12 tahun dalam menghafal Al-Qur‘an.2
Komunikasi akan berhasil dan berjalan dengan baik, apabila pesan yang
disampaikan oleh pengasuh kepada anak asuh dapat diterima dan dapat dipahami
dengan baik. Dengan demikian pengasuh dapat mempengaruhi anak asuh. Hal ini
yang membuat pola komunikasi sebagai penunjang dan penentu dari keberhasilan
sebuah komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Hafal dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan ―telah masuk diingatan, dan
dapat mengucapkan di luar kepala‖, sedangkan hafalan dalam Kamus Bahasa
Indoesia ialah ―sesuatu yang dihafalkan‖. 3
2 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada kamis, 20 Juli 2017
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, Pusat Bahasa,
2008), h.513
4
Pondok Yatim dan Dhu‘afa, membuat kegiatan menghafal Al-Qur‘an,
dengan tujuan agar anak asuh yang mereka bina menjadi anak yang berprilaku
sesuai dengan Al-Qur‘an dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. dengan
harapan bisa menyebarkan Al-Qur‘an kepada masyarakat luas, ketika mereka
dewasa nanti. Kegiatan menghafal ini sudah jelas diperintahkan dalam Al-Qur‘an
surat Al-Qamar(54) ayat 22, yaitu :
شا ونقذ ٱس كش نقشءا ذ كش فهم ي ي ٢٢نهز
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Qs. Al-Qamar[54]: 22)
Selaras dengan latar belakang di atas dan mengingatkan pentingnya
bagaimana sebuah lembaga pendidikan serta pembinaan anak yatim dan dhu‘afa
yang profesional dan amanah sehingga diperlukan suatu cara untuk memberikan
atmosfir yang dapat menciptakan generasi mandiri yang quraniyah dan memiliki
akhlakul karimah. Maka dari itu, penulis memutuskan untuk meneliti lebih
mendalam tentang pola komunikasi pengasuh dan anak asuh, dengan mengambil
judul yaitu: Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam
Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur'an Di Pondok Yatim Dan Dhu’afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas. Maka penulis membatasi
permasalahan ini hanya pada jenis-jenis pola komunikasi antara pengasuh
dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur'an di Pondok
5
Yatim dan Dhu'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang
Kota.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas yang telah dikemukakan, maka dengan ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan anak asuh dalam
pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota ?
Berdasarkan masalah diatas maka yang menjadi pertanyaan turunan adalah
sebagai berikut :
1. Pola Komunikasi apa saja yang digunakan dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?
2. Metode apa saja yang digunakan pengasuh dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam metode hafalan
pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan
Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pola komunikasi apa saja yang digunakan pengasuh
dalam pembinaan kedisiplinan hafalan al-qur'an anak asuh di Pondok
6
Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog
Tangerang Kota.
2. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur‘an diterapkan dalam
pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
3. Untuk mengetahui Faktor pendukung dan penghambat dalam metode
hafalan pembinaan kedisiplinan hafalan Al-qur'an di Pondok Yatim dan
Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan
jenis pola komunikasi, bentuk komunikasi dan metode hafalan Al-Qur‘an.
pola komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah
referensi atau perbandingan bagi studi Ilmu Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
akademisi dan masyarakat luas mengenai pola komunikasi pengasuh dalam
pembinaan kedisiplinan kegiatan anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
7
E. Kerangka Konsep
Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan
masalah ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Konsep
Dalam pola komunikasi yang pengasuh terapkan dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa terdapat
beberapa unsur antara lain : bentuk-bentuk komunikasi, jenis pola
komunikasi dan metode hafalan Al-Qur‘an. Bentuk komunikasi yang
pengasuh terapkan adalah komunikasi intrapribadi, antarpribadi dan
keompok.4 Kemudian jenis pola komunikasi yang digunakan pengasuh
4 Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra
Aditya Bakti, 2003),
Pola Komunikasi
Bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Intrapribadi
2. Komunikasi Antarpriadi
3. Komunikasi Kelompok
Jenis Pola Komunikasi
1. Pola Roda
2. Pola Bintang
Metode Hafalan
Al-Qur'an
1. Bin-nazhar
2. Tahfizdh
3. Talaqqi
4. Takrir
5. Tasmi'
Pengasuh
dan
Anak Asuh
8
dalam pembinaan hafalan Al-Qur‘an adalaha pola roda dan bintang.5
Dilengkapi dengan metode menghafal Al-Qur‘an yang terdiri dari : Bin-
nazhar, Tahfizdh, Talaqqi, Takrir dan Tasmi.6
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Paradigma Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis degan informasi
dari orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.7
Dengan menggunakan metodologi kualitatif deskriptif penulis berusaha
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu secara faktual dan cermat. Ciri lain dalam metodologi
kualitatif deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah
(naturalistic setting). Penulis bertindak sebagai pengamat. Penulis hanya
membantu kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam
buku observasinya. Dengan suasana alamiah yang dimaksudkan bahwa
penulis terjun kelapangan.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 12 0rang, antara lain : seorang pengasuh,
asisten pengasuh dan sepuluh anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. Penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan sudut pandang orang-orang
5 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, 6 Sa‘dulloh, 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:Gema Insani, 2008),
7 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h.15. 8 Jalaludin Rachmat, Metode Peneltian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h.22 dan 25.
9
yang menjadi sumber data primer penelitian ini, melalui interaksi dengan
subjek penelitian terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga
tindakan dan cara pandang subjek tidak berubah.
Informan yang penulis gunakan yaitu, orang-orang yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian penulis. Adapun yang menjadi informan
adalah kepada seorang pengasuh, asisten pengasuh dan sepuluh anak asuh di
Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera. Sedangkan
yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasi terhadap pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera. Dalam wawancara mendalam peran informan tetap
menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti. Penentuan
informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan subjek penelitian
yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS), yang beralamat Jl. Hasyim Ashari
No. 25 neroktog-Pinang, tangerang tlp 0857-7281-3581. Adapun waktu
penelitian berlangsung, sejak 16 Juli s/d 16 Agustus 2017.
4. Tahapan Penelitian
Prosedur penelitian sebagai berikut: teknik pengumpulan data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis pakai adalah tekhnik
pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),Hal.108.
10
pengumpulan data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.
Pelaksanaan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan :
1) Observasi, merupakan metode pertama yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan
yang penulis gunakan adalah bersifat langsung dengan
mengamati objek yang di teliti,10
yakni bagaimana pola
komunikasi pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan kegiatan
anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
2) Wawancara, merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan
manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan
realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.11
Adapun yang
menjadi informan adalah pengasuh dan anak asuh, yang menjadi
sampel untuk memperoleh informasi mengenai pola komunikasi
pengasuh dalam menerapkan kedisiplinan kegiatan anak asuh di
Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
Neroktog Tangerang Kota. Wawancara akan dilakukan degan
menggunakan pedoman wawancara agar setiap pertanyaan
terarah. Adapun pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan
yaitu terkait dengan pola komunikasi yang dilakukan antara
10 Jalaludin Rachmat, Metode Peneltian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h.25. 11
Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara,
2007), h.132.
11
pengasuh dan anak asuh, termasuk didalamnya tentang bentuk
dan media komunikasi dan hambatan yang dialami.
3) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui kumpulan
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Dokumentasi
ini dapat dialakukan untuk mencari data mengenai permasalahan
yang diteliti dan berbagai macam dokumen seperti arsip, brosur,
dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Pengolahan Data
Dalam menyederhanakan data yang dikumpulkan tidak dalam
grafik melainkan menggunakan tabel dan bagan mengenai pola
komunikasi antara pengasuh dan anak asuh, bentuk-bentuk
komunikasi yang pengasuh terapkan terhadap anak asuh, serta metode
yang pengasuh gunaka dalam pembinaan menghafal Al-Qur‘an.
Terdapat empat tabel dan sembilan bagan dalam penelitian ini. Dan
penulisan skripsi berdasarkan Pedoman Ceqda.
c. Teknis Analisis Data
Temuan ditafsirkan dan dianalisa berdasarkan kerangka konsep
(lihat pada halaman tujuh) penelitian menggunakan metode deskriftif
analisis yaitu penelitian menganalisis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan dari lapangan dan buku–buku dengan cara
menggambarkan dan menjelaskan ke dalam bentuk kalimat yang
disertai kutipan-kutipan data.12
Alasan penulis memilih teknik analisis
data secara kualitatif adalah demi memudahkan proses. Data-data
12
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), h.6.
12
yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan
lisan bukan data nominal yang menunjukkan angka.
Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Tahap pertama adalah reduksi data, penulis mencoba memilih
data yang relevan dan mengoganisasikan data sedemikian rupa
sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat di verifikasi.
Dalam penelitian ini penulis membuat transkip, membuat kata
kunci untuk setiap pertanyaan, dengan pola komunikasi antara
pengasuh dan anak asuh.
2) Tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai pola
komunikasi antara pengasuh dan anak asuh diperoleh, maka data
tersebut dan disajikan daa bentuk narasi, visual gambar, tabel
dan sebagainya. Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami.
3) Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.
5. Tinjauan Pustaka
Penulis sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tentang pola
komunikasi telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidaytullah Jakarta,
terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi:
Faisal Akbar menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan
guru agama dalam pembinaan akhlak siswa SDS Jakarta Islamic School
Joglo Jakarta Barat adalah pola komunikasi bintang, karena dalam proses
tersebut dapat menimbulkan feedback, agar dapat mengetahui apakah
13
komunikasi dapat diterima dengan baik atau tidak. Adapun perbedaan
skripsi yang ditulis Faisal Akbar dan penulis ialah tentu saja terletak pada
subjek penelitiannya yaitu subjek penelitian yang penulis tulis adalah Antara
Pengasuh dan Anak Asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahter Neroktog Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi
persamaannya ialah terletak pada objek, teori, kemudian metodologi
penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola komunikasi, teorinya adalah lima
jenis pola komunikasi menurut Joseph A. Davito, sedangkan metodologinya
menggunakan pendekatan kualitatif.13
Surya Wiratama menullis menemukan bahwa pola komunikasi yang
digunakan pembimbing agama terhadap warga binaan dalam pembinaan
akhlak di rumah tahanan salemba jakarta pusat adalah pola komunikasi
antarpribadi dan pola komunikasi kelompok kecil, karena dalam proses
komunikasi ini komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan
yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif.
Adapun perbedaan skripsi yang ditulis Surya Wiratama dan penulis ialah
terletak pada teori dan subjek penelitiannya yaitu teori dan subjek penelitian
yang peneliti tulis adalah lima pola komunikasi yang ditulis Joseph A.
Devito, yaitu komunikasi pola lingkaran, pola roda, pola rantai, pola bintang
dan pola Y. Sedangkan subjeknya adalah Antara Pengasuh dan Anak Asuh
di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahter Neroktog
Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi persamaannya ialah terletak pada
13
Faisal Akbar, Pola Komunikasi Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SDS Jakarta
Islamic School Joglo Jakarta Barat, KPI, UIN Jakarta, 2016
14
objek serta metodologi penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola komunikasi
sedangkan metodologinya menggunakan pendekatan kualitatif.14
Aulia Pratiwi menemuksn bahwa pola komunikasi Antara Guru Dan
Orang tua Murid Di Sekolah Dasar Fajar Islami Tangerang adalah pola
komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok kecil, karena dalam
proses komunikasi ini komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-
pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau
negatif. Dari hasil pengamatan pada skripsi yang ditulis oleh Aulia Pratiwi
ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yaitu
perbedaannya ialah terletak pada subjek dan teorinya. Sedangkan
persamaannya terdapat pada objek dan metodologi penelitiannya.15
Tri Wibowo menemukan bahwa pola komunikasi antara pengasuh dan
santri dalam menjalankan kedisiplinan shalat dhua di yayasan pendidikan
islam pondok pesantren modern alfa sanah cisauk – tangerang adalah pola
bintang., karena komunikasi dua arah menjadi efektif ketika pesan yang
disampaikan komunikator mendapat feedback dari komunikan. Adapun
perbedaan skripsi yang ditulis Tri Wibowo dan penulis yaitu subjek
penelitian yang peneliti tulis adalah Antara Pengasuh dan Anak Asuh di
Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahter Neroktog
Tangerang Kota. Sedangkan yang menjadi persamaannya ialah terletak pada
objek, teori, kemudian metodologi penelitiannya, yaitu objeknya ialah pola
14
Surya Wiratama, Pola Komunikasi Pembimbing Agama Dan Warga Binaan Dalam
Pembinaan Akhlak Di Rumah Tahanan Salemba Jakarta Pusat, KPI, UIN Jakarta, 2016 15
Aulia Pratiwi, Pola Komunikasi Antara Guru Dan Orang tua Murid Di Sekolah
Dasar Fajar Islami Tangerang, KPI, UIN Jakarta, 2013
15
komunikasi, teorinya adalah lima jenis pola komunikasi menurut Joseph A.
Davito, sedangkan metodologinya menggunakan pendekatan kualitatif.16
G. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa BAB dan memiliki beberapa Sub Bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dibahas terdiri dari latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka konsep dan sistematika penulisan.
BAB II :Kajian Teoritis, Yang Meliputi, Pola Komunikasi:
Pengertian Pola, Pengertian Komunikasi, Unsur-Unsur
Komunikasi, Bentuk-Bentuk Pola Komunikasi, Jenis-Jenis
Pola Komunikasi, Pembinaan Kedisiplinan: Pengertian
Pembinaan, Kedisiplinan. Metode Menghafal Al-Qur‘an.
Hafalan Al-Qur'an: Pengertian Menghafal, Pengertian Al-
Qur‘an, Keistimewaan Al-Qur‘an, Fungsi Al-Qur‘an
BAB III : Gambaran Umum. Pondok Yatim dan Dhu'afa Yayasn
Amal Sholeh Sejahtera: Sejarah Pondok Yatim Dan
Dhua'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD-YASS):
Visi Dan Misi, Struktur Organisasi, Lokasi Asrama Pondok
Yatim dan Dhu‘afa, Program dan Fasilitas Pondok Yatim
16
https://scholar.google.co.id/scholar?start=0&q=related:hwvWoB1mXhAJ:scholar.googl
e.com/&hl=id&as_sdt=0,5, diakses pada hari senin, 30 Oktober 2017, pukul 16.00.
16
Dan Dhua'afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD-
YASS).
BAB IV : Temuan Dan Analisis. Menjelaskan, pola komunikasi
antara pengasuh dan anak anak asuh dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan al-qur'an di Pondok Yatim dan
Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog
Tangerang Kota. Metode dalam pembinaan kedisiplinan
hafalan Al-Qur‘an di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera. Faktor penghambat dan pendukung
pola komunikasi anatara pengasuh dan anak asuh dalam
pembinaan kedisiplinan hafalan al-qur'an di Pondok Yatim
dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog
Tangerang Kota.
BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dan Saran.
17
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola
Pola komunikasi merupakan serangkaian dari dua buah kata yang
memiliki keterkaitan makna, di mana makna diantara satu dengan makna
yang lainnya saling mendukung satu sama lain.
Sebelum membahas tentang pola komunikasi perlu diketahui terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan pola dan komunikasi. Kata ―Pola‖ dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa pola memiliki arti yakni:
―bentuk atau system, cara atau struktur yang tepat, dimana pola dapat
dikatakan contoh dan cetakan‖.1 Sedangkan kata ―Pola‖ yang terdapat
didalam Kamus Ilmiah Popular memeiliki arti yaitu: ―model, contoh atau
pedoman (rancangan)‖.2
Berdasarkan pengertian pola di atas maka penulis dapat menarik
kesimpulan, bahwa pola adalah gambaran, bentuk, rancangan suatu
komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada
pembahasan ini, pola juga dapat diartikan sebagai bentuk atau cara, karena
keterkaitannya dengan kata yang dirangkulnya (komunikasi).
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), h.885
2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h. 605
18
2. Pengertian Komunikasi
Dalam Kamus Besar Ilmiah Populer kata ―komunikasi‖ dapat
diartikan sebagai ―pengeriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.‖3
Adapun Menurut Oneng Uchjana Effendy, makna kata ―komunikasi‖
dapat dilihat dari dua sudut pandang. Dilihat dari sudut bahasa (etimologi)
komunikasi yaitu ―komunikasi peryataan dinamakan pesan (message), orang
yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communikator) sedangkan
orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicatee).‖4 Sedangkan sudut pandag yang kedua yaitu secara istilah
atau terminologi. Kata ―komunikasi‖ berasal dari bahasa inggris yaitu
communication yang bersumber dari bahasa latin yaitu communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya
adalah sama makna.5
Dalam bahsa Arab, komunikasi sering menggunakan istilah tawashul
dan ittishal. Sebagai contoh, Dr. Halah Abdul ‗Al al-Jamal ketika menulis
tentang seni komunikasi dalam Islam beliau memberi judul bukunya dengan
Fann al-tawashul fi al-Islam (Seni Komunikasi Dalam Islam). Kata Ittishal
di antaranya digunakan oleh Awadh al-Qarni dalam bukunya Hatta la
Takuna Kallan (supaya anda tidak menjadi beban orang lain). Ketika
mendefinisikan tetang komunikasi, Awadh mengatakan bahwa komunikasi
3 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan I, 2012),
h.327 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra
Aditya Bakti, 2003), h.28 5 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasii, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h. 32
19
(ittishal) adalah melakukan cara yang terbaik dan menggunakan sarana yang
terbaik untuk memindahkan informasi, makna, rasa dan pendapat kepada
pihak lain dan mempengaruhi pendapat mereka, serta menyakinkan mereka
dengan apa yang kita inginkan apakah dengan menggunakan bahasa atau
dengan yang lainnya. Ketika merujuk kepada kata dasar ―washala” yang
artinya sampai, tawashul artinya adalah proses yang dilakukan oleh dua
pihak untuk saling bertukar informasi sehingga pesan yang disampaikan
dipahami atau sampai kepada dua belah pihak yang berkomunikasi.6
Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam ―Ensiklopedia
Umum‖ diartikan dengan ―perhubungan‖, sedangkan yang terdapat dalam
buku komunikasi berasal dari perkataan latin, yaitu:
1. Communicare, yang berati berpartisipasi ataupun berlaku
memberi tahukan.
2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku
dimana-mana.
3. Communis Opinium, yang berarti pendapat umum ataupun
pendapat mayoritas.
4. Communico, yang berarti membuat sama.
5. Demikian juga komunikasi berasal dari kata latin
Communicatio yang juga bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna.
Adapaun pengertian komunikasi menurut istilah (terminologi) banyak
dikemukankan, antara lain:
6 Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta, Prenadamedia Group, Cetakan ke-1, 2015),
h.3
20
1. Menurut Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi
adalah peroses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang (biasanya lamban-lambang
dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang
lain (komunikan).
2. Menurut Wiliam Albiq, mengatakan dalam bukunya Public
Opinian bahwa komunikasi adalah: Proses pengoperasian
lambang-lambang yang berarti diantara individu-individu.
3. Hovland, Janis Dan Kelly, 1953 mengatakan bahwa
―komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam
bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
prilaku orang lain (khalayak).
4. Berelson dan Steiner, 1964, mengemukakan bahwa
―komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-
simbol seperti kata-kata, gambar, angka- angka dan lain-lain.
5. Laswell, 1960, mengatakan bahwa ―komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan ―siapa‖,
―mengatakan apa‖, ―dengan saluran apa‖,‖kepada siapa‖ dan
dengan akibat atau hasil apa‖.
6. Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi
adalah ―proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
21
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka‖.7
Dari masing-masing definisi di atas bisa, penulis dapat menarik
kesimpulan sementara bahwa komunikasi pada intinya adalah suatu proses
penyampaian atau pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan. Akan tetapi dari beberapa definisi tersebut maksudnya
juga memiliki tujuan yang sama. Terpenting dalam komunikasi adalah
bagaimana mempunyai kesamaan pesan yang disampaikan oleh seseorang
dengan melibatkan orang lain.
Dapat dikatakan, demikian bahwa seseorang yang berkomunikasi
berarti mengharapkan agar orang yang menjadi komunikan ikut
berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan
yang disampaikan. Jadi diantara komunikator dan komunikan dalam
komunikasi harus memiliki kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui
hal yang dikomunikasikan, jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi
tersebut tidak berlangsung dengan baik dan tidak efektif.
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya. Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau
pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
7 Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencana Publishing, Cetakan 1, 2013), h.
18-19
22
Menurut Steward L.Tubbis dan Silvia Mess, sebagaimana dikutip oleh
Jalaludin Rahmat dalam bukunya ―Psikologi Komunikasi‖ ia menguraikan
komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri -ciri yaitu :
a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami, mengenai
pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab
serta menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain
sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa
merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain
dalam hal interaksi.
e. Tindakan yaitu membuat komunikan melakukan suatu tindakan
yang sesuai dengan pesan yang diinginkan.8
Adapaun yang terlibat dalam proses tersebut adalah manusia. Oleh
karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umunya adalah ―komunikasi
manusia‖ atau human communication, yang sering pula disebut komunikasi
sosial, komunikasi antarpribadi atau komunikasi kemasyarakatan.
3. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh sesorang kepada orang lain seseorang kepada
8 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2000),
Cet ke-15, h. 13-15.
23
orang lain dengan menggunakan lambang. Pikiran bisa merupakan: gagasan,
informasi, opini, ide, pristiwa dan lainnya.
Dalam prosesnya komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang
fundamental, yaitu:
1. Komunikator adalah pelaku atau orang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain. Pelaku ini dapat terdiri dari perorangan
atau kelompok.
2. Pesan adalah suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman,
yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada
pihak lain.
3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari
komunikator.
Disamping tiga unsur di atas dapat pula ditambahkan dengan unsur-
unsur yang lainnya yaitu :
1. Pengirim Pesan (Komunikator)
orang yang pertama kali menyampaikan pesan. Encoder
adalah istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama
dengan komunikator. Ecorder dalam menyampaikan pesan
mempunyai sifat encoding, yaitu suatu usaha komunikator
dalam menafsirkan pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan, agar komunikan dapat memahaminya.
2. Penerima Pesan (Komunikan)
Orang yang menerima pesan. Decorder, adalah istilah lain
yang mempunyai pengertian sama dengan komunikan. Dalam
24
menerima pesan decorder mempunyai sifat Decoding, yaitu
suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan oleh komunikator. 9
3. Pesa (message)
pesan, baik berupa kata-kata, lambang-lambang, isyarat,
tanda-tanda atau gambar yang disampaikan.10
Definisi pesan
menurut Nuraini Soyomukti dalam bukunya ―Pengantar Ilmu
Komunikasi‖ ialah sebagai segala sesuatu yang disampaikan
komunikator kepada komunikan untuk mengujudkan motif
komunikasinya. Pesan sebenarnya adalah suatu hal yang
sifatnya abstrak. Akan tetapi, ketika ia di sampaikan dari
komunikator kepada komunikan, ia menjadi konkret karena
disampaikan dalam bentuk simbol/lambang berupa bahasa (baik
lisan maupun tulisan), suara (audio), gambar (visual), mimik,
gerak-gerik, dan lain sebagainya. 11
4. Saluran dan Media Komunikasi
Agar pesan yang disampaikan komunikator sampai pada
komunikan, dibutuhkan saluran dan media komunikasi. Saluran
komunikasi lebih identik dengan proses berjalannya pesan
sedangkan media komunikasi lebih identik dengan alat (benda)
untuk menyampaikan.
9 Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencan Publishig, Revisi, Cetakan 1,
2013), h.4 10
Rudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, Cetakan 1, 2007), h.46 11
Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h. 61-62
25
Saluran komunikasi bisa terjadi tanpa media, yaitu
berlangsung tatap muka. Aktivitas komunikasi tatap muka ini
bentuknya bermacam-macam mulai dari perbincangan,
wawancara, konseling, rapat dan seminar. Sedangkan media
komunikasi berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih
komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke
komunikan. 12
5. Feed back
Merupakan tanggapan atau umpan balik atau jawaban atau
respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya
dapat diterima dan berjalan dengan baik.
6. Efek Komunikasi
Merupakan hasil akhir komunikasi, yaitu : ―perubahan
yang terjadi dipihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya
pesan mealui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yan
meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi
perasaan emosi, atau bisa juga bersifat yang merupakan
tindakan.‖ Keberhasilan suatu komunikasi dapat terlihat, jika
sikap dan tingkah laku seorang komunikasi sesuai dengan pesan
yang disampaikan.13
Sedangkan menurut Nurani Soyomukti
dalam bukunya ―Pengantar Ilmu Komunikasi” efek komunikasi
adalah situasi yang diakibatkan oleh pesan komunikator dalam
12
Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 62 13
Rudhonah, Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Atma Kencan Publishig, Revisi, Cetakan 1,
2013), h. 45.
26
diri komunikannya. Efek komunikasi ini berupa efek psikologis
yang terdiri dari tiga hal, yaitu :
Pengaruh kognitif, yaitu bahwa dengan komunikasi, seseorang
menjadi tahu tentang sesuatu
Pengaruh konatif, yaitu bahwa dengan pesan yang disampaikan
terjadi perubahan perasaan dan sikap.
Pengaruh konatif, yaitu pengaruh yang berupa tingkah laku dan
tindakan. Karena menerima pesan dari komunikator atau
penyampaian pesan, komunikan bisa bertindak untuk melakukan
sesuatu. 14
4. Bentuk-bentuk Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy ―komunikasi memiliki empat
macam bentuk yang berbeda keempat maam bentuk itu di antaranya adalah:
komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan
komunikasi media‖.15
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi pribadi ini dibagi dua jenis komunikasi yaitu
komunikasi intrapersonal dan komunikasi antarpersona keduanya
memiliki pengertia sebagai berikut:
1) Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Komunikasi Intrapribadi dapat juga diartikan sebagai
kegiatan komunikasi yang proses terjadinya dengan diri sendiri.
14
Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h. 64-65 15
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, h. 382-383
27
Suatu proses pengolahan informasi yang melalui panca indra
atau sistem syaraf yang ada di dalam diri seseorang. Dalam hal
ini seseorang memiliki peran ganda baik berperan sebagai
komunikator dan berperan sebagai komunikan dalam dirinya
sendiri.
Menurut Ronald L. Applbaum di kutip oleh Onong
Uchjana Efendy mendefinisikan bahwa ―komunikasi
intrapribadi sebagai komunikasi yang berlasung di dalam diri
kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberi
makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.‖
Apabila seseorang mampu melakukan komunikasi ini
dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah mampu
mengenal dirinya sendiri sehingga dapat berfungsi secara bebas
di masyarakat. Maka dapat dikatakan ia telah menjadi manusia
yang seutuhnya.
Komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah ialah
dakwah kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi
intrapribadi yang mengatur sensasi, persepsi, memori dan cara
berpikir dalam pandangan islam.16
2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi merupakan proses sosial dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Onong
16
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h. 83
28
Uchjana Effendy dalam bukunya ―Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi‖, bahwa komunikasi antarpribadi merupakan
―proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika‖.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
prosesnya melibatkan dua orang atau lebih yaitu antara
komunikator dan komunikan. Dibandingkan dengan komunikasi
lainnya, komunikasi ini dianggap yang efektif dikarekan
komunikasi terjadi secara langsung atau bertatap muka sehingga
pesan yang disampaikan dapat langsung didiskusikan.17
Komunikasi antarpribada dalam dakwah fardiyah ialah
untuk mengenal dan menilai seseorang dengan cermat agar
pendakwah dan mitra dakwah mampu menerapkan pendekatan
komunikasi antarpribadi, kemudian untuk mengkaderisasi
seseorang dan membina persahabatan.18
b. Komunikasi Kelompok (Grop Communication)
Komunikasi Kelompok (Grop communication) adalah
―komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.‖19
Komunikasi kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok kecil
dan kelompok besar.
17
Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra
Aditya Bakti, 2003), h. 58 - 60 18
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h.138 19
Onung Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Cintra
Aditya Bakti, 2003), h. 75
29
Komunikasi kelompok kecil (small group) adalah ―kelompok
komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk
memberikan tanggapan secara verbal, dengan kata lain komunikator
dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah satu
anggota.‖20
Komunikasi kelompok besar (large group) dalam kelompok
besar situasi yang ada sangat berbeda dengan situasi yang terjadi di
dalam kelompok kecil. Dalam hal ini komunikasi antarpribadi yang
terjadi sangat kecil kemungkinan. Hal ini terjadi karena begitu
banyaknya individu yang berkumpul sehingga pertukaran informasi
tersebut sulit berjalan. Dalam hal memberikan tanggapan kepada
komunikator, maka tanggapannya bersifat emosional. Dibandingkan
dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih
bersifat rasional atau bisa dikatakan efektif. Karena ketika menerima
suatu pesan dari komunikator, komunikan menanggapinya dengan
lebih banyak menggunakan pikiran dari pada perasaan.21
Komunikasi kelompok dalam dakwah halaqoh ialah dimana
pendakwah dapat menyampaikan pesan dakwahnya kepada
kelompoknya sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. 22
c. Komunikasi Massa
20
Onung Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h. 55 21
Onung Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, h. 55 – 56 22
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, ( Jakarta: Amzah, 2012), h. 189
30
Satu konteks komunikasi antarmanusia yang sangat besar
peranannya dalam perubahan sosial atau masyarakat. Sebagai salah
satu konteks komunikasi, komunikasi massa juga memanfaatkan
media (massa) sebagai alat komunikasi. Komunikasi massa tidak
dapat dilepaskan dari media massa dan massa sebagai kumpulan
masyarakat yang jumlahnya banyak.
Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang
banyak,tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya
perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Oleh karena itu, agar
pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, digunakan
media massa, seperti surat kabar, majalah, radio atau televisi. Dalam
komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda.
Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah massa dan media komunikasi
yang membutuhkan proses persiapan dan teknik penyampaian pesan.
23
5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi
Menurut Josep A. Devito bahwa di dalam bukunya ―Komunikasi
Antarmanusia‖ terdapat jenis-jenis pola komunikasi, yaitu komunikasi pola
roda, pola rantai, pola lingkaran, pola bintang, pola Y.24
Berikut adalah
gambar dari kelima pola tersebut :
23
Nuraini Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h. 191 24
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, (Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi ke-5, h. 382
31
a. Pola Lingkaran
Pola lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun
orang terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
Dalam pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota
posisinya sama. Samuanya berhak dan memiliki kesempatan yang
sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada di sisi mereka.
Gambar 2.1
Pola Lingkaran
d. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengerahkan seluruh informasi
kepada individu yang menduduki posisi sentral dan berpengaruh
dalam proses penyamapaian pesannya yang mana semua iformasi
yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pemimpin.
Dari gambaran di bawah, bisa dijelaskan bahwa seseorang
berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B, C, D dan E. komunikasi
ini cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
32
Gambar 2.2
Pola Roda
e. Pola Rantai
Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima
tingkatan dalam jenjang hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi
sistem arus ke atas (upward) dan ke bawah (downword), yang artinya
menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke
atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan. Dalam
artian seseorang (A) berkomunikasi pada sesorang yang lain (B) dan
seterusnya ke (C), ke (D), dan (E).
Gambar 2.3
Pola Rantai
f. Pola Bintang
Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota. Pola bintang merupakan gabungan dan pengembangan dari
pola lingkaran yang mana terjadi interaksi timbal balik antara anggota
komunikasi tanpa mengenal siapa yang menjadi pimpinan sentralnya.
33
Semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan yang sama untuk
mepengaruhi anggota lainnya.
Gambar 2.4
Pola Bintang
g. Pola Y
Pola ini kurang tersentralisasi dibandingkan dengan pola roda,
akan tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya.
Pola Y juga memiliki pimpinan yang jelas dalam proses aliran
informasi.
Anggota ini mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang
lainnya. Ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas,
hanya dengan satu orang lainnya.25
25
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana, h. 382-383
34
Gambar 2.5
Pola Y
B. Pembinaan Kedisiplinan
1. Pengertian Pembinaan
Dalam Kamus Bahasa Indonesi kata pembinaan berarti ―mebina,
memperbarui, perbuatan, penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil, guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.‖ 26
Dari pengertian di atas pembinaan dapat di ambil
pengertiaannya secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk
memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Kemudian usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Sedangakan pembinaan menurut Prof. Zkiyah Daradjat dalam
bukunya yang berjudul ―Ilmu Jiwa Raga‖ mengatakan bahwa ―pembinaan
baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang,
26
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang,
1997), h. 23
35
utuh dan selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat,
keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan
mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.‖27
Dari beberapa pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa
pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan atau pertolongan
kepada orang lain baik itu individu maupun kelompok yang dilakukan
secara berkesinambungan agar individu atau kelompok tersebut dapat
mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan potensi atau
kemampuannya.
2. Kedisiplinan
a. Pengertian Disiplin
Menurut M. Hafi Anshori, disiplin adalah ―suatu sikap mental
yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi peraturan-
peraturan atau larangan yang ada terhadap suatu hal, karena mengerti
betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan.‖28
Maka dapat juga diartikan bahwa disiplin dapat dilakukan
dengan baik apabila seseorang mengerti betul tetang pentingnya
larangan atau perintah itu, karena apabila tidak dimengerti dengan
baik maka kemungkinan besar disiplin tidak dapat diterapkan.
Dari pendapat tentang definisi disiplin di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap mental
yang terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang
27
Zakiyah Dradjat, Ilmu Jiwa Raga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet-Ke 15, h. 36 28
M. Hafi Anshori, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1983),
h. 66
36
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Disiplin adalah keputusan untuk menghormati dan
melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk
kepada keputusan, merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.
Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki
makna signifikan tanpa disertai sikap disiplin. Tidak heran jika Allah
memerintahkan kaum beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah
itu,antara lain, tersirat dalam Al-Qur‘an surat Al-Jumu‘ah (62) ayat 9
– 10.
أها ٱ ة ي ىو نز هى نهص عت ٱءايىا إرا ىد سعىا ٱف نج
ركش ٱإن ع ٱورسوا لل نب ى ش نكى إ كتى تعه نكى خ فئرا ٩ر
ة ٱقضت هى ٱي فضم بتغىا ٱو لسض ٱف تششوا ٱف نص لل
ٱ ركشوا ٱو لل ٠٢كثشا نعهكى تفهذى
Artinya : “(9) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (10) Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.” (Qs. Al-Jumu‘ah[62]: 9-10)
Maksud dari arti ayat di atas adalah bagaimana kita sebagai
umat manusia harus berdisiplin dalam membagi waktu. Ketika
waktunya untuk beribadah (akhirat) maka tinggalkanlah semua jual
beli (dunia). Jadi, sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang
37
dapat memanfatkan atau berdisiplin dalam mempergunakan waktu,
yaitu antara perihal menyangkut akhirat maupun dunia. Karena Allah
swt tidak menyukai hambanya yang hanya memikirkan untuk
akhiratnya saja, begitu juga sebaliknya, hanya memikirkan akhiratnya
saja. berdisiplinlah dalam memanfatkan waktu yang sudah Allah
berikan kepada kita hambanya, karena itu yang sudah Allah tuliskan
didalam Al-Qur‘an.
C. Metode Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur‘an orang mempunyai metode dan cara yang
berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari
pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa
melihat mushaf sedikitpun.
Proses menghafal Al-Qur‘an dilakukan melalui proses bimbingan
seorang guru tahfidz. Proses bimbingan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Bin-Nazhar
Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‘an yang akan
dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur‘an secara berulang-ulang.
Proses bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafadz
maupun urutan ayat-ayanya. Agar lebih mudah dalam proses
menghafalnya, maka selama proses bin-nazhar ini diharapkan calon
hafizh juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
2. Tahfidz
38
Yang menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‘an
yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut. Misalnya
menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek
sampai tidak ada kesalahan sehingga sempurna. Kemudian rangkai
ayat tersebut diulang kembali samapai benar-benar hafal.
3. Talaqqi
Yaitu menyetorkan atau memeperdengarkan hafalan yang baru
dihafal kepada seorang guru. Guru tersebut haruslah seorang yang
hafal Al-Qur‘an, telah mantap agama dan serta dikenal mampu
menjaga dirinya. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil
hafalan seorang calon tahfizh dan mendapatkan bimbingan seperlunya.
4. Takrir
Yang mengulang hafalan yang pernah dihafalkan atau sudah
pernah di dengarkan kepada guru penghafal. Takrir dimaksudkan agar
hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan
guru, takrir juga dilakukan sendiri-sendiri dengan maksud
melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa.
5. Tasmi‟
Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada
perseorangan maupun kepada jamaah (banyak orang). Dengan tasmi‟
ini seorang penghafal Al-Qur‘an akan diketahui kekurangan pada
dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau
39
harakat. Dengan tasmi; seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam
hafalan. 29
D. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal
Menghafal merupakan suatu proses ―belajar atau mempelajari sesuatu
dan mencoba menyimpannya diingatan.‖30
Menghafal juga dapat diartikan
sebagai ―usaha yang dilakukan oleh pikiran agar selalu ingat terhadap
materi pelajaran yang diterima.‖31
Upaya mencapai kesuksesan dalam
kegiatan belajar perlu dilakukan beberapa hal, yang antara lainnya adalah
menghafal.
Kegiatan menghafal memerlukan keterampilan memusatkan perhatian
yaitu minat. Kemampuan memusatkan perhatian bukanlah bakat alami yang
dapat dilatih karena keterampilan tersebut sangat dipengaruhi daya ingat
seseorang terhadap materi yang akan dihafal. Proses mengingat ini
memegang peranan penting. Oleh karena itu, daya ingat yang kuat sangat
mendukung ketahanan hafalan seseorang.
Proses menghafal dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan salah
satu kegiatan penguasaan bahan. Bahan pelajaran yang harus dikuasai tidak
hanya diambil intisarinya (pokok pikirannya), tetapi juga harus dikuasai
dengan cara menghafalnya. Semua rumus, dalil, konsep, dan kaidah tertentu
tidak bisa diambil intisarinya, termasuk dalam menghafal ayat-ayat Al-
Quran yang harus dikuasai dan dihafal apa adanya (secara harafiah).
29
Sa‘dulloh, 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:Gema Insani, 2008), h. 52-
54 30
Bandudu J.S., Zain Sutan Mohammad, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 30 31
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 31
40
2. Pengertian Al-Qur‘an
Al-Qur‘an ditinjau dari segi etimologis merupakan bentuk Mashdar
dari kata qara‟a-yaqra‟u-wa qur‟anan. Kata qara‟a berarti menghimpun
dan menyatukan. Jadi menurut bahasa , Al-Qur‘an adalah himpunan huruf-
huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan aya-ayat menjadi
surat, himpunan surat menjadi mushaf Al-Qur‘an. Disamping bermakna
menghimpun, Al-Qur‘an dengan akar kata qara‟a, bermakna tilawah atau
membaca.
Menurut Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani Al-Qur‘an ditinjau dari
segi terminologinya, maka Al-Qur‘an didefiniskan sebagai berikut: ― Firman
Allah swt yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah yang tidak
mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah saw
yang tertulis dalam mushaf, diturunkan kegenerasi berikutnya secara
mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar.‖
Definisi di atas mengandung lima makna penting:
1) Al-Qur‘an adalah Firman Allah swt, terdapat dalam Qs an-
Najm(53) ayat 4
ىد هى إل ود ٤إ
Artinya : “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).‖ (Qs an-Najm[53]:4)
Karena Al-Qur‘an adalah firman Allah yang mulia, maka
menjadikan Al-Qur‘an sebagai sumber rujukan utama komunikasi
islam akan membuat ilmu ini menjadi ilmu yang mulia.
41
2) Al-Qur‘an adalah Mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang
mampu menandinginya. Menjadikan Al-Qur‘an sebagai sumber
ilmu komunikasi islam akan membuat teori-teori ilmu ini
menjadi kukuh.
3) Al-Qur‘an itu diturunkan kepad Nabi Muhammad saw, yaitu ke
dalam hatinya melalui malaikat Jibril a.s. Terdapat dalam Qs
Asy-Syu‘ara (26) ayat 192, yaitu:
ٱنتزم سب ۥوإه ه ٠٩٢ نع
Artinya : ―Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar
diturunkan oleh Tuhan semesta alam‖ (Qs asy-
Syu‘ara[26]:192)
Allah memilih hati Nabi Muhammad karena dianggap yang
paling layak untuk ditempati Al-Qur‘an yang suci.
4) Al-Qur‘an disampaikan secara mutawatir ( beriring – iringan ).
5) Membaca Al-Qur‘an bernilai ibadah, bahkan setiap huruf
diganjar oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.32
3. Keistimewaan Al-Qur‘an
Al-Qur‘an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah swt,
dengan perantara malaikat Jibril a.s. kepada Nabi Muhamad saw, sebagai
kunci dan kesimpulan dari semua kitab-kitab suci yang pernah diturunkan
Allah swt, kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah sebelum Nabi
Muhammad saw.
32
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta, Prenadamedia Group, Cetakan ke-1, 2015),
h. 20 – 23
42
Al-Qur‘an yang secara harfiah berarti sempurna merupakan suatu
nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun
sejak manusia mengenal tulisan dan bacaan sekitar lima ribu tahun yang lalu
yang dapat menandingi Al-Qur‘an. Al-Qur‘an terus dibaca oleh jutaan orang
yang tidak mengerti artinya, dan tidak dapat menulis dengan huruf-
hurufnya. Bahkan, dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan
anak-anak.
Tidak ada bacaan seperti Al-Qur‘an dalam perhatian yang
diprolehnya, bukan hanya sejarah secara umum, tetapi ayat demi ayat baik
dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta
waktu diturunkannya. Al-Qur‘an dipelajari bukan hanya susunan redaksi
dan pemilihan kosakatanya, tapi juga kendungannya yang tersurat, tersirat,
bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan
dalam jilid buku, generasi ke generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari
sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Al-Qur‘an adalah sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya,
mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus
ucapannya, dimana tempat yang terlarang atau yang boleh, atau harus
memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika
membacanya. Seorang orientalis H.A.R. Gibb pernah menulis bahwa, ―tidak
ada seorangpun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan
alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas
43
getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad (Al-
Qur‟an).”
Demikian terpadu dalam Al-Qur‘an keindahan bahasa, ketelitian, dan
keseimbangannya, dengan kedalam makana, kekayaan, dan kebenarannya,
serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya.
Tidak dapat disangkal oleh siapapun yang memiliki objektivitas bahwa kitab
suci Al-Qur‘an memiliki keistimewaan-keistimewaan.
Keistimewaan tersebut diakui oleh kawan maupun lawan, sejak
dahulu hingga sekarang. Yang tidak mempercayainya sebagai firman Allah
pun sejak masa Nabi Muhammad saw. Tetap mengakui keistimewaannya.
Tetapi, mereka tidak tahu persis apa yang harus mereka katakan tentang Al-
Qur‘an setelah mereka enggan mengakuinya sebagai firman Allah. Sihir?
Sayir? Perdukunan? Bermacam-macam pendapat yang kesemuanya
walaupun mengingkari sebagai wahyu, menyadari keistimewaannya. Tak
perlu kita menyebut sederet nama, baik mereka yang pernah hidup pada
masa Nabi Muhammad saw, maupun yang hidup sesudahnya. Cukup sudah
pengetahuan semua orang terpelajar bahwa, kehadiran Al-Qur‘an di tengah-
tengah masyarakat arab dalam kehidupan umat manusia.
4. Fungsi Al-Quran
1) Al-Qur‘an sebagai Huda (Petunjuk)
Terdapat dalam Qs al-Israa (17) ayat 9, yang berbunyi:
زا إ ٱه ش نقشءا أقىو وبش ٱهذ نهت ه ؤي ن
ٱ نز
هى ت ٱع هذ نهى أجشا كبشا نص ٩أ
44
Artinya : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.” ( Qs al-Israa[17]:9)
Secara tidak langsung seolah-olah GPS yang berfungsi
memandu manusia dalam perjalanan mengarungi kehidupan agar
sampai ke tujuan dengan selamat. Diantara aktivitas yang sangat
memerlukan panduan Al-Qur‘an adalah komunikasi, karena setiap
manusia sangat tergantung kepadanya dalam menjalani kehidupan ini,
bahkan sebelum mereka lahir di muka bumi.
Namun dalam kenyataannya masih banyak sekali manusia yang
lalai dalam menjadikan Al-Qur‘an sebagai petunjuk mereka di dunia.
Padahal sudah jelas, bahwasannya Allah menurunkan Al-Qur‘an
sebagai pedoman dan petunjuk untuk kehidupan sementara di dunia.
2) Al-Qur‘an sebagai furqon (pembeda)
Terdapat dalam Qs al-Baqarah (2) ayat 185, yang berbunyi:
شهش ٱسيضا ٱأزل فه نز ت نقشءا هذي نهاس وب
ٱو نهذي ٱي شهذ يكى نفشقا ه وي نشهش ٱف فهص
أاو أخش شذ ة ي سفش فعذ يشضا أو نه ٱكا بكى لل
هىا نعسش ٱول شذ بكى نسش ٱ ة ٱونتك ٱونتكبشوا نعذ لل
كى ونعهكى تشكشو يا هذى ٠٨١نهArtinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
45
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Qs
al-Baqarah[2]:185)
Sifat Al-Qur‘an sebagai pembeda (furqon) menegaskan bahwa
ada hal yang menjadi ciri khas kaum muslimin yang membedakannya
dengan selain mereka. Ciri khas ini akan menjadi pembeda sekaligus
tanda pengenal bahwa seorang adalah sesorang muslim. Kekhasan
islam secara umum tersebut juga terdapat di dalam ajaran yang
bersifat khusus seperti ilmu komunikasi. Bahwa ilmu komunikasi
adalah bagian daripada ibadah kepada Allah, bukan sekedar untuk
kepuasan diri dan menyenangkan orang lain.
Seorang muslim harus meniatkan segala perbuatan baiknya
untuk ibadah, karena tugas utama keberadaan manusia di muka bumi
ini adalah ibadah. Karena semua hal yang manusia lakukan harus
46
berdasarkan dengan ibadah, dan juga harus dapat membedakan perihal
tentang kebaikan ataupun keburukan.
3) Al-Qur‘an sebagai Syifa (Obat)
Terdapat dalam Qs Yunus (10) ayat 57, yang berbunyi:
أها ا ف ناس ٱ بكى وشفاء ن س ىنظت ي قذ جاءتكى ي
ذوس ٱ نص ؤي ت نه ١٥وهذي وسد
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs.
Yunus[10]:57)
Menurut Ibnu al-Qayyim, sebgaimana dikutip oleh dalam buku
―Komunikasi Islam‖ menjelaskan bahawa seluruh Al-Qur‘an adalah
obat, tidak ada obat yang lebih besar dan lebih luas manfaatnya
daripada Al-Qur‘an. Diantara faktor luar yang membuat manusia sakit
adalah faktor komunikasi. Komunikasi yang tidak baik bisa melukai
hati, menyebabkan permusuhan bahkan pertumpahan darah. Adapun
perkataan yang indah bisa membuat suasana damai, mengobati hati
yang luka, dan menjadi penyebab terjalinnya suasana kekerabatan dan
persaudaraan yang kukuh.
4) Al-Qur‘an sebagai Rahmat Harjani Hefni dalam bukunya
Terdapat dalam Qs ar-Rahman (55) ayat 1-2, yang berbunyi:
د ٱ نش ٱنهى ٠ ٢ نقشءاArtinya : “1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah, 2. Yang telah
mengajarkan Al-Qur‟an.‖ (Qs. Ar-Rahman[55]:1-2)
47
Kata rahmah, marhamah dan rahum mengandung beberapa
pengertian, diantaranya dipakai untuk makna kelembutan (riqqah),
empati (ta‟athtuhu), memberikan maaf (magfirah), penyayang
(hanan). Secara istilah artinya saling mengigatkan untuk menyayangi
orang lemah dan memberikan sentuhan kelembutan. Sedangkan secara
etimologi artinya memiliki empati dan sikap yang baik terhadap
seluruh makhluk di alam semesta. Seluruh bentuk kebaikan dan segala
hal yang bermanfaat untuk manusia didunia ini maupun nanti di
akhirat masuk dalam kategori rahmat. Rahmat adalah lawan kata dari
mudarat dengan segala jenis bentuknya. Rahmat adalah salah satu sifat
Allah yang paling menonjol. Dia selalu mengedepankan sifat ini dari
sifat lainnya dalam memilih, menetapkan, dan memprioritaskan semua
perkara.33
33
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, h. 23-35
48
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK YATIM DAN DHU’AFA YAYASAN
AMAL SHOLEH SEJAHTERA (PYD-YASS)
A. Sejarah Pondok Yatim dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
(PYD-YASS)
Berawal dari sebuah ide sederhana beberapa sahabat yang memiliki
keprihatinan serta kepedulian yang sama terhadap warga yang kurang beruntung
dalam menopang kesejahteraan hidup terlebih tanggung jawab mereka dalam
mensukseskan pendidikan anak-anaknya, ditambah situasi warga Jakarta
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya pasca krisis moneter 1997
dan berbuntut kerusuhan Mei 1998, yang berdampak pada krisis moral serta
krisis kepemimpinan yang masih sangat terasa hingga era tahun 2000 an sehingga
memunculkan sebuah ide berupa kegiatan bakti sosial dengan harapan dapat
meminimalisir mata rantai kemiskinan dan kebodohan sebagai akibat dampak
krisis di atas.
Ide tersebut rupanya tidak cukup sampai diforum silaturrahmi yang saat itu
bertepatan dengan rencana persiapan menyongsong tahun baru Hijriyah yang
sudah menjadi kebiasaan rutin warga merangkainya dengan kegiatan santunan
untuk anak yatim dhu‘afa pada tanggal 10 Muharrom setiap tahunnya. Akhirnya
kami melakukan shearing dengan tokoh masyarakat, bapak RT 003, bapak RW
06, juga bapak Lurah Kedoya Utara dan salah seorang staf beliau yang pada saat
itu bertempat tinggal dilingkungan Rw.06 Kedoya Utara Jakarta Barat. Alhasil
setelah mendapat dukungan warga sekitar dan beberapa kawan dari tetangga
kampung maupun beberapa kawan yang kami pandang sumber daya manusia
(SDM) nya mumpuni alias punya kecakapan dan kecukupan untuk membuat
49
sekaligus mengoperasikan sebuah yayasan yang berbadan hukum di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dari beberapa pertemuan silaturahmi yang dilakukan beberapa sahabat dan
tokoh masyarakat yang ada disekitar RT 003 Rw 06 Kedoya Utara untuk
membentuk yayasan yang mengacu pada amanat Undang-undang yayasan yang
ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia, Maka atas kehendak Allah juga
dan dukungan warga serta kawan-kawan, Alhamdulillah tepat pada tanggal 24
Agustus 2006 terbentuklah sebuah Yayasan yang memiliki legalitas Formal
dengan nomer akte 125 Slamet Suryono Hadi S. SH sebagai lembaga non profit
yang bergerak pada lingkup sosial keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan itensitas dakwah ke masyarakat pada umumnya dan secara
khusus dapat membantu anggota masyarakat baik yang kurang mampu ataupun
yang terkena musibah, maka yayasan ini diberi nama Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera dengan tiga departemen yaitu departemen keagamaan yang orientasinya
untuk melakukan dakwah kepada masyarakat umum, dan depertemen sosial yang
bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dan yang terkena
musibah, kemudian departemen usaha yang berorientasi khusus mencari dana baik
usaha riil maupun penggalangan dana ke masyarakat umum untuk memenuhi
kebutuhan operasional
Yayasan itu sendiri serta untuk menyantuni anak-anak yang kurang mampu
( Yatim & Dhu‘afa ). Pada awal tahun 2007 semua departemen yayasan bergerak
sesuai dengan tugas dan fungsinya terutama departemen usaha mulailah
melakukan penggalang dana kepada masyarakat serta melakukan usaha-usaha
lainya untuk menopang operasional yayasan serta membantu anak-anak yatim dan
50
dhu‘afa yang ada di sekitar sekretariat yayasan. Dan ternyata alhamdulillah kami
tidak sendiri karena begitu banyak masyarakat yang antusias ikut memberikan
bantuanya untuk anak anak yatim dan dhu‘afa ini sehingga pada bulan Agustus
2007 Sekretariat Yayasan Amal Sholeh Sejahtera yang berlokasi di Gang Lekipali
Jl. Raya Kedoya Utara Jakarta Barat.
Diresmikan oleh Bapak Lurah Kedoya Utara yang sekaligus ikut andil
dalam memberikan santunan kepada anak-anak yang tidak mampu ini. Dengan
mulai mengalirnya bantuan dari para donatur, para da‘i dan para sahabat serta
warga masyarakat setempat, kemudian dengan melihat kondisi anak-anak yatim
dan dhu‘afa yang kami santuni sangatlah memprihatinkan maka akhirnya kami
terinspirasi juga dengan kondisi ini, sehingga kamipun mulai memikirkan
bagaimana meyiapkan asrama buat mereka agar mereka dapat diasuh dengan
optimal dan maksimal untuk mengawal masa depan mereka, sementara kondisi
kami sendiri tidak memiliki kemampuan yang lebih yang dapat kami berikan
untuk mereka.
Akhirnya pada awal tahun 2008 dengan bermodalkan niat yang tulus serta
tekat yang kuat kamipun coba memberanikan diri untuk mengontrak sebuah
rumah yang berdomisili di daerah Kembangan Jakarta Barat agar anak anak yang
kurang beruntung ini dapat kami tampung dan kami asuh dengan baik, maka
kamipun memberinya sebuah nama Pondok Yatim dan Dhu‘afa (PYD) Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera. Dan tepat pada tanggal 01 Mei 2008 Pondok Yatim dan
Dhuaf ( PYD-YASS ) diresmikan lansung oleh Bapak Camat Kembangan Jakarta
Barat, serta dihadiri juga oleh unsur dari Dinas Sosial Jakarta Barat dan semenjak
itu Yayasan Amal Sholeh sejahtera berkonsentrasi penuh terhadap Pondok Yatim
51
dan Dhu‘afa dengan membentuk kepengurusan baru agar bisa lebih fokus dalam
menangani anak anak asuh PYD-YASS.
Terima kasih para dermawan hari ini, berkat Rahmat dan Karunia Allah
serta dukungan dan konstribusi para dermawan di daerah Jakarta Barat dan
sekitarnya, Pondok Yatim dan Dhuafa telah menjadi sebuah institusi sosial yang
berusaha memberikan pelayanan dan pengasuhan terbaik untuk anak anak yatim
dan dhu‘afa agar mereka tidak kehilangan kawalan dalam meraih masa depan
cemerlang sehingga kelak mereka menjadi generasi bangsa yang mandiri,
bertaqwa dan memiliki akhlakul karimah.
Kami akan terus berupaya untuk menjadi lembaga yang profesional dan
dinamis karena kami sadar segala bentuk bantuan dan dukungan dari para
dermawan adalah amanah yang tidak ringan harus kami emban dan kami
pertanggung jawabkan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Pemeriksaan oleh
Tim Akuntan Publik adalah salah satu bentuk komitmen kami dalam upaya
membentuk lembaga sosial yang terpecaya.
Doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sangat kami nantikan untuk
mewujudkan cita cita mereka menjadi generasi masa depan bangsa yang mandiri,
beriman dan bertaqwa. ―Mari berbagi-Wujudkan generasi mandiri‖ itulah Motto
kami.
52
B. Struktur Dan Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu’afa
1. Struktur Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PYD
2. Visi dan Misi Pondok Yatim dan Dhu‘afa
a. VISI :
Mewujudkan Pondok Yatim dan Dhu‘afa sebagai lembaga
pendidikan serta pembinaan anak yatim dan dhu‘afa yang profesional
dan amanah sehingga dapat menciptakan generasi mandiri yang
berakhlakul karimah.
Direktur
Alam Permana S
General Manajer
Eko Riyanto
Manajer
HRD
Yudantara
Manajer
Fundrasing
Deddy
Febriady A
Manajer
Pemberdayaan
Suryadi
Rachman
Manajer
Keuangan
Hendra
Kusmayadi
53
b. MISI
1) Memberikan pelayanan yang terbaik bagi yatim & dhu‘afa.
2) Menjadi fasilitator yang amanah bagi kaum aghnia dan
dhu‘afa
3) Membangun pondok yatim dan dhu‘afa sebagai wadah
pembentukan generasi mandiri.
C. Lokasi Asrama Pondok Yatim dan Dhu’afa
Lokasi beberapa cabang Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera antara lain :
Tabel 3.1
Lokasi Asrama
NAMA ALAMAT NO.TLP
Sekretriat Jl. Raya Panjang No.39 Sukabumi Utara-Kebon
Jeruk, Jakarta Barat
(021) 53653095
Asrama 1
(Putra)
Jl. Kembang kerep No.7 Kembangan, Jakarta
Barat
(021) 5844684 /
5867312.
Asrama 2
(Putri)
Jl. Gelong Baru Raya No. 8A Tomang, Jakarta
Barat.
(021)5686072
Asrama 3
(Putra)
Jati Baru No. 20 Petojo Selatan-Gambir, Jakarta
Pusat.
(021) 3511563
Asrama 4
(Putri)
Jl. Raya Ceger No. 27 Jurangmangu Timur,
Tangerang Selatan.
(021) 73883705
Asrama 5
(Putra)
Jl. Hasyim Ashari No. 25 Neroktog-Pinang,
Tangerang Kota.
0857 7281 3581
Asrama 6
(Putri)
Jl. Wijaya Kusuma (Dapsus) No. 37B Pondok
Labu-Cilandak, Jakarta Selatan.
(021) 27828412
54
Asrama 7
(Putra)
Jl. Raya Panjang No 39 Sukabumi Utara -
Kebun Jeruk , Jakarta Barat.
021 5367 6412
Asrama 8
(Putri)
Jl. Komplek DKI Joglo Blok M 10 Joglo-
Kembangan , Jakarta Barat.
0815 1964 1444
Asrama 9
(Putra)
Jl. H. Kelik No 3 Srengseng-Kembangan,
Jakarta Barat.
0815 1965 9555
Asrama 10
(Putri)
Jl. Taman Cipinang No 40 Cipinang Muara-
Jatinegara, Jakarta Timur.
0815 1964 2555
Asrama 11
(Putra)
Jl. Tanah Merdeka No 37A Rambutan-Ciracas,
Jakarta Timur.
0857 1988 5040
Asrama 12
(putri)
Jl. Pedongkelan Raya No12 C Kapuk-
Cengkareng, Jakarta Barat.
0812 2343 7474
D. Program dan Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu’afa
1. Program Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Program di Pondok Yatim dan Dhu‘afa ini terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Program Layanan, yang terdiri dari :
1) Amanah (Ambil Santunan Ke Rumah)
Sebuah bentuk pelayanan dari kami kepada anda jika
waktu dan jarak menjadi kendala bagi anda untuk berdonasi.
2) Tabliq (Tabungan Pemblian Hewan Qurban)
Sebuah bentuk partisipasi atas pelayanan kami agar
memudahkan anda berqurban dengan tabungan yang amanah
dan sesuai syariah.
3) Kantor Layanan
Sebuah bentuk pelayanan dari kami kepada anda dengan
menyediakan kantor layanan yang tersebar di beberapa asrama
sehingga memudahkan kepada anda untuk berdonasi.
55
4) Kotak Amal dan Kencleng
Sebuah media berdonasi untuk anda jika para donatur
memiliki outlet, counter atau toko untuk memberi kesempatan
kepada keluarga dan customer untuk berdonasi. Dan juga media
donasi kencleng isa menjadi sarana pembelajaran bagi anak–
anak untuk bisa berbagi.
b. Program Bantuan, yang terdiri dari :
1) Assayid (Asrama Yatim dan Dhu‘afa
Agar mereka dapat tumbuh dan berkembang serta
mendapat pendidikan, sehingga berguna bagi bangsa, negara dan
agamanya. Sebuah program kepedulian akan sandang, pangan
dan papan bagi anak-anak yatim dan dhua‘afa.
2) Sidik (Donasi Pendidikan)
Dengan program kepedulian ini kami berharap perhatian
dan partisipasi anda agar mereka dapat terus menggapai cita–
cita.
3) Sajada (Santunan Janda-Janda Dhu‘afa)
Program ini dikhususkan untuk menyantuni atau
memberikan bantuan kepada janda-janda dhu‘afa yang ada di
sekitar kita.
4) Sakona (Santunan Korban Bencana)
Program solidaritas, partisipasi serta andil kepedulian kita
dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dan juga untuk
56
dapat meberikan bantuan kepada sesama manusia yang tertimpa
bencana.
5) Taobat (Bantuan Pengobatan)
Merupakan program pemberdayaan berupa bantuan yang
bersifat tentatif untuk meringankan biaya pengobatan Rumah
Sakit (RS) kepada masyarakat kurang mampu khususnya anak–
anak yatim dan dhu‘afa.
c. Program Wakaf
1) Siwak (Sertifikat Wakaf)
Program ini memberi alternatif agar kita mampu berwakaf
secara mudah dan transparan yaitu dengan menerbitkan
sertifikat wakaf mulai dari Rp 75.000 samapai dengan Rp
7.500.000 untuk pembelian tanah dan bangunan asrama, sarana
pendidikan dan ibadah.
2) Bangsaku (Bangun Asrama Ku)
Program pembangunan asrama yatim dan dhu‘afa yang
kami upayakan dalam memberikan tempat tinggal yang layak
bagi anak-anak asuh kami. Agar dapat terus berkembang
menjadi insan yang mandiri, berprestasi serta berakhlakul
karimah.
d. Program Kegiatan
1) YM (Yatim Memberi)
57
Program ini mengajak anak asuh Pondok Yatim dan
Dhu‘afa untuk memiliki rasa empati dengan berbagi dari para
dermawan kepada kaum dhu‘afa yang membutuhkan.
2) Ceriya (Ciptakan Edukasi Rihlah Yatim)
Program ini mengajak santri yatim dan dhu‘afa untuk
belajar dengan cara yang berbeda sehingga dapat mengusir
kejenuhan mereka. Belajar melalui kegiatan di luar ruangan
sehingga anak asuh bisa lebih mengenal lingkungan dan
menyadari kebesaran Sang Maha Pencipta.
3) Matahari (Majlis Ta‘lim Harian Santri)
Merupakan program kegiatan harian santri dalam rangka
membina santri yatim dan dhu‘afa agar terbentuk karakter
yang berakhlaq.
4) Diklat Iman (Pendidikan dan Pelatihan Intelektual dan
Kemandirian)
Merupakan program kegiatan harian santri yatim dan
dhu‘afa guna membekali mereka dengan keilmuan akademis dan
keterampilan agar menjadi generasi yang cerdas dan mandiri. 1
2. Fasilitas Pondok Yatim dan Dhu‘afa
Tabel 3.2
Fasilitas Asrama
1 http://www.pondokyatim.or.id. diakses pada hari Kamis, 4 Agustus 2017, pukul 12.20.
Sarana dan Perasarana Jumlah
Kantor Pelayanan. 1
58
Halaman Depan. 1
Aula (Ruang Berkumpul). 1
Kamar Tidur. 3
Kamar Mandi. 1
Dapur. 1
Tempat bermainan. 1
Lemari 10
Ranjang 10
TV 1
Speaker Muroja‟ah 4
Kipas Angin 3
59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dan Anak Asuh Dalam Pembinaan
Kedisiplinan Mengahafal Al-Qur’an
Sebelum dimulainya pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an yang
dilaksanakan oleh anak asuh di Pondok Yatim dan Dhu‘afa, pengasuh dan
pengurus pusat terlebih dahulu membicarakan dan memusyawarahkannya
sehingga hasil dari kegiatan menghafal Al-Qur‘an di masing-masing asrama
berjalan dengan baik dan lancara.
Orang yang bertanggung jawab dalam proses pembinaan kedisiplinan
hafalan Al-Qur‘an di asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa adalah pengasuh.
Pengasuh asrama yang bertanggung jawab dalam proses pembinaan adalah
mereka yang ditunjuk langasung oleh Ketua (Direktur) Pondok Yatim dan
Dhu‘afa untuk menangani pembinaan kedisiplinan dan hafalan Al-Qur‘an.
Maka dari itu, pengasuh yang berperan langsung sebagai komunikator dalam
proses pembinaan hafalan Al-Qur‘an. oleh karena itu, pola komunikasi
merupakan salah satu unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
pembinaan dalam kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an.
Pengasuh harus mempunyai syarat-syarat sebagai komunikator, yaitu
memiliki kepercayaan yang tinggi bagi komunikasinya, memiliki keterampilan
yang baik dalam berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki
sikap yang baik terhadap komunikan dan memiliki daya tarik, dalam artian
seorang komunikator yang mampu memberikan ilmu pengetahuan yang
60
komunikator miliki kepada komunikan dan juga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap mengikuti kondisi komunikannya. Jika seorang
pengasuh telah memenuhi syarat, maka komunikasi akan dapat diterima dan
bahkan membuat perubahan sikap pada anak asuh. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Riski Hidayat salah satu Anak Asuh di Pondok Yatim dan
Dhu‘afa :
“sebelum masuk sini saya belum menghafal Al-Qur‟an, alhamdulillah
setelah saya masuk sini, saya sudah mulai menghafalkan Al-Qur‟an, awal
mula saya menghafal itu, saya memulainya dari juz ke 29 surat Al-
Muddassir.”1
Setelah pengasuh memahami syarat-syarat tersebut, maka komunikasi
yang dilakukan akan dapat berjalan dengan baik dan kemudian dapat diterima
atau dapat dipahami oleh anak asuh dengan baik dan kemudian mendapat
respon yang baik dari anak asuh. Di Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota proses pembinaan terhadap anak
asuh, dimana pengasuh menyampaikan informasinya menggunakan media.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh pengasuh PYD di asrama Neroktog,
bapak Tholib :
“disini biasa kami perasrama ketika ingin melakukan kegiatan hafalan Al-
Qur‟an bentuknya dengan ta‟lim, kemudian media yang kami gunaka ya
sudah pasti adalah Al- Qur'an terjemah dan speaker muroja'ah untuk
membantu anak-anak dalam proses menghafal Al-Qur‟an.”2
1 Wawancara Pribadi dengan Riski Hidayat Anak Asuh. Tangerang, 24 Agustus 2017 di
Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang
Kota. 2 Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama Tangerang,
24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog
Tangerang Kota.
61
Dari hasil observasi dan wawancara, pola komunikasi yang digunakan
pengasuh dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an, yaitu :
Tabel 4.1
Pola Komunikasi
Komunikasi Pengasuh Anak Aasuh Pola
Komunikasi
Komunikasi
Interpribadi
(KIP)
Menyusun apa yang
ingin disampaikan
Semangat dan minat
menghafal −
Komunikasi
Antar Pribadi
(KAP)
Mengarahkan dan
memberi semangat
kepada anak asuh
dalam hafalan
- Pola Roda
Komunikasi
Kelompok
(KK)
Menuntun anak asuh
ketika sedang
menyetorkan hafalan
Saling membantu
sesama anak asuh
dalam menghafal
Al-Qur‘an
Pola Bintang
1. Komunikasi intrapribadi pengasuh dan anak asuh
Sebelum memberikan pembinaan hafalan kepada anak asuh, pengasuh
terlebih dahulu mengarahkan anak asuh dalam menghafal Al-Qur‘an dan
mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh anak asuh, yaitu: dengan
memberikan Al-Qur‘an terjemah dan speaker muroja‟ah. Disini
menimbulkan suatu komunikasi yang baik jika seorang pengasuh dan anak
asuh memiliki kesamaan makna atau arti, disini sudah terjadi komunikasi
intrapribadi pada diri seorang pengasuh.
62
Selain itu juga pengasuh harus melihat minat anak asuh dalam
menghafal Al-Qur‘an. Karena minat mempunyai sumbangan yang besar
dalam kelancaran proses menghafal Al-Qur‘an. Tujuan dari minat itu sendiri
adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan dan menambahkan rasa
kecintaan terhadap kegiatan menghafal Al-Qur‘an. Apabila anak asuh
memiliki minat menghafal yang tinggi, maka akan memberi kekuatan secara
internal pada dirinya sendiri untuk tetap konsisten menghafal.
Mungkin yang awalnya hanya memiliki niat ikut-ikutan atau terbawa
arus akan terpicu oleh kondisi lingkungan di asrama. Karena lingkungan
yang dipenuhi anak asuh yang memiliki semangat dan minat menghafal
yang tinggi, secara tidak langsung mempengaruhi anak asuh yang lainnya
untuk memiliki semangat yang sama, bahkan melebihi yang lainnya. Disni
dapat dilihat komunikasi intrapribadi yang terjadi terhadap anak asuh.3
Kesungguhan dalam menghafal Al-Qur‘an. Sebagaimana yang diungkapkan
salah satu anak asuh, Riski hidayat:
―selain dari niat saya buat berubah, di sini juga banyak teman yang
sama kayak saya yang mau berubah. Selain banyak teman, di sini
juga ada abi sebagai orang tua dan pengasuh kami.”4
2. Komunikasi anatar pribadi pengasuh
Komunikasi antar pribadi yang terjadi adalah ketika seorang pengasuh
sedang mengarahkan kepada anak asuhnya untuk berkumpul di aula seblum
magrib. Kemudian anak asuh berkumpul dan membuka Al-Qur‘an masing-
masing yang sudah disediakan oleh pengasuh. Disini tugasa seorang
3 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada kamis, 20 Juli 2017
4 Wawancara Pribadai dengan Riski Hidayat Anak Asuh. Tangerang, Tangerang, 24
Agustus 2017 di Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera
63
pengasuh hanya mengawasi anak asuh yang sedang menghafal Al-Qur‘an.
selain itu juga ada sebagian anak asuh yang membantu temannya dalam
menghafal Al-Qur‘an. Kemudian dilihat ketika anak asuh dikumpulkan di
aula dan menghafalkan Al-Qur‘an secara bersama-sama, dengan diawasi
oleh pengasuh.5
3. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok terlihat ketika seorang pengasuh sedang
menuntun anak asuh yang sedang menyetorkan hafalan Al-Qur‘an.
Sebelumnya anak asuh membaca Al-Qur‘an terlebih dahulu, kemudian anak
asuh menghafalkannya, setelah hafal pengasuh menandai ayat berapa yang
sudah mereka hafalkan. 6
4. Pola Roda
Gambar 4.1
Pola Roda pada PYD YASS
Pola roda terlihat ketika pegasuh memberikan arahan dan kemudian
anak asuh tidak memberikan respon atau tanggapan kepada pengasuh.
Komunikasi antara pengasuh dan anak asuh lebih didominasi oleh
5 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada minggu, 23 Juli 2017
6 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 26 Juli 2017
64
pengasuh, sehingga anak asuh hanya bersifat sebagai pendengar tanpa
adanya umpan balik, hal ini menyebabkan pengasuh tidak dapat mengetahui
apakah pembinaan yang dilakukannya itu sudah diterima dengan baik atau
tidak oleh anak asuh.7 Seperti halnya ketika pengasuh mengarahkan kepada
anak asuh melakukan hafalan sebelum magrib atau setelah shubuh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh pengasuh PYD di asrama Neroktog,
bapak Tholib :
―biasanya anak asuh melakukan hafalan sebelum magrib atau setelah
shubuh mereka menghafal, biasanya mereka langsung berkumpul di
aula.”8
Kemudian anak asuh berkumpul di aula dan membuka Al-Qur‘an
yang sudah pengasuh sediakan dan membacan ayat Al-Qur‘an yang sedang
dihafal oleh mereka. Disini juga anak asuh dapat bergantian menggunakan
speaker muroja‟ah.
5. Pola Bintang
Gambar 4.2
Pola Bintang pada PYD YASS
7 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada minggu, 23 Juli 2017
8 Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama.
Tangerang, 24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera
65
Pola bintang di sini dilihat dari komunikasi antara pengasuh dengan
anak asuh, maupun anak asuh dengan anak asuh yang lainnya. Ketika anak
asuh sedang menyetorkan hafalan Al-Qur‘an kepada pengasuh, dan
pengasuh mendengarkan hafalan anak asuhnya. Kemudian pengasuh
menandai ayat yang sudah anak asuh hafalkan tadi. 9
Komunikasi kelompok juga terjadi di pola ini, yaitu ketika anak asuh
berkumpul bersama pegasuh di aula asrama untuk menghafal Al-Qur‘an. Di
sini anak asuh dengan anak asuh yang lainnya saling membantu dalam
menghafal Al-Qur‘an. Sedangkan fungsi pengasuh di sini mengawasi anak
asuh yang sedang menghafalkan Al-Qur‘an.10
Dari kedua pola diatas yang sering pengasuh gunakan dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an adalah Pola Bintang. Karena pola ini sering
digunakan oleh pengasuh dalam memberikan pembinaan kedisiplinan hafalan
Al-Qur‘an dengan anak asuh di asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Neroktog
Tangerang Kota. Kemudian pengasuh juga menggunakan bentuk komunikasi
antara lain: komunikasi intrapribadi, anatar pribadi dan kelompok, semua
bentuk komunikasi tersebut sangat membantu pengasuh dalam pembinaan
kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an di asrama. Pengasuh juga harus lebih
9 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 2 Agustus 2017
10 Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada sabtu, 5 Agustus 2017
66
B. Metode Dalam Pembinaan Kedisiplinan Hafalan Al-Qur’an di Pondok
Yatim dan Dhu’afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog
Tangerang
Tabel 4.2
Metode Hafalan
Metode
Hafalan
Jenis dan Bentuk Komunikasi
Komunikasi
Intrapribadi
(KIP)
Komunikasi
Antar Pribadi
(KAP)
Komunikasi
Kelompok
(KK)
Pola
Roda
Pola
Bintang
Bin-Nazhar
(membaca
dengan
cermat )
√ √ - - -
Tahfidzh
(menghafal
sedikit demi
sedikit)
√ - - √ -
Talaqqi
(menyetorkan
hafalan)
- √ - √ √
Takrir
(mengulang
hafalan yang
pernah dihafal)
√ √ - - √
Tasmi‟
(memperdenga
rkan hafalan
kepada orang
lain)
- √ √ - √
67
Dapat dilihat pola komunikasi dan pendekatan komunikasi yang terjadi
dalam lima metode menghafal Al-Qur‘an, adalah sebagai berikut :
1. Pola komunikasi dalam metode Bin-Nazhar
Metode Bin-Nazhar adalah membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‘an
yang akan dihafal dengan melihat ayat Al-Qur‘an secara berulang-ulang. Di
asrma Pondok Yatim dan Dhu‘afa anak asuh biasanya melakukan metode ini
pada waktu tertentu, antara lain setelah pulang sekolah dan ketika sebelum
tidur. Biasanya mereka membaca ayat Al-Qur‘an yang mereka hafalkan di
kamar ketika sebelum tidur ataupun di aula ketika mereka pulang dari
sekolah.11
Terdapat dua pendekatan komunikasi dalam metode ini ialah komunikasi
antarpribadi (dakwah fardiyah), yaitu dimana seorang pengasuh memberikan
arahan kepada anak asuh untuk membaca ayat Al-Qur‘an yang ingin dihafal
secara berulang-ulang, kemudian mereka melaksanakan apa yang diarahkan
oleh pengasuh.
Kemudian komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah), dimana anak asuh
membaca ayat Al-Qur‘an yang sedang dihafal secara individu dan
memotivasi dirinya sendiri agar dapat menghafalkan ayat Al-Qur‘an.
Kemudian media yang digunakan adalah Al-Qur‘an terjemah. Di dalam
metode ini terjadi pola roda, yaitu dimana pengasuh memberikan arahan dan
motivasi kepada anak asuh agar lebih giat lagi dalam membaca ayat Al-
Qur‘an yang ingin dihafal secara berulang-ulang. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh pengasuh PYD di asrama Neroktog, bapak Tholib :
11
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 2 Agustus 2017
68
“yahhh diarahin aja buat hafal qur‟an, pertama saya suruh baca dulu
qur‟an yang mau dihafalnya berulang-ulang, setelah itu baru qur‟an yang
dibacanya tadi sambil dilihat, saya suruh tutup qur‟an nya, lantas suruh
baca sambil engga lihat qur‟an nya.”12
2. Pola komunikasi dalam metode Tahfidz
Metode Tahfidz adalah menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-
Qur‘an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar (membaca
dengan cermat) tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat,
atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan sehingga sempurna.
Metode ini sama halnya dengan metode bin-nazhar, namun metode ini lebih
menekankan hanya kepada beberapa ayat yang sedang anak asuh hafalkan,
sehingga anak asuh lebih mudah dalam menghafalkan ayat yang sedang
mereka hafalkan.
Pendekatan komunikasi yang terlihat dalam metode ini ialah komunikasi
intrapribadi (dakwah dzatiyah), dimana anak asuh menghafalkan Al-Qur‘an
secara individu dan memotivasi dirinya sendiri agar dapat menghafal Al-
Qur‘an. Kemudian media yang menghafal yang digunakan adalah Al-Qur‘an
terjemah dan speaker muroja‟ah. Dalam metode tahfizh ini pola komunikasi
yang digunakan tidak jauh berbeda dengan metode bin-nazhar, yaitu pola
roda. Dimana seorang pengasuh memberikan arahan dan mengingatkan
kepada anak asuhnya tentang hafalan Al-Qur‘annya agar selalu dihafal terus
dan diulang-ulang hafalan ayat Al-Qur‘annya.
12
Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama
Tangerang, 24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
69
3. Pola komunikasi dalam metode Talaqqi
Metode Talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang
baru dihafal kepada seorang pengasuh. Pengasuh tersebut haruslah seorang
yang hafal Al-Qur‘an, telah mantap agama dan serta dikenal mampu menjaga
dirinya. Dalam metode ini anak asuh menyetorkan atau memperdengarkan
ayat Al-Qur‘an yang sudah mereka hafal sebelumnya kepada pengasuh atau
asisten pengasuh. Biasanya mereka menyetorkan kepada pengasuh setiap hari
rabu, karena sudah ditentukan harinya oleh pengasuh.13
Pendekatan komunikasi yang pengasuh gunakan dalam metode ini adalah
komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) karena melibatkan dua orang atau
lebih, yaitu antara pengasuh dengan anak asuh yang menyetorkan hafalan
yang sudah mereka hafal. Dalam pendekatannya pengasuh memberikan
nasihat dan motivasi sebelum menyetorkan hafalannya. Anak asuh
menyetorkan hafalannya setiap hari rabu. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh pengasuh PYD di asrama Neroktog, bapak Tholib :
―untuk penyetoran hafalan yang udah mereka hafal, biasanya seminggu
sekali setiap hari rabu. Saya paling mengigatkan lagi kepada anak-anak,
tapi biasanya mereka sudah paham, karena dari awal sudah saya
beritahukan untuk penyetoran hafalan itu di hari rabu.”14
Sedangkan dalam metode talaqqi, terdapat dua pola komunikasi, yaitu
pola roda dan pola bintang. Pola roda terlihat ketika seorang pengasuh
mengigatkan kepada masing-masing anak asuh, untuk menyetorkan hafalan
yang sudah mereka hafal. Sedangkan dalam pola bintang, terjadi komunikasi
13
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 2 Agustus 2017 14
Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama
Tangerang, 24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
70
dua arah antara pengasuh dan anak asuh, yaitu pada saat anak asuh
menyetorkan hafalannya kepada pengasuh. Ketika ada ayat yang salah cara
membacanya atau ada yang lupa, pengasuh akan membenarkannya dan
kemudian anak asuh mengulangi hafalannya lagi.
4. Pola komunikasi dalam metode Takrir
Metode Takrir adalah mengulang hafalan yang pernah dihafalkan atau
sudah pernah di dengarkan kepada pengasuh. Takrir dimaksudkan agar
hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan
pengasuh, takrir juga dapat dilakukan sendiri-sendiri, dengan maksud
melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Dalam
metode ini pengasuh menganjurkan atau mengingatkan kepada setiap anak
asuh, agar apa yang sudah mereka hafalkan diulang kembali.
Pendekatan komunikasi dalam metode ini terdapat dua pendekatan, yaitu
pendekatan komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah) dimana anak asuh
mengulang hafalan yang sudah mereka setorkan kepada pengasuh secara
individu. Sedangkan komunikasi antarpribadi (dakwah fardiyah) terjadi
ketika anak asuh sedang mengulang hafalannya dengan pengasuh, selain
dengan pengasuh anak asuh juga dapat shring sesama anak asuh.
Pola komunikasi yang digunaka dalam metode ini adalah pola bintang,
karena adanya komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh dan anak asuh
dengan anak asuh, yaitu dalam mengulang hafalan yang sudah pernah anak
asuh hafalkan sebelumnya. Maka disitu terjadi pola komunikasi bintang.
71
5. Pola komunikasi dalam metode Tasmi‟
Metode Tasmi‟ adalah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik
kepada perseorangan maupun kepada banyak orang. Dengan metode tasmi‟
ini seorang penghafal Al-Qur‘an akan diketahui kekurangan pada dirinya,
karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan
tasmi‟ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan. Metode ini terlihat
ketika anak asuh sedang melakukan hafalan bersama (ta‟lim) yang
dilakukannya di aula asrama, bersama dengan pengasuh dan anak asuh yang
lainnya.
Pendekatan komunikasi yang pengasuh gunakan dalam metode ini terdapat
dua pendekatan komunikasi, yaitu pendekatan komunikasi antarpribadi
(dakwah fardiyah) dimana anak asuh membacakan ayat Al-Qur‘an yang
sudah mereka hafal kepada anak asuh yang lainnya ataupun pengasuh.
Kemudian pendekatan komunikasi kelompok (dakwah halaqoh) dimana anak
asuh membacakan ayat yang sudah ia hafalakan didepan anak asuh dan
pengasuh.
Kemudian pola komunikasi yang terdapat dalam metode ini adalah pola
bintang, karena adanya komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh dan
anak asuh dengan anak asuh yang lainnya, yaitu dalam melafalkan atau
membaca hafalan yang sudah pernah anak asuh hafalkan sebelumnya kepada
pengasuh dan anak asuh yang lainnya. Maka disitu terjadi pola komunikasi
bintang.
72
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Kedisiplinan
Hafalan Al-Qur'an di Pondok Yatim dan Dhu’afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota
Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan beberapa hal yang menjadi.
Faktor pendukung adalah hal-hal yang membuat jalannya proses komunikasi
sesuai dengan harapan pengasuh. Sedangkan faktor penghambat adalah segala
sesuatu yang membuat komunikasi antara pengasuh dan anak asuh tidak dapat
mencapai tujuannya. Pada umummnya faktor penghambat menjadikan jalannya
komunikasi tidak sesuai dengan yang direncanakan dan yang diharapkan oleh
komunikator, dalam hal ini adalah pengasuh.
Datangnya faktor pendukung dan penghambat bukan hanya dari salah satu
pihak. Melainkan dari berbagai pihak mulai dari anak asuh dan pihak di luar
keduanya. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa faktor pendukung
dan penghambat antara pengasuh dan anak asuh dalam pembinaan kedisiplinan
hafalan Al-Qur‘an, antara lain sebagai berikut :
1. Metode Bin-Nazhar
Faktor pendukung dalam metode ini adalah niat dan motivasi pada diri
anak asuh. Hal tersebut dapat dilihat dari, bagaimana kesungguhan anak asuh
ketika membaca, kemudian menghafal ayat Al-Qur‘an yang ingin dihafal.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh anak asuh PYD di asrama Neroktog,
Ayip Maulana :
73
―selain dari niat saya buat berubah, di sini juga banyak teman yang sama
kayak saya, yang mau berubah, selain banyak teman, di sini juga ada abi,
sebagai pengasuh kami.”15
Sedangkan faktor penghambat dalam metode ini terlihat dari sebagian
anak asuh yang belum lancar dan juga terbata-bata dalam membaca ayat Al-
Qur‘an yang ingin anak asuh hafalkan. Kemudian dilihat dari usia anak asuh
yang masih senang dan asik-asiknya bercanda, maka ini juga menjadi
penghambat dalam metode ini. Sehingga dapat berpengaruh dalam proses
metode bin-nazhar.
2. Metode Tahfidz
Faktor pendukung dalam metode ini adalah bagaimana cara anak asuh
dalam menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‘an yang dihafal,
maka dari itu mempermudah anak asuh dalam mengingat ayat dalam surat
tertentu yang ingin di hafalkannya. Serta kemauan dan kesungguhan dari anak
asuh itu sendiri dalam menghafal Al-Qur‘an. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh anak asuh PYD di asrama Neroktog, Riski Bani Salmanuri :
―menghafal itu penting banget ka, buat masa depan dan pahalanya juga
buat diri kita masing-masing ka.”16
Sedangkan faktor penghambat dalam metode ini adalah rasa jenuh yang
terkadang dialami oleh anak asuh dan dilihat dari usia anak asuh yang
berbeda-beda, karena semuanya masih sekolah dasar. Maka ada saja anak asuh
yang masih kesulitan dalam mengingat hafalan yang sudah dibaca
sebelumnya. Maka perlu adanya arahan yang lebih dan kesabaran dari seorang
15
Wawancara Pribadi dengan Ayip Maulana anak asuh. Tangerang, 24 Agustus 2017 di
Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. 16
Wawancara Pribadi dengan Riski Bani Salmanuri anak asuh. Tangerang, 24 Agustus
2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang
Kota.
74
pengasuh, dalam pembinaan kedisiplinan hafalan Al-Qur‘an anak asuh di
asrama.
3. Metode Talaqqi
Faktor pendukung yang terjadi dalam metode ini adalah dilihat dari
kedisiplinan anak asuh dalam mendengarkan arahan dan nasehat yang
pengasuh berikan kepada mereka. Kemudian juga peranan pengasuh sebagai
pembina dan juga kedisiplinan pengasuh dalam mengarahkan anak asuhnya
ketika menghafal Al-Qur‘an. Maka dari itu metode ini berjalan dengan baik.
Sebagaimana yang diungkapkan pengasuh PYD di asrama Neroktog, Bapak
Tholib :
―Membaca Al-Qur‟an nya terlebih dahulu, kemudian di hafal per ayat,
setelah hafal selesai kami mencontreng atau menandai ayat berapa yang
sudah mereka hafal.”17
Sedangkan faktor penghambat dalam metode ini dikarenakan kurangnya
pengasuh. Ketika anak asuh yang sudah hafal dan kemudia ingin
menyertorkan hafalannya, mereka harus bergantian dengan anak asuh yang
lainnya. Sehingga terkadang hafalan yang sudah dihafal oleh mereka, mereka
lupa saat menyetorkannya kepengasuh.
4. Metode Takrir
Faktor pendukung dalam metode ini adalah daya ingat dari masing-masing
anak asuh dan juga motivasi untuk dirinya sendiri. Sehingga mereka selalu
mengulang kembali hafalan yang sudah mereka setorkan kepada pengasuh,
agar hafalan yang sudah pernah mereka hafalkan tetap terjaga dengan baik.
17
Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama.
Tangerang, 24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera.
75
Selain itu peranan pengasuh juga menjadi faktor pendukung dalam metode ini,
karena pengasuh memberikan nasehat dan motivasi kepada anak asuhnya agar
lebih semangat dan rajin mengulang hafalan yang sudah dihafal.
Sedangkan faktor penghambatnya dalam metode ini adalah rasa jenuh
yang anak asuh rasakan. Rasa jenuh yang dirasakan anak asuh ketika sedang
mengulang-ulang hafalannya itu dapat menjadikan hafalan yang sudah dihafal
menjadi hilang atau membuat anak asuh lupa ayat yang sudah dihafalkannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh anak asuh PYD di asrama Neroktog,
Ayip Maulana :
―kalo jenuh itu sih pernah ka, paling saya males-malesan pas lagi hafalan
Qur‟annya.”18
5. Metode Tasmi‟
Faktor pendukung dalam metode ini adalah rasa percaya diri dan sungguh-
sungguh dari anak asuh, ketika sedang melantunkan atau memperdengarkan
ayat Qur‘an yang sudah dihafalnya kepada pengasuh atau kepada anak asuh
yang lainnya. Sehingga metode Tasmi‟ berjalan dengan baik dan lancar. Selain
itu juga anak asuh melihat manfaat yang mereka rasakan dalam menghafal Al-
Qur‘an. Sebagaimana yang diungkapkan oleh anak asuh PYD di asrama
Neroktog, Riski Hidayat :
“Manfaatnya ya buat masa depan saya ka, biar saya bisa jadi anak yang
sholeh dan berguna untuk masyarakat sekitar lingkungan aku nantinya
ka.”19
18
Wawancara Pribadi dengan Ayip Maulana anak asuh. Tangerang, 24 Agustus 2017 di
Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota. 19
Wawancara Pribadi dengan Riski Hidayat anak asuh. Tangerang, 24 Agustus 2017 di
Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangerang Kota.
76
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam metode ini adalah
ketika anak asuh ingin melantunkan atau memperdengarkan hafalan kepada
pengasuh, ada sebagian anak asuh yang bercanda dan bermain-main. Maka itu
dapat menggangu konsentrasi anak asuh yang ingin melantunkan ayat Qur‘an
kepada pengasuh. Sebagaimana yang diungkapkan pengasuh PYD di asrama
Neroktog, Bapak Tholib :
“faktornya adalah usianya, karena mereka masih suka bermain dan
bercanda, maklum namanya juga masih anak-anak.”20
Intisari dari faktor penghambat dan pendukung dalam metode hafalan Al-
Qur‘an disini adalah bagaimana seorang pengasuh harus berinovasi dalam
pembinaan hafalan Al-Qur‘an terhadap anak asuh. Sehingga anak asuh tidak
mudah bosan dan juga lebih bersemangat dan lebih giat lagi dalam
menghafalkan Al-Qur‘an. Karena pengasuh menginginkan anak asuhnya
menjadi anak-anak yang bertaqwa, cerdas dan mandiri, sehingga menjadi anak
yang cinta Allah dan Rosulnya. Kemudian bermanfaat untuk masyarakat luas.
Sedangkan anak asuh harus lebih berdisipin dan bersungguh-sungguh dalam
menghafal Al-Qur‘an, karena untuk masa depan dan pedoman hidup mereka.
20
Wawancara Pribadi dengan Abdul Mutholib Kepala atau Pengasuh Asrama.
Tangerang, 24 Agustus 2017 di Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa dan menguraikan hasil penelitian, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola komunikasi yang digunakan pengasuh di asrama Pondok Yatim
dan Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera Neroktog Tangeran Kota
dalam mengarahkan dan membina anak asuh untuk menghafalkan Al-
Qur‘an. Pengasuh menggunakan dua pola, yaitu pola roda dan pola
bintang. Kemudian pengasuh menggunakan bentuk-bentuk komunikasi,
yaitu komunikasi intrapribadi (dakwah dzatiyah), komunikasi
antarpribadi (dakwah fardiyah) dan komunikasi kelompok (dakwah
halaqoh). Selanjutnya pengasuh menggunakan lima metode dalam
menghafal Al-Qur‘an, yaitu metode bin-nazhar, metode tahfizh, metode
talaqqi, metode takrir dan metode tasmi‟. Komunikasi yang digunakan
pengasuh cukup berpengaruh terhadap pembinaan kedisiplinan hafalan
Al-Qur‘an anak asuh. Hal ini terlihat dari adanya komunikasi dua arah
(pengasuh dengan anak asuh, anak asuh dengan pengasuh dan anak
asuh dengan anak asuh), adanya kesamaan makna antara pengasuh dan
anak asuh serta adanya perubahan pada anak asuh dalam menghafalkan
Al-Qur‘an.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kedisiplinan
menghafal Al-Qur‘an , terbagi menjadi dua :
78
1) Metode Bin-Nazhar
Faktor pendukung dalam metode ini adalah niat dan motivasi pada
diri anak asuh. Sedangkan faktor penghambat dalam metode ini
terlihat dari sebagian anak asuh yang belum lancar dan juga terbata-
bata dalam membaca ayat Al-Qur‘an yang ingin anak asuh hafalkan.
2) Metode Tahfidz
Faktor pendukung dalam metode ini adalah bagaimana cara anak
asuh dalam menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‘an
yang dihafal. Sedangkan faktor penghambat dalam metode ini adalah
rasa jenuh yang terkadang dialami oleh anak asuh dan dilihat dari usia
anak asuh yang berbeda-beda, karena semuanya masih sekolah dasar.
3) Metode Talaqqi
Faktor pendukung yang terjadi dalam metode ini adalah dilihat dari
kedisiplinan anak asuh dalam mendengarkan arahan dan nasehat yang
pengasuh berikan kepada mereka. Sedangkan faktor penghambat
dalam metode ini dikarenakan kurangnya pengasuh.
4) Metode Takrir
Faktor pendukung dalam metode ini adalah daya ingat dari masing-
masing anak asuh dan juga motivasi untuk dirinya sendiri. Sedangkan
faktor penghambatnya dalam metode ini adalah rasa jenuh yang anak
asuh rasakan.
5) Metode Tasmi‟
Faktor pendukung dalam metode ini adalah rasa percaya diri dan
sungguh-sungguh dari anak asuh. Sedangkan yang menjadi faktor
79
penghambat dalam metode ini adalah ketika anak asuh ingin
melantunkan atau memperdengarkan hafalan kepada pengasuh, ada
sebagian anak asuh yang bercanda dan bermain-main.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil temuan tersebut, terdapat beberapa saran yang
penulis ajukan kepada anak asuh, pengasuh dan pengurus di Pondok Yatim dan
Dhu‘afa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera, dan semoga saran ini bisa bermanfaat,
antara lain :
1. Kepada Anak Asuh
Anak asuh kami harap harus bersungguh-sungguh, dengan hati
yang ikhlas dan lapang dada dalam menjalankan kegiatan yang ada di
asrama, lebih terfokus dalam kegiatan hafalan Al-Qur‘an. Karena
pengasuh menginginkan anak asuhnya menjadi anak-anak yang
bertaqwa, cerdas dan mandiri, sehingga menjadi anak yang cinta Allah
dan Rosulnya. Kemudian bermanfaat untuk masyarakat luas.
2. Kepada Pengasuh
Pengasuh harus dapat memperlihatkan bagaimana semangat
dalam melakukan pembinaan hafalan Al-Qur‘an terhadap anak asuh
dan berinovasi, agar anak asuh terpacu semangatnya dalam
menghafalkan Al-Qur‘an.
3. Kepada Pengurus
Pengurus Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa harus rutin, siap
dan tanggap dalam mengontrol perkembangan anak asuh di setiap
80
asrama. kemudian memberikan keperluan apa saja yang anak asuh
butuhkan dalam menunjang program kegiatan yang mereka lakukan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Anshori, M. Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: PT. Usaha Nasional,
1983.
Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta: Amzah, 2012.
Barry, M. Dahlan Al, dan Puis A. Partanto. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola, 1994.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana.
Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011.
Dradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Raga. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: PT.
Rosdakarya, 2007.
—. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Cintra Aditya Bakti,
2003.
Hefni, Harjani. Komunikasi Islam, Cetakan ke-1. Jakarta: Prenadamedia Group,
2015.
Islam, Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah/Dakwah. Pembinaan Rohani Pada
Wanita. Jakarta: Departemen Agama, 1948.
J.S., Bandudu, dan Zain Sutan Mohammad. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008.
—. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara,
2007.
81
Rachmat, Jalaludin. Metode Peneltian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,
2000.
Rais, Heppy El. Kamus Ilmiah Populer, Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.
Riswandi. Ilmu Komunikasi, Cetakan I. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Rudhonah. Ilmu Komunikasi, Cetakan 1. Jakarta: Atma Kencana Publishing,
2013.
—. Ilmu Komunikasi, Cetakan 1. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Sa‘dulloh. 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani, 2008.
—. Jakarta:Gema Insani: 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‘an, 2008.
—. Gema Insani. Jakarta: 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‘an, 2008.
Sa‘dulloh, 9 Cara Peraktis Menghafal Al-Qur‘an, (Jakarta:Gema Insani, 2008), h.
52-54. t.thn.
Sobur, Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: C.V. Pustaka
Setia, 1988.
Soyomukti, Nuraini. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Garamedia Widiasavina, 2003.
Observasi:
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada kamis, 20 Juli
2017.
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada minggu, 23 Juli
2017.
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 26 Juli
2017.
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada rabu, 2 Agustus
2017.
82
Observasi peneliti ke ―Asrama Neroktog Tangerang Kota‖ pada sabtu, 5 Agustus
2017.
Website:
http://www.pondokyatim.or.id. diakses pada hari Kamis, 4 Mei 2017.
https://scholar.google.co.id/scholar?start=0&q=related:hwvWoB1mXhAJ:scholar.
google.com/&hl=id&as_sdt=0,5, diakses pada hari senin, 30 Oktober 2017.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Nama : Eko Riyanto
Jabatan : General Manajer Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Agustus 2017
Waktu wawancara : 10.00 WIB
Tempat wawancara : Kantor Layanan Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya PYD YASS ?
2. Apa tujuan didirikannya PYD YASS ?
3. Apa saja program dan kegiatan yang diterapkan di PYD YASS ?
4. Apakah ada hambatan dalam membina anak yatim di PYD YASS ?
5. Bagaimana pihak yayasan menyikapi hambatan tersebut?
6. Apa perubahan yang bapak lihat dari anak asuh disini setelah menerima
pembinaan di PYD YASS ?
7. PYD YASS apakah hanya ada disini saja, atau ada yang lainnya pak ?
8. Di mana saja lokasi asrama PYD YASS ?
9. Apakah ada perbedaan dalam pembinaan yang dilakukan oleh setiap asrama
yang ada? Jika ada, dalam program kegiatan apa?
Nama : Eko Riyanto
Jabatan : General Manajer Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Agustus 2017
Waktu wawancara : 10.00 WIB
Tempat wawancara : Kantor Layanan Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Apa sejarah dan latar belakang berdirinya PYD YASS ?
Jawab : Singkatnya saja ya, awal berdirinya Pondok Yatim dan Dhu‟afa berawal
dari gagasan sebuah yayasan yang bernama Yayasan Amal Sholeh
Sejahtera, yayasan ini berdiri atas sebuah gagasan beberapa sahabat
yang memiliki keperhatinan serta kepedulian yang sama terhadap warga
yang kurang beruntung dalam menopang kesejahteraan hidup terlebih
tanggung jawab mereka dalam mensukseskan pendidikan anak-anaknya,
karena di yayasan ini kami berharap mereka dapat bangkit dan juga
memiliki peluang hidup lebih baik dan bermanfaat untuk masa depannya,
yayasan ini juga engga akan bisa beridiri, kalo engga ada campur
tangan atau bantuan dari masyarakat sekitar yang memiliki satu
keinginan yang sama seperti kami, setelah beberapa kali melakukan
pembicaraan dengan masyarakat sekitar, kemudian kami mempersiapkan
sumber daya manusia (SDM) nya mumpuni alias punya kecakapan dan
kecukupan untuk membuat sekaligus mengoprasionalkan sebuah yayasan
yang berbadan hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia, kemudia
dilanjutkan dengan musyawarah dengan beberapa tokoh, kemudian atas
kehendak Allah swt dan juga dukungan warga serta kawan-kawan,
Alhamdulillah tepat tanggal 24 agustus 2006 berdirilah Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera yang memiliki legalitas Formal, sebagai lembaga non
profit yang bergerak pada lingkup sosial keagamaan dan juga bisa
membantu masyarakat yang kurang mampu maupun terkena musibah,
dan juga menyantuni anak-anak yatim dan dhu‟afa di sekitar yayasan
ini, setelah beberapa kali kami ikut andil dalam meberikan santunan
kepada anak-anak yang kurang mampu, kami terinspirasi ingin
menyiapkan asrama bagi mereka, setelah melihat kondisi anak-anak
yatim dan dhu‟afa yang kami santuni, alhamdulillah atas kerja keras
kami semua pada tahun 2008 dengan modal niat tulus serta tekat kami
berani untuk mengontrak sebuah rumah, kemudian kamipun meberinya
sebuah nama Pondok Yatim dan Dhu‟afa Yayasn Amal Sholeh Sejhatera
(PYD YASS), semoga brawal dari niat dan tekat yang kuat, kami dapat
mencetak anak-anak yang sukses dunia dan akhiratnya.
Tanya : Apa tujuan didirikannya PYD YASS ?
Jawab : seesuai dengan visi PYD YASS sediri yaitu mewujudkan Pondok Yatim
dan Dhu‟afa sebagai lembaga pendidikan serta pembinaan anak yatim
dan dhu‟afa yang profesional dan amanah sehingga dapat menciptakan
generasi mandiri yang berakhlakul karimah dan yang mencintai Al-
Qur‟an.
Tanya : Apa saja program dan kegiatan yang diterapkan di PYD YASS ?
Jawab : Di PYD YASS ini ada beberapa program yang kami lakukan atau
jalankan, ada program layanan, program bantuan, program wakaf, dan
kemudian program kegitan yang biasa kami dan anak-anak lakukan di
PYD YASS, kegiatan di PYD YASS seperti di yayasan yang lainnya dari
bagun tidur, shalat shubuh berjamaah dan lainnya, kegiatan yang
sedang kami fokuskan adalah tentang hafalan Al-Qur‟an nya, agar
bagaimana anak-anak di asrama PYD YASS dapat memahami dan
memaknai tentang hidup di dunia ini.
Tanya : Apakah ada hambatan dalam membina anak yatim di PYD YASS ?
Jawab : mungkin hambatan yang kami alami, bisa dilihat dari latar belakang
serta kemampuan tiap anak, karena mereka memiliki kemampuan yang
berbeda-beda atau beragam. Ada yang sudah dapat terlihat mandirinya
sejak pertama di asrama PYD YASS, ada juga yang masih malu-malu
dalam berinteraksi atau komunikasi dengan yang lain. Jadi kami dalam
proses pembinaan mungkin diawali dengan mengumpulkan mereka
bersama, kemudia saling berkenalan satu sama lain, agar mereka dapat
saling memahami satu sama lain. Setelah itu baru kami mulai kegiatan
pembinaan dalam menghafal Al-Qur‟an dan kegiatan yang lainnya.
Tanya : bagaimana pihak yayasan menyikapi hambatan tersebut ?
Jawab : Jadi kami dalam proses pembinaan, kami melakukan dengan sabar dan
perlahan-lahan agar kami dapat memahami karakter mereka masing-
masing. Agar mereka merasa nyaman dan dapat berkomunikasi dengan
baik.
Tanya : Apa perubahan dan harapan dari anak asuh disini setelah menerima
pembinaan di PYD YASS ?
Jawab : alhamdulillah, mereka memiliki tekat dan kemauan yang sangat, karena
merkea mau dikit demi sedikit berubah, mulai dari kemandirian, dari
akhlaknya, keilmuannya, dan kami berharap meraka menjadi anak anak
yg taqwa cerdas dan mandiri, sehingga menjadi anak yang cinta Allah &
rosulnya. Berbakti kepada orang tua nya & berguna bagi agama, Nusa,&
bangsa. Kami berharap mereka tidak putus untuk melantunkan dan
menghafal kemudian memahami dan mempraktekkan isi dari kandungan
Al-Qur‟an, serta apa saja yang mereka dapat di kegiatan PYD YASS.
Tanya : PYD YASS apakah hanya ada disini saja, atau ada yang lainnya pak?
Jawab : PYD YASS tidak hanya ada di sini saja, Alhamdulillah atas doa dan
bantuan dari para donatur kepada PYD YASS, kami sudah memiliki
kurang lebih 5 asrama putra dan 5 asrama putri, dan 1 sekretariat PYD
YASS, maka total kami memiliki 10 asrama dan 1 sekretariat.
Tanya : Di mana saja lokasi asrama PYD YASS?
Jawab : hemmm... lokasi asrama PYD YASS tersebar di beberapa wilayah jakarta
yaitu jakarta barat, jakarta timur, jakarta selatan, dan juga ada di
wilayah tangerang yaitu tangerang kota dan tangerang selatan.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Eko Riyanto
Nama : Suryadi Rachman
Jabatan : Kepala atau Pengasuh asrama Pondok Yatim dan Dhua‘fa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Minggu, 13 Agustus 2017
Waktu wawancara : 14.00 WIB
Tempat wawancara : Kantor Layanan Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS).
1. Bagaimana proses prekrutan pengasuh dalam PYD YASS ini ? adakah
setandar atau syarat - syarat menjadi pengasuh di PYD YASS ?
2. Bagaimana proses bapak membagi pengasuh ke beberapa asrama yang
dimiliki PYD YASS ?
3. Apakah ada laporan rutin kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh ? kalau ada
kepada siapa pengasuh melaporkannya ?
4. Apakah ada target bagi pengasuh dalam setiap kegiatan? misalnya dalam
kegiatan menghafal Al-Qur'an?
5. Siapa saja nama pengasuh di masing - masing asrama ? kemudian diberi
tanggung jawab mengawasi anak asuh dengan jumlah berpa anak asuh di
setiap asrama ?
Nama : Suryadi Rachman
Jabatan : Manajer Pemberdayaan asrama Pondok Yatim dan
Dhua‘fa Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Minggu, 13 Agustus 2017
Waktu wawancara : 14.00 WIB
Tempat wawancara : Kantor Layanan Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan
Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Bagaimana proses prekrutan pengasuh dalam PYD YASS ini ? adakah
setandar atau syarat - syarat menjadi pengasuh di PYD YASS ?
Jawab : Prosesnya seperti biasa umumnya kirim cv. Ke kantor pusat pondok yatim
& dhu'afa, adapun standarisasi
1. Pengasuh asrama sudah berkeluarga (suami istri)
2. mampu bekerja keras
3. Mampu mengurus anak asuh dengan sabar
4. Mampu berkomunikasi dengan baik
5. Fasih membaca Al-Qur'an
6. Mampu membina dan mendidik anak asuh dengan baik.
7. Kreatif
Dan setelah Cv. Dikirim tunggu informasi perihal waktu interview,
Setelah interview hrd / pengurus akan memberikan informasi kembali
perihal diterimanya.
Tanya : Bagaimana proses bapak membagi pengasuh ke beberapa asrama yang
dimiliki PYD YASS ?
Jawab : Setelah diinterview dan diterima maka diserahkan ke manager
pemberdayaan. Proses awalnya adalah observasi, melihat proses kegiatan
keasramaan yg sudah berjalan dan belajar untuk memahami juklak (daily
activity) kegiatan santri dan SOP penerimaan donatur, Kemudian
ditentukan asrama yg diamanahkan.
Tanya : Apakah ada laporan rutin kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh ? kalau
ada kepada siapa pengasuh melaporkannya ?
Jawab : Laporan sangatlah dibutuhkan karena ini mencangkup pertanggung
jawaban amanah yang telah diberikan kepada tiap-tiap pengasuh asrama,
dan ini adalah bukti kinerja yg telah dilaksanakan dan adapun
kekurangannya kita perbaiki. Dan laporan pun sebagai bentuk
pertanggung jawaban kepada masyarakat agar kami bisa menjalani tugas
ini dengan amanah. Karena diasrama terdapat kebutuhan hidup sehari-
hari, seperti sandang pangan anak-anak. Jadi sangatlah dibutuhkan
laporan pertanggung jawaban. Adapun alur laporan pertanggung
jawaban diberikan kepada bagian pemberdayaan keasramaan.
Tanya : Apakah ada target bagi pengasuh dalam setiap kegiatan? misalnya dalam
kegiatan menghafal Al-Qur'an?
Jawab : Dikarenakan visi misi PYD-YASS adalah
Visi :
Mewujudkan Pondok Yatim & Dhu'afa sebagai lembaga pendidikan
serta pembinaan anak yatim dan dhu'afa yang profesional dan
amanah sehingga dapat menciptakan generasi mandiri yang
berakhlak.
Misi :
Memberikan pelayanan terbaik bagi anak yatim dan dhu'afa
Menjadi fasilitator yang amanah bagi kamu aghnia (mampu) dan
kaum dhu'afa
Membangun Pondok Yatim & Dhu'afa sebagai wadah pembentukan
generasi mandiri.
Maka target awal adalah menjadi anak yang cinta kepada Qur'an, Agar
menjadi generasi mandiri yang berakhlaqul karimah. Jadi kami berusaha
mengajak anak asuh untuk tingkat
a. SD mampu menghafal min. juz Amma
b. SMP mampu menghafal min. Juz 2
c. Serta SMA mampu menghafal min. Juz 28
Dan target lain dalam tiap kegiatan adalah pembinaan akhlak, fiqih dan
yang lainnya.
Tanya : Siapa saja nama pengasuh di masing - masing asrama ? kemudian diberi
tanggung jawab mengawasi anak asuh dengan jumlah berpa anak asuh di
setiap asrama ?
Jawab : Alhamdulillah berkat kepercayaan masyarakat PYD-YASS memiliki 12
asrama. Dan berikut nama asrama dan pengasuhnya :
1. asrama kembang kerep - jakbar : bpk Rokhmat Arif
2. Asrama Tomang, jakbar: bpk eko purnomo
3. Asrama Jatibaru, jakpus : bpk Ali Sedin
4. Asrama jurangmangu, tangsel: bpk imam syahruri
5. Asrama neroktog, tangkot : bpk abdul mutholib
6. Asrama pondok labu, jaksel : bpk ahyani
7. Asrama kebon jeruk, jakbar : bpk jamil
8. Asrama joglo, jakbar: bpk priyanto
9. Asrama srengseng, jakbar : bpk juwanto
10. Asrama cipinang, jaktim : bpk panut
11. Asrama tanah merdeka, jaktim : bpk ahmad nursalim
12. Asrama cengkareng, jakbar : ust. M Nur
Untuk diasrama kembang kerep kuota anak 15, Sedangkan diasrama lain
rata-rata kuota anak 8.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah
Nama : Suhendra
Jabatan : Manajer Pembinaan asrama Pondok Yatim dan Dhua‘fa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017
Waktu wawancara : 15.00 WIB
Tempat wawancara : Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Apakah ada perbedaan dalam pembinaan pada setiap asrama?
2. Jika ada, dalam penerapan program pembinaan apa saja yang berbeda ?
3. Apa yang menjadi program pembinaan unggulan di PYD YASS ?
4. Apa yang menjadikan dasar penetapan program ini menjadi program
unggulan?
5. Apakah menurut bapak program unggulan ini sudah berhasil dan sukses di
masing-masing asram ?
Nama : Suhendra
Jabatan : Manajer Pembinaan asrama Pondok Yatim dan Dhua‘fa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017
Waktu wawancara : 15.00 WIB
Tempat wawancara : Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Apakah ada perbedaan dalam pembinaan pada setiap asrama?
Jawab : Pada dasarnya tidak ada, hanya metode saja yg berbeda
Tanya : Jika ada, dalam penerapan program pembinaan apa saja yang berbeda ?
Jawab : Kenapa metodenya beda-beda, itu tergantung spesifikasi tingkatan saja
karena ga mungkinkan metode pembinaan anak-anak sd kita samakan
dengan tingkatan smp dan smk.
Tanya : Apa yang menjadi program pembinaan unggulan di PYD YASS ?
Jawab : Program pembinaan mental yg berkarakter dan menghafalkan Al-Qur‟an
Tanya : Apa yang menjadikan dasar penetapan program ini menjadi program
unggulan?
Jawab : Dasarnya karena secara umum saat ini hampir setiap anak-anak usia
sekolah tidak memiliki mental yang berkarakter dan kurang dalam minat
menghafal Al-Qur‟an atau mencintai Al-Qur‟an, maka dari itu kami di
sini memberikan pembinaan untuk anak asuh agar memiliki mental yang
berkarakter dan juga mencintai Al-Qur‟an.
Tanya : Apakah menurut bapak program unggulan ini sudah berhasil dan sukses
di masing-masing asram ?
Jawab : Kalau dimasing - masing asrama belum, hanya saja sudah ada walaupun
belum semua asrama.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Suhendra
Nama : Abdul Mutholib
Jabatan : Kepala atau Pengasuh asrama Pondok Yatim dan Dhua‘fa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Sejak kapan bapak menjadi pengasuh di asrama PYD YASS ?
2. Metode apa yg bapak terapkan dalam pembinaan menghafal Al-Qur'an di
asrama PYD YASS ?
3. Bagaimana pola komunikasi yg bapak terapkan dalam pembinaan menghafal
Al-Qur'an di asrama PYD YASS ?
4. Kapan saja bapak berkomunikasi dengan anak asuh ?
5. Bagaimana bapak mengarahkan anak-anak untuk menghafal Al-Qur‘an?
6. Kapan saja anak asuh melakukan hafalan Al-Qur‘an ?
7. Kapan waktu anak asuh untuk menyetorkan hafalannya pak ?
8. Bentuk dan media komunikasi apa saja yg bapak gunakan dalam pembinaan
hafalan Al-Qur'an?
9. Sarana dan prasarana apa yg digunakan dalam proses pembinaan ?
10. Menurut bapak, apakah pola komunikasi yang di terapkan dalam pembinaan
hafalan Al-Qur'an terhadap anak-anak sudah berhasil ?
11. Faktor penghambat apa saja yg bapak hadapi saat berkomunikasi dengan
anak-anak dalam pembinaan hafalan Al-Qur'an?
12. Lalu apa yang bapak lakukan jika anak-anak asuh sudah mulai jenuh atau
sudah mulai bermain-main ketika hafalan?
13. Apa harapan bapak kedepannya untuk anak-anak di asrama PYD YASS ?
Nama : Abdul Mutholib
Jabatan : Kepala atau Pengasuh asrama Pondok Yatim dan Dhua‘fa
Yayasan Amal Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Sejak kapan bapak menjadi pengasuh di asrama PYD YASS ?
Jawab : sejak tahun 2015.
Tanya : Metode apa yg bapak terapkan dalam pembinaan menghafal Al-Qur'an di
asrama PYD YASS ?
Jawab : membaca Al-Qur'an nya terlebih dahulu, kemudian di hafal per ayat,
setelah hafal selesai kami mencontreng atau menandai ayat berapa yang
sudah mereka hafalkan.
Tanya : Bagaimana pola komunikasi yg bapak terapkan dalam pembinaan
menghafal Al-Qur'an di asrama PYD YASS ?
Jawab : disini sih biasanya kami berkumpul di aula dengan anak-anak, waktunya
biasanya sebelum magrib, disini kami hanya mengawasi anak-anak yang
sedang menghafal Al-Qur‟an, kami disini memberikan Al-Qur‟an terjemah
kepada anak-anak untuk menhafal Al-Qur‟an, selain menggunakan Al-
Qur‟an terjemah, disini kami juga menggunakan pola nya yaitu muroja'ah
dan satu hari minimal satu ayat yang di hafal oleh anak-anak.
Tanya : Kapan saja bapak berkomunikasi dengan anak asuh ?
Jawab :biasanya kami lakukan setiap hari ketika anak-anak pulang dari
sekolahnya dan juga ketika anak-anak menjelang tidur.
Tanya : Bagaimana bapak mengarahkan anak-anak untuk menghafal Al-Qur‘an?
Jawab : yahhh diarahin aja buat hafal qur‟an, pertama saya suruh baca dulu
qur‟an yang mau dihafalnya berulang-ulang, setelah itu baru qur‟an yang
dibacanya tadi sambil dilihat, saya suruh tutup qur‟an nya, lantas suruh
baca sambil engga lihat qur‟an nya.
Tanya : kapan saja anak asuh melakukan hafalan ?
Jawab : biasanya anak asuh melakukan hafalan sebelum magrib atau setelah
subuh mereka menghafal, biasanya mereka langsung berkumpul di aula.
Tanya : Kapan waktu anak asuh untuk menyetorkan hafalannya pak ?
Jawab : untuk penyetoran hafalan yang udah mereka hafal, biasanya seminggu
sekali setiap hari rabu. Saya paling mengigatkan lagi kepada anak-anak,
tapi biasanya mereka sudah paham, karena dari awal sudah saya
beritahukan untuk penyetoran hafalan itu di hari rabu.
Tanya : Bentuk dan media komunikasi apa saja yg bapak gunakan dalam
pembinaan hafalan Al-Qur'an?
Jawab: disini biasa kami perasrama ketika ingin melakukan kegiatan hafalan Al-
Qur‟an bentuknya dengan ta‟lim dan dilakukan di aula, kemudian media
yang kami gunaka ya sudah pasti adalah Al- Qur'an terjemah dan speaker
muroja'ah untuk membantu anak-anak dalam proses menghafal Al-
Qur‟an.
Tanya : Sarana dan prasarana apa yg digunakan dalam proses pembinaan ?
Jawab : kalo disini sarananya.ya aula asrama ini. Sudah di sediakan karpet untuk
alas mereka kemudian Al-Qur‟an terjemah dan speaker moroja‟ah
disediakan di aula asrama.
Tanya : Menurut bapak, apakah pola komunikasi yang di terapkan dalam
pembinaan hafalan Al-Qur'an terhadap anak-anak sudah berhasil ?
Jawab : Insya Allah ya, kalo yang kami lihat dari keseriusan anak-anak dalam
mengikuti pembinaan kedisiplinan menghafal Al-Qur‟an ini,
alhamdulillah, kami berharap kepada anak-anak mereka melakukan
kegiatan ini semua dengan hati yang ikhlas dan sabar, dan kami harap
apa yang mereka lakukan di sini dapat mereka terapkan untuk
kehidupannya nanti, ketika sudah tidak berada di PYD YASS, ilmu yang
mereka dapat disini dapat mereka gunakan atau amalkan kepada yang
lainnya, sebagai bekal untuk akhirat mereka. Aamiinn ...
Tanya : Faktor penghambat apa saja yg bapak hadapi saat berkomunikasi dengan
anak-anak dalam pembinaan hafalan Al-Qur'an?
Jawab : faktornya adalah usianya, karena mereka masih suka bermain dan
bercanda. maklum namanya juga masih anak-anak.
Tanya : Lalu apa yang bapak lakukan jika anak-anak asuh sudah mulai jenuh atau
sudah mulai bermain-main ketika hafalan?
Jawab : biasanya yang saya lakukan yaaa... mengajak anak jalan – jalan, jalan –
jalan di sini yaa... saya ajak pergi tamasya ketempat yang bisa buat
mereka senang atau juga saya ajak untuk ikut berolahraga selain buat
anak – anak senang, olahraga juga membuat daya tahan tubuh mereka
kuat, kemudian setelah itu saya ajak makan bersama, atau juga saya ajak
ke mini market untuk membeli jajanan apa yang dia suka.
Tanya : Apa harapan bapak kedepannya untuk anak-anak di asrama PYD YASS ?
Jawab : harapan Nya biar anak anak yg saya bina, menjadi anak-anak yg taqwa
cerdas dan mandiri, sehingga menjadi anak yang cinta Allah & rosulnya.
Berbakti kepada orang tua nya dan berguna bagi agama, Nusa,& bangsa.
Aamiinn...
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Tholib
Nama : Riski Hidayat
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
2. Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
3. Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
4. Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
5. Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
6. Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
7. Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
8. Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
9. kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik hafal
ke pengasuh ?
10. Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Nama : Riski Hidayat
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
Jawab : Tahun 2015
Tanya : Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
Jawab : Seneng banget kak, disini aku bisa ketemu teman baru dan menambah
ilmu agama.
Tanya : Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
Jawab : Pengasuh disini tuh baik kak, udah kayak keluarga bagi kami kak, kayak
orang tua sendiri kak.
Tanya : Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
Jawab : Penting bangetlah ka, buat masa depan dan pahalanya juga
Tanya : Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
Jawab : sebelum masuk sini saya belum menghafal Al-Qur‟an, alhamdulillah
setelah saya masuk sini, saya sudah mulai menghafalkan Al-Qur‟an, awal
mula saya menghafal itu, saya memulainya dari juz ke 29 surat Al-
Muddassir.
Tanya : Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : selain dari niat saya buat berubah, di sini juga banyak teman yang sama
kayak saya, yang mau berubah, selain banyak teman, di sini juga ada abi,
sebagai pengasuh kami
Tanya : Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
Jawab : kalo itu sih pernah ka, paling saya males-malesan pas lagi hafalan
Qur‟an nya.
Tanya : Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
Jawab : Biasanya sih saya di ajak main ama abi, atau gak di ajak jajan ka.
Tanya : kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik
hafal ke pengasuh ?
Jawab : Biasanya kami menghafal sebelum magrib dan subuh ka, kalo untuk
setorannya sih, biasanya setiap hari ka atau pas udah hafal kita setor, tapi
kalo setoran wajibnya itu hari rabu, jadi apa yang sebelomnya kita udah
setor dan hafalin, di hari rabu di ulang lagi ka, jadi biar hafalan yang kita
udah hafal enggak ilang ka.
Tanya : Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : Manfaatnya ya buat masa depan saya ka, biar saya bisa jadi anak yang
sholeh dan berguna untuk masyarakat sekitar lingkungan aku nanti nya
ka.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Riski Hidayat
Nama : Riski Bani Salmanuri
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
2. Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
3. Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
4. Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
5. Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
6. Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
7. Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
8. Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
9. kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik hafal
ke pengasuh ?
10. Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Nama : Riski Bani Salmanuri
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
Jawab : Tahun 2015
Tanya : Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
Jawab : Seneng banget kak, disini aku bisa ketemu teman baru dan menambah
ilmu agama.
Tanya : Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
Jawab : Pengasuh disini tuh baik kak, udah kayak keluarga bagi kami kak, kayak
orang tua sendiri kak.
Tanya : Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
Jawab : Menghafal penting bangetlah ka, buat masa depan dan pahalanya juga
Tanya : Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
Jawab : sebelum masuk sini saya belum menghafal Al-Qur‟an, alhamdulillah
setelah saya masuk sini, saya sudah mulai menghafal, namun saya mulai
menhafal Al-Qur‟an awalnya dari juz 29 ka.
Tanya : Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : selain dari niat saya buat berubah, di sini juga banyak teman yang sama
kayak saya, yang mau berubah, selain banyak teman, di sini juga ada abi,
di sini abi sebagai kepala asrama dan pengasuh kami, terima kasih abi
yang udah sabar dalam menghadapi tingkah laku kami dan membina kami
dalam menghafalkan Al-Qur‟an, sehingga kami bisa menghafalkan Al-
Qur‟an.
Tanya : Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
Jawab : kalo itu sih pernah ka, paling saya males-malesan pas lagi hafalan
Qur‟an nya.
Tanya : Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
Jawab : Biasanya sih saya di ajak main ama abi, atau gak di ajak jajan ka.
Tanya : kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik
hafal ke pengasuh ?
Jawab : Biasanya kami menghafal sebelum magrib dan subuh ka, kalo untuk
setorannya sih, biasanya setiap hari ka atau pas udah hafal kita setor, tapi
kalo setoran wajibnya itu hari rabu, jadi apa yang sebelomnya kita udah
setor dan hafalin, di hari rabu di ulang lagi ka, jadi biar hafalan yang kita
udah hafal enggak ilang ka.
Tanya : Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : Manfaatnya ya buat masa depan saya ka, biar saya bisa jadi anak yang
sholeh dan berguna untuk masyarakat sekitar lingkungan aku nanti nya
ka.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Riski Bani
Salmanuri
Nama : Ayip Maulana
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
1. Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
2. Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
3. Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
4. Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
5. Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
6. Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
7. Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
8. Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
9. kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik hafal
ke pengasuh ?
10. Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Nama : Ayip Maulana
Jabatan : Anak Yatim Pondok Yatim dan Dhua‘fa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Agustus 2017
Waktu wawancara : 16.00 WIB
Tempat wawancara : Aula Asrama Pondok Yatim dan Dhu‘afa Yayasan Amal
Sholeh Sejahtera (PYD YASS)
Tanya : Sejak kapan adik masuk di PYD YASS ?
Jawab : Tahun 2016
Tanya : Apakah adik senang mengikuti kegiatan di PYD YASS ?
Jawab : Seneng banget kak, disini aku bisa ketemu teman baru dan menambah
ilmu agama.
Tanya : Bagaimana pendapat adik tentang pengasuh di asrama ini ?
Jawab : Pengasuh disini tuh baik kak, udah kayak keluarga bagi kami kak, kayak
orang tua sendiri kak.
Tanya : Menurut adik penting tidak menghafal Al-Qur‘an dalam hidup ini ?
Jawab : Penting bangetlah ka, buat masa depan dan pahalanya juga
Tanya : Sebelum masuk ke PYD YASS adik sudah menghafal berapa juz? Lalu
sekarang adik sudah mampu menghafal berapa juz?
Jawab : sebelum masuk sini saya belum menghafal Al-Qur‟an, alhamdulillah
setelah saya masuk sini, saya sudah mulai menghafal, namun saya mulai
menhafal Al-Qur‟an awalnya dari juz 29 ka.
Tanya : Apa yang membuat adik semangat dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : selain dari niat saya buat berubah, di sini juga banyak teman yang sama
kayak saya, yang mau berubah, selain banyak teman, di sini juga ada abi,
sebagai pengasuh kami
Tanya : Pernah gak sih adik jenuh atau malas hafalan ? terus apa yang kamu
lakukan ?
Jawab : kalo itu sih pernah ka, paling saya males-malesan pas lagi hafalan
Qur‟an nya.
Tanya : Apa yang pengasuh lakukan kalau adik sedang jenuh dalam menghafal ?
Jawab : Biasanya sih saya di ajak main ama abi, atau gak di ajak jajan ka.
Tanya : kapan jadwal adik menghafal dan menyetorkan hafalan yang sudah adik
hafal ke pengasuh ?
Jawab : Biasanya kami menghafal sebelum magrib dan subuh ka, kalo untuk
setorannya sih, biasanya setiap hari ka atau pas udah hafal kita setor, tapi
kalo setoran wajibnya itu hari rabu, jadi apa yang sebelomnya kita udah
setor dan hafalin, di hari rabu di ulang lagi ka, jadi biar hafalan yang kita
udah hafal enggak ilang ka.
Tanya : Apa manfaat yang adik rasakan dalam menghafal Al-Qur‘an ?
Jawab : Manfaatnya ya buat masa depan saya ka, biar saya bisa jadi anak yang
sholeh, memiliki akhlakul karimah, menjadi generasi quraniah dan
menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup, agar berguna untuk
masyarakat sekitar lingkungan aku nanti nya ka. Ketika aku sudah besar
nanti.
Pewawancara Narasumber
Taufiq Hidayatullah Ayip Maulana
Lampiran Foto
Asrama Pondok Yatim dan Dhu’afa
Bersama Bapak Tholib
( Pengasuh )
Bersama Anak Asuh Asrama PYD Neroktog
Kegitan Di Asrama
Hafalan Al-Qur’an
Hafalan Al-Qur’
Hafalan Al-Qur’an di Aula
Setoran Hafalan Al-Qur’an
Shalat Berjama’ah Tausiyah Pengasuh
Makan Bersama
Bersih-Bersih
top related