jiptiain--usmanalwin-9237-6-babii
Post on 28-Oct-2015
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PERANAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KTSP
A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi KTSP
1. Konsep dasar KTSP
Sebelum membahas tentang implementasi kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), pembahasan ini diawali dengan gambaran umum
KTSP untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman tentang
implementasi KTSP.
a. Pengertian KTSP
Dalam standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.1 Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penyusunan KTSP dilakukan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh badan
standar nasional pendidikan (BSNP). Sekolah yang hendak menyusun
KTSP hendaknya memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi
1Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan umum pasal 1. KTSP menurut Suharsimi Arikunto adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Lihat: Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), 162. Sedangkan menurut Mulyasa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Lihat: Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Suatu Panduan Praktis) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 12.
23
dasar itu agar tidak keluar dari ketentuan BSNP. Dengan demikian, ada
beberapa hal yang perlu dipahami dalam penyusunan KTSP, yaitu :
1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat
setempat dan peserta didik.
2) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan
departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Jadi KTSP yang dihasilkan oleh masing-masing sekolah bisa saja
berbeda antara satu dengan lainnya karena satuan pendidikan diberikan
otonomi yang seluas-luasnya untuk melakukan penyusunan KTSP
sesuai dengan karakteristik sekolah tersebut, namun tetap dalam bingkai
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) yang ditetapkan
oleh BSNP. Otoritas yang telah diberikan kepada satuan pendidikan
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan potensi,
tuntutan, dan kebutuhan masing-masing dan melibatkan masyarakat
sebagai pengguna lulusan.
b. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
24
partsipatif dalam pengembangan kurikulum. Dan secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk :2
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan insiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Tujuan KTSP tersebut dapat dipandang sebagai pola pendekatan
baru dalam pelaksanaan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang
sedang digulirkan dewasa ini.
c. Landasan pengembangan KTSP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh undang-
undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut :
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Dalam undang-undang sisdiknas tersebut dikemukakan bahwa
standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan
2Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 22.
25
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pengembangan
standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005.
Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 adalah peraturan
tentang standar nasional pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara
kesatuan republik Indonesia (NKRI). Dalam peraturan tersebut
dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006.
Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006
mengatur tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang selanjutnya disebut standar isi, mencakup lingkup
materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
26
4) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006
mengatur standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Standar kompetensi lulusan
meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok
mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar.
5) Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006.
Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2006
mengatur tentang pelaksanaan standar kompetensi lulusan (SKL) dan
standar isi (SI). Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai
kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
d. Karakteristik KTSP
1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah/satuan pendidikan
Otonomi luas yang dimaksud adalah sekolah diberi kewenangan
dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan
masyarakat. Selain itu, sekolah diberi kewenangan untuk menggali
dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
27
2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung
sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah
dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-
program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
Pengembangan dan pelaksanaan KTSP didukung oleh adanya
kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala
sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum
merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas
profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah
mengimplementasikan proses "bottom-up"3 secara demokratis,
sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan
yang diambil beserta pelaksanaannya.
4) Tim-kerja yang kompak dan transparan
Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
satu tim-kerja yang bekerja sama secara harmonis sesuai dengan
posisinya masing-masing serta tidak saling menunjukkan kuasa atau
paling berjasa. Mereka bersinergi menjadi tim yang kompak dan
transparan. Selain itu hal yang penting diperhatikan adalah adanya
sistem informasi yang jelas dan transparan, dan sistem penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment). 3Proses pengambilan keputusan dengan mengikutsertakan bawahan (karyawan/guru/staf) disebut juga partisipative decision making. Lihat: Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 70.
28
e. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki potensi central untuk mengembangkan potensinya
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertaanggung jawab.
2) Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang serta jenis
pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar
golongan (SARA), adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan seni yang terus
mengalami perkembangan secara dinamis, menjadi dasar
pengembangan kurikulum yang dapat mendorong peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan IPTEK dan seni
secara tepat guna.
29
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kehidupan masyarakat serta dunia usaha dan
industri (DUDI).
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan dengan berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
6) Relajar sepanjang hayat (long life education)
Pengembangan kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dengan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dimana antara kepentingan daerah dan
nasional harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan
prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka negara kesatuan
republik Indonesia.
30
2. Hakikat implementasi KTSP
Secara umum implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada
peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan masing-masing. Adapun tugas guru dalam
implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar
(facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan
perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam standar isi (SI)4 dan
standar kompetensi lulusan (SKL)5. Tinjauan umum tentang implementasi
KTSP penting untuk dituliskan, karena melalui pembahasan ini akan
mengungkap tentang apa hakikat implementasi KTSP yang akan ditinjau
dari pelaksanaan pembelajaran, pengembangan silabus pembelajaran, dan
pengembangan rencana pembelajaran.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
4Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Lihat: Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 21-22. 5Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan. Digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan pada sekolah menengah umum ber tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Lihat: Ibid., 26-27.
31
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai
dan sikap.6
Berdasarkan defenisi implementasi tersebut, implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) dapat diartikan sebagai suatu proses
penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial)
dalam suatu aktifitas pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai
seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan.7
Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.8 Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Miller dan Seller bahwa implementasi
kurikulum merupakan proses interaksi antara guru sebagai pengembang
kurikulum dan peserta didik sebagai subjek belajar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum
adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial
(tertulis) dan menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian implementasi kurikulum setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor
sebagai berikut :9
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
6E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 93. 7Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 178. 8Ibid., 179. 9Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, 94.
32
b. Strategi implementasi; yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, pelatihan, lokakarya,
penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum; yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning)
dalam pembelajaran.
Sejalan dengan tiga faktor tersebut, Mars dalam Mulyasa menegaskan
pendapat tersebut dengan tiga faktor lain yang mempengaruhi
implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan
sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru itu
sendiri.10 Dari berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di
samping faktor-faktor yang lain. Dengan kata lain, keberhasilan
implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah sangat
ditentukan oleh guru karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan jika
guru tidak memahami dan melaksanakan tugas dengan baik, hasil
implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru merupakan
suatu keniscayaan dalam menyukseskan implementasi kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
10Ibid.,
33
Sehubungan dengan itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan
sertifikasi guru sebagai salah satu terobosan baru untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru.11 Meskipun dalam pelaksanaannya
masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan penyimpangan.
Mudah-mudahan permasalahan tersebut dapat teratasi, bahkan
dieliminasikan sehingga sertifikasi guru bisa menghasilkan guru-guru
berkualitas yang mampu mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan
pendidikan guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas pula.
3. Aplikasi KTSP dalam pembelajaran PAI
Aplikasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni
bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna
oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar
peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa
yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini akan
terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas utama bagi
guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku tersebut.
11Kompetensi akademik dan kompetensi profesional guru terdiri atas kemampuan: mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani, menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar dari segi substansi dan metodologi ilmu (disciplinary content knowledge) maupun pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum (pedagogical content knowledge), menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan mengembangkan kemampuan profesional secara berkelanjutan, lihat: Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 7-8.
34
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan pokok yaitu
pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk
memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan
tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik
dengan materi yang akan disajikan.
2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang
akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama
peserta didik).
3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-
tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai
dengan materi yang disajikan.
5) Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta
didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki
kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
35
Di samping upaya-upaya tersebut, dalam implementasi KTSP
banyak cara yang dapat dilakukan guru PAI untuk memulai atau
membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan
pretes.
1) Pembinaan keakraban
Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan
guru PAI untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif dan
mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran.
Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan yang harmonis
antara guru dengan peserta didik. Dalam pembinaan keakraban ini
sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individual dan
karakteristik peserta didik.
Pembinaan keakraban bertujuan untuk mengkondisikan para
peserta didik agar mereka siap belajar dan agar mereka saling
mengenal terlebih dahulu satu dengan yang lain. Saling mengenal
merupakan persyaratan tumbuhnya keakraban antara peserta didik
dan antara peserta didik dengan guru. Terbinanya suasana yang
akrab amat penting untuk mengembangkan sikap terbuka dalam
kegiatan belajar dan pembentukan kompetensi peserta didik. Suasana
keakraban ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan
kegiatan saling belajar sehingga penting ditumbuhkan oleh guru
sebelum kegiatan inti pembelajaran dan pembentukan kompetensi
dimulai. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa peserta didik tidak
36
dapat berpartisipasi secara optimal dalam kegiatan pembelajaran
apabila tidak saling mengenal satu sama lain secara akrab.
Pembinaan keakraban ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Pada awal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri kepada
peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat,
pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah.
b) Guru melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara
memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir.
c) Berdasarkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik
diminta memperkenalkan diri dengan membri salam, menyebut
nama, alamat, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, alasan
memilih belajar di sekolah ini, dan harapan-harapan mereka
terhadap sekolah.
2) Pretes (tes awal)
Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan
pretes. Pretes adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai, sebagai
penjajakan terhadap kemampuan peserta didik terhadap
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes
memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan
pembelajaran.
37
b. Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang
materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk
membentuk kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar
pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau
memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran,
peserta didik dibantu oleh guru untuk membentuk kompetensi, serta
mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila
pembelajaran itu menuntut adanya pengembangan atau modifikasi.
Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang
dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya.
Pembentukan kompetensi ini ditandai dengan keikutsertaan peserta
didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative instruction),
berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam
menyelenggarakan program pembelajaran. Tugas peserta didik adalah
belajar, sedangkan tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka
dalam membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah
disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program.
38
Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu
ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk
mewujudkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini
ditempuh melalui berbagai cara, bergantung kepada situasi, kondisi,
kebutuhan, serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh
dalam pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru
menjelaskan standar kompetensi minimal (SKM) yang harus dicapai
peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi tersebut.
2) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi
pokok dikemukakan dengan jelas di papan tulis. Memberi
kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar
tersebut benar-benar dapat dikuasai.
3) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa hand out dan
fotokopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar
tersebut sebagian terdapat di perpustakaan. Jika materi standar yang
diperlukan tidak tersedia di perpustakaan maka guru memfotokopi
dari sumber lain, seperti majalah, surat kabar, atau men-down load
dari internet.
4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
Lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah
dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik.
39
5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan lembar kegiatan, sekaligus memberikan bantuan dan
arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar.
6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar
pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap
jawabannya.
7) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik. Jika
ada yang kurang jelas, guru memberi kesempatan bertanya, tugas,
atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.
Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk
melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan
kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk ambil bagian dalam
proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling bertukar informasi
antar peserta didik dan antar peserta didik dengan guru mengenai materi
yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan
keselarasan pikiran. Hal ini penting untuk menentukan persetujuan atau
kesimpulan tentang gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan
dilakukan berkenaan dengan topik yang dibicarakan.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus
berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian
tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik terhadap materi
40
yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
Kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas
permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru.
2) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan
tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas
kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari.
4) Memberikan postes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Dalam implementasi KTSP, kegiatan menutup pembelajaran
(penutup) perlu dilakukan secara profesional, agar mendapat hasil yang
memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Untuk
kepentingan tersebut, berikut dikemukakan beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan guru untuk menutup pembelajaran, antara lain dengan
meninjau kembali materi yang telah diajarkan, mengadakan evaluasi,
dan memberikan tindak lanjut terhadap materi yang telah dipelajari.
1) Meninjau kembali
Meninjau kembali pembelajaran yang telah disampaikan dapat
dilakukan dengan cara merangkum materi pokok atau menarik suatu
41
kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar dan tujuan yang
telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan
pokok-pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan merangkum dan
menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik di bawah
bimbingan guru, atau oleh peserta didik bersama guru.
2) Mengevaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk
mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,
memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai
balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.
3) Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta
didik setelah pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Kegiatan
tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada
diri peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
4. Pengembangan silabus pembelajaran PAI
a. Pengertian silabus
Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
42
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap sauan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan
(SNP).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,
serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari
setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai
berikut :
1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui
suatu kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk
kompetensi tersebut.
3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi
tersebut sudah dimiliki peserta didik.
Jadi silabus merupakan penjabaran rinci dari standar kompetensi
dan kompetensi dasar (SK-KD) yang minimal memuat kompetensi
dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta
didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.
43
b. Tiga cara pengembangan silabus
Pengembangan silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh
masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan
dan industri, serta perguruan tinggi. Jika sekolah atau satuan pendidikan
memerlukan bantuan dan bimbingan teknis untuk penyusunan silabus,
dapat mengajukan permohonan kepada badan standar nasional
pendidikan (BNSP), pusat pengembangan kurikulum (Puskur), atau
badan penelitian dan pengembangan (Balitbang) Departemen
pendidikan nasional di Jakarta.
Dalam prosesnya, pengembangan silabus harus melibatkan
berbagai pihak, seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota
dan kabupaten, departemen agama serta sekolah yang akan
mengimplementasikan kurikulum, sesuai dengan kapasitas dan
proporsinya masing-masing. Namun demikian, bagi sekolah yang
belum mampu atau belum memenuhi kriteria diperbolehkan
menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP, atau bisa
juga memfotokopi silabus dari sekolah lain yang telah mampu
mengembangkannya, tentunya dengan ijin dari sekolah yang
bersangkutan. Dengan demikian, pengembangan silabus KTSP dapat
dilakukan melalui tiga cara yaitu :
44
1) Mengembangkan silabus sendiri; ini dilakukan bagi sekolah yang
sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya,
sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.
2) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; ini
dilakukan bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya
secara mandiri.
3) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; ini
dilakukan bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya
secara mandiri.
Jika kedua cara yang disebutkan terakhir yang menjadi alternatif
maka guru PAI dan kepala sekolah harus menyesuaikan kurikulum
tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan memilih
setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan
kondisi sekolah masing-masing. Karena kurikulum ini difotokopi dari
sekolah atau lembaga lain dengan cara copy file, kurikulum ini sering
juga disebut kurikulum "copy paste", karena dalam hal ini biasanya
guru hanya membuka file terus menekan tombol copy dan tombol paste,
maka jadilah sebuah kurikulum dengan hanya mengganti jilidnya saja.
Ada juga yang menyebutnya kurikulum "Rename", karena guru hanya
menekan (klik) tombol rename kemudian mengganti namanya dengan
nama sekolahnya, maka jadi pula sebuah kurikulum.
Proses pengembangan silabus seperti itu sah-sah saja, serta
diperbolehkan oleh pemerintah terutama untuk mempercepat sosialisasi
45
dan implementasi KTSP. Akan tetapi, proses pengembangan silabus
yang demikian harus diadaptasikan, dimodifikasi, ditambah, dan
dikurangi, sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, jangan hanya
copy paste atau rename dan diganti jilidnya saja, tanpa dianalisis isinya
terlebih dahulu.
c. Tujuh prinsip dasar pengembangan silabus
Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, setiap
sekolah diberi kebebasan dan keluasan untuk mengembangkan silabus
sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi dan kebutuhan
masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan oleh
sekolah tetap berada dalam koridor standar pendidikan nasional, dalam
pengembangannya perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan
silabus. Sedikitnya ada tujuh prinsip dasar yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan silabus PAI, yaitu :
1) Relevansi
Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat
kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam
silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik kemampuan
spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik.
Relevansi juga mengandung arti kesesuaian dan keserasian antar
silabus dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakai lulusan,
serta kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian, lulusan suatu
lembaga pendidikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan
46
masyarakat dan dunia kerja, baik secara kuantitas maupun secara
kualitas. Demikian halnya dalam kaitannya dengan jenjang
pendidikan yang ada dia atasnya sehingga terjadi kesinambungan
dalam pengembangan silabus.
2) Fleksibilitas
Fleksibilitas dalam pengembangan silabus mengandung arti
bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Prinsip fleksibilitas
mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan
lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak.
Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak mutlak harus
menyajikan program dengan konfigurasi dalam silabus (dokumen
tertulis), tetapi dapat mengakomodasi dan mengelaborasi berbagai
ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Demikian halnya
peserta didik, mereka diberikan berbagai pengalaman belajar yang
dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-
masing sehingga setelah lulus mereka memiliki kewenangan dan
kemampuan yang multiarah berkaitan dengan dunia kerja yang akan
dimasukinya.
3) Kontinuitas
Kontinuitas dalam pengembangan silabus mengandung arti
bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus
47
memiliki keterkaitan satu sama lain dalam bentuk kompetensi dan
kepribadian peserta didik. Kontinuitas atau kesinambungan silabus
tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan yang
ada di atasnya, bisa juga secara horisontal, yakni dengan silabus atau
program lain yang sejenis.
4) Efektivitas
Efektivitas dalam pengembangan silabus berkaitan dengan
keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan tingkat pembentukan
kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SK-KD) dalam standar isi. Silabus yang efektif adalah yang
dapat diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus
tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang
tidak dapat dilaksanakan. Keefektifan silabus dapat dilihat dari
kesenjangan yang terjadi antara silabus sebagai kurikulum tertulis
(writen curriculum) dengan silabus yang dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran (actual curriculum). Oleh karena itu, ketika
mengembangkan silabus guru PAI harus dapat membayangkan
situasi nyata di ruang kelas agar kendala-kendala yang mungkin
terjadi dapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang
terlalu lebar.
5) Efisiensi
Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya
untuk menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa
48
mengurangi hasil atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Efisiensi silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara
biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran
dengan hasil yang dicapai atau kompetensi yang dapat dibentuk oleh
peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk dapat
mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang sehemat mungkin, tetapi yang dapat menghasilkan hasil belajar
dan pembentukan kompetensi peserta didik secara optimal.
6) Konsistensi
Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti
bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam
membentuk kompetensi peserta didik.
7) Memadai
Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa
ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip
memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti
bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus,
pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
49
d. Lima langkah penting pengembangan silabus PAI
Untuk memberikan kemudahan kepada guru PAI dalam
menyukseskan implementasi KTSP, maka perlu memahami langkah-
langkah pengembangan silabus. Sedikitnya terdapat lima langkah
penting yang harus dilalui dalam pengembangan silabus yaitu :
1) Perencanaan
Dalam perencanaan ini, tim pengembang harus mengumpulkan
informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar
termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan
silabus. Pengumpulan informasi dan referensi dapat dilakukan
dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi, seperti
komputer dan internet.
2) Pelaksanaan
Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a) mengisi kolom identitas
b) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
c) mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
d) merumuskan indikator keberhasilan
e) mengidentifikasi materi standar
f) mengembangkan pengalaman belajar (standar proses)
g) menentukan penilaian (standar penilaian)
h) alokasi waktu
50
i) memilih dan menetapkan sumber belajar
3) Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan dengan menggunakan model-model penilaian.
Misalnya menggunakan model CIPP (Contect, Input, Proses,
Product) dari Stuffle Beam. Penilaian silabus ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kualitas silabus terutama dalam kaitannya dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) serta
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4) Revisi
Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya
melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan.
Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi, revisi ini
pada hakikatnya perlu dilakukan secara kontinu dan
kerkesinambungan, sejak awal penyusunan draf sampai silabus
tersebut dilaksanakan dalam situasi belajar yang sebenarnya. Revisi
silabus dalam menyukseskan implementasi KTSP juga harus
dilakukan setiap saat sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas
yang berkelanjutan (continuous quality improvement).
5) Pengembangan silabus berkelanjutan
Dalam implementasi KTSP, pengembangan silabus harus
dilakukan secara berkesinambungan, kemudian dijabarkan ke dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi,
51
dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji
dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan
masukan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi
proses pembelajaraan, dan evaluasi program/rencana pelaksanaan
pembelajaran. Dengan demikian, pengembangan silabus merupakan
suatu siklus yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus
menerus, disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi
lingkungan, kebutuhan masyarakat, perkembangan zaman, serta
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
e. Tujuh komponen utama silabus PAI
Perkembangan silabus harus dilakukan secara sistematis dan
mencakup komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sedikitnya terdapat tujuh
komponen utama silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan
implementasi KTSP. Ketujuh komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) bisa dilihat
dalam dokumen standar isi sesuai dengan mata pelajaran masing-
masing. SK-KD berfungsi untuk mengarahkan guru PAI mengenai
target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
52
2) Materi standar
Materi standar berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada
peserta didik dan guru PAI tentang apa yang harus dipelajari dalam
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam silabus berfungsi mengarahkan
peserta didik dan guru PAI dalam membentuk kompetensi dasar.
Dalam garis besarnya, kegiatan pembelajaran ini mencakup kegiatan
awal (pembuka), kegiatan inti (pembentukan kompetensi), dan
kegiatan akhir (penutup). Dalam kegiatan akhir atau penutup dapat
dilakukan penilaian untuk mengecek ketercapaian kompetensi dasar
oleh peserta didik.
4) Indikator
Indikator dalam pengembangan silabus berfungsi sebagai
petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta
didik sehubungan denga kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai
dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Indikator
ini bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Indikator pencapaian hasil belajar sebagai tanda-tanda yang
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada diri peserta didik.
Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri
peserta didik. Jika serangkaian indikator hasil belajar sedah nampak
53
pada diri peserta didik maka terget kompetensi dasar tersebut sudah
terpenuhi atau tercapai.
5) Penilaian
Penilaian dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk
mengukur keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian dapat
dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran, pelaksanaannya
dapat dilakukan melalui pendekatan proses dan hasil belajar. Kedua
pendekatan evaluasi tersebut perlu digunakan untuk melihat dan
memantau penguasaan setiap peserta didik terhadap kompetensi
tertentu yang diharapkan dicapai.
Melalui penilaian berbasis kelas (PBK) pendekatan proses dan
hasil belajar dapat dilakukan dengan pengumpulan hasil kerja
peserta didik (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek),
penampilan (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Hasil
PBK dapat digunakan untuk memperbaiki program pembelajaran,
menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi
dasar atau prestasinya, dan menentukan keberhasilan penerapan
kurikulum secara keseluruhan.
6) Alokasi waktu
Alokasi waktu dalam silabus adalah pengaturan waktu untuk
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan. Waktu
pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu,
meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
54
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk
tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan
pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum, termasuk hari-hari besar nasional dan
hari libur khusus.
7) Sumber belajar
Sumber belajar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan
peserta didik dan guru mengenai sumber-sumber belajar yang
relevan untuk dikaji dan didayagunakan untuk membentuk
kompetensi peserta didik.
Dari ketujuh komponen silabus tersebut, dalam suatu silabus
minimal harus memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil
belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
5. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PAI
Apa pun dan bagaimanapun kurikulumnya, yang paling penting
dilakukan guru adalah menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dengan kata lain, tugas utama guru dalam kaitannya
dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu ditekankan, karena hasil
55
pengamatan, bahkan pengakuan jujur dari para guru menunjukkan sangat
sedikit guru yang membuat perencanaan sebelum melakukan
pembelajaran, sekalipun membuat perencanaan tidak dijadikan pedoman
pada saat mengajar, atau hanya untuk memenuhi kewajiban administratif,
dan untuk kepentingan portofolio dalam rangka sertifikasi.
Jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang
dilakukan guru sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula
untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan
tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa dan negara.
a. Pentingnya rencana pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan
dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang akan
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan
kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia (SDM), baik di
masa sekarang maupun di masa depan.
Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, guru
tetap harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), karena
perencanaan merupakan pedoman pembelajaran. Guru boleh saja tidak
membuat kurikulum, boleh juga tidak membuat alat peraga, bahkan
dalam hal tertentu tidak melakukan penilaian, tetapi tidak boleh tidak
membuat perencanaan. Demikian pentingnya perencanaan bagi guru,
sehingga salah kalau ada anggapan bahwa guru cukup mengembangkan
56
silabus. Silabus itu masih umum dan masih perlu dijabarkan ke dalam
perencanaan atau RPP yang lebih khusus.
Dalam hal ini, silabus belum memuat secara rinci apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan guru dalam
membantu peserta didik membentuk kompetensi, apa yang harus
digunakan, bagaimana caranya, serta berapa lama waktu yang
diperlukan. Oleh karena itu, dalam setiap implementasi kurikulum, guru
tetap dituntut dan harus membuat RPP, hanya caranya bisa lebih
disederhanakan.
Dalam implementasi KTSP pada PAI, guru PAI diberikan
kewenangan secara leluasa untuk menganalisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SK-KD) sesuai dengan karakteristik dan kondisi
sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri dalam menjabarkannya
menjadi silabus dan RPP yang siap dijadikan pedoman pembentukan
kompetensi peserta didik. RPP yang baik adalah yang bisa dilaksanakan
secara optimal dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, RPP yang baik memberi
petunjuk yang operasional tentang apa-apa yang harus dilakukan guru
dalam pembelajaran, dari awal guru masuk kelas sampai akhir
pembelajaran. Dalam hal ini, RPP merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang
akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
57
Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan
tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya
tersebut perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-
komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar,
indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). Kompetensi
dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standar
berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil
belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi.
Sedangkan PBK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan
menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar
belum terbentuk atau belum tercapai.
Mengingat pentingnya RPP dalam implementasi KTSP, yang akan
menentukan berhasil tidaknya pembelajaran, idealnya peserta didik
dilibatkan dalam pengembangannya, untuk mengidentifikasi
kompetensi, menetapkan materi standar, mengembangkan indikator
hasil belajar, dan melakukan penilaian.
Pelibatan peserta didik dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok dan curah pendapat. Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP
dalam implementasi KTSP, yaitu :
1) Fungsi perencanaan
RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan
kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh
karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki
58
persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Dosa
hukumnya bagi guru yang mengajar tanpa persiapan, dan hal
tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik.
Komponen-komponen yang harus dipahami guru dalam
menyukseskan implementasi KTSP antara lain adalah kompetensi
dasar, materi standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator
hasil belajar, evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis
sekolah atau school based exam (SBE).
2) Fungsi pelaksanaan
Untuk menyukseskan implementasi KTSP, RPP harus disusun
secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan
beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran
aktual. Dengan demikian, RPP berfungsi untuk mengefektifkan
proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam
hal ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan
kajian oleh peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan
daerah. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus terorganisasi
melalui serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan
mumpuni.
59
3) Prinsip pengembangan
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian
peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi dasar yang
dijadikan bahan kajian. Guru jangan hanya berperan sebagai
transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang
dapat membangkitkan semangat belajar, mendorong peserta didik
untuk belajar, dengan menggunakan berbagai variasi media dan
sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan
kompetensi dasar. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi
KTSP yaitu :
a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas. Makin
konkret kompetensi makin mudah diamati dan makin tepat
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi tersebut.
b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
60
e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di
sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim
(team teaching) atau moving class.
Dalam hal ini, perlu dilakukan pembagian tugas guru;
penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran;
pembagian waktu yang digunakan secara proporsional seperti
penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas dan kelulusan,
pencatatan kemajuan belajar peserta didik, pembelajaran remedial
(remedial teaching), program pengayaan, program akselerasi
(percepatan), peningkatan kualitas pembelajaran, dan pengisian
waktu jam kosong. Sehubungan dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan :
a) Persiapan dipandang sebagai suatu proses yang secara kuat
diarahkan pada tindakan mendatang, misalnya untuk
pembentukan kompetensi dan mungkin akan melibatkan orang
lain, seperti pengawas dan komite sekolah.
b) Persiapan diarahkan pada tindakan di masa mendatang (future
action), yang dihadapkan kepada berbagai masalah, tantangan,
serta hambatan yang tidak jelas dan tidak pasti. Sementara itu,
pengetahuan tentang masa depan sangat terbatas sehingga
mempersulit prediksi, khususnya memperkirakan kegiatan dalam
kelas. Apalagi dalam era globalisasi sekarang ini, tidak menutup
61
kemungkinan apa yang direncanakan sebenarnya sudah dimiliki
oleh peserta didik.
c) Rencana pembelajaran erat hubungannya dengan bagaimana
sesuatu dapat dikerjakan, karena itu RPP yang baik adalah yang
dapat dilaksanakan secara optimal dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan
rencana pembelajaran menuntut pemikiran, pengambilan keputusan,
pertimbangan guru, serta memerlukan usaha intelektual,
pengetahuan teoritis, pengalaman yang ditunjang oleh sejumlah
aktivitas, seperti memperkirakan, mempertimbangkan, menata, dan
memvisualisasi.
4) Prosedur pengembangan
Pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP
dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, menambah kolom yang
lebih rinci pada format silabus. Kedua, membuat format terpisah
dalam bentuk satuan pelajaran (satpel). Cara pertama lebih tepat
dilakukan oleh guru yang sudah berpengalaman, sedangkan cara
yang kedua lebih cocok digunakan oleh guru pemula atau para calon
guru.
5) Efektivitas rencana pelaksanaan pembelajaran PAI
Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
62
mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya
kompetensi, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari
anggota. Dengan demikian efektivitas RPP berarti bagaimana
program tersebut berhasil melaksanakan semua tugas pokok
pembelajaran, menggalang partisipasi masyarakat, serta dapat
memanfaatkan sumber belajar untuk menyukseskan implementasi
KTSP.
Efektivitas rencana pembelajaran dapat dilihat berdasarkan teori
sistem sehingga kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan
siklus input-proses-output, tidak hanya output atau hasil, tetapi juga
harus mencerminkan hubungan timbal balik antara rencana
pembelajaran dan lingkungan sekitarnya.
Kajian efektivitas pendidikan yang memiliki tahapan dan waktu
panjang, menimbulkan berbagai pertanyaan tentang indikator
efektivitas pada setiap tahapannya. Indikator ini tidak saja mengacu
pada apa yang ada (input, proses, output, dan outcome), tetapi juga
pada apa yang terjadi atau proses. Indikator-indikator tersebut
sebagai berikut :
a) Indikator input
Indikator input ini meliputi karakteristik guru, fasilitas,
perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
63
b) Indikator proses
Indikator proses meliputi perilaku administratif, alokasi
waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.
c) Indikator output
Indikator dari output ini berupa hasil dalam bentuk perolehan
peserta didik dan dinamika sistem sekolah, hasil yang
berhubungan dengan prestasi belajar, dan hasil yang berhubungan
dengan keadilan, dan kesamaan.
d) Indikator outcome
Indikator ini meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan
berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi,
pekerjaan, serta pendapatan.
Kajian tentang efektifitas pendidikan harus dilihat secara
sistemik mulai dari masalah input, proses, output, dan outcome,
dengan indikator yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga
bersifat kualitatif. Jika dihubungkan dengan efektifitas RPP dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran maka barometer efektivitas
dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan, kepuasan,
keluwesan dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian
tujuan, ketepatan waktu, serta ketepatan pendayagunaan sarana,
prasarana, dan sumber belajar dalam menyukseskan implementasi
KTSP.
64
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian pendidikan agama Islam
Istilah pendidikan agama12 Islam dan pendidikan Islam kadang tidak
bisa dibedakan, menurut Ibnu Hadjar bahwa pendidikan agama Islam lebih
menekankan pada nilai-nilai Islam untuk memberi warna pada kualifikasi
lulusan, sedangkan pendidikan Islam lebih menekankan pada kepribadian
muslim yang memiliki kualifikasi tertentu.13
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam ialah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
serta menjalankannya sebagai pandangan hidup (way of life).14
Namun dalam tesis ini penulis memandang pendidikan agama Islam
dan pendidikan Islam merupakan dua istilah yang mempunyai makna yang
sama. Maka penulis tidak mempermasalahkan perbedaan kedua istilah itu,
akan tetapi akan dilihat secara komprehensif pada satu makna yaitu adanya
proses transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik
untuk menjadikannya insan kamil demi mencapai keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Menurut bahasa, ada empat term yang digunakan untuk menunjuk
istilah pendidikan Islam, yaitu : ta'li>m, tarbiyah, ta'di>b, dan al-riyadah.
12Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan, terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Lihat: Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raaja Grafindo Persada, 1999), 15. 13Ibnu Hadjar, Metodologi Pengajaran Agama, Tim Perumus (Chabib Thoha, Saifuddin Zuhri, Syamsuddin Yahya) (Semarang: Faktar IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar, 1999), 6. 14Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 86.
65
a. Kata ta'li>m
Kata ta'li>m berasal dari kata kerja 'alima-ya'lamu yang berarti
mengerti atau memberi tanda. Ada juga yang menjelaskan bahwa kata
ta'li>m berasal dari akar kata 'allama-yu'allimu-ta'li>man yang berarti
mengajar atau memberi ilmu.15 Dari beberapa akar kata tersebut dapat
disederhanakan bahwa kata ta'li>m berarti upaya memberi tanda berupa
ilmu atau mengajarkan suatu ilmu pada seseorang agar orang tersebut
memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Seseorang mengajarkan ilmu
pada orang lain agar orang tersebut memiliki ilmu pengetahuan, ini
berarti yang disentuh adalah aspek kognitif. Allah berfirman dalam al-
Qur'a>n surat al-Baqarah ayat 31 :
أنبئوني فقال الملائكة على عرضھم ثم كلھا الأسماء آدم وعلمصادقین كنتم إن ھؤلاء بأسماء
"Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"16
Pengertian ta'li>m pada ayat tersebut mengandung makna, bahwa
pendidikan merupakan proses pentransferan seperangkat pengetahuan
yang dianugrahkan Allah kepada manusia (Adam).17 Dengan kekuatan
yang dimilikinya, baik kekuatan pancaindra maupun akal, manusia
dituntut untuk menguasai materi yang ditransfer. Kekuatan tersebut
berkembang secara bertahap dari yang sederhana ke arah yang lebih
15A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 20. 16al-Qur'a>n, 2 (al-Baqarah): 31 17HAMKA, Tafsi>r al-Azha>r, Juz 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), 156.
66
baik. Dengan kekuatan ini pula manusia dapat melaksanakan fungsinya
sebagai pemegang amanah Allah, sekaligus membongkar rahasia alam
bagi kemaslahatan seluruh alam semesta.18 Pandangan tersebut
diperkuat dengan Firman Allah Q.S. Yunus: 5 :
عدد لتعلموا منازل وقدره نورا والقمر ضیاء الشمس لجع الذي ھو لقوم الآیات یفصل بالحق إلا ذلك اللھ خلق ما والحساب السنینیعلمون
"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui".19
b. Kata tarbiyah
Kata tarbiyah berasal dari kata raba-yarbu>w yang berarti tumbuh,
tambah dan berkembang. Atau bisa pula dari kata rabiya-yarba yang
berarti tumbuh menjadi besar atau dewasa. Dan bisa juga berasal dari
kata rabba yurabbi>y-tarbiyyatan, yang artinya memperbaiki,
mengatur, mengurus, memelihara, atau mendidik. 20
Dari beberapa istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa kata
tarbiyah berarti upaya memelihara, mengurus, mengatur, dan
memperbaiki sesuatu atau fitrah manusia yang sudah ada sejak lahir
agar tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dan sempurna. Allah
berfirman dalam al-Qur'a>n surat al-Isra' ayat 24 :
18A. Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan, 21. 19al-Qur'a>n, 10 (Yunus): 5 20HAMKA, Tafsi>r al-Azha>r, Juz 1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), 156.
67
صغیرا ربیاني كما ارحمھما رب وقل
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." 21
c. Kata ta'di>b
Kata ta'dib berasal dari kata adaba-ya'dubu, yang berarti melatih,
untuk berprilaku yang baik dan sopan santun. Atau bisa juga berasal
dari kata adaba-ya'dibu, yang berarti menjamu atau memberi jamuan
dengan cara sopan. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kata ta'di>b
berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta'di>ban, yang berarti mendidik,
melatih, memperbaiki, mendisiplin dan memberi tindakan.22
Jadi dapat disimpulkan bahwa ta'di>b adalah upaya menjamu,
melayani, atau menanamkan sopan santun kepada seseorang agar
bertingkah laku yang baik dan disiplin. Seorang guru menanamkan adab
kepada siswa berarti melatih dan memberi contoh cara berprilaku
disiplin dan sopan, dalam bahasa pendidikan masuk wilayah afektif dan
psikomotorik, maksudnya siswa diajak untuk berdisiplin (terampil) dan
bertingkah laku positif. Seperti sabda Nabi Saw:
سن تأدیبي أدبني ربي فأح
"Tuhanku telah mendidikku, maka aku menyempurnakan pendidikannya".
d. Kata al-riyadah
21al-Qur'a>n, 17 (al-Isra'): 24. 22Mu'jam al-Wasi>th-Kamus Arab (Jakarta: Angkasa, tt), 19.
68
Istilah al-riyadah ini ditawarkan oleh Al-Ghazali, menurutnya al-
riyadah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak.23
Berdasarkan pengertian tersebut, Al-Ghazali hanya mengkhususkan
penggunaan al-riyadah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain
tidak tercakup di dalamnya.
Namun demikian, istilah yang banyak digunakan dalam dunia
pendidikan khususnya di sekolah ialah ta'li>m (pengajaran) dan
tarbiyah (pendidikan), ini menunjukkan bahwa antara pendidikan dan
pengajaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan agama Islam
dalam tesis ini sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat yang
mengartikan pendidikan agama Islam sebagai pendidikan dengan
melalui ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.
2. Dasar dan tujuan pendidikan agama Islam
23Hussein Bahreis, Ajaran-ajaran Akhla>k Imam Al-Ghazali (Surabaya: al-Ikhla>s, 1981), 74.
69
a. Dasar pendidikan agama Islam
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu yang berfungsi
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus
sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan agama
Islam didasarkan pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan
kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam
dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu. Adapun dasar pendidikan agama Islam dibagi kepada
tiga kategori yaitu : 24
1) Dasar pokok
a) Al-Qur'a>n 25
Al-Qur'a>n disebut sebagai dasar pokok, karena al-Qur'a>n
yang secara lengkap memuat petunjuk yang meliputi seluruh
aspek kehidupan dan bersifat universal, Nabi Muhammad Saw
sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam
telah menjadikan al-Qur'a>n sebagai dasar pendidikan Islam di
samping sunnah beliau sendiri, kedudukan al-Qur'a>n sebagai
sumber pokok pendidikan agama Islam dapat dipahami dari ayat
al-Qur'a>n itu sendiri,26
24Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Yakarta: Kalam Mulia, 2008), 122. 25Al-Qur'a>n ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibri>l kepada Nabi Muhammad Saw, yang membacanya menjadi suatu ibadah. Lihat: Manna' al-Qaththa>n, Maba>hits Fi> 'Ulu>m Al-Qur'a>n (Cairo: Maktabah Wahbah, 1425 H), 21. 26al-Qur'a>n, 16 (al-Nahl): 64.
70
b) Sunnah27
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena
sunnah menjadi sumber utama pendidikan Islam dan Allah Swt
menjadikan Muhammad Saw sebagai teladan bagi umatnya.28
Prinsip menjadikan al-Qur'a>n dan sunnah sebagai dasar
pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran
keyakinan semata. Lebih jauh kebenaran itu juga sejalan dengan
kebenaran yang dapat diterima akal sehat dan bukti sejarah.29
2) Dasar tambahan
a) Perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat
Para sahabat yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pendidikan Islam di antaranya adalah :
(1) Abu Bakar al-Shiddi>q melakukan kodifikasi al-Qur'a>n.
(2) Umar bin Khatta>b sebagai bapak reaktuator terhadap ajaran
Islam yang dapat dijadikan sebagai prinsip strategi
pendidikan.
(3) Utsman bin Affa>n sebagai bapak pemersatu sistematika
penulisan ilmiah melalui upaya mempersatukan sistematika
penulisan al-Qur'a>n.
27Sunnah/hadith ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan atau ucapan dari sahabatnya), atau sifat. Lihat: Manna' Al-Qaththan, Maba>hits Fi> 'Ulu>m Al-Qur'a>n (Cairo: Maktabah Wahbah, 1425 H), 24. 28al-Qur'a>n, 33 (al-Ahza>b): 21. 29Ibid., 2 (al-Baqarah): 2.
71
(4) Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep
pendidikan.
b) Ijtiha>d30
Ijtiha>d di bidang pendidikan semakin perlu dilakukan,
sebab ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur'a>n dan sunnah
hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang
agak terinci (masalah munakaha>t dan waris), maka rincian itu
merupakan contoh Islam dalam menetapkan prinsip pokok
tersebut.
Sejak ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
sampai sekarang, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui
ijtiha>d yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial
yang tumbuh dan berkembang. Melalui ijtiha>d yang dituntut
agar perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan
berkembang dapat disesuaikan dengan ajaran Islam.
Usaha para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam
dipandang sebagai hal yang sangat penting bagi perkembangan
teori pendidikan pada masa yang akan datang, sehingga
pendidikan Islam tidak melegitimasi status quo serta tidak
terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah pemikiran para
orientalis dan sekularis serta dapat melakukan inovasi-inovasi
30Ijtiha>d ialah berfikir dengan menggun akan seluruh ilmu yang dimilik i untuk menetapkan/menentukan suatu hukum syari'at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur'a>n dan Sunnah. Lihat: Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 21.
72
baru dalam dunia pendidikan asalkan tidak bertentangan dengan
dasar pokok ajaran agama Islam.
c) Mashlahah Mursalah (kemaslahatan umat) 31
Para ahli pendidikan sejak dini harus mempunyai persiapan
untuk merancang dan membuat peraturan sebagai pedoman pokok
dalam proses berlangsungnya pendidikan sehingga pelaksanaan
pendidikan Islam tidak mengalami hambatan.
Masyarakat yang berada di sekitar lembaga pendidikan Islam
berpengaruh terhadap berlangsungnya pendidikan, maka dalam
setiap pengambilan kebijakan hendaklah mempertimbangkan
kemaslahatan masyarakat supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat
menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.
d) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)
M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa urf ialah sesuatu
yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan
diterima oleh tabiat.32 Sedangkan M. al-Sahad al-Jundi
menjelaskan bahwa urf adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa
berupa hal-hal yang berulang-ulang dilakukan rasional menurut
tabiat yang sehat. 33
31Mashlahah mursalah yaitu menetapkan peraturan atau undang-undang yang tidak disebutkan dalam al-Qur'a>n dan Sunnah atas pertimbangan penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan. Lihat: Mustafa Zaid, al-Mashlahah fi> al-Isla>m wa Najmudi>n al-Thufi> (Mishr: Da>r al-Fikr, 1964), 149. 32Kamal al-Din Imam, Ushul Fiqh al-Isla>mi> (Beirut: Da>r al-Fikr, 1969), 189. 33M. al-Sahad al-Jundi, Qawa>'id at-Tammiyah al-Istisha>diyah fi> al-Qanu>n al-Ju'a>li wa al-Fiqh al-Isla>mi>, (Qa>hirah: Da>r al-Mandah, 1985), 79.
73
Dari beberapa pendapat tentang urf, maka dapat disimpulkan
bahwa urf adalah suatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan
jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan
dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera.
Namun tidak semua tradisi dapat dijadikan dasar ideal pendidikan
Islam, melainkan setelah melalui terlebih dahulu. Urf yang dapat
dijadikan dasar pendidikan Islam itu haruslah :
(1) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik al-Qur'a>n
maupun sunnah.
(2) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat
dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan
kedurhakaan, kerusakan dan kemudharatan.
3) Dasar operasional
Dasar operasional pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk
sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Hasan Langgulung34
dasar operasional pendidikan Islam ada enam macam, yaitu :
a) Dasar historis
Dasar historis adalah dasar yang memberikan andil kepada
pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan
budaya masyarakat.
34Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998), 12.
74
b) Dasar sosial
Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya
di mana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan,
memilih dan mengembangkan kebudayaan.
c) Dasar ekonomi
Dasar ekonomi adalah dasar yang memberi persfektif
terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang
mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap
anggaran pembelanjaannya.
d) Dasar politik
Yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar
yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
e) Dasar psikologis
Yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-
pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian
dan penilaian dan pengukuran serta bimbingan.
f) Dasar fisiologis
Yaitu dasar yang memberikan kemampuan memilih yang
terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah
kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.
75
b. Tujuan pendidikan agama Islam
Tujuan menurut Zakiah Daradjat ialah sesuatu yang diharapkan
tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.35 Kemudian membagi
tujuan pendidikan menjadi empat :
1) Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum
ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi,
dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa
harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik,
walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan
tingkatan-tingkatan tersebut.
Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan
tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu
dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.
Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses
pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan
akan kebenarannya.
35Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, h. 29. Abu Ahmadi mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam meliputi: tujuan akhir/tertinggi, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara. Lihat: Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), 65.
76
2) Tujuan akhir
Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam Firman
Allah :
مسلمون وأنتم إلا تموتن ولا تقاتھ حق اللھ اتقوا آمنوا الذین أیھا یا
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".36
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim
yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup
jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan
itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang
mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari
proses pendidikan Islam.
3) Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
suatu kurikulum pendidikan formal yang dikembangkan dalam
bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD).
4) Tujuan operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yaitu adanya suatu
36al-Qur'a>n, 3 (Ali Imran): 102.
77
unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) yang merupakan tujuan
pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan agama Islam di sekolah umum bertujuan meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuan pendidikan agama Islam ditekankan pada terbentuknya
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk itu ditetapkan kompetensi atau kemampuan dasar yang perlu
dicapai oleh setiap peserta didik pada tingkat SMA diharapkan peserta
didik :37
1) Memiliki iman yang benar
2) Taat beribadah, berzikir, dan berdo'a serta mampu menjadi imam
shalat
3) Mampu membaca al-Qur'a>n dan menghayati kandungan maknanya
37Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), 26.
78
4) Memiliki akhlak yang baik
5) Mampu menerapkan mu'amalah dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945
Untuk mencapai kemampuan dasar tersebut, terdapat delapan
indikator keberhasilan pendidikan agama Islam sebagai berikut :
1) Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam
2) Siswa meyakini kebenaran ajaran agama Islam dan menghormati
orang lain yang meyakini agama pula
3) Siswa bergairah beribadah
4) Siswa mampu membaca al-Qur'a>n dan berusaha memahami
kandungan dan maknanya
5) Siswa berakhlak mulia
6) Siswa rajin belajar, giat bekerja dan gemar berbuat baik
7) Siswa mampu mensyukuri nikmat Allah Swt
8) Siswa mampu menciptakan suasana hidup rukun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Ruang lingkup pendidikan agama Islam
Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut
terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi
79
atau pihak pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam sekaligus menjadi
ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut :38
a. Perbuatan mendidik itu sendiri, maksudnya adalah seluruh kegiatan,
tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik
sewaktu menghadapi/mengasuh anak didik.
b. Anak didik, yaitu merupakan obyek terpenting dalam pendidikan Islam.
c. Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi
fundamen dan sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam yang
dilakukan.
d. Pendidik, yaitu subyek yang melakukan pendidikan Islam.
e. Materi pendidikan Islam, yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-
pengalaman belajar ilmu agama Islam.
f. Metode pendidikan Islam, yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh
pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam
kepada anak didik.
g. Evaluasi pendidikan, yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan
evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
h. Alat-alat pendidikan Islam, yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama
melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan tersebut lebih
berhasil.
38Starawaji's Blog, Ruang Lingkup Pendidikan Islam, 14 Juni 2009.
80
i. Lingkungan sekitar atau millieu pendidikan Islam, yaitu keadaan-
keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil
pendidikan Islam.
Ruang lingkup pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat39 dan
Noeng Muhadjir40 mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya
memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah
(ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas dan dalam
daripada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki
pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai
bidang: keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, dan
fisik-biologis. Dari sisi akhlak, pendidikan Islam harus dikembangkan
dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup
pendidikan Islam meliputi :
a. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan
berdasarkan ruh ajaran Islam.
b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental,
perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
c. Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-zikir,
ilmiah-amaliah, materil-spiritual, individual-sosial, dan dunia-akhirat.
39Lihat: Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1994), 35. 40Lihat: Noeng Muhadjir, Kuliah Teknologi Pendidikan (Yogyakarta: PPs IAIN Sunan Kalijaga, 1997), 6.
81
d. Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba
Allah ('abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah
dan fungsi kekhalifahan sebagai khali>fah Allah (khali>fatullah) yang
diberi tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan,
melestarikan dan memakmurkan alam semesta (rahmatan lil
'a>lami>n).
C. Peranan Guru PAI Dalam Implementasi KTSP
Guru PAI adalah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
implementasi kurikulum dalam pembelajaran PAI. Sebab bagaimanapun
baiknya suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman dan
kompetensi guru maka dalam implementasinya di sekolah akan menemukan
kegagalan, bahkan kurikulum tersebut akan "layu sebelum berkembang".
Oleh karena itu, untuk menyukseskan implementasi KTSP pada PAI perlu
ditunjang oleh guru PAI yang berkualitas, yang mampu menganalisis,
menafsirkan, dan mengaktualisasikan pesan-pesan kurikulum ke dalam
pribadi peserta didik. Di samping itu, guru PAI juga memerankan dirinya
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator bagi peserta didik di sekolah sehingga mereka mampu menguasai
SK-KD yang telah ditetapkan.
Implementasi kurikulum menuntut semua komponen sekolah terlibat di
dalamnya, baik guru, kepala sekolah, komite sekolah, tenaga kependidikan,
stakeholder, khususnya guru PAI sebagai ujung tombak pembelajaran agama,
untuk senantiasa berijtihad dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan
82
Islam, baik secara global, nasional, maupun lokal. Ijtiha>d yang muja>hadah
merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan high standard
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran antara lain mencakup kerja keras,
disiplin, tanpa mengenal lelah, sabar, dan tawakkal, dengan niat ibadah
tentunya. Semua itu harus dijadikan pedoman dalam implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan, untuk mencapai prestasi dan kualitas pembelajaran
yang tinggi sehingga peserta didik dapat mencapai hasil yang optimal.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi KTSP pada mata pelajaran
PAI di sekolah sangat tergantung pada guru PAI, karena figur tersebut
merupakan kunci yang menentukan keberhasilan pembelajaran PAI di
sekolah. Dengan KTSP guru PAI dituntut untuk membuktikan
profesionalismenya dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan SK-KD, melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik, serta melakukan evaluasi pembelajaran. Dalam kerangka inilah
pentingnya peranan guru PAI dalam implementasi KTSP melakukan tiga hal
sebagai berikut :
1. Guru PAI sebagai desainer pembelajaran
Peranan guru PAI sebagai desainer pembelajaran yaitu memfungsikan
peran guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang mencakup
program tahunan, program semester, program modul, program mingguan
dan harian, program pengayaan dan remedial, program bimbingan dan
konseling.
83
a. Program tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru PAI. Program ini
perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran,
karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan dalam menyusun
program tahunan antara lain :
1) Daftar standar kompetensi (SK) sebagai konsensus nasional yang
ditetapkan oleh badan standar nasional pendidikan (BNSP).
2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Skope adalah ruang lingkup
dan batasan-batasan keluasan setiap pokok dan sub pokok bahasan,
sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap pokok dan sub
pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa
dilakukan oleh masing-masing guru mata pelajaran, dan bisa
dikembangkan dalam kelompok kerja guru (KKG) untuk setiap mata
pelajaran.
3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu
tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak
peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita lihat berapa jam
waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk
waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam menyusun
84
program tahunan perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari
belajar efektif dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua
kelompok penyelenggaraan pendidikan) yang terdiri atas 34 pekan.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat ditetapkan dan
dikembangkan jumlah kompetensi, pokok bahasan dan waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok bahasan, jumlah
ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah waktu
cadangan.
b. Program semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan.
Pada umumnya program semester ini berisikan tentang tentang bulan,
pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan,
dan keterangan-keterangan.
c. Program modul (pokok bahasan)
Program modul pada umumnya dikembangkan dari setiap
kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Program ini
merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya modul
berisikan tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar kerja, kunci
lembar jawaban, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
Dengan demikian, peserta didik bisa belajar mandiri, tidak harus
85
didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup menyiapkan modul, dan
membantu peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar.
d. Program mingguan dan harian
Untuk membantu kemajuan belajar peserta didik, di samping
modul perlu dikembangkan program mingguan. Program ini merupakan
penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang
perlu diulang, bagi setiap peserta didik. Melalui program ini juga
diidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik, sehingga dapat
diketahui peserta didik yang mendapat kesulitan dalam setiap modul
yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di
atas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan
pengayaan, sedang bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul
untuk mencapai tujuan yang belum dicapai dengan menggunakan waktu
cadangan.
e. Program pengayaan dan remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program
mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisa terhadap kegiatan
belajar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan dapat
diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis
ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program mingguan
dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga
86
mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang wajib
mengikuti remedial, dan yang mengikuti program pengayaan.
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik
dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai
kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran apabila terjadi
perubahan prilaku peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75 %).
Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus kepada peserta didik
yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peserta
didik yang cemerlang diberi kesempatan untuk tetap mempertahankan
kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu
harus dilakukan oleh guru PAI karena dialah yang lebih mengetahui dan
memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.
f. Program bimbingan dan konseling
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan
karier. Selain guru pembimbing, guru PAI yang memenuhi kriteria
pelayanan bimbingan dan karier diperkenankan memfungsikan diri
sebagai guru pembimbing. Oleh karena itu, guru PAI harus senantiasa
berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling
secara rutin dan berkesinambungan.
g. Mengembangkan silabus pembelajaran PAI
Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
87
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan
(SNP).
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar,
serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari
setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai
berikut :
1) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui
suatu kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk
kompetensi tersebut.
3) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi
tersebut sudah dimiliki peserta didik.
Jadi silabus merupakan penjabaran rinci dari standar kompetensi
dan kompetensi dasar (SK-KD) yang minimal memuat kompetensi
dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta
didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.
88
1) Format silabus
Silabus KTSP harus mencakup tujuh komponen silabus yaitu:
(1) standar kompetensi (2) kompetensi dasar (3) indikator (4) materi
pembelajaran (5) kegiatan belajar/pembelajaran (6) penilaian (7)
alokasi waktu (8) sumber belajar. Berdasarkan komponen-komponen
silabus tersebut dapat dilukiskan format silabus sebagai berikut :
Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Aspek : Standar Kompetensi :
Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber /Bahan /Alat
2) Contoh silabus
Meskipun guru diberi kebebasan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus, namun BSNP telah mengembangkan
model silabus untuk mata pelajaran agama Islam sehingga tugas guru
PAI tinggal menjabarkan, menganalisis, menambah, mengurangi,
dan menyesuaikan model silabus tersebut dengan situasi dan kondisi
sekolah, kecuali bagi yang mau dan mampu mengembangkan silabus
89
sendiri. Di bawah ini disajikan contoh silabus PAI kelas X semester
satu pada aspek al-Qur'an sebagai berikut :
Satuan Pendidikan : SMA 1 Pangkajene Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Semester : X / 1 Aspek : Al-Qur’a>n Standar Kompetensi : 1. Memahami ayat-ayat al-Qur’a>n tentang manusia dan
tugasnya sebagai khali>fah di bumi.
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber /Bahan /Alat
1.1. Membaca
QS al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78
Q.S. al-
Baqarah; 30 Q.S. al-
Mukminu>n: 12-14
Q.S. az-Zariya>t: 56
Q.S. An Nahl: 78
Membaca
dengan fasih Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78
Mengidentifikasi tajwid al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78
Mampu
membaca Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78 dengan baik dan benar.
Mampu mengidentifikasi tajwid Q.S al- Baqarah: 30, al-Mukminu>n: 12-14, az-Zariya>t: 56 dan an- Nahl : 78
Jenis Tagihan: - Tugas Individu - Tugas kelompok Bentuk instrume:
Lembar pengamat
an
2 jam
- Al-Qur’a>n dan terjemah.
- Buku PAI kelas X.
- Buku-buku yang relevan.
- Islam dan Kedokteran
Contoh silabus tersebut hanya untuk satu kali pertemuan saja,
sedangkan silabus yang sebenarnya harus lengkap dari pertemuan
pertama sampai pertemuan terakhir untuk satu standar kompetensi.
90
Contoh tersebut juga bisa dimodifikasi, disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, situasi serta kondisi sekolah dan daerah,
dengan tetap berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Setelah KTSP diberlakukan secara utuh dan konsekuen di
setiap kabupaten, bahkan level kecamatan, pemerintah seharusnya
menyediakan konsultan kurikulum. Konsultan inilah yang akan
memandu pengembangan kurikulum serta silabus di daerah dan
satuan pendidikan bersama tokoh masyarakat yang tergabung dalam
komite sekolah dan dewan pendidikan.
h. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PAI
Apa pun dan bagaimanapun kurikulumnya, yang paling penting
dilakukan guru adalah menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dengan kata lain, tugas utama guru dalam
kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Ini perlu
ditekankan, karena hasil pengamatan, bahkan pengakuan jujur dari para
guru menunjukkan sangat sedikit guru yang membuat perencanaan
sebelum melakukan pembelajaran, sekalipun membuat perencanaan
tidak dijadikan pedoman pada saat mengajar, atau hanya untuk
memenuhi kewajiban administratif, dan untuk kepentingan portofolio
dalam rangka sertifikasi.
91
Jika kondisi tersebut dibiarkan maka kualitas pembelajaran yang
dilakukan guru sulit untuk dipertanggungjawabkan sehingga sulit pula
untuk menghasilkan output yang berkualitas, yang dapat dijadikan
tumpuan harapan oleh seluruh masyarakat, bangsa dan negara. Berikut
ada dua cara pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran :
1) Cara pertama (menambah kolom silabus)
Pengembangan rencana pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara menambah beberapa kolom pada format silabus yang sudah ada
seperti pada matrik RPP di bawah ini :
Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Aspek : Standar Kompetensi :
Kompetensi
Dasar
Indikator
Kegiatan
Pembelajaran
Materi Pokok
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber /Bahan /Alat
Pendahuluan Pembentukan kompetensi Penutup
Matrik di atas memberikan kemudahan, karena guru hanya
mengisi matrik tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan
ditanamkan kepada peserta didik. Format tersebut dapat dimodifikasi
dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah serta dengan kebutuhan
dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya kemampuan guru
sendiri yang akan mengembangkan persiapan mengajar, dan yang
akan melakukan pembelajaran.
92
2) Cara kedua (membuat format satpel)
Cara kedua dalam pengembangan RPP adalah dengan membuat
format rencana pembelajaran berbentuk satpel. Cara ini lebih rinci
sehingga memakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan
cara pertama. Pembuatannya pun perlu dilakukan beberapa kali,
mungkin untuk satu silabus perlu tiga sampai lima satpel. Sedangkan
cara pertama, silabus langsung berfungsi sebagai satpel, setelah
ditambah beberapa kolom.
Selanjutnya digambarkan format RPP berikut contohnya :
1) Format rencana pelaksanaan pembelajaran PAI
Format satuan pelajaran bisa dan bahkan harus dikembangkan
sendiri oleh guru dengan memperhatikan berbagai ketentuan serta
kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, seperti pada
contoh format RPP di bawah ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : .................................................................................................... Satuan Pendidikan : .................................................................................................... Kelas/Semesster : ..................................................................................................... Pertemuan ke : .................................................................................................... Alokasi waktu : ...............................jam pembelajaran (isi sesuai dengan silabus) Kompetensi dasar : 1. .......................................................................................... 2. .......................................................................................... Indikator : 1.1. .................................................................................................................................. 1.2. .................................................................................................................................. 2.1. .................................................................................................................................. 2.2. .................................................................................................................................. (kompetensi dasar dan indikator ditulis lengkap sesuai dengan silabus) Tujuan pembelajaran : a. ...............................................................
...................................................................... b. ...............................................................
...................................................................... (Rumuskan dengan lengkap mengacu pada indikator)
93
Materi standar : 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... (Tulis garis besar atau pokok-pokok yang langsung berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran) Metode pembelajaran : 1. .................................................................................................................................... 2. .................................................................................................................................... (Tulis cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya: ceramah, tanya jawab, karyawisata, dan cara lainnya) Kegiatan pembelajaran : 1. Kegiatan awal (pembukaan) :
a. ................................................................................................................................ b. ................................................................................................................................
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi) : a. .............................................................................................................................. b. ..............................................................................................................................
3. kegiatan akhir (penutup) : a. .............................................................................................................................. b. ..............................................................................................................................
(tulis kegiatan apa yang harus dilakukan dari awal sampai akhir, untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi) Sumber belajar : 1. .................................................................................................................................. 2. .................................................................................................................................. (Tulis sumber belajar yang digunakan, termasuk alat peraga, media, dan bahan pembelajaran/buku sumber) Penilaian : 1. Tes tertulis : ......................................................................................... 2. Kinerja (performansi) : ......................................................................................... 3. Produk : ......................................................................................... 4. Penugasan/proyek : ......................................................................................... 5. Portofolio : ......................................................................................... (Tulis penilaian apa yang akan dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar, pilih jenis penilaian yang paling tepat)
Pengembangan rencana pembelajaran, baik dalam bentuk format
maupun dalam bentuk satuan pelajaran (satpel) harus mengacu pada
kompetensi standar yang ada dalam silabus. Guru bebas
mengembangkan kompetensi standar tersebut ke dalam sejumlah
kompetensi yang diperlukan oleh peserta didik sesuai dengan
karakteristik dan kondisi lingkungan serta kebutuhan daerah dan
kebutuhan sekolah.
94
2) Contoh rencana pelaksanaan pembelajaran PAI
Rencana pembelajaran klasikal sering disebut program satuan
pelajaran, sedangkan rencana pembelajaran individual dapat
dikembangkan oleh guru dalam bentuk modul, pengajaran
berprograma, dan pembelajaran melalui komputer (e-learning).
RPP, baik klasikal maupun individual harus dibuat oleh guru
sebelum melakukan pembelajaran. Hasilnya dikonsultasikan kepada
kepala sekolah untuk mendapatkan masukan seperlunya. Contoh
RPP sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS KTSP
Sekolah : SMA Negeri 1 Pangkajene Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Smt : X / 1 Standar Kompetensi : 2. Memahami ayat-ayat al-Qur’a>n tentang keikhlasan
dalam beribadah. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Kompetensi Dasar : 2.1.Membaca Q.S. al-An’a>m: 162 -163 dan al-Bayyinah:
5. 2.2.Menyebutkan arti Q.S. al-An’a>m: 162 -163 dan al-Bayyinah: 5.
B. Indikator :
1. Mampu membaca Q.S. al-An’a>m:162 -163 dengan baik dan benar 2. Mampu mengidentifikasikan Tajwid Q.S. al-An’a>m:162 -163 3. Mengartikan per kata Q.S. al-An’a>m:162 -163 4. Mengartikan per ayat Q.S. al-An’a>m: 162 -163 5. Mendiskusikan Q.S. al-An’a>m: 162 -163
C. Tujuan Pembelajaran :
1. Menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dengan cara melaksanakan dan mendirikan sholat dengan baik dan benar.
2. Dapat atau mampu membaca dan mengartikannya. 3. Siswa mampu mengetahui hukum bacaan.
D. Materi Standar : 1. Tata cara sholat sesuai dengan syarat, rukunnya. 2. Tugas manusia beribadah. 3. Mampu membaca al-Qur’a>n dengan baik.
95
E. Model dan Metode Pembelajaran :
1. Pembukaan dan mengkaitan pelajaran yang sudah disampaikan. 2. Membaca al-Qur’a>n dengan cara tadarrus bersama. 3. Presentasi. 4. Kesimpulan.
F. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :
1. Kegiatan awal (pembukaan) : ± 10 Menit
Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Tadarrus secara bersama 1 – 10 ayat dengan memberi
penjelasan kandungannya
2. Kegiatan inti (pembentukan kompetensi) : ± 70 Menit
Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Presentasi per-kelompok dan mewajibkan pada masing-masing
kelompok untuk bertanya, berdialog interaktif.
3. Kegiatan akhir (penutup) : ± 10 Menit
Kegiatan Pembelajaran Terlaksana Tidak 1. Menyimpulkan hasil presentasi
G. Sumber Pembelajaran : 1. Buku Pendidikan Agama Islam. 2. Kitab Fiqih Sunnah. 3. Kitab Bulu>qhul Mara>m. 4. Terjemahan al-Qur’a>n.
H. Alat dan Bahan :
1. Power point 2. Papan tulis dan perangkatnya. 3. Mushollah (diluar kelas).
I. Penilaian :
1. Tes tertulis berupa ................ 2. Kinerja (performansi) berupa ...............
96
Mengetahui: Pangkajene, ..........................20.... Kepala SMA Negeri 1 Pangkajene, Guru Bidang Studi,
Drs. H. Muh. Yusuf Muntu Saharuddin, S.Ag Nip. 131 280 807 Nip. 150 371 566
2. Guru PAI sebagai implementator pembelajaran
Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran,
yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat
dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya
agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa
yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini akan
terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas utama bagi
guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku tersebut.
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan
yaitu pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk
memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
97
menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar antara lain melalui
pembinaan keakraban, dan pretes (tes awal).
b. Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang
materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk
membentuk kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar
pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau
memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus
berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian
tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik terhadap materi
yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegiatan pembelajaran
antara lain dengan meninjau kembali materi yang telah diajarkan,
mengadakan evaluasi, dan memberikan tindak lanjut terhadap materi
yang telah dipelajari.
Untuk mengetahui peranan guru PAI sebagai implementator
pembelajaran pada mata pelajaran PAI di SMA 1 Pangkajene dapat dilihat
pada tiga indikator yaitu:
98
a. Pemanfaatan sumber belajar
Implementasi pemanfaatan sumber belajar dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif adalah proses
pembelajaran yang menggunakan beragam sumber belajar seperti :
1) Pesan (Message)
Pesan formal yang disampaikan oleh guru PAI SMA 1
Pangkajene diperoleh dari pemerintah dalam bentuk dokumen
kurikulum, peraturan pemerintah, dan silabus yang dikembangkan
oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Sedangkan pesan
non-formal yang digunakan sebagai bahan pembelajaran diperoleh
dari diskusi, seminar, ceramah oleh ahli, tokoh masyarakat dan tokoh
agama (ulama).
2) Orang (People)
Dalam mengimplementasikan KTSP seorang guru yang kurang
menguasai materi pembelajaran tertentu dapat menghadirkan
manusia sumber yang dapat membantunya dalam mensukseskan
proses belajar mengajar.
3) Bahan (Matterials)
Bahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah format yang
digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran seperti buku paket,
buku teks, modul, slide, alat peraga dan sebagainya.
99
4) Alat (Device)
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk
fisik sering juga disebut perangkat keras (hardware) mencakup
multimedia projector, slide projector, film type recorder.
5) Teknik (Technique)
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan
orang dalam memberikan pelajaran guna tercapai tujuan
pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi,
tanya jawab, sosiodrama (role play), dan sebagainya.
6) Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun
lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang
maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran;
termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang
kelas, perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman
sekolah, kebun sekolah, lapangan sekolah dan sebagainya.
b. Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat
1) Media auditif
Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman
suara.
100
2) Media visual
Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis.
3) Media audiovisual
Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama
dan kedua.
c. Mendesain model pembelajaran inovatif dan progresif
1) Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pengajaran langsung (MPL) disebut juga model
pengajaran aktif (active teaching model). Pengajaran langsung
adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher centre.
Menurut Arends, model pengajaran langsung adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
101
selangkah.41 Dari pengertian tersebut model pengajaran langsung
bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang
sangat penting, yaitu :
a) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
siswa.
b) Fase kedua, guru mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan
c) Fase ketiga, guru membimbing pelatihan.
d) Fase keempat, guru mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik.
e) Fase kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan.
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demostrasi,
pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien
mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang
digunakan.
41Richardl Arends, Classroom Instructional Management (New York: The McGraw-Hill Company, 1997), 25.
102
2) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama.42 Pembelajaran kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya.
Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia
yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Guru dapat memilih beberapa variasi dari model tersebut seperti
STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw (tim ahli),
investigasi kelompok atau TGT (Teams Games Tournaments), dan
pendekatan struktural yang meliputi TPS (Think Pair Share) dan
NHT (Numbered Head Together).
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
meliputi enam fase :
a) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
42Paul D. Eggen and Donald P. Kauchack, Strategies for Teachers Teaching Content and Thinking Skills (Boston: Allyn and Bacon, 1996), 279.
103
b) Fase kedua, guru menyajikan informasi.
c) Fase ketiga, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif.
d) Fase keempat, guru membimbing kelompok bekerja dan relajar.
e) Fase kelima, guru mengevaluasi hasil relajar.
f) Fase keenam, guru memberikan penghargaan.
3) Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan statu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan autentik
dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.43 Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi, dimana pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki
tujuan yaitu :
a) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah.
b) Belajar peranan orang dewasa yang autentik
43Richardl Arends, Classroom Instructional Management, 42.
104
c) Menjadi pembelajar yang mandiri.
Adapun langkah-langkah dalam pengajaran berdasarkan
masalah terdiri dari lima langkah :
a) Langkah pertama, orientasi siswa pada masalah
b) Langkah kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar
c) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
4) Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment).44
Sebuahkelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika
menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL
44Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP (Jakarta: Kencana, 2010), 107.
105
dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas
sebagai berikut:
a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
5) Pembelajaran Model Diskusi Kelas
Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi di
mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling
bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan
pendapat.45 Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi
oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam
pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi
yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung baik antar siswa maupun komunikasi guru dengan
45Ibid., 123.
106
siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial di mana guru
dapat membantu siswa menganalisis proses berfikir mereka.
Diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara
berfikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk
menggalakkan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Namun secara
khusus diskusi digunakan oleh para guru setidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang penting, yaitu: Pertama, meningkatkan cara
berfikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitan
pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan
partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan
komunikasi dan proses berfikir.
Ada lima tahap penyelenggaraan model diskusi kelas yaitu:
a) Tahap pertama, menyampaikan tujuan dan mengatur siswa
b) Tahap kedua, mengarahkan diskusi
c) Tahap ketiga, menyelenggarakan diskusi
d) Tahap keempat, mengakhiri diskusi
e) Tahap kelima, melakukan tanya jawab singkat tentang proses
diskusi.
3. Guru PAI sebagai evaluator pembelajaran
Dalam evaluasi pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
disebut juga dengan penilaian berkelanjutan, semua indikator diuji dan
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah
dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik. Untuk melaksanakan
107
penilaian pada KTSP diperlukan teknik penilaian dan ujian yang tepat.
Penentuan teknik penilaian yang digunakan berdasarkan kompetensi dasar
yang ingin ditagih atau dinilai serta ditelaah oleh teman sejawat dalam
mata pelajaran yang sama.
Pengembangan penilaian pada tingkat satuan pendidikan bersifat
hirarkis (secara berurutan) yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar,
pencapaian indikator, materi pokok, dan instrument penilaian. Standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok dikembangkan oleh
Balitbang Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan pencapaian
indikator dan instrument penilaian dikembangkan oleh masing-masing
daerah atau sekolah.
Dalam pembuatan soal diharapkan mampu menampung keperluan
daerah sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Standar kompetensi
dikembangkan dan dijabarkan ke dalam beberapa kompetensi dasar,
kemudian kompetensi dasar dikembangkan dan dijabarkan ke dalam
beberapa indikator. Setiap indikator dikembangkan dan dijabarkan lagi ke
dalam ke dalam berbagai bentuk tagihan seperti soal ujian, tugas,
kuesioner, portofolio, skala sikap dan lain sebagainya.
Banyak teknik dan metode yang dapat dilakukan oleh guru PAI untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik
yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
atau metode pengumpulan data tersebut pada prinsipnya adalah cara
penilaian kemajuan dan perkembangan belajar peserta didik berdasarkan
108
standar kompetensi, kompetensi dasar, serta pencapaian indicator yang
harus dicapai.
Penilaian kompetensi dapat dilakukan atas dasar pencapaian indikator-
indikator yang telah ditetapkan yang memuat satu atau lebih ranah.
Berdasarkan pencapaian indikator-indikator yang dapat ditentukan cara
penilaian yang sesuai dan tepat. Ada tujuh pendekatan teknik yang dapat
digunakan yang biasa disebut dengan 7P (tujuh penilaian) yaitu penilaian
unjuk kerja, penilaian project, penilaian tertulis, penilaian produk,
penilaian portofolio, penilaian sikap dan penilaian diri.
a. Penilaian unjuk kerja
Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian
ketuntasan belajar (kompetensi) yang menuntut peserta didik untuk
melakukan tugas/gerak (psikomotor).
b. Penilaian project work
Project work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh
peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat
berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
data dan penyajian data.
109
c. Penilaian tertulis
Penilaian tertulis yaitu jenis tes dimana guru dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan jawaban
yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula.
d. Penilaian produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kwalitas produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan
peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk
teknologi dan makanan, karya seni dan lain sebagainya.
e. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan khususnya aspek
psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu.
f. Penilaian sikap
Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik yang
tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka
akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal.
g. Penilaian diri
Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan teknik/metode penilaian
dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang
berkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi
110
yang sedang dipelajarinya dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik
penilaian ini dapat mengukur dengan sekaligus untuk aspek kognitif,
psikomotor dan afektif.
Evaluasi yang dikembangkan oleh guru PAI dalam implementasi
KTSP adalah penilaian kelas46 atau disebut dengan penilaian berbasis
kelas (PBK). Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal
maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan
belajar mengajar atau dilakukan pada waktu khusus. Penilaian kelas dapat
dilakukan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil
kerja/karya siswa (portofolio), penilaian unjuk kerja (performance) siswa.
Penilaian berbasis kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa
telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu yang
dipersyaratkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam
mengimplementasikan KTSP pada mata pelajaran PAI, maka acuan yang
digunakan dalam penilaian hasil belajar ini ada tiga, yaitu :47
a. Penilaian acuan patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan
kepada kompetensi dasar dan idokator pembelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa
dibandingkan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
46Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Lihat: Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran PAI (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 198. 47Ibid., 210-212.
111
indikator yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-
rata kelasnya. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai
atau dapat mencapai sekurang-kurangnya sekitar 75 – 80 % dari standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang seharusnya dicapai.
b. Penilaian acuan kelompok (PAK)
Penilaian acuan kelompok (PAK) atau penilaian acuan norma
adalah penilaian yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Dengan
demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa dalam
kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang digunakan dalam
menentukan derajat prestasi seorang siswa, dibandingkan dengan nilai
rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh tiga kategori prestasi
siswa, yakni di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah
rata-rata kelas.
c. Penilaian acuan nilai (PAN)
Penilaian acuan nilai adalah penilaian yang didasarkan pada sistem
nilai yang berlaku pada masyarakat dimana siswa bertempat tinggal.
Penilaian ini mengacu pada sistem nilai yang berlaku baik bersifat
umum atau universal, local maupun bersifat temporal.
Evaluasi hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta
didik. Pada umumnya, hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua
bentuk yaitu :
112
a. Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan
kelemahannya atas perilaku yang diinginkan.
b. Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah
meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi
kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku
yang diinginkan.
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.48 Kesinambungan tersebut merupakan dinamika
proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan
karena kesenjangan itu akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan zaman, dan hal tersebut perlu dilakukan evaluasi secara
terus menerus untuk mengetahui kebutuhan berikutnya.
Evaluasi hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan terhadap
program, proses, dan hasil belajar. Evaluasi program49 bertujuan untuk
menilai efektivitas program yang dilaksanakan, evaluasi proses bertujuan
untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
Seluruh evaluasi ini dilakukan oleh guru PAI untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar,
48Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), 137. 49Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lihat: Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 290.
113
memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran PAI
dan menentukan kenaikan kelas bagi setiap peserta didik.
Dalam standar nasional pendidikan (SNP) diungkapkan bahwa
evaluasi/penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir
semester, dan penilaian kenaikan kelas.50
a. Penilaian harian
Penilaian harian sering juga disebut ulangan harian dilakukan
setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi tertentu. Penilaian
harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta
didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep dan
kompetensi dasar yang sedang dibahas. Penilaian harian minimal
dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Penilaian harian terutama
ditujukan untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran (RPP),
tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain,
misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi
para peserta didik.
b. Penilaian tengah semester
Penilaian tengah semester sering disebut ujian tengah semester
(UTS) dilakukan setelah pembelajaran mencapai beberapa standar
kompetensi tertentu (lebih kurang 50 % standar kompetensi pada
50Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab X Standar penilaian pendidikan, bagian kedua penilaian hasil belajar oleh pendidik pasal 64.
114
semester tersebut). UTS terdiri dari seperangkat soal yang harus
dijawab para peserta didik mengenai materi standar dan kompetensi
dasar yang telah dibahas dalam setengah semester pertama. UTS
dilakukan satu kali dalam setiap semester, namun ada juga guru yang
tidak dilaksanakannya, mereka menganggap cukup dengan penilaian
harian dan tugas. UTS merupakan penilaian subsumatif, ditujukan
untuk menentukan keberhasilan peserta didik yang diwujudkan dalam
pemberian nilai, termasuk untuk bahan pertimbangan kenaikan kelas.
c. Penilaian akhir semester
Penilaian akhir semester atau UAS sering disebut juga penilaian
umum, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut :
1) Penilaian akhir semester pertama soalnya diambil dari materi
standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester
pertama.
2) Penilaian akhir semester kedua soalnya merupakan gabungan dari
materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester
pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi standar, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar semester kedua.
UAS dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel, dan
pada umumnya dilakukan penilaian umum bersama, baik tingkat rayon,
kecamatan, kabupaten/kota, maupun provinsi. Hal ini dilakukan
terutama untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk
menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan. Di samping untuk
115
menghemat biaya dan tenaga, pengembangan soal bisa dilakukan oleh
bank soal, dan bisa digunakan secara berulang-ulang selama soal
tersebut masih layak dipergunakan.
d. Penilaian kenaikan kelas
Penilaian kenaikan kelas atau ujian kenaikan kelas dilakukan pada
akhir semester genap. Penilaian kenaikan kelas sama dengan ujian akhir
semester genap, dengan materi standar, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar yang diujikan merupakan gabungan dari materi
standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester ganjil dan
genap, dengan penekanan pada materi standar, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar semester genap.
Penilaian kenaikan kelas dilakukan untuk menentukan peserta
didik yang berhak pindah atau naik ke kelas yang ada di atasnya
(misalnya dari kelas satu ke kelas dua, dan dari kelas dua ke kelas tiga).
Sedangkan penilaian kenaikan kelas yang dilakukan pada semester
genap terakhir merupakan penilaian untuk menentukan kelulusan.
Penilaian ini sering juga disebut dengan evaluasi belajar akhir tahun
(EBAT) pada setiap tahun, atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA)
pada akhir satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang mencakup penilaian harian,
penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian
kenaikan kelas harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan nilai, serta sikap peserta didik secara
116
proporsional. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mengembangkan
kisi-kisi penilaian yang lengkap agar mencakup seluruh standar
kompetensi dan kompetensi dasar dengan seluruh aspeknya, seperti pada
format kisi-kisi penilaian sebagai berikut :
Standar
Kompetensi (SK)
Kompetensi Dasar (KD)
Indikator
Materi Standar
Jenis Penilaian
Contoh Soal
Ket
Format tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru sesuai
dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan
dinilai, serta jenis penilaian yang digunakan. Satu hal yag harus
diperhatikan adalah bahwa penilaian yang dilakukan harus mampu
mengukur kompetensi yang harus diukur. Lebih dari itu, penilaian harus
dapat digunakan untuk memprediksi peserta didik dalam penyelesaian
pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi sebagai hasil belajar.
Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan perilaku yang bersangkutan. Oleh karena itu, kaitannya dengan
implementasi KTSP dalam penentuan nilai mata pelajaran pada rapor
seorang peserta didik perlu direformasi, karena nilai itu hanya
memperhatikan hasil penilaian tertulis yang nota bene lebih mengamati
kemajuan ranah kognitif daripada ranah-ranah lainnya. Ranah afektif dan
117
ranah psikomotor pun tentu saja harus diamati kemajuannya, karena kedua
ranah tersebut tidak mungkin dapat diketahui hanya dengan tes tertulis
pada penilaian, akan tetapi harus dengan tes perbuatan atau bahkan dalam
bentuk non tes, misalnya mengadakn observasi, wawancara, jawaban
terinci, lembar pendapat, dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.
Untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan peserta didik, serta
melihat kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar, penilaian
pembelajaran disarankan melalui tes perbuatan atau nontes. Peserta didik
diamati dan dinilai bagaimana mereka bergaul, bagaimana mereka
bersosialisasi di masyarakat, dan bagaimana mereka menerapkan
pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya, apakah
mungkin menyelenggarakan tes perbuatan pada penilaian umum dengan
waktu yang sangat terbatas? Bila tidak mungkin, guru memberikan
penilaian harian atau bahkan pada kegiatan pembelajaran sendiri. Guru
memberi tugas kepada seorang peserta didik dan memberi penilaian secara
individual atau secara klasikal, namun tetap memperhatikan dan sekaligus
memberi nilai perorangan.
Untuk merealisaikan itu, setiap tenaga pendidikan dituntut untuk
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan penilaian, agar dalam
pelaksanaannya tidak hanya menekankan pada aspek tertentu, terutama
aspek pengetahuan (intelektual). Hal ini perlu ditekankan karena
kebanyakan guru menilai peserta didik dalam perubahan perilaku
pengetahuan (intelektual), karena tidak memiliki pemahaman, serta
118
kurangnya pengalaman dan kemampuan dalam melakukan penilaian
mengenai aspek keterampilan dan sikap. Ini terjadi karena kebanyakan
petunjuk atau pedoman penilaian hasil belajar hanya merujuk pada
penilaian perilaku kognitif tingkat rendah. Oleh karena itu, penilaian hasil
belajar oleh pendidik yang berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil, tidak cukup dilakukan dalam bentuk
penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan
penilaian kenaikan kelas. Dalam hal ini, penilaian juga harus dilakukan
terhadap proses belajar selama pembelajaraan berlangsung, atau penilaian
pembelajaran.
Menurut Moekijat sebagaimana dikutip oleh Mulyasa bahwa dalam
penilaian pembelajaran yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap dapat menggunakan teknik penilaian sebagai berikut :51
a. Penilaian belajar pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tertulis,
lisan, dan daftar isian pertanyaan.
b. Penilaian belajar keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktek,
analisis keterampilan dan analisis tugas, serta penilaian oleh peserta
didik sendiri.
c. Penilaian belajar sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari
diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program,
dan skala deferensial sematik (SDS).
51Mulyasa, Implementasi KTSP, 213.
119
Ada pun tes hasil belajar yang diberikan kepada peserta didik tetap
harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus :52
a. Memiliki validitas, artinya mengukur atau menilai apa yang hendak
diukur atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi
standar yang telah dikaji.
b. Mempunyai reliabilitas atau keajegan artinya ketetapan hasil yang
diperoleh seorang peserta didik bila dites kembali dengan tes yang
sama.
c. Menunjukkan obyektivitas, artinya dapat mengukur apa yang sedang
diukur, di samping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga
tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan
maksud tes.
d. Pelaksanaan penilaian harus praktis dan ekonomis, artinya tes hasil
belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah dan tidak
menghabiskan waktu yang panjang, tenaga serta biaya yang banyak.
Di samping itu, guru juga dapat melakukan penilaian portofolio yaitu
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu.53 Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes
(bukan tes) atau bentuk informasi lain terkait dengan kompetensi tertentu
dalam satu mata pelajaran.
52Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 93. 53Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Presindo, 2008), 112.
120
Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan
peserta didik melalui suatu diskusi untuk membahas hasil kerja peserta
didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor. Menurut Mulyasa
ada tujuh hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian
portofolio, yaitu :54
a. Karya yang dikumpulkan benar-benar karya peserta didik yang
bersangkutan.
b. Menentukan contoh pekerjaan yang harus dikerjakan.
c. Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
d. Menentukan kriteria penilaian portofolio.
e. Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil
portofolionya.
f. Merencanakan pertemuan dengan peserta didik yang dinilai.
g. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam menilai portofolio.
Penilaian pembelajaran pada umumnya mencakup pretes, penilaian
proses, dan postes. Selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Pretes (Tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan
pretes. Pretes ini memiliki banyak keguanaan dalam menjajagi proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretes
memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.
Fungsi pretes ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
54Mulyasa, Implementasi KTSP, 216.
121
1) Untuk mempersiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena
dengan pretes maka pikiran siswa akan terfokus pada soal-soal yang
harus mereka jawab/kerjakan.
2) Untuk mengatahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil pretes dengan postes.
3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran.
4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan
tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian
khusus.
Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil pretes
harus segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti
dilaksanakan secara cepat dan cermat, jangan sampai mengganggu
suasana belajar dan mengalihkan perhatian peserta didik. Untuk itu,
pada waktu memeriksa pretes perlu siswa diberikan kegiatan lain,
misalnya membaca hand out atau buku teks. Dan pretes sebaiknya
dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan
atau perbuatan.
122
b. Penilaian proses
Penilaian proses dimaksud untuk menilai kualitas pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dasar pada peserta didik, termasuk bagaimana
tujuan-tujuan relajar direalisasikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya
sebagian besar (75 %) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan relajar yang tinggi, semangat relajar yang
besar, dan rasa percata pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil,
proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya
sebagian besar (75 %). Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output
yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan masyarakat dan pembangunan.
c. Postes (Tes akhir)
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postes.
Sama halnya dengan pretes, postes juga memiliki banyak kegunaan,
terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Adapun fungsi
postes antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu
123
maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan
antara hasil pretes dan postes.
2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat dikuasai
oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum
dikuasainya. Apabila sebagian besar belum menguasainya maka
perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).
3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk
mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan
belajar).
4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
komponen-komponen pembelajaran (modul) dan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian.
Penilaian pendidikan apapun bentuknya dan bagaimanapun
pelaksanaannya harus dapat memenuhi fungsinya sebagai berikut :
1) Akuntabilitas publik (public accountability), akuntabilitas publik
maksudnya bahwa penilaian pendidikan harus mampu menyediakan
dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan
dan prestasi yang dicapai sehubungan dengan manfaat dari setiap
biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pendidikan.
2) Pengendalian mutu (quality control), pengendalian mutu pendidikan,
maksudnya bahwa penilaian pendidikan harus dapat menjadi
124
instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa setiap
keluaran (output) pendidikan telah memenuhi kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan standar kelulusan (SKL).
3) Motivator (pressure to achieve), motivator maksudnya bahwa
penilaian pendidikan harus menjadi instrumen untuk mendorong
pengelola, penyelenggara dan peserta pendidikan untuk berusaha
lebih keras dan sungguh-sungguh (ijtihad) dalam mewujudkan hasil
yang diharapkan.
4) Seleksi dan penempatan (selection and placement), seleksi dan
penempatan maksudnya bahwa hasil penilaian pendidikan harus
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
menerima atau menolak seorang pelamar, khsusnya jika di tempat
yang tersedia lebih sedikit dari jumlah yang melamar. Di samping
itu, hasil penilaian juga harus dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kelanjutan pendidikan seseorang,
dan memposisikan seseorang di masyarakat dalam dunia kerja.
5) Diagnostik (diagnostict), diagnostik maksudnya bahwa penilaian
pendidikan yang dilaksanakan harus dapat memberikan umpan balik
(feedback) kepada lembaga tentang kekuatan dan kelemahannya
sehingga dapat ditindak lanjuti dan ditingkatkan pelayanannya.
Fungsi ini sering juga dikaitkan dengan fungsi peningkatan mutu
karena umpan balik yang tepat dapat mendorong dan mendongkrak
125
kegiatan dan program pendidikan untuk meningkatkan mutu layanan
secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hasilnya.
top related