iskemic kolitis
Post on 02-Jul-2015
338 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
MATERI
A. KONSEP DASAR ISCHEMIK KOLITIS
1. Definisi Ischemic Kolitis
Kolitis iskemik adalah gangguan yang mengembangkan aliran ketika
darah ke suatu bagian dari usus besar (kolon) Anda berkurang.. Hal ini dapat
menyebabkan daerah peradangan usus besar dan, dalam beberapa kasus,
kerusakan usus permanen.
Dalam arti lain Ishemic Colitis adalah cedera pada usus besar akibat
gangguan pasokan darah. Penderita akan mengalami sakit perut dan tinja
berdarah. Kebanyakan orang menjadi lebih baik dengan diberikan cairan
intravena untuk dimakan, tetapi beberapa membutuhkan pembedah.
2. Etiologi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ischemic Colitis merupakan akibat
dari penyumbatan sementara aliran darah melalui arteri yang memasok usus
besar. Penyakit ini berkaitan dengan berkurangnya aliran darah, tetapi itu lebih
umum di antara orang dengan jantung dan pembuluh darah penyakit, orang-
orang yang telah menjalani operasi pada aorta, atau orang-orang yang memiliki
masalah dengan pembekuan darah meningkat. Penyakit ini menyerang orang
berusia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan dari penderita memiliki riwayat
penyakit peripheral vascular. Faktor resiko lain meliputi :
- Diabetes
- Riwayat stroke
- Tekanan darah rendah.
Kolitis iskemik dapat mempengaruhi setiap bagian dari usus besar Anda,
tapi kebanyakan orang terkena mengembangkan rasa sakit di sisi kiri perut..
Mendesak buang air besar dan diare berdarah juga umum untuk kolitis iskemik.
3. Patofisiologi
Meskipun insiden kolitis iskemik meningkat pada orang tua dan banyak
dengan faktor risiko untuk penyakit pembuluh darah, lesi indeks pada angiografi
tidak biasa.. Saat ini, kelainan mungkin termasuk penyempitan pembuluh kecil
dan tortuosity dari arteri kolik panjang pada lesi vaskular tertentu, tampaknya ada
suatu diri, terhambatnya aliran darah akut dalam usus, yang tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan metabolik usus besar. penyakit pembuluh darah kecil,
kapal segmental mungkin membuat usus besar rentan terhadap penyakit iskemik
pada pasien tertentu. Usus ini juga cenderung untuk iskemia oleh aliran darah
rendah relatif dibandingkan dengan sisa saluran pencernaan.
Kolon perfusi juga dipengaruhi oleh aktivitas motorik fungsional dari
usus besar dan oleh pasien tegang dari sembelit. Dari catatan, sembelit kronis
ditemukan dalam sebuah studi akan sangat terkait dengan kolitis iskemik.
Distensi percobaan telah ditemukan untuk meningkatkan tekanan
intraluminal, mengurangi total darah, dan mengurangi gradien oksigen
arteriovenosa di dinding kolon. Hal ini mungkin adalah mekanisme untuk
terjadinya langka kolitis iskemik selama atau barium enema colonoscopy.
Pleksus microvasculature kolon juga kurang berkembang dengan baik
dan tertanam dalam dinding yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan usus
kecil. The vasa recta (end-pembuluh yang memberikan darah langsung ke
dinding usus) lebih kecil dan kurang berkembang di kanan usus besar
dibandingkan dengan usus besar kiri. The vasa recta sangat sensitif terhadap
vasospasme, dan jaminan aliran darah pada tingkat ini sangat jarang. Hal ini
mungkin menjelaskan kerentanan dari usus besar hak untuk iskemia dari negara-
negara aliran rendah. Daerah aliran sungai dari usus besar (yang lentur lienalis
dan junction rectosigmoid) memiliki jaminan jaringan lebih terbatas dan juga
rentan terhadap aliran darah yang rendah.
Dalam studi lebih dari 1.000 kasus, kolon kiri terlibat pada 75% kasus,
dengan 23% melibatkan lentur lienalis khusus. Tanda titik dua yang benar
terlibat dalam hanya 8% kasus, namun keterlibatannya telah berkisar dari 12%
menjadi 47% dalam seri yang lebih baru.
4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan kasus kolitis iskemik ringan dapat menyelesaikan sendiri
dalam beberapa hari. Namun, karena kondisinya bisa menjadi parah, hubungi
dokter anda segera jika Anda mengembangkan gejala kolitis iskemik.
Gejala umum pada penderita Ichemic Kolitis diantaranya :
1. Diare dan tinja berdarah
2. Sakit kuning
3. Muntah
4. Sakit pada bagian abdiminal.
5. Penyakit Yang Terkait
a. Tenesmus
Deskripsi
Tenesmus adalah perasaan konstan kebutuhan untuk mengosongkan usus,
disertai rasa sakit, kram, dan spontan upaya tegang. Tenesmus berkaitan dengan
masalah buang air besar. Terkadang perasaan itu hilang timbul. Tenesmus
umumnya dikaitkan dengan penyakit radang usus, yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh kondisi lain.
Tanda
Tenesmus ditandai dengan rasa sakit, kram, dan tegang di perut.
Perawatan
Penderita disarankan untuk mengkonsumsi cairan sebanyak mungkin.
b. APP
Deskripsi
Radang usus buntu timbul ketika usus buntu tersumbat benda keras di
dalam tinja atau bengkaknya cabang kelenjar getah bening pada usus yang dapat
terjadi oleh karena berbagai macam infeksi. Pada kasus yang sama, usus buntu
bengkak, dan kuman dapat berkembang di dalamnya. Jika radang usus buntu
tidak dapat dikenali atau diobati, usus buntu bisa pecah, membuat kantung
meradang di luar usus tersebut dan menimbulkan nanah. Akibat lanjut, benda
dari usus buntu masuk ke rongga perut, menyebabkan peradangan serius
(peritonitis).
Gejala
Penderita usus buntu umumnya mengalami sakit perut, terutama dimulai di
sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah, penurunan nafsu makan,
mual dan muntah, serta diare.
Pengobatan
Pengobatan yang paling baik untuk penyakit usus buntu adalah operasi
pengangkatan usus buntu yang bengkak.
5. Perawatan Ischemik Kolitis
Orang dengan kolitis iskemik dirawat di rumah sakit. Awalnya, orang
tidak diberi makanan maupun cairan melalui mulut sehingga usus bisa
beristirahat. Sebaliknya, cairan, elektrolit, dan nutrisi yang diberikan melalui
pembuluh darah. Antibiotik sering diberikan untuk mencegah infeksi yang
mungkin mengikuti peradangan.
6. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan
mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita sebaiknya menghindari
buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar
yang meradang.
Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa
menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.
Obat-obatan antikolinergik atau dosis kecil loperamide atau difenoksilat,
diberikan pada diare yang relatif ringan.
Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar
dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau
codein. Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus
diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.
Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk
mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya
gejala. Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai
enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang
dimasukka melalui dubur).
Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan
rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut),
seperti prednisone. Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan.
Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan
sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.
Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan.
Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun
kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.
Bila kolitis ischemikyang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar
(kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid
atau mesalamine.
Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan
diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah).
Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan
transfusi darah dan cairan intravena.
Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan
merkaptopurin. Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan
berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50%
dari penderitaini ,akhirnya memerlukan terapi pembedahan.
7. Pembedahan
Ischemik kolitis pada stadium lanjut merupakan suatu keadaan gawat
darurat. Segera setelah terditeksi atau bila terjadi ancaman megakolon toksik,
semua obat anti-diare dihentikan, penderita dipuasakan, selang dimasukan ke
dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan, makanan dan obat-obatan
diberikan melalui pembuluh darah.
Pasien diawasi dengan ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau
perforasi. Bila tindakan ini tidak berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-
48 jam, segera dilakukan pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar
usus besar diangkat. Jika didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker
pada usus besar, maka pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan.
Pembedahan non-darurat juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus
besar atau adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit menahun yang
tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung kepada
kortikosteroid dosis tinggi.
Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum, secara permanen akan
menyembuhkan kolitis ischemic. Penderita hidup dengan ileostomi (hubungan
antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding perut) dan kantong
ileostomi.
Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal, dimana usus besar
dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat dari usus kecil
dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.(medicastore)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENDERITA ISCHEMIK KOLITIS
A. Prosedur Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:
1. Anamnesis yang teliti, meliputi:
Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change
of bowel habit) Perdarahan per anum
Penurunan berat badan
Faktor predisposisi:
o Riwayat kanker dalam keluarga
o Riwayat polip usus
o Riwayat kolitis ulserosa
o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
o Uretero-sigmoidostomi
o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
o Benjolan/massa di abdomen
o Nyeri tekan
o Pembesaran kelenjar limfe
o Pembesaran hati/limpa
o Colok rektum(rectal toucher)
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
- Status gizi
- Anemia
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologis
5. Endoskopi dan biopsi
6. Ultrasonografi
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian
keperawatan.
B. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3 Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat
aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses
penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
b. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan laboratorium:
TinjaCEA (Carcino-
embryonic anti gen)
2. Pemeriksaan radiologis
3. Endoskopi dan biopsi
4. Ultrasonografi
Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
(makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda
(double contrast) untuk melihat gambaran
lesi secara radiologis.
Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat
kelainan struktur dari rektum sampai
sekum. Biopsi diperlukan untuk
menentukan jenis tumor secara patologi-
anatomis.
Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.
c. Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial
lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman
perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola
interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor
melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,
kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi
informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan
konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen
usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila
tirah baring siapkan alat yang
diperlukan dekat tempat tidur,
pasang tirai dan segera buang
feses setelah defekasi).
2. Tingkatkan/pertahankan asupan
cairan per oral.
3. Ajarkan tentang makanan-
minuman yang dapat
memperburuk/mencetus-kan
diare.
4. Observasi dan catat frekuensi
defekasi, volume dan
karakteristik feses.
5. Observasi demam, takikardia,
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
tanda sehingga perlu diantisipasi
dengan menyiapkan keperluan klien.
Mencegah timbulnya maslah
kekurangan cairan.
Membantu klien menghindari agen
pencetus diare.
Menilai perkembangan maslah.
Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
perforasi dan peritonitis yang
memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk
membunuh/menghambat pertumbuhan
agen patogen biologik, antikolinergik
untuk menurunkan peristaltik usus dan
letargi, leukositosis, penurunan
protein serum, ansietas dan
kelesuan.
6. Kolaborasi pemberian obat-
obatan sesuai program terapi
(antibiotika, antikolinergik,
kortikosteroid).
menurunkan sekresi digestif,
kortikosteroid untuk menurunkan
proses inflamasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring selama
fase akut/pasca terapi
2. Bantu perawatan kebersihan
rongga mulut (oral hygiene).
3. Berikan diet TKTP, sajikan
dalam bentuk yang sesuai
perkembangan kesehatan klien
(lunak, bubur kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi pemberian obat-
obatan sesuai indikasi
(roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral.
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera
makan.
Asupan kalori dan protein tinggi perlu
diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.
Pemberian preparat zat besi dan vitamin
B12 dapat mencegah anemia; pemberian
asam folat mungkin perlu untuk
mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin dihentikan
sementara untuk mengistirahatkan
saluran cerna.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan
status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan
rangsang simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang
terdekat terhadap prosedur rutin
dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan
berikan umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan
adalah masalah yang lazim
dialami oleh banyak orang
dalam situasi klien saat ini.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga
(significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan
ketenangan lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat
sedatif.
Informasi yang tepat tentang situasi yang
dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap
lingkungan sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi
yang terjadi.
Mengidentifikasi faktor
pencetus/pemberat masalah kecemasan
dan menawarkan solusi yang dapat
dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa kecemasan adalah
wajar dan tidak hanya dialami oleh klien
satu-satunya dengan harapan klien dapat
memahami dan menerima keadaanya.
Memobilisasi sistem pendukung,
6. Pantau dan catat respon verbal
dan non verbal klien yang
menunjukan kecemasan.
mencegah perasaan terisolasi dan
menurunkan kecemsan.
Menurunkan kecemasan, memudahkan
istirahat.
Menilai perkembangan masalah klien.
4. Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d
intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis,
ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu klien mengembangkan
strategi pemecahan masalah
yang sesuai didasarkan pada
kekuatan pribadi dan
pengalamannya.
2. Mobilisasi dukungan emosional
dari orang lain (keluarga, teman,
tokoh agama, penderita kanker
lainnya)
3. Kolaborasi terapi
medis/keperawatan psikiatri bila
klien mengalami depresi/agresi
yang ekstrim.
Penderita kanker tahap dini dapat hidup
survive dengan mengikuti program
terapi yang tepat dan dengan pengaturan
diet dan aktivitas yang sesuai
Dukungan SO dapat membantu
meningkatkan spirit klien untuk
mengikuti program terapi.
Terapi psikiatri mungkin diperlukan
pada keadaan depresi/agresi yang berat
dan lama sehingga dapat memperburuk
keadaan kesehatan klien.
Menilai perkembangan masalah klien.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan
klien terhadap penyakitnya
(sesuai teori Kubler-Ross)
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien/orang terdekat dan
kemampuan/kesiapan belajar
klien.
2. Jelaskan tentang proses penyakit,
penyebab/faktor risiko, dan
dampak penyakit terhadap
perubahan status kesehatan-
sosio-ekonomi, fungsi-peran dan
pola interaksi sosial klien.
3. Jelaskan tentang terapi
pembedahan, radiasi dan
kemoterapi serta efek samping
yang dapat terjadi
4. Tekankan pentingnya
mempertahan-kan asupan nutrisi
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh kesiapan fisik dan mental klien.
Meningkatkan pengetahuan klien
tentang masalah yang dialaminya.
Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien untuk mengikuti
program terapi.
Penderita kanker yang mengikuti
program terapi yang tepat dengan status
gizi yang adekuat meningkatkan kualitas
hidupnya.
dan cairan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Panduan Askep Nic dan Noc
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
top related