i pe aneka kerajinan aluminium - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/proposal... ·...
Post on 04-Mar-2018
260 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR
IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun
Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc., NIDN. 0009046901, Ketua
I Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si., NIDN. 0023046902, Anggota
Ni Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd, NIDN. 0021048202, Anggota
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor: 131/UN48.15/LPM/2015 tanggal 5 Maret 2015
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2015
1
2
RINGKASAN
Kerajinan aluminium merupakan kerajinan unik yang sentra produksinya
hanya ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Keunggulan
sifat logam aluminium yang ringan, kuat, inert, dan memiliki kilap logam yang
sangat baik yang disertai dengan motif-motif ragam hias yang khas Buleleng
menjadikan produk kerajinan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat lokal tetapi
juga turis asing yang berkunjung ke Bali. Untuk menjadikan produk kerajinan ini
berkualitas ekspor dan mampu menyejahterakan para pengerajinnya, beberapa
permasalahan strategis dan utama perlu dipecahkan dengan pendampingan Ipteks dan
manajemen modern. Permasalahan utama yang disepakati untuk dipecahkan dalam
tiga tahun program pendampingan ini adalah: tahun pertama, masalah pewarnaan
logam aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain
produk untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan website pemasaran;
tahun kedua, manajemen produksi dan pemasaran, komunikasi dengan
buyer/rekanan berbahasa Inggris, dan lay-out produksi yang memenuhi standar
kesehatan dan kenyamanan kerja, dan jaminan mutu produk; dan tahun ketiga
difokuskan pada pembinaan kelompok plasma, pendirian koperasi pengerajin,
pengembangan desain produk dan HaKI.
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun kedua (Maret-Nopember 2015)
adalah pendampingan peningkatan pewarnaan, perluasan desain produk,
pendampingan perluasan tempat produksi dan penataan lay out proses produksi yang
lebih nyaman dan sehat, pendampingan manajemen usaha modern, peningkatan
kualitas sumber daya manusia, pembentukan koperasi serba usaha yang terintegrasi
dengan asosiasi pengerajin, promosi usaha dengan pameran produk, penyusunan
buku Aneka Kerajinan Aluminium Menyali. Capaian luaran kinerja kegiatan adalah
(1) peningkatan kapasitas produksi sekitar 35% untuk Wahyu Artha Handicraft dan
25% untuk Siapa Sangka Handicraft, dengan peningkatan omzet sebesar 38% untuk
Wahyu Artha dan 25% untuk Siapa Sangka Handicraft dibandingkan baseline.
Produk luaran berupa dua artikel ilmiah, satu draft artikel ilmiah untuk publikasi
internasional dan sebuah draft buku. Rencana kegiatan di tahun ketiga (2016) adalah
(1) pemantapan kapasitas produksi dan peningkatan daya saing dengan branding
batik logam aluminium dan perluasan desain sesuai kebutuhan pasar; (2) penguatan
manajemen usaha; (3) perluasan pasar; dan (4) penguatan kelembagaan dan
pengembangan komunitas. Kegiatan-kegiatan di tahun ketiga difokuskan pada
keberlanjutan usaha, kemandirian dan daya saing global.
Kata-kata kunci: kerajinan, aluminium, ekspor.
3
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami telah
berhasil menyelesaikan Laporan Akhir Tahun Program Pengabdian Kepada Masyarakat
Ipteks bagi Produk Ekspor tahun kedua (tahun 2015) ini tepat waktu. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset dan
Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas dukungan dana yang dihibahkan kepada kami
sehingga kegiatan pengabdian ini terlaksana dengan baik. Demikian juga ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat,
Universitas Pendidikan Ganesha, para mitra industri, dan pihak-pihak yang telah
bekerjasama baik dan berkontribusi terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga Laporan Akhir Tahun ke-2 (2015) Program Iptek bagi Produk Ekspor
(IbPE) ini berkontribusi positif dalam peningkatan kecerdasan, kreativitas dan daya
inovasi masyarakat.
Singaraja, 9 Nopember 2015
Tim Pelaksana
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. 1
RINGKASAN...................................................................................................... 2
PRAKATA .......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................ 4
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN .................................................................... 15
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................ 16
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI .............................................. 19
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI..... ............................................................... 20
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ......................................... 30
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31
LAMPIRAN ...................................................................................................... 32
1. Artikel Ilmiah
2. Draft Buku Kerajinan Aluminium Menyali
3. Buku Panduan HAKI
4. Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor
5. Draft Artikel untuk Publikasi Internasional
5
BAB 1. PENDAHULUAN
Aneka kerajinan berbahan baku logam aluminium telah cukup lama (lebih
dari dua dasa warsa) berkembang di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten
Buleleng. Di desa pertanian yang berlokasi sekitar 10 km dari Kota Singaraja, saat
ini ada sekitar 120 orang pengerajin aluminium yang telah menghasilkan aneka
produk kerajinan berbahan baku aluminium. Di Bali khususnya di Buleleng,
kerajinan aluminium ini hanya berkembang di desa ini sehingga Desa Menyali
dikenal sebagai sentra kerajinan aluminium. Pada awalnya, kerajinan ini untuk
memenuhi kebutuhan sarana upacara seperti bokor (sejenis baskom), dulang (alat
untuk menyajikan makanan tradisional Bali), saab (alat penutup atau tudung saji),
dan aneka kerajinan untuk perlengkapan upakara. Karena keunggulan logam
aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, penampakan yang putih berkilau, dan
inert (tahan terhadap asam dan basa, dan korosi), kerajinan aluminium dapat bertahan
sampai saat ini dan telah berkembang menghasilkan beraneka ragam jenis
peruntukan dan variasi motif, tidak saja untuk perlengkapan upacara keagamaan
seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga untuk peralatan rumah tangga
sehari-hari seperti bingkai foto, bingkai cermin, kotak tissue, kotak sepatu dan
sebagainya, serta untuk penunjang pariwisata (hotel dan restoran) seperti tray
rectangle set, aneka bucket, file holder, CD box, wine box, dan sebagainya. Dua
kelompok pengerajin yang digolongkan sebagai UMK dan sedang berkembang baik
dan dikenal masyarakat sekitar adalah Wahyu Artha Handycraft yang dikelola oleh
Bapak I Gede Ardana, dan Siapa Sangka Handycraft yang dikelola oleh Bapak I
Made Arnawa. Paparan dan analisis berikut akan lebih fokus pada kedua profil usaha
kerajinan aluminium ini yang selanjutnya sebagai mitra dari usulan program ini.
I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun
2005 sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil
sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan
sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi
Badung untuk bekerja membuat kerajinan 5okum5 Bali (1992). Pengalaman sebagai
pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa
Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada
tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke
kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun
6
berikutnya beliau kembali lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005
akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah
keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft.
Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaran-
lembaran aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan
bahan baku aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan
aluminium di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran
dengan triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50
lembar/hari tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis
ketebalan lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode
022 (tipis), 033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati
pasar adalah kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran
aluminium, bahan penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan
bahan penunjang tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun
sangat tergantung dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana
pernah mencoba memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari
segi ekonomi tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar.
Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan
penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh
Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat
sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut
memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan
yang dibuat. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau pola yang dibuat,
misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan 150 buah/hari
Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang dapat dibuat
perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp.
1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar
makan (dua kali makan dan dua kali snack). Lembur untuk menyelesaikan order
mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp.
7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan,
kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa
kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya
di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM
7
diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00
termasuk gedung showroom yang sedang dibangun.
Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu
Artha Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol
mutu, pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari
pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar
negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda), dan Amerika
Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa hingga
puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh Bapak
Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota pengerajin
beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola yang lebih
sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya tetap beliau
yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran aluminium
sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan bentuk yang
diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai pola dengan
pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya
jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika diperlukan.
Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara manual,
memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah dibuat
dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made
memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%.
Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara
keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk
ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100
dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya
dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari 100 hingga 1000 buah. Beberapa
spesifikasi produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
Square Box Middle Set
of 6
Heart Flat Box
Set of 6
Shoe Box Set of 3
8
Gambar 1.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft
Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih
menerapkan manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh
Ibu Ardana sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak
Ardana. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan
stok barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah
pernah mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum
mampu menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan
pendampingan manajemen usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan
teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan
yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan
tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti
pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha
kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sebagian keuntungan beliau
investasikan untuk pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup
keluarga. Pola usaha tradisional masih beliau anut, sehingga masalah auditing dan
perpajakan beliau menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau hanya
menerima bersih. Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan
pendampingan, demikian juga halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan inventori yang telah hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih
percaya bahwa keunikan dari kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru
orang lain..
Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat
ini lebih banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10%
untuk pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-
line melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran
Round Box Set 0f 7 Tumbler Pencil Holder in
3 Size
File Holder in 3 Size
9
SMESCO di JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari
pameran-pameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk
kerajinan ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung
terhadap turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh
Pemkab Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium
ada beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa
diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili),
dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari
jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp.
200.000,00/buah.
Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah
sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan
8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin
yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja,
khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti
oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait
diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer
(Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran,
2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013).
Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah
berupa 1 ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah
keluarga yang berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan
desa yang dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan
sedang dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan
pengepakan serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air
dan sarana telekomunikasi (telepon dan internet).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah
terakumulasi sejak berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan
berkisar antara Rp. 800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar
antara Rp. 30.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi
perhari dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi
(termasuk bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan,
pengiriman dan biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp.
10
1.400.000,00. Potensi bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat
baik, namun oleh karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan
manajemen tradisional atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi
keuangan maka, menurut Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis
usaha dan implementasinya belum optimal.
Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa
Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan
sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau
dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha
kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti
kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha.
Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong
beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di
Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang
dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di
bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah.
Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan
bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah
atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah
tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang
ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai
masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di
Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai.
Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa Menyali dan sekitarnya, sementara kayu
semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan
bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di
Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini
diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran
Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00. Produk beliau masih banyak (60%) untuk
keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke manca
negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi kegiatan usaha
kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih menggunakan
pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha kerajinan dari
11
Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan kemajuan usahanya.
Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih tergantung dari
datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki orang lain
(ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama untuk
pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun 2012 ini
Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa Menyali.
Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I
Made Arnawa adalah sebagai berikut.
House Lizard
in 5 Size
Horse of Sea
in 3 Size
Dolphin
Mirror Star Mirror Heart Turtles
Gambar 1.2 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft
Pola hubungan kerja antara Wahyu Artha Handycraft dengan Siapa Sangka
Handycraft dapat diuraikan sebagai berikut. Siapa Sangka Handycraft adalah binaan
dan sub-pengerjaan order dari Wahyu Artha Handycraft khususnya pada desain
produk yang memadukan aluminium dan kayu. Pemilik usaha Wahyu Artha
Handycraft yaitu Bapak I Gede Ardana adalah teman sebaya dan sekampung dari
Bapak Made Arnawa pemilik usaha Siapa Sangka Handycraft. Mereka sering tukar
pengalaman dalam hal mengembangkan kerajinan khas Desa Menyali. Perpaduan
yang selaras antara kerajinan kayu dan kerajinan aluminium memiliki prospek bisnis
yang baik.
Mengacu pada paparan kondisi kedua UKM kerajinan di atas terungkap
beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, bahan baku utama kerajinan ini
12
yaitu logam aluminium (lembaran dan kawat) ketersediaannya cukup memadai
dengan jaminan mutu yang baik. Namun penyediaanya masih tergantung kepada
beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Mengingat kebutuhan bahan baku yang
banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali sekitar 600 lembar/hari) dan sering
kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah pemesanan produk kerajinan oleh
buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani. Kedua, peralatan atau perkakas
kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiap-tiap lekukan dan tonjolan dalam
penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran dan motif ketersediaannya
sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang pembuat perkakas) yang sudah
berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada regenerasi. Suatu hal yang sangat
memprihatinkan dan perlu segera ditangani. Demikian juga alat-alat yang manual ini
masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi” seperti misalnya alat potong cetak
menggantikan gunting sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan untuk
mengejar target penyelesaian order. Ketiga, lay out proses produksi belum
memperhatikan standar kenyamanan dan kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih
banyak duduk dan konsentrasi tinggi. Demikian juga dalam hal jaminan produk
masih bergantung pada cara-cara manual dan mengandalkan pada pemilik usaha.
Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah pengiriman satu kontainer produk ke luar
negeri di-reject. Penyebabnya adalah lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan
aluminium vass bunga bocor karena sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya
terlalu keras (berlubang atau retak yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan
mutu bebas logam berat (terutama nikel) dan eco-label perlu diperhatikan. Keempat,
desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari desain belum
jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri menggunakan
pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan bahan dan waktu.
Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk, namun
pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri. Kelima, sampai saat
ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang digunakan untuk mewarnai
kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka tentukan. Warna cat cepat
mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara semprot. Keenam,
administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk kerajinan
yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik kualitas dan
daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi untuk
13
dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan. Ketujuh, manajemen usaha
(produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan kekeluargaan, belum
menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan dan pembukuan
keuangan yang baik. Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem
off-line cendrung masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau
dari eksportir. Oleh karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan
adanya website yang mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-
line. Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan
perluasan pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan
bahasa Inggris dan pemahaman terhadap hukum perdangangan internasional
(termasuk kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini
memerlukan pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di samping itu juga
mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan perpajakan.
Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah
terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha,
sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa
keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan
bahan-bahan penunjang lainnya.
UKM Wahyu Artha Handycraft dan Siapa Sangka Handycraft berada di Desa
Menyali sekitar 10 km dari kampus Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA).
Lokasi Desa Menyali berada di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan
Sawan. Jalan menuju Desa Menyali dapat digambarkan sebagai berikut. Berangkat
dari kampus UNDIKSHA Jalan Udayana menuju ke timur searah jalan propinsi
Buleleng – Karangasem, ketemu pertigaan yang menuju Desa Jagaraga, belok kanan
lalu lurus melewati Desa Jagaraga dan sampai di Desa Menyali. Setelah ketemu
pertigaan dengan tanda SMK Sawan, belok kanan menuju ke pemukiman penduduk
Desa Menyali lokasi dari kedua UKM mitra (Denah lokasi usaha mitra terlampir).
Hasil diskusi kelompok terfokus pada permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pengerajin dan pengusaha kerajinan aluminium yang dianalisis
menngunakan teknik analisis sebab-akibat (root cause analysis) menurut Gano
(2008) dapat dipetakan dalam bentuk Ishikawa diagram menurut Tague (2004)
sebagai berikut:
14
Gambar 1.3 Ishikawa Diagram Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali
Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft),
Bapak Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi,
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) dan tim pengusul disepakati
perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun (2014 – 2016) sebagai
berikut. Pada tahun pertama (2014), permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam
aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk
untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran.
Pada tahun kedua (2015), permasalahan yang akan dipecahkan adalah perbaikan
kualiats dan peningkatan kapasitas produksi batik logam, penguatan manajemen
produksi dan pemasaran, peningkatan website untuk promosi dan pemasaran online,
komunikasi dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang
internasional, kesehatan dan kenyamanan kerja, dan komunitas usaha dan koperasi.
Sedangkan tahun ketiga (2016) difokuskan pada branding batik logam, pembinaan
kelompok plasma, pengembangan desain produk untuk perluasan pasar, dan
perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI).
Gambar 4a. Suasana kerja di
UKM Wahyu Artha.
Gambar 4b. Diskusi Tim
Pengusul dengan Bapak
Ardana*dan Bapak Arnawa.
Gambar 4c. Diskusi Tim
Pengusul dengan Bapak Ardana
dan Pembina UMKM Dinas
Kopdagprin Buleleng.
15
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
Target luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut:
(1) Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%,
(2) Pasar ekspor bertambah minimal tiga negara tujuan ekspor,
(3) Penambahan omzet 20% tiap tahun,
(4) Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua
bahasa (ber-ISBN),
(5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan
anggota minimal 30 orang,
(6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI (minimal hak cipta), dan
(7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional atau internasional
pertahun.
Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai berikut:
(1) Sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsip kimia yang
prospektif untuk dipatenkan (HaKI).
Tahapan pencapaian target luaran disajikan sebagai Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan Pencapaian Target Luaran
No. Luaran Target Tahunan dan Pencapaiannya
Target
2014
Ketercapaian
(10 Nop
2014)
Target
2015
Ketercapaian
Juni 2015
Target
2016
1. Peningkatan
kapasitas
produksi
20% 24,7% (WA)
20,3% (SS)
35% 35% (WA);
25% (SS)
50%
2. Peningkatan
omzet
20% 34,1% (WA)
22,38% (SS)
40% 38% (WA),
25% (WS)
60%
3. Penambahan
jumlah negara
tujuan ekspor
1 negara 4 (Hongkong,
Jepang,
Italia,
Australia)
2 negara 2 negara
tambahan
(Kanada dan
Australia)
3 negara
4. Asosiasi
Pengerajin
dan
Pengusaha
Kerajinan
Logam
Penjajaga
n
Kesanggupan
kedua mitra
Pendirian Klp dan
koperasi
menjadi satu
dengan nama
Koperasi
Serba Usaha
Wahyu
Artha, tahap
pembentukan
Penguatan
5. Koperasi
Pengerajin
Aluminium
Penjajaga
n
Kesanggupan
kedua mitra
Pendirian Penguatan
6. HaKI 1 draft 1 draft (batik 1 daftar, Penyepurnaa 2 terdaftar
16
logam) 1 draft n draft
7. Publikasi
nasional atau
internasional
1 artikel
publikasi
1 draft
artikel, 1
pameran
produk, 1
artikel hasil
skripsi
mahasiswa.
2 artikel
publikasi
2 artikel hasil
skripsi di
bawah
naungan
IbPE, 1 draft
artikel untuk
publikasi
internasional
3 artikel
publikasi
8. Buku Aneka
Kerajinan
Alumnium
Menyali
Penjajaga
n
Kesnggupan
kedua mitra
berkontribusi
Draft Draft Published
ber-ISBN
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM
kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS)
untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi.
Tabel 3.1 Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan dan Tujuan
No. Masalah Prioritas Solusi IPTEKS Pendekatan/
Metode
Tujuan/Sasaran/
Tahun Pertama (2014) Tahun pertama telah berhasil memecahkan masalah pewarnaan aluminium, pengembangan
beberapa desain produk, modernisasi beberapa peralatan produksi, perluasan tempat kerja,
pembuatan dan launching website.
Tahun Kedua (2015)
1. Kualitas dan
kapasitas
produksi batik
logam.
Integrasi anodizing
dan pewarnaan
kresol.
Pelatihan dan
pendampingan
integrasi anodizing
dan pewarnaan
kresol.
Kualitas batik
logam meningkat
dan kapasistas
produksi lebih
besar.
2. Tuntutan pasar
terhadap desain
produk semakin
luas.
Perluasan desain
sesuai permintaan
komsumen, dan
integrasi aluminium
dengan logam lain
dan dengan kayu.
Pendampingan
perluasan desain
produk sesuai
tuntutan pasar.
Terpenuhiya
tuntutan pasar
terhadap update
desain produk.
3. Keselamatan dan
kesehatan kerja.
Penataan lay-out
produksi untuk
memenuhi standar
kesehatan,
keselamatan dan
kenyamanan kerja
serta melek kimia
dan lingkungan.
Pendampingan
penataan lay-out
produksi.
Pendampingan
pengolahan limbah
kerajinan logam,
kayu, dan
pewarnaannya.
Minimalisasi
kecelakaan kerja;
Optimalisasi
proses produksi
dan peningkatan
efektifitas kerja
Penghindaran
tubuh dari
17
terpapar zat-zat
kimia berbahaya.
4. Manajemen
berbantuan
komputer.
Penerapan
manajemen modern
berbantuan
komputer
berbasiskan kearifan
manajemen keluarga
yang telah
diterapkan.
Pelatihan dan
pendampingan
manajemen
produksi dan
pemasaran
berbantuan
computer.
Diterapkannya
manajemen
produksi dan
pemasaran
modern
Peningkatan
kapasitas
produksi dan
omzet penjualan.
5. Komunikasi
dengan
buyer/rekanan
berbahasa Inggris
dan hukum
dagang
internasional
Peningkatan
kemampuan
berbahasa Inggris
untuk bisnis dan
pemahaman hukum
perdagangan
internasional untuk
ekspor.
Pelatihan dan
pendampingan
berbahasa Inggris
untuk bisnis.
Penyuluhan hukum
dagang
internasional.
Pelatihan tentang
MoU, SPK, dan
Kontrak Kerja
Terjaminnya
tidak mis-
interpretasi
terhadap kontrak-
kontrak kerja
(vendor-exportir-
buyer) yang
berbahasa
Inggris.
Terhindar dari
penipuan atau
kesalahpahaman
yang merugikan
bisnis.
6. Promosi dan
pemasaran online.
Peningkatan
kapasitas website
sebagai media
promosi interaktif
dan pemasaran
online.
Pendampingan
update website.
Pelatihan pemasaran
online.
Website di-
update secara
regular.
Terjadi interaksi
antara pengusaha
dengan customer
melalui website.
7. Komunitas usaha
dan koperasi.
Pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
pendirian Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Terbentuknya
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng
berbadan hukum.
Terbentuknya
Koperasi
Pengerajin
Aluminium yang
berbadan hukum.
Tahun Ketiga (2016)
1. Dikenalnya batik
logam secara luas
(nasional dan
internasional)
Branding batik
logam. Promosi dan
publikasi batik
logam dengan
mengikuti
pameran/expo
produk kerajinan di
tingkat nasional/
internasional.
Dikenalnya batik
logam secara
luas.
Meningkatnya
penggunaan
HaKI batik logam
untuk
meningkatkan
18
pendapatan/
royalti.
2. Perlunya
pengembangan
keunggulan
melalui
peningkatan
kualitas dan
kuantitas desain
produk.
Perluasan desain
produk.
Pendampingan
explorasi dan
inovasi desain
produk dengan
pangsa pasar yang
lebih luas.
Penciptaan
pangsa pasar
ekspor yang lebih
luas dengan
inovasi desain
produk.
3. Tuntutan pasar
agar menjamin
kuantitas,
kualitas, dan
kontinuitas
produksi.
Peningkatan
kapasitas produksi
melalui pembinaan
plasma produksi.
Pendampingan peer-
mentoring
keterampilan
mengerjakan
kerajinan desain tak
lazim/sulit pada
plasma produksi.
Meminimalisasi
perbedaan hasil
pengerjaan desain
rumit/sulit saat
mengerjakan
order paket besar
secara bersama-
sama dalam
waktu terbatas.
Terjaminnya
kapasitas
produksi sesuai
waktu kontrak.
Terjaminnya
kualitas dan
kontinuitas
produksi.
4. Berfungsi efektif
dan keberlanjutan Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Penguatan kapasitas
kelembagaan
Asosiasi Pengerajin
dan Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
Koperasi Pengerajin
Aluminium.
Pelatihan penguatan
kelembagaan dan
pembinaan SDM
Asosiasi dan
Koperasi.
Pelatihan dan
Pendampingan
Penyusunan,
Pelaksanaan, dan
Evaluasi Program
Kerja Asosiasi dan
Koperasi.
Berfungsi
efektifnya
koperasi
pengerajin
sebagai lembaga
keuangan mikro
untuk dari, oleh,
dan untuk
pengerajin.
Terjalinnya
silaturahmi antar
pengerain dan
pengusaha
kerajinan.
5. Pengadministrasian
dan pembukuan
koleksi desain
produk dan
keunggulan proses
produksi serta
penyusunan
dokumen usulan
perlindungan HaKI
terhadapnya
HaKI dan penulisan
buku Kerajinan
Alumnium Menyali
Pelatihan dan
pendampingan
penyusunan draft
dokumen HaKI
terhadap desain,
proses dan produk
kerajinan
aluminium.
Workshop menulis
buku bersama (tim
pelaksana dan
mitra).
Terlindunginya
secara hukum
kekayaan
intelektual yang
terkandung dalam
desain, proses
dan produk
kerajinan
aluminium.
Perlindungan
HaKI secara
mandiri oleh
19
pengusaha
kerajinan.
Diterbitkannya
sebuah buku
tentang kerajinan
aluminium Desa
Menyali.
BAB 5. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Kinerja yang baik telah ditunukkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha kurun waktu 3 tahun terakhir
sejak dimotivasi dan dibimbing oleh para Reviewer Ditlitabmas DIKTI. Jumlah
kegiatan P2M dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230
judul yang didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8
judul dibiayai institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat
PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari
Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Selama kurun
waktu 1 (satu) tahun terakhir, berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57
kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan
pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana
Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000,-.
Para pengusul kegiatan ini sangat relevan dengan bidang keilmuan masing-
masing yaitu: (1) Dr.rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., M.Sc. memiliki bidang
keahlian kimia anorganik khususnya kimia material padatan dan memiliki
pengalaman terlibat dalam pengabdian kepada masyarakat (penerapan Iptek dan
pengembangan usaha). Di samping itu, ketua pengusul juga punya pengalaman
perkoperasian menjadi pengurus Koperasi Kredit (Credit Union Eka Karya Shanti,
Kedewatan Ubud (sekretaris, 1986- 1990; dewan audit, 1991-1995); (2) I Wayan
Sudiarta, S.Pd., M.Si memiliki bidang keahlian di bidang pendidikan seni rupa dan
kajian budaya, telah memiliki pengalaman dalam membina masyarakat pengerajin
khususnya dalam pengembangan desain, serta perpengalaman dalam pameran seni
rupa di dalam dan luar negeri; dan (3) Ni Nyoman Karina Wedhanti. Memiliki
keahlian di bidang bahasa Inggris dan pendidikannya, memiliki pengalaman
membuat profil hotel dan pemasarannya, serta pernah membuat profil untuk promosi
dan website UNDIKSHA (English version). Dalam program IbPE ini juga
20
melibatkan kepakaran di bidang hukum (Ratna Artha Windari, SH. M.H.) untuk
membantu memberikan wawasan hukum dagang internasional khususnya
pemahaman dokumen kontrak kerja vendor – distributor (exporter) – buyer serta
memberikan wawasan perlidungan HaKI produk kerajinan (saat ini sedang sebagai
ketua pelaksana IbM berkaitan dengan HaKI kerajinan khas Buleleng. Di samping
itu, tim pengusul juga akan melibatkan tenaga lapangan (seorang laboran kimia dan 4
orang mahasiswa tugas akhir/skripsi terkait electroplating, spinelisasi, resist
blocking, dan pengolahan limbah industri kerajinan logam) untuk mendampingi
mitra agar melek kimia yang berkaitan dengan kerajinan logam dan pewarnaannya.
Fasilitas pendukung yang ada di UNDIKSHA khususnya di Laboratorium
Kimia adalah seperangkat alat Atomic Absorption Spektroskopi (AAS) untuk
mendukung analisis pelekatan dan buangan logam-logam yang digunakan dalam
electroplating seperti logam emas (Au), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan kobal
(Co). Teori dan praktek tentang elektroplating sederhana sudah sering dilakukan dan
merupakan muatan mata kuliah kimia fisika (West, 1994) demikian juga pembuatan
spinel (Aldinger & Weberruss, 2010) dalam praktikum kimia anorganik (Karyasa,
2011). Program ini diyakini oleh pengusul dan para mitra dapat berjalan dengan baik.
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
5.1 Peningkatan Pewarnaan Produk
Pada awalnya, solsusi terhadap peraslahan pewarnaan aluminium adalah
“batik logam” dengan teknik anodizing bertingkat. Tahapan pengerjaannya adalah
sebagai berikut: (1) tahap pengolahan awal permukaan logam aluminium dengan
larutan alkalin dan mengkilapkan dengan asam nitrat; (2) tahap anodising dengan
teknik elektrolisis menggunakan katoda inert, elektrolit asam sulfat dan arus listrik
DC 25 Volt untuk menghasilkan lapisan tipis oksida aluminium dan pori-pori pada
permukaaan; dan (3) tahap pewarnaan secara elektrolitik yaitu teknik anodising
secara bertingkat menggunakan logam lain yang memiliki citra estetik tinggi yaitu
emas, perak, dan tembaga. Pada tahap ketiga ini, setiap tingkat pewarnaan
menggunakan pelindung (resist) berupa cat minyak untuk melindungi bagian logam
aluminium yang tidak diwarnai pada tingkat pewarnaan ini. Setelah diwarnai satu
tingkat, dilakukan perendaman dengan air panas agar terjadi sealing atau penutupan
pori-pori yang tidak terwarnai pada bagian yang diwarnai. Kemudian, bagian
21
permukaan yang dilindungi dengan cat minyak digosok dengan minyak dan dicuci
dengan detergen agar pelindung benar-benar terlepas dan tidak mengganggu proses
pewarnaan selanjutnya. Pada pewarnaan tingkat selanjutnya, permukaan logam
selain bagian yang diwarnai pada tingkat kedua ini ditutup dengan cat minyak.
Proses pewarnaan tingkat kedua seperti pada tingat pertama namun dengan logam
pemberi warna yang berbeda. Demikian seterusnya hingga batik logam selesai dibuat
sesuai desainnya.
Kelemahan dari pewarnaan ini adalah cukup rumit kalau diimpelemntasikan
pada desain-desain yang lebih besar dan biaya produksi yang tinggi akibat
penggunaan bahan-bahan kimia dan peralatan pendukungnya. Mitra industri
menyampaikan harus ada perubahan teknologi sehingga lebih mudah diterapkan,
biaya lebih murah dan berujung pada biaya produski yang lebih kompetitif.
Kelemahan lainnya adalah jenis warna terbatas pada warna emas, perak dan tembaga.
Oleh karena, pewarnaan yang diujiterap adalah penggunaan dengan metode sprying
and heating yang menggunakan warna cat khusus logam yang harganya lebih murah
dengan warna yang lebih bervariasi. Zat warna yang digunakan adalah warna kresol.
Warna kresol ini juga dapat diaplikasikan pada teknik anodizing dengan beberapa
modifikasi. Namun hasilnya belum optimal.
Optimalisasi pewarnaan yang sedang dikembangkan adalah pewarnaan
sprying dan heating dengan zat warna anorganik yang mengandung unsur
aluminium. Pada tahap awal, telah diujicoba pembuatan warna cobalt blue dari
limbah aluminium dengan struktur spinel CoAlO4. Pemanfaatan limbah logam
aluminium (yaitu sisa lembaran aluminium sekitar 10-15% dari setiap lembarnya)
sebagai bahan baku dalam pembuatan warna cobalt blue dan warna-warna lainnya
memiliki nilai strategis karena limbah logam tersebut belum dimanfaatkan,
teknologinya dapat diterapkan dengan mudah. Pengembangan zat warna dari limbah
logam aluminium ini melibatkan dua penelitian skripsi mahasiswa (artikelnya
terlampir). Tahap selanjutnya adalah menggunakan zat warna yang dihasilkan ini
untuk dipadukan dalam teknik-teknik pewarnaan yang telah diterapkan.
5.2 Perluasan Desain Produk
Perluasan desain produk terus dilakukan sesuai permintaan pasar. Daya saing
produk kerajinan Wahyu Artha Handicraft dan Siapa Sangka Handicraft dapat dilihat
22
dari kekayaan desain dan motif-motifnya. Pada tahun 2015 ada beberapa perluasan
desain produk yang telah dikembangkan selain produk-produk pesanan dengan desai
dari para pemesan di antaranya adalah tempat lampu dan box untuk tempat makanan
ringan yang dipadukan dengan kaca tembus pandang.
Gambar 5.1 Desain Lampu
Desain-desain baru yang dikembangkan tersebut telah dipamerkan dalam INACRAF
2015 yang berlangsung di Jakarta Convention Center tanggal 10 – 17 Juni 2015.
5.3 Penataan Layout Produksi
Pada tahun 2014 telah dilakukan penataan dan perluasan tempat kerja di
Wahyu Artha Handicraft dan tahun 2015 ini dilanjutkan terutama penataan tempat
kerja pada ruang kerja yang telah dibangun pada tahun 2014 lalu. Perluasan tempat
parkir kendaraan karyawan dengan dana dari perusahaan telah dilakukan pada awal
tahun 2015 sehingga suasana kerja lebih nyaman.
Siapa Sangka Handicraft mulai tahun 2015 lebih memusatkan tempat kerja
usahanya di wilayah Tegallang Gianyar dengan nama Siapa Sangka Aluminium. Hal
ini dimaksudkan tidak saja untuk strategi jemput bola karena di Gianyar lebih banyak
23
perusahaan eksportir besar atau customer lebih banyak berada di daerah wisata
tersebut di samping tempat kerja di Desa Menyali kurang prospektif karena terletak
di tengah pemukiman (masuk gang).
Gambar 5.2 Suasana Tempat Usaha Siapa Sangka Handicraft di Tegallalang Gianyar
24
Perluasan tempat dan penataan lay out proses poduksi yang telah dilakukan telah
dapat meningkatkan kapasitas produksi sekitar 30% (Wahyu Artha Handicraft) dan
25% (Siapa sangka Handicraft) dari base line tahun 2013. Hal ini didukung oleh
perbaikan manajemen proses produksi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
5.4 Penerapan Manajemen Modern
Penerapan manajemen proses produksi dan manajemen pemasaran terus
ditingkatkan baik di Wahyu Artha Handicraft maupun di Siapa Sangka Handicraft.
Seperangkat komputer yang telah diberikan kepada Wahyu Artha Handicraft pada
tahun 2014 telah difungsikan dengan baik untuk mendokumentasi desain-desain dan
motif-motif yang dihasilkan dengan spirit bahwa desain dan motif baru yang
dihasilkan merupakan karya intelektual yang perlu didokumentasi dan dilindungi.
Demikian juga pembukuan keuangan perusahaan demikian juga daftar order, daftar
gaji karyawan, daftar penyelesaian order, dan sebagainya telah mulai dicatatkan
secara rapi di komputer. Hal ini memicu Siapa Sangka Handicraft untuk
melaksanakan hal yang sama karena dirasakan sangat menguntungkan bagi
pengembangan usaha mereka.
Pada tahun 2015, Bapak Made Arnawa (Siapa Sangka Handicraft)
memerlukan bantuan seperangkat komputer serta pelatihan pemanfaatannya untuk
mengoptimalkan manajemen perusahaan. Seperangkat komputer (lengkap dengan
printer, modem atau jaringan internet) telah diberikan pada beliau untuk
dimanfaatkan di tempat usaha beliau yang baru di Tegallalang Gianyar.
5.5 Peningkatan Kualitas SDM
Peningkatan kualitas SDM terutama kualitas pengerajin dan SDM
manajemen terus diupayakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pembinaan
kualitas SDM pengerajin dengan rutin meningkatkan kemampuan dalam
mengerjakan motif-motif atau desain-desain baru juga diberikan pada keluarga-
keluarga plasma sehingga saat pesanan banyak pengerajin plasma mampu
mengerjakan dengan kualitas yang terjamin dan tepat waktu. Hal ini dilakukan oleh
Wahyu Artha Handicraft dan Siapa Sangka Handicraft. Putu Krisna, anak tertua dari
Bapak Gede Ardana (Wahyu Artha Handicraft) telah mulai dipersiapkan untuk
25
meneruskan usaha kerajinan ini dengan memberikan banyak kesempatan dalam
berkomunikasi dengan pelanggan, mengatur kerja karyawan dan mengikuti berbagai
temu usaha atau pelatihan-pelatihan dan mengikuti pameran. Hal ini sangat
dimungkinkan karena Putu Krisna telah menyelesaikan studinya dan bertekad untuk
berwirausaha mengikuti jejak orang tuanya. Salah satu event yang dipercayakan
padanya adalah mengikuti pameran bersama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Propinsi Bali pada ajang ICRAF 2015 pada tanggal 10-17 Juni 2015 di
Jakarta Convention Center. Putu Krisna telah melaksanakan tugas ini dengan baik.
Peningkatan SDM pengelola perusahaan berupa pelatihan dan pendampingan
berbahasa Inggris untuk bisnis, penyuluhan hukum dagang internasional dan HAKI, dan
pelatihan tentang MoU, SPK, dan Kontrak Kerja yang telah dilaksanakan pada bulan
Agustus-September sesuai kesepakatan antara tim pelaksana dengan mitra usaha.
Penyuluhan HAKI dan hukum dagang internasional yang dilanjutkan dengan pelatihan
tentang MoU, SPK dan Kontrak Kerja diberikan oleh dosen Jurusan Hukum UNDIKSHA
yaitu Ratna Artha Windari, S.H., M.H yang dilanjutkan dengan pendampingan bahasa
Inggris oleh tim pelaksana. Berkaitan dengan kegiatan tersebut telah berhasil disusun Buku
Panduan HAKI dan Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor.
5.6 Kegiatan Promosi Usaha
Kegiatan promosi usaha dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran
produk, promosi via online (website: www.wahyuarthaaluminium.com) dan temu
usaha serta mengintensifkan komunikasi dengan pelanggan. Pameran produk telah
dilakukan tahun 2015 yaitu mengikuti ajang pameran produk kerajinan mewakili
Bali pada acara ICRAF 2015 di JCC Jakarta 10-17 Juni 2015.
26
Gambar 5.3 Website dan Pameran di ICRAFT 2015.
Wahyu Artha Handycraft bersama Siapa Sangka Handicraft juga berpartisipasi dalam
pameran dalam rangka Buleleng Festival (Bulfest) 2015 yang diselenggarakan di
Singaraja dalam rangka Hari Kemerdekaan dan Ulang Tahun Kota Singaraja. Respon
masyarakat terhadap produk-produk yang dipamerkan sangat tinggi, terutama
inovasi-inovasi produk yang ditampilkan yang terus meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya.
Gambar 5.4 Stand Pameran dalam Bulfest 2015
27
Pada awal bulan September 2015, Wahyu Artha Handycraft telah diundang untuk
memamerkan dan memberikan pelatihan batik logam di Hotel Bali Intercontinental,
Jimbaran-Kuta kepada 176 orang calon wirausaha dari berbagai daerah di Indonesia
dan juga beberapa turis asing.
Gambar 5.5 Pelatihan Batik Logam di Hotel Bali Intercontinental Jimbaran-Kuta
Kegiatan ini tidak saja menjadikan batik logam lebih dikenal secara luas namun
memberikan pengalaman kepada Bapak Gede Ardana selaku pemilik Wahyu Artha
Handycraft memberikan pelatihan berskala nasional bahkan internasional. Pameran
produk IbPE juga telah dilakukan secara bersama-sama dengan produk penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat yang digelar di Gedung Laksmi Graha Jalan
Ngurah Rai Singaraja (depan Kantor Bupati Buleleng) selama 7 (tujuh) hari dari
tanggal 26 September hingga 2 Oktober 2015 dengan tema “Pameran Produk
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha: Bali
Synwood, Batik Logam dan Batu Mulia”. Acara ini juga diselingi dengan acara-acara
focus group discussion dan pelatihan. Acara pameran ini mengundang para pihak
terkait langsung dnegan industri kerajinan seperti Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Propinsi Bali, KADIN Bali, Bupati Buleleng dan SKP terkait, asosiasi
pengerajin, asosiasi pengusaha dan para eksportir kerajinan.
28
5.7 Pendirian Asosiasi dan Koperasi
Rapat-rapat pembentukan asosiasi dan koperasi pengerajin telah dilakukan
berkali-kali baik secara informal dengan mendatangi tokoh-tokoh pengerajin dan
pengusaha kerajinan di Desa Menyali maupun secara resmi dengan mengundang
para pengerajin dan tokoh-tokoh masyarakat untuk membicarakan kedua hal
tersebut. Pada penjajagan tahap awal, para tokoh masyarakat pengerajin
mengharapkan tidak perlu banyak organisasi karena pengalaman terdahulu tentang
kelompok-kelompok pengerajin yang kegiatan keorganisasiannya kurang optimal.
Mereka menginginkan kelompok-kelompok pengerajin yang telah ada disatukan
dalam sebuah koperasi yang lebih besar kegiatannya tidak hanya sebatas koperasi
simpan pinjam sebagaimana telah berlangsung pada kelompok-kelompok pengerajin
tersebut. Hal ini kembali terungkap pada pertemuan resmi di rumah Bapak Gede
Ardana pada tanggal 10 Mei 2015 yang dihadiri oleh 30 orang. Disepakati oleh para
peserta rapat untuk membentuk Koperasi Serba Usaha dengan komitmen bersama
untuk memajukan warga masyarakat pengerajin dan berkontribusi pada
pembangunan Desa Menyali.
Koperasi Serba Usaha yang disepakati tersebut meliputi kegiatan usaha
simpan pinjam, usaha pertokoan, pengembangan usaha, dan pemasaran bersama.
Unit usaha simpan pinjam yang disepakati adalah simpan pinjam dengan sistem
saham sebagai satuan tertentu (untuk keadilan terhadap simpanan dan pinjaman)
yang besarannya akan dibahas lebih lanjut. Kredit akan diberikan sesuai dengan
analisa yang baik agar tercapai kesuksesan bersama. Unit usaha pertokoan yang
disepakati adalah usaha pertokoan yang menjual bahan, alat, dan hasil kerajinan.
Unit pertokoan akan melakukan kerjasama langsung dengan produsen atau agen
pertama yang memproduksi bahan dan alat untuk kerajinan. Potensi ini diprediksi
akan menguntungkan karena setiap hari pengerajin di Menyali minimal memerlukan
600 lembar aluminium. Jika bisa langsung mendatangkan dari Surabaya, unit
pertokoan ini akan mampu menjual kepada anggota lebih murah atau minimal sama
dengan toko-toko yang ada di Singaraja. Kalau minimal mendapatkan keuntungan
Rp. 1.000/lembar aluminium yang harganya Rp. 70.000an/lembar maka keuntungan
minimal yang diperoleh adalah Rp. 600.000/hari. Unit pengembangan usaha
dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi pelatihan teknologi, desain, dan seni serta
29
berbagai hal terkait kemajuan bersama. Unit pemasaran bersama dimaksudkan agar
tidak terjadi persaingan harga yang kurang sehat yang merugikan semua pengerajin
serta adanya standarisasi produk dan standarisasi harga. Disepakati juga untuk
bertemu kembali untuk membahas lebih detail rencana pendirian koperasi serba
usaha.
Pertemuan selanjutnya dilaksanakan tanggal 28 Mei 2015 di Workshop
Wahyu Artha yang diikuti oleh 25 orang. Beberapa keputusan atau kesepakatan yang
dihasilkan pada pertemuan ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk tahap awal, unit
simpan pinjam diaktifkan terlebih dahulu untuk memperoleh modal usaha unit
pertokoan, artinya unit simpan pinjam dianggap memiliki daya ungkit yang tinggi
pada perkembangan Koperasi Serba Usaha; (2) Nilai besaran saham disepakati Rp.
100.000/saham; (3) Simpanan terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela dengan besaran simpanan pokok Rp. 100.000/anggota, simpanan
wajib Rp. 50.000/anggota dan simpanan sukarela sesuai kemampuan anggota; (4)
Simpanan pkok dan simpanan wajib tidak boleh ditarik; (5) Pinjaman maksimum
mempertimbangkan jenis pinjaman yaitu pinjaman untuk usaha produktif, konsumtif
dan berobat atau sakit, untuk berobat atau sakit menjadi skala prioritas untuk
mendapatkan pinjaman namun besarannya tertentu dan disepakati dalam AD/ART;
(6) Perlu dipilih tim panitia kredit yang kompeten, cerdas dan terpercaya serta
mampu melihat kemampuan mencicil dari calon peminjam; (7) Bunga pinjaman 2%
tetap; (8) Simpanan dilayani tanggal 1- tanggal 10 tiap bulannya, pinjaman tanggal
11-20 tiap bulannya, dan penalti pelunasan sebelum waktunya adalah sebesar 1 x
bunga; (9) Setelah tiga hari kerja melewati tanggal terakhir pembayaran bunga dan
cicilan, akan dikenakan denda 1% , jika 2 x bulan tidak bayar bunga dan cicilan,
dikenai SP1 dengan bayar denda 2%, 3 x bulan dikenai SP2 denda 3%, 4x bulan
tidak bayar bunga dan cicilan dikenai SP3 dan tindakan sanksi sita barang serharga
hutang dan penaltinya; dan (10) ditugaskan kepada pemrakarsa dan tim pendamping
untuk membuat draft AD/ART dan menyiapkan pendaftaran ke Dinas Koperasi,
Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Buleleng serta menyipakan peresmian
Koperasi Serba Usaha.
5.8 Penulisan Buku Kerajinan Aluminium Menyali
Penulisan Buku Aneka Kerajinan Aluminium Menyali memiliki nilai
strategis yaitu sebagai wahana promosi dan pelestarian. Kegiatan yang telah
30
dilakukan adalah survey dengan mewawancarai beberapa tokoh yang terlibat atau
mengetahui sejarah dan perkembangan kerajinan aluminium Menyali,
mengumpulkan informasi dan fakta-fakta tentang kehidupan para pengerajin,
pemetaan masalah pengerajin dan dokumentasi berbagai hal terkait keunikan
kerajinan aluminium Menyali. Draft awal buku (terlampir) telah berhasil disusun dan
akan dipakai pedoman dalam mengembangkan dan mevalidasi isinya.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA
Rencana kegiatan di tahun ketiga (2016) adalah (1) pemantapan kapasitas
produksi dan peningkatan daya saing yang terdiri dari kegiatan branding batik logam
aluminium dan perluasan desain sesuai kebutuhan pasar; (2) penguatan manajemen
usaha; (3) perluasan pasar dan promosi usaha dengan pengembangan bisnis online
dan mengikuti berbagai pameran; (4) penguatan kelembagaan dan pengembangan
komunitas dengan memantapkan Koperasi Serba Usaha dan penggalangan komunitas
pengerajin dan pemasaran; (5) Melanjutkan menulis dan mereview Buku Kerajinan
Aluminium Menyali dan menerbitkannya dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris);
dan (6) Publikasi ilmiah nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan di tahun
ketiga difokuskan pada keberlanjutan usaha, kemandirian dan daya saing global.
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan program Iptek bagi Produk Ekspor Aneka Kerajinan Aluminium
tahun kedua (2015) telah dilaksanakan sesuai rencana dan telah mencapai luaran dan
kinerja sesuai yang ditargetkan sehingga kedua mitra memiliki kapasitas produksi
dan manajemen usaha yang layak dan berkualitas untuk menghasilkan produk-
produk ekspor di bidang kerajianan logam. Pelibatan mahasiswa untuk melakukan
penelitian terkait dengan pemanfaatan limbah logam aluminium memberikan
manfaat kepada mahasiswa agar mampu memecahkan permasalahan nyata yang ada
di lingkungan sekitar dan menjadikan karya ilmiahnya sebagai sebuah landasan
untuk memberi nilai tambah pada kegiatan kerajinan aluminium Menyali.
Penyusunan buku tentang sejarah, perkembangan, keunikan dan pembinaan kerajinan
aluminium Menyali diharapkan mampu memberikan makna ilmiah yang lebih dari
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aldinger, F. & Weberruss, V.A. 2010. Advanced Ceramics and Future Materials.
Weinheim: Wiley-VCH.
Gano, D. L. 2008. Apollo Root Cause Analysis – A New Way of Thinking. Third
Edition. Apollonian Publishers
Karyasa. I W., 2011. Praktikum Kimia Anorganik Berwawasan Lingkungan.
Singaraja: UNDIKSHA Press.
Tague, N. R. 2004. Seven Basic Quality Tools. The Quality Toolbox. Wisconsin:
American Society. P.42
West. A. R. 1989. Solid State Chemistry and Its Application. Singapore: John Wiley
& Sons.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel Ilmiah
PENGARUH KONSENTRASI CoCl2 PADA PEMBUATAN PIGMEN BIRU DARI LIMBAH KERAJINAN ALUMINIUM
TERHADAP TERBENTUKNYA STRUKTUR SPINEL CoAl2O4
Ni Wayan Yuliandewi, I Wayan Karyasa, Ni Made Wiratini
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: niwayanyuliandewi@yahoo.co.id, karyasa.undiksha@gmail.com, wiliangga@yahoo.com
Abstrak
Pembuatan pigmen biru dengan variasi konsentrasi CoCl2 dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pengaruh konsentrasi CoCl2 terhadap terbentuk struktur spinel CoAl2O4 pada pembuatan pigmen biru.Metode yang digunakan dalam pembuatan spinel yaitu limbah dari kerajinan aluminium direaksikan dengan variasi konsentrasi CoCl2.Spinel CoAl2O4 yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan FTIR dan XRD untuk dapat mengetahui ikatan, fase, ukuran, dan parameter kisi kristal yang terbentuk. Berdasarkan hasil sintesis pigmen biru menunjukkan konsentrasi CoCl2 2 M merupakan konsentrasi yang tepat untuk mensintesis karena menghasilkan pigmen biru sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M; 1,5 M menghasilkan pigmen berwarna biru muda dan sintesis dengan CoCl2 2,5 M dan 3 M menghasilkan pigmen berwarna biru kehijauan. Karakterisasi pigmen biru menggunakan FTIR menunjukkan adanya ikatan Co-O dan koordinasi oktahedral ion Al
3+ pada sintesis pigmen biru menggunakan CoCl2 1,5 M; 2 M; 2,5 M; dan 3
M sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M hanya menunjukkan adanya koordinasi oktahedral ion Al
3+. Berdasarkan karakterisasi menggunakan XRD, spinel yang disintesis dengan
konsentrasi CoCl2 1,5 M; 2 M; 2,5 M; dan 3M menunjukkan terbentuknya fase CoAl2O4 sedangkan sintesis dengan CoCl2 1 M menunjukkan terbentuknya fase Al2O3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yaitu terdapat pengaruh konsentrasi CoCl2 terhadap terbentuknya struktur spinel CoAl2O4 dari pembuatan pigmen biru.
Kata kunci: spinel, limbah, konsentrasi, FTIR, XRD
Abstract
Manufacture of a blue pigment with variation concentrations CoCl2 which aims to describe and explain the effect of CoCl2 concentration of CoCl2 to form the spinel structure of CoAl2O4on making blue pigment. The method used in the manufacture of spinel is waste from the aluminum craft reacted with CoCl2 concentration variations. Spinel formed CoAl2O4
33
characterized using FTIR and XRD to identify the bonding, phase, size, and parameters lattice of the crystal. Based on the results of the synthesis of the blue pigment showed concentrations of CoCl2 2 M was the appropriate concentration used for synthesis because it produced blue pigment while CoCl2 1 M; 1.5 M produced light blue pigment and synthesis with CoCl2 2.5 M and 3 M produced blue-green pigment. Blue pigment characterization using FTIR showed Co-O bond and coordination octahedral Al
3+ ions on the synthesis of blue
pigment using CoCl2 1.5 M; 2 M; 2.5 M; and 3 M while the synthesis with CoCl2 1 M only indicate the presence of Al
3+ ions octahedral coordination. Based on the characterization
using XRD, spinel that was synthesized with concentration of CoCl2 of 1.5 M; 2 M; 2.5 M; and 3M showed the formation of CoAl2O4 phase while synthesis with CoCl2 1 M shows the formation of Al2O3 phase. Based on the research that has been done, it can be concluded that there are significant concentrations of CoCl2 to the formation of spinel structure CoAl2O4 from blue pigment manufacture.
Keyword: spinel, waste, concentration
SINTESIS PIGMEN “COBALT BLUE” DARI LIMBAH KERAJINAN LOGAM ALUMINIUM DAN PENERAPANNYA
SEBAGAI PIGMEN GLASIR KERAMIK
Pande Putu Lita Indriani, I Wayan Karyasa, I Dewa Ketut Sastrawidana
Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {lita.indriani22@gmail.com, karyasa.undiksha@gmail.com, idewasastra@yahoo.com} @undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mensintesis pigmen cobalt blue dari limbah aluminium dan CoCl2, dan (2) menguji efektifitas pigmen cobalt blue yang dihasilkan sebagai pewarna glasir keramik. Keramik berglasir dikarakterisasi berdasarkan sifat tampak, ketahanan retak, kuat tekan, dan penyerapan air. Hasil penelitian ini adalah (1) pigmen cobalt blue dapat disintesis dari limbah aluminium dan CoCl2 dengan konsentrasi yang digunakan sebesar 3M, menghasilkan warna biru kehijauan, dan (2) pigmen cobalt blue yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pewarna glasir keramik dengan penampakan visual yang dihasilkan yaitu halus, rata dan tidak berpori, dengan warna biru mengkilap (glossy), tidak terjadi retakan pada permukaan badan keramik, menghasilkan nilai PA yang rendah yaitu sebesar 2,67%, dan memiliki kuat tekan sebesar 1000 kg/cm
2.
Kata kunci: aluminium, pigmen cobalt blue, keramik berglasir.
Abstract
This research aims to (1) synthesizing cobalt blue pigment from waste aluminum and CoCl2, and (2) to test the effectiveness of cobalt blue pigment produced as ceramic glaze dye. Glazed ceramic is characterized by nature looks, crack resistance, compressive strength, and water absorption. Results of this study were (1) the cobalt blue pigment can be synthesized from waste aluminum and CoCl2 concentration used by 3M, produces greenish-blue color, and (2) cobalt blue pigment produced can be used as a dye with a ceramic glaze that is generated visual sightings smooth, flat and non-porous, with a shiny blue color (glossy), does not occur cracks on the surface of the ceramic body, generating value PA is low at 2.67%, and has a compressive strength of 1000 kg/cm
2.
Keywords: aluminum, cobalt blue pigments, glazed ceramic
PENDAHULUAN Aluminium merupakan logam yang berlimpah dan dapat digunakan dalam
banyak hal, antara lain sebagai alat-alat perabotan rumah tangga, industri pesawat dan kapal, serta dapat digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks. Logam aluminium dapat membentuk berbagai persenyawaan dengan unsur lain membentuk spinel. Spinel adalah kelas oksida logam campuran dengan rumus umum AB2O4. Spinel dapat dibuat dari magnesium, aluminium, nikel, dan besi. Spinel dari aluminium dapat dibuat dengan mereaksikan aluminium dengan
1
Lampiran 2. Draft Buku
ANEKA
KERAJINAN
ALUMINIUM
MENYALI
I Wayan Karyasa
I Wayan Sudiarta
Ni Nyoman Karina Wedhanti
2
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI
Penulis:
I Wayan Karyasa
I Wayan Sudiarta
Ni Nyoman Karina Wedhanti
ISBN :
Cetakan Pertama, Nopember 2015
Penerbit:
Dicetak oleh Unit Penerbitan dan Percetakan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam
bentuk apa pun termasuk ilustrasi, tanpa ijin dari penulis dan penerbit.
3
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM
MENYALI
Penulis:
I Wayan Karyasa
I Wayan Sudiarta
Ni Nyoman Karina Wedhanti
2015
4
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Hyang
Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah buku ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Buku ini ditulis untuk memenuhi hasrat para pengerajin binaan kami
untuk mendokumentasikan sejarah, perkembangan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni kerajinan logam aluminium yang ada di Desa Menyali, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng. Kerajinan ini menjadi tulang punggung sumber penghidupan
bagi sebagaian besar keluarga yang ada di desa ini selain dari bertani dan beternak.
Buku ini juga merupakan usaha kami untuk melestarikan karya intelektual hasil
kreasi warga Desa Menyali sejak tahun 1950an di samping sebagai informasi bagi
para pihak terkaitbaik dunia usaha dan industri maupun instansi-instansi pemerintah
dan non pemerintah. Kehadiran buku ini juga diharapkan membantu Desa Menyali
berkembang menjadi Desa Wisata.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Desa Menyali, Bendesa Adat
dan para sesepuh desa serta para narassumber yang telah banyak membantu
memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penulisan buku ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendanai kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dengan skema program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) Aneka
Kerajinan Aluminium tahun anggaran 2014-2016.
Semoga kehadiran buku ini bermakna bagi kita semua.
Singaraja, 29 Juni 2015
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul I
Prakata Ii
Daftar Isi Iii
Bab 1 Selayang Pandang Tentang Desa Menyalir 2
Bab 2 Sejarah dan Perkembangan Aneka Kerajinan
Aluminium Menyali
5
Bab 3 Aluminium dan Keunggulannya Sebagai Bahan Baku
Kerajinan
10
Bab 4 Profil Pengusaha Kerajinan Aluminium Menyali 12
Bab 5 Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali 15
Bab 6 Pembinaan Pengerajin dan Pengusaha Kerajinan 22
Bab 7 Penutup 27
Daftar Rujukan 28
6
BAB I
SELAYANG PANDANG
TENTANG DESA MENYALI
Mengenai sejarah berdirinya Desa Menyali, ada beberapa versi yang berkembang di
masyarakat tentang. Menurut salah satu versi I Ketut Suamba (70 tahun, salah
seorang tokoh masyarakat setempat) Desa Menyali pada awalnya bernama ”Pahit
Hati”yang dikaitkan dengan makna kata ”Nyali” atau ”Empedu” yang merupakan
bagian dari organ pencernaan manusia yang ada dekat organ hati yang rasanya pahit.
Sebelum bernama pahit hati Desa Menyali dinamakan desa ”Basang Alas”. Menurut
catatan sejarah pada saat bernama desa Pahit Hati, Desa Menyali diperintah oleh
Pasek Sakti Batu Lempang. Pada masa itu, Desa Menyali melingkupi wilayah-
wilayah desa modern. saat ini seperti Jagaraga, Sangsit dan Desa Bungkulan. Bapak
Ketut Suamba memperkirakan perubahan nama Desa Menyali dari Pahit Hati ke
Menyali terjadi sekitar tahun 1920an, mungkin sekitar tahun 1924. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya sebuah prasasti berupa bendera Saraswati yang bertuliskan
”Kapaica ring sang wikan makardi Tabuh saraswat-Menyali”. Dilihat dari berbagai
informasi dan catatan sejarah mengenai sejarah keberdaan Desa Menyali. Pada
dasarnya desa Mneyali adalah desa tertua diantara desa-desa yang ada di Kecamatan
Sawan saat ini, seperti Desa Jagaraga, Bungkulan dan Sangsit.
Versi lain cerita sejarah tentang berdirinya Desa Menyali, menyebutkan bahwa Desa
Menyali dulunya bernama ”Ume Nyale” nama ini terinspirasi oleh karena letak Desa
Menyali yang Nyalah (Tanggung) diantara desa-desa di sekitarnya. Karena posisi
semacam itu, daerah Menyali yang dulunya adalah hamparan uma (sawah atau
tegalan) dinamai Uma Nyalah yang pada akhirnya masyarakat lebih mengenalnya
dengan Umanyali atau Menyali.
Mengenai topografi dan keadaan penduduk, luas Desa Menyali adalah 4,27 km2
dengan populasi penduduk mencapai 4.234 jiwa, yang terdiri dari 2.133 laki-laki dan
2.101 wanita. Sebagian besar penduduk desa ini (± 35% dari penduduk produktif)
berprofesi sebagai petani karena memiliki lahan basah dan subur yang cocok untuk
areal persawahan. Terdapat sekitar ± 20% dari jumlah penduduk pekerja di desa ini
7
berkecimpung dalam dunia kerajinan, seperti kerajinan seni tabuh (pembuatan rindik,
tingkelik, gerantang, kebyur, dan lain-lain), pembuatan batu bata, kerajinan
pengobatan alternatif sengat lebah, dan yang paling populer adalah kerajinan
”bokor”. Masyarakat setempat yang lain (± 15%) juga memiliki aktivitas seperti
berkebun dan berternak.Pekebunan yang dikembangkan di Desa Menyali saat ini
adalah perkebunan kopi, coklat, kelapa, rambutan dan duren Bangkok, sedangkan
peternakannya meliputi pemeliharaan sapi, ayam, dan babi.
Desa Menyali terdiri dari 2 Banjar yang dipimpin oleh (kepala desa)
”perbekel”.Banjar tersebut yakni, Banjar Dinas Kawanan dan Banjar Dinas
Kanginan. Banjar Dinas Kawanan terdiri dari 4 tempekan, yaitu suatu kelompok
masyarakat yang biasanya beraktivitas dalam kegiatan di desa, baik itu dalam
upacara Dewa Yadnya, Manusia Yadnya dan lain sebagainya. Banjar ini terdiri dari
beberapa ”tempek” yaitu: Tempekan Campurasa, Tempekan Pancayasa, Tempekan
Eka Sila, dan Tempekan Kajanan. Keempat tempekan ini disebut “tinggi kelod” dan
”tinggi sampingan”. Sementara itu Banjar Kanginan terdiri dari 5 tempekan, yaitu:
Tempekan Dharma Karya, Tempekan Tamansari, Tempekan Kubuanyar, Tempekan
Paninjoan, dan Tempekan Tri Tunggal. Masing–masing banjar dipimpin oleh Kelian
Banjar. Sementara peraturan mengenai adat istiadat di Desa Menyali diatur oleh
Kelian adat setempat
Gambar 1. Peta dan Denah Desa Menyali
8
BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ANEKA KERAJINAN ALUMINIUM
MENYALI
Sejarah dan perkembangan kerajinan aluminium di Desa Menyali dapat di runut
menjadi tiga era yaitu era tahun 1950-an, era tahun 1970-an dan era tahun 2000-an
sampai sekarang. Di setiap era merupakan tonggak perkembangan baik jenis produk
kerajinan, tokoh dan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait produk kerajinan yang
dikembangkan.
Era Tahun 1950-an
Selain itu penduduk Desa Menyali sebagian besar bekerja sebagai tukang patri dan
pengerajin aluminium, awalnya pada jaman dulu sekitar tahun 1950-an di awali
adanya tukang patri yang diantaranya :
Gede Antara
Gede Antara ini merupakan orang yang paling pertama bekerja sebagai tukang patri
pada tahun 1950-an, beliau bekerja sebagai tukang patri dan membua kerajinan yang
terbuat dari seng bekas atap rumah seperti dandang, ember, dan belek. Pada tahun
1960-an berkembang hasil karyanya membuat ketel atau caratan dan penyeseran
atau alat untuk menyiram tanaman.
9
Made Suara
Made Suara merupakan satu generasi dengan Gede Antara, beliau juga bekerja
sebagai tukang patri dan membuat kerajinan yang sama seperti dandang, ember,
belek, ketel dan pengikihan atau alat pemarutan kelapa dari logam.
Era Tahun 1970-an
Pada tahun 1970-an berkembang penggunaan bahan baku kerajinan yang tidak lagi
menggunakan seng bekas atap rumah, namun menggunakan seng plat bergambar. Hasil
karya kerajinan pada saat itu juga berkembang pesat bertransformasi dari aneka kerajinan
logam seng untuk kebutuhan rumah tangga berkembang menjadi aneka kerajian untuk
peralatan upacara keagamaan seperti sangku, bokor, dan dulang. Karena kesulitan bahan
baku dan perkembangan penggunaan plat atau lembaran aluminium untuk berbagai bahan
bangunan, maka pada era ini untuk pertama kali dikembangkan kerajinan menggunakan
bahan baku plat atau lembaran aluminium.
Tokoh-tokoh pada era ini yang dianggap berjasa mengembangkan kerajinan logam
aluminium adalah sebagai berikut.
Made Asih Awan
Pada tahun 1977 seiring perkembangan zaman Made Asih merupakan orang pertama yang
mengembangkan pembuatan kerajinan yang awalnya menggunakan seng bekas atap rumah
10
dan seng plat bergambar kini Made Asih mengembangkannya dengan menggunakan
aluminium untuk membuat kerajinan seperti bokor, sangku, dulang, saab, caratan, dan lain-
lain untuk keperluan yadnya.
Gede Some Nada
Bapak Gede Some Nada atau sering disapa Pak Dian ini pertama kali mempunyai ide
baru membuat sokasi atau keben menggunakan bahan aluminium. Beliau juga
membuat kerajinan apa yang buat oleh Made Asih.
Era tahun 2000-an
Pada era tahun 2000-an terjadi tonggak perkembangan aneka kerajinan aluminium
Menyali yaitu perubahan desain produk dari aneka kerajinan untuk keperluan
upacara keagamaan ke penggunaan yang lebih umum yaitu sebagai ornamen atau
ragam hias interior maupun eksterior rumah atau hotel di samping berbagai desain
fungsional lainnya. Pengerajin atau pengusaha kerajinan aluminium yang dianggap
tokoh dalam era ini adalah sebagai berikut.
Gede Ardana
Pada tahun 2005 Gede Ardana mulai mengembangkan aluminium untuk kerajina untuk
kebutuhan umum (interior dan exterior) seperti bingkai foto, tempat tissue, mirror atau
cermin, tempat lilin, tempat lampu dan lain-lain. Bentuk-bentuk barang kerajinanpun
11
bervariasi ada yang kotak, oval, dan bulat. Selanjutnya pada tahun 2012 beliau mendirikan
Wahyu Artha Handicraft yang menjelma menjadi usaha kerajinan yang melayani
permintaan barang-barang kerajinan aluminium untuk ekspor. Beliau memperkerjakan
beberapa keluarga pengerajin sebagai plasma untuk memeuhi order yang datang dari para
vendor atau eksportir kerajinan Bali. Beliau juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan
pendidikan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah serta aktif mengikuti
pameran-pameran produk. Barang-brang kerajinan beliau sudah merambah berbagai
negara seperti negara-negara di Amerika Latin, Eropa dan Timur Tengah.
Made Arnawa
Di bawah bimbingan Bapak Gede Ardana, Made Arnawa berkembang menjadi pengerajin
handal dan pengusaha kerajinan yang sedang berkembang pesat. Made Arnawa mendirikan
Siapa Sangka Handicraft di Desa Menyali dan pada akhir tahun 2014 dipindahkan ke
Gianyar yaitu di daerah Tegallang dengan nama Siapa Sangka Aluminium sebagai usaha
ekspansi dan jemput bola pemasaran karena di Gianyar banyak pengusaha besar yang
berorientasi ekspor. Produk-produk kerajinan yang beliau kembangkan adalah perpaduan
antara kerajinan aluminium dan kerajinan kayu.
Keunikan Kerajinan Aluminium Menyali
Keunikan dari aneka kerajinan aluminium Menyali terletak pada desain, ragam hias,
peralatan yang sederhana dan pengerjaan yang murni menggunakan tangan (hand
made). Kreatifitas desain-desain produk kerajinan aluminium yang beraneka ragam
didukung oleh sifat bahan baku aluminium yang ringan, kuat, berupa lembaran yang
mudah dibentuk dan stabil. Keunikan ragam hias yang bervariasi dari ragam hias
yang menggunakan motif-motif ukiran Bali, motif-motif stilisasi seperti halnya
motif-motif Batik maupun motif-motif budaya manca negara seperti ragam hias
untuk pohon natal dan keperluan hotel dan spa. Keunikan peralatan yang digunakan
pengerajin terletak pada kesederhanaannya dari sejak era tahun 1950-an sampai saat
ini tidak banyak mengalami perubahan yaitu alat pemotong logam aluminium
(gunting khusus logam), palu dan paku serta bantalan (ketiga alat ini merupakan alat
utama dalam pengerjaan motif-motif ukiran), dan alat perakit atau penyambung
12
komponen satu dengan komponen lainnnya yaitu penyarungan, penampelakan dan
pengalisan. Proses pengerjaan kerajinan aluminium Menyali merupakan hal yang
snagat unik dan memerlukan tenaga pengerajin yang terampil, teliti, cekatan dan
tekun. Keunikan proses pengerjaan kerajinan aluminium di Desa Menyali mmemiliki
prospek yang baik untuk mengembangkan Desa Menyali menjadi Desa Wisata
Pengerajinan yang memiliki nilai edukasi karakter bangsa yaitu rajin, ulet, tekun,
teliti dan cekatan.
Beberapa contoh produk kerajianan aluminium Menyali yang khas adalah sebagai
berikut.
Bokor
Bokor merupakan hasil kerajinan aluminium yang berbentuk bulat,yang bermafaat
atau berguna untuk bersembahyang sebagai tempan canang atau banten.
,
Bingkai Cermin
Bingkai foto merupakan hasil kerajinan aluminium yang memiliki fungsi atau
manfaat untuk membingkai suatu foto atau gambar.Dan adapun berbagai bentuk dari
bingkai foto tersebut seperti berbentuk persegi, berbentuk bulat, berbentuk jantung
dan laen sebagainya.dibawah terdapat contoh gambar bingkai cermin yang berbentuk
jantung,
Pernak-Pernik Natal
Pernak-pernik natal ini memiliki fungsi untuk menghiasi pohon natal dan sebagai
hiasan gantung. Pernik natal ini terdapat berbagai macam yaitu berbentuk bintang,
13
jantung, cemara, bunga, dan masih banyak bentuk lagi.dibawah terdapat contoh dari
gambar pernak-pernik natal yang berbentuk bintang, cemara dan jantung,
Tempat File atau Filling Cabinet
Jenis kerajinan ini brmanfaat atau berguna untuk menaruh file, buku, atau map. Jenis
ini cuma terdiri dari satu jenis, namun ukurannya saja yang beda ada ukuran L dan
M. Berikut contoh gambar Tempat File,
Sokasi atau Keben
Sokasi atau keben ini berguna atau bermanfaat untuk membawa banten dan canang,
sama fungsinya dengan bokor. Cuma sokasi ini berbeda bentuknya dengan bokor,
sokasi ini persis berbentuk kubus.sokasi ini terdiri dari 6 (enam) pisis, yaitu dari
besar terus semakin mengecil. Adapun contoh dibwah bentuk dari sokasi:
Peralatan Yang Digunakan
14
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan aluminium yang sangat
tradisional yaitu: gunting, tang, palu, paku, penyarungan, penampelaka dan
pengalisan..
Gunting dan Tang
Gunting digunakan untuk memotong bahan yang akan dijdikan kerajinan aluminium
agar bisa diukir atau dipahat dan bisa dibentuk dengan mudah.
Palu dan Paku
Palu dan paku digunakan untuk memahat atau mengukir produk dengan sedemikian
rupa, agar memiliki nilai seni yang bagus dan dan kelihatan menarik bagi konsumen
dan para seniman.
Penyarungan, Penampelakan dan Pengalisan
Peralatan ini digunakan untuk merakit bentuk kerajinan aluminium agar bisa
terbentuk kerajinan aluminium yang bagus dan sekaligus sebagai tahap pinising
dalam pembuatan produk kerajinan aluminium.
15
BAB III
ALUMINIUM DAN KEUNGGULANNYA
SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN
Aluminium merupakan unsur logam yang kelimpahannya di alam paling banyak
(8,3% berat pada kerak bumi). Logam aluminium berwaarna putih perak dan
tergolong ringan yang mempunyai massa jenis 2,699 gr cm–3
. Selain ringan, logam
aluminium tahan korosi, tidak beracun, reflektif, memiliki daya hantar listrik yang
baik, dapat ditempa sehingga mudah dibuat lembaran tipis, kekerasan yang rendah
(2,75 Mohs).
Sifat-sifat aluminium yang ringan, tahan korosi dan tidak beracun serta mudah
ditempa atau dibentuk serta dapatr menghantarkan panas dengan baik meyebabkan
logam aluminium banyak digunakan sebagai peralatan rumah tangga panci, wajan,
dan lain-lain. Sifat aluminium yang reflektif seperti dalam bentuk aluminium foil
banyak digunakan sebagai pembungkus makanan, obat, dan rokok.. Daya hantar
listrik aluminiumdua kali lebih besar dari tembaga sehingga aluminium digunakan
sebagai kabel tiang listrik. Paduan logam aluminium sengan logam lainya seperti
tembaga dan magnesium menghasilkan paduan logam yang kuat seperti
Duraliumuntuk pembuatan badan pesawat.
Ketahanan korosi aluminium disebabkan oleh adanya lapisan transparan yang snagat
tipis di permukaan logam aluminium yaitu lapisan aluminium oksiada Al2O3.
Lapisan tipis ini sangat rapat atau kedap dan tahan terhadap berbagai macam zat
kimia seperti asam maupun basa. Hal inilah yang menyebabkan aluminium tidak saja
tahan korosi tetapi tahan terhadap zat-zat lainnya.
Beberapa penggunaan aluminium antara lain: (1) sektor industri otomotifdan
penerbangan yaitu untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor dan
untuk membuat badan pesawat terbang; (2) sektor pembangunan perumahan;untuk
kusen pintu dan jendela; (3) sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis
produk; dan (4) sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan
barang kerajinan.
16
Aluminium sheet dan coil merupakan bahan untuk semua manufaktur. Kebutuhan
aluminium sheet banyak digunakan dalam konstruksi, fabrikasi, dekorasi, pipa,
kemasan, otomotif, penyejuk udara, wadah panci, pendinginan, listrik dan produk
elektronik, industri ringant, petrokimia, transportasi, dan lain-lain
Di pasaran saat ini, data teknis aluminium coil dan sheet adalah sebagai berikut: (1).
Aluminium coil dengan ketebalan 0,30 – 3,20 mm, lebar 914 – 1525 mm ID 500
mm; (2). Aluminium slitted coil, ketebalan 0,15 – 3,20 mm, lebar 20 – 913 mm, ID
300, 400, 500 mm; (3) Aluminium sheet, ketebalan 0,15 – 0,39 mm, lebar 600 –
1220 mm, panjang 500 – 3600 mm; dan (4) Aluminium plate, ketebalan 0,40 – 3,20
mm, tebal 600 – 1525 mm, dan panjang 500 – 4000 mm.
Secara umum lembaran aluminium (aluminium sheet) yang ada di pasaran saat ini
ada 4 (empat) tingkatan atau grade kualitas yaitu:1100-H14, 3003-H14, 5052-H32,
and 6061-T6. Grade 1100-H14 merupakan lembaran aluminium murni yang memiliki
sifat resiste terhadap zat kimia dan cuaca. Lembaran ini cukup mudah ditempa tetapi
kekuatannya cukup rendah. Tipe ini sering digunakan dalam peralatan untuk proses
kimia, reflektor sinar dan perhiasan. Grade 3003-H14 adalah tipe aluminium
lembaran yang lebih kuat dari tipe 1100, walaupun demikian sifat-sifat lainnya masih
tetap sama dengan tipe sebelumnya dan harganya cukup rendah. Lembaran
aluminium tipe ini sangat tahan korosi dan mudah dibentuk sehingga sering
digunakan untuk pembuatan kotak surat, dan aneka kerajinan aluminium fungsional
seperti tempat tissue, tempat sampah, kotak perhiasan dan lain sebagianya. Tipe
inilah yang biasanya digunakan oleh pengerajin aluminium. Grade 5052-H32 adalah
tipe lembaran aluminium yang jauh lebih kuat dari tipe 3003 tetapi penampilannya
tetap baik, tahan korosi, dan mudah dibentuk. Umumnya digunakan untuk chassis
elektronik, tanki bertekanan dan sebagainya. Grade 6061-T6 adalah aloi aluminium
struktural yang dibuat dengan perlakuan panas. Aluminium lembaran ini masih bisa
dilelehkan, lebih kuat dari tipe 5052, tetapi sulit dibentuk. Tipe lembaran aluminium
ini digunakan sebagai struktur pesawat terbang.
17
BAB IV
PROFIL PENGUSAHA
KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI
Dalam bab ini akan dipaparkan profil dua pengusaha kerajinan aluminium Menyali
sebagai sebuah contoh bagaimana menggambarkan kondisi riil kehidupan para
pengerajin dan pengusaha kerajinan di Desa Menyali dan perannya dalam menopang
keterjaminan kesejahteraan masyarakat desa. Dua pengusaha kerajinan yang
dipaparkan ini adalah I Gede Ardana dan I Made Arnawa. Kedua pengusaha
kerajinan alumnium ini dipilih karena saat ini merupakan pionir pengerajin dan
pengusaha kerajinan yang dianggap sukses di desa ini.
I Gede Ardana (42 tahun) mendirikan Wahyu Artha Handycraft pada tahun 2005
sebagai kelanjutan dari usaha kerajinan keluarga yang dimulainya sejak kecil
sebagaimana teman-teman sebayanya di Desa Menyali. Setelah menyelesaikan
sekolah menengah atas di SMAN 3 Singaraja, beliau pernah merantau ke Mengwi
Badung untuk bekerja membuat kerajinan payung Bali (1992). Pengalaman sebagai
pekerja kerajinan ini sangat berharga bagi beliau. Belaiu akhirnya balik lagi ke Desa
Menyali dan kembali ke habitat kerajinan aluminium. Krisis ekonomi global pada
tahun 1998, kerajinan aluminium mengalami surut dan beliau sekeluarga beralih ke
kerajinan dupa, namun usaha inipun tidak bertahan lama. Akhirnya di tahun-tahun
berikutnya beliau kembali lagi menekuni kerajinan aluminium. Pada tahun 2005
akhirnya beliau menghimpun beberapa teman pengerajin untuk bergabung di rumah
keluarga beliau dan mendirikan Wahyu Artha Handycraft.
Wahyu Artha Handycraft mendapatkan suplai bahan baku berupa lembaran-lembaran
aluminium dari beberapa toko bangunan di Kota Singaraja. Kebutuhan bahan baku
aluminium setiap hari untuk mendukung keseluruhan aktifitas kerajinan aluminium
di Desa Menyali kurang lebih 600 lembar/hari (lembarannya seukuran dengan
triplek) dan untuk kebutuhan Wahyu Artha sendiri sekitar 25 – 50 lembar/hari
tergantung ukuran dan motif kerajinan yang dikerjakan. Ada tiga jenis ketebalan
lembaran aluminium yang digunakan untuk kerajinan yaitu dengan kode 022 (tipis),
033 (sedang) dan 04 (agak tebal), namun yang paling banyak diminati pasar adalah
kerajinan aluminium dengan lembaran bahan 022. Selain lembaran aluminium, bahan
penunjang lainnya adalah kawat aluminium. Mutu bahan baku dan bahan penunjang
18
tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun sangat tergantung
dari penyedia yaitu toko-toko bangunan. Bapak Gede Ardana pernah mencoba
memesan langsung dari Surabaya namun kualitasnya sama dan dari segi ekonomi
tidak menguntungkan karena ongkos kirim yang besar.
Selain keunggulan aluminium yang ringan, kuat, mudah dibentuk, inert dan
penampakan kilap yang baik, produksi kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh
Wahyu Artha Handycraft juga sangat unik. Peralatan yang digunakan sangat
sederhana seperti palu, gunting, bantalan kayu dan ban bekas. Peralatan tersebut
memiliki ukuran dan bentuk yang unik sesuai keunikan bentuk dan motif kerajinan
yang dibuat. Peralatan ini diproduksi oleh pande (tukang perkakas kerajinan) yang
khusus pula, dan saat ini hanya tinggal ada seorang di desa ini dan sudah agak renta
(umurnya di atas 60-an). Para pengerajin di UKM ini juga menyampaikan
keprihatinan mereka tentang keberlangsungan penyediaan perkakas produksi
kerajinan aluminium ini, apalagi perkembangan tuntuan pasar tentang desain yang
semakin beraneka ragam. Mereka juga menyampaikan ada minat untuk berlatih
membuat perkakas tersebut. Kapasitas produksi sangat tergantung dari motif atau
pola yang dibuat, misalnya untuk pola kotak tissue 10 perajin dapat menghasilkan
150 buah/hari Biasanya, menurut pemilik Wahyu Artha Handycraft ini, barang yang
dapat dibuat perhari oleh 12 orang pekerjanya (termasuk beliau dan istri) senilai Rp.
1.500.000,00/hari dan dengan ongkos kerja karyawan minimal Rp. 50.000,00 di luar
makan (dua kali makan dan dua kali snak). Lembur untuk menyelesaikan order
mendesak beliau hargai Rp. 5.000/orang untuk jam pertama, jam kedua Rp.
7.500/orang, jam ketiga Rp.10.000/orang dan begitu seterusnya. Selama pengerjaan,
kualitas pekerjaan dikontrol langsung oleh beliau dan istri dan kontrolnya berupa
kesesuaian dengan pola, ukuran, dan motifnya. Perbedaan lebih dari 10% biasanya
di-reject. Modal usaha termasuk investasi lahan, bangunan, peralatan, dan SDM
diperkirakan ada di kisaran Rp. 800.000.000,00 hingga Rp. 1.000.000.000,00
termasuk gedung showroom yang sedang dibangun.
Proses produksi aneka kerajinan aluminium yang dikerjakan oleh Wahyu Artha
Handycraft meliputi desain, pembuatan pola, pengerjaan sesuai pola, kontrol mutu,
pengepakan, dan pengiriman. Desain umumnya sesuai order (permintaan) dari
pembeli (dari dalam negeri seperti dari Gianyar, Denpasar dan Jakarta, dan dari luar
negeri seperti dari Amerika Serikat (Las Vegas), Eropa (Belanda, Italia), dan
Amerika Latin (Columbia, Chili, Peru) dalam paket besar yang terdiri dari beberapa
hingga puluhan desain. Desain kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk pola oleh
Bapak Ardana sendiri lalu dilanjutkan pengerjaannya sesuai pola oleh anggota
pengerajin beliau. Jika pesanan banyak dan waktu pengerjaan singkat, beberapa pola
yang lebih sederhana diberikan kepada kelompok pengerajin lain tetapi kualitasnya
tetap beliau yang kontrol. Proses pengerjaannya meliputi pemotongan lembaran
aluminium sesuai pola dengan gunting, penekukan untuk membentuk sesuai dengan
19
bentuk yang diinginkan dengan menggunakan palu, membuat ornamen ukiran sesuai
pola dengan pemukulan dengan palu, penyambungan antara bentuk satu dengan
bentuk lainnya jika diperlukan sesuai desain bentuk, dan pewarnaan dengan cat jika
diperlukan. Jaminan mutu produk dilakukan langsung oleh Bapak Ardana secara
manual, memeriksa satu persatu kesesuaian hasil pengerjaan dengan pola yang telah
dibuat dengan presisi 99% untuk bentuk dan ukuran, walaupun ciri hand made
memungkinkan adanya variasi motif tapi toleransi variasi motif tidak lebih dari 10%.
Jenis produk dibedakan atas fungsinya yaitu ada tiga: perlengkapan upacara
keagamaan, produk fungsional untuk rumah tangga, hotel, dan restoran, dan produk
ornamen (berbagai ragam hias). Motif yang telah dikembangkan lebih dari 100
dengan paduan bentuk, ukuran dan motif hingga ratusan item produk. Setiap itemnya
dibuat sesuai pesanan yang biasanya berkisar dari100 hingga 1000 buah. Beberapa
spesifikasi produk dapat dilihat dalam gambar berikut.
Square Box Middle
Set of 6
Heart Flat Box
Set of 6
Shoe Box Set of 3
Round Box Set 0f 7 Tumbler Pencil Holder
in 3 Size
File Holder in 3 Size
20
Gambar 4.1 Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Wahyu Artha Handycraft
Pengelolaan usaha kerajinan aluminium Wahyu Artha Handycraft masih menerapkan
manajemen keluarga, dimana administrasi dan keuangan ditangani oleh Ibu Ardana
sedangkan pengelolaan produksi dan pemasaran ditangani oleh Bapak Ardana.
Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan pesanan dengan penambahan stok
barang tidak lebih dari 10% dari jumlah yang dipesan. Walaupun beliau telah pernah
mengikuti pelatihan manajemen usaha dan komputer, namun beliau belum mampu
menerapkannya secara sederhana. Beliau sangat mengharapkan bantuan
pendampingan manajemen usaha (produksi dan pemasaran) dengan sentuhan
teknologi informasi, utamanya website dan pemasaran on-line. Pembukuan keuangan
yang beliau miliki adalah pencatatan order, pencatatan pembayaran dari pemesan dan
tunggakannya, dan lembaran-lembaran kontrak kerja dan arsip-arsip tanda bukti
pengiriman barang. Beliau menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha
kerajinan dipatok 30% untuk setiap item barang. Sehingga dengan omzet penjualan
rata-rata perbulan Rp. 45.000.000,00 – Rp.60.000.0000,00 tergantung dari musim
pasang-surut orderan beliau mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 13.500.000,00 –
Rp. 18.000.000,00 per bulan. Sebagian keuntungan beliau investasikan untuk
pengembangan usaha dan sebagain lagi untuk biaya hidup keluarga. Pola usaha
tradisional masih beliau anut, sehingga maslaha auditing dan perpajakan beliau
menyerahkan langsung kepada pemesan sehingga beliau hanya menerima bersih.
Dalam hal ini beliau menyatakan sangat memerlukan pendampingan, demikian juga
halnya terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan inventori yang telah
hasilkan, beliau masih sangat awam dan masih percaya bahwa keunikan dari
kerajinan aluminium dan pengerjaannya sulit ditiru orang lain..
Pemasaran produk kerajinan aluminium dari Wahyu Artha Handycraft saat ini lebih
banyak berorientasi luar negeri (ekspor) yaitu sekitar 90% dan sisanya 10% untuk
pasar lokal. Teknik pemasaran yang bapak Ardana tempuh adalah masih off-line
melalui promosi pameran produk kerajinan diantaranya adalah pameran SMESCO di
JCC Jakarta (2009), di Yogyakarta (2010), dan di Surabaya (2011). Dari pameran-
pameran tersebut beliau mendapatkan rekanan untuk memasarkan produk kerajinan
ini ke luar negeri. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung terhadap
turis yang datang ke Desa Menyali karena semenjak diperkenalkan oleh Pemkab
Buleleng dan Dinas Perindustrian Bali sebagai sentra kerajinan aluminium ada
beberapa turis asing yang tertarik berbisnis kerajinan ini di negaranya. Beberapa
diantaranya adalah dari Las Vegas (USA), Amerika Latin (Columbia, Peru, Chili),
dan Eropa (Belanda, Italia). Harga jual produk kerajinan sangat bergantung dari
jenis, bentuk, ukuran, dan motifnya dengan kisaran harga Rp. 500,00 hingga Rp.
200.000,00/buah.
21
Sumberdaya manusia yang dimiliki Wahyu Artha Handycraft saat ini adalah
sebanyak 12 orang, dengan rincian 4 orang berkualifikasi pendidikan SMA/SMK dan
8 orang SMP. Wahyu Artha Handycraft juga telah membina 20 kelompok pengerajin
yang anggotanya masing-masing 3-4 orang dan menjadikannya mitra kerja,
khususnya dalam menyelesaikan order-order besar. Beberapa pelatihan telah diikuti
oleh Wahyu Artha Handycraft yang diselenggarakan oleh pemerintah/instansi terkait
diantaranya adalah pelatihan pembukuan (Baturiti, 2010), pelatihan komputer
(Denpasar, 2010), seminar pemodalan bersama BI (Hotel Bali Villa Pemuteran,
2011), dan pelatihan industri kreatif (Denpasar, 2013).
Fasilitas pendukung usaha kerajinan dari Wahyu Artha Handycraft adalah berupa 1
ruang produksi (4 x 5 m) dan 1 ruang penyimpanan (4 x 4 m) di rumah keluarga yang
berjarak 20 meter dari jalan desa, dan kompleks bangunan di tepi jalan desa yang
dilengkapi 1 ruang administrasi dan 1 ruang show room (5 x 5 m) dan sedang
dipersiapkan beberapa ruang produksi, penyimpanan hasil produski dan pengepakan
serta penyimpanan bahan baku. Fasilitas tersebut terjangkau listrik, air dan sarana
telekomunikasi (telepon dan internet).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, modal usaha yang telah terakumulasi sejak
berdirinya Wahyu Artha handycraft tahun 2005 diperkirakan berkisar antara Rp.
800.000.000,00 – Rp. 1.000.000.000,00. Omzet bulanan berkisar antara Rp.
45.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 dengan keuntungan per bulan berkisar antara Rp.
13.500.000,00 hingga Rp. 18.000.000,00. Produk kerajinan yang diproduksi perhari
dengan harga Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.000.000.00 dengan biaya produksi (termasuk
bahan baku, bahan tambahan, peralatan dan pengerjaan, pengepakan, pengiriman dan
biaya lainnya) perhari berkisar antara Rp. 1.050.000 – Rp. 1.400.000,00. Potensi
bisnis dari usaha kerajinan ini memiliki prospek yang sangat baik, namun oleh
karena pembukuan yang belum teratur dan masih menerapkan manajemen tradisional
atau manajemen keluarga dalam hal tertib administrasi keuangan maka, menurut
Bapak Ardana selaku pemilik usaha ini, perencanaan bisnis usaha dan
implementasinya belum optimal.
Selanjutnya, profil singkat usaha kerajinan dari mitra UKM kedua yaitu Siapa
Sangka Handycraft yang dimiliki oleh Bapak I Made Arnawa dapat dipaparkan
sebagai berikut. Sejak 19 tahun yang lalu ((1993) Bapak I Made Arnawa merantau
dari Desa Menyali (Buleleng) ke Tegallalang (Gianyar) untuk memulai usaha
kerajinan kayu. Tahun 2009, beliau pulang kampung dan kembali menggeluti
kerajinan aluminium dan bergabung menjadi sub-kelompok dengan Wahyu Artha.
Ide mengkombinasikan kerajinan kayu dengan kerajinan aluminium mendorong
beliau untuk mendirikan Siapa Sangka Handycraft di tahun yang sama. Sekarang di
Desa Menyali beliau memperkerjakan 3 orang pengerajin sementara di Tegallalang
22
dimana showroom beliau masih juga memperkerjakan 3 orang. Para pengerajin di
bawah asuhan beliau semuanya berkualifikasi pendidikan sekolah menengah.
Peningkatan kompetensi SDM dilakukan secara otodidak dan belum mendapatkan
bantuan pelatihan atau pendampingan teknologi maupun manajemen dari pemerintah
atau pihak-pihak terkait. Fasilitas usaha yang beliau miliki di Desa Menyali hanyalah
tempat produksi dan penyimpanan produk dan bahan baku, sementara di Tegallalang
ada sebuah show room dan workshop room yang dipadukan. Peralatan yang dipakai
masih sederhana (konvensional). Baik lokasi kerja di Desa Menyali maupun di
Tegallalang memiliki akses jalan, listrik, telekomunikasi dan air yang memadai.
Bahan baku kayu lokal beliau beli dari Desa Menyali dan sekitarnya, sementara kayu
semisintetik MDF atau Arbot beliau beli pada rekanan di Tegallalang. Sedangkan
bahan baku lembaran dan kawat aluminium beliau beli di toko-toko bangunan di
Kota Singaraja. Modal awal beliau adalah Rp. 50.000.000,00 dan saat ini
diperkirakan hingga Rp. 400.000.000,00 dengan omzet penjualan bulanan di kisaran
Rp. 25.000.000,00 – Rp. 30.000.000,00 dengan keuntungan usaha sekitar Rp.
7.500.000,00 – Rp. 9.000.000,00 per bulan. Pemasaran produk beliau masih banyak
(60%) untuk keperluan fasilitas pendukung pariwisata Bali dan 40% untuk ekspor ke
manca negara (Belanda, Italia, Amerika). Manajemen usaha dan administrasi
kegiatan usaha kerajinan yang berpola pada manajemen keluarga serta masih
menggunakan pembukuan manual yang sederhana menyebabkan kegiatan usaha
kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft cukup sulit mengukur perkembangan
kemajuan usahanya. Demikian juga pemasaran dari Siapa Sangka Handycraft masih
tergantung dari datangnya orderan langsung dan mengerjakan order yang dimiliki
orang lain (ngesub) khususnya dari Wahyu Artha Handycraft. Adanya kerjasama
untuk pemasaran ekspor bersama dengan Wahyu Artha Handycraft, mulai tahun
2012 ini Siapa Sangka Handycraft lebih memusatkan usaha kerajinannya di Desa
Menyali. Beberapa produk kerajinan dari Siapa Sangka Handycraft yang dimiliki
oleh Bapak I Made Arnawa adalah sebagai berikut.
House Lizard Horse of Sea Dolphin
23
in 5 Size in 3 Size
Mirror Star Mirror Heart Turtles
Gambar 4.2. Beberapa Produk Kerajinan Aluminium dari Siapa Sangka Handycraft
24
BAB V
PETA MASALAH
KERAJINAN ALUMINIUM MENYALI
Berdasarkan survey terhadap kondisi usaha kerajinan aluminium di Desa Menyali
dan hasil analisis asesmen kebutuhan pengembangan usaha kerajinan di desa tersebut
dapat diungkap beberapa permasalahan yang dihadapi terkait penyediaan bahan
baku, peralatan atau perkakas kerja, lay out proses produksi, desain produk,
pewarnaan, administrasi, manajemen proses produksi, manajemen pemasaran,
pengembangan sumberdaya manusia, dan penguatan kelembagaan.
Pertama, bahan baku utama kerajinan ini yaitu logam aluminium (lembaran dan
kawat) ketersediaannya cukup memadai dengan jaminan mutu yang baik. Namun
penyediaanya masih tergantung kepada beberapa toko bangunan di Kota Singaraja.
Mengingat kebutuhan bahan baku yang banyak (untuk pengerajin di Desa Menyali
sekitar 600 lembar/hari) dan sering kebutuhannya melonjak seketika sesuai jumlah
pemesanan produk kerajinan oleh buyer diperlukan suplaier yang khusus menangani.
Kedua, peralatan atau perkakas kerja yaitu gunting dan palu yang unik untuk tiap-
tiap lekukan dan tonjolan dalam penggarapan untuk memenuhi desain bentuk, ukuran
dan motif ketersediaannya sangat bergantung kepada satu orang pande (tukang
pembuat perkakas) yang sudah berumur tua dan bahkan sampai saat ini belum ada
regenerasi. Suatu hal yang sangat memprihatinkan dan perlu segera ditangani.
Demikian juga alat-alat yang manual ini masih memungkinkan untuk ”dimesinisasi”
seperti misalnya alat potong cetak menggantikan gunting sehingga kapasitas
produksi dapat ditingkatkan untuk mengejar target penyelesaian order.
Ketiga, lay out proses produksi belum memperhatikan standar kenyamanan dan
kesehatan kerja, karena pekerjaan ini lebih banyak duduk dan konsentrasi tinggi.
Demikian juga dalam hal jaminan produk masih bergantung pada cara-cara manual
dan mengandalkan pada pemilik usaha. Seperti penuturan Bapak Ardana, pernah
pengiriman satu kontainer produk ke luar negeri di-reject. Penyebabnya adalah
lemahnya kontrol mutu yaitu kerajinan aluminium vass bunga bocor karena
sambungan dan pengerjaan motif ragam hiasnya terlalu keras (berlubang atau retak
25
yang tidak kasat mata). Demikian juga jaminan mutu bebas logam berat (terutama
nikel) dan eco-label perlu diperhatikan.
Keempat, desain produk masih tergantung pada pesanan (order) dan HaKI dari
desain belum jelas kepemilikannya. Beberapa desain yang dirancang sendiri
menggunakan pendekatan manual dan coba-coba sehingga banyak menghabiskan
bahan dan waktu. Perlu pendekatan komputerisasi untuk perancangan desain produk,
namun pengerajin/pemilik usaha belum mampu melakukannya sendiri.
Kelima, sampai saat ini buyer atau konsumen mengeluhkan warna cat yang
digunakan untuk mewarnai kerajinan aluminium sesuai dengan desain yang mereka
tentukan. Warna cat cepat mengelupas, walaupun teknik pengecatannya dengan cara
semprot.
Keenam, administrasi dan dokumentasi jenis-jenis, desain, dan motif produk-produk
kerajinan yang telah dihasilkan. Dokumentasi dengan foto sangat terbatas, baik
kualitas dan daya tahannya. Oleh karena itu perekaman degital dan komputerisasi
untuk dokumentasi dan administrasi sangat diperlukan.
Ketujuh, manajemen usaha (produksi dan pemasaran) masih bersifat tradisional dan
kekeluargaan, belum menggunakan manajemen modern berdasarkan bussiness plan
dan pembukuan keuangan yang baik.
Kedelapan, manajemen pemasaran yang menggunakan sistem off-line cendrung
masih pasif, menunggu orderan datang langsung dari buyer atau dari eksportir. Oleh
karena itu, kedua UKM kerajinan ini menyampaikan kebutuhan adanya website yang
mampu menjadi sarana promosi sekaligus pemasaran secara on-line.
Kesembilan, tantangan ke depan yang dihadapi untuk keberlanjutan dan perluasan
pemasaran serta mengurangi ketergantungan kepada guide atau konsultan bahasa
Inggris dan pemahaman terhadap hukum perdangangan internasional (termasuk
kontrak kerja antara vendor – distributor – buyer), kedua UKM ini memerlukan
peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan bahasa Inggris untuk bisnis (ekspor). Di
samping itu juga mereka memerlukan pendampingan pengurusan ijin usaha dan
perpajakan.
Kesepuluh, persoalan dan tantangan bersama para kelompok pengerajin adalah
terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penjunjang serta peningkatan modal usaha,
26
sehingga mereka membutuhkan sebuah koperasi pengerajin yang menyediakan jasa
keuangan mikro (simpan-pinjam) dan jasa penyediaan bahan baku aluminium dan
bahan-bahan penunjang lainnya.
Hasil diskusi kelompok terfokus (FGD) pada permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pengerajin dan pengusaha kerajinan aluminium yang dianalisis
menngunakan teknik analisis sebab-akibat (root cause analysis) menurut Gano
(2008) dapat dipetakan dalam bentuk Ishikawa diagram menurut Tague (2004)
sebagai berikut:
Gambar 5.1. Ishikawa Diagram Peta Masalah Kerajinan Aluminium Menyali
Gambar 5a. Suasana kerja di
UKM Wahyu Artha.
Gambar 5b. Diskusi Tim
Pengusul dengan Bapak
Ardana*dan Bapak Arnawa.
Gambar 5c. Diskusi Tim
Pengusul dengan Bapak Ardana
dan Pembina UMKM Dinas
Kopdagprin Buleleng.
27
BAB VI
PEMBINAAN PENGERAJIN
DAN PENGUSAHA KERAJINAN
Kegiatan pembinaan pengerajin dan pengusaha kerajinan telah banyak dilakukan
oleh berbagai instansi terkait, namun banyak di antara program-program pembinaan
tersebut masih bersifat aksidental. Kegiatan pembinaan yang terprogram dengan baik
diharapkan dapat meningkatkan daya saing pengerajin dan pengusaha kerajinan
sehingga industri kerajinan tetap eksis dan dapat menyejahterakan pelaku-pelaku
usaha kerajinan tersebut beserta keluarga-keluarga mereka dan masyarakat
sekitarnya. Sebagai sebuah contoh, program pembinaan pengerajin yang dilakukan di
Desa Menyali dalam bentuk program Iptek bagi Produk Ekspor yang berlangsung
secara multitahun. Dua pengusaha kerajinan yaitu Wahyu Artha Handicraft dan
Siapa Sangka Handicraft dibina dalam program ini secara berkesinambungan yang
dipaparkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil diskusi antara Bapak Ardana (Wahyu Artha Handycraft), Bapak
Arnawa (Siapa Sangka Handycraft), Pembina UMKM dari Dinas Koperasi,
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng) serta tim pelaksana pembinaan
disepakati perioritas permasalahan yang akan ditangani dalam tiga tahun sebagai
berikut. Pada tahun pertama, permasalahan prioritas adalah pewarnaan logam
aluminium, penyediaan alat produksi yang lebih modern, perluasan desain produk
untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen dan pembuatan website pemasaran.
Pada tahun kedua, permasalahan yang akan dipecahkan adalah perbaikan kualiats
dan peningkatan kapasitas produksi batik logam, penguatan manajemen produksi dan
pemasaran, peningkatan website untuk promosi dan pemasaran online, komunikasi
dengan buyer/rekanan berbahasa Inggris dan hukum dagang internasional, kesehatan
dan kenyamanan kerja, dan komunitas usaha dan koperasi. Sedangkan tahun ketiga
difokuskan pada branding batik logam, pembinaan kelompok plasma, pengembangan
desain produk untuk perluasan pasar, dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual
(HaKI).
Mengacu pada hasil pemetaan masalah yang dihadapi oleh kedua mitra UKM
kerajinan aluminium dapat dijabarkan pertahun tentang pemilihan solusi (IPTEKS)
untuk mengatasi persoalan prioritas yang dihadapi.
28
Tabel 6.1. Masalah Prioritas, Solusi IPTEKS, Pendekatan/Metode dan
Tujuan/Sasaran
No. Masalah Prioritas Solusi IPTEKS Pendekatan/
Metode
Tujuan/Sasaran/
Tahun Pertama
1. Pewarnaan logam
aluminium
Pewarnaan non-cat
yaitu dengan teknik
elektroplating dan
spinelisasi permukaan
dan sistem blok
bertahap.
Ujiterap dan
pelatihan
electroplating dan
spinelisasi
Pendampingan
penggunaan
bahan-bahan
kimia dalam
proses maupun
penanggulangan
limbahnya.
Terpecahkannya
masalah
kesulitan
pewarnaan
logam
aluminium agar
tidak
mengelupas.
Batik logam
aluminium yang
mudah
diaplikasikan
sesuai desain.
2. Penyediaan alat
produksi yang lebih
modern
Penyediaan mesin bubut
dan penggunaannya
untuk pembuatan
perkakas khusus untuk
kerajinan aluminium.
Alih pengetahuan
dan keterampilan
pembuatan
perkakas khusus
tradisional;
Rancang bangun
dan ujiterap
mesin bubut
untuk
modernisasi
pembuatan
perkakas
kerajinan;
Pelatihan dan
pendampingan
penggunaan dan
pemeliharaan
mesin bubut.
Adanya
regenerasi SDM
dalam membuat
perkakas khusus
untuk kerajinan
aluminium.
Peningkatan
kapasitas
produksi
perkakas untuk
pemenuhan
kebutuhan
perkakas dan
keberlanjutan
kerajinan
aluminium.
3. Perluasan desain
produk untuk
memenuhi beragam
kebutuhan
konsumen
Peningkatan
keterampilan
pembuatan desain
produk kerajinan yang
lebih responsif dengan
kebutuhan pasar.
Pelatihan dan
pendampingan
pembuatan desain
produk yang
didahului dengan
penambahan
wawasan tentang
perkembangan
desain produk
kerajinan di dunia
Dimilikinya
kompetensi
memadai
pembuatan
desain produk
menggunakan
piranti komputer
untuk
mengurangi
ketergantungan
29
saat ini dan
trendnya.
desain produk
dari buyer
seperti selama
ini terjadi.
Perluasan desain
produk ditinjau
dari bentuk,
ukuran, ragam
hias, motif dan
penggunaannya.
4. Pembuatan website
pemasaran.
Pembuatan dan
pemeliharaan website
untuk promosi dan
pemasaran on-line.
Pelatihan desain
grafis
Pelatihan
pembuatan
website
Pelatihan
pemasaran on-
line
Pendampingan
pemeliharaan
website dan
pemasaran online
Dimiliki dan
dipergunakannya
secara optimal
website promosi
dan pemasaran
on-line oleh dua
UKM mitra.
Penambahan
pangsa pasar.
Peningkatan
omzet.
Tahun Kedua
1. Kualitas dan
kapasitas produksi
batik logam.
Integrasi anodizing
dan pewarnaan
kresol.
Pelatihan dan
pendampingan
integrasi anodizing
dan pewarnaan
kresol.
Kualitas batik
logam
meningkat dan
kapasistas
produksi lebih
besar.
2. Tuntutan pasar
terhadap desain
produk semakin
luas.
Perluasan desain
sesuai permintaan
komsumen, dan
integrasi aluminium
dengan logam lain
dan dengan kayu.
Pendampingan
perluasan desain
produk sesuai
tuntutan pasar.
Terpenuhiya
tuntutan pasar
terhadap update
desain produk.
3. Keselamatan dan
kesehatan kerja.
Penataan lay-out
produksi untuk
memenuhi standar
kesehatan,
keselamatan dan
kenyamanan kerja
serta melek kimia
dan lingkungan.
Pendampingan
penataan lay-out
produksi.
Pendampingan
pengolahan limbah
kerajinan logam,
kayu, dan
pewarnaannya.
Minimalisasi
kecelakaan
kerja;
Optimalisasi
proses produksi
dan peningkatan
efektifitas kerja
Penghindaran
tubuh dari
terpapar zat-zat
kimia berbahaya.
4. Manajemen
berbantuan
Penerapan
manajemen modern
berbantuan
Pelatihan dan
pendampingan
manajemen produksi
Diterapkannya
manajemen
produksi dan
30
komputer. komputer
berbasiskan kearifan
manajemen keluarga
yang telah
diterapkan.
dan pemasaran
berbantuan
computer.
pemasaran
modern
Peningkatan
kapasitas
produksi dan
omzet penjualan.
5. Komunikasi dengan
buyer/rekanan
berbahasa Inggris
dan hukum dagang
internasional
Peningkatan
kemampuan
berbahasa Inggris
untuk bisnis dan
pemahaman hukum
perdagangan
internasional untuk
ekspor.
Pelatihan dan
pendampingan
berbahasa Inggris
untuk bisnis.
Penyuluhan hukum
dagang internasional.
Pelatihan tentnag
MoU, SPK, dan
Kontrak Kerja
Terjaminnya
tidak mis-
interpretasi
terhadap
kontrak-kontrak
kerja (vendor-
exportir-buyer)
yang berbahasa
Inggris.
Terhindar dari
penipuan atau
kesalahpahaman
yang merugikan
bisnis.
6. Promosi dan
pemasaran online.
Peningkatan
kapasitas website
sebagai media
promosi interaktif
dan pemasaran
online.
Pendampingan
update website.
Pelatihan pemasaran
online.
Website di-
update secara
regular.
Terjadi interaksi
antara pengusaha
dengan customer
melalui website.
7. Komunitas usaha
dan koperasi.
Pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
pendirian Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha Kerajinan
Logam Buleleng.
Penyuluhan dan
pendampingan
pendirian Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Terbentuknya
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan
Logam Buleleng
berbadan
hukum.
Terbentuknya
Koperasi
Pengerajin
Aluminium yang
berbadan
hukum.
Tahun Ketiga
1. Dikenalnya batik
logam secara luas
(nasional dan
internasional)
Branding batik
logam.
Promosi dan
publikasi batik
logam dengan
mengikuti
pameran/expo
produk kerajinan
di tingkat
nasional/
Dikenalnya batik logam
secara luas.
Meningkatnya
penggunaan HaKI batik
logam untuk
meningkatkan
pendapatan/
31
internasional. royalti.
2. Perlunya
pengembangan
keunggulan
melalui
peningkatan
kualitas dan
kuantitas desain
produk.
Perluasan desain
produk.
Pendampingan
explorasi dan
inovasi desain
produk dengan
pangsa pasar
yang lebih luas.
Penciptaan pangsa pasar
ekspor yang lebih luas
dengan inovasi desain
produk.
3. Tuntutan pasar
agar menjamin
kuantitas, kualitas,
dan kontinuitas
produksi.
Peningkatan
kapasitas
produksi melalui
pembinaan
plasma produksi.
Pendampingan
peer-mentoring
keterampilan
mengerjakan
kerajinan desain
tak lazim/sulit
pada plasma
produksi.
Meminimalisasi
perbedaan hasil
pengerjaan desain
rumit/sulit saat
mengerjakan order paket
besar secara bersama-
sama dalam waktu
terbatas.
Terjaminnya kapasitas
produksi sesuai waktu
kontrak.
Terjaminnya kualitas dan
kontinuitas produksi.
4. Berfungsi efektif
dan keberlanjutan
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Penguatan
kapasitas
kelembagaan
Asosiasi
Pengerajin dan
Pengusaha
Kerajinan Logam
Buleleng dan
Koperasi
Pengerajin
Aluminium.
Pelatihan
penguatan
kelembagaan dan
pembinaan SDM
Asosiasi dan
Koperasi.
Pelatihan dan
Pendampingan
Penyusunan,
Pelaksanaan, dan
Evaluasi Program
Kerja Asosiasi
dan Koperasi.
Berfungsi efektifnya
koperasi pengerajin
sebagai lembaga
keuangan mikro untuk
dari, oleh, dan untuk
pengerajin.
Terjalinnya silaturahmi
antar pengerain dan
pengusaha kerajinan.
5. Pengadministrasian
dan pembukuan
koleksi desain
produk dan
keunggulan proses
produksi serta
penyusunan
dokumen usulan
perlindungan HaKI
terhadapnya
HaKI dan
penulisan buku
Kerajinan
Alumnium
Menyali
Pelatihan dan
pendampingan
penyusunan draft
dokumen HaKI
terhadap desain,
proses dan
produk kerajinan
aluminium.
Workshop
menulis buku
bersama (tim
pelaksana dan
mitra).
Terlindunginya secara
hukum kekayaan
intelektual yang
terkandung dalam desain,
proses dan produk
kerajinan aluminium.
Perlindungan HaKI
secara mandiri oleh
pengusaha kerajinan.
Diterbitkannya sebuah
buku tentang kerajinan
aluminium Desa
Menyali.
32
Target luaran utama program IbPE dalam tiga tahun adalah sebagai berikut: (1)
Terjadinya peningkatan kapasitas produksi hingga 50%; (2) Pasar ekspor bertambah
minimal tiga negara tujuan ekspor; (3) Penambahan omzet 20% tiap tahun; (4)
Terbitnya buku aneka kerajinan aluminium khas Desa Menyali dalam dua bahasa
(ber-ISBN); (5) Terbentuk sebuah koperasi pengerajin yang berbadan hukum dengan
anggota minimal 30 orang; (6) Minimal dua desain produk yang memiliki HaKI
(minimal hak cipta), dan (7) Minimal ada sebuah publikasi ilmiah tingkat nasional
atau internasional pertahun.Target luaran pendukung dalam tiga tahun adalah sebagai
sebuah teknologi “batik logam” yang menerapkan prinsip-prinsip kimia yang
prospektif untuk dipatenkan (HaKI).
Tahapan pencapaian target luaran disajikan sebagai Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Tahapan Pencapaian Target Luaran
No. Luaran Target Tahunan
Target
Tahun I
Target
Tahun II
Target
Tahun III
1. Peningkatan kapasitas
produksi
20% 35% 50%
2. Peningkatan omzet 20% 40% 60%
3. Penambahan jumlah
negara tujuan ekspor
1 negara 2 negara 3 negara
4. Asosiasi Pengerajin Penjajagan Pendirian Penguatan
5. Koperasi Pengerajin Penjajagan Pendirian Penguatan
6. HaKI 1 draft 1 daftar, 2 terdaftar
7. Publikasi nasional atau
internasional
1 artikel
publikasi
2 artikel
publikasi
3 artikel
publikasi
8. Buku Aneka Kerajinan
Alumnium Menyali
Penjajagan Draft Published
ber-ISBN
33
Lampiran 3. Draft Paten
34
Lampiran 4. Buku Panduan Praktis Melakukan Perjanjian Ekspor-Impor
35
36
Lampiran 5. Buku Panduan HAKI
BUKU PANDUAN
PENDAFTARAN
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI):
HAK CIPTA DAN PATEN
Tim Pelaksana
Program IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
Didanai oleh Direktorat Riset dan PPM
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
37
PRAKATA
Pentingnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual (HaKI) semakin
dirasakan oleh semua kalangan, termasuk para pengerajin aluminium di sentra
kerajinan aluminum Desa Menyali Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Namun
banyak di antara pengerajin tidak memiliki pengetahuan yang memadai bagaimana
caranya mendaftrakan HaKI atas karya-karya mereka sehingga pendaftaran HaKI
terhadap desain, proses, dan produk kerajinan masih minim.
Buku panduan ini disusun untuk memberikan wawasan tentang HaKI dan
pengetahuan tentang pendaftaran HaKI serta konsekuensinya. Buku panduan ini
hanya fokus pada Hak Cipta dan Paten sesuai peluang yang paling memungkinkan
bisa didaftarkan pada desain, proses, dan produk kerajinan batu permata, sementara
jenis-jenis HaKI lainnya dapat dipelajari dari buku sumber/rujukan dari buku
panduan sederhana ini.
Semoga bermanfaat.
Singaraja, 2 Agustus 2015
Tim Pelaksana
Program IbPE Aneka Kerajinan Aluminium
38
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
PRAKATA..............................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................
BAB 2 HAK CIPTA...........................................................................
BAB 3 PATEN...............................................................................
BAB 4 PENUTUP.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................
39
BAB 1
PENDAHULUAN
Apa itu HaKI?
Hak kekayaan intelektual yang disingkat dengan HaKI atau HKI adalah suatu hak yang timbul dari hasil olah pikir atau lahir karena kemampuan intelektual yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.
Mengapa HaKI penting?
HaKI sangat bermanfaat bagi kita karena HaKI dapat sebagai:
(1) aset perusahaan;
(2) pendukung pengembangan usaha;
(3) pencegah persaingan usaha tidak sehat dan peningkat daya saing;
(4) pemacu inovasi/kreativitas; dan
(5) pembentuk image.
Apakah usaha kerajinan kita memungkinkan memperoleh HaKI?
Semua hasil karya intelektual kita memeungkinkan untuk memperoleh HaKI apalagi
usaha kerajinan yang melibatkan banyak kreatifitas dan inovasi. Pertanyaan-
pertanyaan atau langkah-langkah berikut secara berurutan akan menuntun anda untuk
mencermati karya anda memiliki potensi HaKI atau tidak.
(1) Apakah karya intelektual anda merupakan hal yang baru? Kalau ya lanjut ke
poin (2), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
(2) Apakah karya intelektual itu dikategorikan sebagai produk yang dapat
diberikan perlindungan HaKI? Kalau ya lanjut ke poin (3), kalau tidak
LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
(3) Apakah karya intelektual tersebut merupakan barang/produk yang dapat
dikomersialkan/memiliki nilai ekonomi? Kalau ya lanjut ke poin (4), kalau
tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
40
(4) Pilihlah jenis/bidang perlindungan HaKI yang sesuai dengan karya intelektual
anda. Kalau ya lanjut ke poin (5), kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh
HaKI.
(5) Daftarkan sesuai ketentuan yang berlaku. Kalau ya anda akan
MEMPEROLEH Haki, kalau tidak LUPAKAN untuk memperoleh HaKI.
Bidang/jenis HaKI manakah yang dapat dipilih berkaitan dengan kekayaan
intelektual dalam industri kerajinan khususnya kerajinan batu permata?
Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:
(1) Hak Cipta (copyright);
(2) Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup:
-Paten;
-Desain industri;
-Merek;
-Penanggulangan praktek persaingan curang;
-Desain tata letak sirkuit terpadu; dan
-Rahasia dagang.
Untuk usaha/industri kerajinan yang paling memungkinkan adalah hak cipta, paten,
merek, dan rahasia dagang.
Bagaimana sistem HaKI dapat menjamin perlindungan hukum terhadap karya
intelektual seseorang?
Sistem HaKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk
mengajukan permohonan atau mendaftar karya intelektual atau tidak. Hak eksklusif
yang diberikan negara kepada individu pelaku HaKI (inventor, pencipta,
pendesain,dan sebagainya) tidak lain dimaksud sebagai penghargaan atas hasil karya
(kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut mengembangkan
lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan
melalui mekanisme pasar.
.
Kemana kita bisa mengurus pendaftaran HaKI?
Alamat yang dapat dituju untuk pengurusan HaKI adalah:
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Departemen Kehakiman dan HMA RI
Jalan Daan Mogot KM. 24
41
Tangerang 15519 Banten Indonesia
Telp: (021)5524992, 5524994, 5517921
Fax: (021)5517921, 5525366
Website: www.dgip.go.id
Alamat yang dapat dituju untuk Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI
Bali:
Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon
Denpasar 80234
Telp. (0361) 226541, 228718
Fax. (0361) 226541, 240752
BAB 2
HAK CIPTA
Apa yang dimaksud dengan Hak Cipta?
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hak cipta
adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya atau member izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan
bersifat pribadi.
Yang dimaksud dengan mengumumkan dalam hal ini adalah membacakan,
menyiarkan, memamerkan, menjual, mengedarkan, atau menyebarkan suatu ciptaan
dengan menggunakan alat apapun atau melakukan dengan cara apapun sehingga
ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan memperbanyak adalah menambah jumlah baik
secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan
bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama termasuk mengubah wujud ciptaan
tersebut baik secara tetap ataupun sementara.
Apa yang dimaksud dengan pemegang hak cipta dan lisensi?
Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
dari pihak tersebut di atas. Sedangkan lisensi adalah izin yang diberikan oleh
pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk
42
mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya
dengan persyaratan tertentu.
Bagaimana hak cipta dapat dialihkan?
Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan;
hibah; wasiat; perjanjian tertulis; atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.
Ciptaan apa sajakah yang dilindungi oleh UU Hak Cipta?
Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang meliputi karya: (1) Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay
out ) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; (2) Ceramah,
kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; (3) Alat peraga yang dibuat
untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; (4) Lagu atau musik dengan
atau tanpa teks; (5) Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan
pantomim; (6) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; (7) Arsitektur; (8)
Peta; (9) Seni batik; (10) Fotografi; (11) Sinematografi; (11) Terjemahan, tafsir,
saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Dengan demikian karya intelektual berkaitan dengan kerajinan batu permata dapat
menjadi lingkup dari hak cipta.
Bagaimana halnya kepemilikan hak cipta dari hasil kebudayaan rakyat atau hasil
ciptaan yang tidak diketahui penciptanya?
Negara memegang hak cipta atas (1) karya peninggalan prasejarah, sejarah dan
benda budaya nasional lainnya; (2) folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi
milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya.
Berapa jangka waktu perlindungan terhadap hak cipta?
Berdasarkan UU Hak Cipta pasal 29, ciptaan yang tergolong (1) buku, pamflet, dan
semua hasil karya tulis lainnya; (2) drama atau drama musikal, tari, koreografi; (3)
segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung dan seni pahat; (4) seni batik;
(5) lagu atau musik dengan atau tanpa teks; (6) arsitektur; (7) ceramah, kuliah, pidato
dan ciptaan sejenis lain; (9) alat peraga; (10) peta; (11) terjemahan, tafsir, saduran
dan bunga rampai; berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50
(lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau
lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir
dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Sedangkan menurut pasal 30 UU Hak Cipta, hak cipta atas ciptaan berupa (1)
program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan; (2) perwajahan
43
karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
diterbitkan.
Ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum, hak cipta berlaku selama 50
(lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. Sedangkan hak cipta yang
dimiliki/dipegang oleh negara berdasarkan pasal 10 ayat (2) UU Hak Cipta berlaku
tanpa batas waktu.
Hal-hal apakah yang dapat pencipta atau pemegang hak cipta lakukan jika ada
pihak yang melakukan pelanggaran?
Jika ada pihak yang melakukan pelanggaran terhadap hak cipta, maka pencipta atau
pemegang hak cipta tersebut dapat: (1) mengajukan permohonan Penetapan
Sementara ke Pengadilan Niaga dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai
pemegang hak dan bukti adanya pelanggaran; (2) mengajukan gugatan ganti rugi ke
pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap
benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya; dan (3) melaporkan pelanggaran
tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan/atau PPNS DJHKI.
Bagaimana prosedur permohonan pendaftaran ciptaan dalam lingkup seni
kerajinan?
Tahapan permohonan pendaftaran ciptaan kerajinan adalah sebagai berikut:
(1) Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 3 (tiga).
(2) Pemohon wajib melampirkan: (a) surat kuasa khusus, apabila permohonan
diajukan melalui kuasa; (b) contoh ciptaan dengan ketentuan untuk produk
kerajinan berupa foto sebanyak 10 (sepuluh) lembar; (c) salinan resmi serta
pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisir notaris, apabila
pemohon badan hukum; (d) foto kopi kartu tanda penduduk; dan (e) bukti
pembayaran biaya permohonan.
(3) Dalam hal permohonan pendaftaran ciptaan pemegang hak ciptanya bukan si
pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta
tersebut.
44
Gambar1.Skema Pendaftaran Hak Cipta
Tabel 1. Tarif Biaya Permohonan Hak Cipta berdasarkan PP No.38 Tahun 2009
45
46
BAB 3
PATEN
Apa itu paten?
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Hak eksklusif adalah hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk
jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan
hak lebih lanjut kepada orang lain. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke
dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat
berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau
proses. Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara
besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan invensi. Sedangkan pemegang paten adalah iventor sebagai pemilik
paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.
Bagaimana kita dapat menggunakan paten orang lain atau orang lain
menggunakan paten kita?
Untuk dapat menggunakan paten orang lain atau paten kita dapat digunakan oleh
orang lain maka perlu mendapatkan lisensi. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh
pemegang paten kepada pihak lain berdasar perjanjian pemberian hak untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka
waktu dan syarat tertentu.
Dalam hal ini dikenal istilah Lisensi wajib. Lisensi wajib adalah lisensi untuk
melaksanakan paten yang diberikan, berdasarkan keputusan DJHKI, atas dasar
permohonan.Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada
DJHKI setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak
tanggal pemberian paten dengan membayar biaya tertentu, dengan alasan bahwa
paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau tidak dilaksanakan sepenuhnya di
Indonesia oleh pemegang paten. Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap
saat setelah paten diberikan atas dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh
pemegang paten atau pemegang lisensinya dalam bentuk dan
dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat.
Apakah paten atau kepemilikan paten dapat dialihkan?
Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun
sebagian karena (1) pewarisan, (2) hibah, (3) wasiat, (4) perjanjian tertulis, atau (5)
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Invensi-invensi apa sajakah yang dapat atau tidak dapat dipatenkan?
47
Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan
praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat
memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana. Satu invensi, atau
beberapa invensi akan tetapi harus merupakan satu kesatuan invensi dapat diajukan
permohonan paten.
Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang: (1) Proses atau produk yang
pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau
kesusilaan; (2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan
yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; (3) Teori dan metode dibidang
ilmu pengetahuan dan matematika; atau (4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad
renik serta proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan
kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis.
Berapakah jangka waktu berlakunya paten dan paten sederhana?
Paten memiliki jangka waktu berlaku selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Paten Sederhana
(sesuai dengan ketentuan dalam diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.
Tabel 3.1. Perbedaan antara Paten dan Paten Sederhana
Bagaimanakah prosedur dari permohonan paten?
Permohonan paten diajukan dengan cara mengisi formulir (terlampir) yang
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat). Apabila
48
permohonan diajukan melalui konsultan paten terdaftar selaku kuasa, maka dalam
permohonan perlu dilampiri surat kuasa. Apabila permohonan diajukan oleh pihak
lain yang bukan penemu (inventor), maka diperlukan surat pengalihan hak.
Dalam surat permohonan dilengkapi dengan deskripsi, klaim, abstrak: masing-
masing rangkap 3 (tiga). Deskripsi adalah uraian lengkap tentang invensi yang
dimintakan paten. Uraian tersebut mencakup:
(1) Judul invensi, yaitu susunan kata-kata yang dipilih untuk menjadi topik invensi;
(2) Bidang teknik invensi, yaitu menyatakan tentang bidang teknik yang berkaitan
dengan invensi;
(3) Latar belakang invensi yang mengungkapkan tentang invensi terdahulu beserta
kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut yang
merupakan tujuan dari invensi;
(4) Uraian singkat invensi yang menguraikan secara ringkas tentang fitur-fitur dari
klaim mandiri;
(5) Uraian singkat gambar (bila ada) yang menjelaskan secara ringkas keadaan
seluruh gambar yang disertakan;
(6) Uraian lengkap invensi yang mengungkapkan isi invensi sejelasjelasnya
terutama fitur yang terdapat pada invensi tersebut dan gambar yang disertakan
digunakan untuk membantu memperjelas invensi.
Klaim adalah bagian dari permohonan yang menggambarkan inti invensi yang
dimintakan perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas dan harus
didukung oleh deskripsi. Klaim tersebut mengungkapkan tentang semua
keistimewaaan teknik yang terdapat dalam invensi. Klaim tidak boleh berisi gambar
atau grafik tetapi boleh berisi tabel, rumus matematika ataupun rumus kimia. Klaim
tidak boleh berisi kata-kata yang sifatnya meragukan.
Abstrak adalah bagian dari spesifikasi paten yang akan disertakan dalam lembaran
pengumuman yang merupakan ringkasan uraian lengkap penemuan, yang ditulis
secara terpisah dari uraian invensi. Abstrak tersebut ditulis tidak lebih dari 200 (dua
ratus) kata, yang dimulai dengan judul invensi sesuai dengan judul yang ada pada
deskripsi invensi.
Di samping persyaratan administratif, dokumen permohonan paten juga harus
memenuhi persyaratan fisik mengenai penulisan deskripsi, klaim dan abstrak serta
pembuatan gambar ditetapkan sebagai berikut:
(1) Dari setiap lembar kertas, hanya salah satu mukanya saja yang boleh
dipergunakan untuk penulisan deskripsi, klaim dan abstrak serta pembuatan
gambar;
(2) Deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam lembaran kertas HVS yang terpisah
dengan ukuran kertas A-4 (29,7 cm x 21 cm) yang berat minimumnya 80 gram
dan dengan jarak sebagai berikut:
• Dari pinggir atas 2 cm (maksimal 4 cm);
• Dari pinggir bawah 2 cm (maksimal 3 cm)
• Dari pinggir kiri 2,5 cm (maksimal 4 cm)
49
• Dari pinggir kanan 2 cm (maksimal 3 cm)
(3) Kertas A-4 tersebut berwarna putih, tidak mengkilat dan pemakaiannya harus
dilakukan dengan menempatkan sisi-sisinya yang pendek di bagian atas dan
bawah;
(4) Setiap lembar dari uraian dan klaim diberi nomor urut menurut angka Arab pada
bagian atas dan bawah;
(5) Di pinggir kiri dari pengetikan uraian invensi, klaim dan abstrak setiap lima
barisnya harus diberi nomor baris yang di setiap halaman baru selalu dimulai
dari awal;
(6) Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta warna hitam, dengan
jarak antar baris 1,5 spasi dan ukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm;
(7) Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia atau matematika dan tanda-tanda
tersebut dapat ditulis dengan tangan;
(8) Gambar harus dibuat dengan tinta hitam pada kertas putih ukuran A-4 yang berat
minimumnya 100 gram dan dengan jarak sebagai berikut:
• Dari pinggir atas 2,5cm;
• Dari pinggir bawah 1cm;
• Dari pinggir kiri 2,5 cm;
• Dari pinggir kanan 1.5 cm
(9) Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar
harus konsisten satu sama lain;
(10) Pengajuan permohonan paten harus dilakukan dalam rangkap 3 (tiga).
Tahap berikutnya adalah permohonan pemeriksaan substantif. Permohonan
pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan
untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya
permohonan sebesar Rp 2.000.000,- (Dua juta rupiah) untuk Paten, sedangkan untuk
Paten Sederhana dengan membayar biaya sebesar Rp 350.000
Tahap selanjutnya adalah permohonan untuk memperoleh Petikan Daftar Umum
Paten. Permohonan ini diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh
pemohon dengan cara diketik rangkap 2 (dua) dengan mencantumkan judul
penemuan dan nomor paten (ID). Pemohon wajib melampirkan surat kuasa khusus,
apabila permohonan melalui kuasa; dan bukti pembayaran biaya permohonan.
Tabel 3.2.Tarif Biaya Permohonan Paten berdasarkan PP No. 38 Tahun 2009
50
51
52
53
Bagaimanakah upaya kita jika hasil pemeriksaan substanstif permohonan paten
ditolak?
Berdasarkan Pasal 60 UU Nomor 14 Tahun 2001 permohonan banding dapat
diajukan terhadap penolakan permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar
pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantive. Permohonan banding
diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Paten
dengan tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal. Tata cara
permohonan banding harus sesuai dengan pasal-pasal terkait pada UU Nomor 14
Tahun 2001 dan UU lain terkait yang berlaku.
54
Gambar 3.1. Skema Permohonan Paten
55
BAB 4
PENUTUP
Beberapa hal berkaitan dengan desain dan produk kerajinan dapat diusulkan untuk
mendapatkan hak cipta atau paten jika memiliki kebaruan (novelty), keunikan dan
nilai ekonomis.
Pendampingan penelusuran HaKI terhadap produk-produk sejenis sangat diperlukan
disamping pendampingan pendaftaran permohonan HaKI produk-produk kerajinan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. (2004) Membangun Usaha Kecil –
Menengah berbasis Pendayagunaan Sistem Hak Kekayaan Intelektual.
Tangerang: DJ HKI
--------. (2011) Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tangerang: DJ HKI
56
Lampiran 6. Draft Artikel untuk Publikasi Internasional
top related