fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … filematematika dan ilmu pengetahuan alam fakultas keguruan...
Post on 26-Apr-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP
KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA SMP
SKRIPSI
Oleh :
NURROHMIYATUN
K2305012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP
KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA SMP
Oleh :
NURROHMIYATUN
K2305012
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Supurwoko, M.Si
NIP. 19630409 199802 1 001
Pembimbing II
Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd
NIP. 19751003 200501 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota I
:
:
:
:
Dra. Rini Budiharti, M. Pd
NIP. 19580728 198403 2 003
Dr. Sarwanto, S. Pd. M.Si
NIP. 19690901 199403 1 002
Drs. Supurwoko, M.Si
NIP. 19630409 199802 1 001
Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd
NIP. 19751003 200501 2 001
( )
( )
( )
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Nurrohmiyatun. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: 1) perbedaan
kemampuan kognitif Fisika antara model pembelajaran menggunakan kooperatif
tipe STAD dan diskusi siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 2)
perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa
kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya; 3) interaksi
antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII
semester I SMP Negeri 1 Playen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6
kelas, yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIF. Sampel diambil dengan teknik
cluster random sampling sehingga diperoleh dua kelas, yaitu kelas VIIC sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIIF sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data
kemampuan awal Fisika siswa dan data kemampuan kognitif Fisika siswa. Teknik
analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan isi sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan
kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fa =
12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 pada taraf signifikasi 5%); 2) ada perbedaan kemampuan
kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan
kategori rendah pada pokok bahasan zat dan wujudnya (Fb = 30,968 > F0,05;1,62=
4.00 pada taraf signifikasi 5%); 3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan awal Fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada
pokok bahasan Zat dan Wujudnya (Fab= 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 pada taraf
signifikasi 5%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Implikasi dari hasil penelitian adalah bahwa Pembelajaran Fisika dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu efektifitas belajar
mengajar. Selain itu kemampuan awal Fisika siswa yang baik, akan dapat
membantu siswa dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat berpengaruh semakin baik pada kemampuan kognitif Fisika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Nurrohmiyatun. THE COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) VIEWED FROM THE FIRST-ABILITY OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TOWARD THEIR COGNITIVE ABILITY . Thesis. Surakarta: Faculty of Education and Teacher Training. University of Sebelas Maret. January 2011.
The purpose of this research to find out: 1) the difference of student’s
cognitive ability of Physics on the study between the model of cooperative
learning with STAD and discussion of Material and Its Existence; 2) the
difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in
high and low classes of Material and Its Existence study; and 3) the interaction
between learning model and students’ first-ability of Physics toward their
cognitive ability of Material and Its Existence study.
This research method was experiment by factorial design 2x2. Population
of this research was the students of VII grade of SMP Negeri 1 Playen 2009/
2010. They were consisted of six classes, A to F. The technique used in this
research was cluster random sampling. In consequence, the classes conducted as
samples were class C and class F. Class C was conducted as an experimented
sample, whereas class F was a controlling sample. Through the test, the data
consisting of the first-ability and the cognitive ability of Physics were collected.
The data were analyzed by a two-way annava.
Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) there is a
difference of student’s cognitive ability of Physics on the study between the
model of cooperative learning with STAD and discussion of Material and Its
Existence (Fa = 12,828 > F0,05;1,62 = 4.00 with significance level 5%). (2) There is
difference of student’s cognitive ability of the students’ first-ability of Physics in
high and low classes of Material and Its Existence study (Fb = 30,968 > F0,05;1,62 =
4.00 with significance level 5%). 3) There is not interaction between the learning
model with the students’ first-ability of Physics toward their cognitive ability of
Material and Its Existence study (Fab = 0,501< F0,05;1,68 = 4.00 with significance
level 5%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
The implication of the result is that the Physics learning using the
cooperative model with (STAD) was able to help the effectiveness of teaching and
learning. Furthermore, the good first-ability of students would help them to
understand the study. Thus, it would give more positive effect to the students’
cognitive ability of Physics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S Muhammad: 7)
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu
pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S At Taubah: 105)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta. Ya Allah, bukakan pintu
syurga untuk mereka. Amiin.…
2. Mbak Yanti, Mbak Lilik, Mas Sofyan, Dek Lia
dan Dek Amad, terima kasih dan sayang tak
bertepi untuk segalanya.
3. Keluarga besarku tercinta. Terima kasih tak
berhingga atas bantuan, dukungan, semangat, dan
do’anya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah SWT, Rabb
semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Dia-lah Allah
yang senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat
manusia di hamparan dunia ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para
pengikutnya yang dengan sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah
memegang teguh agamanya.
Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah penulis mampu
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Semoga Skripsi ini menjadi
ladang amal ibadah bagi penulis, keluarga penulis, serta semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya Skripsi ini.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS.
3. Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan
P. MIPA FKIP UNS.
4. Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Pembimbing I atas curahan pikiran, tenaga,
waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas curahan pikiran,
tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademis atas bantuan dan
bimbingannya.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang secara tulus
mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.
8. Drs. Suharjono, MM. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 playen yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
memberikan ijin penelitian.
9. Triyono, M.Pd. Selaku Guru Físika SMP Negeri 1 Playen atas bimbingannya
selama penelitian.
10. Siswa kelas VIIC dan VIIF SMP Negeri 1 Playen, atas kerja samanya.
11. Orang tua dan keluargaku tercinta, atas tetesan peluh, segenap pikiran dan
jiwa, yang telah menyertai langkahku, memberikan dorongan, dan do’a restu
yang teramat tulus.
12. Teman-teman Kos Salsabila, Mustika R.P, Estik S, Reni S, Ita J, Benty, Estia
R, F Resti S, S Sulistyani, Sita N, W Setyorini, K Khotimah, dan ex S B
Barida. Terima kasih untuk semuanya.
13. Ulfatun, Ika Sunu, dan Aviya atas bantuan, do’a, dan semangatnya.
14. Teman-temanku dan adik-adikku Fisika, atas segala bantuan, do’a, dukungan,
dan kebersamaannya.
15. Kawan seperjuangan di Fisika, JN UKMI UNS, FSLDK, dan saudaraku di
jalan dakwah dimanapun berada atas do’a, bantuan, dan dorongan
semangatnya.
16. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu–persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL……......................…………………………………………………
PENGAJUAN …………….....................………………………………….
PERSETUJUAN ….....................………………………………………….
PENGESAHAN……….....................……………………………………...
ABSTRAK ……………………………………………...............................
ABSTRACT …………….....................………………………………........
MOTTO ………......................……………………………………………..
PERSEMBAHAN ………….....................………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...
A. Latar Belakang Masalah………………………………..…....
B. Identifikasi Masalah…………………………………..….….
C. Pembatasan Masalah ………………………………..….…...
D. Perumusan Masalah………………………………………....
E. Tujuan Penelitian ……………………………..…………….
F. Manfaat Penelitian……………………………..……………
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka …………………………………….……..
1. Belajar dan Pembelajaran..…………………………….
a. Pengertian Belajar…………………..……………….
b. Prinsip-prinsip Belajar………………………………
c. Tujuan Belajar…………………..………………….
d. Mengajar……………………………………………
e. Pembelajaran……………………………………….
2. Pengajaran Fisika di SMP.....……………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
xviii
1
1
4
5
5
5
6
7
7
7
7
8
9
10
10
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Hakikat Fisika………………………………………
b. Tujuan Mata Pelajaran Fisika di SMP…
3. Model Pembelajaran…...………………………………
a. Pembelajaran Kooperatif……………………………
b. Pembelajaran Diskusi………………………………
4. Kemampuan Awal Siswa…………..……………………
5. Kemampuan Kognitif.……………….……..……………
6. Materi Zat dan Wujudnya…………………..…….…….
B. Penelitian yang Relevan …………………………………….
C. Kerangka Berpikir………………………………..………….
D. Perumusan Hipotesis…………….………………..…………
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………....
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……...
1. Tempat Penelitian ………………………………………
2. Waktu Penelitian………………………………..………
B. Metode Penelitian ……………………………………..……
C. Populasi dan Sampel ………………………..........................
1. Populasi…………………………………..…….………..
2. Sampel ….….….……………………..…………………
3. Teknik Pengambilan Sampel……………………..…….
D. Variabel Penelitian…………….…………………………..
1. Variabel Bebas …..……………………………………..
2. Variabel Terikat ………………………….…………….
E. Teknik Pengumpulan Data………………….……………..
Teknik Tes ………………………………………….….….
F. Instrumen Penelitian ……………………..…………………
1. Uji Validitas ……………………………..………….….
2. Uji Reliabilitas ……………………………..……….….
3. Menentukan Derajat Kesukaran ….….….….….….….
4. Menentukan Daya Pembeda ……………………………
G. Teknik Analisis Data………………………………………...
11
13
13
15
22
26
27
29
34
35
38
39
39
39
39
39
40
40
41
41
41
41
42
42
42
43
43
44
45
46
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa………..............
2. Uji Prasyarat Analisis…………....………..……………..
a. Uji Normalitas ……………………………..………..
b. Uji Homogenitas ……………………………..……..
3. Uji Hipotesis……………………………………..….….
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………
A. Deskripsi Data …………………………..………………….
1. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Awal Fisika
Siswa…………………………..………………………
2. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika
Siswa …………...............................................................
B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika ……...……………
1. Uji Normalitas…………………………………………...
2. Uji Homogenitas……………………………….………..
3. Uji-t Dua Ekor……………………………..……………
C. Pengujian Prasyarat Analisis ……………………………….
1. Uji Normalitas………………………………..…….……
2. Uji Homogenitas……………………………..………….
D. Hasil Pengujian Hipotesis ……………………………….…
1. Analisis Variansi Dua Jalan……….………………..…..
E. Pembahasan Hasil Analisis………………..………..…..….
1. Uji Hipotesis Pertama……………………………….…..
2. Uji Hipotesis Kedua……………………………………..
3. Uji Hipotesis Ketiga…………………………………….
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …….……………
A. Kesimpulan …………………………..………………..…...
B. Implikasi Hasil Penelitian……. …………………..………...
C. Saran ……………………………………………………..…
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………………
LAMPIRAN ……………………………..………………………………...
48
49
49
50
51
57
57
57
59
61
61
62
62
62
62
63
63
63
65
65
66
67
68
68
68
69
70
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif...........
Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan.....................................
Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim.......
Langkah- Langkah dalam Model pembelajaran diskusi....………
Keuntungan dan Kelemahan Model pembelajaran diskusi ……
Volume dan Bentuk dari Wujud Zat…………………..………....
Rancangan Penelitian.....................................................................
Rangkuman Analisis......................................................................
Deskripsi Data Kemampuan Awal Fisika Siswa...........................
Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperime.
Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Kontrol….
Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa........….
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas
Eksperimen……………………………..………………………..
Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas
Kontrol..........………………………..…………………………...
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa.............
Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas......
Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel tidak Sama..................
18
22
22
24
24
30
40
56
57
57
58
59
59
60
61
62
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3 (a)
Gambar 2.3 (b)
Gambar 2.4 (a)
Gambar 2.4 (b)
Gambar 2.5 (a)
Gambar 2.5 (b)
Gambar 2.6
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Ciri-Ciri Model Mengajar ………………..………..……............
Skema Perubahan Wujud Zat........…..…………………………..
Meniskus Cekung ……………………………..…………….......
Meniskus Cembung ……………………………..…………........
Permukaan Raksa dalam Pipa Kapiler ……………………….....
Permukaan Air dalam Pipa Kapiler …………………………......
Permukaan Raksa dalam Bejana Berhubungan ……………........
Permukaan Air dalam Bejana Berhubungan ………………........
Paradigma Penelitian.......……………………..……………........
Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas
Eksperimen....................................................................................
Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas
Kontrol..........................................................................................
Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas
Eksperimen..................................................................................
Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas
Kontrol.........................................................................................
14
31
32
32
33
33
33
33
38
58
59
60
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Jadwal Penelitian ……………………………..………………………….
2. Satuan Pembelajaran…………………………..………………………….
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………..………
4. Lembar Kerja Siswa ……………………………..………………………
5. Soal-Soal STAD............... ……………………………..………………...
6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan
Kognitif Zat dan Wujudnya .......................................................................
7. Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif
Siswa ..........................................................................................................
8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan
Kognitif Siswa............................................................................................
9. Lembar Jawab Soal Tes Uji Coba Kemampuan Awal Siswa dan
Kemampuan Kognitif Siswa.......................................................................
10. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif
Zat dan Wujudnya .....................................................................................
11. Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan Kognitif Siswa.......
12. Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan
Kognitif Siswa............................................................................................
13. Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Awal Siswa dan Kemampuan
Kognitif Siswa ...........................................................................................
14. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes
Uji Coba Kemampuan Awal dan Kemampuan Kognitif Siswa.................
15. Data Nilai Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Siswa SMP Negeri 1 Playen ……………………………............
16. Uji Normalitas Kemampaun Awal Siswa Kelas Eksperimen....................
17. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol...........................
18. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ……………………………..…………………………………….
73
74
79
110
135
139
140
149
150
151
152
159
160
161
165
166
167
168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
19. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa Dengan Uji-t Dua Ekor ............
20. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen................
21. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol......................
22. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ……………………………..……………………………...
23. Data Induk Penelitian Kelas VII SMP Negeri 1 Playen....... .....................
24. Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan dengan Frekuensi Sel
Tak Sama ……………………………..………………………………….
25. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Siswa Kelas
VII SMP N 1 Playen...................................................................................
26. Daftar Penilaian Kelompok STAD Kelas Eksperimen.……...........……...
27. Daftar Kelompok STAD Kelas Eksperimen..............……………………
28. Daftar Kelompok Diskusi Kelas Kontrol....................…………………...
29. Tabel-Tabel Statistik .................................................................................
30. Perijinan ................. ……………………………..……………………….
171
174
175
176
179
180
185
186
191
192
193
202
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang. Proses
pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi dalam dirinya. Pada Bab II Pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN No. 20 Tahun 2003).
Berkaitan dengan tujuan tersebut, pendidikan perlu mendapatkan perhatian
dan penanganan yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal
ini dikarenakan bahwa dengan proses pendidikan yang baik diharapkan akan
memperoleh hasil yang baik pula salah satunya adalah terbentuknya sumber daya
manusia yang berkualitas. Ujung pangkal proses pendidikan dapat dicermati dari
proses pembelajarannya.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian
tujuan intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
ada diluar individu.
Faktor internal misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani,
motivasi dan kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mengikuti proses belajar mengajar. Untuk itu pada awal kegiatan
belajar mengajar seorang pengajar seharusnya mengetahui kemampuan awal
siswanya, sehingga diharapkan pengajar dapat menentukan bagaimana proses
belajar mengajar diatur dan apa metode yang tepat untuk digunakan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor
eksternal meliputi keadaan keluarga, lingkungan belajar, kurikulum, alat-alat
pelajaran, pengajar dan cara mengajarnya atau yang biasa disebut dengan model
pembelajaran.
Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5):
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar.
Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli
dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model tersebut antara lain
model pembelajaran langsung, model pembelajaran kontekstual, model
pembelajaran quantum, model pembelajaran inquiri, model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran diskusi dan lain-lain. Banyaknya model
pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut harus dipilih model
pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta materi
yang akan diajarkan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar
bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Slavin
(1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran kooperatif sebagai
”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar
anggota kelompok”.
Model pembelajaran kooperatif akan bisa membantu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dikarenakan adanya
interaksi siswa di dalam kelompoknya dan juga adanya interaksi dengan guru
sebagai pengajar. Cara pengelompokannya adalah heterogen baik dari tingkat
prestasi belajar, jenis kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Dalam kelas
kooperatif, siswa diharapkan mampu saling membantu berdiskusi, dan
berargumentasi sesuai dengan konsep yang dikuasainya. Di dalam setiap
kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pemahaman terhadap siswa yang berkemampuan rendah sehingga akan dapat
segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap
kelompok akan dapat berjalan dengan baik jika setiap kelompok memiliki
kemampuan yang heterogen.
Belajar Fisika merupakan suatu proses yang komplek, sebab siswa tidak
hanya sekedar menerima dan menyerap informasi yang diberikan guru, tetapi
melibatkan diri dalam proses untuk mendapatkan ilmu sendiri. Semakin banyak
yang aktif dalam belajar maka prestasi belajar dimungkinkan makin tinggi. Dalam
usaha meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka perlu dikembangkan
melalui pembelajaran yang didasarkan pada teori kebersamaan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD).
Student Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran tipe STAD
diharapkan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya dengan cara
berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan
anggota yang lainnya. Dengan model pembelajaran ini, proses belajar tidak
dikuasai oleh segelintir siswa saja tetapi setiap siswa mempunyai kesempatan
yang sama dalam proses belajar. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif
dalam belajar bersama kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan
prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar seperti yang dikatakan sebelumnya, salah satunya
dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Namun tidak semua aspek dari
kemampuan awal siswa yang dimiliki oleh siswa pada awal proses belajar
berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal tersebut
harus relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Kemampuan kognitif siswa merupakan salah satu aspek keberhasilan
atau prestasi belajar siswa, karena berkaitan dengan kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran. Aspek ini terdiri atas kemampuan untuk mengingat, mengerti,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Materi Zat dan Wujudnya merupakan pelajaran Fisika yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
diharapkan siswa lebih mudah belajar materi Fisika.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian untuk
membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep ilmu Fisika. Adapun judul
penelitian “PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL
TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis perlu mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkin muncul dalam
penelitian ini. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan usaha memperbaiki kualitas sumber daya manusia.
2. Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian tujuan
intruksional. Tujuan intruksional ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal
3. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti
proses belajar mengajar.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran
kooperatif yang menekankan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya
dengan cara berdiskusi, berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan
mengisi kekurangan anggota yang lainnya.
5. Penyajian materi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar bersama
kelompoknya akan memberi kontribusi pada peningkatan prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, maka dalam penelitian
dibatasi pada :
1. Pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol.
2. Kemampuan awal Fisika siswa yang dimaksud adalah kemampuan awal yang
diperoleh dari nilai pre-test pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
3. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan awal Fisika siswa dalam
kategori tinggi dan rendah.
4. Materi pelajaran yang diambil adalah pokok bahasan Zat dan Wujudnya di
SMP semester I tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model
pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok
bahasan Zat dan Wujudnya?
2. Adakah perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal
Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan
Wujudnya?
3. Adakah interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan
Wujudnya?
E. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika
siswa antara model pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dan
diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan kognitif Fisika
siswa antara kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada
pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara model pembelajaran dan
kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada
pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberi masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memilih model yang
tepat dalam penyampaian materi.
2. Memberi masukan kepada guru dan calon guru yang mengadakan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup yang
lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar sebagai suatu kegiatan yang mencakup berbagai proses yang
terjadi dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus
mengembangkan diri. Belajar memiliki makna yang sangat luas dan komplek,
sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang
dianut oleh seseorang.
Menurut Tabrani Rusyan (1989: 78), “Belajar adalah proses yang
memungkinkan berbagai potensi yang ada pada diri peserta didik dalam
berinteraksi secara aktif dengan guru, peserta didik lain dengan konsep dan fakta
yang muncul dikelas, dan dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan”.
Menurut Winkel (1996: 53) menyatakan, “Belajar adalah suatu aktivitas mental
atau spikis, berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas”. Kemudian menurut Nana
Sujana (1996: 5),” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.
Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku,
pemikiran maupun keterampilan. Perubahan itu membentuk kemampuan baru
yang dimiliki dalam waktu relatif lama, serta terjadi karena usaha sadar individu
yang sedang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Prinsip-prinsip Belajar
H. J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanti, dan Sutijan mengutip dari
pendapat S. Nasution menungkapkan bahwa:
Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip-prinsip yang terkait dalam proses belajar. Belajar itu sangat kompleks. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. (Gino et al, 1997: 51-52)
Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari Slameto
(1995: 27-28) sebagai berikut:
1) Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat
dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
4) Belajar itu adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
5) Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi.
6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan
tenang.
8) Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
9) Belajar itu perlu interaksi anak dengan lingkungannya.
10) Belajar adalah proses kontinuitas yaitu hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan.
11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu
mendalam pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran
dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Menurut Oemar Hamalik
(2003: 109), ”Tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku
yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Tujuan
belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.”
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri dari
komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai,
bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang
memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis kegiatan, dan sarana prasarana
yang tersedia.
Menurut Anderson L.W dan Krathwohl dalam Achmad Samsudin (2010
: 12-31) taksonomi Bloom yang direvisi meliputi ranah kognitif, afektif dan
spikomotorik. Pada ranah kognitif terdiri dari enam komponen yaitu mengingat
(remembering), mengerti (understanding), menerapkan (applying), menganalisis
(analyzing), mengevaluasi (evaluating), mencipta (creating). Pada ranah afektif
(sikap) terdiri dari lima komponen yaitu menerima (receiving), menanggapi
(responding), menilai (valuing), mengorganisasi (organization), menjadi karakter
(characterization). Sedangkan pada ranah psikomotor terdiri dari lima komponen
yaitu imitasi (imitation), manipulasi (manipulation), presisi (precision), artikulasi
(articulation), naturalisasi (naturalization).
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah
hasil yang hendak dicapai setelah pembelajaran. Sesuai tujuan belajar, yaitu
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta
pembentukan sikap, hasil belajar juga meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Mengajar
Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar
merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh
siswa.
Nana Sudjana (1996: 7) berpendapat bahwa “Mengajar adalah
membimbing siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Menurut Roestiyah (1998: 2)
“Mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini
menunjukkan bahwa yang aktif sekali adalah anak-anak, sedangkan guru hanya
membimbing, menunjukkan jalan dengan mengingatkan kepribadian anak yang
berbeda-beda”. Sedangkan Oemar Hamalik (2003: 11) mengatakan bahwa
“Mengajar adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-
baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan
proses belajar mengajar secara efektif.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah cara
menyampaikan ilmu pengetahuan atau pemahaman kepada siswa dengan
mengatur, mengorganisasi lingkungan di sekitar siswa untuk berlangsungnya
kegiatan belajar yang efektif dalam membantu pemahaman siswa secara optimal.
Belajar dapat dikatakan berhasil bila subjek belajar mengalami proses belajar
sebagai akibat dari usahanya.
e. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
proses belajar mengajar, terutama dalam hal cara mengajar. Pembelajaran adalah
sesuatu yang disengaja dan dengan usaha sadar agar siswa dapat belajar. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan faktor-faktor yang berkaitan dalam
proses belajar mengajar. Menurut Gino et al (1997: 32) “Pembelajaran adalah
usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003: 10), “pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tesusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
belajar”. Tujuan jangka panjang dari proses pembelajaran adalah membantu siswa
mencapai kemampuan yang baik untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif
sehingga siswa mempunyai kecakapan dan ketrampilan tertentu untuk menjadi
pribadi yang matang.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen antara lain:
1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
4) Isi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6) Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka mencapai tujuan.
7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Gino et al (1997: 30-31)
2. Pembelajaran IPA di SMP
a. Hakikat IPA
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Carin dan Sund dalam Herbert Druxes (1986: 21)
mendefinisikan IPA sebagai, “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
eksperimen”. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan non manusia tentang
bumi dan alam sekitarnya.
Hakikat IPA meliputi tiga hal yaitu:
1) Produk IPA
Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah
dikumpulkan melalui pengamatan atau observasi. Produk IPA berupa fakta,
konsep, prinsip, hukum dan teori.
2) Proses IPA
Proses IPA sering disebut juga proses ilmiah atau metode ilmiah. Yang
disebut dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan
pengujian secara empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah
identifikasi masalah, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan
eksperimen, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
3) Nilai dan sikap ilmiah
Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan
berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar
dapat mencapai hasil IPA yang benar.
Ketiga unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA unsur-unsur
tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses
pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan
pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam
menemukan fakta baru.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SMP
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 tahun 2006 tentang KTSP
tujuan mata pelajaran IPA di SMP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan ciptaan Nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep
dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bersikap
dan bertindak serta berkomunikasi.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6) Meningkatan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan beberapa tujuan pembelajaran IPA di SMP tersebut
diharapkan siswa mampu berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mampu
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup dengan mendapat
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Bahan materi IPA untuk SMP merupakan kelanjutan bahan kajian IPA
SD yang meliputi aspek-aspek:
1). Makhluk hidup dan proses kehidupan
2). Materi dan sifatnya
3). Energi dan perubahannya
4). Bumi dan alam semesta
3. Model Pembelajaran
“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.” (Joyce dalam Trianto,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2007: 5). Menurut Nurulwati dalam Trianto (2007: 5), “Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar”. Sedangkan menurut Richard I.
Arends (1997: 7) “The term teaching model refers to a particular approach to
instruction that includesits goals, syntax, environment, and management system.”
Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran
tertentu termasuk tujuan, sintak, lingkungan, dan sistem pengelolaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh stategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
1) Landasan berfikir teoritis yang jelas dan masuk akal (coherent theoretical
rationale)
2) Titik pandang tentang apa dan bagaimana siswa belajar yang berorintasi pada
hasil belajar yang diinginkan (intended learning outcome)
3) Menuntut perilaku-perilaku mengajar yang membuat model bekerja (required
techer behavior), dan
4) Menuntut struktur kelas yang membawa menuju hasil belajar yang diinginkan
(required classroom structures).
Coherent Theoretical Rationale
Intended Learning Outcomes
Required Techer Behaviors
Required Classroom Structures
Gambar 2.1 Ciri-Ciri Model Mengajar
(Richard, I. Arends, 1997: 7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut
tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata
pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran.
Trianto (2007: 9) mengungkapkan bahwa:
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Sanjaya dalam Sugiyanto (2008: 8) menjelaskan ada 8 prinsip memilih
strategi pembelajaran, yaitu: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,
memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang
siswa untuk berfikir, menimbulkan inspirasi siswa untuk membuat dan menguji,
menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta mampu memotivasi siswa
belajar lebih maju.
Tidaklah setiap model pembelajaran mampu megembangkan delapan
penggunaan model pembelajaran yang diungkapkan tersebut. Setiap model
pembelajaran memberikan tekanan pada aspek tertentu. Oleh karena itu, setiap
pengajar dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang
ingin dicapainya.
a. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar
bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok). Jadi
pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam
pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Slavin (1995: 2) mendefinisikan secara spesifik model pembelajaran
kooperatif sebagai ”...model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam
suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling
berinteraksi antar anggota kelompok”. Sedangkan menurut Zakaria et al (2007),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
”Cooperative learning is grounded in the belief that learning in sharing ideas and
work cooperatively to complete academic tasks”.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar.
Dalam kegiatan belajarnya, siswa dituntut untuk dapat bekerjasama
dalam kelompok yang heterogen. Belajar kooperatif ini akan menampilkan
kemampuan individu tetapi tetap bergantung pada keadaan kelompok, dalam hal
ini siswa memperoleh suatu informasi kemudian mengajarkan informasi tersebut
kepada anggota kelompoknya ataupun keseluruhan dalam satu kelas jika
memungkinkan.
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002: 30-34)
menyebutkan bahwa ada 5 unsur yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada
usaha setiap anggota kelompok.
2) Tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus
melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok.
3) Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang
menguntungkan bagi semua anggota.
4) Komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan
teknik berkomunikasi.
5) Evaluasi proses kelompok. Perlu ada waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Johnson, Johnson dan Holubec (1994) dalam Zakaria et al (2007)
menjelaskan tentang lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
(a) Positive interdependence: The success of one learner is dependent on the success of the other learners.
(b) Promotive interaction : Individual can achieve promotive interaction by helping each other, exchanging resources, challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual benefits.
(c) Individual accountability: Teachers should assess the amount of effort that each member is contributing. These can be done by giving an individual test to each student and randomly calling students to present their group’s work.
(d) Interpersonal and small-group skills: Teachers must provide opportunities for group members to know each other, accept and support each other, communicate accurately and resolve differences constructively.
(e) Group processing: Teachers must also provide opportunities for the class to assess group progress. Group processing enables group to focus on good working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and ensures that members receive feedback.
Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif antara lain adalah:
a. Presentasi tujuan dan maksud
Guru menerangkan tujuan pembelajaran dan maksud dari penerapan
model pembelajaran yang dilakukan serta semua proses pembelajaran yang
akan dilakukan bersama dengan siswa.
b. Presentasi informasi
Guru mempresentasikan informasi kepada siswa. Informasi tersebut
berisi tentang materi yang dipelajari sebelumnya maupun materi yang akan
dipelajari dalam proses belajar yang akan dilakukan serta keterkaitan antara
keduanya. Proses penjelasan tersebut dapat dilakukan melalui cara biasa
(menjelaskan secara manual) ataupun melalui demonstrasi alat dan lain- lain.
c. Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok pembelajaran
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok belajar dan membantu
mereka untuk berkelompok sesuai dengan kelompoknya sehingga proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
transisi dari keadaan biasa (belum berkelompok) kedalam keadaan
berkelompok dapat berjalan efektif.
d. Membantu kerja tim dalam proses belajar
Guru memantau jalannya proses belajar pada masing-masing siswa
secara individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil
pekerjaan mereka.
e. Evaluasi materi
Guru memberikan tes evaluasi kepada masing-masing siswa secara
individu atau masing-masing kelompok belajar mempresentasikan hasil
pekerjaan mereka.
f. Publikasi atau penguatan
Guru memberikan penghargaan ataupun penguatan kepada siswa atau
kelompok yang memperoleh prestasi terbaik.
Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Dalam Model Pembelajaran Kooperatif SYNTAX OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL
Phase Teacher Behavior Phase 1 Present goals and set
Teacher goes over objectives for the lesson and established learning set
Phase Present information
Teacher present information to students with either demonstration or text.
Phase 3 Organize students into learning teams
Teacher explains to students how to form learning team and helps groups make efficient transition
Phase 4 Assist team work and study
Teacher assists learning teams as they do their work
Phase 5 Test over material
Teacher test over learning materials or groups present result of their work
Phase 6 Provide recognition
Teacher finds ways to recognize both individual and group efforts and achievement
(Richard, I. Arends, 1997:130)
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor
bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya,
yang memiliki orientasi bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi
pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi.
Slavin (1995: 16-17) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu sendiri. Oleh sebab itu mencapai tujuan kelompok, maka salah seorang anggota melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil.
Slavin (1995: 5) membedakan pembelajaran kooperatif dalam beberapa
tipe yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games
Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative
Integrated Reading And Composition (CIRC), dan Jigsaw.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu : a. Meningkatkan kemampuan siswa. b. Meningkatkan rasa percaya diri. c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian. d. Memperbaiki hubungan antar kelompok. Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan b. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk c. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok
sehingga usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. (Slavin, 1995: 2)
Pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu
lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling
mengisi kekurangan anggota lainnya. Apabila dapat diorganisasikan secara tepat
maka siswa akan lebih menguasai konsep yang diajarkan.
Tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Student Teams Achievement Division (STAD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Student Teams Achievement Division (STAD)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model
pembelajaran secara tim.
Slavin 1990 dalam Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa “STAD
is one of the simplest and most extensively researched forms of all cooperative
learning techniques, and it could be an effective instrument to begin with for
teachers who are new to the cooperative learning technique”.
Slavin (1990) dalam jurnal Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan bahwa
Stipulated five major components of the STAD, namely class presentations, teams, quizzes, individual improvement scores, and team recognition. The researcher implemented a modified STAD during the contact sessions and focused on elements such as direct instruction, class demonstrations, student presentations through role play, simulations and group discussions.
Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Slavin terdiri dari
lima komponen utama sebagai berikut :
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi kelas.
Ini merupakan pembelajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau
diskusi-pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi audio-visual. Bedanya presentasi kelas dengan pembelajaran biasa
hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit
STAD tersebut. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka
harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena
dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis dan skor
kuis mereka menentukan tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi
utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang
paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,
yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk
tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik
penting dalam pembelajaran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan
respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti
hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa
mainsterm.
3) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode memberikan presentasi dan sekitar
satu atau dua praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Siswa
tidak boleh untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap
siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal
kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberi
skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya
dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan
poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka
dibandingkan dengan skor awal mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila
skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
(Slavin, 2008 : 143-146)
Tabel 2.2 Penentuan Skor Kuis dan Poin Perbaikan Skor Kuis Poin Perbaikan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna tidak (terlepas dari skor awal) 30
(Slavin, 2008: 159)
Tingkat penghargaan tim berdasarkan skor rata-rata tim seperti dalam
tabel 2.3 dibawah ini :
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Tim Berdasarkan Skor Rata-Rata Tim Skor rata-rata tim Penghargaan
15 Tim Baik
16 Tim Sangat Baik
17 Tim Super
(Slavin, 2008: 160)
b. Pembelajaran Diskusi
Diskusi menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 117) “Diskusi
adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam satu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-
sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu
masalah”.
Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201)
menyatakan bahwa ”...discussions are situations in which teachers and students
and other students talk with one another and share ideas and opinions”. Diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
adalah situasi guru dan siswa dan siswa dengan siswa yang lain berbincang satu
sama lain dan bertukar ide dan pendapat.
Dalam dikusi, unsur dialog antara dua orang atau lebih menjadi unsur
utama untuk membahas suatu permasalahan. Diskusi ini dapat menjadi bagian
atau fase dari model-model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi
berlangsung pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran direct
intruction pada bagian akhir, guru mengecek pemahaman siswa dan membantu
siswa mengembangkan pemikiran siswa terhadap informasi atau perilaku tertentu.
Dalam pembelajaran kooperatif, diskusi dapat berlangsung pada kelompok-
kelompok kecil, sedangkan dalam problem based learning, diskusi diperlukan
untuk mencapai tujuan intruksional dari model.
Dalam penelitian ini yang dimaksud diskusi adalah model pembelajaran
yang berdiri sendiri yang disebut diskusi kelas, yang memiliki tahapan tertentu.
Arends dalam Classroom Intruction and Management (1997: 201)
menyebutkan tiga tujuan penggunaan diskusi kelas oleh guru, yaitu:
1) Discussion improves student thiking and help them construct their own understanding of academic content.
2) Discussion promotes student involvement and engangement. 3) Discussion is used by teachers to help students learn important
communication skills and thiking processes. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa tujuan diskusi
kelas yaitu: membantu daya berfikir siswa dan membantu mereka membentuk
pemahaman pribadi terhadap isi pelajaran, mempromosikan siswa untuk
melaksanakan penelitian dan reset, dan membantu siswa belajar tentang
ketrampilan komunikasi dan proses berfikir yang penting.
Adapun langkah-langkah dasar yang dilakukan dalam menerapkan Model
Pembelajaran Diskusi kelas antara lain adalah
1) Menyediakan tujuan dan seting
Guru menyampaikan tujuan diskusi dan menyiapkan siswa untuk ambil bagian
dalam diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Fokus diskusi
Guru menjelaskan antara pokok diskusi, memberikan pertanyaan awal, dan
memberikan topik diskusi.
3) Pelaksanaan diskusi
Guru memantau interaksi siswa, mengajukan pertanyaan mendegarkan dan
merespon jawaban, membuat catatan selama diskusi, dan memberikan
gagasannya sendiri.
4) Mengakhiri diskusi
Guru membantu mengarahkan diskusi pada kesimpulan atau mencoba
mengekspesikan arti ungkapan siswa selama diskusi
5) Tanya jawab singkat tentang proses diskusi
Guru meminta siswa untuk menerungkan proses berfikir dan diskusi mereka.
Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tabel sebagai berikut: Tabel 2.4 Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Diskusi
SYNTAX FOR HOLDING DISCUSSION Phase
Phase 1 Provide object and set
Teacher Behavior Teacher goes over the objectives for the discussion and gets student ready participate
Phase Focus discussion
Teacher provides a focus for discussion by describing ground rules, asking an initial question, presenting a puzzling situation or describing a discussion issue
Phase 3 Hold discussion
Teacher monitors students interactions, asks questions, listens to ideas, responds to ideas, enforces the ground reles own ideas
Phase 4 End the discussion
Techer helps bring the discussion to a close by summarizing or expressing to meaning the discussion has had for him or her
Phase 5 Debrief the discussion
Teacher asks student to examine their discussion and thiking processes
(Richard, I. Arends, 1997:202)
Menurut Suryosubroto dalam Trianto (2007: 127-128) Model
Pembelajaran Diskusi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Tabel 2.5 Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi Keuntungan Model Pembelajaran Diskusi Kelemahan Model Pembelajaran Diskusi a. Dikusi melibatkan semua siswa secara
langsung dalam KBM
a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat
pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing
c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri
e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa
kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya
b. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang ”menonjol”
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah
g. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
(Trianto, 2007: 127-128)
Trianto (2007: 121-122) membedakan model atau strategi pembelajaran
diskusi dalam beberapa tipe yaitu:
1) Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Pair-Share)
Terdapat tiga tahap dalam teknik ini, yaitu
a) Berpikir, guru menguji pertanyaan atau permasalahan dan kesempatan
berpikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan.
b) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab
permasalahan.
c) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban
permasalahan pada yang lain.
2) Kelompok Aktif (Buzz Group)
Dalam kelompok aktif, guru meminta siswa membentuk kelompok-kelompok
yang terdiri atas 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang ide siswa pada materi
pelajaran. Setiap kelompok menetapkan seorang anggota untuk mendaftar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
semua gagasan yang muncul dalam kelompok. Selanjutnya guru meminta
setiap kelompok aktif menyampaikan hasil diskusi kelompok pada kelas.
3) Bola Pantai (Beach Ball)
Guru memberi bola kepada salah seorang siswa untuk memulai diskusi dengan
pengertian bahwa hanya siswa yang memegang bola yang boleh berbicara.
Siswa lain mengangkat tangan agar mendapat bola jika ingin mendapat giliran
berbicara.
Tipe pembelajaran diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kelompok aktif (Buzz Group).
4. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal adalah kemampuan dan ketrampilan yang relevan
yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program pembelajaran. Nana
Sudjana (1991:15) mengatakan bahwa: ”pengetahuan dan kemampuan baru
membutuhkan kemampuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari
kemampuan baru tersebut”.
Dalam proses belajar kemampuan awal sangat berpengaruh dalam
keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, kemampuan awal sering diikutsertakan
sebagai titik tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa digunakan beberapa metode
yaitu :
a. Menggunakan catatan atau dokumentasi yang tersedia
Dokumen yang dimaksud misalnya Surat Tanda Tamat Belajar (STTB),
nilai raport, nilai tes intelegensi, nilai tes masuk, catatan-catatan mengenai
prestasi dalam berbagai bidang kegiatan yang pernah diperoleh.
b. Mengunakan tes prasyarat dan tes awal
Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki
pengetahuan ketrampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu pelajaran.
Sedang tes awal (pretes) adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh telah
memiliki pengetahuan atau ketrampilan mengenai pelajaran yang hendak
diikuti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Mengadakan konsultasi individu
Dengan mengadakan konsultasi individu terhadap siswa, maka guru akan
lebih dapat mengadakan pendekatan personel untuk memperoleh informasi
mengenai minat, sikap, keinginan siswa dan lain-lain.
d. Menyampaikan angket
Abdul Ghafur (1982: 60)
Kemampuan awal dapat dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan sebelum
siswa menerima pelajaran atau dari hasil tes materi sebelumnya. Hasil tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dan penguasaan materi Fisika.
Jadi kemampuan awal yang dilihat dari hasil tes yang menjadi dasar untuk
mempelajari pengetahuan baru dan untuk mendapatkan kemampuan yang lebih
tinggi.
5. Kemampuan Kognitif
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik terhadap lingkungan. Ada beberapa ahli yang mempelajari
ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan pada ranah kognitif,
afektif dan pskikomotorik secara hierarkis.
Menurut Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl dalam
Achmad Samsudin (2010 : 22-31), ranah kognitif terdiri enam tingkatan yakni:
a. Mengingat (Remembering)
Mengingat adalah kemampuan memanggil kembali pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang. Kemapuan ini merupakan kemampuan untuk
mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau
teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa mengubah dalam bentuk
atau simbol lain.
b. Mengerti (Understanding)
Mengerti adalah kemampuan untuk membangun kembali pesan pembelajaran
lisan, tulisan dan komunikasi grafik. Kemampuan mengerti disebut juga
dengan istilah ”memahami”. Contohnya memahami fakta atau prinsip,
menafsirkan bahan lisan, atau menafsirkan bagan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Menerapkan (Applying)
Menerapkan adalah kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah
dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata meliputi aturan, metode, konsep,
prinsip, hukum, teori. Misalnya seseorang mampu untuk memberi contoh,
menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan
mengidentifikasikan.
d. Menganalisis (Analyzing)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-
bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu
dengan yang lain. Kemampuan meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji
hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.
e. Mengevaluasi (Evaluating)
Mengevaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar. Kemampuan ini meliputi mengecek dan
mengkritisi.
f. Mencipta (Creating)
Mencipta merupakan kemampuan untuk menggabungkan unsu-unsur secara
bersama untuk membentuk suatu hubungan yang fungsional, mengorganisasi
kembali bagian-bagian ke dalam pola atau strruktur yang baru. Kemampuan ini
meliputi membangun, merencakanan, dan menghasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, tingkatan tersebut menunjukkan tingkatan
berfikir siswa yang semakin kompleks. Dalam proses pembelajaran Fisika pada
sekolah menengah, ranah kognitif sering dijadikan objek sebagai hasil belajar.
Hasil belajar siswa dapat diketahui jika diadakan penilaian melalui evaluasi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai Fisika siswa merupakan hasil belajarnya.
Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) tingkat kognitif yang ditekankan adalah
pada tingkat mengingat, mengerti, menerapkan, dan menganalisis.
6. Materi Zat dan Wujudnya
a. Pengertian Zat dan Wujudnya
Semua benda terdiri atas zat atau materi. Walaupun zat-zat penyusun
benda itu berlainan jenis dan wujudnya, tetapi ada dua sifat yang yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pada zat-zat itu, yaitu menempati ruang dan memiliki massa. Jadi zat adalah
sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.
b. Massa Jenis Zat
Hasil bagi massa dengan volum dari satu jenis zat menghasilkan sebuah
bilangan tetap bilangan tetap ini didefinisikan sebagai massa jenis benda. Jadi
massa jenis adalah massa benda dibagi dengan volum benda.
Di dalam perumusan, massa jenis dituliskan:
dengan:
m : massa benda, satuannya gram atau kilogram,
V : volum benda, satuannya cm3 atau m3,
ρ : massa jenis, satuannya g/cm3 atau kg/m3.
c. Wujud Zat
Zat-zat dikelompokkan menjadi tiga wujud yang berbeda,yaitu zat padat,
cair, dan gas.
� Padat, memiliki bentuk dan volume yang selalu tetap. Misalnya: batu,
kayu, tanah dan lain-lain.
� Cair, bentuk sesuai dengan tempatnya, volume tetap. Misalnya: air, bensin,
minyak dan lain-lain.
� Gas, bentuk dan volume berubah-ubah. Misalnya: gas, oksigen, uap air
dan lain-lain.
d. Sifat Zat
Zat padat, zat cair, dan gas memiliki sifat yang berbeda.
1) Zat Padat
Sifat Zat padat adalah memiliki bentuk dan volumenya selalu tetap.Besi,
kayu, karet, buku, merupakan contoh dari zat padat.
2) Zat Cair
Sifat zat cair adalah bentuknya berubah sesuai wadah yang ditempatinya
dan volumenya tetap.
V
m=ρ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Gas
Pada saat air dipanaskan sampai 1000 C, akan terbentuk uap air. Uap air
merupakan gas. Dengan demikian terjadi perubahan wujud dari zat cair
menjadi gas. Jika uap air (gas) ini ditampung, uap air akan mengisi seluruh
ruangan wadah atau bentuknya menjadi seperti wadah yang ditempatinya.
Volume uap air tersebut juga berubah dan mengisi seluruh ruangan yang
ada. Sifat gas adalah bentuk dan volumenya selalu berubah sesuai wadah
yang ditempatinya.
Tabel 2.6. Volume dan Bentuk dari Wujud Zat Wujud Zat Volum Zat Bentuk Zat
Padat
Cair
Gas
Tetap
Tetap
Berubah- ubah
Tetap
Berubah- ubah
Berubah- ubah
e. Perubahan Wujud Zat
Air dapat berubah menjadi es jika dibekukan dan sebaliknya es dapat
berubah menjadi air kembali jika dipanaskan. Air dan es memiliki komponen
penyusun yang sama, tetapi memiliki wujud yang berbeda. Air juga dapat
menguap, hal ini berarti air dapat berubah menjadi gas. Air dapat berada pada 3
wujud zat yaitu: zat padat (es), zat cair (air), dan gas (uap air).
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa es dapat berubah wujud
menjadi air. Jika dipanaskan terus, air akan mendidih dan berubah menjadi uap
air. Zat dapat berubah wujud dari satu wujud ke wujud lainnya. Perubahan
wujud zat tersebut disertai dengan perubahan sifat zat.
Perubahan sifat zat berdasarkan perubahan wujudnya dibedakan menjadi:
1) Melebur (mencair): Perubahan wujud zat padat menjadi zat cair. Contohnya:
Es batu yang mencair, Coklat yang dipanaskan.
2) Membeku: Perubahan wujud zat cair menjadi zat padat. Contohnya: Air
yang dimasukkan ke dalam fresser berubah menjadi es batu.
3) Menguap: Perubahan wujud zat cair menjadi gas. Contohnya: Air yang
direbus terus menerus, lama-lama habis karena air berubah menjadi uap air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Mengembun: Perubahan wujud gas menjadi zat cair. Contohnya: Uap air di
udara menjadi titik- titik air di gelas.
5) Menyublim: Perubahan wujud zat padat menjadi gas. Contohnya: Kapur
barus yang diletakkan di almari lama kelamaan bentuknya semakin kecil
lalu habis (berubah jadi uap/ gas).
6) Mengkristal (mendeposisi): Perubahan wujud gas menjadi zat padat.
Contohnya: Proses pemurnian yodium.
Perubahan wujud zat dapat digambarkan secara skematik sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Skema Perubahan Wujud Zat
Setiap benda mempunyai massa dan menempati ruang. Zat itu dapat
mengalami perubahan wujud karena pengaruh energi. Perubahan–perubahan
pada zat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perubahan Fisika dan
perubahan Kimia.
1) Perubahan Fisika
Perubahan zat yang tidak menyebabkan zat jenis baru disebut perubahan
fisika. Contoh: air menjadi uap air, es menjadi air.
2) Perubahan kimia
Perubahan wujud zat yang menghasilkan zat baru. Contoh: perkaratan,
peragian, dan pembusukan.
f. Gaya Kohesi dan Gaya Adhesi
Di antara partikel-partikel zat selalu ada gaya tarik-menarik, baik gaya
tarik-menarik antara partikel yang sejenis ataupun yang tidak sejenis. Gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tarik-menarik antara partikel yang sejenis disebut gaya Kohesi. Contohnya :
gaya tarik-menarik antar partikel air dan gaya tarik-menarik antarpartikel gula.
Sedangkan gaya tarik-menarik antara partikel zat yang tidak sejenis
disebut gaya Adhesi. Contoh adhesi adalah:
a. Bedak menempel pada pipi, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel bedak
dengan pipi
b. Air bercampur dengan sirup, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel air
dengan sirup
c. Cat menempel di tembok, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel cat
dengan tembok.
Ada dua macam meniskus, yaitu:
1) Meniskus cembung
Meniskus cembung adalah permukaan zat cair dalam tabung reaksi
adalah cekung. Bila air dituangkan ke dalam gelas yang telah diolesi dengan
minyak, akan tampak air tidak bisa membasahi gelas dan permukaan air di
dalam gelas akan menjadi cembung. Demikian juga bila air raksa dituangkan
ke dalam gelas (tanpa diolesi minyak), akan diperoleh meniskus cembung.
Hal ini terjadi karena gaya Kohesi lebih besar daripada gaya Adhesi.
2) Meniskus cekung
Meniskus cekung adalah permukaan zat cair dalam tabung reaksi adalah
cembung. Bila air dituangkan ke dalam sebuah gelas yang bersih, air tersebut
akan membasahi dinding gelas. Permukaan air di dalam gelas menjadi
cekung. Pada peristiwa ini gaya kohesi lebih kecil dibandingkan daripada
gaya adhesi.
(a) (b) Gambar 2.3 (a) Meniskus Cekung
(b) Meniskus Cembung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
g. Kapilaritas
Gejala kapilaritas dapat temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kapilaritas adalah gejala naiknya zat cair dalam pipa kapiler. Pipa kapiler yaitu
suatu celah atau pipa yang luas penampangnya kecil.
Hubungan antara kapilaritas dengan meniskus:
- Permukaan air dalam pipa kapiler lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
gaya tarik-menarik antarpartikel air kurang kuat. Ini juga yang
menyebabkan meniskus cekung dan membasahi dinding.
- Permukaan raksa dalam pipa kapiler lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
gaya tarik-menarik antarpartikel raksa sangat kuat. Ini juga yang
menyebabkan meniskus cembung dan tidak membasahi dinding.
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Permukaan Raksa dalam Pipa Kapiler (b) Permukaan Air dalam Pipa Kapiler
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Permukaan Raksa dalam Bejana Berhubungan (b) Permukaan Air dalam Bejana Berhubungan
Manfaat kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari:
1) Kita dapat mengepel lantai yang kotor, setelah disiram air, lantai kemudian
dikeringkan dengan kain pel.
2) Setelah mandi mengeringkan badan menggunakan handuk.
3) Menyirami tanaman supaya subur, air dapat naik melalui pembuluh kayu ke
daun.
Selain bermanfaat kapilaritas juga dapat merugikan, misalnya:
1) Saat kehujanan, baju kita menjadi basah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Meresapnya air hujan pada dinding sehingga dinding rumah menjadi basah dan
lembab, akibatnya cat mengelupas dan dinding ditumbuhi lumut.
B. Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang
relevan. Pada penelitian yang dilakukan pada Siti Fatimah, menerapkan model
pembelajaran direct instruction dan diskusi, didapatkan beberapa kesimpulan.
Diantara kesimpulan tersebut adalah “Terdapat pengaruh model pembelajaran
terhadap prestasi belajar”. (Siti Fatimah, 2005: 86). Hasil tersebut memperlihatkan
bahwa dengan menggunakan model yang intensif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Penelitian penggunaan pendekatan kooperatif, sebelumnya juga
pernah dilakukan penelitian yang sama oleh Lestari Andika Sari tentang pengaruh
pembelajaran fisika model kooperatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: ”Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menjadi
model pembelajaran yang efektif daripada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa”. (Lestari Andika Sari, v).
Sedangkan pada penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran
kooperatif dan diskusi terhadap kemampuan kognitif.
Dalam jurnal Micheal Van Wyk (2010) menjelaskan hasil bahwa:
The students who participated in the experimental group increased their
posttest mean of 9.06 percentile posttest score over the control group’s
mean. The findings reveal that the hypothesis testing for this study is
acceptable because STAD is a more effective teaching technique compared
to the traditional lecture method in economic literacy. Findings showed that
STAD had a significant impact on the achievement of the experimetal group.
While results were extremely powerful, there are some issues to consider
when interpreting them. Micheal Van Wyk (2010: 85)
Selain itu oleh Ben P. Dyson et all, 2005 dalam Journal of Teaching
Physical Education mengemukakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Research in general education has demonstrated that Cooperatif Learning
can improve academic achievement, active learning, social skill
development, and classroom equity suggested that Cooperative Learning
can provide instruction the student to more meaningful, and empowers
students to learn complex content. Cooperatif Learning has a dual learning
emphasis on social and academic goals. In addition to this dual focus, when
Cooperatif Learning is used in physical education, the psychomotor domain
of learning is added as a priority.( Ben P. Dyson et all, Journal of Teaching
Physical Education).
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori yang telah diterangkan di muka, maka dapat
disusun kerangka berfikir dalam penelitian ini.
1. Pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor eksternal menjadi bahan pembahasan yang dirasa perlu diperhatikan.
Diantaranya model yang tepat dan efektif dilengkapi media yang mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kemampuan kognitif merupakan salah satu hasil dari prestasi belajar
yang dicapai oleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Keberhasilan
belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor adalah
penggunaan model pembelajaran. Adapun model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.
Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis
belajar bersama, saling membantu dan bekerja sebagai sebuah tim (kelompok).
Model pembelajaran kooperatif membuat setiap siswa saling bekerja sama satu
lain, berdiskusi dan berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling
mengisi kekurangan anggota lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Belajar dalam pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar
kelompok biasa. Setiap siswa dituntut untuk belajar dalam kelompok melalui
rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa
harus belajar secara aktif.
Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya
adalah tipe Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan
model pembelajaran secara tim. Tipe STAD dapat menjadikan siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi. Dengan tipe ini, proses belajar tidak dikuasai oleh segelintir siswa
akan tetapi setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam proses belajar.
Sehingga dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan
dapat meningkatkan prestasi siswa daripada pembelajaran tradisional.
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
bergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu
masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dimana
siswa saling membagi pendapat atau ide, dapat meningkatkan daya nalar,
ketertiban siswa dalam situasi pembelajaran dan kesempatan siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Dari penjelasan di atas, diduga bahwa penggunaan model pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang tercermin dari prestasi
belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga
dapat menghasilkan kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran diskusi. Prestasi belajar dalam hal ini adalah prestasi belajar
Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya.
2. Pengaruh kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki kemampuan awal
Fisika yang berbeda-beda, ada yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi
dan ada yang rendah. Perbedaan kemampuan awal dapat mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kemampuan siswa dalam menerima dan memahami suatu materi (kemampuan
kognitif). Secara umum siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi
akan lebih mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya. Sebab
pada umumnya siswa yang pernah mendapatkan atau bahkan menguasai suatu
materi yang akan disampaikan atau mempersiapkan diri dengan mempelajari
materi yang akan disampaikan maka siswa tersebut akan lebih mudah dan lancar
dalam mengikuti pelajaran tersebut.
Siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi dalam menguasai
pengetahuan dan ketrampilan sebelum mengikuti program pembelajaran,
diharapkan akan lebih mudah dalam menerima dan memahami materi yang
disampaikan apabila didukung oleh kualitas pembelajaran yang bagus, yang
mendorong siswa ingin tahu lebih dalam tentang materi yang dipelajari.
Kemampuan awal Fisika siswa dalam mengetahui pelajaran yang akan diikuti
akan berpengaruh besar terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Jadi siswa
yang mempunyai kemampuan awal Fisika tinggi diharapkan dapat memperoleh
kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal Fisika rendah.
3. Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Pembelajaran Fisika dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada kelas eksperimen dan model pembelajaran diskusi pada kelas
kontrol bertujuan untuk membentuk pemahaman siswa sehingga berpengaruh
pada kemampuan kognitif Fisika siswa. Kemampuan awal merupakan salah satu
faktor yang diperlukan siswa dalam pembelajaran. Diharapkan siswa yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model
pembelajaran diskusi dengan didukung kemampuan awal Fisika yang dimiliki
siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebab model
pembelajaran tanpa disertai kemampuan awal Fisika yang baik tidak akan
mencapai kemampuan kognitif yang baik pula.
Dari penjelasan di atas, diduga bahwa terdapat interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kognitif Fisika siswa yang tercermin pada prestasi siswa. Penggunaan model
pembelajaran dan kemampuan awal Fisika menentukan tingkat kemampuan
kognitif Fisika siswa pada penguasaan mata pelajaran Fisika.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur paradigma
penelitiannya sebagai berikut:
Gambar 2.6 Paradigma Penelitian
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran serta perumusan
masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara model pembelajaran
menggunakan kooperatif tipe STAD dan diskusi pada pokok bahasan Zat dan
Wujudnya.
2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal
Fisika siswa kategori tinggi dan rendah pada pokok bahasan Zat dan
Wujudnya.
3. Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika siswa
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Zat dan
Wujudnya.
Kemampuan kognitif Fisika
siswa Populasi Sampel
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran diskusi
Kemampuan awal Fisika siswa
kategori tinggi
Kemampuan awal Fisika siswa
kategori rendah
Kemampuan awal Fisika siswa
kategori tinggi
Kemampuan awal Fisika siswa
kategori rendah
Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Playen. Sebagai subyek
penelitian adalah siswa kelas VII semester I Tahun ajaran 2009/2010.
Pertimbangan yang mendasari untuk memilih SMP Negeri 1 Playen sebagai
tempat penelitian adalah karena SMP tersebut memiliki fasilitas yang mendukung
pelaksanaan penelitian, seperti ruang laboratorium yang mempunyai peralatan
beserta perlengkapan yang memadai dan mendukung terlaksananya proses
penelitian, adanya jumlah siswa dan kelas yang cukup mendukung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010.
Secara operasional penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan
proposal, permohonan ijin, survai sekolah yang bersangkutan dan pembuatan
instrumen.
b. Tahap pelaksanaan
Meliputi: semua kegiatan penelitian yang berlangsung di lapangan, antara lain:
uji coba instrumen dan pelaksanaan pemakaian data.
c. Tahap penyelesaian
Meliputi: analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain faktorial 2 X 2 dengan frekuensi isi sel tak sama, sesuai tabel 3.1
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran
(A)
Kemampuan Awal Fisika Siswa (B)
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Kooperatif tipe STAD (A1) A1B1 A1B2
Diskusi (A2) A2B1 A2B2
Keterangan :
A : Model Pembelajaran
A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
A2 : Model Pembelajaran Diskusi
B : Kemampuan awal Fisika siswa
B1 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi
B2 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah
Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (A1), sedangkan kelompok kontrol
diberi perlakuan berupa model Pembelajaran diskusi (A2). Kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol diukur tingkat kemampuan awal Fisika siswa (B). sehingga
diperoleh data siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori tinggi (B1)
dan siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori rendah (B2). Pada
akhir eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur kemampuan kognitif Fisika
siswa pada sub pokok bahasan zat dan wujudnya dengan alat ukur yang sama
yaitu berupa tes akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data
eksperimen yang kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang
digunakan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester 1
tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas VIIA sampai
dengan kelas VIIF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Sampel
Dari populasi di atas diambil sampel yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas
VII C sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 34 siswa dan kelas VII F sebagai
kelas kontrol yang terdiri dari 32 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil secara acak/random tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dari populasi diambil sampel
sebanyak dua kelas sebagai kelas subyek penelitian. Satu kelas sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol. Sebelum
eksperimen berlangsung, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diketahui
kemampuan awalnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil eksperimen benar-benar
akibat dari perlakuan yang dibuat, bukan karena pengaruh lain. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling
sehingga semua anggota populasi mempunyai probabilitas yang sama untuk
terpilih sebagai anggota sampel sehingga diperoleh 2 kelas, yaitu kelas VIIC
sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah sampel 34 orang dan VIIF sebagai
kelompok kontrol dengan jumlah sampel 32 orang.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan
kemampuan awal Fisika.
a. Model Pembelajaran
1) Definisi Operasional : Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Kategori :
a. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
b. Model Pembelajaran diskusi
3) Skala Pengukuran : Nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Kemampuan Awal Fisika siswa
1) Definisi Operasional : Kemampuan awal Fisika siswa adalah kemampuan
yang dimiliki siswa sebelum menerima materi, dalam hal ini adalah
kemampuan awal Fisika siswa pada pre-test pokok bahasan zat dan
wujudnya.
2) Skala Pengukuran : interval kemudian diubah menjadi skala nominal dengan
kategori :
a) Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi
b) Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah
3) Indikator : Nilai pre-test pokok bahasan zat dan wujudnya.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika
siswa.
a. Definisi Operasional : Kemampuan kognitif Fisika siswa pada mata pelajaran
Fisika adalah hasil yang telah dicapai peserta didik pada aspek kognitif setelah
mengikuti proses pembelajaran dalam mata pelajaran Fisika pokok bahasan zat
dan wujudnya.
b. Skala Pengukuran : Interval
c. Indikator: Nilai tes kemampuan kognitif pada pokok bahasan zat dan wujudnya
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Tes
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
kemampuan kognitif Fisika siswa pada pelajaran Fisika pokok bahasan zat dan
wujudnya. Pengumpulan data dengan teknik tes ada 2 macam, yaitu :
a. Pre-Test
Pre-test dilakukan sebelum sampel diberi perlakuan. Nilai pre-test digunakan
untuk memperoleh data kemampuan awal Fisika siswa. Data kemampuan awal
Fisika siswa yang diperoleh digunakan untuk menguji keseimbangan kelas
eksperimen dan kelas kontrol serta untuk pembagian kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Post-Test
Post-test dilakukan setelah sampel diberi perlakuan. Nilai post-test digunakan
untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa.
Pre-test maupun post-test menggunakan perangkat tes sama yaitu tes
yang dibuat penulis berupa tes obyektif sejumlah 30 butir soal dengan alternetif 4
jawaban dan telah diujicobakan untuk mendapatkan tes yang terstandar.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan saat penelitian meliputi, Satuan
Pelajaran (SP), Rencana Pembelajaran (RP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
telah dikonsultasikan kepada pembimbing.
Instrumen saat pengambilan data yaitu tes yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebelum diteskan, instrumen tes
diujicobakan terlebih dahulu. Setelah uji coba tes tersebut selesai kemudian tiap
butir soal dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk memilih butir soal yang baik
dan memenuhi syarat yaitu valid, reliabel, daya pembeda yang baik dan taraf
kesukaran yang baik. Langkah-langkah analisisnya yaitu:
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu item soal. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Suatu instrumen valid
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk
menguji validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan korelasi point biserial,
yang rumusnya sebagai berikut:
q
p
S
MM
t
tppbis
−=γ ( Suharsimi Arikunto, 1999: 79)
dimana :
pbiγ : koefisien korelasi biserial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi dari siswa yang menjawab benar
q : proporsi dari siswa yang menjawab salah (q=1- p)
Soal dinyatakan valid jika pbiγ ≥ rtabel
Soal dinyatakan invalid jika pbiγ < rtabel dengan taraf signifikan 0,05 %
Dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan harga rtabel. Jika pbiγ lebih besar dari pada harga rtabel maka korelasi
tersebut signifikan berarti item tersebut valid. Apabila harga pbiγ lebih kecil dari
pada harga rtabel maka korelasi tersebut tidak signifikan berarti item tersebut
invalid.
Hasil tes uji coba tes kemampuan kognitif, dari 40 soal yang diujicobakan, setelah
dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing item diperoleh
hasil sebagai berikut: 30 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11,
12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan
39; 10 soal tergolong invalid, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada
waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian
ini digunakan rumus KR-20 yaitu:
r11 =
Σ−
− 2
2
1 S
pqS
n
n ( Suharsimi Arikunto, 1999: 100)
dimana :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan.
p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
n : banyaknya item soal
S : standar deviasi dari tes
Kriteria reliabilitasnya adalah:
0,00 ≤ r11 < 0,20 : sangat rendah
0.20 11r≤ < 0.40 : rendah
0.40 11r≤ < 0.60 : agak rendah
0.60 11r≤ < 0.80 : cukup
0.80 11r≤ < 1.00 : tinggi
Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui reliabilitas dari keseluruhan
soal uji coba prestasi belajar (kemampuan kognitif) r11 lebih besar dari r tabel
(0,835 > 0,349), sehingga soal dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat
tinggi.
3. Menentukan Derajat Kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai
derajat kesulitan yang memadai. Untuk mengetahui taraf kesukaran masing-
masing soal digunakan rumus :
P = Js
B (Suharsimi Arikunto, 1999: 208)
dimana :
P : indeks kesukaran.
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes.
Klasifikasi indeks kesukaran :
0.00 P≤ < 0.30 : soal sukar
0.30 P≤ < 0.70 : soal sedang
0.70 P≤ < 1.00 : soal mudah
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa, dari 40 soal yang
diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dari
masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 8 soal dikategorikan mudah,
yaitu nomor 1, 2, 12, 13, 16, 24, 35 dan 37; 28 soal dikategorikan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 3, 4 , 5, 6, 9, 10, 11, 14, 15, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38 dan 40; 4 soal dikategorikan
sukar, yaitu nomor 7, 8, 17 dan 39.
Dari 40 soal tes prestasi belajar kemampuan kognitif yang telah
diujicobakan, dipakai 30 soal untuk digunakan data penelitian, yaitu nomor : 1, 3,
4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32,
33, 34, 36, 37, 38 dan 39; dan soal yang dibuang adalah nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21,
24, 29, 35 dan 40. Penggunaan item soal tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil
analisa masing-masing soal layak dipakai, dan sudah mencakup masing-masing
indikator pembelajaran.
Keputusan dipakai atau tidak dipakainya suatu soal tergantung pada
derajat kesukaran, daya pembeda, dan validitas soal. Dari uji instrumen yang
dilakukan diambil keputusan sebagai berikut :
1) Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda baik, dan
validitasnya valid.
2) Dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda cukup, dan
validitasnya valid.
3) Dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda cukup, dan
validitasnya valid.
4) Dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda cukup, dan
validitasnya valid.
5) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya mudah, daya pembeda jelek, dan
validitasnya invalid.
6) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sedang, daya pembeda jelek, dan
validitasnya invalid.
7) Tidak dipakai bila derajat kesukarannya sukar, daya pembeda jelek, dan daya
validitasnya invalid.
4. Menetukan Daya Pembeda
Daya pembeda soal memberikan gambaran tentang kemampuan butir-
butir soal membedakan antara mereka yang berkemampuan rendah dan mereka
yang berkemampuan tinggi, atau mereka yang pandai dan mereka yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pandai. Makin tinggi nilai daya pembeda butir soal, makin mampu butir soal
tersebut membedakan mereka yang pandai dan mereka yang kurang pandai.
Angka yang menunjukkan daya beda disebut indeks diskriminasi.
Untuk menentukan daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama
besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes
diurutkan mulai dari skor teratas sampai terbawah. Untuk menghitung daya
pembeda setiap butir, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
D = B
B
A
A
J
B
J
B− = PA - PB (Suharsimi Arikunto, 1999: 213)
dimana :
D : indeks diskriminasi (daya pembeda).
JA : banyaknya siswa kelompok atas.
JB : banyaknya siswa kelompok bawah.
BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan bawah.
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PA : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
P : indeks kesukaran.
Klasifikasi daya pembeda soal :
D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 - 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 - 0,70 : baik (good)
D : 0,70 - 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja.
Hasil tes soal uji coba kemampuan kognitif siswa, dari 40 soal yang
diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari
masing-masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 4 soal mempunyai daya
pembeda baik, yaitu nomor: 3, 11, 19 dan 27; 26 nomor mempunyai daya
pembeda cukup, yaitu nomor: 1, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 20, 22, 23, 25,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38 dan 39 ; 10 soal mempunyai daya pembeda
jelek, yaitu nomor 2, 7, 8, 13, 18, 21, 24, 29, 35 dan 40.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Siswa
Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti, maka
dicari dahulu kesamaan kemampaun awal antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal sebelum perlakuan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t-dua ekor,
yaitu:
Hipotesisnya :
H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
H1 : Ada perbedaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Adapun teknik uji yang digunakan adalah uji-t dua ekor, dengan rumus :
+
−+−
−=
∑∑baba
ba
NNNN
XbXa
MMt
11
2
)(22
(Sudjana, 2005: 239)
Dengan keterangan:
Ma = Nilai rata-rata hasil kelas eksperimen
Mb = Nilai rata-rata hasil kelas kontrol
N = banyaknya subyek
a = Nilai untuk kelas eksperimen
b = Nilai untuk kelas kontrol
Xa = Nilai untuk kelas eksperimen dikurangi nilai rata-rata kelas eksperimen
Xb = Nilai untuk kelas kontrol dikurangi nilai rata-rata hasil kelas kontrol
H0 diterima jika : t(1-1/2α) ;(dk) < thitung < t(1-1/2α) ; (dk)
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis variansi
dua jalan. Teknik analisis variansi tersebut untuk menguji hipotesis yang diajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dalam penelitian ini. Untuk menguji hipotesis dengan anava ini, sebelumnya harus
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.
2. Uji Prasyarat Analisis
Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara statistik agar
subyektifitas peneliti dapat dikurangi. Analisis statistik yang digunakan adalah
analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Namun sebelum dilakukan uji
hipotesis dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu.
a. Uji Normalitas
Syarat agar analisis dapat diterapkan adalah dipenuhinya sifat normalitas
pada distribusi populasinya. Untuk menguji apakah sampel yang diperoleh berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas.
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors.
Langkah-langkah uji normalitas adalah:
1) Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Statistik uji
L = Maksimal ( ) ( )ii zSzF −
Dengan L : koefisien Lilliefors dari pengamatan
zi : skor standar, untuk s
XXz i
i
)( −=
s : standar deviasi
F(zi) : );( iZZP ≤
)1,0(~ NZ
S(zi) : proporsi cacah izz ≤ seluruh cacah iz
3) Tingkat signifikasi : 05,0=α
4) Daerah kritik
DK = { }nLLL ;α> dengan n adalah ukuran sampel.
Harga nL ;α dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikasi α
dengan derajat kebebasan n.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5) Keputusan uji
H 0 : diterima jika obsL ≤ daerah kritik
H1 : ditolak jika obsL > daerah kritik
(Budiyono, 2004: 170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi
sama atau tidak disebut uji homogenitas variansi populasi. Metode yang
digunakan adalah metode Bartlett dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 : 22
32
22
1 ... kσσσσ ==== variansi populasi homogen
H0 : 22
21 σσ ≠ , atau 2
321 σσ ≠ , atau 2
421 α=α , atau 2
322 σσ ≠ , atau 2
422 σσ ≠ ;
tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Komputasi
Dengan menggunakan rumus dari Metode Bartlett sebagai berikut :
1
/
11
)1(3
11
−=
=
−
−+=
∑
∑
jj
jerr
jj
nf
fSSMS
ffkC
j2
j2jj
j
j2 n/)X(XSS;1n
SSS ∑∑ −=
−=
dimana : k : cacah sampel
f : derajat bebas untuk MSerr = N-k
j : 1,2,3,……..k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
N : cacah semua pengukuran
3) Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan :
( )∑−= 22 loglog303.2
jjerr SfMSfc
χ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Daerah Kritik
DK = { }21;
22−> kαχχχ
5) Keputusan Uji
H0 diterima jika 2χ < 2
1; −kαχ
H0 ditolak jika 2χ > 2
1; −kαχ
Untuk α : 0.05
(Budiyono, 2004: 176-178)
3. Uji Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil
eksperimen dalam rangka menguji hipotesis penelitian adalah dengan uji analisis
variansi (ANAVA) dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, hal ini sesuai dengan
desain eksperimen yang digunakan faktorial 2x2.
a. Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan beberapa
perlakuan terhadap variabel terikat.
b. Asumsi Dasar
1) Populasi berdistribusi normal
2) Populasi homogen
3) Sampel dipilih secara acak
4) Variabel terikat berskala pengukuran interval
5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal
c. Model
Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk .
dengan :
X ijk : Data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.
µ : Rerata besar
αi : Efek faktor A kategori i
βj : Efek faktor B kategori j
αβij : Interaksi faktor A dan B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
εijk : Galat yang berdistribusi normal N (0, σε2)
i : 1,2, …, p ; p = cacah kategori A
j : 1,2, …, q ; q = cacah kategori B
k : 1,2, …, n ; n = cacah kategori pengamatan setiap sel
d. Hipotesis
1) H01 : 0=iα untuk semua i
Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.
H11 : 0≠iα untuk paling sedikit satu harga i
Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.
2) H02 : 0=jβ untuk semua j
Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan
awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah.
H12 : 0≠jβ untuk paling sedikit satu harga j
Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal
Fisika siswa kategori tinggi dan rendah.
3) H03 : 0=ijαβ untuk semua pasang (ij)
Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika
siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
H13 : 0≠ijαβ untuk paling sedikit satu pasang harga (ij)
Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika siswa
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
e. Komputasi
a) Tabel Data
Model Pembelajaran
(A)
Kemampuan Awal Fisika Siswa (B)
Tinggi (B1) Rendah (B2)
Kooperatif tipe STAD (A1) A1B1 A1B2
Diskusi (A2) A2B1 A2B2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Keterangan :
A : Model Pembelajaran
A1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
A2 : Model Pembelajaran Diskusi
B : Kemampuan awal Fisika siswa
B1 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi
B2 : Kemampuan awal Fisika siswa kategori rendah
b) Tabel Data Sel
B1 B2
A1
ij
ij
ij
ij
ij
ij
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
2
11
11
11
2
11
11
11
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
12
12
12
2
12
12
12
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
A2
pj
pj
pj
pj
pj
pj
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
2
21
21
21
2
21
21
21
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
22
22
22
2
22
22
22
SS
C
X
X
X
n
∑
∑
Dimana:
ijn = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik seluruh sel =
∑ji jin
pq
, ,
1
∑=ji
jinN,
, = banyaknya seluruh data amatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
=
−=∑
∑ijk
kijk
kijkij n
X
XSS
2
2 jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
=ijAB rataan pada sel ij
∑=j
iji ABA jumlah rataan pada baris ke-i
∑=i
iji ABB jumlah rataan pada baris ke-j
∑=ji
ijABG,
jumlah rataan semua sel
c) Tabel Rerata Sel AB
1B 2B Total
1A 11BA 21BA 1A
2A 12BA 22BA 2A
Total 1B 2B G
d) Komponen Jumlah Kuadrat
(1) = pq
G 2
(2) = ∑p
B j2
(3) = ∑i
21
q
A
(4) = ∑j
jB 2
(5) = ∑ji
yAB,
2
e) Jumlah Kuadrat
JKA = [ ])1()3( −hn
JKB = [ ])1()4( −hn
JKAB = [ ])1()3()4()5( +−−hn
JKG = (2) JKT = JK+ JK+ JK+ JK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
f) Derajat kebebasan
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB= (p – 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
g) Rataan Kuadrat
dkG
JKGRKG
dkAB
JKABRKAB
dkB
JKBRKB
dkA
JKARKA
=
=
=
=
h) Statistik uji
1) Untuk H0A adalah RKG
RKAFa = yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p –1 dan N – pq;
2) Untuk H0B adalah RKG
RKBFb = yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q –1 dan N – pq;
3) Untuk H0AB adalah RKG
RKABFa = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)(q – 1);
i) Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK= {F F > Fα ; p – 1, N – pq}
Daerah kritik untuk Fb adalah DK= {F F > Fβ ; q – 1, N – pq}
Daerah kritik untuk Fab adalah DK= {F F > Fαβ ; (p – 1)(q – 1), N – pq}
j) Keputusan Uji
H0A ditolak jika Fa > Fα ; p – 1, N – pq}
H0B ditolak jika Fb > Fβ ; q – 1, N – pq}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
H0AB ditolak jika Fab > Fαβ ; (p – 1)(q – 1), N – pq}
(Budiyono, 2002:228-231)
k) Rangkuman analisis
Tabel 3.2 Rangkuman Analisis
Sumber Variansi
JK Db RK Statistik Uji Fα P
Efek Utama
A (Baris) JKA p – 1 RKA FA F* < α atau > α
B (Kolom) JKB q – 1 RKB FB F* < α atau > α
Interaksi AB JKAB (p – 1)(q – 1) RKAB FAB F* < α atau > α
Kesalahan JKG N – pq RKG - - -
Total JKT N – 1 - - - -
Keterangan:
p adalah probalilitas amatan, F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data
kemampuan awal Fisika siswa dan data kemampuan kognitif Fisika siswa pada
pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Data kemampuan awal Fisika siswa diperoleh
dari nilai pretes siswa sebelum diberi perlakuan dan data kemampuan kognitif Fisika
siswa diperoleh dari nilai post-tes siswa setelah diberi perlakuan. Berikut ini akan
disajikan deskripsi data dari kedua kelompok sampel penelitian.
1. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa
Dalam penelitian ini nilai kemampuan awal Fisika siswa diperoleh dari hasil
pretes kemampuan awal Fisika siswa sebelum pembelajaran. Deskripsi kemampuan
awal Fisika pada kelas eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam tabel 4.1.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelompok Jumlah
data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Variansi
Eksperimen
Kontrol
34
32
70
70
43
43
57,5294
56,7500
7,8903
7,2823
62,2567
54,3871
Distribusi frekuensi kemampuan awal Fisika siswa pada kelas eksperimen
disajikan pada tabel 4.2. Distribusi frekuensi kemampuan awal Fisika siswa kelas
kontrol disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen
Interval Kelas
Titik Tengah Frekuensi
Mutlak Relatif
43-47 45 4 11,76%
48-52 50 5 14,71%
53-57 55 8 23,53%
58-62 60 7 20,59%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
63-67 65 6 17,65%
68-72 70 4 11,76%
Jumlah 34 100.00%
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Kelas Kontrol
Interval Kelas
Titik Tengah
Frekuensi
Mutlak Relatif
43-47 45 4 12,50%
48-52 50 6 18,75%
53-57 55 6 18,75%
58-62 60 8 25%
63-67 65 6 18,75%
68-72 70 2 6,25%
Jumlah 32 100.00%
Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai kemampuan awal Fisika siswa
tersebut, disajikan histogram pada gambar 4.1 dan 4.2.
Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.2 Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol
2. Data dan Distribusi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa
Distribusi data kemampuan kognitif Fisika siswa dari masing- masing kelas
disajikan dalam tabel 4.4. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21
dan 22.
Tabel 4.4. Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelompok Jumlah
Data Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata Standar Deviasi
Variansi
Eksperimen
Kontrol
34
32
83
77
50
43
67,4706
61,1563
8,8085
8,5047
77,5900
72,3296
Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen
Interval Kelas
Titik Tengah Frekuensi
Mutlak Relatif
50-55 52,5 3 8,82%
56-61 58,5 6 17,65%
62-67 64,5 8 23,53%
68-73 70,5 9 26,47%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
74-79 76,5 5 14,71%
80-85 82,5 3 8,82%
Jumlah 34 100.00%
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Kontrol
Interval Kelas
Titik Tengah Frekuensi
Mutlak Relatif
43-48 45,5 3 9,38%
49-54 51,5 5 15,63%
55-60 57,5 7 21,88%
61-66 63,5 8 25,00%
67-72 69,5 5 15,63%
73-78 75,5 4 12,50%
Jumlah 32 100.00%
Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika
tersebut, disajikan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.3 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas
Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol
B. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa
Kesamaan kemampuan awal Fisika siswa antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diperoleh dari data kemampuan awal Fisika siswa yang diambil
dari nilai pretes siswa. Untuk uji kesamaan kemampuan awal Fisika siswa digunakan
uji-t dua ekor. Sebelum uji-t dua ekor terlebih dahulu digunakan uji normalitas dan
uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan metode Lilliefors. Rangkuman hasil uji Normalitas kemampuan
kognitif siswa pada materi Zat dan Wujudnya untuk kelas Eksperimen dan kelas
Kontrol disajikan pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Jumlah Data Lobs Ltabel Keputusan
Eksperimen 34 0,1275 0,1519 Ho diterima
Kontrol 32 0,1337 0,1566 Ho diterima
Dari tabel 4.7 tersebut di atas dapat dilihat Lobs lebih kecil dari Ltabel.
Dengan demikian diperoleh keputusan bahwa Ho dari masing-masing kelas diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18
halaman 166 dan lampiran 19 halaman 167.
2. Uji Homogenitas
Dari hasil uji homogenitas untuk nilai kemampuan awal Fisika kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga 2χ hitung sebesar 0,143 sedangkan
2χ (0.05 ; 1) = 3.84. Karena 2χ hitung lebih kecil dari 2χ tabel maka dapat disimpulkan
bahwa data kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 168.
3. Uji-t Dua Ekor
Uji kesamaan kemampuan awal Fisika antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilakukan dengan analisis uji-t dua ekor yang sebelumnya telah diuji dengan
uji normalitas dan uji homogenitas. Dari analisis terhadap data yang ada diperoleh
harga 414,0=Hitungt . Dari tabel distribusi t diketahui harga Tabelt pada taraf
signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 64 adalah 1,995. Karena
tabelhitungtabel ttt <<− = -1,995 < 0,414< 1,995, atau hitungt terletak pada daerah
penerimaan 0H , maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai kemampuan awal Fisika yang sama sebelum diberi perlakuan.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 171.
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode
Lilliefos diperoleh harga statistik uji Lobs untuk tingkat signifikansi 0.05 pada
masing-masing kelas yakni sebagai berikut:
Tabel 4.8 Harga Statistik Uji beserta Harga Kritik pada Uji Normalitas Kelompok Statistik Uji Lobs Harga Kritik
1. Kelas Eksperimen
2. Kelas Kontrol
0,0774
0,1317
0,1519
0,1566
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dari tabel 4.8 di atas tampak bahwa harga statistik uji Lobs dari masing-
masing kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh
keputusan bahwa Ho diterima. Ini berarti bahwa sampel-sampel dalam penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 21 halaman 174 dan lampiran 22 halaman 175.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan Uji Bartlett
diperoleh harga statistik uji 2χ = 0,039 untuk tingkat signifikan 05,0=α . Angka ini
tidak melebihi harga kritik yaitu 3.84. Dengan demikian diperoleh keputusan uji
bahwa Ho diterima, hal ini menunjukan bahwa populasi tersebut homogen.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 176.
D. Hasil Pengujian Hipotesis
Analisis Variansi Dua Jalan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai kemampuan
awal Fisika siswa dan nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan
Zat dan Wujudnya dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel
tak sama. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat rangkuman
analisis variansinya pada tabel 4.9 di bawah ini
Tabel 4.9 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel tidak Sama Sumber Variansi JK db RK Fhit Ftab P A (Baris) 657,2652 1 657,2652 12,828 4,00 ditolak
B (Kolom) 1586,6516 1 1586,6516 30,968 4,00 ditolak Interaksi
(AB) 25,6819 1 25,6819 0,501 4,00 diterima Galat 3176,63 62 51,24 Total 5446,2273 65
Keterangan: Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 180.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keputusan uji
Berdasarkan tabel 4.9. analisis variansi dua jalan didapatkan hasil-hasil
sebagai berikut :
a. Hipotesis 1
Fa = 12,828; Ftabel = 4.00 (df =1.62, p = 0.050)
Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0A ditolak (< 0,05).
b. Hipotesis 2
Fb = 30,968; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)
Nampak bahwa Fhit > Ftabel, dengan demikian H0B ditolak (< 0,05).
c. Hipotesis 3
Fab = 0,501; Ftabel = 4.00 (df = 1.62, p = 0.050)
Nampak bahwa Fhit < Ftabel dengan demikian H0AB diterima (> 0,05).
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan yang terdiri dari dua efek
utama dan interaksi dapat disimpulkan bahwa :
1) Efek Utama
Efek utama yang berupa baris (model pembelajaran) perhitungan yang
ditunjukkan dengan harga statistik uji Fa = 12,828 melampaui harga Ftabel = 4.00 pada
taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika
siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
diskusi pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun
Ajaran 2009/2010.
Efek utama yang berupa kolom (kemampuan awal Fisika siswa) perhitungan
yang ditunjukkan dengan harga statistik uji Fb = 30,968 melampaui harga Ftabel =
4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti bahwa ada perbedaan kemampuan
kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika siswa tinggi dan kemampuan
awal Fisika siswa rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen
Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.
2) Interaksi
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dengan harga statistik uji
Fab = 0,501 kurang dari harga Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi 5 %, yang berarti
bahwa tidak ada interaksi antara faktor A (model pembelajaran) dan B (kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
awal Fisika siswa) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan
Zat dan Wujudnya di SMPN 1 Playen Kelas VII Tahun Ajaran 2009/2010.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dikemukakan bahwa :
1. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.
2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal Fisika
siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah.
3. Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan kemampuan awal
fisika siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
E. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
H 01 : 0=iα : Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi
H11 : 0≠iα : Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
diskusi.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi diperoleh harga Fa = 12,828. Nilai
ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga untuk taraf signifikasi α
= 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fa > FTabel maka H01 ditolak dan H11 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognitif
Fisika siswa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Siti Fatimah yang
menunjukkan bahwa, “Model pembelajaran direct instruction lebih efektif daripada
model diskusi”. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran direct instruction
adalah model pembelajaran bertahap. Setiap satu tahap selesai, diadakan tes untuk
mengetahui sejauh mana hasil pembelajaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini
model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga merupakan model pembelajaran
yang bertahap, melibatkan siswa untuk saling bekerjasama dalam pembahasan
permasalahan bersama, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kelompok ada yang membuat kesalahan. Mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Selain itu adanya pemberian penghargaan pada akhir
pembelajaran menjadikan siswa lebih bersemangat untuk belajar Fisika, sehingga
setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang
disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan pada model pembelajaran diskusi memicu siswa untuk berpikir
lebih keras karena dituntut untuk mempertahankan pendapatnya. Namun diskusi
menjadi kurang efektif apabila tidak dikendalikan dengan baik. Artinya siswa yang
melakukan diskusi karena pengetahuan yang dimiliki tentang materi tersebut masih
sangat terbatas maka diskusi yang dilakukan kurang dapat memecahkan persoalan.
Selain itu pembahasan materi kurang sistematis, sehingga siswa sulit untuk
mengambil kesimpulan dari setiap materi. Oleh karena itu hasil diskusi kurang
diserap oleh siswa.
2. Hipotesis Kedua
H 02 : 0=jβ : Tidak ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara
kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah
H12 : 0≠jβ : Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara
kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi dan rendah
Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk pengaruh kemampuan awal Fisika
siswa harga Fb = 30,968. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel
sehingga untuk taraf signifikasi α = 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fb > FTabel
maka H02 ditolak dan H12 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan
kemampuan awal Fisika siswa antara kemampuan kognitif Fisika kategori tinggi dan
kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika kategori tinggi
cenderung memperoleh prestasi belajar dalam hal ini kemampuan kognitif Fisika
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika
kategori sedang dan rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal
Fisika siswa kategori tinggi lebih mudah menangkap materi dan juga lebih mudah
memahami materi selama pembelajaran terhadap mata pelajaran dalam hal ini mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pelajaran IPA Fisika pokok bahasan Zat dan Wujudnya. Siswa yang memiliki
kemampuan awal Fisika siswa tinggi akan lebih siap dalam menerima pelajaran
karena siswa cenderung mempunyai keinginan belajar tinggi sehingga menghasilkan
prestasi belajar yang tinggi pula.
3. Hipotesis Ketiga
H 03 : 0=ijαβ : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
H13 : 0≠ijαβ : Ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal
Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa
Berdasarkan analisis variansi dua jalan untuk interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan awal Fisika terhadap kemampuan kognitif Fisika
siswa harga Fab = 0,501. Nilai ini kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel
sehingga untuk taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan Ftabel = 4.00. Karena Fab <
FTabel maka H03 diterima dan H13 ditolak. Sehingga hipotesis nol diterima yaitu tidak
ada interaksi pengaruh kemampuan kognitif Fisika siswa dengan model
pembelajaran terhadap kemampuan awal Fisika siswa pada pokok bahasan zat dan
wujudnya. Antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan diskusi dan
kemampuan awal Fisika siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap
kemampuan kognitif Fisika pada pokok hahasan Zat dan Wujudnya. Tidak adanya
interaksi tersebut terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan awal Fisika siswa
tinggi akan melakukan usaha yang maksimal sehingga memperoleh kemampuan
kognitif lebih baik dibanding siswa yang mempunyai kemampuan awal Fisika siswa
rendah walaupun digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ataupun
model pembelajaran diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada perbedaankemampuan kognitif Fisika siswa antara penggunaan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran diskusi.
Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik daripada
melalui model pembelajaran diskusi.
2. Ada perbedaan kemampuan kognitif Fisika siswa antara kemampuan awal
Fisika siswa tinggi dan kemampuan awal Fisika siswa rendah. Kemampuan
awal Fisika siswa tinggi memberikan kemampuan kognitif lebih baik dari
pada kemampuan awal Fisika siswa rendah.
3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal Fisika
siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Dengan diperolehnya kesimpulan, penelitian ini sebagai implikasinya
adalah:
1. Kemampuan awal Fisika siswa kategori tinggi akan memberikan kemampuan
kognitif Fisika siswa yang lebih baik dibanding dengan kemampuan awal
Fisika siswa kategori rendah pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya pada
siswa SMP Negeri 1 Playen kelas VII semester I.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika ternyata model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang lebih baik daripada
menggunakan model pembelajaran diskusi sehingga faktor ini perlu
diperhatikan.
Dengan terbuktinya hal tersebut, maka guru dapat menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran Fisika yang akan digunakan untuk
evaluasi hasil belajar siswa serta memperhatikan kemampuan awal Fisika siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sebagai pendukung mata pelajaran Fisika sehingga siswa mampu mencapai batas
tuntas dalam belajar.
C. Saran
Pada penelitian ini penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam pelaksanaannya maupun penyusunannya. Demi
terselenggaranya sistem pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan baik, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Agar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka pada pelaksanaanya
diusahakan:
a. Guru harus mampu menguasai dan memimpin kelas dengan baik
sehingga jalannya eksperimen dapat berlangsung dengan tertib.
b. Guru harus sering membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar
mengajar.
c. Membatasi jumlah peserta diskusi, dengan membaginya menjadi
beberapa kelompok kecil, dimana makin sedikit jumlah peserta dalam
satu kelompok diskusi maka akan berlangsung lebih baik, karena
siswa akan dapat mengamati dengan jelas apa yang diajarkan.
d. Guru harus sering memberikan latihan soal dan tugas setiap akhir
pembelajaran agar siswa lebih mendalami materi yang telah
disampaikan.
2. Membekali kemampuan awal Fisika siswa yang cukup sebagai modal dasar
siswa untuk mentransformasikan gejala-gejala alam pada Fisika yang
bersifat kulitatif ke dalam bentuk kuantitatif.
3. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik hendaklah dipilih
model yang sesuai dengan materi pelajaran dan tingkat intelegensi siswa.
top related