jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis...
Post on 25-Nov-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM PEMBAYARAN PAYTREN
DALAM MENUMBUHKAN BEHAVIORAL INTENTION
KONSUMEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Pradanti Nolo Wigati
NIM: 1112081000148
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 14 Maret 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama
mahasiswa:
1. Nama : Pradanti Nolo Wigati
2. NIM : 1112081000148
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Penggunaan Sistem Pembayaran PayTren
dalam Menumbuhkan Behavioral Intention
Konsumen
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2019
1. Amalia, M.S.M (…….....…….................…………..)
NIP. 197408212009012005 Penguji I
2. Rahmat Gunawan, M.Si (……......…….................…………..)
Penguji II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Pradanti Nolo Wigati
NIM : 1112081000148
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya ilmiah saya dengan
bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan bahwa saya telah melanggar
pernyataan di atas maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan
yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung
jawab.
Tangerang Selatan, 22 Mei 2019
Pradanti Nolo Wigati
1112081000148
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Pradanti Nolo Wigati
2. Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 5 Maret 1994
3. Alamat : Jl. Tebet Barat RT 011/007 No. 20 Tebet Barat,
Tebet, Jakarta Selatan
4. Telepon : 081511307115
5. E-mail : pradantinolo12@mhs.uinjkt.ac.id
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 08 Pagi Bintaro: 1999-2005
2. SMP Negeri 178 Jakarta: 2005-2008
3. SMA Negeri 87 Jakarta: 2008-2011
4. FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012-2019
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Peserta Training Paduan Suara (TRAPARA) UIN Syarif hidayatullah
Jakarta (2013)
4. Anggota Biasa Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Koordinator Kesektariatan Musyawarah Anggota Paduan Suara
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2014)
6. Anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan Paduan Suara
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016)
7. Koordinator Acara TRAPARA (Training Paduan Suara) Paduan Suara
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016)
8. Sekretaris Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2017)
9. Government and Legality Manager AIESEC in South Tangerang
(2017/2018)
vii
ABSTRACT
This research aims to analyze the use of the PayTren payment system in
growing of customer behavioral intention in PayTren application users. This type
of research is quantitative. The data source of this research is primary data with
sampling of PayTren users with purposive sampling 100 respondents. Based on
analysis by using multiple regression method, it is known that perceived of
usefulness (X1) and perceived esae of use (X2) simultaneously affect on the
process of customer behavioral intention to use the PayTren Application.
Partially, both independent variables have positive and significant affect toward
the dependent variable. Perceived of usefulness variable (X1) is the most
dominant variable on the process of customer behavioral intention to use the
PayTren Application.
Keywords: Perceived of Usefulness, Perceived Ease of Use, Behavioral Intention,
PayTren, FinTech.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan sistem
pembayaran PayTren dalam menumbuhkan behavioral intention terhadap
konsumen pada pengguna aplikasi PayTren. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah data primer dengan
pengambilan sampel penggunaan PayTren menggunakan purposive
sampling dengan 100 responden. Berdasarkan analisis dengan menggunakan
metode regresi linear berganda, diketahui bahwa variabel perceived of
usefulness (X1) dan perceived of usefulness (X2) secara simultan
mempengaruhi proses minat berperilaku konsumen untuk menggunakan
aplikasi PayTren. Kedua variabel independen secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Perceived of usefulness
(X1) menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi proses minat
berperilaku konsumen untuk menggunakan aplikasi PayTren.
Kata kunci: Perceived of Usefulness, Perceived Ease of Use, Behavioral
Intention, PayTren, FinTech.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Penggunaan Sistem Pembayaran PayTren dalam Menumbuhkan
Behavioral Intention terhadap Konsumen” dengan baik. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallah’Alayhi wa Sallam beserta
keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
syarat-syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu berkat dukungan, bimbingan dan bantuan serta
semangat dan doa dari orang-orang di sekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, izinkanlah penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Subandi, S.E dan Ibu Suwanti yang selalu
dengan sabar dan tulus untuk selalu membimbing, mendidik dan
memberikan semangat, perhatian yang luar biasa yang tak pernah henti
diberikan kepada penulis dan memberikan segala yang terbaik demi anak-
anaknya. Doa dan kasih sayang mereka tak pernah henti selalu tercurahkan
kepada penulisdan menjadi sumber kekuatan penulis untuk menjalani
kehidupan. Tidak ada alasan bagi penulis untuk tidak berterima kasih dan
mengabdi kepada mereka.
2. Adik penulis, Yogie Tanoyo yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
solusi yang terbaik serta hiburan dikala sedih serkaligus menjadi tempat
paling ternyaman untuk berkeluh kesah.Tidak ada alasan bagi penulis untuk
tidak berterima kasih kepada sosok ini.
3. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di kampus
kebanggaan ini.
x
4. Ibu Murdiyah Hayati, MM dan Ibu Amalia, SE., MSM selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Manajemen yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
berdiskusi dan bertukar pikiran perihal penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah M.M selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu luang dengan penuh kesabaran dan motivasi yang selalu
diberikan agar senantiasa semangat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah SWT senantiasa melindunginya
6. Segenap jajaran Tenaga Pengajar di Jurusan Manajemen yang telah
menyampaikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga ilmu tersebut dapat
bermanfaat dengan baik di masa yang akan datang.
7. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian yang
penulis berikan, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
8. Seluruh teman-teman Jurusan MIPS angkatan 2012 yang tidak dapat penulis
cantumkan namanya satu persatu di sini, namun tidak mengurangi rasa
sayang dan terima kasih penulis karena telah menjadi teman belajar dan
bermain yang suportif dan menyenangkan.
9. Seluruh kawan-kawan di Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta, khususnya
angkatan SWARNAGITA yang telah mengajarkan arti perjuangan, kerja
keras dan kebersamaan. Senang rasanya telah dipertemukan dan dapat
menampilkan yang terbaik di setiap penampilan bersama kalian.
10. Segenap pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
bantuannya kepada penulis dalam mengurus perihal administrasi, sehingga
penulis mendapatkan kelancaran tanpa ada kendala yang berarti dalam
menyelesaikan studi.
11. Untuk Ola World terima kasih canda tawanya yang tak pernah berhenti
menghibur. Semoga kalian senantiasa bahagia.
12. Teman penolong, Kak Ica yang selalu sabar saat diteror oleh penulis, Jota
yang membantu penelitian, Bakuw yang rela membawa almamater ke FEB
serta menerima curhatan penulis, Falsetto dan Tembang yang siap
membantu editing.
xi
13. Sahabat serta keluarga AIESEC saat di Taiwan, Eelynn Yong, Keluarga
besar Renyi Village, Taoyuan. Semoga di sana kalian baik-baik saja dan
selalu bahagia serta sehat selalu.
14. Teman-teman AIESEC in South Tangerang khususnya Wida, Ratu, Putra,
Wiwid yang telah mengukir sejarah organisasi dalam hidup saya yang
paling berharga.
15. Teman-teman seperjuangan sidang Suci, Akbar, Hedra, Maksum, Rifqy. We
did it, guys!
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang disebabkan
terbatasnya pengalaman atau pengetahuan dan sumber daya dalam proses
penulisan skripsi ini. penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat
memperbaiki dan melengkapi skripsi ini serta memberikan manfaat di bidang
pendidikan.Tak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan, yang kiranya dapat menyinggung pihak tertentu.
Akhir kata, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang Selatan, 22 Mei 2019
Pradanti Nolo Wigati
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
A. Landasan Teori .................................................................................................... 13
1. Financial Technology (FinTech) ..................................................................... 13
a. Pengertian Financial Technology .............................................................. 13
b. Perkembangan Financial Technology ........................................................ 15
c. Segmen Financial Technology ................................................................... 19
d. Jenis Financial Technology ........................................................................ 25
e. Regulasi Financial Technology .................................................................. 29
f. Kelebihan dan Kekurangan Financial Technology .................................... 29
2. Islamic Financial Technology (Finansial Teknologi Syariah) ......................... 30
a. Pengertian Islamic Financial Technology .............................................. 30
b. Pirinsip-prinsip Keuangan Syariah ........................................................ 31
c. Regulasi Keuangan Syariah ................................................................... 32
d. Segmentasi Konsumen Muslim ............................................................. 34
xiii
e. Peluang dan Tantangan Islamic Financial Technology ......................... 35
3. Technology Acceptance Model (TAM) ......................................................... 36
a. Kegunaan Persepsian (Perceived o Usefulness) .................................... 39
1. Pengertian Kegunaan Persepsian ................................................... 39
2. Indikator Kegunaan Persepsian ..................................................... 40
b. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Eae of Use) ............... 41
1. Pengertian Kemudahan Penggunaan Persepsian ........................... 41
2. Indikator Kemudahan Penggunaan Persepsian ............................... 43
c. Behavioral Intention ............................................................................. 45
1. Pengertian Behavioral Intention ..................................................... 45
2. Indikator Behavioral Intention ...................................................... 47
3. Dimensi Kepercayaan (Trsut) ........................................................ 50
B. Hubungan Antar Variabel ................................................................................... 48
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 50
D. Kerangka Berpikir................................................................................................ 57
E. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 58
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 59
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 59
B. Metode Penentuan Sampel................................................................................... 59
1. Populasi ........................................................................................................ 59
2. Sampel .......................................................................................................... 60
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 62
1. Data Primer (Primary data) .......................................................................... 62
2. Data Sekunder (Secondary data) .................................................................. 63
D. Metode Analisis Data........................................................................................... 64
1. Statistik Deskriptif ........................................................................................ 64
2. Uji Kualitas Data .......................................................................................... 65
a. Uji Validitas Data .................................................................................. 65
b. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 66
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 67
a. Uji Normalitas ....................................................................................... 67
b. Uji Heterokedastisitas ............................................................................ 68
c. Uji Multikolinearitas ............................................................................. 69
4. Uji Hipotesis ................................................................................................. 71
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ........................................ 71
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .......................................................... 73
xiv
5. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................................ 74
6. Koefisien Determinasi (R2)........................................................................... 75
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................................... 75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 79
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................................... 79
1. Sejarah Singkat PayTren............................................................................... 79
2. Visi dan Misi PayTren .................................................................................. 80
3. Layanan Aplikasi PayTren ........................................................................... 81
4. Logo dan Aplikasi PT. Veritra Sentosa Internasional .................................. 82
B. Deskripsi Responden ........................................................................................... 85
C. Hasil Uji Kualitas Data ........................................................................................ 87
1. Hasil Uji Validitas ....................................................................................... 87
2. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................... 89
D. Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................................... 90
1. Hasil Variabel Perceived of Usefulness (X1) .............................................. 90
2. Hasil Variabel Perceived Ease of Use (X2) ................................................. 91
3. Hasil Variabel Behavioral Intention (Y) ...................................................... 88
E. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 94
a. Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 94
b. Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 95
c. Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 97
F. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................... 98
a. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji t) ........................................... 98
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................................................ 100
G. Koefisien Determinasi (R2) ................................................................................ 101
H. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................................................... 102
BAB V PENUTUP .............................................................................................105
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 105
B. Saran ......................................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................108
LAMPIRAN .......................................................................................................112
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu .................................................................... 51
3.1 Skala Likert ................................................................................................... 63
3.2 Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 77
4.1 Karakteristik Responden ............................................................................... 85
4.2 Uji Validitas Perceived of Usefulness (X1) .................................................. 87
4.3 Uji Validitas Perceived Ease of Use (X2) .................................................... 88
4.4 Uji Validitas Behavioral Intention (Y) ......................................................... 89
4.5 Uji Reliabilitas .............................................................................................. 89
4.6 Variabel Deskriptif Perceived of Usefulness (X1) ........................................ 90
4.7 Variabel Deskriptif Perceived Ease of Use (X2) .......................................... 92
4.8 Variabel Deskriptif Behavioral Intention (Y) ............................................... 93
4.9 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov .................................... 95
4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................................... 96
4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Metode Uji Glejser ............................ 97
4.12 Hasil Uji t Hitung (Uji Parsial) .................................................................... 98
4.13 Hasil Signifikinasi Simultan (Uji F) ........................................................ 101
4.14 Hasil Uji Adjusted R Square ...................................................................... 102
4.15 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ........................................................... 103
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1.1 Daftar FinTech di Dunia ................................................................................. 2
1.2 Daftar FinTech di Indonesia .......................................................................... 3
2.1 Segmen Industri Financial Technology ....................................................... 21
2.2 Profil FinTech di Indonesia ......................................................................... 26
2.3 Segmentasi Konsumen dalam Muslim ......................................................... 34
2.4 Kerangka Technology Acceptance Model (TAM) Davis (1989) .................. 37
2.5 Model Kerangka TAM yang diadopsi dari Davis ........................................ 38
4.1 Logo PT. Veritra Sentosa Internasional ....................................................... 82
4.2 Tampilan Fitur PT. Veritra Sentosa Internasional ....................................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi global dalam industri Financial Technology (FinTech) atau
Teknologi Finansial pada era sekarang mulai berkembang pesat. Menurut
Dorfleitner, dkk (2017), Istilah "FinTech", yang merupakan bentuk singkat dari
frasa teknologi keuangan, menunjukkan perusahaan atau perwakilan perusahaan
yang menggabungkan layanan keuangan dengan teknologi inovatif dan modern.
Sebagai aturan, peserta baru di pasar menawarkan produk berbasis Internet dan
berorientasi aplikasi. FinTech umumnya bertujuan untuk menarik pelanggan
dengan produk dan layanan yang lebih ramah pengguna, efisien, transparan, dan
otomatis daripada yang saat ini tersedia.
Menurut Business Insider Intelligence (2016), berikut daftar FinTech di
dunia:
2
Gambar 1.1
Daftar FinTech di Dunia
Sumber: Business Insider Intelligence, 2016
Menurut Dorfleitner, dkk. (2017), perusahaan dalam industri FinTech dibagi
menjadi empat segmen utama yaitu Financing, Asset Management, Payments, dan
other FinTechs. Menurut Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, FinTech yang
berkembang di Indonesia dibagi menjadi beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut
adalah payment, aggregator, personal or financial planning, crowdfunding, dan
lending.
Berdasarkan Fintech Indonesia Report 2018 – The State of Play for Fintech
Indonesia (2018), Berikut gambar daftar FinTech Indonesia dikelompokkan
menjadi beberapa kategori diantaranya:
3
Gambar 1.2
Daftar FinTech di Indonesia
Sumber: Fintech Indonesia Report 2018-The State of Play for Fintech
Indonesia, 2018
Menurut Shabana Binte Mahmoodul Hasan mengenai “FinTech in
Indonesia: An Islamic Outlook” (2018), FinTech di Indonesia adalah peluang
pasar yang belum tersentuh. Geografi yang luas dari tanah, pertumbuhan kelas
menengah yang cukup besar dan penetrasi produk keuangan yang buruk sama
sekali bergabung untuk menciptakan pasar yang tangguh untuk pengembangan
FinTech di Indonesia. Dengan hanya 36% dari populasi memiliki rekening bank,
FinTech di Indonesia memegang janji untuk memberikan layanan keuangan yang
dapat diakses kepada penduduk yang underbanked di negara ini.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, mengatakan berdasarkan
data statistik, total nilai transaksi Financial Technology (FinTech) di Indonesia
tahun 2016 diperkirakan mencapai US$15,02 miliar (Rp.202,77 triliun). Jumlah
itu tumbuh 24,6% dari tahun sebelumnya. Pada 2017, total nilai transaksi di
pasar FinTech diproyeksikan mencapai US$18,65 miliar (Rp.251,775 triliun).
Menurut Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, FinTech yang berkembang di
4
Indonesia dibagi menjadi beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut adalah payment,
aggregator, personal or financial planning, crowdfunding, dan lending.
Patut diperhatikan untuk menyoroti bahwa platform FinTech di Indonesia
tumbuh dengan pesat dari tahun 2015 hingga akhir 2017. Selama periode ini,
jumlah platform fintech meningkat untuk mencapai total nilai USD 18.646 miliar
pada akhir 2017. Bergerak maju, FinTech (semua sektor) diproyeksikan bernilai
USD 37.146 miliar pada tahun 2021.
Menurut Maria Todorof (2018), yang menarik bahwa FinTech global sendiri
akan tertarik untuk menembus pasar keuangan Islam dan memanfaatkan
potensinya. Oleh karena itu, bermunculan FinTech berbasis syariah. Menurut
Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk (2017), FinTech Syariah adalah layanan dan solusi keuangan yang
diberikan perusahaan teknologi/startup FinTech, yang berbasis hukum-hukum
Islam atau syariah.
Menurut Rafsandani (2018), perbedaan FinTech dan islamic FinTech adalah
pengiriman Digital Keuangan Syariah (Islamic Finance), Penggunaan utilitas
FinTech (KYC/AML, Blockhain dan LDT, Cyber, Pembayaran, Big Data &
Machine Learning di Islamic Finance), FinTech yang bergerak dalam pasar
Muslim untuk memberikan kebutuhan keuangan yang tidak terpenuhi dan dengan
tujuan inklusi keuangan, FinTech yang mendanai keuangan sesuai Syariah dalam
berinvestasi untuk infrastruktur digital atau pembangunan ekonomi di manapun.
Intinya adalah Islamic FinTech masih dalam cakupan FinTech pada
umumnya. Hanya saja, yang menjadi pemain utama dalam teknologi harus sesuai
5
dengan prinsip keuangan Islam (Islamic Finance) yang jauh dari unsur gharar
atau ketidak pastian yang ditujukan kepada pihak terlibat dalam sebuah bisnis dan
lain-lainnya seperti riba dan barang haram.
Menurut Kajian Bisnis Fintech Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(2017), berikut produk FinTech Syariah di Indonesia:
1. Truemoney
Menggunakan service type e-money, payment & remittance. Platform
yang digunakan adalah website, mobile app (Google Play), SMS, EDC.
Model bisnisnya adalah sistem membership/agen, satu kali biaya
registrasi (SMS Rp.250-Rp.350 tergantung jenis operator), partnership
dengan Samsung.
2. PayTren
Menggunakan service type e-money, payment & remittance, pasar
modal syariah. Platform yang digunakan adalah mobile app (Android &
iOS). Model bisnisnya adalah komunitas tertutup, seperti MLM,
pendapatan dari biaya pendaftaran dan pembelian lisensi, (mitra
pengguna Rp.50.000, mitra pebisnis Rp.350.000), biaya transaksi,
cashback per transaksi
3. Amartha
Menggunakan service type P2P Lending. Platform yang digunakan
adalah website. Model bisnisnya adalah menerapkan pembiayaan
kelompok dan tanggung renteng, pendapatan dari investor yaitu biaya
6
administrasi, biaya asuransi risiko kredit, dan 1% profit share,
pendapatan dari borrower yaitu 5-10% profit share.
4. Blossom
Menggunakan service type crowdfunding. Platform yang digunakan
adalah website. Model bisnisnya adalah Blossom mengumpulkan uang
dari investor dan menyerahkannya kepada lembaga keuangan mikro
yang berpengalaman, setelah siklus invetasi 12 bulan, Blossom
mengumpulkan keuntungan dari lembaga keuangan mikro dan
mendistrubisikannya kembali kepada investor. Blossom mengharapkan
pengembalian di kisaran 7,5-12,5% dan itu sendiri mengambil dan 20%
potongan pengembalian.
5. iGrow
Menggunakan service type agriculture-based investment. Platform yang
digunakan adalah website. Model bisnisnya adalah investor/sponsor
mendanai proses penanaman. Keuntungan dari penjualan hasil panen
dibagikan kepada sponsor, petani, dan iGrow.
6. SyarQ
Menggunakan service type cicilan syariah. Platform yang digunakan
adalah website. Model bisnisnya adalah SyarQ membeli barang dari
toko online yang diingankan pembeli, lalu menjualnya kepada pembeli
dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama. Pembeli
melakukan pembiayaan dengan cara menyicil kepada SyarQ.
7
Sadar karena perkembangan FinTech Syariah mulai berkembang, PT.
Veritra Sentosa Internasional (Treni) didirikan oleh Ustadz Yusuf Mansyur pada
tanggal 10 Juli 2013, berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 47 oleh
Notaris/ PPAT H.Wira Francisca, S.H., MH. melalui meluncurkan produk
PayTren. Lahir dari pemikiran Ustadz Yusuf Mansyur sebagai bentuk kontribusi
dalam menunjang kehidupan masyarakat Indonesia. Dari hasil pengamatannya
terhadap kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia saat ini, muncul gagasan
untuk memberikan fasilitas yang bertujuan memudahkan dan membantu
masyarakat. Salah satu karya Treni adalah PayTren, fasilitas yang memudahkan
masyarakat dalam melakukan pembayaran kewajiban dengan menggali potensi
kebiasaan mereka dalam penggunaan teknologi (gadget).
PayTren merupakan aplikasi FinTech sebagai aplikasi micropayment,
digunakan pada smartphone android dan iOS. Berdasarkan data Bank Indonesia
Tahun 2016, transaksi micropayment untuk pembelian dan pembayaran tagihan
lebih dari 900 trilyun rupiah. Terkandung potensi sangat besar dalam bisnis ini
selain kebutuhan traveling mencapai 13% GDP (Gross Domestic Product)
Indonesia dengan estimasi mencapai 360 trilyun rupiah. Berikut transaksi yang
sering dilakukan:
1. Layanan Penjualan Barang (Menyediakan ratusan ribu macam barang siap jual
tanpa perlu stok, keuntungan besar, transaksi aman dan mudah)
2. Layanan Pembayaran Tagihan/PPOB (Payment Point Online Bank), tersedia
pembayaran tagihan bulanan rutin seperti PLN, PDAM, telepon & internet,
pulsa, paket data, vouchergame, multifinance, asuransi, kartu kredit, dll
8
3. Layanan Tiket & Reservasi (pesawat, kereta api & RAILINK/kereta bandara,
kapal PELNI, bus dan hotel)
4. Layanan Tour & Travel (layanan paket wisata domestik dan mancanegara)
5. Layanan Agen Laku Pandai (buka rekening baru, setor tunai, tarik tunai,
pencairan dana dengan cepat, aman dan mudah)
6. Layanan Ekspedisi (melayani pengiriman barang dan dokumen ke seluruh
wilayan Indonesia bekerjasama dengan ekspedisi terbesar di Indonesia)
7. Layanan Keagenan (SMS masking, agen asuransi, agen iklan online/offline,
agen koran, agen leasing, agen TV berlangganan)
Dalam rangka memperkuat posisi Bisnis Paytren agar makin sesuai dengan
syariah, maka Treni menggandeng 2 orang pakar ekonomi syariah untuk masuk ke
dalam Manajemen Treni/PayTren, yaitu Prof. DR. Syafii Antonio dan DR. Irfan
Syauqi Beik. Pada tanggal 7 Agustus 2017, PayTren mendapatkan sertifikat Halal
dari Dewan Syariah Nasional.
Dengan tingkat mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, aplikasi
PayTren memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam
hal ini, Technology Acceptance Model (TAM) menawarkan suatu penjelasan yang
kuat dan sederhana mengenai penerimaan teknologi dan perilaku para
penggunanya (Venkatesh dan Morris, 2000).
Menurut Ikaputera Waspada (2012) dalam Pavlou, (2001); Gefen, dkk,
(2003), Technology Acceptance Model (TAM) telah digunakan untuk studi
penggunaan teknologi internet, terutama ditujukan pada individu untuk melakukan
pembelian secara online melalui internet. TAM dikembangkan dari model Theory
9
of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein & Aizen (1975).
Model ini digunakan untuk menganalisis keyakinan dan sikap pengguna terhadap
tujuan dan maksud pribadi pengguna. Berbagai penelitian empiris telah banyak
dilakukan, seperti yang dinyatakan oleh Menurut Ikaputera Waspada (2012)
dalam Bertrand & Bouchard (2008), bahwa sejumlah meta analisis pada TAM
adalah model yang valid, kuat, dan sangat credible.
Menurut Davis et.al (1989) mengembangkan TAM (Technology Acceptance
Model) untuk meneliti faktor-faktor determinan dari penggunaan sistem informasi
oleh pengguna. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan sistem informasi
dipengaruhi oleh minat (intention) pemanfaatan sistem informasi, yang mana
minat (intention) tersebut dipengaruhi oleh persepsi tentang kegunaan teknologi
(perceived usefulness) dan persepsi tentang kemudahan penggunaan teknologi
(perceived ease of use). Berdasar hasil kajian sebelumnya, perceived usefulnes
dan perceived ease of use diindikasikan sebagai konstruk penting dan mendasar
yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi meskipun bukan sebagai
variabel penentu satu-satunya yang menjelaskan perilaku pengguna. Oleh karena
itu penelitian tentang aspek perilaku dalam konteks pemakaian sistem teknologi
informasi sangat menarik dilakukan sehingga dapat membuka ruang peningkatan
peran sistem informasi itu sendiri. Penelitian tentang pengaruh perceived
usefulness dan perceived ease of use sebagai determinan utama pendekatan TAM
dalam penggunaan aplikasi.
Technology Acceptance Model (TAM) ini diformulakan oleh Ajzend dan
Fishben (1980). Teori tersebut merupakan hasil dari penelitian mereka pada tahun
10
1980. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dalam melakukan sesuatu didorong
oleh dua faktor yaitu behavior beliefs dan normatif beliefs. Faktor tersebut
kemudian mendorong seseorang untuk memiliki outcome evaluation dan
motivation to comply. Sehingga kedua hal tersebut akan mendorong seseorang
dalam berperilaku (behavior intention). Pada akhir behavior intention akan
mempengaruhi pada perilaku seseorang (behavior).
Melihat uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerimaan masyarakat atas pelayanan aplikasi PayTren terhadap minat
berperilaku (behavioral intention) oleh konsumen PayTren. Peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian ini karena sampai tahap penelitian ini dilakukan,
masih sedikit sekali yang meneliti tentang penerimaan pengguna financial
technology dalam aplikasi terbaru di Indonesia berbasis syariah yaitu PayTren.
Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian dengan layanan teknologi
aplikasi PayTren dalam penggunaan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penggunaan
Sistem Pembayaran PayTren dalam Menumbuhkan Behavioral Intention
Konsumen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Perceived of Usefulness berpengaruh terhadap Behavioral Intention?
2. Apakah Perceived Ease of Use berpengaruh terhadap Behavioral Intention?
11
3. Apakah Perceived of Usefulness, Perceived Ease of Use secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Behavioral Intention?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh Perceived of Usefulness terhadap Behavioral
Intention
2. Untuk menganalisis pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Behavioral
Intention
3. Untuk menganalisis pengaruh Perceived of Usefulness, Perceived Ease of Use
secara bersama-sama terhadap Behavioral Intention
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam
berbagai hal, antara lain:
1. Bagi peneliti, diharapkan menambah referensi bacaan dan dapat berguna bagi
ilmu pengetahuan tentang Penggunaan Sistem Pembayaran PayTren dalam
Menumbuhkan Behavioral Intention Konsumen di samping itu penulis
berharap dapat mengetahui masalah yang dihadapi oleh perusahaan dengan
mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2. Bagi perusahaan, diharapkan diharapkan dapat digunakan sebagai dasar yang
objektif dalam mengambil keputusan perusahaan, pengetahuan yang baru bagi
perusahaan terhadap fenomena yang ada di masyarakat, serta pedoman untuk
12
menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh perusahaan di masa
yang akan datang.
3. Bagi akademik, menambah pengetahuan akademisi khususnya mahasiswa/i
program studi manajemen informasi perbankan syariah terkait seberapa besar
Penggunaan Sistem Pembayaran PayTren dalam Menumbuhkan Behavioral
Intention Konsumen.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Financial Technology (FinTech)
a. Pengertian Financial Technology
FinTech berasal dari istilah financial technology atau teknologi
finansial. Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), di
Dublin, Irlandia, mendefinisikan financial technology sebagai “innovation
infinancial services” atau “inovasi dalam layanan keuangan financial
technology” yang merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang
mendapat sentuhan teknologi modern. Sedangkan menurut International
Trade Administration (2016), financial technology merupakan sebuah
“revolusi” atas penggabungan jasa keuangan dengan teknologi informasi
yang telah meningkatkan kualitas layanan keuangan, dan menciptakan
stabilitas keuangan.
Menurut McAuley (2014) dalam Song Yee Leng dkk. (2018),
“financial technology” merupakan bentuk singkat untuk teknologi
keuangan, yang sangat membentuk kembali struktur intermediasi
keuangan dan membuat layanan keuangan lebih efisien.
Menurut Phaureula Artha Wulandari (2017), financial technology
merupakan bentuk bisnis baru yang melibatkan kekuatan teknologi dan
perangkat digital untuk menciptakan kemudahan dalam bertransaksi
14
keuangan. Di Indonesia, financial technology berkembang di berbagai
sektor, mulai dari startup pembayaran, peminjaman (lending),
perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan
(crowdfunding), remitansi, riset keuangan, dan lain-lain.
Menurut Pratama (2016), financial technology adalah salah satu
bentuk penerapan teknologi informasi dibidang keuangan. Alhasil,
munculah berbagai model keuangan baru yang dimulai pertama kali pada
tahun 2004 oleh Zopa, yaitu institusi keuangan di Inggris yang
menjalankan jasa peminjaman uang. Inovasi yang berkembang disini
adalah pengadaptasian prinsip jaringan komputer yang diterapkan pada
bagian keuangan.
Sementara itu, menurut Bank Indonesia (2017) menyatakan bahwa
definisi Financial Technology atau Teknologi Keuangan merupakan
fenomena perpaduan antara teknologi dan fitur keuangan yang mengubah
model bisnis dan penghalang yang lemah untuk masuk yang sebagaimana
diatur lembaga keuangan.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Kominfo (2017) bahwa
Teknologi Keuangan merupakan fenomena fusi yang terjadi antara
teknologi dengan fitur keuangan yang mengubah model bisnis dan
pelemahan penghalang untuk masuk.
Kesimpulan dari beberapa ahli mengenai pendapat dan pengertian
financial technology di atas adalah sebuah layanan produk keuangan yang
menggunakan teknologi dalam penggunaannya serta melahirkan produk
15
baru yang efektif dan efisien bagi konsumen dalam mengakses produk
layanan keuangan tersebut.
b. Perkembangan Financial Technology
Menurut Douglas W. Arner dkk (2015) dalam penelitiannya tentang
“The Evolution of FinTech: A New Post-Crisis Paradigm?”, Evolusi
FinTech berawal pada tahun 1838. Samuel Morse mendemonstrasikan
sistem telegraf elektrik untuk pertama kalinya. Kabel transatlantik pertama
berhasil dipasang, menyediakan infrastruktur untuk globalisasi keuangan
tahun 1866. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1918 The Reserve Bank
mengembangkan Layanan Dana Fedwire, jaringan transfer dana khusus
yang menampilkan sistem kode Morse yang menghubungkan 12 Bank
Cadangan, Dewan, dan Departemen Keuangan. 2 tahun kemudian yaitu
tahun 1920, John Maynard Keynes, menerbitkan bukunya "The Economic
Consequences of Power", yang berbicara tentang hubungan antara
teknologi dan keuangan. Pada Februari 1950, Diners Club mengeluarkan
kartu kredit "tujuan umum" pertama yang diciptakan oleh Frank X.
McNamara.
Jaringan Telex didirikan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris,
Jerman dan Perancis. Jaringan-jaringan ini menyediakan infrastruktur
komunikasi untuk melanjutkan evolusi FinTech pada tahun 1966. Pada 27
Juni 1967 Barclays in Enfield menjadi rumah bagi mesin uang pertama di
dunia. Pada 30 Juni 1975, mesin teller otomatis yang lebih canggih
(ATM), yang disebut Barclaybank diluncurkan. Sistem Pembayaran Antar
16
Bank Clearing (CHIPS) mulai beroperasi pada tahun 1970 untuk
menyederhanakan dan mempercepat pembayaran antarbank di New York
City.
NASDAQ (National Association of Deal Dealers Automated
Quotations) menemukan perdagangan elektronik sekuritas dan IPO,
memberikan peluang bagi perusahaan berkembang untuk meningkatkan
modal dari pasar publik tahun 1971. Pada tahun 1973, 239 bank dari 15
negara membentuk utilitas kooperatif, Society for Worldwide Interbank
Financial Telecommunication (SWIFT) untuk memecahkan masalah
pembayaran komunikasi lintas batas. Pada tahun 1981, Michael
Bloomberg, menciptakan Solusi Pasar Inovatif (IMS) untuk menyediakan
data pasar real-time, perhitungan keuangan dan analisis keuangan lainnya
untuk perusahaan Wall Street.
Perusahaan ini berganti nama menjadi Bloomberg L.P. pada tahun
1986. Tahun 1982, William Porter, menciptakan TradePlus, yang memulai
revolusi investasi broker online dan dengan cepat mulai menurunkan biaya
perdagangan online. Perusahaan direorganisasi sebagai E*Trade Group
pada tahun 1994. Kecelakaan "Black Monday" mengakibatkan jatuhnya
pasar saham di seluruh dunia dan saat ini tetap menjadi persentase
penurunan satu hari terbesar dalam Indeks Dow Jones (-22.67%) pada
tahun 1987. FinTech pada tahun 1866-1987 juga disebut FinTech 1.0 era
dari analog ke digital.
17
Pada tahun 1993, FinTech adalah nama asli dari Financial Services
Technology Consortium, sebuah proyek yang diprakarsai oleh Citicorp,
sebuah upaya untuk mengatasi reputasi untuk menolak kolaborasi
teknologi dengan pihak luar. Wells Fargo menjadi bank pertama yang
menawarkan rekening giro online pada tahun 1995. Pada tahun 1997,
Bank-bank virtual pertama, tanpa cabang fisik muncul. ING Direct
diluncurkan di Kanada, sebagai anak perusahaan grup ING. Krisis
keuangan tahun 2008, yang meninggalkan sistem keuangan global di
ambang kehancuran sistemik, dapat dilihat sebagai titik balik bagi
FinTech. FinTech pada tahun 1987-2008 disebut juga FinTech 2.0 yaitu
Pengembangan Layanan Keuangan Digital Tradisional.
Pada tahun 2009, Versi 0.1 dari Bitcoin SW dilepaskan. Ini termasuk
sistem pembangkitan Bitcoin yang akan menciptakan total 21 juta Bitcoin
hingga tahun 2040. Pada tahun 2013, Google memperkenalkan Google
Wallet, yang memungkinkan pengguna melakukan pembelian dari ponsel
mereka menggunakan teknologi NFC. Apple meluncurkan Apple Pay
serupa pada tahun 2014. FinTech tahun 2009 - sekarang disebut juga
FinTech 3.0, yaitu Demokratisasi Layanan Keuangan Digital.
Menurut Ferry Hendro Basuki, Hartina Husein (2018), di Indonesia
permulaan perkembangan FinTech memiliki konteks agak berbeda dengan
dunia internasional yaitu bukan karena krisis keuangan tahun 2008.
Perkembangan FinTech di Indonesia juga didasari kebutuhan konsumen,
nasabah, dan merchant. Sifat FinTech memang sangat user centric
18
sehingga lebih fokus pada penggunanya. Jika melihat dari sisi pengguna
khususnya dibidang finansial terdapat banyak permasalahan yang dapat
terselesaikan dengan adanya FinTech, misalnya mereka ingin menemukan
metode pembayaran baru yang aman, mudah, murah, tapi tidak berupa
uang tunai. Sebab mereka punya alternatif dari sekedar kartu kredit dan
debit. Maka itu muncullah FinTech yang menawarkan sistem atau
instrument pembayaran baru, contohnya berbentuk emoney, e-wallet,
metode Quick Respone (QR) Code atau Mobile Point of Sales (M-POS).
Perkembangan FinTech di Indonesia tumbuh begitu cepat sehingga
dikhawatirkan akan berdampak buruk pada penyelenggaraannya. Untuk
itu, BI menerbitkan PBI Nomor 19/12/PBI/2017 sebagai payung hukum
demi menjaga kestabilan sistem keuangan di Indonesia tersebut. Terbitnya
PBI Nomor 19/12/PBI/2017 ini bertujuan untuk mendukung terciptanya
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, serta sistem pembayaran
yang efisien, lancar, aman, dan andal untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkelanjutan dan inklusif dengan menerapkan
prinsip perlindungan konsumen serta manajemen risiko dan kehati-hatian.
Di samping itu, BI juga menerbitkan ketentuan pelaksanaan PBI
Penyelenggaraan Teknologi Finansial diatur dalam Peraturan Anggota
Dewan Gubernur (PADG) No. 19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji Coba
Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial dan PADG No.
19/15/PADG/2017 tentang Tata Cara Pendaftaran, Penyampaian
Informasi, dan Pemantauan Penyelenggara Teknologi Finansial.
19
Menurut bitebrands.co (2018), tahun 2017, Bank Indonesia (BI)
telah meresmikan FinTech office sebagai wadah pertukaran ide inovatif
antara pelaku FinTech sekaligus kolaborasi antar pelaku FinTech dan
regulator, mengeluarkan peraturan mengenai penyelenggaraan transaksi
pembayaran, melalui Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016
tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran, dan
mengklasifikasi jenis FinTech yang berkembang di Indonesia.
Munculnya istilah FinTech di dunia sebenarnya berawal dari abad
21. Awalnya, istilah FinTech digunakan untuk teknologi yang diterapkan
pada back-end dari konsumen lembaga keuangan. Tetapi, sejak akhir
dekade pertama abad ke-21, istilah ini telah diperluas untuk mencakup
inovasi teknologi di sektor keuangan, termasuk inovasi dalam pendidikan
dan kecerdasan financial perbankan ritel, investasi, dan bahkan mata uang
kripto seperti bitcoin. Jenis FinTech Indonesia pada umumnya memiliki
beberapa ragam, antara lain startup pembayaran, riset keuangan, investasi
ritel, pembiayaan (lending & crowdfunding), perencanaan keuangan
(personal finance), dan remitansi.
Pengguna FinTech di Indonesia pada tahun 2006-2007 awalnya
hanya sebanyak 7%. Tetapi, terbentuknya Asosiasi Fintech Indonesia
(AFI) pada September 2015 menjadi sejarah penting dalam
perkembangan FinTech di Indonesia. Keberadaan AFI mampu
menghimpun kurang lebih 30% dari seluruh pengguna FinTech di
20
Indonesia. Pengguna FinTech kini meningkat menjadi 78% pada tahun
2017 ini yaitu sebanyak 135-140 perusahaan.
c. Segmen Financial Technology
Menurut Ketua Dewan Komisioner – OJK, Muliaman D. Hadad,
Ph.D (2017), FinTech merupakan Disruptive Innovativation yaitu, sebuah
inovasi berhasil mentransformasi suatu sistem atau pasar yang eksisting,
dengan memperkenalkan kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan
biaya yang ekonomis, dikenal sebagai Inovasi Disruptif (Disruptive
Innovation). Istilah ini dilontarkan pertama kalinya oleh Clayton M.
Christensen dan Joseph Bower di tahun 1995. "Disruptive Technologies:
Catching the Wave", Harvard Business Review (1995). Inovasi Disruptif
ini biasanya mengambil segmen pasar tertentu yang kurang diminati atau
dianggap kurang penting bagi penguasa pasar, namun inovasinya bersifat
penerobosan dan mampu mendefinisi sistem atau pasar yang ada.
Munculnya Inovasi Disruptif jika tidak diantisipasi dengan baik
oleh dunia usaha dapat menyebabkan kejatuhan seperti yang dialami
KODAK dan NOKIA. Fenomena Inovasi Disruptif juga terjadi di Industri
Jasa Keuangan yang telah men-disrupsi pemandangan Industri Jasa
Keuangan secara global. Mulai dari struktur industrinya, teknologi
intermediasinya, hingga model pemasarannya kepada konsumen.
Keseluruhan perubahan ini mendorong munculnya fenomena baru yang
disebut Financial Technology (FinTech).
21
Menurut Dorfleitner, dkk. (2017) perusahaan dalam industri FinTech
dapat dibagi menjadi empat segmen utama sesuai dengan model bisnis
mereka yang khas. Dengan analogi bidang nilai tambah tradisional dari
bank universal, fintech dapat dibedakan atas dasar keterlibatan mereka
dalam pendanaan, manajemen aset, dan pembayaran, serta fintech lainnya,
berbagai perusahaan yang menjalankan fungsi lain. Gambar 2.2
mengilustrasikan kategorisasi ini dan memberikan representasi rinci dari
sub-segmen industri. Dan dalam penelitian ini saya ingin memperdalam
penelitian tentang FinTech pada sektor pembayaran. Berikut gambar
segmen industri financial technology:
Gambar 2.1
Segmen Industri Financial Technology
Sumber: Definition of Financial technology and Description of the
Financial technology Industry, 2017
Sektor keuangan mencakup segmen FinTech yang membuat
pembiayaan tersedia bagi individu pribadi maupun untuk bisnis. Segmen
ini dapat dibagi lagi menjadi FinTech yang penawarannya didasarkan pada
22
partisipasi dari sejumlah besar kontributor (subsegments crowdfunding)
dan mereka yang menawarkan layanan anjak piutang atau kredit tanpa
partisipasi orang banyak (subsegmen kredit dan anjak piutang).
Crowdfunding menggambarkan suatu bentuk pendanaan di mana
sejumlah besar kontributor (sering disebut "pendukung") menyediakan
sumber daya keuangan untuk mencapai tujuan bersama. Di tempat bank
tradisional, portal crowdfunding bertindak sebagai perantara (Belle flemme
dkk. 2014; Kl ohn dan Hornuf 2012). Selanjutnya, dalam subsegment
ketiga, crowdinvesting, investor menerima bagian dari ekuitas, hutang atau
kepemilikan hybrid. Kontrak yang digunakan dalam crowinvesting sering
mensimulasikan aspek-aspek tertentu dari partisipasi ekuitas menggunakan
instrumen mezzanine (Kl ohn, dkk. 2016a).
Subsegmen keempat, crowdlending, berisi platform yang
memungkinkan individu dan bisnis pribadi untuk mendapatkan pinjaman
dari kerumunan. Sebagai imbalan atas penyediaan pinjaman, investor
menerima tingkat bunga yang ditentukan sebelumnya (Bradford 2012).
Selain itu ada subsegmen kredit dan anjak piutang. Bisnis FinTech dalam
subsegmen ini, umumnya bekerja sama dengan bank mitra (atau sejumlah
bank mitra), memberikan kredit kepada individu dan bisnis pribadi tanpa
bantuan orang banyak. Pinjaman kadang-kadang diberikan dalam jangka
pendek beberapa hari atau minggu melalui telepon seluler.
Selanjutnya, segmen manajemen aset termasuk FinTech yang
menawarkan saran, pembuangan dan pengelolaan aset, dan indikator
23
agregat kekayaan pribadi. Segmen ini juga dibagi menjadi subsegmen
lebih lanjut adalah perdagangan sosial, yaitu bentuk investasi di mana
investor (atau "pengikut") dapat mengamati, mendiskusikan, dan menyalin
strategi investasi atau portofolio anggota lain dari jejaring sosial (Liu, dkk.
2014; Pentland 2013). Selain itu, solusi perangkat lunak inovatif dan
sistem komputer memainkan peran penting dalam model bisnis banyak
FinTech di segmen manajemen aset. Subsegement robo-advice mengacu
pada sistem manajemen portofolio yang memberikan saran investasi
berbasis algoritma dan sebagian besar otomatis, terkadang juga membuat
keputusan investasi (ESA 2015). Subsistem dari segmen manajemen aset
selanjutnya adalah manajemen keuangan pribadi atau Personal Financial
Management (PFM) meliputi perusahaan-perusahaan FinTech yang
menawarkan perencanaan keuangan pribadi, khususnya administrasi dan
penyajian data keuangan menggunakan perangkat lunak atau layanan
berbasis aplikasi.
Ada juga perusahaan-perusahaan FinTech yang menawarkan konsep
inovatif untuk memberi saran atau mengelola aset yang tidak dapat
dimasukkan dalam perdagangan sosial, saran-saran robo atau subsegment
PFM. Ini dapat disusun menjadi dua kelompok utama. Pertama, ada
manajemen aset onlinebased, di mana penasihat investasi manusia aktif
berinteraksi dengan pelanggan, meskipun dengan saran robo mereka juga
mengotomatisasi atau sebagian mengotomatiskan banyak proses. Kedua,
adabroker deposito, yang mengatur deposito harian atau permanen di
24
negara UE lainnya dan menawarkan pembukaan rekening serta manajemen
di situs web Jerman. FinTech ini termasuk dalam investasi dan
subsegmentasi perbankan.
Segmen pembayaran adalah istilah payung yang berlaku untuk
fintech yang aplikasi dan layanannya terkait dengan transaksi pembayaran
nasional dan internasional. Di bawah payung ini termasuk blockchain dan
subsegment cryptocurrency, yang termasuk FinTech yang menawarkan
mata uang virtual (cryptocurrency) sebagai alternatif untuk uang tunai
khas. Sama halnya dengan alat pembayaran yang sah, adalah mungkin
untuk menyimpan, menggunakan, dan bertukar cryptocurrency (BaFin,
2016c). Bank tidak diperlukan untuk melayani sebagai perantara. Salah
satu cryptocurrency yang paling terkenal adalah Bitcoin.
FinTech yang menawarkan metode pembayaran alternatif termasuk
dalam metode pembayaran alternatif subsegment. Perusahaan yang
menawarkan solusi pembayaran seluler milik subsegmen ini. Dalam
literatur ilmiah, istilah "pembayaran mobile" umumnya mencakup
berbagai fungsi yang ditangani melalui telepon seluler (lihat Mallat 2007;
Mallat dkk. 2004; Merritt 2010). Ini termasuk penggunaan ponsel untuk
melakukan pembayaran atau transfer bank. Perusahaan yang menawarkan
eWallet atau cyberwallet juga termasuk dalam metode pembayaran
alternatif subsegment.
Segmen FinTech lainnya menggambarkan bisnis FinTech yang tidak
dapat diklasifikasikan oleh tiga fungsi bank tradisional lainnya, yaitu
25
pembiayaan, manajemen aset, dan transaksi pembayaran. FinTech yang
menawarkan asuransi atau memfasilitasi akuisisi termasuk dalam
subsegmen asuransi. FinTech ini sering juga disebut InsurTechs. Di
antaranya, mereka menawarkan asuransi peer-to-peer, di mana
sekelompok pemegang polis berkumpul dan mengambil tanggung jawab
bersama dalam kasus kerusakan. Jika tidak ada kerugian dalam kelompok,
ada penggantian sebagian dari premi asuransi (Wolff-Marting 2014).
Selain itu, FinTech dari mesin pencari dan perbandingan situs subsegment,
yang memungkinkan pencarian berbasis Internet dan perbandingan produk
keuangan atau jasa keuangan, termasuk dalam FinTech lainnya. FinTech
yang menyediakan solusi teknis untuk penyedia layanan keuangan
termasuk dalam subsegmen Teknologi, IT dan Infrastruktur.
d. Jenis Financial Technology
Menurut Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, FinTech yang
berkembang di Indonesia dibagi menjadi beberapa sektor. Sektor-sektor
tersebut adalah payment, aggregator, personal or financial planning,
crowdfunding, dan lending. OJK juga telah menghitung banyaknya pemain
FinTech ini dan terbanyak adalah dari katagori payment dengan persentase
sebesar 42,22% dari keseluruhan FinTech yang berada di Indonesia.
26
Gambar 2.2
Profil FinTech di Indonesia
Sumber : Otortitas Jasa Keuangan (2017)
DailySocial.id bekerjasama dengan Asosiasi Fintech Indonesia juga
mengelompokkan FinTech menjadi beberapa katagori di antaranya:
1) Payment
Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin
banyak didirikannya startup yang menjadi jembatan penghubung
antara e-commerce dengan pelanggan, terutama dalam hal sistem
pembayaran. Layanan yang disediakan startup untuk e-commerce ini
disebut dengan layanan payment gateway. Payment gateway
memungkinkan masyarakat memilih beragam metode pembayaran
berbasis digital (digital payment gateway) yang dikelola oleh sejumlah
start up, dengan demikian akan meningkatkan volume penjualan e-
commerce. Payment gateway satu di antaranya adalah iPaymu.
27
2) Deposit dan Lending
Peer to peer (P2P) Lending adalah startup yang menyediakan
platform pinjaman secara online. Urusan permodalan yang sering
dianggap bagian paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide
banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini. Dengan demikian,
bagi orang-orang yang membutuhkan dana untuk membuka atau
mengembangkan usahanya, sekarang ini bisa menggunakan jasa
startup yang bergerak di bidang P2P lending. Adalah Uangteman.com
salah satu contoh startup yang bergerak di bidang ini. Startup ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat dengan
cara cukup mengisi formulir di website uangteman.com dalam waktu
sekitar 5 menit, dan memenuhi persyaratannya.
3) Capital Rising
Kegiatan penggalangan dana, beramal, dan kegiatan sosial lainnya
sekarang sudah bisa pula melalui start up yang bergerak dibidang
crowd funding. Lebih tepatnya, crowd funding adalah start up yang
menyediakan platform penggalangan dana untuk disalurkan kembali
kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti korban bencana alam,
korban perang, mendanai pembuatan karya, dan sebagainya.
Penggalangan dana tersebut dilakukan secara online.Salah satu contoh
startup crowd funding terbesar adalah Kitabisa.com. Startup ini
menciptakan wadah agar kita bisa membantu sesama dengan cara
yang lebih mudah, aman, dan efisien.
28
4) Insurance
Jenis start up yang bergerak dibidang insurance ini cukup
menarik. Karena bisanya asuransi yang kita ketahui selama ini
merupakan asuransi konvensional, di mana kita mensisihkan sejumlah
uang perbulan sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari
asuransi tersebut di masa depan, jenis asuransi start up tidak semua
berjalan demikian.
5) Investment
Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya, merupakan
investasi yang sudah tidak asing lagi didengar. Securities dapat
dikatakan sebagai jenis startup yang menyediakan platform untuk
berinvestasi saham secara online. Contoh startupnya adalah
Bareksa.com. Didirikan pada tanggal 17 Februari 2013 Bareksa.com
adalah salah satu securities startup terintegrasi pertama di Indonesia
yang menyediakan platform untuk melakukan jual-beli reksa dana
secara online, memberikan layanan data, informasi, alat investasi
reksa dana, saham, obligasi, dan lain-lain.
6) Market Provisioning
Pada klasifikasi ini, Fintech akan berperan sebagai pembanding
produk keuangan, dimana fintech tersebut akan mengumpulkan dan
mengoleksi data finansial untuk dijadikan referensi oleh pengguna.
Klasifikasi ini juga dapat disebut dengan nama comparison site atau
financial aggregator.
29
Contohnya, jika seorang konsumen ingin memilih produk KPR,
platform fintech akan menyesuaikan data finansial pribadi konsumen
dan memberikan pilihan produk KPR sesuai dengan data pribadi yang
dimasukkan. Pilihan ini akan diberikan sesuai dengan keinginan dan
kemampuan finansial serta preferensi konsumen.
e. Regulasi Financial Technology
Berdasarkan Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), berikut regulasi FinTech:
1) Regulasi FinTech di Indonesia diatur oleh Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) No. 77 Tahun 2016.
2) Namun, regulasi ini lebih ke arah konvensional karena menggunakan
istilah bunga (namun sudah berprinsip kebebasan berdemokrasi dan
berkontrak) yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
3) FINTECH PEER TO PEER LENDING sudah diakui keberadaannya
sejak POJK 77 Desember 2016.
4) FINTECH PEER TO PEER LENDING merupakan jenis yang off
balance sheet, sehingga sulit untuk menilai/menentukan mana FinTech
syariah yang sehat atau yang tidak sehat.
5) POJK 77 adalah off balance sheet, sehingga siapapun penyelenggara
FinTech peer to peer lending yang ada tidak boleh meminjamkan uang.
Murni hanya menjadi perantara. Kedua dilarang menerbitkan surat
utang dalam bentuk apapun, jadi murni hanya dari equity. Sehingga
30
tidak mengganggu industri keuangan lain yang sudah ada, terutama
bank konvensional dan pasar modal.
f. Kelebihan dan Kekurangan Financial Technology
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), kelebihan dari FinTech
adalah:
1) Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani oleh industri
keuangan tradisional dikarenakan ketatnya peraturan perbankan dan
adanya keterbatasan industri perbankan tradisional dalam melayani
masyarakat di daerah tertentu.
2) Menjadi alternatif pendanaan selain jasa industri keuangan tradisional
dimana masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang lebih
demokratis dan transparan.
Sedangkan kekurangan dari FinTech adalah:
1) FinTech merupakan pihak yang tidak memiliki lisensi untuk
memindahkan dana dan kurang mapan dalam menjalankan usahanya
dengan modal yang besar, jika dibandingkan dengan bank.
2) Ada sebagaian perusahaan FinTech belum memiliki kantor fisik, dan
kurangnya pengalaman dalam menjalankan prosedur terkait sistem
keamanan dan itegritas produknya.
2. Islamic Financial Technology (Finansial Teknologi Syariah)
a. Pengertian Islamic Financial Technology
Menurut Menurut Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech
Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), Keuangan syariah
adalah suatu sistem keuangan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum
31
Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan
dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman
dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk
berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram), yang tidak
dapat dijamin oleh sistem konvensional.
Menurut Menurut Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis FinTech
Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), FinTech merupakan
salah satu bisnis berbasis software dan teknologi modern yang
menyediakan jasa keuangan. Perusahaan FinTech pada umumnya adalah
perusahaan start-up yang memberikan layanan dan solusi keuangan
kepada pelanggan seperti pembayaran mobile, transfer uang, pinjaman,
penggalangan dana, dan bahkan manajemen aset.
Sehingga jika kedua pengertian digabungkan, maka FinTech
Syariah atau islamic financial technology menurut Bilpen Nainggolan
dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(2017) berarti layanan dan solusi keuangan yang diberikan perusahaan
teknologi/startup FinTech, yang berbasis hukum-hukum Islam/syariah.
b. Prinsip-Prinsip Keuangan Syariah
Menurut Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), berikut adalah prinsip-
prinsip keuangan syariah:
1) Aktivitas perolehan dana. Hal tersebut berarti bahwa setiap hal yang
dilakukan sebagai upaya dalam rangka memperoleh harta semestinya
32
memperhatikan cara-cara yang sesuai dengan syariah seperti
mudharabah, musyarokah, murabahah, salam, istishna, ijarah, dan
lain-lain.
2) Aktivitas pengelolaan dana. Poin ini maksudnya dalam hal ingin
menginvestasikan uang juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
“uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang
diperdagangkan”, dapat dilakukan secara langsung atau melalui
lembaga intermediasi seperti bank Syariah dan reksadana Syariah.
3) Objek penggunaan dana. Penjelasannya adalah bahwa harta yang
diperoleh digunakan untuk hal-hal yang tidak dilarang seperti
membeli barang konsumtif dan sebagainya, melainkan digunakan
untuk hal-hal yang dianjurkan seperti infaq, waqaf, shadaqah, serta
untuk hal-hal yang diwajibkan seperti zakat.
Prinsip keuangan syariah pada hakekatnya adalah memastikan Input,
Proses dan Output transaksi keuangan syariah adalah benar dan sesuai
dengan kaidah syariah menurut agama Islam.
c. Regulasi Keuangan Syariah
Pemerintah Indonesia telah membuat regulasi terkait berbagai
layanan keuangan syariah di Indonesia, termasuk layanan perbankan,
asuransi, surat berharga, LPS, koperasi, dan zakat. Menurut Bilpen
Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk (2017), berikut adalah regulasi keuangan syariah:
a. Perbankan Syariah
33
a) UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
b) Ikhtisar UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
b. Asuransi Syariah
1. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 18/PMK.010/2010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan
Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
2. Keputusan DirekturJenderal Lembaga Keuangan No. Kep-
4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem
Syariah
c. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
1. UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN)
2. PP No. 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat
Berharga Syariah Negara
3. PP No. 57 tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia
4. UU No. 67 tahun 2008 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia
5. UU No. 51 tahun 2010 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia II
6. UU No. 58 tahun2012 tentang Pendirian Perusahaan Penerbit
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia IV.
34
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 118/PMK.08/2008 tentang
Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri.
8. Memorandum Informasi: Sukuk Negara Ritel Seri SR-002
d. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
PP No. 39 tahun 2005 tentang Penjamin Simpanan Nasabah Bank
berdasarkan Prinsip Syariah
e. Koperasi Jasa Keuangan Syariah
1. Permenegkop & UKM No. 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang
Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
2. Cara Pendirian Baitul Mal waTamwil (BMT)
f. Pilantropi Islam
a) UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
b) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
c) Keputusan Menteri Agama RI No. No. 373 tahun 2003 tentang
Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
d) PP No. 60 tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan
yang Sifatnya Wajib yang dapat Dikurangkan dari Penghasilan
Bruto
e) UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf
f) PP No. 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004
tentang Wakaf
35
d. Segmentasi Konsumen Muslim
Menurut Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis FinTech Syariah
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), berikut adalah segmentasi
konsumen dalam muslim:
Gambar 2.3
Segmentasi Konsumen dalam Muslim
Sumber: Yuswohadi et.al, Marketing to the Middle Class Moslem,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014
Dalam hal responterhadap produk syariah, 4 tipe konsumen bisa di
samakan dengan 3 segment masyarakat Conventional Loyalist, Syariah
Loyalist dan Floating Mass. Kelompok Apathist bisa dikategorikan
kepada kelompok conventional loyalist, sementara kelompok Conformist
yang dalam membeli produk harus Islam adalah kelompok Syariah
Loyalist. Sementara tipe konsumen yang Rationalist dan Universalist
dapat di kategorikan kepada Floating Mass.
36
e. Peluang dan Tantangan Islamic Financial Technology
Menurut Bilpen Nainggolan dalam Kajian Bisnis Fintech Syariah
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (2017), peluang dari Islamic FinTech
adalah:
1) Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, dan 64% masih
unbanked, sehingga dapat memperbesar jumlah target calon
pengguna FinTech syariah.
2) Ekonomi syariah terus mengalami pertumbuhan.
3) Ekonomi syariah, termasuk FinTech syariah, didukung dengan
teknologi yang mapan.
4) Regulasi untuk FinTech syariah masih dalam tahap penggarapan,
sehingga menciptakan peluang untuk berinovasi melalui FinTech
syariah.
Sedangkan, tantangan dari Islamic FinTech adalah:
1) Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keuangan syariah,
khususnya FinTech syariah, masih kurang.
2) Pertumbuhan ekonomi syariah lambat dan pangsa pasarnya masih
kecil.
3) SDM berkualitas di bidang ekonomi syariah masih kurang.
4) Sinergi antara sesame lembaga keuangan syariah dengan lembaga-
lembaga sosial yang bergerak di bidang ekonomi umat, seperti
dengan lembaga zakat dan wakaf masih lemah.
37
3. Technology Acceptance Model (TAM)
Menurut Siti Monalisa dan Dwi Putri Setia (2016), Technology
Acceptance Model (TAM) adalah model yang mengusulkan bahwa ketika
pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah
faktor mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan
menggunakan sistem tersebut.
Menurut Adyanata Lubis (2014), Technology Acceptance Model
(TAM) berasal dari teori psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna
teknologi informasi yang berlandaskan kepercayaan, sikap, minat, dan
hubungan perilaku pengguna.
Berdasarkan jurnal Endang Fatmawati (2015), sebelum model
Technology Acceptance Model (TAM) muncul, ada teori yang dikenal
dengan nama Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh
Martin Fishbein dan Icek Ajzen (1975, 1980). Berasal dari penelitian
sebelumnya yang dimulai dari teori sikap dan perilaku, maka penekanan
Theory of Reasoned Action (TRA) waktu itu ada pada sikap yang ditinjau
dari sudut pandang psikologi. Prinsipnya yaitu, menentukan bagaimana
mengukur komponensi kap perilaku yang relevan, membedakan antara
keyakinan ataupun sikap, dan menentukan rangsangan eksternal. Sehingga
dengan model Theory of Reasoned Action (TRA) menyebabkan reaksi dan
persepsi pengguna terhadap system informasi akan menentukan sikap dan
perilaku pengguna tersebut. Selanjutnya, pada tahun 1986 Davis melakukan
penelitian Disertasi dengan mengadaptasi Theory of Reasoned Action (TRA)
38
tersebut. Lalu pada tahun 1989 Davis mempublikasikan hasil penelitian
disertasinya pada jurnal MIS Quarterly, sehingga memunculkan teori
Technology Acceptance Model (TAM) dengan penekanan pada persepsi
kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan yang memiliki hubungan
untuk memprediksi sikap dalam menggunakan sistem informasi.
Jadi dalam penerapannya, model Technology Acceptance Model
(TAM) jauh lebih luas dari pada model Theory of Reasoned Action (TRA).
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu jenis teori
yang menggunakan pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang
banyak digunakan untuk mengkaji proses adopsi teknologi informasi.
Berikut adalah kerangka Technology Acceptance Model (TAM) yang
diperkenalkan oleh Davis (1989).
Gambar 2.4
Kerangka Technology Acceptance Model (TAM) Davis (1989)
Sumber: JISTEM, Brazil Vol. 14, No. 1, Jan/Apr., 2017 pp. 21-38
www.jistem.fea.usp.br
Menurut Endang Fatmawati (2005), setelah diperkenalkan oleh Davis
tahun 1986 model TAM banyak digunakan dan dikembangkan oleh para
peneliti lainnya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya telah mengalami
modifikasi, misalnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Venkatesh dan
39
Davis (1996). Peneliti lainnya yaitu I Putu Sugiartha Sanjaya (2005) juga
memodifikasi model TAM, perubahannya seperti nampak pada gambar
berikut:
Gambar 2.5
Model Kerangka TAM yang diadopsi dari Davis (1989)
Sumber: Definition of Financial technology and Description of the Financial
technology Industry, Pengaruh Rasa Manfaat dan Kemudahan terhadap Minat
Berperilaku (Behavioral Intention) Para Mahasiswa dan Mahasiswi dalam
Penggunaan Internet, I Putu Sugiartha Sanjaya, 2005
Menurut Morris dan Dillon (1997) dalam Budi Santoso (2010),
TAM adalah sebuah model untuk memprediksikan bukan mendeskripsikan,
yang digunakan untuk memprediksikan penerimaan dari sistem oleh user.
Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna ditawarkan untuk
menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah faktor mempengaruhi
keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan menggunakan sistem
tersebut, khususnya dalam hal usefulness (pengguna yakin bahwa dengan
menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of use (di
mana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan
membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah
dalam penggunaannya).
40
a. Kegunaan Persepsian (Perceived of Usefulness)
1) Pengertian Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)
Menurut Jogiyanto (2008) dalam bukunya yang berjudul
Sistem Informasi Keprilakuan, konstruk tambahan yang pertama di
TAM adalah kegunaan persepsian (perceived usefulness).
Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu
teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya (“as the extent
to wich a person believes that using a technology will enhance her
or is performance.”)
Dari definisinya, diketahui bahwa kegunaan persepsian
(perceived usefulness) merupakan suatu kepercayaan (belief)
tentang proses pengambilan keputusan, dengan demikian jika
seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna
maka dia tidak akan menggunakannya.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
konstruk kegunaan persepsian (perceived usefulness)
mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan
sistem informasi (misalnya Davis, 1989; Chau, 1996; Iqbaria, dkk.,
1997; Sun, 2003) Penelitian-penelitian sebelumnya juga
menunjukkan bahwa kegunaan persepsian (perceived usefulness)
merupakan konstruk yang paling banyak signifikan dan penting
41
yang mempengaruhi sikap (attitude), minat (behavioral intention),
dan perilaku (behavior) di dalam menggunakan teknologi
dibanding dengan konstruk yang lainnya.
2) Indikator Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)
Konstruk kegunaan persepsian (perceived usefulness)
dibentuk dari banyak item. Davis dalam Jogiyanto (2008),
menggunakan 6 item untuk membentuk konstruk ini. Keenam item
ini adalah:
a) Work More Quickly (Mempercepat Pekerjaan)
Dengan menggunakan suatu teknologi informasi tertentu dapat
mempercepat pekerjaan atau menghemat waktu pekerjaan.
Seperti, menggunakan sistem menghemat waktu, sistem
memungkinkan menyelesaikan tugas lebih cepat,
menggunakan sistem mengurangi waktu yang dihabiskan
untuk kegiatan yang tidak produktif.
b) Job Performance (Kinerja Pekerjaan)
Dengan menggunakan suatu teknologi tertentu dapat
membantu mengembangkan kinerja pekerjaan seseorang dalam
dunia pekerjaan yang dimiliki oleh orang tersebut. Seperti,
menggunakan sistem meningkatkan kinerja pekerjaan,
menggunakan sistem meningkatkan kualitas pekerjaan yang
dilakukan.
c) Increase Productivity (Menambah Produktifitas)
42
Merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa seseorang akan bertambah atau meningkatkan
produktifitasnya dalam suatu kegiatan-kegiatan yang
dimilikinya agar menjadi lebih baik. Seperti, menggunakan
sistem memungkinkan untuk menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan daripada yang mungkin dilakukan, menggunakan
sistem meningkatkan produktivitas.
d) Effectiveness (Efektivitas)
Bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan membantu
seseorang agar aktifitas sehari-hari menjadi meningkat dalam
melakukan suatu pekerjaan. Seperti, sistem mendukung aspek
penting pada aktifitas, menggunakan sistem meningkatkan
keefektifan.
e) Makes Job Easier (Menjadikan Pekerjaan Lebih Mudah)
Mudah mempelajari dan mengoperasikan suatu teknologi
dalam mengerjakan pekerjaan yang diinginkan oleh seseorang
dan dapat memberikan keterampilan agar pekerjaaanya lebih
mudah. Seperti, pekerjaan atau aktifitas akan sulit dilakukan
tanpa sistem, menggunakan sistem memberi kontrol lebih
besar atas pekerjaan, menggunakan sistem memudahkan
pekerjaan.
f) Useful (Bermanfaat)
43
Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan
suatu teknologi tertentu terdapat manfaat atau faedah untuk
dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Seperti,
sistem menjawab kebutuhan terkait pekerjaan, dan secara
keseluruhan, menemukan sistem berguna dalam pekerjaan.
b. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)
1) Pengertian Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease
of Use)
Menurut Jogiyanto (2008), konstruk tambahan yang kedua di
TAM adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of
use). Kemudahan penggunaan persepsian didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu
teknologi akan bebas dari usaha (“is the extent to which a person
believes that using a technology will be free of effort”)
Dari definisinya, diketahui bahwa konstruk kemudahan
penggunaan persepsian (perceived ease of use) ini juga merupakan
suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan.
Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah
digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika
seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah
digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.
Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa
konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use)
44
mempengaruhi kegunaan persepsian, sikap (attitude), minat
(behavioral intention), dan penggunaan sesungguhnya (behavior).
2) Indikator Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of
Use)
Konstruk kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease
of use) juga dibentuk dari banyak item. Menurut Davis dalam
Jogiyanto (2008), juga menggunakan 6 buah item untuk membentuk
konstruk ini. Keenam item ini adalah:
a) Easy of Learn (Mudah dipelajari)
Sistem yang baik salah satunya ditentukan oleh kemudahan untuk
mempelajarinya. Apabila sistem terlalu sulit untuk dipelajari
pengguna akan enggan untuk menggunakanya. Anggapan
kemudahan pemakaian teknologi salah satunya ditentukan dengan
kemudahan untuk mempelajarinya. Seperti, harus sering
berkonsultasi dengan manual pengguna saat menggunakan sistem,
tidak merasa kesulitan menggunakan sistem.
b) Controllable (Dapat dikontrol)
Sistem dianggap mudah apabila dapat dikendalikan sesuai yang
diinginkan oleh penggunanya dan ia dapat menemukan apa yang
ingin mereka lakukan. Seperti, merasa mudah untuk pulih dari
kesalahan yang ditemui saat menggunakan sistem, sistem sering
berperilaku dengan cara yang tidak terduga.
c) Clear & Understandable (Jelas dan dapat dipahami).
45
Kemudahan suatu sistem juga dipegaruhi oleh kejelasan tatap
muka (interface) dan menu-menu yang ada di dalamnya sehingga
memudahkan interaksi pengguna dengan sistem, termasuk pada
teknologi komputer. Seperti, tidak bingung ketika menggunakan
sistem, interaksi dengan sistem mudah untuk mengerti.
d) Flexible (Fleksibel)
Sistem yang fleksibel akan sangat memudahkan penggunanya.
Pengguna akan lebih suka menggunakan sistem yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dirinya maupun kebutuhan tempat
ia bekerja. Seperti, sistem tidak kaku dan fleksibel dalam
berinteraksi, merasa mudah mendapatkan sistem untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan.
e) Easy to Become Skillful (Mudah mahir)
Apabila pengguna sudah mahir menggunakan suatu sistem dalam
waktu yang cepat, pengguna akan menilai kalau sistem yang
digunakannya itu mudah digunakan. Hal ini dapat dilihat dari
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mahir menggunakan
program yang berkaitan dengan bidang pekerjaan pengguna
teknologi. Seperti, mudah untuk mengingat bagaimana
beraktifitas menggunakan sistem.
f) Easy to Use (Mudah digunakan)
Secara umum sistem dianggap mudah apabila tidak memerlukan
usaha keras untuk menggunakan sistem itu dan berlaku
46
sebaliknya. Bila pengguna harus mengeluarkan usaha keras
sistem itu berarti tidak mudah. Pengguna akan menganggap
bahwa memanfaatkan teknologi itu mudah kalau teknologi
mampu memenuhi kriteria tersebut. Seperti, penggunaan sistem
tidak membebani pikiran, sistem memberikan panduan
bermanfaat dalam melakukan tugas, jarang membuat kesalahan
saat menggunakan sistem, dan secara keseluruhan, menemukan
sistem mudah digunakan.
c. Behavioral Intention
1) Pengertian Behavioral Intention
Behavioral intention (niat berperilaku) didefinisikan Mowen
(2012) sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut
cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang dan menggunakan
produk atau jasa. Jadi konsumen dapat membentuk keinginan untuk
mencari informasi, memberitahukan orang lain tentang
pengalamannya dengan sebuah produk, membeli sebuah produk
atau jasa tertentu, atau membuang produk dengan cara tertentu.
Menurut Olson & Petern (2008) behaioral intention (minat
berperilaku) adalah suatu proporsisi yang menghubungkan diri
dengan tindakan yang akan datang.
Menurut Schiffman & Kanuk (2010), behavioral intention
(minat berperilaku) adalah frekuensi pembelian atau proporsi
47
pembelian atau proporsi pembelian total dari pembeli yang setia
terhadap merek tertentu.
Menurut Anderson & Mittal dalam Liestyana (2009),
behavioral intention (niat perilaku) adalah hasil dari proses
kepuasan, yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,
yaitu perilaku ekonomis dan perilaku sosial.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
behavioral intention adalah suatu indikasi dari bagaimana orang
bersedia untuk mencoba dan menanamkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri.
Menurut Zeithaml, Berry & Parasurman (1996) dalam jurnal
Ravichandran, Bhargavi & Kumar (2010) mengungkapkan bahwa
konsekuensi sebuah kebiasaan pada kualitas pelayanan yang
menengahi kualitas pelayanan dengan pendapatan atau kerugian
finansial adalah berasal dari adanya sebuah retensi atau
perpindahan, di mana ketika persepsi pelanggan akan e-service
quality sedang tinggi, sebuah behavioral intention menjadi sesuatu
yang dinantikan dengan adanya hubungan yang kuat dengan
organisasi. Sedangkan saat persepsi pelanggan sedang rendah,
maka behavioral intention menjadi sesuatu yang tidak diminati dan
menyebabkan hubungan dengan organisasi menjadi memburuk.
Menurut Boulding, Kalra, Staelin & Zheitaml dalam
Dynamic Process Model of Service Quality : From Expectations to
48
Behavioral Intention (1993) dalam jurnal Ravichandran, Bhargavi,
& Kumar (2010) turut menambahkan bahwa keseluruhan persepsi
kualitas pelayanan akan positif bila terkait dengan keinginan untuk
merekomendasikan dan sisi negatif bila terkait dengan kebiasaan
berpindah atau memberikan komplain.
Menurut Zeithaml, Berry & Parasurman (1996)
mengungkapkan bahwa behavioral intention akan menjadi sesuatu
yang diminati apabila ada sebuah perkataan yang positif, adanya
rekomendasi ke pihak lain, membayar harga premium kepada
perusahaan dan adanya keinginan untuk loyal kepada perusahaan.
2) Indikator Behavioral intention
Menurut Parasuraman, Zheitaml, & Berry (1996), dalam
jurnal Lien, Wen, & Wu (2011) telah menentukan dimensi dari
behavioral intention, yaitu:
a) Loyalty (positive word of mouth)
Keinginan loyal pada perusahaan menjadikan perusahaan
sebagai pilihan utama dibanding alternatif lainnya dan adanya
sikap ingin merekomendasikan ke pihak lain melalui sebuah
perkataan positif.
b) Paymore (positive word of mouth)
Yaitu bersedia membayar harga premium kepada perusahaan
dan bersedia untuk melakukan bisnis meski harganya naik.
c) External response dan internal response (complaining)
49
Suatu sikap ingin memberikan komplain berdasarkan
pengalaman atas sebuah masalah, baik kepada pihak internal
(perusahaan) maupun pihak external (orang lain).
d) Switch (negative word of mouth)
Yaitu kebiasaan berpindah atau mengganti dengan pelayanan
yang diberikan perusahaan lain. Switching akan terjadi apabila
apa yang dialami oleh pelanggan terhalang oleh hubungan
ekonomi, sosial dan biaya psikologis serta meninggalkan
segala pelayanan yang diberikan.
B. Hubungan Antar Variabel
Adapun hubungan antar variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perceived Usefulness (X1) pengaruh terhadap Behavioral
Intention(Y)
Hubungan yang positif dan signifikan antara perceived of
usefulness (X1) dan behavioral intention (Y) ditemukan pada
penelitian Davis (1989) serta Rigopoulus dan Askounis (2007).
Hasil penelitian Yusoff et al. (2009) pada penggunaan e-library
menyebutkan jika murid-murid merasa bahwa sistem tersebut
berguna, maka penggunaannya akan meningkat. Penggunaan
teknologi mengimplikasikan kepercayaan bahwa metode
penyampaian informasi tersebut bermanfaat dan sebagai pilihan
alternatif (Walker dan Johnson, 2006).
50
Menurut Rajendra Prasada B dan Ni Putu melakukan
penelitian yang sama hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
perceived of usefulness (X1) berpengaruh positif pada behavioral
intention internet banking (Y) atau dapat diartikan dengan
menggunakan internet banking dapat meningkatkan kinerja dalam
menjalankan usaha. Dengan manfaat dan kegunaan yang dirasakan
oleh responden maka responden akan tetap termotivasi untuk
menggunakan internet banking dalam menjalankan usaha dagang
di Kota Denpasar. Penggunaan teknologi mengimplikasikan
kepercayaan bahwa metode penyampaian informasi tersebut
bermanfaat dan sebagai pilihan alternatif.
2. Perceived ease of use (X2) pengaruh terhadap behavioral intention
Menurut Iqbaria (2000), perceived ease of use ini kemudian
akan berdampak pada perilaku yaitu semakin tinggi
persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan
sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi
informasi. Beberapa penelitian sebelumnya telah
menyebutkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh positif terhadap sikap minat penggunaan, yaitu
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Suh dan Han
(2002).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sugiarto
(2012), bahwa walaupun melakukan pembelian online
51
internet banking belum menjadi faktor utam sebagai alat
pembayaran. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sauca Ananda Pranida (2009) yang
menunjukkan tidak terdapat faktor yang signifikan antara
variabel perceived ease of use (X2) terhadap variabl
behavioral intention internet banking, dalam artian bahwa
kemudahan tentang penggunaan internet banking tidak
berpengaruh pada nasabah BCA. Chu (1996) melakukan
penelitian dengan memodifikasi TAM untuk membedakan
antara kegunaan persepsi jangka pendek dan kegunaan
persepsi jangka panjang penelitian ini mendukung hasil
TAM pada umumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perceived ease of use (X2) (kemudahan persepsi) tidak
signifikan mempengaruhi behavioral intention internet
banking (Y) sistem akan tetapi mempengaruhi jangka
panjang.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jogiyanto (2007), bahwa sehingga jika
seseorang percaya bahwa sistem informasi mudah
digunakan maka dia akan menggunakannya dan sebaliknya.
Menurut Iqbaria (2000), persepsi kemudahan ini kemudian
akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi
persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan
52
sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi
informasi.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa
persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif
terhadap sikap penggunaan teknologi, yaitu antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Suh dan Han (2002), Shih
(2004), AL-Somali et al (2009), serta Nasri dan
Charfeddine (2012).
C. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.7 berikut ini:
53
Tabel 2.1
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi Penelitian Hasil
1. The Influence Of
Perceived Information
Technology,Perceived
Ease Of Use,
Perceived Risk And
Service Features On
Using BCA Internet
Banking
Ivan Pangemanan
(2013)
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis
pengaruh teknologi
informasi yang
dirasakan, kemudahan
penggunaan yang
dirasakan, risiko yang
dirasakan dan fitur-fitur
layanan dalam
menggunakan BCA
Internet Banking
menggunakan metode
kuantitatif. Sampel
responden adalah 100
orang yang merupakan
nasabah Bank BCA.
Berdasarkan analisis korelasi (r)
adalah sebesar 0,795 yang
menunjukkan bahwa Korelasi
Pengaruh Teknologi Informasi
Persepsi (X1), Persepsi Kemuda-han
Penggunaan (X2), Persepsi Risiko
(X3) dan Fitur Layanan (X4) pada
MenggunakanInternet Banking (Y)
memiliki hubungan yang kuat.
Untuk mengetahui kontribusi
Pengaruh X1, X2, X3 dan X4 pada
Y dapat dilihat bahwa determinan
koefisien (r2) pada tabel di atas.
Nilai R2 sebesar 0,846 dalam
penelitian ini dapat menyiratkan
bahwa kontribusi Teknologi
Informasi Persepsi (X1), Persepsi
Kemuda-han Penggunaan (X2),
Persepsi Risiko (X3) dan Fitur
Layanan (X4) pada Penggunaan
Internet Banking (Y) dari 78,0%
sedang-kan sisanya 22,0%
dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diperiksa dalam penelitian ini.
2. The Influence Of
Perceived Ease Of
Use, Perceived
Usefulness And Trust
On Repurchase
Intention Of Lion Air
E-Ticket
Cindy Regina Oroh
Dan Farlane S.
Rumokoy (2015)
Metode purposive
sampling,100 sampel
kusioner didistribusikan
pada pelanggan Lion
Air di Manado, dengan
analisa regresi berganda.
Hasil penelitian ini memunjukan
dari pengujian validitas, dilakukan
dengan koefisien Guilford, dengan
menggunakan SPSS versi 22,
diperoleh hasil itu semua item
diterima yang digunakan dalam
penelitian ini dinyatakan valid
karena semua item memiliki
disetujui positif dengan kriterium
(skor total) atas 0,05 dan semua item
menunjukkan arah yang postif. Uji
reliabilitas yang dilakukan dengan
analisis cornbach program alpha
menggunakan SPSS versi 22
diperoleh hasil Itulah semua item
yang disetujui reliabel, karena dari
perhitungan
Lanjut ke halaman berikutnya
54
Tabel 2.7 (Lanjutan)
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi
Penelitian
Hasil
koefisien alpha lebih besar dari 0,6.Uji
Normalitas dilakukan dengan uji
kolmogorov - smirnov yang
membandingkan distribusi frekuensi
komulatif hasil yang diharapkan.
Berdasarkan output pada SPSS 22
Diperoleh nilai signifikan sebesar 0,20
lebih besar dari 0,05. Normalisasi data
normal. Dengan demikian maka dapat
diakses dengan uji statistik.
3. Analisis Pengaruh
Persepsi Kemudahan,
Kemanfaatan, dan
Kepercayaan terhadap
Kepuasan Pengguna
LPSE
Johannes Dan Widdy
Frima (2018)
Untuk analisis data,
analisis deskriptif dan
regresi linier
berganda digunakan
secara komplementer.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa dari hasil pengujian validitas,
dilakukan dengan koefisien Guilford,
dengan menggunakan SPSS versi 22,
diperoleh hasil bahwa semua item
pernyataan yang digunakan dalam
penelitian ini dinyatakan valid karena
semua item mempunyai korelasi
positif dengan kriterium (skor total)
semua item pernyataan menghasilkan
nilai korelasi di
atas 0,05 dan semua item
menunjukkan arah yang positif. Uji
reliabilitas yang dilakukan dengan
analisis cronbach alpha menggunakan
program SPSS versi 22 diperoleh hasil
bahwa semua item pernyataan
dinyatakan reliabel, karena dari
perhitungan koefisien alpha lebih
besar dari 0,6.Uji Normalitas
dilakukan dengan uji kolmogorov-
smirnov yang mem-bandingkan
distribusi frekuensi komulatif hasil
pengamatan dengan yang diharapkan.
Berdasarkan output pada SPSS 22
diketahui bahwa nilai signifikan
sebesar 0,20 lebih
Lanjut ke halaman berikutnya
55
Tabel 2.7 (Lanjutan)
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi Penelitian Hasil
besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diuji
berdistribusi normal. Dengan
demikian maka dapat dilanjutkan
dengan uji statistik.
4. The Impact of
Perceived Usefulness,
Perceived Ease of
Use, Subjective Norm,
and Experience
Toward Student’s
Intention to Use
Internet Banking
Kevin Danurdoro dan
Dwi Wulandari (2016)
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk
mengeksplorasi faktor-
faktor yang
mempengaruhi niat siswa
untuk menggunakan
internet banking dengan
menggunakan kombinasi
model TAM (Technology
Acceptance Model).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Koefisien determinasi
(Adjusted R Square) diperoleh pada
0,456, itu berarti bahwa minat siswa
untuk menggunakan internet
banking (Y) dipengaruhi oleh
kegunaan yang dirasakan (X1),
Persepsi Kemudahan Penggunaan
(X2), Norma Subjek Penggunaan
(X3) dan Pengalaman ( X4) dan
sebesar 45,6%, artinya residu 54,4%
dipengaruhi oleh faktor lain.
5. Analisis Pengaruh Trust
dan Risk dalam
Penerimaan Teknologi
Dompet Elektronik Go-
Pay
Anjar Priyono (2017)
Penelitian ini mem-
pertimbangkan faktor
risiko dan kepercayaan
untuk mengembangkan
Technology Acceptance
Model yang
komprehensif
Dari hasil analisis diperoleh bahwa
seluruh loading factor bernilai
signifikan pada taraf uji 0.01, dan
juga bernilai di atas nilai minimum
yang disyaratkan yaitu 0,707. Selain
itu, nilai AVE dari masing-masing
konstruk juga di atas nilai minimum
yang disyaratkan yaitu 0,50 yang
menunjukan bahwa variabel laten
dari konstruk mampu menjelaskan
minimum 50% dari varians yang ada
dalam suatu item. Dengan melihat
hasil nilai berbagai uji ini, maka
dapat dikatakan bahwa instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini
telah memiliki adequate degree of
validity (Chin 1998). Ber-dasarkan
nilai R2, dapat di-ketahui bahwa
model yang dikembangkan dalam
penelitian ini mampu menjelaskan
692% varians dari intentions to use,
Lanjut ke halaman berikutnya
56
Tabel 2.7 (Lanjutan)
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi
Penelitian
Hasil
25,1% dari varians perceived
usefulness, 38,7% varians perceived
ease of use, 34,9% varians perceived
risk, dan 27% varians trust.
6. Analisis Perilaku User
pada Pemanfaatan
Layanan Pemesanan
Tiket Online pada
Aplikasi Mobile:
Prespektif
Kepercayaan dan
Resiko oleh Konsumen
Setia wan Assegaff
(2017)
Smart Partial Least
Square (Smart PLS)
V2 digunakan untuk
mengevaluasi model
penelitian yang
dikembangkan.
Dengan metode
Structural Equation
Model (SEM) model
penelitian divalidasi.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk
memahami perilaku konsumen dalam
mengadopsi layanan mobile
commerce dari salah satu provider
layanan pemesan tiket online di
Indonesia. Penelitian ini juga
menyelidiki bagaimana hubungan
elemen trust dan risk serta bagaimana
dua elemen ini berpengaruh terhadap
keputusan konsumen dalam
memanfaatkan layanan mobile
commerce
7. Analisis Pengaruh
Persepsi Kemudahan
Penggunaan dan Persepsi
Manfaat terhadap Minat
Beli dengan Kepercayaan
Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada
Pengunjung Toko Online
berrybenka.com di
Kalangan Mahasiswa
Universitas Diponegoro)
Rr. Selli Nisrina Faradila
dan Harry Soesanto
(2016)
Analisis regresi
berganda digunakan
untuk penelitian ini.
Dari hasil analisis data diketahui
bahwa tidak terjadi multi-kolinearitas,
dikarenakan semua nilai VIF diatas 1
dan kurang dari 10 dengan nilai
tolerance ≥ 0,1. Dari hasil analisis
SPSS, diketahui bahwa nilai Adjusted
R Square pada uji koefisien
determinasi struktur 1 sebesar 0,538.
Artinya persepsi kemuda-han
penggunaan dan persepsi manfaat
dapat menjelaskan kepercayaan
sebesar 53,8% dan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain. Selain itu dapat
diketahui pula bahwa pada uji
koefisien determinasi struktur 2
mengha-silkan nilai Adjusted R
Square sebesar 0,579, artinya persepsi
kemudahan penggunaan, persep-si
manfaat, dan kepercayaan dapat
menjelaskan minat beli sebesar 57,9%
dan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain.
Lanjut ke halaman berikutnya
57
Tabel 2.7 (Lanjutan)
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi Penelitian Hasil
8. Pengaruh Persepsi
Nasabah Atas Risiko,
Kepercayaan, Manfaat,
dan Kemudahan
Penggunaan terhadap
Penggunaan Internet
Banking (Studi Empiris
Pada Nasabah Bank
Umum di Kota Banda
Aceh)
Muhammad Fadhli Dan
Rudy Fachruddin (2016)
Desain penelitian yang
digunakan adalah
penelitian kuantitatif
dengan pengujian
hipotesis. Jenis
investigasi dalam
penelitian ini yaitu studi
kausal (Causal Study).
Studi kausal adalah studi
yang dilakukan untuk
menyatakan bahwa
variabel independen
menyebabkan atau
mempengaruhi variabel
dependen (Sekaran,
2006:164).
Hasil penelitian ini dapat diketahui semua nilai cronbach alpha setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari nilai ketentuan batas minimum yaitu 0,600, sehingga dapat dinyatakan bahwa
setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah handal (reliabel). Dapat diketahui besarnya nilai VIF dari keempat variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih kecil dari 10, dan nilai tolerancenya lebih besar dari 0,1, sehingga dapat
dinyatakan bahwa keempat variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian regresi
linear yang
telah disajikan pada tabel 7, diperoleh
nilai thitung darikeempat variabel
independen, yaitu variabel persepsi
risiko dengan nilai thitung sebesar
2,365, variable persepsi kepercayaan
dengan nilai thitung sebesar 2,968,
variabel persepsi manfaat dengan nilai
thitung sebesar 3,302, dan variabel
persepsi kemudahan penggunaan
dengan nilai thitung sebesar 2,767,
dengan nilai ttabel sebesar 1,99 (lihat
lampiran XIII pada df(n-k) 95 dengan
tingkat signifikan 0,050), dimana nilai
thitung lebih besar (>) dari nilai ttabel,
yang berarti menerima H0 dan
menolak Ha, artinya setiap variabel
independen secara parsial berpengaruh
terhadap penggunaan internet banking
para nasabah bank umum di Kota
Banda Aceh.
Lanjut ke halaman berikutnya
58
Tabel 2.7 (Lanjutan)
No. Judul, Peneliti,
Jurnal
Metodologi Penelitian Hasil
9. Analisis Technology
Acceptance Model
(TAM) terhadap Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Penerimaan Nasabah
terhadap Layanan
Internet Banking (Studi
Empiris terhadap
Nasabah Bank di
Depok)
Fitriasyah Hambali,
Armaini, Akhirson, dan
ratih Wijayanti (2011)
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
penerimaan nasabah
terhadap layanan internet
banking dengan
pendekatan Technology
Acceptance Model
(TAM). Metode
penelitian adalah survei
dengan pendekatan
analisis deskriptif.
Menunjukkan bahwa personalisasi berpengaruh seara signifikan terhadap persepsi pengguna manfaat
10. Pengaruh Adopsi
ASTRA Dealer
Management System
Menggunakan
Technology Acceptance
Model terhadap Kinerja
Layanan Purna Jual
Kendaraan Daihatsu
Wildan Wiguna, dan
Dwiza Riana (2016)
Penelitian dilakukan di
PT Kharisma Siliwangi
yang merupakan dealer
resmi layanan penjualan
dan purna jual kendaraan
Daihatsu mencakup
wilayah Bandung. Jadwal
rencana kegiatan pada
penelitian ini dilakukan
selama lima bulan.
Metode penelitian
mengacu pada perilaku
dan instrumen yang
digunakan dalam
memilih dan membangun
teknik penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat dari pengujian variable
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai signifikasi (p) < 0.05 yaitu 0,00 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Kriteria ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih besar dari 0,70
dengan konstruk yang diukur. Tetapi, loading factor 0,50 sampai 0,60
masih dapat dipertahankan untuk
model yang masih dalam tahap
pengembangan (Henseler & Chin,
2010; Vinzi, dkk., 2010). Lalu
diketahui bahwa nilai composite
reliability dari masing-masing
konstruk sudah di atas 0,70.
Sedangkan nilai composite reliability
yang terendah adalah
0,848 pada konstruk perceived
usefulness (U) dan perceived ease of
use (EOU). Dapat disimpulkan bahwa
masing-masing konstruk sudah
memiliki reliabilitas yang baik.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
59
E. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini
menjelaskan langkah-langkah yang akan penulis lakukan untuk mencari
kesimpulan. Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut maka kerangka pikir
teoritis dalam penelitian ini adalah seperti gambar dibawah ini:
60
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan yang diajukan
dan kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Perceived of Usefulness (Kemanfaatan)
a. Ho 1 = Tidak ada pengaruh langsung antara variabel Perceived
Usefulness terhadap Behavioral Intention.
b. Ha 1 = Ada pengaruh langsung antara variabel Perceived Usefulness
terhadap Behavioral Intention.
2. Variabel Perceived Ease of Use (Kegunaan)
a. Ho 2 = Tidak ada pengaruh langsung antara variabel Perceived Ease of
Use terhadap Behavioral Intention.
b. Ha 2 = Ada pengaruh langsung antara variabel Perceived Ease of Use
terhadap Behavioral Intention.
3. Secara Simultan
a. Ho 3 = Diantara variabel Perceived of Usefulness, variabel Perceived
Ease of Use, tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap Behavioral
Intention.
b. Ha 3 = Diantara variabel Perceived of Usefulness, variabel Perceived
Ease of Use, terdapat pengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention.
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada perceived of usefulness,
perceived easy of use, sebagai variabel independen, dan behavioral intention
sebagai variabel dependen. Untuk selanjutnya variabel-variabel tersebut akan
dianalisis seberapa besar variabel tersebut mempengaruhi tahap proses behavioral
intention konsumen (variabel dependen) pada pengguna aplikasi PayTren.
Penelitian ini dilakukan kepada 100 orang pengguna aplikasi Paytren di kawasan
Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner berupa
kuesioner online dengan menggunakan media Google Doc dan pengumpulan data
dilakukan dengan jangka waktu 2 bulan terhitung dengan waktu penelitian dari
Maret hingga Mei 2019.
B. Metodologi Pengumpulan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013), dalam penelitian kuantitatif populasi
diartikan sebagai wilayah generalisiasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi itu
misalnya penduduk di wilayah tertentu dan sebagainya. Sedangkan menurut
Supriyadi (2014), populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau
objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan.
62
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi
PayTren di Jabodetabek.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada poplasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu sampel
yang diambil harus betul-betul representative (mewakili).
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah pengguna aplikasi
PayTren yang setidaknya telah melakukan satu kali transaksi. Teknik
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah teknik non-
probability sampling yang mana salah satu teknik turunannya adalah
purposive sampling, yaitu:
a. purposive sampling
Dalam bukunya Sugiono (2014), menyatakan bahwa purposive
sampling adalah Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi social
yang diteliti. Sedangkan dalam bukunya Martono (2014), purposive
sampling merupakan Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu dimana kita memilih orang sebagai sampel dengan memilih
63
orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan
topik penelitian kita.
Dikarenakan jumlah populasinya tidak diketahui secara pasti,
maka untuk mengetahui berapa besar sampel yaitu mrnggunakan rumus
Teknik kemudahan. Rumus pengambilan sampel menurut Wibisono
(2003) dalam Riduwan (2010) apabila populasinya tidak diketahui secara
pasti, maka digunakan rumus sebagai berikut:
𝑛 = (𝑍𝑎/2𝜎
𝑒)2
Di mana:
N = Besarnya sampel
Zα = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel 1,96
dengan tingkat kepercayaan 9,5%
σ = Standar deviasi populasi
e = Tingkat kesalahan atau kesalahan maksimum yang dapat
ditoleransi
contoh perhitungan:
𝑛 = (𝑍𝑎/2𝜎
𝑒)2
= ((1,96). (0,25)
0,05)2
= 96,04
Dengan demikian peneliti yakin dengan tingkat kepercayaan 95%
bahwa random berukuran 96,04 = 97 akan memberikan selisih estimasi
rata-rata dengan µ kurang dari 0,05. Jadi, sampel yang diambil jika
dibulatkan dari hasil perhitungan maka peneliti mengambil sampel
sebesar 100 orang dari semua pengguna aplikasi PayTren.
64
C. Metode Pengumpulan Data
Secara umum, jenis data penelitian dapat dibedakan menjadi data primer
dan data sekunder.
1. Data primer (Primary data)
Dalam bukunya Abdillah & Hartono (2015) mengatakan bahwa data
primer adalah data yang belum pernah diolah oleh pihak tertentu untuk
kepentingan tertentu. Data primer menunjukkan keaslian informasi yang
terkandung didalam data tersebut. Data primer pada umumnya bersumber dari
sumber primer, yaitu data berada pada pihak utama yang memiliki data
tersebut.Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah metode
penyebaran kuesioner (angket).
Menurut Cresswell dalam Sugiono (2014), bahwa kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data dimana partisipan atau responden mengisi
pertanyaan atau pernyataan setelah diisi dengan lengkap mengembalikan
kepada peneliti. Peneliti mengumpulan berbagai pertanyaan dalam kuesioner
berdasarkan indikator dalam variabel-variabel penelitian. Kemudian setelah
terkumpulnya kuesioner tersebut maka peneliti akan menyerahkan kepada
responden-responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan jenis kuesioner yang bersifat tertutup yang
dimaksud kuesioner tertutup menurut Siregar (2013) yaitu merupakan suatu
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalam bentuk
pilihan ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak diberi kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat.
65
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert, Skala Likert
adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan
menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan dari
variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan menjadi indikator, dan
dari indikator menjadi sub-indikator yang dapat di ukur. Akhirnya sub-
indikator dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat suatu
pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh responden (Siregar, 2013).
Dalam Skala Likert terdapat skor yang dijadikan sebagai tolak ukur di setiap
pernyataan. Contohnya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skala Likert
Kategori Skor
Sangat setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS) 1
Sumber: Siregar, 2013
2. Data sekunder (Secondary data)
Menurut pendapat Abdillah & Hartono (2015), data sekunder adalah
data yang telah diolah, disimpan, dan disajikan dalam format atau bentuk
tertentu oleh pihak tertentu untuk kepentingan tertentu. Data sekunder
menujukkan ketidakaslian informasi yang terkandung di dalam data tersebut
66
karena telah diolah untuk kepentingan tertentu. Data sekunder pada umunya
bersumber dari sumber sekunder tapi dapat pula bersumber dari sumber
primer.
Data sekunder yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu berasal dari
kunjungan kepustakaan seperti ke Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan juga
Perpustakaan FEB UIN Jakarta dan lembaga lainnya yang dapat membantu
penyusunan skripsi. Penelitian kepustakaan ini juga berasal dari buku, jurnal,
artikel, dan media internet.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif
dengan menggunakan data hasil proses penyebaran kuesioner kepada responden.
Kuesioner dalam penelitin ini menggunakan pendekatan Skala Likert. Data yang
terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner akan di olah dan di analisis dengan
tujuan bahwa data yang diolah tersebut dapat menjadi sebuah informasi, sehingga
karakteristik dapat lebih mudah dipahami untuk dijadikan dasar pengambilan
keputusan. Pengelolaan dan analisis data dilakukan dengan bantuan Software
Statistical Product and Service Solution (spss) versi 16.0. Adapun metode analisis
data yang digunakan adalah metode regresi linier berganda.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Metode analisis deskriptif
67
merupakan suatu metode analisis. Data yang telah didapat disusun,
dikelompokkan, dianalisis, dan kemudian diinterpretasikan secara objektif
sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan
menjelaskan hasil perhitungan.
2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk menguji kecukupan dan kelayakan
data yang digunakan dalam penelitian. Kualitas data bertujuan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrument variabel. Instrument yang
reliabel belum tentu valid, reliabilitas instrument merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrument (Sugiyono, 2013). Uji kualitas data terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Uji Validitas
Menurut Ghozali (2013), uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Sedangkan menurut Sujarweni (2015), uji validitas digunakam
untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan
dalam mendefinisakan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini umumnya
mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas Corrected
Coefficient Pearson menggunakan prinsip mengkorelasikan atau
menghubungkan antara masing-masing skor item dengan skor total yang
68
diperoleh dalam penelitian. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur,
semakin tepat alat ukur tersebut mengenai sasaran.
Uji signifikan dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung
dengan nilai rtabel (df = n-k) yaitu membandingkan nilai rhitung dengan rtabel
untuk degree of freedom (df) = n-2 dalam hal ini n adalah jumlah sampel.
Suatu pertanyaan atau indikator dinyatakan valid, apabila rhitung> rtabel dan
nilai positif, namun jika rhitung< rtabel, maka dinyatakan tidak valid dan
nilai negatif (Ghozali, 2013).
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2013). Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
instrument pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten
dan cermat akurat. Jadi uji reliabelitas instrument dilakukan denga tujuan
untuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin & Abdurrahman,
2007).
Menurut Ghozali (2013), reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabile dari waktu
ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
69
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Nunally, 1994 dalam Ghozali,
2013).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2013). Data yang baik dan normal adalah memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, diantaranya
yaitu dengan melihat kurva probability plot.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal pada grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis
diagonal, maka tidak menunjukan pola distribusi normal yang
mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2013).
Kemudian, normalitas data juga dapat dilihat dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Kolmogorov-Smirnov Test
yang paling sering digunakan di SPSS dalam hal mengecek normalitas
(Sufren dan Yonathan, 2013). Untuk mengetahui data terdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test
adalah dengan memperhatikan angka pada Asymp. Sig. (2-tailed), data
70
berdistribusi normal apabila nilai signifikansi > 0,05 dan data tidak
berdistribusi tidak normal apabila nilai signifikansi < 0,05 (Sufren dan
Yonathan, 2013).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot.
Penelitian ini melakukan uji dengan melihat grafik scatterplot tersebut
untuk melihat apakah data penelitian terjadi heteroskedastisitas atau
tidak.Grafik Plot adalah cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar
analisisnya adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
teratur, maka telah teridentifikasi terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan, karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
71
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan
hasil grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat
menjamin keakuratan hasil (Ghozali, 2013). Ada beberapa uji statistik
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan uji glejser untuk
menguji heteroskedastisitas secara statistik. Dasar analisis uji glejser
ialah jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas di dalam regresi adalah sebagai berikut:
- Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
- Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
72
Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak
berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat
disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel
independen.
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) varians inlfation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variablilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena
VIF = 1 / Tolerance). Nilai cut off yang umum yang dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolenearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus menentukan
tingkat kolineritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai
Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolineritas 0,95. Walaupun
multikolinearitas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi
kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana
sajakah yang tidak berkorelasi.
73
4. Uji Hipotesis
a. Uji Sginifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
Dalam pengujian hipotesis yang menggunakan uji dua pihak (two
tails) ini berlaku ketentuan, bahwa bila nilai thitung berada pada daerah
penerimaan H0 atau terletak diantara nilai ttabel, maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Dengan demikian bila harga hitung, ≤ harga ttabel maka H0
diterima. Nilai thitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat (+) atau (-)
nya. Untuk membuat keputusan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak,
maka harga thitung tersebut dibandingkan dengan ttabel. Untuk melihat
ttabel, maka didasarkan pada derajat kebebasan, yang besarnya n-1 dan
taraf kesalahan (α) ditetapkan 5% (Sugiyono, 2013).
Senada dengan pernyataan Priyatno (2016) bahwa salah satu
kriteria pengujian adalah dengan membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel. Ho diterima jika nilai thitung berada diantara nilai ttabel (-) dan
(+). Dengan demikian, bila nilai thitung≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
74
variabel dependen dengan tingkat signifikansi (alpha) 5% (0,05). Jika
nilai probability t lebih besar dari alpha 0,05 maka tidak ada pengaruh
secara parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen,
sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari alpha 0,05 maka
terdapat pengaruh secara parsial dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
Selain itu, dapat juga dengan membandingkan nilai thitung dengan
ttabel. Apabila thitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel maka dapat
dikatakan bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara
individu dengan menggunakan suatu uji, dikenal dengan sebutan uji-t.
langkah-langkah untuk dalam menghitung uji-t adalah sebagai berikut
(Pardede & Manurung, 2014):
1) Menentukan hipotesis
2) Mengetahui besarnya angka t-hitung yang diperoleh darihasil
output SPSS
3) Menghitung besarnya angka t-tabel dengan ketetuan tarif signifikan
0,05 dan derajat kebebasan (jumlah sampel-2/100 -2)
4) Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
75
Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
5) Mengambil keputusan
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen (Ghozali,
2013). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Apabila nilai F < 0,05 maka H0 ditolak. Artinya semua variabel
independen secara serentak mempengaruhi variabel dependen.
2) Apabila nilai F >0,05 maka H0 tidak ditolak.Artinya semua variabel
independen secara serentak tidakmempengaruhi variabel dependen.
Uji-F diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien
(slope) regresi secara bersamaan, melihat pengaruh variabel eksogen
pada variabel endogen secara simultan. Ada beberapa langkah dalam
menghitung uji-F (Pardede & Manurung, 2014):
1) Menentukan hipotesis
2) Menghitung F-hitung yang diperoleh dari output SPSS dari tabel
ANOVA
3) Menghitung F-tabel dengan ketentuan tarif signifikansi 0,05 dan
derajat kebebasan dengan ketentuan numerator (jumlah variabel/3-
1=2) dan denumerator (jumlah sampel/100-3)
76
4) Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
5) Mengambil keputusan
E. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang
ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi (Priyatno, 2016). Analisis regresi
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen atau bebas yaitu persepsi usefulness (X1), ease of use (X2), terhadap
variabel dependen yaitu niat berperilaku konsumen (behavioral intention) (Y),
sehingga perumusan regresi bergandanya adalah:
Y = a + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan:
Y = Behavioral Intention (BI)
a = Konstanta
X1 = Perceived of Usefulness (PU)
X2 = Perceived Ease of Use (PEOU)
β1 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived of Usefulness
β2 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived Ease of Use
e = Error
77
F. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar dalam penggunaan
koefisien determinasi adalah jumlah variabel independen yang dimasukan
kedalam model. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel independen. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang
terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambah ke dalam model.
G. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dua variabel independen dan satu
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perceived of
usefulness, perceived ease of use sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah behavioral intention. Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
78
1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau mejadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependent variable) (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah Perceived of Usefulness (X1), Perceived Ease of Use
(X2).
2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Behavioral
Intention(Y).
79
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No. Jenis
Variabel
Dimensi Indikator Skala
1.
Perceived of
Usefulness
(Kegunaan)
X1
(Jogiyanto,
2007)
Mempercepat
Pekerjaan (Work
More Quickly)
Menggunakan sistem
menghemat waktu
Likert
Sistem memungkinkan
menyelesaikan tugas lebih cepat
Menggunakan sistem
mengurangi waktu yang
dihabiskan untuk kegiatan yang
tidak produktif
Kinerja
Pekerjaan (Job
Performance)
Menggunakan sistem
meningkatkan kinerja pekerjaan
Menggunakan sistem
meningkatkan kualitas
pekerjaan yang dilakukan
Menambah
Produktivitas
(Increase
Productivity)
Menggunakan sistem
memungkinkan untuk
menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan daripada yang
mungkin dilakukan Menggunakan sistem
meningkatkan produktivitas
Efektivitas
(Effectiveness)
Sistem mendukung aspek
penting pada aktifitas
Menggunakan sistem
meningkatkan keefektifan
Menjadikan
Pekerjaan
Lebih Mudah
(makes job
easier)
Pekerjaan atau aktifitas akan
sulit dilakukan tanpa sistem
Menggunakan sistem memberi
kontrol lebih besar atas
pekerjaan
Menggunakan sistem
memudahkan pekerjaan
Useful
(Bermanfaat)
Sistem menjawab kebutuhan
terkait pekerjaan Secara keseluruhan, menemukan
sistem berguna dalam pekerjaan
Bersambung ke halaman selanjutnya
80
Tabel 3.2 (Lanjutan)
2. Perceived
Ease of Use
(Kemudahan
Penggunaan)
X2
(Jogiyanto,
2007)
Mudah Dipelajari
(Easy of learn)
Mudah menggunakan PayTren
tanpa manual pengguna
Likert
Tidak merasa kesulitan
menggunakan sistem
Dapat dikontrol
(Controllable)
Mudah memahami saat
menemui kesalahan dalam
menggunakan PayTren
Tidak melakukan kesalahan-
kesalahan jika menggunakan
PayTren
Jelas dan Dapat
dipahami (Clear
&
Understandable)
Tidak bingung ketika
menggunakan sistem
Interaksi dengan sistem mudah
untuk mengerti
Fleksibel
(Flexible)
Sistem tidak kaku dan fleksibel
dalam berinteraksi
Merasa mudah mendapatkan
sistem untuk melakukan apa
yang ingin dilakukan
Mudah Mahir
(Easy to become
skillful)
Mudah untuk mengingat
bagaimana beraktifitas
menggunakan sistem
Mudah
digunakan (Ease
to use)
Penggunaan sistem tidak
membebani pikiran Sistem memberikan panduan
bermanfaat dalam melakukan
tugas
Jarang medapat kesulitan
ketika membuka sistem
Secara keseluruhan,
menemukan sistem mudah
digunakan
3. Behavioral
Intention
(Minat
Berperilaku)
Y
(Parasuraman,
Zheitaml, &
Berry, 1996)
Loyalty (positive
word of mouth)
Keinginan loyal pada
perusahaan
Likert
Paymore (positive
word of mouth)
Bersedia membayar harga
lebih meski harganya naik
External response
dan internal
response
(complaining)
Sikap ingin memberikan
komplain berdasarkan
pengalaman atas sebuah
masalah
Switch (negative
word of mouth)
Kebiasaan berpindah atau
mengganti dengan pelayanan
yang diberikan perusahaan lain
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
81
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat PayTren
PT. Veritra Sentosa Internasional (Treni) didirikan oleh Ustadz Yusuf
Mansur pada tanggal 10 Juli 2013, berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas No. 47 oleh Notaris/PPAT H.Wira Francisca, SH., MH. Lahir dari
pemikiran Yusuf Mansur sebagai bentuk kontribusi dalam menunjang
kehidupan masyarakat Indonesia. Dari hasil pengamatannya terhadap
kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia saat ini, muncul gagasan untuk
memberikan fasilitas yang bertujuan memudahkan dan membantu
masyarakat. Salah satu karya Treni adalah PayTren, fasilitas yang
memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran kewajiban dengan
menggali potensi kebiasaan mereka dalam penggunaan teknologi (gadget).
Keunikan lain dari PayTren adalah dapat memberikan manfaat dan
keuntungan lebih dari sekedar aplikasi untuk bayar-bayar.
Beranjak dari penggalian potensi masyarakat yang sudah terbiasa
menggunakan teknologi mutakhir, lahirlah gagasan cemerlang seorang Yusuf
Mansur yang ingin menjembatani kemudahan pembayaran semua kebutuhan
masyarakat dengan menggabungkan kebiasaan menggunakan gadget dan
kebiasaan membayar kewajiban.
82
Sejalan dengan itu, pada tahun 2013 lahirlah Veritra Sentosa
Internasional (Treni) dengan produknya PayTren. PayTren merupakan
teknologi yang dapat digunakan pada semua jenis telefon selular atau
handphone (melalui aplikasi Android), Yahoo Messenger, Gtalk/Hangouts,
atau SMS biasa) dan dengan mudah/sederhana maka kita dapat melakukan
pembayaran seperti halnya kita melakukan pembayaran melalui
ATM/Internet Banking/PPOB dan hanya berlaku di lingkungan komunitas
tertutup/intern (komunitas treni).
2. Visi dan Misi PayTren
Berikut ini merupakan Visi dan Misi dari PT. Veritra Sentosa
Internasional sebagai berikut :
g. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penyedia layanan teknologi perantara transaksi
terbaik di tingkat nasional melalui pembentukan komunitas dengan
konsep jejaring.
h. Misi Perusahaan
1) Mendorong Masyarakat pengguna atau pemilik handphone untuk
meningkatkan fungsi handphone dari hanya sekedar alat
berkomunikasi biasa menjadi alat untuk bertransaksi dengan manfaat
atau keuntungan (benefit) yang tidak akan didapatkan dari cara
bertransaksi biasa.
2) Mewujudkan system layanan bagi seluruh pengguna atau pemilik
handphone untuk turut serta membantu pemerintah dalam
83
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas pada sector
berbasis biaya transaksi ( fee – based income).
3) Membentuk satu miliar pengguna dengan konsep jejaring yang
berlaku baik secara Regional maupun Internasional.
3. Layanan Aplikasi PayTren
PayTren dapat digunakan pada semua jenis Smartphone khususnya
Android (Ice Cream Sandwich) agar dapat melakukan transaksi/pembayaran
seperti halnya ATM, Internet/SMS/Mobile Banking, PPOB (Payment Point
Online Bank) dan hanya berlaku di lingkungan komunitas tertutup, yaitu
komunitas Treni/PayTren. Dalam kondisi tertentu dapat juga menggunakan
media Yahoo Messenger, Gtalk/Hangouts maupun SMS (Short Message
Service) dan lainnya (terus dikembangkan) namun dengan fitur yang tidak
selengkap jika menggunakan Android, Jenis transaksi tersebut meliputi,
diantaranya:
a. Pembelian pulsa telefon seluler
b. Pembayaran jasa telekomunikasi (telefon dan speedy)
c. Pembayaran langganan PLN (baik pra maupun pasca bayar)
d. Pembayaran PDAM
e. Pembayaran langgan televisi berlangganan (Indovision, dan lain – lain)
f. Pembayaran tagihan kredit kendaraan bermotor (ADIRA, FIF, WOM, dan
lain – lain)
g. Pembelanjaan pada pedagang – pedagang (merchants) tertentu
h. Pembelian tiket pesawat dan kereta api (KA)
84
i. Dan lain-lain
4. Logo dan Aplikasi PT. Veritra Sentosa Internasional
Berikut Logo PT. Veritra Sentosa Internasional dapat dilihat pada
gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1
Logo PT. Veritra Sentosa Internasional
Sumber: https://news.treni.co.id/peluncuran-logo-baru-dan-aplikasi-
paytren-5-17-pt-veritra-sentosa-internasional-paytren/
Adapun logo baru ini berangkat dari tagline Paytren yaitu “Mudah,
Hemat, dan Bermanfaat”. Tagline tersebut divisualisasikan dalam bentuk
tunas daun yang tumbuh dan menghasilkan ruang eksplorasi baru tepat di
atasnya. Gestalt yang membentuk huruf “P” merupakan awalan huruf dari
nama brand “Paytren” menjadi logogram Paytren yang baru. “Tunas daun
yang tumbuh” menjadi ide dasar dalam logo Paytren ini. Bentuknya yang
sederhana memberikan kesan “Mudah” sebagaimana Paytren mempunyai
komitmen untuk memastikan seluruh penggunanya memiliki kehidupan yang
lebih mudah karena Paytren. Bentuk vertikal yang menggambarkan Paytren
akan terus progresif dan tetap memberikan solusi-solusi “Hemat” bagi
penggunanya. Filosofi daun ini juga berarti bahwa Paytren turut serta dalam
menumbuhkan komunitas yang ada hingga senantiasa “Bermanfaat” bagi
85
Nusa dan Bangsa Indonesia. Selain itu, dengan bentuk keseluruhannya yang
dinamis, menggambarkan juga bahwa impian besar Paytren dapat membawa
Indonesia menyapa dunia dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kalangan anak muda serta menjadi “tren” yang sesungguhnya dalam
menebarkan segala manfaat kedepannya.
Selain itu, dalam Transformasi ini Paytren menerbitkan aplikasi baru
yang dinamakan “Paytren 5.17”. Nama aplikasi disematkan angka 5.17 yang
berasal dari harapan dan doa kami yang dapat dirangkum sebagaiberikut ini:
a. Angka 5 (lima) yang diinspirasi dari Genggaman Tangan/Itikad, Ketaatan
kepada Tuhan (sholat 5 waktu & 5 rukun islam) serta Pancasila sebagai
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Angka 1 (satu) dapat dimaknakan sebagai satu orang/pribadi, juga
menunjukkan tekad yang bulat
c. Angka 7 (tujuh) dimaknai sebagai simbol kesempurnaan penciptaan (7
langit, 7 putaran thawaf)
Kemudian jika disatukan 5.17 menjadi aplikasi yang memiliki “Itikad,
yang dihasilkan dari ketaatan kepada Tuhan YME, dengan SAtu TUjuan”
yaitu saling bersama menggemgam untuk melangkah maju dengan tujuan
memuliakan bangsa Indonesia melalui Literasi Digital dan Ekonomi Berbagi.
Adapun, beberapa fitur pembaharuan dalam Aplikasi Paytren 5.17 yang
dapat ditemukan diantaranya:
a. Daftar dengan nomor telepon: Mudah diingat nama pengguna untuk top
up dan mengirim uang, juga untuk berinteraksi dengan Obrolan
86
b. Kemudahan Top Up: Isi saldo PayTren eMoney Anda dari rekening bank
mana pun (ATM, mobile banking, dan internet banking)
c. Transfer Dana/Pengiriman Uang Termudah: Kami memberi Anda
kemampuan untuk mentransfer uang Anda ke pengguna lain (transfer
P2P), mengirim uang ke rekening bank domestik (Transfer antarbank
real-time) dan juga mengirim atau menerima uang dari luar negeri
d. Bayar dan Beli: Memecahkan masalah Anda untuk sebagian besar utilitas
dan biaya bulanan yang harus dibayarkan, bahkan Amal dan Donasi
reguler Anda
e. Pembayaran QR: Belanja tidak pernah semudah ini hanya dengan
memindai QR dan mengesahkan pembayaran Anda, sederhana namun
aman.
f. Penjualan Online dan Offline: Baik pedagang online maupun offline akan
menerima pembayaran Anda menggunakan PayTren
g. Kemudahan bisnis untuk mendapatkan Uang kembali: Tingkatkan ke
aplikasi premium dan Anda akan mendapatkan banyak manfaat,
seperti CASHBACK pada setiap pembelian yang Anda lakukan
87
Gambar 4.2
Tampilan Fitur PT. Veritra Sentosa Internasional
(a) Tampilan Pembayaran (b) Tampilan Beranda (c) Tampilan Transfer
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna PayTren yang
telah menggunakan atau yang sedang aplikasi PayTren. Kuesioner secara
langsung disebarkan sebanyak 100 responden lewat Google Form. Berikut ini
menyajikan rangkuman informasi karakteristik responden.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jenis Kelamin
a). Perempuan 73 73%
b). Laki-laki 27 27%
Total 100 100%
2. Usia
a). < 18 tahun 0 0%
88
b). 18-25 tahun 71 71%
c). > 25 – 45 tahun 29 29%
d). > 45 tahun 0 0%
Total 100 100%
3. Pekerjaan
a). Pelajar/Mahasiswa 18 18%
b). Ibu Rumah Tangga 8 8%
c). Pegawai Negeri/swasta 61 61%
d). Wiraswasta 13 13%
Total 100 100%
4. Pendapatan
a). < 1.000.000 14 14%
b). Rp.1.000.001 –
Rp.2.500.000 16 16%
c). Rp.2.500.000 –
Rp.5.000.000 53 53%
d). >Rp.5.000.000 17 17%
Total 100 100%
Hasil responden berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa perbandingan
jenis kelamin responden (pengguna aplikasi PayTren Jabodetabek) lebih banyak
perempuan. Jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 73% dari total keseluruhan
responden. Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 27% dari total
keseluruhan responden.
Hasil responden berdasarkan usia, didapatkan bahwa perbandingan usia
responden (pengguna aplikasi PayTren Jabodetabek) lebih banyak pada usia 18-
25 tahun. Usia 18-25 tahun yaitu sebesar 71% dari total keseluruhan responden.
Sedangkan usia pada >25 – 45 tahun yaitu sebesar 29% dari total keseluruhan
responden.
89
Hasil responden berdasarkan pekerjaan, didapatkan bahwa perbandingan
pekerjaan responden (pengguna aplikasi PayTren Jabodetabek) lebih banyak pada
Pegawai Negeri/Swasta. Pegawai Negeri/Swasta yaitu sebesar 61% dari total
keseluruhan responden. Selanjutnya ada Pelajar/Mahasiswa yaitu sebesar 18%
dari total keseluruhan responden. Lalu, ada Wiraswasta yaitu sebesar 13% dari
total keseluruhan responden. Sedangkan Ibu Rumah Tangga sebesar 8% dari
totoal keseluruhan responden.
Hasil responden berdasarkan pendapatan, didapatkan bahwa perbandingan
pendapatan responden (pengguna aplikasi PayTren Jabodetabek) lebih banyak
pada Rp.2.500.000-Rp.5.000.000. Rp.2.500.000-Rp.5.000.000 yaitu sebesar 53%
dari total keseluruhan responden. Selanjutnya ada >Rp.5.000.000 yaitu sebesar
17% dari total keseluruhan responden. Lalu, ada Rp.1.000.001-Rp.2.500.000 yaitu
sebesar 16% dari total keseluruhan responden. Sedangkan <Rp.1.000.000 sebesar
14% dari totoal keseluruhan responden.
C. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Adapun dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai r-
hitung dengan r-tabel untuk degree of freedom (df) =n-2, dalam hal ini, n
adalah jumlah sampel. Kuesioner dibagi dalam faktor utama, yaitu perceived
of usefulness (X1) dengan 14 pertanyaan, perceived ease of use (X2) dengan
13 pertanyaan, dan behavioral intention (Y) dengan 7 pertanyaan. Jadi jumlah
pertanyaan sebanyak 34 pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100
responden setelah semua dinyatakan valid.
90
Jumlah sampel sebesar (n) = 100 dengan 100 dan alpha 0,05 maka
didapat dari r-tabel 0,195 dari pengujian validitas seluruh butir pertanyaan
yang mempunyai nilai r-hitung lebih besar dari 0,195 dinyatakan valid dan
dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Ukuran validitas masing-
masing dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Uji Validitas Perceived of Usefulness (X1)
No. Item
Pertanyaan
r-hitung r-tabel Keterangan
1 PU 1 0,577 0,195 VALID
2 PU 2 0,681 0,195 VALID
3 PU 3 0,512 0,195 VALID
4 PU 4 0,831 0,195 VALID
5 PU 5 0,798 0,195 VALID
6 PU 6 0,732 0,195 VALID
7 PU 7 0,759 0,195 VALID
8 PU 8 0,664 0,195 VALID
9 PU 9 0,539 0,195 VALID
10 PU 10 0,641 0,195 VALID
11 PU 11 0,729 0,195 VALID
12 PU 12 0,699 0,195 VALID
13 PU 13 0,740 0,195 VALID
14 PU 14 0,677 0,195 VALID
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil uji validitas pada variabel X1 menunjukkan bahwa seluruh item
yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena nilai Sig. dari masing-
masing item r-hitung > r-tabel.
Tabel 4.3
Uji Validitas Perceived Ease of Use (X2)
No. Item
Pertanyaan
r-hitung r-tabel Keterangan
1 PEOU 1 0,357 0,195 VALID
2 PEOU 2 0,800 0,195 VALID
3 PEOU 3 0,788 0,195 VALID
91
4 PEOU 4 0,278 0,195 VALID
5 PEOU 5 0,697 0,195 VALID
6 PEOU 6 0,788 0,195 VALID
7 PEOU 7 0,729 0,195 VALID
8 PEOU 8 0,694 0,195 VALID
9 PEOU 9 0,673 0,195 VALID
10 PEOU 10 0,629 0,195 VALID
11 PEOU 11 0,607 0,195 VALID
12 PEOU 12 0,739 0,195 VALID
13 PEOU 13 0,613 0,195 VALID
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil uji validitas pada variabel X2 menunjukkan bahwa seluruh item
yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena nilai Sig. dari masing-
masing item r-hitung > r-tabel.
Tabel 4.4
Uji Validitas Behavioral Intention (Y)
No. Item
Pertanyaan
r-hitung r-tabel Keterangan
1 BI 1 0,633 0,195 VALID
2 BI 2 0,549 0,195 VALID
3 BI 3 0,620 0,195 VALID
4 BI 4 0,736 0,195 VALID
5 BI 5 0,748 0,195 VALID
6 BI 6 0,729 0,195 VALID
7 BI 7 0,526 0,195 VALID
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil uji validitas pada variabel Y menunjukkan bahwa seluruh item
yang ada pada variabel tersebut adalah valid, karena nilai Sig. dari masing-
masing item r-hitung > r-tabel.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diperlukan untuk mengukur tingkat kekonsistensian
kuesioner. Untuk itu, dilakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian
92
dengan menghitung nilai Cronbach Alpha di mana suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alpha > 0,70
(Nunnally, 1994 dalam Ghozali). Dari hasil perhitungan kuesioner, didapat
data sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
1 Perceived of Usefulness (X1) 0,762 Reliabel
2 Perceived Ease of Use (X2) 0,757 Reliabel
3 Behavioral Intention (Y) 0,774 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa masing-masing variabel yaitu
perceived of usefulness, perceived ease of use, dan behavioral intention
dinyatakan reliabel karena memiliki Cronbach’s Alpha > 0,70.
D. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data berdasarkan atas
hasil data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap masing-masing
indikator dalam kuesioner.
1. Hasil Variabel Preceived of Usefulness (X1)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Perceived of
Usefulness (X1) yang terdiri dari 14 pernyataan, jawaban yang diperoleh
ketika dianalisis dengan menggunakan metode persentase jawaban responden,
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
93
Tabel 4.6
Variabel Deskriptif Perceived of Usefulness (X1)
Sumber: Data primer diolah, 2019
No. Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
1. Menggunakan PayTren menghemat
waktu saya
17 60 23 0 0
2. PayTren memungkinkan saya
menyelesaikan tugas lebih cepat
13 60 25 2 0
3. Menggunakan PayTren mengurangi
waktu yang saya habiskan untuk
kegiatan yang tidak produktif
13 45 33 8 1
4. Menggunakan PayTren meningkatkan
kinerja pekerjaan saya
7 48 40 4 1
5. Menggunakan PayTren meningkatkan
kualitas pekerjaan yang saya lakukan
10 38 45 5 2
6. Menggunakan PayTren memungkinkan
untuk menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan daripada yang mungkin
dilakukan
8 48 38 6 0
7. Menggunakan PayTren meningkatkan
produktivitas saya
8 40 44 7 1
8. PayTren mendukung aspek penting
pada aktivitas saya
8 45 45 2 0
9. Menggunakan PayTren meningkatkan
keefektifan saya dalam bertransaksi
16 69 14 1 0
10. Pekerjaan atau aktifitas saya akan sulit
dilakukan tanpa PayTren
5 19 47 22 7
11. Menggunakan PayTren memberi saya
kontrol lebih besar atas pekerjaan saya
5 35 49 11 0
12. Menggunakan PayTren memudahkan
pekerjaan saya
7 57 29 6 1
13. PayTren menjawab kebutuhan saya
terkait pekerjaan
6 44 46 3 1
14. Secara keseluruhan, saya menemukan
PayTren berguna dalam pekerjaan saya
5 59 34 2 0
Total 128 667 512 79 14
Persentase (%) 9,1% 47,6% 36,5% 5,6% 1%
94
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.6, menunjukan bahwa
mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan sebesar 47,6%. Lalu
diikuti dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 9,1% dan menjawab
Netral (N) sebesar 36,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum
Perceived of Usefulness pada penggunaan PayTren sudah baik.
2. Hasil Variabel Preceived Ease of Use (X2)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel Perceived Ease of
Use (X2) yang terdiri dari 13 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika
dianalisis dengan menggunakan metode persentase jawaban responden,
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7
Variabel Deskriptif Perceived Ease of Use (X2)
No. Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
1. Saya dengan mudah
menggunakan PayTren tanpa
manual pengguna
2 31 48 18 1
2. Saya tidak merasa kesulitan
menggunakan PayTren
10 63 19 7 1
3. Saya mudah memahami saat
menemui kesalahan dalam
menggunakan PayTren
8 45 41 5 1
4. Saya tidak melakukan kesalahan-
kesalahan jika menggunakan
PayTren
4 19 58 18 1
5. Saya tidak bingung ketika
menggunakan PayTren
6 67 16 10 1
6. Interaksi saya dengan PayTren
mudah bagi saya untuk mengerti
5 60 31 3 1
7. Sistem PayTren tidak kaku dan
fleksibel dalam berinteraksi
8 63 27 1 1
95
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari data yang telah diolah pada tabel 4.7, menunjukan bahwa
mayoritas responden menjawab Setuju (S) dengan sebesar 53,3%. Lalu diikuti
dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 7,7% dan menjawab Netral (N)
sebesar 32,1% dan Tidak Setuju sebesar 6,1%. Jadi dapat disimpulkan bahwa
secara umum Perceived Ease of Use pada penggunaan PayTren sudah baik.
3. Hasil Variabel Behavioral Intention (Y)
Hasil jawaban dari 100 responden terhadap variabel behavioral intention
(Y) yang terdiri dari 7 pernyataan, jawaban yang diperoleh ketika dianalisis
8. Saya merasa mudah
mendapatkan sistem PayTren
untuk melakukan apa yang ingin
saya lakukan
8 60 29 3 0
9. Mudah bagi saya untuk
mengingat bagaimana
beraktifitas menggunakan
PayTren
8 67 21 4 0
10. Penggunaan PayTren tidak
membebani pikiran saya
13 62 24 1 0
11. PayTren memberikan panduan
bermanfaat dalam melakukan
tugas
10 55 34 1 0
12. Saya jarang medapat kesulitan
ketika membuka aplikasi
PayTren
8 41 44 7 0
13. Secara keseluruhan, saya
menemukan sistem PayTren
mudah digunakan
11 61 26 2 0
Total 101 694 418 80 7
Persentase (%) 7,7% 53,3% 32,1% 6,1% 0,5%
96
dengan menggunakan metode persentase jawaban responden, hasilnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8
Variabel Deskriptif Behavioral Intention (Y)
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari data yang diolah pada tabel 4.8, menunjukan bahwa mayoritas
responden menjawab Setuju (S) dengan presentase sebesar 63,7%. Lalu diikuti
dengan menjawab Sangat Setuju (SS) sebesar 20,5%, menjawab Netral (N)
sebesar 3,42% dan menjawab tidak setuju sebesar 10,7%. Jadi dapat
No. Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
1. Mengatakan hal positif tentang
PayTren kepada orang lain
22 61 1 15 1
2. Menganjurkan teman atau
saudara untuk menggunakan
PayTren
16 67 0 15 2
3. Mempertimbangkan PayTren
sebagai pilihan pertama
26 66 0 7 1
4. Melakukan banyak bisnis
dengan PayTren meskipun ada
harga khusus premium
11 65 23 1 0
5. Bersedia membayar harga yang
lebih tinggi daripada harga
pesaing untuk pelayanan yang
sama
23 61 0 13 3
6. Tetap menggunakan (tidak
pindah atau uninstall) aplikasi
PayTren jika mengalami
masalah layanan saat membuka
aplikasi PayTren
22 62 0 13 3
7. Melapor kepada pegawai atau
admin jika mengalami masalah
pada aplikasi PayTren
24 64 0 11 1
Total 144 446 24 75 11
Persentase (%) 20,5% 63,7% 3,42% 10,7% 1,5%
97
disimpulkan bahwa secara umum behavioral intention pada penggunaan
PayTren sudah baik.
E. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada 2 (dua)
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013). Gambar 4.9
menunjukkan hasil uji normalitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa Mean . 27.3000000
Std. Deviation . 0.92851924
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .049
Negative -.068
Kolmogorov-Smirnov Z .676
Asymp. Sig. (2-tailed) .751
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov di atas
menunjukkan bahwa besarnya nilai hasil signifikansi sebesar 0,751 yang
berada di atas 0,05. Hal ini menunjukkan data berdistribusi secara normal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa uji normalitas terpenuhi.
98
2. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari perhitungan nilai Tolerance
serta Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi disimpulkan tidak
ada masalah multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai Tolerance lebih
besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10
(Ghozali, 2013). Selengkapnya hasil pengujian asumsi klasik
multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 20.488 3.790 .365 .000
Perceived of Usefulness
.274 .075 .043 5.406 .000 .694 1.441
Perceived Ease of Use
.174 .089 .233 2.756 .001 .694 1.441
a. Dependent Variable: Behavioral Intention
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hasil tabel di atas perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
menunjukkan nilai VIF Perceived of Usefulness adalah 1,441, nilai VIF
Perceived Ease of Use adalah 1,441. Ini menunjukkan tidak ada satu variabel
independen pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen
99
dalam model regresi. Hasil perhitungan juga menunjukkan nilai Tolerance
masing-masing variabel yaitu Perceived of Usefulness sebesar 0,694,
Perceived Ease of Use sebesar 0,694. Ini berarti menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Maka
menurut nilai Tolerance tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Imam Ghozali (2013), bahwa nilai cut off
yang umum digunakan untuk menilai adanya multikolinearitas adalah jika
nilai VIF ≤ 10 atau nilai Tolerance ≥ 0,10.
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas menunjukkan bahwa
tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi pada penelitian ini.
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Tabel 4.11.
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Uji Glejser
Coefficientsa
Model Sig.
1 (Constant) .027
Perceived of Usefulness .514
Perceived Ease of Use .943
Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data primer diolah, 2019
100
Berdasarkan hasil uji glejser pada Tabel 4.11 di atas, dapat dilihat pada
kolom signifikan menunjukkan bahwa nilai signifikan Perceived of
Usefulness adalah 0,514, nilai signifikan Perceived Ease of Use adalah 0,943.
Ini menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (independen) memiliki nilai
signikansi lebih besar dari probabilitas 0,05, hal tersebut menandakan tidak
terjadinya heteroskedastisitas.
F. Hasil Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis secara parsial bertujuan untuk mengukur besarnya
pengaruh variabel eksogen secara parsial terhadap variabel endogen. Hasil
hipotesis yang ada dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4.12.
Hasil Uji t Hitung (Uji Parsial) Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 20.488 3.790 .365 .000
Perceived of Usefulness
.274 . 075 .043 5.406 .000 .694 1.441
Perceived Ease of Use
.174 .089 .233 2.756 .001 .694 1.441
a. Dependent Variable: Behavioral Intention
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji parsial di atas, dapat terlihat masing-masing nilai
signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen.
Berikut adalah rincian penjelasan pada masing-masing variabel:
101
a. Hipotesis 1: Pengaruh Perceived of Usefulness terhadap Behavioral
Intention
Hasil uji t untuk variabel perceived of usefulness (X1) terhadap
behavioral intention (Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,000 nilai
ini lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel
(5,406 > 1,984). Nilai t positif menunjukan bahwa variabel X1
mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Maka kesimpulan yang
diambil adalah Ha1 diterima dan H01 ditolak. Hal ini berarti perceived of
usefulness berpengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral
intention pada penggunaan aplikasi PayTren. Pendapat ini diperkuat oleh
hasil penelitian Nursiah (2017) yang berjudul “Pengaruh perceived ease
of use dan perceived of usefulness terhadap behavior intention to use”,
yang menyatakan bahwa perceived of usefulness secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap behavior intention to use. Dalam jurnal
tersebut menyatakan perceived of usefulness secara langsung akan
mengubah behavior intention.
b. Hipotesis 2: Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Behavioral
Intention
Hasil uji t untuk variabel perceived ease of use (X2) terhadap
behavioral intention (Y) menunjukan nilai signifikasi sebesar 0,001 nilai
ini lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel
(2,756 > 1,984). Nilai t positif menunjukan bahwa variabel X2
mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Maka kesimpulan yang
102
diambil adalah Ha1 diterima dan H01 ditolak. Hal ini berarti perceived
ease of use berpengaruh positif dan signifikan terhadap behavioral
intention pada penggunaan aplikasi PayTren.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Ricky Aditya dan
Aditya Wardhana (2016) dengan judul “Pengaruh Perceived Usefulness
dan Perceived Ease Of Use Terhadap Behavioral Intention dengan
pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Pengguna
Instant Messaging Line di Indonesia” dengan hasil bahwa variabel
perceived ease of use berpengaruh secara signifikan terhadap behavioral
intention pada pengguna instant messaging Line di Indonesia.
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen untuk mengambil
keputusan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat
signifikansi (alpha) sebesar 5% (0,05). Jika nilai probability F lebih besar
dari alpha 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen dengan kata lain variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung
lebih besar dari Ftabel maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai
Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
103
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013). Hasil uji koefisien signifikansi simultan (uji statistik F) sebagai
berikut:
Tabel 4.13.
Hasil Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 85.353 2 42.676 22.280 .000a
Residual 1815.647 97 18.718
Total 1901.000 99
a. Predictors: (Constant), PU, PEOU
b. Dependent Variable: Behavioral Intention
Sumber: Data primer diolah, 2019
Hipotesis 3: Pengaruh Percived of Usefulness, Perceived Ease of Use
terhadap Behavioral Intention
Pengujian secara simultan perceived of usefulness (X1), perceived ease
of use (X2), terhadap kinerja behavioral intention (Y). Dari Tabel 4.13
diperoleh nilai F hitung (22, 280) > F tabel (3,09) dan nilai signifikansi lebih
kecil dari probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,005, maka Ha3 diterima dan
H03 ditolak, berarti secara bersama-sama (simultan) perceived of usefulness
(X1), perceived ease of use (X2) berpengaruh signifikan terhadap behavioral
intention (Y) pada penggunaan aplikasi PayTren.
G. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Dalam output SPSS,
104
koefisiensi determinasi terletak pada Tabel model summeryb dan tertulis R square.
Namun untuk regresi linier berganda sebaiknya R square yang sudah disesuaikan
atau tertulis adjusted R square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel
independen yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji koefisiensi determinasi
dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14.
Hasil Uji Adjusted R Square
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,673, yang berarti kemampuan variabel
independen berpengaruh sebesar 67,3%. Hasil ini menunjukan bahwa 67,3%
variabel Behavioral Intention dapat dijelaskan oleh variabel Perceived of
Usefulness, Perceived Ease of Use. Sedangkan sisanya (100% - 67,3% = 32,7%)
dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
H. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan utnuk mengetahui pengaruh
yaitu perceived of usefulness, perceived ease of use terhadap behavioral intention.
menurut Sujarweni (2015), analisis regresi digunakan untuk menguji kebenaran,
hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 ,833a ,693 ,673 2,373
a. Predictors: (Constant), PU, PEOU
105
Tabel 4.15.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 20.488 3.790 .365 .000
Perceived of Usefulness
.274 .075 .043 5.406 .000 .694 1.441
Perceived Ease of Use
.174 .089 .233 2.756 .001 .694 1.441
a. Dependent Variable: Behavioral Intention
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel di atas, hasil persamaan regresi yang telah di peroleh
adalah sebagai berikut:
Y = a + β1X1 + β2X2 + e
Y = 20,488 + 0,274X1 + 0,174X2 + e
Keterangan:
Y = Behavioral Intention (BI)
a = Konstanta
X1 = Perceived of Usefulness (PU)
X2 = Perceived Ease of Use (PEOU)
β1 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived of Usefulness
β2 = Koefisien regresi untuk variabel Perceived Ease of Use
e = Error
106
Intepretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi pada variabel perceived of usefulness berpengaruh
sgnifikan yaitu sebesar, 0,274. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila
perceived of usefulness meningkat maka akan meningkatkan behavioral
intention pada konsumen.
2. Nilai koefisien regresi pada variabel perceived ease of use berpengaruh
signifikan yaitu sebesar, 0,174. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila
perceived ease of use meningkat maka akan meningkatkan behavioral
intention pada konsumen.
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat,
kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian mengenai analisis penggunaan
sistem pembayaran PayTren dalam menumbuhkan behavioral intention
konsumen, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel perceived usefulness mempunyai pengaruh yang signifikan secara
parsial terhadap behavioral intention.
2. Variabel perceived ease of use mempunyai pengaruh yang signifikan secara
parsial terhadap behavioral intention.
3. Variabel perceived usefulness, perceived ease of use secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap behavioral
intention.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian, maka ada
berbagai saran yang dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
a. Banyaknya responden menilai fitur aplikasi PayTren kurang menjawab
kebutuhan pelanggan terkait pekerjaan. Sehingga dibutuhkannya variasi
kebutuhan dalam sistem pembayaran PayTren agar bisa memenuhi
108
kebutuhan yang dibutuhkan pelanggan dalam kegiatan sehari-hari. Seperti,
merekrut pegawai dalam pembuatan aplikasi untuk re-design ulang
kembali agar aplikasi PayTren bisa maju dari pesaing-pesaing lainnya.
b. Peneliti menemukan bahwa PayTren kurang memberi kontrol dalam
pekerjaan yang dilakukan pelanggan. Misalnya, menambahkan fitur
“Help” dalam fitur aplikasi Paytren, agar pelanggan yang baru pertama
kali menggunakan aplikas bisa menggunakan fitur dalam transaksi aplikasi
PayTren.
c. Diperlukan pemerataan event sosialisasi dan training pengenalan bisnis
produk PayTren ini dengan menunjukkan manfaat dan kemudahan
penggunaan PayTren, sehingga juga terbangun saling kepercayaan antara
hubungan sesama pengguna maupun hubungan dengan tim manajemen
perusahaan.
d. PayTren harus terus mengeluarkan media iklan melalui Internet dan media
sosial sesuai dengan target pemasaran PayTren. Saat ini, media sosial
menjadi salah satu media pemasaran yang sering digunakan oleh pemilik
produk untuk memasarkan produknya. Karena di era digital ini,
penggunaan media sosial telah menjadi gaya hidup, sehingga beriklan di
media sosial akan sangat efektif. Harapan kinerja juga merupakan faktor
yang mempengaruhi keinginan menggunakan PayTren.
2. Bagi Akademisi, setelah mengetahui hasil penelitian bahwa semua variabel
Perceived of Usefulness dan Perceived Ease of Use memiliki pengaruh
terhadap Behavioral Intention, maka penulis berharap, penulis yang akan
109
datang mencari alasan lain atau menambah variabel untuk menemukan
sesuatu yang baru.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, penilaian perlu dilakukan dengan cara
mengembangkan variabel penelitian dengan sampel dan populasi yang lebih
besar. Penilaian ini diharapkan dapat menemukan hal-hal baru yang dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pemasaran.
110
DAFTAR PUSTAKA
Arner, DW, dkk.. 2015. The Evolution of FinTech: A New Post-Crisis Paradigm?.
The University of Hong Kong.
Barnes, James G., (2003). Secrets Of Customer Relationship Management, ANDI,
Yogyakarta.
Basuki, Ferry Hendro. 2018. Analisis SWOT Financial Technology pada Dunia
Perbankan di Kota Ambon (Survei pada Bank di Kota Ambon). Jurnal
Manis, Vol. 2, No. 1.
DailySocial id. (2016). Indonesia Fintech Report 2016. Research Company.
Dorflitner, G. Hurnuf, L., & Warshaw, P. R. "User Acceptance of Computer
Technology - a Comparation of Two Theoretical-Models". Manajemen
Science, 35(8), 982-1003, 1989.
Fatmawati, Endang. 2015. Technology Acceptance Model (TAM) untuk
Menganalisis Penerimaan terhadap Sistem Informasi Perpustakaan. Jurnal
Iqra', Vol. 09, No.1.
FinTech, Group. 2017. Kajian Bisnis Fintech Syariah. PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Gomory, Stephen dan Robert Hoch. “E – Commerce Intelligance : Measuring,
Analyzing and Reporting on Merchandising Effectiveness of Online
Stores”, New York. Watson Reseach Center, 2008.
111
Hadad, Muliaman D. 2017. Financial Technology (FinTech) di Indonesia. Kuliah
Umum tentang FinTech-IBS.
Harefa, Alvani Amaerita. 2018. Financial Technology, Regulasi dan Adaptasi
Perbankan di Indonesia. Fundamental Management Journal, Vol. 3, No. 1.
Jogiyanto. 2008. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset
Leng, Song Yee, dkk.. Financial Technology: A Note on Mobile Payment. Jurnal
Keuangan dan Perbankan Universitas Merdeka Malang, 22(1): 51-62.
Lubis, Adyanata. 2014. Evaluasi Tingkat Penerimaan Sistem Informasi Layanan
Pengadaan secara Elektronik oleh Pengusaha Menggunakan Metode
Technology Acceptance Model (TAM) (Studi Kasus Rokan Hulu). Jurnal
Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 3, No. 2.
Mayer, R.C., Davis, J. H., dan Schoorman, F. D., 1995. An Integratif Model of
Organizational Trust, Academy of Management Review, 30 (3): 709-734.
Monalisa, Siti dan Setia, Dwi Putri. 2016. Analisis Penerimaan Sistem Informasi
Pengolahan Data Statistik Rutin (SISR) Menggunakan Metode Technology
Acceptance Model (Studi Kasus: BKKBN Provinsi Riau). Jurnal Rekayasa
dan Manajemen Sistem Informasi, Vol. 2, No. 1.
Mufli, Muhammad. 2017. Rancang Bangun Model Bisnis Islamic Financial
Technology Berbasis Crowdfunding Pembiayaan Usaha Mikro Sektor
Pertanian. Jurnal Nisbah, Vol. 3, No.1.
Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data Dan Cara Pengolahnnya Dengan
SPSS Praktis dan Mudah Dipahami untuk Tinkat Pemula dan Menengah.
Yogyakarta: Gava Media.
112
Riduwan, & Kuncoro, E. A. (2014). Cara Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Teja, Adrian. 2017. Indonesian Fintech Business: New Innovations or Foster and
Collaborate in Business Ecosystems?. "The Asian Journal of Technology
Management Vol. 10 No. 1.
Todorof, Maria. 2018. Shariah-Compliant FinTech in the Banking Industry.
Germany : Springer.
V. Wiranata Sujarweni. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Pustaka Baru
Press.
Venkatesh, Davis, & Fred D., " A Model of the Antecedents of Perceived ease of
use: Development and Test", U.S.A, 2000.
Waspada, Ikaputera. 2012. Percepatan Adapsi Sistem Transaksi TeknologI
Informasi untuk Meningkatkan Aksesibilitas Layanan Jasa Perbankan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 1.
Wulandari, Phaureula Artha. 2017. Analisis SWOT Perkembangan Finansial
Teknologi di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional ASBIS. Politeknik
Negri Banjarmasin.
2016. Bank Indonesia. 14 November. Diakses 30 April 2018. Terbitkan Ketentuan
Penyelenggaraan Teknologi Finansial. https://bi.go.id/id/ruang-
media/siaran-pers/Pages/sp_189216.aspx.
113
2017. Bank Indonesia. 7 Desember, Diakses 30 April 2018. Bank Indonesia.
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_199317.aspx
2018. PayTren. 21 Mei. Diakses Februari 20, 2019.
https://news.treni.co.id/peluncuran-logo-baru-dan-aplikasi-paytren-5-17-
pt-veritra-sentosa-internasional-paytren/, 2018.
2018. PayTren. 21 Mei. Diakses Februari 20, 2019. https://paytren.online/, 2018.
2018. PayTren. 21 Mei. Diakses Februari 20, 2019.
www.trenpreneur.com/tentang/.
2018. PayTren. 21 Mei. Diakses Februari 20, 2019. https://www.fastpay.co.id/.
2018. Rafsanjani. 24 Mei. Diakses Agustus 2, 2018. https://www.ethis.co.id/cara-
membedakan-fintech-dan-islamic-fintech/.
2018. Shabana Binte Mahmoodul Hasan. 17 Januari. Diakses Agustus 1, 2018.
https://www.ethiscrowd.com/blog/fintech-indonesia-islamic-outlook/.
114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
115
LAMPIRAN
Kepada Yth.
Responden Penelitian
Di tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya Pradanti Nolo Wigati mahasiswi program studi Manajemen
Informasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir
(skripsi).
Kuesioner ini dibuat untukmenyelesaikan skripsi saya yang berjudul
“Analisis Penggunaan Sistem Pembayaran PayTren dalam Menumbuhkan
Kepercayaan Terhadap Konsumen”
Saya memohon partisipasi saudara/i untuk memberikan informasi melalui
kuesioner ini. Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Partisipasi saudara/i merupakan kunci keberhasilan penelitian ilmiah ini.
Atas perhatian dan kesediaan partisipasi saudara/i, meluangkan waktu untuk
mengisi dan mengembalikkan kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih banyak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Hormat saya
Pradanti Nolo Wigati
116
KUESIONER PENELITIAN
“ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM PEMBAYARAN
PAYTREN DALAM MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN
KONSUMEN”
Saya Pradanti Nolo Wigati mahasiswi program studi Manajemen
Informasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir
(skripsi) sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi. Saya memohon
partisipasi saudara/i untuk memberikan informasi melalui kuesioner ini. Semua
informasi yang diperoleh dari kuesioner ini hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian ini.
Peneliti mengharapkan saudara/i TIDAK MELEWATKAN SATUPUN
pertanyaan yang ada demi kelengkapan informasi. Karena itu dimohon untuk
memeriksa kembali kelengkapan jawaban Anda. Mohon maaf bila ada pernyataan
yang kurang berkenan, karena pernyataan-pernyataan tersebut hanyalah untuk
penelitian semata.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
a. Perempuan
b. Laki-laki
3. Usia :
a. <18 tahun
b. 18 - 25 tahun
c. >25 - 45 tahun
d. >45 - 55 tahun
e. >55 tahun
4. Pekerjaan :
a. Pelajar/Mahasiswa
b. Ibu Rumah Tangga
c. Pegawai Negeri/Swasta
d. Wiraswasta
5. Pendapatan :
a. <Rp.1.000.000
b. Rp.1.000.001 – Rp.2.500.000
c. Rp.2.500.001 – Rp.5.000.000
d. > Rp.5.000.001
6. Tanggal/Bulan/TahunPengisian :
117
PETUNJUK PENGISIAN
Untuk pertanyaan di bawah ini pilihlah salah satu jawaban yang menurut
Anda paling tepat dengan cara memberikan tanda (X) atau (√) di dalam kolom
pilihan yang tersedia.
Peneliti mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan jawaban
dengan keadaan yang sebenarnya, yang Bapak/Ibu/Saudara rasakan.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara memberikan jawaban pada kuesioner
ini saya ucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KUESIONER
KUESIONER PERCEIVED USEFULNESS Keterangan:
STS: Sangat Tidak Setuju, TS: Tidak Setuju, N: Ragu-ragu, S: Setuju, SS: Sangat
Setuju
No. INDIKATOR MEMPERCEPAT
PEKERJAAN ST
S
TS N S SS
15. Menggunakan PayTren menghemat
waktu saya
16. PayTren memungkinkan saya
menyelesaikan tugas lebih cepat
17. Menggunakan PayTren
mengurangi waktu yang saya
habiskan untuk kegiatan yang tidak
produktif
INDIKATOR KINERJA
PEKERJAAN
18. Menggunakan PayTren
meningkatkan kinerja pekerjaan
saya
19. Menggunakan PayTren
meningkatkan kualitas pekerjaan
yang saya lakukan
INDIKATOR MENAMBAH
PRODUKTIVITAS
20. Menggunakan PayTren
memungkinkan untuk
menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan daripada yang mungkin
dilakukan
118
21. Menggunakan PayTren
meningkatkan produktivitas saya
INDIKATOR EFEKTIVITAS
22. PayTren mendukung aspek penting
pada aktivitas saya
23. Menggunakan PayTren
meningkatkan keefektifan saya
dalam bertransaksi
INDIKATOR MENJADIKAN
PEKERJAAN LEBIH MUDAH
24. Pekerjaan atau aktifitas saya akan
sulit dilakukan tanpa PayTren
25. Menggunakan PayTren memberi
saya kontrol lebih besar atas
pekerjaan saya
26. Menggunakan PayTren
memudahkan pekerjaan saya
INDIKATOR BERMANFAAT
27. PayTren menjawab kebutuhan saya
terkait pekerjaan
28. Secara keseluruhan, saya
menemukan PayTren berguna
dalam pekerjaan saya
119
KUESIONER PERCEIVED EASE OF USE
Keterangan:
STS: Sangat Tidak Setuju, TS: Tidak Setuju, N: Ragu-ragu, S: Setuju, SS: Sangat
Setuju
No. INDIKATOR MUDAH
DIPELAJARI STS TS N S SS
1. Saya dengan mudah
menggunakan PayTren
tanpa manual pengguna
2. Saya tidak merasa
kesulitan menggunakan
PayTren
INDIKATOR DAPAT
DIKONTROL
3. Saya mudah memahami
saat menemui kesalahan
dalam menggunakan
PayTren
4. Saya tidak melakukan
kesalahan-kesalahan jika
menggunakan PayTren
INDIKATOR JELAS
DAN DAPAT
DIPAHAMI
5. Saya tidak bingung ketika
menggunakan PayTren
6. Interaksi saya dengan
PayTren mudah bagi saya
untuk mengerti
INDIKATOR
FLEKSIBEL
7. Sistem PayTren tidak
kaku dan fleksibel dalam
berinteraksi
8. Saya merasa mudah
mendapatkan sistem
PayTren untuk melakukan
apa yang ingin saya
lakukan
120
INDIKATOR MUDAH
MAHIR
9. Mudah bagi saya untuk
mengingat bagaimana
beraktifitas menggunakan
PayTren
INDIKATOR MUDAH
DIGUNAKAN
10. Penggunaan PayTren
tidak membebani pikiran
saya
11. PayTren memberikan
panduan bermanfaat
dalam melakukan tugas
12. Saya jarang medapat
kesulitan ketika membuka
aplikasi PayTren
13. Secara keseluruhan, saya
menemukan sistem
PayTren mudah
digunakan
121
KUESIONER BEHAVIORAL INTENTION
Keterangan:
STS: Sangat Tidak Setuju, TS: Tidak Setuju, N: Ragu-ragu, S: Setuju, SS: Sangat
Setuju
No. INDIKATOR LOYALTY
(POSITIVE WORD OF
MOUTH)
STS TS N S SS
1. Mengatakan hal positif
tentang PayTren kepada
orang lain
2. Menganjurkan teman atau
saudara untuk menggunakan
PayTren
3. Mempertimbangkan PayTren
sebagai pilihan pertama
INDIKATOR PAYMORE
(POSITIVE WORD OF
MOUTH)
4. Melakukan banyak bisnis
dengan PayTren meskipun
ada harga khusus premium
5. Bersedia membayar harga
yang lebih tinggi daripada
harga pesaing untuk
pelayanan yang sama
INDIKATOR EXTERNAL
RESPONSE DAN
INTERNAL RESPONSE
(COMPLAINING)
6. Tetap menggunakan (tidak
pindah atau uninstall)
aplikasi PayTren jika
mengalami masalah layanan
saat membuka aplikasi
PayTren
INDIKATOR SWITCH
(NEGATIVE WORD OF
MOUTH)
7. Melapor kepada pegawai
atau admin jika mengalami
masalah pada aplikasi
PayTren
122
LAMPIRAN 2
HASIL SKORING KUESIONER
Skor Hasil Kuesioner Indikator perceived of Usefulness (X1)
No.
Responden
Nomor Butir Kuesioner Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 4 4 4 4 3 2 2 4 5 2 4 4 4 3 49
2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 53
3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 48
4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 50
5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
6 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
7 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 47
8 5 4 4 3 3 3 3 4 5 2 2 2 3 3 46
9 4 5 5 4 4 3 4 4 4 1 3 4 3 4 52
10 4 4 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 4 4 53
11 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 46
12 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 43
13 4 3 4 3 2 4 3 2 4 3 3 2 1 3 41
14 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 47
15 4 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 44
16 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 47
17 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 49
18 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 46
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 52
20 4 4 3 4 2 4 4 5 4 5 2 4 4 4 53
21 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 44
22 5 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 57
123
23 5 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 4 49
24 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 48
25 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 57
26 4 4 5 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 53
27 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 51
28 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48
29 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 47
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 53
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
32 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3 4 59
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 41
34 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 52
35 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 53
36 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 47
37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 69
38 5 5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 5 3 4 62
39 4 4 2 4 4 3 4 5 4 3 3 4 4 4 52
40 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 44
41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
42 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 49
43 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 59
44 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 52
45 3 2 3 1 1 2 3 3 3 1 2 1 2 3 30
46 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54
47 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 42
48 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 57
49 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
50 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 47
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
124
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
54 4 4 3 4 4 3 2 3 4 1 2 2 3 4 43
55 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 46
56 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 59
57 4 4 2 2 1 2 1 3 4 1 2 4 2 4 36
58 4 3 4 2 2 2 2 3 4 1 2 2 3 2 36
59 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 4 46
60 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 51
61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 40
62 3 3 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 48
63 5 3 2 3 4 4 4 4 5 5 3 3 4 3 52
64 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 47
65 4 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 48
66 4 4 4 2 3 2 2 4 4 2 2 4 3 4 44
67 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 69
68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
69 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
70 5 5 5 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 48
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 57
72 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 49
73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 41
74 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 52
75 5 4 4 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 4 51
76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
77 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 39
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
79 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 4 4 49
80 4 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 5 49
125
81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
82 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 52
83 3 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 60
84 5 5 4 4 5 3 3 4 4 3 3 3 4 3 53
85 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70
86 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 47
87 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42
88 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 51
89 4 4 4 4 3 2 2 4 5 2 4 4 4 3 49
90 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 53
91 4 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 48
92 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 50
93 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
94 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
95 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 47
96 5 4 4 3 3 3 3 4 5 2 2 2 3 3 46
97 4 5 5 4 4 3 4 4 4 1 3 4 3 4 52
98 4 4 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 4 4 53
99 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 46
100 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 43
126
Skor Hasil Kuesioner Indikator perceived Ease of Use (X2)
No.
Responden
Nomor Butir Kuesioner
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 54
2 3 4 3 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 45
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
4 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 42
5 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
6 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
7 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 39
8 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 46
9 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 44
10 3 4 5 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 54
11 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47
12 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 46
13 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 45
14 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 44
15 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4 2 4 41
16 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 46
17 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 49
18 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 41
19 3 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 46
20 4 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 44
21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 49
22 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50
23 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 5 48
24 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 44
127
25 3 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 50
26 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 51
27 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
29 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 46
30 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 48
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 5 51
33 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 43
34 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 51
35 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 47
36 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 43
37 2 5 4 2 4 5 5 5 5 5 5 4 4 55
38 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 4 5 4 54
39 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 49
40 2 5 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 53
41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
42 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65
43 2 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 3 4 48
44 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 48
45 3 5 2 3 4 4 4 3 4 4 3 3 5 47
46 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 47
47 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 52
48 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50
49 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
50 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 45
51 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 49
128
52 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
54 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 37
55 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 43
56 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 51
57 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 44
58 4 2 2 3 2 3 3 2 2 4 3 2 4 36
59 2 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 44
60 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 46
61 2 3 3 4 2 2 3 3 3 2 2 3 3 35
62 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 33
63 3 3 2 3 5 3 4 3 3 4 4 3 5 45
64 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 45
65 4 2 3 3 2 3 3 3 4 5 4 2 3 41
66 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
67 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
68 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 40
69 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59
70 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 46
71 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 58
72 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 2 3 41
73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
75 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 50
76 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
77 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 40
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
129
79 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 46
80 4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 5 4 3 47
81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
82 3 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 3 55
83 5 5 5 5 4 4 3 4 4 5 5 5 4 58
84 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 41
85 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
86 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 47
87 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
88 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 5 3 3 33
89 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 54
90 3 4 3 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 45
91 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
92 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 42
93 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
94 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
95 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 39
96 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 46
97 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 44
98 3 4 5 2 4 4 5 4 4 4 5 5 5 54
99 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47
100 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 46
130
Skor Hasil Kuesioner Indikator Behavioral Intention (Y)
No.
Responden
Nomor Butir Kuesioner Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 4 4 4 4 4 4 4 28
2 3 4 4 4 4 4 4 27
3 4 4 4 4 4 4 4 28
4 4 4 4 4 4 4 4 28
5 4 4 4 4 4 4 4 28
6 4 4 4 4 4 4 5 29
7 2 4 2 1 1 2 4 16
8 5 5 4 4 5 4 4 31
9 4 4 4 4 4 4 4 28
10 4 4 4 4 4 4 4 28
11 4 4 4 4 4 4 4 28
12 4 4 4 4 4 4 2 26
13 4 4 4 4 4 4 4 28
14 4 4 4 4 4 2 5 27
15 4 4 4 4 4 4 4 28
16 4 4 4 4 4 4 4 28
17 4 4 4 4 4 4 4 28
18 2 2 4 2 2 2 4 18
19 4 4 5 4 4 4 4 29
20 2 2 4 2 4 4 4 22
21 4 4 4 4 4 4 4 28
22 5 4 5 5 5 5 5 34
23 4 4 4 4 4 4 4 28
24 2 2 2 2 2 2 4 16
25 5 4 5 5 5 5 5 34
26 2 5 4 2 2 4 4 23
27 4 4 4 4 4 4 4 28
28 4 4 4 4 4 4 4 28
29 4 4 4 5 5 5 5 32
30 4 4 5 4 4 4 4 29
31 5 4 5 5 5 5 4 33
32 4 4 4 4 4 4 4 28
33 4 4 5 5 5 5 5 33
34 4 4 4 4 4 4 4 28
35 4 4 4 4 4 4 4 28
36 5 4 4 4 4 4 4 29
37 4 4 4 4 4 4 4 28
38 4 4 4 4 4 4 4 28
131
39 4 4 5 2 4 4 4 27
40 4 4 4 4 4 4 4 28
41 4 4 4 5 5 4 4 30
42 2 4 4 4 4 4 4 26
43 4 4 4 4 4 4 4 28
44 2 2 4 1 1 1 2 13
45 4 4 2 2 2 1 5 20
46 4 1 4 4 5 5 5 28
47 4 4 4 4 4 4 4 28
48 5 5 5 5 5 5 5 35
49 4 4 4 4 2 4 4 26
50 2 4 4 4 4 4 4 26
51 4 4 5 4 3 4 2 26
52 4 4 5 4 5 5 4 31
53 4 4 4 4 4 4 4 28
54 4 4 4 4 4 2 2 24
55 4 4 5 5 5 5 2 30
56 5 4 5 5 5 5 5 34
57 4 4 5 4 4 4 4 29
58 4 4 4 4 4 4 4 28
59 4 4 5 4 4 4 4 29
60 4 4 4 4 4 4 4 28
61 4 4 4 4 4 4 4 28
62 1 1 1 1 1 1 1 7
63 4 4 4 4 4 4 4 28
64 4 4 5 4 2 4 4 27
65 4 2 4 2 2 2 2 18
66 5 5 5 5 5 5 5 35
67 4 4 4 4 4 4 5 29
68 5 4 5 5 5 4 5 33
69 4 2 4 2 4 2 2 20
70 4 4 5 4 2 2 4 25
71 2 2 4 4 5 4 5 26
72 4 5 4 5 4 5 4 31
73 5 2 4 5 2 4 2 24
74 5 4 2 4 5 2 4 26
75 5 2 4 5 2 4 5 27
76 5 2 4 5 4 5 2 27
77 2 4 2 4 5 5 5 27
78 5 5 5 5 5 5 5 35
79 5 5 5 5 2 2 4 28
132
80 4 5 4 5 4 5 4 31
81 5 4 5 4 5 4 5 32
82 4 4 5 2 4 5 4 28
83 2 5 2 4 2 4 5 24
84 4 4 4 4 5 2 5 28
85 5 5 5 2 4 4 4 29
86 2 4 5 4 5 4 5 29
87 2 2 4 5 4 5 4 26
88 4 4 4 4 4 4 4 28
89 4 2 5 4 2 5 4 26
90 4 2 5 4 2 4 5 26
91 5 2 4 5 2 4 2 24
92 2 4 2 5 4 2 5 24
93 5 5 4 5 5 5 4 33
94 2 5 4 4 2 4 5 26
95 5 5 4 2 4 5 4 29
96 5 2 4 5 5 4 4 29
97 5 5 4 2 2 4 4 26
98 4 5 4 4 5 4 4 30
99 4 5 4 2 2 5 2 24
100 4 4 4 4 5 2 4 27
top related