injil menurut para mufasir skripsi
Post on 05-Jun-2022
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INJIL MENURUT PARA MUFASIR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Muhammad Hamiem
1113034000126
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
dc
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul INJIL MENURUT PARA MUFASIR telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 12 Agustus 2020
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Kusmana, MA, Ph.D
Roswan Rio Utomo, Lc., MA NIP. 19650424 199503 1 001 NIP. 19880502 201903 1 009
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Dr. Abd. Moqsth, M.Ag
Dr. Faizah Ali Sibromalisi, MA NIP. 19710607 200501 1 002 NIP. 19550725 200012 2 001
Pembimbing,
Dr. Eva Nugraha, M.Ag. NIP. 19710217 199803 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Muhamad Hamiem
NIM : 1113034000126
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/ Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Injil Menurut Para Mufasir
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang ini merupakan hasil karya saya sendiri, yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
v
ABSTRAK
Muhammad Hamiem 1113034000126
Injil Menurut Para Mufasir
Kata Injil dalam al-Qur’an terulang sebanyak 12 kali dan tersebar ke
dalam 6 surat yaitu surat Ali Imrān, al-Māidah, al-A’rāf, al-Taubah, al-
Fath dan al-Hadīd. Pembagiannya adalah sebagai berikut; QS. Ali Imrān
[3]: 3, 48, 50 dan 65, QS. al-Māidah [5]: 46, 47, 66, 68 dan 110, QS. al-
A’rāf [7]: 157, QS. At-Taubah [9]: 111, QS. Al-Fath [48]: 29 dan QS. al-
Ḥadīd [57]: 27. Dari dua belas ayat tersebut.
Kitab Injil yang dimaksud oleh al-Qur’an hanya satu yakni Injil yang
Allah turunkan kepada nabi Isa as sebagi petunjuk dan pengajaran bagi ahl
al-Kitab baik Yahudi maupun Nasrani pada masanya. Bahwa inti ajaran
yang terkandung dalam Injil adalah tauhid, yakni ajaran untuk
mengesakan Allah swt. Kewajiban umat Muslim terhadap kitab Injil
adalah untuk meyakini bahwasanya kitab Injil benar adanya, hanya satu
dan diturunkan kepada Isa as. Bagi umat Kristiani, Injil adalah bagian dari
kitab Perjanjian Baru yang terdairi dari empat kitab yaitu Injil Matius, Injil
Markus, Injil Lukas dan Injil yohanes. Keempat Injil tersebut sama-sama
membas tentang riwayat Yesus mulai dari kelahirannya hingga wafatnya
dan dibangkitkan kembali. Adanya pemberitahuan tentang Injil melalui
ayat-ayat al-Qur’an, memberikan wawasan kepada umat Muslim
bahwasanya Injil benar adanya dan diturunkan kepada nabi Isa as sebagai
kitab pedoman, sumber pengajaran bagi umat Nasrani pada masanya
hingga diturunkannya al- Qur‟an. Ayat-ayat tentang Injil juga
memberikan wawasan kepada umat Muslim tentang ahl Injil, bagaimana
sikap mereka terhadap Injil, apakah masih berpegang teguh pada Injil atau
tidak. Selain itu, bisa juga digunakan untuk mengkalrifikasi kebenaran
Injil yang saat ini menjadi kitab sucinya umat kristiani. Apakah Injil
tersebut sesuai dengan yang maksudkan oleh al-Qur’an atau tidak.
Kata kunci: Injil, Alkitab al-Muqaddas, ahl Jadid-ahl Atiq.
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرهحمن الرهحيم
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhānahu wa Ta’āla, yang telah
memberikan petunjuk, taufik, ilmu, dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat teriring salam, semoga
senantiasa terlimpah curahkan kepada kekasih tercinta, teladan termulia,
insan sempurna, Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wa al-Salām, yang
telah menebarkan cahaya iman dan Islam ke Muka Bumi ini, serta menjadi
rahmat bagi seluruh alam semesta. Tak lupa, salawat dan salam semoga
tersampaikan juga kepada keluarga beliau yang suci, sahabat-sahabatnya
yang terpilih, serta para-tabi’in yang istimewa, dan kepada seluruh
umatnya. Semoga kita dapat mengikuti jejak-jejak hidupnya yang mulia,
dan mendapatkan syafaat yang agung darinya, kelak di hari kiamat. Amin
Ya Allah Ya Rabbal ālamīn.
Terselesaikannya skripsi yang berjudul Injil Menurut Para Mufasir
ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang
ikut andil, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara moril
maupun materiil. Maka sepatutnya penulis mengucapkan syukur, terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha. M.Ag, selaku ketua program studi Ilmu
Al- Qur’an dan Tafsir, serta Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku
sekretaris program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
vii
4. Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yakni Bapak Bapak Dr. Eva
Nugraha. M.Ag yang senantiasa membimbing, memberi arahan dan
masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Dosen Penasehat Akademik, yakni Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum,
MA. yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama
penulis belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Seluruh staf jurusan dan fakultas yang turut membantu mengurusi
terkait adminstrasi penulis.
8. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada
kedua orang tua penulis, Ayanda Iklil Kamil, Ibunda Habibah, untuk
keduanya;. Juga kepada Mamah Hj. Omay, Bapak H. Dudung, Hanya
Allah yang bisa membalas kasih sayang, do’a dan semua pemberian
mereka yang tak pernah terhingga untuk penulis. Juga sepuluh saudara
kandung, kakak tercinta Hamzah Iklil & Qina, Una, Faiqoh & Aziz,
Nabiel, Labieb, dan adik tercinta Zakiyatul, Halimah, Fadlil, Falih, dan
Roihan yang sedang menyelesaikan Study di sekolah masing-masing,
semoga cepat lulus, mendapat ilmu yang berkah dan bermanfaat. Berkat
kesabaran dan dukungan mereka semua, penulisan skripsi ini berjalan
lancar. Dan kepada mereka pula skripsi ini penulis persembahkan.
9. Khusus untuk saudara penulis, Kang Kholik Ramdan Mahesa,
S.Th.I sahabat karib penulis sejak lama Khoirul umam, S.E, Fadel Eldrid,
S.Ag, Nurul Hidayat, S.Ag, Solihin, S.Ag, Ari Widianto, mereka
khususnya yang telah banyak memberikan sumbangsih baik moril maupun
materil untuk penulis, semoga Allah membalas kebaikan kalian.
viii
10. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dulur-
dulur Ikatan Mahasiswa Pemalang (Fatkhi, Trio, Agus 2, Jawir, dsb.),
Keluarga Besar Gang Buntu (Ibad, Veve, Reza, Idris, Bery (Lele), dulur-
dulur HIMABI Jakarta, kawan-kawan HEBAT, kawan-kawan TH 2013.
Bersama mereka semua, penulis berproses bersama-sama.
Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terima kasih yang begitu
mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka
agar senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dengan
balasan yang setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini
senantiasa dapat memberikan wawasan mengenai Qur’an dan bermanfaat
bagi semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Ᾱmīn ya rābb.
Jakarta, 27 Juli 2020
Hormat Saya,
Penulis
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987
1. Padana Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ṡ es dengan titik atas ث
j Je ج
ḥ ha dengan titik bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
ż zet dengan titik atas ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
ẓ zet dengan titik bawah ظ
x
Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh ge dan ha غ
f Ef ؼ
q Qi ؽ
k Ka ؾ
l El ؿ
m Em ػم
n En ن
w We و
h Ha ه
Apostrof ‟ ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ـــ ي
xi
Au a dan u ـــ و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ᾱ a dengan topi di atas ىا
Ī i dengan topi di atas ىي
Ū u dengan topi di atas ىو
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-
dīwān bukan ad-dīwān.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ـــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah
itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Misalnya, kata ( ورةلضرا ) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah,
demikian seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika
xii
tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun,
jika huruf ta marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
قةیرط 1 Tarīqah
ةیلإسلامالجامعة ا 2 al-jāmī’ah al-islāmiyyah
دلوجواة حدو 3 wahdat al-wujūd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al-
Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xiii
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Isim), maupun huruf
(Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
Kata Arab Alih Aksara
Unzila fīhil-qur`ānu أنزل فيه ٱلقرءان
ن ٱلدى ت م Bayyinātim minal-hudā ب ين
Yurīdu bikumul-'usra يريد بكم ٱلعسر
ة Litukmilul-'iddata لتكملوا ٱلعد
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-
Rahmān.
xiv
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
SURAT PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. ii
SYRAT PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ......................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penilitian ...................................................... 4
D. Kajian Pustaka .................................................................................. 5
E. Metode Penelitian............................................................................. 8
1. Sumber Data ................................................................................ 9
2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 9
3. Analisis Data ............................................................................. 10
F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 11
BAB II GAMBARAN UMUM KITAB SUCI ..................................... 13
A. Kitab dalam Pandangan Islam ........................................................ 13
B. Diskursus Kitab Suci dalam Al-Qur’an ......................................... 18
C. Sejarah Singkat Kitab Suci............................................................. 20
BAB III BIOGRAFI DAN KLASIFIKASI AYAT ............................. 25
A. Biografi Singkat Beberapa Mufasir dan Tafsirnya ........................ 25
xv
1. Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī (225 H-310 H/839 M-923 M) . 25
2. Ismā‘īl Ibn Kaṡīr (700 H-774 H/1300 M-1373 M) ................... 27
3. Jamaluddin al-Qasimi ................................................................ 29
4. Muhammad Abduh .................................................................... 30
B. Klasifikasi Ayat .............................................................................. 31
1. Allah yang Menurunkan Kitab pada Nabinya ........................... 31
2. Posisi Quran-Taurat-Injil (Pola Isi, dan Keterkaitan antara
Ketiganya................................................................................... 33
3. Aturan/ Hukum yang Harus Diikuti .......................................... 34
BAB IV ANALISIS/ KONSEP INJIL DAN AHLI KITAB DALAM
QS. ALI-IMRᾹN [3]: 3 MENURUT IMAM IBN AL-TABARĪ, IBN
KAṢĪR, AL-QASĪMĪ, DAN M. ABDUH ............................................. 39
A. Pengertian dan Fungsi Injil .......................................................... 39
1. Pengertian Injil Menurut al-Tabarī, Ibn Kaṣīr, al-Qasīmī, M.
Abduh ...................................................................................... 39
2. Fungsi Injil .............................................................................. 41
B. Relasi Injil dengan Taurat ........................................................... 45
C. Mushaddiq (Menguatkan Taurat) ................................................ 50
D. Pengetahuan Nabi Atas Injil ........................................................ 53
E. Relasi ahl Kitab dengan Injil dan Taurat ..................................... 56
1. Sebagian ahl Kitab Meragukan (Tuhajjuna) ........................... 56
2. Sebagian ahl Kitab Tidak Menegakkan Injil dan Taurat ........ 58
F. Relasi ahl Kitab dengan Injil dan Taurat ..................................... 58
1. Sebagian ahl Kitab Menentang injil dan Taurat ..................... 58
2. Sebagian ahl Kitab Tidak Menegakkan Injil dan Taurat ........ 60
BAB V PENUTUP ................................................................................. 63
A. Kesimpulan .................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ayat Allah yang Menurunkan Kitab pada Nabi-Nya ............. 32
Tabel 3.2 Pola Isi, dan Keterkaitan Antara Ketiganya............................ 33
Tabel 3.3 Aturan Hukum ........................................................................ 35
Tabel 4.1 Pengertian Injil ........................................................................ 39
Tabel 4.2 Fungsi Kitab Injil .................................................................... 45
Tabel 4.3 Fungsi Injil dalam Al-Qur’an ................................................. 49
Tabel 4.4 Musaddiqūn Sebagai Pembenar Taurat .................................. 52
Tabel 4.5 Pengetahuan Nabi Terhadap Injil ........................................... 56
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Klasifikasi Ayat ..................................................................... 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab suci merupakan kebutuhan pokok tiap-tiap umat beragama dan
sudah menjadi kepastian bahwa setiap agama mempunyai kitab suci yang
diyakini oleh penganutnya bahwa dalam kitab suci tersebut terkandung
wahyu sebagai ajaran dari Tuhan yang tidak ada keraguan di dalamnya.1
Umat Islam menyakini keempat kitab suci yang telah Allah wahyukan
kepada utusan-Nya yaitu Taurat, Zabur, Injil dan al-Qur‟an.
Al-Qur‟an sebagai kitab yang rahmah li al-‟Alamin, selain memuat
sesuatu yang berkaitan dengan sifat dan perilaku manusia seperti sabar,
taqwa, amanah maupun sesuatu yang yang menjadi kebutuhan akan
keberlangsungan hidup umat manusia seperti harta dan lain sebagainya, al-
Qur‟an juga memuat intisari kitab-kitab suci terdahulu yang telah Allah
turunkan kepada nabi dan utusan sebelum Muhammad saw seperti kitab
Taurat, Zabur dan Injil.
Dalam konteks Islam, kitab yang diturunkan belakangan menjadi
penyempurna bagi kitab yang diturunkan lebih dulu. Beberapa ayat al-
Qur‟an menjelaskan tentang penyempurnaannya terhadap kitab
sebelumnya di antaranya yaitu QS. Āli „Imrān [3]: 3-4, QS. al-Mā‟idah
[5]: 48, QS. Yūnus [10]: 37, QS. al-An‟ām [6]: 92 dan QS. al-Bayyinah
[98]: 1-5.2
Kitab-kitab yang disempurnakan al-Qur‟an yaitu Taurat, Zabur dan
Injil. Al-Qur‟an menyebut kitab sebelumnya, adakalanya menggunakan
1 Mardiyana, Alkitab Membuka Tabir: Muhammad Nabi Terakhir (Yogyakarta:
Madania, 2010), 7. 2 Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan al-Qur‟an (Jakarta: Gema Insani
Press, 1993), 202.
2
nama kitabnya secara langsung (misal; taurat, zabur, injil) dan adakalanya
pula tidak menyebutkan nama kitabnya secara langsung akan tetapi,
menggunakan sebutan lainnya seperti kata al-Kitab (yang maknanya tidak
hanya untuk satu kitab saja akan tetapi maknanya mencakup kitab Taurat,
Zabur, Injil dan al-Qur‟an). Firman Allah swt QS. Maryam [19]: 30:
قال نبياوجعلنالكتابآتاناللعبد إن“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan
Dia menjadikan aku seorang Nabi”.3
Kata كتبلٱاتىن pada ayat di atas, maknanya bukan Isa diberi al-Kitab
sebelum diciptakan atau ketika masih dalam kandungan ibunya melainkan
Allah telah menetapkan bahwa Isa akan diberi al-Kitab.4 Riwayat dari
Ikrimah menjelaskan bahwa maksud kata كتبلٱاتىن adalah ketetapan
Allah. Konteks ayat di atas, menunjukkan bahwa al-Kitab yang dimaksud
adalah Injil,5 sesuai dengan ketetapan Allah sejak azal dan juga yang
mengajarkan kepada Isa tentang kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat.6
Kata injil berasal dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti
“kabar gembira”. Kemudian kata tersebut lewat bahasa Ethiopia
disebutkan wāngel, lalu masuk ke dalam bahasa Arab yaitu injil.7 Umat
Islam menyakini bahwa Injil adalah kitab suci yang Allah turunkan kepada
Nabi Isa as. Pengikut nabi Isa dalam al-Qur‟an disebut sebagai umat
3 QS. Maryam (19): 30. Mohammad Taufiq, Softwere Qur‟an in Ms-Word Ver
1.2.3., 2005. 4 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Ṭabari, Tafsir al-Ṭabari Jilid 17, terj. Ahsan
Aksan dan Khairul Anam (ed.) Besus Hidayat Amin (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),
557. 5 Syaikh Imam al-Qurṭubi, Tafsir al-Qurṭubi jilid 11 terj. Amir Hamzah (ed.)
Mukhlis Mukti (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), 274. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
Vol. 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 177-178. 7 Perpustakaan nasional RI, Ensiklopedi Islam jilid 3 (ed.) Nina M. Armado dkk.
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 191.
3
Nasrani.8 Dalam keyakinan umat Nasrani, kitab suci yang mereka gunakan
sebagai pedoman menimbulkan perbedaan menyangkut kesucian kitab
sucinya, misal tentang nama yaitu; Alkitab, Injil dan Bibel.9
Selain sebagai sumber ajaran dan pedoman umat Nasrani, oleh umat
Islam Injil juga digunakan sebagai salah satu sumber penafsiran terhadap
ayat- ayat al-Qur‟an. Sejak zaman nabi, tidak sedikit dari para sahabat
yang menggunakan kisah-kisah israiliyyat untuk menafsirkan ayat-ayat al-
Qur‟an, terlebih mengenai ayat-ayat tentang kisah-kisah umat terdahulu.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama adanya kesesuaian
antara al-Qur‟an dengan Taurat dan Injil di dalam beberapa permasalahan
seperti dalam penjelasan kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu. Kedua,
metode yang digunakan al-Qur‟an dalam mengemukakan kisah di
dalamnya secara global dan ringkas, sedangkan Taurat dan Injil
mengemukakannya secara terperinci, sehingga para sahabat menganggap
perlu untuk bertanya kepada para ahl al- Kitab.10
Penggunaan Injil sebagai salah satu sumber penafsiran tidak hanya
terdapat dalam kitab-kitab tafsir klasik saja, seperti kitab tafsirnya Ibnu
Kaṡir, kitab tafsirnya al-Bagawi, kitab tafsirnya al-Qurṭubi dan lain
sebagainya. Namun, dalam kitab tafsir modern juga ada yang
menggunakan Injil sebagai salah satu sumber penafsiran. Husni
Fithriyawan dalam skripsinya memaparkan bahwa di dalam Kitāb Tafsir
al-Jawahir fi Tafsir al-Qur‟an karya Tantawi Jawhari dan Kitab Tafsir al-
Manar Karya Muhammad Rasyid, terdapat ayat-ayat al-Qur‟an yang
8 Nama Nasrani dinisbatkan kepada nama sebuah daerah yaitu Nazaret. Saat ini,
lebih dikenal dengan sebutan Kristen atau uamat krostiani yang dinisbatkan kepada
Kristos. 9 Mukhlisin Purnomo, Sejarah Kitab-Kitab Suci (Yogyakarta: Forum, 2012), 147.
10 Rosihon Anwar, Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-Ṭabari dan
Tafsir Ibnu Kaṡir (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 39-40.
4
ditafsirkan dengan mengutip kata atau pasal dari Injil baik secara literal
maupun maknawi.11
Selain sebagai salah satu sumber penafsiran, Injil juga sebagai kitab
yang membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat. Salah satu ayat yang
menjelaskannya yaitu aṣ-Ṣaff [61]: 6. Al-Qurṭubi dalam tafsirnya
memaparkan bahwa nabi Isa as. adalah hamba Allah yang diutus kepada
Bani Israil dengan membawa Injil dan membenarkan kitab yang
diturunkan sebelumnya.12
Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk menguraikan Injil dalam
pandangan al-Qur‟an, bagaimana al-Qur‟an mengemukakan kitab suci
lainnya (Injil) dan hal apa saja yang dibahas al-Qur‟an terkait dengan Injil.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode tematik
ayat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dan
penelitian yang akan dikaji lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Apa saja yang dibahas mufasir tentang Injil?
2. Bagaimana konsep Injil menurut mufasir?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian yang hendak dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hal-hal apa saja yang disinggung mufasir tentang Injil.
11
Husni Fithriyawan, “Injil dalam Kitab Tafsir al-Qur‟an Modern: Studi
Komparatif Kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur‟an karya Tantawi Jawhari dan al-
Manār Karya Muhammad Rasyid Rida”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008. 12
Syaikh Imam al-Qurṭubi, Tafsir al-Qurṭubi Jilid 18, terj. Dudi Rosyadi dkk.
(ed.) Mukhlis B. Mukti (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 426.
5
2. Mengetahui konsep Injil menurut mufasir.
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman secara
totalitas dan komprehensif terhadap al-Qur‟an menyangkut tema Injil, bagi
peneliti khususnya dan khalayak pada umumnya.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan konstribusi dan
memperkaya khazanah keilmuan studi pemikiran islam, khususnya studi
Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir tentang Injil.
D. Kajian Pustaka
Kajian terhadap Injil bukanlah hal yang baru dan sudah banyak
dilakukan oleh banyak orang, baik berupa skripsi maupun buku-buku yang
telah diterbitkan. Melalui kajian pustaka ini, peneliti ingin mengemukakan
beberapa hasil penelitian sebelumnya terkait dengan Injil dalam al-Qur‟an.
Adanya kajian pustaka, diharapkan peneliti mampu mengemukakan
perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian
sebelumnya terkait tema Injil dalam al-Qur‟an.
Di antara tema yang membahas Injil yaitu, buku Jibril dalam Tiga
Kitab Suci (Taurat-Injil-al-Qur‟an) karya Manshur Abdul hakim. Buku ini
menguraikan tentang profil malaikat yang mulia secara umum dan
difokuskan pada malaikat Jibril. Dalam memaparkan, penulis buku ini
menggunakan tiga kitab yaitu Taurat, Injil dan al-Qur‟an. Adapun langkah
yang digunakan yaitu menelusuri dalil-dalil yang terdapat dalam al-
Qur‟an, hadis-hadis shahih dan akidah ahl al-sunnah wa al-jama‟ah. Selain
itu, juga menelusuri dalil-dalil yang terdapat dalam kitab-kitab salaf
(terdahulu) dan juga kitab ahl al-Kitab yaitu Taurat dan Injil sebagai
perbandingan. Penelitian dalam buku ini belum menekankan pada Injilnya
6
akan tetapi lebih menekankan pada term malaikat yakni malaikat
Jibril.13
Sedangkan skripsi ini lebih fokus pada Injil berdasarkan ayat-ayat
al-Qur‟an.
Buku Injilku yang Ternoda karya Yusuf Ismail Alhadid.14
Buku ini
berisi kritik dan komentar beliau terhadap Injilnya umat Nasrani. Beliau
memberikan kritik bahwa Injil yang ada di tangan umat Nasrani sekarang
telah mengalami banyak perubahan. Buku ini berusaha membandingkan
isi Injil dengan teologi-teologi Nasrani dan beberapa pernyataan tokoh
serta ilmuan Nasrani. Buku ini sama sekali tidak membahas ayat-ayat al-
Qur‟an melainkan hanya terfokus pada Injilnya orang Nasrani.15
Buku Nabi Isa dalam al-Qur’an: Sebuah Interpretasi Outsider atas al-
Qur’an karya Karel Steenbrink. Penulis berusaha mengungkapkan
berbagai aspek tentang nabi Isa as melalui ayat-ayat al-Qur‟an yang
terbagi ke dalam 18 surat. Cara pemaparannya berdasarkan urutan surat
dalam mushaf al-Qur‟an. Meskipun penulis menafsirkan ayat al-Qur‟an
dengan ayat-ayat lain yang relevan, akan tetapi masih sedikit tafsirannya
tentang Injil yang diturunkan kepada nabi Isa as.16
Husni Fithriyawan menulis skripsi dengan judul Injil dalam Kitab
Tafsir al-Qur’an Moderen (Studi Komparatif Kitāb Tafsīr al-Jawāhir fi
Tafsīr al-Qur’ān karya Tantawi Jawhari dan al-Manar Karya Muhammad
Rasyid Rida). Skripsi tersebut memaparkan injil sebagai salah satu sumber
penafsiran yang digunakan dalam kitab tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-
Qur’an karya Tantawi Jawhari dan kitab tafsir al-Manar Karya
13
Manshur Abdul hakim, Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-al-Qur‟an)
terj. Yusuf Shandy dan Ali Sulthon (Jakarta: Akbar, 2008). 14
Yusuf Ismail Alhadid adalah seorang pendeta yang kemudian menjadi muallaf. 15
Yusuf Ismail Alhadid, Injilku yang Ternoda, (Yogyakarta: Pustaka Fahima,
2006). 16
Karel Steenbrink, Nabi Isa dalam al-Qur‟an: Sebuah Interpretasi Outsider atas
al-Qur‟an terj. Sahiron Syamsuddin dan Fejriyan Yazdajird Iwanebel (ed.) M. Nur
Prabowo S. (Yogyakarta: Suka Press, 2015).
7
Muhammad Rasyid Rida, baik pengutipan secara literal maupun maknawi
sebagai alternatif karena dianggap sesuai dengan al-Qur‟an.17
Skripsi
tersebut belum memaparkan Injil dalam pandangan al-Qur‟an.
Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an karya M.
Quraish Shihab. Kitab tafsir ini merupakan kategori tafsir tahlili yakni
menafsirkan semua ayat-ayat al-Qur‟an dari awal surat hingga akhir surat.
Adapun pembahasan mengenai Injil, dalam kitab ini belum terfokus pada
pembahasan Injil saja, akan tetapi masih mencakup keseluruhan poin-poin
yang termuat dalam ayat yang sedang ditafsirkannya meski terkadang juga
menampilkan ayat lain yang sesuai dengan ayat sedang ditafsirkan.18
Tafsir al-Qurṭubi karya Imam al-Qurṭubi. Kitab tafsir ini merupakan
kategori tafsir bi ra‟yi dengan corak fiqih. Ketika memaparkan
penjelasannya, beliau menggunakan beberapa contoh serta pandangan
imam madzhab fiqih, terutama ketika sedang menafsirkan ayat-ayat
hukum. Adapun pembahasan injil dalam kitab tafsir ini masih bersifat
global.19
Tafsir al-Ṭabarī karya Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī.
Dalam menafsirkan ayat beliau menggunakan riwayat atau hadis-hadis
yang sesuai dengan ayat. Ketika menafsirkan ayat-ayat tentang Injil,
beliau belum menafsirkan secara khusus pembahasan injil dalam al-
Qur‟an melainkan memaparkan hadis-hadis yang berkaitan dengan isi ayat
secara keseluruhan.20
17
Husni Fithriyawan, “Injil dalam Kitab Tafsir al-Qur‟an Moderen: Studi
Komparatif Kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur‟an karya Tantawi Jawhari dan al-
Manar Karya Muhammad Rasyid Rida”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran
Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008. 18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
Vol.8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). 19
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurṭubi terj. Sudi Rosyadi dkk. (ed.) M.
Ikbal Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008). 20
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsir al-Ṭabarī terj. Somad dan
Yusuf Hamdani, (ed.) Edi Fr (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008).
8
Tafsir al-Wasiṭ karya Wahbah al-Zuhaili. Meskipun dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur‟an sudah dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang
terkandung dalam sebuah surat al-Qur‟an, namun beliau belum
menafsirkan ayat-ayat tentang Injil secara khusus dan terperinci. Misalnya
ketika menafsirkan QS. Āli „Imrān [3]: 48, beliau mengelompokkannya
dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya dalam tema kisah Isa as.
Sedangkan pembahasannya tentang Injil hanya sebatas penjelasan bahwa
Injil adalah kitab yang Allah wahyukan kepada Isa as.
Berdasarkan uraian di atas, penulis belum menemukan karya ataupun
penelitian yang secara khusus membahas injil dalam al-Qur‟an secara
tematik. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba memaparkan injil
dalam pandangan al-Qur‟an dengan menggunakan metode tematik.
Sehingga penelitian ini lebih fokus dan mampu mengupas aspek-aspek al-
Qur‟an tentang Injil melalui ayat-ayatnya.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library
research), yaitu penelitian yang sumber datanya adalah bahan-bahan
pustaka dan literatur-literatur lainnya.21
tanpa melakukan survei maupun
observasi.22
Penelitian ini dilakukan dengan membaca, memahami dan
menyimpulkan isi bacaaan yang telah dibaca, baik berupa buku, skripsi,
jurnal, ensiklopedi maupun bacaan lain yang mendukung terkait dengan
penelitian ini. Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1995), 3. 22
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1998),
256.
9
penelitian ini berasas pada kualitas data dari data-data yang telah
diuraikan dan dianalisis secara sistematis.
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu al-Qur‟an
dan terjemahnya serta tafsirnya, terkhusus pada ayat- ayat yang membahas
Injil. Adapun kitab tafsir yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an karya M.
Quraish Shihab, Tafsīr Al-Qur‟an al- „Aẓim karya Ibnu Kaṣir, Tafsīr al-
Ṭabari Jamiʻ al-Bayan fī Ta‟wīl al- Qur‟ān karya Ibnu Jarir al-Ṭabari dan
Tafsīr fī Ẓilāl al-Qur‟ān karya Sayyid Quṭb, Tafsir al-Azhar karya Hamka,
Tafsir al-Qur‟an al-Aisar karya Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Wasiṭ
karya Wahbah al- Zuhaili, Tafsir al-Muyassar karya Hikmat Basyir.
Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
karya tulis lain seperti; buku, kitab, skripsi, majalah, artikel yang sesuai
dan mendukung penelitian ini. Sumber sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini di antaranya yaitu buku Isa di dalam al-Qur‟an karya Karel
Steenbrink, kitab Al-Muʻjam al- Mufaḥras li Alfāẓ al-Qur‟ān al-Karīm
karya Muhammad Fu‟ad Abd al-Baqiy, kitab Asbab al-Nuzul al-Qur‟an
karya Imam Abi Hasan „Ali bin Ahmad al-Wahidi dan sebab Turunnya
Ayat al-Qur‟an karya Jalaluddin al-Syuyuṭi, juga Lubabun Nuqul fi Asbab
al-Nuzul karya Jalaluddin al-Syuyuṭi serta beberapa literatur lainnya yang
mendukung penelitian ini. Selain itu, penulis juga menggunakan
Perjanjian Baru yang membicarakan nabi Isa as sebagai sumber
pendukung dalam penelitian ini.
10
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan ayat-ayat tentang Injil, peneliti membatasi pada
ayat-ayat yang memuat kata injīl. Kata yang dijadikan term pokok dalam
penelitian ini yaitu kata injīl. Sedangkan kata al-kitab maupun hal-hal lain
yang berkaitan dengan Injil penulis jadikan sebagai term pendukung
dalam skripsi ini. Kitab yang digunakan untuk menelusuri kata tersebut
adalah kitab al-Muʻjam al-Mufaḥras li Alfāẓ al-Qur’ān al-Karīm karya
Muhammad Fuad Abdu al-Baqiy.23
Melalui kitab tersebut, penulis
mendapatkan data mengenai penggunaan dan pengulangan kata Injīl
dalam al-Qur‟an.
3. Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka selanjutnya adalah
mengolah data tersebut sehingga penelitian dapat terlaksana secara
rasional, sistematis dan terarah. Metode yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Metode
ini digunakan untuk mendiskripsikan Injil dalam al-Qur‟an, kemudian
mengklarifikasikan secara objektif dan menganalisanya secara teratur
seluruh bahasan Injil.
Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data, maka penulis
menggunakan metode tematik yang ditawarkan oleh Al- Farmawi yaitu
pertama menetapkan masalah yang akan dibahas, kedua menghimpun
ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, ketiga menyusun ayat
sesuai dengan masa turunnya disertai pengetahuan tentang asbab al-Nuzul-
nya, keempat memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya
masing-masing, kelima menyusun pembahasan dalam kerangka yang
sempurna (out line), keenam melengkapi pembahasan dalam hadis-hadis
23
Muhammad Fu‟ad Abd al-Baqiy, Al-Muʻjam al-Mufaḥras li Alfāẓ al-Qur‟ān al-
Karīm (Kairo: Dar al-Hadīś, 2001).
11
yang relevan dengan pokok bahasan, terakhir mempelajari ayat-ayat
tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang
mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang
„am dan yang khas, mutlaq dan muqayyad atau yang lahirnya
bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa ada
perbedaan atau paksaan.24
F. Sistematika Pembahasan
Supaya pembahasan penelitian ini tersusun secara sistematis dan tidak
keluar dari permasalahan yang telah dirumuskan di rumusan masalah,
maka peneliti menetapkan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang di dalamnya membahas
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab ini penulis jadikan sebagai kerangka berpijak untuk melangkah ke
pembahasan bab-bab selanjutnya.
Bab kedua membahas gambaran umum tentang Injil. Pada bab ini akan
dibagi menjadi enam sub bab, sub bab pertama membahas definisi injil
secara umum, sub bab kedua membahas Injil dalam perspektif ulama
Islam, sub bab ketiga membahas Injil dalam pandangan agama Nasrani,
sub bab keempat membahas kandungan Injil, sub bab kelima membahas
fungsi Inji dan sub bab keenam membahas macam-macam Injil.
Bab ketiga membahas ayat-ayat al-Qur‟an tentang Injil. Pada bab ini
memuat ayat-ayat al-Qur‟an tentang Injil beserta terjemahnya dan
penafsiran ayat-ayat tentang Injil dengan mengklasifikasin poin-poin
penting tentang Injil berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟an.
24
Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhuʻi dan Cara Penerapannya, terj.
Rohison Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 55.
12
Bab keempat adalah analisis tematik ayat-ayat tentang Injil. Pada bab
ini penulis memaparkan konsep Injil menurut al-Qur‟an dengan
didasarkan pada pembahasan di bab sebelumnya. Pada bab ini juga
membahas signifikansi Injil bagi umat Muslim maupun umat Nasrani.
Bab kelima adalah penutup. Bab ini berisi berisi penutup yang berupa
kesimpulan dari BAB II sampai BAB IV sekaligus menjawab rumusan
masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Dalam bab ini juga berisi
saran-saran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
berkaitan.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM KITAB SUCI
Bab ini akan menjelaskan bagaimana diskrusus tentang kitab Suci, yang
dianggap penting bagi penulis pemikiran yang dijadikan objek analisis pada
bab IV. Ada dua sub bab yang penulis anggap penting dalam bab ini, yaitu
biografi diskursus kitab suci dan sejarah singkat kitab suci.
A. Kitab dalam pandangan islam
Dalam islam Iman kepada kitab Allah SWT adalah masuk dalam rukun
yang ketiga. Yang dimaksud dengan iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
Yaitu meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan
kitab-kitab-Nya kepada para Nabi dan Rasul yang berisi wahyu Allah SWT
berupa perintah dan larangan untuk disampaikan kepada umat manusia agar
digunakan sebagai pedoman hidup di dunia.
Allah SWT. berfiman pada Q.S al-Baqarah 4 :
وٱلذين ي ؤمنون با أنزل إليك وما أنزل من ق بلك وبٱلخرة هم يوقنون “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (QS. al-Baqarah [2]: 4).
Ada dua jenis kitab suci:
1. Kitab suci samawi, yakni kitab suci yang bersumber dari wahyu
Allah SWT. dan biasa disebut Kitabullah (Kitab Allah SWT.). Ada yang
berwujud Kitab dan ada yang berwujud Shahifah atau Shuhuf.
2. Kitab suci ardhi, yakni kitab suci yang tidak bersumber dari wahyu
Allah SWT. melainkan bersumber dari hasil perenungan dan budi daya akal
manusia sendiri.
Adapun pengertian Kitabullah adalah kalam atau firman Allah SWT.
yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Nabi dan Rasul-Nya yang
14
mengandung perintah dan larangan sebagai pedoman hidup bagi ummat
manusia dan jumlah kitabullah ada 144 kitab,dan yang wajib diimani ada 4.
Kitab-kitab yang wajib diimani ada empat (4) yaitu :
a. Kitab Zabur, diturunkan pada Nabi Daud. Juga ada yang menyebut
Mazmur maupun Paska. Diturunkan kepada Nabi Dawud AS (=David) pada
abad ke 10 SM untuk Bani Israil dan berbahasa Qibthi.
نا إل إب راهيم وإ إن نا إل نوح والنبي ين من ب عده وأوحي نا إليك كما أوحي ساعيل أوحي نا داوود وإسحاق وي عقوب والسباط وعيسى وأيوب ويونس وهارون وسليمان وآت ي
ورازب “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan
Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. al-Nisā’ [4]: 163).
م أخر وعلى الذين ة من أي ما معدودات فمن كان منكم مريضا أو على سفر فعد أير لكم إن يطيقونه فدية طعام مسكين فمن ر له وأن تصوموا خي را ف هو خي تطوع خي
تم ت علمون كن “Jika mereka mendustakan kamu,maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum
kamupun telah didustakan, mereka membawa mukjizat-mukjizat yang
nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.(QS. al-
Baqarah [2]: 184).
نا ف الزبور من ب عد الذ كر أن الرض يرث ها عبادي الصالون ولقد كت ب “Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Laut Mahfuz, bahwasanya bumi dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
(QS. al-Anbiyā’[21]: 105)
نا وربك أعلم بن ف السماوات والرض ولقد فضلنا ب عض النبي ين على ب عض وآت ي داوود زبورا
“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang yang (ada) di langit dan di
bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
(yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. al-Isrā’[17]: 55).
15
b. Kitab Taurat , diturunkan kepada Nabi Musa. Ada yang menyebutnya
Thoret atau Thora. Diturunkan kepada Nabi Musa AS (=Moses) abad ke 15
SM untuk Bani Israil dan berbahasa Ibrani.
نا موسى الكتاب والفرقان لعلكم ت هتدون وإذ آت ي “Dan (ingatlah) ketika kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu
mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 53).
يل قا لما ب ين يديه وأن زل الت وراة والن ن زل عليك الكتاب بلق مصد “Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil,” (QS. Ali ‘Imrān [3]: 3).
نيون إن أن زلنا الت وراة فيها هدى ونور يكم با النبيون الذين أسلموا للذين هادوا والربوالحبار با استحفظوا من كتاب الل وكانوا عليه شهداء فل تشوا الناس واخشون
فأولئك هم الكافرون ول تشت روا بيت ثنا قليل ومن ل يكم ب ا أن زل الل“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya.Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-
ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir.” (QS. al-Mā’idah [5]: 44).
نا على آثرهم بعيسى ابن مري مصد يل وق في ن ناه ال قا لما ب ين يديه من الت وراة وآت ي قا لما ب ين يديه من الت وراة وهدى وموعظة للمتقين فيه هدى ونور ومصد
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami
telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Mā’idah [5]: 46).
16
يل وي عل مه الكتاب والكمة والت وراة والن“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan
Injil.” (QS. Ali ‘Imrān [3]: 48).
c. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa. Ada yang menamakan Bibel
maupun Alkitab. Diturunkan kepada Nabi Isa AS = Yesus Kristus pada awal
abad ke 1 M untuk Bani Israil dan berbahasa Suryani.
قا لما ب ين يديه يل ن زل عليك الكتاب بلق مصد وأن زل الت وراة والن“Dia menurunkan Al Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil,” (QS. Ali ‘Imrān [3]: 3).
نا على آثرهم بعيسى يل وق في ن ناه ال قا لما ب ين يديه من الت وراة وآت ي ابن مري مصد قا لما ب ين يديه من الت وراة وهدى وموعظة للمتقين فيه هدى ونور ومصد
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami
telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Mā’idah [5]: 46).
ن هم ت راهم ركعا سجد اء على الكفار رحاء ب ي ت غون ممد رسول الل والذين معه أشد ا ي ب لك مث لهم ف الت وراة فضل من الل و رضوان سيماهم ف وجوههم من أثر السجود ذ
يل كزرع أخرج شطأه فآزره فاست غلظ فاست وى على سوقه ي عجب الزر ن اع ومث لهم ف الهم مغفرة وأجرا عظيماليغيظ بم الكف الذين آمنوا وعملوا الصالات من ار وعد الل
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus
di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang
17
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan
dan pahala yang besar.” (QS. al-Fatḥ [48]: 29).
يل وي عل مه الكتاب والكمة والت وراة والن“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan
Injil”. (QS. Ali ‘Imrān [3]: 48).
d. Kitab al-Qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
لك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقين ذ“Kitab (-l-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”. (QS. al-Baqarah [2]: 2).
إن أن زلناه ق رآن عربيا لعلكم ت عقلون “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya” (QS. Yūsuf [12]: 2).
الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرات بارك الذي ن زل “Maha suci Allahyang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.
(QS. al-Furqān [25]: 1).
وما ا لي زلقونك ببصارهم لما سعوا الذ كر وي قولون إنه لمجنون وإن يكاد الذين كفرو هو إل ذكر للعالمين
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka
mendengar al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad)
benar-benar orang yang gila.” Dan al-Quran itu tidak lain hanyalah
peringatan bagi seluruh umat.” (QS. al-Qalam [68]:51-52).
لوه شاهد م نه ومن ق بله كتاب موسى إماما ورحة أفمن كان على ب ي نة من رب ه وي ت إنه أولئك ي ؤمنون به ومن يكفر به من الحزاب فالنار موعده فل تك ف مرية منه
ون الق من رب ك ولكن أكث ر الناس ل ي ؤمن “Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada
mempunyai bukti yang nyata (al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula
oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum al-Quran itu telah
ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman
kepada al-Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy)
dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada al-Quran, maka nerakalah tempat
18
yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap
al-Quran itu. Sesungguhnya (al-Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu,
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Hūd [11]: 17).
ذا القرآن أن ي فت رى من دون الل يه وت فصيل ولكن تصديق الذي ب ين يد وما كان ه فيه من رب العالمين الكتاب ل ريب
“Tidaklah mungkin al-Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-
Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan
hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya,
(diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (QS. Yūnus [10]: 37).
قل هو للذين فص لت آيته أأعجمي وعرب ولو جعلناه ق رآن أعجميا لقالوا لول ى أولئك ي نادون و عليهم عم ذانم وق ر وه آآمنوا هدى وشفاء والذين ل ي ؤمنون ف
من مكان بعيد “Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-
ayatnya?” Apakah (patut al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah
orang) Arab? Katakanlah: “al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka.
Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS.
Fussilat [41]: 44).
B. Diskursus Kitab Suci dalam al-Qur’an
Term kitab suci merupakan kalimat yang terdiri dari dua suku kata.
Kedua kata tersebut penggabungan dua budaya, yaitu arab sangsekerta.
Kitab berasal dari bahasa arab: kitab dan kitab bersal dari bahasa
sangsekerta: Suci.1 Dalam kamus bahasa Indonesia , entri kitab diartikan
dengan: buku dan wahyu Tuhan yang dibukukan (kitab Suci).2 Sedangkan
1 Luts widerhorld, Profane an Scared dalam Jane Dammen MC Aulif (ed). The
encyclopedy of the Qur’an, Vol. iv (leiden: Brill, 2006), 278. 2 Lihat: Tim kamus pusat bahasa, kamus bahasa indonesia (Jakarta: Pusat bahasa,
2008), 731.
19
entri kitab suci adalah kata sifat (adjektif), yang memiliki empat makna,3
salah satunya adalah keramat. KBBI tidak mencantumkan satu entri pun
yang langsung menyebut “kitab suci”. Penulis berasumsi hal itu dilakukan
karena sudah terangkum dalam entri ‘kitab’.
Konsep kitab suci oleh orang Indonesia merupakan hasil terjemahan dari
Holy Book dalam bahasa Inggris. Holy Book secara mendasar merupakan
konsep barat tentang Bible (Alkitab). Dari hasil penelusuran sederhana
penulis, buku yang merujuk pada pada kitab suci bahasa Indonesia adalah
Alkitab, yang diberi judul kitab soetji, yang diterbitkan oleh uitgegeven
door het nederlandsch Bijbelgenootschap di Amsterdam tahun 1891.4
Sementara dalam kajian agama-agama, terminologi yang digunakan untuk
mengkaji ‘kitab suci’ adalah scripture, sebagaimana yang dicantumkan
dalam KBBI sebagai wahyu yang tertulis.5
Dalam bahasa arab, term kitab suci/scripture diterjemahkan dengan al-
kitab al-muqaddas.6 Penelusuran penulis, atas sejumlah tafsir, ditemukan
bahwa ada dua bentuk penggunaan istilah kitab suci, baik dalam bentuk
tunggal yaitu: al-kitab al muqaddas maupun dalam bentuk jamak yaitu
kutub al muqaddasah. Pertama istilah tersebut bermakna al-Qur’an
sebagaimana yang dirtulis dalam kitab tafsir mafatih al ghayb7 atau
menyandikan kitab suci lain sebagaimana al-Qur’an. Seperti yang ditulis
3 Suci: (1) bersih (dl arti keagamaan, seperti tidak kena najis, selesai mandi janabat
): badanya --: (2) bebas dari dosa; bebas dari cela; bebas dari noda; maksum ; (3) keramat
; (4) murni (tentang hati, batin). Lihat : kamus bahsa Indonesia, 1380 4 Eva nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 28. 5 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 28. 6 Jhon Wortabet dan Harvey porter, English- Arabic and Arabic English Dictionery
(New Delhi dan Chenay: Asian Educational Service, 2006), 322. 7 Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Al Hasan , juz 17 (bayrut: dar ihya’ al-
Turath al Arabi, 1420 H), 239. Al razi menyebutkan term ini pada saat menjelaskan
sejumlah persoalan (al-mas’alah) dalam penafsiran QS. Yunus [10]: 26. Ia memberikan
penjelasan bahwa uraian tentang kesempurnaan wujud Allah dan Qudrahnya telah
dijelaskan dalam al-kitab al-muqaddas. Penulis memahaminya bahwa term terseut
digunakan oleh al-Razi merujuk pada al-Qur’an.
20
oleh al-sabuni dalam safwa al-tafasir.8 Untuk menyebutkan kitab suci
agama nasrani dan kitab suci agama Yahudi, sebgaimana yang ditulis dalam
tafsir Mahasin al-Ta’wil,9 dan al manar.10
Temuan yang menarik dari pelacakan diatas adalah sebaran penggunaan
istilah suci dalam bahasa arab kebanyakan digunkan dalam karya-karya
tafsir yang pengarangnya hidup di abad 14 hijriah hingga sekarang, seperti
al qasimi (w. 1332h), rida (w. 1354 h), al shabuni (1. 1930 M).
C. Sejarah singkat kitab suci
Untuk menerangkan kitab suci, baik secara sosiologis dan antropologi
banyak bersandar pada tulisanya Graham, ia menjelaskan bahwa kata
scripture berasal dari bahasa latin scriptura yang artinya: tulisan. Dalam
bahasa Indo-Eropa, kata tersebut ditulis: schrift dalam bahasa Jerman,
scritura dalam bahasa Itali, dan écriture dalam bahasa Perancis, ke
semuanya bermakna ‘a writing, something written.’ Bahasa Yunani
memaknai kata scriptura dengan graphé. Kata ini memiliki korespondensi
tehadap makna bahasa klasik dan helenis dari bahasa Hebrew, yaitu ketav
bermakna tulisan. Bahkan istilah Bible juga berasal dari bahasa Latin
blibion yang bentuk jamaknya biblia. Atau bahasa Yunaninya biblas,
8 Ali Al-Shabuni, Al-Qur’an Al-Karim, (Qahira: Dar al-Shabuni, 1417 h/1997 m),
562. 9 Muhammad Jamaluddin bin Muhammad al Qasim al-Halaq al-Qasimi, Mahasin
al-Ta’wil, Tahqiq Muhammad Balis ‘uyun al-sud, juz 9 (bayrut: dar al kutub al-‘ilimiyyah),
157. Selanjutya disebut al qasimi. Ia menyebutkan istilah rihanat al nufus tidak pernah ada
dalam al-kitab al muqaddas. Penggunaanya dalam bentuk jamak pun tercantum dalam
halaman yang sama 10 Muhammad Rashid Riḍa, juz 2, 375. Pertama : mengenai isi dari al-kitab al-
muqaddas adalah perjanjian lama dan perjanjian baru (juz 2/375), kedua mengenai
argumen bahwa taurat ditulis dalam bahasa Ibrani, kapan kitab-kitab tersebut ditulis,
menurut peniliti nabi musa hanya mengetahui bahas mesir bukan bahasa ibrani.lalu
siapakah yang menerjamehkan kitab tersebut ke dalam bahsa ibrani (juz 9/219). Ketiga
mengenai adanya tahrif dalam kitab injil (6/240).
21
semuanya itu merujuk pada dokumen tertulis dalam bentuk apapun.11 Baik
dokumen tertulis berbentuk buku atau naskah (lawan dari dokumen yang
berbentuk gulungan).
Menurut Graham memahami kitab suci tidak bisa dipahami hanya dalam
konteksnya secara etimologis, sebagai buku atau tulisan. Konsep kitab
suci/’skripture’ harus dilihat dari sudut pandang Sejarah Keagamaan.
Karena tidak ada kitab suci satu pun yang menjadi otoritatif dan sakral
dengan dirinya sendiri. Sehingga akan ada orang-orang atau penaganut
agama yang menjadikannya begitu sakral, bernilai, bermakna, memiliki
kekuatan dan lainya. Teks keagamaan hanya akan menjadi teks biasa, tanpa
itu semua.12
Pada posisi sebagai buku teks keagamaan, kitab suci memiliki fungsi
baik dari sisi material kitabnya, tulisanya, maupun bacaanya. Berikuta
adalah kategorisasinya: pertama, Fungsi Material Kitab Suci: dalam
sejumlah institusi keagamaan kitab suci digunakan sebagai berikut: 1)
sebagai medium ritual keagamaan di muka publik, baik itu pada Qur’an bagi
kaum Muslim, Mantras bagi pemeluk Vedic, Gāthās bagi pemeluk
Zoroaster, Norito bagi pemeluk Shinto, dll.; 2) medium untuk memberikan
kesembuhan, menghilangkan sisi buruk dunia atau mendapatkan
keberkahan. Contohnya menjadikan kitab suci sebagai tasliman/jimat. Juga,
penggunaan kitab suci untuk praktek mencari jawaban atas masalah
Bibliomancy ataupun Bibliotry; 3) medium pengejawantahan yang Kuasa,
ini terlihat pada penggunaan KItab Suci sebagai alat untuk bersumpah baik
pada tradisi Kristen maupun Islam.13
11 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 30.
Lihat juga William A. Graham, “Scripture and Qur’an”, Encyclopedia of the
Qur’an, 2nd. Edition (New York: Macmillan Publishing, 1987), 819. 12 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci. 31. 13 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 31.
22
Kedua, Fungsi tulisan Kitab Suci: Graham menyebutnya 1) sebagai holy
write (tulisan yang Suci). Cenderung terjadi dalam budaya Judeo-Kristiani,
sehingga pengutipanya disampaikan dengan cara “Sebagaimana yang
tertulis dalam..” Berbeda dengan tradisi Islam pengutipan atas kitab suci
disampaikan cenderung menggunakan kalimat “sebagaimana Firman
Allah” atau “Allah berfirman.” Begitu pula terjadi perbedaan dalam
pengutipan Sruti dengan pengutipan “Sebagaimana yang saya dengar.” 2)
magical dan spiritual. Sebagian agama menggunakan tulisan dari kitab suci
sebagai bagian dari mantra, dengan demikian objek yang ada tulisanya
menjadi lebih memiliki kekuatan/ kuasa.14
Ketiga, Fungsi Bacaan Kitab Suci, antara lain sebagai berikut: 1) Spoken
Word. Kebiasaan untuk melafalkan dengan suara nyaring teks kitab suci
merupakan praktik umum yang dilakukan sejumlah penganut agama,
seperti yang dilakukan kaum Muslim, Indonesia, maupun Sikh.
Kemampuan semacam menjadikan strata sosial tertentu dalam masyarakat
keagamaan. Contoh dalam Islam kelompok penghafal yang mendapat gelar
al-ḥāfiẓ, yaitu mereka yang mampu melafalkan seluruh isi al-Qur’an. 2)
devotional dan spiritual life. Bacaan dari kitab suci menjadi medium
seseorang penganut agama lebih dekat dengan yang Kuasa dengan cara
meditasi, focus, mindfulness membacanya dengan penuh kesadaran dan
kehati-hatian, atau menjadikanya sebagai alat berzikir dalam Islam.
Sehingga ada tata car khusus dalam melanggamkan, menyanyikan kitab
suci dalam sejumlah agama. Sebagaimana dalam Islam melafalkan bagian
dari Qur’an dalam shalat merupakan salah satu rukun yang harus dilakukan
dalam shalat.15
14 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 31. 15 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 32.
23
Bila ditanyakan apa yang memungkinkan fungsi-fungsi kitab suci di atas
bisa dipraktikkan dalam tradisi keagaamaan dan kepercayaan? Jawaban itu
dapat dilihat dari atribut yang menempel pada kitab suci itu sendiri. Graham
menyebutkan, ada empat atribut kitab suci, yaitu: kuasa (power), Otoritatif
dan sakral, kebersatuan (unicity), dan inspirational and enternaliti/
antiquity. Dan atribut yang dimiliki paling banyak adalah Otoritas dan
Sakralitas Kitab Suci. Hal ini muncul karena penganut agama mempercayai
bahwa dalam kitab suci terdapat Kuasa/Power yang berasal dari atau
dihasilkan MahaKuasa.16
Voorst mengungkapkan:“Scipture is writing that is accepted and used
in a religious community as especially sacred and authoritative.17 Seabagai
bagian dari pandangan yang dijelaskan Graham, bahwa atribut yang
melekat pada kitab suci adalah sakralitas dan otoritatif.
Voorts menjelaskan sejarah singkat bagaimana kajian atas kitab suci
dilakukan selama lebih dari 150 tahun. Ia membaginya 3 tahapan kajiaj
akaademik dalam term kitab suci. Pertama: para sarjana Eropa memulai
untuk menerjemahkan bagian kecil dari kitab suci, seperti yang dianggapa
sakral di Asia, Islam dan Zoroaster. Penerjemahan dilakukan untuk
menggali data tentang doktrin dan sejarah pada agama-agama tersebut.
Adapun terkait bagaimana fungsi kitab suci dalam masyarkat agamanya
belum banyak diperhatikan. Hal ini terjadi pada pertengahan abad 19.
Kedua: Saat bermunculan “mazhab Sejarah agama-agama,” pada masa ini,
seakan-akan kajian mengenai kitab suci diabaikan. Mereka yang bergelut di
mazhab ini, lebih fokus pada telaah ritual, mitos, symbol, dan elemen lain
non teks dari agama. Jaorchin Wach dan Mircea Eliade, adalah dua di antara
yang mengkaji permasalahan ini. Telaah lain atas agama pada tahap ini
16 Eva Nugraha, Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci, 32. 17 Eva, lihat Robert E. Van Voosrt, Anthology of World Scripture, sixdth edt.
(Belmont: Thomson wardsworth, 2008), 6.
24
adalah mulai maraknya penggunaan metodologi ilmu-ilmu sosial untuk
mengkaji agama.18 Ketiga adalah masa di mana para pengkaji pada periode
ini memandang apa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya atas
pengabaian kajian kitab suci harus dikoreksi. Kitab Suci harus dimaknai dan
dikaji tidak hanya sebagai teks saja, akan tetapi dilihat juga dari bagaimana
teks tersebut muncul dan hidup dalam totalitas masyarakat agama.19
Pada uraian entri “scripture and Qur’an “ karya Graham. Secara generic
mengenai pembahasan kitab suci dari sisi sejarah dan fenomenologi, baru
dimulai beberapa dekade belakang, anatara lain: Wilfred C. Smith, William
A Graham, Levering, Leipoldt anad Morend. Bagi Graham, yang menjadi
pembahasan saat ini adalah bagaimana ‘scripture’ yang awalnya
disandarkan pada Agama Kristen dan Yahudi, menjadi dokumen yang
sakral yang ada pada setiap komunitas keagamaan.20
18 Robert, Anthology of World Scripture 2. 19 Robet, Anthology of World Scripture 3. 20 William A. Graham, “Scripture and Qur’an”, 559.
25
BAB III
BIOGRAFI DAN KLASIFIKASI AYAT
A. Biografi Singkat Beberapa Mufasir dan Tafsirnya
1. Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī (225 H-310 H/839 M-923 M)
Nama lengkap ia adalah Abū Ja’far Muḥammad bin Jarīr bin Yazīd bin
Kaṡīr bin Khālid al-Ṭabarī, ada pula yang mengatakan Abū Ja’far
Muḥammad bin Jarīr bin Yazīd bin Kaṡīr bin Ghalīb al-Ṭabarī.1 Ia
dilahirkan di Amil, Ibu kota Tabaristan 224 H.2 Ia merupakan salah seorang
ilmuwan yang sangat mengagumkan dalam kemampuannya mencapai
tingkat tertinggi dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain fiqh (hukum
Islam) sehingga pendapat-pendapatnya yang terhimpun dinamai Mażhab al-
Jarīriyah.3 Hidup di lingkungan yang mendukung penuh karir intelektual al-
Ṭabarī, tidak heran jika di waktu usia 7 tahun sudah hafal al-Qur’an. Hal
tersebut pernah diungkapkan oleh al-Ṭabarī ‘Aku telah menghafal al-
Qur’an ketika berusia tujuh tahun dan menjadi imm shalat ketika aku
berusia delapan tahun serta mulai menulis hadis-hadis nabi pada usia
sembilan tahun’.4
Abū Ja’far al-Ṭabarī (Sebutan Abū Ja’far) adalah panggilan kehormatan
bagi al-Ṭabarī karena kebesaran dan kemuliaannya. Kota Baghdad, menjadi
persinggahan terakhir al-Ṭabarī, sejumlah karya telah berhasil ia salurkan
dan akhirnya wafat pada Senin, 27 Syawwal 310 H bertepatan dengan 17
1 Abū Ja’far Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Jamī’ al-Bayān ‘An Ta’wil ay al- Qurān
(Kairo: Dār as-Salām, 2007), 4. 2 M. Husain az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun (Bayrūt: Dar al-Kutub al-
Hadisah, 1976), V. 1, 180. 3 Az-Dhahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, 181. 4 Al-Ṭabarī, Jamī’ al-Bayān ‘an Ta’wil ay al-Qurān, Jilid. I, 4.
26
Februari 923M.5 Ia wafat pada usia 86 tahun.6 Kitab tafsir karya al-Ṭabarī
adalah Jamī’ al-Bayān fī Tafsīr al-Qurān adalah nama yang lebih masyhur,
sedangkan nama yang diberikan oleh al-Ṭabarī adalah Jamī’ al-Bayān ‘an-
Ta’wīl ay al-Qurān, ditulis pada akhir kurun yang ketiga dan mulai
mengajarkan kitab karangannya ini kepada para muridnya dari tahun 283
H-290 H.7 Kitab Tafsir ini tidak ada tandingannya, seperti yang telah
dikatakan oleh al-Nawāwī dalam Tahżībnya.8
Tafsir ini terdiri dari 30 juz yang masing-masing berjilid tebal dan besar,
Kitab karya al-Ṭabarī ini kemudian dicetak untuk pertama kalinya ketika ia
berusia 60 tahun (284 H/899 M).9 Dengan terbitnya tafsir al-Ṭabarī ini
terbukalah khazanah ilmu tafsir.10 Syekh al-Islām Taqiy al-Dīn Ahmad bin
Taimiyah pernah ditanya tentang tafsir yang manakah yang lebih dekat
dengan al-Qur’an dan Sunnah? Ia menjawab bahwa di antara semua tafsir
yang ada pada kita, tafsir yang paling otentik adalah Jamī’ al-Bayān fī Tafsīr
al-Qurān karya Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī.11
Tafsir al-Ṭabarī dikenal sebagai tafsir bil ma’tsur, yang mendasarkan
penafsirannya pada riwayat-riwayat yang bersumber dari Nabi saw, para
sahabatnya, tabi’in, dan tabi’ al-tabi’in. Ia juga mengemukakan berbagai
5 Mannā’ khalīl al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj: Mudzakir AS. (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), cet. III, 526. 6 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur'an (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), 222. 7 Al-Ṭabarī, Jamī’ al-Bayān An Ta’wil ay al- Qurān, 4. 8 M. Hasbi ash Shiddieqy, ilmu-ilmu al Qur’an, Media-media Pokok dalam
Menafsirkan Al Qur’an (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1988), cet. II, h. 222. Moh. Ali Ash-
Shabunie, Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj: Saiful Islam Jamaluddien (Surabaya: Al
Ikhlas), 233. 9 Salimuddin, Tafsir al-Jami’ah, (Bandung: Pustaka, 1990), 135. 10 Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Dr. Muhammad Husain al-Żahabī
bahwasanya kitab tafsir ibn jarīr al-Ṭabarī merupakan kitab tafsir pertama (masa dan
ilmunya) dari sekian banyak kitab-kitab tafsir awal. Lihat: Mahmud Basuni Fawdah,
Tafsir-tafsir al-Qur’an; Perkenalan dengan Metodelogi Tafsir, terj: M. Mochtar Zoerni dan
Abdul Qadir Hamid (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), cet. I, 54. 11 Thamem Ushama, Metodologi Tafsir al-Qur'an (Jakarta: Rineka, 2000), 68.
27
pendapat dan mentarjihkan sebagian atas yang lain.12 Adapun metode yang
dipakai oleh al-Ṭabarī untuk menyusun tafsirnya adalah dengan metode
tahlili.13 Al-Ṭabarī tidak menunjukkan sikap fanatisme mazhab atau
alirannya.14 Dari sisi linguistik (lugah), Ibn Jarīr al-Ṭabarī sangat
memperhatikan penggunaan bahasa Arab sebagai pegangan dengan
bertumpu pada syair-syair Arab kuno dalam menjelaskan makna kosa kata,
acuh terhadap aliran-aliran ilmu gramatika bahasa nahwu, dan penggunaan
Bahasa Arab yang telah dikenal secara luas di kalangan masyarakat.15
2. Ismā‘īl Ibn Kaṡīr (700 H-774 H/1300 M-1373 M)
Nama lengkap Ibn Kaṡīr adalah al-Dīn Abū al-Fida Ismā‘īl Ibn Amar Ibn
Kaṡīr Ibn Zara’ al-Buṣrā al-Dimasqī.16 Ia lahir di Desa Mijdal dalam
wilayah Bushra (Basrah) pada tahun 700 H/1301 M. Oleh karena itu, ia
mendapat predikat al-Buṣrawi (orang Basrah).17 Ibn Kaṡīr adalah anak dari
Shihāb al-Dīn Abū Hafṣ Amar Ibn Kaṡīr Ibn Dhaw Ibn Zara’ al-Quraisyī,
yang merupakan seorang ulama terkemuka pada masanya. Ayahnya
12 Al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj: Mudzakir AS., 527. 13 Secara runtut yang pertama-tama al-Thabari lakukan adalah menjabarkan makna-
makna kata dalam terminologi bahasa Arab disertai struktur linguistiknya, dan (I‘rab) kalau
diperlukan. Pada saat tidak menemukan rujukan riwayat dari hadis, ia akan melakukan
pemaknaan terhadap kalimat, dania kuatkan dengan untaian bait syair dan prosa kuno yang
berfungsi sebagai syawahid dan alat penyelidik bagi ketepatan pemahamannya. Dengan
langkah- langkah ini, proses tafsir (takwil) pun terjadi. Berhadapan dengan ayat-ayat yang
saling berhubungan (munasabah), harus menggunakan logika (mantiq). Metode semacam
ini temasuk dalam kategori Tafsir Tahlili dengan orientasi penafsiran bi al-ma’sur dan bi
ar-ra‘yi yang merupakan sebuah terobosan baru di bidang tafsir atas tradisi penafsiran yang
berjalan sebelumnya, Lihat: Thamem Ushama, Metodologi Tafsir al-Qur'an (Jakarta:
Rineka, 2000), 148. 14 Thamem Ushama, Metodologi Tafsir al-Qur'an, 149. 15 Muhammad Yusuf, dkk, Studi Kitab Tafsir: Menyuarakan teks yang bisu
(Yogyakarta: Teras, 2004), 29. 16 Muhammad Husein adz-Dzahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirin (Mesir: Maktabah
Wahbah, 1985), Jilid II, 242. 17 Menurut Mannā’ khalīl al-Qaṭṭān, Ibn al-katsīr lahir pada tahun 705 H. Lihat:
Mannā’ khalīl al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj: Mudzakir AS., (Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 1996), cet. 3, 527.
28
bermazhab Syafi’i dan pernah mendalami mazhab Hanafi.18 Menginjak
masa kanak- kanak, ayahnya sudah meninggal dunia. Kemudian Ibn Kaṡīr
tinggal bersama kakaknya (Kamal al-Dīn Abd Wahhāb) dari desanya ke
Damaskus. Di kota inilah Ibn Kaṡīr tinggal hingga akhir hayatnya.19
Mannā’ khalīl al-Qaṭṭān dalam Mabāhiṡ fī ‘Ulūm al-Qurān, berpendapat
tentang Ibn Kaṡīr sebagai berikut: “Ibn Kaṡīr merupakan pakar fiqh yang
dapat dipercaya, pakar hadis yang cerdas, sejarawan ulung, dan pakar tafsir
yang paripurna”.20 Setelah menjalani kehidupan yang panjang, Ibn Hajar al-
Aṡqalānī berkata: “Ia kehilangan penglihatan di akhir hayatnya dan wafat
di Damaskus Suriah pada tanggal 26 Sya’ban 774 H bertepatan dengan
bulan Februari 1373 M pada hari Kamis.21
Kitab ia dalam bidang Tafsir yaitu Tafsīr al-Qurān al-‘Aẓīm menjadi
kitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saat ini. Dalam tafsir Ibn Kaṡīr
terdapat beberapa corak tafsir. Hal ini dipengaruhi dari beberapa bidang
kedisiplinan ilmu yang dimilikinya. Adapun corak-corak tafsir yang
ditemukan dalam tafsir Ibn Kaṡīr yaitu (1) corak fiqh, (2) corak ra’y, (3)
corak qira’at.22
Tafsir al-Qurān al-Aẓīm, atau yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ibn
Kaṡīr. Diterbitkan pertama kali dalam 10 Jilid, pada tahun 1342 H/1923 M
di Kairo.23 Tafsir ini di tulis dalam gaya yang sama dengan tafsir Ibn Jarīr
al-Ṭabarī. Tafsir Ibn Kaṡīr ini termasuk tafsir bil ma’tsur, dan juga
merupakan sebaik- baiknya tafsir bil ma’tsur yang menghimpun al-Qur’an
18 Ibn al-katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah (Bayrūt: Dar al-Fikr, t.t) Jilid XIV, 32. 19 Ibn al-katsir, al-Bidāyah wa al-Nihāyah, 46. 20 Al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj: Mudzakir AS., 527. 21 Ibn al-Katsir, Samudera Jantung al-Qur’an, 204, lihat juga: Muhammad Husain
al- Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun (Bayrūt: Dar al-Fikr, 1976), Jilid 1, 242. 22 Ali Hasan Ridha, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Terj: Ahmad Akrom (Jakarta:
Rajawali Press, 1994), 59. 23 Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Menara
Kudus, 2002), 43.
29
dengan al-Qur’an, hadis dengan hadis yang ada kodifikasi beserta
sanadnya.24
Sistematika yang ditempuh Ibn Kaṡīr dalam tafsirnya menafsirkan
seluruh ayat-ayat al-Qur’an sesuai susunannya dalam mushaf al-Qur’an,
ayat demi ayat dan surah demi surah, dimulai dengan surah al-Fātiḥah
diakhiri dengan surah al- Nās, maka secara sistematika tafsir ini menempuh
tartib mushaf.25 Ibn Kaṡīr menggunakan metode tahlili. Dalam tafsir Ibn
Kaṡīr aspek kosakata dan penjelasan arti global, tidak selalu dijelaskan.
Tetapi, kedua aspek tersebut dijelaskan dianggap perlu. kadang pada suatu
ayat, suatu lafal dijelaskan arti kosakata, serta lafal yang lain dijelaskan
secara terperinci dengan memperlihatkan penggunaan istilah itu pada ayat-
ayat lainnya.26
3. Jamaluddin al-Qasimi
Nama lengkap beliau adalah Jamal ad-Din bin asy-Syaikh Muhammad
Sa’id ad-Dimasyqi bin asy-Syaikh Muhammad Qasim al-Hallaq asy-Syafi’i
al- Atsari1. Ada juga menyebutnya dengan Jamal ad-Din bin Muhammad
Sa’id bin Qasimi al-Hallaq al-Qasimi.2 Jamaluddin al-Qasimi lahir pada
waktu dhuha, hari senin 8 jumadal ula tahun 1283H /1866 M disebuah desa
kecil, Qasimi, Syam(Suriah).3 Beliau meninggal pada sore hari sabtu 23
24 Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, 5. 25 Penafsiran kelompok ayat ini membawa pemahaman pada adanya munasabah
ayat dalam setiap kelompok ayat itu dalam tartib mushafi. Dengan begini akan adanya
keintegralan pembahasan al-Qur’an dalam satu tema kecil yang dihasilkan kelompok ayat
yang mengandung munasabah antara ayat-ayat al-Qur’an serta yang paling penting adalah
terhindar dari penafsiran secara parsial yang bisa keluar dari maksud nash. Dari cara
tersebut, menunjukan adanya pemahaman lebih utuh yang dimiliki Imam Ibn Katsir dalam
memahami adanya munasbah antara ayat (tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an) yang telah banyak
diakui kelebihanya oleh para peniliti. Lihat: Nur Faiz Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir
Ibnu Katsir (Jakarta: Menara Kudus, 2002), 61. 26 Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, 64.
30
jumadil ula tahun 1332 H/18 april 1914 M dalam usia 48 tahun. Al-Qasimi
dilahirkan dan wafat di Damaskus.27
4. Muhammad Abduh
Lahir dengan nama lengkap Muhammad Ibnu Abduh Ibn Hasan
Khairullah, yang lebih dikenal dengan sapaan Muhammad Abduh. Lahir di
desa Mahallah Nash provinsi al-Buhairoh, Mesir tahun 1849.28 Terlahir
dengan situasi dan kondisi sosial, politik, dan budaya yang sangat
memprihatinkan , tidak hanya di Mesir tapi hampir seluruh negara Arab.
Kemajuan ilmu dan pengetahuan dan teknologi di Barat mendorong mereka
menjajah dan menduduki negara-negara Arab, sehingga pada akhir abad 19
sampai awal abad ke 20 atau setelah perang Dunia ke II, Kamal al-Tatruk
menghapus ke khalifahan Usmani dan hampir semua Negara Arab berstatus
sebagai negara jajahan.29 Di sisi lain muncul berbagai aliran yang
nasionalisme, sosialisme kapitalisme dan sebagainya yang menjauhkan
kaum muslimin dari ajaran agama mereka.
Sementara di lain pihak, politik pemerintahan dalam sector pertanian
memberlakukan sistem iqtha’ yaitu sistem kepemilikan tanah yang dikuasai
kerajaan memeluk Usmani, para penguasa menjadi tuan tanah, sedangkan
rakyat hanya menjadi penggarap semata. Hal ini tentu menyebabkan
penderitaan rakyat, sedang kekayaan menumpuk di tangan para penguasa
dan pejabat-pejabat istana. Situasi membuat para cendekiawan di negara-
negara mayoritas muslim menghimbau umat Islam kembali kepada ajaran
27 ‘Aadil Nawayhadl, Mu’jam al-Mufassiriin,Jilid I, t.tp: Muassah Nawayhald ats-
Tsaqaafiyyah, 1986. 28 Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir, (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2012), 87. 29 Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir, (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2012), 89. Lihat Shalah Abdul Fatah, Ta’rif al-Darisin bi Manhaji al-
Mufassirun, Damaskus, Dar al-Qalam 2002 M-1423H, 562-563.
31
Injil
Allah
Nabi
Bani Israil
Taurat
Ahlul Kitab
KitabOrang-orang
Bertakwa
Mushaddiq
Jejak-Jejak Kerasulan
Tuntunan
Menetapkan
Hukum
Ajaran
agamanya dan mengamalkanya sebagai sumber inspirasi dalam perjuangan
mereka menghadapi penjajahan penindasan.30
Bagan 3.1 Klasifikasi Ayat
B. Klasifikasi Ayat
1. Allah yang Menurunkan Kitab pada Nabinya
Al-Kitāb adalah bentuk maṣdar dari kata kerja kataba yang berarti
“mengumpulkan sesuatu dengan sesuatu”.31 Term al-Kitāb disebut kurang
lebih sebanyak 230 kali dalam al-Qur’an. Adakalanya menunjuk makna
kitab selain dari al-Qur’an, adakalanya menunjuk semua kitab Allah
termasuk al-Qur’an itu sendiri.32 Adapun yang menunjuk makna al-Qur’an
sebagaimana Firman Allah Swt,: “al-Kitāb (al-Qur’an) membenarkan kitab
30 Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir, (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2012), 89. 31 Muḥammad Nawawī Ibn ‘Umar al-Jāwī, Tausyīḥ ‘alā Ibn Qāsim (Indonesia: Dār
Ahyā’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, tt.), 7. 32 M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosakata, j. II, . 494-495.
Objek Predikat
Objek
32
yang telah diturunkan sebelumnya. (QS. Ali Imran [3]: 3).33
Allah Swt menurun kitab kepada nabinya Allah SWT Maha ‘Alimun=
Tahu bahwa manusia adalah makhluk yang dha’if= lemah. Sedangkan Allah
SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman = Pengasih dan Maha Rahim =
Penyayang. Atas hal itulah Allah SWT berkehendak memberikan
bimbingan kepada manusia agar tetap menjadi makhluk paling mulia di sisi-
Nya dengan memberikan pedoman berupa kitab suci lengkap dengan uswah
hasanah (contoh tauladan) yang berupa seorang Nabi dan Rasul.
Tabel 3.1 Ayat Allah yang Menurunkan Kitab pada Nabi-Nya
No Nama Surat Lafadz Terjemah
1. QS. Ali Imrān
[3]: 3
ب بلق ن زل عليك الكتا
قا لما ب ي ي ديه مصد
يل الت وراة و وأن زل الن
Dia menurunkan Al kitab
(Al Quran) kepadamu
dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang
telah diturunkan
sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan
Injil.34
2.
QS. al-
Māidah [5]:
47
يل با وليحكم أهل ال ن
فيه و أن زل من ل يكم الل
ف أولئك هم با أن زل الل
الفاسقون
Dan hendaklah orang-
orang pengikut Injil,
memutuskan perkara
menurut apa yang
diturunkan Allah
didalamnya. Barangsiapa
tidak memutuskan perkara
33 Redaksi Ayat 34 Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bekasi: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012)
33
menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-
orang yang fasik.35
Firman Allah Swt ketika menyebutkan kitab dengan pembenaran
“Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil,” (QS. Ali Imran : 3).
2. Posisi Quran-Taurat-Injil (Pola Isi, dan Keterkaitan antara
Ketiganya
Tabel 3.2 Pola Isi, dan Keterkaitan Antara Ketiganya
No Nama Surat Lafadz Terjemah
1.
QS. al-
Māidah [5]:
66
الت وراة ا ولو أن هم أقامو
يل وما أن زل إليهم والن
من ف وقهم من رب م لكلوا
هم ومن تت أرجلهم من
هم أمة مقتصدة وك ثير من
ساء ما ي عملون
Dan Sekiranya mereka
sungguh-sungguh
menjalankan (hukum)
Taurat dan Injil dan (Al
Quran) yang diturunkan
kepada mereka dari
Tuhannya, niscaya mereka
akan mendapat makanan
dari atas dan dari bawah
kaki mereka. Di antara
mereka ada golongan yang
pertengahan. dan
Alangkah buruknya apa
35 Al-Qur’an kemenag,
34
yang dikerjakan oleh
kebanyakan mereka.
2.
QS. al-
Māidah [5]:
68
لستم قل ي أهل الكتاب
موا على شيء حت تقي
ي ل وما أنزل الت وراة والن
وليزيدن إليكم من رب كم
هم ما أن زل إليك كثيرا من
ل كفرا ف من رب ك طغيان و
كافرين تس على القوم ال
Katakanlah: "Hai ahli
Kitab, kamu tidak
dipandang beragama
sedikitpun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran
Taurat, Injil, dan Al Quran
yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu".
Sesungguhnya apa yang
diturunkan kepadamu
(Muhammad) dari
Tuhanmu akan menambah
kedurhakaan dan
kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka;
Maka janganlah kamu
bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir itu.
3. Aturan/ Hukum yang Harus Diikuti
Pada prinsipnya, syariat yang diperuntukkan Allah bagi umat terdahulu
mempunyai asas yang sama dengan syariat yang dibawa Nabi Muhammad.
Diantara asas yang sama itu adalah yang berhubungan dengan konsepsi
ketuhanan, tentang akhirat, tentang janji, dan ancaman Allah. Sedangkan
35
rinciannya ada yang sama dan ada juga yang berbeda sesuai dengan kondisi
dan perkembangan zaman masing-masing.36
Tabel 3.3 Aturan Hukum
No Nama Surat Lafadz Terjemah
1. QS. Ali Imrān
[3]: 50
قا لما ب ي يدي ومصد
ل لكم من الت وراة ولح
يكم عل ب عض الذي حر م
تكم بية من رب كم وجئ
وأط يعون فات قوا الل
dan (aku datang
kepadamu) membenarkan
Taurat yang datang
sebelumku, dan untuk
menghalalkan bagimu
sebagian yang telah
diharamkan untukmu, dan
aku datang kepadamu
dengan membawa suatu
tanda (mukjizat) daripada
Tuhanmu. karena itu
bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku.37
2.
QS. al-
Māidah [5]:
46
نا على آثرهم وق في
قا بعيسى ابن مري مصد
لما ب ي يديه من الت وراة
يل فيه هدى ناه الن وآت ي
Dan Kami iringkan jejak
mereka (Nabi Bani Israil)
dengan Isa putera
Maryam, membenarkan
kitab yang sebelumnya,
Yaitu: Taurat. dan Kami
telah memberikan
kepadanya kitab Injil
36 Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, revisi 3 (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2009) 112. 37 Al-Qur’an Kemenag,
36
قا لما ب ي ونور ومصد
يديه من الت وراة وهدى
وموعظة للمتقي
sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya
(yang menerangi), dan
membenarkan kitab yang
sebelumnya, Yaitu kitab
Taurat. dan menjadi
petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang
bertakwa.38
3. QS. al-ṢṢaff
[61]: 6
مري وإذ قال عيسى ابن
ن رسول ي بن إسرائيل إ
قا لما ب ي الل إليكم مصد
مبش را و وراة يدي من الت
عدي برسول يت من ب
جاءهم اسه أحد ف لما
ذا سحر بلب ي نات قالوا ه
مبي
dan (ingatlah) ketika Isa
Ibnu Maryam berkata:
“Hai Bani Israil,
Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab
sebelumku, Yaitu Taurat,
dan memberi khabar
gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul
yang akan datang
sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).”
Maka tatkala Rasul itu
datang kepada mereka
dengan membawa bukti-
bukti yang nyata, mereka
38 Al-Qur’an Kemenag,
37
berkata: “Ini adalah sihir
yang nyata”.
38
39
BAB IV
ANALISIS/ KONSEP INJIL DAN AHLI KITAB DALAM QS. ALI-
IMRᾹN [3]: 3 MENURUT IMAM IBN AL-TABARĪ, IBN KAṢĪR,
AL-QASĪMĪ, DAN M. ABDUH
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, mengenai Injil di dalam al-
Qur’an bahwasannya pada ayat ini, salah satu tujuan diturunkannya
(nazzala) al-Qur’an ialah untuk membenarkan (musaddiqān) kitab-kitab
(ajaran) sebelumnya, meliputi Zabur Taurat, dan Injil. Sehingga, penulis
mennganilsis ini berdaasrkan empat subtema di antaranya; penegrtian Injil
dan fungsi Injil, Relasi ahl Kitab dengan Injil dan Taurat, dan yang terakhir
relasi ahl kitab dengan Injil dan Taurat, sebagaimana berikut di bawah ini.
A. Pengertian dan Fungsi Injil
1. Pengertian Injil Menurut al-Tabarī, Ibn Kaṣīr, al-Qasīmī, M.
Abduh
Tabel: 4.1 Pengertian Injil
Tafsir Definisi Injil Ayat Konteks
Ayat
al Tabarī Kitab yang diturunkan QS. Ali
Imrān [3]: 3
Penurunan Al
Kitab (al
Qur'an)
Ibn Kaṣīr Kitab Yang diturunkan QS. Ali
Imrān [3]: 3
Penurunan Al
Kitab (al
Qur'an)
40
Al Qasīmī Kabar baik QS. Ali
Imrān [3]: 3
Penurunan Al
Kitab (al
Qur'an)
M. Abduh Kabar gembira QS. Ali
Imrān [3]: 3
Penurunan Al
Kitab (al
Qur'an)
قا لما ب ي يل ي ن زل عليك الكتاب بلق مصد ديه وأن زل الت وراة والن“Dia menurunkan Al-kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil.”1
Ibn Jarir Al-Tabarī menyebutkan dalam tafsirnya Injil yang terdapat di
al-Qur’an dengan sebutan kitab yang yang diturunkan kepada Nabi Isa. a.s
dan Taurat adalah kitab yang diturnkan kepada Nabi Musa a.s.2
ل شيء، هو الر ب كقال أبو جعفر: يقول جل ثناؤه: يا محمد، إن ربك ورب عيسى ورب لص دق فيما اختلف بالذي أنزل عليك الكتاب = يعني ب "الكتاب"، القرآن ="بلق" يعني:
نران وسائر أهل الشرك وفيما خالفك فيه محاجوك من نصارى أهلفيه أهل التوراة والنيل، قا لما بي يديه"، يعني بذلك القرآن، أنه مصد ق لم ا كان قبله من كتب الله غيرهم ="مصد
التي أنزلها على أنبيائه ورسله، Dari sekian banyak yang terdapat dalam al-Qur’an, penulis hanya
memfokuskan pada Injil didalam al-Qur’an, yang bersanding dengan nama-
nama al-Qur’an seperti. Pemilahan ini penulis lakukan utuk mempermudah
dan agar bisa diketahui seberapa banyak nama-nama Injil dalam al-Qur’an
1 Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Shamil Qur`an,
2012), 50. 2 Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr Al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bāyān ‘al-Ta’wīil Āyah Al-
Qur’an, Jil 6 (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009), 106.
41
yang bersanding dengan Taurat. Allah Swt. menurunkan kitab sebelum al-
Quran, yakni Taurat kepada Nabi Musa a.s, Dan Injil kepada nabi Isa a.s.
ibn Maryam.3
Muhammad Jamaluddin al-Qasīmī menyebutkan tentang Injil secara
Lafadz yunani yang bermakna )البشرى( artinya ialah kabar gembira.
معناها )البشرى( أي الخبر )الشريعة( . والنيل لفظة يونانية والتوراة اسم عبراني معناهوقد حاول السن. هذا هو الصواب كما نص عليه علماء الكتابي في مصنفاتهم.
.و خبط. بغير ضبطبعض الأدبء تطبيقهما على أوزان لغة العرب واشتقاقهما منها. وهBegitu juga Muhammad Abduh ketika menjelaskan Injil berasal dari
Yunani yang bermakna البشارة (kabar gembira).4
يل " ف هو يوناني الأصل، و لديد وهو يطلق معناه البشارة، قيل: والت عليم اأما لفظ " النعهد الديد يل الأرب عة، وعلى ما يسمونه ال بلأناج عند النصارى على أرب عة كتب ت عرف
ولس وبطرس رسل )أي الواري ي( ورسائل ب وهو هذه الكتب الأرب عة مع كتاب أعمال اللكتب الأرب عة اوع فل يطلق على شيء ما عدا ى المجم ويوحنا وي عقوب ورؤيا يوحنا، أي عل
بلنفراد،2. Fungsi Injil
Dalam hal ini, penulis membahasnya dengan menelaah fungsi Injil
menurut empat mufassir, yaitu; al-Ṭabarī, Ibn Kaṣīr, Al-Qasīmī , dan
Muhammad Abduh. Berdasarkan hasil analisis penulis di dalam al-Qur’an,
fungsi Injil menurut empat mufassir sebagai berikut:
Sebagai Fungsi Injil terdapat dalam penafsiran QS. 3/3 Ibn Jarir al Tabarī
menyebutkan sebagai hudan linnas (petunjuk manusia)
ما الله، فيهما بيان من :"وأنزل التوراة والنيل من قبل هدى للناس"، هما كتابن أنزله .الله، وعصمة لمن أخذ به وصد ق به، وعمل بما فيه
3 Ibn Kaṣīr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Ażīm, Jil. 2 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), 3. 4 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 131.
42
Ibn Jarir al-Tabarī Dia berkata: Kami mengirimkan kepadanya kitab
dengan sebutan "Injil" "di dalamnya hudan dan Nur." Dia mengatakan:
Dalam Injil "Petunjuk", yang merupakan pernyataan dari ketidaktahuan
orang-orang tentang aturan Allah di zamannya = "dan Nur",5
قول: في النيل"هدى"، يقول: وأنزلنا إليه كتابنا الذي اسمه"النيل""فيه هدى ونور" ي ،"لناس من حكم الله في زمانه="ونوروهو بيان ما جهله ا
Berkata: Kami mengirimkan kepadanya buku kami yang disebut "Injil"
"di mana ada bimbingan dan cahaya." Dia mengatakan: Dalam Alkitab "Dia
membimbing", yang merupakan pernyataan dari ketidaktahuan orang-orang
tentang aturan Allah di zamannya = "Nur".
Kemudian, menurut Ibn Kaṣīr, menjelaskan hal ini menjadi tiga fase bil
āyah terkait fungsi Injil di dalam al-Qur’an, demikian ayat-ayat yang beliau
kutip sebagai berikut.
“Dia menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya”
Menurut Ibn Kaṣīr maksudnya, Dialah yang menurunkan al-Qur’an
kepadamu, hai Muhammad, dengan sebenarnya. Yakni tidak ada
kebimbangan dan keraguan padanya, melainkan ia benar-benar
diturunkannya dari sisi Allah. Dia menurunkannya dengan
sepengetahuanNya, sedangkan para malaikat menyaksikannya, dan
cukuplah Allah sebagai saksi. Kemudian, firman Allah Swt.
“Membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya”
Yakni, kitab-kitab sebelum al-Qur’an yang diturunkan dari langit buat
hamba-hamba Allah dan para nabi. Kitab-kitab tersebut membenarkan al-
Qur’an melalui apa yang diberitakannya dan apa yang disiarkannya sejak
zaman dahulu kala.
5 Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr Al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bāyān ‘al-Ta’wīil Āyah Al-
Qur’an, Jilid 1 (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009). 323.
43
Begitupun sebaliknya, al-Qur’an membenarkan kitab-kitab tersebut,
karena al-Qur’an sesuai apa yang diberikan oleh kitab-kitab tersebut yang
isisnya antara lain: membawa berita gembira yang sangat besar, yaitu janji
Allah yang akan mengutus Nabi Muhammad Saw dan menurunkan al-
Qur’an yang Agung kepadanya.
“dan menurunkan Taurat” yakni kepada Musa Ibn Imran. “Dan kitab
Injil” yaitu kepada Isa Ibn Maryam ‘alaihissalam “sebelumnya” yakni
sebelum al-Qur’an. “menjadi petunjuk bagi manusia” maksudnya sebagai
petunnjuk buat mereka di zamannya masing-masing. “dan Dia menurunka
al-Furqan” yaitu yang membedakann antara hidayah dan kesesatan, antara
yang hak dan yang batil, jalan yang menyimpang dan yang lurus, berupa
hujah-hujah.
Qatadah dan al-Rabi’ Ibn Anas mengatakan bahwa, yang dimaksud
dengan al-Furqan dalam ayat ini ialah al-Qur’an. Adapun, mengenai apa
yang diriwayatkan oleh Ibn Hatim, dari Abu Saleh bahwa, yang dimaksud
dengan al-Furqan dalam ayat ini ialah kitab Taurat, mengingat sebelumnya
telah disebutkan Taurat.6
Al-Qasīmī menerangkan secara kebahasaan bahwa, kata al-injil berasal
dari akar kata mim-jim-lam yang secara literal berarti melempar sesuatu
dapat juga lebar dan terang. Menurutnya, kata tersebut pada mulanya
berasal dari bahasa Yunani eunanggelion yang berarti gembira. Setelah
masuk ke dalam bahasa Ethiopia, kata tersebut berubah menjadi wangel,
selanjutnya masuk ke dalam bahasa Arab meanjadi Injil yang jamaknya
Anajil.7
Adapun, menurut al-Qasīmī terkait Injil dalam al-Qur’an berfungsi
sebagai petunjuk seperti dalam QS. al-Mā’idah [5]: 46 sebagai berikut.
6 Ibn Kaṣīr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Ażīm, Jil 6 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), 117. 7 Al Qāsimi, Mahāsin al-Ta’wīl, Jil 3 (Beirut: Dār al-Fikr, 1957), 416.
44
نا على آثرهم بعيسى ابن مري مصد يل فيه و ب ي يديه من الت وراة قا لما وق في ناه الن آت ي قا لما ب ي يديه من الت و راة وهدى وموعظة للمتقي هدى ونور ومصد
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami
telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa”.
Kemudian menurut M. Abduh, penulis melihat pendapat beliau
mengenai fungsi Injil dalam al-Qur’an yaitu terdapat pada QS. al-Mā’idah
[5]: 46 sebagai berikut:
نا على آثرهم بعيسى ابن مري يل فيه قا لما ب ي يديه من الت وراة و مصد وق في ناه الن آت ي قا لما ب ي يديه من الت و راة وهدى وموعظة للمتقي هدى ونور ومصد
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami
telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa”.
Bahwasannya, Kitab Injil itu berisi petunjuk, dan merupakan cahaya
yang menerangi umatnya, sehingga mereka dapat melihat jalan yang benar
yang membahagiakan mereka.
Injil membenarkan kitab samawi sebelumnya, yaitu Taurat yang
mengandung nilai-nilai yang dapat menyelamatkan umatnya dari kesesatan
dalam akidah dan amal perbuatan, seperti tauhid memberantas syirik dan
berhala yang menjadi sumber khurafat dan kebatilan.8
8 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 187.
45
Adapun secara kesluruhan, penejelasan di atas dapat dipahami
sebagaiamana pada tabel di bawah ini:
Tabel: 4.2 Fungsi kitab Injil
Tafsir Fungsi Injil Ayat Diksi Kata
Al-Tabarī Hudan Linnas, Pelita
(Nur)
QS. 3/3,
QS. Al Maidah
46
قا بلق مصد
هدى ونور
Ibn Kaṣīr Hudan linnas QS. 3/3 قا بلق مصد
Al-Qasīmī Huddan Linnas QS. 3/3 قا بلق مصد
M. Abduh Huddan Linnas QS. Al Maidah
46 هدى ونور
B. Relasi Injil dengan Taurat
Dalam hal ini, berdasarkan hasil analisis penulis, terdapat relasi Injil dan
Taurat yang memiliki kesamaan yaitu sebagai yang diturunkan pada QS. al-
Maidah dengan konsep QS. Ali-ī īmrān, menurut cara pandang empat
mufassir di antaranya; al-Ṭabarī, Ibn Kaṣīr, Al-Qasīmī , dan Muhammad
Abduh.
Menurut al-Ṭabarī dalam tafsir Jāmi’ al-Bāyān ‘al-Ta’wīil Āyah Al-
Qur’an “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu
adalah orang-orang yang fasik.”9
9 Abū Ja’far Muhammad bin Jarīr Al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bāyān ‘al-Ta’wīil Āyah Al-
Qur’an, Jilid 1 (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2009) 374
46
Al Tabarī ketika menyebutkan anzala QS. Al Maidah 47. Itu karena
Allah Swt tidak mengirim kitab kepada seorang nabi dari para nabi kecuali
untuk melakukan apa yang ada dalam keluarga mereka yang diperintahkan
untuk melakkukan di dalamnya, dan dia tidak mengirimkannya kepada
mereka kecuali ketika dia memerintahkan mereka untuk melakukan apa
yang ada di dalamnya. Demikian juga, Injil, seperti halnya dari kitab-kitab
Allah yang Dia nyatakan kepada para nabi-Nya, jadi biarkan dia melakukan
apa yang diwahyukan kepada Isa, dan memerintahkannya untuk
mengerjakannya oleh umat-Nya.10
عمل بما فيه أهله الذين أمروا ذلك أن الله تعالى لم ينزل كتاب على نب من أنبيائه إل لي، فللعمل بما فيه أنزله، وأمرا ه، ولم ينزله عليهم إل وقد أمرهم بلعمل بما فيهبلعمل بما في
نزلها على أنبيائه، أبلعمل بما فيه أنزله.فكذلك النيل، إذ كان من كتب الله التي ليهعفللعمل بما فيه أنزله على عيسى، وأمرا بلعمل به أهله أنزله
Abu Jaafar berkata: Yang Maha Kuasa berarti ingatannya dengan
mengatakan: "Jika mereka telah menegakkan Taurat dan Injil," dan jika
mereka telah melakukan apa yang ada dalam Taurat dan Injil (2) "dan apa
yang diwahyukan kepada mereka dari Tuhan mereka", dia berkata: Dan
mereka melakukan apa yang diwahyukan kepada mereka dari Tuhan
mereka dari Kriteria yang datang kepada Muhammad Saw.11 Sebagaimana
QS. Al Maidah 66.
ة والنيل"، ولو أنهم عملوا قال أبو جعفر: يعني تعالى ذكره بقوله:"ولو أنهم أقاموا التورانزل إليهم أوعملوا بما أنزل إليهم من ربهم"، يقول:( ="وما 2بما في التوراة والنيل )
.من ربهم من الفرقان الذي جاءهم به محمد صلى الله عليه وسلم
10 Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarīr al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān ‘Al Ta’wil Ayyi al-
Qur’an, vol. 10 (t.t: Dār Hijr, t.th), 375. 11 Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarīr al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān ‘Al Ta’wil Ayyi al-
Qur’an, vol. 10 (t.t: Dār Hijr, t.th), Tabarī , 462.
47
Kemudian, menurut Ibn Kaṣīr “Dan kami iringkan”. Yakni kami ikutkan
pada jejak mereka, Nabi-nabi Bani Israil. “…dengan Isa putra Maryam,”
membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu Taurat. Yakni beriman kepada
kitab Taurat dan menjadi hakim tentang apa yang terkandung di dalamnya.
Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedangkan di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi). Yaitu sebagai
petunjuk kepada perkara yang hak dan cahaya yang dapat menerangi untuk
melenyapkan kesyubhatan dan memecahkan berbagai macam masalah.
…dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Yakni
mengikuti kitab Taurat dan tidak menentang apa yang terkandung di
dalamnya kecuali dalam sedikit masalah yang dia jelaskan kepada kaum
Bani Israil sebagian perkara yang diperselisihkan di kalangan mereka pada
masa silam.
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya, menceritakan keadaan Al-
Masih, bahwa ia pernah berkata kepada kaum Bani Israil: “dan untuk
menghalalkan bagi kalian sebagian yang diharamkan untuk kalian.” (QS.
Ali ‘Imran [3]: 50).
Karena itulah menurut pendapat yang terkenal di kalangan para ulama
dari dua pendapat mereka, kitab Injil me-mansukh sebagian hukum kitab
Taurat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala., “Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” Yaitu kami jadikan kitab
Injil sebagai petunjuk yang dijadikan pegangan dan sebagai pengajaran,
yakni peringatan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang diharamkan
dan perbuatan-perbuatan yang berdosa, bagi orang-orang yang bertakwa,
yakni bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan takut kepada
ancaman dan siksa-Nya.
48
Al-Qasīmī memberikan penafsiran pada Q.S Al Maidah 47. Kami
mengatakan untuk memerintah orang-orang dalam Alkitab. Dan membaca
(dan menilai) dengan tuduhan bahwa Lam (Lam Kai) berarti:
Kami memberinya Injil untuk memerintah umat agamanya pada
masanya.
Beberapa penyelidik mengatakan: Sebaliknya, orang-orang di Alkitab
memilih pernyataan itu, untuk menunjukkan bahwa Alkitab tidak
diungkapkan oleh Allah kepada semua bangsa dan bahwa hukumnya tidak
berlaku untuk selamanya. Karena misi Isa As, khusus untuk bangsa Yahudi.
Dan barangsiapa yang tidak menghakimi apa yang telah diwahyukan Allah,
maka mereka adalah orang-orang yang melakukan kejahatan, yaitu: orang-
orang yang mendurhakai Tuhan mereka, orang-orang yang berpaling ke
kebohongan, mereka yang meninggalkan kebenaran.12
Kemudian, menurut Muhammad Abduh QS. al-Mā’idah [5]: 47, (Dan
untuk memerintah orang-orang dari Alkitab dalam apa yang terungkap dari
Allah di dalam dia) membaca publik "dan mengatur" bentuk perintah,
sebuah kisah tentang menghapus mereka untuk mengatakan kata, dan
banyak seperti dia dalam Alquran, yang kami mengatakan: untuk
memerintah orang-orang dari Alkitab seperti diungkapkan oleh Allah di
mana ketentuan; Apa pun yang kita perintahkan kepada mereka untuk
dilakukan dengannya, itu sama dengan apa yang dia katakan pada umat
Taurat: (Dan kita telah menuliskannya bersama mereka). Yaitu untuk
memerintah rakyat Alkitab apa yang diturunkan Allah di dalamnya, dan In
akan mengatakan Lulus melalui: (a bimbingan dan nasihat) berlaku untuk
dia, dan kebaikan "dan dinilai" menunjukkan kepadanya dengan aktor lam
yang berbeda. Dan namun saya telah membaca dan ditafsirkan tidak
menemukan ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan orang-
12 Al Qāsimi, Mahāsin al-Ta’wīl, Jil 3 (Beirut: Dār al-Fikr, 1957), Al Qasimi, 141.
49
orang Kristen dalam Quran yang mengatur Injil, sebagai advokat
mengklaim Kristen sebagai Agataiwn oleh Muslim biasa, bahkan jika kita
menganggap bahwa ia memerintahkan mereka untuk melakukannya dengan
kata lain, untuk menunjuk itu untuk melumpuhkan dan membangun bukti
terhadap mereka; Karena mereka tidak dapat bekerja dengan Injil, juga tidak
akan mampu, dan penelitian ini akan selesai.13
Adapun, secara keseluruhan mengenai pembahasan ini, dapat di lihat
berdasarakan pada tabel di bawah ini.
Tabel: 4.3 Fungsi Injil dalam Al-Qur’an
Tafsir Pola Penyampaian Ayat Konteks
al Tabarī Diturunkan/ anzala dan
unzila
QS. Al Maidah
47, QS. Al
Maidah 66,
QS. Ali Imran
3
Seabagai
Ajaran Injil,
Tuntunan/
hukum Al
kitab,
al-Kitab
Ibn Kaṣīr Diturunkan/ anzala dan
unzila
QS. Al Maidah
47, QS. Al
Maidah 66,
QS. Ali Imran
3
Seabagai
Ajaran Injil,
Tuntunan/
hukum Al
kitab,
al-Kitab
Al Qasīmī Diturunkan/ anzala dan
unzila
QS. Al Maidah
47, QS. Al
Maidah 66,
Seabagai
Ajaran Injil,
13 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 6. (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 362.
50
QS. Ali Imran
3
Tuntunan/
hukum Al
kitab,
al-Kitab
M. Abduh Diturunkan/ anzala dan
unzila
QS. Al Maidah
47, QS. Al
Maidah 66,
QS. Ali Imran
3
Seabagai
Ajaran Injil,
Tuntunan/
hukum Al
kitab,
al-Kitab
C. Mushaddiq (Menguatkan Taurat)
Dalam hal ini, penulis memaparkan lafad Mushaddiq sebagai pembenar
kitab sebelumnya, berdasarkan hasil analisis yaitu pada QS. al-Maidah,
menurut cara pandang empat mufassir di antaranya; al-Ṭabarī, Ibn Kaṣīr,
Al-Qasīmī , dan Muhammad Abduh.
Menurut Al-Ṭabarī mengenai ayat QS. al-Mā’idah [5]: 46 sebagai
berikut.
نا على آثرهم بعيسى ابن مري مصد يل و قا لما ب ي يديه من الت وراة وق في ناه الن فيه آت ي قا لما ب ي يديه من الت و راة وهدى وموعظة للمتقي هدى ونور ومصد
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami
telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa”.
Ibn jarir al-Tabarī injil diturunkan diturunkan kepada Nabi Isa untuk
membenarkan kitab yang sebelumnya 14
14 Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarīr al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān ‘Al Ta’wil Ayyi al-
Qur’an, vol. 10 (t.t: Dār Hijr, t.th), 373.
51
قا للكتب التي قبله، وبيانا لكم الله الذي ارتضاه يقول: أنزلنا النحيل إلى عيسى مصد م عما يكرهه الله إلى لعباده المتقي في زمان عيسى،="وموعظة"، لهم= يقول: وزجرا له
.يحبه من الأعمال، وتنبيها لهم عليه ماIbn Kaṣīr: Allah berfirman: wa qaffainā (“Dan Kami iringkan jejak
mereka.”) Yakni, Kami ikutkan kepada jejak mereka, yaitu Para Nabi Bani
Israil. ‘alā āṣāri Him bi ‘iisabni maryama muṡaddiqal limā baina yadaiHi
mina al-taurāti (“Dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Taurat.”) Yakni, beriman kepada kitab tersebut dan
berhukum kepadanya.15
Wa ātainā Hu injiila fīHi huda wa nūrun (“Dan Kami telah memberikan
kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya
[yang menerangi].”) Yaitu petunjuk kepada kebenaran dan cahaya yang
menerangi, untuk melenyapkan berbagai macam syubhat (keraguan) dan
memecahkan berbagai permasalahan.16
Wa muṡaddiqal limā baina yadaihi min al-taurāti (“Dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat.”) Maksudnya, mengikutinya dan
tidak menyalahi isi yang dikandung kitab tersebut, kecuali sedikit dari
perkara yang telah dijelaskan kepada Bani Israil, yaitu beberapa perkara
yang mereka perselisihkan.17
Kemudian, menurut Al Qasīmī , menjelaskan Dan A pun Ikuti kami di
jalur mereka berarti para nabi anak-anak Israel dalam Yesus putra Maryam
apa saja: Kami mengutusnya Akbhm untuk mengonfirmasikan tangan
Taurat, yaitu: seorang beriman oleh gubernur termasuk memberinya Injil di
mana Huda apa saja demi kebenaran dan cahaya apa pun: Pernyataan
15 Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Ażīm, Jil 6 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), 110. 16 Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Ażīm, Jil 6 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), 110 17 Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Ażīm, Jil 6 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), 110
52
ketentuan dan menegaskan tangan Taurat, yaitu: apa: Di dalamnya ada
hukum. Dan ulangi untuk menambah ketentuan.18
هم بعيسى ابن مري أي: أرسلناه عقب وق فينا أي أتبعنا على آثرهم يعني أنبياء بني إسرائيلقا لما ب ي يديه من الت وراة أي: مؤمنا به يل مصد فيه هدى ا حاكما بما فيها وآت يناه الن
قا لما ب ي أي إلى الق ها يديه من الت وراة أي: لما فيونور أي: بيان للأحكام ومصد .من الأحكام. وتكرير ذلك لزيادة التقرير
Sementara, menururt Muhammad Abduh, “Kami telah memberinya Injil
kepada Isa sebagai pemebenar kitab sebelumnya, yang mencakup
bimbingan dari doktrin dan doktrin; Kaltouhad masuk karena penyembahan
berhala, yang merupakan sumber mitos dan kepalsuan, dan cahaya yang dia
lihat sebagai cara siswa yang benar menuju direktori, pepatah, kebajikan
dan moral Rasul, dan mensertifikasi Taurat melalui persembahannya;
Artinya, itu termasuk teks dengan persetujuan Taurat,19
Adapun, poin secara keseluruhan pembahasan musaddiqun dapat
dipahami sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel: 4.4 Musaddiqūn sebagai Pembenar Taurat
Tafsir Relasi Kemunculan Ayat Keterangan
al Tabarī Mushaddiqun QS. al
Maidah 46 Pembenar
Ibn Kaṣīr Mushadiqun QS. Al
Maidah 46 Pembenar
Al Qasīmī Mushaddiqun QS. Al
Maidah 46 Pembenar
18 Al Qāsimi, Mahāsin al-Ta’wīl, Jil 4 (Beirut: Dār al-Fikr, 1957), 154 19 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 6. (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 332.
53
M. Abduh Mushaddiqun QS. Al
Maidah 46 Pembenar
D. Pengetahuan Nabi atas Injil
Dalam hal ini, penulis memfokuskan pada QS. Ali Imrān [3]: 48 yang
menegaskan terkait bahwa apa yang para nabi dapatkan dan ajarkan berupa
al-kitab dari Allah Swt di antaranya menurut al-Ṭabarī, Ibn Kaṣīr, Al-
Qasīmī , dan M. Abduh sebagai berikut:
Ibn Jarir al-Tabarī berpendapat;
لنون، عطفا به على وقرأ ذلك عامة قرأة الكوفيي وبعض البصريي: )ون عل مه( ب"ونعلمه الكتاب". قوله:"نوحيه إليك"، كأنه قال:"ذلك من أنباء الغيب نوحيه إليك" .وله:"ونعلمه" عليهوقالوا: ما بعد"نوحيه" في صلته إلى قوله:"كن فيكون"، ثم عطف بق
Ini, dibacakan secara umum dengan membaca orang-orang Kufi dan
beberapa orang Basrah: (dan kami mengajarkannya) pada siang hari,
dengan simpati untuknya mengatakan: "Kami memberinya hadiah untuk
Anda," seolah-olah ia berkata: "Ini dari berita yang tak terlihat, kami
berikan wahyu kepadamu" dan mengajarkan kitab itu. Dan mereka berkata:
Setelah “kami terbangun” sehubungan dengan ucapannya: “Kun fa Yakun.”
Kemudian ia dengan ramah berkata dengan mengatakan: “Dan kami
mengajarinya” itu.20
Lalu, Ibn Kaṣīr dalam QS. Ali Imrān [3]: 48 berpendapat;
كمة أي تهذيب الأخلق وي عل مه الكتاب أي الكتابة أو جنس الكتب اللهية وال يل إفرادهما بلذكر على تقدير كون ا لمراد بلكتاب جنس الكتب المنزلة، والت وراة والن
.لزيادة فضلهما وإنافتهما على غيرهما
20 Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarīr al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān ‘Al Ta’wil Ayyi al-
Qur’an, vol. 6 (t.t: Dār Hijr, t.th), 422.
54
Dan Allah mengajarkan kepadanya Al-Kitab, hikmah, Taurat, dan Injil.
Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka),
"Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu
tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari
tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang
buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku
menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepada
kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagi kalian, jika kalian sungguh-sungguh beriman.'" Dan (aku
datang kepada kalian) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan
untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah diharamkan untuk
kalian, dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) dari Tuhan kalian. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. Sesugguhnya Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena
itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."
Allah Swt mengatakan seorang pemberi kabar untuk sepenuhnya Injil
para malaikat kepada Maryam dengan putranya Isa a.s: Sesungguhnya
Allah Swt mengajarkan kitab dan hikmah, tampaknya kitab sedang menulis,
dan kebijaksanaan menawarkan interpretasinya dalam Surah al-Baqarah,
dan Taurat dan Alkitab, Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Musa,
putra Imran, dan Injil yang diturunkan kepada Musa, putra Imran, dan Injil
yang diturunkan kepada Isa putra Maryam a.s. Dan damai besertanya
ي قول ت عالى مبرا عن تام بشارة الملئكة لمري ببنها عيسى عليه السلم: أن الل م ي عل مه الكتاب والكمة، الظاهر أن المراد بلكتاب هاهنا الكتابة، والكمة ت قد
يل، فالت وراة هو الكتاب الذي أنزل على موسى ت فسيرها في سورة الب قرة، والت وراة والن
55
بن عمران، والنيل الذي أنزل على عيسى ابن مري عليهما السلم. وقد كان عيسى عليه السلم يحفظ هذا وهذا
Jamaludin al-Qasīmī menafsirkan ayat QS. Ali Imrān [3]: 48, tentang
pengetahuan Allah mengajarkan kepadanya penulisan, ketepatan dalam
bertutur kata dan berbuat dan Taurat yang Dia wahyukan kepada Musa serta
Injil yang Allah turunkan kepadanya.
Dan buku itu mengajarinya, yaitu menulis, artinya kitab-kitab atau jenis
kitab kebijaksanaan ilahi dan hikmah, yaitu memperbaiki moral, Taurat dan
Injil, masing-masing menyebutkan dengan menghargai fakta bahwa buku
itu dimaksudkan sebagai jenis kelamin dari kitab-kitab yang diungkapkan,
untuk meningkatkan karunia dan pengucilan mereka dari orang lain.21
Sebagaimana QS. Ali Imrān [3]: 48.
ن يل وي عل مه الكتاب والكمة والت وراة وال“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, hikmah, Taurat dan
Injil.”
M. Abduh dalam hal ini berpendapat sebagai yang mengajarkan
(furqān), Dalam tafsir Al-Manar (ditulis oleh Rasyid Ridha) mengatakan;
“Furqan disini ialah suatu bentuk akal pikiran, lewat mana manusia mampu
melihat antara kebenaran dan kepalsuan.”22
Sehingga, Lebih lanjut, Rashid Riḍa mengungkapkan bahwa seseorang
yang disebut sebagai fāsiqun adalah mereka yang tidak memgamini kitab
pedoman (kitab suci), yaitu fasiq Arab. Fasiq Arab adalah golongan yang
tidak ada pada pengakuan mereka kebenaran Muhammad pada kitab
pedoman (kitab suci), tidak seperti Yahudi, Nasrani yang bagi mereka
21 Al Qāsimi, Mahāsin al-Ta’wīl, Jil 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1957), 320. 22 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 2 (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 187.
56
sebagian kitab pedoman (kitab suci). Sehingga, disebut dengan ahl al-kitāb
yang fasiq sebagaimana firman Allah pada QS. Al-Mā’idah [5]: 47.23
Adapun, uraian ini secara keseluruhan garis besarnya dapat difahami
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
Tabel: 4.5 Pengetahuan Nabi Terhadap Injil
Tafsir Proses Mendapatkan
Pengetahuan Ayat
Proses
Mengajarkan
Pengetahuan
Al-Ṭabari Kitab, Hikmah,
Pembenar Taurat
QS. Ali Imrān
[3]: 48 Wahyu
Ibn Kaṣīr Kitab, Hikmah,
Pembenar Taurat
QS. Ali Imrān
[3]: 48 Al-Kitabah
Al Qasīmī Kitab, Hikmah,
Pembenar Taurat
QS. Ali Imrān
[3]: 48 Kitab-kitab
M. Abduh Kitab, Hikmah,
Pembenar Taurat
QS. Ali Imrān
[3]: 48 Al-Kitab
E. Relasi ahl Kitab dengan Injil dan Taurat
Terdapat dua ayat yang menjelaskan tentang ahl kitab yang disebut
secara langsung dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan Injil yaitu terdapat
dalam QS.
1. Sebagian ahl Kitab Meragukan (tuhajjuna)
يل إل ومايا أهل الكتاب لم تاجون في إب راهيم من ب عده أفل أنزلت الت وراة والن ت عقلون
23 Muhammad Abduh, Tafsīr al-Manār, vol. 5 (Beirut: Dār al-Fikr, 1981), 190.
57
“Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim,
Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim.
Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Ali Imran 65).
Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah)
Nabi Ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa Nabi
Ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa Nabi Ibrahim adalah
pengikut mereka. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu
berbantah-bantahan tentang Ibrahim, di mana masingmasing dari kalian
menganggap Nabi Ibrahim itu dari golongan kalian,padahal Turat dan Injil
diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah
menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-
pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin
mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus
meruntuhkan klaim mereka tentang Nabi Ibrahim sebagai Ahli Kitab.
Kitab-kitab yang dibenarkan al-Quran tersebut Taurat, Zabur dan Injil.
Yakni Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Zabur yang
diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa ‘alaihis salam. Sebelum ketiga kitab itu diubah oleh
manusia. M. Rasyid Ridha. fungsi Al Qur'an sebagai masbaddiq ialah ia
akan menerapkan konscp-konsep kebenaran yang diturunkan di dalamnya
seperti tauhid, kenabian, dan semua yang akan menyuburkan keimanan;
amal saleh dan meninggalkan maksiat. Al Qur'an akan membenarkan
mlmluddm dan tiang-tiangnya yang menjadi tujuan utama diutusnya para
rasul. sebagaimana ia tidak bertolak belakang dengan kecaman keras
terhadap sikap menelantarkan, melupakan, mcn-tahrif dan teledor yang
dilakukan orang-orang Ahlul Kikab.24
24 Al Manar, 5/44
58
2. Sebagian ahl kitab tidak menegakkan Injil dan Taurat
يل وما أنزل إليكم من ن قل يا أهل الكتاب لستم على شيء حت تقيموا الت وراة والهم ما أنزل إليك من رب ك طغيانا وكفرا فل تس على القوم رب كم وليزيدن كثيرا من
الكافرين“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al-Quran yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan
kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka janganlah kamu bersedih
hati terhadap orang-orang yang kafir itu.” (QS. Al-Maidah 68).
F. Relasi ahl Kitab dengan Injil dan Taurat
Terdapat dua ayat yang menjelaskan tentang ahl kitab yang disebut
secara langsung dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan Injil yaitu terdapat
dalam QS.
1. Sebagian ahl Kitab Menentang injil dan Taurat
يل إل من ب عده أفل يا أهل الكتاب لم تاجون في إب راهيم وما أنزلت الت وراة والن ت عقلون
“Hai ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim,
Padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim.
Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Ali Imran 65).
ثني محمد بن أب محمد مولى زيد بن ثبت، كما قال محمد بن إسحاق بن يسارحدثني سعيد بن جب ير أو عكرمة، عن ابن عباس قال: اجت معت نصارى نران وأحبار حد
ي هود عند رسول الل صلى الل عليه وسلم، ف ت نازعوا عنده، ف قالت الأحبار: ما كان . وقالت النصارى ما كان إب راهيم إل نصران يااإب راهيم إل ي هودياا
Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata: telah menceritakan Muhammad
bin Abi Muhammad pembantunya zaid bin tsabit, telah menceritakan
kepadaku Said bin Zubair atau Ikrimah dari Ibn Abbas beliau berkata
59
sekumpulan kaum nasrani nijran berkumpul disisi Rasulullah, dan mereka
berdebat, maka sekumpulan yahudi berkata nabi Ibrahim tidak lain
beragama yahudi dan orang nasrani berkata nabi Ibrahim tidak lain
beragama nasrani. Maka Allah Swt menurunkan ayat ini.25
Maksudnya bagaimana kalian mengakui hai orang yahudi bahwasanya
nabi Ibrahim beragama yahudi padahal zaman nabi Ibrahim itu berada
sebelum Allah menurunkan Taurat kepada nabi Musa, dan bagaimana
kalian mengakui hai orang nasrani bahwa nabi Ibrahim beragama nasranini
sedangkan agama nasrani baru ada setelah zamanya Ibrahim dengan jarank
waktu yang sangat lama26
Dikatakan bahwa jarak antara nabi Ibrahim dan nabi musa itu 1000 th,
dan di antara musa dengan isa itu juga 1000 tahun.27
Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah)
Nabi Ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa Nabi
Ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa Nabi Ibrahim adalah
pengikut mereka. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu
berbantah-bantahan tentang Ibrahim, di mana masingmasing dari kalian
menganggap Nabi Ibrahim itu dari golongan kalian,padahal Turat dan Injil
diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah
menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-
pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin
mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus
meruntuhkan klaim mereka tentang Nabi Ibrahim sebagai Ahli Kitab.
25 Ibn kaṣir, Tafsir al-Qur’an al-Aẓim, Jilid 2, 57 26 Ibn kaṣir, Tafsir al-Qur’an al-Aẓim, Jilid 2, 57 27 Muhammad bin Ahmad al Qurthubi, Jami’ al ahkam, (Mesir: dar al-Kutub), Jilid
4, 107
60
2. Sebagian ahl Kitab Tidak Menegakkan Injil dan Taurat
يل وما أنزل إليكم من قل يا أهل الكتاب لستم ن على شيء حت تقيموا الت وراة والهم ما أنزل إليك من رب ك طغيانا وكفرا فل تس على القو م رب كم وليزيدن كثيرا من
الكافرين“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama
sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al
Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang
diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah
kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka
janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.” (QS. Al
Maidah 68).
قال أبو جعفر: وهذا أمر من الله تعالى ذكره نبيه محمدا صلى الله عليه وسلم بإبلغ يقول تعالى ذكره له:"قل"، يا محمد، اليهود والنصارى الذين كانوا بي ظهراني مهاجره.
لهؤلء اليهود والنصارى="يا أهل الكتاب"، التوراة والنيل="لستم على شيء"، ما تدعون أنكم عليه ما جاءكم به موسى صلى الله عليه وسلم، معشر اليهود، ول ما
إليكم من جاءكم به عيسى، معشر النصارى="حت تقيموا التوراة والنيل وما أنزلربكم"، ما جاءكم به محمد صلى الله عليه وسلم من الفرقان، فتعملوا بذلك كله، وتؤمنوا بما فيه من اليمان بمحمد صلى الله عليه وسلم وتصديقه، وتقروا بأن كل ذلك من عند
بوا بشيء منه، ول تفر قوا بي رسل الله فتؤمنوا ببعض وتكفروا ببعض، فإ ن الله، فل تكذ الكفر بواحد من ذلك كفر بجميعه، لأن كتب الله يصد ق بعضها بعضا، فمن كذب
ببعضها فقد كذب بجميعهاBerkata Abu ja’far Allah: katakanlah ya Muhammadu kepada orang2
yahudi dan orang nasrani, wahai ahli kitab yakni kitab taurat dan injil, kalian
tidak dianggap beragamma sedikitpun, dari pengakuan kalian bahwasannya
kalian itu termasuk penegak Musa Saw, yang disebut orang yahudi, dan
kalian dari penegak tidak dianggap beragamma sedikitpun, dari pengakuan
61
kalian bahwasannya kalian itu termasuk penegak ajaran Isa a.s yang disebut
dengan kaum nasrani. “hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil
dan (Al-Qur'an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu”,28
Yang termasuk ajaran nabi Muhammad saw yakni al Furqan (al-Qur’an),
sampai kalian itu mengetahui semuanya dan kalian beriman dengan sesuatu
yang diimani nabi Muhammad Saw dan juga membenarkanya, sehingga
kalian mengakui bahwa semua itu taurat, injil, qur’an datang dari sisi Allah,
maka kalian jang mendustkan sedikitpun tentangnya, dan jangan kalian
membedakan ya di antara para utusan allah sehingga kamu mengimani
sebagianya dan mengkufi sebagian yang lain.29
Karena sesungguhnya kekafiran dengan satu utusan Allah maka berarti
mengkafiri semuanya, dan kitab Allah membenarkan satu sama lain maka
barang siapa ynag mendusktakan sebagianya maka sungguh dia telah
mendustakan semuanya
ين ي قول ت عالى: قل يا محمد: }يا أهل الكتاب ، }حت لستم على شيء{ أي: من الد يل{ أي: حت ت ؤمنوا لمن زلة من الل بأيديكم من الكتب ابجميع ما تقيموا الت وراة والن
ليه وسلم ( بتباع بمحمد صلى الل ع 5ها الأمر )على الأنبياء، وت عملوا بما فيها وما فيعثه، والقتداء بشريعته؛ ولهذا ق يمان بمب : في ق وله ب سليم، عن ماهد،ال ليث ابن أ وال .العظيم }وما أنزل إليكم من رب كم{ ي عني: القرآن
Allah Swt. berfirman: Hai ahli kitab kalian tidak dianggap beragama
sedikit pun dari agama “hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat,
Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu” Yakni kalian
beriman kepada semua kitab-kitab yang ada dihadapan klian yang
diturunkan kepada para nabi dan sehingga kalian mengamalkan perintah apa
yang ada didalmnya dengan mengikuti nabi Muhammad Saw dan
28 Ibn Jarir al-Tabarī , Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Jilid 8, 473 29 Ibn Jarir al-Tabarī , Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Jilid 8, 473
62
mengimani pengutusanya dan mengikuti syariatnya oleh karena itu Layṣ bin
abi Sulaim berkata yang diriwayatkan dari Ibn jahid, “dan apa yang
diturnkan Tuhanmu kepadamu” yakni al-Qur’an al-Aẓim.30
30 Ibn Kaṣir, Tafsir al-Qur’an al-Aẓim, Jilid 3, 155
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagian akhir ini merupakan kesimpulan dari semua pembahasan
penelitian berdasarkan pokok masalah yang dikemas di dalam pembatasan
dan rumusan masalah di dalam Bab pertama. Kesimpulan dari penelitian
ini menegaskan beberapa hal, diantaranya adalah:
Penafsiran terhadap kata ahl al-kitāb dari periode ke periode
mengalami perkembangan penafsiran. Meskipun perdebatan juga terjadi
pada setiap zamannya. Misalnya mufassir periode klasik tidak menemukan
kata sepakat terkait makna ahl al-kitāb, begitupun masa pertengahan
bahkan sampai kepada mufassir kontemporer.
Perkembangan terhadap penafsiran itu sendiri diakibatkan karena
semakin berkembangnya ilmu tafsir. Bahkan lebih jauh, penafsiran setelah
masa sahabat banyak didominasi oleh aliran pemikiran, pengaruh
madzhab, dan serta lingkungan sosial yang mengakibatkan antara daerah
satu dengan yang lainnya berbeda dalam memahami konteks ayat tersebut.
Jika dilihat dari historisnya, penafsiran kata ahl al-kitāb pada masa
klasik menunjuk kepada komunitas Yahudi dan Nasrani saja, kemudian
pada masa pertengahan mulai terjadi perluasan makna bahwa ahl al-kitāb
bukan hanya terpaku kepada komunitas Yahudi dan Nasrani saja, akan
tetapi termasuk juga komunitas Majusi. Bahkan pada masa ini sampai
kepada pengklasifikasian ahl al-kitāb yang dijelaskan oleh al-Syahrastānī.
Sedangkan pada masa kontemporer/ modern, penafsiran menjadi lebih
luas, bahkan sampai menimbulkan kontroversi. Ahl al-kitāb pada masa ini
dimaknai lebih luas, Rasyīd Ridhā misalnya memaknai kata ahl al-kitāb
bukan hanya mencakup Yahudi, Nasrani, Majusi dan Shābi’īn seperti yang
dijelaskan oleh al-Qur’an. Ia menjelaskan bahwa makna ini mencakup
64
makna yang lebih umum, yaitu mencakup komunitas lain seperti (Hindu,
Budha, Khong Hucu, dan lainnya). Meskipun terdapat pula penafsiran
yang mengutip pendapat ‘ulama terdahulu.
Ahl al-kitāb dalam konteks ‘ulama Nusantara tidak terlalu berbeda jauh
dengan penafsiran yang sudah ada sebelumnya. Nurcholis Madjid
misalnya sangat setuju dengan pendapat Rasyīd Ridhā mengenai konsep
ahl al-kitāb, sedangkan M. Quraish Shihab lebih condong kepada
penafsiran Sayyid Quṭb meskipun tidak mengakuinya secara eksplisit.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Kaum Muslimin diharapkan untuk memahami, ikut andil, serta terus
menggali pemikiran para ‘ulama tafsir (mufassir), khususnya ayat-ayat
yang bersinggungan dengan sosial-masyarakat, hubungan antar komunitas
(agama, suku, ras dan etnis) agar dapat menambah wawasan, kajian serta
ikut meramaikan penelitian terkait al-Qur’an dan sunnah agar dapat
diterapkan di dalam kehidupan.
2. Karya ilmiah ini tidak luput dari kekurangan, sehingga penulis
berharap adanya kajian lanjutan mengenai tema ahl al-kitāb.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Abu Muhammad bin Umar bin Al hasan , juz 17. bayrut: dar ihya’
al-Turath al Arabi, 1420 H.
Al-Adawy, Ibrahim Ahmad, Rasyid Riḍa al-Imamul Mujtahid, Kairo: Al-
Muassah al Mishriyyah al-Ammah li al-Ta‟lif wal Anfa‟ wa al-Nasyr,
t.th.
Anwar, Rosihon. Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-Ṭabari
dan Tafsir Ibnu Kaṡir. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Al-Aṣfahānī, Al-Rāghīb. Mufradāt Alfāẓ al-Qur`an. Dimasyq: Dār al-
Qalam, 2009.
Asmuni, Yusran. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan pembaharuan
dalam Dunia Islam. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1996.
az-Dhahabi, M. Husain. al-Tafsir Wa al-Mufassirūn, V. 1,. Bayrūt: Dar al-
Kutub al- Hadisah, 1976.
al-Farmawī, ‘Abd al-Ḥay. al-Bidāyah fī Tafsīr al-Mauḍū’ī, cet. II. Qāhirah:
Maṭba’ah al-Ḥadārah al-‘Arabiyyah, 1977.
Fatah, Shalah Abdul. Ta’rif al-Darisin bi al-Manhaji al-Mufassirūn.
Damaskus, Dar al-Qalam 2002 M-1423H.
Fawdah, Mahmud Basuni. Tafsir-tafsir al-Qur’an; Perkenalan dengan
Metodelogi Tafsir, terj: M. Mochtar Zoerni dan Abdul Qadir Hamid.
cet. I, 54. Bandung: Penerbit Pustaka, 1987,
Fithriyawan, Husni. “Injil dalam Kitab Tafsir al-Qur’an Modern: Studi
Komparatif Kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karya
Tantawi Jawhari dan al-Manār Karya Muhammad Rasyid Rida”,
Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Sunan Kalijaga.
Yogyakarta, 2008.
66
Fu’ad, Muḥammad Abd al-Baqiy, Al-Muʻjam al-Mufaḥras li Alfāẓ al-
Qur’ān al- Karīm, Kairo: Dar al-Hadīś, 2001.
Graham, A. “Scripture and Qur’an”, Encyclopedia of the Qur’an, 2nd.
Edition. New York: Macmillan Publishing, 1987.
Al-Habsyi, Ali Zainal Abidin, Rahasia Nama dan Sifat Al-Qur’an, cet 1,
Jakarta Timur: Rayyana Komunikasi, 2020.
Hadhiri, Choiruddin SP, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an. Jakarta: Gema
Insani Press, 1993.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset, 1995.
Hakim, Manshur Abdul. Jibril dalam Tiga Kitab Suci .Taurat-Injil-al-
Qur’an terj. Yusuf Shandy dan Ali Sulthon. Jakarta: Akbar, 2008.
Al-Ḥayyi, ‘Abd bin ‘Abd al-Kabȋr al-Kittāni, Fahras al-Faḥāris wa al-
Itsbat, Juz I t.tp.: Daar al-Garb al-Islaamii, 1982.
Husni Fithriyawan, “Injil dalam Kitab Tafsir al-Qur’an Modern: Studi
Komparatif Kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karya
Tantawi Jawhari dan al-Manār Karya Muhammad Rasyid Rida”,
Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Sunan Kalijaga.
Yogyakarta, 2008.
Ismail, Yusuf Alhadid. Injilku yang Ternoda. Yogyakarta: Pustaka Fahima,
2006.
Ja’far Abū, Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī. Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta`wīlāy
al-Qur`an, v. 1 Turkī: DārHajr, 2001.
Ja’far, Abu Muhammad bin Jarir al-Ṭabari, Tafsir al-Ṭabari Jilid 17, terj.
Ahsan Aksan dan Khairul Anam ed., Besus Hidayat Amin. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009.
Jamaluddin, Muḥammad bin Muḥammad al-Qāsimī al-Ḥalaq al-Qāsimī.
Mahasin al-ta’wil, taḥqīq Muḥammad Balis ‘uyūn al-Sūd, juz 9.
Beirut: dar al kutub al-‘ilimiyyah.
67
Ismā‘īl, al-Dīn Abū al-Fida Ibn Amar Ibn Kaṡīr Ibn Zara’ al-Buṣrā al-
Dimasqī., al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Bayrūt: Dār al-Fikr, t.t Jilid
XIV.
Mardiyana, Alkitab Membuka Tabir: Muhammad Nabi Terakhir,
Yogyakarta: Madania, 2010.
Maswan, Nur Faiz, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Menara
Kudus, 2002.
Al-Muhtasib, ‘Abd al-Majid ‘Abd as-Salam. Visi dan Paradigma Tafsir Al-
Qur’an Kontemporer, terj. Moh. Maghfur Wachid, Bangil: Al-Izzah,
1997.
Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Al-
Qur’an Periode Klasik hingga Kontemporer, Yogyakarta: Nun
Pustaka, 2003.
Nawayhadl, ‘Ādil. Mu’jam al-Mufassirīn,Jilid I, t.tp: Muassah Nawayhald
al- Ṡaqāfiyyah, 1986.
Nugraha, Eva. “Diseminasi, Komodifikasi dan Sakralitas Kitab Suci; Studi
Kasus Usaha penerbitan Mushaf al-Qur’an di Indonesia
kontemporer”. Desertasi S3 Sekolah Paasca Sarjana Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018. (Versi UJjian Promosi)
Perpustakaan nasional RI, Ensiklopedi Islam jilid 3 .ed. Nina M. Armado
dkk. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005, .
Purnomo, Mukhlisin. Sejarah Kitab-Kitab Suci, Yogyakarta: Forum, 2012
Al-Qaṭṭān, Mannā’. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj: Mudzakir AS. cet. III,
Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1996.
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Abu Bakr Abu Abdillah Al Qurṭubiy, Tafsir al-
Qurṭubiy jilid 11 terj. Amir Hamzah .ed. Mukhlis Mukti, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.
68
_______. Tafsir al-Qurṭubi Jilid 18, terj. Dudi Rosyadi dkk. .ed. Mukhlis B.
Mukti, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Ridha, Ali Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir, Terj: Ahmad Akrom,
Jakarta: Rajawali Press, 1994, Nur Faizin Maswan, Kajian Deskriptif
Tafsir Ibnu Katsir .Jakarta: Menara Kudus, 2002
Ridha, Muhammad Rashid. juz 2, 375. Pertama : mengenai isi dari al-kitab
al-muqaddas adalah perjanjian lama dan perjanjian baru .juz 2/375,
kedua mengenai argumen bahwa taurat ditulis dalam bahasa Ibrani,
kapan kitab-kitab tersebut ditulis, menurut peniliti nabi musa hanya
mengetahui bahas mesir bukan bahasa ibrani.lalu siapakah yang
menerjamehkan kitab tersebut ke dalam bahsa ibrani .juz 9/219.
Ketiga mengenai adanya tahrif dalam kitab injil .6/240.
Salimuddin. Tafsir al-Jami’ah, Bandung: Pustaka, 1990
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. ilmu-ilmu al Qur’an, Media-media Pokok dalam
Menafsirkan Al Qur’an .Jakarta: PT Bulan Bintang, 1988, cet. II, h.
222. Moh. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj:
Saiful Islam Jamaluddien, Surabaya: Al Ikhlas,
_______. Ilmu-ilmu al-Qur'an .Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an Vol. 8 .Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Steenbrink, Karel. Nabi Isa dalam al-Qur’an: Sebuah Interpretasi Outsider
atas al- Qur’an terj. Sahiron Syamsuddin dan Fejriyan Yazdajird
Iwanebel .ed. M. Nur Prabowo S. .Yogyakarta: Suka Press, 2015.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah .Bandung: Tarsito, 1998,
Syibromalisi, Faizah Ali. Membahas Kitab Tafsir.Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2012.
Al-Ṭabarī. Jamī’ al-Bayān ‘an Ta’wil ay al- Qurān, Jilid. I,
Ushama, Thamem. Metodologi Tafsir al-Qur'an .Jakarta: Rineka, 2000.
69
Voosrt, Robert E. Van. Anthology of World Scripture, sixdth edt. .Belmont:
Thomson wardsworth, 2008,
Widerhorld, Luts. Profane an scared dalam jane dammen MC Aulif .ed. The
encyclopedy of the Qur’an, Vol. iv .Leiden: Brill, 2006.
Wortabet, Jhon dan Harvey Porter. English- Arabic and Arabic English
Dictionery .New Delhi dan Chenay: Asian Educational Service, 2006.
Yusuf, Muhammad. dkk, Studi Kitab Tafsir: Menyuarakan teks yang
bisu. Yogyakarta: Teras, 2004.
Al-Żahabī, Muhammad Ḥusain. al-Tafsir wa al-Mufassirun, juz 2. Kuwait:
Dar al-Nawadir, 2010
top related