jurnal hiu lipi
Post on 18-Feb-2018
265 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 1/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 2/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 3/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 4/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 5/41
KATA PENGANTAR
Penelitian Keanekaragaman Hayati Ikan Hiu dan Ikan I h n Pari (Elasmobranchii)
di
Indonesia, merupakan salah satu diantara beberapa kegiatan pada Proyek Kompetitif
Pengembangan Iptek, Sensus Biota Laut CoML Lembaga llmu pengetahuan Indonesia. Kegiatan
penelitian ini adalah rencana penelitian empat tahunan (periode 2004 2007). Pada tahnn
pertama (2004) telah dilakukan di beberapa daerah di Pulau Jawa, Bali dan Lombok ropinsi
Banten, Propinsi Jawa Barat, Propinsi DKI-Jakarta, Propinsi Jawa Tengah, Propinsi DI-
Jokyakarta, Propinsi Jawa Timur, dan Propinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat NTB). Pada tahun
ke dua (2005) telah pula dilaksanakan penelitian dengan menetapkan enam daerah penelitian
yakni; Propinsi Bangka Belitung (Pangkal Pinang), Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan
Tengah (Palangka Raya), Kalimantan Selatan (Banjarmasin), Kalimantan Timur (Samarinda) dan
Propinsi Jawa Tengah (Kab. Batang). Untuk tahun ke tiga (2006) dilakukan penelitian di empat
lokasi yakni; Propinsi Banten (Serang), Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan Timur
(Samarinda) dan Kab. Batang (Jawa Tengah). Untuk tahun ke empat atau terakhir (2007)
penelitian difokuskan hanya di Kab. Batang (Jawa Tengah).
Laporan akhir ini adalah merupakan laporan kumulatif yang dirangkum dari seluruh hasil
kegiatan selama 2004 s.d 2007. H a d yang disajikan meliputi h a d kegiatan dilapangan dan
analisa di laboratorium P20-LPI. Kegiatan peyusunan laporan khir ini teIah dilakukan dalam
waktu terbatas. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan didalam mengolah data atau
analisis terdapat ketidak cermatan. Untuk itu atas nama t m kami dengan segala seuang hati k n
menampung sernna kritik dan saran demi penyempurnaan dimasa yang
akan
datang. Mudah-
mudahan dalam waktu tidak terlalu lama segala kekurangan
k n
dapat disempumakan dalam
publikasi-publikasi ilmiah oleh para peneliti yang telah menangani penelitian ini.
Selama kegiatan dan survey lapangan Tim survey telah mendapat sambutan baik dan
bantuan moril ataupun materil dari berbagai pihak mulai dari jajaran
imt nsi
terkait, perguruan
tinggi, sampai masyarakat nelayan setempat di sentra-sentra produksi, untuk itu kami
menyampaikan rasa hormat yang setinggi-tinggi tingginya, dan terimakasih sebesar-besamya atas
bantuan dan kerjasamanya.
Kepada Bpk. Kepala LIPI, Bpk Deputy IPK-LPI, BpklIbu Tim Monitoring d m evaluasi
(Monev) Serrsus Biota Laut Bpk Kapusfit Oseanografi LPI, Bpk Koordinator Sub-program
Sensus Biota Laut, Teman-teman peneliti dan Karyawan di P20-LIP1 yang telah membantu
tugas penelitian elasmobranchii ini atas nama tim kami mengucapkan terimakasih.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya kegiatan penelitian. Semoga laporan ini pat mencapai
tuju n
dan sasarannya
sehingga bermanfaat adanya.
Jakarta, 27 Juli 2008,-
Tim Peneliti;
Drs. Mohammad Adrim Priyo Agustono
Drs. Indra Aswandy Asep Rasyidin
Fahmi Spi. M.Phi1.
Dra.Irma Sita Ar1izaM.s~.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 6/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 7/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 8/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 9/41
dampak negatif yang diduga akan tejadi misalnya pembatasan perdagangan oleh
masyarakat dunia intemasional terhadap produk elasmohranchii asal Indonesia. Terkait
uraian diatas, hasil dari kegiatan penelitian nantinya diharapkan dapat memberi
masukan solusi) berharga dalam upaya menciptakan ketahanan pangan dan keamanan
pangan secara nasional, khususnya yang bersumber pada protein hew ani ikan laut.
Kegiatan PeogumpuIan data
Kegiatan pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data primer dengan melakukan hn ju ng an ke sentra produksi di
Tempat Pendaratan Ikan- TPI) dari berbagai sentra produksi di Indonesia
Gambar
1 .
2.
ldentifikasi species hiu dan p ri dilahkan dilapangan secara cepat dan tepat
rapid ussessment dengan teknik yang telah dikuasai. Teknik tersebut
mengikuti cara yang digunakan White
et
al., 2006). Bagi ikan-ikan yang
ternyata memang sangat sukar diidentifikasi dilapangan akan dianatisis atau
diidentifikasi di Laboratorium P 2 0 LIPI.
Gambar
1
: Lokasi tempat penelitian
)
ikan hiu dan pari Elasmobranchii) di
TPI
tahun 2004 s.d 2007.
4
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 10/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 11/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 12/41
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 13/41
H~mantura astinacoides. Glyptys
sp. diduga sebaga i new species di jurnpai di
Kcc. Samuda, Kab. Sampit. Di Kalimantan Barat dijumpai 42 jenis (759 indiv), terdiri
dari 18 jenis hiu
&
24 jenis pari. Jenis dominan
Himantura gerrardi
(sparse),
Dasyatis kuhlii Himantura jenkimzi danScoliodon iaticaudus.
D i Kalimantan mur
dijumpai 2 6 jenis
(554
indiv), terdiri dari
14
jenis hiu
&
12 jcnis pari. Jenis dom inan
Dasyatis
kuhlii Paragaleus tengi Carcharhinus brevipinna
dan
Carcharhinus
sorrah.
Tahun 2006, dari hasil pengamatan di Kalimantan Barat diperoleh 1 9 jenis
(370 indiv) elasmobranchii, terdiri dari 3 jenis hiu I6 jenis pari. Jenis dominan;
Dasyatis kuhlri Hirnantura walga
dan
Dasyatis zugei.
Di Kalimantan Timur
dijumpai 20 jeni s (125 indiv), terdiri dari 6 jenis hiu 4 jenis pari. Jenis yang
menonjol;
Himantura gerrardi Himantura pastinacoides
dan
Pastinachus
solocirosiris.
Penelitian elasmobranchii di Kab. Batang Jawa tengah pada tahun 2005
berhasil menjum pai 35 jenis (14.367 indiv) terdiri dari hiu 10 jenis 25 jen is pari.
Jenis-jenis dorninan adalah;
Himantura gerrardi Dasyatis kuhlii Himantura uarnak
Aetoplatea zonura
dan
Himantura jenkinsii.
Pada tahun 2006 di Batang di jumpai
29 jenis (3.591) terdiii dari 8 jenis hiu
&
21 jenis pari. Jenis-jenis yang dominan
adalah;
H~mantura errardi Dasyatis kuhlii Himantura uarnak Aetoplatea zonura
dun Himantura jenkinsii.
Jenis pari
Himantura gerrardi
(dorninan) mencapai 64
dari total individu pari dan hiu.
Tahun 2007, penelitian di fokuskan di Kab. Batang dan jenis
Himaniura
gerrardi
merupakan jenis yang utama untuk didalami aspek biologi dan
perikanannya. Jenis elasmobranchii lainnya dijumpai sebanyak
>
27 jenis (8.670
indiv). Rata-rata tiap kapal mendaratkan antara 5-15 jenis elasm obranchii per unit
kapal.
Dari hasil identifiasi selama penelitian bcrlangsung, dijumpai berbagai jenis
yang tidak tercantum didalam publikasi yang ada, baik jenis dan juga sebarannya.
Hasil tersebut diduga merupakan catatan barn (new record), dan bahkan berpotensi
menghasillcan jenis baru (new species). Beberapa jcnis diantaranya yakni;
Jawa, Lombok
Rhinobatospenggali
Last, White Fahmi, 2006 new species
Atelomycterus baliewis
White, Last Dharmadi, 2005 new record
Squatina legnota
Last White, 2008 new record
Dasyatis microps
(Annandale, 1908) ew record
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 14/41
Okamejei
cf
boesemani
(Ishihara, 1987) ew record
0 cfpowelli
(Alcock, 1898) new record
Dipturus johunnisdavisi
Alcock, 1899 new'record
Megachusmapelagios
White, Fahmi, Adrim Sumadiharga +new
record
Deania calcea
+new record
Kalimantan
Glyphis
sp. poss. New spec ies
Himanturapastinacoides
(Bleeker, 1852) ew record
Himantura lobistoma
new record
Pastinachus solocirostris
Last, Man jaji Yearsley, 2005 new
record
Paragaleus tengi
new record
Ukura a t ubuh
size):
Hasil pengamatan di lokasi pendaratan ikan di Utara Jawa Tengah
menunjukkan bahwa
an
Pari
daii
jenis
Da~yatis uhlii
(jenis dominan) tertangkap
oleh nelayan lam ukuran bervariasi antara 170
-
350 mm (WD). Hasil tersebut
temyata lebih rendah dari ukuran maksimum yang pem ah dijumpai lam penelitian
sebelumnya. Menurut Last dan Compagno, dalam Carpenter (1999) ukuran
maksimum ikan tersebut adalah 380 mm. Kasil tersebut meng indikasikan bahwa
populasi
Dasyatis kuhlii
di perairan Laut Jawa ten gab menga lami tekanan (depleting).
Di Kalimantan Timur (Manggar) ukuran ikan tersebut mencapai 395 mm, dan di
Kalimantan Barat (Sei Kakap) di jumpai ukuran m aksimum ikan jantan
8)
encapai
465
mm dengan berat 3,8 kg. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa populasi di
daerah penangkapan masih alami. Hasil tersebut mempakan record bam dalam dunia
ilmu pengetahuan. Ikan pari b i t i k (kernbang) dari jenis
Himantura gerrardi
uga
m e ~ p a k a n enis dominan dan umum dijumpai di Indonesia. Di Laut Jawa dan
sekitam ya boleh dikatakan populasinya melimpah.Ukuran tubuh ikan yang tertangkap
berkisar antara 130
-
889 mm (WD) dengan berat 0,35 29,5 kg. Walaupun
tertangkap secara intensif, tetapi dari hasil penelitian dibeberapa lokasi seperti di
Prop. Banten dan Kalimantan Timur temyata ikan jenis tersebut masih dijumpai
bemkuran >950 dengan berat 29,5 kg. Menurut Last d m Compagno, dalam
Carpenter (1999) ukuran maksimum ikan tersebut adalah 900
mm
Hasil tersebut
m e ~ p c t k a necord baru lagi dalam dun ia ilmu pengetahuan.
Beberapa jenis elasmobranchii yang dijumpai dalam ukuran maksimum
melebihi catatan ukuran
FA0
dan m erupakan temuan penting disajikan pada Tabel 2.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 15/41
Tabe l 2: Temuan penting tentang ukuran tubuh size) ikan jenis-jenis tertentu dari
elasmobranchii yang melampaui ukuran tubuh mm) emuan
F A 0
1998,
SPE IES
Ukuran tubuh
maksimum
Hasil penelitian
2004 s.d. 2007
mm)
etobatus guttatus 1120
etomylaeus milvus
510
etomylaeus nichofii
870
etomylaeus maculatus 910
etoplatea zonura
Gymnura poecilura
Dasyatis microps
2320
Himanrura gerrardi
1040
Himantura granulata
1040
Himantura enkinsii
Himantura fai
Himantura irnbricata
Himantura toshi
Himantura uarnacoides
1200
Rhizoprionodon oligoIim
730
Scoliodon laticaudus
770
kuran
tubuh
maksimum FA
1998,1999
mm)
850
Kab. Batang
Kal-Sel
Kal-Sel
Kab. Batang
Kab.Batang
Prop. Babel
Banten
Kal-Sel
Kal-Sel
Kab.Batang
DKI- Jak
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 16/41
I
Temuan penting lainnya adalah tentang ikan langka hiu gergaji dari jenis
Pristis microdon
Latham, 1851, tertangkap oleh nelayan diperairan Prop. Bangka
Belitung.
Ikan
jeni s tersebut tertangkap di perairan sekitar Toboali Selatan Pulau
Bangka). Ukuran tubuh ikan tersebut diperkirakan 7 meter dengan berat I ton.
Ukuran moncong yang diperoleh m encapai panjang 1,3 meter.
Reproduksi&
Ratio
kelamin:
Di Kaltim tiga jenis ikan pari dan hiu yang didapsti tengah bunting yakni dari
jenis
Paragaleu s tengi Carcha rhinus amblyrhynchos
dan
Rhrzoprronodon
cf.
1
acutus
secara berurutan jumlah anak bayi) yang dikandung
2
dan adalah 1
&
2, 2
& 1,
dan
3 &
2. Indikasi ini menunjukkan bahwa refatif amat rendah tingkat
reproduksi untuk berkembang biak bagi hewan-hewan tersebut. Dari
47
individu 9
jenis Paragaleus tengi yang dijumpai, hanya terdapat s tu ekor saja individu ikan
tengah bunting berarti hanya sebe sir 2, l saja dari total betina yang ada. Pada ha1
dari segi ukuran tubuh (TL) dari data yang diperoleh angka kisaran amat beragam
yakni atara kisaran 350 s.d. 92 5 mm
TL
Ratio kelamin pada ikan hiu jenis
Paragaleus tengr
adalah =
1
0,6.
Ikan hiu dari jenis
Carcharhinus amblyrJgmchos
dengan ratio kelamin; = 1 :
2,2 dijumpai individu yang hamil
*
9 dari populasi. Lebih besarnya populasi ikan
Q dibandingkan dengan populasi tercennin dari embryo yang ada yakni
2
dan 1.
Untuk hiu pisang dari jenis
Rhizoprionodon
cf
acufus
rasio populasi betina
dan jantan adalah :
=
1 7,7. Angka perbandingan tersebut t e r i n d i i dari
jumlah anak atau embryo
9
& ; & 2) yang dijumpai pada induk dewasa pada
ukuran 910 mm. dengan berat 3,6 kg, bahwa populasi b etina lebih besar dari populasi
jantan. Kondisi seperti itu secara alami tingkat reproduksi dari jenis tersebut le b ii
tejamin, namun penelitian lanjutan amat diperlukan terutama guna pembuktian
iimiah yang lebih akurat tentang reproduksinya.
Ikan pari jenis
Dasya tis kuhlii
dan
Himantura gerrardz
adalah jenis dominan,
dan umum dijumpai. Oleh sebab itu dapat diusulkan untuk dijadi ian param eter dalam
kajian terhadap pengelolaan elasmobranchii, terutama di Laut Jawa dan sekitarnya.
Ikan
pari
j nis Dasyatis
kuhlii Ikan jenis ini dijumpai 319 individu ikan
yang dapat diamati). Namun dari estimasi diperkirakan sekitar 2.515 individu yang
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 17/41
tidak terpantau seca ra tepat. Dengan dem ikian total ikan pari d ari jenis
D.
kuhlii yang
didaratkan d i TPI 2.834 individu. Angka rasio jantan dengan b etina adalah :Q =
1 : 1,42. Kisaran ukuran tubuh adalah 165 345 mm @W . Berat tubuh berkisar
antara
0,l - 0,3
kg. Untuk ikan jantan, ukuran klasper dewasa berkisar antara
35 46
mm (FC). Ukuran tubuh ikan tersebut ketika mulai dew asa adalah mencapai 2190 mm
(DW), dengan ukuran klasper 16,5 FC). Dari seluruh ikan jantan yang dijumpai
tersebut, hanya separuh (50 ) yang telah dew asa (FC), selebihn ya pradewasa (NFC),
sedangkan juvenil (NC)
tidak
dijumpai.
Ikan pa ri jenis Hi m an tura gerrardi: Selama penelitian ikan jenis tersebut
dijumpai sebanyak 2.319 individu. Perbandingan ikan : dalah :1,17. Ukuran
tubuh berkisar antara 180 899 mm. Kisaran berat 0,l 16,0 kg. T ubuh ikan betina
berkisar antara 180 889
mm
@W). than betina memiliki kisaran ukuran tubuh
antara
103 - 705 mm (DW). Untuk ikan yang telah matan g klasper (FC) dijumpai
pada ukuran 490 mm WD). Ukuran klasper dewasa berkisar antara 32,4 84,O
mm (FC). Untuk ukuran individu yang tergolong pradew asa (MC) panjang klasper
berkisar antara 24,3 - 84,0, dengan kisaran 420 470 mm @W). Ukuran klasper
jantan belum dewasa (juvenile) berkisar antara 7,2 - 23,s NC) deugan ukuran
tubuh
<
490 (DW). Untuk ikan betina yang tengah mengandu ng bayi (bunting) dapat
terdeteksi sebanyak
18
individu pada ukuran
2540
mm (DW).
Makanan (Stomach content):
Analisis dari sampel isi perut dilakukan pada kelompok ikan pari dari
beberapa jenis yakni; Himantura ua rnak. Dari pengam atan isi pe N t ikan tersebut
dijumpai komponen makanan, antara lain ikan, krustase, cumi, ekhinodermata, dan
lain-lain. Komponen makanan yang diperoleh pat m enberikan indikasi tentang
habitat dimana ikan pari tersebut hidup. Ikan pari dari jenis Himantum uarnak,
temyata memiliki komponen makanan yang beragam. Jika dilihat dari berat basah
(biomas) maka bagian utama makanannya adalah ikan, setelah itu krustase yang
terdiri dari Paneid, S tomatopo da, Crab, Squid, dl1 Tabel
3
Hasil dari dua jenis ikan pari Himantura uam ak dan Him antura
f i
dapat
diduga bahwa kedua hewan tersebut hidup di dasar perairan pada daerah berlump ur.
Komponen biota hasil analisis lambung yang di jumpai
seperti; biji nangka
(Parupeneus spp), mata belo (Prim an thu s sp), layur (Trichiurus spp.),' serak
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 18/41
(Scolopsis sp), dan dari udang-udangan (Paneide ) seluruhnya mengidikasikan ha1
tersebut diiana biota yang dimakan hidup di dasar perairan penghuni daerah
berlumpur. Dari komposisi makanan tersebut dapat pula di yakini bahwa ikan pari
tergolong hewan pemangsa utama di dasar perairan yang berada pada level teratas
(Top karnivor) dalam suatu rantai makanan dialam .
Untuk hasil analisa lamb ung omach contenf dari ikan pari jenis Himantura
fai tenyata terdiri dari
83
komponen ikan-ikan dasar. Kelompok ikan tersebut
antara lain; Parupe mus sp., P riac an thu s sp., N em ip te m sp., Scolop sis sp., dl].
Kemudian disusul kelompok cumi sebesar . Sisanya terdiri kelompok kepiting,
udang-udangan, dan lain-lain .
Tabel 3: Jenis-jenis km stase yang terdapat dalam isi lambung (stomach content) ikan
pari dari jenis H iman tura uarnuk yang didaratkan di TPI-Klidang Lor,
Batang Jawa Tengah.
I
.\I
IYI ?.ti
13 Charybdis variegata Rajungan
1
2
1
LEUCOSIIUAE 1
19 Leucosia sp. )
?
ODONTODACTYLIDM2
OdontodacryIus cultriJer (White, 1850
NANNOSQUILLIDAE Manning, 1980
Acanthosquilla mu ltifarciala
BRACHYURA
D D T I n
4
_]
5
Udang pletowpengko
dang
p1elotdpengko
Porfums sp.
CALAPPIDAE
Cd app a lophos (Herbst,
1785)
MACRURA
PFNAFlnAF
Rajungan
Kepiting
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 19/41
Lokasi penangkapan fishingground )'& ala t tangkap:
Lokasi penangkapan elasmobranchii sesungguhnya amat terkait
denganpenangkapan ikan lain (teleostei) yang menjadi target penangkapan biasanya
dengan ikan-ikan dasar demersal). H ampir seluruh perairan Laut Jawa dan'sekitarnya
dapat dikatakan daerah fishing ground bagi nelayan pukat dasar sem i trawl,
catrang, lampara dasar, dsb). Daerah penangkapan nelayan di Utara Pulau Jawa
umumnya bergantung kepada besar kacil ukuran kapal. Kapal-kapal besar beroperasi
ke tempat-tempat yang lebih jauh bahkan mencapai perairan Papua atau Indonesia
bagian Timur lainnya. Pada penelitian yang dilakukan di Kab, Batang dan
DKI-
Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar kapal >60 GT beroperasi mecapai P
Kalimantan, Natuna dan perairan T m u r Madura dsb.
Hasil penelitian di Kab. Batang adalah armada pukat catrang merupakan
contoh kasus untuk kapal penangkapan berukuran besar. Salah satu diantara kapal
motor yang mengoperasikan Pukat Cantrang m e m i l i spesitikasi sbb; berukuran
panjang 20 meter. Lebar 8 meter. Panjang lunas 17 meter. M e s h berukuran 70 GT
dengan merk NISAN 8silinder. BBM yang dibutuhkan selama beroperasi sebanyak 40
drum.
E s
dibutuhkan sebagai bahan pendingin 45 ton. Kapal motor tersebut
dioperasikan oleh 16 personil ABK yang trampil. Alat tangkap pukat catrang (semi
trawl) yang doperasikan dikedalaman 20 depa setara dengan 30 meter. Lamanya
waktu operasional paling lama selama satu bulan (30 hari). T etapi umum nya berkisar
antara 20 hingga 22 hari melaut termasuk lamanya waktu diperjalanan pulang pergi.
Waktu tersebut termasuk pejalanan pulang pergi. Sedikitnya lama w kht
penangkapan berlangsung kurang lebih 5 hari. Lokasi daerah penangkapan (fishing
ground) nelayan catrang memang tergolong jauh. Lokasi penangkapan mereka akan
berubah-ubah setiap melaut tergantung cuaca dan kebiasaan mereka dalarn melaut.
Apabila suatu lokasi sudah dikunjungi untuksatu kali fishing ground', be rikutnya
mereka akan memilih lokasi barn yang kemungkinannya banyak ikan, biasanya
pemilihan lokasi baru tersebut bedasarkan kebiasaan ketika telah sekian lama satu
lokasi tertentu tidak didatangi. Beberapa diantara lokasi penangkapan yang umum nya
mereka datangi antara lain; Serutu, Ketapang, Karimata (K a l i a n t a n Barat), Lambao
(Kalm antan Selatan), Keramean, Karimun (Laut Jawa sebelah T i u r ) . Selain itu juga
meliputi daerah Matasiri, Marabatua (Kalsel), P.Kambing (Perairan Timur Madura).
Tarikan jaring (haul) dilakukan
6
s.d. 10 bahkan kadang-kadang hin gga l2 kali satu
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 20/41
hari. Rata-rata tiap kapal dapat melakukan 8 kali tawur per hari. Satu kali tarikan
jaring memakan waktu satu jam. Dengan demikian kegiatan penangkapan hanya
berlangsung selama siang hari, dan pada malam hari
ABK
dapat beristirahat. Untuk
aktivitas jam kerja para
ABK
dalam pemasangan jaring biasanya 2jam untuk tiap
hari yang dimulai sejak jam 6.00 pagi hingga jam 18.00 sore atau jam 5.00 hingga jam
17.00 sore. Jaring di operasikan pada kedalaman laut 30 s.d 60 m. Biasanya armada
akan mencari lokasi yang memiliki dasar berlumpur untuk mengoperasikan jaring
dasar tersebut. Untuk menduga dasar perairan berlumpur atau tidak digunakan peta
pelayaran oseanografi, dan unit GPS untuk mencari posisi. Berdasarkan pengalaman
bertahun-tabun bagi nelayan catrang tidak sulit untuk menjumpai lokasi dengan dasa r
perairan berlumpur yang mereka butuhkan. Daerah yang tersapu jaring diperkirakan
sejauh 6 s.d 9 detik atau rata-rata
8
detik dipeta Map) navigasi pelayaran.
Selain armada besar diatas, nelayan tradisional melakukan aktivitas
penangkapan menggunakan pancing rawai rawai dasar . Contoh kasus di Perairan
Mahakam. Nelayan disana mengguuakan mesin perahu berukuran 24 pk merk
Dompeng buatan Cina. Ukuran panjang 10 m. Lebar
1 5
m. Jaring yang digunakan
sebanyak
15
piece. Pan cing rawai tersebut dibuat sendiri sedemikian rupa; sebanyak
mata pancing dipasang tiap 1 m panjang tali Utama. Panjang tali gantungan tiap mata
pancing 30 cm. Setiap satu teteng mem iliki 250 mata pacing. Pelampung kecil
dipasang tiap
14
mata pancing. Setiap perahu penangkap memiliki antara 15 s.d 17
tenteng piece. Teknik penangkapan diadopsi dari nelayan madura yang datang
kesana untuk kerja sama. Mata pancing sekali gus didatangkan dari madura. Alat
ditebar pada kedalarnan maksim um m di mulut sungai Mahakam. Jenis-jenis
umum yan g tertangkap
H.
gerrardi H. amacoidesP ephen
Nelayan tradisional pada umumnya melakukan penangkapan tidak jauh dari
tempat tinggal mereka. Secam alami nelayan mewarisi ilmu melaut dari kebiasaan
atau pengalaman turun temurun dari leluhur. Hasil studi kasus dari Muara Mahakam.
Lokasi penangkapan nelayan Sei. Kape adalah di Muara Berau, Tj. MiringlKedutan.
Pada sa at bulan O ktober Musim ang in Selatan) daerah ini terlindung, sangat strategis
untuk tempat melepas rawai. Penangkapan otomatis tidak dilakukan di Laut terbuka.
Hanya beroperasi tidak jauh dari pantai dan malah disenangi dekat hutan
mangrovehakau. Daerah musim berikutnya adalah Lapangan Tengah, Pantuan, Tj.
Ajuh, Bayur, Supatin Tj. Sekian), daerah tersebut dikunjungi pada waktu musim
Utara praktis terlindung). D aerah penangkap an lainnya terdapat di Selatan disebut Tj.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 21/41
Burung Bakapai), Muara Hulu Besar, Ma. Hulu Kecil, Ma. Pengah. Muara P egah
adalah alur pelayaran bagi kapal yang melintas keluar masuk pelabuhan Samarinda.
Lokasi tersebut menurut mereka adalah paling aman untuk kegiatan penangkapan
ketika muncul Musim angin dari amh Utara Musim Utara).
Hasil studi kasus lainnya di Perairan Mem pawah juga salah satu diantara
kondisi nelayan tradisional di Indonesia. Nelalan Mempawah paling jauh mereka
beroperasi di sekitar P. Temajo, P. Pedamaran, P. Setinjam. Beberapa nelayan ada
yang berani lebih jauh hingga P. Datuk atau P. Pengekek dengan lama waktu
beroperasi mencapai 2 hari. Alat tangkap khusus yang digunakan untuk mendapatkan
ikan pari di daerah ini yakni pancing rawai umpan. Spesifikasi alat tersebut mtara
lain, total jumlah mata pancing berkisar antara 500 s.d. 1000 buah. Biasanya hanya
1000 buah, dengan ukuran pancingnya No. 1,5 inch). Panjang tali utama mencapai
satu kilometer. Jarak antara satu ma ta pancing ke mata pancing lainnya yakni 1 meter.
Tinggi tali pancing dari tali utama adalah 70 cm. Jaring di operasikan pada
kedalam an 10 s.d 20 meter.
E lasmobranchi i sebagai h a d ku tan
by
cacth):
Dari hasil tangkapan pukat cantrang diketahui bahwa kelompok
elasmobranchii sebagai h a d sampingan yang memberikan konstribusi penting bagi
usaha penangkapan. Karena nilai jual dari sisi produk relatif tinggi maka
Elasnlobranchii sumbangan pada pendapatan total keseluruhan usaha tangkapan naik
jadi hasil utama. Kondisi tersebutlah yang mendorong para pengusaha armada
penangkapan untuk megoperasikan alat catrang yang cukup efektif didalam memburu
kelompok ikan pari di
Laut
Jawa dan sekitarnya.
Hasil analisis dari 33 unit kapal penangkapan yang menggunakan pukat
catrang di
TPI
Klidang Lor Batang. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahw a
sebagai hasil sampingan kelompok elasmobranchii tersebut memberikan konstribusi
yang sangat bewariatif yakni 0,7
84,1
dari hasil tangkapan per-unit. Un tuk setiap
hari ikan elasmobranchii yang ikut dilelang rata-rata 13,3 dari total ikan laut
keseluruhan.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 22/41
Asp ek Sosial ekonomi:
Hasil studi kasus tahun 2005, tentang peran sosid ekonomi perikanan dan
pemanfaatan ikan hiu dan pan yang tertangkap di Prop. Bangka Belitung pat
dikemukakan sebagai berikut:
Peran sosial ekonomi perikanan elasmobrancii
Perikanan hiu dan ikan pari di Bangka Belitung memberikan kontribusi yang
cukup sig nifk an terhadap perkembangan kine a perikanan tangkap di daerah tersebut
secara mum Bersama pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap lainnya, perikanan
ini diharapkan dapat mendongkrak perekonomian. Dari total tangkapan yang telah
berlangsung saat ini, perikanan hiu dan pan menyumbang secara signifikan nilai
penerimaan hasil perikanan. Angka tersebut tentu akan bertambah besar apabila
seluruh bagian ikan hiu dan pari hasil tangkapan telah termanfaatkan. Sejauh ini, nilai
tersebut hanya memperhitungkan pemanfaatan sebagian (70 ) tubuh ikan hasil
tangkapan di perairan taut Bangka, yang didaratkan di lokasi-lokasi utama seperti Sungai Liat, Riau
Silip dan Belinyu.
Sebagai garnbaran besarnya kontribusi perikanan hiu dan pan tersebut adalah
memperbandingkan besarnya nilai penerimaan yang diperaleh dari perikanan hiu dan pan dengan
rarnan kotor yang diperoleh TPI terpenting di propinsi tersebut. Dari hasil pendapatan daerah terlihat
bahwa total jurnlah penerirnaan dari perikanan hiu dan ikan pari yang didaratkan di Pangkalpinang dari
tahun ke tahun berkisar antara hingga rnilyar rupiah, jurnlah yang sangat dekat dengan angka
rarnan yang tercatat pada TPI Pasir Putih, Pangkalpinang.
Pemanfaatan elasrnobranchii;
Salab satu butir penting dalam IPO adalah perlunya pencantuman klausul
mengenai optimalisasi manfaat hiu yang tertangkap. Limbah h a m diupayakan
ditekan semaksimal mungkin sedangkan nilai tambah dari produk ham s diupayaican
setinggi mungkin. Pada kenyataannya, sejauh ini pengolahan produk hiu di Prop.
Bangka Belitung dan diperkirakan juga terjadi di berbagai tempat lain di Indonesia,
hanya dapat tennanfa atkan sebagian tubuh tertentu belum dapat mencapai maksimum ,
dengan demikian nilai tambahnya pun masih sangat terbatas. Di banyak lokasi,
penangkapan hiu bahkan dilakukan hanya untuk memdaratkan bagian tertentu dari
tubuhnya yang paling bern ilai ekonom is, seperti sirip, minyak squalen; sementara itu,
bagian lain yang dianggap tidak bernilai ekonomi terbuang menjadi l i b a h , bahkan
ada laporan mengemukakan bahwa material sisa seringkali dibuang di laut.
i
Bangka
Belitung, bagian tubuh yang dimanfaatkan tidak lebih dari 70
,
itu pun hanya untuk
keperluan usaha yang tidak mendatangkan nilai
tambah
terlalu tinggi.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 23/41
Di Kota Pangkalpinang terdapat beberapa bentuk pengolahan ikan, yaitu
pengasinan (pengeringan), pembuatan kerupuk ikan, abonikan, dan terasi. Bentuk-
bentuk pemanfaatan ikan pari dan hiu disana temyata relatif lebii terbatas dibanding
bentuk pemanfaatan ikan lainnya. Beberapa jenis dan status usaha dari kegiatan
pengolahan untuk jenis ikan hiu dan pari pat diiangkum sebagai berikut:
a. Pengasinan
Kegiatan ini dilaksanakan di satu unit pengolahan ikan pari yang berlokasi
di Kota Pangkalpinang. Pengasinan ini menggunakan bahan baku
berkualitas tolakan (B Slreject), yang diperoleh di
TP
Pasir Putih, dengan
harga berkisar Rp. 1.000 hingga Rp. 1.500kg. Produk bempa ihan pan
asin dijual dengan harga Rp. 4.000kg di tingkat pengolah, atau Rp.
5.000/kg apabila dijual di pasar.
b. Pengeringan
Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh pengumpul. Pengeringan dilakukan
untuk sirip hiu, yang menggunakan bahan baku berupa ikan hiu segar
dengan harga berkisar 10 sld 20 ribu rupiah per kg. Nilai jual bagian
tubuh hiu ini sangat tinggi hingga mencapa i Rp. 40.000,-kg. Dengan nilai
jual seperti itu, pengumpul mem peroleh keuntungan signifikan
c. Pemanfaatan kulit ikan pari
Keterampilan yang terbatas mengakibatkan pemanfaatan kulit pari hanya
terbatas pada pengolahannya menjadi bahan setengah jadi, yang kem udian
diekspor untuk konsum si industri kerajinan.
d. Pembuatan fillet ikan hiu
Kegiatan pengolahan ini menggunakan bahan baku yang berupa ikan hiu
maupun ikan pari. Kegiatan inipun dilaksanakan dalam skala yang sangat
terbatas. Pembuat fillet di Bangka Belitung pada um umnya ad da h
pedagang ikan lang membuka usaha di pasar kota. Potensi nilai tambah
dar i kegiatan ini sebenarya cukup besar yaitu mencapai Rp. 17.000,-kg,
tetapi belum diupayakan secara serius.
Sistem pem asaran:
Sistem pemasaran ikan pari di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Sungai Liat
mem iliki karakteristik sebagai berikut
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 24/41
I. Nelayan bebas menjual hasil tangkapannya kemana saja sesuai harga
kesepakatan antara nelayan dan pembeli oligopson*). Namun pada beberapa
nelayan yang memiliki hubungadiatan hutang piutang antara
nelayanlpemilik kapal dengan pedagang pengumpul maka hasil tangkapan
umumnya dijual kepada pedagang pengumpul tersebut. Pada tingkat ini pasar
yang terbentuk umum nya mengarah pada pasar persaingan sempurna.
2. Antara pedagang pengumpul kecillagen dengan pedagang besarleksportir
hubungan yang terjadi berdasarkan atas kepercayaan, tidak ada pejanjian
bisnis yang menghamskan agen memasok ikan pari sesuai kebutuhan
eksportir. Namun kualitaskesegaran mutu hams disesuaikan dengan
spesifik siflcu lifik si pihak eksportir.
Pengawasan Mutu lum Rantai Petnusaran
Pengawasan mutu terhadip suatu produk perikanan sangat penting dilakukan
karena terkait dengan sifat produk perikanan yang mudah busuk (high perisable).
Sifat ini mengakibatkan nilai produk perikanan sangat rawan terhadap pembahan
mutu. Pada sistem pemasaran di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Sungai Liat
penanganan h a i l tangkapan ikan pan m elaui sistem rantai dingin (cool chain),
pengawasan mutu hanya dilakukan secara organoleptik sederhana. Pengawasan mutu
secara biokimia maupun mikrobiologis tidak pernah dilakukan karena keterbatasan
dan ketidakmampuan untuk melakukannya. Pengawasan mum yang Iebih rinci baru
dilakukan ditingkat eksportir, untuk menghindari penolakan dari pasar luar negeri
yang dituju. ari h a d penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1
Kegiatan pemasaran ikan pari mengalami perkembangan sejak awal Tahun 2005
seiring dengan kehadiran jaring dasar sebagai alat tangkap khusus penangkapan
pari dan tingginya perrnintaan dari pasar luar negeri
2
Kegiatan pengolahan masih sangat tradisional dan keterampilan pengolah sangat
terbatas akibatnya ikan pari wnumnya dipasarkan masih dalam bentuk utuh
primaryproduct) dan dalam bentuk segar untuk kulit). Nelayan belum dapat
menikmati nilai tambah (added value) dari produk olahan karena keterbatasan
pengetahuan dm keterampilan pengolahan.
3 Pelaku pasar yang terlibat dalam distribusi ik n pari
di
Kota Pangkalpinang dan
Kabupaten sunga i Liat terdiii dari nelayan, pedagang pengumpul besar agen),
pedagang pengum pul kecil bakul), pedagang pengecer, dan eksportir. Di tingkat
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 25/41
nelayan ada kebebasan dalam menjual ikan pari tangkapannya sehingga struktur
pasar yang terbentuk mengarah pada persaingan s e m p u m .
4 Pengawasan mutu masih sangat terbatas hanya berupa uji organoleptik,
pengawasan yang le bi i ketat baru dilakukan di tingkat eksportir.
Himantura gerrardi
Pada tahapan akhir kegiatan tahun 2007, salah satu jenis dominan terpilih ikan
pari dari jenis Himantura gerrardi menjadi fokus pengamatan. Jenis ikan pari
tersebut dapat dianggap menjadi salah satu parameter bagi pengelolaan
elasmobarnchii nantinya.
Hasil studi kasus selama penelitian telah dapat diidentifikasi sebanyak 2.013
individu H gerrardi dengan ratio kelamin ikan dalah 83 1 1.182 indiv.
Untuk perbandingan ratio kelamin tersebut ikan betina lebih banyak. Dengan
demikian secara teoritis angka ratio tersebut tidak mengu ntungkan bagi popu lasi ikan
jenis tersebut dimana perbandingan jumlah jantan dan betina tidak seimbang.
Hasil yang diperoleh dari tangkapan nelayan Catrang dan hasil tersebut sangat
bewariasi yakni berkisar antara 889 50.159 kg dengan total keseluruhan (22 kapal)
hasilny a adalah 206.465 kg. Untuk hasil rata-rata tiap kapal dipero leh sebesar 9.385 t
10,3358 kg. Dari hasil tersebut juga terlihat bahwa elasmobranchii memberikan
sumbangan sebesar 28.219 kg. Sebagai jenis yang dominan H.
gerrardi dari
kelompo k pari didaratkan sebanyak 13.888 kg, dengan hasil rata-rata 631 1093,751
kg tiap kapal cantrang.
Kelom pok ikan pari mem berikan kontribusi terbesar (lebih dari 95 ) pada
jenis ikan-ikan elasmobranchii yang tertangkap oleh jaring cantrang yang
dioperasikan oleh nelayan Kab. Batang. Jenis ikan pari yang memberikan kontribusi
terbesar berdasarkan biomas hasil tangkapan adalah jenis pari bintang, Himantura
gewardi. Jenis pari ini hampir selalu ditemukan dalam hasil tangkapan jaring
cantrang di lokasi penangkapan nelayan-nelayan Batang dalam jumlah yang cukup
signifikan. Kontribusi rata-rata pari Himantura gerrardi dari total tangkapan ikan
pada tiap kapal cantrang yang didaratkan di TPI Klidang Lor adalah 9,32 13,37
pada tahun 2006 dan 15,68 + 10,8 pada tahun 2007. Kontribusi terendah
d ri
Himantura gerrardi terhadap total tangkapan kapal cantrang yang disurvei adalah
0,2 di
t hun
2006 dan 0,46 (2007). Sedangkan kontribusi tertinggi pada tahun
2006 adalah sebesar 65,62 dari total tangkapan ikan dan 42,32 di tahun 2007.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 26/41
Adapun sebaran ukuran lebar tubuh H
gerrardi
yang biasa tertangkap oleh
jaring cantrang adalah pada tahun 2006 dan 2007 adalah antara 400-600
mm
Hasil
uji analisis varians (ANOVA) menunjukkan bahwa rata-rata ukuran tubuh
H gerrardi
pa tahun 2006 dan tahun 2007 tidak berbeda nyata (F=1,06; B 0 .0 5 ).
Ikan pari jenis
imantura gerrardi
diketahui mencapai ukuran dewasa pada
ukuran lebar tubuh 460-480 mm untuk jantan dan di atas 640 mm untuk ikan betina
(White
et
al., 2006b) sehiigga ukuran umum ikan pari H.
gerrardi
yang tertangkap
oleh jaring cantmng di Batang m e ~ p a k a n kuran dewasa. Berdasarkan data yang
diperoleh selama penelitian, diketahui ukuran dewasa ikan pa n jantan dicapai pada
ukuran antara 430-530 mm, sedangkan betina ukuran sekitar 600 mm. Ukuran pada
saat dewasa untuk ikan jantan diperoleh dari kondisi perkembangan alat kelamin
jantan (klasper) bedasarkan tingkat pengapurannya (kalsiiikasi), dirnana ikan jantan
dinyatakan dewasa apabila kondisi klasper telah membesar, mengeras dan
mengandung sperma.
Hasil analisa makanan ikan pari dari jenis
H
gerrardi
menunjukkan
bahwa bagian terbesar tenyata dari udang-udangan paneid 60
),
kemudian disusul
oleh kelompok kepiting (20
),
dan udang mantis sebanyak (14
).
Sisanya
*
6
terdiri dari berbagai jenis hewan dan komponen fragmen material yang sukar di
kenali. Dari hasil analisis makanan tersebut bahwa ikan pari menyenagi hidup di
daerah lumpur yang juga m enjadi kesukaan biota krustase pada umumnya.
Selama penelitian juga telah dikumpulkan pula 0 sampe l genetik DNA
dari beberapa jenis pari dan hiu tertentu yang diharapkan dapat memperbanyak
koleksi genetik
/
DNA untuk keragam an genetik an pari dan hiu terutama
kemgamanan genetik ikan pari jenis
immtura gerrardi, m u m
ari berbagai
unit populasi di Laut Jawa. Beberapa sampel telah dianalisis dan
telah
di publiiasi
pada majalah O seanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI). Selebihnya dihampkan
dapat diana lisis apabila Laboratorium DNA di P20-LIP1 telah terealisasi.
Koleksi referensi
Terhimpunnya berbagai ma terial koleksi dari berbagai jenis elasmobranchii di
P20-LIP1 selama aktivitas penelitian berlangsung, secara perlahan telah dapat
melengkapi ruangan koleksi referensi biota laut P20-LIPI. Selama penelitian telah
terkumpul pula 152 specimen koleksi elamobranchii untuk dapat dijadikan ruju km
dalam mendalam i sistematik (taksonomi). Beberapa temuan penting diantaranya
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 27/41
specimen dari jenis
Megachasma pelagios
dan jenis-jenis hiu dan pari yang
dikem ukakan di atas sebagai new record tersimpan untuk bahan rujukan tersebut.
Publikasi ilmiah:
Selama tahap awal kegiatan
dari
2004
s.d 2007 dapat pula dilaporkan
berbagai publikasi ilmiah yang sudah terbit dan belum terbit. Bebempa diantara
makalah yang mash dalam proses penerbitan pada editor majalah ilmiah tempat
diterbitkan dan ada pula makalah yang sedang dalam proses persiapan akan di
terbitkan di luar negri dimana pada m ulanya makalah telah dibacakan pada seminar
JSPS di Jokyakarta.
Tabel
2.
Makalah ilmiah yang sudah terbit dan sedang dalam proses penerbitan untuk
d i i u a t di majalah ilmiah dan seminar symposium.
Penulis
Wh ite, W. T.
Fahmi, M.
Adrim
K.
Sumadhiharga
Fahmi dan
Dharmadi
Apriliani
T.,
4.H.
Purnomo,
3an M. Adrim
Pum omo , A.H.,
T. Apriliani, dan
M. Adrim
Judul
rtikel
A Juvenile Megamouth
Shark Megachasm a
pelagios (Lamniformes:
Megachasmidae) From
Northern Sumahia,
Indonesia
Status perikanan hiu dan
Pengelolaannya
Pola pem asaran ikan pari
(rays) di Kota Pangkal
Pinang Propimi Bangka
Urgensi Pemasukan aspek
sosial ekonomi &lam
National Plan of Action
(Studi kasus Aspek Sosek
Sumberdaya
Elasmobranchii di Bangka
Belitung).
Voi No.]
Jurnal
Oseana. Vol XXX,
200 5. No.1:
1-8
Da1am;Setyaw 2005
an
W.B. dkk.
W9;
Prosiding
Pertemuan
[Imiah
Tahunan IS01
2005. Surabaya
5-6
Juli 2005.
lkatan Sarjana
Oseanologi
Indonesia.
Jakarta
Da/am:Setyaw 2005
an W.B. dkk
e 4 ;
Prosiding
Pertemuan
5-6 Juli 2005.
Yegara
3ingapwa
ndonesia
ndonesia
Indonesia
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 28/41
Klasper dan Nisbah Indonesia.
Kelamin Cucut Lanjaman
(Carcharhinus arciformis).
F a h i , S.J.M. Diet overlap and trophic ~ i ~ h ~ ~ i ~ ~
Blaber, M. shifts in four sympatric Reseaxh
Adrim, and I. R. whiprays Journal.
Tibbetts
Himantura
spp. from the
Java Sea, Indonesia
Fahmi
Divemi@, biology and
Thesis S2
d ri
utilization of sdr. di Univ.
chondrichthyons in west
Quensland
central Indonesian Australia.
jkheries.
ndra Effendi Lgju perhimbuhan ikon Thesis S1. IPB
dun kebiasaan makon ikon Bogor
pan H umacoides yang
didaratkon di TPI Klidang
Lor Batang, Java Tengah.
ma Shita Genetic diversity of some LIPI-JSPS
ulyza, Ahmad
Hirnanfura
species from Joint Seminar
arajallah, Indonesia.
on Coastalahmi and M.
Marine cience.
drim
Jokyakarta.
Adrim,M.
Irma
S. A. dan
M. Adrim
Studi pendahuluan Tentang
Kom posisi jenis dan
Kelimpahan
Elasmob ranchii Hasil
Tangkapan Nelayan di Jawa
Timur.
Hubungan Xtilogenetik
antar tiga karakter motif H
gerrardi
berdasarkan 1 2s rRNA dan
16 s rRNA DNA
Oseanologi
Indonesia.
Jakarta.
Neptunus
Majalah llmiah
Kelautan.
Universitas
Hang Tuah.
Surabaya
Oseanologi
d m
Limnologi di
Indonesia.
13 1): 2006
71 2
VOI XXXIII
42: 2007
57-68.
Indonesia
lndonesia
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 29/41
Kerjasama peoelitiao
Selama penelitian telah d ilakukan berbagi kerjasama dengan berbagai
instansi terkait, dan bahkan dengan pihak luar negri. Kerjasama tersebut antara
lain;
M. Adrim,
Fahmi, Siti
Balkis d n Dani.
Melakukan kerjasama dengan BBRSEK-DKP, UNPAR-Palangkaraya,
UNTAR-Pontianak, UNLAM -Banjarmasin, PPI- Muara Kintap KALSEL.
Melakukan kerjasama penelitian dengan pihak luar negri:
Dengan Univ. Connecticut Canada), Univ. Kins ten Jensen
Florida-Amerika), CSIRO-Ausbalia, dan Inggeris.
Meng ikuti workshop elasmobranchii di Philippine undangan
IUCN).
Melakukan kerjasama dengan Lab. genetik
IPB.
Mengikut sertakan mahasiswa dari perguruan tinggi baik sebagai S1, atau
PKL
dari Univ. PAKUAN dan IPB Bogor.
Meng ikut sertakan mahasiswa program S2 AustraliaIStaf Peneliti P20-LIP I),
dan Sl UN3RAW -Malang IPB- Bogor).
Untuk kegiatan kerjasama penelitian dengan pihak luar negri hmgga tahun
2 8 di wilayah K al iia nt a masih berlangsung.
Poster-poster:
1. Diversitas ikan Pan di
Indonesia 2006
2
Diversitas lkan Hiu di
Indonesia 2006
m
revisi 2008
TERBlT
2006 dan
2008
Indonesia
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 30/41
V
KESIMPULAN
DAN S R N
Dari hasil penelitian ikan hiu dan pari (Elasmobrabchii) pada 14 lokasi di
Indonesia (2004 -2007 , dapat ditarik beberapa kesimpulan sebag ai berikut:
1. Keanekaragaman jenis ikan bertulang rawan hiu dan pari di Indonesia sangat
tinggi yakni mencapai 128 enis yang tergolong 25 suku dan 9 bangsa (Ordo).
Hasil tersebut sebagian besar berasal dari jenis-jenis ya ng mendiami lau t
dangkal, hanya sedikit sekali fauna elasmobranch ii laut dalam. Pada ha1 fauna
elasmobranchii laut dalam di Indonesia diduga jauh lebih b e ~ a ri a ti f.Untuk
itu penelitian biodiversitas elasmobranchii di Indonesia pada w aktu m endatang
diharapkan le bi i berorientasi kepada laut lam (laut jeluk).
2. Beberapa jenis da ri ikan hiu dan pari yang dijumpai selama penelitian
diperoleh
dengan ukuran melebihi ukuran maksimum yang selama ini diketahui. Hal
tersebut meN p an reko r baru dan mem pakan hasil penting terutama lam
memberikan indikasi bahwa di beberapa daerah tertentu di Indonesia
(contoh;Kalimantan) masih terdapat populasi ikan yang masih alami dimana
ikan hiu dan pari dapat melang sungkan siklus kehidupan secara optimum .
3 Tiga jenis pari paling dominan dijum pai selama penelitian adalab; Him antura
ge rra rd i Dasyatis kuhlii, dan Dasyatis zugei. Jenis Him antura
gerrardi
(pari
pasir, pari lurnpur) merupakan jenis yang sangat umum dan melimpah
populasinya terutama di perairan Laut Jawa dan sekitamya. Hasil uji DNA
menunjukkan bahwa ketiga corak warna tubuh yang berbeda
full
spot, sparse
spot, dan no spot) dari jenis yang sama (satu jenis/species).Hasil pengamatan
terhadap tangkapan ikan pari jenis H ge rra rd i di peroleh petunjuk bahwa ada
indikasi terjadinya trend penurunan.
4.
Penangkapan ikan hiu dan pan terkesan sangat tidak selektif. Ukuran tubuh
ikan yang didaratkan di TPI sebagian besar tergolong b e ~ k u r a nelatif kecil
atau belum mencapai dewasa. Keadaan seperti itu semestinya dapat diiubah
melalui penyuluhan-peny uluhan kepada masyarakat nelayan tertama b erkaitan
dengan sifat biologi ikan-ikan elasmobranchii yang memiliki fekunditas yang
rendah. Jika keadaan demikian terns berlanjut proses pemulihan stok
((recovery) dialam akan terhambat dan cepat atau lambat akan terjadi
degradasi yang m engancam pelestarian (sustainability).
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 31/41
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ikan-ikan elasmobranchii
tidak mengikuti pengaruh musim. Musim penangkapan dapat berlangsung
sepanjang tahun. Faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya produksi
hiu dan pari di Laut Jawa adalah kegiatan upaya penangkapan. Armada
perikanan Canhang adalah penghasil utama produk Elasmobranchii dari Laut
Jawa yang dihasilkan dari
y
catch Pengoperasian pukat Canhang
memerlukan kajian mendalam bagi pakar perikanan, dalam kaitannya dengan
penggunaan alat yang tidak tergolong ramah lingkungan, dan pemanfaatan
sumberdaya berkelanjutan.
Rekomendasi
Rekom endasi yang disajikan sejak laporan i
2 6
dan disempumakan
hingga
2 7
dengan perbaikan redaksi. Bahan tersebut menjadi konsep rekomendasi
untuk laporan kum ulatif dengan beberapa tambahan yang diperlukan untuk
penyempumaan.
Konsep pengelolaan yang ditawarkan
Perkembangan perikanan elasmobranckii terutama ikan hiu dan pari, telah
memunculkan kekhawatiran masyarakat, biologi, perikanan dan pemerhati masalah
lingkungan. Meskipun penangk apan hiu dan pari telah dilakukan sejak berahad-abad,
kecenderungan terharu menunjukkan adanya peningkatan intensitas penangkapan di
seluruh dunia. Hal ini terutama didorong oleh terbukanya pasar intemasional dengan
harga yang semakin kompetitif, yang diikuti penggunaan teknologi yang semakin
efektif dan wilayah penangkapan yang semakin meluas.
Dan sudut pandang biologi, kekhawatiran tersebut terutama dikaitkan dengan
beberapa karakteristik reproduksi, pertumbuhannya, dan kehidupan elasmobranchii.
Ikan elasmobranchii pada umumnya menunjukkan laju pulih yang lambat karena
produktivitasnya rendah, terkait dengan kematangan seksual yang lambat dicapai d m
sedikitnya anakan yang dihasilkan meskipun tingkat mortalitasnya rendah.
Pertimbangan-pertimbangan
di atas merupakan bagian penting dari alasan
yang telah mendo rong masyarakat perikanan dunia yang tersebar di berbagai kawasan
untuk mendorong sebuah kesepakatan tentang pengelolaan sumberdaya h i Dalam
perkemban gannya, langkah yang telah ditempuh oleh masyarakat ihniah tersebut
berhasil menggugah
FA 0
Food and Agricultural Organization) untuk m e ~ m u s k a n
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 32/41
garis-garis besar yang mengarah pada langkah pengelolaan bersama secara
intemasional. Garis besar tersebut lebii lanjut dikembangkan melalui suatu sen
diskusi yang dilangsungkan di Tokyo dan Roma, yang kemudian menuangkannya
kedalam sebuah dokumen penting yakni; International Plan of Action for
Conservation and Management of S harks (LPOA-SHARKS). Istilah 'shark' dalam
kesepakatan tersebut mencakup spesies-spesies yang tergabung dalam kelas
Chondroichthyes, yaitu berbagai jenis ikan hiu dan pari.
Berbagai informasi seperti data hasil tangkapan (jenis ikan, kelimpahan,
ukuran, dan tingkat kematangan gonad, dsb), daerah tangkapan (fishing ground) serta
upaya penangkapan (effort) mempakan informasi kunci
untuk
dapat membuat konsep
pengelolaan yang optimal. Aspek sosial ekonomi terkait dengan kontribusi dan peran
penangkapan hiu d m pari terhadap sejurnlah besar nelayan penan gkap juga perlu
dikaji agar konsep pengelolaan yang ditawarkan lebih optimal. Seberapa besar
manfaat yan g bisa diambil, jika dibandingkan dengan penurunan potensi sumberdaya
perikanan hiu dan pari tersebut.
Beberapa wilayah perikanan Indonesia menunjukkan kondisi depleting yang
mengakibatkan kegiatan penangkapan beralih ke lokasi perairan yang masih banyak
sumberdayanya. Contoh kasus misalnya, nelayan-nelayan di Kabupaten Batang
melakukan ekspansi penangkapan hingga ke perairan Pulau Kalimantan karena
kondisi perairan sekitar sudah melampaui batas tangkap lestari. Bukan tidak m ungkin
beberapa tahun kedepan, jika tidak diterapkan konsep pengelolaan yang optimal,
maka sumberdaya perikanan di pemiran sekitar (contoh;Kalimantan, Natuna dan
sekitarnya) akan mengalami ha1 yang serupa. Kondisi yang demikian mengharuskan
pihak pengelola (Pemerintah) untuk mempertimbangkan pemb atasan pemberian in
penangkapan di daera hdaera h tersebut. Dengan pembatasan jumlah armada tangkap
maka pengeksploitasian sumberdaya dapat dikurangi terkait dengan kelestarian
sumberdaya perikanan khususnya perikanan hiu dan pari dengan tingkat regenerasi
yang lambat.
Penyeleksian jenis alat tangkap yang di iiinka n juga ham s diperketat terkait
dengan penggunaan beberapa jenis alat tangkap yang tidak rarnah lingkungan (trawl,
bahan peledak, dan racun) sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup biota di dalam
ekosistem. Pembatasan jumlah hasil tangkapan (pemberian kuota) juga dapat
dilakukan sebagai salah s tu langkah awal untuk pengelolaan perikanan hiu dan pari.
Setiap armada memiliki jumlah maksimal tangkapan hin dan pari tentunya jumlah
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 33/41
tersebut hams mempertimbangkan biaya operasional yang hams dikeluarkan terkait
dengan pendapatan yang bisa diterima nelayan penangkap.
Larangan kegiatan penangkapan pada bulan-bulan tertentu dapat pula
diberlakukan untuk memberikan kesempatan bagi ikan untuk melakukan proses
reproduksi. Namun untuk menerapkan cara pengelolaan ini harus dipertimbangkan
altematif mata pencaharian bagi nelayan penangkap selama tidak melaut. Penciptaan
daerah-daerah konservasi bagi hiu d an pari (protected areas for sharks and rays) pada
perairan berlurnpur, di daerah mangrove , estuaria, dan perairan karang sebagai h abitat
hidup hiu dan pari tentu mempakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk
menyelarnatkan sumberdaya ikan tersebut. Langkah terakhir dalam pelestarian
sumberdaya perikanan hiu dan pari adalah larangan penangkapan untuk jenis ikan
tertentu (misal;
ristis
spp., hiu gergaji,
Squalus
spp., hiu botol) nam un jika langkah
ini diterapkan maka akan berdampak pada hilangnya koniribusi pemanfaatan hiu dan
pari bagi stake holder yang terlibat (nelayan, pengolah, pengumpul, pedagang,
maupun pengusaha).
Mengingat keterbafasan waktu untuk penelitian ini dalam memperoleh data
secara optimal belum terwujud, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan atau
penelitian yang bersifat pendalaman (kegiatan bersifat monitoring) untuk
elamobranchii diiasa yang akan datang, sehingga diharapkan hasilnya dapat
memperkuat h a i l penelitian yang sudah ada.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 34/41
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, A.T. 2002. Elasmobranch Fish eries in Peninsular Malaysia. . In; Fowler,
S.L., Reed
T. M.,
and Dipper, F.A. eds.)
Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge,
UK
6 92.
Alava, M.N. R., , E. R.
2
Dolumbalo, A. A.Yaptinchay and R.B. Trono. 2002.
Fishery
and Trade of W hale Sharks and Manta Rays in the B ohol Sea, Phffippines. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.)
Elamobranch Biodiversity,
Conserva tion and Management: Proceedings of the International Sem inar and
Workshops, Sabah, Malaysin, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 132 148.
Ali, A., Hilmi, A.
H.
Gambang, A. C., Sade, A., and Razak S. A. Eds). 2004).
Elasmobranch resources, utilization, trade and management in Malaysia.
Malaysia: Marine Fishery Resources Development and Management
Department Southeast Asian Fisheries Developm ent Center.
Almada-Villela, P.C. 2002. Pilot Fisheries Soc io-economic Survey of Tw o C oastal
Areas
in
Eastern Sabah.
In;
Fowler, S.L., Reed T.
M.,
and D ipper, F.A.
eds.)
Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the International Seminar and Workshops, Sabah, M alaysia,
July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge,
LK.
33
45.
Anak
N. A. 2002).
An
overview of sharks in world and regional trade.
In
S.
L.
Fowler,
T.
M. Reed F. A. Dipper Eds),
Elasmobranch biodiversity,
conservation
and
management: Proceeding of the international seminar and
workshop in Sabah, July I997
pp. 25-32). Gland, Switzerland and
Cambridge, UK: TJm SSC Shark Specialist Group.
Allen, G.R., and Swainston, R. 1988.
The Marine Fishes of North- WesternAustralia.
Af ie ld guide for anglers and divers.
Western Australian Museum. 1988.
Allen,
G. R.
and
M.
Adrim. 2003. Rev iew article; Coral
eef
Fishes of Jndonesia.
Zoological Studies.
42
1 ) ;
1-72.
Anak, N.A. 2002.
An
Overview of Sharks in W orld and Regional Trade.
In;
Fowler, S.L., Reed
T.
M., and Dipper, F.A. eds.)
Elamobranch Biodiversity,
Conservation andManagement: Proceedings of the International Seminar and
W or kh op s, Sabah, AhZaysia, JUL
1997
IUCN SSC Shark Sp ecialist Group.
IUCN, Gland, Sw itzerland and Cambridge, UK 25 32.
Anderson, R.C. 2002. Elasmobranch as a Recreational Resource. In; Fowler, S.L.,
Reed T.
M.,
and Dipper,
F A
eds.)
Elamobranch Biodiversity, Conservation
and Management: Proceedings o f the International Seminar and Workshops,
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 35/41
Sabah Malaysia July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. ILTCN,
Gland, Sw itzerland and Cam bridge,
UK.
6 1.
Anderson, R. C. and A. Hafu . 2002. Elasmobranch Fisheries in the Maldive.
In;
Fowler, S.L., Reed T. M. nd Dipper, F.A. (eds.)
Elamobranch Biodiversity
Conservation
and
Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops Sabah Malaysia July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cam bridge, UK. 114 121.
Anonymous, 2004.Buku Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. inas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.
005.Buku Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Dm as
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.
2006.Buku Statistik Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang. Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.
Baruf N. C. and J. S. Zartiga. 2002. Shark Fisheries in the Phillipines. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)
Elamohranch Biodiversity
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops Sabah Malaysia July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, G land, Sw itzerland and Cambridge,
UK
127 131.
Biusing, E.R. 2002. Status and Trends
of
Elasmobranch Fishery in Sabah, Malaysia:
A
Brief Overview.
In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)
Elamobranch Biodiversity Consewation and Management Proceedings of
the International Seminar and Workshops Sahah Malaysia July 1997.
IUCN
SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge,
UK.
93 94.
Bonfil, R. 2002. Trends and patterns in World and Asian Elasmobranch Fisheries. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)
Elamobranch Biodiversity
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops Sabah Malaysia July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cam bridge, UK. 15 -24.
Camhi,
M.
S., Fowler, S., Musick,
J.
Brautigam,
A.,
and Fordham, S . (1998).
Sharks
and Their Relatives Ecology and Consewation. Gland, Switzerland and
Cambridge, UK: IUCN SSC Shark Specialist Group.
Cavanagh,
R.
D., Kyne, P. M., Fowler, S. L., Musick, J. A., and Bennetf M.
B.
(Eds).
(2003). he
consentalion status of Australasian chondrichthyans: Report of
the IUCN Shark Specialist Group Australia and Oceania regional Red List
workshop Queensland Australia.
Brisbane: The University of Queensland,
School of Biom edical Sciences.
Chen, C.T. Liu, K.M., and Joung S.J., Phipps, M.J. 2002.
Taiwan s
Shark Fishery
-
A n Overview. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. (eds.)
Elamobranch Biodiversity Conservation
nd
il.lrmagemenr: Proceedings of
the 1ntemtional Seminar and Workshops Sabah Malaysia
u]y
1997. WCN
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 36/41
SSC Shark Specialist Group . land and Cambridge, UK.
95 103.
Chen, C.T. K..M. Liu and S. J. Joung. 2002. Preliminary Report on Taiwan's W hale
Shark Fisherv.
In;
Fowler, S.L., Reed
T. M.
and Dipper, F.A.
(eds.)Elamobranch Biodivers iq, Conservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge,
UK.
162 167.
Coleman, N. (1996). Australia s Sharks and Rays. NSW Australia: National Book
Distributors and Publishers.
Compagno, L.J.V. 1984. F A 0 spec ies catalogue. Vo1. 4. Sharks of the world. An
annotated and illustrated catalogue shark species known to date. Part 1.
Hexanchiformes to Larnniformes. F A 0 Fish. Synop., (125)Vo1.4,
Pt.
1 2 4 9
Compagno, L.J.V. 1984. F A 0 species catalogue.
Val.
4. Sharks of the world.
n
annotated and illustrated catalogue shark species known to date. Part 2.
Carcharhiniformes. F A 0 Fish. Synop.,
(125)V01.4,Pt.2:251-655.
Compagno. L.J.V. 1988. Sharks of the order Carcharh inifomes. Princeton, Now
Jersey, Princeton University Press. 572 p.
Compagno, L.J.V. 1998. F A 0 species identification guide for fishery purposes.'
Living Marine Resources of The W estern Central Pacific. Vol. 2.
Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. In; Carpenter, K.E.; Niem,
V.H.
(eds). FAO. Rom e, 687-1396 p.
Compagno, L.J.V. 1999. F A 0 species identification guide for fishery purposes. The
living marine resources of thewestern Central Pacific. Vol. 3. Batoid fishes,
chimaeras and bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae).
In;
Carpenter,
K.E.; Niem, V.H. (eds). FAO. Rom e. 1397-2068 p.
Compagno. L.J.V. 1993. Checklist of Living Elasmobranchs.
In;
Hamlett, W. (eds.)
Sharks, Skates, and Rays. The Biology of .Ha-mobranch Fishes.
The Johns
Hopkins University Press. Baltimore and London.
Com pagno, L.J.V. 2002. Freshwater and Estuarine Elasmobranch Surveys in
the
Indo-Pacific Region: Threats, Distribution and Speciation.
In;
Fowler, S.L.,
Reed T.
M.
nd Dipper, FA.
(eds.)Elamobranch Biodiversiry, C omervation
and Management Proceedings of the international Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cam bridge,
UK.
168 180.
Compagno, L.J.V. 2002. Review of the Biodiversity of Shark and Chimaeras in the
South China Sea and Adjacent
Areas. In;
Fowler, S.L., Reed
T. M.
and
Dipper, F.A. (eds.) EIamobranch Biodiversity, Conservation nd
Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cam bridge,
UK.
52 63.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 37/41
DGCF. 2005).
Capture fisheries statistics of Indonesia,
1999-2004. Jakarta:
Directorate General o f Capture Fisheries.
Dudley, R. G. and Harris, K. C. 1987). The fisheries statistics system of Java,
Indonesia: operational realities in a developing country.
Aquaculture and
Fisheries Management, 18,365-374.
Fowler, H.W. 1941. The fishes of the groups Elasmobranchii, Holocapha ii,
Isospondyli, and Ostariophysi obtained United States Bureau of Fisherias
Steamer BATROSS in 1907 to 1910, chiefly in the Philippine Islands a
adjacent seas . Bull. U. S. Na tt Mus., 100 13):879 p.
Fowler, S.L. 2002. International Elasmobranch Management and conservation
Initiatives. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F A . eds.)Elamobranch
Biodiversity, Conservation and Management: Proceedings of th e Internationa l
Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark
Specialist Group. IUCN, G land, Switzerland and Cam bridge,
UK.
209 214.
Fowler, SL. 2002. Elasmobranch Biodiversity, Conservation and Management in
Sabah.
In;
Fow ler, S.L., R eed T. M., and Dipper, F A . eds.)
Elamobranch
Biodiversity, C onservation and Managem ent: Proceedings of the International
Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July
1997. IUCN SSC Shark
Specialist Group. IUCN, G land, Switzerland and Cam bridge,
UK.
9
14
Froese,
R.
and C.V. Garilao. 2002. An Annotated Checklist of Elasmobranchs oft he
South China Sea, with some Global Statistics on Elasmobranch Biodiversity,
and an Offer to Taxonomists.
n;
Fowler,
SL.
eed T.
M.,
and Dipper, F A .
eds.)
Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings o f the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia,
July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN Gland, Sw itzerland and
Cambridge, UK 82 85.
Garm an, S. 1913. T he Plaglostomia. M enL Mus. Com p. Zool. Harv. Univ., 6:515
P.
Gunn,
J.
S.
J.
Stevens , T.L.O. Davis, dan B.
M.
Norm an. 1999. Obsevations on the
short-term movements and behaviour of whale sharks
Rincodon typus)
at
Ningaloo Reef, W estern Australia.
Marine Biology.
135: 553 -559.
Ishihara, H. T. Mochizuki, K.Homrna and T. Taniuchi. 2002. Rep roductive Strategy
of the Japanese Com mon Skate Spiny Rasp Skate) Okamejei kenojei.
In;
Fow ler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F A .
eds.)Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the Intenurtional Seminar and
Workshops, Sabah, Malaysia, July
1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cam bridge,
UK.
236 240.
King, M. 1997).
Fisheries Biology, Assessment and Management.
Fishing News
Books, London.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 38/41
Last,
P.R. 2002. Im portance of Biological Collections for Future Taxonomic Research
in the Indo-West Pacific. In; Fowler, S.L., R eed T M., and Dipper, F.A.
eds.) Elamobranch Biodiversity, Conservation and Management:
Proceedings of the Interna tional Sem inar and Workshops, Sabah, Malaysia,
July
1997
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cam bridge, UK. 78 8 1.
Last, P. R. 2002. F reshwater and Estuarine Elasmobranchs of A ustralia. In; Fowler,
S.L., Reed T. M. and Dipper, F.A. eds.)Elamobranch Biodiversity,
Conservation an d Management: Proceedings of the International Seminar an d
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997 IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. 185 193.
Last, P.R. and L.J.V. Compagno. 2002. Review of the Biodiversity of Rays in the
South China Sea and Adjacent Areas. In; Fowler, S.L., Reed T. M., and
Dipper, F.A. eds.) Elam obranch Biodiversity, Conservation an d
Management: Pro ceed ings of the Interna tional Sem inar an d Workshops,
Sabah, Malaysia, July 1997 IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Sw itzerland and Cam bridge, UK. 64 69.
Manjaji, B. M. 2002. E lasmobranchs Recorded from River and Estuaries
in
Sabah. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.) Elam obranch Biodiversity,
Consewation a nd Management: P roceedings of the International Seminar an d
Workshops, Sabah, M alaysia, July 1997 IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cam bridge, UK. 194 -198.
Manjaji, B. M. 2002. New Records of Elasm obranch Species from Sabah. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.) Elam obranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the Intern aio nal Seminar an d
Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997 IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland , Switzerland and Cambridge, UK 70 77.
Masuda, H., K. Amaoka, C. Araga, T. Uyano, and T. Yoshino, K. M. Muik Eds).
1984, TheJishes of the Ja pa n Archipelago. Tokai, Japan, Tokai University
Press, 2 vols., 435 p.
Monkolorasit,
S
1984. The cartilaoinous fishes Class Elasmobranchil) found in
Thai waters an d adjacent areas, Dept. Fish. BioL, Fac.
Fish., Kasetsar-I
Univ., Bangkok, 175 p.
Newman,
H.
E., A J. Medcraft and J. G. Colman. 2002. Whale Shark Tagging and
Ecotourism . In; Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
eds.)Elamobranch Biodiversity, C onservation ndManagement: Proceedings
of the Internatio nal Seminar an d Workshops, Sabah, Malaysia, July
1997
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge,UK 30 235.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 39/41
Payne, J. and P. Andau. 2002. Kinabatangan River Conservation Area. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.)Elamohranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, Sahah, M alaysia, July
1997 IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge,
UK.
241 242.
Shin Shii-Chiah, C.T Chen, H M Chen, L.W, Chen, W.E. Eschmeyer, S.J. Joung,
5,O. Lee, H K Mok, K.l Shao , a C.S. Tzeng. 1995. Fishes of Taiw an, 960 p.
Stevens J D. and Church A. G. 1984. Northern tagging project yields interesting
results. Aust. Fish. 43: 6 10.
Stevens,
J.
D. and Wiley, P D. 1986. Biology of two com mercially impo rtant
carcharhinid sharks from norther Australia. Aus. J . Mar. F reshwater Res. 37:
671 688.
Stevens, J. D. and
J. M.
Lyle. 1989. Biology of three hammerhead sharks Eusphyra
hlochii Sphynza mokarm and S. lewini) from northen Aushalia. Aus. J . Mar.
Freshwater Res. 37: 671 88.
Steven s, J.D. 1999. Variable Resilience to fishing pressure in two sharks: The
significance of differen t ecolog ical and param eters. Americanfisheries society
symposium. 23: 11 15.
Stev ens , J.D., R. Bonfil, N. K. Dulvy, dan
P.
A. Walker 2000. The affects o f fishing
on sharks, rays, and chim aeras chondroichthyans), and the implica tions for
marine ecosystems. ICES Journal Marine Science, 57: 476-494.
Steven s, J.D., G.J. W est, dan K. J. McLouglin. 2000. M ovements, recapture patterns,
and factors affecting the return rate of carcharinid and other sharks tagged o ff
northern A ustralia. Mar. Freshwater Res., 5 1: 127 141.
Stevens, J. 2002. A Review of Australian Elasmobranch Fisheries. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.) Elamohranch Biodiversity, Conservation
and M anagement: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
Sahah, Malaysia, July 1997 IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland, Switzerland and Cambridge,
UK.
122 126.
Stevens, J., 2002. The Role of Protected Areas in Elasmobranch Fisheries
Management and Conservation. In; Fow ler, S.L., Reed T. M., and Dipper,
F.A. eds.)Elamohranch Biodiversity, Conservation and M anagement:
Proceedings of the International Seminar and Workshops, Sahah, Malaysia,
July
1997
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK. 241 242.
Suzuki, T. 2002. D evelopment of Shark Fisheries and Shark Fin Exp ort in Indonesia:
Case Study of Karangsong Village,Indramayu, West Java. In; Fowler, S.L.,
Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.)ElamohranchBiodiversity, Conservation
and Management: Proceedings of the International Seminar and Workshops,
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 40/41
Sabah, Malaysia, July 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN,
Gland , Switzerland and Cambridge, UK. 149 157.
Shehe, M.A. and N. S. Jiddawi. 200 2. Th e Status of Sh ark Fisheries in Zan zibar.
In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
eds.)Elamobranch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Sem inar and
Workshops , Sabah , Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland , Switzerland and Cambridge, UK. 158 161.
Taniuchi, T. 2002. Ou tline of Field Surveys for Freshwater Elasmobranchs Conducted
by a Japanese Research Team.
In;
Fow ler, S.L., Reed T. M., and Dip per, F.A.
eds.)Elam obranch Biodiversity, Conservation
nd
Management: Proceedings
of the International Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and
Cam bridge, UK. 181 184.
TRAFFIC. 2002). A CITES priorities: Sharks and the twelfth meeting of the
conference of the parties to CITES.
Retrieved 6 February, 2004, fiom
http:/l~ traffic org/news/Sharks~CoP12 pdf
Pauly, D. 2002. Growth and M ortality of the Basking Shark
Cetorhinus maximus
and
their Implications for Management of Whale Sharks
Rhincodon typus. In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
eds.)Elamobrmch Biodiversity,
Conservation and Management: Proceedings of the International Seminar and
Workshops, S d a h , M alaysia, July 1997.
IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Camb ridge, UK. 199 208.
Vidthayanon, C. 2002. Elasm obranch Diversity and S tatus in Thailand. In; Fowler,
S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A. eds.) Elamobranch Biodiversity,
Conservation and M anagement: Proc eedhgs of
h e
nternational Seminar and
Wo rkho ps, Sabah, Malaysia, Ju[y 1997. IUCN SSC Shark Specialist Group.
IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge,
UK.
104 113.
Visser, T. 2002. FA0 Initiatives for Elasmobranch Fisheries Research and
Monitoring.
In;
Fowler, S.L., Reed T. M., and Dipper, F.A.
eds.)ElamobranchBiodiversity, C onserva tion and Management: Proceedings
of the international Seminar and Workshops, Sabah, Malaysia, July 1997.
lUCN SSC Shark Specialist Group. TUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK 215 219.
Walker, T. L. 2002. R eview of Fisheries and Processes Impacting Shark Popu lations
of the World In; Fowler,
S.L.
Reed T. M., and Dipper, F.A.
eds .)Elamo brm ch Biodiversity, C onservation and Management: Proceedings
of the International Seminar and Worhhops, Sabah, Malaysia, July 1997.
KJCN SSC Shark Specialist Group. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridg
West, G. J., dan J. D. Stevens. 2001. Archival tagging of shark,
Galeorchinus galeus,
in Australia: initial results.
Environmental Biology o f Fishes.
60: 283 98.
7/23/2019 Jurnal Hiu Lipi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-hiu-lipi 41/41
White,
W. T.
Last, P.
R.
Stevens, 5. D., Yearsley,
G. K.
Fahmi, and Dharmadi.
2006).
Economically important sharks and rays of Indonesia.
Canberra:
CI R
White,
W.
T.
Fahmi
Dharmadi, Potter,
I.
C. 2003).
Preliminavy investigation
of
artisanal deep-sea chondrichthyan sheries in Eastern Indonesia.
Paper
presented at the Conference on the Governance and Management of Deep-sea
Fisheries, New Zealand.
White, W. T. Giles,
J.
Dharmadi, Potter,
I. C.
2006a). Data on the bycatch fishery
and reproductive biology of mobulid rays Myliobatiformes) in Indonesia.
Fisheries Research,
82,65-73.
White,
W.
T. Last, P.
R.
Stevens,
J
D., Yearsley, G.
K.
Fahmi, Dharmadi.
2006b).
Economically important sharks and rays of Indonesia.
Canberra:
ACIAR
Wibowo, S. dan
H.
Susanto. 1995.
Sumberdaya dun Pemanfaatan Hiu.
Penebar
Swadaya. Jakarta. 156 pp.
top related