fibrinogen hemostasis
Post on 15-Jan-2016
46 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World
Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah
satu cara menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup
yang bersih dan sehat.
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah. Darah
mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan darah secara
tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh. (Brown, B. 1993).
Agar darah yang diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-
macam antikoagulan. Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena ada yang
terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan
diperiksa morfologinya. Yang dapat dipakai ialah : EDTA, Heparin, Natrium sitrat
3,8%, campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat (Gandasoebrata 2007).
Sumber potensial kesalahan atau kegagalan dalam proses pemeriksaan
meliputi jenis tes yang diminta, kesalahan identifikasi sampel, waktu yang tidak
tepat, puasa yang tidak benar, tidak tepatnya jenis dan perbandingan antikoagulan
dengan darah, pencampuran yang tidak tepat, serta spesimen hemolisis atau lipemik.
Kesalahan yang paling sering terjadi pada tahap pra-analitik termasuk mengisi
sampel ke dalam tabung dengan tidak benar, penggunaan pengawet yang tidak
sesuai, dan memilih jenis tes yang tidak tepat (Kiswari, R. 2014).
2
Natrium Sitrat (Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2 % dan
3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion kalsium.
Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal proses
pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume : 1 volume
antikoagulan : 9 volume darah. Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan
pemeriksaan Laju Endap Darah dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1
volume antikoagulan : 4 volume darah. Sampel darah segera dikerjakan, harus
selesai dalam 3 jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma sitrat
disimpan dalam tempat plastik tertutup dalam keadaan beku (http://laboratorium-
analisys-rafsan.blogspot.com/2012).
Dari latar belakang diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian tentang Analisis Pengaruh Konsentrasi Natrium Citrat 3,2% dan Natrium
Citrat 3,8% Sebagai Antikoagulan Serta Waktu Penyimpanan Sampel Terhadap
Pemeriksaan Fibrinogen.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh dari konsentrasi yang berbeda pada antikoagulan
Natrium Citrat yakni 3,2% dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap
hasil pemeriksaan Fibrinogen ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berapa besar pengaruh dari
konsentrasi yang berbeda dari antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8% serta
lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan Fibrinogen.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan kepada analis kesehatan laboratorium terutama
dalam pemeriksaan Fibrinogen.
2. Menambah pengetahuan kepada peneliti mengenai pemeriksaan Fibrinogen
dengan antikoagulan Natrium Citrat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
3,2 % dan 3,8 % serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil
pemeriksaan Fibrinogen.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat secara umum tentang pemeriksaan
Fibrinogen.
1.5. Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh dari konsentrasi yang berbeda dari antikoagulan
Natrium Citrat 3,2% dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil
pemeriksaan Fibrinogen.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Darah
Darah adalah jaringan cairan yang mengandung elektrolit yang fungsinya sebagai
medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar.
Komposisi darah terdiri dari bagian cairan yang disebut cairan darah (55%) dan element
yang berbentuk padat yaitu sel-sel darah (45%) (Sylvia, dkk., 2002).
Setiap orang rata-rata mempunyai kira-kira 70 mL darah setiap kilogram berat badan,
atau kira-kira 3,5 L untuk orang dengan berat badan 50 kg (Rukman, 2014). Dalam
keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh dan
mekanisme hemostasis. Sel-sel darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (sel pembekuplatelet) ( I Made Bakta,2006).
2.1.1 Plasma
Darah disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
termasuk dalam kesatuan cairan ekstraseluler dengan volume ±5% dari berat badan.
Apabila sejumlah volume darah ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah
secukupnya kemudian diputar selama 20 menit dengan kecepatan 3000rpm maka cairan
yang terdapat pada bagian atas disebut plasma. Plasma darah mengandung fibrinogen.
Oleh karena itu dalam memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk
mencegah terjadinya pembekuan darah ( Depkes RI,1989).
5
Sitrat merupakan antikoagulan yang langsung mengikat Ca, sehingga digunakan
untuk pemeriksaan waktu rekalsifikasi. Plasma yang diabsorpsi dengan barium sulfat
mengandung fibrinogen, faktor V, VIII, XI, XII, XIII. Plasma ini tidak dapat membeku
karena tidak mengandung protrombin, faktor X dan faktor VII yang diperlukan untuk
aktivasi intrinsik. Faktor XI dan XII stabil dalam plasma simpan, tidak diabsorpsi oleh
barium dan tidak habis oleh proses pembekuan (Frances K.Widmann,1995).
2.2 Hemostasis
Hemostasis adalah istilah kolektif untuk semua mekanisme faali yang di gunakan
oleh tubuh untuk melindungi diri dari kehilangan darah. Hemostasis adalah proses tubuh
yang secara simultan menghentikan perdarahan dari tempat yang cidera, sekaligus
mempertahankan darah dalam keadaan cair didalam kompartemen vaskular. Hemostasis
melibatkan kerja sama terpadu antara beberapa sistem fisiologik yang saling berkaitan.
Kegagalan hemostatis menimbulkan perdarahan, kegagalan mempertahankan darah
dalam keadaan cair menyebabkan trombosis. Mekanisme hemostatik normal terdiri dari
empat sistem utama :
1.) Sistem pembuluh darah atau vaskular.
2.) Trombosit.
3.) Sistem pembekuan.
4.) Sistem fibrinolotik (Ronald, 2004).
2.2.1 ) Sistem Pembuluh Darah atau Vaskular.
Peran vasokonstriksi pada hemostasis. Cedera pada pembuluh darah arteri
yang besar atau sedang adau vena akan memerlukan tindakan bedah yang cepat
untuk mencegah perdarahan.
6
Akan tetapi, ketika pembuluh yang lebih kecil, seperti arteriol, venula, atau
kapiler terluka, maka akan terjadi kontraksi untuk kendali mengurangi
perdarahan. Kontraksi dari dinding pembuluh darah disebut vasokonstriksi.
Vasokonstriksi adalah reaksi refleks yang singkat dari otot polos pada dinding
pembuluh yang berasal dari cabang simpatis dari sistem saraf otonom.
Penyempitan atau stenosis dari lumen pembuluh darah akan mengurangi
aliran darah pada pembuluh yang luka dan di sekitar vaskular, dan mungkin
cukup untuk menutup kapiler yang luka (Rukman, 2014).
2.2.2) Trombosit.
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit
dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun,
dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke
daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpejan di lapisan
subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan
mengeluarkan beberapa zat (termasuk serotonin dan histamin) yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh. Ini adalah langkah pertama untuk mengurangi aliran
darah ke daerah tersebut. Fungsi lain dari trombosit adalah untuk mengubah
bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit
tersebut menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat
trombosit. Sumbat trombosit tersebut secara efektif menambal daerah yang luka
(Elizabeth, 2000).
7
2.2.3) Sistem Pembekuan.
Sumbat trombosit menjadi suatu bekuan sejati seiring dengan pembesarannya
dan menghambat sirkulasi sel-sel darah merah dan makrofag. Keseluruhan
bekuan distabilkan oleh jaringan serat fibrin, proses ini disebut sebagai tahap
koagulasi sebagai langkah akhir dalam jalur esensial hemostasis (Elizabeth,
2000).
Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi yang protein-
protein plasmanya berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar
yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut yang disebut fibrin
(Ronald,2004).
Reaksi koagulasi melibatkan serangkaian faktor atau protein koagulasi yang
diaktifkan dengan cara seperti domino. Koagulasi terjadi melalui jalur intrinsik
dan ekstrinsik. Terdapat total 13 protein yang terlibat dalam jalur koagulasi,
sebagian diaktifkan di jalur intrinsik dan sebagian di jalur ekstrinsik. Kedua jalur
tersebut pada akhirnya mengaktifkan satu protein, disebut faktor X, yang
menyebabkan pembentukan serat-serat fibrin untuk membentuk dan menstabilkan
bekuan (Elizabeth, 2000).
Sebagian besar faktor beredar dalam sirkulasi darah berperan serta dalam
proses koagulasi yang diberi tanda dengan angka Romawi. Masing-masing faktor
koagulasi memiliki beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik ini meliputi :
1. Faktor I (Fibrinogen)
Fibrinogen adalah protein globulin berukuran besar yang stabil.
Fibrinogen adalah perkursor fibrin yang menghasilkan bekuan.
8
Ketika fibrinogen beraksi dengan trombin, dua peptida memisahkan
diri dari molekul fibrinogen, menghasilkan fibrin monomer.
Monomer-monomer agregat bersama-sama membentuk produk
terpolimerisasi bekuan fibrin akhir.
Fibrinogen trombin fibrin monomer bekuan fibrin
2. Faktor II (Protrombin)
Protrombin adalah protein yang stabil. Dengan dipengaruhi oleh
kalsium terionisasi, protrombin diubah menjadi trombin oleh aksi
enzimatik tromboplastin dari kedua jalur ekstrinsik dan intrinsik.
Protrombin memiliki waktu paruh hampir 3 hari dan digunakan kira-
kira 70% selama pembekuan.
3. Faktor V (Proaccelerin)
Faktor V adalah protein globulin yang sangat labil, berubah dengan
cepat, memiliki waktu paruh 16 jam. Faktor V digunakan dalam
proses pembekuan dan sangat penting untuk tahap selanjutnya, yaitu
pembentukan tromboplastin.
4. Tromboplastin Jaringan (Sebelumnya disebut Faktor III)
Tromboplastin jaringan adalah istilah yang diberikan untuk setiap
substansi nonplasma yang mengandung kompleks lipopoprotein
jaringan. Jaringan ini dapat berasalah dari otak, paru-paru, endotel
pembuluh darah, hati, plasenta, atau ginjal, yang merupakan jenis
jaringan yang mampu mengonversi protrombin menjadi trombin.
5. Faktor VII (Proconvertin)
Faktor VII, beta-globulin, bukan merupakan komponen penting dari
mekanisme yang menghasilkan tromboplastin dalam jalur intrinsik.
9
Fungsi faktor VII adalah aktivasi tromboplastin jaringan dan
percepatan pembentukan trombin dari protrombin. Faktor ini
dihambat oleh antagonis vitamin K.
6. Faktor VIII (Faktor Antihemofilik)
Faktor ini adalah reaktan pada fase akut, digunakan selama proses
pembekuan dan tidak ditemukan dalam serum. Faktor VIII sangat
labil, dan berkurang sebanyak 50% dalam waktu 12 jam pada suhu
4oC in vitro. Faktor VIII dapat dibagi ke dalam berbagai komponen
fungsial.
7. Faktor IX (Plasma Thromboplastin Component)
Faktor IX adalah faktor protein yang stabil yang tidak dipakai selama
pembekuan. Ini adalah komponen penting dari sistem pembangkit
tromboplastin jalur intrinsik, dimana dapat mempengaruhi laju
pembentukan tromboplastin.
8. Faktor X (Stuart Factor)
Merupakan alfa-globulin, faktor yang relatif stabil. Bersama dengan
faktor V, faktor X bereaksi dengan ion kalsium membentuk jalur
akhir yang umum di mana produk-produk dari kedua jalur ekstrinsik
dan intrinsik yang menghasilkan tromboplastin bergabung untuk
membentuk tromboplastin akhir yang mengubah protrombin menjadi
trombin. Aktivitas faktor x tampaknya terkait dengan faktor VII.
9. Faktor X1 (Tromboplastin Plasma)
Faktor XI, beta-globulin, dapat ditemukan dalam serum karena hanya
sebagian yang digunakan selama proses pembekuan. Faktor ini sangat
10
penting untuk mekanisme yang menghasilkan tromboplastin dalam
jalur intrinsik.
10. Faktor XII (Faktor Hageman)
Faktor XII merupakan faktor yang stabil. Adsorpsi faktor XII dan
kininogen (dengan prekallikrein terikat dan faktor XI) pada
permukaan pembuluh darah yang cedera akan memulai koagulasi
dalam jalur intrinsik. Karena mekanisme umpan balik, kallikrein
(diaktifkan faktor Fletcher) memotong sebagian aktivitas molekul
XIIa untuk menghasilkan bentuk yang lebih kinetik efektif XIIa.
11. Faktor XIII (Fibrin-Stabilizing Facktor, Faktor Penstabilisasi
Fibrin)
Faktor ini bersama kalsium terionisasi menghasilkan bekuan fibrin
yang stabil (Rukman, 2014).
Faktor-faktor pembekuan dengan pengecualian faktor III (tromboplastin)
dan faktor IV ion Ca), merupakan protein plasma. Mereka bersirkulasi dalam
darah sebagai molekul-molekul nonaktif. Pengaktifan faktor pembekuan diduga
terjadi karena enzim memecahkan fragmen. Bentuk prekursor yang tidak aktif
dinamakan “prokoagulan” . Hati adalah tempat sintesis semua faktor pembekuan
kecuali faktor VIII atau mungkin faktor XI dan XIII. Vitamin K mempertahankan
kadar normal atau sintesis faktor-faktor protrombin (faktor II,VII,IX, dan X )
( Sylvia Anderson Price,dkk, 2005 ).
2.2.4) Sistem Fibrinolitik.
Fibrinolisis adalah proses fisiologis untuk menghilangkan timbunan fibrin.
Setelah terjadi penyembuhan, gumpalan dilisis oleh plasmin. Plasmin mencerna
11
fibrin dan fibrinogen dengan cara hidrolisis untuk diubah menjadi fragmen yang
semakin kecil. Proses yang berlangsung lambat ini secara bertahap melarutkan
bekuan saat perbaikan jaringan sedang berlangsung, dengan difagosit oleh sistem
fagositik mononuklear. Sejumlah kecil plasmin menjadi terperangkap dalam
bekuan darah. Kekhususan plasmin yaitu bahwa pemusnahan gumpalan terjadi
tanpa proteolisis luas protein lainnya. Plasminogen non-aktif beredar dalam
plasma dan baru aktif ketika terjadi cedera. Aktivator-aktivator plasminogen
terdiri dari kelompok endogen dan eksogen. Plasminogen menjadi plasmin adalah
hasil dari aktivitas sejumlah enzim proteolitik (Rukman, 2014).
2.3. Antikoagulan Untuk Pemeriksaan Darah
Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai bermacam-
macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang
terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa
morfologinya. Antikoagulan tersebut antara lain :
1. EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya.
Garam-garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.
Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan darah, antikoagulan
EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidakjuga
terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah, sampel
darahEDTA memiliki batasan waktu penyimpanan maksimal selama 2 jam didalam
lemari es dengan suhu 40 C, karena jika lebih dari batasan waktu eritrosit dapat
mengkerut dan trombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg EDTA
menghindarkan membekunya 1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk
larutan 10%.
12
Kalau ingin menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai.
Akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisi EDTA
dan darah selama 1-2 menit.
2. Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrositdan
leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena mahal
harganya. Tiap 1 mg heparin mencegah membekunya 10 ml darah. Heparin boleh
dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering.
3. Natrium sitrat adalah jenis antikoagulan yang direkomendasikan oleh International
Committee for Standardization in Haematology (ICSH) dan International Society for
Thrombosis and Haematology sebagai antikoagulan terpilih untuk tes koagulasi.
Cara kerjanya dengan mengendapkan ion kalsium, sehingga menjadi bentuk yang
tidak aktif (Rukman, 2014). Natriumsitrat dalam larutan 3,8%, yaitu larutan yang
isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik
dan untuk laju endap darah cara westegren.
4. Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan Heller yang juga
dikenal sebagai campuran oxalat seimbang. Dipakai dalam keadaan kering agar
tidak mengencerkan darah yang diperiksa (Gandasoebrata, 2007).
13
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Darah
Natrium Citrat 3,2%
Natrium Citrat 3,8%
Perbandingan 1:4
PemeriksaanSampel
Perbandingan 1:9
0 Jam 2 Jam 0 Jam 2 Jam
PemeriksaanHasil
Kesimpulan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan mengamati ada tidaknya
pengaruh dari konsentrasi yang berbeda pada antikoagulan Natrium Citrat yakni 3,2%
dan 3,8% serta lamanya waktu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan fibrinogen.
3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Postes Only
Design.
3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah darah orang normal.
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive random sampling. Metode yang diambil dengan tujuan
tertentu. Sampel yang akan diambil dari suatu populasi
dikelompokkan atas dasar dan ciri-ciri tertentu (Notoatmodjo, 2002).
3.5. Definisi Operasional
1. Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lainnya, berada
dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai
pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport sebagai bahan serta fungsi
hemostasis.
15
2. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan Natrium
Sitrat 3.2% dengan perbandingan 1:9 dan Natrium Sitrat 3,8% dengan perbandingan
1:4.
3. Waktu penundaan pada pemeriksaan fibrinogen adalah 0 jam dan 2 jam pada masing-
masing konsentrasi Natrium Citrat yakni 3,2% dan 3,8% yang kemudian hasil
pemeriksaan akan diteliti.
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.6.1. Lokasi
Tempat penelitian ini akan di lakukan Laboratorium Rumah Sakit Permata
Bekasi.
3.6.2.Waktu Penelitian
Akan dilakukan penelitian pada bulan Februari 2013 di Laboratorium Rumah
Sakit Permata Bekasi.
3.7. Alat, Bahan Dan Cara kerja
3.7.1. Alat
a) Spuit
b) Kapas alkohol
c) Torniquet
d) Tabung reaksi yang berisi zat antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8%
e) Centrifuge
f) Microcentrifuge
g) Waterbath
h) Tabung kapiler
16
3.7.2. Bahan
a) Darah
b) Antikoagulan Natrium Citrat 3,2% dan 3,8%
3.7.3. Cara kerja
1. Diambil sampel darah vena dengan menggunakan spuit
2. Homogenkan darah citrat, putar selama 10 menit dengan kecepatan 2000rpm
3. Ambil plasma dengan tabung kapiler non heparin sampai volume ¾ tabung
4. Inkubasi 15 menit pada suhu 56oC di waterbath
5. Putar di microcentrifuge selama 5 menit kecepatan 1000rpm
6. Hitung tinggi endapan putih kekuningan menggunakan kalkulator hematokrit
17
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo.2002. Metode Penelitian Kesehatan : Jakarta
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Corwin, Alizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.
Sacher, Ronald. A. 2004. Tinjauan Hasil Klinis Laboratorium. Jakarta : EGC.
top related