fakultas pertanian universitas sebelas maret … · alternatif strategi menggunakan matrik swot dan...
Post on 15-Jun-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK
MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT)
BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Inneke Dita Anugraheni
H 0808112
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK
MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT)
BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
Inneke Dita Anugraheni
H 0808112
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 25 Juli 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. NIP.19670703 199203 1 004
Hanifah Ihsaniyati, SP. M.Si. NIP.19800302 200501 2 001
R. Kunto Adi, SP. MP NIP. 19731017 200312 1 002
Surakarta,Juli 2012
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia, penyertaan, berkat dan anugerahNya karena segala sesuatu yang
direncanakan-Nya adalah sungguh baik, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras
Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di
Kabupaten Karanganyar” ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing
Utama yang sangat komunikatif dan solutif. Terimakasih karena selalu
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, arahan, motivasi, nasehat,
kritik, dan saran selama masa perkuliahan dan dalam proses penyusunan skripsi
ini.
5. Hanifah Ihsaniyati, SP. M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
sangat komunikatif dan solutif. Terimakasih karena telah memberikan bimbingan
dengan penuh kesabaran, arahan, motivasi, nasehat, kritik, dan saran selama
proses penyusunan skripsi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
6. R. Kunto Adi, SP. MP selaku Dosen Penguji yang memberikan banyak
masukan/saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff administrasi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan
bantuannya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi Penulis di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Seluruh jajaran staff Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar,
Dispertan (Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura), Koperasi Serba Usaha
AGRIKA, KKT Tani Makaryo, KKT Sari Rejeki, KSU Anugerah Jaya, KSU
Ngremboko Mulyo, KUD Jaten dan KUD Pandan Wangi serta Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan yang telah memberikan sumbangan waktu, tenaga,
pemikiran dalam penelitian Penulis
9. Seluruh responden (petani) yang telah membantu Penulis dalam melakukan
penelitian di Kabupaten Karanganyar yang meliputi Kecamatan Matesih,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu,
Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat
10. Orang tua terkasih dan tercinta, BapakBudi Utomo dan Ibu Ristati beserta Adik,
Daniel yang senantiasa memberikan dukungan doa, motivasi, kasih sayang,
kesabaran dan perhatian dalam setiap langkah Penulis.
11. Sahabat-sahabat yang penulis kasihi “7 People Family”“abang” Yuniar,
Febbry“phebz”, ‘Tante” Riska, ,“mama”Maria, “dik yurz”Yurike,
“medhog”Christy yang telah memberi dukungan doa, masukan dan semangat
yang luar biasa serta semoga persahabatan ini terus berlanjut hingga waktu yang
tak terbatas.
12. Saudara-saudara yang penulis kasihi PERKANTAS Karanganyar: Mas Yo, Mbak
Inten, Mas Davied, Anggita, Irine, Ajeng, Eli yang terus mendukung dalam doa,
menasihati dan memberikan semangat yang luar biasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
13. Seluruh teman-teman seperjuangan Agribisnis Angkatan 2008, kakak-kakak
Agrobisnis 2007, PKP 2007, Front Office kak Riri Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada
Penulis.
14. Seluruh teman-teman seperjuangan “Strategy Club Agribisnis 2008”Maria,
Eriska, Tami, Christy, Nandika, Enril, Riana,Tata, Bundo Retna dan teman lain
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih karena memberikan
banyak waktu untuk diskusi, perhatian, saran, kritik dan masukan yang berharga
bagi penulis. Diskusi dengan kalian benar-benar manis asem asin. Semangat!!!
15. Saudara-saudara Penulis di PMK dan IAAS Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang memberikan dukungan doa dan semangat kepada
Penulis.
16. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan doa dan dukunganya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
Penulis sangat mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Sekian dan Terimakasih
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii RINGKASAN .................................................................................................. xiii SUMMARY ....................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 6
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8
1. Beras Organik .................................................................................. 8 2. Produk Unggulan ............................................................................. 10 3. OVOP ( One Village One Product) ................................................. 11
a. Konsep OVOP ( One Village One Product) .............................. 11 b. Koperasi ...................................................................................... 13 c. Konsep OVOP ( One Village One Product) Berbasis Koperasi 14
4. Arti Penting Strategi ........................................................................ 16 5. Perumusan Strategi .......................................................................... 18
a. Faktor Lingkungan Internal ........................................................ 18 b. Faktor Lingkungan Eksternal ..................................................... 19 c. Matrik IFE dan EFE ................................................................... 19 d. Matrik Internal-External (IE) ..................................................... 20 e. Matrik SWOT ............................................................................. 20 f. Matrik QSPM ............................................................................. 22
6. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 23 B. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ............................................... 26 C. Pembatasan Masalah.............................................................................. 29 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 29
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 33 B. Metode Penentuan Responden ............................................................... 33 C. Tahapan Penelitian ................................................................................ 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 37 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38 F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 39
IV. DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ..................................................................................... 48
1. Letak Geografis Daerah Penelitian ......................................... ……48 2. Luas Wilayah .......................................................................... ……48 3. Topografi Wilayah .................................................................. ……49 4. Keadaan Iklim ........................................................................ ……50
B. Keadaan Penduduk . ............................................................................. 51 1. Menurut Matapencaharian ..................................................... ……51 2. Menurut Tingkat Pendidikan ................................................. ……52
C. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi .......................... 54 D. Keadaan Pertanian ................................................................................ 56
1. Tata Guna Lahan .................................................................... ……56 2. Produksi Tanaman Bahan Pangan ......................................... ……57
E. Keadaan Sarana Perekonomian ............................................................ 59 F. Gambaran Umum Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik
melalui OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ............ 60
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KarakteristikResponden ............................................................... ........ 67
1. Responden Petani ................................................................... ........67 2. Responden Koperasi Induk/Pemasar dan Koperasi Produsen ……69 3. Responden Dinas Pemerintah Kabupaten Karanganyar ......... ……70
B. Faktor Internaldan Faktor Eksternal ............................................. …… 71 1. Faktor Internal ....................................................................... …… 71
a) Aspek Faktor Internal .............................................................. 71 b) Identifikasi Faktor Internal Kekuatan ...................................... 77 c) Identifikasi Faktor Internal Kelemahan .................................. ̀ 80
2. Faktor Eksternal ............................................................................. 87 a) Aspek Faktor Eksternal ........................................................... 87 b) Identifikasi Faktor Ekternal Peluang ....................................... 90 a) Identifikasi Faktor Ekternal Ancaman ..................................... 96
C. Perumusan Alternatif Strategi ...................................................... ……100 1. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) ............................... ……100 2. Matrik External Factor Evaluation (EFE) ............................. ……101 3. Matrik Internal- Eksternal (IE) ............................................... ……103 4. Matrik SWOT ........................................................................ ……104
D. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSP ........................ ……107
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Saran .................................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 177 LAMPIRAN...................................................................................................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 1. Matrik External Factor Evaluation (EFE) ........................................ 40 Tabel 2. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) .......................................... 40 Tabel 3. Matrik SWOT .................................................................................. 43 Tabel 4. Matrik QSPM ................................................................................... 44 Tabel 5. Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........................................... 51 Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 ................................................................. 52 Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007-2009 ........ 54 Tabel 8. Tata Guna Lahan d Kabupaten Karangayar Tahun 2010 ................ 56 Tabel 9. Luas Panen dan Produksi Komoditi Bahan Pangan di Kabupaten
Karanganyar Pada Tahun 2010 ....................................................... 57 Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 ........................ 58 Tabel 11. Koperasi Menurut Klasifikasi di Kabupaten Karanganyar ............. Tahun 2010 ...................................................................................... 59 Tabel 12. Produk UnggulanDaerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP (One Village One product) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah ..................................................................... 61 Tabel 13. Potensi Pertanian Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ............................................... 63 Tabel 14. Koperasi Peserta OVOP Disperindagkop dan UMKM .................. 65 Tabel 15. Tahapan OVOP Beras Organik di Kabupaten Karanganyar ............ 66 Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Padi Organik di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 67 Tabel 17. Usahatani Padi Organik Selama 3 Musim Tanam di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 69 Tabel 18. Karakteristik Responden Koperasi Induk dan Koperasi Produsen OVOP Beras Organik di Kabupaten Karanganyar .......................... 70 Tabel 19. Karakteristik Responden Dinas Pemerintahan di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 70 Tabel 20. Identifikasi Faktor-faktor Internal Pengembangan Produk Unggulan
Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ……………………………………… ....... 87
Tabel 21. Harga Produk Beras di Kabupaten Karanganyar 2011-2012 ........... 92 Tabel 22. Fasilitas /Bantuan Peralatan Pertanian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Dinas Koperasi dan UMKM ) melalui OVOP tahun 2011-2012 di Kabupaten Karanganyar .................................. 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel 23. Identifikasi Faktor Eksternal Pengembangan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi
di Kabupaten Karanganyar .............................................................. 99 Tabel 24. Matrik Internal Factor Evaluation(IFE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ 100 Tabel 25. Matrik External Factor Evaluation(EFE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ 102 Tabel 26. Matrik SWOT pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ 106 Tabel 27. Matrik Quantitative Strategic Planning pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar ................................ 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Panduan Pengembagan OVOP berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah ....................................................................... 15 Gambar 2. Kerangka Berpikir .......................................................................... 29 Gambar 3. Tahapan Penelitian ......................................................................... 37 Gambar 4. Internal- Eksternal Matrik. .................................................................... 42 Gambar 5. Diagram Persentase Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke AtasMenurut
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .................. 53 Gambar 6. Diagram Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah
di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 ............................. 58 Gambar 7. MatrikInternal- Eksternal (IE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis
Koperasi di Kabupaten Karanganyar ............................................. 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Identitas Responden ..................................................................... 122
Lampiran 2. Perhitungan Usahatani Padi Organik…………………………… 124
Lampiran 3. Perhitungan Matrik IFE dan EFE………………………………. 126
Lampiran 4. Peta Kabupaten Karannganyar…………………………………. 130
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian………………………………………… 131
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan dan Kuesioner Penelitian…………………… 134
Lampiran 7. Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah……………………… 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
RINGKASAN
INNEKE DITA ANUGRAHENI, H0808112. “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN BERAS ORGANIK MELALUI KONSEP OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BERBASIS KOPERASI DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Kusnandar, M.Siselaku Pembimbing Utama dan Hanifah Ihsaniyati SP, M.Siselaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian UniversitasSebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal dan faktor eksternal, alternatif strategi dan prioritas strategi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif analitis dan teknik survei.Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja. Teknik analisis data menggunakan analisis faktor intenal dan faktor eksternal dengan matrik IFE dan matrik EFE. Alternatif strategi menggunakan matrik SWOT dan matrik IE.Prioritas strategimenggunakan QSPM (Quantitative Startegic Planning Matrix).
Faktor internal yang menjadi kekuatan: lahan sawah potensial yang luas, motivasi petani yang tinggi dalambudidaya padi organik, adanya fasilitas pemasaran beras organik, adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik, koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi, penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi, pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian, adanya Asosiasi Petani Organik (APPO), SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada koperasi produsen. Faktor internal yang menjadi kelemahan: terbatasnya lahan beras organik yang tersertifikasi organik SNI, jumlah produk beras organik masih terbatas, kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana, belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik, koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah, kurangnya optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian, peran koperasi produsen OVOP belum maksimal, tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP, dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik, pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah. Faktor eksternal yang menjadi peluang: terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten, tingginya permintaan beras organik, harga produk beras organik lebih mahal, adanya gaya hidup baru Back To Nature, peningkatan pengunjung wisata setiap tahun, adanya program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP, bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah dan adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic). Faktor eksternal yang menjadi ancaman: ketersediaan pupuk anorganik yang banyak dipasar, persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah, posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani, standarisasi pupuk organik belum jelas, subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik, lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya, tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama dan munculnya produk beras organik dari daerah lain.
Alternatif strategi yang dihasilkan: pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi, membangun Brand Image produk beras organik melalui pameran, stand di lokasi wisata, dan melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi beras organik. Prioritas strategi yang dihasilkan: pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi (TAS 5,643632).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
SUMMARY
INNEKE DITA ANUGRAHENI, H0808112. STRATEGY OF OUTSTANDING ORGANIC RICE PRODUCT DEVELOPMENT ON THE CONCEPT OF OVOP (ONE VILLAGE ONE PRODUCT) BASED ON COOPERATION IN THE KARANGANYARREGENCY. Under guidance of Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Main Consultant and Hanifah Ihsaniyati SP, M.Sias the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University. The purposes of this study to identity the internal factors and external factors, to identity an alternative strategy and strategic priorities. This study applied a quantitative approach of descriptive methods of analytical and survey techniques. The writer used purposive method in writing the study of making the research done. The technique of data analysis of internal and external factors to the IFE (Internal Factor Evaluation) matrix and EFE (External Factor Evaluation) matrix. The determination of alternative strategies used SWOTmatrixand IE (Internal-External) matrix. As for determining the priority strategies applied matrix QSP (Quantitative Startegic Planning).
Internal factors into strengths: a potential wetland that is wide enough (48 783 acres), the high motivation of farmers in the cultivation of organic rice, the availibility of organic rice marketing facilities, a campaign to introduce of organic rice products, producers' cooperatives provide various means of production, researching and checking to the certified organic land, a development of each district Agricultural Extension Agency, Asosiasi Petani Padi Organik (APPO), SOP (Standard Operating Procedure) in on-farm and capital loan from the parent cooperative to the producerscooperative. The weaknesses of Internal factors: limited organic rice organic land which is certified as SNI 5.59 acres, the amount of the organic rice products is still limited, packaging and labeling of organic rice products are still simple, there is not a firm policy of the government in organic rice cultivation yet, the weak of related inter-agency coordination, the lack of optimum job Agricultural Extension Officers, the role of producer cooperatives OVOP is not maximized, some of organic rice farmers are not the members of producer cooperatives OVOP, it takes a long time to push toward organic farmers, the farmers' knowledges about markets and organic rice are still low. The opportunities of external factors: the opening of the organic rice market outside the region/district, the high demand for organic rice, the organic rice products price is more expensive than inorganic rice, a new lifestyle Back To Nature, an increase in tourist visitors each year, the provincial government program (Dinas Koperasi danUMKM) through OVOP, the aid of facilities / technology of OVOP Central Java and the organic farming movement program (Go Organic). The threat of external factors: the adequacy of availability of organic rice in market, the low perception of consumers to organic rice, the stronger position of wholesalers than the farmers, the unsure standardization of organic fertilizers, the subsidize of organic fertilizers as big as
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
inorganic fertilizers, the cultivation area of organic rice does not become the unity of cultivation area yet, the step of organic rice field conversion to organic field needs long time and the appearance of organic rice in market from another regency.
The alternative strategies may be applied: the optimization of production capacity and quality of certified organic rice, buildinga brand image of organic rice products by carrying out some exhibitions, opening stand at tourist sites, and mapping the area with the most potential in the production of organic rice. Prioritie of strategy are optimize capacity and quality of certified organic rice (TAS 5,643632)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras organik merupakan produk pangan yang saat ini menjadi
salah satu pangan unggulan sehinggamempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan. Produk tersebut mulai dilirik oleh masyarakat karena
keunggulannya pada sisi kesehatan. Menurut Andoko (2010) keunggulan
utama beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk
buatan dan pestisida kimia sintesis) adalah relatif aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan
lainnya adalah warna dan daya simpan beras organik lebih baik dibanding
beras biasa sesudah ditanak, beras organik akan menjadi nasi yang warnanya
lebih putih dibanding beras biasa. Nasi dari beras organik pun dapat bertahan
selama 24 jam, sementara nasi dari beras biasa mulai basi setelah 12
jam.Sedangkan Biocert menyatakan tentang potensi produk beras organik
(2006) bahwa peluang pasar produk pangan organik, terutama padi organik
masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri. Kontribusi pasar
organik untuk wilayah Asia termasuk Indonesia masih potensial untuk
dikembangkan. Pada Tahun 2005, pasar beras organik di Indonesia baru
mencapai Rp. 28 milyar dengan pertumbuhan sekitar 22% per tahunnya.
Volume produksi beras organik nasional meningkat dari 1.180 ton di Tahun
2001 menjadi hampir 11.000 ton di Tahun 2004. Beras organik tersebut
sebagian besar dipasarkan di supermarket tertentu di kota-kota besar di
Indonesia.
Salah satu wilayah yang mengembangkan produk unggulan beras
organik adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar mempunyai
potensi untuk pengembangan pertanian padi organik di Jawa Tengah yaitu
didukung ketersediaan air dari pegunungan Lawu dan areal persawahan yang
luas. Di sisi lain, potensi pasar yang besar bagi produk unggulan dilihat dari
kunjungan wisatawan cukup yang tinggi serta potensi kelembagaan
(kelompok tani dan koperasi kelompok tani (KKT). Pengembangan produk
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
unggulan ini dilaksanakan melalui konsep OVOP (One Village One Product)
berbasis koperasi.
One Village One Product (OVOP) merupakan suatu konsep
pengembangan kompetensi inti industri daerah untuk menemukan produk
yang menjadi kebanggaan dan keunikan suatu daerah dengan meningkatkan
isi dan mutunya sehingga dapat diterima serta diakui nilainya baik secara
nasional maupun internasional (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah,
2011). OVOP merupakan strategi pengembangan potensi daerah di suatu
wilayah untuk menghasilkan satu produk unggulan yang unik khas daerah
dengan memanfatkan sumber daya lokal.OVOP (One Village One
Product)berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ini membantu
pelaksanaan pengembangan produk beras organik mulai dari tahap on farm
sampai dengan off farm khususnya dengan pembinaan langsung dari
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar.Melihat potensi produk
beras organik Kabupaten Karanganyar terhadap peningkatan pendapatan
petani yang dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah,
sehingga perlu mengoptimalkan sektor pertanian khususnya produk beras
organik yang didukung dengan OVOP berbasis koperasi yang harus terus
dikembangkan. Akan tetapi, dalam tahap pengembangan tidak selalu berjalan
mulus dan banyak menghadapi tantangan yang harus selalu dihadapi karena
terdapat faktor-faktor kendala yang menjadi permasalahan dalam
pengembangan produk beras organik.
Rasahan (2000) dalam Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian subsektor
tanaman pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi
beras meliputi: (1) lahan-lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa
diimbangi dengan pengembangan lahan yang seimbang terutama disekitar
kota-kota besar baik di Jawa maupun diluar Jawa, (2) penguasaan lahan
sempit rata-rata kurang dari 0,5 ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani,
(3) saat panen raya harga komoditas jatuh antara lain sebagai akibat
instrumen harga dasar tidak berjalan dengan baik, (4) kebijakan makro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ekonomi kurang mendukung dan kurang berpihak pada petani dalam
menciptakan pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan, (5) aplikasi
teknologi ditingkat usahatani banyak yang tidak sesuai dengan anjuran yang
disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi dan rendahnya kemampuan
permodalan petani, dan (6) kondisi iklim kurang mendukung menyebabkan
penurunan produksi. Pengembangan produk unggulan daerah khususnya
beras organik merupakan hal pokok yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani, kesejahteraan konsumen pangan sehingga diperlukan
beberapa strategi pengembangan produk tersebut sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pangan lokal dan luar wilayah.
Pengembangan produk agribisnis pasti mengalami berbagai hambatan
sehingga diperlukan strategi. Penelitian tentang strategi pengembangan telah
banyak dilakukan, diantaranya penelitian Handayani (2007), Harisudin
(2005), Fatmawati (2009), Adiyanto (2011). Penelitian mengenai strategi di
atas merupakan salah satu upaya untuk mendorong peningkatan atau
pengembangan komoditi pertanian. Pada penelitian-penelitian tersebut hanya
memfokuskan strategi pengembangan dengan satu obyek bahasan yaitu
komoditas agribisnis. Penelitian tersebut hanya fokus pada komoditas saja,
belum meneliti pihak lain dan topik lain seperti pemerintah dalam gerakan
produk organik dan pertanian organik. Penelitian tentang padi organik yang
telah dilakukan antara lain Widyarini (2009), Suwantoro (2008) dan
Dudiagunoviani (2009). Penelitian-penelitian tersebut hanya
memfokuskanpada pengembangan padi organik secara umum yaitu mengacu
pada masalah on farm dan belum mengkaji secara khusus dalam kaitannya
dukungan pemerintah melalui konsep OVOP(One Village One Product)
berbasis koperasi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas menyatakan bahwa beras organik
merupakan produk unggulan yang mempunyai peluang pasar dan prospek
yang besar. Disamping itu, strategi pengembangan ini diperlukan karena
belum ada penelitian/kajian baik padatataran Disperindagkop dan
UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) Kabupaten Karanganyar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penelitian terdahulu sehingga penelitian Strategi Pengembangan Produk
Unggulan Beras Organik melalui Konsep OVOP (One Village One
Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar perlu dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang berpotensi
untuk pengembangan sektor pertanian. Kabupaten Karanganyar dapat
menopang ketahanan pangan daerah dengan potensi yang dimiliki. Luas
wilayah Kabupaten Karanganyar menurut Badan Pusat Statistik (2011) adalah
77.378,64 Ha. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah
pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman
pangan dan agroindustri.
Konsep OVOP(One Village One Product)berbasis koperasi telah
diperkenalkan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010, sedangkan
Tahun 2011 merupakan tahap sosialisasi dan pengembangan awal serta Tahun
2012 merupakan tahap sosialisasi lanjutan dan pergerakan lebih lanjut. OVOP
berbasis koperasi hanya dapat disalurkan melalui koperasi. Koperasi menjadi
satu jalan yang menghubungkan pemerintah dengan petani. Koperasi induk
(KSU AGRIKA) merupakan koperasi yang menjadi sarana tempat pemasaran
produk dari semua koperasi produsen serta menjadi penyalur bantuan OVOP,
sedangkan koperasi produsen merupakan koperasi penghasil produk beras
organik. Peran Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam
upaya pengembangan produk unggulan beras organik melalui OVOP adalah
pembinaan, pelatihan, packaging produk, pemasaran produk melalui KSU
AGRIKA, pemberian bantuan alat-alat pendukung usahatani seperti motor
tossa, mesin pengelupas kulit, mesin selep (pemutih) dan sebagainya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), komoditas tanaman
pangan yang paling besar luasan panen dan produksinya pada Tahun 2010
adalah padi sawah dengan total luas panen sebesar 48.783 ha.Produksi padi
sawah meningkat dari Tahun 2009 hingga Tahun 2010 sebesar 31.464 ton.
Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi sawah di Kabupaten
Karanganyar mengalami peningkatan yang dapat menunjang ketahanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pangan beras. Oleh karena itu, komoditas tanaman pangan padi sawah
mempunyai potensi dalam produk unggulan daerah yaitu produk beras
organik sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan. Akan tetapi,
sebagian besar lahan padi organik OVOP berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar masih dalam periode transisi/konversi yaitu merupakan waktu di
antara penerapan prinsip pertanian organik dan sertifikasi lahan organik.
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan, akan tetapi
pengembangan OVOP beras organik ini hanya merangkul 6 (enam)
kecamatan sajayaitu pada 6 (enam) koperasi produsen. Disisi lain, luas areal
padi sawah di Kabupaten Karanganyar tercatat sebesar 48.783 hektar.
Sedangkan luas areal padi sawah yang dikembangkan melalui OVOP berbasis
koperasi, masih sangat kecil yaitu 316 hektar yaitu 0,65% (Data Sementara
Disperindagkop dan UMKM, 2011). Luas areal padi sawah organik yang
kecil tersebut (0,65%) dapat menjadi suatu pendorong pengembangan produk
pada lahan sawah yang lainnya di Kabupaten Karanganyar. Produk unggulan
beras organik di Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan masih belum baik
dalam tingkat produksi(kuantitas) salah satunya karena lahan yang terbatas
tersebut. Oleh karena hal tersebut maka pengembangan produk unggulan
beras organik di Kabupaten Karanganyar memerlukan suatu strategi
pengembangan bagi pemerintah daerah khususnya Disperindagkop dan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).Disamping itu, belum ada kajian
strategi pengembangan produk unggulan beras organik baik dari tataran
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dan penelitian
terdahulu.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja faktor internal dan eksternal dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Alternatif strategi apa yang dapat diterapkan dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar
2. Mengidentifikasi alternatif strategi yang dapat
diterapkan dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP (One village one product) berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar
3. Menentukan prioritas strategi terbaik yang dapat
diterapkan dalam rangka pengembangan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi di
Kabupaten Karanganyar
D. KegunaanPenelitian
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah
wawasan peneliti terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
2. Bagi pemerintah daerah setempat, Disperindagkop dan
UMKM, dan stakeholder lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu
kebijakan di sektor pertanian khususnya dalam strategi pengembangan
produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP berbasis koperasi di
Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Bagi petani padi organik, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi suatu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dalam pengembangan produk beras organik.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai tambahan informasi dan referensi penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Beras Organik
Beras organik adalah beras yang dihasilkan melalui proses
budidaya organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis.
proses budidaya padi organik dilakukan dengan menggunakan pupuk
organik, seperti kompos, pupuk hijau, maupun pupuk biohayati.
Pemberantasan hama menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari
daun-daun, buah-buah yang difermentasikan secara alami
(Muladiyanto, 2011).
Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin
yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan
aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang
dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida
kimia sintesis dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri.
Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya
dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri
oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan
lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi
pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya
(Pracaya dalam Dudiagunoviani, 2009).
Menurut (Bawolye & Syam, 2008) padi organik adalah padi yang
diusahakan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah
menurut standar “organik” yang ditetapkan. Definisi padi organik adalah :
1) Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan
yang telah digunakan.
2) Kesuburan tanah dipelihara melalui proses “alami” seperti
penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang
yang dikomposkan dan limbah tumbuhan.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman
tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama.
4) Pergantian bentuk-bentuk bukan kimia sintesis, misalnya
pengendalian hama dan gulma digunakan serangga yang bermanfaat
untuk memangsa hama serta daun jerami setengah busuk untuk
menekan gulma, juga organisme lain untuk menekan serangan
penyakit.
Konsumen menganggap produk-produk organik sebagai produk
yang lebih aman dan sehat, dan memiliki nilai gizi yang lebih besar.
Menurut sebuah studi Tahun 2006 oleh US Department of Agriculture's
Research Service, beras organik mengandung protein lebih besar dari
beras konvensional yang tumbuh dengan pupuk an-organik, namun bahwa
isi pati dan mineral sama. Pada penelitian Tahun 2007 diterbitkan dalam
"Journal of Agronomy for Sustainable Development". Para peneliti
menemukan bahwa beras organik mengandung lebih banyak zat besi dan
tembaga dari pada beras konvensional. Beras organik memang tampak
menjadi lebih putih dan lembut saat dimasak dibanding beras
konvensional (Grimm, 2011).
Beras organik mengalami peningkatan permintaaan. Konsumen
menyatakan bahwa beras organik lebih aman, lebih segar, sehat, dan rasa
lebih baik dari beras konvensional. Persepsi perbedaan dalam rasa dan
tekstur antara organik dan konvensional dapat dipengaruhi oleh preferensi
atau perbedaan komposisi. Isi protein beras tumbuh dengan 50% dari
tingkat nitrogen pupuk dan organik disarankan adalah sama dan lebih
rendah dibandingkan beras tumbuh dengan 100% dari tingkat pupuk
nitrogen yang dianjurkan. Pati dan mineral isi antara beras organik dan
anorganik tidak berbeda. Tetapi kadar protein lebih tinggi terdapat pada
beras organik dan protein mempengaruhi tekstur beras (Champagne
et. all, 2006).
Beras organik dikemas dalam kantung atau karung berlabel beras
organik dan dijual dengan harga yang relatif lebih mahal dibanding beras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
biasa. Sertifikasi produk perlu diadakan karena pada dasarnya setiap bahan
makanan yang dipasarkan ke masyarakat secara eceran dan berlabel harus
memenuhi unsur legalitas. Sertifikasi produk pun menunjukkan mutu
produk tersebut sangat terjamin sehingga konsumen merasa aman dan
yakin terhadap produk yang dibeli. Konsumen akan merasa aman
mengonsumsi beras organik sesuai keterangan yang tertera dalam label
kemasan. Oleh karenanya, beras organik berlabel menjadi sah dan aman
dari segi hukum maupun kesehatan (Andoko,2010)
Hal di atas didukung dengan pendapat Hossain, et.all (2007)
menyatakan telah tiba waktunya menuju pertanian padi organik dari
pertimbangan pembangunan pedesaan dan faktor sosial-ekonomi dan
lingkungan. Pertanian organik berkembang pesat dan sekarang
dipraktekkan di lebih dari 120 negara di dunia. Ada dua aliran pertanian
organik di Asia, satu sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan dan
lainnya yang berorientasi ekspor produk organik. Sekarang penting untuk
memverifikasi kesempatan untuk mengekspor beras organik yang
dihasilkan dari biaya rendah (tenaga kerja dan input pertanian).
2. Produk Unggulan
Produk unggulan dihasilkan melalui suatu proses yang
memperhatikan biaya produksi, kuantitas produksi, waktu, proses, jaminan
mutu (quality assurance), waktu pemasaran dan transportasi serta faktor-
faktor lainnya sehingga produk unggulan tersebut mampu berkompetisi di
pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Produk unggulan
(competitive product) merupakan hasil proses dari suatu kegiatan berupa
barang, atau jasa yang dihasilkan oleh proses produksi yang mempunyai
daya saing tinggi. Produk unggulan dapat diukur dari indikator strategik,
yaitu:
a. Indikator ekspor, yang dapat diukur dari besar bobot dan
perkembangan nilai volume ekspor yang berkelanjutan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Indikator kandungan lokal dalam produk, yang dihitung menurut nilai
impor bahan baku sejenis dari jumlah volume bahan baku terhadap
total bahan baku untuk menghasilkan produk tersebut,
c. Indikator penyerapan tenaga kerja, diukur dengan menghitung porsi
pengeluaran tenaga kerja dibandingkan nilai proses untuk
menghasilkan produk,
d. Indikator pertumbuhan nilai tambah, yang dihitung berdasarkan
pertumbuhan rata-rata tahunan,
e. Indikator keterkaitan antar sektor, dihitung atas dasar keterkaitan pada
proses dan produk unggulan yang berlangsung dari tahun-ketahun
sebelumnya dan kedepannya,
f. Indikator konservasi lingkungan, proses untuk menghasilkan produk
unggulan yang berwawasan lingkungan yang akan dapat mengurangi
kerugian atau kerusakan pada lingkungan
g. Indikator jangkauan pemasaran, menunjukkan daerah pemasaran
produk unggulan (Hamzah, 2011).
Strategi pengembangan sentra produk unggulan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Potensi yang ada dan dapat dikembangkan dan dalam proses
pemanfaatan,
b. Menganalisis keterkaitan dan manfaat peluang pasar,
c. Prioritas dititikberatkan pada pengembangan produk unggulan yang
sudah menghasilkan komoditi unggulan sekaligus barang ekspor yang
menghasilkan devisa. Pemanfaatan fasilitas terbangun yang memberi
kemudahan pelayanan (Rahmad, 2007).
3. OVOP (One Village One Product)
a. Konsep Umum OVOP (One Village One Product) OVOP (One Village One Product) bukan suatu inovasi
teknologi baru bagi komunitas agribisnis. Konsep ini sudah dikenal
sejak Tahun 2001. Pertama kali OVOP diperkenalkan oleh komunitas
kota kecil Oita, Jepang yang diterjemahkan sebagai ”paling sedikit satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
daerah menghasilkan satu produk unggulan”. Di Thailand OVOP lebih
dikenal sebagai OTOP, yaitu One Tambon One Product yang di
”adopt” oleh pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di negara ini.
Melalui konsep OVOP ini beberapa negara di Asia Tenggara
menemukan keunggulan bersaing berdasarkan potensi sumberdaya dari
masing-masing produk negara tersebut. Oleh karena prakarsa OVOP
berawal dari Oita, Jepang, maka negara ini melalui Japan External
Trade Organization(JETRO) dan Ministry of Economy, Trade and
Industry (METI) membantu pelaksanaan promosi dan perkembangan
OVOP untuk mendorong perekonomian negara-negara berkembang
khususnya Least Development Countries (LDCs) sehingga pasar dan
tampilan produk yang menarik dari negara-negara kurang berkembang
tersebut termasuk negaranya sendiri dapat dipromosikan kepada
masyarakat luas. Efektivitas dan keberhasilan OVOP tersebut tidak
lepas dari 6 kunci sukses pelaksanaannya, yaitu: kesadaran dan
pemahaman SDM tentang OVOP, menggali potensi yang tersembunyi
dari masing-masing desa/wilayah. Selain memperhatikan produk-
produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, melanjutkan
percobaan-percobaan dan usaha-usaha yang terus-menerus,
membangun pasar dan saluran distribusi serta pembinaan bakat dan
kreativitas SDM, juga merupakan beberapa kunci sukses penerapan
Konsep OVOP (Dahliani, 2009).
Hal yang penting dalam OVOP di Jepang adalah inisiatif dan
inovasi dalam keunggulan lokal. Gerakan OVOP diluncurkan pada
Tahun 1979 saat itu Gubernur Oita, Dr Morihiko Hiramatsu. Beliau
mendorong warga di desa-desa dan kota-kota untuk memilih produk
khas desa mereka atau kota kemudian menumbuhkannya menjadi
nasional, atau bahkan global. Hal yang paling penting dari model
OVOP Jepang adalah inisiatif dan inovasi praktis oleh penduduk
setempat. Kegiatan sehari-hari, alam dan hiburan lokal dapat diubah
menjadi produk berharga atau jasa yang akan dipasarkan. Terkadang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ide-ide datang dari luar tetapi dijabarkan ke dalam peristiwa lokal atau
kegiatan yang menggunakan sepenuhnya atau sebagian sumber daya
lokal, baik material dan manusia. Kantor-kantor publik, terutama
pemerintah lokal, nasional berfungsi sebagai fasilitator kegiatan OVOP
membantu inovasi teknis, produksi, dan pemasaran
(Kurokawa et.all, 2010).
b. Koperasi
Koperasi merupakan suatu lembaga usaha yang mengakomodir
kepentingan dan kebutuhan anggota. Karakteristik anggota koperasi
yang khas yaitu sebagai pemilik sekaligus pelanggan/pengguna
koperasi. Karenanya koperasi merupakan lembaga usaha yang berakar
pada kepentingan dan kebutuhan anggota. Koperasi berbasis
komoditas unggulan sebagai lembaga usaha harus mengahadapi
persaingan dengan lembaga usaha lainnya. Oleh karena itu koperasi
harus dapat menciptkan efek koperasi (cooperative effect) yang lebih
baik dari usaha yang dilakukan secara perorangan. Selain itu koperasi
harus pula mampu menciptakan efek pasar (market effect) yang lebih
baik jika dibandingkan dengan perusahaan non koperasi
(Ambya, 2006).
Kelembagaan koperasi bermanfaat untuk memperkuat
posisi/keberadaan kelompok sehingga mendapatkan kepastian hukum.
Di bidang usaha, kelembagaan koperasi ini berfungsi untuk memediasi
akses pembiayaan, untuk memediasi akses produksi, untuk memediasi
akses pemasaran, untuk memenuhi persyaratan pengucuran Konsep
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Hamzah, 2011).
Tugas penyediaan KUD (Koperasi Unit Desa). Terdapat lima
fasilitas yang harus tersedia agar anggota dapat berproduksi dengan
baik dan dapat mempercepat pembangunan pertanian kelima fasilitas
tersebut adalah pemasaran hasil produksi, perubahan-perubahan
teknologi, tersedianya saprodi dan peralatannya, insentif produksi pada
petani dan alat-alat transport (Swasono, 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi
Konsep OVOP sedang digalakkan di Indonesia dengan
mengadopsi konsep OVOP dari Jepang. Di Indonesia penerapan
konsep OVOP melalui koperasi diprakarsai oleh Kementrian Koperasi
dan UKM sehingga menjadi konsep OVOP berbasis koperasi.
Kementrian Koperasi dan UKM (2010) menyatakan bahwa sesuai
dengan semangat Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang percepatan sektor
riil, maka pengembangan OVOP melibatkan seluruh komponen
pemerintahan baik yang di Pusat maupun Daerah serta masyarakat
setempat. Keberhasilan gerakan OVOP di suatu daerah sangat
ditentukan oleh keterlibatan dan partisipasi seluruh lintas pelaku
terutama pemerintah daerah serta seluruh komponen masyarakat yang
menekuni produk/ komoditasnya masing-masing.
Seiring dengan Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah
(2011) dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi kerakyatan
berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan industri padat karya,
diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan komitmen dari pemangku
kepentingan guna pengembangan komoditas unggulan daerah
pedesaan melalui pendekatan sistem One Village One Product.
Pendekatan sistem OVOP berbasis Koperasi sesuai dengan Instruksi
Gubernur Jawa Tengah Nomor 518/23546 Tanggal 30 Desember 2011
dapat digambarkan pada skema di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 1. Panduan Pengembangan OVOP berbasis Koperasi di Provinsi
Jawa Tengah, 2011(Sumber: Ingub Provinsi Jawa Tengah 2011)
Konsep OVOP berbasis koperasi diprakarsai oleh
Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Tujuan
pengembangan konsep OVOP (One Village One Product) antara lain:
1) Mengembangan komoditas unggulan daerah yang memiliki potensi
pemasaran lokal maupun internasional.
2) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah
produk, agar mampu bersaing dengan produk dari luar negeri
(impor).
3) Khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Kementerian
Koperasi dan UKM dalam mengembangkan OVOP harus melalui
Koperasi.
4) Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2010).
Prinsip Gerakan OVOP (One Village One Product) antara lain:
1) Lokal Tapi Global: Pengembangan Gerakan OVOP bertujuan untuk
meningkatkan, mengembangkan dan memasarkan produk yang bisa
menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang
bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar negeri sehingga tercapai
tujuan “Lokal Tapi Global”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Kemandirian dan Kreativitas: Sebagai penghela gerakan OVOP
adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus
mampu bangkit dan kreatif.
3) Pengembangan Sumberdaya Manusia: Pemerintah Daerah harus
menyadari dan mampu mendorong sumberdaya manusia yang kreatif
dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor pertanian,
industri, pariwisata, jasa, serta pemasaran produknya. Sehingga
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2010).
4. Arti penting Strategi
Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen puncak dan sumberdaya perusahann dalam jumlah yang besar.
Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang
perusahaan, biasanya untuk lima tahun kedepan dan karenanya
berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi
multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik
faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan (David, 2009).
Marrus dalam Umar (2001) mendifinisikan strategi sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan Grant (1999)
menyatakan bahwa strategi sebagai target. Konsep strategi akan
digabungkan dengan visi dan misi untuk menentukan di mana perusahaan
akan berada dalam masa yang akan datang. Penetapan tujuan tidak hanya
dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tapi juga
untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategi
juga dapat berperan sebagai target perusahaan.
Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptatif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Suatu perusahaan dapat
mengembangan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi
itu disebut perencanaan strategi. Tujuan perencanaan strategi adalah agar
perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan
eksternal sehhingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan
lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas, fungsi
manajeman, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi perencanaan strategis
penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal
dari sumber daya yang ada. Definisi strategi pertama yang dikemukan oleh
Chandler (1962:13) menyebutkan bahwa “strategi adalah tujuan jangka
panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua
sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman
yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang
berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-
konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya.
b. Competitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh
perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
(Rangkuti, 2006).
Taghibigloo (2011) mendifinisikan perencanaan strategis sebagai
proses dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan
eksternal dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu
untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Hunger & Whellenn (1996) menyatakan bahwa manajemen strategis
adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang menentukan
kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Tercakup di dalamnya
mengenali dan menganalisa lingkungan, memformulasi strategi,
mengimplementasikan strategi dan melakukan evaluasi berikut
pengendalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5. Perumusan Strategi
Perumusan strategi mencakup kegiatan pengembangan visi dan
misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi,
kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka
panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi
tertentu untuk mencapai tujuan (David, 2009).
Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh
terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan
cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang
dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah.
Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan
perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan
maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2006).
d. Faktor Lingkungan Internal
Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas
terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat
baik atau buruk. Mereka mucul dalam manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,
dan aktivitas sistem informasi manajemen suatu bisnis.
Mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
organisasional dalam wilayah-wilayah fungsional suatu bisnis
merupakan sebuah aktifitas manajemen strategis yang esensial.
Organisiasi berjuang untuk menjalankan strategi yang mampu
mengandalkan kekuatan internal sekaligus meniadakan kelemahan
internal (David, 2009).
Kekuatan dan kelemahan perusahaan atau sering disebut
kompetensi perusahaan bisa dilihat dari fungsi-fungsi bisnis yang ada
di dalam perusahaan: fungsi operasi dan produksi. Fungsi keuangan,
fungsi pemasaran, penelitian dan pengembangan, sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
manusia, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan
(Dirgantoro, 2001).
e. Faktor Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal pada umumnya dilihat dari sisi
politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Sedangkan aspek-asek internal
perusahaan konvensional pada umumnya dibagi atas lima aspek yaitu
aspek keuangan, SDM(sumber daya manusia), organisasi, pemasaran,
produksi/operasi dan sistem informasi (Umar, 2001).
Peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada berbagai tren
dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup,
politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan kompetitif yang dapat
secara signifikan menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di
masa yang akan datang. Sebagian besar peluang dan ancaman berada
di luar kendali suatu organisasi (David, 2009).
f. Matrik IFE dan EFE
Matrik Evaluasi Faktor Internal (IFE) merupakan alat
perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi
landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di
antara area tersebut. Sedangkan Matrik Evaluasi Faktor Eksternal
(Matrik EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas
dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hokum, teknologi, dan kompetitif
(David, 2009).
Umar (2001) menyatakan bahwa matrik IFE (Internal Factor
Evaluation) digunakan untuk mengetahui faktor internal perusahaan
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.
Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari
beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen,
keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi.
Sedangkan matrik EFE (External Factor Evaluation) digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal
dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di mana
perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini
penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun
tidak langsung terhadap perusaahaan.
Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara
penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi
kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi
dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk
matrik IFE dan matrik EFE dilakukan dengan menggunakan metode
Paired Comparison Scales (Kinnear dan Taylor dalam
Dudiagunoviani, 2009). Metode tersebut digunakan untuk
memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal.
g. Matrik Internal- Eksternal (IE)
Matrik IE merupakan alat untuk menentukan posisi suatu
perusahaan didasarkan pada analisis internal eksternal perusahaan.
Matrik ini dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai
dampak strategis yang berbeda (David, 2009).
Matrik Internal Eksternal (IE) ini dikembangkan dari model
General Electric (GE-Model). Parameter yang digunakan meliputi
parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang
dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh
strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2006).
h. Matrik SWOT(Strenght Weakness Opportunities Threats)
Matrik SWOT(Strenght Weakness Opportunities Threats)
adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
(Rangkuti, 2006).
Matrik SWOT merupakan matching tool yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi.
Keempat strategi yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-
Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST
(Srtenght-Threat), dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada Matrik
ini, menentukan key succes factors untuk lingkungan internal dan
eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan
judgement yang baik (Umar, 2001).
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi WO bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil
keuntungan dari peluang eksternal. Strategi ST menggunakan
kekeuatan sebuah perusahaan atau mengurangi dampak ancaman
eksternal. Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman
eksternal (David, 2009). Sedangkan dalam Rangkuti (2011)
menyatakan bahwa tidak semua rencana strategi yang disusun dari
TOWS Matrik ini digunakan seluruhnya. Strategi yang dipilih adalah
strategi yang dapat memecahkan isu strategi perusahaan.
Zardeini (2012) menyatakan pada awal abad kedua puluh satu,
SWOT model disarankan dalam kerangka kerja untuk analisis kasus di
banyak manajemen strategis terkemuka dan pemasaran. Senada
dengan Liu (2007) dan Taboli (2011) menyatakan faktor penting
dalam mendefinisikan masa depan perusahaan adalah lingkungan
eksternal dan internal. Faktor tersebut disebut sebagai faktor strategis
dan diringkas dalam analisis SWOT. Matrik SWOT dibangun
berdasarkan analisis SWOT. Hasilnya digunakan dalam pencocokan
antara sumber daya perusahaan dan kemampuan dengan peluang
pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
i. QSPM
Umar (2001) menyatakan QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) adalah alat yang dirokemendasikan para ahli strategi
untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif,
berdasarkan key success factor internal-eksternal yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual tujuan QSPM adalah
untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari
strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Hal ini didukung oleh Nurhayati (2008) yang menyatakan bahwa
QSPM merupakan hasil keputusan strategis setelah menilai skor
kemenarikan (Attractiveness Score/AS) setiap faktor strategis baik
faktor internal maupun ektsernal.
QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan
faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang
diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari
berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor
keberhasilan kristis eksternal dan internal kunci
dimanfaatkan/ditingkatkan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-
masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal. Sifat positif
dari QSPM adalah rangkaian strategi ini dapat diperiksa secara
berurutan atau bersamaan dan alat ini mengharuskan perencanaan
strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang
terkait ke dalam proses keputusan. Mengembangkan QSPM membuat
kemungkinannnya kecil faktor-faktor kunci terabaikan atau diberi
bobot tidak sesuai. Suatu QSPM menarik perhatian akan pentingnya
hubungan-hubungan yang mempengaruhi keputusan-keputusan
strategis. Walaupun mengembangkan QSPM memerlukan sejumlah
keputusan subyektif, membuat beberapa keputusan kecil sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
proses akan meningkatkan kemungkinan strategi akhir adalah yang
terbaik untuk organisasi (David, 2009).
6. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang strategi pengembangan komoditas pertanian
dan produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain penelitian
Fatmawati (2009) yang berjudul Strategi Pengembangan Industi Kecil
Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, Handayani (2007) yang
berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai (Glicyne max
L.Merril) di Kabupaten Sukoharjo, dan Harisudin (2005) yang berjudul
Strategi Pengembangan dan Penempatan Produk Suplemem Makanan dari
Bahan Nabati.
Fatmawati (2009) penetuan alternatif strategi menggunakan
matrik SWOT yang menghasilkan alternatif strategi dengan perbaikan
sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman
modal swasta dengan dukungan dari pemerintah, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan
sarana dan prasarana produksi, meningkatkan kualitas sumberdaya
penegusaha secara teknis, moral, spiritual melalui kegiatan pembinaan
untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe. Prioritas strategi
yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di
Kabupaten Klaten berdasarkan analisis matrik QSP adalah perbaikan
sarana dan prasarana produksi dan sumberdaya manusia serat penanaman
modal swasta dengan dukungan pemerintah.
Penelitian di atas seiring dengan Handayani (2007) yang
memperoleh alternatif strategi dengan matrik SWOT. Strategi S-O yang
diperoleh dengan mengoptimalkan pemanfaatan SDA, saprotan dan
infrastruktur yang didukung oleh pengalaman berusahatani dan S-I untuk
meningkatkan produksi dan kualitas kedelai sesuai permintaan pasar,
untuk strategi W-O yaitu memanfaatkan bantuan dana dari pemerintah
untuk modal usaha, untuk strategi S-T yaitu memperbaiki perumusan dan
implementasi kebijakan terkait bidang pertanian melalui perbaikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
manajemen pembangunan pertanian, untuk strategi W-T yaitu memperkuat
kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai.
Kemudian prioritas strategi diperoleh berdasarkan Matrik QSP dalam
upaya pengembangan agribisnis kedelai di Kabupaten Sukoharjo dalam
memberdayakan kelembagaan dan organisasi ekonomi di pedesaan dengan
peningkatan kualitas SDM, sarana prasarana dan permodalan untuk
meningkatkan kualitas produksi kedelai.
Sedangkan Harisudin (2005) menggunakan metode analisis data
berupa analisis faktor internal dan eksternal menggunakan matrik IFE dan
EFE, pada tahapan penentuan alternatif strategi (tahap matching stage)
menggunkan matrik IE dan matrik SWOT serta prioritas strategi dengan
matrik QSP. Hasil penelitian pada matrik IFE menunjukkan bahwa
kekuatan terbesar pada perusahaan yang memproduksi suplemen makanan
dari bahan nabati adalah pengawasan mutu pada setiap prosesnya. Hasil
dari matrik EFE menunjukkan bahwa ancaman terbesar perusahaan datang
dari faktor ketergantungan proses produksi pada perusahaan lain. Hasil
analisis matrik IE(Internal/Ekternal) menunjukkan bahwa posisi bersaing
berada pada kuadran V yang berarti posisi bersaingnya berada pada fase
harus mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain). Penyusunan
alternatif strategi menggunakan alat bantu matrik SWOT meliputi strategi
SO, ST, WT dan WO. Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan
QSPM menghasilkan urutan peringkat strategi yaitu ekspansi pasar melalui
promosi yang efektif kepada konsumen target(bobot 7,2); memanfaatkan
kemajuan teknologi untuk melakukan perbaikan pada proses produksi
maupun lini produknya(bobot 6,72); meningkatkan daya saing produk
pada tataran ilmiah maupun bisnis pada konsumen (bobot 6,49);
mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pada konsumen(bobot 6,47)
dan meningkatkan akses ke saluran distribusi sampai pada tingkat retail
(bobot 5,88).
Penelitian tentang pengembangan beras organik belum banyak
dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani
Cibeureum Jempol (Studi Kasus: Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan
Bogor Selatan, Kota Bogor),Widyarini (2009) berjudul Strategi
Pengembangan Agribisnis Padi Organik Sebagai Komoditas Unggulan Di
Kabupaten Banyumas, dan Suwantoro (2008) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Pengembangan Pertanian Organik Di Kabupaten
Magelang (Studi Kasus Di Kecamatan Sawangan).
Widyarini (2009) menganalisis kondisi agribisnis padi organik
dan pemasaran beras organik di Kabupaten Banyumas diperoleh prioritas
utama yaitu dengan melakukan sertifikasi beras organik agar produknya
mampu bersaing dengan produk daerah lain dan tidak kalah dengan produk
luar negeri. Usahatani padi organik juga layak untuk dikembangkan karena
memberikan keuntungan bagi petani. Disarankan agribisnis padi organik di
Kabupaten Banyumas terus dikembangkan dengan memanfaatkan potensi
yang ada. Pemerintah juga harus memfasilitasi petani agar dapat
memperoleh sertifikasi dan lembaga berwenang, sehingga produk beras
organik Kabupaten Banyumas diakui oleh masyarakat luas. Suwantoro
(2008) melakukan pendekatan perencanaan kebijakan pengembangan
pertanian organik dengan melibatkan seluruh para pihak. Pelibatan para
pihak yang berkaitan dengan pengembangan pertanian organik akan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan pengembangan pertanian
organik. Pelaku pertanian organik yang selama ini secara mandiri
mengembangkan pertanian organik dapat menjadi mitra yang tangguh bagi
pemerintahmenganalisis tentang kondisi pertanian organik khususnya padi
organik. Disisi lain Dudiagunoviani (2009) menganalisis faktor-faktor
yang dapat menghambat pertanian organik dengan menggunakan analisis
matrik IE yang menunjukkan posisi kelompok tani padi organik, kemudian
menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan dengan strategi
tumbuh bina yang umumnya dilakukan melalui stategi intesif yaitu melalui
penetrasi pasar, pengambangan pasar dan pengembangan produk.
Penentuan strategi prieoritas menggunakan QSPM sehingga diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
prioritas strategi (strategi 1) yaitu dengan memperluas jaringan pasar (TAS
bobot 7,377).
Ketiga penelitian mengenai strategi pengembanganyang telah
dilakukan oleh Fatmawati (2007), Handayani (2009) dan Harisudin (2005)
merupakan salah satu upaya untuk mendorong peningkatan atau
pengembangan komoditi pertanian atau produk agribisnis. Pada penelitian
Fatmawati (2007) dan Handayani (2009) pada penentuan alternatif strategi
hanya dengan matrik SWOT saja sehingga tidak dapat mengetahui posisi
bersaing pada obyek penelitiannya,. Sedangkan Harisudin (2005)
menggunakan analisis matrik IFE dan EFE kemudian dilanjutkan dengan
penentuan Matrik IE yang dapat memberikan gambaran lebih dalam,
tentang posisi bersaing obyek peneltiannya. Melalui matrik IE juga akan
memberikan sumbangan dalam penentuan alternatif strategi yang akan
dibentuk. Kemudian dipadukan dengan Matrik SWOT sehingga diperoleh
alternatif strategi yang lebih baik karena mempertimbangakan hasil 2
matrik pada tahapan matching stage. Pada tahapan prioritas dengan matrik
QSP, matrik ini dipilih karena dapat menghasilkan gambaran strategi
terpilih yang terbaik sehingga matrik ini banyak digunakan dalam
penelitian terdahulu.
Penelitian tentang padi organik yang telah dilakukan oleh
Widyarini (2009), Suwantoro (2007) dan Dudiagunoviani (2008) hanya
fokus pada aspek komoditas sajabelum meneliti topik lain seperti tindakan
pemerintah dalam gerakan produk organik dan pertanian organik seperti
halnya konsep OVOP berbasis koperasi dan belum menggunakan alat
analisis seperti yang dilakukan pada ketiga penelitian strategi
pengembangan yang telah dibahas di paragraf atas. Hanya pada penelitian
padi organik yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2008) telah mengkaji
padi organik dengan menggunakan matrik IFE dan matrik EFE untuk
identifikasi dan analisis Matrik IE untuk alternatif dan Matrik QSP dalam
penentuan prioritas strategi yang terbaik.Oleh karena hal tersebut,
penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
dapat memperkaya khasanah penelitian dan mampu mempertajam
penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya.
B. Kerangka Berpikir
Komoditas tanaman pangan yang mempunyai luas panen dan
produktivitas tertinggi adalah pada sawah (Badan Pusat Statistik, 2011).
Potensi produk tanaman pangan yang sedang dikembangkan adalah produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi. Beras
organik merupakan produk unggulan daerah karena produk tersebut
mempunyai kualitas kesehatan yang lebih baik dan mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi dibanding dengan produk beras konvensional. Telah
dijelaskan dalam rumusan masalah bahwa luas areal padi sawah di Kabupaten
Karanganyar tercatat sebesar 48.783 ha, sedangkan luas lahan pengembangan
OVOP produk unggulan beras organik mempunyai luas lahan sawah hanya
sebesar 316 ha (Data Sementara Disperindagkop dan UMKM). Berdasarkan
angka tersebut dapat menggambarkan bahwa kondisi dari keberlanjutan
produksi dari padi organik melalui konsep OVOP masih sangat kecil dilihat
dari sisi luas areal pengembangan.
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis lingkungan internal dan
lingkungan eksternal dalam pengembangan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP berbasis koperasi. Konsep OVOP ini merupakan
konsep dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah yang diteruskan oleh
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar. Analisis yang
digunakan adalah analisis faktor-faktor internal dan eksternal kemudian
dianalisis menggunakan matrik IFE dan EFE. Lingkungan internal adalah
daerah Kabupaten Karanganyar dalam pengembangan produk unggulan beras
organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi meliputi sumber daya
daerah seperti dinas pemerintah terkait konsep OVOP berbasis koperasi
(Disperindagkop dan UMKM), Dispertan dan instansi kepemerintahan terkait,
Koperasi OVOP berbasis koperasi, Petani padi organik. Lingkungan eksternal
adalah faktor-faktor dari luar yang tidak bisa dikendalikan Kabupaten
Karanganyar dalam usaha pengembangan produk unggulan beras organik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
melalui konsep OVOP berbasis koperasi yang dapat mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan yaitu lingkungan luar Kabupaten Karangnyar;
Disperindagkop dan UMKM dan koperasi Induk yaitu sumber daya manusia
(petani padi organik peserta konsep OVOP); Dispertan; dan koperasi
produsen (KSU, KKT dan KUD). Setelah dilakukan pemberian skor pada
matrik IFE dan EFE, maka dapat diteruskan dengan matrik IE(Internal-
ekxternal) untuk mengetahui posisi bersaing organisasi yang dapat menjadi
pertimbangan dalam penetuan alternatif strategi pengembanganproduk
unggulan beras organik dengan konsep OVOP berbasis koperasi.
Alternatif strategi dapat diperoleh dengan perpaduan antara hasil
Matrik IE (internal external) dan Matrik SWOT. Pada matrik IE
menggambarkan posisi bersaing pada 9 sel yang menyatakan alternatif
strategi sedangkan Matrik SWOT ini akan menghasilkan beberapa alternatif
strategi dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Kemudian hasil dari kedua matrik pada tahap matching stage tersebut dapat
dipadukan sehingga diperoleh alternatif strategi yang terpilih. Berdasarkan
alternatif strategi tersebut, diperlukan penilaian atau evaluasi untuk
memutuskan proritas strategi terbaik yang dapat diaksanakan. Pada tahap
pemilihan strategi/keputusan (decision stage) ini alat analisis kuantitatif yang
digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM
memungkinkan perencana strategi mengevaluasi alternatif strategi secara
obyektif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2. Kerangka Berpikir Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
C. Pembatasan Masalah
1. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, pemasaran,
sumber daya manusia, produksi/operasional, penelitian dan
pengembangan, serta organisasi yang ada di Kabupaten Karanganyar.
2. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi kondisi konsumen, sosial dan
budaya, pemerintah pusat, lingkungan alam, teknologi dan persaingan
yang ada di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga
setempat yang berlaku saat penelitian.
4. Bidang usaha koperasi yang dikaji dalam penelitian adalah bidang yang
berkaitan dengan produksi beras organik khususnya pada Koperasi induk
dan Koperasi produsen.
5. Pihak-pihak yang menjadi responden adalah Disperindagkop dan UMKM,
Koperasi produsen, Koperasi induk, Dinas pertanian dan petani padi
organik di Kabupaten Karanganyar pada 6 kecamatan: Kecamatan
Matesih, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karangpandan,
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Tawangmangu.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
a. Produk Unggulan (competitive product) merupakan hasil proses dari
suatu kegiatan berupa barang, atau jasa yang dihasilkan oleh proses
produksi yang mempunyai daya saing tinggi (Hamzah, 2011).
Produk unggulan pada penelitian ini adalah beras organik di
Kabupaten Karanganyar.
b. Strategi adalah cara mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi
dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal
meliputi eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2009) yang
dapat mempengaruhi usaha pengembangan produk unggulan beras
organik melalui konsep OVOP (One Village One Product) berbasis
koperasi di Kabupaten Karanganyar.
c. Alternatif strategi pengembangan produk unggulan beras organik
merupakan tindakan/cara untuk mencapai tujuan pengembangan
produk unggulan melalui konsep OVOP berbasis koperasi di
Kabupaten Karanganyar.
d. Lingkungan internal adalah faktor-faktor dari dalam pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP meliputi
aspek keuangan, aspek produksi/operasi, aspek sumber daya
manusia, aspek pemasaran, aspek produksi/operasional, aspek
penelitian dan pengembangan, serta aspek organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor dari luar usaha
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep
OVOP yang dapat mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yaitu
meliputi aspek perekonomian, aspek sosial budaya, aspek teknologi
dan aspek persaingan, aspek sosial budaya, aspek lingkungan, dan
aspek persaingan.
f. Analisis faktor internal dan faktor eksternal menggunakan IFE
(Eksternal Factor Evaluation) dan EFE (Internal Factor Evaluation)
pada penelitian strategi pengembangan produk unggulan beras
organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
g. Analisis untuk mengetahui posisi suatu organisasi menggunakan
matrik IE yang berguna dalam pemilihan alternatif strategi.
h. Alat analisis strategi menggunakan matrik SWOT. Matrik SWOT
(Strenght Weakness Oppurtinities Threats) adalah matrik yang
digunakan untuk menyusun strategi pengembangan produk unggulan
beras organik melalui strategi Strenght Opportunity (SO), Weakness
Oppurtinities (WO), Strenght Threats (ST) dan Weakness Threats
(WT).
i. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari Kabupaten
Karanganyar dalam OVOP beras organik dan merupakan
keunggulan konsep OVOP berbasis koperasi.
j. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari Kabupaten
Karanganyar dalam OVOP beras organik dan merupakan
keterbatasan.
k. Peluang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar Kabupaten
Karanganyar dalam OVOP beras organik dan bersifat
menguntungkan.
l. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar Kabupaten
Karanganyar dalam OVOP beras organik dan bersifat mengganggu.
m. QSPM adalah matrik yang digunakan untuk menentukan prioritas
strategi pengembangan produk unggulan beras organik dengan
konsep OVOP di Kabupaten Karanganyar. Alternatif strategi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memiliki nilai total terbesar pada matrik QSP merupakan strategi
yang paling baik (David, 2009).
n. Informan ahli/pakar yang menjadi responden merupakan subjek yang
telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang telah
menjadi infomasi, menghayati sungguh-sungguh lingkungan atau
kegiatan yang bersangkutan serta masih terlibat secara
penuh/ahli/pakar pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti yaitu
Disperindagkop dan UMKM, koperasi produsen, koperasi
induk/pemasar KSU AGRIKA, petani padi organik dan Dinas
Pertanian.
2. Pengukuran Variabel
a. Analisis Eksternal Factor Evaluation (Matrik EFE). Total skor
pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor
pembobotan EFE di bawah 2,5 maka kondisi eksternal organisasi
lemah, jika total skor di atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal
organisasi yang kuat (David, 2009).
b. Analisis Internal Factor Evaluation (Matrik IFE). Total skor
pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2,5. Jika total skor
pembobotan di bawah 2,5 maka kondisi internal organisasi lemah.
Sedangkan jika total skor di atas 2,5 maka posisi internal organisasi
kuat (David, 2009).
c. Sumber horisontal pada matrik IE menunjukkan skor total IFE.
Sedangkan sumbu vertikal pada matrik IE menunjukkan total skor
EFE.
d. Alternatif strategi menggunakan matrik SWOT yaitu strategi SO,
WO, ST,dan WT.
e. Penentuan prioritas strategi pengembangan menggunakan QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix) pengukuran dilakukan
dengan pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (amat penting) (David, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode
dalam menentukan status kelompok obyek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan mulai
disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis (Nazir, 2003).Teknik pelaksanaan
penelitian ini menggunakan teknik survei. Teknik survei yaitu teknik
pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka
waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan
berbentuk kuesioner (Surakhmad, 2004).
B. Metode Penentuan Responden
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang dirancang
untuk dapat menganalisis faktor internal dan faktor eksternal untuk
menghasilkan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat berguna
untuk mengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu Kabupaten Karanganyar yang
merupakan kabupaten pelaksana konsep OVOP (One Village One Product)
berbasis koperasi dengan produk unggulan beras organik. Pemilihan produk
unggulan beras organik ini berdasarkan pada potensi yang sedang
dikembangkan dengan mengacu bahwa produk tersebut merupakan produk
pertama (Tahun 2010) yang dikembangkan melalui konsep OVOP berbasis
koperasi di Kabupaten Karanganyar. Penentuan responden dalam penelitian
ini sesuai tahapan penelitian yang telah disusun sebelumnya, antara lain:
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Penentuan Responden untuk Tahap I: Identifikasi Faktor Internal
dan Faktor Ekternal
Penentuan sampel dilakukan secara purposive (sengaja) karena
membutuhkan keutuhan informasi yang valid dari responden ahli/pakar.
Menurut Bungin (2005), untuk menggunakan teknik purposive ini
peneliti seharusnya mengetahui karakterisitik populasi sehingga
berdasarkan pengetahuan yang jeli terhadap populasi maka unit populasi
yang dianggap ”kunci”, diambil sebagai sampel penelitian. Penentuan
responden tahap identifikasi tersebut, berdasarkan pada pertimbangan
responden kunci yang merupakan ahli/pakar dengn kriteria dalam
penguasaan terhadap obyek penelitian. Kriteria pakar tersebut berarti
responden tersebut masih aktif dan ahli/pakar, berpengalaman dan
dianggap benar-benar mengetahui obyek penelitian seperti halnya pakar
mengenai OVOP berbasis koperasi, pakar dalam budidaya padi organik,
pakar dalam pengelolaan koperasi induk dan koperasi produsen dalam
OVOP berbasis koperasi sehingga mampu memberikan informasi yang
lengkap dan dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya yang terjadi di
lapang.
Unit penelitian terdiri dari Disperindagkop dan UMKM, Koperasi
Induk (KSU AGRIKA), Koperasi Produsen, Dispertan. Rincian dari
responden pakar tersebut antara lain:
1) Disperindagkop dan UMKM terdiri dari 2 responden yaitu Ketua
bidang Koperasi dan UMKM; Staff Kelembagaan bidang Koperasi
dan UMKMdi Kabupaten Karanganyar.
2) Koperasi induk/pemasar KSU AGRIKA terdiri dari 2 responden
yaitu Ketua KSU AGRIKA, dan Pengurus KSU AGRIKA (Staff
Penjualan).
3) Koperasi produsen (Kecamatan Mojogedang) terdiri dari 2
responden terdiri dari Ketua KKT Tani Makaryo, dan Pengurus KKT
Tani Makaryo (Bidang Pemasaran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar terdiri dari 2 responden
yaitu Kepala Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan dan
Kepala Sie Produksi Padi Palawija dan Hortikultura.
5) Petani padi organik pada 6 Kecamatan diambil 10 responden terdiri
dari 3 responden dari Kecamatan Mojogedang, 3 Responden dari
Kecamatan Matesih dan masing-masing 1 responden untuk
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Jaten, Kecamatan
Karangpandan dan Kecamatan Tawangmangu. Responden tersebut
untuk mengidentifikasi faktor strategis dalam pengembangan produk
beras organik dan gambaran usahatani padi organik. Responden
petani padi organik dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria petani
ahli/pakaryang mempunyai pengalamandalam jangka waktu yang
cukup lama, minimal 2 tahun dalam budidaya padi organik di lokasi
penelitian sehingga responden tidak dapat ditentukan secara
random(acak).
2) Penentuan Responden untuk Tahap II: Skor Strategi Matrik IE dan
pencocokan Matrik SWOT
Responden pada penetapan alternatif strategi merupakan para
responden yang ahli/pakar yang meliputi stakeholder yang dipilih secara
purposive (sengaja). Menurut Jogiyanto (2007), pengambilan sampel
secara purposive dilakukan dengan mengambil responden berdasarkan
suatu kriteria tertentu. Kriteria yang termasuk dalam pertimbangan
penentuan responden matrik IE dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang dianggap mengetahui keadaan serta intensif menyatu serta masih
terlibat secara aktif/penuh dan merupakan ahli/pakar dalam kegiatan
yang menjadi perhatian peneliti. Responden yang dipilih dalam
penentapan alternatif strategi berdasarkan matrik IFE dan EFE ini
berjumlah 5 (lima) responden ahli atau responden yang menjadi pihak
kunci dalam penelitian. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa
responden ahli/pakar tersebut sudah dapat memberikan keseluruhan
informasi dengan jelas. Responden ahli/pakar yang terpilih dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penetapan alternatif strategi adalah 2 pihak Disperindagkop dan UMKM,
ketua KSU AGRIKA, Ketua Koperasi Produsen (KKT Tani Makaryo)
dan petugas Dinas Pertanian (Ketua Bidang Tanaman Pangan
Perkebunan & Kehutanan). Sedangkan untuk matrik SWOT dicocokkan
sendiri oleh peneliti berdasarkan faktor strategis yang telah ditemukan
pada tahap pertama.
3) Penentuan Responden untuk Tahap III: Bobot dan Nilai Daya Tarik
dalam Matrik QSP
Pengambilan responden dilakukan secara purposive (sengaja) yang
yang didasarkan atas pertimbangan orang-orang yang telah cukup lama
(pakar) dan masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi
perhatian peneliti. Respoden tersebut dapat membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian yang
sedang dilakukan. Dalam tahap ke III untuk penentuan bobot dan nilai
dalam QSPM diambil 5 (lima) responden yang dipilih adalah 2 pihak dari
Disperindagkop dan UMKM, ketua KSU AGRIKA, Ketua Koperasi
Produsen (KKT Tani Makaryo) dan petugas Dinas Pertanian (Ketua
Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan) Kabupaten
Karanganyar. Responden ahli/pakar dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan pertimbangan bahwa lima responden ahli/pakar tersebut
sudah dapat memberikan keseluruhan informasi.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang dirancang untuk
dapat menganalisis faktor internal dan faktor eksternal serta menghasilkan
alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat berguna untuk
mengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One
Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Tahapan
penelitian tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 2. Tahapan Penelitian Strategi Pengembangan Produk Unggulan
Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi Di Kabupaten Karangayar
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang secara langsung diperoleh dari
obyek penelitian dan pengamatan langsung di lapang. Data primer berupa
data yang diperoleh secara langsung dari petani dan pihak-pihak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
berkaitan dengan penelitian (stake holder) melalui wawancara langsung
menggunakan daftar pertanyaan dan kuisioner yang telah dipersiapkan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sepertiperan Disperindagkop
dan UMKM melalui OVOP berbasis koperasi, data kondisi pelaksanaan
OVOP berbasis koperasi, peran koperasi pertanian dalam OVOP berbasis
koperasi dan kondisi penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan
produk beras organik dan penganan pasca panen produk beras organik
sebelum dipasarkan, pemasaran produk unggulan beras organik.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi atau
lembaga yang berkaitan dengan penelitian dengan cara mencatat langsung
data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini antara kondisi umum wilayah penelitian,
data Kabupaten Karanganyar Dalam Angka dari Badan Pusat Statistik
Karanganyar, data perkembangan OVOP berbasis koperasi dari
Disperindagkop dan UMKM, data petani padi organik OVOP berbasis
koperasi, data luas lahan, produksi, dan luas panen tanaman padi sawah
dari Dinas Pertanian (Bidang Tanaman Pangan Perkebunan & Kehutanan),
kondisi umum wilayah kecamatan melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan
data dari berbagai buku pustaka yang ada kaitan dengan penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden
(Singarimbun dan Effendi, 2006). Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung kepada
responden berdasarkan daftar pertanyaan, kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk
mengidentifikasi (faktor internal dan eksternal) mengenai kondisi
pelaksanaan OVOP meliputi peran koperasi pertanian dalam OVOP dan
kondisi penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan produk beras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
organik dan penganan pasca panen produk beras organik sebelum
dipasarkan, pemasaran produk unggulan beras organik di Kabupaten
Karanganyar.
2. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran
yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Menurut Nazir (2003)
pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan
data dengan cara mengamati langsung tanpa ada pertolongan alat standar
lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan langsung ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi di lapang dalam kaitannya pelaksanaan OVOP
berbasis koperasimeliputi proses budidaya padi organik, lokasi budidaya
padi organik, peran koperasi pertanian dalam OVOP dan kondisi
penerapan pertanian organik, kondisi ketersediaan produk beras organik
dan penganan pasca panen produk beras organik sebelum dipasarkan,
sistem pemasaran produk unggulan beras organik,serta pelaksanaan
konsep OVOP berbasis koperasidi Kabupaten Karanganyar.
3. Pencatatan
Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu
dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga
yang terkait dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen yang dicatat
merupakan dokumen atau data pada instansi seperti Badan Pusat Statistik
(BPS) meliputi kondisi umum wilayah penelitian, data OVOP beras
organik yang berupa data lokasi dan peserta OVOP berbasis koperasi dari
Disperindagkop dan UMKM serta data luasan lahan pertanian dari Dinas
Pertanian serta profil Kabupaten Karangayar.
F. Teknik Analisis Data
Metode yang dapat digunakan dalam penelitian untuk menentukan
strategi yang diperlukan dalam pengembanganproduk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP (One Village One Product)berbasis koperasi adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Analisis Faktor Internal dan faktor Eksternal
Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan
dirangkum dalam suatu matrik External Factor Evaluation (EFE) dan
Internal Factor Evaluation (IFE), data-data tersebut merupakan faktor
strategis. Matrik EFE (Tabel 1), digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor eksternal, mengklasifikasinya menjadi peluang dan ancaman bagi
perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan. Matrik IFE (Tabel 2)
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan
mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Tabel 1.Matrik External Factor Evaluation (EFE) Faktor –faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor = Bobot x Peringkat
Peluang 1. 2. 3. .... 10 Ancaman 1. 2. ... 10
Total
Sumber: David, 2009 Tabel 2. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Skor = Bobot x Peringkat Kekuatan 1. 2. 3. .... 10. Kelemahan 1. 2. .... 10.
Total
Sumber: David, 2009 Tahap- tahap pembobotan faktor- faktor sukses kritis eksternal dan
internal dalam matrik EFE dan matrik IFE adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1) Menentukan faktor- faktor eksternal utama sebagaimana
disebutkan dalam proses audit eksternal dan faktor-faktor internal
utama dalam proses audit internal.
2) Memberikan masing- masingfaktor tersebut dengan
bobotberkisar dari dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting).
3) Memberiperingkat 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal dan
internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi saat ini
dalam merespon faktor tersebut. faktor-faktor sukses kritis eksternal
dan internal dalam matrik EFE dan matrik IFE adalah sebagai berikut:
a) Pada kolom peringkat dalam matrik EFE diberi peringkat mulai 1
sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal guna
mengidentifikasikan seberapa efektif strategi perusahaan dalam
memberi respon terhadap faktor- faktor tersebut, dimana :Nilai 1 =
respon di bawah rata-rata, Nilai 2 = respon rata- rata, Nilai 3 =
respon di atas rata- rata, Nilai 4 = respon sangat bagus. Sedangkan
pada kolom 3 matrik IFE, juga diberi nilai 1 sampai dengan 4 untuk
masing- masing faktor dimana:Nilai 1 = sangat lemah, Nilai 2 =
lemah, Nilai 3 = kuat, Nilai 4 = sangat kuat. Pada matrik IFE
kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 sedangkan kelemahan
harus mendapat peringkat 1 atau 2.
b) Pada kolom 4, bobot pada kolom 2 dikalikan dengan peringkatpada
kolom 3, untuk memperoleh bobot skor masing- masing variabel.
c) Jumlah bobot skor pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi organisasi yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana organisasi bereaksi terhadap faktor- faktor
strategis eksternal dan internalnya.
Dalam matriks EFE, total skor pembobotan berkisar antara 1-4
dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE di bawah 2,5
maka kondisi eksternal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di
atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal organisasi yang kuat. Total skor
4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dihadapi dengan baik. Sedangkan total skor 1,0 berarti organisasi tidak
dapat memanfaatkan peluang dan menghadiri ancaman yang ada.
Dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1-4
dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan di bawah 2,5 maka
kondisi internal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di atas 2,5
maka posisi internal organisasi kuat.
2. Alternatif Strategi
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengindentifikasi
faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di
dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep
OVOP(One Villlage One Product) berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar.
a. Matriks Internal- External (IE)
Penyusunan matrik IE ini bertujuan untuk memposisikan
berbagai divisi suatu organisasi (David, 2009). Dalam matriks Internal
Eksternal seperti yang terlihat pada Tabel 4, sumber horisontal pada
matriks IE menunjukkan skor total IFE. Sedangkan sumbu vertikal
pada matriks IE menunjukkan total skor EFE. Pada sumbu horizontal
skor mulai dari 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah,
skor dari 2,00 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang
kuat.Pada sumbu vertikal skor antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman
tergolong rendah. Skor antara 2,00 sampai 2,99 tergolong sedang dan
skor 3,00 sampai 4,00 tergolong tinggi.
Total Skor IFE Kuat Rata- rata Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi 3,0 Rata- rata 2,0 Rendah 1,0 Gambar 4. Internal- Eksternal Matrix
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Total Skor EFE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sel- sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama dengan
implikasi yang berbeda- beda yaitu:
1) Daerah pertama yaitu sel I, II, atau IV, merupakan tahap
tumbuh dan membangun (Growth and Build). Strategi yang
cocok untuk daerah ini adalah strategi intensif seperti, penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau
strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi horisontal).
2) Daerah ke dua yaitu sel III, V, atau VII, akan sangat baik jika
menggunakan strategi menjaga dan mempertahankan (Hold and
Maintain). Strategi yang cocok untuk daerah ini adalah penetrasi
pasar, dan pengembangan produk.
3) Daerah ketiga yaitu sel VI, VIII dan IX, lebih baik menggunakan
strategi panen dan divestasi (Harvest and Divest)(David, 2009).
Organisasi yang sukses dapat mencapai posisi portofolio di dalam
atau sekitar sel I dalam matriks IE.
b. Matriks SWOT
Penyusunan strategi pengembangan produk unggulan beras
organik dilakukan melalui analisis kekuatan dan kelemahan, peluang
dan ancaman (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) pada usaha.
Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan
berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matrik
SWOT digunakan untuk menyusun alternatif strategi dalam
pengembangan produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP
berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3. Matrik SWOT IFE EFE
Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weakness (W) Menentukan 5-10 Faktor-faktror kelemahan internal
Opportunities (O): Menentukan 5-10 Faktor-faktor peluang eksternal
Strategi SO: Menciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO:Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T): Menetukan 5-10 Faktor-faktor ancaman eksternal
Strategi ST: Menciptakan strategi yang menggunakan kekeuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT: Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Secara lebih jelas dapat dibuat delapan langkah penentuan
alternatif strategi dengan matriks SWOT:
1) Menetukan faktor-faktor peluang ekternal utamaproduk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
2) Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal utama produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
3) Menetukan faktor-faktor kekuatan internal utama pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis
koperasi
4) Menentukan faktor-faktor kelemahan internal utama produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi
5) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP berbasis koperasi
6) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP berbasis koperasi
7) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP berbasis koperasi
8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi W-T produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP berbasis koperasi
3. Prioritas Strategi (Matrik Quantitative Strategic Planning Matrix)
Penentuan prioritas strategi dalam pengembangan produk
unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar menggunakan analisis
Matriks QSP. Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi dan memilih
strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan
internal. Matriks QSP dibuat berdasarkan faktor-faktor utama internal dan
eksternal pada matriks EFE, IFE, IE serta matriks SWOT. Alternatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
strategi yang memiliki nilai total terbesar pada Matrik QSP merupakan
strategi yang paling baik.
Tabel 4. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Alternatif Strategi Faktor-Faktor Utama
Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-faktor Eksternal Utama
Faktor-faktor Internal Utama
Total Bobot
Sumber: David, 2009.
Matrik QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis
eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik
relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak
kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan
eksternal (David, 2009). Langkah yang diperlukan dalam
mengembangkanQSPM sebagai berikut:
a) Membuat daftar peluang-ancaman dari faktor eksternal dan
kekuatan-kelemahan faktor internal utama. Informasi ini diambil
langsung dari matrik EFE dan matrik IFE, IE dan SWOT.
b) Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama
tersebut. Nilai dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut.
Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.bobot yang
ditampilkan dalam kolom kecil tepat di kanan faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal.
c) Memeriksa matrik pada tahap 2 dan mengidentifikasi strategi-
strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Mencatat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM. Mengelompokkan
berbagai strategi tersebut dalam satu rangkaian eksklusif
d) Menetukan Nilai Daya Tarik atau Attractiveness Scores(AS) yang
didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif
masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Skor
dayatarik (Attractiveness Scores-AS) ditentukan dengan mengamati
setiap faktor eksternal dan faktor internal utama pada suatu waktu
tertentu, sembari mengajukan pertanyaan, ”apakah faktor ini
mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” jika ya, strategi kemudian
perlu diperbandingkan relatif terhadap faktor utama tersebut. Secara
khusus, skor daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk
menunjukkan daya tarik relatif satu strategi atas strategi lain, dengan
mempertimbangkan faktor tertentu. Kisaran skor daya tarik adalah 1=
tidak memiliki daya tarik, 2= daya tarik rendah, 3=daya tarik sedang,
4= daya tarik tinggi. Jika jawaban di atas adalah tidak, yang
mengidentifikasikan bahwa faktor utama bersangkutan tidak memiliki
pengaruh terhadap pilihan spesifik yang dibuat, jangan memberikan
skor daya tarik pada strategi dalam rangkaian tersebut.
e) Menghitung skor daya tarik atau Total Attractiveness Scores (TAS).
TAS didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot (langkah b)
denganskor daya tarik (langkah d) di setiap baris. Skor daya tarik
mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi
alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor
keberhasilan penting eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin
tinggi skor daya tarik totalnya, semakin menarik strategi alternatif
tersebut.
f) Menghitung jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah
keseluruhan daya tarik total di setiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah
keseluruhan daya tarik total menunjukkan strategi yang paling menarik
di setiap rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan
semakin menarik strategi tersebut mengingat semua faktor internal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
faktor eksternal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
Besarnya selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian
alternatif strategi tertentu menunjukkan tingkat ketertarikan relatif satu
strategi terhadap strategi yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis Daerah Penelitian
Secara geografis apabila dilihat dari garis bujur dan garis lintang,
Kabupaten Karanganyar terletak di antara 70 28’ sampai dengan 70 46’ Lintang
Selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’ sampai dengan
70 46’ Lintang Selatan. Kabupaten Karanganyar merupakah daerah yang
beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Adapun batas-batas wilayah
Kabupaten Karanganyar yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Wilayah di Kabupaten Karanganyar mempunyai posisi yang strategis
karena berbatasan dengan kabupaten-kabupaten lain. Kegiatan ekonomi
khususnya pemasaran dan perdagangan dapat menyebar keluar kabupaten
dengan mudah. Salah satunya adalah memasarkan produk pertanian ke
wilayah lain yang dapat menjadi pemasukan yang besar bagi daerah. Dengan
demikian pula, produk beras organik yang sedang dikembangkan ini didukung
kondisi wilayah (pasar) yang dalam hal ini berbatasan dengan beberapa
kabupaten dan propinsi.
2. Luas Wilayah
Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur.
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64
hektar, yang terdiri dari luas tanah sawah dan tanah kering. Luas tanah sawah
sebesar 22.459,80 hektar dan luas tanah kering 54.917,84 hektar. Tanah sawah
terdiri dari irigasi teknis sebesar 12.918,37 hektar, non teknis sebesar 7.586,58
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
hektar dan tidak berpengairan 1.955,61 hektar. Jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, luas tanah sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami
penyusutan sekitar 5,31 hektar. Sedangkan luas tanah kering mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 5,31 hektar, namun
penggunaan tanah kering untuk tegalan/kebun sesungguhnya mengalami
penurunan yakni sebesar 10,99 hektar, dan peningkatan penggunaan untuk
pekarangan/bangunan sebesar 16,30 hektar (BPS, 2011).
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan dengan 162 desa dan
15 kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah
Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu,
Kecamatan Jaten, Kecamatan Colomadu, Kecamatan Gondangrejo,
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso,
Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Mojogedang,
Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karangpandan,
Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi. Kecamatan paling luas adalah
Kecamatan Tawangmangu, kecamatan terluas setelah Tawangmangu adalah
Kecamatan Jatiyoso kemudian disusul Kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan
kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Colomadu. Luas
wilayah di Kabupaten ini cukup besar dan mempunyai potensi di bidang
pertanian yang besar pula. Potensi di bidang pertanian ini dapat digali apabila
pada setiap kecamatan mampu menghasilkan produk yang bernilai jual dan
berdaya saing. Pada saat ini salah satu produk yang sedang dikembangkan
adalah beras organik yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di
beberapa kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai potensi
yang perlu digali lebih dalam.
3. Topografi Wilayah
Kabupaten Karanganyar mempunyai topografi yang bergelombang
meliputi dataran rendah, dataran sedang dan dataran tinggi. Rata-rata
ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 511 meter di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
atas permukaan laut. Sedangkan wilayah terendah di Kabupaten Karanganyar
berada di Kecamatan Jaten yang hanya 90 meter di atas permukaan laut dan
wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2.000
meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis tersebut dapat mempengaruhi
sektor pertanian khususnya mengenai jenis tanaman yang cocok dan cara
pengelolaan pada setiap wilayah. Dengan demikian, terdapat beberapa
wilayah yang cocok atau berpotensi dalam budidaya beras organik untuk
menghasilkan produk beras organik yang berkualitas menyebar di Kabupaten
Karanganyar.
4. Keadaan Iklim
Keadaan iklim pada suatu wilayah merupakan salah satu kondisi alam
yang menentukan jenis tanaman yang tepat untuk dibudidayakan di wilayah
tersebut. Faktor-faktor ikilm yang perlu diperhatikan antara lain curah hujan,
jumlah penyinaran serta suhu rata-rata harian. Wilayah di Kabupaten
Karanganyar merupakan daerah yang beriklim tropis dengan temperatur 22-
31ºC. Berdasarkan metode Schimidt Ferguson, tipe iklim di Kabupaten
Karanganyar adalah iklim C (agak basah). Pada iklim tersebut, tanaman padi
sawah dapat tumbuh dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman akan terjaga
tetap optimal.
Curah hujan akan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perkembangan sektor pertanian di suatu wilayah. Curah hujan
mempengaruhi produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian
ini adalah budidaya beras organik. Berdasarkan data dari 6(enam) stasiun
pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama
Tahun 2010 adalah 154,5 hari dengan rata-rata curah hujan 9.307,5 mm, dan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret. Sedangkan curah
hujan terendah pada bulan Juli dan Agustus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk
mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat
lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di daerah tersebut.
Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada
pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan
di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah bisa juga dilihat
dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya. Jumlah penduduk menurut
mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Uraian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani 135.557 18,50 Buruh Tani 67.540 9,20 Nelayan - 00,00 Pengusaha 10.312 1,40 Buruh Industri 107.063 14,60 Buruh Bangunan 50.349 6,86 Pedagang 36.468 4,98 Pengangkutan 6.269 0,87 PNS/TNI/Polri 20.163 2,75 Pensiunan 10.293 1,42 Lain-lain 288.919 39,42
Jumlah 732.933 100,00
Sumber : Karanganyar Dalam Angka, 2011
Penduduk di Kabupaten Karanganyar mempunyai mata pencaharian
yang cukup beragam. Jenis mata pencaharian akan mempengaruhi tingkat
pendapatan yang diterima oleh seseorang. Mata pencaharian yang paling besar
adalah lain-lain sebesar 38,42 persen. Hal ini berarti terdapat cukup besar
penduduk yang mata pencahariannya tidak dapat terdata dengan jelas.
Sedangkan mata pencaharian sebagai petani menempati posisi ke dua terbesar
yaitu 18,50 persen dan hal ini menggambarkan bahwa mata pencaharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sebagai petani masih banyak diandalkan masyarakat sehingga sektor pertanian
masih diunggulkan di Kabupaten Karanganyar.
Mata pencaharian sebagai petani masih banyak dipilih oleh sebagian
besar penduduk di Kabupaten Karanganyar. Hal ini didukung dengan
ketersediaan lahan sawah yang luas. Dengan demikian, produk beras organik
yang merupakan bahan pangan pokok mempunyai potensi untuk
dikembangkan, dilihat dari besarnya mata pencaharian penduduk sebagai
petani di Kabupaten Karanganyar. Menurut Slamet (1993) dalam Suciati
(2006) menyatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan mata pencaharian. Dalam kaitan penelitian ini, mata pencaharian
masyarakat akan sangat mendukung jalannya pengembangan produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP(One Village One product) berbasis
koperasi di Kabupaten Karanganyar.
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan
suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah
tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam
berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.
Tabel 6. Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No. Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 60.422 2 Belum Tamat SD/MI 82.326 3 Tidak Tamat SD/MI 60.779 4 Tamat SD/MI 299.143
5 Tamat SLTP/MTs 143.410
6 Tamat SLTA,DI, DII 131.516 7 Tamat DIII, S1, S2, S3 30.214
JUMLAH 807.778
Sumber : Karanganyar Dalam Angka 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 5. Diagram Persentase Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke Atas Menurut
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Tingkat pendidikan penduduk pada usia 5 tahun ke atas di Kabupaten
Karanganyar sangat beragam. Tingkat pendidikan yang paling tinggi di
Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2011 adalah tamat Sekolah Dasar.
Penduduk yang berpendidikan hingga tamat perguruan tinggi (DIII, S1, S2,
S3) masih sangat sedikit dan merupakan jumlah terkecil dari tingkat
pendidikan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat
pendidikannya, sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar memiliki
kualitas sumberdaya manusia yang rendah karena hanya mengenyam
pendidikan yang singkat.
Tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat akan mempengaruhi
pola pikir individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka daya tangkap
mengenai teknologi atau inovasi akan semakin baik dan lebih terbuka.
Kemampuan petani dalam mengambil keputusan dalam usahatani padi
organik di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
melalui pendidikan yang pernah ditempuh. Apabila tingkat pendidikan masih
rendah maka masyarakat khususnya petani padi organik memerlukan
bimbingan dan penyuluhan yang baik sehingga tidak tertinggal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
perkembangan yang ada untuk dapat menilai budidaya padi sawah yang benar
dan aman sehingga mampu menghasilkan produk beras organik yang optimal
melalui konsep OVOP (One Village One Product). Hal di atas didukung
dengan penelitian yang telah dilakukan Litwin (1986) dalam Suciati (2006)
bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap partisipasi karena
semakin tinggi latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang, semakin
luas pula pengetahuannya tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara
partisipasi yang diberikan, demikian pula sebaliknya.
3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.
Besarnya PDRB atas harga berlaku, tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 - 2009
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 Juta (Rp.) % Juta (Rp.) % Juta (Rp.) %
1. Pertanian 1.496.358,39 19,47 1.701.539,07 20,08 1.921.348,45 19,62 2. Pertambangan &
Penggalian 71.047,85
0,83 80.483,00 0,80 90.935,05 0,83
3. Industri Pengolahan
3.288.513,83 52,88 3.578.431,04 52,08 3.748.465,45 52,13
4. Listrik, Gas dan Air Minum
110.207,47 1,38 124.816,13 1,36 142.498,05 1,38
5. Bangunan 197.841,47 2,40 228.249,70 2,37 263.726,59 2,45 6. Perdagangan 788.762,79 10,09 890.413,99 10,29 995.643,64 10,21 7. Angkutan &
Komunikasi 233.376,92 2,80 256.509,36 2,75 278.574,06 2,79
8. Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan
184.872,62 2,12 207.807,07 2,09 232.986,70 2,13
9 Jasa-Jasa 534.009,14 8,03 611.425,99 8,19 704.137,70 8,45 Total PDRB 6.904.990,47 100 7.679.675,35 20,08 8.378.315,88 100
Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat
digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah.
Berdasarkan Tabel 7. kegiatan perekonomian di Kabupaten Karanganyar
ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, antara lain sektor pertanian;
sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor
listrik, gas, dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor
angkutan dan komunikasi; sektor lembaga keungan, sewa bangunan dan jasa
perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Karanganyar dari sembilan yang ada pada PDRB, 5 (lima) sektor
menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan
pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor industri pengolahan sebesar
52,88%. Sedangkan sektor pertanian mampu memberikan sumbangan
19,47%, diikuti dengan sektor perdagangan sebesar 10,29%, sektor jasa
sebesar 8,03%, dan sektor keuangan 10%.
Sektor pertanian menempati posisi kedua dalam menunjang total PDRB
kabupaten. Hal ini berarti sektor pertanian masih mempunyai posisi yang baik
dan masih menjadi salah satu sektor yang mampu memberikan sumbangan
yang besar bagi perekonomian penduduk di Kabupaten Karanganyar. Apabila
sektor pertanian dikembangkan lebih lagi maka sektor pertanian akan
memberikan sumbangan yang lebih besar dibandingkan sektor yang lain,
mengingat mata pencaharian sebagai petani masih mendominasi dan lahan
pertanian yang cukup luas.
C. Keadaan Pertanian
1. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di Kabupaten Karanganyar dibedakan menjadi dua, yaitu
tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 8. Tata Guna Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No. Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase(%) 1. 2.
Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Non Teknis c. Tidak Berpengairan Tanah Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan/Kebun c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan Negara f. Perkebunan g. Lain-lain
12.918,37 7.586,58 1.955,61
21.213,99 17.836,49
219,67 25,54
9.729,50 3.251,51 2.641,14
16,70
9,80 2,55
27,40 23,00
0,30 0,03
12,60 4,22 3,40
JUMLAH 77.378,64 100
Sumber :Karanganyar Dalam Angka 2011
Di Kabupaten Karanganyar penggunaan tanah yang terbesar adalah
tanah kering. Tanah kering tersebut berupa pekarangan/bangunan. Tingginya
luas pekarangan/bangunan dapat terjadi karena pengaruh dari jumlah
penduduk di Kabupaten Karanganyar yang semakin meningkat. Peningkatan
jumlah penduduk tersebut dapat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian
(tanah sawah) menjadi lahan bangunan/pekarangan. Sedangkan penggunaan
tanah kering yang terkecil jumlahnya adalah tambak/kolam. Hal ini
disebabkan masih sedikitnya minat dalam budidaya perikanan di Kabupaten
Karanganyar.
Pemanfaatan tanah sawah di Kabupaten Karanganyar yang terbesar
adalah irigasi teknis. Menurut penggunaannya, sebagian besar tanah sawah di
Kabupaten Karanganyar merupakan sawah irigasi. Sedangkan untuk tanah
tidak berpengairan/tadah hujan jumlahnya sangat sedikit. Budidaya beras
organik pada umumnya pada tanah sawah irigasi yaitu sawah irigasi teknis.
Hal ini disebabkan karena ketersediaan air pada budidaya beras organik akan
mempengaruhi produksi beras yang akan dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Produksi Tanaman Bahan Pangan
Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor
dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok rakyat.
Produktivitas tanaman bahan pangan pada suatu wilayah akan dapat
menggambarkan ketahanan pangan pokok masyarakatnya. Kabupaten
Karanganyar mempunyai tanah pertanian yang berpotensi bagi pengembangan
tanaman bahan pangan. Luas panen dan produksi tanaman bahan pangan
Kabupaten Karanganyar, dapat disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Luas Panen dan Produksi Komoditi Bahan Pangan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010
No. Komoditi Luas Areal Panen (Ha)
Persentase (%)
Produksi (Ton)
Persentase(%)
1. Padi Sawah 48.783 66,35 292.698 60,70 2. Padi Gogo 549 0,75 3.195 0,66 3. Jagung 9.036 12,30 63.379 13,14 4. Kacang Tanah 8.123 11,05 10.739 2,20 5. Ubi Kayu 6.191 8,50 101.891 21,13 6. Ubi Jalar 553 0,75 9.990 2,07 7. Kedelai 288 0,39 527 0,10 Total 73523 100 482419 100
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011
Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten yang mempunyai
keragaman tanaman pangan. Komoditas tanaman pangan yang mempunyai
produksi terbesar adalah tanaman padi sawah. Sedangkan produksi terendah
pada tanaman pangan kedelai. Produksi suatu tanaman akan dipengaruhi pula
oleh luas areal panen suatu tanaman. Di Kabupaten Karanganyar luas areal
panen terbesar adalah padi sawah. Dengan demikian tanaman pangan padi
sawah mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
komoditas lain. Oleh karena itu, pengembangan produk beras organik melalui
konsep OVOP (One Village One product) berbasis koperasi mempunyai
peluang yang besar apabila dilihat dari produktivitas tanaman padi yang tinggi
di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010
No. Tahun Luas Areal Panen (Ha)
Produksi (Ton)
1. 2006 41.856 223.284 2. 2007 42.848 246.003 3. 2008 45.274 279.341 4. 2009 46.263 261.234 5. 2010 48.783 292.698
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011
Gambar 6. Diagram Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010
Luas areal panen dan produksi tanaman padi sawah di Kabupaten
Karanganyar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Produksi (ton) padi sawah
terbesar terjadi pada Tahun 2010 dengan selisih peningkatan dengan tahun
sebelumnya sebesar 31.464 ton/ha. Sedangkan untuk luas areal panen juga
mengalami peningkatan dan terbesar pada Tahun 2010 dengan selisih dengan
tahun sebelumnya sebesar 2.520 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas
tanaman padi di Kabupaten Karanganyar terus mengalami peningkatan setiap
tahun yang dapat mendukung pengembangan beras organik di Kabupaten
Karanganyar. Apabila pengelolaan tanaman padi sawah ini dikelola dengan
baik/terpadu dalam sistem pertanian organik maka Kabupaten Karanganyar akan
mempunyai produk beras organik yang sehat dan aman serta mempunyai nilai
tambah ekonomis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
D. Keadaan Sarana Perekonomian (Koperasi)
Koperasi sebagai soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya semakin besar.
Koperasi diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi
ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar
melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Dalam OVOP (One
Village One Product), koperasi mempunyai peranan yang sangat pokok yaitu
menjadi suatu sarana yang menunjang konsep tersebut. Kondisi koperasi yang
ada di Kabupaten Karangayar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Koperasi Menurut Klasifikasi di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No. Jenis Koperasi Jumlah (Unit) Persentase (%) 1. Pertanian/KUD 17 0,94 2. Fungsional 65 3,60 3. Karyawan 89 4,90 4. Inkara/KSU 642 35,60 5. Jasa 29 1,60 6. Perkreditan 29 1,60 7. Pemuda/Wanita 27 1,54 8. Golongan Masyarakat (KKT +
KSU) 900 50,00
9. Pusat 4 0,22 Total 1802 100
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011
Kabupaten Karanganyar memiliki beragam jenis koperasi. Jenis koperasi
yang terbanyak jumlahnya adalah koperasi golongan masyarakat yang terdiri dari
Koperasi Kelompok Tani dan Koperasi Serba Usaha. Sedangkan, koperasi
Pertanian/KUD jumlahnya hanya 17 seperti jumlah kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), guna menunjang
laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010 hanya terdapat 1
KUD/BUUD di setiap kecamatan atau sekitar 17 KUD/BUUD. Jumlah tersebut
berarti tidak ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Koperasi merupakan soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya semakin besar.
Kopersi dengan jenis KKT dan KSU merupakan jenis koperasi terbesar di
Kabupaten Karanganyar. Sedangkan koperasi Inkara menempati posisi kedua
terbesar. Jumlah KKT dan KSU yang besar tersebut dikarenakan semakin
meningkatnya bentuk organisasi pada petani menjadi perkumpulan Gapoktan
yang mendirikan KKT untuk kesejahteraan petani anggota. Koperasi dalam
konsep OVOP (One Village One Product) dimaksudkan dapat menjadi wadah
bagi anggotanya yaitu petani untuk memperoleh berbagai informasi, sosialiasasi
dan bantuan fasilitas dari pemerintah/instansi lainnya.
E. Gambaran Umum Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
OVOP (One Village One Product) merupakan salah satu konsep yang
tidak asing lagi karena telah banyak diterapkan dibeberapa Negara Asia.
Penerapannya dapat dimulai pada tahapan on-farm hingga off-farm pada kegiatan
agribisnis. Sedangkan saat ini Provinsi Jawa Tengah menerapkan OVOP (One
Village One Product) berbasis koperasi yang berarti mengoptimalkan peran
koperasi sebagai salah satu wadah atau sarana penyaluran suatu kegiatan yang
fungsional dalam upaya pengembangan produk unggulan pada setiap daerah
untuk peningkatan kesejahteraaan masyarakat.
Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah penuh dengan potensi
unggulan. Oleh karena hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah
menetapkan pengembangan produk unggulan daerah pedesaan melalui
pendekatan OVOP (One Village One Product ) berbasis koperasi. Pengembangan
komoditas unggulan daerah pedesaan ini dimaksudkan mewujudkan
pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan
industri padat karya. Daftar wilayah serta produk unggulan daerah perdesaan
melalui pendekatan OVOP berbasis koperasi sesuai dengan Instruksi Gubernur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Jawa Tengah Nomor 318/23546 Tanggal 30 Desember 2011 dapat disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 12. Produk Unggulan Daerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP (One Village One product) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/ Kota se-Jawa Tengah
Potensi Daerah
1. Banjarnegara Keramik dan Salak 2. Banyumas Produk Gula Kelapa dan Produk Bambu 3. Batang Emping Minjo dan Minyak Atsiri 4. Blora Souvenir Ukir AntikKayu Limbah dan Batik 5. Brebes Rumput laut dan Telur Asin 6. Boyolali Kerajinan Tembaga dan Abon Lele 7. Cilacap Sebutret dan Sale Pisang 8. Demak Tempe dan Pengasapan Ikan 9. Grobogan Makanan dan Minuman Khas 10. Jepara Tenun Troso dan Kerajinan Ukir Relief 11. Karanganyar Beras Organik dan Ikan Air Tawar 12. Kebumen Pengolahan Kelapa (Sebutret) dan Gula Kelapa 13. Kendal Jambu Getas Merah dan Bandeng Cabut Duri 14. Klaten Ikan Nila dan Tenun Lurik Batik 15. Kudus Konveksi dan Bordir dan Industri Tahu Tempe 16. Magelang (Kabupaten) Salak dan Pahat Batu 17. Magelang (Kota) Getuk dan Tahu 18. Pati Tepung Tapioka dan Jeruk Pamelo 19. Pekalongan (Kabupaten) Tenun Akar Wangi dan Aneka Produk Pengolahan
Ikan 20. Pekalongan (Kota) Batik dan Canting 21. Pemalang Minyak Atsiri dan Tenun ATBM/ Sarung Goyor 22. Purbalingga Knalpot dan Sapu Glagah 23. Purworejo Gula Kelapa dan Kerajinan Bambu 24. Rembang Batik dan Genteng/Batu Bata Merah 25. Salatiga (Kota) Konveksi dan Makanan Khas 26. Semarang (Kabupaten) Agrobisnis bunga krisan dan agrowisata perikanan
Kampung Rawa 27. Semarang (Kota) Batik Semarangan dan Bandeng 28. Sragen Sarung goyor dan pertanian organik 29. Sukoharjo Makanan olahan Karak dan Kulit 30. Surakarta (Kota) Batik dan Kertas Limbah Koran 31. Tegal (Kabupaten) Batik Tulis dan Makanan Khas 32. Tegal (Kota) Batik Tulis dan Budidaya Itik 33. Temanggung Kopi dan Makanan Ringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
34. Wonosobo Minuman Carica dan Produk Herbal Purwaceng. 35. Wonogiri Batik Wonogiren dan Patung Loroblonyo
Sumber: Instruksi Gubernur Provinsi Jawa Tengah, 2012 OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi sedang
dikembangkan di berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan tabel di
atas total produk unggulan se-Jawa Tengah sebanyak 70 produk, dimana satu
kabupaten/kota mempunyai 2 produk unggulan. Salah satu kabupaten yang
masuk dalam konsep OVOP ini adalah Kabupaten Karanganyar. Produk
unggulan Kabupaten Karanganyar adalah produk beras organik dan ikan air
tawar. OVOP (One Village One Product) di Kabupaten Karanganyar mulai
diperkenalkan pada Tahun 2010 dengan produk unggulannya beras organik.
sedangkan Ikan Air Tawar merupakan produk unggulan kedua untuk OVOP
berbasis koperasi yang selanjutnya akan dikembangkan pula.
Produk beras organik diharapkan dapat menjadi salah satu ciri khas
produk dari Kabupaten Karanganyar. Pada awalnya, pemilihan produk unggulan
beras organik ini bukan tanpa alasan yang jelas, akan tetapi dengan melihat
potensi wilayah. Salah satu wilayah tersebut adalah Kecamatan Mojogedang
yang telah lama membudidayakan beras organik sejak Tahun 2000. Kemudian
dilanjutkan dengan penyebaran di beberapa wilayah/kecamatan lainnya untuk
dapat memproduksi beras organik yang baik dalam jumlah kualitas dan kuantitas
seperti Kecamatan Matesih, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Kecamatan
Tawangmangu, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Jaten. Penyebaran
produksi beras organik pada kecamatan tersebut membutuhkan waktu yang tidak
sebentar sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak.
Sampai pada saat ini OVOP (One Village One Product) beras organik
berbasis koperasi masih terus berjalan dengan adanya hubungan antara
Disperindagkop dan UMKM, serta koperasi induk (KSU AGRIKA) dan 6
(enam) Koperasi Produsen yang terdapat pada 6 kecamatan serta beberapa dinas
terkait seperti Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
OVOP(One Village One Product) ini akan mendukung pelaksanaan
pengembangan produk beras organik mulai dari tahap on farm sampai dengan off
Farm khususnya dengan pembinaan langsung dari Disperindagkop dan UMKM
Kabupaten Karanganyar, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang
akan menjalin kerjasama yang lebih dalam dengan beberapa instansi daerah
terkait (Dispertan, BP4K, Dinas Peternakan, Instansi terkait lainnya), LSM dan
perguruan tinggi.
Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi dalam pengembangan beras
organik. Potesi tersebut didukung dengan adanya peran dari dinas pemerintah
Kabupaten Karangnyar. Potensi pertanian organik tanaman pangan dan
hortikultura di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 13. Potensi Pertanian Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011
No. Kecamatan Kelompok Tani
Komoditas Luas Lahan (Ha)
Kemampuan Produksi Beras/Th(kw)
Sasaran Luas Tanam Th. 2011 (Ha)
Jumlah Anggota (Jiwa)
1. Mojogedang: Pereng, Gentungan, Mojoroto, Munggur, Kedung jeruk.
Rukun Makaryo, Mulyo, Dawe, Umbul Makmur, Mulyo Tani
Padi dan Sayuran
142 3550 142 333
2. Karangpandan: Harjosari, Karang
Sri Mulyo, Krido Tani Lestari
Padi 45 1125 45 72
3. Tawangmangu: Nglebak Kalisoro Gondosuli
Ngudi Mulyo, Ngudi Makmur, Tani Maju,Tani Tulus, Ngudi Subur
Padi dan Sayuran
110 - 110 275
4. Karanganyar: Jungke
Asem Grendel
Padi 15 375 15 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
5. Jumantono: Sambirejo
Ngudi Makmur II
Padi, Pala dan Sayuran
25 - 25 45
6. Jumapolo: Kwangsan
Ranjing Kidul
Padi dan Palawija
10 - 10 21
Sumber : Dinas Pertanian Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Karanganyar, 2011
Beberapa daerah di Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi dalam
produksi pertanian organik. Data di atas dapat menggambarkan bahwa banyak
potensi yang dapat dikembangkan lebih jauh. Potensi pertanian organik terbesar
berada di Kecamatan Mojogedang dengan sasaran potensi luas lahan organik
sebesar 142 Hektar pada Tahun 2011 dengan kemampuan produksi beras sebesar
3550 kuintal/tahun. Kemudian disusul oleh Kecamatan Tawangmangu dengan
potensi lahan organik sebesar 110 Hektar dengan komoditas padi dan sayuran.
Potensi pertanian organik ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar
potensi pertanian organik yang ada ini dapat menjadi sumbangan yang besar bagi
kemajuan Kabupaten Karanganyar. Salah satu yang dapat mendukung
pengembangan potensi tersebut adalah OVOP yang merupakan konsep yang
telah digerakkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.
Pelaksanaan OVOP(One Village One Product) beras organik berbasis
koperasi di Kabupaten Karanganyar melalui koperasi induk/pemasar dan
koperasi produksi/produsen. KSU AGRIKA dalam hal ini merupakan koperasi
induk di bawah pengawasan Disperindagkop dan UMKM Kabupaten
Karanganyar. Koperasi induk/pemasar yaitu KSU AGRIKA merupakan koperasi
yang mempunyai tugas, antara lain:
1. Menampung produk beras organik dari koperasi produsen
2. Penentuan standarisasi kualitas produk beras organik dari koperasi produsen
3. Pengemasan dan penyimpanan produk beras organik
4. Memasarkan produk beras organik kepada konsumen
5. Sebagai pihak yang menjadi perantara penyerahan fasilisasi/bantuan dari
OVOP provinsi kepada koperasi produsen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 14. Koperasi Peserta OVOP (One Village One Product) di Kabupaten Karanganyar
No Koperasi OVOP Kecamatan Peran/Fungsi 1. KKT Tani Makaryo Mojogedang Koperasi Produsen 2. KKT Sari Rejeki Kebakkramat Koperasi Produsen 3. KSU AGRIKA Karanganyar Koperasi Induk 4. KSU Anugerah Jaya Matesih Koperasi Produsen 5. KSU Ngremboko Mulyo Tawangmangu Koperasi Produsen 6. KUD Jaten Jaten Koperasi Produsen 7 KUD Pandan Wangi Karangpandan Koperasi Produsen
Sumber: Disperindagkop dan UMKM, 2011
Koperasi produksi/produsen terdapat di 6 (enam) kecamatan yang terdapat
di Kabupaten Karanganyar. Koperasi produksi pada masing-masing kecamatan
mempunyai keragaman jenis antara lain: KKT(Koperasi Kelompok Tani),
KSU(Koperasi Serba Usaha), dan KUD(Koperasi Unit Desa). Dalam satu
kecamatan hanya terdapat satu koperasi produsen peserta OVOP berbasis
koperasi. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat peserta OVOP adalah
koperasi yang telah berbadan hukum dan mempunyai potensi dari anggotanya
yang mampu mengembangkan produk unggulan daerah. Fungsi dari koperasi
produksi antara lain:
1. Memfasilitasi petani (anggota) berupa: penyediaan pupuk organik, obat-
obatan organik seperti pestisida nabati, benih padi standar organik, dan sarana
transportasi, serta sarana dan prasarana pasca panen.
2. Memfasilitasi teknis budidaya beras organik
3. Memonitori dan mengevaluasi pelaksanaan budidaya beras organik oleh
anggota
4. Fasilitasi permodalan bagi petani (anggota)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Konsep OVOP (One Village One Product) Beras Organik berbasis
koperasi di Kabupaten Karanganyar memerlukan sedang ditekuni oleh
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dengan melibatkan
beberapa dinas lain di Kabupaten Karanganyar.
Tabel 15. Tahapan OVOP (One Village One Product) Beras Organik di Kabupaten Karanganyar
No. Tahun Kegiatan Target Penanggungjawab 1. 2011-
2012 Sosialisasi, Pemantapan, Kelembagaan, Fasilitasi: sarana, prasarana, dan modal
Pemahaman program, kelembagaan yang mantab dan perluasan produk
Kabupaten dan Provinsi
2. 2013 a. Intensifikasi dan ekstensifikasi
b. Sarana dan prasarana pemasaran
c. Permodalan
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk
b. Pemasaran lokal dan regional
c. Memperlancar produksi dan pemasaran
Kabupaten dan Provinsi
3. 2014 a. Standarisasi produk b. Pengadaan laboraturium c. Perluasan dan pemantapan
pasar
a. Sertifikasi (SNI) b. Menjamin kualitas
produk c. Pasar lokal, regional,
dan nasional
a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Pusat c. Kabupaten,
Provinsi dan Pusat
4. 2015 Perluasan dan pemantauan pasar Ekspor Kabupaten, Provinsi, dan Pusat
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar, 2011
Tahapan OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi yang telah
disusun oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam usaha
mengembangkan produk beras organik menjadi produk unggulan daerah dapat
Pengembangan produk unggulan ini dilaksanakan secara bertahap dimulai pada
Tahun 2011-2012 yang merupakan tahap awal untuk sosialisasi dan bertujuan
dilihat pada tabel di atas. Rancangan tersebut dapat menjadi gambaran suatu
bentuk keseriusan dalam pengembangan produk beras organik. untuk
pemberdayaan petani untuk beralih pada pertanian organik. Tujuan akhir
pengembangan produk unggulan beras organik ini ditargetkan pada Tahun 2015
yaitu dapat memenuhi pasar lokal dan ekspor. Semua target tersebut tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
lepas dari berbagai peran dinas terkait baik pemerintah daerah maupun
pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam pemberdayaan petani melalui koperasi
yang ada baik, Koperasi Kelompok Tani maupun Koperasi Serba Usaha dan
Koperasi Unit Desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Identitas responden menggambarkan pelaku pada pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Identitas responden
digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang kehidupan
responden yang dijadikan sebagai gambaran umum pengembangan produk.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pihak antara lain:
1.Responden Petani
Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Padi Organik di Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Keterangan 1. Jumlah petani responden 10 orang
2. Umur petani a. 42-51 b. 52-61 c. 62-71
5 orang 2 orang 3 orang
3. Pendidikan petani a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma
2 orang 2 orang 4 orang 2 orang
4. Jumlah anggota keluarga petani a. Kurang dari 4 orang b. Lebih dari 4 orang
3 orang 7 orang
5. Jumlah anggota keluarga yang aktif usahatani a. Kurang dari sama dengan 4 orang b. Lebih dari 4 orang
10 orang 0 orang
6. Pengalaman dalam usahatani padi organik a. 2-6 tahun b. 7-11 tahun
6 orang 4 orang
7. Luas lahan sawah a. Kurang dari 0,3 Hektar b. Lebih dari 0,3 Hektar
4 orang 6 orang
8. Mata Pencaharian utama Petani 9. Varietas padi yang diusahakan Mentik, IR64, Sentanur,Conde
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Responden petani dalam pengembangan beras organik melalui
OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar merupakan petani
yang mempunyai pengalaman dan keahlian (pakar) yang lebih
dibandingkan petani lain dalam kelompok taninya. Kisaran umur akan
berpengaruh pada produktifitas tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kisaran umur petani cukup beragam dari 10 responden terdapat 9
responden yang berada pada usia produktif yaitu di antara 15-64 tahun.
Dengan usia produktif maka petani dapat mengoptimalkan tenaganya
dalam berusahatani padi organik. Pendidikan petani akan mempengaruhi
keputusan petani dalam berusahatani. Petani responden merupakan petani
yang sudah mengenal bangku sekolah. Tahap pendidikan SMA
merupakan pendidikan yang mendominan di antara petani responden
yaitu sebesar 40 %. Sedangkan 60 % lainnya terdiri dari SD, SMP, dan
Diploma.
Di sisi lain tenaga kerja keluarga dapat memberikan sumbangan
yang besar dalam berlangsungnya usahatani. Kisaran jumlah anggota
keluarga petani kurang dari 4 orang sebanyak 30% petani responden,
sedangkan 70% petani responden mempunyai jumlah keluarga lebih dari
4 orang. Akan tetapi jumlah keluarga yang aktif kurang dari 4 orang dari
10 responden. Jumlah tenaga kerja keluarga yang aktif dalam usaha tani
akan mempengaruhi biaya tenaga kerja yang akan dikeluarkan dalam
usahatani. Hal ini mengidentifikasikan bahwa sumbangan tenaga kerja
keluarga sedikit maka dalam usahatani memerlukan banyak tenaga kerja
luar keluarga. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja luar keluarga akan lebih besar.
Pengalaman petani responden dalam budidaya padi organik
terbagi pada 2 interval yaitu kurang 2-6 tahun sebesar 60 % dan 7-11
tahun sebesar 40 %. Pengalaman dalam usahatani merupakan salah satu
bekal dalam menjalankan usahatani musim selanjutnya. Lama
pengalaman tersebut bermanfaat untuk melakukan usahatani yang lebih
baik dari musim tanam sebelumnya. Petani padi organik termasuk petani
kecil karena luas lahannya kurang dari 0,5 Hektar sebesar 90% Luas
lahan setiap petani responden dapat dicermati pada lampiran 2 tabel 5.
Analisis usahatani yang berupa total biaya, penerimaan dan
pendapatan usahatani padi organik di Kabupaten Karanganyar dapat
ditampilkan pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 17. Usahatani Padi Organik Selama 3 Musim tanam Di Kabupaten Karanganyar
Rata-rata Luas lahan
(ha) Biaya Usahatani
(Rp) Penerimaan
(Rp) Pendapatan
(Rp) 0,3 44.502.357,143 33.423.171,43 28.920.814,29
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
Berdasarkan data di atas, dapat menunjukkan usahatani padi
organik secara garis besar. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
mengusahakan padi organik 3 musim tanam memerlukan biaya sebesar
Rp 4.502.357,143 setiap 0,3 Hektar. Biaya yang dikeluarkan ini terdiri
dari biaya benih, biaya pupuk organik cair dan padat, biaya pestisida
organik, biaya tenaga kerja luar dan biaya sewa tanah/pajak tanah.
Sedangkan penerimaan yang diperoleh petani dalam mengusahakan
padi organik sebesar Rp 33.423.171,43 setiap 0,3 Hektar. Pendapatan
yang diterima petani padi organik dapat diperoleh dengan selisih antara
biaya dan penerimaan yaitu sebesar Rp 28.920.814,29 setiap 0,3 Hektar.
Rata-rata produksi beras organik setiap 0,3 hektar sebesar 1,2 ton beras
organik dengan harga per kilogram beras ditangan produsen dengan
varietas IR 64 seharga Rp. 8000,00 dan varietas Mentik seharga Rp.
9000,00. Akan tetapi pendapatan akan selalu berfluktuatif/tidak tetap
karena dipengaruhi oleh produksi yang sangat tergantung pada
pengaruh faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi produksi
tanaman padi organik. Semakin mendukung kondisi alam seperti
ketersediaan air, cuaca, hama dan penyakit, maka akan semakin baik
pula produksi beras organik tersebut.
2. Responden Koperasi Induk/Pemasar dan Koperasi Produsen
Koperasi Induk dalam konsep OVOP berbasis koperasi adalah
KSU AGRIKA. Responden yang diidentifikasi merupakan responden
yang aktif dalam kegiatan KSU AGRIKA. Sedangkan koperasi
produsen berada di 6 kecamatan yang dicanangkan untuk dapat
mendorong anggota (petani) mampu memproduksi beras organik
secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 18. Karakteristik Responden Koperasi Induk dan Koperasi Produsen OVOP (One Village One Product) Beras Organik di Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Keterangan 1 Umur pengurus (tahun)
a. 34-41 b. 42-49 c. 50-57
3 orang 3 orang 3 orang
2. Pendidikan pengurus a. Sarjana/S1, Diploma b. SMA
6 orang 3 orang
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
Berdasarkan data di atas, dapat mengidentifikasikan bahwa
pengurus koperasi OVOP berada pada usia produktif berkisar antara
15-64 tahun. Oleh karena itu, pengurus koperasi OVOP masih berada
dalam tahap produktif dalam mengembangkan koperasi. Pendidikan
seseorang akan dapat berpengaruh pada kualitas kerja yang
ditampilkan. pendidikan pengurus koperasi adalah setaraf dengan
pendidikan jenjang perguruan tinggi Sarjana/S1, Diploma/D3 sebesar
67 % sedangkan sisanya 33 % mengenyam pendidikan hingga bangku
SMA. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan pengurus koperasi sudah cukup tinggi.
3. Responden Dinas Pemerintah di Kabupaten Karanganyar
Pihak dinas pemerintah yang berperan dalam pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis
koperasi adalah Disperindagkop dan UMKM serta Dinas Pertanian
Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Tabel 19. Karakteristik Responden dari Dinas Pemerintah di Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Keterangan 1 Umur pengurus (tahun)
a. 53-54 b. 55-56
2 orang 2 orang
2. Pendidikan pengurus Sarjana/S1, Diploma
4 orang
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui umur responden
dinas pemerintah masih dalam usia produktif. Usia akan menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kinerja seseorang dalam pekerjaannya. Apabila dilihat dari lama
jenjang pendidikan, rata-rata dinas pemerintah telah menempuh
jenjang pendidikan hingga Sarjana/S1, Diploma. Hal ini menyatakan
bahwa responden dinas pemerintahan berada pada usia produktif serta
didukung dengan tingkat pendidikan yang mampu menunjang
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
B. Faktor Internal dan Faktor Eksternal
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar yang akan berpengaruh
terhadap kelangsungan pengembangan produk beras organik ke masa
yang akan datang. Faktor kekuatan dan kelemahan ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alternatif strategi
pengembangan. Analisis faktor internal dalam penelitian ini meliputi
analisis terhadap analisis sumber daya manusia, pemasaran,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, organisasi, dan
keuangan dalam pengembangan beras organik di Kabupaten
Karanganyar.
a. Aspek Faktor Internal
1) Sumber Daya (Manusia dan Alam)
Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan
aset dan input dari faktor produksi yang berfungsi untuk
meningkatkan proses produksi dan menentukan kelancaran suatu
program kerja. Sumber daya manusia yang termasuk pada faktor
internal di Kabupaten Karanganyar yang terlibat dalam
pengembangan produk beras organik antara lain petani padi
organik, Dispertan, Disperidagkop dan UMKM, Koperasi
Produsen dan Koperasi Induk/KSU AGRIKA dan instansi/pihak
terkait lainnya. Sedangkan sumber daya alam yang dimiliki dapat
berupa lahan sawah potensial yang berada di Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Karanganyar. Sumber daya tersebut merupakan modal yang
dimiliki yang mampu menjadi kekuatan dalam pengembangan
produk unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar.
2) Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu aspek penting dalam
pengembangan produk beras organik. Pemasaran merupakan suatu
aspek penting dalam pengembangan produk beras organik.
Menurut Stanton (1984) adalah suatu sistem total dari kegiatan
bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat
memudahkan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat
ini maupun dari konsumen potensial.
a) Produk
Sebuah produk adalah sekumpulan atribut yang nyata
(tangible) dan tidak nyata (intangible) di dalamnya sudah
tercakup warna, harga, kemasan, prestis pengecer dan pelayanan
dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli
sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya
(Stanton, 1984).
Produk beras oganik dari Kabupaten Karanganyar yang
telah dipasarkan melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) AGRIKA
terdiri dari empat varietas yaitu mentik, mentik wangi, IR-64
dan beras merah. Sama halnya dengan produk beras organik
yang dipasarkan sendiri oleh koperasi produsen (KKT Makaryo
Tani) dapat meliputi empat varietas yaitu mentik, mentik wangi,
IR-64 dan beras merah. Produk beras organik yang dipasarkan
di KSU AGRIKA mempuyai ukuran/berat yaitu 1 kg, 2 kg dan 5
kg. Akan tetapi, KSU AGRIKA juga menerima pesanan ukuran
kemasan/berat produk beras organik sesuai permintaan. Berat
produk beras organik per kemasan dapat disesuaikan dengan
permintaan konsumen sehingga dapat tercipta kepuasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
konsumen terhadap pelayanan. Produk beras organik juga dijual
di pasar jumat dengan ukuran berat kemasan dan label yang
berbeda dari produk beras organik yang dijual di KSU
AGRIKA. Kemasan tersebut hanya mencatumkan KKT Rukun
Makaryo dan label beras organik dalam tahap konversi.
b) Harga
Harga produk pertanian sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tingkat penawaran, permintaan serta biaya
pengadaan bahan baku/produksi. Harga jual produk beras
organik ditentukan oleh kedua belah pihak yaitu koperasi
produsen dan KSU AGRIKA. Hal ini disebabkan karena kedua
belah pihak telah menjalani kemitraan. Dengan demikian, harga
produk yang dihasilkan tidak hanya menguntungkan satu pihak
saja.
c) Promosi
Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru
perusahaan. Iklan, penjualan perorangan, dan promosi penjualan
merupakan kegiatan utama promosi (Stanton, 1984). Produk
beras organik yang berasal dari Kabupaten Karanganyar
merupakan produk yang memerlukan pengenalan/promosi lebih
besar. Hal ini disebabkan karena produk beras organik dari
Kabupaten Karanganyar ini secara resmi dipasarkan dan
diperkenalkan kepada konsumen pada Tahun 2010. Promosi
yang telah dilakukan adalah mengadakan pameran produk
daerah, mengikuti berbagai pameran baik di dalam atau di luar
Kabupaten Karanganyar.
d) Distribusi
Distribusi merupakan penyampaian barang/jasa dari
produsen sampai ke konsumen. Saluran distribusi yang baik
akan memperlancar pemasaran suatu produk. Saluran distribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
produk beras organik terutama pasar lokal dan pasar luar daerah
(masih kecil). Distribusi yang dilakukan adalah distribusi
langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung: konsumen
dapat secara langsung memperoleh produk di stand atau
koperasi pemasar. Sedangkan distribusi tidak langsung
(konsumen luar daerah) memperoleh produk setelah melewati
perantara/pedangang besar. Lokasi pemasaran produk beras
organik antara lain KSU AGRIKA, Pasar Jumat, Toko oleh-oleh
se-Solo Raya yang berada di pelataran Bandara Adi Sumarmo
Surakarta, dan pasar kawasan Jakarta.
3) Produksi/Operasi
Proses produksi suatu komoditas pertanian dapat
dipengaruhi oleh suatu proses pemeliharaan dan perlakuan yang
dilakukan oleh petani. Produksi beras organik di Kabupaten
Karanganyar telah mempunyai suatu pedoman yaitu SOP (Standart
Operating Prosedure) budidaya padi organik sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia) dimana secara teknis yang mengacu pada
budidaya padi organik di Kecamatan Mojogedang. Budidaya padi
organik ini didukung pula oleh fasilitas/bantuan dari pemerintah,
salah satunya dari Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah melalui
OVOP berbasis koperasi.
Kecamatan Mojogedang tepatnya di Desa Pereng
merupakan kecamatan pelopor yang sejak Tahun 2000 telah
memulai budidaya padi organik. Saat ini, produksi utama beras
organik yang dipasarkan di KSU AGRIKA berasal dari KKT
Makaryo Tani, Pereng Kecamatan Mojogedang. Sedangkan KSU
Anugrah Jaya sedang merintis pemasaran di KSU AGRIKA dan
pemasaran sendiri di luar KSU AGRIKA. Sedangkan empat
koperasi produsen lainnya belum dapat memberikan sumbangan
produk beras organik karena masih dalam tahapan sosialisasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pengembangan beras organik pada petani anggota koperasi
produsen.
4) Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan suatu kunci
peningkatan pengembangan produk unggulan beras organik di
Kabupaten Karanganyar. Penelitian dan pengembangan dapat
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga/instansi lainnya
yang berwenang, dalam usaha pengembangan beras organik di
Kabupaten Karanganyar. Pada Tahun 2008 terdapat penelitian oleh
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UNS pada
Laboratorium Pangan dan Gizi yang menganalisa kandungan-
kandungan yang terdapat pada beras organik dengan varietas
mentik wangi. Dari tahun ke tahun beras organik Kabupaten
Karanganyar terus dikembangkan, pada Tahun 2010 lahan padi
sawah yang berada di Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan
sertifikasi lahan sawah 5,59 hektar dari Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO) Persada Yogyakarta.
Keberadaan Lembaga Sertifikasi Organik (LSO)
mendesak mengingat penggunaan label organik yang saat ini marak
dilakukan belum semuanya mencerminkan proses produksi yang
sesuai dengan sistem pertanian organik. Jumlah Lembaga
Sertifikasi Organik (LSO) sudah cukup banyak di Indonesia.
Menurut data Direktorat Mutu dan Standardisasi (2009) LSO
nasional yang telah diakreditasi KAN ada 7 buah yaitu: Sucofindo
(Jakarta), Mutu Agung Lestari (Depok), INOFICE (Bogor),
BPTPH Sumatera Barat, LeSOS (Mojokerto), BIOCert Indonesia
(Bogor), PT. Persada (Yogyakarta), sedangkan lembaga
sertifikasi asing ada IMO (Institute for Marketocologi), Control
Union, NASAA, Naturland, GOCA, Ecocert dan ACO.
Keberadaan lembaga sertifikasi organik diharapkan dapat
mendorong produsen untuk disertifikasi, namun kenyataan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
lapangan masih banyak produsen organik yang enggan untuk
disertifikasi (Mirawati, 2011).
5) Organisasi
Organisasi yang berkaitan dengan pengembangan produk
unggulan beras organik di Kabupaten Karanganyar adalah
kelompok tani, koperasi dan dinas terkait seperti Dispertan, Balai
Penyuluh Pertanian dan Disperindagkop dan UMKM. Kelompok
tani merupakan organisasi yang terdekat dengan petani. Bantuan
dan sosialiasai dari pemerintah untuk petani dapat disalurkan
melalui perantara kelompok tani. Kelompok tani akan mempunyai
peran yang besar apabila dikelola dengan baik dan pemanfaatannya
benar. Kelompok tani ini juga akan memperoleh pembinaan dari
Balai Penyuluh Pertanian tiap kecamatan. Keaktifan organisasi dan
anggota akan semakin meningkatkan kinerja dalam usaha
pengembangan produk unggulan beras organik di Kabupaten
Karanganyar.
6) Keuangan
Kondisi keuangan internal merupakan salah satu bagian
yang penting dalam suatu usaha pengembangan produk. Akses
terhadap modal akan mempengaruhi suatu proses produksi dalam
peningkatan produksi beras organik di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan hasil observasi di lapang, dilihat dari sisi petani padi
organik, pada umumnya akses permodalan diperoleh petani sendiri
dari hasil produksi Musim tanam sebelumnya. Selain itu, petani
juga memperoleh pinjaman modal dari koperasi produsen maupun
koperasi induk/KSU AGRIKA. Sedangkan akses modal pada
lembaga perbankan masih sangat jarang diperoleh petani padi
organik karena sulitnya persyaratan peminjaman. Walaupun saat ini
telah banyak perbankan yang mempunyai kredit lunak untuk
pertanian akan tetapi petani padi organik di Kabupaten
Karanganyar masih merasa enggan untuk melakukan peminjaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
b. Identifikasi Faktor Internal
1) Identifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan:
a) Lahan sawah potensial yang luas
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan
bahwa lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 48.783
Ha. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa kabupaten tersebut
mempunyai ketersediaan sumber daya alam berkaitan dengan
ketersediaan lahan sawah dalam pengembangan produk
unggulan beras organik.
b) Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden petani padi
organik di Kabupaten Karanganyar. Seluruh responden petani
(100%) menyatakan mempunyai tekat yang kuat untuk terus
membudidayakan padi organik. Hal ini dikarenakan kesadaran
akan kesehatan produk dan kesuburan lahan pertanian mereka.
Faktor ini menjadi suatu kekuatan pada sisi sumber daya
manusia yang dapat menunjang pengembangan beras organik
di Kabupaten Karanganyar.
c) Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi
pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten
Karanganyar
Produk beras organik merupakan produk pangan istimewa
karena mempunyai keunggulan dibanding dengan beras biasa.
Kabupaten Karanganyar telah mempunyai fasilitas pemasaran
yaitu KSU AGRIKA yang mengangkat produk beras organik
sebagai produk utama yang dipasarkan. Hal ini menjadi suatu
nilai tambah karena petani padi organik mempunyai fasilitas
untuk memudahkan memasarkan produk beras organik mereka
melalui koperasi pemasar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
d) Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik
Kabupaten Karanganyar
KSU AGRIKA serta Disperindagkop dan UMKM aktif
mengikuti berbagai pameran-pameran sebagai bentuk
pengenalan produk Kabupaten Karangayar. Promosi yang telah
dilakukan oleh KSU AGRIKA dan Disperindagkop dan
UMKM adalah dengan mengikuti pameran-pameran, baik
pameran dalam daerah (Kabupaten Karanganyar dan
Kotamadaya Surakarta) maupun pameran luar daerah seperti
pameran produk unggulan di Bali dan Yogyakarta.
e) Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi
Koperasi produsen dalam konsep OVOP berbasis koperasi
merupakan koperasi yang anggotanya memproduksi beras
organik. Dalam kegiatannya, koperasi produsen juga
mempunyai peran lain bagi anggotanya. Seperti yang ada pada
KSU Anugrah Jaya, KKT Sari Rejeki, KKT Makaryo Tani,
KSU Pandan Wangi yang menyediakan kebutuhan sarana
produksi seperti pupuk organik, benih, peminjaman peralatan
pertanian dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat menjadi
kekuatan karena petani merasakan manfaat yang besar dengan
memperoleh sarana produksi pertanian dengan lebih mudah dan
pembayaran yang ringan/bisa diangsur.
f) Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik
yang telah tersertifikasi
Lahan padi organik di Pereng Kecamatan Mojogedang telah
memperoleh sertifikasi organik. Oleh karena itu, terdapat
pengecekan dari dinas pertanian berserta Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO) Persada Yogyakarta. Pengecekan tersebut
dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun sekali. Hal ini menjadi
suatu kekuatan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu
produk beras organik yang diproduksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
g) Adanya pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap
kecamatan
Pada setiap kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Karanganyar terdapat BPP (Balai Penyuluh Pertanian). Hal
tersebut dapat menjadi suatu kekuatan karena dengan adanya
petugas penyuluh maka akan mampu memberikan bimbingan
bagi petani. Satu petugas penyuluh pertanian biasanya
bertanggung jawab atas 1 hingga 2 desa. Oleh karena hal
tersebut, petugas peyuluh pertanian dapat berkonsentrasi pada
satu desa binaannya. Dengan adanya petugas penyuluhan maka
sosialisasi dan pertanian organik di Kabupaten Karanganyar
akan mengalami peningkatan tiap tahunnya.
h) Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO)
Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) merupakan asosiasi
yang muncul pertama kali di Kecamatan Mojogedang.
Asosisiasi ini rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya
pada tanggal 27. Asosiasi ini mempunyai anggota para petani
padi organik di Kecamatan Mojogedang. Akan tetapi, karena
adanya pengembangan pertanian organik maka anggota
asosiasi ini semakin menyebar ke beberapa kecamatan di
Kabupaten Karanganyar antara lain Kecamatan Matesih,
Kecamatan Tawangmangu. APPO mempunyai beberapa
kegiatan salah satunya adalah mengadakan sosialisasi ke
kelompok tani di wilayah Kabupaten Karanganyar mengenai
pertanian organik. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang dapat
mendorong beberapa kecamatan di Karanganyar menuju
budidaya padi organik.
i) Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-
farm
Salah satu aturan yang dapat mempertahankan kualitas suatu
produk pertanian adalah SOP (Standart Operating Procedure).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Di Kabupaten Karanganyar telah mempunyai SOP dalam
budidaya padi organik yang telah mengacu pada standar SNI.
Hal ini menjadi suatu kekuatan dalam mepertahankan kualitas
produk karena SOP menjadi suatu pedoman petani untuk
membudidayakan padi organik yang benar. Dengan mengikuti
SOP dalam budidaya, maka petani akan terus dapat menjaga
dan meningkatkan kualitas produk beras organik.
j) Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi
Produsen
Pinjaman modal yang diperoleh dari KSU AGRIKA
merupakan pinjaman bersyarat. Pinjaman modal ini telah
diperoleh oleh petani anggota koperasi produsen KSU Anugrah
Jaya Kecamatan Matesih. Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketua KSU AGRIKA menyatakan bahwa setiap patok lahan
sawah (3300 m2) diberikan pinjaman Rp. 800.000,- per petani.
Pengembalian pinjaman tidak berupa uang tunai melainkan
berupa beras organik yang diproduksi dari lahan petani anggota
koperasi produsen. Hal ini bertujuan agar KSU AGRIKA
mendapatkan supplai produk beras organik yang terus stabil
dari petani dan mencegah penjualan beras organik ke pedagang
besar lainnya (luar daerah). Pinjaman ini dapat kurang lebih
membantu petani dalam pemenuhan keuangan dalam biaya
usahatani.
2) Identifikasi faktor internal yang menjadi kelemahan
a) Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI
Permintaan produk beras organik pasti akan
mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan tersebut
harus diikuti oleh peningkatan lahan organik yang telah
tersertifikasi organik. Dengan adanya sertifikasi organik maka
akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk
beras organik. Sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 1999
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
tentang perlindungan konsumen dan UU Nomor 69 Tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan telah mengintruksikan
agar pelabelan sesuai dengan yang sebenarnya sehingga
konsumen tidak dirugikan. Di sisi lain, salah satu hal yang
menghambat dalam penyertifikasian lahan adalah prosedur
yang panjang dan biaya yang mahal yang tidak mampu petani
padi organik keluarkan.
Sertifikasi yang dimiliki oleh lahan sawah di Pereng
Kecamatan Mojogedang dengan No 006/P/0511/11 dikeluarkan
oleh lembaga sertifikasi organik Persada Yogyakarta.
Sertifikat tersebut menyatakan telah menerapkan sistem
produksi pangan organik sesuai SNI 6729-2010 Organic Food
& Production System dan CAC/GL 32/1999 Codex
Alimentarius Commision-Guidelines for the production,
processing, labeling and marketing of organically produced
foods. Ruang lingkup sertifikasi tanaman padi-palawija dengan
luas lahan yang tersertifikasi seluas 5,59 Hektar. Sertifikasi
tersebut diperoleh petani dengan bantuan Dinas Pertanian
Kabupaten Karanganyar melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Tengah.
b) Jumlah produk beras organik masih terbatas
Produksi beras organik sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain luas lahan, kesuburan tanah, iklim,
kemampuan/ketrampilan petani. Jumlah produk beras organik
yang dihasilkan tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya lahan padi organik yang memperoleh
sertifikasi. Walaupun, di lapang terdapat banyak produk
organik akan tetapi belum mendapat pengakuan dari lembaga
sertifikasi. Hal ini menjadi kelemahan karena jumlah produk
beras organik resmi yang diperoleh dari lahan yang telah
tersertifikasi seluas 5,59 Hektar dengan kapasitas produksi per
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Musim tanam kurang lebih 180 ton. Menurut pihak koperasi,
produksi tersebut sebagian besar produk dipasarkan di dalam
daerah sedangkan hanya sedikit produk yang dipasarkan ke
pasar luar daerah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
jumlah produk beras organik.
c) Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana
Pengemasan produk beras organik dilakukan oleh koperasi
produsen dan koperasi AGRIKA. Kemasan beras organik yang
telah berlabel disediakan oleh KSU AGRIKA. Koperasi
produsen setelah memperoleh beras organik dari petani
anggota, kemudian menimbang beras tersebut sesuai dengan
kemasan yang telah dipesan oleh KSU AGRIKA. Kemudian
pihak KSU AGRIKA akan menerima produk beras organik
tersebut dengan kemasan berlabel beras organik yang siap
untuk dipasarkan. Pengemasan produk beras organik masih
manual yaitu menggunakan siler/alat perekat biasa. Apabila
melihat produk lain di pasar, beberapa produk beras organik
telah menggunakan perlatan yang lebih maju sehingga daya
simpan beras organik lebih lama yaitu dengan alat vacum
(kedap udara).
Produk beras organik yang menggunakan alat vacum lebih
mempunyai umur simpan yang lebih lama. Sedangkan beras
organik yang menggunakan kemasan biasa akan lebih rentan
terhadap hama pasca panen. Apabila terkena hama pasca panen
maka beras akan rusak menjadi serpihan seperti bubuk. Beras
dengan kemasan manual siler akan bertahan selama 2 minggu
saja sedangkan beras dengan kemasan yang kedap udara/vacum
akan bertahan lebih dari 2 minggu karena mikroorganisme dari
udara terhambat perkembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
d) Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya
padi organik
Kebijakan pemerintah daerah merupakan salah aspek yang
penting dalam mengarahkan penduduknya kepada suatu
tataran. Dalam hal gerakan pertanian organik, pemerintah
daerah belum mempunyai kebijakan yang membawa petani
pada suatu perubahan cara budidaya organik yang
berkelanjutan. Seperti kebijakan dalam penggunaan pupuk
anorganik pada lahan sawah. Belum adanya kebijakan yang
tegas dan tepat seperti Peraturan Daerah mengenai beras
organik seperti Gerakan Organik di Kabupaten Karanganyar.
Oleh karena itu, dapat menjadi suatu kelemahan yang
menghambat pengembangan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar.
e) Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah
Pengembangan beras organik di Kabupaten Karanganyar
bukan hanya tugas dari satu dinas saja melainkan kesatuan
instansi/dinas yang berada di Kabupaten Karanganyar. Hal
yang dapat menghambat adalah koordinasi antar dinas yang
berupa otonomi masing-masing dinas. Koordinasi dapat
dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan pembagian
tugas, akan tetapi saat ini belum terdapat tindakan atau gerakan
kerjasama yang signifikan dari semua dinas untuk OVOP
berbasis koperasi dengan produk unggulan beras organik
seperti Disperindagkop dan UMKM, Dispertan, BP4K, Dinas
peternakan di Kabupaten Karanganyar dan instansi terkait
lainnya. Seperti halnya untuk Dispertan dapat mengakomodir
dalam pengembangan budidaya padi organik di Kabupaten
Karanganyar, didukung dengan Balai Penyuluhan Pertanian
Kabupaten yang mengakomodir kepada petani pada kondisi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
lapang dalam budidaya padi organik, Dinas peternakan yang
dapat mendukung dalam persediaan pupuk organik didukung
dengan Disperindagkop dan UMKM melalui konsep OVOP
berbasis koperasi yang mempunyai sumbangan dalam
pengambangan produk baik pada sisi pemasaran, packaging,
bantuan alat pertanian. Apabila tercipta kerjasama yang baik
maka pengembangan produk beras organik di Kabupaten
Karanganyar akan mempunyai keberlanjutan yang baik.
f) Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian
Petugas penyuluh pertanian mempunyai peran yang cukup
signifikan dalam pengembangan pertanian suatu wilayah. Petugas
penyuluh pertanian mempunyai kewajiban dalam menyampaikan
dan melaksanakan program dari pemerintah yang ditujukan
kepada petani. Akan tetapi, dalam kaitannya pengembangan
produk beras organik, kinerja penyuluh kurang optimal,
khususnya komitmen dalam mendorong/memotivasi petani untuk
beralih pada sistem pertanian organik. Hal ini menjadi suatu
kelemahan, karena sebenarnya petani memerlukan pembinaan,
percontohan dan pelatihan yang lebih intensif dalam melangkah
ke pertanian organik.
g) Peran koperasi produsen OVOP (One Village One Product) belum
maksimal
Berdasarkan observasi di lapang, sebagian besar koperasi
produsen kurang mempunyai gerakan yang aktif dalam
mendukung pengembangan produk beras organik sehingga
pergerakan pada tiap kecamatan menjadi lambat. Hal yang
menjadi kekurangan koperasi produsen adalah belum dapat
menjangkau semua petani padi yang mempunyai potensi dalam
produksi beras organik sebagai anggota. Selain itu, terdapat
beberapa fasilitas bantuan alat pertanian dari OVOP berbasis
koperasi yang telah diberikan kepada koperasi produsen tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
belum digunakan. Alat-alat tersebut masih yang belum dapat
digunakan oleh anggota koperasi.
h) Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi
produsen OVOP (One Village One Product)
Banyak petani di Kabupaten Karanganyar yang belum
bergabung dengan koperasi produsen OVOP. Koperasi produsen
hanya berada di 6 kecamatan, disamping itu tidak semua petani
bergabung aktif. Hal ini menyebabkan kinerja koperasi produsen
tidak optimal karena kurangnya sosialisasi/perekrutan anggota
petani padi organik. Berdasarkan observasi di lapangan, terdapat
petani padi organik yang belum mengenal/merasa tergabung
dengan koperasi produsen. Hal ini dapat disebabkan karena
terdapat petani padi organik yang tidak aktif dalam koperasi
sehingga kurang mendapat pengertian mengenai peran dan fungsi
koperasi. Hal tersebut dapat dijumpai di beberapa kecamatan
terutama di Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Tawangmangu
dan Kecamatan Jaten. Selain itu dapat disebabkan karena koperasi
produsen kurang mengadakan sosialisasi. Hal ini menjadi suatu
kelemahan karena banyak petani padi organik yang belum
terfasilitasi dan bergabung secara aktif.
i) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju
organik
Salah satu yang menjadi penghambat perkembangan
pertanian di Indonesia adalah pola pikir petani yang sulit berubah.
Para petani sudah terbiasa dengan cepat/instan menggunakan
pupuk dan pestisida anorganik. Sama halnya di Kabupaten
Karanganyar, pergerakan pertanian organik belum optimal. Salah
satu yang menjadi penghambat adalah ketidakpuasan/kekawatiran
petani akan produksi yang menurun apabila meninggalkan pupuk
anorganik. Hal ini menjadi suatu kelemahan di sisi sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
manusia. Oleh karena hal itu, pemberdayaan petani menuju
organik tidak dapat langsung berjalan dengan cepat.
j) Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih
rendah
Berdasarkan observasi di lapang, sebagian besar petani padi
organik menjual produksinya berupa gabah kepada tengkulak
dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak. Apabila produksi
padi yang berupa gabah ini dijual kembali oleh tengkulak ke pasar
maka akan dihargai dengan harga yang jauh lebih tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan kerugian di pihak petani. Sebagian besar
petani yang belum tergabung aktif dalam koperasi produsen
OVOP, beranggapan bahwa sulit untuk memasarkan beras
organik. Hal ini disebabkan karena kelemahan sumber daya petani
untuk menangkap potensi yang besar dan potensi pasar produk
beras organik. Sedangkan untuk petani padi organik yang sudah
tergabung dengan koperasi produsen OVOP sudah mempunyai
pasar yang jelas akan tetapi masih ada beberapa petani anggota
yang masih menjual kepada tengkulak dengan alasan kemudahan
penjualan dengan waktu jual yang cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 20. Identifikasi Faktor-faktor Internal Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
Aspek Internal Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Sumber Daya Manusia dan Alam
1. Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik
2. Lahan sawah potensial yang luas
1. Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI
2. Jumlah produk beras organik masih terbatas
3. Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah
Pemasaran 1. Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi pemasar/induk) beras organik di Kabupaten Karanganyar
2. Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar
Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana
Produksi/Operasi Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm
Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik
Penelitian dan Pengembangan
Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi
Organisasi 1. Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi
2. Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO)
3. Adanya pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan
1. Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik
2. Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah
3. Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian
4. Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal
5. Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP
6. Pembinaan dari Balai penyuluh pertanian setiap kecamatan
Keuangan Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
2. Faktor Eksternal
a) Aspek Faktor Eksternal
1) Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan salah satu hal yang dapat
menjaga stabilitas perusahaan. Kepuasaan konsumen dapat dinilai
dari segi produk dan pelayanan. Jaminan dan kepastian bahwa
produk yang dipasarkan sesuai dengan label yang dicantumkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
merupakan hak konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen.
Pada umumnya, konsumen poduk beras organik di Kabupaten
Karanganyar adalah konsumen yang sadar akan
kesehatan/mempunyai gaya hidup sehat yaitu konsumen kalangan
ekonomi menengah ke atas. Konsumen menerima harga produk
yang ditawarkan karena menurut mereka harga tersebut sesuai
dengan kualitas produk dan lebih murah dibandingkan produk lain
di pasaran. Saat ini konsumen beras organik masih pada kalangan
tertentu sehingga diperlukan promosi/pengenalan produk kembali
agar beras organik dapat dinikamati berbagai kalangan. Oleh
karena hal itu, kepuasan konsumen akan produk beras organik
harus ditingkatkan.
2) Lingkungan Alam
Lingkungan alam merupakan salah satu faktor yang mampu
menjadi pendukung bahkan ancaman. Faktor lingkungan alam ini
tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Pada proses produksi padi
organik, waktu lingkungan akan mampu mendatangkan peluang
atau bahkan ancaman. Budidaya padi organik sangat tergantung
dengan kondisi lingkungan seperti air, cuaca/agroklimat, curah
hujan, dan sebagainya.
3) Teknologi
Penemuan teknologi/inovasi mempunyai dampak yang besar
terhadap organisasi/kelompok. Tingkat penyerapan suatu
teknologi/inovasi pada suatu kelompok akan mempengaruhi
produktivitas kelompok tersebut. Teknologi menggambarkan
peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam
merumuskan alternatif strategi pengembangan. Petani sebagai
pelaku utama dalam produksi beras organik merupakan salah satu
pelaku yang menjadi sasaran penggunaan teknologi. Salah satu hal
yang dapat mempengaruhi tingkat penerapan teknologi adalah
tingkat perekonomian petani. Petani yang mempunyai ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
menengah ke bawah akan lebih sulit menerapkan teknologi karena
ketidakmampuan ekonomi untuk mendapatkan teknologi tersebut.
Hal di atas dapat didukung oleh Sutarto (2008) yang menyatakan
bahwa keadaan sosial ekonomi petani, dan penilaian petani
terhadap kinerja penyuluh pertanian akan mempengaruhi sikap
petani terhadap inovasi teknologi adalah saling kait mengkait
dan saling berhubungan.
4) Sosial dan budaya
Aspek sosial dan budaya dapat menyangkup pola dan gaya
hidup yang dianut oleh masyarakat karena pengaruh lingkungan
sosial/budaya dalam masyarakat. Saat ini mulai tren mengenai gaya
hidup kembali ke alam. Prinsip ini mulai menggerakkan
masyarakat untuk masuk ke dalam trend gaya hidup sehat. Oleh
karena itu, perilaku masyarakat akan mempengaruhi keputusan
masyarakat yang lain. Selain itu, gaya hidup tersebut akan tumbuh
dan berkembang menjadi budaya. Masyarakat akan terbiasa
melakukan hal-hal yang telah lumrah atau banyak dilakukan
banyak orang di lingkuangan hidupnya. Konsumsi beras organik
akan mampu menjadi suatu trend gaya hidup masyarakat yang
peduli terhadap kesehatan.
5) Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat sebagai suatu lembaga formal memegang
peranan penting dalam membuat kebijakan yang tepat sasaran guna
menjaga keberlangsungan hidup masyarakatnya. Kebijakan
pemerintah diperlukan untuk mengatur dan mengkondisikan suatu
hal agar tertata secara sistematis dan tepat guna. Kebijakan
pemerintah dapat membatasi atau melarang tindakan masyarakat
yang menyimpang. Peran pemerintah cukup strategis dan
berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
budidaya padi organik. Kebijakan pemerintah yang tegas dalam
budidaya padi organik akan memberikan pengaruh pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
peningkatan budidaya padi secara organik. Oleh karena hal
tersebut, kebijakan pemerintah hendaknya dapat diterapkan dengan
benar untuk mengatur semua hal agar lebih tepat guna dan
menimbulkan tindakan nyata.
6) Persaingan
Hadirnya pesaing dapat menimbulkan perang persaingan
dalam memperebutkan pangsa pasar. Persaingan dapat terjadi
dengan industri dengan produk yang sejenis dan produk lain
sebagai substitusi. Di dalam pengembangan produk unggulan beras
organik di Kabupaten Karanganyar terdapat pesaing yaitu produk
beras organik dari daerah lain. Menurut Umar (2001) menyatakan
bahwa aspek persaingan dan lingkungan eksternal merupakan
kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat
dikendalikan.
b) Identifikasi Faktor Eksternal
1) Identifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang:
a) Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten
Tidak semua daerah mempunyai potensi dalam
pengembangan produk beras organik. Hal ini disebabkan
karena berbedanya potensi sumber daya alam yang dimiliki
serta faktor iklim. Menurut responden dari Disperindagkop dan
UMKM serta Koperasi OVOP menyatakan bahwa Kabupaten
Karanganyar mempunyai potensi pengembangan beras organik,
apabila terjadi peningkatan produksi beras organik. Salah satu
daerah yang menjadi peluang pasar bagi produk organik adalah
Daerah Khas Ibu Kota Jakarta. Jakarta tidak mempunyai luas
lahan sawah yang besar justru tergolong kecil.
Saat ini KSU AGRIKA telah memperoleh pesanan produk
organik di Jakarta, akan tetapi pemenuhan pesanan tersebut
masih terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan karena petani
dari koperasi produsen belum mampu untuk mensuplai produk
beras organik dalam jumlah besar mengingat permintaan lokal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang tinggi serta kondisi lahan yang tersertifikasi. Apabila pada
waktu ke depan terjadi peningkatan jumlah lahan organik yang
tersertifikasi maka dapat memenuhi permintaan produk beras
organik ke Jakarta dan kota besar lainnya.
b) Tingginya permintaan beras organik
Tingginya permintaaan beras organik dapat digambarkan
dengan ketersediaan beras organik yang terbatas di pasar.
Produk organik yang dijual di KSU AGRIKA selalu habis
dalam waktu yang relatif singkat. Setiap bulannya KSU
AGRIKA menjual produk beras organik sebanyak 2,5 ton,
jumlah ini untuk memenuhi permintaan konsumen lokal
(pelanggan rumah tangga, catering) dan konsumen dari luar
daerah (Jakarta). Permintaan akan produk beras organik yang
cenderung meningkat ini disebabkan karena kesadaran
konsumen akan gaya hidup yang sehat.
c) Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras
anorganik
Salah satu keunggulan dari beras organik adalah harga jual
di pasar yang lebih mahal dibandingkan dengan beras
biasa/konvensional. Harga beras organik yang berbeda sangat
signifikan dengan beras bukan organik merupakan daya tarik
tersendiri bagi banyak produsen. Faktor ini menjadi salah
satu faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani. pada
umumnya konsumen beras organik merupakan kalangan
terbatas yaitu kalangan ekonomi menengah ke atas yang
mempunyai gaya hidup sehat sehingga faktor harga yang mahal
tersebut tidak begitu berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 21. Harga Produk Beras di Kabupaten Karanganyar
No. Varietas Harga (Rp/Kg) Beras Organik Beras Non-
Organik 1. Mentik Wangi 10.000,00 8.000,00 2. 3.
IR 64 Beras Merah
9.000,00 12.000,00
7.000,00 -
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Berdasarkan data di atas menyatakan bahwa terdapat
perbedaan harga yang di antara beras organik dan beras non
organik yang berada di Kabupaten Karanganyar. Harga beras
organik mengacu pada harga KSU AGRIKA sedangkan harga
beras non organik berdasarkan harga di pasar tradisonal. Pada
umumnya beras organik mempunyai harga yang lebih tinggi
dibanding beras non organik. Beras organik varietas mentik
dan beras merah merupakan beras yang mempunyai harga
tinggi dibanding dengan varietas lain. Harga beras organik
varietas mentik dan beras merah yang dijual di KSU AGRIKA
hanya mempunyai selisih Rp 1000,00 dengan varietas IR-64.
Hal ini dapat disebabkan karena varietas mentik mempunyai
tahap pasca panen yang lebih sulit dibandingkan varietas lain.
d) Adanya gaya hidup baru Back To Nature
Trend peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga
kesehatan turut berimbas pada sektor pertanian. Sebagian besar
masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan, dan
kesehatan tersebut salah satunya dapat dirasakan ketikan
mengkonsumsi bahan pangan yang sehat pula. Dengan adanya
perubahan pandangan megenai pangan yang sehat maka produk
beras organik mempunyai peluang untuk masuk ke dalam gaya
hidup sehat yang telah banyak dianut oleh masyarakat.
Disamping itu, saat ini mulai banyak berdiri restoran-
restoran/catering yang mengangkat tema makanan sehat. Hal
ini dapat dilihat bahwa produk beras organik sudah mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pelanggan tetap yaitu catering yang berada di Kota
Karanganyar.
e) Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun
Salah satu potensi untuk peningkatan pendapatan daerah
adalah kunjungan wisata. Di Kabupaten Karanganyar terdapat
banyak objek wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh
wisatawa baik domestik maupun luar daerah. Obyek wisata
yang ada di Kabupaten Karanganyar meliputi taman hiburan,
pemandangan alam, pemandian air panas dan peninggalan
sejarah. Selama Tahun 2009 (BPS, 2010) jumlah pengunjung
yang datang keseluruh obyek wisata mencapai 563.218 orang
dengan obyek yang paling banyak dikunjungi adalah Grojogan
Sewu di Tawangmangu sebanyak 285.974 orang (50,78%),
Kolam renang Intanpari 125.809 orang (22,34%), Air Terjun
Jumog Ngargoyoso sebanyak 46.439 orang (8,25%), dan
Taman Balekambang Tawangmangu sebanyak 20.206 orang
(3,59%). Potensi jumlah pengunjung wisata mampu
memberikan dukungan terhadap pengembangan beras organik.
Khususnya dalam sasaran konsumen potensial yaitu
pengunjung wisata di Kabupaten Karanganyar. Apabila
terdapat stand/kios beras organik di lokasi wisata maka dapat
meningkatkan citra produk beras organik yang melekat pada
Kabupaten Karanganyar.
f) Adanya program pemerintah pusat (Dinas Koperasi dan
UMKM) melalui OVOP (One Village One Product)
Program pemerintah pusat merupakan salah satu bentuk
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya
wilayahnya. OVOP merupakan satu konsep yang dianut dari
Jepang. Dengan adanya konsep OVOP maka suatu daerah
didorong untuk mengetahui potensi daerah dan
mengembangkan potensi tersebut untuk menjadi suatu produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
unggulan yang menjadi ciri khas daerah. Berdasarkan Instruksi
Gubernur Jawa Tengah 2011(pada Lampiran 6) menyatakan
bahwa setiap daerah/kabupaten/kota dianjurkan untuk
mempunyai produk unggulan. Adanya OVOP berbasis koperasi
sangat membantu dalam pengembangan produk unggulan pada
setiap kabupaten seperti halnya Kabupaten Karanganyar yang
mempunyai salah satu produk unggulan yaitu beras organik.
Beberapa peran konsep OVOP berbasis koperasi yaitu berbagai
pembinaan, pelatihan, sosialisasi, bantuan dan modal.
g) Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP (One Village One Product) Fasilitas/alat pertanian dari OVOP berbasis koperasi
sangat dirasakan manfaatnya oleh petani padi organik yang
tergabung dalam koperasi produsen OVOP. Beberapa
fasilitas/bantuan peralatan pertanian yang diberikan untuk
menunjang pengembangan produk unggulan beras organik di
Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 22. Fasilitas/Bantuan Peralatan Pertanian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Dinas Koperasi dan UMKM) melalui OVOP Tahun 2011-2012 di Kabupaten Karanganyar
No. Koperasi Jenis Bantuan Jumlah (Unit)
1. KSU AGRIKA a. Kendaraan Roda Tiga/TOSSA b. Hand Sprayer
1 3
2. KSU Anugerah Jaya a. Rice Mile Unit (RMU) tipe Pemecah Kulit b. Kendaraan Roda Tiga/TOSSA c. Hand Sprayer
1 1 2
3. KUD Jaten a. APO (Alat Pengolah Organik) b. Kendaraan Roda Tiga/TOSSA c. Hand Sprayer
1 1 2
4. KUD Pandan Wangi a. Kendaraan Roda Tiga/TOSSA b. Hand Tractor c. Hand Sprayer
1 1 2
5. KKT Makaryo Tani a. Rice Mile Unit (RMU) tipe Pemutih b. Sprayer
1 2
6. KSU Ngremboko Mulyo Hand Sprayer 2
7. KKT Sari Rejeki Hand Sprayer 2
Sumber : KSU AGRIKA, 2012
Fasilitas bantuan OVOP yang diterima oleh koperasi
produsen ini diberikan secara bertahap oleh Dinas Koperasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
UMKM Provinsi Jawa Tengah. Bantuan berupa alat-alat pertanian
tersebut akan diserahkan oleh Disperindagkop dan UMKM
Kabupaten Karanganyar yang kemudian disalurkan melalui KSU
AGRIKA. Bantuan alat-alat pertanian tersebut oleh KSU
AGRIKA disalurkan kembali oleh Koperasi Produsen yang benar-
benar mempunyai komitmen untuk bergerak atau mengembangan
pertanian organik pada anggota koperasi produsen. Bantuan
tersebut tidak diberikan secara gratis, akan tetapi diterapkan
dengan sistem peminjaman tanpa biaya. Apabila suatu hari alat
tersebut tidak dipergunakan seperti mestinya/pertanian organik
maka alat tersebut akan diambil oleh pihak KSU AGRIKA dan
akan dipinjamkan kepada koperasi produsen lain yang mampu
melakukan komitmen. Di sisi lain, pada Bulan Mei Tahun 2012
ini, Disperindagkop dan UMKM melakukan tindakan yang lebih
tegas mengenai alat-alat pertanian bantuan OVOP. Tindakan
tersebut meliputi mengutus utusan Disperindagkop dan UMKM
mengunjungi semua koperasi produsen, untuk meminta
komitmen/surat pernyataan mengenai kesanggupan penggunaan
waktu alat-alat bantuan. Hal ini disebabkan, karena belum semua
koperasi produsen menggunakan alat-alat tersebut secara optimal
sehingga terdapat alat bantuan yang dianggurkan.
h) Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic)
Gerakan pertanian organik atau sering disebut Go Organic
2010 telah dicanangkan oleh pemerintah pusat pada Tahun 2010.
Kebijakan pemerintah pusat ini dapat menjadi suatu peluang yang
dapat mendukung pengembangan beras organik di Kabupaten
Karanganyar. “Go Organic 2010” berkeinginan untuk
mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia Tahun 2010. Pada
Tahun 2012 ini, gerakan organik ini masih terus digalakkan.
Adanya kebijakan tersebut dapat mendukung pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terkhusus Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar untuk
mempunyai program kerja yang tegas untuk melangkah pada
pertanian organik di Kabupaten Karanganyar, apabila dapat
dirancang Peraturan Daerah tentang “Go Organic” di Kabupaten
Karanganyar. Oleh karena itu, petani dapat memperoleh
sosialisasi perkenalan atau pemahaman kembali mengenai
pertanian organik sehingga tumbuh motivasi untuk memperbaiki
lahan pertaniannya yang telah terbiasa menggunakan pupuk
anorganik buatan pabrik didukung dengan masyarakat yang
memahami dengan produk organik.
2) Identifikasi faktor eksternal yang menjadi ancaman
a) Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding
terbalik dengan pupuk organik.
Pupuk organik tidak hanya dapat diperoleh dengan
mengolah sendiri pupuk kandang, tetapi dapat dengan membeli
pupuk organik di pasar/toko. Akan tetapi, pupuk anorganik lebih
banyak dijumpai di pasar. Sedangkan pupuk organik tersedia akan
tetapi jumlah sedikit dan sebagian besar merupakan pupuk
organik buatan pabrik yang kualitasnya belum terdapat
standarisasi yang baik. Sebagian besar petani responden lebih
memilih menggunakan pupuk organik yang berasal dari ternak
dan diolah secara manual/alami daripada pupuk organik buatan
pabrik. Hal ini disebabkan karena, menurut petani pupuk organik
dari kotoran ternak yang diolah secara alami akan mempunyai
unsur hara yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ketersediaan pupuk
organik yang berkualitas, sulit untuk ditemukan sehingga mampu
menghambat keberlanjutan pengembangan produk beras organik
di Kabupaten Karanganyar.
b) Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah
Persepsi konsumen terhadap kualitas beras organik
tergolong masih rendah. Konsumen masih belum memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
perbedaan (dari segi kualitas) produk beras organik dengan beras
biasa. Hal ini disebabkan, karena konsumen di Kabupaten
Karanganyar belum memahami secara benar perbedaan
keunggulan beras organik dibandingkan non organik. Hal ini
menjadi suatu kelemahan, karena sebagian besar konsumen belum
mempercayai dan menghargai adanya produk organik.
c) Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga
Salah satu kelemahan petani adalah mempunyai posisi yang
lemah dalam penetapan harga jual produk. Berdasarkan hasil
obeservasi dan wawancara sebagian besar petani menjual hasil
panennya ke tengkulak. Kebanyakan petani padi organik yang
belum tergabung dalam koperasi produsen menjual hasil panennya
kepada tengkulak. Sedangkan Hasil panen yang dijual dalam
bentuk gabah, pada umumnya langsung dijual semuanya dan
hanya disisihkan sedikit untuk kosumsi keluarga. Tengkulak
membeli dengan harga rendah, kemudian menyimpan gabah
tersebut dan kembali menjual gabah tersebut dengan harga yang
lebih tinggi. Petani yang bertindak sebagai produsen tidak
mempunyai kesempatan untuk mendapat pendapatan yang lebih
tinggi daripada tengkulak. Sedangkan untuk petani yang
bergabung dengan koperasi produsen OVOP, terdapat pula yang
menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan alasan
kemudahan dan cepatnya waktu pembayaran.
d) Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar)
Pupuk organik dapat diperoleh dengan mengusahakan kotoran
ternak dan rerumputan yang ada di sekitar petani. Akan tetapi, tidak
semua petani berkesempatan untuk mengolah sendiri sehingga petani
tergantung dengan pupuk organik yang dijual di toko pertanian.
Salah satu hal yang dapat mengancam kerberlanjutan pertanian
organik adalah kualitas pupuk organik yang dijual di pasar. Belum
ada standarisasi mengenai komposisi unsur hara pada setiap pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
organik kemasan pabrik yang dijual umum. Oleh karena itu, belum
adanya standarisasi pupuk organik dapat menyebabkan beredarnya
pupuk organik palsu atau rendah unsur hara karena salah
pengolahan.
e) Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik
Harga sarana produksi seperti pupuk akan menentukan
besarnya biaya dan pendapatan bagi petani. Subsidi merupakan salah
satu insentif yang diperoleh petani dari pemerintah. Akan tetapi,
dalam pengembangan padi organik kebutuhan pupuk organik
merupakan hal yang pokok dalam usahatani. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Dinas Pertanian, menyatakan bahwa subsisdi
pupuk anorganik dan organik mempunyai kesamaan nilai besarnya.
Pupuk kimia sintesis yang disubsidi adalah Urea. Sedangkan untuk
pupuk organik adalah Pusriganik, Petroganik. Oleh karena nilai
subsidi yang sama diantara kedua pupuk tersebut maka penggunaan
pupuk kimia ini masih mudah atau murah untuk dibeli petani.
Dengan demikian dapat menjadi penghambat berlangsungnya
pertanian organik yang berkelanjutan.
f) Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah
budidaya
Lokasi suatu daerah budidaya komoditas pertanian seperti padi
organik ini sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti lingkungan.
Di Kabupaten Karanganyar sendiri lokasi budidaya padi organik
masih belum menjadi kesatuan. Lokasi budidaya yang masih belum
benar-benar tersterilisasi dari budidaya padi konvensional. Hal
tersebut dapat menjadi salah satu ancaman yang dapat mengganggu
kualitas beras organik yang diproduksi.
g) Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik
membutuhkan waktu lama
Salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi beras
organik adalah kondisi lahan pertanian. Apabila melihat di lapang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
lahan pertanian di Kabupaten Karanganyar sebelumnya telah lama
diberikan masukan pupuk anorganik yang tinggi sehingga banyak
residu dari pupuk anorganik yang masih tertinggal di lahan.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk konversi lahan organik pada tanaman semusim
adalah minimal 12 bulan. Hal tersebut dapat menjadi suatu ancaman
karena untuk memulihkan lahan pertanian yang teresidu pupuk
anorganik membutuhkan jangka waktu yang lama yaitu dengan
memberikan masukan bahan organik yang cukup sesuai dengan
kondisi kerusakan lahan.
h) Munculnya produk beras organik dari daerah lain
Produk beras organik tidak hanya diproduksi oleh Kabupaten
Karanganyar saja. Hal ini disebabkan karena beberapa kabupaten di
luar Kabupaten Karangayar juga mempunyai peluang yang sama
dalam produksi beras organik. Selain itu didukung dengan adanya
program pemerintah pusat untuk gerakan Go Organic 2010. Salah
satu daerah terdekat di Kabupaten Karanganyar yang juga
mempunyai potensi pada beras organik adalah Kabupaten Sragen.
Produk beras organik dari Kabupaten Sragen tersebut lebih dikenal
masyarakat luas karena waktu pengenalan yang lebih awal
dibandingkan dengan Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 23. Identifikasi Faktor Eksternal Pengembangan Beras Organik Melalui Konsep OVOP berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
Aspek Eksternal
Peluang(Opportunity) Ancaman(Threats)
Konsumen 1. Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten
2. Tingginya permintaan beras organik di luar daerah/kabupaten
Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah
Sosial Budaya 1. Adanya gaya hidup baru Back To Nature
2. Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun
Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga
Teknologi Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah
1. Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar)
2. Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik
Pemerintah pusat
1. Adanya rogram pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP berbasis koperasi
2. Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic)
Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik
Ekonomi Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik
Persaingan Munculnya produk beras organik dari daerah lain
Lingkungan Alam
1. Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya
2. Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
C. Perumusan Alternatif Strategi
1) Matrik Internal Factor Evaluation (IFE)
Matrik IFE dipergunakan untuk mengetahui nilai pembobotan
dari faktor-faktor internal yang terdapat dalam pengembangan produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi, yang
berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 24. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) No. Faktor-faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan
1. Lahan sawah potensial yang luas sebesar 48.783 Ha 0.10772 4 0.430880 2. Motivasi petani yang tinggi dalam budidaya padi organik 0.0252 3 0.075600 3. Terdapat fasilitas pemasaran (koperasi
pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten Karanganyar 0.040392 3.6 0.147296
4. Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar 0.036392 3 0.109176
5. Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi 0.0708 3 0.212400 6. Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik
yang telah tersertifikasi 0.031492 3.2 0.097876 7. Ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian
setiap kecamatan 0.0264 3 0.079200 8. Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) 0.036092 3.4 0.120276 9. Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-
farm 0.040392 3.6 0.145896 10. Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi
Produsen 0.0396 3 0.118800 Kelemahan
1. Terbatasnya lahan padi organik yang tersertifikasi organik SNI 0.07772 1 0.077720
2. Jumlah produk beras organik masih terbatas 0.060692 1.2 0.067964 3. Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih
sederhana 0.036092 1.4 0.051764 4. Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada
budidaya padi organik 0.03172 1.8 0.059404 5. Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah 0.059994 1.2 0.067268 6. Kurangnya optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian 0.03472 1.6 0.052720 7. Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal 0.032074 1.6 0.052148 8. Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi
produsen OVOP 0.09112 1.8 0.173840 9. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani
menuju organik 0.083394 1.6 0.138388 10. Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih
rendah 0.037994 1.6 0.063988 Total 1,000 2.342640
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), 2012
Faktor kelemahan dan kekuatan merupakan faktor yang
menggambarkan kondisi internal pada pengembangan produk
unggulan beras organik. Faktor kunci kekuatan terbesar dalam
pengembangan produk beras organik adalah lahan sawah potensial
yang cukup luas sebesar 48.783 Ha dengan total skor pembobotan
sebesar 0,04388. Sedangkan nilai kelemahan terbesar terdapat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
faktor ke 8(delapan) yaitu tidak semua petani padi organik tergabung
dalam koperasi produsen OVOP dengan total skor 0.17384.
Berdasarkan tabel 24, dapat dijelaskan bahwa dari nilai
kumulatif matrik IFE pada pengembangan produk unggulan beras
organik melalui konsep OVOP adalah 2,24264. Nilai matrik IFE
tersebut mengidentifikasikan bahwa faktor internal berada dalam posisi
lemah karena berada di bawah 2,5 (David, 2009). Hal ini
mengidentifikasikan bahwa pemerintah daerah belum mampu
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan untuk
mengembangkan produk unggulan beras organik.
2) Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Analisis matrik EFE terhadap faktor-faktor eksternal pada
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep
OVOP berbasis kopersi terbagi menjadi dua bagian yaitu peluang
dan ancaman. Tabel matrik EFE dapat ditampilkan pada tabel di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 25. Matrik Ekternal Factor Evaluation (EFE) No.
Faktor –faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor
Peluang
1. Terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten 0.084 4 0.3360
2. Tingginya permintaan beras organik di luar daerah/kabupaten 0.07 3.2 0.2260
3. Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik 0.079 3.2 0.2530
4. Adanya gaya hidup baru Back To Nature 0.073 3.6 0.2610 5. Peningkatan pengunjung wisata setiap
tahun 0.046 2.2 0.1080 6. Adanya Program pemerintah provinsi
(Koperasi dan UMKM) melalui OVOP berbasis koperasi 0.0732 3 0.2248
7. Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah 0.0672 3.2 0.2188
8. Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) 0.044 2.2 0.0940
Ancaman
1. Ketersediaan pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik 0.0592 3 0.1928
2. Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah 0.066 2.6 0.1780
3. Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga 0.052 2.8 0.1500
4. Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) 0.0872 3.4 0.2988
5. Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik 0.032 2 0.0620
6. Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya 0.062 3 0.1900
7. Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama 0.0752 3.4 0.2568
8. Munculnya produk beras organik dari daerah lain 0.03 1.6 0.0460
Total 1,000 3.0960
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil
analisis matrik EFE pada pengembangan produk unggulan beras
organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi diperoleh nilai
indeks kumulatif sebesar 3,096. Hasil dari analisis tersebut diperoleh
dari beberapa peluang dan ancaman yang dapat dicermati pada tabel
25. Nilai matrik EFE yang sebesar 3,096 mempunyai arti bahwa
pemerintah daerah sudah mampu memanfaatkan peluang yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
untuk mengatasi ancaman yang dihadapi dalam pengembangan beras
organik. Berdasarkan nilai skor matrik EFE maka dapat dijelaskan
bahwa kondisi eksternal organisasi berada pada posisi yang kuat
karena total skor lebih dari 2,5 (David, 2009). Faktor peluang terbesar
adalah terbukanya pasar beras organik di luar daerah/kabupaten
sebesar 0,366. Sedangkan faktor ancaman terbesar adalah standarisasi
pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) dengan nilai
skor sebesar 0,2988.
3) Matrik Intenal Eksternal (IE)
Matrik IE diperoleh dari hasil matrik IFE dan EFE. Nilai rata-rata
Matrik EFE yang telah diperoleh sebelumnya sebesar 3,096 dan
matrik IFE sebesar 2.34264. berdasarkan nilai matrik IFE dan matrik
EFE tersebut, dapat memposisikan pengembangan produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi pada sel II.
Posisi ini menggambarkan bahwa pengembangan produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi berada dalam
kondisi tumbuh dan membangun .
Total Skor IFE
Kuat Rata- rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
3,0
Sedang
2,0
Rendah
1,0
Gambar 6. Matrik Internal Eksternal (IE) pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melaui Konsep
OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
I
Tumbuh dan Membangun
Tumbuh dan Membangun
III
Menjaga dan Pertahankan
IV
Tumbuh dan Membangun
V
Menjaga dan Pertahankan
VI
Panen dan Divestasi
VII
Menjaga dan Pertahankan
VIII
Panen dan Divestasi
IX
Panen dan Divestasi
Total Skor EFE
II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Menurut David (2009), strategi yang seharusnya diambil oleh
pemerintah daerah untuk pengembangan produk unggulan beras
organik adalah sel II. Sel tersebut merupakan stretegi tumbuh dan
membangun. Strategi ini pada umumnya dilakukan melalui strategi
intesif yaitu melalui penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk. Strategi pengembangan produk adalah suatu
kegiatan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
selalu berubah. Strategi pengembangan pasar merupakan suatu strategi
untuk penjangkauan pasar yang lebih luas. Strategi penetrasi pasar
merupakan pencarian pangsa pasar yang lebih besar atau peningkatan
pangsa pasar produk yang sudah ada melalui usaha pemasaran.
Penetrasi pasar ini harus diawali dengan strategi perbaikan produk
yang meliputi peningkatan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas)
produk beras organik di Kabupaten Karanganyar.
4) Matrik SWOT
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan
model analisis matrik SWOT. Keunggulan dari penggunaan matriks
SWOT ini adalah kemudahan dalam memformulasikan strategi
berdasarkan gebungan faktor internal dan faktor eksternal. Strategi
utama yang dapat disarankan terdiri dari 4(empat) macam yaitu
strategi SO, WO, ST dan WT. Menurut Fouladgar (2011) perpaduan
antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat
menjadi suatu penyusun alternatif strategi yang baik. Matrik SWOT
yang diperoleh dalam pengembangan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP berbasis koperasi yaitu:
a. Strategi S-O
Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan
internalnya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang
yang ada. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan yaitu:
1) Perluasan lahan padi organik dengan pengoptimalan peran
penyuluh pertanian dan kelembagaan lokal petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2) Membangun Brand Image merk produk beras organik melalui
pameran-pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand
di lokasi wisata
b. Strategi W-O
Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang. Alternatif strategi W-O yang dapat
dirumuskan antara lain:
1) Membangun kerjasama antar dinas dengan membentuk tim
yang terdiri dari beberapa dinas terkait untuk bekerja secara
intensif
2) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik
yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari
OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah
c. Strategi S-T
Strategi S-T adalah strategi yang mengoptimalkan kekuatan
internal yang dimilikinya dalam mengatasi ancaman. Alternatif
strategi S-T yang dapat dirumuskan antara lain:
1) Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam
produksi beras organik
2) Melakukan rehabilitasi lahan sawah yang kurang produktif
menjadi produktif dalam produksi beras organik
d. Strategi W-T
Strategi W-T adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman. Alternatif strategi W-T yang dapat
dirumuskan antara lain:
1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (petani) melalui
pelatihan dan peningkatan ketrampilan, penguatan
kelembagaan koperasi OVOP
2) Menjaga kualitas produk beras organik agar menjadi produk
andalan di mata konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 26. Alternatif Strategi Matrik SWOT Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar.
IFE EFE
Strenght (S) 1) Lahan sawah potensial yang luas
(48.783 Ha) 2) Motivasi petani yang tinggi dalam
budidaya padi organik 3) Terdapat fasilitas pemasaran
(koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kab. Karanganyar
4) Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar
5) Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi
6) Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi
7) Ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan
8) Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO)
9) Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm
10) Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen
Weakness (W) 1) Terbatasnya lahan padi organik
yang tersertifikasi organik SNI 2) Jumlah produk beras organik masih
terbatas 3) Kemasan dan pelabelan produk
beras organik masih sederhana 4) Belum ada kebijakan yang tegas
dari pemerintah pada budidaya padi organik
5) Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah
6) Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian
7) Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal
8) Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP
9) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik
10) Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah
Opportunities (O): 1) Terbukanya pasar beras organik di luar
daerah/kabupaten 2) Tingginya permintaan beras organik di luar
daerah/kabupaten 3) Harga produk beras organik lebih mahal
dibanding beras anorganik 4) Adanya gaya hidup baru Back To Nature 5) Peningkatan pengunjung wisata setiap
tahun 6) Adanya Program pemerintah provinsi
(Koperasi dan UMKM) melalui OVOP 7) Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP
Provinsi Jawa Tengah 8) Adanya program gerakan pertanian organik
(Go Organic)
Strategi S-O: 1) Perluasan lahan padi organik dengan
pengoptimalan peran penyuluh pertanian dan kelembagaan lokal petani (S1, S7, S8, S9, O1, O2, O6, O8)
2) Membangun Brand Image produk beras organik melalui pameran-pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand di lokasi wisata ( S3, S4, O3, O4, O5)
Strategi W-O: 1) Membangun kerjasama antar dinas
dengan membentuk tim yang terdiri dari beberapa dinas terkait untuk bekerja secara intensif (W4, W5, W6, W9, O6, O8)
2) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah (W1, W2, W3,O1, O2, O3, O4, O5, O6,O7,O8)
Threats (T): 1) Ketersediaan pupuk anorganik yang
banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik
2) Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah
3) Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga
4) Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar)
5) Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik
6) Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya
7) Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama
8) Munculnya produk beras organik dari daerah lain
Strategi S-T: 1) Melakukan pemetaan daerah yang
paling berpotensi dalam produksi beras organik (S1, S2, S7, T6, T7)
2) Melakukan rehabilitasi lahan sawah yang kurang produktif menjadi produktif dalam produksi beras organik (S7, S8, S9, T6, T7)
Strategi W-T: 1) Meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia (petani) melalui pelatihan dan peningkatan ketrampilan, penguatan kelembagaan koperasi OVOP (W7, W8, W9, W10, T1, T3, T4, T5, T7)
2) Menjaga kualitas produk beras organik agar menjadi produk andalan di mata konsumen (W1, T2, T8)
Sumber: Analisis Hasil Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
D. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSP
Berdasarkan hasil analisis Matrik IE dan Matrik SWOT telah
diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh
pemerintah daerah dalam pengembangan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP(One Village One Product) berbasis koperasi. Dari
analisis matrik IE (internal-eksternal) menunjukkan bahwa posisi
pemerintah daerah dalam mengembangkan produk unggulan beras organik
melalui konsep OVOP berbasis koperasi berada pada posisi tumbuh dan
membangun, dengan beberapa alternatif strategi yaitu strategi intensif
berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Sedangkan pada analisis matrik SWOT dapat dirumuskan 8 (delapan)
alternatif strategi yang selanjutnya dipilih untuk menjadi prioritas strategi.
Penentuan prioritas strategi yang tepat dan utama, maka dilakukan dengan
analisis QSPM untuk tahapan pengambilan keputusan. Analisis QSPM
memadukan antara alternatif strategi pada tahapan matching stage yaitu
perpaduan antara matrik IE (Internal Eksternal) dan Matrik SWOT yang
telah diperoleh. Alternatif strategi dari Matrik SWOT dan Matrik IE
menghasilkan 3 strategi dimana strategi tersebut merupakan perpaduan
antara alternatif strategi pada ke dua matrik yang digunakan. Alternatif
tersebut antara lain:
1) Alternatif strategi 1 : Membangun Brand Image produk beras organik
melalui pameran-pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka
stand di lokasi wisata.
Strategi ini mempunyai hubungan dengan strategi penetrasi pasar
yang diperoleh pada matrik IE. Strategi penetrasi pasar adalah suatu
strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan
penjualannya atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usaha-
usaha pemasaran yang lebih agresif. Menurut David (2009) strategi
penetrasi pasar merupakan strategi yang mengusahakan peningkatan
pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya
pemasaran yang lebih besar. Strategi ini merupakan salah satu upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
untuk melangkah pada pasar yang lebih luas dengan cara memperluas
kegiatan pemasaran melalui promosi dengan menambah lokasi
pemasaran di lokasi yang strategis/tempat wisata karena dapat
memperkenalkan/menanamkan citra produk beras organik pada semua
kalangan ekonomi masyarakat di dalam daerah maupun luar daerah.
Strategi ini didukung dengan adanya faktor peluang terbukanya pasar
beras organik di luar daerah/kabupaten. Langkah kedepannya
Pemerintah/instansi terkait di Kabupaten Karanganyar dapat
mendorong masyarakat untuk membeli lebih sering, sekaligus untuk
membeli lebih banyak setiap pembelian produk beras organik melalui
promosi harga saat kegiatan pameran dan stand basar.
2) Alternatif strategi 2: Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu
beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan
peralatan dari bantuan OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar
daerah.
Alternatif strategi ini berhubungan dengan strategi pengembangan
pasar dan peluang yang ada pada matrik SWOT. Strategi
pengembangan pasar ini merupakan strategi untuk memperluas
wilayah pemasaran produk beras organik ke luar daerah. David (2009)
menyatakan bahwa pengembangan pasar merupakan pengenalan
produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang
baru. Strategi ini erat kaitannya dengan pengembangan pasar. Hal ini
disebabkan bahwa pada keadaan di lapang beras organik sudah dapat
dipasarkan pada pasar luar daerah (Jakarta) akan tetapi jumlahnya
masih terbatas. Strategi ini didukung dengan peluang yaitu terbukanya
pasar beras organik di luar daerah/kabupaten dan tingginya
permintaan beras organik di luar daerah. Oleh karena hal tersebut,
alternatif strategi ini dapat meningkatkan pemasaran produk ke luar
daerah untuk dapat menangkap peluang yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
3) Alternatif strategi 3: Melakukan pemetaan daerah yang paling
berpotensi dalam produksi beras organik.
Strategi tersebut sebagai upaya untuk mengembangkan produk
beras organik dapat dilakukan dengan pewilayahan atau pemetaan
potensi daerah yang mampu mengoptimalkan sumber daya alam di
Kabupaten Karanganyar untuk mengembangkan beras organik. Faktor
kekuatan yang dapat mendukung terlaksananya strategi ini adalah
lahan sawah potensial di Kabupaten Karanganyar yang luas sebesar
48.783 Hektar dan adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO).
Alternatif strategi ini merupakan bagian dari strategi pengembangan
produk. Strategi ini dapat mendukung terjadi pengembangan produk
yang berpandangan pada jangka panjang khususnya persediaan
produk beras organik yang kemudian dapat mendukung modifikasi
produk pada modifikasi kemasan produk. Menurut David (2009)
Strategi pengembangan produk adalah suatu strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau
memodivikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Produk beras
organik di Kabupaten Karanganyar memerlukan sebuah strategi
pengembangan produk sehingga untuk mencapai hal tersebut
diperlukan beberapa upaya awal salah satunya meningkatkan produksi
dengan pemetaan wilayah yang paling berpotensi dalam produksi
beras organik.
Alternatif strategi 1, 2 dan 3 dapat menjadi prioritas strategi dengan
melalui perhitungan yang dapat ditampilkan pada hasil Nilai Daya
Tarik matrik QSP(Quantitative Strategi Planning) yang ditampilkan
pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 27. Matriks QSPM pada Pengembangan Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar
Faktor-Faktor Strategis Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor Kunci Internal Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan 1. Lahan sawah potensial yang
luas sebesar 48.783 Ha 0,10772 3 0,32316 2 0,21544 4 0,43088 2. Motivasi petani yang tinggi
dalam budidaya padi organik 0,0252 1 0,0252 2 0,0504 2 0,0504 3. Terdapat fasilitas pemasaran
(koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kab. Kra 0,040392 3 0,121176 1 0,040392 2 0,080784
4. Adanya promosi untuk pengenalan produk beras organik Kabupaten Karanganyar 0,036392 3 0,109176 2 0,072784 1 0,036392
5. Koperasi produsen menyediakan berbagai sarana produksi 0,0708 1 0,07080 2 0,1416 3 0,2124
6. Terdapat penelitian dan pengecekan pada lahan organik yang telah tersertifikasi 0,031492 1 0,031492 2 0,062984 3 0,094476
7. Ada pembinaan dari Balai Penyuluh Pertanian setiap kecamatan 0,0264 3 0,0792 2 0,0528 4 0,1056
8. Adanya Asosiasi Petani Padi Organik (APPO) 0,036092 1 0,036092 3 0,108276 2 0,72184
9. Terdapat SOP (Standart Operating Procedure) pada on-farm 0,040392 4 0,161568 2 0,080784 3 0,121176
10. Pinjaman modal dari Koperasi Induk kepada Koperasi Produsen 0,0396 1 0,0396 3 0,1188 2 0,0792
Kelemahan 1. Terbatasnya lahan padi
organik yang tersertifikasi organik SNI 5,59 Ha 0,07772 2 0,15544 4 0,31088 3 0,23316
2. Jumlah produk beras organik masih terbatas 0,060692 2 0,121384 3 0,182076 4 0,242768
3. Kemasan dan pelabelan produk beras organik masih sederhana 0,036092 2 0,072184 3 0,108276 2 0,072184
4. Belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah pada budidaya padi organik 0,03172 1 0,03172 2 0,06344 3 0,09516
5. Koordinasi antar dinas terkait yang masih lemah 0,059994 1 0,059994 3 0,179982 2 0,119988
6. Kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian 0,03472 1 0,03472 3 0,10416 2 0,06944
7. Peran koperasi produsen OVOP belum maksimal 0,032074 2 0,064148 3 0,096222 2 0,064148
8. Tidak semua petani padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP 0,09112 1 0,09112 3 0,27336 2 0,18224
9. Dibutuhkan waktu yang lama 0,083394 1 0,083394 2 0,166788 3 0,250182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
untuk mendorong petani menuju organik
10. Pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah 0,037994 3 0,113982 2 0,075988 1 0,037994
Faktor Kunci Eksternal Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Peluang Bobot AS TAS AS TAS AS TAS 2. Terbukanya pasar beras
organik di luar daerah/kabupaten 0,084 4 0,336 3 0,252 2 0,168
3. Tingginya permintaan beras organik 0,07 4 0,28 3 0,21 2 0,14
4. Harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras anorganik 0,079 2 0,158 3 0,237 1 0,0,079
5. Adanya gaya hidup baru Back To Nature 0,073 3 0,219 4 0,292 2 0,146
6. Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun 0,046 3 0,138 4 0,184 2 0,092
7. Adanya Program pemerintah provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP 0,0732 3 0,2196 4 0,2928 2 0,1464
8. Bantuan fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah 0,0672 2 0,1344 4 0,2688 3 0,2016
9. Adanya program gerakan pertanian organik (Go Organic) 0,044 1 0,044 2 0,088 3 0,132
Ancaman 1. Ketersediaan pupuk
anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan pupuk organik 0,0592 2 0,1184 3 0,1184 2 0,1184
2. Persepsi konsumen akan produk beras organik masih rendah 0,066 4 0,264 3 0,198 2 0,132
3. Posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan harga 0,052 2 0,104 3 0,156 1 0,052
4. Standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di toko/pasar) 0,0872 2 0,1744 4 0,3488 3 0,2616
5. Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik 0,032 2 0,064 3 0,096 1 0,032
6. Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah budidaya 0,062 2 0,124 3 0,186 4 0,248
7. Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik membutuhkan waktu lama 0,0752 1 0,1504 2 0,1504 3 0,2256
8. Munculnya produk beras organik dari daerah lain 0,03 3 0,09 2 0,06 1 0,03
TOTAL TAS 4,44375 5,643632 5,505012
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Berdasarkan hasil penilaian dengan matrik QSP(Quantitative Strategi
Planning), maka diperoleh prioritas strategi pengembangan yang terpilih. Prioritas
strategi yang diperoleh dapat diperoleh dengan nilai daya tarik (TAS/Total
Attractiveness Score) yang terbesar. Dengan demikian strategi pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP(One Village One Product)
berbasis koperasi dapat diimplementasikan oleh instansi/pemerintah daerah sesuai
kewenangannya.
Prioritas strategi yang diperoleh dalam pengembangan produk unggulan
beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar
adalah Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang
tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari OVOP untuk memenuhi
permintaan pasar luar daerah. Strategi prioritas ini terpilih dengan perolehan total
Nilai Daya Tarik (TAS) terbesar yaitu 5,643632 yaitu pada alternatif strategi 2.
Strategi prioritas yang terpilih tersebut merupakan strategi yang meniktikberatkan
untuk mencapai pengembangan pasar. Strategi ini untuk mengimbangi aspek
permintaan pasar dan merupakan suatu langkah untuk menambah kapasitas
produk agar dapat melayani pasar yang lebih luas. Strategi ini kedepannya akan
dapat menjadi suatu pembuka bagi strategi pegembangan pasar produk beras
organik.
Strategi ini didukung dengan adanya faktor peluang yang bernilai
AS/Attrativeness Score: 4 yaitu adanya gaya hidup baru Back To Nature
Peningkatan pengunjung wisata setiap tahun, adanya Program pemerintah
provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP Bantuan fasilitas/teknologi dari
OVOP Provinsi Jawa Tengah. Beberapa aspek peluang eksternal yang ada maka
strategi ini dapat diterapkan sebagai mestinya untuk menghindari ancaman yang
dapat mengahambat pengembangan produk unggulan beras organik melalui
konsep OVOP berbasis koperasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Strategi Pengembangan Produk
Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One
Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal pada pengembangan produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
a) Faktor internal yang menjadi kekuatan meliputi: lahan sawah
potensial yang luas sebesar 48.783 hektar, motivasi petani yang
tinggi dalam budidaya padi organik, terdapat fasilitas pemasaran
(koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten
Karanganyar, adanya promosi untuk pengenalan produk beras
organik Kabupaten Karanganyar, koperasi produsen menyediakan
berbagai sarana produksi, terdapat penelitian dan pengecekan pada
lahan organik yang telah tersertifikasi, ada pembinaan dari Balai
Penyuluh Pertanian setiap kecamatan, adanya Asosiasi Petani Padi
Organik (APPO), terdapat SOP (Standart Operating Procedure)
pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada
koperasi produsen.
b) Faktor internal yang menjadi kelemahan meliputi : terbatasnya lahan
padi organik yang tersertifikasi organik SNI, jumlah produk beras
organik masih terbatas, kemasan dan pelabelan produk beras organik
masih sederhana, belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah
pada budidaya padi organik, koordinasi antar dinas terkait yang
masih lemah, kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian,
peran koperasi produsen OVOP belum maksimal, tidak semua petani
padi organik tergabung dalam koperasi produsen OVOP, dibutuhkan
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
waktu yang lama untuk mendorong petani menuju organik,
pengetahuan petani mengenai pasar dan beras organik masih rendah.
c) Faktor eksternal yang menjadi peluang meliputi : terbukanya pasar
beras organik di luar daerah/kabupaten ,tingginya permintaan beras
organik, harga produk beras organik lebih mahal dibanding beras
anorganik, adanya gaya hidup baru Back To Nature, peningkatan
pengunjung wisata setiap tahun, adanya Program pemerintah
provinsi (Koperasi dan UMKM) melalui OVOP, bantuan
fasilitas/teknologi dari OVOP Provinsi Jawa Tengah dan adanya
program gerakan pertanian organik (Go Organic).
d) Faktor eksternal yang menjadi ancaman meliputi : ketersediaan
pupuk anorganik yang banyak di pasar, berbanding terbalik dengan
pupuk organik, persepsi konsumen akan produk beras organik masih
rendah, posisi tengkulak yang lebih kuat dari petani pada penetapan
harga, standarisasi pupuk organik belum jelas (yang dijual di
toko/pasar), subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk
anorganik, lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan
daerah budidaya, tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan
organik membutuhkan waktu lama dan munculnya produk beras
organik dari daerah lain
2. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi antara lain:
a) Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu beras organik yang
tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan peralatan dari bantuan
OVOP untuk memenuhi permintaan pasar.
b) Membangun Brand Image produk beras organik melalui pameran-
pameran (dalam dan luar daerah) dan membuka stand di lokasi
wisata.
c) Melakukan pemetaan daerah yang paling berpotensi dalam produksi
beras organik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
3. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi adalah pengoptimalan kapasitas produksi dan
mutu beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan
peralatan dari OVOP untuk memenuhi permintaan pasar
(nilai TAS/Total Attractiveness Score 5,643632).
B. Saran
1. Hendaknya penggunaan peralatan pertanian bantuan dari OVOP (One
Village One Product) Provinsi Jawa Tengah dapat dimanfaatkan secara
merata dengan pengaturan peminjaman peralatan oleh koperasi
produsen bagi kepentingan semua petani anggota pada lahan sawah
potensial yang ada di Kabupaten Karanganyar.
2. Hendaknya strategi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan
dalam pengembangan produk beras organik dengan kerjasama yang
baik Disperindagkop dan UMKM, Dispertan, BP4K, Dinas Peternakan
salah satunya penguatan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan
pembinaan secara intensif kepada petani padi organik untuk menunjang
keberlanjutan produksi dan mutu beras organik, penguatan sistem
pemasaran dan packaging produk beras organik di Kabupaten
Karanganyar.
top related