ergo-jsi, sebuah program manajemen stres kerja dengan
Post on 10-Nov-2021
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Susy Purnawati
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Jl. PB Sudirman Denpasar
Email: s_purnawati@yahoo.com
Perkembangan studi-studi tentang stres
kerja dewasa ini tidak terlepas dari
konsep teori tentang stres kerja yang
pertama kali dipopulerkan oleh Karasek
pada tahun 1979.
Konsep Karasek ini dikenal sebagai the
job demands-control (JD-C) model atau
deman-control-support (DCS) model
Pendahuluan
Dalam NIOSH job stress model, teori tentang stres kerja
mengacu pada konsep yang secara skematis dapat dilihat
dalam skema pada gambar berikut.
Job stressors
Role stress
Interpersonal
conflict
Lack of job control
Job overload
Responsibility for
people
Work organization
Work and task
condition
etc.
Stress
reaction
Psychol-
ogical
Physical
Behavioral
Illness
Disease/In
jury
Buffering factors
Support from supervisors, coworkers, and family/friends
Personal factors
Gender, age,
personality,
marital status
From the US NIOSH Job
Stress Model (Hurrell &
McLaney, 1988)
1. Work
environment
improvement
3. Individual-
oriented stress
management
2. Supervisor
education/training
Pendahuluan
Murphy 1996
Program manajemen stres (definisi):
Berbagai teknik dan program yang
dirancang untuk membantu pekerja
memodifikasi appraisal mereka
terhadap stressful situations atau
mengatasi berbagai gejala stres, atau
keduanya
Pendahuluan …
Sampai saat ini berbagai
program manajemen stres telah
diperkenalkan oleh para pakar
kesehatan kerja dan industri.
Beberapa program memiliki
kelemahan karena cakupan
program tidak bersifat holistik.
Idealnya program manajemen
stres kerja mencakup
penanganan aspek kondisi kerja
(termasuk juga peran
supervisor) dan aspek individu
pekerja
Pendahuluan
Pendahuluan ……
Ergo-JSI (Ergonomics job stress intervention)
merupakan program manajemen stres kerja yang
holistik dengan pendekatan organisasi (berbasis
ergonomi -partisipatori) dan berorientasi individu
(Susy-Purnawati, 2011)
Tahap-tahap dalam Program
1. Pembentukan komitment pimpinan
2. Penilaian kondisi kerja (walk through
survey dilengkapi MHACL (Yoshikawa
et al, 2007), Ergonomics Check Point
(ILO, 2010) dan BJSQ (Shimomitsu,
2000 in Kawakami, 2010) dan
monitoring biologi (kortisol darah/saliva)
3. FGD dengan perwakilan perusahaan
4. Kesepakatan intervensi
5. Aplikasi Program
6. Follow up
Intervensi dalam Ergo-JSI
1. Pendekatan Organisasi (perbaikan kondisi
kerja: aspek task, organisasi, lingkungan).
Mis:
Supervisi harian Bagian EDP dan sistem
komputerisasi perbankan yang safe dan
dioptimalkan untuk mengurangi stres teknologi
Penerapan sistem “usulan perbaikan tiada henti /
Kaizen”: form isian, feedback, realisasi. (mis.
sistem penggajian baru dengan memperhitungkan
masa kerja, penggantian warna meja kerja
(furniture)
Perbaikan kondisi kerja ….. (lanj.)
Penerapan sistem “usulan perbaikan tiada henti /
Kaizen”
Perbaikan
kondisi
kerja ….. (lanj.)
Mengubah postur
kerja menjadi lebih
ergonomis
Meningkatkan
intensitas
penerangan dengan
memaksimalkan
pencahayaan alami
Peregangan di tempat kerja untuk
menurunkan keluhan muskuloskeletal dan
membuat mood positif
Perbaikan kondisi kerja ….. (lanj.)
Ergo-JSI …. (lanj.)
2. Pendekatan/Berorientasi
individu:
Pemberdayaan problem-focused coping
yaitu traning dalam kelas untuk
meningkatkan kemampuan coping individu
dalam mengantisipasi stres kerja.
Dirancang secara ergonomis (60 menit tiap
sesi, environment, AVA, materi informasi,
display, interaktif)
Dilengkapi dengan buku suplemen
pembelajaran.
Topik-topik yang diajarkan disesuaikan
dengan stresor yang ada dan
maturitas/status pendidikan individu
(karyawan).
Evaluasi Program
Evaluasi keberhasilan program dapat
dinilai dari peningkatan penampilan
kerja ataupun produktivitas kerja.
Selain itu juga dapat dinilai
menggunakan beberapa paramater lain
(misalnya: self efficacy, stresor dan
distres psikologi dari kuesioner BJSQ,
dan beberapa marker biologi dari
pemeriksaan kortisol darah atau saliva)
Follow Up
Dilakukan pengukuran kembali
parameter-parameter yang
menggambarkan efektivitas program
Setelah 3 atau 6 bulan aplikasi program
Jika efektivitas program sudah menurun
maka dibutuhkan training-training
diulangi kembali disertai dengan
program improvement
Simpulan
Program manajemen stres kerja di
perusahaan harus mencakup perbaikan
kondisi kerja serta berorientasi individu.
Agar program dapat berkesinambungan
maka sangat dibutuhkan pendekatan
holistik dan mengedepankan
pendekatan partisipatori sejak persiapan
sampai pada tahap follow up program.
top related