itto project pd 737/14 rev. 2 (i) ”developing supply
Post on 23-Dec-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ITTO Project PD 737/14 Rev. 2 (I)
”Developing Supply Capacity of Wood-based Biomass Energy through Improved Enabling Conditions and Efficient Utilization of Degraded Forest Lands Involving Local
Communities in North Sumatera Province of Indonesia”
Activity 3.4: To conduct a study on feasibility of investment in commercial manufacturing of wood-based energy
including electricity and wood pellet
Dede Hermawan Aswandi Anas
Soedarsono Soedomo
Jakarta, 2019
ENERGI: PERHATIAN UTAMA DUNIA
Konsumsi BBM sangat tinggi: Indonesia menjadi importir BBM
Industri energi belum optimal dan produksi cenderung menurun;
Maraknya penyeludupan BBM bersubsidi dan pengoplosan BBM;
Konversi dan diversifikasi energi berjalan lambat;
Penggunaan bahan bakar nabati (BBN, biofuel) dan energi
biomassa masih rendah.
Target Prioritas Pemerintah Indonesia
• Peningkatan Populasi • Kemajuan Teknologi
• Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan Permintaan Energi
Energi Fosil: • Persediaan terbatas • Tidak ramah lingkungan • Tidak dapat diperbaharui
Energi Terbarukan: • Dapat diperbaharui • Pemanfaatan rendah • Ramah lingkungan
Pemanfaatan Biomassa sebagai Energi Terbarukan
Menambah lapangan kerja Meningkatkan ketahanan energi
Meningkatkan ekomoni masyarakat Mengurangi konflik dan perambahan hutan
Menciptakan energy terbarukan ramah lingkungan
• Menilai potensi permintaan listrik oleh PLN di daerah
sasaran (Sumatera Utara) serta potensi pasar pelet kayu (wood pellet).
• Mengidentifikasi ketersediaan lahan bagi pengembangan
hutan energi.
• Mengidentifikasi jenis tanaman yang potensial sebagai bahan baku pelet kayu, dan
• Menilai kelayakan teknis dan ekonomis pengembangan suatu industri pelet kayu di Sumatera Utara.
Business Flow Utilization of Wood pellet
Analisis Prospek Pasar Pelet Kayu
Analisis Kelayakan Lahan Lokasi Pabrik
Analisis Ketersediaan Bahan Baku
Analisis Aspek Teknis dan Operasional
Analisis Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Analisis Aspek Finansial
Kebijakan Energi Baru Terbarukan • UU NO. 30/2007 tentang Energi.
• UU NO. 30/2009 tentang Ketenagalistrikan.
• PERATURAN PEMERINTAH NO. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
• PERATURAN MENTERI ESDM NO. 12/2015 tentang Perubahan Ke-3 Atas Permen ESDM 32/2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.
• PERATURAN MENTERI ESDM Nomor 24 Tahun 2017, Tentang Mekanisme Penetapan Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
• PERATURAN MENTERI ESDM NO.41/2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
• PERATURAN MENTERI ESDM NO. 50/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
• PERATURAN PRESIDEN NO.22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
• PERATURAN PRESIDEN NO.35/2018 tentang Pilot Project Percepatan Pembangunan PLTSa di 12 Kota yang mengalami kondisi darurat sampah.
• KEPMEN ESDM No. 1772/2017, Tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkit PT.PLN
• PERATURAN MENTERI ESDM NO. 53/2018, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Esdm No. 50/2017, tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
• KEPMEN ESDM No.55/2019, Tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkit PT.PLN.
PERATURAN MENTERI ESDM NO. 50/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk
Penyediaan Tenaga Listrik.
Hal-hal yang memberatkan investor:
- Skema membangun, memiliki, mengoperasikan, dan mengalihkan (build, own, operate, and
transfer/BOOT), dimana seluruh aset dialihkan ke PLN setelah kontrak berakhir.
- Rendahnya harga beli PLN.
Pasa 8 (3) berbunyi; “Dalam hal Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan di sistem
ketenagalistrikan setempat di atas rata-rata BPP Pembangkitan nasional, harga pembelian tenaga listrik
dari PLTBm sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling tinggi sebesar 85% (delapan puluh lima
persen) dari BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat”.
KEPMEN ESDM No. 55/2019, BPP Sumut adalah sebesar Rp 1.451/kWh atau 10.18 sen USD/kWh.
(85% x Rp 1.451/kWh = Rp 1.233/kWh)
PLTBm di Sumut belum menguntungkan
Analisis Kelayakan
1. Analisis Prospek Pasar Pelet Kayu
1.1. Produksi dan Konsumsi Pelet Dunia
Tabel 5.1. Produksi Pelet Dunia (Ton)
Other Europe
1.835.100 2.003.128 2.084.366 2.384.124 2.568.352 3.069.225 20%
North America
6.456.500 6.781.000 7.978.000 9.450.000 9.900.000 10.400.000 5%
South America
56.580 61.500 49.390 75.000 125.350 608.300 385%
Asia & Oceania
152.853 309.177 1.281.977 1.567.796 1.900.483 2.660.430 40%
Total 19.479.120 21.166.399 24.952.274 27.740.347 28.915.393 32.048.416 11% Sumber: Bioenergy Europe Statistical Report, 2018
EU28 48 %
Other Europe
10 %
North America 32 %
South America 2 %
Asia & Oceania
8 %
Distribusi Produksi Pelet Dunia
Tahun 2017 (%)
Tabel 5.2. Konsumsi Pelet Dunia (Ton)
Other Europe 325.079 569.134 598.730 704.194 892.236 27% North America 2.506.000 2.875.000 2.902.000 2.760.000 2.850.000 3%
South America 0 58.000 90.000 n.a. n.a. n.a.
Asia & Oceania 168.941 218.551 1.828.500 2.503.500 3.505.500 40%
Total 19.990.824 21.704.762 26.439.391 27.802.239 31.385.202 13%
Sumber: Bioenergy Europe Statistical Report, 2018
EU28 77 %
Other Europe 3 %
North America
9 %
Asia & Oceania 11 %
Distribusi Konsumsi Pelet Dunia
Tahun 2017 (%)
1.2. Industri Pelet Kayu dan Pasar Eropa
Tabel. Produksi Renewable Energy di Eropa (ktoe) (EuroStat, 2018)
Data FAOSTAT (2016) produksi nasional pelet kayu 5
tahun terakhir 90 kt. Namun, jumlah impor lebih tinggi
menunjukkan konsumsi pelet kayu yang lebih besar di
Jepang. Pada tahun 2015, impor dari Kanada (62,9%), Cina
(24,9%), dan Vietnam (11,8%), lain-lain (0,4%) telah
mencapai 230 kt.
Impor pelet kayu Jepang akan terus tumbuh pesat
dalam beberapa tahun mendatang, dan impor diperkirakan
akan melebihi 5 juta ton pada tahun 2023.
Industri Pelet Kayu dan Pasar Asia
Impor Pelet Kayu Jepang tahun 2018
Jepang
Renewable Portfolio Standard (RPS) memainkan peran
penting dalam pasar pelet kayu di Korea Selatan, sejak
tahun 2012. Diperlukan pemakaian energi listrik 2%, yang
dihasilkan dari energi terbarukan, dan meningkat menjadi
10% tahun 2022.
Korea Selatan
Konsumsi pelet kayu jauh lebih tinggi daripada produksi
dalam negeri pelet kayu di Korea Selatan. Impor pelet
kayu meningkat dari 122 kt pada 2012 menjadi 1.850 kt
pada 2014 dan sedikit menurun menjadi 1.471 kt pada
2015.
Beberapa pasar domestik yang memiliki peluang
untuk ditingkatkan kapasitasnya adalah sebagai
berikut:
- Pabrik pengolahan makanan dan teh, termasuk
UMKM pabrik tahu dan makanan kecil lainnya. Di
Jawa Barat, kebutuhan pelet kayu per bulan
mencapai 5000 ton.
Pasar Domestik
- Pabrik tekstil di Jawa membutuhkan +/- 20,000 MT/bulan.
- Pengering tembakau, peternakan ayam, restoran, dan perhotelan.
- PLN
Satu kg pelet kayu Listrik sebesar 1,355 kWh (1 kWh = 0,74 kg pellet)
(asumsi harga pellet: Rp 1.700/kg), maka Biaya/kWH adalah:
Rp 1.700/kg x 0,74 kg = Rp 1.258/kWh (± 9 sen US Dollar/kWh.
Jika teknik co-firing dilakukan dengan kombinasi 10% pellet kayu dan 90% batubara,
seperti yang dilakukan di Jepang dan Korea Selatan, maka akan diperoleh harga
gabungan:
(9,0 sen x 0,1) + (4,81 sen x 0,9) = 0,9 + 4,33
atau senilai 5,23 sen USD. Harga jual listrik Indonesia saat ini sebesar 11 sen USD,
sehingga masih ada margin keuntungan sekitar 5,77 sen USD.
PLTU Sen USD
Batubara 4.81
Gas 7.0
Pelet Kayu 9.0
2. Analisis Kelayakan Lahan Lokasi Pabrik
KEK Sei Mangkei merupakan suatu Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. KEK ini memiliki luas sebesar 2.002,77 ha, yang terdiri dari tiga zona, yaitu zona industri, zona logistik dan zona pengolahan ekspor. KEK ini telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012
Didukung dengan infrastruktur di dalam dan luar kawasan. Akses dari KEK Sei Mangkei ke : Jalan lintas Sumatera kurang lebih 10 km, Pelabuhan Kuala Tanjung kurang lebih 40 km Bandara Internasional Kualanamu kurang lebih 110 km.
Sebagian besar di Gunung Tua tanahnya datar seperti hamparan, sebagian kontur jalannya lurus-lurus dan bergelombang. Gunung Tua termasuk kota lintas yang penting di Sumatera Utara, karena Gunung Tua termasuk dalam jalur lintas tengah Sumatera. Kabupaten Padang Lawas Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Riau, dan Kabupaten Padang Lawas
Gunungtua
No. KPH
Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Grand Total
Potensial Sesuai Total Potensial Sesuai Total
Total
Sesuai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
KPH Wilayah II Pematang
Siantar 55858.1 16686.1 72585.7 10328.6 475.6 11510.8 84096.5 17161.7
UNIT IX - KPHL 3957.5 84.7 4042.2 14.9 64.9 4107.1 84.7
UNIT VI - KPHP 35257.6 9241.8 44499.4 44499.4 9241.8
UNIT X – KPHL 1082.6 11.8 1751 1751 11.8
UNIT XII - KPHP 16643 7359.6 24044.1 9231.1 463.8 9694.9 33739 7823.4
Jumlah 111716.2 33372.2 145171.4 20657.2 951.2 23021.6 168193 34323.4
2 KPH Wilayah III Kisaran 38688.3 2206.7 43096.4 366.5 38.1 404.6 43501 2244.8
UNIT III - KPHP 18741.5 324.8 19160.7 19160.7 324.8
UNIT VII - KPHL 12303.6 1346.6 14573.1 14573.1 1346.6
UNIT XIII - KPHL 7643.2 535.3 9362.6 366.5 38.1 404.6 9767.2 573.4
UNIT XXI - KPHP 14261.6 5310.9 19572.5 627.1 2154.6 2781.7 22354.2 7465.5
Jumlah 91638.2 9724.3 105765.3 1360.1 2230.8 3590.9 109356.2 11955.1
3 KPH Wilayah V Aek Kanopan (Labuhan Batu Utara) 40692.2 27631.6 68366.5 68366.5 27631.6
UNIT XXII – KPHL 23275.4 23105.8 46423.9 46423.9 23105.8
UNIT XXIII – KPHL 17416.8 4525.8 21942.6 21942.6 4525.8
Jumlah 0 0 0 40692.2 27631.6 68366.5 68366.5 27631.6
4
KPH Wilayah VI Sipirok
(Tapsel) 10823.1 6259.6 17688.3 28581.9 16271.1 44902.4 62590.7 22530.7
UNIT XXVI - KPHL 10823.1 6259.6 17688.3 28581.9 16271.1 44902.4 62590.7 22530.7
Jumlah 21646.2 12519.2 35376.6 57163.8 32542.2 89804.8 125181.4 45061.4
5
KPH Wilayah VII Gunung
Tua (Paluta) 128486.4 55851.8 185292.2 29671.6 13090.7 42800 228092.2 68942.5
UNIT XI - KPHP 12128.8 15032.9 27161.7 1574.5 1781.9 3356.4 30518.1 16814.8
UNIT XXXI - KPHP 116357.6 40818.9 158130.5 28097.1 11308.8 39443.6 197574.1 52127.7
Jumlah 256972.8 111703.6 370584.4 59343.2 26181.4 85600 456184.4 137885
6
KPH Wilayah X Padang
Sidempuan 18829 4095.1 23661.1 39195 8324 49592.3 73253.4 12419.1
UNIT XXVIII - KPHP 18829 4095.1 23661.1 39195 8324 49592.3 73253.4 12419.1
Jumlah 18829 4095.1 23661.1 39195 8324 49592.3 73253.4 12419.1
Grand Total 500802.4 171414.4 680558.8 218411.5 97861.2 319976.1 1000535 269275.6
Alokasi ke Pabrik Sei
Mangke 203354.4 43096.5 250936.7 62709.5 30813.6 94979 345915.7 73910.1
Alokasi ke Pabrik Gunung
Tua 297448 128317.9 429622.1 155702 67047.6 224997.1 654619.2 195365.5
3. Potensi Bahan Baku
KEK Sei Mangkei
KPH Wilayah II Pematang Siantar : 34.323,4 ha,
KPH Wilayah III Kisaran : 11.955,1 ha.
KPH Labuhanbatu Utara :27.631,6 ha
T o t a l : 73.910,1 ha.
Apabila daur selama 10 tahun, maka terdapat 7.391 ha/tahun.
Produksi biomassa untuk setiap jenis kayu adalah sebagai berikut:
- Kaliandra : (30-54 ton/ha/th) x 7 .391 ha = 221.730 – 332.595 ton/th
- Lamtoro : (12-36 ton/ha/th) x 7.391 ha = 88.692 – 266.076 ton/th
- Gamal : 23 ton/ha/th x 7.391 ha = 169.993 ton/th
3. Potensi Bahan Baku
Gunung Tua
KPH Wilayah VI Sipirok : 45.061,4 ha,
KPH Wilayah VII Gunung Tua, : 137.885 ha,
KPH Wilayah X Padang Sidempuan: 12.419,1 ha.
T o t a l : 195.365 ha.
Apabila daur selama 10 tahun, maka terdapat 19.536 ha/tahun.
Produksi biomassa untuk setiap jenis kayu adalah sebagai berikut:
- Kaliandra : (30-54 ton/ha/th) x 19.536 ha = 6586.080 – 879.120 ton/th
- Lamtoro : (12-36 ton/ha/th) x 19.536 ha = 234.432 – 703.296 ton/th
- Gamal : 23 ton/ha/th x 19.536 ha = 449.328 ton/th
No Kabupaten Sekam Padi Batok Kelapa Cangkang Sawit Ampas Tebu
A (ha) B (ton) A (ha) B (ton) A (ha) B (ton) A (ha) B (ton) 1 D. Serdang 153.609 714.661 4.355 3.695 33.856 486.195 849 144.409
2 Karo 20.966 13.194 - - - - - - 3 Simalungun 22,844 9.989 - - 11.041 19.312 - - 4 P. Bharat 5.213 31.755 77 159 1.304 5.216 - - 5 Asahan 71.099 65.356 44.649 5.089 85.440 70.422 - - 6 T. Balai 253 1.062 3.233 2.743 - - - -
7 L. Batu 73.157 47.693 342 287.418 178.750 69.468 - - 8 Tapsel 103.961 89.761 5.875 253 5.817 2.303 - - 9 Taput 65,649 74.817 - - - - - - 10 Humbahas 19.247 87.634 182 88 376 1.220 - - 11 Langkat 58.788 61.717 6.242 4.729 1.145 382 - 96,000
Total 594.856 1.135.983 64.955 304.174 317.736 654.518 849 240,409
Sumber Alternatif Energi Biomassa Berdasarkan Kabupaten di Sumut
• bahan baku alternatif pada pabrik di Sei Mangkei berpotensi dipasok dari Simalungun dan Asahan, yaitu berupa
cangkang sawit sebanyak 89.734 ton/tahun, sekam padi sekitar 75.345 ton/tahun, dan batok kelapa sebanyak 5.089
ton/tahun.
• pabrik di Gunung Tua adalah berupa batok kelapa, yaitu sekitar 287.671 ton/tahun, diikuti oleh sekam padi (137.454
ton/tahun), dan cangkang sawit (71.771 ton/tahun), yang dipasok dari daerah Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan.
No. Lokasi Industri
Sumber Bahan Baku Jarak (Km)
Waktu
1 Sei Mangke
Dolok Panribuan 81,2 2 jam 10 menit
2 Bosar Maligas 18,8 43 menit 3 Asahan 82,5 2 jam
4 Gunungtua Padang sidempuan 62.8 1 jam 43 menit 5 Sipirok 70.3 1 jam 52 menit 6 Binanga (Padanglawas) 25,8 46 menit
7 Padang lawas utara 11,9 25 menit
4. Analisis Aspek Teknis dan Operasional
Pelletizer
Flat Die
Ring Die
1. Faktor konversi bahan baku menjadi pelet adalah 99%, 2. Umur pakai mesin dan bangunan 10 tahun, 3. Kapasitas produksi adalah 10 ton/jam dengan utilization rate rata-
rata 100%, 4. Waktu kerja adalah 7 jam/shift, 3 shift/hari, 25 hari/bulan, dan 12
bulan/tahun, 5. Harga bahan baku di tempat diasumsikan konstan Rp600.000/ton
sepanjang umur proyek, 6. Harga pellet di pabrik diasumsikan konstan Rp 1,500,000 per ton
untuk pabrik di Sei Mangkei dan Rp 1,450,000 per ton untuk pabrik di Gunung Tua sepanjang umur proyek,
7. Harga mesin pembuat pellet adalah Rp 22,810,900,000,-, 8. Suku bunga riil adalah 7.50% per tahun (suku bunga pinjaman
yang umum berlaku dikurangi dengan laju inflasi)
Asumsi-asumsi
ANALISIS FINANSIAL
Indikator Unit Sei Mangkei Gunung Tua
NPV Juta IDR 81.684,2 60.863,0
IRR % 32,78 26,68
BCR - 1,21 1,17
Payback period Tahun 2,9 3,4
• Pembangunan pabrik pellet secara finansial adalah fisibel (diskonto riil sebesar 7,50%).
• HPP adalah sebesar Rp 1,081,640 per ton, dengan komponen utama biaya bahan baku sebesar Rp 666,057 per ton pellet, dan biaya listrik sebesar Rp 265,015 per ton pellet.
Analisis Indikator Kelayakan Finansial
Analisis Sensitivitas
Perubahan Harga Perubahan Harga Pellet
Bahan Baku -10% -5% 0% +5% +10%
IRR
+10% 4.35 15.06 24.63 33.81 42.94
+5% 9.32 19.38 28.72 37.85 47.02
0% 13.92 23.57 32.78 41.90 51.14
-5% 18.29 27.68 36.82 45.97 55.31
-10% 22.51 31.75 40.86 50.08 59.53
NPV (juta IDR)
+10% -8,657.2 22,618.0 67,799.4 99,118.9 116,560.2
+5% 5,216.8 36,497.7 69,829.7 101,318.5 130,453.8
0% 19,090.8 50,377.4 81,684.2 113,008.3 144.347,5
-5% 32,964.7 64,257.0 95,569.0 126,897.8 158,241.1
-10% 46,838.7 78,136.7 109,453.8 140,787.2 172,134.8
Perubahan Harga
Bahan Baku
Perubahan Harga Pelet
(-)10% (-)5% 0% +5% +10%
IRR
+10% -3.37 8.50 18.33 27.42 36.26
+5% 2.50 13.16 22.56 31.49 40.30
0% 7.63 17.56 26.68 35.53 46.34
-5% 12.34 21.81 30.76 39.53 48.45
-10% 16.79 25.95 34.80 43.63 52.59
NPV (juta IDR)
+10% - 27,358.5 2,859.8 33,100.1 63,359.4 93,635.0
+5% - 13,488.2 16,735.9 46,981.5 77,245.6 107,525.6
0% 382.0 30,612.0 60,863.0 91,131.8 121,416.2
-5% 14,252.2 44,488.2 74,744.4 105,018.1 135,306.8
-10% 28,122.5 58,364.3 88,625.8 118,904.3 149,197.4
A. Perubahan Harga Pelet dan Bahan Baku
Pabrik KEK Sei Mangkei Pabrik Gunung Tua
Perubahan Harga pelet
Pemakaian Mesin Sei Mankei Pemakaian Mesin Gunung Tua
0% -5% -10% 0% -5% -10%
IRR
-10% 13.92 4.15 -8.29 7.63 -3.11 -20.66
-5% 23.57 14.42 4.20 17.56 8.16 -3.11
+0% 32.78 23.57 13.92 26.68 17.56 7.63
+5% 41.90 32.32 22.64 35.33 26.24 16.62
+10% 51.14 40.99 30.95 46.34 34.65 24.89
NPV (Rp juta) -10% 19,090.8 -9.0 -37.2 382.0 -26.8 -54.0
-5% 50,377.4 20.7 9.0 30,612.0 1.9 -26.8
+0% 81,684.2 50.4 19.1 60,863.0 30.6 0.4
+5% 113,008.3 80.1 47.2 91,131.8 59.3 27.6
+10% 144,347.5 109.9 75.4 121,416.2 88.1 54.8
Payback Period (tahun) -10% 5.2 - - 6.8 - - -5% 3.7 5.2 - 4.5 6.6 - +0% 2.9 3.7 5.2 3.4 4.5 6.8
+5% 2.3 2.9 3.8 2.7 3.4 4.7
+10% 1.9 2.4 3.0 2.2 2.7 3.6
Perubahan Harga Pellet dan Tingkat Utilisasi Mesin
No. Komponen Investasi (Rp) 1 Bangunan 6,234,375,000
Pabrik (2500 m2) 2,493,750,000
Gudang (1000 m2) 952,875,000
Kantor (300 m2) 2 Mesin pellet 22,999,462,200
3 Kendaraan dan alat berat 2,765,000,000
• Komponen terbesar operational cost adalah production cost Rp 24.648 milyar; selebihnya untuk
biaya pemasaran dan biaya umum dan administrasi.
• Alat berat utama yang dibutuhkan adalah forklift dengan jumlah 17-18 unit dengan harga Rp
150.000.000 per unit. Adapun kendaraan yang dibutuhkan adalah kendaraan tipe Viar Karya 150
RMDT dengan daya angkut 0.39 ton.
Kebutuhan Investasi
• Dibutuhkan investasi Rp 65 M: Rp 36,267 M
sebagai capital cost, Rp 26,7 M sebagai
operational cost, dan sisanya sebagai cadangan.
• Capital cost terbesar adalah pembelian mesin
sebesar Rp 22,9 M, disusul bangunan Rp 9,681
M, dan peralatan berat Rp 2.765 M.
Komponen capital cost utama:
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1. Kesimpulan
- Kebijakan Pemerintah, khususnya Permen ESDM No. 50/2017, tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik, dan Kepmen ESDM No.55/2019, tentang Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkit PT.PLN, belum berpihak kepada investor swasata yang bergerak di bidang EBT.
- Permintaan dunia terhadap pelet kayu meningkat 13% per tahun, laju produksi hanya 11% per tahun, terutama dari Negara-negara Uni Eropa, diikuti Asia & Oseania, dan Amerika Utara. Laju permintaan pelet tertinggi di Asia & Oseania, sebesar 40%/tahun, khususnya Jepang dan Korea Selatan,
- Sampai saat ini, pasar pelet kayu dalam negeri masih belum menggembirakan, disebabkan rendahnya harga jual, dan belum didukung oleh kebijakan pemerintah, dalam penggunaan energi.
Kesimpulan (Lanjutan)
- Pabrik pelet kayu di Sumatera Utara sebaiknya dibangun pada dua lokasi potensial, (a) di KEK Sei Mangke di Simalungun, dan (b) Gunung Tua di Utara.
- Beberapa jenis kayu energi potensial sebagai bahan baku pelet kayu adalah kaliandra (Caliandra callothyrsus), gamal (Gliricidea sepium), dan lamtoro (Leucaena leucocephala).
- Bahan baku kayu pabrik KEK Sei Mangkei akan dipasok dari KPH Pematang Siantar seluas 34.323,4 ha, dan KPH Kisaran 11.955,1 ha dan KPH Labuhanbatu Utara 27.631,6 ha. Potensi luas total 73.910 ha. Sedangkan di Gunung Tua, akan dipasok dari KPH Sipirok 45.061,4 ha, KPH Gunung Tua 137.885 ha, dan KPH Padang Sidempuan, seluas 12.419,1 ha, sehingga total lahan tersedia 195.365 ha.
- Pembangunan hutan tanaman energi Kaliandra akan menghasilkan potensi biomassa 221.730 – 332.595 ton/tahun untuk disuplai pada industry KEK Sei Mangkei serta 586.080 – 879.120 ton/tahun untuk industri di Gunung Tua.
Kesimpulan (Lanjutan)
Proses produksi wood pellet meliputi 3 tahapan utama yaitu,
- pengeringan, - penggilingan (grinding), dan - densifikasi (pelleting).
Berdasarkan potensi lahan yang tersedia di dua lokasi terpilih, kapasitas produksi 10 ton pellet per jam bisa diterapkan, terutama untuk pabrik yang berorientasi ekspor, dengan menggunakan ring die pelletizer.
Parameter KEK Sei Mangkei Gunungtua
NPV 81,684.2,- juta IDR 60,863.0 juta IDR
IRR 32.78% 26.68%
B/C 1.21 tahun 2.9 tahun
Pabrik Pelet Kayu LAYAK dibangun:
6.2. Rekomendasi
- Memanfaatkan biomassa kelapa sawit (batang, tandan buah kosong, cangkang) sebagai bahan baku alternatif pelet kayu, sehingga keberlangsungan pasokan bahan baku menjadi lebih terjamin.
- Pemerintah segera mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada investor swasta, khususnya yang berkaitan dengan harga beli listrik oleh PLN.
- Mengenalkan rancangan teknologi sederhana kompor pelet kayu (burner) kepada pelaku usaha.
TERIMA KASIH ~ MAULIATE ~ THANK YOU
ITTO WORKSHOP PD737/14 Rev.2 (I) DEVELOPING SUPPLY CAPACITY OF WOOD-BASED BIOMASS ENERGY THROUGH IMPROVED ENABLING CONDITIONS AND EFFICIENT
UTILIZATION OF DEGRADED FOREST LANDS INVOLVING LOCAL COMMUNITIES IN NORTH SUMATRA PROVINCE OF INDONESIA
top related