identifikasi faktor-faktor keandalan bangunan dalam desain bangunan gedung
Post on 02-Aug-2015
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI FAKTOR.FAKTOR KEANDALAN BANGUNANDALAM DESAIN BANGUNAN GEDUNG
Manlian Ronald Adventusr
Abstrak
Bangunan sebagai tempat manusia melakukan aktifitasnya perlu dipertahankan keandalannya untukdapat terus melayani aktifitas manusia sesuai dengan konsep desain perancangan. Dalam rangkameningkatkan keandalan bangunan, penulisan ini akan berusaha mengidentifikasi faktor-faktor keandalanbangunan sebagai permasalahan penelitian. Melalui metoda penulisan dengan menggunakan studi kasus danstudi literatur, penulisan ini menjelaskan tentang faktor keselamatan, kemudahan, kenyamanan dan kesehatansebagai faktor-faktor keandalan bangunan.Kata kunci: bangunan, desain, keandalan.
Abstract
Building as a place for human to do all activities bqsed on the design concept, must be maintained itsreliability. In improving the buildin's reliability, this paper will idenffi the factors of the building reliabilityas the research problems. Using the research methodology by case stu$i and literature study, then this paperwill explain the building reliability factors such as safety, accessibility, comfortability, and hygiene.Keywords : building, design, reliability.
PERMASALAHAN
Dalam penulisan ini akan dibahas dua permasalahan yaitu:Apakah yang dimaksud keandalan bangunan?Faktor-faktor keandalan bangunan apa saja yang ada dalam desain bangunan?
KEANDALAN BANGUNAN
Keandalan bangunan memampukan suatu bangunan melayani sesuai dengan fungsidesainnya.berdasarkan aktifitas yang dilayani. Dalam hal keandalan bangunan ini, makaseluruh aspek secara holistik dalam desain bangunan serta penghuni bangunan akanbersama-sama mengoperasionalkan bangunan secara baik. Dalam hal desain bangunanmencakup seluruh desain arsitektur, desain struktur, dan desain mekanikal & elektrikalbangunan di lingkungan bangunan. Dalam rangka keandalan bangunan tersebut, beberapafaktor keandalan bangunan sesuai Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 tahun 2002,yaitu: faktor kesblamatan, faktor kemudahan, faktor kenyamanan, dan faktor kesehatan.
Dalam penulisan ini selanjutnya akan diidentifikasi beberapa faktor yang dapatmemberikan kontribusi dalam desain bangunan untuk mewujudkan bangunan yang andaldalam mengantisipasi berbagai risiko yang dapat terjadi.
t Dosen Jurusan Arsitektur, Universitas Pelita Harapan
Identifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
a.
b.
FAKTOR KESELAMATAN
Faktor ini adalah faktor yang memperhatikan beberapa hal penting dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia beserta seturutr asset bangunan terhadap berbagai bahaya
yangdapatterjadisepertikebakaran,gempa,kegagalanbangunan,danlain-lain.Dalamfaktor keselamatan bangunan, terdaput UiU"tupu hal penting yang perlu diperhatikan
sebagai indikator, Yaitu:
a. Aspek bangunan
* Desain Zona Kebakaran dan Jarak Pemisahan Bangunan (The Modern Concept of
FireZonesandFireSeparationDistance-AnthonyC.Meister).Berdasark an International Building Code, konsep zona kebakaran berarti sebuah
zoning wilayah tertentu dimana #ngunan-bangunan di dalamnya itu satu jenis'
misalnya Ju".ur, industri pudut, atlu daerah komersil' Maka bila mengikuti
peraturan, liaak uot"h ada- bangunan jenis lain yang boleh dibangun di zona
tersebut. C"ri"tt'" terdapat ffirrnun"hunial di dalam zoning komersil' hal ini
termasuk pelanggaran peraturan. iarat pemisahan bangunan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam peraturan kota' Perancangan blok-plan-.seb.r1ah bangunan
juga harus memperhatikan peraturan jarak aman yang berlaku di wilayah itu' Hal
ini untuk *"-p"rrurit penyebaran api ke struktur bangunan'yang terdekat dan
sekaligus menyediakan ruang yu,,g "ok,,p
bagi evakuasi dan proses pemadaman api
oleh dinas Pemadam kebakaran'* Desain Ars'itektor Bangunan Yang Mampu Menyelamatkan Penghuni'
Dalam hal ini, melaluidesain ruang di dalam bangunan, akan mampu menampung
aktivitas manusia secara tepat dan"baik, serta dapat mengarahkan manusia untuk
melakukan penyelamatan serta evakuasi jika terjadi bahaya seperti kebakaran'
gempa, dan^ hai lainnya. Untuk itu, pemahaman desain keselamatan bangunan
terjadi akibat adanya hubungan antar iuang bangunan (room to room)' hubungan
antar lantai bangunan (ltooi to floor), dan selanjutnya desain utuh ruang dalam
bangunan.x Kegagalan struktur'
Yang dimaksud dengan kegagalan struktur -
adalah hilangnya kemampuan
(kapasitas) menanggung beban'iari komponen/bagian struktur atau keseluruhan
sistemstrukturitusendiri.Kegagalanstrukturterjadiketikamaterialmenerimabebarr/gayamelebihibataskek-uutunnyu,yanglalumenghasilkankeretakanatauperubahanuentutmenjadirysak.Kegagalanutamanyaterjadipugu.komponenstruktur atau sistem struktur itu karena-m"t"uitti kapasitas menerima bebln' Ketika
batasan dilewati, kerusakan material telah terjadi, dan kemampuan menahan beb.1n
berkurang secara signifikan dan cepat. Dalam sistem yang didesain dengan baik'
runtuhnya struktur keseluruhan baik secara progresif maupun langsung'
* Bahan nungonu" Yang Berkualitas -:r:,- ^-;-;lrt ;rain bangunan gedung, bahan bangunan yang terpilih- selain memiliki
nilai esteffi iuga"memitlti teriampuan menahan beban (beban hidup dan beban
mati), serta manipu bertahan terhadap pengaruh alam'
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol' 4, No' l'2007 : | - 12
b. Aspek lingkungan bangunan
Di dalam aspek lingkungan, beberapa faktor yang menggambarkan keadaanlingkungan sekitarnya, misalnya: faktor posisi tapak Uingunan, faktor alam yangmelingkupi bangunan (tanah, air, udara, cahaya matahari, dll), maupun lingkungan disekitar bangunan yang ada yang dapat juga terdiri atas sejumla^h bangunan yangterbangun. Seluruh aspek lingkungan bangunan tersebut dapat mendukung pior.Ikeselamatan bangunan terhadap risiko bangunan yang dapat terjadi setiap waktu.
c. Aspek pengguna tlangunan
Di dalam aspek pengguna bangunan, menyangkut jenis aktivitas yang dilakukanoleh pengguna bangunan di dalam bangunan itu,- yang sewaktu-waktu dapat jugamenimbulkan bahaya atau tidak (risiko kebakaran, kegagilan bangunan, dll). Sebagianbesar bahaya yang terjadi disebabkan karena kurangnya ;hu*o, o*or"nrrr,'. Arp"k inidapat diantisipasi meningkatkan pemahaman penghuni dutu* melakukan aktivitas yangaman terhadap risiko bangunan, melalui pelatihan keselamatan bangunan, penyebaraninformasi secara rutin, dan penyebaran informasi tentang keselamatatiUungunun. Dalamdesain bangunan, aspek pengguna bangunan juga menjadi hal penting di"dalam desainuntuk dapat mendesain bangunan yang informatif di daiam penataan ruang yang mampumenyelamatkan bangunan ketika bahaya terj adi.
Mengamati beberapa faktor keselamatan bangunan di atas, pada Gambar I danGambar 2 di bawah ini dapat diamati proses runtuhnya bangunan- Highland Tower diMalaysia serta bahaya kebakaran gedung Pertamina di Jakarta beberapa
-waktu yang lalu.
Permasalahan runtuhnya Highland Tower di Malaysia menuntut idanya kemampuanbahan bangunan dan struktur bangunan yang mampu menyelamatkan penghuni yangterjebak, mengingat dari fungsi perumahan dimungkinkan penghuni sifatnya ada lugayang terkendala. Sedangkan gedung Pertamina di DKI Jakirta sebagai Uangunanperkantoran dengan penghuni yang jamak dan memiliki pendidikan baikl memerlukansarana evakuasi yang cepat dan memiliki poia ruang yang informatif untuk mampumemngarahkan penghuni melakukan evakuasi.
Gambar 1.Runtuhnya Highland Tower, ulu Klang,
Selangor, Malaysia pada 11 Desember 1993(Sumber: proTe ct report highland tow er
collapse)
Identifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan
Gambar 2.Kebakaran Gedung Pertamina - Jakarta
pada 16 Oktober 2006(Sumber.' Tempointeraktif.com)
Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
FAKTOR KEMI]DAHAN
Faktor kemudahan bangunan dapat diaplikasikan melalui rancangan sirkulasi
vertikal, horizontal dan akses pada site bangunan, serta peran perancangan awal dalam
menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana dalam bangunan, perancangan susunan
ruang dan hubungannya. Selain faktor sirkulasi, kemudahan ruang dan fasilitasnya bagipenghuni yang cacat maupun yang lanjut usia juga menjadi faktor pertimbangan penting
untuk memudahkan mereka masuk atau keluar bangunan. Beberapa hal penting dalam
faktor kemudahan, yaitu:
a. Faktor kemudahan dilihat dari fasilitas dan aksesibilitas
Salah satu hal yang dapat memenuhi aspek kemudahan yaitu melalui tersedianya
fasilitas dan asksesibilitas dalam bangunan. Pemenuhan tersedianya fasilitas yaitupenyediaan fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia, penyediaan faslitas umum yang
cukup (toilet, tempat parkir, tempat sampah, fasilitas komunikasi)'
b. Faktor kemudahan ditinjau dari kelengkapan prasarana dan sarana
Persyaratan kemudahan juga meliputi kelengkapan sarana prasarana yang merupakan
keharusan dalam pemanfaatan bangunan gedung untuk kemudahan kepentingan umum,yaitu penyediaan fasilitas yang cukup untuk melakukan aktifitas berupa ruang-ruang,
sarana transportasi bangunan, sarana sirkulasi bangunan, dan prasarana serta sarana
lainnya yang memudahkan penghuni beraktifitas di dalam/luar bangunan.
c. Faktor kemudahan dalam hubungan horizontal antar ruang
Hubungan horizontal ruang merupakan salah satu faktor dalam kemudahanbangunan. Sarana yang digunakan pada sirkulasi horizontal mempermudah aktifitasmanusia, misalnya dengan penggunaan koridor antar ruang, pintu, lorong, dan lain-lain.Penyediaannyapun perlu memperhatikan ketepatan jumlah, ukuran dan konstruksi teknispintu dan koridor disesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung.
d. Faktor kemudahan dalam hubungan vertikal dalam bangunan gedung
Dalam mempermudah pencapaian ruang secara vertikal, diperlukan adanyapenyediaan sarana tfansportasi vertikal berupa tangga, ram, lift, maupun eskalator dalambangunan gedung. Sarana transportasi vertikal untuk menghubungkan antar ruang di dalambangunan disesuaikan dengan karakter masing-masing fungsi bangunan, misalnyabangunan publik seperti pusat perbelanjaan yang menghendaki cukup banyak sarana
transportasi vertikal (dapat berupa lift maupun eskalator) yang menghubungkan seluruhbagian ruang dari lantai ke lantai.
e. Faktor kemudahan menurut UUBG No 28 Tahun 2002
Menurut UUBG N. 28 Tahun 2002 (pasal 27 , 28, 29, 30, 31, dan 32) kemudahan dibangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi kemudahan
hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana
dalam pemanfaatan bangunan gedung. Dalam undang-undang ini disarankan untukmemenuhi persyaratan kemudahan di dalam bangunan gedung, suatu bangunan harus
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol.4, No. 1,2007 : I - 12
merniliki sarana prasarana yang lengkap untuk kepentingan umum, fasilitas dan
ebesibilitas untuk kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, sarana
ransportasi vertikal dan horizontal antar ruang.
Gambar 3. Bangunan Harvest GISI - Lippo Karawaci.
Salah satu studi yang dilakukan pada bangunan yaitu seperti pada Gambar 3 di atas.
Bangunan tersebut adalah bangunan Harvest GISI yang terletak di Lippo Karawaci.Bangunan ini merupakan bangunan multifungsi, ruangan utamanya tidak hanya digunakanunruk tempat ibadah, tetapi juga bisa disewakan untuk acara-acara tertentu sepertipernikahan, konser, dll. Harvest juga memiliki universitas di bidang teologi, karena itupada lantai yang berbeda, bangunan ini juga digunakan sebagai kantor dan kelas bagirnahasiswa universitasnya dengan menggunakan ruang-ruang yang ada.
Akses ke site bangunan ini jelas dan mudah (idak belok-belok / berputar), selainsudah tersedianya akses jalan yang bagus dari pihak Lippo. Namun karena letaknya diujung kawasan Lippo Karawaci yang tidak mengizinkan kendaraan umum (angkot) untuklewat selain bus Lippo, pencapaian ke tempat ini menjadi agak sulit, karena bus Lippohanya lewat tiap beberapa jangka waktu. Sitenya memiliki satu main entrance di depan,sehingga mempermudah pengunj un g.
Bangunan ini terletak di tengah site yang berada di tepi jalan utama Lippo Karawaci,dan diletakkan tidak menghadap ke jalan, sehingga pencapaian ke bangunan menjadi agakmemutar. Tempat parkir yang disediakan yaitu di luar bangunan, dimana terdapat parkir:
khusus di depan bangunan, selain itu terdapat pula lapangan hijau luas yang multifungsi disamping bangunan, yang juga digunakan sebagai tempat parkir bila ada acara khusus.
Bangunan ini memiliki 4 lantai, namun karena lantai dasar bangunan ini terletaklebih rendah dibandingkan ketinggian tanah di sekitar site, maka lantai dasar berada dibasement dan ruang-ruang utama diletakkan pada lantai-lantai atasnya. Karena itu,entrance bangunan ini, langsung ke lantai dua, dan untuk mencapai lantai dasar dari luarbangunan tersedia ramp dan tangga tersendiri. Peletakan entrance pada lantai dua ini, jugadimaksudkan agar entrance bangunan terlihat jelas dari sekitar site.
Pada entrance bangunan ini menggunakan tangga yang lebar dan disambut denganpintu kaca di sepanjang sisi depan lobby. Di samping tanggajuga disediakan ramp sebagai
fasilitas yang mempermudah penyandang cacat dan lanjut usia. Pada lantai basementterdapat ruang-ruangyang bisa digunakan setiap hari oleh penghuni dengan kepentingantertentu. Pada lantai satu terdapat lobby dengan meja receptionist yang bertuliskanHarvest, kantor yang mempermudah pengunjung untuk bertanya bila ingin mencari
Identifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
informasi / ingin bertemu seseorang, cafeltempat makan dekat pintu belakang lantai ini danbook store yang menjadi fasilitas penunjang yang mempermudah kebutuhan.
Pada lantai dua yaitu ruang utama bangunan ini, berupa ruang chapel yang sangatbesar dan eksklusif desain atapnya berbentuk dome dengan motif nuansa langit. Ruanganini menggunakan syarat-syarat akustik sesuai dengan fungsinya untuk konser, ibadah, dan
acara-acara besar lainnya. Ruangan ini memiliki ketinggian dua lantai, karena itu terdapattempat-tempat duduk pada balkon yang sejajar dengan lantai tiga. Untuk pencapaiannya
tersedia tangga memutar dengan railing kaca di dalam ruangan. Dan dari lantai tiga jugaterdapat pintu untuk masuk ke balkon ini.
Selain itu, pada lantai tiga terdapat ruang-ruang yang digunakan sebagai kantor pankelas bagi mahasiswa Harvest. Fasilitas pendukung seperti toilet terdapat di setiap lantaidan terbagi dua untuk pria dan wanita. Koridor pada setiap lantai satu dan dua menjadisatu ditengah bangunan, kecuali pada lantai basement dan lantai tiga, koridornya dengan
luas kurang lebih tiga meter, menjadi penghubung beberapa ruang yang letaknya agak jauh
dan saling membelakangi.Sarana transportasi vertikal yang digunakan pada bangunan ini yaitu satu buah lift
dan tangga yang terdapat pada setiap lantai sehingga mempennudah pencapaiannya. Untukpenyandang cacat dan lanjut usia, dari luar bangunan disediakan ramp dan untuk dalambangunan dari lantai ke lantai dapat menggunakan lift yang ada.
Untuk pencahayaan dalam ruangan, bangunan ini dominan menggunakan kaca pada
sisi-sisi dindingnya, misalnya pada pintu, juga jendela, baik jendela mati maupun jendelayang bisa dibuka, adanya void dari lantai lobby ke lantai atasnya, bukaan-bukaan tersebutmemaksimalkan pencahayaan pada siang hari sehingga mengurangi penggunaan cahayabuatan. Hal ini penting karena cahaya sangat mendukung berjalannya aktifitas danmemperjelas sirkulasi dalam bangunan.
FAKTOR KENYAMANAN
Masalah kenyamanan merupakan sesuatu yang relatif dapat dirasakan oleh setiaporang dalam skala yang tidak sama. Seseorang akan terbiasa dengan suatu kondisi, yangdalam beberapa waktu dapat menyesuaikannya
Akibat secara langsung yang terasa oleh seseorang karena kenyamanan ruang yangdibawah standar tidak langsung terjadi. Kesadaran akan akibat tidak terpenuhinya standarkenyamanan hunian akan dirasakan beberapa waktu kemudian.
a. Faktor kenyamanan dilihat dari sudut pandang iklim
Suatu persyaratan untuk mencapai kondisi fisik yang nyaman adalah tercapainyakondisi yang thermal equilibrium yaitu keseimbangan thermal antara tubuh manusiadengan lingkungan di sekitarnya. Kondisi ini dapat tercapai bila terdapat keseimbangan
antara internal heat yang diproduksi tubuh dengan heat gain atau heat loss dari dan
kelingkungannya, demi terpeliharanya kestabilan suhu dalam tubuh manusia. Terdapat duakelompok faktor yang mempengaruhi kondisi ekuilibrium yaitu :
x Faktor individual : aktivitas, aklimatisasi , pakaian* Faktor lingkungan : suhu udara, radiasi , kelembapan, pergerakan anginHeat exchange antara tubuh dan lingkungan dapat tercapai melalui proses konveksi dengan
udara sekeliling dan radiasi dengan permukaan benda sekeliling.Suksesnya disain bangunan untuk kenyamanan, tidak lepas dari pengetahuan arsitek
tentang kaitan antara heat transfer dengan suhu udara dan permukaan, aliran udara dan
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4, No. 1,2007 : I - 12
n
rktan
hflhinn'frmhml Maka trerdasarakan kondisi iklim di, trffi hal yang penting untuk diperhatikan dalamffhnn atrymasi heat loss.
f, fu kcnyamanan terhadap suara
Indonesia yang tropis, kelembabanmendesain karena menjadi dominan
Memban-gan teknik dan gaya hidup modern menyebabkan banyak sekali mesin dan
Mer-sumber bunyi lain yang menggahgu pendengaran manusia. Penanggulangan
firyrwon bunyt dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Penanggulangan aktif ialah usaha
ry dilakukan langsung pada sumber bunyi itu agar tidak mengganggu lingkunganndfritffinlu- Sedangkan secara pasif dapat dilakukan dengan mengurangi perambatan suaradfoi mher buny yang mau kita hindari. Di dalam desain bangunan faktor kenyamananmmhrfiTr suara dapat dilakukan dengan desain jarak bangunan yang cukup jauh terhadapMcr $fiilil. misalnya jarak bangunan dengan jalanraya.
c. S&ior kenyamanan visual
Kenvamanan visual dapat dibedakan menurut umur dan view yang didapat ketikarmreilihnt ke arah tertentu dari bangunan. Umur yang berbeda dapat membuat sudut pandang
lmg befteda, contoh: jarak pandang yang dapat dilihat orang dewasa tentunya berbedaqtb'rrgan jarak pandang yang dapat dilihat anak kecil karena perbedaan tinggi dan besarmdho[L l'iew yang dapat dilihat dari bangunan hendaknya menghasilkan view yang positif,ffihrnona pandangan yang dihasilkan terlihat baik dan tidak mengganggu kenyamananwru41. contoh: ketika melihat ke arah luar dari suatu bangunan, yang dilihat hanyalahpErumahan kumuh, hal ini terlihat besarnya kesenjangan sosial yang ada antara bangunandengan lingkungan sekitarnya.
d- Faktor kenyamanan ditinjau dari sudut pandang Antropometrik dan hubunganantar ruang
Antropometrik adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik-karalceristik fisiologis lain-lainnya serta kesanggupan-kesanggupan relatif terhadapkegiatan manusia yang berbeda-beda dan mikro lingkungan. Disebut juga faktormanusiawi, atau, dalam penerapannya, ergonomik. Mereka berkenaan dengan masalah-masalah seperti tingginya permukaan kerja bagi berbagai kegiatan, batas-batas ketinggian
1nn-e akan menyenangkan bagi semuanya kecuali yang terpendek dan terpanjang, dandimensi kritis yang mempengaruhi perancangan unsur-unsur arsitektur mikro atau yangmemenuhi ruang untuk anak-anak ,ptto., waita, dan kaum tua.
e- Faktor kenyamanan menurut UUBG No 28 tahun2002
Menurut UUBG NO 28 Tahun 2002 kenyamanan di bangunan gedungsebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) meliputi kenyamanan ruang gerak danhubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang ,pandangan, serta tingkat getaran dantingkat kebisingan. Di dalam undang-undang ini disarankan untuk mencapai kenyarnanandi dalam bangunan gedung, suatu ruang harus memiliki dimensi ruang dan perletakan yangnyaman, lalu secara visual kenyamanan hak pribadi sesorang ketika melakukan kegiatan didalamnya tidak terganggu. Secara pendengaran fungsi bangunan jangan sampai tergangguoleh suara yang tidak diharapkan, dan kenyamanan thermal yang memperhatikan tingkatkelembaban dan temperatur udara.
t2 Identifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
FAKTOR KESEHATAN ,/.Faktor kesehatan bangunan seringkali dikaitkan dengan kondisi iklim dan kondisi
fisik lingkungan sekitar. Dalam mewujudkan suatu bangunan yang sehat diperlukan
perhatian pada beberapa standar dan acuan dalam merancang bangunan gedung.
Selanjutnyi, kesehatan dalam bangunan juga akan mempengaruhi kesehatan penghuni dan
p"nggunu. Hal ini sangat penting dan akan berpengaruh pada kinerja dan produktifitas
manusia di dalamnya.
a. Pengertian kesehatan menurut UUBG No.28 tahun 2002
persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan
bangunan gedung. Dalam pasal ini, dijelaskan bahwa suatu bangunan gedung yang baik,
harus memenuhi persyaratan sistem penghawaan (ventilasi), pencahayan, dan penggunaan
bahan bangunan gedung. Semua aspek ini tentunya dikaitkan dengan kondisi iklim di
Indonesia, yaitu iklim tropis.
b. Sistem penghawaan (ventilasi) dalam bangunan
Berdasarkan IJ[JBG No.28 tahun 2002 Pasal 22, sistem penghawaan mencakup
kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung
melalui bukaan dan ventilasi alami atau buatan.
Sistem penghawaan di dalam bangunan, erat hubungannya dengan iklim ruangan dan
iklim kerja yang maksimal dalam ruangan. Iklim buatan ini mempengaruhi keseimbangan
organisme manusia jika perbedaan iklim luar dan iklim dalamnya besar. Gangguan
kesehatan bisa timbul akibat orang-orang yang sering keluar masuk ruangan, hal tersebut
menyebabkan virus/bakteri penyakit pengendap d dalam ruangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam iklim ruangan tersebut, antara lain orientasi bangunan, ventilasi silang,
pelindung matahari, pelembaban udara, penyerapan, pengisolasian panas, dan vegetasi.
Satah satu ciri khas negara iklim tropis adalah kelembaban udara yang berada di atas
kadar normal bagi manusia. Akibatnya tubuh tidak bisa memproduksi keringat, sesak
nafas, pusing, dan lesu. Pengudaraan ruang yang terus-menerus di daerah tropis memilikifungsi utama untuk memperbaiki iklim ruangan. Sirkulasi udara yang bergerak akan
menghasilkan penyegaran yang baik. Cara untuk menghasilkan sirkulasi udara yang baik
adalah dengan menggunakan ventilasi silang. Syarat ventilasi silang yang berfungsi
dengan baik adalah memberikan bukaan-bukaan agar angin dapat keluar dan masuk
bangunan dengan baik.Sebaiknya, bangunan tropis memenuhi syarat ventilasi silang yang baik untuk
mendapatkan sistem pengudaraan yang efektif dan maksimal, sehingga dapat tercipta iklimyang menyehatkan di dalam ruangan. Bila ventilasi alami tidak memungkinkan untuk
dilakukan, karena disebabkan polusi udara, debu, dan gangguan serangga, maka solusinya
adalah dengan membuat ventilasi buatan pada bangunan tersebut. Jenis-jenis ventilasi
buatan.yan glazim digunakan adalah kipas angin dan air-conditioner (AC).
c. Sistem pencahayaan dalam bangunan
Sesuai dengan IJUGB No.28 tahun 2002 ptaragraf 3 Pasal 23, sistem pencahayaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus
disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan atau pencahayaan
Jurnal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4, No. l,2OA7 : I - ll
n
iS
m
buatan, termasuk pencahayaan darurat. Bangunan gedung tempat tinggal, bangunan
pelayanan kesehatan, bangunan pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus
mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.Di daerah tropis, perlindungan terhadap matahari sangat penting. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah dengan memanfaatkan pencahayaan baik secara alami maupun
Luatan secara optimal. Hal-hal penting itu antara lain adalah, kapan dan sejauh mana
sebuah fasade 'harus diteduhi, perhitungan kedalaman, jarak dan kemiringan elemen
pelindung matahari dan lain sebagainya.Pencahayaan yang berlebihan, khususnya dari matahari, ke dalam bangunan
menjadikan suhu udara dalam ruangan meningkat dan suhu dalam ruang yang terlalu panas
dapat berakibat buruk bagi kesehatan, misalnya menjadikan produksi keringat orang yang
berada di dalamnya berlebihan dan hal itu dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi.
Maka aktivitas di dalam ruangan tersebut pun menjadi tidak efektif'Namun, pencahayaan dari matahari ke dalam bangunan yang kurang pun tidak baik.
Sebuah ruangan yang dipakai manusia untuk beraktivitas (tidur, mandi, makan, belajar,
kerja, dll) perlu mendapatkan cahaya matahari. Hal tersebut untuk menghindari suhu
ruangan menjadi lembab, karena suhu ruangan yang lembab tidak baik untuk kesehatan.
Begitu pula dengan pencahayaan buatan di dalam bangunan, tidak baik apabila berlebihan
maupun kekurangan. Hal tersebut dapat mengganggu kesehatan mata orang yang berada di
dalamnya.
d. Penggunaan material dalam bangunan
Berdasarkan UUBG no. 28 tahun 2002 Pasal 25, penggunaan bahan bangunan
gedung harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungannya. Kecocokan bahan bangunan untuk suatu negara
tropis tidak hanya ditentukan oleh iklim, tetapi juga oleh karakter dari material itu sendiri.
Selain itu, warna, tekstur, sifat dan densiti (kerapatan) bahan serta penggunaannya dalam
bangunan merupakan faktor-faktor perancangan yang tergantung pada kondisi iklim.Salah satu bahan yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap iklim adalah kayu,
terutama ketahanannya terhadap suhu panas. Namun kayu hanya dapat digunakan pada
bangunan kecil dan menengah, tidak pada bangunan berskala besar. Kayu tergolong
populer digunakan pada bangunan modern pada lantai (pada umumnya kayu parket).
Selain itu, beberapa materialal yang juga umum digunakan pada bangunan adalah
batu bata dan beton. Batu bata juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap panas dari
luar. Biasanya penggunaan dinding batu bata dilengkapi dengan plester <ian cat. Pemilihan
warna serta tekstur yang pas dapat memaksimalkan ketahanan dinding batu bata. Warna-
warna terang dan tekstur yang halus dapat memantulkan panas sinar matahari, sehingga
ruangan dalam bangunan tidak terpengaruh suhu luar. Selain batu bata dan beton, material
dinding bangunan dapat menggunakan aluminium, yang walupun sebenarnya kurang lazim
,ra*un material ini ternyata mempunyai daya tahan dan daya pantul terhadap panas sinar
matahari yang baik.Penggunaan material yang kurang cocok dengan iklim tropis juga memberi
pengaruh piOa tonOisi bangunan. Penggunaan karpet pada lantai, kaca sebagai dinding,
dan bahan-bahan lain yang dapat menghalangi jalannya perputaran sirkulasi udara yang
baik akan membuat kondisi dalam bangunan lembab dan panas.
t2 Identifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
Gambar 4. Rumah Baja(Sumber: Arsitek: Ahmad Djuhara)
Sebagai studi karya arsitektur yang berorientasi terhadap aspek kesehatan, yaitu salahsatu karya Arsitek besar yang menggunakan bahan baja sebagai material bangunan, yangdijuluki bangunan
"Rumah Baja karya Arsitek Ahmad Djuhara. Bangunan tiga lantai
dengan luas 117 m' ini, berfungsi sebagai rumah tinggal. Keinginan sang pemilik rumahuntuk membangun rumah dengan biaya yang terbatas, mendotong rung- arsitek untukmencari solusi dengan menggunakan material yang tidak biasa untuk mendapatkan hasilyang maksimal dan waktu pengerjaan yang cepat. Salah satu solusinya antari lain rumahini dirancang dengan menggunakan material baja dan pengorganisasian ruang yangsedemikian rupa, sehingga menghasilkan ruang-ruang yang kontinlu dan menyatu dengansite itu sendiri.
Penggunaan material yang tidak \azim digunakan untuk bangunan rumah tinggal inimengundang banyak kontroversi dalam perancangannya. Khususnya masalah iklimruangan (thermal problems). Penggunaan material baja ini membutuhkan sirkulasi udarayang baik yaitu untuk meredam panasnya suhu udara. Dengan merancang ruang terbuka dikeempat sisinya, memungkinkan terjadinya ventilasi silang yang optimai, sehinggamenghasilkan suatu kenyamanan thermal di dalam ruangan. eeiganiian uOara yan-emaksimal tersebut menciptakan suatu ruang yang sejuk dan sehat di dalamnya, sehinggapada ruang-ruang publik tidak membutuhkan penyejuk buatan (AC). Selain itu, di untaruatap seng dan plafon dibiarkan kosong. Maksudnya pada ruang kosong itu akan terdaparbantalan udara yang meredam panas langsung ke dalam ruangan, sehingga suhu di dalamruangan menjadi sejuk. Usaha lain yang diiakukan adalah -"tun.ung pergola denganvegetasi pada kedua sisi bangunan. Hal tersebut dimaksudkan untuk ir*yiring cahiyamatahari yang masuk, sekaligus untuk menyejukkan udara yang masuk ke daiam ruangan.
Ditinjau dari segi kesehatan, bangunan ini merupakan bingunan yang yang memilkipencahayaan yang baik. Banyaknya bukaan-bukaan membiarkan cahaya matahari masukke dalam bangunan' Ruangan pada sebuah bangunan akan tetap segar dan tidak sumpek.walaupun luasnya tidak begitu besat, apabila cahaya matahari masuk ke dalamnya.Banyaknya tritisan pada rumah baja ini pun membuat cahaya matahari tidak langsun_emasuk ke dalam bangunan dan membuat silau, itu juga dapat menjaga kesehatan matapenghuni.
10 Jurnal Ilmiah Arsitektur UpH, Vol. 4, No. l,zOOi : I _ 12
h_
MSIMPTJLAN
Keandalan bangunan secara holistik akan memampukan suatu bangunan melayanisesuai dengan fungsi desainnya.berdasarkan aktifitas yang dilayani.Beberapa faktor keandalan bangunan yang teridentifikasi dalam penulisan ini, yaitu:* faktor keselamatan, yang mencakup antara lain: aspek bangunan, Aspek
lingkungan bangunan, dan aspek pengguna bangunan* faktor kemudahan, yang mencakup antara lain: faktor kemudahan dilihat dari
fasilitas dan aksesibilitas, faktor kemudahan ditinjau dari kelengkapanprasarana dan sarana, faktor kemudahan dalam hubungan horizontal antarruang, dan faktor kemudahan dalam hubungan vertikal dalam bangunangedung.
* faktor kenyamanan, yang mencakup antara lain: faktor kenyamanan dilihat darisudut pandang iklim, faktor kenyamanan terhadap suara, faktor kenyamanansecara visual, dan faktor kenyamanan ditinjau dari sudut pandangAntropometrik dan hubungan antar ruang.
* faktor kesehatan, yang mencakup antara lain: sistem penghawaan (ventilasi)dalam bangunan, sistem pencahayaan dalam bangunan, penggunaan materialdalam bangunan.
DilT"TAR PUSTAKA
ffidrose, James. Simplified Building Designfor Wind and Earthquake Forces. John Wiley&Sonq USA, 1995.
,milo4 P emb inaan Kon s t r uks i dan Inv e s t a s i - P u s at P emb inaan K o n s t r uks i.
Qmder, James C dan Anthony J Catanese. Pengantar Arsitektur, Bandung: Erlangga,ms).
llfntr Pekerjaan Umum Subdit. Bangunan Gedung Dit. Bina Teknik-Abstraksi.
.fl!-Ctriara dan Koppelman, Site Planning Standar. McGrawhill, 1978.
M./Avww.eoogle.com
,Wl/wtvw.kompas.com
,W llwww. r uan g b ac a. c om
W !/www - s uar ap e mb a r u a n. c o m
Wllwww.yahoo.com
[,fipsmeier, George. B angunan Tropis. Erlangga, 1 980.
Mmgunwijaya, Y.B.. P eng antar F isika B angunan.
11kifikasi Faktor-Faktor Keandalan Bangunan Dalam Desain Bangunan Gedung (Manlian)
top related