hubungan faktor personal dan dukungan...
Post on 02-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
FATIMAH
NIM: 1112104000040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya ataumerupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerimasanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2016
Fatimah
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGADENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbingProgram Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh:
FatimahNIM: 1112104000040
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.KepNIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGADENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
FatimahNIM: 1112104000040
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.KepNIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007
Penguji I Penguji II
Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhDNIP. 19780215 200901 2 005 NIP. 19720608 200604 2 001
Penguji III Penguji IV
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.KepNIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007
v
LEMBAR PENGESAHANSkripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGADENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Disusun oleh:
FatimahNIM: 1112104000040
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp.,M.ScNIP. 197902102005012002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.KesNIP. 19650808198803100
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Fatimah
Tempat, tgl lahir : Pinrang, 19 September 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Asal : Pinrang, Sulawesi Selatan
Email : Fatimahexacter@ymail.com
Riwayat Pendidikan:
1. TK Al-Ikhlas Paladang (1998-2000)
2. MIN Lerang (2000-2006)
3. MTs PP. DDI Lil-Banat Parepare (2006-2009)
4. MA PP. DDI Lil-Banat Parepare (2009-2012)
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang)
Pengalaman Organisasi:
1. Pengurus OSIS koordiantor bidang kebersihan tahun
2. Pengurus PMII Komfakkes anggota bidang kesenian dan olahraga tahun
2013-2014
3. Pengurus PMII Komfakkes bidang pengembangan dan pemberdayaan
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY
PROGRAM OF NURSING
Thesis, Mei 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
The Relationship Between Personal Factor and Family Support With Self-Management of Diabetes Mellitus in Posbindu Working Area PuskesmasPisangan South Tangerang 2016
xx + 79 pages + 15 tables + 2 chart + 7 Appendix Figure
ABSTRACTBased on data from the International Diabetes Federation in 2014 found
that people with type 2 diabetes is increasing every year in every state and in 2035is estimated diabetics increased to 592 million people, and Indonesia was ranked7th. Diabetes is a degenerative disease that occurs lifetime. People with diabeteswill experience difficult times due to a change in him, so it needs the support ofpeople around, especially family support to help him in mengontol lifestyle ofself-management and care of families with diabetes. Diabetes is a chronic diseasethat requires self-management of diabetes to prevent serious complications. Thisstudy aims to identify the relationship between family support with self-management diabetes mellitus in Posbindu Puskesmas Pisangan South TangerangCity. The study designs was a quantitative approach cross sectional design with asample of 35 respondents. Data analysis using Chi Square test. Results showedthat there was no relationship between family support with self-management ofdiabetes with significant (p value) = 0.274 at α = 0.05). Researchers suggest theneed for the dissemination of information related to self-management throughcounseling and home visits are also necessary for those who could not attend dueto Posbindu physical condition does not allow, while motivating families to helpdiabetics in controlling the self-management to prevent and avoid complicationssustainable.
Key Words: Family Support; Self-management
Reading list: 56 (2005-2014 )
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan ManjemenDiri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja PuskesmasPisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
xx + 79 Halaman + 15 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAKBerdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2014 ditemukan bahwapenderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya disetiap negara dan padatahun 2035 diperkirakan penderita diabetes meningkat menjadi 592 juta orang,dan indonesia berada pada urutan ke-7. Diabetes merupakan penyakit degeneratifyang terjadi seumur hidup. Penderita diabetes akan mengalami masa-masa sulitakibat perubahan pada dirinya, sehingga membutuhkan dukungan dari orangsekitar terutama dukungan keluarga untuk membantunya dalam mengontol polahidup dan perawatan manajemen diri keluarga yang mengalami diabetes. Diabetesmerupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes untukmencegah komplikasi yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasihubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetesmellitus di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif design crosssectional dengan sampel sebanyak 35 responden. Analisis data menggunakan ujiChi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antaradukungan keluarga dengan manajemen diri diabetes dengan signifikansi (p value= 0,274 pada α= 0,05). Peneliti menyarankan perlunya penyebaran informasiterkait manajemen diri melalui penyuluhan dan juga diperlukan kunjungan rumahbagi yang tidak bisa hadir ke posbindu karena kondisi fisik yang tidakmemungkinkan, sekaligus memotivasi keluarga untuk membantu penderitadiabetes dalam mengontrol manajemen diri untuk mencegah dan menghindarikomplikasi yang berkelanjutan.
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Manajemen Diri.
Daftar bacaan : 56 (2005-2014)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti kepada Allah swt, yang telah melimpahkan beberapa
rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada bimbingan nabi besar
Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat dan hidayatnya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan, cobaan dan
hambatan yang peneliti temukan. Namun, syukur alhamdulillah berkat rahmat dan
hidayah-nya, kesungguhan, kesabaran dan kerja keras disertai dukungan keluarga
dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun material, segala
kesulitan yang telah dilalui dan diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga pada
akhirnya penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.
KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS dan bapak Jamaludin, S.Kp.,
M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk
meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan
tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan
perkuliahan.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi
sebagai bahan rujukan skripsi.
6. Bidan Astri dan segenap perawat serta staf yang bertugas di Puskesmas
Pisangan Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses melakukan studi pendahuluan
dalam menyusun skripsi.
7. Segenap guru-guru PP DDI Lil Banat yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan ayah H.
Muslikin S,Pdi dan Ibunda Hj. Hasnawati S,pd yang senantiasa memberikan
dukungan dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa
yang selalu mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkahku sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
xi
9. Adek-adekku tersayang Khaerul.M, Mawaidah.M dan Husnaeni.M, serta
nenek-nenekku dan keluarga-keluargaku yang selalu memberikan dukungan
dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kak Ria yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta motivasi yang
begitu besar dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kak Marwah Mula, kak Badariah Hamzah, kak Arifin Nur Try Wardana,
yang selalu memberikan perhatian, motivasi serta semangat untuk terus
berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesah dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Segenap keluargaku di CSS MoRA UIN Jakarta yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Temanku Astuti Akin, dan Suharni, yang telah membantu peneliti untuk
menjelaskan hal-hal yang kurang saya pahami serta teman yang selalu
memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
14. Teman-teman seperjuangan yang selalu bareng mengerjakan skripsi yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang selalu saling mendukung,
memotivasi dan selalu memberikan semangat satu sama lain dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman sepembimbing dan teman-teman yang setiap malam bersama
untuk begadang dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,
semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta
kekompakan yang selama ini tidak akan terlupakan.
xii
Akhir kata, peneliti mengharakan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang
menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, Juni 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
ABSTRACT......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xviii
LAMPIRAN........................................................................................................ xix
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian......................................................................................8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................8
1. Tujuan umum ...............................................................................................8
2. Tujuan Khusus..............................................................................................9
E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................9
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan.............................................................9
2. Bagi Puskesmas ..........................................................................................10
3. Bagi Peneliti ...............................................................................................10
4. Bagi Pasien .................................................................................................10
5. Bagi Keluarga.............................................................................................10
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
A. Konsep Keluarga ..........................................................................................12
1. Definisi Keluarga .......................................................................................12
2. Tipe Keluarga .............................................................................................12
xiv
3. Tugas Keluarga ..........................................................................................15
4. Fungsi Keluarga .........................................................................................16
B. Dukungan Keluarga ......................................................................................17
1. Definisi Dukungan Keluarga......................................................................17
2. Dimensi Keluarga.......................................................................................18
3. Pengukuran Dukungan Keluarga ...............................................................20
C. Diabetes Mellitus ..........................................................................................21
1. Definisi Diabetes Mellitus..........................................................................21
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus .....................................................................21
3. Manifestasi Klinis ......................................................................................23
4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus ..............................................................24
D. Manajemen Diri pada Diabetes ....................................................................26
1. Definisi Manajemen Diri............................................................................26
2. Manajemen Diri Pada Diabetes ..................................................................26
4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus................................31
E. Kerangka Teori ............................................................................................32
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DANDEFINISI OPERASIONAL................................................................................33
A. Kerangka Konsep Penelitian................................................................................... 33
B. Hipotesis ................................................................................................................. 34
C. Definisi Operasional ............................................................................................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................37
A. Desain Penilitian..................................................................................................... 37
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian................................................................ 37
C. Populasi dan Sampel............................................................................................... 38
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 39
E. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................................. 40
F. Pengumpulan Data.................................................................................................. 43
G. Pengolahan Data ..................................................................................................... 44
H. Etika Penelitian .................................................................................................... 45
I. Analisa Data Statistik ............................................................................................. 46
xv
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................48
A. Profil Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.............................................. 48
1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan........................ 48
B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian.......................................................... 50
C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga ................................................ 53
D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri ...................................................... 54
E. Analisis Bivariat ..................................................................................................... 54
1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM............. 55
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden .......................... 55
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden ................. 56
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden............... 57
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM diPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ............. 58
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................59
A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja PuskesmasPisangan Kota Tangerang Selatan .......................................................................... 59
B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas PisanganKota Tangerang Selatan.......................................................................................... 65
C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan KotaTangerang Selatan .................................................................................................. 67
D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM DiPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan................ 69
E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM diPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan................ 74
F. Keterbatasan penelitian........................................................................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................78
A. Kesimpulan............................................................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................35
Tabel 4.1 Analisis Bivariat.............................................................................47
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan kota tangerang selatan
(n=35).............................................................................................50
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
(n=35).............................................................................................50
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
(n=35).............................................................................................51
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan (n=35)...............................................................................52
Tabel 5.5 Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penderita DM Di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan (n=35)...............................................................................52
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan (n=35)................................................................................53
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)..........53
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Manjemen Diri Penderita DM Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
(n=35).............................................................................................54
xvii
Tabel 5.9 Distribusi Nilai Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan (n=35)...............................................................................55
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen
Diri Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
(n=35) ............................................................................................56
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan
Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...................56
Tabel 5.12 Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri
Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Kota Tangerang Selatan Tahun (n=35)..........................................57
Tabel 5.13 Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita
DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan (n=35) .............................................................58
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori...............................................................................32
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................33
xix
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 2 Surat izin penelitian dan pengambilan data
Lampiran 3 Informed consent
Lampiran 4 Kuisioner penelitian
Lampiran 5 Hasil uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 6 Hasil uji statistik
xx
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Mellitus
POSBINDU : Pos Binaan Terpadu
PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat
HDFFS : Hensarling Diabetes Family Support Scale
DSMQ : Diabetes Self Management Questionnaire
IDF : International Diabetes Federation
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang
terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya
Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi
70,6 pada tahun 2009 (Kemenkes, 2013).
Peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena
penyakit degeneratif. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis
mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit
tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif
menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare,
pneumonia dan hepatitis. Sedangkan penyakit tidak menular pada lansia di
antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik.
Salah satu penyakit yang tidak menular yang sering terjadi adalah diabetes
mellitus (Kemenkes, 2013).
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakterisitk
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah, yang terjadi akibat terganggunya
sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanyan (Smeltzer & Bare, 2008).
Ketidakmampuan memproduksi insulin atau penggunaannya yang tidak
2
efektif menyebabkan kadar glukosa menumpuk di dalam darah atau dikenal
sebagai hiperglikemia, dan kadar glukosa yang tinggi tersebut akan
mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai
organ dan jaringan (IDF, 2013).Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling
umum dari diabetes, yang mencapai 90-95% dari seluruh penderita diabetes.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) ditemukan
bahwa jumlah penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap
negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita
diabetes, diabetes menyebabkan 5,1 juta kematian dan penderita diabetes
meninggal setiap enam detik. Pada tahun 2035 penderita diabetes
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan Indonesia berada
pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes
terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan
Mexico (IDF, 2014). Diabetes melitus dapat menjadi serius dan menyebabkan
kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak segera diobati. Sehingga
diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Komplikasi yang timbul akibat diabetes pada semua organ serta
semua sistem tubuh sangat tergantung pada bagaimana menjaga glukosa
darah selalu berada dalam keadaan normal. Melakukan kontrol adalah suatu
keharusan bagi semua penderita DM (Tandra, 2008). Kebanyakan penderita
DM tidak memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada keluhan. Mereka
akan memeriksakan kesehatan bila merasa ada gangguan (Tandra, 2008).
Diabetes yang sering tidak terkontrol dapat mengakibatkan beberapa
komplikasi yang serius baik makrovaskular maupun mikrovaskular
3
seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan
saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM
telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis dan sosial.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes melitus, maka
diperlukan pengontrolan secara teratur melalui perubahan gaya hidup yang
tepat bagi penderita DM. Pengontrolan yang sering dilakukan juga dengan
cara pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik, regimen pengobatan yang
tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur (Golien
et al dalam Ronquillo et al, 2003).
Peranan dalam mengontrol diabetes mellitus adalah untuk melihat
pengaruh dari pola makan, olahraga dan pengobatan yang telah dilakukan
oleh penderita diabetes mellitus. Sehingga secara tidak langsung, kontrol gula
darah dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Karena apabila
penderita Diabetes mellitus tidak pernah melakukan kontrol, maka penderita
tersebut tidak mengetahui keadaan gula darahnya. Sehingga apabila gula
darahnya tinggi dan penderita melakukan kebiasaan yang dapat membuat gula
darah tinggi maka dapat dipastikan penderita mengalami komplikasi
(Wardani, et al, 2014).
Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami berbagai macam
perubahan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dalam hal ini keluarga
berperan dalam mengontrol kesehatan keluarganya yang mengalami diabetes.
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang berarti diperoleh dari orang
lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
lainyang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Dukungan
4
keluargamenjadikannya mampu dalam meningkatkankesehatan dan adaptasi
mereka dalamkehidupan (Sasih, 2015).
Keluarga merupakan bagian terpenting bagi semua orang. Begitu pula
bagi penderita diabetes mellitus. Disadari atau tidak, saat seseorang
mengalami diabetes mellitus maka mereka akan mengalami masa–masa sulit.
Mereka harus mulai berbenah diri, mulai mengontrol pola makan dan
aktifitas. Hal tersebut pasti sangat membutuhkan bantuan dari orang sekitar
terutama keluarga, dengan menceritakan kondisi diabetes mellitus pada orang
terdekat, maka akan membantu dalam kontrol diet dan program pengobatan
(Wardani, et al, 2014). Oleh karena itu, keluarga dapat mengingatkan ataupun
mengontrol manajemen diripenderita diabetes.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen
diri diabetes sebagai komponen penting bagi setiap individu dalam
pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting untuk mengendalikan
dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008). Perilaku manajemen diri
yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mencakup mengatur pola
makan, latihan fisik, minum obat, pemantauan glukosa darah, dan perawatan
kaki (Shamoon et al., 1993; Xu et al, 2008). Keberhasilan manajemen diri
diabetes bergantung pada aktivitas perawatan diri individu untuk mengontrol
gejala dan menghindari komplikasi. Jika kegiatan perawatan diri dilakukan
secara teratur, maka dapat mencegah komplikasi yang timbul akibat diabetes
(Wu et al., 2007).
Secara umum, manajemen diri adalah perawatan diri individu dalam
hal meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri, terdiri dari
5
tindakan mereka seperti gaya hidup sehat, untuk memenuhi kebutuhan sosial,
emosional dan kebutuhan psikologis, merawat kondisi jangka panjang mereka
dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut (UK departemen health, 2005
dalam Koetsenruijter,et.al, 2014). Untuk mempertahankan kontrol glikemik
yang memadai, pasien biasanya mengikuti regimen manajemen diri yang
melibatkan pemantauan diri glukosa darah yang sering, modifikasi diet,
olahraga, pendidikan, dan pemberian obat. Kolaborasi dan negosiasi dengan
penyedia layanan kesehatan, anggota keluarga, dan lain-lain (Ciechanowski,
2004 dalam Mahfoue, et al, 2011).
Manajemen diri pada diabetes merupakan tugas yang menantang yang
membutuhkan perubahan gaya hidup jangka panjang dan dedikasi yang tinggi
(Bean, 2007). Perilaku dalam mengontrol diabetes ini sangat penting, akan
tetapi perilaku manajemen diri tidak dilakukan secara konsisten oleh pasien
diabetes (Xu et al., 2008). Pasien diabetes yang mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen perawatan diri untuk penyakitnya, juga sulit melakukan
perubahan perilaku dan gaya hidup (Rapley & Fruin, 1999; Wu et al., 2007).
Pasien tidak selalu menerapkan perubahan perilaku yang diinginkan (Sharoni
& Wu, 2012). dan banyak penderita diabetes yang tidak terlibat dalam semua
praktik manajemen diri (Hunt et al., 2012; Al-Khawaldeh, Al-Hassan &
Froelicher, 2012).
Di Indonesia masih banyak penyandang diabetes yang belum
terdiagnosis, hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani
pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari jumlah pasien
yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali
6
dengan baik (PERKENI, 2011). Hasil penelitian dari Kusniyah, (2010)
menyimpulkan bahwa pasien diabetes tipe 2 masih memiliki tingkat
manajemen diri yang rendah. Hasil penelitian dari Kusniawati (2011) juga
menyimpulkan bahwa aktivitas perawatan diri pasien diabetes tipe 2 masih
rendah pada monitoring gula darah mandiri dan perawatan kaki.
Berdasarkan studi pendahuluan kepada 8 orang penderita DM
didapatkan 4 orang penderita DM mengatakan bahwa mereka setiap bulannya
di ingatkan oleh anggota keluarganya baik itu istri/suami, anak/menantu, dan
lainnya untuk mengontrol kadar gula darah mereka di posbindu dan jika
mereka tidak sempat ke posbindu maka mereka mengontrol kadar gula
darahnya di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 4 orang lainnya tidak
teratur mengontrol gula darah serta keluarga jarang mengingatkan untuk
mengecek kadar gula darahnya.
Selanjutnya dari 8 orang pasien, 5 pasien mengatakan bahwa mereka
tidak melakukan latihan fisik seperti berjalan, olahraga ataupun yang lainnya
di pagi hari serta belum bisa mengontrol pola makannya karena tidak ada
kemauan dan kurangnya perhatian dari keluarga untuk mengingatkan mereka
olahraga serta dalam mengontrol pola makannya dan 3 lainnya sering
melakukan olahraga dengan berjalan-jalan di pagi hari serta sudah cukup baik
dalam mengontrol pola makannya. Dengan demikian kondisi yang dialami
penderita DM belum cukup optimal dalam mengatur manajemen diri mereka,
sehingga mereka membutuhkan dukungan oleh orang-orang sekitar terutama
keluarga terhadap manajemen diri penderita diabetes mellitus.
7
Rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap
terlaksananya manjemen diri penderita DM dalam hal pengelolaan dan
perawatan diri mereka. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Dukungan keluarga dengan manajemen diri pasien diabetes tipe 2
merupakan komponen untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam
mengelola penyakitnya, mencegah dan mengontrol komplikasi yang dapat
terjadi ataupun sudah terjadi. Saat seseorang mengalami diabetes mellitus
maka mereka harus banyak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan diri
mereka sendiri. Mereka harus mulai merubah perilaku gaya hidup. sehingga
keluarga dapat memberikan dukungan yang berarti dalam pengontrolan diet,
aktifitas fisik, pemeriksaan kadar gula darah dan program pengobatan. Oleh
karena itu, pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang
perlu diperhatikan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya dukungan keluarga akan berdampak
terhadap terlaksananya manjemen diri dalam hal pengelolaan dan perawatan
diri mereka. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku
manajemen diri penderita diabetes mellitus masih belum optimal, dan
dukungan dari keluarga merupakan orang terdekat bagi penderita DM yang
bisa mengontrol penderita DM dalam melakukan manajemen diri,sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
8
manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, kadar glukosa darah sewaktu dan lama menderita DM).
2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016.
3. Bagaimana gambaran manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016.
4. Bagaimana hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita
diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016.
5. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara karakteristik responden, dukungan keluarga
dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
9
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, kadar glukosa darah dan lama menderita DM).
b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes
mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016.
c. Mengetahui gambaran manajemen diri pada penderita diabetes
mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang
Selatan Tahun 2016.
d. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan manajemen
diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri
pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi
keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada
masyarakat terutama klien yang menderita diabetes mellitus serta kajian
keilmuan bagi mahasiswa keperawatan tentang manajemen diri pada
penderita diabetes mellitus.
10
2. Bagi Puskesmas
Memberikan acuan untuk meningkatkan program pengontrolan
diabetes mellitus, penyuluhan terkait diet serta senam bagi penderita
diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan penderita diabetes mellitus.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan
wawasan dalam hal keperawatan gerontik, keperawatan komunitas dan
keperawatan medikal bedah, serta dapat digunakan sebagai dasar
penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh keluarga terhadap
perilaku perawatan diri pasien diabetes mellitus dalam pengontrolan
manajemen diri mereka.
4. Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan bahwa pasien dapat meningkatkan
kesehatan mereka dalam hal pengelolaan terkait manajemen kesehatan
diri untuk mengoptimalkan status kesehatannya.
5. Bagi Keluarga
Penelitian ini diharapkan bahwa keluarga mampu merawat
keluarganya yang menderita diabetes mellitus, memberikan dukungan
kepada anggota keluarga dalam pelaksanaan manajemen diri serta dapat
mengontrol kondisi kesehatan keluarganya serta diri mereka sendiri.
11
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penilitian ini dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Partisipan pada penelitian ini adalah
responden yang menderita diabetes mellitus. Pengambilan data di ambil
melalui metode cross sectional dengan instrument berupa kuesioner.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga didalamnya yang tinggal
dalam satu atap dan saling bergantung satu sama lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan
perkawinan yang sah, memiliki hubungan darah antara satu sama lain dan
tinggal bersama di dalam satu rumah serta memiliki peran masing-
masing dalam setiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
2. Tipe Keluarga
Menurut Harnilawati (2013) tipe keluarga secara tradisional
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Tipe keluarga secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1) Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya yang tinggal dalam satu
rumah.
2) Keluarga Besar (Extended Family)
13
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan anggota
keluarga yang lain, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,
keponakan dan sebagainya).
b. Secara modern
Secara modern dikelompokkan tipe keluarga selain diatas
yaitu:
1) Reconstituted neclear
Perkawinan kembali suami atau istri sehingga pembentukan
keluarga inti yang baru, tinggal dalam satu rumah dengan anak-
anaknya, baik anak dari perkawinan yang lama ataupun hasil dari
perkawinan baru, salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
2) Middle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri tinggal di rumah atau kedua-
keduanya bekerja di rumah, anak-anak telah meninggalkan rumah
karena sekolah, perkawinan atau meniti karier.
3) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur lanjut dan tidak memiliki anak,
keduanya atau salah satu dari mereka bekerja di rumah.
4) Single parent
Satu orang tua akibat perceraian atau pasangannya meninggal
sehingga anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
5) Dual carrier
14
Suami istri atau keduanya bekerja dan tidak memiliki anak.
6) Commuter married
Suami istri atau keduanya bekerja dan hidup terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya mencari waktu-waktu tertentu untuk bertemu.
7) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
8) Keluarga besar 3 generasi ( three generation).
Keluarga yang hidup dalam satu rumah terdiri dari 3 generasi,
mulai dari keluarga kakek-nenek, keluarga ayah-ibu, dan keluarga
anak-anak nya.
9) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
10) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
11) Group marriage
Satu rumah terdiri dari orang tua dan anak-anaknya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
12) Unmarried parent and child
Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
15
13) Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
14) Gay dan lesbia family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang memiliki jenis
kelamin yang sama.
3. Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, antara
lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010, dalam Zaidin, 2009).
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga
tidak boleh diabaikan, karena jika kesehatan terganggu segala sesuatu
tidak akan berarti. Anggota keluarga memiliki kewajiban untuk
mengetahui penyakit yang dialami oleh keluarganya. Anggota keluarga
yang menderita DM maka kemungkinan besar memiliki riwayat dari
keluarga yang sebelumnya atau karena gaya hidup seperti makanan
yang tidak terkontrol. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat
menjalankan tugas keluarga dengan baik, misalnya keluarga tidak
mengetahui bahwa ada gangguan kesehatan pada anggota keluarga
yang mengacu pada DM.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
16
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk ke pelayanan
kesehatan yang tepat sesuai dengan keadaan anggota keluarga, dengan
mempertimbangkan salah satu dari anggota keluarga yang berhak
memberikan keputusan untuk melakukan sesuatu atau tindakan. Seperti
halnya jika salah satu anggota keluarga yang terkena DM mengalami
komplikasi keluarga dapat memberikan keputusan ke mana lansia akan
dilakukan perawatan. Keluarga dapat mengambil kepeutusan yang
tepat untuk mendukung kesembuhan bagi penderita.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah menjadi nyaman yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan yang baik anatara keluarga dan fasilitas
kesehatan yang ada.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memnuhi kebutuhan psikologis anggota
keluarga.
17
b. Fungsi sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang
bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, dan
tempat tinggal serta perawatan kesehatan.
B. Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses yang menjalin hubungan
antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga yang
terjadi selama masa hidup (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan dari internal dan juga berupa dukungan eksternal dari
keluarga inti. Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan dukungan
instrumental (House dan Kan, 1985 dalam Friedman, 2010).
18
2. Dimensi Keluarga
Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), Hensarling
(2009) adalah:
a. Dimensi Emosional/Empati
Dukungan ini melibatkan perasaan empati dan perhatian terhadap
seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, merasa dihargai
dan merasa dimiliki. Dukungan ini menunjukkan adanya pengertian dan
perhatian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang
menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara snggota keluarga harus
terjalin karena diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga
yang lain.
b. Dimensi Penghargaan
Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan
dihargai kareba keluarga memberikan penguatan yang positif kepada
anggota keluarga yang menderita penyakit. Dukungan ini muncul dari
penerimaan dan penghargaan seseorang terhadap keberadaan seseorang
yang dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain dan diri
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penghargaan kepada
anggota keluarga yang menderita DM dapat memberikan motivasi,
semangat, dan peningkatan harga diri karena dianggap masih berguna
dan berarti untuk keluarga, sehingga penderita DM diharapkan dapat
19
membentuk perilaku yang sehat dalam hal untuk meningkatkan status
kesehatannya.
c. Dimensi Instrumental
Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan berupa
bantuan langsung. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu
dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan
bantuan tenaga, dana maupun menyediakan waktu untuk melayani dan
mendengarkan keluarga yang sakit dalam mengungkapkan persaan
yang dialaminya (Bomar, 2004). Dukungan instrumental termasuk
dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang
diberikan kepada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan
seperti menyediakan sandan dan pangan, perawatan kesehatan,
perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi.
d. Dimensi Informasi
Dukungan berupa percakapan atau umpan balik tentang
bagaimana melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami
kesulitan dalam pengambilan keputusan, akan menerima saran-saran
atau umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya. Dimensi ini dapat
membantu pasien dalam mengambil keputusan dalam manajemen
penyakitnya.
Bomar (2004), menyatakan dukungan informasi keluarga
merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga
dalam bentuk saran atau masukan, nasehat atau arahan, dan
20
memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan keluarga
yang sakit dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM pemberian
informaasi terkait kondisi yang dialaminya dan bagaimana cara
perawatannya. Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan
dukungan keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan
dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga
bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi persepsi penerima terhadap
bantuan yang diberikan.
3. Pengukuran Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan
dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar. Dukungan
keluarga terdiri atas dukungan orang tua ke anak, anak ke orang tua, antar
pasangan, saudara ke saudara, cucu ke kakek/nenek. Hensarling (2009),
mengembangkan suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama
“Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS), dimana skala ini
menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap
dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling juga
merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur dukungan
keluarga pada pasien DM.
HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien
DM, secara konsep didefinisikan sebagai cara pasien melihat dukungan
21
dari keluarganya. HDFSS terdiri atas 29 pertanyaan dengan alternatif
jawaban: 4: selalu, 3: sering, 2: jarang, 1: tidak pernah.
C. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Diabetes mellitus atau
penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai dengan kadar glukosa darah diatas kisaran nilai normal yaitu
kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus telah disahkan oleh world health
organization (WHO) dan telah dipakai oleh seluruh dunia. Empat
klasifikasi gangguan toleransi glukosa
a. Diabates mellitus tipe 1
DM tipe 1 dikenal dengan tipe Juvenileonset dan tipe
dependen insulin. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus
baru setiap tahunnya dan dibagi dalam dua subtipe : a) autoimun,
akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan b)
idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui
sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan
Afrika-Amerika dan Asia.
22
b. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 dikenal sebagai tipe onset maturitas dan tipe
nondependen insulin. Insiden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 650.000
kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit
ini.
c. Diabetes gestasional (GDM)
Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan
dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya
GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,
dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes kehamilan
berisiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas perinatal dan
mempunyai frekuensi kematian janin yang lebih tinggi. Kebanyakan
perempuan hamil menjalani penapisan untuk diabetes selama usia
kehamilan 24 hingga 28 minggu.
d. Tipe tipe lain
DM tipe lain, disebabkan karena kelainan genetik fungsi sel beta,
kelainan genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, infeksi dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. Beberapa hormon
seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon ddan epineprine
bersifat antagonis atau melawn kerja insulin. Kelebihan jumlah
hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan DM. Terjadi sebanyak
1-2% dari semua DM (Black & Hawks, 2006).
23
3. Manifestasi Klinis
Menurut Misnadiarly, 2006 gejala dan tanda-tanda dapat
digolongkan menjadi gelaja akut dan gejala kronik
a. Gejala akut
Gejala penyakit DM berbeda-beda dan tidaklah selalu sama.
Pada perm ulaan gejala meliputi: Poliphagia (banyak makan)
polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
malam hari). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka timbul
gejala karena kurangnya insulin. Jadi bukan 3P, melainkan 2P
(polidipsia dan poliuria) serta beberapa keluahan lain seperti nafsu
makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika
kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai: berat badan turun
dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah,
bahkan penderita akan jatuh koma sehingga disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi
diatas 600 mg/dl.
b. Gejala kronik
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebas dikulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4kg.
24
4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus
Menurut lanywati, 2011 prinsip penatalaksanaan diabates melitus
secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM
diIndonesia tahun 2006 adalah untukmeningkatkan kualitas hidup pasien
DM. Terapi DM pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
a. Mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal, penderita
merasa nyaman dan sehat.
b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi
c. Mendidik penderita dalam hal pengetahuan dan motivasi agar
penderita dapat merawat penyakitnya sendiri.
Menurut Sylvia, 2006 penatalaksanaan diet DM adalah sebagai
berikut:
1) Diet DM
Diet DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari oleh penderita DM , agar
gula darah dapat terkontrol dengan pengaturan makanan.jumlah
kalori yang disarankan juga bervariasi tergantung pada kebutuhan
untuk mempertahankan, menurunkan, atau meningkatkan berat
tubuh penderita DM. Sistem makanan penukar dikembangka untuk
membantu pasien dalam hal menangani pola dietnya
2) Latihan fisik
Latihan fisik untuk mempermudah transpor glukosa ke
dalam sel-sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Dengan
25
menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan aktifitas latihan
fisik, pasien mungkin dapat mengontrol kadar gula darah mereka
a) Olahraga
Berikut ini adalah pertimbangan manfaat- risiko
olahraga pada lansia
Manfaat pada lansia adalah perbaikan toleransi
glukosa, peningkatan kemampuan konsumsi oksigen
maksimum, peningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan
darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid. Risiko
nya adalah sebagai berikut: hipoglikemia, cedera pada tulng
sendi dan kaki. Karena lansia sering kali dijumpai penyakit
penyerta osteoartritis, parkinson, gangguan penglihatan, dan
gangguan keseimbangan, sehingga olahraga sebaiknya
dilakukan yang memang dekat, dan jensi olahraga yang
silakukan lebih bersifat isotonik daripada isometrik.
3) Pengobatan DM
Penyakit yang progresif obat-obat oral hipoglikemik juga
dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah persensitif insulin
dan sulfonilurea. Dua tipe persensitif yang tersedia adalah
metformin dan tiazolidinedion. Metformin diberikan sebagai
terapi tunggal dengan dosis 500 hingga 1700mg/ hari. Metformin
menurunkan kadar produksi glukosa hepatik, menurunkan
absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin,
khususnya di hati. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan
26
insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik.
Tiazolidinedian, yaitu rosiglitazon dan dengan dosis 4 hingga 8
mg/hari dan pioglitazon dengan dosis 30 hingga 45 mg/hari dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan
metformin, sulfonilurea, atau insulin. Obat-obat ini menyebabkan
retensi air sehingga tidak cocok diberikan pada pasien dengan
agagal jantung kongestif.
Lispro awitannya segera selama 30-90 menit dan regular
(crystalline Zinc) awitannya 30 menit. NPH itu keruh, suspensi
insulin seng kristal, 50% jenuh dengan protamin. Ultralente dan
Glargine
D. Manajemen Diri pada Diabetes
1. Definisi Manajemen Diri
Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku
yang dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi
mereka, termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik,
pemantauan glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki
(Xu et al., 2010).
2. Manajemen Diri Pada Diabetes
Manajemen diri pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku
manajemen diri yang mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan
glukosa darah secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan
berhubungan dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status
metabolik (Jones et al., 2003; Sousa et al., 2005; Hunt et al., 2012).
27
Seseorang yang menderita diabetes perlu mengetahui pemahaman
dalam pengelolaan penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang
yang harus diperhatikan adalah, sebagai berikut:
a. Diet
Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang
melibatkan pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang
sehat untuk pasien DM (Harris et al., 2012). Pasien dengan diabetes
harus dimotivasi untuk menerapkan perubahan pola hidup yang lebih
sehat (Amod et al., 2012). Rekomendasi diet bagi penderita diabetes
mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat umum, misalnya
mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam (Dyson, 2002; Nair,
2007). Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk
nutrisi dasar, pasien diabetes akan membutuhkan diet yang lebih
terstruktur untuk mencegah hiperglikemia (Lemone & Burke, 2004;
Nair, 2007).
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor dalam mengelola diabetes
dan mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum
meningkatkan pola aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes
harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk
menyesuaikan kebutuhan individu dan mempertimbangkan adaptasi
latihan terhadap adanya komplikasi diabetes. Latihan fisik dapat
membantu meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi berat badan
(Caterson, 2005; Nair, 2007), serta meningkatkan penyerapan glukosa
28
dalam sel otot (Pullen, 2000; Nair, 2007), sehingga membantu
menurunkan kadar glukosa darah (Nair, 2007).
c. Medikasi (ke tempat pelayanan kesehatan)
Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat
dipertahankan dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan
fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar
penderita diabetes tipe 2 memerlukan pengobatan dengan farmakologi
(DeCoste & Scott, 2004). Diabetes tipe 2 dapat diobati dengan obat
tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap obat diberikan
untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan kombinasi
dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula darah.
Jika terapi oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara
untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan
digunakan jika nilai HbA1c lebih dari 6,5% setelah terapi oral
maksimal. Insulin harus dikombinasi dengan terapi oral untuk
mengurangi risiko hipoglikemia dan peningkatan berat badan (Garber
et al., 2002; Svartholm & Nylander, 2010).
d. Kontrol Glukosa
Kontrol kadar glukosa darah merupakan bagian dalam
manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien
diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah
mandiri bertujuan untuk mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan
utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya
hipoglikemia (IDF, 2012), mempertahankan kadar glukosa darah pada
29
4-6 mmol/L sebelum makan (preprandial) dan tidak di atas 10 mmol/L
dua jam setelah makan (postprandial) (Diabetes UK, 2006; Nair,
2007). Kontrol glukosa darah didasarkan pada kebutuhan individu,
jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan. Kontrol gula darah
efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik pada individu dengan
diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin (Welschen et al, 2005;
Hirsch et al, 2008).
Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi
mengenai efek terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA
(2009, dalam CPG on Management T2DM, 2009) merekomendasikan
bahwa monitoring glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali
sehari untuk pasien menggunakan suntikan insulin. Untuk pasien yang
menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau
terapi nutrisi medis saja, monitoring glukosa darah mandiri mungkin
berguna dalam mencapai kontrol glikemik.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penderita
DM tipe 2
a. Umur
Penderita diabetes yang lebih tua memiliki tingkat manajemen
diriyang lebih tinggi pada diet, olahraga, dan perawatan kaki dari pada
individu yang lebih muda (Xu, Pan & Liu, 2010). Penderita diabetes
yang lebih tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga akan
30
lebih baik dalam perawatan diri daripada orang tua yang buta huruf
(Bai, Chiou & Chang, 2009).
b. Jenis kelamin
Perawatan diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang
menderita diabetes baik laik-laki ataupun perempuan. Klien laki-laki
memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksankan pengelolaan
terhadap penyakit yang sedang dialaminya demikian juga dengan
perempuan yang tampak lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga
berupaya optimal untuk melakukan perawatan mandiri terhadap
kesehatan yang dialaminya (Sousa, 2005 dalam Kusniawati, 2010).
c. Tingkat pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki
pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan
memiliki keterampilan manajemen diriyang lebih baik untuk
menggunakan informasi peduli diabetes yang diperoleh melalui
berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (Bai,
Chiou & Chang, 2009). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi memiliki tingkat manajemen diriyang lebih tinggi terhadap
diet, olahraga, dan pemeriksaan gula darah mandiri, dan lebih mudah
untuk memahami informasi kesehatan yang berhubungan dengan diet,
aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri (Xu, Pan & Liu,
2010).
d. Lamanya menderita diabetes
31
Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki
pengalaman dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku
perawatan diri yang lebih baik (Wu et al., 2007). Seseorang yang telah
didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun dapat menerima diagnosis
penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta memiliki adaptasi yang
lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan gaya hidup
baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Xu, Pan & Liu, 2010).
4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus
Manajemen diri pada diabetes tipe 2 diukur dengan menggunakan
kuesioner The DSMQ (Diabetes Self Management Questionnaire)
dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy Mergentheim.
Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri diabetes. DSMQ
mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12), 'diet kontrol' (item
2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan menggunakan perawatan
kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara keseluruhan terkait
terhadap perawatan diri dan dimasukkan dalam jumlah skala. Jumlah total
pertanyaan sebanyak 16 item (Schmitt, et, al, 2013).
32
E. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka teori
Dimodifikasi dari konsep Bandura, (1989), Hensarling (2009), Friedman
(2010), Xu, Pan & Liu (2010), Bai, Chiou & Chang ( 2009).
Komplikasi:1. komplikasi akut2. Komplikasi kronis
Diabetes meliitus
Manajemen diri1. Kontrol glukosa2. Diet3. Aktivitas fisik4. Gunakan perawatan kesehatan
Dukungan sosial/dukungan keluarga1. Dimensi informasi2. Dimensi emosional3. Dimensi penghargaan4. Dimensi instrumental
Status glikemik terkontrolKomplikasi minimalFaktor personal
1. Umur2. Jenis kelamin3. Tingkat pendidikan4. Lama menderita
dm
33
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah manajemen diri pasien diabetes
mellitus, sedangkan variabel independen adalah faktor personal dan dukungan
keluarga.
Variabel independen variabel dependen
Skema 3.1
Kerangka konsep penelitian
Dukungan keluargaManajemen diri pasien
DM
Faktor personal
1. Umur2. Jenis kelamin3. Tingkat pendidikan4. Lama menderita
dm
34
B. Hipotesis
1. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita
DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan.
35
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No.
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Usia Usia responden sejak lahirsampai sekarang
Responden diberi pertanyaanmengenai usianya
Kuisioner 1. 45-59tahun2. 60-75 tahun3. 76-90 tahun
Interval
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden,apakah laki-laki atauperempuan
Menentukan kode untuk setiappilihan jawaban1. laki-laki2. perempuan
Kuisioner 1. laki-laki2. Perempuan
Nominal
3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikanterakhir atau formal yangtelah diselesaikan olehresponden
Responden diberikanpertanyaan tentangpendidikannya dikelompokkanmenjadi1. Tidak Sekolah2. SD3. SMP4. SMA5. Perguruan Tinggi
Kuisioner 1. Tidak Sekolah2. SD3. SMP4. SMA5. Perguruan Tinggi
Ordinal
4. Lama menderita DM Rentang waktu seseorangpertama kali menderitaDM sampai sekarang
Responden diberikanpertanyaan terkait seberapalama menderita DM
Kuisioner 1. 1-5 tahun2. 6-10 tahun
3. >10 tahun
Interval
Variabel dependen1. Manajemen diri Manajemen diri meliputi
manajemen glukosa,kontrol diet, aktivitas fisikdan menggunakan
Menggunakan instrumentDiabetes Self-ManagementQuestionnaire (DSMQ).DSMQ terdiri dari 16
Kuisioner Pada analisisunivariat:1. baik = lebih darimean (≥26,23)
Ordinal padaanalisisunivariat
36
perawatan kesehatan. pertanyaan. 2. kurang baik =kurang dari mean(<26,23)
Variabel Independen2. Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan
keluarga kepada pasienDM yang meliputi empatdimensi, yaitu dimensiemosional, penghargaan,instrumental daninformasi.
Menggunakan skala HensarlingDiabetes Family Support Scale(HDFSS) yang dikembangkanoleh hensarling 2009. HDFSSterdiri atas 25 item pertanyaandengan alternatif jawabanmenggunakan skala Likert.Untuk pertanyaan positif yaitu4: selalu3: sering2: jarang1: tidak pernahSedangkan untuk pertanyaannegatif yaitu1: selalu2: sering3: jarang4: tidak pernah
Kuisioner 1. baik = lebih darimedian (≥67)2. kurang baik =kurang dari median(<67)
Ordinal padaanalisisunivariat
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penilitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design
cross sectional yaitu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan
variable terikat dilakukan dalam satu waktu. Tujuan spesifik dari study cross
sectional adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen dalam satu waktu ( Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian
ini bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependen
terhadap variabel independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat
ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun
2016.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Alasan peneliti memilih
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan karena
belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri lansia penderita DM di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan tersebut serta masih
38
kurangnya dukungan keluarga terhadap manajemen diri penderita DM yang
diperoleh dari hasil studi pendahulan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, dilanjutkan
dengan analisis data. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama April
sampai minggu pertama Mei 2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien DM yang tinggal bersama keluarga di daerah Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya ( Sastroasmoro
& Ismael, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu total sampling dengan melihat kriteria inklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Responden yang menderita DM umur >45 tahun
2. Responden yang tinggal bersama dengan keluarganya
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Bersedia menjadi responden
5. Beragama islam
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien DM yang mengalami penurunan status kesehatan secara drastis
seperti pingsan saat penelitian berlangsung.
39
Adapun jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 35 responden.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan kuisioner, di mana responden mengisi kuisioner sendiri
atau dibantu. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner dukungan
keluarga dan kuisioner manajemen diri.
1. Kuisioner dukungan keluarga
Kuisioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling Diabetes Family
Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009).
HDFFS mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item ( pertanyaan
nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 17, 24, 27, 28), dimensi penghargaan 8 item
(pertanyaan nomor 8, 10, 12, 14, 18, 19, 20, 25), dimensi instrumental 8
item (pertanyaan nomor 9, 11, 16, 21, 22, 23, 26, 29). Dan dimensi
informasi 3 item (pertanyaan nomor 1, 2, 3,). Jumlah total pertanyaan
sebangak 29 item dengan alternatif jawaban:
Untuk pertanyaan positif:
Kuisioner dukungan keluarga nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 14, 15,
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, dan 29
Selalu: 4, sering: 3, jarang: 2, tidak pernah: 1.
Untuk pertanyaan negatif:
Kuisioner dukungan keluarga nomor 12, 13, 17, dan 24
Selalu: 1, sering: 2, jarang: 3, tidak pernah: 4.
2. Kuisioner manjemen diri
40
The DSMQ dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy
Mergentheim. Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri
diabetes. DSMQ mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12),
'diet kontrol' (item 2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan
menggunakan perawatan kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara
keseluruhan terkait terhadap perawatan diri dimasukkan dalam jumlah
skala. Jumlah total pertanyaan sebanyak 16 item dengan alternatif
jawaban:
Untuk pertanyaan positif:
Kuisioner manajemen diri nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 14
Sesuai: 3, cukup sesuai: 2, kurang sesuai: 1, tidak sesuai: 0
Untuk pertanyaan negatif
Kuisioner manajemen diri nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16
Sesuai: 0, cukup sesuai: 1, kurang sesuai: 2, tidak sesuai: 3
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas instrumen merupakan validitas yang diuji datanya, data atau
informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Lapau, 2012). Validitas instrumen diuji dengan teknik korelasi
Pearson Product Moment yaitu melihat nilai korelasi antara skor masing-
masing variabel dengan skor totalnya.
Berdasarkan tingkat signifikan 0,05, bila r hitung lebih besar dari nilai
r tabel, maka item kuesioner adalah valid, namun bila nilai r hitung lebih
41
kecil dari r tabel maka instrumen tidak valid. Sedangkan reliabilitas
menyangkut ketepatan alat ukur atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat
pengukuran (Lapau, 2012). Reliabilitas instrumen akan diuji dengan
menggunakan Alpha Cronbach yaitu bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel maka item kuesioner reliabel, namun bila nilai r hitung lebih kecil dari
nilai r tabel maka item kuesioner tidak reliabel. Menurut Sugiyono (2012)
menyatakan bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai alpha
cronboach ≥ 0,6
Hasil uji validitas dan reliabilitas tentang dukungan keluarga telah
dilakukan oleh Yusra (2010) dengan menggunakan degree of freedom 20-2=
18 ( r tabel 0.444) pada kuesioner dukungan keluarga terdapat 14 pertanyaan
yang tidak valid, namun pertanyaan tidak dibuang tetapi diperbaiki redaksi
kalimatnya menjadi lebih spesifik dan mudah dipahami responden.
Selanjutnya instrumen dukungan keluarga yang telah diperbaiki digunakan
untuk pengambilan data.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dukungan keluarga yang dilakukan
oleh Yusra (2010) yang dilakukan kepada 30 responden dari 120 responden
dengan degree of freedom 30-2= 28 (r tabel 0.361), pada kuesioner dukungan
keluarga terdapat 4 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 12 (
dimensi penghargaan), nomor 13 dan 17 (dimensi emosional) serta nomor 26
(dimensi instrumental). Keempat pertanyaan tersebut tidak dimasukkan ke
dalam instrumen, sehingga pertanyaan valid dan reliabel adalah 25 item
dengan nilai validitas (r 0,395-0,856) dan nilai reliabelnya (Alpha Cronbach
0.940). total skor responden terendah 28 dan tertinggi 100.
42
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan di luar negeri, kedua
kuisioner ini dinyatakan valid, akan tetapi kedua kuisioner ini diuji validitas
kembali untuk memastikan bahwa apakah kuisioner ini valid jika digunakan
di Indonesia. Responden dalam uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30
responden, yaitu penderita diabetes mellitus yang berada di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Hasil uji validitas terhadap kuisioner
DSMQ atau kuisioner manajemen diri adalah sebagai berikut:
Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan degree of freedom 30-2= 28
(r tabel 0,312 ), pada kuisioner manajemen diri terdapat 7 item pernyataan
yang tidak valid yaitu nomor 3, 4 ,5 ,8 ,9 ,13 dan 14, tetapi pernyataan pada
nomor yang tidak valid penting dalam manajemen diri diabetes, maka
pernyataan-peryataan tersebut tidak dibuang namun struktur katanya
diperbaiki. Sedangkan hasil uji reliabilitas kuisioner adalah r alpha
cronbach’s 0,635 sehingga kuisioner ini dinyatakan reliabel. Selanjutnya
instumen manajemen diri yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan
data. Total skor responden terendah adalah 0 dan tertinggi 48.
Hasil uji validitas dan reliabilitas dukungan keluarga terdapat 9
pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 2, 6, 7, 9, 12, 15, 18, 27 dan 29 ,
namun pernyataan tidak dibuang tetapi diperbaiki redaksi kalimatnya menjadi
lebih mudah dipahami responden. Selanjutnya instrumen dukungan keluarga
yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan data. Sedangkan hasil
nilai reliabelnya (Alpha Cronbach 0,718). Total skor responden terendah 29
dan tertinggi 116.
43
F. Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan data primer yang diperoleh langsung dan
dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner terstruktur yang berisi
pertanyan tentang dukungan keluarga dan manajemen diri penderita DM.
Proses pengumpulan data tersebut di lakukan dengan kunjungan ke Posbindu.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti membuat surat studi pendahuluan dikampus yang kemudian akan
di bawa ke Dinas Kesehatan.
2. Surat yang telah jadi di kampus kemudian di bawa ke dinas kesehatan.
Setelah surat yang dari dinas kesehatan selesai. Kemudian surat tersebut di
bawa ke Puskesmas yang di ditempati untuk melakukan penelitian.
3. Setelah surat dibawa ke Puskesmas, peneliti meminta izin kepada kepala
Puskesmas untuk melakukan penelitian di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan.
4. Peneliti menghadiri kegiatan posbindu untuk menemui responden dan
mengenalkan diri kepada responden.
5. Peneliti memberi penjelasan terkait maksud, tujuan penelitian kepada kader
posbindu dan kepada responden penelitian. Bila responden setuju, maka
responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan.
6. Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti membacakan
pertanyaan-pertanyaan dan mengisi kuisioner sesuai dengan jawaban yang
di ungkapkan oleh responden.
44
7. Lembar kuisioner yang telah terkumpul, kemudian peneliti akan
melakukan analisa data statistik.
G. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2011), dalam proses pengolahan data terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Editing adalah memeriksa kelengkapan data yang telah di isi oleh
responden. Editing ini untuk memastikan bahwa semua pertanyaan telah
dijawab oleh responden tanpa ada satu pun pertanyaan yang terlewatkan.
Jika terdapat pertanyaan yang kosong maka peneliti meminta kesediaan
responden untuk mengisi kembali pertanyaan yang masih kosong.
2. Coding
Kegiatan ini memberikan kode atau simbol sesuai dengan pertanyaan
kuisioner yang telah dikumpulkan. Coding dilakukan untuk memudahkan
dalam pengolahan data dengan mengubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka sesuai dengan yang telah ditentukan.
3. Entri data
Entri data merupakan proses memasukkan data ke dalam komputer untuk
dilakukan analisa data. Peneliti melakukan entri data jika peneliti sudah
yakin bahwa data yang ada sudah benar, baik dari kelengkapan data
maupun pengkodean data.
4. Cleaning
Cleaning data dilakukan untuk mengecek kembali data untuk memastikan
bahwa tidak ada kesalahan sebelum dilakukan analisa data. Setelah
45
peneliti yakin semua data telah dibersihkan maka dilanjutkan dengan
analisa data.
H. Etika Penelitian
Menurut Wasis (2008), seseorang dalam melakukan penelitian
menekankan prinsip-prinsip etika penelitian meliputi:
1. Lembar persetujuan (Inform consent)
Setiap responden diberikan hak untuk menyetujui atau menolak ikutserta
untuk mengisi kuisoner yang telah diberikan dengan menandatangani
lembar persetujuan kesediaan menjadi responden yang telah disiapkan
oleh peneliti.
2. Tanpa Nama
Untuk menjaga identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data yang di isi. Hanya
mencantumkan kode pada lembar tersebut serta inisial nama responden.
3. Beneficence
Penelitian yang dilakukan mempunyai keuntungan bagi peneliti maupun
responden penelitian. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti memberi
beberapa penjelasan terkait manfaat dan keuntungannya bagi responden
dan peneliti. Keuntungan penelitian untuk responden adalah responden
dapat mengetahui manajemen diri yang baik dalam mengontrol
penyakitnya. Keuntungan untuk peneliti adalah sebagai upaya untuk
menjawab pertanyaan penelitian terhadap pentingnya dukungan keluarga
dalam memanajemen diri penyakitnya.
46
4. Maleficence
Peneliti memperhatikan dan menghindari bahaya-bahaya bagi responden.
Peneliti menanyakan kepada responden apakah terdapat masalah saat
mengisi kuisioner, jika tidak ada masalah, maka responden dapat
melanjutkan pengisian kuisioner.
5. Confidentialy
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi responden, hanya ada beberapa
data tertentu yang dapat dicantumkan sebagai hasil penelitian.
I. Analisa Data Statistik
Analisa data dilakukan dengan menggunakan software computer,
adapun analisa data yang dilakukan adalah:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran distribusi
frekuensi dari variable dependen dan variable independen. Variabel
independen (faktor personal dan dukungan keluarga) dan variabel
dependen (manajemen diri) hasil analisisnya disajikan dalam bentuk baik
dan kurang baik dengan proporsi atau distribusi frekuensi. Untuk variabel
independen jenis hasil analisis berupa distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakananalisis bivariat.
Sebelum dilakukan analisis data lebih lanjut, pada data numerik dilakukan
uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data
47
dinyatakan terdistribusi normal bila hasil uji memiliki nilai p value >0,05.
Apabila nilai signifikasi (p value) >0,05 maka Ho diterima, artinya tidak
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
diabetes mellitus. Apabila nilai signifikasi (p value) <0,05 maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
manajemen diri penderita diabetes mellitus.
Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisis Bivariat
Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik
1. Usia Manajemen diri T independen test
2. Jenis Kelamin Manajemen diri Chi square
3. Tingkat Pendidikan Manajemen diri Chi square
4. Lama menderita DM Manajemen diri T independen test
5. Dukungan Keluarga Manajemen diri Chi square
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab 5 ini menguraikan hasil penelitian hubungan dukungan keluarga
dengan manajemen diri penderita Diabetes Mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April 2016. Hasil penelitian berupa hasil analisis univariat
dan bivariat. Analisa univariat menggambarkan secara deskriptif data demografi
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita
DM, serta menggambarkan secara deskriptif data dukungan keluarga dan data
manajemen diri.
A. Profil Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Puskesmas Pisangan adalah Puskesmas yang ada di Kecamatan
Ciputat Timur, yang terletak di sebelah Tenggara Tangerang dengan luas
wilayah 1,685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa.
Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai
berikut: sebelah barat terdapat wilayah kerja PKM Ciputat (Kecamatan
Ciputat), sebelah timur terdapat DKI Jakarta, sebelah Utara terdapat
wilayah kerja Puskesmas Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren),
sebelah selatan terdapat wilayah kerja PKM Pamulang (Kec. Pd Cabe
Ilir). Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan terdiri dari Kelurahan
Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.
49
2. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan
a. Visi
Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat pisangan setia,
amanah, siaga, mandiri, hidup sehat, melalui akselerasi, upaya
kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan Sehat 2016.
b. Misi
1) Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di
masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,
merata, dan terjangkau.
3) Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral dan
swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan.
c. Motto
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan memiliki singkatan SETIA
yang berarti S adalah senyum, sapa, salam, sopan dan santun yang
menjadi budaya, E merupakan empati kepada masyarakat.
Selanjutnya, T adalah tanggap terhadap setiap permasalahan. I
adalah inovatif dalam berkarya, A adalah aman dan nyaman dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
50
B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian
1. Karakteristik Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur digambarkan pada tabel
berikut
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)45-5960-7576-90
22112
62,9%31,4%5,7%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah presentase
umur terbanyak responden adalah pada usia pertengahan yaitu 45-59
tahun sebanyak 22 atau (62,9%), jumlah umur 60-75 tahun sebanyak 11
atau (31,4%) dan jumlah presentase umur paling sedikit adalah
responden yang berumur 76-90 tahun sebanyak 2 atau (5,7%).
2. Karakteristik Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin digambarkan
pada tabel berikut
Tabel 5.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Jenis kelamin Frekuensi (n) PersentaseLaki-laki
Perempuan530
14,3%85,7%
Total 35 100%
Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin. Dari 35 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar
51
responden penderita DM adalah perempuan, yaitu sebesar 85,7% dan
hanya sebagian kecil responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebesar 14,3%.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir yang dimiliki oleh sebagian besar responden
adalah SD, yaitu sebanyak 18 atau 51,4%. Selebihnya digambarkan pada
tabel dibawah ini
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Tingkat pendidikan Frekuensi (n) PresentaseTidak sekolah
SDSMPSMA
Perguruan tinggi
518741
14,3%51,4%20,0%11,4%2,9%
Total 35 100%
Dari tabel 5.3 dapat dilihat sebagian besar responden merupakan
lulusan SD, yaitu sebesar 51,4%, selanjutnya yang terbanyak kedua
adalah lulusan SMP , dengan nilai sebesar 20,0%, selanjutnya yang
terbanyak ketiga adalah responden yang tidak bersekolah, yaitu sebesar
14,3%. Responden SMA sebesar 11,4%, , sedangkan lulusan perguruan
tinggi hanya satu orang sebesar 2,9% dari total responden.
52
4. Keluarga Yang Merawat Penderita DM
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Keluarga yangmerawat
Frekuensi Presentase
SuamiIstri
AnakAyah/ibu
146132
40,0%17,1%37,1%5,7%
Total 35 100%
Dari tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi keluarga yang
merawat penderita DM. Dari 35 responden, hubungan keluarga dengan
penderita DM yaitu sebanyak 14 atau 40,0% sebagai suami, 6 responden
atau 17,1% sebagai istri, 13 responden atau 37,1% sebagai anak, 2
responden atau 5,7% sebagai ayah/ibu.
5. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Hasil analisis kadar glukosa darah sewaktu sebagai berikut:
Tabel 5.5Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Variabel Mean SD Min-Maks
95%CI
Kadar glukosadarah sewaktu
249,26 72,178 148-499 224,46- 274,05
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata glukosa
darah sewaktu responden adalah 249,26 mg/dl. Gula darah sewaktu
terendah adalah 148 mg/dl dan tertinggi adalah 499 mg/dl. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu berkisar antara 224,46 sampai 274,05 mg/dl.
53
6. Lama Menderita DM
Hasil analisis lama menderita DM pada responden sebagai berikut:
Tabel 5.6Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di PosbinduWilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Lama menderitaDM
Frekuensi (n) Presentase
1-5 tahun6-10 tahun>10 tahun
3221
91,4%5,7%2,9
Total 35 100%
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden yang menderita
DM 1–5 tahun sebanyak 32 responden dengan presentase sebesar 91,4 %.
Responden dengan lama menderita DM 6-10 tahun sebanyak 2 responden
dengan presentase sebesar 5,7%. Sedangkan responden yang sudah lama
menderita DM selama >10 tahun sebanyak 1 responden dengan
presentase sebesar 2,9%.
C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga
Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Dukungan keluarga Frekuensi (n) PersentaseBaik
Kurang baik1322
37,1%62,9%
Total 35 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga yang baik sebesar 13 atau 37,1%, sedangkan untuk
dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 22 responden atau 62,9%. Ini
menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga baik lebih
54
sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki dukungan keluarga
yang kurang baik.
D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri
Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Manjemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Manajemen diri Frekuensi PersentaseBaik
Kurang baik1619
46,7%54,3%
Total 35 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden dengan manajemen
diri yang baik sebanyak 16 atau 46,7% , sedangkan untuk responden dengan
manajemen diri yang kurang baik sebanyak 19 atau 54,3%. Ini menunjukkan
bahwa responden dengan manajemen diri kurang baik lebih banyak daripada
responden yang memiliki manajemen diri yang baik.
E. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik chi
square dan uji t-independen. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara variabel karakteristik, variabel independen
dan variabel dependen.
55
1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita
DM
Hasil analisis bivariat untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara umur dengan manajemen diri responden dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.9Distribusi Nilai Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Umur N Mean SD PvalueManajemen diri
BaikKurang baik
2015
56,7559,93
7,0559,625
0,266
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisis hubungan umur dengan
manajemen diri diketahui rata-rata umur pasien dengan manajemen diri baik
ada 56,75 tahun dengan standar deviasi 7,055 tahun berarti sebaran datanya
besar sehingga nilai datanya bervariasi.. Pasien yang manajemen diri kurang
baik rata-rata umur adalah 59,93 dengan standar deviasi 9,625 tahun. Dari
hasil uji statistik diperoleh Pvalue sebesar 0,266, artinya pada alpha 5% tidak
terdapat perbedaan rata-rata umur antara pasien manajemen diri baik
dibandingkan dengan pasien manajemen diri kurang baik.
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis bivariat hubungan jenis kelamin dengan manajemen diri
responden sebagai berikut:
56
Tabel 5.10Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen DiriPenderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Jeniskelamin
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurangbaik
N % N % N %Laki-laki
Perempuan214
40%46,7%
316
60%53,3%
530
100%100%
0,762(0,111-5,237)
1,000
Total 16
45,7%
19 54,3%
35 100%
Tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis bahwa diketahui responden yang
berjenis kelamin laki-laki dengan manajemen diri yang baik ada 2 atau 40%
dari 5 orang. Sedangkan responden yang jenis kelamin perempuan ada 14
atau 46,7% dari 30 responden yang memiliki manajemen diri yang baik. Dari
hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue=1,000), artinya pada
alpha 5 % tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan manajemen diri.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen
diri sebagai berikut:
Tabel 5.11Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Manajemen Diri
Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Tingkatpendidikan
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurang baikN % N % N %
RendahTinggi
133
43,3%60%
172
56,7%40%
305
100%100%
0,510(0,074-3,510)
0,835
Total 16 45,7% 19 54,3% 35 100%
57
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa hasil analisis diatas diketahui
responden yang berpendidikan rendah dengan manajemen diri yang baik ada
13 atau 43,3% dari 30 orang. Sedangkan responden yang berpendidikan
tinggi ada 3 atau 60% dari 5 responden yang memiliki manajemen diri yang
baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue=0,835),
artinya pada alpha 5 % tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan manajemen diri.
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis lama menderita DM dengan manajemen diri responden
sebagai berikut:
Tabel 5.12Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Penderita DM
Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan(n=35)
Lama menderita DM N Mean SD PvalueManajemen diri
BaikKurang baik
1619
3,061,53
5,8591,124
0,270
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan lama
menderita DM dengan manajemen diri diketahui rata-rata lama menderita
DM pasien dengan manajemen diri baik ada 3,06 tahun dengan standar
deviasi 5,859 tahun berarti sebaran datanya besar sehingga nilai datanya
bervariasi. Pasien yang manajemen diri kurang baik rata-rata lama menderita
DM adalah 1,53 dengan standar deviasi 1,124 tahun. Dari hasil uji statistik
diperoleh Pvalue sebesar 0,270, artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan
rata-rata lama menderita DM antara pasien manajemen diri baik dibandingkan
dengan pasien manajemen diri kurang baik.
58
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tabel 5.13Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Dukungankeluarga
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurang baikN % N % N %
BaikKurang
baik
88
61,5%36,4%
514
38,5%63,6%
1322
100%100%
2,800(0,680-11,530)
0,274
Total 16 45,7% 19 54,3% 35 100%
Tabel 5.15 menunjukkan hasil analisis diatas diketahui responden yang
memiliki dukungan keluarga baik dengan manajemen diri yang baik ada 8
atau 61,5%% dari 13 orang. Sedangkan responden yang memiliki dukungan
keluarga kurang baik ada 8 atau 36,4% dari 22 responden yang memiliki
manajemen diri yang baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas
(Pvalue=0,274), artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM.
59
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab 6 ini menjelaskan makna dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Pembahasan
menjelaskan diskusi hasil penelitian serta interpretasi dan juga akan dijelaskan
tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
1. Usia
Hasil gambaran Jumlah presentase umur terbanyak responden
adalah pada usia pertengahan yaitu 45-59 tahun sebanyak 22 atau
(62,9%), jumlah umur 60-75 tahun sebanyak 11 atau (31,4%) dan jumlah
presentase umur paling sedikit adalah responden yang berumur 76-90
tahun sebanyak 2 atau (5,7%). Diabetes mellitus menyerang usia >45
tahun karena kelompok usia ini lebih rentang terkena DM. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamara, 2014 di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau bahwa dari 46 responden diabetes mellitus, 21
diantaranya berumur 45-55 tahun. Sesuai juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ferawati, 2014 bahwa penderita DM pada usia
pertengahan 45-59 tahun lebih banyak.
Penelitian yang dilakukan Iswanto (2004) mengemukakan adanya
hubungan yang signifikan antara umur dengan Diabetes Mellitus. Hal
60
tersebut disebabkan karena terjadinya peningkatan intoleransi glukosa
pada usia tersebut. Sehingga terjadi penurunan kemampuan sel β
pankreas dalam memproduksi insulin (Sanjaya, 2009). Dikemukakan
oleh Tandra (2008) bahwa resistensi insulin dan kerja insulin mengalami
penurunan, selain itu pada usia tersebut juga terjadi penurunan aktivitas
untuk bergerak sehingga lebih berisiko mengalami penyakit diabetes
mellitus (DM).
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang telah dilakukan dari 35 responden dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden penderita DM adalah
perempuan, yaitu sebesar 85,7% dan hanya sebagian kecil responden
yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 14,3%. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliansyah et. al bahwa jenis
kelamin responden terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak
17 responden dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden.
Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan Arifin et al, 2014
bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih tinggi yaitu
sebanyak 24 responden (52,2%).
Menurut Handarsari dan Bintanah (2012) penderita DM lebih
banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko
mengalami diabetes karena secara fisik wanita berpeluang mengalami
peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Selain itu terjadinya
persentase timbunan lemak pada wanita lebih besar dibandingkan dengan
laki-laki (Handasari dan Bintanahi, 2012). Hal ini juga yang
61
menyebabkan diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan dibanding
dengan laki-laki.
3. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar responden merupakan lulusan SD, yaitu sebesar
51,4%, selanjutnya yang terbanyak kedua adalah lulusan SMP , dengan
nilai sebesar 20,0%, selanjutnya yang terbanyak ketiga adalah responden
yang tidak bersekolah, yaitu sebesar 14,3%. Responden SMA sebesar
11,4%, , sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya satu orang sebesar
2,9% dari total responden.
Penelitian yang dilakukan oleh Juliansyah dkk didapatkan bahwa
responden tertinggi didapatkan dengan pendidikan tingkat SMA yaitu
sebanyak 15 orang, dan terendah pada tingkat perguruan tinggi yaitu 2
orang. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit diabetes dapat terjadi pada
siapa saja tanpa melihat tingkat pendidikan seseorang. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Styorogo & Trisnawati (2013),
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya
diabetes mellitus.
Tingkat pendidikan dapat menentukan mudah atau tidaknya dalam
memamhami sesuatu yang mereka peroleh, serta tingkat pendidikan yang
lebih matang dapat merubah dirinya ke arah yang lebih positif dan
terbuka terhadap berbagai informasi (Notoatmodjo, 2007). Sehingga
dengan cepatnya menerima informasi terkait kesehatan tentunya dapat
memudahkan dalam melaksanakan manajemen diri.
62
4. Keluarga Yang Merawat
Hubungan keluarga dengan penderita DM. Dari 35 responden,
hubungan keluarga dengan penderita DM yaitu sebanyak 14 atau 40,0%
sebagai suami, 6 responden atau 17,1% sebagai istri, 13 responden atau
37,1% sebagai anak, 2 responden atau 5,7% sebagai ayah/ibu. Hasil
penelitian yang sejalan diatas menunjukkan bahwa presentase tertinggi
terdapat pada pasangan dan anak dengan jumlah responden sebanyak 19
orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Triyanto
(2010) terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan
koping istri karena diantaranya menerima dukungan suami. Kebutuhan
manusia adalah berupa perhatian yang lebih. Dukungan tersebut dapat
berupa perhatian, komunikasi, hubungan yang emosional dan hangat
dengan seluruh anggota keluarga (Rich, 2007).
5. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Pada hasil diatas dapat dilihat rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu penderita Diabetes Mellitus adalah 249,26 mg/dl, median 231
mg/dl dan standard deviasi 72,178 mg/dl dengan kadar glukosa darah
terendah adalah 148 mg/dl dan kadar glukosa darah tertinggi adalah 499
mg/dl. Distribusi frekuensi ditampilkan menurut kadar glukosa darah
sewaktu terendah sampai dengan kadar glukosa darah tertinggi. Dari
hasil estimasi interval kadar glukosa darah sewaktu dilihat dari 95%
confidence interval kadar glukosa darah sewaktu yaitu 224,46 sampai
dengan 274,05. Jadi kita 95% yakin bahwa rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu berada pada selang 224,46 sampai dengan 274,05 mg/dl.
63
Pada dasarnya dalam mengontrol gula darah tergantung dari
kesadaran dan kepatuhan individu melalui life style (Soegondo, 2011).
Upaya untuk menurunkan kadar gula darah yaitu melalui empat pilar
penatalaksanaan DM seperti edukasi, perencanaan makan, latihan
jasmani dan terapi farmakologi (Waspadji, 2007). Pemantauan kadar gula
darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk
menentukan diagnosa penyakit DM. Kadar gula darah dapat diperiksa
sewaktu, dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa menderita DM jika
dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, sedangkan
kadar gula darah ketika puasa ≥126 mg/dl (Waspadji, 2007).
Olahraga yang teratur menyebabkan sel-sel tubuh lebih peka
terhadap insulin, sehingga dengan kadar insulin yang sedikit saja,
glukosa dalam darah mudah masuk kedalam sel (RS.Marinir Cilandak,
2009). Pada obesitas sel-sel lemak yang menumpuk akan menghasilkan
beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya
lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat ini yang
menyebabkan resistensi terhadap insulin. Akibat resistensi ini glukosa
darah sulit masuk ke dalam sel sehingga glukosa di dalam darah
meningkat (Nurrahmani,2012).
6. Lama Menderita DM
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
responden yang menderita DM 1–5 tahun sebanyak 32 responden dengan
presentase sebesar 91,4 %. Responden dengan lama menderita DM 6-10
tahun sebanyak 5,7%. Sedangkan responden yang sudah lama menderita
64
DM selama >10 tahun sebanyak 1 responden dengan presentase sebesar
2,9%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ervy
et.al (2014) menjelaskan lama menderita terbanyak 1–5 tahun sebanyak
27 orang (58,7%). Lamanya menderita DM tertinggi terdapat pada
kelompok 1-5 tahun yaitu 60,7% (34 orang), kemudian kelompok 6-10
tahun yaitu 16,3% (9 orang), kelompok 1-11 bulan yaitu 12,5% (7
orang), terendah kelompok 11-15 tahun yaitu 10,5% (6 orang). Semakin
lama menderita diabetes melitus tipe 2 tidak selalu diikuti dengan
meningkatnya kadar gula darah puasa.
Berdasarkan kategori lama menderita dapat dilihat mayoritas
responden telah menderita DM tipe 2 selama 1–5 tahun dengan jumlah 27
responden (58,7%). Penurunan kualitas ini dirasakan setelah penderita
minimal menderita DM selama satu tahun. Hal ini disebabkan karena
setelah satu tahun pasien telah mengalami dan merasakan perubahan atau
keluhan fisik dan psikis selama menderita (Rahmat, 2010).
Kenyataannya bahwa seseorang menjelaskan lama menderita DM
pada saat diagnosa ditegakkan, sehingga hal tersebut kurang memberikan
gambaran tentang lamanya menderita DM, padahal mungkin saja
penyakit diabetes sudah terjadi sebelumnya. Lama menderita DM sering
dihubungkan dengan terjadinya komplikasi. Komplikasi biasanya mulai
timbul setelah klien menderita DM selama lebih dari 10 tahun. Penelitian
ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menederita DM kurang dari
10 tahun, sehingga klien belum berisiko terjadinya komplikasi akan
tetapi tidak menutup kemungkinan komplikasi dapat terjadi akibat faktor
65
yang lain seperti obesitas, displipidemia, merokok dan lain-lain
(Kusniawati, 2010).
Penderita diabetes dengan durasi menderita DM lebih dari 5 tahun
memiliki resiko 16,787 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien
kurang 5 tahun (Subekti, 2007). Lama menderita DM yang nantinya akan
berhubungan dengan terjadinya hiperglikemi berkepanjangan.
B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan
Responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik sebesar 13
atau 37,1%, sedangkan untuk dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak
22 responden atau 62,9%. Ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik lebih banyak daripada responden yang
memiliki dukungan keluarga yang baik. Ini berarti bahwa sebagian responden
masih kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menerapkan
manajemen dirinya.
Menurut Salvicion (1989) dalam Chayatin (2009), dukungan keluarga
merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Sesuai
dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Secara lebih spesifik dukungan
sosial sangat berperan aktif untuk menurunkan mortalitas dan dapat
meningkatkan status kesehatan.
66
Sumber dukungan yang ada dapat dilakukan keluarga dengan cara
mengenal adanya gangguan kesehatan secepat mungkin seperti pada saat
anggota keluarga menderita penyakit Diabetes Mellitus. Keluarga selalu
saling membantu dalam memberikan perawatan, pada penelitian ini juga
didapatkan anggota keluarga yang memiliki ekonomi yang tinggi dapat
memodifikasi rumah dan memberi kesempatan pada anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus untuk memilih fasilitas yang diinginkan, serta
memberikan motivasi untuk menjalankan pengobatannya. Seringkali keluarga
mengambil tindakan yang tidak tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri (Susanti, 2013).
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga
berfungsi untuk mendukung keluarganya dan selalu siap untuk memberikan
pertolongan jika diperlukan. Soegondo (2006) berpendapat bahwa keluarga
mempunyai pengaruh kepada sikap dan kebutuhan belajar bagi penderita DM
dalam hal memberikan dukungan baik dari segi fisik, psikologis, emosional
dan sosial atau dengan cara menolak. Ali (2009) juga menyatakan bahwa
dukungan keluarga merupakan saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang–orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal–hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya.
Peran keluarga sebagai sistem pendukung dalam mengatasi masalah
penderita diabetes mellitus menjadi pribadi yang lebih adaptif dalam
67
menyikapi masalahnya (Delamater, 2006). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa keluarga sangat penting membantu individu dalam menyelesaikan
masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Goz et al (2007), bahwa pada pasien
DM memerlukan pengontrolan untuk mempengaruhi gaya hidup pasien untuk
menggunakan terapi insulin ataupun obat-obatan yang lain, makanan,
pengukuran gula darah dan latihan. Hal ini dapat tercapai dengan adanya
keterlibatan keluarga dan partisipasi dari mereka.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Coffman, (2008) bahwa
dukungan sosial yang diterima oleh pasien DM adalah dari keluarga.
Coffman menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sumber
dukungan yang paling utama. Dukungan keluarga dapat diberikan dalam
bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi.
Dukungan yang diberikan tersebut dapat meningkatkan perilaku yang baik
dalam hal pengontrolan diri mereka sendiri.
Dari hasil penelitian serta pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
dukungan keluarga merupakan sistem pendukung bagi penderita diabetes
sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar untuk mengontrol gaya
hidup dan mampu memberikan dukungan yang positif baik dari segi fisik,
psikologil, emosional serta informasi yang penting terkait dengan masalah
kesehatan seperti halnya penyakit diabetes mellitus (DM).
C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan
Responden dengan manajemen diri kurang baik lebih banyak
dibandingkan dengan responden manajemen diri yang baik dengan
68
perbandingan 19:16 Ini menunjukkan bahwa responden kurang bisa dalam
menerapkan manajemen diri yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih, 2014 bahwa sebagian responden dalam hal manjemen diri
masih negatif. Kemampuan penderita DM dalam melakukan manajemen diri
dalam teori Rinanda 2006 bahwa strategi manajemen diri meliputi kemauan
dari dalam diri untuk selalu menjaga kestabilan gula darah, sedangkan
sebagian besar belum tahu cara melakukan pengontrolan diri dan belum
mampu mematuhi sesuatu yang sudah ditentukan dalam menjaga perawatan
dirinya.
Menurut Wahyuningsih, (2014), kemampuan setiap individu berbeda,
tingkat efektivitas individu dalam melakukan manajemen diri dipengaruhi
sejauhmana individu mampu mempertahankan, memelihara dan
mengembangkan empat aspek yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki
manajemen diri yang baik. Aspek tersebut meliputi kesehatan, keterampilan
atau keahlian, aktifitas dan identitas. Pada penderita Diabetes Mellitus
manajemen diri adalah bagaiaman cara penderita DM dalam mengatur pola
makan, olahraga, pemeriksaan rutin, dan mengkonsumsi obat, hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius.
Manajemen diri didefinisikan dengan cara yang berbeda, yaitu:
Perawatan individu terhadap kesehatan mereka sendiri dan kesejahteraannya:
itu terdiri dari tindakan yang mereka ambil untuk pola hidup sehat, untuk
memenuhi kebutuhan sosial, emosional dan kebutuhan psikologikal, merawat
kondisi jangka panjang mereka, dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut
(lieshout, 2014). Menurut Antari, Rasdini dan Triyani (2011), dengan adanya
69
dukungan sosial sangat membantu penderita DM tipe 2 untuk dapat
meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan perawatan diri.
Penderita dengan dukungan sosial yang baik akan memiliki perasaan aman
dan nyaman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap diri sendiri dan
meningkatkan motivasi untuk melakukan pengelolaan penyakit dalam hal
manajemen diri.
Allen (2006) menjelaskan bahwa dukungan keluarga berupa
kehangatan dan keramahan, dukungan emosional terkait monitoring glukosa,
diet dan latihan dapat meningkatkan efikasi diri pasien sehingga mendukung
keberhasilan dalam perawatan diri sendiri. Dari hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa manajemen diri sangat berpengaruh untuk penderita DM
dalam mengontrol perawatan diri mereka, karena dengan mengontrol
perawatan mereka sendiri dapat mencegah terjadinya komplikasi yang serius
untuk penderita DM.
D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri PenderitaDM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota TangerangSelatan
1. Hubungan Karakteristik Usia Dengan Manajemen Diri
Analisis hubungan usia dengan manajemen diri diabetes pada
penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
usia dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ariyani, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik
usia dengan efikasi diri. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Vivienne et
al (2007) bahwa usia tidak berhubungan dengan perawatan diri diabetes.
70
Wu, et al. (2007) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara,
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan efikasi diri responden.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi
seseorang dalam melakukan perawatan diri, manajemen diri dan efikasi
diri. Penelitian ini menjelaskan bahwa klien yang berusia muda maupun
lebih tua menunjukkan perilaku manajemen diri diabetes yang sama.
Hasil penelitian tidak sejalan menurut Sousa et al (2005) bahwa
usia memiliki hubungan dengan perawatan diri diabetes, yang
menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka terjadi
peningkatan dalam hal aktivitas perawatan diri. Hal ini disebabkan karena
seiring bertambahnya usia maka pola berfikir juga meningkat terkait
dengan manfaat yang akan diperoleh jika klien melakukan aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Perbedaan dari beberapa penelitian tersebut dapat disebabkan
karena klien yang lebih muda memiliki pemahaman yang cukup terkait
dengan manajemen diri diabetes serta manfaat yang dirasakan jika
melakukan aktifitas terkait perawatan diri diabetes dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan mereka yang usianya lebih tua, telah merasakan
manfaat dari aktifitas perawatan diri yang telah dilakukan melalui
pengalaman yang mereka sudah lakukan. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang berusia muda ataupun responden yang
lebih tua, mereka sama-sama mengontrol manajemen diri serta aktifitas
perawatan diri agar tercapainya gula darah yang normal dan mencegah
terjadinya komplikasi karena adanya diabetes mellitus yang di derita.
71
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri
Analisis hubungan jenis kelamin dengan manajemen diri pada
penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu, et al. (2007) juga menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dengan efikasi diri responden. Hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa responden antara laki-laki dan perempuan menunjukkan aktifitas
manajemen diri diabetes yang sama. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh
sousa et al (2005) yang menjelaskan bahwa jenis kelamin memberikan
pengaruh terhadap perawatan diri diabetes, jenis kelamin perempuan lebih
baik dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih peduli
terhadap kesehatannya sehingga berupaya optimal dalam melakukan
perawatan mandiri terhadap penyakit yang dialaminya.
Perbedaan dari beberapa hasil penelitian tersebut dikarenakan
aktifitas manajemen diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang
sedang mengalami diabetes baik laki-laki ataupun perempuan. Laki-laki
memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengontrolan terhadap
penyakit yang dialaminya begitu juga halnya dengan perempuan yang
selalu memperhatikan kondisi kesehatannya. Seseorang yang memiliki
semangat dan motivasi dalam dirinya dalam melaksanakan pengontrolan
aktifitas perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari maka perilaku
tersebut akan menjadi tanggung jawab dan akan menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
72
3. Hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri
Analisis hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri
meunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
maanjemen diri. Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan
kejadian DM Tipe 2, didapatkan kesimpulan yang didapat adalah tidak ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM Tipe 2
(Trisnawa, 2013). Berbeda dengan penelitian Stipanovic (2003)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
efikasi diri dan perilaku perawatan diri DM bahwa responden dengan
pendidikan yang tinggi memiliki efikasi diri yang baik.
Menurut Ford, Tilley, dan Mc-Donald, (1998), menjelaskan bahwa
pendidikan secara positif mempengaruhi kesehatan dan kontrol glikemik.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang
dalam proses perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menerima
pengaruh dari luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai
informasi terkait kesehatan. Menurut Young (2010 dalam Gamara, 2013),
tingkat pengetahuan perawatan diabetes melitus dapat dipengaruhi oleh
lama penyakit yang diderita, tingkat pendidikan dan faktor ekonomi,
sehingga pasien dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki
kemampuan manajemen perawatan diri yang baik akan memiliki hasil
yang baik pula.
Perbedaan dari beberapa penelitian dari hasil tersebut adalah
tingkat pendidikan setiap orang itu berbeda-beda, pendidikan juga
mempengaruhi pemahaman, kemampuan dan tingkat pengetahuan
73
seseorang. Sehingga seseorang dengan pendidikan rendah tetapi memiliki
kemampuan dalam melakukan manajemen diri maka hasil yang ingin
dicapai akan baik pula.
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri
Hasil analisis antara lama DM dengan manajemen diri
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama DM dengan
manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Kusniawati (2011) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara lama menderita DM dengan perawatan diri diabetes.
Lama menderita DM tidak berhubungan dengan efikasi diri
disebabkan karena lamanya menderita DM, sehingga dapat terjadi banyak
kerusakan sel dan fungdi di dalam tubuh yang dapat menimbulkan
berbagai macam gangguan fisik dan metabolik atau dapat terjadi
komplikasi yang serius. Sesorang yang telah mengalami komplikasi akan
merasa sulit dalam melakukan perawatan diri karena mengalami berbagai
macam gangguan dan keterbatasan sehingga menyebabkan terjadinya
efikasi diri pasien yang rendah (Bernal, et al. 2000).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Bai et al (2009)
menjelaskan bahwa lama seseorang menderita DM berpengaruh terhadap
perawatan diri diabetes. Durasi DM yang lebih lama memiliki pemahaman
yang lebih bahwa pentingnya perilaku perawatan diri diabetes sehingga
mereka dapat dengan mudahnya mencari informasi terkait dengan
perawatan diabetes yang dilakukan. Semakin lama seseorang mengalami
DM maka ada kecenderungan untuk menjadi tidak patuh terhadap
74
pelaksanaan perawatan mandiri, namun ada kecenderungan lain pasien
memiliki pengalaman perawatan mandiri yang lebih baik daripada pasien
yang baru terdiagnosa DM. Klien yang baru mengalami diabetes dan klien
yang sudah lama menderita diabetes menunjukkan perilaku perawatan diri
yang sama dalam hal aktivitas.
Kenyataan yang dapat terjadi adalah seseorang dengan diabetes
yang baru terdiagnosis memiliki perhatian dan semangat dalam melakukan
pengontrolan diri terhadap penyakitnya dalam melakukan manajemen diri
serta perawatan diri. Bagi klien yang baru pertama kali menderita diabetes
merupakan pengalaman dan tantangan dalam melakukan manajemen diri
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercapai kadar gula darah
untuk meminimalkan komplikasi. Sedangkan untuk klien yang telah lama
mengalami diabetes, mereka telah beradaptasi sehingga dalam hal
manajemen diri sudah menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Klien yang
sudah lama menderita diabetes memiliki pemahaman terkait dengan
pentingnya self care diabetes dan dapat memiliki kemampuan dalam hal
manajemen diri.
E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan manajemen diri (pvalue=2,743). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida, 2015 bahwa tidak ada hubungan
antara dukungan sosial dengan manajemen diri p=(-0,042)hal itu juga sesuai
75
dengan penelitian yang dilakukan Xu et.al (2008) menemukan bahwa
dukungan sosial dari anggota keluarga tidak langsung mempengaruhi perilaku
manajemen diri diabetes. Namun, dukungan keluarga mempengaruhi self-
efficacy dan keyakinan, yang secara berurutan, mempengaruhi perawatan diri
(Xu et al., 2008).Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Jocelyn Sonsona, yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara dukungan sosial dan perilaku
manajemen diri diabetes.
Manajemen perawatan diri dari penyakit apapun adalah efikasi diri.
Bandura (1994) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang
mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan
bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku dari
waktu ke waktu (Beckerle & Lavin, 2013). Konsep efikasi diri juga
digambarkan sebagai rasa kontrol pribadi atas perubahan yang diinginkan
atau keyakinan bahwa individu dapat mencapai perilaku tertentu.Berkaitan
dengan manajemen diri, efikasi diri mencerminkan keyakinan kemampuan
pasien untuk mengatur dan mengintegrasikan perilaku manajemen diri baik
terhadap fisik, sosial, dan emosional guna menciptakan solusi dalam
menghadapi masalah pada kehidupan sehari-hari (Yoo et al., 2011).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Scolla Koliopoulos (2011)
diketahui bahwa penderita diabetes yang memiliki riwayat keturunan
cenderung memiliki persepsi bahwa dirinya mampu mengendalikan
penyakitnya. Sampel penelitian tersebut menunjukkan perilaku manajemen
diri yang tinggi sebagai usaha mencapai pengendalian penyakit yang
76
optimal (Scollan-Koliopoulos, 2011). Efikasi diri penderita diabetes dalam
menjalani manajemen diri dapat mempengaruhi penderita dalam menjalani
perawatan kesehatan dirinya sehari-hari. Penderita diabetes yang memiliki
efikasi diri yang tinggi dapat didorong untuk menjalani perawatan kesehatan
dengan maksimal. Hasil penelitian juga sejalan dengan yang dilakukan oleh
Miftahul, 2015 yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
sosial dengan manajemen diri pada penderita diabetes tipe 2.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
yang disebabkan karena efikasi diri mempengaruhi manajemen diri
seseorang, sehingga efikasi diri termasuk dalam manajemen diri. Dukungan
sosial dari anggota keluarga juga tidak secara langsung mempengaruhi
perilaku manajemen diri diabetes. Namun, dukungan keluarga mempengaruhi
self-efficacy dan keyakinan, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi
perawatan diri.
F. Keterbatasan penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tidak semua posbindu dikunjungi dalam pengambilan data dikarenakan
bertepatan dengan adanya kegiatan dikampus. Total posbindu sebanyak 11
dan yang tidak di kunjungi dalam pengambilan data adalah 2 posbindu
yaitu 1 berada di posbindu Pisangan dan 1 lagi berada di posbindu
Cirendeu.
2. Peneliti hanya mengambil responden penderita diabetes yang hadir pada
saat proses pelaksanaan Posbindu berlangsung, sehingga responden
77
penderita DM yang tidak hadir pada pelaksanaan posbindu tidak dapat
dijadikan sampel penelitian, dikarenakan sampel penelitian yang diambil
hanya responden yang datang pada saat pelaksanaan posbindu.
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden yang menderita diabetes mellitus di posbindu
wilayah kerja Puskesmas Pisangan mempunyai karakter sebagai berikut:
a. Perempuan
b. Berusia lebih dari >45 tahun
c. Pendidikan terakhirnya SD
d. Keluarga yang selama ini merawat adalah suami dan anak
2. Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang
baik, sebanyak 22 responden atau 62,9%. Sedangkan responden dengan
dukungan keluarga yang baik sebanyak 13 responden atau 37,1%.
3. Sebagian responden memiliki manajemen diri yang kurang baik
sebanyak 19 responden atau 54,3% dan sebagian lagi memiliki
manajemen diri yang baik sebanyak 16 responden atau 46,7%.
4. Tidak ada hubungan antara umur dengan manajemen diri diabetes
(p=0,266)
5. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan manajemen diri
diabetes (p=1,000)
6. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan manajemen diri
(p=0,835)
7. Tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan manajemen diri
diabetes (p=0,270)
79
8. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita DM (p= 0,274)
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, dosen dan peneliti dalam bidang keperawatan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dukungan keluarga
dengan manajemen diri, mengingat sampel yang terdapat dalam
penelitian ini masih sedikit, serta referensi bacaan masih terbatas dalam
bahasa indonesia, dan penelitian manajemen diri masih terbatas di
indonesia. Padahal diabetes mellitus harus segera di berikan tatalaksana
untuk menghindari terjadinya komplikasi yang parah bahkan jika sampai
berakibat pada kematian.
2. Bagi tenaga kesehatan
Perlu dilakukannya pendidikan kesehatan terkait pentingnya
manajemen diri untuk penderita diabetes mellitus. Karena dari hasil
penelitian sebagian besar penderita dm masih memiliki manajemen diri
yang kurang baik.
3. Bagi penderita diabetes
Perlu dukungan keluarga ataupun orang terdekat untuk
mengingatkan dalam mengatur manjemen diri untuk menghindari
terjadinya komplikasi yang membahayakan, maka sangat diperlukan
manajemen diri yang baik untuk mencapai kesehatan yang stabil
DAFTAR PUSTAKA
Allen. Support of diabetes from the family. Diunduh tanggal 13 mei 2016 darihttp://www.buzzle.com/editorials/7-3-2006101247.asp, 2006.
Amod, A., Ascott-Evans, BH., Berg, G. I., Blom, D. J. , Brown, S. L., & Carrihill,M. M., et al. The 2012 JEMDSA Guideline for the management of type 2 diabetes(revised). Journal of Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa-JEMDSA, 2012
Antari, G.A.A., Rasdini, I.G.A., & Triyani, G.A.P. Besar Pengaruh Dukungan Sosialterhadap Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik InternaRSUP Sanglah. Diakses dari http://www.unud.ac.id pada tanggal 13 mei 2016, 2011.
ADA. Diagnosis and classification of diabetes mellitus (Position statement). Diabetes Care,36(1), 67–74. doi:10.2337/dc13-S067, 2013.
Baradero , Mary. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC, 2009.
Black, J.M. & Hawks, J. H. Medical Surgical Nursing. St louis: Elsevier Saunders, 2005.
Bintanah, S; Handarsari, E. Asupan Serat Kadar Gula Darah, kadar Kolesterol Total, danStatus Gizi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang.UNIMUS, 2012.
Beckerle, C. M., & Lavin, M. A. Association of self-efficacy and self-care with glycemiccontrol in diabetes. Diabetes Spectrum, 26 (3), 172–178.doi:10.2337/diaspect.26.3.172, 2013.
Coffman, M.J. Effect of tangible social support and depresion on diabetes self efficacy.Journal of GerontologicalNursing, 34 (4), 32 – 39, 2008.
DeCoste, K. C., & Scott, L. K. Diabetes update: Promoting effectivedisease management. American Association of Occupational Health NursesJournal, 2004
Friedman, M.M, Bowden, V.R & E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, DanPraktik, Alih Bahasa, Akhir Yani S. Hamid Dkk; Ed 5. Jakarta: EGC, 2010.
Gamara, S. E. Hubungan Antara Pengetahuan Perawatan dengan Kemampuan ManajemenPerawatan Diri pada Pasien Diabetes Mellitusdi Rumah Sakit Umum DaerahKuningan 45 Kuningan 2013, 2013.
Goz, F., Karaoz, S., Goz, M., Ekiz, S., & Cetin, I. Effect of diabetic patient’s perceived socialsupport on their quality of life. Journal of Clinical Nursing, 16,1353-1360, 2007.
Harmoko. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Harris, P., Mann, L., Phillips, P., & Webster, C. (2012). Diabetes management ingeneral practice: Guidelines for type 2 diabetes. (8thed.). Sydney: Diabetes Australia.Retrieved from http://www.diabetesaustralia.com.au/ Documents/DA/What's%20New/12.10.02%20Diabetes%20Management%20in%20General%20Practice.pdf
Hirsch, I. B., Bode, B. W., Childs, B. P., Close, K. L., Fisher, W. A., Gavin, J. R., et al. Self-monitoring of blood glucose (SMBG) in insulin- and non-insulin-using adults withdiabetes: Consensus recommendations for improving SMBG accuracy, utilization, andresearch. Diabetes Technology & Therapeutics, 2008.
Harnilawati. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Takalar: Pustaka As Salam, 2013.
Hensarling, J. Development and psychometric testing of Hensarling’s diabetes family supportscale, a dissertation. Degree of Doctor of Philosophy in the Graduate School of theTexa’s Women’s University. Diakses dari www.proquest.com pada tanggal 25Desember 2015, 2009.
Hidayat, A. Aziz. Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika, 2011.
Hunt, C. W., Wilder, B., Steele, M. M., Grant, J. S., Pryor, E. R., & Moneyham, L.Relationships among self-efficacy, social support, social problem solving, and self-management in a rural sample living with type 2 diabetes mellitus.Research and Theoryfor Nursing Practice: AnInternational Journal, 26(2), 126–141. doi:10.1891/1541-6577.26.2.126, 2012.
International Diabetes Federation. One Adult In Ten Will Have Diabetes By 2030.Diakses dari http://www.idf.org/media-events/press-releases/2011/diabetes-atlas-8th-edition, 2011
IDF. Global guideline for type 2 diabetes. Brussels, Belgium: The Author.Retrieved from http://www.idf.org/sites/default/files/IDF-Guideline-for-Type-2-Diabetes.pdf, 2012.
IDF. Global guideline for type 2 diabetes. Brussels, Belgium: The Author.Retrieved from http://www.idf.org/sites/default/files/IDF-Guideline-for-Type-2-Diabetes.pdf, 2014.
Irawan, Dedi. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di DaerahUrban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). ThesisUniversitasIndonesia, 2010
Ira Ferawati. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum pada pasien DMtipe 2 di RSUD Prof.DR. Morgono Soekarjo Purwokerto, 2014.
Isa Wahyuningsih. Manajemen diri penderita DM di desa pekuwon, kec bangsalkab.mojokerto, 2014.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia.Jakarta: Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, 2013.
Lanywati. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Lincol,A. What to expect diabetes. Diperoleh tanggal 9 Juli 2014 darihttp://www.mayoclinic.com, 2010.
Misnadiarly. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala, Menanggulangi,Dan Mencegah Komplikaasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2006.
Nair, M. Nursing management of the person with diabetes mellitus. Part 2.British Journal of Nursing, 2007.
Nyunt, S. W., Howteerakul, N., Suwannapong, N., & Rajatanun, T. Selfefficacy, self-carebehaviors and glycemic control among type-2 diabetes patients attending two privateclinics in Yangon, Myanmar. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and PublicHealth, 41(4), 943–951, 2010.
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007.
Saini, sukma.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Pasien Diabetes MelitusDalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah Di Rsud Pringsewu Tahun 2014diakses dari http://dokumen.tips/education/jurnal-elyasari.html, 2014.
Schmit, Andreas et.al. The diabetes self management questionnaire (DSMQ): DevelopmentAnd Evaluation Of An Instrument To Assess Diabetes Self Care Activities AssociatedWith Glycaemic Control. Health Adn Quality Of Life Outcomes. Access Ofhttp:Biomedical.co.id, 2013.
Senuk et. Al. Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarg A Dengan KepatuhanMenjalani Diet Diabetes Melitus Di Poliklinik Rsud Kota Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara. Diakses darihttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=140940&val=5798, 2013.
Sonsona, Jocelyn. Factor Influencing Diabetes Self Management Of Filipino Americans WithType 2 Diabetes Mellitus. Philippines: Walden University, 2014.
Sylvia. Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2006.
Soegono, Sidartawan. Hidup Secara Mandiri dengan: Diabetes Mellitus, Kencing Manis,Sakit Gula.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008.
Scollan-Koliopoulos, M., Walker, E. A., & Bleich, D. Perceived Risk of Amputation,Emotions, and Foot Self-Care Among Adults With Type 2 Diabetes. The DiabetesEducator, 36, 473-483, 2010.
Scollan-Koliopoulos, M., Walker, E. A., & Rapp, K. J. Self-Regulation Theory and theMultigenerational Legacy of Diabetes. The Diabetes Educator, 37, 669-680, 2011.
Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor RisikoDiabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1 hal:75-81,2009.
Soegondo, S. Farmakologi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2, dalamsudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,& Setiati, S: Buku ajar ilmupenyakit dalam (cetakan ke-3) (hlm 1882-1885). Jakarta: pusat penerbit departemenilmu penyakit dalam FKUI, 2006
Setyorogo & Trisnawati. Faktor resiko kejadian diabetes melitus tipe 2 diPuskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Diperolehtanggal 9 april2016 dari http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel2.vol 5 no 1_shara.pdf, 2012.
Shigaki, C., Krusel, R.L., Mehr, D.,Sheldon, K.M., Ge, B., Moore, C.,and Lemaster, J.Motivation and diabetes selfmanagement(abstract). Diunduh pada tanggal 20 april2016 dari .http://www. ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/ 20675362, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. 2012
Svartholm, E., & Nylander, E. Self care activities of patients with diabetes mellitus type 2in Ho Chi Minh City. Master’s Thesis. Retrieved fromhttp://www.divaportal.org/smash/get/diva2:322414/FULLTEXT01.pdf , 2010.
Tandra, Hans. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes: PanduanLengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cara Cepat dan Mudah.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Tamara, Ervy dkk, Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kualitas Hidup PasienDiabetes Mellitus Tipe II Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau, 2014.
Tri juliansyah, veny elita, bayhakki. Hubungan dukungan keluarga dengan mekanismekoping pasien diabetes mellitus, 2014
Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC, 2008.
WHO. Definition And Diagnosis Of Diabetes Mellitus And Intermediate Hyperglikemia.WHO Library catalaguing in publication data, 2006.
Wardani, Et. Al. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengendalian Kadar Gula DarahDengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler Diakses darihttp://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jbef4166aa5ccfull.pdf, 2014
Xu, Y., Pan, W., & Liu, H. Self-management practices of ChineseAmericans with type 2diabetes. Nursing and Health Sciences, 12, 228–234. doi:10.1111/j.1442-2018.2010.00524.x, 2010.
Xu yin, toobert, D., Savage, C., Pan, W., & whitmer, K. Factor influencing diabetes selfmanagement in chinese people with type 2 diabetes. Research in nursing & health, 31,613-625, 2008.
Yoo, H., Kim, C. J., Jang, Y., & You, M-A. Self-efficacy associated withself-management behaviours and health status of South Koreans with chronicdiseases. International Journal of Nursing Practice, 17, 599–606. doi:10.1111/j.1440-172X.2011.01970.x, 2011.
LAMPIRAN
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRIPENDERITA DM DI POSBINDU KELURAHAN PISANGAN DAN CIRENDEU
TANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Assalamualaikum Wr. Wb
Salam sejahtera
Nama : Fatimah
NIM : 1112104000040
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan keperawatan
sebagai sarjana keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar sekiranya bapak atau ibu
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan. Kerahasiaan
jawaban ibu dan bapak akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuisioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang anda
rasakan dan apa yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang
baik untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak dan ibu dalam pengisian
kuisioner ini. Apakah bapak atau ibu bersedia menjadi responden?
YA/TIDAK
Tertanda
Responden
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Kode Responden: (diisi oleh peneliti)
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan kondisi yang
dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan yang dipilih.
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
A. Karakterisitik Responden
Nama (inisial) : ..................................................................
Umur : ..................................tahun
Jenis kelamin : laki-laki perempuan
Pendidikan : 1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. PT
B. Lama menderita Diabetes Mellitus (DM) :.................... Tahun ....................bulan
C. Keluarga yang selama ini merawat :
Suami istri anak ayah/ ibu cucu
Yang lain sebutkan......................
DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan
yang dipilih.
Pilihan Jawaban:
Selalu : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang nilai
0-10, dinilai 9-10).
Sering : jika pernyataan tersebut sering dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang
nilai 0-10, dinilai 7-8).
Jarang : jika pernyataan tersebut jarang dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang
nilai 0-10, dinilai 5-6).
Tidak pernah : jika pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika
rentang nilai 0-10, dinilai 0-4).
No Pernyataan Tidak
pernah
Jarang Sering Selalu
1. Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter
2. Keluarga memberi saran untuk mengikuti edukasi diabetes
3. Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada saya
4. Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan
dengan diabetes
5. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes
6. Keluarga mengerti perasaan saya saat mengalami diabetes
7. Informasi dari keluarga membuat saya merasa mudah memahami
tentang diabetes
8. Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika saya
lupa
9. Keluarga membantu usaha saya untuk olah raga
10. Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana diet/makan
11. Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang manis
12. Keluarga makan makanan yang tidak boleh saya makan didekat saya
13. Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes yang saya alami
14. Keluarga mengingatkan saya untuk memesan obat diabetes
15. Meminta bantuan kepada keluarga membuat saya merasa mudah
dalam mengatasi masalah diabetes
16. Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal diet yang teratur
17. Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya
18. Keluarga menyarankan untuk memeriksakan mata saya ke dokter
19. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya ke dokter
20. Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter
21. Saya merasakan kemudahan meminta bantuan keluarga untuk
mendukung perawatan diabetes saya
22. Keluarga menyediakan makanan sesuai diet saya
23. Keluarga mendukung usaha saya untuk makan makanan sesuai diet
24. Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes
25. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kesehatan saya
26. Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes
27. Keluarga mengerti ketika saya sedih dengan diabetes
28. Keluarga memahami cara membantu saya dalam mengatasi diabetes
29. Keluarga membantu untuk membayar pengobatan diabetes.
MANAJEMEN DIRI
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai
dengan kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada
pilihan yang dipilih.
Pilihan Jawaban:
Sesuai : jika pernyataan tersebut sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan (misalnya:
jika rentang nilai 0-10, dinilai 9-10).
Cukup sesuai : jika pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 7-8).
Kurang sesuai : jika pernyataan tersebut kurang sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 5-6).
Tidak sesuai : jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 0-4).
No Pernyataan
Pernyataan berikut ini menggambarkan kegiatan perawatan diri
terkait dengan diabetes. Berpikirlah tentang perawatan diri Anda
selama 8 minggu terakhir, sebutkan sejauh mana setiap pernyataan
sesuai untuk Anda.
Tidak
sesuai
Kurang
sesuai
Cukup
sesuai
Sesuai
1. Saya memeriksakan kadar gula darah saya dengan penuh perhatian.
2. Makanan yang saya konsumsi memudahkan dalam mencapai nilai
gula darah yang normal.
3. Semua dokter menyarankan pengobatan terkait dengan diabetes.
4. Saya mengkonsumsi obat diabetes (misalnya insulin, tablet) sesuai
saran yang telah dianjurkan.
5. Biasanya saya selalu memakan makanan manis dan makanan lain
yang mengandung karbohidrat ( seperti nasi, roti, jagung, ubi dll).
6. Saya rutin melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur.
7. Saya jarang menemui dokter untuk berkonsultasi terkait pengobatan
diabetes.
8. Saya melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk mencapai nilai
gula darah yang normal.
9. Saya mengkonsumsi makanan yang disarankan oleh dokter atau
dokter spesialis diabetes.
10. Saya tidak sering memeriksakan kadar gula darah seperti yang telah
dianjurkan untuk mencapai nilai gula darah normal.
11. Saya kurang beraktivitas fisik, meskipun saya tahu hal itu dapat
mengontrol diabetes saya.
12. Saya sering lupa untuk mengkonsumsi obat diabetes saya (misalnya
insulin, tablet).
13. Kadang-kadang saya tidak bisa mengatur pola makan yang
berlebihan.
14. Terkait perawatan diabetes yang saya lakukan, saya harus lebih
sering berkunjung ke pelayanan kesehatan.
15. Saya cenderung mengabaikan aktivitas fisik yang telah
direncanakan.
16. Saya kurang memperhatikan perawatan diri terkait diabetes yang
saya alami.
Lampiran 5
Uji validitas dan reliabilitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 143,27 287,720 ,627 ,699
p2 143,70 301,045 ,181 ,714
p3 143,90 297,197 ,339 ,709
p4 143,53 300,947 ,329 ,712
p5 143,33 299,264 ,442 ,710
p6 143,33 308,920 -,052 ,719
p7 143,73 303,926 ,165 ,715
p8 143,47 296,533 ,483 ,707
p9 143,80 309,752 -,071 ,721
p10 143,90 289,679 ,690 ,700
p11 143,50 287,086 ,724 ,697
p12 144,63 301,275 ,266 ,713
p13 144,90 297,955 ,331 ,710
p14 143,43 296,668 ,380 ,708
p15 143,50 306,741 ,066 ,718
p16 143,97 290,171 ,549 ,701
p17 145,03 298,654 ,351 ,710
p18 144,37 308,999 -,041 ,722
p19 144,37 297,895 ,291 ,710
p20 144,57 290,530 ,578 ,701
p21 143,60 294,869 ,579 ,705
p22 144,00 294,552 ,451 ,706
p23 143,83 293,454 ,546 ,704
p24 144,83 296,764 ,373 ,708
p25 143,47 300,051 ,309 ,711
p26 143,77 301,357 ,289 ,712
p27 143,77 301,840 ,247 ,713
p28 143,50 298,672 ,505 ,709
p29 143,40 303,559 ,203 ,715
total 73,20 77,131 1,000 ,802
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,718 30
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
146,40 308,524 17,565 30
Manajemen diri
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,635 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 62,53 94,809 ,412 ,623
p2 62,83 92,282 ,361 ,616
p3 62,43 97,013 ,153 ,633
p4 62,30 97,872 ,197 ,635
p5 63,87 103,775 -,309 ,669
p6 62,43 95,426 ,411 ,625
p7 63,80 83,476 ,563 ,582
p8 63,40 93,283 ,211 ,625
p9 63,07 99,789 -,108 ,655
p10 64,07 90,409 ,291 ,616
p11 63,53 89,292 ,371 ,608
p12 63,87 91,292 ,259 ,620
p13 63,17 96,902 ,032 ,642
p14 62,53 97,430 ,073 ,636
p15 63,83 88,144 ,417 ,603
p16 63,97 83,068 ,548 ,581
tot_skor 32,63 24,654 1,000 ,417
Lampiran 6
Analisa umur
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
45-59 22 62,9 62,9 62,9
60-75 11 31,4 31,4 94,3
76-90 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur ,124 35 ,190 ,951 35 ,120
a. Lilliefors Significance Correction
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 5 14,3 14,3 14,3
perempuan 30 85,7 85,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Tingkat pendidikan
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Sekolah 5 14,3 14,3 14,3
SD 18 51,4 51,4 65,7
SMP 7 20,0 20,0 85,7
SMA 4 11,4 11,4 97,1
PT 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Keluarga yang selama ini merawat
keluarga_yang_selama_ini_merawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Suami 14 40,0 40,0 40,0
Istri 6 17,1 17,1 57,1
Anak 13 37,1 37,1 94,3
Ayah/Ibu 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Kadar glukosa darah sewaktu
Descriptives
Statistic Std. Error
kadar_glukosa_darah_sewaktu
Mean 249,26 12,200
95% Confidence Interval for MeanLower Bound 224,46
Upper Bound 274,05
5% Trimmed Mean 243,67
Median 231,00
Variance 5209,726
Std. Deviation 72,178
Minimum 148
Maximum 499
Range 351
Interquartile Range 109
Skewness 1,330 ,398
Kurtosis 2,736 ,778
lama_menderita_dm
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1-5 tahun 32 91,4 91,4 91,4
6-10 tahun 2 5,7 5,7 97,1
>10 tahun 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Dukungan keluarga
dukungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 13 37,1 37,1 37,1
kurang baik 22 62,9 62,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Manajemen diri
manajemen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 16 45,7 45,7 45,7
kurang baik 19 54,3 54,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Group Statistics
manajemen_diri N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
umurkurang baik 20 56,75 7,055 1,578
baik 15 59,93 9,625 2,485
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
UmurEqual variances assumed 2,350 ,135 -1,131 33 ,266 -3,183 2,816 -8,912 2,545
Equal variances not assumed -1,081 24,612 ,290 -3,183 2,944 -9,251 2,884
jenis_kelamin * manajemen Crosstabulation
manajemen Total
baik kurang baik
jenis_kelamin
laki-lakiCount 2 3 5
% within jenis_kelamin 40,0% 60,0% 100,0%
perempuanCount 14 16 30
% within jenis_kelamin 46,7% 53,3% 100,0%
TotalCount 16 19 35
% within jenis_kelamin 45,7% 54,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square ,077a 1 ,782
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,077 1 ,781
Fisher's Exact Test 1,000 ,585
Linear-by-Linear
Association
,075 1 ,785
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
jenis_kelamin (laki-laki /
perempuan)
,762 ,111 5,237
For cohort manajemen =
baik
,857 ,274 2,679
For cohort manajemen =
kurang baik
1,125 ,511 2,479
N of Valid Cases 35
Case Processing Summary
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tingkat_pendidikan *
manajemen
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
tingkat_pendidikan * manajemen Crosstabulation
manajemen Total
baik kurang baik
tingkat_pendidikan
rendahCount 13 17 30
% within tingkat_pendidikan 43,3% 56,7% 100,0%
tinggiCount 3 2 5
% within tingkat_pendidikan 60,0% 40,0% 100,0%
TotalCount 16 19 35
% within tingkat_pendidikan 45,7% 54,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square ,480a 1 ,489
Continuity Correctionb ,043 1 ,835
Likelihood Ratio ,479 1 ,489
Fisher's Exact Test ,642 ,415
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
tingkat_pendidikan (rendah
/ tinggi)
,510 ,074 3,510
For cohort manajemen =
baik
,722 ,317 1,647
For cohort manajemen =
kurang baik
1,417 ,463 4,334
N of Valid Cases 35
Group Statistics
manajemen N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
lama_menderita_dmbaik 16 3,06 5,859 1,465
kurang baik 19 1,53 1,124 ,258
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
lama_menderita_dmEqual variances assumed 4,635 ,039 1,122 33 ,270 1,536 1,370 -1,250 4,323
Equal variances not assumed 1,033 15,931 ,317 1,536 1,487 -1,618 4,690
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungan * manajemen 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
dukungan * manajemen Crosstabulation
manajemen Total
baik kurang baik
dukungan
baikCount 8 5 13
% within dukungan 61,5% 38,5% 100,0%
kurang baikCount 8 14 22
% within dukungan 36,4% 63,6% 100,0%
TotalCount 16 19 35
% within dukungan 45,7% 54,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2,087a 1 ,149
Continuity Correctionb 1,196 1 ,274
Likelihood Ratio 2,098 1 ,147
Fisher's Exact Test ,179 ,137
Linear-by-Linear Association 2,027 1 ,155
N of Valid Cases 35
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for dukungan (baik / kurang baik) 2,800 ,680 11,530
For cohort manajemen = baik 1,692 ,840 3,409
For cohort manajemen = kurang baik ,604 ,284 1,288
N of Valid Cases 35
top related