hubungan antara regulasi emosi dengan gaya hidup … · hubungan antara regulasi emosi dengan gaya...
Post on 09-Oct-2020
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
OLEH
AJENG CAHYA ANJELITA
802013118
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Ajeng Cahya Anjelita
Nim : 80 2013 118
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Dengan hak bebas royality non-exclusive ini, UKSW berhak menyimpan mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal : 10 Mei 2017
Yang menyatakan,
Ajeng Cahya Anjelita
Mengetahui,
Pembimbing Utama
Krismi D. Ambarwati, M.Psi.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR
Yang bertanda tangan ini :
Nama : Ajeng Cahya Anjelita
Nim : 802013118
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Yang dibimbing oleh:
Krismi D. Ambarwati, M.Psi.
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkai kalimat
atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan
pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 10 Mei 2017
Yang memberi pernyataan
Ajeng Cahya Anjelita
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS
PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Oleh
Ajeng Cahya Anjelita
802013118
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui Pada Tanggal : 16 Mei 2017
Oleh,
Pembimbing Utama
Krismi D. Ambarwati, M.Psi.
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.S Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN GAYA HIDUP
HEDONIS PADA KOMUNITAS X DI SEMARANG
Ajeng Cahya Anjelita
Krismi D. Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi terhadap gaya
hidup hedonis pada komunitas X di Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan desain penelitian korelasional yang menghubungkan dua variabel, yaitu
antara variabel dependen (Y) gaya hidup hedonis dengan variabel independen (X) regulasi
emosi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu
pengambilan sampel dimana peneliti menggunakan semua anggota populasi yang berjumlah
85 orang sebagai sampel penelitian. Variabel gaya hidup hedonis diukur dengan
menggunakan skala gaya hidup hedonis yang dikembangkan oleh Well dan Tigert
(Engel,1993) dan diadaptasi oleh Abidatussyarifah (2015) terdiri dari 26 item pernyataan.
Variabel regulasi emosi diukur dengan menggunakan skala regulasi emosi yang
dikembangkan oleh Thompson (1994) dan diadaptasi oleh Ubaidillah (2014) terdiri dari 23
item pernyataan. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman
Product Moment dan diperoleh hasil r = -0,363 (r>0) dengan signifikansi 0,000 (p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi
dengan gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang.
Kata kunci: Gaya Hidup Hedonis, Regulasi Emosi, Remaja.
ii
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between emotional regulation of hedonic
lifestyle in community X in Semarang. This study uses a quantitative approach with
correlational research design that connects two variables, namely between the dependent
variable (Y) hedonic lifestyle with independent variable (X) emotional regulation. The
sampling technique used saturated sampling that is sampling where the researcher use all
members of the population which amounted to 85 people as the research sample. The hedonic
lifestyle variable was measured using the hedonic lifestyle scale developed by Well and
Tigert (Engel, 1993) and adapted by Abidatussyarifah (2015) consisting of 26 statement
items. Emotion regulation variables were measured using the emotional regulatory scale
developed by Thompson (1994) and adapted by Ubaidillah (2014) consisting of 23 statement
items. Data analysis using Spearman Product Moment correlation analysis technique and
obtained r = -0,363 (r> 0) with significance 0,000 (p <0,05). The results showed a
significant negative relationship between emotional regulation of hedonic lifestyle in
community x in Semarang.
Keywords: hedonic lifestyle, emotional regulation, adolescence.
1
PENDAHULUAN
Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan
orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat
dipahami oleh yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Pada perkembangannya, gaya
hidup saat ini tidak lagi merupakan persoalan di kalangan tertentu. Sebagaimana diungkapkan
oleh Ibrahim (dalam Musmuadi, 2007) setiap orang dapat mudah meniru gaya hidup yang
disukai, misalnya saja gaya hidup yang ditawarkan melalui iklan akan menjadi lebih beraneka
ragam dan cenderung mengambang bebas yang pada akhirnya akan bersifat netral yang
mudah ditiru dan dipakai sesuka hati oleh setiap orang. Terdapat nilai lain yang turut
mempengaruhi, yakni nilai yang bersifat emosional atau yang dikenal dengan istilah hedonis.
Menurut Wells dan Tiger (dalam Engel dkk, 1993) gaya hidup atau life style adalah pola
hidup, penggunaan uang dan waktu yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Susianto (1993)
menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya
untuk mencari kesenangan hidup dan aktivitas tersebut berupa mengabiskan waktu di luar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang
kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Gambaran mengenai gaya hidup hedonis memiliki ciri-ciri antara lain: mengerahkan
aktivitas untuk mencapai kenikmatan hidup, sebagian besar perhatiannya ditujukan keluar
rumah, merasa mudah berteman walaupun memilih-milih, menjadi pusat perhatian, saat luang
hanya untuk bermain dan kebanyakan anggota kelompok adalah orang yang berada. Menurut
Susianto (dalam Musmuadi, 2007) gaya hidup hedonis memiliki sifat dan karakteristik
perilaku atau budaya yang menginginkan keseluruhan kehidupan penuh dengan kesenangan-
kesenangan yang bisa dirasakan dan memuaskan keinginan, sehingga tujuan akhir dari
kehidupan ini adalah kesenangan.
2
Menurut Well dan Tigert (dalam Engel, 1993), aspek-aspek gaya hidup hedonis yaitu
minat, aktivitas dan opini. Minat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan
individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa,
atau topik yang menekan pada unsur kesenangan hidup yaitu fashion, makanan, benda-benda
mewah, tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Aktivitas yang
dimaksud adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang
dapat dilihat misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak
membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat pembelanjaan dan kafe.
Opini adalah pendapat seseorang yang diberikan dalam merespon situasi ketika muncul
pernyataan-pernyataan atau tentang isu-isu sosial dan produk-produk yang berkaitan dengan
hidup.
Dalam perkembangannya, gaya hidup hedonis cenderung menyerang remaja, dimana
remaja tersebut lebih mementingkan kesenangan dari pada melakukan hal yang lebih positif
(Eramadina, 2013). Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Hurlock (1999),
membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia 13–16 tahun dan akhir masa remaja
bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia yang dianggap matang secara hukum.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara pada tanggal 15 September 2016 jam 6
sore pada komunitas X di Semarang. Observasi dilakukan untuk mengamati remaja yang
datang dalam komunitas tersebut. Remaja yang tergabung dalam komunitas tersebut
berjumlah 85 orang dan semua remaja tersebut memiliki kendaraan pribadi seperti mobil atau
motor serta ada beberapa dari remaja tersebut mendapat fasilitas antar jemput menggunakan
3
mobil oleh orang tuanya. Remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas X di Semarang
berasal dari berbagai sekolah ternama yang berada di kota Semarang dan remaja yang ada di
dalam komunitas tersebut juga berasal dari keluarga yang tergolong mampu secara ekonomi.
Dari hasil wawancara tersebut rata-rata para remaja mendapatkan uang saku 50-100 ribu
perhari. Para remaja tersebut juga mengatakan sering menghabiskan waktunya di mall
bersama dengan teman-teman serta nongkrong di kafe-kafe ternama di kota tersebut.
Dalam seminggu, remaja tersebut dapat mengunjungi mall atau nongkrong di kafe 3-4
kali dalam seminggu. Mereka mengaku senang untuk sekedar menghabiskan waktunya
nongkrong di kafe walaupun tidak ada kepentingan apapun. Kegiatan tersebut biasanya
dilakukan saat akhir pekan atau selepas pulang sekolah. Beberapa dari remaja tersebut juga
sering menghabiskan waktu luang mereka untuk menonton film di bioskop. Beberapa dari
remaja tersebut juga mengaku suka mengganti gadget mereka jika ada gadget model terbaru
meskipun gadget mereka masih bagus. Para remaja tersebut juga senang berbelanja pakaian,
sepatu atau aksesoris yang memiliki brand ternama dan hal tersebut dilakukan seminggu
sekali lalu biasanya mereka memamerkan kepada teman-temannya di sekolah apa saja yang
mereka telah beli. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti,
terdapat kecenderungan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
Kondisi-kondisi tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kotler
(1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua
faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal
dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian,
konsep diri, motif dan persepsi. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
4
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. Pengalaman dan
pengamatan, pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari,
melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan
dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
Menurut Kotler (1997), faktor internal lainnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah
konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku
dari setiap individu. Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Motif yaitu perilaku individu muncul karena
adanya motif kebutuhan untuk merasa aman, jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya
hidup hedonis. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Sedangkan faktor eksternal menurut Kotler (1997) yaitu kelompok referensi, keluarga,
kelas sosial dan kebudayaan. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang yang akan
menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. Keluarga yaitu memegang
peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Kelas sosial
adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat,
yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu
memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Kebudayaan yaitu meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
individu sebagai anggota masyarakat.
5
Riset yang telah dilakukan oleh Pontania (2016) membuktikan bahwa adanya faktor
internal yang mempengaruhi siswa SMA Negeri 4 Surakarta yaitu adanya hubungan negatif
yang sangat signifikan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis. Hasil observasi di
sekolah ini menunjukkan bahwa siswa-siswi yang membawa mobil ke sekolah sebanyak 10
murid. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan gaya hidup hedonis pada siswa-siswa tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pernyataan siswa yang kerap menghabiskan waktunya di mall bersama teman-teman serta
nongkrong di kafe. Dalam seminggu, siswa tersebut dapat mengunjungi mall atau nongkrong
di kafe sebanyak tiga sampai empat kali.
Riset yang telah dilakukan oleh Rianton (2010) menunjukkan adanya faktor eksternal
yang memengaruhi munculnya gaya hidup hedonis pada mahasiswa Kab. Dhamasraya di
Yogyakarta dengan hasil konformitas kelompok teman sebaya memberikan sumbangan
efektif terhadap gaya hidup hedonis sebesar 23%. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa gaya hidup hedonis tidak hanya dipengaruhi oleh konformitas kelompok teman sebaya
saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar konformitas kelompok teman
sebaya yaitu sebesar 77%.
Hurlock (1992) mengatakan bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan emosional dan
seringkali individu tersebut belum mampu untuk mengontrol emosinya dengan
baik.Pernyataan dari Hurlock (1992) terkait dengan regulasi emosi dan peneliti menganggap
beberapa remaja masih ada yang belum mampu meregulasi emosinya dengan baik.
Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan individu untuk
memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional untuk mencapai tujuan.
Regulasi dipandang secara positif, individu yang melakukan regulasi emosi akan lebih
mampu melakukan pengontrolan emosi (Thompson, 1994). Individu yang mampu
6
mengekspresikan emosi dapat mengubah lingkungan sosial menjadi lebih baik (Thompson,
1994).
Thompson (1994), membagi aspek-aspek regulasi emosi yang terdiri dari tiga macam,
yaitu kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring), kemampuan mengevaluasi emosi
(emotions evaluating) dan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification).
Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk
menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaannya,
pikirannya dan latar belakang dari tindakannya. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions
evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi
yang dialaminya. Kemampuan untuk mengelola emosi khususnya emosi negatif seperti
kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan
terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara
rasional. Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu kemampuan
individu untuk merubah emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama
ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu
mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.
Emosi pada individu terbagi menjadi dua jenis yaitu emosi negatif dan emosi positif
(Lazarus, 1991). Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak
menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.
Biasanya emosi negatif ini berada di luar batas kewajaran, seperti marah-marah yang tidak
terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras dan terbahak-bahak bahkan
timbulnya tindakan kriminal. Umumnya, emosi negatif menimbulkan permasalahan yang
dapat menganggu orang yang mengalaminya, bahkan berdampak pada orang lain dan
masyarakat secara luas. Biasanya, orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih
7
memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung,
benci, jijik, prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. Emosi semacam itu akan
berdampak buruk bagi yang mengalaminya dan orang lain.
Selain emosi negatif terdapat juga emosi positif. Emosi positif adalah aktifitas kognitif
yang berguna untuk meregulasi stres, kecemasan dan kesedihan (Frederickson, 1998). Emosi
positif mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya
(Frederickson, 1998).
Individu yang memiliki emosi negatif dalam dirinya memiliki kecenderungan bahwa
individu tersebut belum mampu meregulasi emosinya dengan baik (Thompson, 1994). Emosi
negatif tersebut juga dapat berperan ketika individu tersebut merasakan adanya dorongan
emosi negatif yang dapat dihilangkan dengan melakukan aktivitas seperti berbelanja impulsif
(Verplanken & Herabadi, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ntuna (2015)
menunjukan bahwa ketika melakukan pembelian impulsif, konsumen merasa ada dorongan
emosional dalam dirinya yang menyebabkan mereka ingin berbelanja secara impulsif. Jika
seseorang memiliki emosi yang positif tentunya dapat mengendalikan diri dari dorongan-
dorongan yang datang secara tiba-tiba untuk membeli atau membeli tanpa terencana (Ntuna,
2015).
Verplanken & Herabadi (2002) pembelian impulsif merupakan kegiatan menghabiskan
uang yang tidak terkontrol kebanyakan pada barang-barang yang tidak diperlukan, pembelian
barang secara tidak terencana serta timbulnya perasaan senang dan puas setelah melakukan
pembelian. Hal ini dikarenakan, konsumen seringkali melakukan pembelian berdasarkan
hasrat, mood, atau emosi yang mereka rasakan saat itu (Verplanken & Herabadi, 2002). Dari
pernyataan tersebut peneliti melihat adanya keterkaitan dengan karakteristik gaya hidup
hedonis yaitu pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup,
8
senang membeli barang yang kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian
(Susianto, 1993). Menurut Well dan Tigert (dalam Engel, 1993) salah satu karakteristik dari
gaya hidup hedonis yaitu lebih banyak menghabiskan aktivitas di luar rumah untuk membeli
barang-barang yang kurang diperlukan.Berdasarkan keterkaitan tersebut peneliti melihat
bahwa adanya kecenderungan-kecenderungan yaitu jika individu yang belum mampu
meregulasi emosinya dengan baik akan merasakan adanya dorongan dari emosi negatif
tersebut untuk terjerumus ke dalam gaya hidup hedonis (Verplanken & Herabadi, 2002).
Hurlock (1992) mengatakan bahwa pada masa remaja terjadi peningkatan emosional dan
seringkali individu tersebut belum mampu untuk mengontrol emosinya dengan baik.
Pernyataan dari Hurlock (1992) terkait dengan regulasi emosi dan peneliti menganggap
beberapa remaja masih ada yang belum mampu meregulasi emosinya dengan baik. Hal
terebut juga didukung oleh populasi yang akan dipilih oleh peneliti untuk dijadikan sampel
yaitu komunitas X di Semarang yang sebagian besar adalah anak-anak remaja berusia 15-18.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengambil variabel regulasi
emosi sebagai bahan penelitian selanjutnya karena peneliti ingin melihat apakah gaya hidup
hedonis pada komunitas X di Semarang dipengaruhi oleh regulasi emosi mereka dan
penelitian tersebut juga belum banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
Hipotesis
Rumusan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada
komunitas X di Semarang. Semakin tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada
9
komunitas X akan semakin menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas X
rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas X akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu menekan analisisnya pada data-data
numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Melalui metode kuantitatif, akan
ditemukan signifikansi perbedaan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2001). Sedangkan jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang menghubungkan dua
variabel antara variabel dependen (Y) gaya hidup hedonis dengan variabel dependen (X)
regulasi emosi (Sugiyono, 1999).
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah 85 remaja pada komunitas X di
Semarang. Karakteristik subjek yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah remaja yang
berstatus siswa dan siswi SMA pada komunitas X di Semarang, yang memiliki batasan usia
antara 15-18 tahun.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh, yang
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini peneliti mengambil 85 remaja yang terdiri dari 26
remaja berusia 15 tahun, 31 remaja berusia 16 tahun, 15 remaja berusia 17 dan 13 remaja
10
berusia 18 tahun dari total keseluruhan komunitas X di Semarang dan sampel yang diambil
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu hubungan antara regulasi emosi
dengan gaya hidup hedonis pada komunitas X di Semarang.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
dengan model Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Instrumen
penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen penelitian, yaitu skala regulasi
emosi dan skala gaya hidup hedonis.
Peneliti melakukan uji coba skala gaya hidup hedonis kepada 35 remaja dari berbagai
gereja yang ada di Semarang. Skala gaya hidup hedonis yang dikembangkan oleh Well dan
Tigert (Engel,1993) yang telah diadopsi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 24 item favorable
yang terbagi ke dalam 3 aspek gaya hidup hedonis yaitu aktivitas, minat dan opini. Partisipan
akan diminta untuk menjawab berdasarkan 5 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu “Sangat
Sesuai”, “Sesuai”, “Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti “Tidak Sesuai”, dan “Sangat
Tidak Sesuai”. Penyekoran item favorable yaitu jawaban SS mendapatkan nilai 5, S nilainya
4, TP nilainya 3, TS nilainya 2, STS nilainya 1.
Perhitungan seleksi item dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Corrected Item-
Total Correlation dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows. Kriteria
pemilihan item berdasarkan korelasi item total dengan batasan koefisien korelasi yang
dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik adalah sebesar > 0,3 (Azwar,
2012). Pada skala gaya hidup hedonis, diperoleh bahwa dari 24 item yang diuji terdapat item
yang gugur yaitu item nomor 9 menjadi 23 item dengan alpha cronbach sebesar 0.922.
Kemudian peneliti menguji kembali 23 item pada skala gaya hidup hedonis dan diperoleh
11
bahwa dari 23 item yang diuji tidak ada item yang gugur. Nilai r (corrected item-total
correlation) bergerak dari 0.300-0.835 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.924 yang
berarti alat ukur ini tergolong reliabel.
Peneliti melakukan uji coba skala regulasi emosi kepada 35 remaja dari berbagai gereja
yang ada di Semarang. Skala untuk regulasi emosi yang dikembangkan oleh Thompson
(1994) telah diadopsi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 33 item (21 item favorable dan 12
item unfavorable) yang terbagi ke dalam 3 aspek regulasi emosi yaitu kemampuan
memonitor emosi (emotions monitoring), kemampuan mengevaluasi emosi (emotions
evaluating) dan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification).Partisipan akan
diminta untuk menjawab berdasarkan 5 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu “Sangat Sesuai”,
“Sesuai”, “Tidak Dapat Menentukan Dengan Pasti “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak
Sesuai”. Penyekoran item favorable yaitu jawaban SS mendapatkan nilai 5, S nilainya 4, TP
nilainya 3, TS nilainya 2, STS nilainya 1. Sedangkan untuk item unfavorable penyekoran
merupakan kebalikan dari penyekoran item-item favorable.
Perhitungan seleksi item dilakukan dengan menggunakan teknik statistik Corrected Item-
Total Correlation dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows. Kriteria
pemilihan item berdasarkan korelasi item total dengan batasan koefisien korelasi yang
dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik adalah sebesar > 0,3 (Azwar,
2012). Pada skala regulasi emosi, diperoleh bahwa dari 33 item yang diuji terdapat item yang
gugur yaitu item nomor 2, 6, 16, 20, dan 23 menjadi 28 item dengan alpha cronbach sebesar
0.900. Kemudian peneliti menguji kembali 28 item pada skala regulasi emosi dan terdapat
item yang gugur yaitu item nomor 26 dan 28 menjadi 26 item dengan alpha cronbach sebesar
0.911. Kemudian peneliti menguji kembali 26 item pada skala regulasi emosi dan tidak
12
terdapat item yang gugur. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.300-0.703
dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.914 yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel.
HASIL PENELITIAN
Analisa Deskriptif
a. Variabel Gaya Hidup Hedonis
Kategorisasi variabel gaya hidup hedonis dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 23 x 5 =
115 dan nilai terendah yaitu 23 x 1 = 23. Untuk mengetahui gaya hidup hedonis digunakan
interval dengan ukuran:
Tabel 1.1
Kategorisasi Gaya Hidup Hedonis
No Interval Kategori Means N SD Presentasi
1 96,6 ≥ x ≤ 115 Sangat Tinggi 97,85 62 14,71 73%
2 78,2 ≥ x ≤ 96,6 Tinggi 7 8%
3 59,8 ≥ x ≤ 78,2 Sedang 15 18%
4 41,4 ≥ x ≤ 59,8 Rendah 1 1%
5 23 ≥ x ≤ 41,4 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 85 100%
13
SD=14,71 Min=23 Max=115
Gaya Hidup Hedonis rata-rata subjek berada pada kategori sangat tinggi dengan mean
97,85
b. Variabel Regulasi Emosi
Kategorisasi variabel regulasi emosi dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 26 x 5 = 130
dan nilai terendah yaitu 26 x 1 = 26. Untuk mengetahui penggunaan regulasi emosi
digunakan interval dengan ukuran:
Tabel 1.2
Kategorisasi Regulasi Emosi
No Interval Kategori Means N SD Presentasi
1 109,2 ≥ x ≤ 130 Sangat Tinggi 106,02 48 17,77 56%
2 88,4 ≥ x ≤ 109,2 Tinggi 14 17%
3 67,6 ≥ x ≤ 88,4 Sedang 23 27%
4 46,8 ≥ x ≤ 67,6 Rendah 0 0
5 26 ≥ x ≤ 46,8 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 85 100%
SD=17,77 Min=26 Max=130
Regulasi Emosi rata-rata subjek berada pada kategori Sangat Tinggi dengan mean 106,02.
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil pengujian normalitas, variabel regulasi emosi memiliki nilai K-S-Z
sebesar 1.903 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.001 (p<0.05). Oleh karena
nilai signifikansi <0.05, maka distribusi variabel regulasi emosi adalah tidak normal.
14
Sedangkan variabel gaya hidup hedonis memiliki nilai K-S-Z sebesar 1.511 dengan
probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0.021 (p<0.05), sehingga distribusi variabel gaya
hidup hedonis tidak normal. Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang tidak
normal.
Uji Linearitas
Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas
hubungan tersebut. Didapatkan F Deviation from Linearity = 0.963 dengan sig. = 0.541 (p >
0,05) yang berarti penyimpangan dari linearitas signifikan yang berarti linier.
Uji Korelasi
Correlations
VAR000
01
VAR000
02
Spearman's
rho
VAR000
01
Correlation
Coefficient
1.000 -.363**
Sig. (1-tailed) . .000
N 85 85
VAR000
02
Correlation
Coefficient
-.363**
1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
15
Hasil perhitungan dari uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara regulasi emosi
dengan gaya hidup hedonis r = (-) 0.363 (r> 0) dengan signifikansi 0.000 (p<0.05) yang
berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara regulasi emosi dengan gaya hidup
hedonis pada komunitas x di Semarang. Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka gaya
hidup hedonis pada komunitas x akan menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada
komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan meningkat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
regulasi emosi terhadap gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang. Artinya semakin
tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan menurun, sebaliknya
jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x
akan meningkat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1992), yang mengatakan bahwa pada masa
remaja terjadi peningkatan emosional dan seringkali individu tersebut belum mampu untuk
mengontrol emosinya dengan baik. Pernyataan dari Hurlock (1992) terkait dengan regulasi
emosi dan peneliti menganggap beberapa remaja masih ada yang belum mampu meregulasi
emosinya dengan baik sehingga memiliki kecenderungan bahwa remaja tersebut mencari
kesenangan hidup dengan melakukan pembelian barang-barang yang tidak diperlukan serta
pembelian barang secara tidak terencana berdasarkan hasrat, mood, atau emosi yang mereka
rasakan saat itu (Verplanken & Herabadi, 2002).
Sementara itu berdasarkan uji koefisien determinasi dengan rumusan R= r2 x 100%,
yang menunjukkan sumbangan efektif variabel X (regulasi emosi) terhadap variabel Y (gaya
16
hidup hedonis) berpengaruh sebesar 13,17% sedangkan 86,83% dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang lainnya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi gaya hidup hedonis tersebut
adalah konsep diri, harga diri, kepribadian, persepsi, jenis kelamin, kelas sosial atau
kebudayaan (Naeli, Lestari dan Supriyono, 2014).
Dari analisis deskriptif, dihasilkan presentase variabel regulasi emosi pada komunitas x
di Semarang tergolong Sangat Tinggi dengan presentase 56%. Artinya bahwa remaja yang
berada pada komunitas X tersebut mampu meregulasi emosinya dengan baik.
Sedangkan hasil presentase untuk variabel gaya hidup hedonis pada komunitas x di
Semarang tergolong Sangat Tinggi dengan presentase 73%. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, hal ini dikarenakan adanya faktor eksternal antara lain rata-rata para
remaja mendapatkan uang saku 50-100 ribu perhari, sering menghabiskanwaktunya di mall
bersama dengan teman-teman serta nongkrong di kafe-kafe ternama di kota tersebut, remaja
yang ada di dalam komunitas tersebut juga berasal dari keluarga yang tergolong mampu
secara ekonomi, memiliki kendaraan pribadi seperti mobil atau motor serta ada beberapa dari
remaja tersebut mendapatkan fasilitas antar jemput menggunakan mobil oleh orang tuanya
yang memiliki kemungkinan untuk mendukung gaya hidup hedonis pada remaja tersebut,
beberapa dari remaja tersebut juga mengaku suka mengganti gadget mereka jika ada gadget
model terbaru meskipun gadget mereka masih bagus, dan para remaja tersebut juga senang
berbelanja pakaian, sepatu atau aksesoris yang memiliki brand ternama dan hal tersebut
dilakukan seminggu sekali lalu biasanya mereka memamerkan kepada teman-temannya di
sekolah apa saja yang mereka telah beli.
Dari uraian diatas dapat ditemukan bahwa bahwa adanya hubungan negatif yang
signifikan antar regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang.
Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan
17
menurun, sebaliknya jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis
pada komunitas x akan meningkat.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
regulasi emosi dengan gaya hidup hedonis pada komunitas x di Semarang. Artinya semakin
tinggi regulasi emosi maka gaya hidup hedonis pada komunitas x akan menurun, sebaliknya
jika regulasi emosi pada komunitas x rendah maka gaya hidup hedonis pada komunitas x
akan meningkat.
18
SARAN
Setelah peneliti melakukan, mencermati, dan menarik kesimpulan dari penelitian ini,
maka peneliti memiliki saran:
a. Bagi Remaja
Remaja dalam komunitas X tersebut sebaiknya dapat mempertahankan
kemampuannya dalam meregulasi emosinya sehingga melalui regulasi emosi yang
baik dapat mengendalikan serta mengurangi perilaku gaya hidup hedonis pada remaja
dalam komunitas X tersebut.
b. Bagi penelitian selanjutnya kiranya dapat mengembangkan dan meneliti mengenai
faktor-faktor lain yang mempengaruhi gaya hidup hedonis dengan menambahkan
variabel-variabel lain seperti konsep diri, harga diri, kepribadian, persepsi, jenis
kelamin, kelas sosial atau kebudayaan (Naeli, Lestari dan Supriyono, 2014). Selain
itu, penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan dan mencari referensi lain
mengenai teori gaya gidup hedonis dari latar belakang psikologi sosial dan psikologi
klinis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abidatussyarifah, N. (2015). Hubungan antara kecenderungan kepribadian ihsan dan gaya
hidup hedonis pada mahasiswa universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Ali, M., Asrori, M. (2004). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (Edisi kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aresa, D. (2012). Pengaruh gaya hidup terhadap repurchase intention (studi pada pengunjung
7 eleven tebet saharjo). Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Administrasi Niaga.
Desryani, V. (2015). Hubungan antara harga diri dan gaya hidup hedonisme dengan body
image. Journal of Psychology, 3, 1-8.
Engel, J. F. Balckwel, R. D. & Miniard, P. W. (1993). Perilaku konsumen. Jakarta: Bina Seni
Rupa Aksara.
Eisenberg, N., Fabes, R. A., Guthrie, I. K., & Reiser, M. (2000). Dispositional emotionality
and regulation : their role in predicting quality of social functioning. Journal of
Personality and Social Psychology, 78, 136-157.
Eramadina. (2013). Hedonisme dikalangan mahasiswa. Retrieved from http://eramadina.
com/hedonisme di kalangan mahasiswa/ akses pada tanggal 1/11/2014/4:00 pm.
Eysenck, S.B.G., Eysenck, H.J., Barrett, P. (1985). A revised version of the psychoticism
scale. Journal Personality Individual Differentiation, 6, 21-29. Great Britain:
Pergamon Press.
Frederickson, B. L. (1998). What good are positive emotion?. Reviewe of general psychology
1998, 2, 300-319.
Goleman, D. (2004). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, E. B. (1992). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (1974). Personality development. New Delhi:McGraw-Hill.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P & Amstrong, G. (1997). Principlis of marketing. Jakarta: Prenhalindo.
Lazarus, S.R. (1991). Emotional and adaptation. New York: Oxford Univercity Press
Masmuadi, A., Aliza, M. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya
hidup hedonis pada remaja. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia.
20
Naeli, U., Lestari, S., Supriyono, Y. (2014). Hubungan antara konformitas dengan
kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota malang. Skripsi.
Malang: Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya.
Pontania, A. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis pada siswa sma
negeri 4 surakarta. Jorrnal Sociologie, 1, 6-19.
Rahmalisa, D. (2015). Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan gaya
hidup hedonis pada mahasiswa. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata.
Safitri, P. (2012). Hubungan antara interaksi media dan gaya hidup hedonis pada remaja.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam
Indonesia.
Sugiyono. (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sarwono. (2002). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo.
Sarwono & Wirawan, S. (2000). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Sarwono & Wirawan, S. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Susianto, H. (1993). Studi gaya hidup sebagai upaya mengenali kebutuhan anak muda. Jurnal
Psikologi dan Masyarakat, 1, 55-76. Jakarta: Grasindo P.T Gramedia.
Thompsom, R. A. (1994). The development of emotionn regulation: biological and
behavioral considerations. North America: Monographs of the Society for Research in
Child Development, 59, 25-52.
Thompson, G. (1994). Emotion regulation: a theme in search of definition. New York: John
Willey sons, Inc.
Ubaidillah. (2014). Hubungan antara regulasi emosi dan pengambilan keputusan dalam
melakukan transaksi di pasar valuta asing pada trader. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga.
Verplanken, B. Herabadi, A. (2001). Individual differencies in impulse buying tendency:
feeling and no thinking. European Jornal of Personality. Eur. J. Press. 15:S71-S83
2001. Doi: 10.1002/per423.
top related