efek gel ekstrak ikan gabus ( terhadap jumlah sel
Post on 15-Oct-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEK GEL EKSTRAK IKAN GABUS (Channa Striata)
TERHADAP JUMLAH SEL FIBROBLAS
PASCAGINGIVEKTOMI PADA
TIKUS WISTAR JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
INTAN PERMATA SARI
NIM. 130600064
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2018
Intan Permata Sari
Efek Gel Ekstrak Ikan Gabus (Channa Striata) Terhadap Jumlah Sel
Fibroblas Pascagingivektomi Pada Tikus Wistar Jantan
x+42 Halaman
Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan ekonomis di Indonesia.
Ikan gabus memiliki kandungan yang berperan penting untuk mempercepat
penyembuhan luka antara lain, albumin, mineral seng (Zn), besi (Fe), dan asam
lemak. Dalam bidang kedokteran gigi, luka dapat terjadi setelah perawatan
gingivektomi. Gingivektomi merupakan teknik penghilangan jaringan gingival
melalui prosedur pembedahan. Pada saat terjadi luka, tubuh akan merespon dengan
mengadakan respon penyembuhan. Salah satu elemen seluler yang berperan dalam
penyembuhan adalah sel fibroblas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek gel
ekstrsk ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar
jantan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan desain Post
Test Control Group Design yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi
sesudah perlakuan diberikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Perlakuan yang digunakan mengacu kepada pengujian langsung gel ekstrak
ikan gabus (Channa striata) pada konsentrasi 10%, 7,5%, 5% dan 2,5% terhadap
penyembuhan luka pascagingivektomi dan jumlah sel fibroblas. Analisis data yang
digunakan adalah uji Annova. Hasil penelitian menujukkan bahwa gel ekstrak ikan
gabus memiliki efek terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi.
Kata Kunci : Ekstrak Ikan Gabus, Fibroblas, Gingivektomi
Daftar Rujukan : 21 (2001-2016)
Faculty of Dentistry
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Department of Periodontology
2018
Intan Permata Sari
Effect of Snakehead (Channa striata) Extract Gel Against the Number of
After Gingivectomy Fibroblast Cells in Male Wistar
x+42 Pages
Snakehead (Channa striata) is one of the economical fish in Indonesia.
Snakehead has an important content to accelerate wound healing, including albumin,
zinc (Zn), iron (Fe), and fatty acids. In the field of dentistry, injuries can occur after
gingivectomy. Gingivectomy is a technique of gingival tissue removal through a
surgical procedure. When a wound occurs, the body will respond by holding a
healing response. One cellular element that plays a role in healing is fibroblast cells.
The purpose of this study was to determine the effect of snakehead extract gel against
the number of After gingivectomy fibroblast cells in male wistar rats. This research is
a laboratory experimental study with a After Test Control Group Design design that
is by measuring or observing after the treatment is given. This study uses a
Completely Randomized Design (CRD). The treatment used refers to the direct
testing of snakehead (Channa striata) extract gel at concentrations of 10%, 7.5%, 5%
and 2.5% for wound healing after gingivectomy and the number of fibroblast cells.
Analysis of the data used is the Annova test. The results showed that cork fish extract
gel had an effect on the number of fibroblast cells after gingivectomy.
Keywords : Snakehead, Fibroblasts, Gingivectomy
References : 21 (2001-2016)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur yang tidak terhingga penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis ucapkan terima kasih setulusnya kepada Alm Ayahanda tercinta Joni dan
Ibunda tercinta Emmy Wati, yang telah memberikan didikan, kasih sayang dan
dukungan secara moral dan materil kepada penulis serta kepada adik penulis Shisi
serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan
yang tak terhingga selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan
menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., Mkes., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K) selaku Ketua Departemen
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Rini Octavia Nasution, drg., S.H., M.Kes., Sp.Perio selaku dosen pembimbing
penulis yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dalam
memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Armia Syahputra, drg., Sp. Perio selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberikan
arahan, bantuan dan memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Krisnamurthy Pasaribu, drg., Sp. Perio selaku dosen penguji yang telah
memberikan pendapat dan saran tentang penulisan skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
6. Prof. Tri Murni Abidin, drg., M.kes., Sp. KG (K) selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis
selama menjalani program akademik.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,
terutama staf dan pegawai di Departemen Periodonsia atas bimbingan dan
bantuan yang diberikan kepada penulis.
8. Asisten Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi, Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara telah
memberikan izin serta membantu berjalannya penelitian ini.
9. Sahabat penulis Alwan, Nia, Yayang, Tika, Nana, Rintan, Nurul, Tipa, Ficha,
Putri, Ochi, Sholeh, Fajar, yang telah banyak memberikan semangat, doa,
membantu dan meluangkan waktu serta tenaga dalam penelitian skripsi ini.
10. Sahabat kuliah dan seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia Amalia,
Immanuel, Shini dan teman – teman lainnya yang telah banyak membantu
dan memberikan semangat, doa dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
11. Keluarga besar HMI FKG USU yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Periodonsia.
Medan, 4 Desember 2018
Penulis,
Intan Permata Sari
130600064
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...................................................
KATA PENGANTAR............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 3
1.4 Hipotesis ............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 3
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 3
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Gabus (Channa Striata) .............................................. 5
2.2 Gel ....................................................................................... 6
2.3 Fibroblas ............................................................................. 7
2.4 Penyembuhan Luka ............................................................. 7
2.4.1 Tahap Penyembuhan Luka ............................................... 8
2.4.2 Peran Fibroblas dalam Penyembuhan Luka ..................... 11
2.4.3 Proses Penyembuhan Luka Pada Jaringan Pasca
Pembedahan ..................................................................... 13
2.5. Gingivektomi ..................................................................... 14
2.6 Kerangka Teori ................................................................... 15
2.7 Kerangka Konsep ................................................................ 16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Desain Penelitian ....................................................... 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 17
3.2.1 Lokasi .............................................................................. 17
3.2.2 Waktu .............................................................................. 17
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Penelitian ............................... 18
3.3.1 Populasi ........................................................................... 18
3.3.2 Sampel Penelitian............................................................. 18
3.3.3 Besar Sampel Penelitian .................................................. 18
3.4 Variabel Penelitian .............................................................. 18
3.4.1 Variabel Bebas ................................................................. 18
3.4.2 Variabel Terikat ............................................................... 18
3.4.3 Variabel Terkendali ......................................................... 19
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali................................................ 19
3.5.Definisi Operasional ........................................................... 19
3.6 Alat dan Bahan .................................................................... 19
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................. 25
3.7.1 Pembuatan Ekstrak Ikan Gabus ....................................... 25
3.7.2 Prosedur Gingivektomi .................................................... 31
3.7.3 Prosedur Pemeriksaan Histologis .................................... 32
3.8 Alur Penelitian .................................................................... 34
3.9 Etika Penelitian ................................................................... 34
3.10 Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 34
BAB 4 HASIL PENELITIAN............................................................. 35
BAB 5 PEMBAHASAN...................................................................... 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.......................................................................... 39
6.2 Saran.................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 40
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Definisi operasional .............................................................. 19
2 Perhitungan rata-rata jumlah sel fibroblas pascagingivektomi
pada tikus wistar jantan............................................................ 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Gabus ..................................................................................... 5
2. Neraca Analitik ............................................................................. 21
3. Lemari Pengering ............................................................................ 21
4. Alat pembuat ekstrak....................................................................... 21
5. Bahan untuk membuat ekstrak ........................................................ 21
6. Peralatan Bedah .............................................................................. 22
7. Peralatan Bedah .............................................................................. 22
8. Ketamin .......................................................................................... 23
9. Alat dan Bahan prosedur Histologi ................................................ 24
10. Prosedur pengambilan simplisia ................................................... 26
11. Pembuatan Ekstrak ......................................................................... 27
12. Pembuatan Gel ................................................................................ 30
13. Prosedur Gingivektomi .................................................................. 31
14. Ganbaran histologis sel fibroblas .................................................... 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Anggaran Biaya Penelitian
2. Biodata Peneliti
3. Jadwal Kegiatan Skripsi
4. Ethical Clearance
5. Hasil Analisis Statistik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyembuhan luka merupakan proses biologis yang berhubungan dengan
fenomena pertumbuhan dan regenerasi jaringan.1 Proses penyembuhan luka dapat
digambarkan oleh tiga fase yang berurutan yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan
fase remodelling. Respon penyembuhan yang normal dimulai saat jaringan terluka.
Tahapan awal dimulai dengan membersihkan debris, peningkatan permeabilitas
vaskular, sekresi sitokin, agregasi platelet. Tahap awal inflamasi dapat terjadi dalam
waktu 24 - 48 jam dan berlangsung sampai hari ke-6. Bekuan fibrin berfungsi sebagai
scaffolding untuk sampai sel, seperti neutrophil, monosit, fibroblas. Komponen darah
menuju ke lokasi cedera, trombosit kontak dengan kolagen dan unsur-unsur lain dari
matriks ekstraselular. Kontak ini memicu trombosit untuk melepaskan faktor
pembekuan serta faktor pertumbuhan dan sitokin seperti Platelet-Derived Growth
Factor (PDGF), Epidermal Growth Factor (EGF), Transforming Growth Factor-beta
1 (TGF-1). Vascular Endotel Growth Factor (VEGF), Fibroblast Growth Factor
(FGF), Hepatosit Growth Factor (HGF), dan Insulin Like Growth Factor (IGF-I).
Selanjutnya fase proliferasi yang berlangsung mulai hari 3-14, pada fase ini terjadi
angiogenesis yang ditandai dengan migrasi fibroblas dan pembentukan kapiler.
Proses selanjutnya pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Fase remodelling
berlangsung pada hari 8-21 dan terjadi deposisi kolagen.2
Penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jenis obat-
obatan yang digunakan. Bahan obat dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan.3
Salah satu jenis obat yang berasal dari hewan yaitu ikan gabus.
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan yang berpotensi
sebagai obat penyembuh luka. Ikan gabus adalah ikan air tawar yang berasal dari
Kalimantan dimana habitat alaminya di rawa, waduk, dan sungai bahkan dapat hidup
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
di air kotor dengan kadar oksigen rendah. Ikan gabus seringkali menjadi lauk
kegemaran masyarakat di Kalimantan Selatan dan dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
pasien pasca operasi seperti ibu – ibu sehabis melahirkan karena ikan gabus dikenal
memiliki khasiat mempercepat penyembuhan pasca operasi dan mempercepat
penyembuhan luka dalam dan luka luar.3 Salah satunya pasca gingivektomi.
Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan membuang
dinding poket. Gingivektomi menyediakan aksebilitas dan visiblitas untuk
permbersihan kalkulus dan menghaluskan permukaan akar secara tuntas. Sehingga
akan tercipta lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan gingiva dan
restorasi kontur gingiva yang fisiologis.4
Berdasarkan penelitian Santoso dan Ulandari, diduga ekstrak ikan gabus
terkandung senyawa-senyawa penting bagi proses sintesis jaringan, seperti albumin,
mineral seng (Zn), tembaga (Cu), dan juga besi (Fe) serta asam lemak tak jenuh.5,6
Albumin, Zn, Cu, Fe, dan asam lemak berperan penting untuk mempercepat proses
penyembuhan luka berfungsi sebagai antiinflamasi dan mempercepat proliferasi.
Albumin merupakan protein darah yang mampu mengikat Zn dan berfungsi sebagai
alat angkut utama Zn dalam plasma darah. Zn merupakan mineral mikro yang penting
dalam proses biologis tubuh. Zn berperan dalam meningkatkan proliferasi sel, proses
epitelisasi, dan kekuatan kolagen. Cu berperan penting dalam penyatuan kolagen dan
elastin, bertanggung jawab untuk menjaga integritas membran myelin, pembentukan
tulang, dan pembentukan jaringan ikat. Defisiensi Cu juga dapat menyebabkan
penurunan respon kekebalan tubuh, serta gangguan fungsi dan aktivitas fagosit pada
inflamasi. Fe berperan dalam pengiriman oksigen serta sintesis kolagen. Defisiensi Fe
dan Zn akan mengakibatkan sirkulasi darah ke jaringan berkurang. Asam lemak tak
jenuh yang terdapat pada ikan gabus berfungsi antiinflamasi meregulasi sintesis
prostaglandin yang berperan sebagai vasodilator pembuluh darah sehingga mengatur
infiltrasi dan aktivasi neutrofil pada proses inflamasi dan menginduksi penyembuhan
luka.1,5,6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Walaupun albumin ikan gabus dan ekstraknya telah banyak digunakan dalam
terapi di bidang kesehatan, namun belum ada penelitian yang menunjukkan pengaruh
ekstrak albumin ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi maupun
efektivitasnya dalam bentuk sediaan gel. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana pengaruh gel ekstrak albumin ikan gabus (Channa striata)
terhadap jumlah sel fibroblas pasca gingivektomi pada tikus.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat efek gel ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas
pascagingivektomi pada tikus.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek gel ekstrak ikan gabus (Channa striata) terhadap
jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui efek gel ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas
pascagingivektomi pada tikus berdasarkan gambaran klinis.
2.Untuk mengetahui efek gel ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas
pascagingivektomi pada tikus berdasarkan gambaran histologis.
1.4 Hipotesis
Adanya efek gel ekstrak ikan gabus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian secara ilmiah mengenai
keberhasilan aplikasi gel ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas
pascagingivektomi pada tikus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian mengenai gel ekstrak ikan gabus ini diharapkan dapat menjadi
bahan alternatif yang digunakan sebagai terapi penunjang oleh klinisi dalam
mempercepat penyembuhan pascagingivektomi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Gabus (Channa Striata)
Ikan gabus (Channa Striata) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan air
tawar di seluruh Indonesia. Ikan gabus bisa ditemukan di perairan umum sebagai ikan
liar. Biasanya, ikan ini banyak ditemukan di waduk, sungai dengan air tenang, rawa-
rawa yang airnya cukup dalam, sawah dan danau. Pada awalnya, ikan gabus hanya
terdapat di barat garis Wallace (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan). Namun, seiring
perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) ke wilayah Indonesia
Timur.7
Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala
ular sehingga dinamai snakehead.Tubuhnya berbentuk bulat gilik memanjang, seperti
peluru kendali atau torpedo. Terdapat sisik-sisik besar di ujungnya. Sisi atas tubuh
dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi
bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata). Ikan ini juga memiliki
mulut lebar disertai gigi-gigi besar dan tajam ( Gambar 1).8
Gambar 1. Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan gabus dalam taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :7
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Pisces
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Actynopterygii
Superordo : Teleostei
Ordo : Perciforrmes
Subordo : Channoidei
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
Ikan gabus adalah salah satu dari sumber- sumber biologis dengan nilai
ekonomi yang tinggi berdasarkan kadar albuminnya yang tinggi.9
Albumin adalah
sejenis protein globular yang larut dalam air, cairan garam, dan asam encer. Albumin
merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60%. Manfaatnya
untuk membantu jaringan sel baru. Pada ilmu kedokteran, albumin ini digunakan
untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah/rusak. Albumin juga
berperan mengikat obat-obatan serta logam berat yang tidak mudah larut dalam
darah. Penemuan pada protein albumin dalam ikan gabus yang bermanfaat bagi
kesehatan menjadikan ikan ini memiliki potensi fungsional tinggi. Ekstraksi albumin
ikan gabus diharapkan menjadi alternatif sumber albumin yang lebih murah untuk
penggunaan klinis.2
2.2 Gel
Gel mempunyai potensi lebih baik sebagai sarana untuk mengelola obat
topikal dibandingkan dengan salep, karena gel tidak lengket, memerlukan energi yang
tidak besar untuk formulasi, stabil, dan mempunyai estetika yang bagus. Sediaan gel
yang baik dapat diperoleh dengan cara memformulasikan beberapa jenis bahan
pembentuk gel, namun yang paling penting untuk diperhatikan adalah pemilihan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
gelling agent. Dalam formulasi gel, komponen gelling agent merupakan faktor kritis
yang dapat mempengaruhi sifat fisika gel yang dihasilkan.10
Sediaan gel sangat baik digunakan untuk pengobatan karena pemberian obat
dapat dikontrol dan bahan medikamen terlindung dari lingkungan yang tidak baik.
Pemberian obat secara lokal dengan bentuk gel merupakan perawatan yang
menguntungkan dan dapat mengeliminasi efek samping. Sediaan gel yang dapat
diberikan dengan syringe mempermudah memasukkan bahan yang ada di dalam gel
tersebut ke daerah luka.11
2.3 Fibroblas
Fibroblas merupakan salah satu komponen penyembuhan luka berupa sel
yang terdistribusi secara luas di jaringan ikat, memproduksi substansi precusor
kolagen, serat elasti, dan serat retikuler. Pada tahapan penyembuhan luka, fibroblas
berperan penting dalam proses fibroplasia. Fibroplasia merupakan suatu proses
perbaikan luka yang melibatkan jaringan ikat yang memiliki empat komponen, yaitu
pembentukan pembuluh darah baru, migrasi dan proliferasi fibroblas, deposisi ECM
(extracelluler matrix), dan maturasi serta organisasi jaringan fibrous (remodelling).
Pada empat komponen tersebut, fibroblas berperan dalam proses fibrosis yang
melibatkan dua dari komponen di atas, yaitu migrasi dan proliferasi fibroblas serta
deposisi ECM oleh fibroblas.12
2.4 Penyembuhan Luka
Luka adalah kerusakan anatomi, keadaan pemisahan jaringan karena
terjadinya trauma. Keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang diterima
oleh jaringan. Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit
(luka) sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka.13
Proses penyembuhan luka (wound healing) dari awal trauma hingga
tercapainya penyembuhan melalui tahapan yang kompleks. Proses ini terdiri dari
beberapa fase, yaitu fase homeostatis dan inflamasi, fase proliferasi dan fase
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
maturasi. Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat luka terjadi (hari ke-1)
hingga hari ke-3 atau ke-5. Terjadi dua kegiatan utama pada fase ini yaitu respon
vaskular dan respon inflamasi. Fase proliferasi terjadi mulai dari hari ke-2 sampai
hari ke-24 yang terdiri atas proses destriktif (fase pembersihan), proses proliferasi
atau granulasi (pelepasan sel – sel baru), dan epitalisasi (migrasi sel atau penutupan).
Fase proliferasi merupakan fase fase dimana fibroblas meletakkan substansi dasar dan
serabut – serabut kolagen serta pembuluh darah baru akan menginfiltrasi luka. Fase
ini disebut fase fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan unutk bertautnya tepi
luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitalisasi. Fase
remodelling atau maturasi terjadi mulai hari ke-21 hingga satu atau dua tahun yaitu
fase penguatan kulit baru. Terjadi sintesis matriks ekstraselular, degradasi sel, proses
remodelling (aktivitas selular dan aktivitas vaskular menurun).13
2.4.1 Tahap Penyembuhan Luka
Pada saat sel dan jaringan sedang mengalami cedera, terjadi perusakan
sekaligus penyiapan sel yang bertahan hidup untuk melakukan replikasi. Menurut
Gillian dkk proses penyembuhan luka terjadi pada awal inflamasi, selanjutnya akan
bersamaan terjadi pada tahap berikutnya. Pada proses inflamasi terjadi perusakan,
pelarutan dan penghancuran sel atau agen penyebab kerusakan sel. Pada saat yang
sama terjadi proses reparasi yaitu proses pembentukan kembali jaringan rusak atau
proses penyembuhan jaringan rusak. Selama proses reparasi berlangsung, jaringan
rusak diganti oleh regenerasi sel parenkimal asli dengan cara mengisi bagian yang
rusak dengan jaringan fibroblas (proses scarring) atau kombinasi keduanya. Tahap
penyembuhan luka secara berurutan: a) tahap inflamasi atau keradangan, b) tahap
proliferasi atau pembentukan jaringan granulasi, c) tahap kontraksi luka, termasuk
akumulasi kolagen dan remodeling.14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
a. Tahap Inflamasi atau Keradangan
Fase inflamasi terjadi pada hari 0 – 5. Proses penyembuhan terjadi pada saat
terjadi luka. Luka karena pembedahan mengakibatkan kerusakan pada struktur
jaringan dan mengakibatkan perdarahan. Pada awalnya darah akan mengisi jaringan
yang cedera dan terpaparnya darah terhadap kolagen akan mengakibatkan terjadinya
degranulasi trombosit dan pengaktifan faktor Hageman. Hal ini kemudian akan
memicu sistem biologis lain seperti pengaktifan komplemen kinin, faktor pembekuan
dan pembentukan plasmin. Keadaan ini memperkuat sinyal dari daerah terluka, yang
tidak saja mengaktifkan pembentukan bekuan yang menyatukan tepi luka tetapi juga
akumulasi dari beberapa mitogen dan menarik zat kimia ke daerah luka.
Pembentukan kinin dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas dari pembuluh darah di daerah luka. Hal ini menyebabkan edema dan
kemudian menimbulkan pembengkakan dan nyeri pada awal terjadinya luka.
Polimorfonuklear (PMN) adalah sel pertama yang menuju ke tempat terjadinya luka.
Jumlahnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada 24 – 48 jam. Fungsi
utamanya adalah memfagositosis bakteri yang masuk. Adanya sel ini menunjukkan
bahwa luka terkontaminasi bakteri. Bila tidak terjadi infeksi sel-sel PMN berumur
pendek dan jumlahnya menurun dengan cepat setelah hari ketiga.15
b. Tahap Proliferasi atau Pembentukan Jaringan Granulasi
Pada setiap kerusakan jaringan ringan, besar maupun kecil, akan diawali
pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang
ditinggalkan jaringan yang rusak dan disebut jaringan granulasi. Secara makroskopik,
terlihat warna merah muda, lunak dan granuler pada hari ke-3 sampai 5 dan berlanjut
hingga 2 minggu bergantung ukuran luka, muncul jenis jaringan khusus yang
mencirikan terjadinya penyembuhan,yang disebut jaringan granulasi. Secara
mikroskopis, jaringan ini ditandai dengan adanya proliferasi fibroblas.16
Fibroblas
muncul pertama kali secara bermakna pada hari ke 3 dan mencapai puncak pada hari
ke 7.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan kombinasi dari
proliferasi dan migrasi. Fibroblas ini berasal dari sel-sel mesenkimal lokal, terutama
yang berhubungan dengan lapisan adventisia, pertumbuhannya disebabkan oleh
sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan limfosit. Fibroblas merupakan elemen
utama pada proses perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan
dalam pembentukan jaringan. Fibroblas juga memproduksi kolagen dalam jumlah
besar, kolagen ini berupa glikoprotein berantai tripel, unsur utama matriks luka
ekstraseluler yang berguna membentuk kekuatan pada jaringan parut. Kolagen
pertama kali dideteksi pada hari ke 3 setelah luka, meningkat sampai minggu ke 3.
Kolagen terus menumpuk sampai tiga bulan. Penumpukan kolagen pada saat awal
terjadi berlebihan kemudian fibril kolagen mengalami reorganisasi sehingga
terbentuk jaringan reguler sepanjang luka. Proses proliferasi fibroblas dan aktifasi ini
dikenal dengan fibroplasia.17
c. Tahap Kontraksi luka (Akumulasi Kolagen dan Remodelling)
Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan
perubahan dalam komposisi extra cellular matrix (ECM). ECM merupakan suatu
kompleks makromolekul yang mengalami remodeling secara dinamis dan konstan
yang disintesis secara lokal dan menyusun bagian penting pada setiap jaringan. ECM
menyediakan suatu sublapisan untuk perlekatan sel dan secara cermat mengatur
pertumbuhan, pergerakan, serta diferensiasi sel yang hidup di dalamnya.16
Setelah
matriks ekstrasel terbentuk dimulailah reorganisasi. Pada mulanya matriks ekstrasel
kaya akan fibronektin. Hal ini tidak hanya menghasilkan migrasi sel subtratum dan
pertumbuhan sel ke dalam tetapi juga menyebabkan penumpukan kolagen oleh
fibroblas. Asam hialuronidase dan proteoglikan, keduanya dibentuk oleh fibroblas
dengan berat molekul besar berperan dalam pembentukan matriks ekstraseluler
dengan konsistensi seperti gel dan membantu infiltrasi seluler. Kolagen berkembang
cepat menjadi faktor utama pembentuk matriks. Fibroblas merupakan penghasil
utama kolagen.15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
2.4.2 Peran Fibroblas dalam Penyembuhan Luka
Setelah jejas luka terjadi, jaringan tubuh dapat beregenerasi atau mengalami
penyembuhan. Regenerasi meliputi proses jaringan yang identik jaringan yang hilang
akibat jejas. Proses penyembuhan dimulai secara dini dalam proses inflamasi. Dalam
waktu 24 jam sesudah jejas, sel-sel fibroblas dan sel-sel endotel pembuluh darah
mulai berproliferasi membentuk jaringan granulasi, istilah jaringan ini berasal dari
gambarannya yang lunak, granular, dan berwarna merah muda pada permukaan luka.
Secara histologis, pada jaringan ini terdapat sel-sel fibroblas yang tengah
berproliferasi disertai sejumlah pembuluh darah baru di dalam matriks yang
longgar.18
Fibroblas berperan dalam proses penyembuhan luka pada tahap proliferasi
dan terbagi atas beberapa rangkaian yaitu:
a. Epitelisasi
Beberapa menit setelah terjadinya luka terjadi perubahanperubahan morfologi
pada keratinosit pada tepi luka. Pada kulit yang luka, epidermal menebal, dan sel-sel
basal marginal melebar dan bermigrasi memenuhi defek pada luka. Satu kali sel
bermigrasi, sel tersebut tidak akan berbelah hingga kontinuitas epidermal diperbaiki.
Sel-sel basal yang telah diperbaiki pada area dekat potongan luka terus membelah,
dan sel-sel yang dihasilkan merata dan bermigrasi ke seluruh matriks luka.15
b. Fibroplasia
Hasil proses penyembuhan luka yang dapat terlihat adalah pembentukan
jaringan parut. Morfologi jaringan parut terbentuk akibat kurangnya susunan jaringan
dibandingkan susunan jaringan normal disekitarnya. Deposisi kolagen yang tak
teratur memainkan peranan menonjol pada pembentukan jaringan parut. Serat-serat
kolagen baru disekresi oleh fibroblas yang mulai dihasilkan pada hari ke-3 setelah
terjadinya luka. Saat matriks kolagenosa terbentuk, serabut padat kolagen akan
mengisi area luka.15
Ketika proses penyembuhan mengalami kemajuan, jumlah fibroblas yang
berproliferasi dan pembuluh darah baru akan berkurang; namun secara progresif
fibroblas akan lebih mengambil fenotipe sintesis sehingga terjadi peningkatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
deposisi ekstra seluler matriks. Secara khusus, sintesis kolagen sangat penting untuk
pengembangan kekuatan pada tempat penyembuhan luka. Sintesis kolagen oleh
fibroblas dimulai sejak awal proses penyembuhan luka (hari ke-3 sampai hari ke-5)
dan berlanjut selama beberapa minggu, bergantung pada ukuran lukanya.16
c. Kontraksi
Sel yang bertanggung jawab pada kontraksi luka adalah miofibroblas.
Miofibroblas merupakan sel mesenkim dengan fungsi dan karakteristik sruktur
seperti fibroblas dan sel otot polos. Sel tersebut merupakan komponen seluler
jaringan granulasi atau jaringan parut yang membangkitkan tenaga kontraktil.
Miofibroblas berasal dari fibroblas luka. Mikrofilamen aktin tersusun sepanjang aksis
panjang fibroblas dan berhubungan dengan dense bodies untuk tambahan pada
sekeliling matriks seluler. Miofibroblas juga memiliki tambahan fungsi unik yang
menghubungkan sitoskeleton ke matriks ekstraseluler yang disebut fibroneksus.
Fibroneksus dibutuhkan untuk koneksi yang menjembatani membran sel antara
mikrofilamen interseluler dan fibronektin ekstraseluler. Jadi, kekuatan kontraksi luka
mungkin disebabkan oleh kumparan aktin dalam myofibroblast, dan hal tersebut
diteruskan ke tepi luka oleh ikatan sel-sel dan sel-matriks.15
d. Angiogenesis
Menurut Robbins dkk pembuluh darah dibangun melalui dua proses: 1)
vaskulogenesis, yang jaringan pembuluh darah primitifnya dibentuk dari angioblas
(prekursor sel endotel) selama perkembangan embrionik; dan 2) angiogenesis atau
neovaskularisasi, yaitu proses saat pembuluh darah yang telah ada sebelumnya akan
mengeluarkan tunas kapiler untuk menghasilkan pembuluh darah baru. Angiogenesis
merupakan suatu proses penting dalam penyembuhan pada lokasi jejas. Empat
tahapan umum yang terjadi dalam perkembangan pembuluh darah kapiler yang baru,
yaitu:
1) Degradasi proteolitik pada pembuluh darah induk memungkinkan pembentukan
suatu tunas kapiler
2) Migrasi sel endotel dari kapiler asal menuju suatu rangsang angiogenik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
3) Proliferasi sel endotel di belakang ujung terdepan sel yang bermigrasi
4) Maturasi sel endotel dengan penghambatan pertumbuhan dan penataan menjadi
pembuluh kapiler; tahapan ini mencakup rekrutmen dan proliferasi perisit (untuk
kapiler) dan sel otot polos (untuk pembuluh darah yang lebih besar) untuk
menyokong pembuluh endotel dan untuk memberikan fungsi tambahan.16
Pada pembentukan jaringan baru sangat dibutuhkan suplai darah yang kaya atau
banyak, dan ini nampak pada warna kemerahan pada luka yang baru menutup.
Beberapa diantara pembuluh darah ini akan menghilang sesuai dengan kebutuhan.
Hasil dari angiogenesis adalah terbentuknya pembuluh darah baru yang akan
memberikan banyak suplai darah pada luka dan juga faktor-faktor yang dibutuhkan
untuk penyembuhan luka. Angiogenesis akan berhenti sesuai dengan kebutuhan akan
pembuluh darah baru. Pembuluh darah baru yang tidak dibutuhkan akan hilang
dengan sendirinya (apoptosis).15
2.4.3 Proses Penyembuhan Luka Pada Jaringan Pasca Pembedahan
Penyembuhan luka berlangsung secara berurutan melalui fase-fase berbagai
proses yang saling tumpang tindih seperti dijelaskan berikut ini:18
1. Induksi inflamasi oleh jejas inisial.
2. Pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi.
3. Pengendapan dan remodeling matriks ekstrasel dengan kontraksi luka.
Penyembuhan primer pada luka pasca pembedahan yang bersih dengan kedua
tepi yang dirapatkan akan mengurangi kematian sel dan menyebabkan gangguan
membran basalis yang minimal. Proses penyembuhannya meliputi beberapa tahap,
yaitu:
1. 0 jam : Luka terisi oleh bekuan darah.
2. 3 hingga 24 jam : Sel-sel neutrofil menginfiltrasi bekuan.
3. 24 hingga 48 jam : Sel-sel epitel bermigrasi dari bagian tepi luka dengan
menumpuk membrane basalis; proliferasi terjadi minimal.
4. Hari ke-3 : Sel-sel neutrofil digantikan oleh sel makrofag. Jaringan
granulasi mulai muncul.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
5. Hari ke-5 : Ruang bekas luka terisi oleh jaringan granulasi; neovaskularisasi
dan proliferasi epitel terjadi maksimal; fibril kolagen mulai terlihat.
6. Minggu ke-2 : Inflamasi, edema dan peningkatan vaskularitas telah mereda;
serat kolagen muncul secara progresif dan memberikan kekuatan pada luka.17
2.5 Gingivektomi
Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingiva dengan membuang
dinding poket. Gingivektomi menyediakan aksebilitas dan visiblitas untuk
permbersihan kalkulus dan menghaluskan permukaan akar secara tuntas. Sehingga
akan tercipta lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan gingiva dan
restorasi kontur gingiva yang fisiologis.4
Teknik gingivektomi diindikasikan untuk kasus sebagai berikut:
1. Penyingkiran saku supraboni, tanpa melihat kedalamannya, bila konsistensi
dinding sakunya fibrous dan padat.
2. Penyingkiran pembesaran gingiva.
3. Penyingkiran abses periodontal dengan saku supraboni.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
2.6 Kerangka Teori
Gel Jumlah Sel
Fibroblas Pasca
Gingivektomi
Tikus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
2.7 Kerangka Konsep
Bedah Gingivektomi
Perlakuan
(diberikan gel ekstrak ikan
gabus)
Kontrol
(tanpa perlakuan)
Pengamatan jumlah
sel fibroblas pasca
gingivektomi
Analisis Data
Tikus Wistar Jantan
(30 ekor)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain Post Test
Control Group Design yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi sesudah
perlakuan diberikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan yang digunakan mengacu kepada pengujian langsung gel ekstrak ikan
gabus (Channa striata) pada konsentrasi 10%, 7,5%, 5% dan 2,5% terhadap
penyembuhan luka pascagingivektomi dan jumlah sel fibroblas. Jumlah tikus yg
dilakukan gingivektomi 30 ekor, 20ekor diberikan gel ekstrak ikan gabus, 5 ekor
kontrol, 5 ekor diberikan oxyfresh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di empat tempat yaitu :
1.Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara sebagai tempat pembuatan gel ekstrak ikan gabus (Channa striata).
2. Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara sebagai tempat pemeliharaan hewan coba.
3. Laboratorium Multipurpose Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara sebagai tempat melakukan gingivektomi dan aplikasi gel ekstrak ikan
gabus (Channa striata).
4. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara sebagai tempat pemeriksaan histologis sel dari hewan coba.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 sampai Maret 2018.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
(t-1) (r-1) ≥15
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus galur Wistar jantan
(Ratuus novergicus ), berumur 6 – 7 bulan, memiliki berat badan 150 – 200
gram, tidak mati pada saat penelitian, dan sehat.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gingiva regio anterior gigi
rahang bawah tikus galur Wistar.
3.3.3 Besar Sampel
Penentuan besar sampel dilakukan berdasarkan rumus Federer :
(30-1) (r-1) ≥15
29r – 29 ≥15
29r ≥ 44
r = 1,5
Keterangan:
t = jumlah kelompok perlakuan dalam penelitian
r = banyaknya sisi gingiva yang akan diteliti
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel bebas (independen)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah gel ekstrak ikan gabus (Channa
striata ).
3.4.2 Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah sel fibroblas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
3.4.3 Variabel terkendali
a. Usia tikus.
b. Jenis kelamin tikus.
c. Berat badan tikus.
d. Jenis ikan gabus.
e. Teknik pewarnaan
f. Makanan dan minuman tikus.
g. Dosis gel ekstrak ikan gabus.
h. Cara perhitungan sel fibroblas.
3.4.4 Variabel tidak terkendali
a. Kepekaan tikus terhadap bahan anastesi
3.5 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Skala
Ukur
1 Gel ekstrak ikan
gabus (Channa
striata )
Ekstrak yang didapat dengan melakukan
ekstraksi ikan gabus (Channa striata)
yang telah dihaluskan dan dicampur
dengan pelarut etanol 96% kemudian
diuapkan dengan evaporator sehingga
diperoleh ekstrak dan dikentalkan
dengan larutan Carboxyl methyl
cellulose (CMC) sehingga didapatkan gel
ekstrak dengan konsentrasi 10%, 7,5%,
5%, 2,5%.
Nominal
2 Jumlah sel
fibroblas pasca
gingivektomi
Sel fibroblas gingiva adalah jumlah sel
fibroblas gingiva tikus Wistar
jantan setelah perlukaan yang diamati
secara histologi menggunakan mikroskop
binokuler dengan pembesaran 1000x.
Perhitungan jumlah sel fibroblas tikus
Wistar jantan menggunakan alat
graticulae ocular yang dipasang di dalam
lensa pada mikroskop untuk menghindari
perhitungan sel fibroblas tikus Wistar
jantan yang berulang.
Rasio
3.6 Alat dan Bahan
Alat dan bahan penelitian ini terbagi atas :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
1. Alat dan bahan dalam prosedur pembuatan ekstrak ikan gabus (Channa
striata) :
a) Alat :
1. Timbangan neraca analitik
2. Tampah
3. Botol maserasi
4. Botol kaca kecil
5. Blender
6. Vacum rotavapor
7. Waterbath
8. Lemari pengering
9. Gelas ukur
10. Corong
11. Jerigen
12. Sendok centong
13. Spatula
14. Gelas beker
15. Batang pengaduk
16. Lumpang
17. Alu
18. Pot plastik
19. Kertas label
20. Kertas perkamen
21. Kertas saring
b) Bahan
1. Metil paraben
2. Propilen glikol
3. Air suling
4. Carboxyl methyl cellulose (CMC)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
5. Ikan gabus
6. Etanol 96%
7. Aluminium foil
Gambar 2. Neraca analitik Gambar 3. Lemari pengering
Gambar 4. A lat Pembuat Ekstrak Gambar 5. Bahan untuk membuat
ekstrak
2. Alat dan bahan dalam prosedur gingivektomi
a) Alat :
1. Kaca mulut
2. Pinset
3. Sonde
4. Spuit 3 cc
5. Scalpel
6. Pisau kirkland
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
7. Pisau orban
8. Gunting jaringan
9. Sarung tangan
10. Peniti
11. Bak bedah
12. Needle
13. Kapas
14. Pot plastik
15. Kuas pengoles
16. Kertas label
b) Bahan :
1. Formalin
2. Ketamin sebagai anastesi
3. Masker
4. Baju bedah
5. Nurse cap
Gambar 6. Peralatan bedah Gambar 7. Peralatan bedah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
Gambar 8. Ketamin
3. Alat dan bahan dalam prosedur histologi
a) Alat :
1. Compressor cooled spot
2. Mikrotom
3. Mikroskop binokuler
4. Hot plate
5. Waterbath
6. Mounting/ penutup jaringan
7. Kaset
b) Bahan
1. Bahan dekalsifikasi
2. Haematoksilin- Eosin
3. Xylol
4. Parafin
5. Alkohol
6. Formalin buffer 10%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Gambar 9. Mikrotom Gambar 10. Compressor cooled post
Gambar 11. Mikroskop Gambar 12. Hotplate
Gambar 13. Waterbath Gambar 14. Kaset
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Gambar 15. Formalin buffer 10% Gambar 16. Xylol
Gambar 17. Haematoksilin Eosin Gambar 18. Parafin
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Pembuatan ekstrak ikan gabus (Channa striata)
a. Pengambilan simplisia
1. Daging ikan gabus diambil sebanyak 9 kg dengan cara dipisahkan dari
tulangnya, lalu dicincang kasar. (Gambar 3.1 a dan b)
2. Sebanyak 6 kg daging ikan gabus dikeringkan diatas tampah dengan
menggunakan kertas perkamen lalu dimasukkan kedalam lemari
pengering dengan suhu 40˚C sampai kering. (Gambar c)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
3. Setelah ikan kering lalu dihaluskan dengan blender. (Gambar d)
A B
C D
Gambar 3.1 Prosedur pengambilan simplisia. A. Pemisahan daging ikan gabus dan
tulangnya. B. Pencincangan daging secara kasar. C. Pengeringan daging diatas kertas
perkamen. D. Proses penghalusan simplisia.
b. Pembuatan ekstrak
1. Daging yang sudah halus dimasukkan kedalam botol maserasi lalu
diberi etanol 96% sebanyak 2 liter untuk perendaman. Kemudian
simplisia disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
jam pada suhu 25˚C sambil sesekali diaduk dengan menggunakan
sendok centong. (Gambar a,b,c, dan d)
2. Simplisia yang sudah direndam, disaring dengan menggunakan kertas
saring dan dimasukkan kedalam jerigen dengan corong.
(Gambar e dan f)
3. Hasil saringan tersebut kemudian dipekatkan dengan alat penguap
vacum rotavapor pada suhu 54°C, setelah dipekatkan lalu diuapkan
dengan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.
(Gambar g dan h)
4. Ekstrak dimasukkan kedalam botol kaca dan disimpan didalam kulkas.
(Gambar 1)
A B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
C D
E F
G
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
H I
Gambar 3.2 Pembuatan ekstrak. A. Simplisia yang sudah dihaluskan. B. Proses
perendaman. C.Perendaman simplisia. D. Pengadukan simplisia. E. Penyaringan
simplisia. F. Hasil penyaringan. G. Proses penguapan. H. Proses pengentalan ekstrak.
I. Ekstrak ikan gabus.
c. Pembuatan Gel
1. Timbang bahan yang akan digunakan dengan menggunakan neraca
analitik.
2. Kembangkan CMC Na dengan air suling.
3. Larutkan ekstrak dalam propilen glikol, metil paraben, dan propilen
paraben lalu aduk hingga larut dalam pemanas air.
4. Masukkan larutan ekstrak kedalam CMC Na yang sudah di
kembangkan, setelah itu aduk sampai berbentuk seperti gel.
5. Masukkan seluruh bahan ke dalam lumpang dan alu lalu di haluskan
hingga merata.
6. Masukkan gel kedalam pot plastik dan diberi label nama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
A B
C D
E
Gambar 3.3. Pembuatan gel. A. Penimbangan bahan. B. Penimbangan ekstrak ikan
gabus. C. Proses pelarutan bahan – bahan dan ekstrak. D. Proses penghalusan
semua bahan hingga merata. E. Gel ekstrak ikan gabus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
3.7.2 Prosedur Gingivektomi
1. Tikus dianastesi dengan menggunakan ketamin dan didiamkan sampai
efek anastesi bekerja. (Gambar a)
2. Dilakukan gingivektomi pada regio anterior mandibula tikus dengan
menggunakan pisau kirkland untuk mengambil gingiva daerah
marginal dan pisau orban untuk daerah interdental.(Gambar b)
3. Pengaplikasian gel ekstrak ikan gabus pada bekas luka gingivektomi
yang dioleskan dengan kuas.(Gambar c)
4. Dilakukan pengangkatan mandibula tikus yang sudah diaplikasikan
gel ekstrak ikan gabus pada hari ke 1, hari ke 3, hari ke 5, dan hari ke
7.(Gambar d dan e)
5. Jaringan dimasukkan kedalam pot plastik yang berisi larutan formalin
buffer 10%. (Gambar f)
A B
C D
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
E F
Gambar 3. 4 Prosedur gingivektomi. A. Anastesi tikus. B. Proses gingivektomi. C.
Pengolesan gel ekstrak ikan gabus. D. Proses pengambilan jaringan mandibula. E.Jaringan
mandibula tikus. F. Perendaman jaringan dengan formalin.
3.7.3 Prosedur Pemeriksaan Histologi
Jaringan yang sudah diambil pada tikus kemudian dibawa ke Laboratorium
Patologi Anatomi. Pemeriksaan histologis dilakukan dengan mikroskop untuk
melihat dan menghitung jumlah sel fibroblas yang ada di daerah luka.
A B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
C D
E F
G
Gambar 3.5 Prosedur pemeriksaan histologi. A. Pencetakan sampel dengan
pemberian parafin cair pada sampel dalam wadah kaset. B. Sampel setelah parafin mengera.
C. Pemotongan sampel menggunakan mikrotom. D. Preparat sampel yang sudah dipotong
dimasukkan kedalam waterbath. E.Preparat dipanaskan diatas hot plate. F. Alat perendam
preparat ke dalam xylol. G Perendaman preparat ke dalam xylol untuk menghilangkan
parafin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
3.8 Alur Penelitian
3.9 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :
1. Ethical Clearence
Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari komisi etik dengan No.
0484/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2017
3.10 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diukur di analisis dengan Annova satu arah, jika p<0,05 maka
dilanjutkan dengan Post Hoc Test-Tuckey.
Pembuatan Ethical Clearence
Pembuatan gel ekstrak ikan gabus (Channa striata)
Prosedur bedah gingivektomi
Pengolesan gel ekstrak ikan gabus (Channa striata)
Pemeriksaan klinis pada hari 1,3,5 dan 7
Pemeriksaan histologis pada hari ke 1,3,5, dan 7
Analisis Data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai efektifitas gel ekstrak ikan
gabus terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar jantan yang
telah dilakukan pada Agustus 2017 – Januari 2018 di Laboratorium Obat Tradisional
Fakultas Farmasi USU, Laboratorium Multipurpose Fakultas Kedokteran Gigi USU
dan Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental untuk menguji efektifitas gel
ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar
jantan. Subjek penelitian diberi pelakuan yang dibagi menjadi 6 kelompok dimana
masing-masing kelompok dibedakan berdasarkan hari yang telah ditentukan. Adapun
perlakuan yang diberikan menggunakan ekstrak gel ikan gabus dengan konsentrasi
2,5%, 5%, 7,5%,10%, kelompok kontrol dan pemberian gel standar pabrik
(Oxyfresh®) pada subjek. Total subjek berjumlah 30 ekor tikus, dibagi dan
diaplikasikan masing-masing perlakuan pada 6 ekor tikus. Subjek penelitian
diaplikasikan gel ekstrak ikan gabus sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari di hari
ke-1, ke-3, ke-5, ke-7 dan ke-14. Setelah perlakuan selesai dilakukan pemeriksaan
histologis dan dihitung jumlah sel fibroblas oleh peneliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Gambaran histologis sel fibroblas ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Gambaran histologis sel fibroblas
Pada Gambar 4.1 terlihat sel fibroblas (pembesaran 100x) memiliki bentuk
lonjong dengan satu atau dua nukleus dengan warna merah muda keunguan.
Perhitungan jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar setelah
pemberian gel ekstrak ikan gabus dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perhitungan rata-rata jumlah sel fibroblas pasca gingivektomi pada tikus wistar
jantan setelah pemberian gel ekstrak ikan gabus menggunakan Uji One Way Anova
Perlakuan Hari (X ± SD) Rata-rata Sig
I III V VII XIV X ± SD p
Kontrol 1,0±1,2b 1,6±1,1
b 1,4±0,9
b 0,8±0,4
a 1,0±1,2
a 1,2±1,0
K 2,5% 0,0±0,0b 0,0±0,0
b 0,2±0,4
b 0,0±0,0
a 0,2±0,4
a 0,1±0,2
K 5% 0,8±0,8b 0,4±0,5
b 0,4±0,5
b 0,0±0,0
a 0,6±0,5
a 0,4±0,5
K 7,5% 1,0±1,0b 1,0±0,4
b 0,6±0,9
b 0,8±0,8
a 0,8±0,4
a 0,8±0,7 0,000
*
K 10% 0,0±0,0b 0,6±0,9
b 0,4±0,5
b 0,0±0,0
a 0,4±0,5
a 0,3±0,4
Oxyfresh 0,2±0,4b 0,0±0,0
b 0,6±0.9
b 0,4±0,5
a 0,0±0,0
a 0,2±0,4
*signifikan p<0,05, ab uji Post Hoc menggunakan Uji One Way Anova.
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat sel fibroblas pada
konsentrasi 2,5% pada hari ke-1, 3 dan 7. Pada konsentrasi 5% tidak terdapat sel
fibroblas pada hari ke-7. Pada konsentrasi 10% tidak terdapat sel fibroblas pada hari
ke-1 dan 7. Pada oxyfresh juga tidak terdapat sel fibroblas pada hari ke 3 dan 14. Dari
hasil tersebut dapat ditetapkan bahwa hari dan konsentrasi yang paling efektif yaitu
pada hari ke-3 pada konsentrasi 10%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai efek gel ekstrak ikan gabus
terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar jantan. Penelitian
ini adalah penelitian eksperimental untuk menguji efek gel ekstrak ikan gabus
terhadap jumlah sel fibroblas pascagingivektomi pada tikus wistar jantan.
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai signifikasi sel fibroblas yaitu
p=0,000 (p<0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat sel
fibroblas pada konsentrasi 2,5% pada hari ke-1, 3 dan 7. Pada konsentrasi 5% tidak
terdapat sel fibroblas pada hari ke-7. Pada konsentrasi 10% tidak terdapat sel
fibroblas pada hari ke-1 dan 7. Pada gel standar pabrik (oxyfresh®) juga tidak terdapat
sel fibroblas pada hari ke-3 dan 14. Uji One Way Annova tersebut kemudian ditinjau
kembali menggunakan uji lanjutan Post Hoc Duncan. Hasil uji post Hoc Duncan
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi gel ikan gabus terbaik adalah
konsentrasi 10% pada hari ketiga, hal ini dikarenakan sel fibroblas muncul pertama
kali pada hari ketiga dan mencapai puncak pada hari ketujuh. Hal ini didukung oleh
penelitian Agustin tentang efektivitas ekstrak ikan haruan (Channa striata) dan
ibuprofen terhadap jumlah sel neutrofil pada proses penyembuhan luka pada tikus
wistar jantan yang menunjukkan bahwa ekstrak yang paling baik adalah ekstrak ikan
haruan 100% yang dapat menurunkan sel neutrofil pada proses penyembuhan luka
pada hari ke-3.1 Menurut penelitian Boateng pada hari ke-3 sampai ke-5 proses
penyembuhan luka sudah mulai terjadi yaitu proses proliferasi jaringan pada mukosa
bukal tikus wistar.19
Menurut penelitian Andrie M menunjukkan bahwa salep kombinasi fase air-
minyak ekstrak ikan gabus 10% memiliki efektivitas penyembuhan luka akut stadium
II terbuka, dikarenakan adanya kandungan zat aktif kombinasi fase air-minyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
ekstrak dan basis salep. Hal ini menujukkan bahwa ekstrak ikan gabus dapat
membantu dalam penyembukan luka.20
Konsentrasi gel ekstrak ikan gabus yang digunakan yaitu 2,5%, 5%, 7,5%,
10%, kontrol dan oxyfresh. Dimana rerata jumlah sel fibroblas pada kelompok
kontrol merupakan paling tinggi. Kelompok kontrol tersebut merujuk kepada
penelitian Agustin pada tahun 2016 yang melakukan efektivitas ekstrak ikan haruan
dan ibu profen terhadap jumlah sel neutrofil pada proses penyembuhan luka. Hal ini
kemungkinan disebabkan tidak adanya bahan aktif sehingga sangat memungkinkan
masih terdapatnya mikroba yang harus difagosit dan kerusakan jaringan oleh sel-sel
pada daerah luka berbeda dengan bahan aktif yang ada pada ekstrak ikan gabus.1
Efek gel ekstrak ikan gabus disebabkan oleh senyawa- senyawa yang
terkandung didalamnya, seperti albumin, mineral seng (Zn), tembaga (Cu) dan juga
besi (Fe). Daging ikan gabus mengandung protein sampai 25,1 % dan 6,22 % dari
protein tersebut adalah albumin.20
Albumin Zn, Cu, Fe, dan asam lemak juga
berperan penting dalam mempercepat proses penyembuhan luka dan berfungsi
sebagai antiinflamasi dan mempercepat proliferasi.1
Albumin merupakan salah satu protein plasma darah yang disintesis di dalam
hati. Albumin sangat berperan penting menjaga tekanan osmotik plasma, mengangkut
molekul-molekul kecil melewati plasma maupun cairan ekstrasel serta mengikat obat-
obatan.21,9
Albumin juga dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit
terutama yang disebabkan berkurangnya jumlah protein darah, seperti luka bakar,
patah tulang, pasca operasi, dan infeksi paru-paru.9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian eksperimental yang telah dilakukan adalah ekstrak
gel ikan gabus (Channa striata) memiliki efek terhadap jumlah sel fibroblas
pascagingivektomi pada tikus ditandai dengan munculnya sel fibroblas pada hari
ketiga. Ekstrak gel ikan gabus konsentrasi 10% yang paling efektif menurunkan sel
fibroblas pada proses penyembuhan luka.
6.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbandingan efek ekstrak gel ikan gabus (Channa striata) terhadap
jumlah sel fibroblas pasca gingivektomi secara topikal dengan obat
paten lainnya.
2. Keefektifan ekstrak gel ikan gabus sebagai alternatif bahan
medikamen periodontal secara in vivo sehingga bahan tersebut dapat
diaplikasikan secara klinis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustin R, Dewi N, Rahardja SD. Efektivitas ekstrak ikan haruan (channa
striata) dan ibuprofen terhadap jumlah sel neutrofil pada proses penyembuhan
luka: studi in vivo pada mukosa bukal tikus wistar. Dentino, 2016. 1(1): 68-
74.
2. Damayanti MM, Yuniarti. Pengaruh pemberian platelet-rich fibrin dalam
mempercepat proses penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. 2016. 2(1): 34-9.
3. Sura GM, Carabelly AN, Apriasari ML. Aplikasi ekstrak haruan (channa
striata) 100% pada luka punggung mencit (mus musculus) terhadap jumlah
neutrofil dan makrofag. J PDGI 2013. 62(2): 41-4.
4. Carranza FA. Periodontal Respons to External Forces. In : Newman MG,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Clinical periodontology. 11th
ed.
Philadelphia: W.B Saunders Co 2012: 547.
5. Santoso AH. Uji potensi ekstrak ikan haruan (Channa striata) sebagai
Hepatoprotector pada Tikus yang diinduksi Parasetamol. Tesis. Bogor: Institut
Pertanian Bogor 2009:1-3
6. Ulandari A, Kurniawan D, Putri AS. Potensi protein ikan gabus dalam
mencegah kwashiorkor pada balita di aparovinsi Jambi. Karya Tulis Ilmiah.
Jambi:Universitas Jambi 2010:8-9
7. Ardianto D. Buku pintar budi daya ikan gabus. Cet 1. Yogyakarta:
FlashBooks 2015: 16.
8. Kusmini II, Gustiano R, Prakoso VA. Budidaya ikan gabus. Cet 1. Jakarta:
Penebar Swadaya 2016: 8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
9. Listyanto N, Septyan A. Ikan gabus (Channa Striata) manfaat pengembangan
dan alternatif teknik budidayanya. Media Akuakultur 2009; 4(1): 18-25.
10. Ardana M, Aeyni V, Ibrahim A. Formulasi dan optimasi basis gel HPMC
(Hydroxyl propyl methyl cellullose) dengan berbagai variasi konsentrasi. J.
Trop. Pharm 2015. 3(2): 101-8
11. Kunche HB, Ahmed MG, Rompicharla NC. Development and evaluation of
in situ gels of moxifloxacin for the treatment of periodontitis. Indonesian J.
Pharm 2012; 23(3): 141-6.
12. Masir O, Manjas M, Putra AE, Agus S. Pengaruh cairan cultur filtrate
fibroblast (CFF) terhadap penyembuhan luka pada ratus novergicus galur
wistar. Jurnal Kesehatan Andalas 2012. 1(3): 112-7
13. Sorongan RS, Pangemanan DHC, Siagian KV. Efektivitas perasan daun
pepaya terhadap aktivitas fibroblas pasca pencabutan gigi pada tikus wistar
jantan. J Pharmacon 2015. 4(4): 52-7.
14. Robbins, et al. Buku ajar patologi Robbins Ed.7, Vol.1. Alih bahasa oleh
Awal Prasetyo dkk.EGC: Jakarta 2007.
15. Putri SS. Potensi perasan daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap jumlah sel
fibroblas pasca gingivektomi pada tikus wistar jantan. FKG: Universitas
Jember 2012.
16. Ike SM Redjeki. Pengelolaan nyeri pascabedah. 1st National Congress
Indonesian Pain Society 2001: 58-62.
17. Diegelmann, et al. Wound Healing: An overview of acute, fibrotic and
delayed healing. J Frontiers in Bioscience 2004. 9: 283-9.
18. Mitchell, Ricard N et all. Buku saku dasar patologis penyakit Edisi 7. EGC:
Jakarta 2008.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
19. Boateng JS, Manthews KR, Steven HNE, Eccleston GM. Wound Healing
Dressing and Drug Delivery Systems: A Review. Journal of Pharmaceutical
Sciences 2008.97(8): 2892-2914.
20. Andrie M, Sihombing D. Efektivitas Sediaan Salep yang Mengandung
Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) pada Proses Penyembuhan Luka Akut
Stadium II Terbuka pada Tikus Jantan Galur Wistar. Pharm Sci Res
2017.4(2):89.
21. Kusumaningrum GA, Alamsjah MA, Masithah ED. Uji Kadar Albumin dan
Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata) dengan Kadar Protein Pakan
Komersial Yang Berbeda. Jurnal ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2014.(6)1:
1-5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1. Peralatan Penelitian
No Peralatan Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 Kaca Mulut 1 unit Rp 20.000,- Rp 20.000,-
2 Sonde 1 unit Rp 20.000,- Rp 20.000,-
3 Pinset 1 unit Rp 20.000,- Rp 20.000,-
4 Pisau Kirkland 1 unit Rp 300.000,- Rp 300.000,-
5 Pisau Orban 1 unit Rp 300.000,- Rp 300.000,-
6 Scalpel 1 unit Rp 35.000,- Rp 35.000,-
7 Bahan anastetikum 1 kotak Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Sub Total Rp 1.075.000,-
2. Bahan Penelitian
No Peralatan Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)
1 Sarung tangan
disposable
1 kotak Rp 56.000,- Rp 56.000,-
2 Masker 1 unit Rp 20.000,- Rp 20.000,-
3 Kapas (Swallow
Brand)
1 gulung Rp 30.000,- Rp 30.000,-
4 Povidon Iodine 1 botol Rp 20.000,- Rp 20.000,-
5 Ikan Gabus 5 kg Rp 50.000,- Rp 250.000,-
6 Etanol 96% 2 liter Rp 25.000,- Rp 50.000,-
7 Akuades 1 liter Rp 20.000,- Rp 20.000,-
8 Carboxyl methyl
cellulose (CMC)
1 botol Rp 100.000,- Rp 100.000,-
9 Larutan pospat
buffer salin
1 botol Rp 100.000,- Rp 100.000,-
10 Kassa steril 4 kotak Rp 20.000,- Rp 80.000,-
11 Biaya penelitian
pembuatan gel
ekstrak ikan gabus
Rp 500.000,-
12 Biaya penelitian
tikus di Lab Farmasi
Rp 1.000.000,-
13 Biaya pemeriksaan
histologis jaringan
di Lab Patologi
Anatomi
Rp 700.000,-
Sub Total Rp 2.905.000,-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Administrasi dan lain-lain
No Peralatan Kuantitas Harga Satuan
(Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Administrasi
Ethical
Clearance
- - Rp 100.000,-
2 Penjilidan
proposal
8 set Rp 20.000 Rp 160.000,-
3 Penjilidan
skripsi
8 set Rp 50.000 Rp 400.000,-
4 Alat tulis 1 kotak Rp 12.000,- Rp 12.000,-
Sub Total Rp 672.000,-
4. Total Dana yang Dibutuhkan
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Peralatan Penelitian Rp 1.075.000,-
2 Bahan Penelitian Rp 2.905.000,-
3 Administrasi dan lain-lain Rp 672.000,-
4 Biaya Tak Terduga (10%) Rp 465.200,-
Total Rp 5.117.200,-
Total biaya penelitian : Rp 5.117.200
Terbilang : Lima Juta Seratus Tujuh Belas Ribu Dua Ratus Rupiah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
BIODATA PENELITI
I. Identitas diri
Nama : Intan Permata Sari
NIM : 130600064
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 15 September 1995
Alamat : Jl. Masjid Perum Citra Graha Blok D26 Tembung
Nomor Telepon : 082168826644
Email : intanpermatachan@yahoo.com
II. Riwayat Pendidikan
2000 – 2001 : Menjalani pendidikan Taman Kanak – kanak di TK
Tunas Bangsa Medan
2001 – 2007 : Menajalani pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta
Pertiwi Medan
2007 – 2010 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Islam AL-ULUM Terpadu Medan
2010 – 2013 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 7 Medan
2013 – sekarang : Menjalani Program Sarjana- 1 Pendidikan Dokter
Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
JADWAL KEGIATAN SKRIPSI
No
Kegiatan
WAKTU PENELITIAN
JANUARI –JUNI 2017
SEPTEMBER 2017-MARET
2018
APRIL -NOVEMBER 2018
DESEMBER 2018
1 Pembuatan
Proposal
2 Pelaksanaan
Penelitian
3 Pembuatan
laporanhasil
penelitian
4 Penggandaan
Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
ANOVA
Fibroblast
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 248.033 29 8.553 5.269 .000
Within Groups 194.800 120 1.623
Total 442.833 149
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Fibroblast
Duncana
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
H7K2,5 5 .0000
H7K5 5 .0000
H7K10 5 .0000
H14Oxy_XIV 5 .0000
H14K2,5 5 .2000
H7Oxy_VII 5 .4000
H14K10 5 .4000
H14K5 5 .6000
H7K_VII 5 .8000
H7K7,5 5 .8000
H14K7,5 5 .8000
H14K_XIV 5 1.0000
H1K_I 5 3.0000
H1K2,5 5 3.0000
H1K5 5 3.0000
H1K7,5 5 3.0000
H1K10 5 3.0000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
H1Oxy_I 5 3.0000
H3K_III 5 3.0000
H3K2,5 5 3.0000
H3K5 5 3.0000
H3K7,5 5 3.0000
H3K10 5 3.0000
H3Oxy_III 5 3.0000
H5K_V 5 3.0000
H5K2,5 5 3.0000
H5K5 5 3.0000
H5K7,5 5 3.0000
H5K10 5 3.0000
H5Oxy_V 5 3.0000
Sig. .315 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
top related