jadal dan uslub-uslub alqur`an -...
Post on 18-Jul-2019
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JADAL dan USLUB-USLUB ALQUR`AN
Oleh: Asep Sopian
A. Pendahuluan
Berselisih paham atau berbeda pendapat biasanya menimbulkan
perdebatan. Dalam perdebatan biasanya orang-orang yang berbeda
pendapat akan bertengkar dan saling menyerang dengan kata-kata
untuk mengajukan alasan atau argumen masing-masing. Kemahiran
berdebat juga menunjukkan sampai sejauh mana tingkat IQ seseorang,
karena dalam proses berdebat sudah pasti peranan ketajaman otak
seseorang tidak bisa diremehkan. Tapi itu bukan selalu menjadi ukuran
bila dilihat bahwa suatu perdebatan adalah untuk tujuan mencari
kebenaran atau menguji sebuah kebenaran yang telah diumumkan
maupun yang akan diumumkan. Dalam hal ini ketajaman otak seseorang
bisa saja memanipulasi sebuah kebenaran menjadi kebenaran baru yang
tidak benar atau palsu.
Kita sering mendengar, "Fakta berbicara". Sering-sering
demikian tapi sayangnya tidak selalu demikian. Karena sering-sering juga
manusia lebih pintar bicara dari fakta sehingga fakta yang bicara tanpa
kata-kata atau sans parole itu bisa dikalahkan oleh manusia yang pintar
menggunakan kata-kata. Sebagai contoh, banyak ditemui di gedung
Parlemen, Pengadilan, koran-koran, majalah, pasar, dan di ruang diskusi.
1
Mengapa "fakta bicara" mungkin bisa dikalahkan oleh lidah manusia yang
berbicara atau jari-jari manusia yang menulis. Salah satu sebabnya
adalah karena manusia yang pandai mengajukan atau membuat, atau
mengarang argumentasi, biasanya juga mempunyai seni atau cara
berdebat yang pandai. Kita mengenal seni sastra, seni lukis, seni suara,
seni tari dan sebutkanlah segerobak seni lainnya. Debat yang ada
seninya juga harus diberi arti positif, untuk mencari dan menguji
kebenaran. Memancing perdebatan adalah juga salah satu cabang seni
berdebat yang juga populer. Tukang debat yang pintar dan punya
motivasi besar tidak akan meladeni pendebat-pendebat amatir karena
mereka tidak akan "punya waktu" untuk apa yang mereka anggap "debat
kusir" yang kerap kali diartikan pertengkaran di pasar yang tidak tentu
pasal mulanya, ujung pangkalnya, titik tolaknya, bertengkar seenak
perutnya dan biasanya yang menang adalah yang paling keras suaranya,
yang paling besar pelototan matanya dan tidak jarang yang paling besar
dan kuat badannya. Pemenangnya bukan orang yang paling banyak
argumentasi. Debat kusir di kalangan rakyat adalah biasanya debat
jenaka yang mengandung kebijaksanaan, filsafat rakyat kecil, pemikiran
mereka yang spontan dan juga dianggap sebagai hiburan sambil ngobrol
ngalor-ngidul (kesana kemari) untuk melupakan kelelahan dari kerja berat
atau ketegangan sosial yang di masa dulu sambil naik bendi sambil
ber-"debat kusir" dengan si kusir yang juga haus ngobrol dengan
penumpang-penumpangnya.
2
Juga seorang pendebat yang sungguh-sungguh ingin mencari
kebenaran, menguji kebenaran dan yang terpenting memenangkan
kepentingan rakyat, menyuarakan keadilan dan demokrasi, pun harus
menguasai seni berdebat dengan mementingkan kepandaian
beragumentasi, ketrampilan berpikir cepat, tidak terprovokasi, tidak cepat
panas dan memaki tapi dengan tenang menjawab semua tuduhan yang
tidak benar, menyingkap manipulasi, menjelaskan dan menguakkan
dengan kata-kata jitu dan bukan memfitnah. Seni berdebat terletak pada
argumentasi yang jelas, meyakinkan dan menarik dan bukan
memanipulasi. Cepat marah dan terprovokasi sudah pasti bukan seni
berdebat, termasuk belagak pinter maupun belagak bodoh. Berdebat itu
sehat dan mencerdaskan otak kalau ia diberi seni.
Begitu pula kebenaran yang bersumber dari Alquran yang sudah
jelas nampak dan nyata telah dapat di sentuh manusia, dibeberkan oleh
berbagai bukti alam dan tidak lagi memerlukan argumentasi lain untuk
menetapkan kebenarannya. Namun demikian, kesombongan seringkali
mendorong seseorang untuk membangkitkan keraguan dan
mengacaukan kebenaran tersebut dengan berbagai kerancuan yang
dibungkus dengan baju kebenaran serta dihiasi dengan cermin akal.
Usaha demikian ini perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-hakikat
tersebut mendapat pengakuan yang semestinya, dipercaya, atau malah
diingkari. Alquran adalah seruan Allah kepada seluruh umat manusia,
berdiri tegak dihadapan berbagai macam arus yang mengupayakan
kebatilan untuk mengingkari hakikat-hakikatnya dan menperdebatkan
3
pokok-pokoknya. Karena itu, perlu membungkam intrik-intrik mereka
secara kongkrit dan realistis serta menghadapi mereka dengan gaya atau
uslub bahasa yang memuaskan, argumen yang pasti dan bantahan yang
ajeg.
Allah menyatakan di dalam Alquran bahwa jadal atau berdebat
merupakan salah satu tabi'at manusia:
ل� } د� ء� ج� ي ر� ش� ث� ان� أ�ك �نس� ان� ال ك� {54و�
"Dan manusia adalah mahkluk yang paling banyak debatannya"
(QS. Al-Kahfi [8]: 54). Yakni paling banyak bermusuhan dan
bersaing.
Rasulullah saw. juga diperintahkan agar mengahadapi
pertentangan dan permusuhan orang-orang musyrikin dengan berdebat
yang baik dan dapat meredakan keberingasan mereka. Allah Ta'ala
berfirman,
له�م ب�ال�ت�ي ه�ي اد� ج� ة� و� ن� س� ة� الح� ظ� ع� و الم� ة� و� م� ب)ك� ب�الح�ك ب�يل� ر� ع� إ�ل�ى س� اد
ن� … } س� {125أ�ح
"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang paling
baik" (QS. Al-Nahl [16] :125)
4
Di samping itu, Allah memperbolehkan berdebat dengan Ahli
Kitab dengan cara yang baik. Allah Ta'ala berfirman,
ن� } س� ي� أ�ح اب� إ�ل� ب�ال�ت�ي ه� ت� ل� الك� ل�وا أ�ه اد� ل� ت�ج� {46و�
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab melainkan
dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Ankabut [25] : 46)
Berdebat demikian bertujuan menampakkan hak (kebenaran
sejati) dan menegakan hujjah atas validitasnya. Berbeda dengan
perdebatan orang yang memperturutkan hawa nafsu, mereka berdebat
hanya merupakan persaingan yang batil belaka. Allah Ta'ala berfirman,
يجادل الذين كفروا بالباطل } { 56و�
"…tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang batil…" (QS.
Al-Kahfi [18]:56)
Adapun dalam makalah yang sederhana ini, penulis akan
menyajikan hal yang bertemali dengan jadal dalam Alquran dan gaya
atau uslubnya dalam menampakkan kebenaran dan mematahkan aneka
intrik dan berbagai penentangan orang-orang kafir secara realistis dan
nyata.
B. Definisi Jadal
5
Dikatakan di dalam KBBI (1994:214)1: Debat adalah
pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai sesuatu hal dengan
saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Jadi berdebat ialah bertukar pikiran tentang sesuatu hal dengan saling
memberi alasan untuk mempertahankan argumen.
Manna' al-Qathan di dalam Mabahits fi 'Ulumil Qur`an berkata2:
وجدل و الجدال: المفاوضة على سبيل المنازعة والمغالبة للزام
الخصم.
Jadal atau jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing
dan berlomba untuk mengalahkan lawan.
Pengertian ini berasal dari ungkapan: Jadaltu al-habla yang
berarti aku kokohkan jalinan tali itu. Mengingat kedua belah pihak yang
berdebat itu mengokohkan pendapanya masing masing dan berusaha
menjatuhkan lawan dari pendirian yang dipengangnya.
Senada dengan pengertian di atas al-Ashfahani berkata3:
الجدال: المفاوضة على سبيل المنازعة والمغالبة، وأصله من: جدلت
الحبل، أي: أحكمت فتله ومنه: الجديل )الجديل والجدالة: الرض.
(، وجدلت البناء: أحكمته، ودرع مجدولة،1/179راجع: المحكم
والجدل: الصقر المحكم البنية. والمجدل: القصر المحكم البناء، ومنه:1 Depdikbud, Kamu Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2. hal 2142 Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil qur`an , (Riyadl: Mansyurat al-'Ashri al-Haditsah,tt), hal. 2983 al-Ashfahani, Mu'jal mufradat al-fazhil qur`anil karim, (Beirut: Darul Fikr, tt), hal. 87
6
الجدال، فكأن المتجادلين يفتل كل واحد الخر عن رأيه. وقيل: الصل
في الجدال: الصراع وإسقاط النسان صاحبه على الجدالة، وهي
الرض الصلبة.
Dikatakan di dalam al-Qamus:
الجدل : مقابلة الحجة بالحجة
Selanjutnya, al-Jurjani berkata di dalam al-Ta'rifât4:
الجدال عبارة عن مراء يتعلق بإظهار المذاهب وتقريرها.
الجدل هو القياس المؤلف من المشهورات والمسلمات والغرض منه
إلزام الخصم وإقحام من هو قاصر عن إدراك.
مقدمات البرهان دفع المرء خصمه عن إفساد قوله بحجة أو شبهة أو
يقصد به تصحيح كلمه وهو الخصومة في الحقيقة
Dari definisi-definisi di atas, diperoleh kesimpulan bahwa jadal
atau jidal adalah berdebat dengan menggunakan hujjah dan orang yang
berdebat itu saling bersaing dan mengalahkan argumen lawannya.
C. Kata Jadal dan Derivasinya Dalam Alquran
4 Ali al-Jurjani, al-Ta'rifât, (Beirut: Darul Kitab al-Arabiy, 1405), Juz. 1, hal. 101.
7
Berikut ini penulis sajikan kata jadal beserta derivasinya yang
terdapat di dalam Alquran, antara lain:
قال ا تعالى:
<125وجادلهم بالتي هي أحسن >النحل/
"…dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik…" (QS.
Al-Nahl [16] :125)
Ash-Shabuni di dalam Mukhtashar Ibnu Kasir mengatakan
bahwa5:
}وجادلهم بالتي هي أحسن{، أي من احتاج منهم إلى مناظرة وجدال،
فليكن بالوجه الحسن برفق ولين وحسن خطاب كقوله تعالى: }ول تجادلوا أهل
الكتاب إل بالتي هي أحسن إل الذين ظلموا منهم{ الية، فأمره تعالى بلين
الجانب، كما أمر به موسى وهارون عليهما السلم حين بعثهما إلى فرعون
في قوله: }فقول له قول لينا لعله يتذكر أو يخشى{.
"(yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah…" (QS.
Ghafir [40]:35)
<68وإن جادلوك فقل ا أعلم >الحج/
5 http://www. Muhaddith. org: Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir
8
"Dan jika mereka mendebat kamu, maka katakanlah, 'Allah lebih
mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan'". (QS. Al-Hajj
[22]:68)
<32قد جادلتنا فأكثرت جدالنا >هود/
"Sesungguhnya kamu telah berdebat dengan kami, dan kamu
telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami,,," (QS. Hud
[11]:32)
<58ما ضربوه لك إل جدل >الزخرف/
"…mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu
melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka
adalah kaum yang suka bertengkar". (QS. Az-Zukhruf [43]:58)
<54وكان النسان أكثرشيء جدل >الكهف/
"Dan manusia adalah mahkluk yang paling banyak debatannya"
(QS. Al-Kahfi [8]: 54). Yakni paling banyak bermusuhan dan
bersaing.
<13وهم يجادلون في ا >الرعد/
9
"…dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah…" (QS. Ar-
Ra'du [13]:13)
<5وجادلوا بالباطل >غافر/
"…dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil…" (QS.
Ghafir [40]:5)
Dari berbagai ayat di atas, jadal (debat) di dalam Alquran, terdiri
atas dua kelompok. Pertama, debat yang dilontarkan Allah kepada para
penentang-Nya. Dalam hal ini, Rasul sebagai pengemban Risalah-Nya,
mendebat dan membantah para pengusung kebatilan dengan cara yang
hikmah dan mengandung pelajaran serta bahasa yang lembut. Kedua,
debat yang dilontarkan oleh orang-orang kafir, mereka bermaksud
mematahkan dan mengalahkan Alquran dengan cara membantah
kebenarannya melalui aneka hujjah dan berbagai argumen batil.
D. Metode Berdebat Yang Ditempuh Alquran
Dikatakan di dalam Mabahits fi 'ulumil qur`an6 Alquran al-Karim
dalam berdebat dengan para penantangnya banyak mengemukakan
dalail dan bukti yang kuat serta jelas yang dapat dimengerti kalangan
awam dan orang ahli. Ia membatalkan setiap kerancuan vulgar dan
mematahkannya dengan perlawanan dan pertahanan dalam uslub yang
6 Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil Qur`an, (Riyadl: Mansyurat al- 'Ashei al-hadits, tt), hal. 299-302. terj
10
konkrit hasilnya, indah susunannya, dan tidak memerlukan pemerasan
akal atau banyak penyelidikan.
Alquran tidak menempuh metode yang dipegang teguh oelah
para ahli kalam yang memerlukan adanya muqaddimah (premis) dan
natijah (konklusi), seperti dengan cara ber-istidlal (inferensi) dengan
seseuatu yang bersifat universal atas yang partial dalam qiyas syumul,
atau ber-istidlal dengan yang partial atas yang universal dan qiyas
istiqra`. Semua ini disebabkan:
Pertama, Alquran datang dalam bahasa Arab dan menyeru
mereka dengan bahasa yang mereka kenal.
Kedua, bersandar pada fitrah jiwa, yang percaya kepada apa
yang disaksikan dan dirasakan, tanpa perlu mendalam dalam beristidlal
adalah lebih kuat pengaruhnya dan lefih efekif hujjahnya.
Ketiga, meninggalkan perkataan yang jelas, dan
mempergunakan perkataan yang jelimet dan pelik merupakan kerancuan
dan teka-teki yang hanya dapat di mengerti oleh orang khâs (ahli). Cara
demikian yang ditempuh oleh ahli logika tidak sepenuhnya benar.
Karenanya, dalil-dalil tentang auhid dan hidup kembali di akhirat yang
dapat diungkapkan dalam Alquran merupakan dalalâh tertentu yang
dapat memberikan makna yang ditunjukkan secara otomatis tanpa harus
memasukkannya ke dalam qadliyah kulliyah (Universal proportion).
Dikatakan demikian, karena agama tidak semuanya bisa
dibuktikan secara empirik, misalnya tentang wujud Tuhan dan eksistensi-
Nya.
11
Hal di atas sejalan dengan perkataan Ibnu Taimiyah di dalam ar-
Raddu 'alal Mantiqiyyin yang mengatakan bahwa:
Dalil-dalil analogi yang dikemukakan para ahli debat, yang
mereka namakan 'bukti-bukti' untuk menetapkan adanya Tuhan,
Sang Pencipta, Yang Mahasuci dan Mahatinggi itu, sedikit pun
tidak dapat menunjukkan esensi Zat-Nya. Namun, hanya
menunjukkan sesuatu yang mutlak dan universal. Konsepnya itu
sendiri tidak terlepas dari kemusyrikan…Adapun barangsiapa
yang tidak mempunyai konsep tentang sesuatu yang bebas dari
kemusyrikan, kama dia belum mengenal Allah….
Selanjutnya, beliau mengatakan ini (yang dilakukan ahli logika)
berbeda dengan ayat-ayat yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya,
seperti firman-Nya:
ف�لك� ال�ت�ي ال ار� و� ه� �الن ل� و� ت�ل�ف� الل�ي اخ ض� و� ال�ر ات� و� او� م� �لق� الس إ�ن� ف�ي خ�
ا ي� اء ف�أ�ح �ن م اء� م� م� �ن� الس � م� ل� ا[ ا أ�نز� م� نف�ع� الن�اس� و� ا ي� ر� ب�م� ح ي ف�ي الب� ر� ج ت�
اح ي� يف� الر) ر� ت�ص ة� و� �آب ل) د� ن ك� ا م� ب�ث� ف�يه� ا و� ت�ه� و د� م� ع ض� ب� ب�ه� الر
ق�ل�ون� } ع م� ي� ات� ل)ق�و ض� لي� ال�ر اء و� م� �ن� الس ي ر� ب� خ) اب� الم�س� ح� �الس {164و�
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
12
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-
tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(QS. Al-Baqarah [2]:164), dan firman-Nya,
د د� وا ع� ل�م� ع ل� ل�ت� از� ن� ه� م� ر� �ق�د ر� ن�ورا� و� ق�م� ال اء و� ي� س� ض� ل� الش�م ع� ي ج� و� ال�ذ� ه�
ل�م�ون ع م� ي� ات� ل�ق�و ل� الي� ق) ي�ف�ص) ل�ك� إ�ل� ب�الح� � ذ� ل�ق� ا[ ا خ� اب� م� الح�س� ن�ين� و� الس)
ض5} ال�ر ات� و� او� م� �� ف�ي الس ل�ق� ا[ ا خ� م� ار� و� ه� �الن ل� و� ت�ل�ف� الل�ي { إ�ن� ف�ي اخ
ق�ون� } �ت م� ي� ات� ل)ق�و {6لي�
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada
pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di
langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-
Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Yunud [10]: 5-6),
serta firman Allah Ta'ala,
13
ة ر� ص� ب ار� م� ه� �ة� الن ا آي� ن� ل ع� ج� ل� و� ة� الل�ي ا آي� ن� و ح� ن� ف�م� ي ت� ار� آي� ه� �الن ل� و� ا الل�ي ن� ل ع� ج� و�
اه ن� ل �ء� ف�ص ي ل� ش� ك� اب� و� الح�س� ن�ين� و� د� الس) د� وا ع� ل�م� ع ل�ت� م و� ك� ب) �ن ر ل� م) وا ف�ض غ� ت� ب ل�ت�
يل� } فص� {12ت�
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang,
agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala
sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. Al-`Isra` [17]:12)
Ayat-ayat di atas menunjukkan esensi Pencipta Yang Tunggal,
Allah SWT, tanpa berbagi dengan yang lain.
Az-Zarkasi berkata7: Ketahuilah bahwa Alquran telah mencakup
segala macam dalil dan bukti. Tidak ada satu dalil pun, satu bukti, atau
aneka definisi mengenai sesuatu, baik berupa persepsi akal, maupun
dalil naql yang universal, melainkan telah dibicarakan oleh Kitabullah.
Namun, Allah mengemukakannya sejalan dengan kebiasaan-kebiasaan
orang Arab; tidak menggunakan aneka metode berfikir yang rumit. Hal ini
dikarenakan dua hal:
Pertama, mengingat firman-Nya, "Dan Kami tidak mengutus
seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya" (QS. Ibrahim
[14]: 4).
7 Az-Zarkasi Abu Abdullah, Al-Burhan fi 'ulumil Qur`an, (Beirut: Darul Ma'rifah, 1391 H), Juz 2, hal. 24-25.
14
Kedua, bahwa orang yang cenderung menggunakan argumentasi
pelik dan rumit itu sebenarnya ia tidak sanggup meneggakkan hujjah
dengan kalam yang jelas. Sebab orang yang mampu memberikan
pengertian (persepsi) tentang sesuatu dengan cara lebih jelas yang bisa
dipahami sebagian besar orang, tentu tidak perlu melangkah ke cara
yang lebih kabur, rancu, dan teka-teki yang hanya dipahami oleh
segelintir orang. Karena itu, Allah memaparkan seruan-Nya dalam
berargumentasi dengan makhluk-Nya dalam bentuk argumentasi yang
paling jelas yang meliputi juga bentuk yang paling pelik.
E. Macam-macam Perdebatan di dalam Alquran dan Dalilnya.
1. Menyebutkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah melakukan
perenungan dan pemikiran untuk dijadikan dalil penetapan dasar-
dasar akidah, seperti ketauhidan Allah dalam uluhiyah-Nya dan
keimanan kepada malaikat, Kitab-kitab, para rasul, dan hari
kemudian. Perdebatan semacam ini banyak di ungkap di dalam
Alquran. Misalnya,
ق�ون� } �ت م ت� ل�ك� م ل�ع� ل�ك� ب ن ق� ين� م� ال�ذ� م و� ل�ق�ك� ي خ� م� ال�ذ� ك� �ب وا ر� ب�د� ا الن�اس� اع ه� bا أ�ي {21ي�
ج� ر� اء� ف�أ�خ اء� م� م� �ن� الس ل� م� أ�نز� اء و� اء ب�ن� م� �الس اشا� و� ض� ف�ر� م� ال�ر ل� ل�ك� ع� ي ج� ال�ذ�
ل�م�ون� } ع أ�نت�م ت� ادا� و� � أ�ند� ] ل�وا ل� ع� ج م ف�ل� ت� قا� ل�ك� ز ات� ر� ر� م� �ن� الث {22ب�ه� م�
15
Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu Yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:22)
Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan
Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (QS. Al-Baqarah [2]:164)
2. Membantah pendapat para penantang dan pembangkang, serta
mematahkan argumentasi mereka. Perdebatan semacam ini
mempunyai beberapa bentuk:
a. membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanya
tentang hal-hal yang telah diakuo dan diterima, baik oleh
16
akal, agar ia mengakui apa yang sebelumnya diingkari,
seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk
menetapkan adanya Khalik, misalnya,
ال�ق�ون� } م� الخ� ء� أ�م ه� ي ر� ش� ي ن غ� ل�ق�وا م� ات35أ�م خ� او� م� �ل�ق�وا الس { أ�م خ�
ل ل� ي�وق�ن�ون� } ض� ب� �ر ال ون� }36و� ر� ط� ي م� الم�ص� ب)ك� أ�م ه� ائ�ن� ر� ز� م خ� ه� ند� { أ�م ع�
ب�ين� }37 bان� م لط� ه�م ب�س� ع� م� ت� س أت� م� ي� ل ون� ف�يه� ف� ع� م� ت� س ل�مe ي� { أ�م ل�ه38{ أ�م ل�ه�م س�
ن�ون� } ب� م� ال ل�ك� ات� و� ن� ب� ق�ل�ون� }39ال ث bم� م ر� غ �ن م را� ف�ه�م م) أ�ل�ه�م أ�ج س { أ�م40{ أ�م ت�
ت�ب�ون� } ك ب� ف�ه�م ي� ي م� الغ� ه� ند� ون� }41ع� يد� ك� م� الم� وا ه� ف�ر� ين� ك� ال�ذ� دا� ف� ي ون� ك� يد� { أ�م ي�ر�
ك�ون� }42 ر� ا ي�ش �م � ع� �ان� ا ح� ب � س� �ر� ا ي {43{ أ�م ل�ه�م إ�ل�هe غ�
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka sendiri). Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada
perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa ?
Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk
mendengarkan pada tangga itu hal-hal yang gaib) Maka
hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka
mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah
anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki.
Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka
dibebani dengan hutang. Apakah ada pada sisi mereka
pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya.
17
Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya Maka orang-orang
yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah mereka
mempunyai ilah selain Allah.Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. (QS. At-Thur [52]: 35-43)
b. Mengambil dalil dengan mabda` (sala mula kejadian)
untuk menetapkan ma'ad. Misalnya firaman Allah
Ta'ala,
Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama
Sebenarnya mereka dalam keadan ragu-ragu tentang penciptaan
yang baru. (QS. Qaaf [50]:15)
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar yang keluar dari
antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya
(hidup sesudah mati). (QS. At-Thariq [86]:8)
c. Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan
(kebenaran) kebalikannya, seperti
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan
semestinya dikala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan
sesuatupun kepada manusia". Katakanlah, "Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai
18
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu
lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan
(sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-
bapak kamu tidak mengetahui(nya)". Katakanlah,"Allah-lah (yang
menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan al-
Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya. (QS. Al-An'am [6]:91)
d. Menghimpun dan memerinci, yakni menghimpun beberapa
sifat dan menerangkan bahwa aneka sifat itu bukanlah
'illah, alasan hukum, seperti,
(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba
dan sepasang dari kambing. Katakanlah:"Apakah dua yang jantan
yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang
ada dalam kandungan dua betinanya". Terangkanlah kepadaku
dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang
yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.
Katakanlah, "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah
dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua
betinanya. Apakah kamu menyangsikan di waktu Allah
menetapkan ini bagimu. Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk
19
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan". Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-
An'am 6:1443-144)
e. Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan
menjelaskan bahwa pendapat yang dikemukakannya itu
menimbulkan suatu persepsi yang tidak di akui oleh siapa
pun, misalnya,
Dan mereka (orang-orang Musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi
Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka
membohong (dengan mengatakan): Bahwasanya Allah
mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu
pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat
yang mereka berikan. Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana
Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia
menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al-An'am [6]: 100-101)
F. Definisi Uslub Alquran
Sebagaimana kita ketahui bahwa Alquran bukanlah ciptaan
manusia, atau ciptaan Muhammad, tetapi ia adalah kalam Allah.
Karenanya, uslub atau gaya bahasanya pun akan berbeda sekali dengan
20
perkataan manusia. Karena tiada satu makhluk pun yang dapat
membuat semisal Alquran. Hal ini ditegaskan oleh Ash-Shabuni di dalam
shafwatuf tafasir8 ketika menafsirkan ayat, "Fa`tu bi suratim mim
mistslihi…" bahwa manusia tidak akan pernah mampu untuk membuat
yang semisal dengan Alquran dalam hal balaghah, fashahah, dan
bayannya.
Dikatakan di dalam al-Qamus9: Uslub berarti: gaya; jalan/cara,
metode, teknik, prosedur; cara, gaya, pertunjukan, pola teladan. Adapun
yang dimaksud dengan uslub Alquran adalah gaya atau metode Alquran
dalam menyampaikan perintah, larangan, memberi pilihan, dan
sebagainya.
G. Contoh-Contoh Uslub Alquran
Alquran di dalam menyuruh, melarang, dan memberi pilihan
kepada hamba, tidak hanya memakai semacam uslub saja. Berikut ini
uslub-uslub yang terdapat di dalam Alquran, antara lain:
1. Uslub dalam menyuruh suatu perbuatan10
Alquran dalam menuntut kita mengerjakan suatu pekerjaan
menggunakan sepulub macam uslub, yakni:
8 Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Beirut: Darul Qur`anul Karim, 1985). Jilid 1, hal. 429 http://www. Muhaddith.org10 Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah PengantarIlmu Alquran/tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1954), hal. 165-172
21
Pertama, menyuruh dengan jelas menggunakan kata suruhan,
seperti firman Allah Ta'ala:
اء ش� ن� الف�ح ه�ى ع� ن ي� ب�ى و� ي الق�ر اء ذ� إ�يت� ان� و� س� ال�ح ل� و� د ر� ب�الع� أم� � ي� إ�ن� ا[
ون� } ر� �ك ذ� م ت� ل�ك� م ل�ع� ك� ظ� ع� ي� ي� غ ب� ال ر� و� نك� الم� {90و�
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran.
(QS. Al-Nahl [16]:90), dan
ن� الن�اس� أ�ن ي ت�م ب� م ك� ا ح� إ�ذ� ا و� ل�ه� ات� إ�ل�ى أ�ه ان� وا ال�م� bأ�ن ت�ؤد م ك� ر� أم� � ي� إ�ن� ا[
يرا� } يعا� ب�ص� م� ان� س� � ك� م ب�ه� إ�ن� ا[ ك� ظ� ع� ا ي� �م � ن�ع� ل� إ�ن� ا[ د م�وا ب�الع� ك� ح {58ت�
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa 4:58)
Kedua, menerangkan bahwa perbuatan yang diperintahkan itu
diwajibkan kepada yang dikenai hukum.
ل�ى ت ق� اص� ف�ي ال م� الق�ص� ك� ل�ي ت�ب� ع� ن�وا ك� ين� آم� ا ال�ذ� ه� bا أ�ي ي�
22
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh… (QS. Al-
Baqarah [2]:178)
Ketiga, mengabarkan bahwa perbuatan itu diwajibkan kepada
semua manusia atau golongan tertentu.
ل�ى الن�اس� ح�ج � ع� ] ل� نا� و� ان� آم� ل�ه� ك� خ� ن د� م� يم� و� اه� ر� ق�ام� إ�ب �ـن�اتe م ي) اتe ب� ف�يه� آي�
ين� } ال�م� ن� الع� ن�يh ع� ف�ر� ف�إ�ن� ا غ� ن ك� م� ب�يل� و� ه� س� اع� إ�ل�ي ط� ت� ن� اس ت� م� ي ب� {97ال
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran 3:97)
Keempat, berkaitan dengan sesuatu perbuatan yang dituntut
kepada orang yang dikenai perbuatan itu.
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru'… (QS. Al-Baqarah [2]:228)
Kelima, memerintah dengan menggunakan fi'il amr atau fi'il
mudlari` yang disertai lam amr.
� ق�ان�ت�ين ) ] ق�وم�وا ل� ى و� ط� س ل�ة� الو� �ات� والص ل�و� �ل�ى الص وا ع� اف�ظ� (238ح�
23
Peliharalah segala shalatmu, dan shalat wustha. Berdirilah untuk
Allah dalam shalatmu dengan khusyu'. (QS. Al-Baqarah [2]:238)
Keenam, dengan menggunakan kata fardlu, seperti
ك�ون ل� ي� ي ان�ه�م ل�ك� م� ت أ�ي ل�ك� ا م� م� م و� اج�ه� و� م ف�ي أ�ز ه� ل�ي ا ع� ن� ض ا ف�ر� ا م� ن� ل�م ق�د ع�
ح�يما� } �ف�ورا� ر � غ� �ان� ا ك� جe و� ر� ك� ح� ل�ي {50ع�
…sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan
kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya
yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-
Ahzab 33:50)
Ketujuh, menyebut perbuatan sebagai sebagai pembalasan atau
jawaban suatu syarat, seperti
نت�م م إ�ن ك� رe ل�ك� ي ق�وا خ� �د أ�ن ت�ص� ة� و� ر� س� ي ةe إ�ل�ى م� ر� ظ� ة� ف�ن� ر� س و ع� ان� ذ� إ�ن ك� و�
ل�م�ون� } ع {280ت�
Dan jika orang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:280)
24
Kedelapan, menyabut perbuatan disertai dengan lapadz khair.
Misalnya,
eر ي ل�حe ل�ه�م خ� ى ق�ل إ�ص ام� ت� ي� ن� ال أ�ل�ون�ك� ع� س ي� و�
…dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,
katakanlah, "Mengurus urusan mereka secara patut adalah
lebih baik…(QS. Al-Baqarah [2]:220)
Kesembilan, menyebut perbuatan disertai dengan janji baik,
seperti,
ا ة� و� ث�ير� افا� ك� ع� ف�ه� ل�ه� أ�ض اع� نا� ف�ي�ض� س� ضا� ح� � ق�ر ض� ا[ ي ي�قر� ا ال�ذ� ن ذ� � م
ون� } ع� ج� ه� ت�ر إ�ل�ي ط� و� س� ب ي� ب�ض� و� ق {245ي�
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 2:245)
Kesepuluh, menyifatkan perbuatan dengan kebaikan, atau
menerangkan bahwa perbuatan itu dapat mengantarkan pada kebaikan,
seperti,
25
…akan tetapi sesungguhnya berbakti itu ialah beriman kepada
Allah… (QS. Al-Baqarah [2]:177), dan
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (QS. Ali Imran [3]:92)
2. Uslub dalam mencegah suatu perbuatan
Dalam mengungkapkan larangan, Alquran menggunakan
sembilan uslub, yakni:
Pertama, dengan jelas memakai kata mencegah, seperti
ي� غ ب� ال ر� و� نك� الم� اء و� ش� ن� الف�ح ه�ى ع� ن ي� و�
…dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan
permusuhan…(QS. An-Nahl [16]:90)
Kedua, dengan memakai kata "mengharamkan", seperti
ن�ين� } م� ؤ ل�ى الم� ل�ك� ع� م� ذ� ر) ح� {3و�
…dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mu'min... (QS. An-Nur [24]:3)
Ketiga, dengan menjelaskan "tidak halal", seperti
� ها ر اء ك� ث�وا الن)س� ر� م أ�ن ت� ح�لb ل�ك� ن�وا ل� ي� ين� آم� ا ال�ذ� ه� bا أ�ي ي�
26
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa… (QS. An-Nur [24]:19)
Keempat, memakai fiil mudlari` yang didahului kata "mencegah"
atau fiil amr yang menunjukkan kepada mencegah, seperti
ه� �ل�غ� أ�ش�د ب ت�ى ي� ن� ح� س� ي� أ�ح ت�يم� إ�ل� ب�ال�ت�ي ه� ي� ال� ال ب�وا م� ر� ق ل� ت� و�
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfa'at, hingga sampai ia dewasa...(QS. Al-`An'am
[6]:152), dan
ه� ن� اط� ب� م� و� ر� ال�ث اه� وا ظ� ر� ذ� و�
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi…
(QS. Al-`An'am [6]:120)
Kelima, menegasikan pekerjaan, seperti
ين� } ال�م� �ل�ى الظ ان� إ�ل� ع� و� د ه�وا ف�ل� ع� {193...ف�إ�ن� انت�
…Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS.
Al-Baqarah [2]:193)
Keenam, meniadakan kebaikan suatu pekerjaan, seperti
ا ه� ه�ور� ن ظ� ب�ي�وت� م� ا ال أت�و ب�رb ب�أ�ن ت� س� ال ل�ي و�
…Dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari
belakangnya…(QS. Al-Baqarah [2]:189)
27
Ketujuh, menyebut perbuatan dengan disertai penjelasan
pantasnya diimpakkan dosa bagi yang mengerjakannya, seperti
{ eل�يم يعe ع� م� � س� ه� إ�ن� ا[ ل�ون� د) ين� ي�ب� ل�ى ال�ذ� ه� ع� م� ا إ�ث م� �إ�ن ه� ف� ع� م� ا س� د� م� ع ل�ه� ب� �د ن ب� ف�م�
181}
Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia
mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-
orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:181)
Kedelapan, menyebut perbuatan yang disertai dengan ancaman,
seperti
م ه� ش)ر � ف�ب� ب�يل� ا[ ا ف�ي س� ه� ل� ي�نف�ق�ون� ة� و� �الف�ض ب� و� ه� �ون� الذ ن�ز� ك ين� ي� ال�ذ� و�
اب� أ�ل�يم� } ذ� {34ب�ع�
Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (QS.
At-Taubah [9]:34)
Kesembilan, menyifati suatu perbuatan dengan kejahatan, seperti
ل ه�و را� ل�ه�م ب� ي و� خ� ل�ه� ه� ن ف�ض � م� م� ا[ اه� ا آت� ل�ون� ب�م� خ� ب ين� ي� ن� ال�ذ� ب� س� ح ل� ي� و�
رh ل�ه�م ش�
28
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang
Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. (QS. Ali Imaran [3]:180)
3. Uslub dalam memberi hak pilih untuk mengerjakan sesuatu atau
tidak.
Pertama, menyandarkan kata "halal" kepada pekerjaan, atau
dipertautkan dengan pekerjaan, seperti
eم ر� أ�نت�م ح� د� و� ي �ل)ي الص ح� ر� م� ي م غ� ك� ل�ي ل�ى ع� ا ي�ت ام� إ�ل� م� ع� ة� ال�ن يم� ه� م ب� أ�ح�ل�ت ل�ك�
Dihalalkan bagimu binatang-binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. (QS.
Al-Maidah 5:1)
Kedua, meniadakan dosa, seperti
ن � ف�م� ر� ا[ ي ل� ب�ه� ل�غ� ا أ�ه� م� ير� و� م� الخ�نز� ل�ح م� و� �الد ة� و� ت� ي م� الم� ك� ل�ي م� ع� �ر ا ح� م� � إ�ن
{ eح�يم �ف�ورe ر � غ� ه� إ�ن� ا[ ل�ي م� ع� اد� ف�ل إ�ث ل� ع� اغ� و� ر� ب� ي ر� غ� ط� {173اض
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut
29
(nama) selain Allah. Namun, barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Baqarah [2]:173)
Ketiga, memberi keringanan, seperti
ن�اح ر� ف�ل� ج� م� ت� ت� أ�و� اع ي ب� ج� ال ن ح� � ف�م� آئ�ر� ا[ ع� ن ش� ة� م� و� ر الم� ف�ا و� � إ�ن� الص
{ eل�يم رe ع� اك� � ش� را� ف�إ�ن� ا[ ي ع� خ� �و ط� ن ت� م� ا و� م� ف� ب�ه� �و �ط ه� أ�ن ي� ل�ي {158ع�
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar
Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i di
antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:158)
G. Penutup
Dari uraian di atas, penulis memperoleh simpulan bahwa Alquran
adalah kalam Allah yang agung, bukan ciptaan manusia, atau
Muhammad, yang tentunya akan sangat berbeda dari perkataan
manusia atau makhluk lain. Alquran menyajikan aneka ungkapannya
dengan gaya dan uslub yang sarat dengan balaghah, fashah, dan bayan.
30
Begitu pula dalam jadal, ia menyuruh Nabi saw. untuk menyeru para
penantangnya dan berdebat dengan hikmah dan penuh dengan
pelajaran, bahkan dengan pekataan baik dan lemah lembut. Karenanya,
bila diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita bisa mencontoh
uslub dan metode Alquran dalam berdebat. Alquran memerintahkan
berdebat, bila ada para penantang yang meragukan kebenarannya
dengan hikmah dan mau'izhah. Dari pengertian ini, kita dapat memaknai
bahwa bila ada perselisihan atau perbedaan pendapat, maka kita harus
bijak dalam mengeluarkan pendapat, apalagi kalau perdebatan itu
dengan sesama muslim.
Alquran menyajikan aneka macam uslub dalam memerintah,
melarang, dan memberi hak pilih untuk mengerjakan suatu perbuatan
atau tidak.
31
D A F T A R P U S T A K A
Al-Qura`n al-Karim
Al-Ashfahani, Mu'jam mufradat al-fazhil qur`anil karim, Beirut:
Darul Fikr, tt
Ali al-Jurjani, al-Ta'rifât, Beirut: Darul Kitab al-Arabiy, 1405
Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir: Jilid I, Beirut: Darul Qur`anul
Karim, 1985
Az-Zarkasi Abu Abdullah, Al-Burhan fi 'ulumil Qur`an, Beirut:
Darul Ma'rifah, 1391 H
Depdikbud, Kamu Besar Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Balai
Pustaka, 1994
Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah PengantarIlmu Alquran/tafsir,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1954
32
Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil qur`an, Riyadl: Mansyurat
al-'Ashri al-Haditsah,tt
http://www. Muhaddith. org: Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir
Ibnu Katsir
33
top related