kajian ekonomi regional - bi.go.id · harga komoditas internasional seperti cpo dan karet yang...
Post on 07-Apr-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Triwulan I-2010
BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI
Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313
Penerbit : Bank Indonesia Padang Tim Ekonomi Moneter - Kelompok Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail : b_waluyo@bi.go.id
agung_bp@bi.go.id gaffari_r@bi.go.id fitri_ig@bi.go.id feny_y@bi.go.id
i
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat
(Sumbar) triwulan I-2010 dapat diterbitkan. Penyusunan KER Provinsi Sumbar dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam informasi tentang perekonomian
regional sehingga dapat mendukung formulasi kebijakan moneter Bank Indonesia. Lebih lanjut,
KER juga ditujukan sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan
perbankan di daerah, kalangan akademisi serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini
mengenai perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. KER ini selain diterbitkan dalam
bentuk buku, juga didiseminasikan dalam bentuk soft copy yang dapat diakses melalui
www.bi.go.id.
Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif setelah mengalami
tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa terhadap ekonomi Sumbar terlihat pada triwulan
IV-2009, dengan pertumbuhan yang hanya mencapai 0,90% (yoy). Pada triwulan I-2010 mulai
terjadi pemulihan ekonomi secara bertahap pada ekonomi Sumbar pasca gempa. Kinerja net-ekspor
menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Sumbar di tengah permintaan domestik baik
konsumsi dan investasi yang masih lemah. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010
diproyeksikan 3,56% (yoy). Sementara itu, inflasi tahunan Kota Padang pada akhir triwulan I-2010
sebesar 3,05 persen (yoy) yang didominasi oleh peningkatan harga pada Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok, dan Tembakau.
Pada sisi perbankan, perkembangan berbagai indikator pada triwulan I-2010 menunjukkan
perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank
umum di Sumbar menunjukkan arah positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat.
Secara umum proses intermediasi perbankan umum di Sumbar berlangsung dengan baik.
Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini bermanfaat dan dapat
memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kami senantiasa terbuka untuk
menerima saran dan kritik untuk perbaikan KER ke depan.
PPAADDAANNGG,, 55 MMEEII 22001100
Romeo Rissal
Pemimpin
ii
DDAAFFTTAARR IISSII
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT................................ 4
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT...................... 5
Boks: Ekonomi Zona Sumbagteng Mulai Kembali Bergairah
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL .......................................................... 15
Boks: Menuju Legalisasi TPID Sumatera Barat
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................. 29
3.1. Intermediasi Perbankan ................................................................................... 30
3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat............................................................. 31
3.1.2. Penyaluran Kredit ................................................................................... 33
3.2. Risiko Kredit Perbankan ................................................................................... 34
3.3. Risiko Pasar ...................................................................................................... 36
3.4. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)..................................................... 37
3.5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)................................................ 39
3.6. Perkembangan Bank Umum Syariah................................................................. 41
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ...................................................... 45
4.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah............................................................... 45
4.2. Keuangan Pemerintah Daerah............................................................................ 47
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .................................................... 49
5.1 Transaksi Tunai..................................................................................................... 49
5.2. Transaksi Kliring................................................................................................. 50
5.3. Transaksi BI-RTGS............................................................................................. 51
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN......................................................................................... . 53
6.1. Ketenagakerjaan Daerah ..................................................................................... 53
6.2. Kesejahteraan ...................................................................................................... 55
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH.......................................... . 57
7.1. Perkiraan Ekonomi ........................................................................................... 57
7.2. Perkiraan Inflasi ................................................................................................ 60
Ringkasan Eksekutif
Bank Indonesia Padang 1
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF
KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL
PPRROOVVIINNSSII SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT
TTRRIIWWUULLAANN II -- 22001100
Pasca gempa,
perekonomian
Sumatera Barat
secara
bertahap mulai
bergerak
positif
Akselerasi
pertumbuhan
ekspor
menopang
pertumbuhan
ekonomi
Sumatera Barat
Inflasi Kota
Padang
meningkat
sebesar 3,05%
(yoy)
Inflasi tertinggi
terjadi pada
Kelompok
Makanan Jadi,
Minuman,
Rokok, dan
Tembakau.
Penyaluran
kredit tumbuh
positif seiring
Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif
setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa
terhadap ekonomi Sumatera Barat terlihat pada triwulan IV-2009, dengan
pertumbuhan yang hanya mencapai 0,90% (yoy). Namun demikian
pertumbuhan ini relatif lebih baik dibandingkan perhitungan sebelumnya
yang diperkirakan akan terjadi kontraksi 0,14%. Secara keseluruhan, pada
tahun 2009 ekonomi Sumatera Barat tumbuh sebesar 4,16% (yoy), lebih baik
dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92% (yoy). Pada triwulan I-2010
perekonomian Sumatera Barat diperkirakan tumbuh sebesar 3,56% (yoy).
Baiknya kinerja permintaan eksternal menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I-2010. Pasca
gempa secara umum ekonomi Sumatera Barat banyak terbantu oleh
perkembangan permintaan eksternal, sehingga mampu mendorong ekonomi
tetap tumbuh positif di tengah permintaan domestik yang masih lemah.
Pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut diikuti oleh permintaan
ekonomi dunia kembali meningkat. Kondisi ini disertai dengan pergerakan
harga komoditas internasional seperti CPO dan karet yang terus menanjak.
Hal ini memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor Sumatera Barat
dengan CPO dan karet sebagai komoditi unggulannya. Pada triwulan IV-2009
ekspor Sumatera Barat tumbuh 11,91%, dan diperkirakan akan semakin
melesat pada triwulan I-2010 dengan tumbuh lebih dari 23%. Akselerasi
pertumbuhan ekspor ini cukup mengkompensasi pertumbuhan ekonomi
domestik baik dari konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih tumbuh
relatif terbatas.
Setelah berada pada kisaran rendah dan stabil sepanjang tahun 2009,
inflasi Kota Padang kembali meningkat di triwulan I-2010. Dari sisi
penawaran (supply side), tekanan inflasi terjadi akibat faktor musiman belum
tibanya musim panen. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi di
tahun 2009 sebesar 8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di triwulan
IV-2009, inflasi makanan jadi pada triwulan I 2010 kembali meningkat
menjadi sebesar 7,06% (yoy). Inflasi berikutnya terjadi pada kelompok
perumahan sebesar 3,53% (yoy), dan kelompok bahan makanan sebesar
2,42% (yoy). Setelah selama tiga triwulan berturut-turut mengalami deflasi,
kini kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,85% (yoy).
Sebaliknya, kelompok pendidikan justru mengalami deflasi sebesar 0,13%
(yoy) pada triwulan laporan.
Inflasi tahunan tertinggi masih di dominasi oleh Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau. Sepanjang tahun 2009, kelompok
makanan jadi hampir selalu menjadi kelompok barang dan jasa yang
mengalami inflasi tertinggi. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi
di tahun 2009 sebesar 8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di
triwulan IV 2009, inflasi makanan jadi pada triwulan I 2010 kembali
meningkat menjadi sebesar 7,06% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok
makanan jadi disebabkan oleh tingginya inflasi subkelompok tembakau dan
minuman beralkohol akibat adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun
2010.
Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010
menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi
pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumatera Barat
Ringkasan Eksekutif
Bank Indonesia Padang 2
berjalannya
kegiatan
ekonomi pasca
gempa
Kredit MKM
tumbuh
melambat
Penerimaan
pemerintah
meningkat
Transaksi
sistem
pembayaran
relatif stabil
Kondisi
ketenagakerja-
an dan
kesejahteraan
mulai membaik
Perekonomian
Sumatera Barat
Triwulan II-
2010
diperkirakan
tumbuh
sebesar
3,50±0,50%
Inflasi Kota
Padang
diperkirakan
meningkat
menunjukkan arah positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh
melambat. Proses intermediasi perbankan umum di Sumatera Barat
berlangsung dengan baik, seperti terlihat pada Loan-to-Deposit Ratio (LDR)
yang terus melebihi 100%. Non-Perfoming Loan (NPL) bank umum secara
keseluruhan masih relatif rendah, sedangkan NPL BPR masih perlu
mendapatkan perhatian dan pengawasan lebih. Sementara itu,
perkembangan penghimpunan DPK bank umum syariah pada triwulan I-2010
mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi, disertai dengan jumlah
pembiayaan yang kualitasnya relatif terjaga.
Perkembangan kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) terus
mengalami pertumbuhan positif meskipun dengan arah melambat.
Pertumbuhan kredit MKM bank umum pada triwulan I-2010 sekitar 9,1%
(yoy), relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009
yang mencapai 15,7%. Perlambatan ini bersumber dari penurunan
penyaluran kredit mikro, yang berkontraksi sekitar 35,8% (yoy). Peningkatan
terbesar terjadi pada penyaluran kredit kecil yang tumbuh tinggi dengan
mencapai sekitar 44%.
Membaiknya kondisi perekonomian pasca krisis dan pasca gempa
meningkatkan penerimaan pemerintah. Penerimaan pajak baik pajak pusat
maupun pajak daerah mengalami peningkatan. Namun demikian,
membaiknya realisasi pendapatan tersebut belum diikuti oleh optimalisasi
realisasi belanja baik realisasi belanja APBN maupun belanja APBD.
Perkembangan arus kas yang masuk dan keluar KBI Padang relatif stabil
di awal tahun 2010. Kegiatan pembayaran dengan menggunakan uang
kartal tidak mengalami gejolak berarti pasca gempa, tercermin dari
perkembangan arus kas yang stabil pada triwulan IV 2009 s.d awal tahun
2010. Sejak tahun 2007 KBI Padang selalu mengalami net inflow, hal ini
menunjukkan bahwa arus kas yang masuk ke Sumatera Barat selalu lebih
banyak dibanding arus kas yang keluar.
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sumbar pasca
gempa, mulai membaik. Dari jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia,
hingga bulan Maret 2010 tercatat hanya ada sebanyak 77 lowongan untuk
100.813 pencari kerja yang ada. Namun demikian, meningkatnya jumlah
pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar cukup memberi angin
segar pada kondisi ketenagakerjaan Sumatera Barat pada umumnya.
Tercatat sebanyak 419 orang telah diberangkatkan selama periode Jan-Mar
2010. Sementara itu, kondisi kesejahteraan petani yang direfleksikan melalui
Nilai Tukar Petani (NTP) terus menunjukkan trend yang meningkat.
Pada triwulan II-2010 ekonomi Sumatera Barat diperkirakan semakin
membaik dengan tumbuh pada kisaran 3,50±0,50% seiring dengan
pemulihan kondisi ekonomi pasca gempa. Tingkat konsumsi diperkirakan
kembali bergairah. Pergerakan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
memasuki awal triwulan II-2010 mulai memasuki area positif dengan
menanjak di atas angka 100. Pergerakan positif juga diikuti oleh Indeks
Penghasilan Saat Ini. Beberapa faktor yang diperkirakan dapat turut
mendongkrak konsumsi terkait dengan dilaksanakannya Pemilihan Umum
Kepala Daerah (Pilkada) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Pada akhir Juni 2010 dilaksanakan 14 Pilkada secara serentak di Sumatera
Barat. Selain itu, masuknya liburan sekolah pada pertengahan tahun 2010
diperkirakan dapat semakin memperbaiki kinerja konsumsi rumah tangga.
Inflasi Kota Padang pada triwulan II 2010 diperkirakan berada pada
kisaran 5,82±1% (yoy). Potensi kenaikan inflasi Kota Padang terbesar
diperkirakan berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebagai dampak dari kenaikan TDL. Kenaikan TDL diperkirakan akan
Ringkasan Eksekutif
Bank Indonesia Padang 3
sebesar
5,82±1,00%
(yoy)
memberikan kenaikan sumbangan inflasi Kota Padang sebesar 0,47%.
Masuknya masa liburan sekolah dan persiapan menghadapi tahun ajaran
baru yang jatuh di akhir tahun triwulan II 2010 berpotensi mendorong inflasi
pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Selain itu, pelaksanaan
Pilkada Provinsi Sumatera Barat serta seluruh kab/kota di Sumatera Barat
pada akhir Juni juga diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap
pergerakan harga barang-barang konsumsi.
Ringkasan Eksekutif
Bank Indonesia Padang 4
2008 2010
IV I II III IV I
MAKRO
IHK Kota Padang**) 116,03 116,08 114,53 117,72 118,41 119,62
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 12,68 9,21 2,80 3,50 2,05 3,05
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 8.973,76 9.014,03 9.072,64 9.323,41 9.054,50 9.334,68
- Pertanian 2.136,08 2.153,74 2.163,83 2.225,20 2.218,73 2.291,89
- Pertambangan dan Penggalian 276,06 278,13 279,27 283,45 284,59 289,17
- Industri Pengolahan 1.140,02 1.149,06 1.159,81 1.171,42 1.105,69 1.124,75
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 103,56 107,51 108,99 110,33 104,39 107,33
- Bangunan 448,30 451,35 453,32 454,92 454,36 482,84
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.664,78 1.666,28 1.682,44 1.774,20 1.550,16 1.605,50
- Pengangkutan dan Komunikasi 1.266,79 1.271,65 1.277,19 1.315,84 1.341,41 1.371,87
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 466,92 467,87 469,74 475,74 481,55 487,66
- Jasa 1.471,26 1.468,44 1.478,04 1.512,30 1.513,63 1.573,66
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,35 5,82 5,11 7,88 0,09 3,56
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 321,22 251,85 304,10 328,58 300,59 230,66
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 791,61 769,73 633,93 801,86 567,87 401,71
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 36,52 10,06 6,80 14,79 17,38 25,82
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 78,44 41,62 23,31 40,94 79,73 69,06
PERBANKAN***
Bank Umum
Total Aset (Rp triliun) 20,37 21,92 22,63 22,94 24,31 25,40
DPK (Rp Triliun) 14,86 15,72 15,69 15,48 17,15 15,44
- Tabungan (Rp Triliun) 6,88 6,31 6,67 6,94 4,05 4,23
- Giro (Rp Triliun) 3,60 4,58 4,10 4,68 8,62 6,67
- Deposito (Rp Triliun) 4,38 4,83 4,91 4,68 4,49 4,51
Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 16,14 16,43 17,37 16,48 17,79 17,73
- Modal Kerja 6,71 6,58 6,85 5,91 6,42 6,37
- Investasi 2,82 3,01 3,41 3,13 3,67 3,67
- Konsumsi 6,61 6,83 7,11 7,43 7,69 7,69
- LDR (%) 108,61 104,53 110,72 106,96 103,68 114,82
NPL (gross, %) 1,69 2,06 2,05 2,37 4,06 4,27
Kredit UMKM (triliun Rp)
Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (triliun Rp) 4,79 4,67 4,59 4,22 4,29 3,00
Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (triliun Rp) 5,06 5,40 5,98 6,76 7,09 7,78
Kredit Menengah (Rp 500 juta < X ≤ Rp 5 miliar) (triliun Rp) 2,38 2,39 2,60 2,66 2,76 2,83
Total Kredit MKM (triliun Rp) 12,23 12,47 13,17 13,64 14,15 13,60
NPL MKM gross (%) 1,80 2,30 1,98 2,29 2,20 2,37
BPR
Total Aset (Rp triliun) 0,96 0,98 1,01 1,00 1,10 1,09
DPK (Rp Triliun) 0,58 0,63 0,63 0,61 0,72 0,71
- Tabungan (Rp Triliun) 0,35 0,37 0,37 0,35 0,43 0,41
- Deposito (Rp Triliun) 0,22 0,26 0,26 0,26 0,29 0,29
Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 0,65 0,70 0,74 0,74 0,75 0,77
- Modal Kerja 0,40 0,44 0,47 0,08 0,48 0,50
- Investasi 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08
- Konsumsi 0,16 0,17 0,19 0,19 0,19 0,19
Kredit UMKM (triliun Rp) 0,65 0,52 0,55 0,54 0,54 0,54
Rasio NPL Gross (%) 6,35 7,03 7,48 8,37 11,31 12,84
LDR (%) 123,35 115,19 118,62 123,09 104,48 108,54
Keterangan :
* Angka PDRB Tw.I-2010 merupakan proyeksi Bank Indonesia
** Menggunakan tahun dasar 2007=100
*** Angka impor dan ekspor Tw. I-2010 angka sementara, posisi Februari 2010, open file
*** Data Perbankan untuk Triwulan I-2010 menggunakan posisi akhir Februari 2010
Sumber :
- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS
- Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI
- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Barat
INDIKATOR2009
5 Bank Indonesia Padang
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
SUMATERA BARAT
Perekonomian Sumatera Barat secara bertahap mulai bergerak positif
setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa. Dampak gempa
terhadap ekonomi Sumbar terlihat pada triwulan IV-2009, dengan pertumbuhan
yang hanya mencapai 0,90% (yoy) (Grafik 1.1). Namun demikian pertumbuhan ini
relatif lebih baik dibandingkan perhitungan sebelumnya yang diperkirakan akan
terjadi kontraksi 0,14%. Secara keseluruhan, pada tahun 2009 ekonomi Sumbar
tumbuh sebesar 4,16%, lebih baik dibandingkan perkiraan semula sebesar 3,92%.
Pada triwulan I-2010 perekonomian Sumbar diperkirakan tumbuh sebesar 3,56%.
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat
Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumatera Bagian Tengah (yoy)
Perekonomian Zona Ekonomi Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng)1
diperkirakan akan terus melaju seiring pembalikan ekonomi sejak kuartal
akhir 2009. Pada triwulan I-2010 perekonomian Riau, Jambi dan Kepulauan Riau
semakin bergairah dan menunjukkan peningkatan positif. Riau diperkirakan
tumbuh sebesar 3,01%, kemudian Jambi 5,94% serta diikuti oleh Kepulauan Riau
yang mampu mencatatkan pertumbuhan sekitar 7,5% (Grafik 1.2). Sementara itu,
ekonomi Sumbar yang semula melewatkan momentum pembalikan ekonomi
1 Bank Indonesia membagi wilayah ekonomi Sumatera menjadi 3 Zona Ekonomi yaitu Zona Sumatera
Bagian Utara (Aceh dan Sumut), Zona Sumatera Bagian Tengah (Sumbar, Riau, Jambi, Kepri), dan Zona
Sumatera Bagian Selatan (Sumsel, Babel, Lampung, Bengkulu).
5.66%
6.29%6.69%
6.71% 6.58%6.10%
6.44%
6.35%5.83%
5.01%
5.12%
0.90%
3.56%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
yoy
rata-rata
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Sumbar Riau Jambi Kepri
Pe
rse
n
2009 I
2009 II
2009 III
2009 IV
2010 I
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 6
seperti daerah-daerah lainnya di Zona Sumbagteng pada triwulan IV-2009,
diperkirakan mulai kembali melakukan pengejaran pertumbuhan.
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)
Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy)
Baiknya kinerja permintaan eksternal menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010. Pasca gempa secara
umum ekonomi Sumbar banyak terbantu oleh perkembangan permintaan
eksternal, sehingga mampu mendorong ekonomi tetap tumbuh positif di tengah
permintaan domestik yang masih lemah. Pemulihan ekonomi global yang terus
berlanjut diikuti oleh permintaan ekonomi dunia kembali meningkat. Kondisi ini
disertai dengan pergerakan harga komoditas internasional seperti CPO dan karet
yang terus menanjak. Hal ini memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor
Sumbar dengan CPO dan karet sebagai komoditi unggulannya. Pada triwulan IV-
2009 ekspor Sumbar tumbuh 11,91%, dan diperkirakan akan semakin melesat
pada triwulan I-2010 dengan tumbuh lebih dari 23% (Grafik 1.3). Akselerasi
pertumbuhan ekspor ini cukup mengkompensasi pertumbuhan ekonomi domestik
baik dari konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih tumbuh relatif terbatas.
Konsumsi rumah tangga mulai mengalami pemulihan dan secara
perlahan kembali bergairah. Dampak gempa mengakibatkan konsumsi rumah
tangga pada triwulan IV-2009 anjlok hingga mengalami penurunan sebesar
4,43%. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ruang dan pilihan konsumsi akibat
masih banyaknya pasar maupun tempat usaha yang masih belum beroperasi.
Memasuki triwulan I-2010, kegiatan konsumsi mulai bergerak kembali. Indikator
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Maret 2010 sudah mendekati
kembali area positif dengan posisi pada 97,75 (Grafik 1.5). Penyaluran kredit
konsumsi mengalami peningkatan 12,44% (yoy) (Grafik 1.7) yang didorong oleh
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
I II III IV I
2009 2010
Pe
rse
n
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
Investasi (PMTB)
Permintaan Domestik
Net Ekspor
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Pe
rta
nia
n
Ind
ust
ri P
en
go
lah
an
Ba
ng
un
an
PH
R
Ke
ua
ng
an
, Pe
rse
wa
an
&
Jasa
Jasa
-Ja
sa
Pe
rse
n
2009 Q.1 2009 Q.22009 Q.3 2009 Q.42010 Q.4
7
Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang
peningkatan pada kredit konsumsi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Apartemen
(KPA) untuk tipe ≤ 70 m2 (Grafik 1.8). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
masyarakat kembali mengalokasikan konsumsinya untuk perbaikan tempat
tinggal dan relokasi pemukiman yang menjauhi daerah rawan gempa dan
tsunami.
Sumber: Survei Konsumen, KBI Padang
Sumber: DPKD, Sumbar
Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Sumatera Barat
Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Sepeda Motor di Sumatera Barat
Sumber: Sekda, BI Sumber: Sekda, BI
Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek Sumbar
Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Konsumsi KPR dan KPA tipe ≤ 70 m
2 Lokasi Proyek Sumbar
Mulai menggeliatnya konsumsi juga terlihat pada jumlah tabungan
perseorangan di bank umum yang mengalami penurunan. Sebelumnya
jumlah tabungan perseorangan mencapai puncaknya pada akhir 2009 mencapai
Rp 12,8 triliun (Grafik 1.9). Seiring dengan pulihnya kegiatan usaha, diikuti
dengan berjalannya kembali konsumsi, terlihat pada jumlah tabungan
perseorangan pada triwulan I-2010 menurun menjadi Rp 11,1 triliun. Selain itu,
tingkat penjualan kendaraan bermotor khususnya mini bus berada pada
kecenderungan yang terus mengalami peningkatan (Grafik 1.6).
0
20
40
60
80
100
120
140
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
Ind
eks
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Ap
r-0
7M
ay-0
7Ju
n-0
7Ju
l-0
7A
ug-
07
Sep
-07
Oct
-07
No
v-0
7D
ec-
07
Jan
-08
Feb
-08
Mar
-08
Ap
r-0
8M
ay-0
8Ju
n-0
8Ju
l-0
8A
ug-
08
Sep
-08
Oct
-08
No
v-0
8D
ec-
08
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9M
ay-0
9Ju
n-0
9Ju
l-0
9A
ug-
09
Oct
-09
No
v-0
9D
ec-
09
Jan
-10
Feb
-10
Min
ibu
s (u
nit
)
Sep
ed
a M
oto
r (u
nit
)
Sepeda Motor
Minibus
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Trili
un
Ru
pia
h
Total Kredit Konsumsi
Rata-Rata Kredit Konsumsi
0
100
200
300
400
500
600
700
Mili
ar R
up
iah
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 8
Sumber: Survei Konsumen dan SEKDA, BI
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah Tabungan Perseorangan Bank Umum di Sumbar dan Indeks
Penghasilan Saat Ini
Grafik 1.10. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumbar
Sumber: Sekda, BI
Sumber: Sekda, BI
Grafik 1.11. Pertumbuhan (yoy) Kredit Investasi di Sektor Pertanian Lokasi Proyek di Sumbar
Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Lokasi Proyek di Sumbar (yoy)
Kegiatan investasi mulai bergerak, sebagian besar terkait dengan
pengeluaran investasi untuk pemulihan kegiatan usaha pasca gempa.
Pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2009 terlihat pada perkembangan Produk
Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,64%. Investasi mulai terlihat pada
peningkatan kredit investasi, khususnya pada sektor properti (Grafik 1.12). Kondisi
ini terkait dengan kebutuhan para pelaku usaha untuk membangun dan
merenovasi tempat usahanya yang mengalami kerusakan akibat gempa. Pada
triwulan I-2010 peningkatan kredit investasi properti mengalami peningkatan
lebih dari 300%, meskipun secara nominal nilainya hanya mencapai Rp 66,3 miliar.
Peningkatan kredit investasi sangat terlihat di Kota Padang, sebagai daerah yang
terkena dampak gempa terbesar (Grafik 1.13). Hasil liasion juga mengkonfirmasi
bahwa investasi terjadi di tingkat perusahaan, seperti pada distributor kendaraan
utama di Sumbar yang mengalami peningkatan pengeluaran investasi khusus
untuk merekonstruksi gedung dengan biaya hingga Rp3,5 miliar. Di sisi lain, dana
rehabilitasi dan rekonstruksi tahap I yang telah masuk melalui APBN di rekening
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2008 2009 2010
Ind
eks
Trili
un
Ru
pia
h
Posisi Tabungan Perorangan (sisi kiri)
Indeks Penghasilan Saat Ini
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
Jan
-07
Fe
b-0
7M
ar-
07
Ap
r-0
7M
ay
-07
Jun
-07
Jul-
07
Au
g-0
7S
ep
-07
Oc
t-0
7N
ov
-07
De
c-0
7Ja
n-0
8F
eb
-08
Ma
r-0
8A
pr-
08
Ma
y-0
8Ju
n-0
8Ju
l-0
8A
ug
-08
Se
p-0
8O
ct-
08
No
v-0
8D
ec
-08
Jan
-09
Fe
b-0
9M
ar-
09
Ap
r-0
9M
ay
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9S
ep
-09
Oc
t-0
9N
ov
-09
De
c-0
9Ja
n-1
0F
eb
-10
Ma
r-1
0
To
n
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb*
2009 2010
-
10
20
30
40
50
60
70
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
Q1
-20
09
Q2
-20
09
Q3
-20
09
Q4
-20
09
Q1
-20
10
*
Mili
ar R
up
iah
Mili
ar R
up
iah
Investasi properti (sisi kanan)
Investasi agrobisnis
Investasi lainnya
9
Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang
pemerintah daerah, realisasi untuk pembangunan kembali prasarana jalan dan
tata ruang pemukiman baru mencapai Rp 15,12 miliar dari total Rp 209,13 miliar
yang dialokasikan (Grafik 1.14).
Sumber: Sekda, BI
Sumber: TPT Rehab-Rekon BNPB
Grafik 1.13. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Lokasi Proyek Kab/Kota Sumbar
Grafik 1.14. Realisasi Dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Prasarana Jalan dan Tata Ruang
Pemukiman Tahap I
Momentum peningkatan harga CPO dan karet belum diikuti oleh
peningkatan investasi di bidang agrobisnis. Beberapa pemain utama
perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumbar belum mampu merespon trend
peningkatan harga CPO dan karet di pasar nasional untuk berinvestasi
meningkatkan produksinya. PT Lembah Karet, sebagai pemain besar perkebunan
karet di Sumbar berdasarkan hasil liasion belum melakukan investasi untuk
ekspansi produksi karetnya. Hal ini terjadi karena lahan pertanian karet di Sumbar
semakin berkurang. Begitu pula terjadi pada PT Incasi Raya, semakin terbatasnya
lahan kelapa sawit tidak hanya di Sumbar melainkan juga di Sumatera,
mendorong perusahaan berinvestasi untuk membuka lahan baru di luar wilayah
Sumatera pada tahun 2010. Situasi ini juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit
investasi di sektor pertanian yang relatif stagnan (Grafik 1.12).
Realisasi belanja pemerintah di Sumbar pada triwulan I-2010 masih
rendah seperti pola pada tahun-tahun sebelumnya. Realisasi belanja
pemerintah pusat di Sumbar menurun 8,87% dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Penurunan paling tajam terjadi pada kelompok belanja investasi
sebesar 31,04% atau Rp 19,33 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada realisasi
belanja APBD Pemprov Sumbar yang baru tercapai sebesar 8,19%. Pendorong
pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2010 dari sisi belanja pemerintah
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Mili
ar R
upia
h
Q4.2009
Q1.2010* 209.13
15.12
0
50
100
150
200
250
Prasarana Jalan dan Tata Ruang Pemukiman
Mili
ar R
up
iah Pagu
Realisasi Maret 2010
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 10
diharapkan dapat terbantu melalui realisasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi
tahap I melalui APBN. Namun demikian, dari total sekitar Rp 313 miliar hingga
Maret 2010 baru terealisasi sekitar Rp 18,3 miliar. Realisasi tersebut digunakan
untuk pelaksanaan pilot project rekonstruksi pemukiman melalui Kelompok
Masyarakat (Pokmas) dengan difaslitiasi oleh Tim Pendamping Masyarakat (TPM).
Relatif lambatnya realisasi tersebut karena dana rehabilitasi dan rekonstruksi yang
sudah masuk ke rekening pemerintah untuk realisasinya harus mengikuti prosedur
dan administrasi keuangan seperti biasa.
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Sumber: Depkeu, diolah Grafik 1.15. Perkembangan Simpanan Pemerintah
Daerah di Bank Umum Sumbar Grafik 1.16. Perkembangan Realisasi Belanja
APBN di Sumbar
Net-ekspor Sumbar terus melejit seiring dengan pemulihan ekonomi
global dan peningkatan harga komoditas di pasar internasional.
Pertumbuhan net ekspor Sumbar pada triwulan IV-2009 mencapai 34,25% (yoy).
Pertumbuhan positif diproyeksikan terus berlanjut hingga triwulan I-2010, seperti
terlihat pada perkembangan nilai ekspor non migas Sumbar pada Februari 2010
mencapai USD 128,78 juta, atau tumbuh 44,12% dibandingkan tahun lalu (Grafik
1.17). Tingginya pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan nilai ekspor
CPO 41,99% dan karet 150,68% (Grafik 1.19). Peningkatan net ekspor dipicu oleh
meningkatnya rata-rata harga CPO di pasar internasional dari semula USD
725,46/metric ton pada akhir 2009 menjadi USD 791,26 pada akhir triwulan I-2010
(Grafik 1.18). Begitupula pada rata-rata harga karet, yang meningkat dari
USD283,14/kg menjadi USD 354,01/kg. Selain itu, pemulihan ekonomi pada
beberapa negara mitra dagang utama ekspor juga turut menjadi pemicu
tingginya kinerja net ekspor. Pada triwulan I-2010 net ekspor diproyeksikan dapat
tumbuh mencapai sekitar 60,72% (yoy).
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gS
ep
Oc
tN
ov
De
cJa
nF
eb
Ma
rA
pr
Ma
yJu
nJu
lA
ug
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
*F
eb
*
2007 2008 2009 2010
Mil
iar
Ru
pia
h
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010
Pangsa Belanja Operasional Pangsa Belanja Investasi
Total Belanja Belanja Operasional
Belanja Investasi
11
Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Sumber: Bloomberg
Grafik 1.17. Perkembangan Ekspor dan Impor Sumatera Barat
Grafik 1.18. Perkembangan Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Ekspor Sumbar Grafik 1.20. Perkembangan Volume Ekspor Sumbar
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh
menggeliatnya subsektor tanaman perkebunan. Pertumbuhan sektor
pertanian pada triwulan I-2010 diperkirakan dapat mencapai 6,41%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,87% (Grafik 1.21). Pertumbuhan
tersebut terjadi seiring dengan kecenderungan peningkatan pertumbuhan
subsektor tanaman perkebunan dari 6,56% pada triwulan IV-2009 menjadi 8,69%
pada triwulan I-2010. Hal ini tidak terlepas dari peran peningkatan harga
komoditas unggulan sektor perkebunan, kelapa sawit dan karet, di pasar
internasional. Indikator Nilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Perkebunan Rakyat juga
menunjukkan peningkatan, dari 125 pada akhir 2009 menjadi 127,3 pada bulan
Februari 2010 (Grafik 1.22). Salah satu perusahaan perkebunan terbesar di
Sumbar, PT Bakrie Sumatera Plantation, hingga akhir tahun 2009 mencatatkan
nilai dan volume penjualan CPO dan karet meningkat, dan peningkatan ini
diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan I-2010 (Grafik 1.23 dan 1.24).
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
2008 2009
rib
u U
SD
Ekspor
Impor
Trade Balance
Rata-Rata Ekspor Per Tahun
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
Agt
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
Agt
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
USD
/me
tric
to
n
USD
/kg
Karet (sisi kiri)
CPO (sisi kanan)
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Ok
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
s
Jan
Fe
b
2007 2008 2009 2010
Rib
u U
SD
Total Lemak, Minyak dan Malam Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Ok
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
s
Jan
Fe
b
2007 2008 2009 2010
To
n
Total Lemak, Minyak dan Malam Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 12
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Sumber: BPS
Grafik 1.21. Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumbar (yoy)
Grafik 1.22. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumbar
Sumber: PT Bakrie Sumatra Plantation
Sumber: PT Bakrie Sumatra Plantation
Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Penjualan Produksi Karet dan CPO PT Bakrie Sumatra
Plantation
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Penjualan Produksi Karet dan CPO PT Bakrie Sumatra
Plantation
Subsektor tanaman bahan makanan diperkirakan masih dapat tumbuh
positif meskipun menghadapi sejumlah kendala. Mundurnya masa tanam
padi menyebabkan mundurnya masa panen padi bagi sebagian petani. Informasi
Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa dampak el nino
menyebabkan mundurnya masa tanam padi. Situasi juga diperburuk dengan
tingginya intensitas hujan yang mengakibatkan sebagian hasil panen tidak
maksimal karena tingginya kadar air pada padi. Kondisi ini berdampak pada stok
di penggilingan menipis sehingga terjadi peningkatan rata-rata harga gabah
kering panen (GKP) dari Rp 3025,7/kg pada Desember 2009 menjadi Rp 3389,5/kg
pada Februari 2010 (Grafik 1.25). Namun demikian, kinerja subsektor tanaman
bahan makanan secara umum diperkirakan masih dapat relatif terjaga dengan
melihat NTP Tanaman Pangan Desember 2009-Februari 2010 hanya mengalami
sedikit penurunan dari 99,5 menjadi 99,43 (Grafik 1.22). Selain itu, berdasarkan
Angka Ramalan I, optimisme produktivitas padi pada 2010 juga masih terlihat,
yaitu terjadinya peningkatan produktivitas padi dari semula 47,91 kuintal/hektar
pada 2009 menjadi 48,7 kuintal/hektar pada 2010 (Grafik 1.26).
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Sektor Pertanian
80.00
90.00
100.00
110.00
120.00
130.00
140.00
May
-08
Jun
-08
Jul-
08
Au
g-0
8
Sep
-08
Oct
-08
No
v-0
8
De
c-0
8
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
Ind
eks
NTP
Tanaman Pangan
Hortikultura
TPR
13
Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang
Sumber: BPS
Sumber: Departemen Pertanian RI
Grafik 1.25. Perkembangan Rata-Rata Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Sumbar
Grafik 1.26. Perkembangan Produktivitas Padi
Sumber: BPS, dan Proyeksi KBI Padang
Sumber: DPKD, Sumbar
Grafik 1.27. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Sumbar (yoy)
Grafik 1.28. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor untuk Kegiatan Usaha di
Sumbar
Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2010 belum mengalami
perbaikan signifikan. Kontraksi pada sektor industri pengolahan diperkirakan
terus berlanjut. Pasca gempa, pada triwulan IV-2009 mengalami kontraksi sebesar
3,01%, dan pada triwulan I-2010 kontraksi tersebut masih terjadi dengan
pertumbuhan sebesar -2,12% (Grafik 1.27). Determinan utama terjadinya
kontraksi ini berasal dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
dan subsektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, yang masing-masing pada
triwulan I-2010 tumbuh -2,04% dan -4,64% (yoy). Perkembangan subsektor
industri semen dan barang galian bukan logam relatif stagnan, hanya tumbuh
0,21% (yoy). Hal ini terlihat pula oleh indikator penjualan kendaraan bermotor
untuk keperluan kegiatan industri dan perkembangan impor bahan baku untuk
industri olahan yang menunjukkan trend penurunan (Grafik 1.28 dan 1.29). Selain
itu, kredit perbankan ke sektor industri juga masih tertahan, dan bahkan pada
triwulan I-2010 tumbuh sekitar -24% (yoy) (Grafik 1.30).
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
May
-07
Jun
-07
Jul-
07
Au
g-0
7Se
p-0
7O
ct-0
7N
ov-
07
De
c-0
7Ja
n-0
8Fe
b-0
8M
ar-0
8A
pr-
08
May
-08
Jun
-08
Jul-
08
Au
g-0
8Se
p-0
8O
ct-0
8N
ov-
08
De
c-0
8Ja
n-0
9Fe
b-0
9M
ar-0
9A
pr-
09
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9Se
p-0
9O
ct-0
9N
ov-
09
De
c-0
9Ja
n-1
0Fe
b-1
0
Rp
/Kg
0
10
20
30
40
50
60
Sumatera Barat Riau Jambi Kepulauan Riau
kuin
tal/
he
ktar
2009
2010-ARAM I
-8.00%
-6.00%
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Sektor Industri Pengolahan
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki
Semen & Brg. Galian bukan logam
0
50
100
150
200
250
300
Jan
-07
Feb
-07
Mar
-07
Ap
r-0
7M
ay-0
7Ju
n-0
7Ju
l-0
7A
ug-
07
Sep
-07
Oct
-07
No
v-0
7D
ec-
07
Jan
-08
Feb
-08
Mar
-08
Ap
r-0
8M
ay-0
8Ju
n-0
8Ju
l-0
8A
ug-
08
Sep
-08
Oct
-08
No
v-0
8D
ec-
08
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9M
ay-0
9Ju
n-0
9Ju
l-0
9A
ug-
09
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9D
ec-
09
Jan
-10
Feb
-10
Un
it
Pick up
Truck
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 14
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Impor Bahan Baku Industri Sumbar
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri Bank Umum Lokasi Proyek Sumbar
Sumber: BPS, dan Proyeksi BI Padang
Sumber: BPS
Grafik 1.31. Perkembangan PDRB Sektor PHR Sumbar
Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih mengalami
pertumbuhan negatif. Sektor PHR merupakan sektor yang mengalami dampak
besar akibat gempa. Pada triwulan IV-2009 pertumbuhannya -6,71%, dan pada
triwulan I-2010 sektor ini sedikit mengalami perbaikan namun tak cukup
mengangkatnya untuk berada area positif, yaitu tumbuh -3,51% (Grafik 1.31).
Kontraksi terus berlanjut terutama pada subsektor hotel pada triwulan I-2010
tumbuh -13,13%, atau tidak mengalami perbaikan berarti dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh -14,83%. Stagnasi subsektor ini memerlukan pemulihan
relatif lama mengingat pembangunan kembali hotel-hotel yang rusak dan hancur
akibat gempa membutuhkan investasi dan permodalan cukup besar. Di sisi lain
jumlah wisatawan mancanegara (wisman) belum mencapai tingkat ke Sumbar
seperti sebelum terjadi gempa. Data terakhir pada bulan Februari 2010 jumlah
wisman ke Sumbar tumbuh -52,22% dari 4.611 orang pada Februari 2009
menurun menjadi hanya 2.203 orang (Grafik 1.32).
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb**
2009 2010
rib
u U
SD
(ci
f)
rib
u U
SD
(ci
f)
Bahan baku untuk industri (olahan) (sisi kiri)
Bahan baku untuk industri (primer) (sisi kanan)
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan
*
Feb
*
2008 2009 2010
Mili
ar R
up
iah
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Sektor PHR
Perdagangan Besar & Eceran
Hotel
Restoran
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Jan
-08
Feb
-08
Mar
-08
Ap
r-0
8M
ay-0
8Ju
n-0
8Ju
l-0
8A
ug-
08
Sep
-08
Oct
-08
No
v-0
8D
ec-
08
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9M
ay-0
9Ju
n-0
9Ju
l-0
9A
ug-
09
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9D
ec-
09
Jan
-10
Feb
-10
Ora
ng
Jumlah Wisman Pertumbuhan (yoy)
15
Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang
Sumber: BPS
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
Grafik 1.33. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Sumbar
Grafik 1.34. Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Berbintang Kab/Kota di Sumbar
Pemulihan di subsektor perdagangan mulai terlihat. Beberapa pusat
perdagangan modern di Kota Padang yang semula terhenti akibat gempa
sebagian mulai kembali beroperasi seperti Plaza Andalas. Selain itu pasar-pasar
tradisional kembali berjalan meskipun sebagian beroperasi sebagai pasar darurat
untuk sementara waktu menunggu proses rekonstruksi dan rehabilitasi berjalan.
Kredit di sektor perdagangan yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di
Sumbar juga menunjukkan peningkatan, pada triwulan I-2010 tumbuh sekitar
16% (yoy) (Grafik 1.36). Selain itu, arus barang perdagangan dalam negeri melalui
pelabuhan Teluk Bayur juga mengalami peningkatan 7,2% dibandingkan tahun
sebelumnya (Grafik 1.35). Dengan demikian, kontraksi pertumbuhan subsektor
perdagangan diproyeksikan semakin berkurang, dari semula tumbuh -6,71% pada
triwulan IV-2009 menjadi -3,51% pada triwulan I-2010.
Sumber: PT Pelindo
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia Grafik 1.35. Perkembangan Arus Barang
Perdagangan Dalam dan Luar Negeri melalui Pelabuhan Teluk Bayur
Grafik 1.36. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek
Sumbar
0
10
20
30
40
50
60
Jan
-08
Fe
b-0
8
Ma
r-0
8
Ap
r-0
8
Ma
y-0
8
Jun
-08
Jul-
08
Au
g-0
8
Se
p-0
8
Oc
t-0
8
No
v-0
8
De
c-0
8
Jan
-09
Fe
b-0
9
Ma
r-0
9
Ap
r-0
9
Ma
y-0
9
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Se
p-0
9
Oc
t-0
9
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Fe
b-1
0
%88.65
33.20
45.5351.37
55.70
48.26
27.4033.62
50.68
33.05
43.14
22.74
35.71
60.74
40.12
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Kab. Sijunjung Kab. Tanah Datar
Kab. Agam Kota Padang Kota Bukittinggi
Pe
rse
n
Des 2009
Jan 2010
Feb 2010
-
100
200
300
400
500
600
700
800
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR
2009 2010
Rib
u T
on
PERDAGANGAN LUAR NEGERI
PERDAGANGAN DALAM NEGERI
0
1
2
3
4
5
6
Trili
un
Ru
pia
h
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat
Bank Indonesia Padang 16
Halaman ini sengaja dikosongkan
B O K S
Kajian Ekonomi Zona Sumbagteng Tw.I-2010
Ekonomi Zona Sumbagteng Mulai Kembali Bergairah
Pertumbuhan ekonomi Zona Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) terus
meningkat pada triwulan I-2010. Pertumbuhan PDRB Zona Sumbagteng triwulan I-2010
diperkirakan meningkat dari 3,8% (y-o-y) menjadi 4,3% (y-o-y). Akselerasi pertumbuhan
ekonomi bersumber dari Provinsi Sumbar, Jambi, dan Riau. Kembali bergeraknya
perekonomian Sumbar pasca gempa serta semakin pulihnya perekonomian global
merupakan faktor pendorong optimisme perkiraan PDRB tersebut.
Dari sisi permintaan, konsumsi tumbuh stabil didorong oleh keyakinan
konsumen yang kuat dan daya beli yang meningkat. Pertumbuhan konsumsi terjadi
pada semua daerah, kecuali Sumbar, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi
pemerintah. Pertumbuhan konsumsi paling tinggi terjadi di Kepulauan Riau (22,38%) dan
Riau (7,89%). Investasi juga diperkirakan meningkat seiring dengan meningkatnya
optimisme dunia usaha serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Sumbar.
Pertumbuhan ekspor diperkirakan kembali memasuki area positif semakin membaik ditopang
oleh meningkatnya harga komoditas dan meningkatnya permintaan negara mitra dagang. Di
sisi lain, realisasi belanja pemerintah masih terbatas. Posisi dana Pemda di perbankan
menunjukkan peningkatan pada awal tahun sebagaimana tahun sebelumnya. Hal ini
mengindikasikan tidak terdapat perubahan pola realisasi belanja pemerintah daerah meski
dana perimbangan telah ditransfer lebih cepat oleh pemerintah pusat.
Di sisi penawaran, peningkatan konsumsi direspon terutama oleh sektor-
sektor non-tradables. Sektor-Sektor non-tradables tumbuh tinggi pada triwulan I-2010.
Sektor bangunan tumbuh paling tinggi (8,73%), diikuti sektor angkutan dan komunikasi
(7,83%), sektor jasa-jasa (7,38%), dan sektor keuangan (7,21%), dan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran (6,13%). Pertumbuhan yang tinggi pada sektor-sektor non tradables ini
terjadi hampir pada semua provinsi, kecuali di Sumbar yang baru mulai recovery.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng Sisi Permintaan (y-o-y)
Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia
2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Permintaan Domestik 7.29% 8.65% 11.52% 10.57% 12.56% 7.81% 7.87% 6.55% 5.85%
Konsumsi 9.07% 8.85% 9.59% 9.76% 8.17% 7.89% 9.57% 8.85% 8.72%
Konsumsi Rumah Tangga 9.12% 9.04% 9.77% 10.16% 8.95% 7.99% 9.82% 8.09% 8.51%
Konsumsi Pemerintah 8.79% 7.77% 8.56% 7.49% 3.56% 7.23% 8.04% 13.30% 9.85%
Investasi 2.88% 8.14% 16.49% 12.65% 24.12% 7.60% 3.75% 0.79% -0.73%
PMTB 11.45% 13.15% 14.31% 12.25% 10.18% 8.94% 9.05% 9.55% 10.58%
Perubahan Stok 112.28% 88.26% -6.49% 9.39% -69.32% 20.47% 71.86% 75.31% 271.60%
Net Ekspor (Impor) 0.67% 3.61% -3.85% -6.72% -14.19% -8.34% -9.87% -3.90% -0.47%
Ekspor 8.63% 10.04% 6.07% 1.58% -2.65% -2.85% -1.81% -0.13% 3.67%
Impor 16.62% 16.06% 15.25% 8.68% 7.37% 1.74% 4.42% 2.63% 6.54%
PDRB 5.22% 7.12% 6.81% 5.36% 4.52% 3.08% 2.97% 3.76% 4.29%
Komponen2008 2009
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng Dari Sisi Permintaan (y-o-y )
Inflasi tahunan Zona Sumbagteng kembali meningkat di triwulan I-2010 .
Setelah sempat mengalami trend perlambatan sejak triwulan IV-2008, inflasi Zona
Sumbagteng mencapai titik balik di triwulan I-2010. Inflasi Zona Sumbagteng yang sempat
mencapai titik terendah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di triwulan IV-2009 yaitu
sebesar 1,93% (yoy), kini meningkat menjadi 2,58% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi Zona
Sumbagteng disebabkan oleh mulai meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat, adanya
pergerakan harga komoditas di pasar internasional, kondisi cuaca yang kurang kondusif serta
faktor mundurnya musim tanam dan panen padi.
Pergerakan inflasi Zona Sumbagteng masih searah dengan pergerakan inflasi
nasional. Secara umum, inflasi Zona Sumbagteng selalu bergerak searah dengan inflasi
nasional. Bahkan, sejak tahun 2008 inflasi Zona Sumbagteng cenderung berada di bawah
level inflasi nasional kecuali pada triwulan I-2009 dimana inflasi Zona Sumbagteng sedikit
berada di atas inflasi nasional. Pada triwulan I-2010, inflasi Zona Sumbagteng tercatat sebesar
2,58% (yoy) sedangkan inflasi Nasional sebesar 3,81% (yoy).
Sumber: BPS
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Nasional dan Zona Sumbagteng
Pertumbuhan ekonomi di Zona Sumbagteng pada triwulan II-2010
diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 4,18±0,90%. Dari sisi permintaan, konsumsi
tetap menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan. Diperkirakan pertumbuhan konsumsi
semakin melesat terkait dengan pelaksanaan Pilkada serentak di berbagai daerah. Selama
triwulan II-2010 diperkirakan cukup memberi ruang bagi pelaku ekonomi di sektor
perkebunan untuk merespon momentum trend peningkatan harga komoditas internasional
melalui ekspansi produksi.
Tabel 1.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Zona Sumbagteng (%, y-o-y)
Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I*
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pe
rse
n (%
)
Nasional Zona Sumbagteng
1 2 3 4 1P 2P
Sumatera Bag. Tengah 6.1 4.5 3.1 3.0 3.8 3.6 4.29 4,18 ± 0,9
1 Sumatera Barat 6.4 5.8 5.0 5.1 0.9 4.2 3.56 3,5 ± 0,5
2 Riau 5.7 5.1 2.1 1.5 3.0 3.0 3.01 3,3 ± 1
3 Kepulauan Riau 6.6 0.5 2.3 3.5 7.7 3.5 7.50 6,3 ± 1
4 Jambi 7.2 8.0 6.5 5.5 5.7 6.4 5.94 5,80 ± 1
2009 20102008 2009
17
Bab 3 : Inflasi
Bank Indonesia Padang
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL
Setelah berada pada kisaran rendah dan stabil sepanjang tahun 2009, inflasi
kota Padang kembali meningkat di triwulan I-2010. Dari sisi penawaran (supply
side), tekanan inflasi terjadi akibat faktor musiman belum tibanya musim panen
komoditas bahan pangan, adanya kebijakan pemerintah terkait kenaikan tarif
cukai rokok dan HPP Gabah Kering Panen, serta pengaruh pergerakan harga
internasional. Sementara itu di sisi permintaan (demand side), meningkatnya
inflasi didorong oleh peningkatan permintaan khususnya barang-barang yang
terkait dengan rehab-rekon pasca gempa.
2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang
Faktor musiman belum masuknya musim panen serta adanya faktor eksternal
berupa pengaruh harga internasional turut memberikan pengaruh negatif
terhadap pembentukan tingkat inflasi Kota Padang. Belum masuknya musim
panen beberapa komoditas pangan terutama beras telah memberikan kontribusi
terhadap pergerakan harga beras di Kota Padang. Hal tersebut diperburuk oleh
kondisi cuaca yang sering turun hujan sehingga pasca panen menjadi tidak
maksimal. Akibatnya, pasokan bahan pangan terutama beras ke beberapa sentra
pasar di Kota Padang menjadi terbatas. Selain itu, trend peningkatan harga
komoditas di pasar internasional, telah berdampak pada naiknya harga komoditas
yang bersangkutan di pasar domestik seperti yang terjadi pada komoditas gula
pasir dan minyak goreng. Adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan Harga
Pembelian Pemerintah untuk Gabah Kering Panen (HPP GKP) sebesar 10% serta
adanya kenaikan tarif cukai rokok yang diberlakukan sejak awal tahun 2010, juga
ikut mendorong inflasi pada triwulan laporan. Inflasi tahunan Kota Padang
triwulan I 2010 tercatat sebesar 3,05 persen dengan inflasi tahun kalender sampai
dengan Maret 2010 sebesar 1,02 persen.
Beberapa proyek terkait rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa turut
mendorong peningkatan inflasi di triwulan I 2010. Pelaksanaan rehabilitasi dan
Bab II : Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang 18
Tw I
2005Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2006Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2007Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2008Tw II
Tw
III*Tw IV
Tw I
2009Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2010
Nasional 8,81 7,42 9,06 17,1 15,7 15,5 14,5 6,60 6,52 5,77 6,95 6,59 8,16 11,0 12,1 11,0 7,92 3,65 2,83 2,78 3,43
Padang 12,5 8,35 11,6 20,4 14,1 16,4 14,4 8,05 10,7 7,79 9,00 6,90 7,59 12,6 13,0 12,6 9,21 2,8 3,55 2,05 3,05
0
5
10
15
20
pe
rse
n (%
)
BBM Naik
BBM Naik
rekonstruksi pasca gempa Sumbar telah di mulai pada Februari 2010. Beberapa
proyek seperti pembangunan kembali rumah, gedung dan perkantoran
memberikan tekanan terhadap pergerakan harga kelompok perumahan, listrik,
gas, dan bahan bakar. Peningkatan harga didorong oleh meningkatnya
kebutuhan material untuk pembangunan kembali berbagai infrastruktur.
Inflasi Kota Padang kembali berada di bawah level inflasi Nasional. Meskipun
mengalami kecenderungan meningkat, inflasi tahunan Kota Padang pada
triwulan laporan masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar
3,43% (yoy). Inflasi Kota Padang yang cenderung berada di atas level inflasi
nasional sejak tahun 2004, kini berangsur-angsur mendekati pergerakan inflasi
nasional. Bahkan, pada triwulan II dan IV tahun 2009 serta triwulan I 2010 ini,
inflasi Kota Padang tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional.
Grafik 2.1: Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y)
2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di
Provinsi Tetangga
Kenaikan laju inflasi terjadi di seluruh kota di Zona Sumbagteng. Kenaikan
inflasi tertinggi terjadi di Kota Jambi yaitu dari 2,49 persen (yoy) di triwulan IV
2009, menjadi 3,79 persen (yoy) di triwulan I 2010. Sebaliknya, kenaikan inflasi
tahunan terendah terjadi di Pekanbaru yaitu dari 1,94 persen (yoy) menjadi 2,26
persen (yoy). Secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Batam yaitu
sebesar 1,72 persen (qtq), diikuti oleh Jambi sebesar 1,53 persen (qtq) dan Padang
sebesar 1,02 persen (qtq).
19
Bab II :Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang
Secara bulanan, hanya Kota Batam yang mengalami inflasi di bulan Maret
2010. Di penghujung triwulan I 2010, hampir seluruh kota di Zona Sumbagteng
mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Padang sebesar 0,73 persen
(mtm) diikuti oleh Pekanbaru (0,34 %; mtm), Tanjung Pinang (0,28 %; mtm),
Dumai (0,13 %; mtm), dan Jambi (0,05 %; mtm). Sebaliknya, satu-satunya kota di
Zona Sumbagteng yang mengalami inflasi adalah Batam sebesar 0,25 % (mtm).
Inflasi tahunan hampir seluruh kota di Zona Sumbagteng berada di bawah
inflasi Nasional kecuali Jambi. Pada triwulan laporan, inflasi hampir seluruh kota
di Zona Sumbagteng berada di bawah inflasi nasional seperti inflasi Kota Padang
yang sebesar 3,05 persen (yoy), Batam (2,97%; yoy), Pekanbaru (2,26%; yoy), Tj.
Pinang (1,92%; yoy), dan Dumai (1,81%; yoy). Sementara itu, inflasi Kota Jambi
yang tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sejak triwulan II 2009,
kini kembali berada di atas level inflasi nasional yaitu sebesar 3,79% (yoy).
-
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y)
2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa
Inflasi tahunan tertinggi masih di dominasi oleh Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok, dan Tembakau. Sepanjang tahun 2009, kelompok makanan
jadi hampir selalu menjadi kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi
tertinggi. Tercatat inflasi rata-rata kelompok makanan jadi di tahun 2009 sebesar
8,84% (yoy). Setelah sempat sedikit menurun di triwulan IV 2009, inflasi makanan
jadi pada triwulan I 2010 kembali meningkat menjadi sebesar 7,06% (yoy). Inflasi
berikutnya terjadi pada kelompok perumahan sebesar 3,53% (yoy), dan kelompok
bahan makanan sebesar 2,42% (yoy). Setelah selama tiga triwulan berturut-turut
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
Tw.II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw II
Tw II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw II
Tw II
I
Tw.IV
Tw.I
Tw II
Tw II
I
Tw.IV
Tw.I
2005 2006 2007 2008 2009 2010
pe
rse
n (%
)
Padang Pekanbaru Bengkulu Jambi Batam Nasional
TAH
UN
DA
SAR
200
7 =
100
Bab II : Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang 20
mengalami deflasi, kini kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 1,85%
(yoy). Sebaliknya, kelompok pendidikan justru mengalami deflasi sebesar 0,13%
(yoy) pada triwulan laporan.
Tabel 2.1
Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %)
Secara triwulanan, kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan
juga mendominasi inflasi periode laporan. Meskipun relatif lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,50% (qtq),
inflasi kelompok makanan jadi pada triwulan laporan adalah yang tertinggi
dibandingkan kelompok lainnya. Inflasi kelompok makanan jadi tercatat sebesar
1,85% (qtq) sedangkan inflasi kelompok bahan makanan sebesar 1,16% (qtq).
Sebaliknya, kelompok sandang dan pendidikan mengalami deflasi masing-masing
sebesar 0,33% (qtq) dan 0,11% (qtq).
Tabel 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %)
Pada kelompok makanan jadi, inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Setelah relatif rendah di
sepanjang tahun 2009, subkelompok tembakau dan minuman beralkohol kembali
meningkat menjadi sebesar 4,53% (qtq). Sebaliknya, inflasi subkelompok
minuman yang tidak beralkohol yang mendominasi inflasi di sepanjang tahun
Tw. III* Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Tw. I*
UMUM / TOTAL 7,59 12,67 13,00 12,68 9,21 2,80 3,55 2,05 3,05
Bahan Makanan 9,51 23,02 21,90 21,26 11,35 1,33 7,05 0,60 2,42
Makanan Jadi 10,57 14,04 12,94 13,73 13,35 7,06 8,41 6,53 7,06
Perumahan 6,89 8,18 9,67 8,01 5,95 3,07 0,43 2,93 3,53
Sandang 8,84 4,47 5,57 5,69 6,89 5,41 4,14 4,42 0,58
Kesehatan 9,29 7,66 6,45 4,87 4,61 2,46 1,67 1,10 0,80
Pendidikan 3,04 3,30 8,93 9,01 8,99 8,18 0,62 0,16 -0,13
Transportasi & Komk 1,77 9,79 10,29 10,05 7,42 -1,89 -1,65 -1,04 1,85
Sumber : BPS Sumbar, diolah. *mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100
2008Kelompok Barang & Jasa
Tw. II*
20102009
Tw. I
Tw. III* Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Tw. I*
UMUM / TOTAL 4,35 4,74 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02
Bahan Makanan 9,58 3,40 2,31 4,62 -0,64 -4,72 8,09 -1,68 1,16
Makanan Jadi 1,81 5,96 0,90 4,31 1,34 0,38 2,17 2,50 1,85
Perumahan 2,37 3,25 2,82 0,30 0,03 -0,08 0,19 2,79 0,61
Sandang 3,84 -1,12 2,13 1,49 3,48 -1,73 0,90 1,77 -0,33
Kesehatan 1,17 2,47 0,90 0,73 0,70 0,11 0,12 0,17 0,22
Pendidikan 0,65 0,89 7,40 0,50 0,18 0,04 -0,10 0,05 -0,11
Transportasi & Komk 0,72 11,89 0,37 -0,93 -1,46 0,13 0,61 -0,31 1,42
Sumber : BPS Sumbar, diolah. *mulai Tw.II-2008 menggunakan tahun dasar 2007=100
2008Kelompok Barang & Jasa
20102009
Tw. II*Tw. I
21
Bab II :Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang
2009, kini mulai menurun dan relatif rendah menjadi sebesar 0,53% (qtq).
Demikian juga dengan inflasi subkelompok makanan jadi yang turun dari 3,57%
(qtq) di triwulan IV 2009 menjadi 1,09% (qtq) di triwulan I 2010.
Tingginya inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dipicu
oleh adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun 2010. Kenaikan tarif
cukai rokok yang diberlakukan sejak awal tahun 2010 bervariasi dari Rp15 hingga
Rp35 per batang. Kenaikan ini disesuaikan dengan jenis produksi rokok yang
dihasilkan seperti untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM) Golongan I dan II, dengan
kenaikan rata-rata sebesar Rp20 per batang sedangkan Sigaret Putih Mesin (SPM) I
sebesar Rp35 dan SPM II sebesar Rp28 per batang. Untuk Sigaret Kretek tangan
(SKT) I, II dan III kenaikan sebesar Rp25 per batang. Kenaikan tarif cukai rokok,
dilakukan pemerintah selain untuk membendung pertumbuhan produsen rokok
skala kecil yang telah meroket dari 600 produsen pada tahun 1998 menjadi lebih
dari 3.000 perusahaan pada tahun 2009 serta untuk mencapai target penerimaan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010. Bujet penerimaan
dari sektor cukai hasil tembakau diperkirakan dapat mencapai Rp 55,9 triliun1
.
Masih tingginya harga gula pasir mendorong pergerakan inflasi di
subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Hasil SPH KBI Padang
menunjukkan bahwa harga gula pasir di Kota Padang mencapai puncaknya sejak
minggu terakhir Desember 2009 yaitu sebesar Rp12.000/kg. Jika dibandingkan
rata-rata harga bulan Maret 2010 dengan harga pada bulan Desember 2009,
maka harga gula pasir tercatat masih mengalami kenaikan sebesar 16,79%.
Menurunnya produktivitas gula dalam negeri membuat stok gula tidak
mencukupi sehingga pemerintah masih menggantungkan pasokan melalui impor
dari berbagai negara seperti Thailand. Jika sesuai jadwal, PTPN dan pabrik gula
PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) baru akan mendatangkan gula impor pada
bulan Maret. Meskipun masih relatif kecil, namun sejak awal Maret 2010, harga
gula pasir di kota Padang sudah berhasil turun sebesar Rp250 per kg menjadi
Rp11.750 per kg.
1 www.kontan.co.id, 16 Januari 2010
Bab II : Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang 22
Tabel 2.3
Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %)
Inflasi kelompok bahan makanan yang sempat mereda di triwulan IV 2009
sebesar 0,60% (qtq), kini kembali meningkat menjadi sebesar 2,42% (qtq).
Faktor musiman berakhirnya musim panen komoditas bahan pangan, memaksa
inflasi kelompok bahan makanan terutama yang berasal dari subkelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya kembali meningkat. Meskipun mengalami
peningkatan inflasi, sebagian besar subkelompok yang ada justru mengalami
deflasi. Beberapa subkelompok yang tercatat mengalami inflasi cukup tinggi
adalah subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 10,98%
(qtq); dan subkelompok sayur-sayuran sebesar 7,15% (qtq). Sebaliknya,
subkelompok yang mengalami deflasi cukup besar adalah subkelompok bumbu-
bumbuan sebesar 17,16% (qtq); dan subkelompok buah-buahan sebesar 3,03%
(qtq).
Inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh tingginya inflasi
subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan laporan,
subkelompok padi-padian tercatat mengalami inflasi sebesar 10,98% (qtq).
Komoditas yang dominan memberikan sumbangan terhadap pembentukan inflasi
kelompok bahan makanan terutama subkelompok padi-padian adalah beras. Hasil
SPH KBI Padang menunjukkan bahwa harga beras di bulan Maret 2010 untuk
kualitas I naik rata-rata sebesar 4-5 persen dibandingkan posisi harga rata-rata
bulan Desember. Beras kualitas II naik sebesar 14 persen dan beras kualitas III naik
sebesar 19-22 persen.
Faktor musiman belum masuknya musim panen serta kondisi cuaca yang
kurang baik telah menyebabkan pasokan beras ke berbagai sentra
perdagangan menurun. Pasokan untuk pemenuhan kebutuhan saat ini banyak
bergantung dari hasil musim panen sebelumnya. Sementara itu, tingginya
intensitas hujan menyebabkan berkurangnya hasil panen padi sebagian besar
petani. Kondisi cuaca yang sering hujan menyebabkan buah padi yang hendak
TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 1,68 6,28 0,90 4,31 1,34 0,38 2,17 2,50 1,85
Makanan Jadi 2,90 7,57 1,57 4,93 0,30 0,16 1,59 3,57 1,09
Minuman yang Tidak Beralkohol 1,05 3,16 0,78 2,16 6,12 1,51 6,69 2,36 0,53
Tembakau dan Minuman Beralkohol -0,67 5,00 -0,57 3,95 1,35 0,31 1,03 0,00 4,53Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.
2010Kelompok / Subkelompok
2009 2009
23
Bab II :Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang
dipanen menjadi tidak maksimal karena mengandung banyak air. Akibatnya hasil
panen padi yang masuk ke beberapa pasar di Kota Padang menjadi berkurang.
Selain itu, menurut Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan dalam siaran
persnya menyatakan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal tahun
disebabkan oleh 7 faktor yakni pertama karena pengaruh psikologis kenaikan
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tahun 2010 sebesar 10 persen, sesuai dengan
Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. Kedua, mundurnya masa
tanam yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa paceklik menjadi
lebih panjang. Ketiga, beras bersubsidi (rasdi) yang belum berjalan penuh atau
optimal. Keempat, ekspektasi pedagang karena gencarnya berita tentang
kenaikan harga beras dunia. Kelima, spekulasi kenaikan harga pupuk yang
diperkirakan akan diberlakukan mulai April 2010. Keenam, hambatan transportasi
akibat gangguan cuaca. Serta ketujuh, stok petani, penggilingan dan pedagang
relatif menipis2
.
Intensitas hujan yang tinggi telah membuat beberapa komoditas sayur
mengalami kenaikan harga. Curah hujan yang tinggi dan tidak menentu
terkadang disertai oleh angin kencang sejak awal tahun 2010, telah membuat
beberapa komoditas sayuran mengalami penurunan produktivitas. Beberapa jenis
sayuran yang tersedia juga kurang baik hasilnya karena kondisi cuaca yang
menyebabkan tanaman cepat membusuk. Inflasi subkelompok sayuran pada
triwulan I 2010 ini tercatat mencapai 7,15% (qtq).
Terus membaiknya harga CPO di pasar internasional ikut mendorong naiknya
harga minyak goreng domestik. Adanya peningkatan permintaan CPO dari
China dan India sejak akhir 2009 lalu telah membuat harga CPO kembali
meningkat. Hal ini berimbas pada kenaikan harga minyak goreng dalam negeri
terutama harga minyak goreng curah. Hasil SPH KBI Padang menunjukkan bahwa
harga minyak goreng curah pada bulan Maret 2010 meningkat sebesar 19,33 %
dibandingkan rata-rata harga bulan Desember 2009. Sementara itu, jika
dibandingkan dengan posisi bulan Maret 2009, harga minyak goreng curah naik
sebesar 7,7%. Disisi lain, adanya penghapusan PPn DTP (Pajak Pertambahan Nilai
Ditanggung Pemerintah) juga turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan
harga minyak goreng di tahun 2010 ini.
2 http://economy.okezone.com, 24 Januari 2010
Bab II : Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang 24
TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I
Bahan Makanan 8,20 4,70 2,31 4,62 -0,64 -4,72 8,09 -1,68 1,16
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10,90 0,05 0,39 4,89 9,88 -8,74 -0,07 3,36 10,98
Daging dan Hasil-hasilnya 7,09 4,59 2,23 3,30 0,54 2,09 0,45 -0,89 1,82
Ikan Segar 6,50 10,37 4,05 3,41 3,90 -6,56 3,91 0,92 -0,47
Ikan Diawetkan 11,83 10,28 7,14 7,31 -3,25 1,74 -1,75 1,07 -0,04
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 4,11 5,87 8,26 -1,42 -0,96 0,60 4,45 -1,75 -0,24
Sayur-sayuran 4,21 8,87 10,03 -0,99 0,09 -12,67 5,64 2,65 7,15
Kacang - kacangan 3,93 3,70 5,40 -1,64 0,64 -0,37 0,77 -9,46 -0,11
Buah - buahan 3,02 22,53 4,25 3,06 -6,38 9,35 1,97 -5,75 -3,03
Bumbu - bumbuan 9,33 -6,99 -8,58 25,27 -19,96 -13,93 76,92 -17,02 -17,16
Lemak dan Minyak 15,77 8,26 1,29 -1,15 -6,81 0,17 -1,50 6,06 0,41
Bahan Makanan Lainnya 1,41 3,00 0,09 1,10 -2,04 0,97 0,22 0,00 0,45Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.
2009Kelompok / Subkelompok
2008 2009
Subkelompok bumbu-bumbuan kembali mengalami deflasi yang cukup dalam
yaitu sebesar 17,16% (qtq). Berdasarkan data yang ada, tampak bahwa
pergerakan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan sangat fluktuatif. Hal ini cukup
mengkhawatirkan terutama karena subkelompok ini memiliki sumbangan yang
cukup besar terhadap pergerakan inflasi kelompok bahan makanan bahkan inflasi
secara keseluruhan. Pergerakan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan didominasi
oleh komoditas cabe merah yang memili porsi besar terhadap pola konsumsi
masyarakat minagkabau. Data SPH KBI Padang menunjukkan bahwa rata-rata
harga cabe merah di bulan Maret 2010 mengalami penurunan cukup besar yaitu
sebesar 36,41% dibandingkan rata-rata harga di bulan Desember 2009. Harga
rata-rata cabe merah di bulan Maret 2010 sebesar Rp13.100/kg sementara di bulan
Desember 2009 sebesar Rp20.600/kg. Bahkan pada bulan januari dan februari
2010, harga cabe merah sempat mencapai Rp25.594/kg.
Tabel 2.4
Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %)
Adanya inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
disebabkan masih berjalannya proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca
gempa Sumbar 30 September 2009 silam. Pada bulan Januari 2010, Dinas
Prasarana Jalan dan Tata Ruang Permukiman Sumbar sudah menerima SK
Gubernur tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran. Pada tahap pertama,
anggaran sebesar Rp 313 milyar akan difokuskan untuk perbaikan jalan dan
jembatan. Sementara itu, pembangunan gedung-gedung pemerintah
diperkirakan akan berjalan bulan Juni 2010. Pada bulan Maret diharapkan
pembersihan puing-puing bangunan selesai dilaksanakan. Sementara itu,
penyaluran stimulan perumahan baru akan diberikan setelah ada kepastian dan
jaminan dari pemerintah daerah bahwa tidak ada gejolak di tengah-tengah
25
Bab II :Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang
masyarakat. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi selain dilaksanakan oleh
Pemprov Sumbar juga dilakukan melalui program-program yang dilaksanakan
kementerian/lembaga atas usulan Pemprov Sumbar.
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar masih
didominasi oleh subkelompok biaya tempat tinggal. Pada triwulan laporan,
inflasi subkelompok biaya tempat tinggal tercatat kembali meningkat sebesar
1,10% (qtq). Meningkatnya kebutuhan akan material untuk pembangunan
kembali berbagai infrastruktur seperti rumah, gedung dan perkantoran,
memberikan tekanan terhadap pergerakan harga subkelompok biaya tempat
tinggal seperti batu bata, besi beton, pasir, semen, dan tukang bukan mandor.
Dari laporan NGO dan pemerintah daerah yang disampaikan ke Pemprov Sumbar,
beberapa proyek pembangunan infrastruktur pendidikan dan kegiatan pemulihan
sosial telah selesai dilaksanakan. Salah satu laporan dari Australian Agency for
Internasional Development (AusAID) menunjukkan, sudah dan akan membangun
20 sekolah senilai 5.000.000 dollar Australia (sekitar Rp41 Miliar). Sekolah Dasar
(SD) yang mendapat bantuan dari AusAID di Padang adalah SDN 10 Koto, SDN 34
Kuranji, SDN 15 Koto Gadang, SDN 33 Kalumbuk, SDN 09 Kayu Aro, SDN 16
Tanjung Aur, SDN 14 Tabing Bandar Gadang. Sementara itu di Pariaman adalah
SDN 8 Toboh Palabah, SDN 01 Koto Marapak, SDN 14 Cubadak Air, SDN 2 Kajai,
SDN 12 Sirambang. Selain itu untuk sektor kesehatan, telah dibangun 7 unit
puskesmas serta dilakukan renovasi terhadap 2 unit puskemas yang mengalami
kerusakan3
.
Tabel 2.5
Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %)
Deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi pada
triwulan IV 2009 kini mulai berbalik arah. Inflasi kelompok transpor dan
komunikasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,42% (qtq). Inflasi kelompok
3 www.antara-sumbar.com, 13 April 2010.
TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 1,97 2,71 2,82 0,30 0,03 -0,08 0,19 2,79 0,61
Biaya Tempat Tinggal 2,37 4,45 0,07 0,41 -0,06 -0,15 0,38 4,72 1,10
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,56 -1,31 8,99 -0,24 -0,32 0,03 -0,08 0,69 0,00
Perlengkapan Rumahtangga 5,38 6,64 2,37 1,83 1,49 0,02 1,42 0,11 -0,01
Penyelenggaraan Rumahtangga 1,94 2,39 0,61 0,28 0,61 -0,04 -1,14 -0,05 0,09Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.
2010Kelompok / Subkelompok
2008 2009
Bab II : Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang 26
transpor dan komunikasi didominasi oleh subkelompok transpor sebesar 1,85%
(qtq) diikuti oleh subkelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,49%
(qtq). Telah masuknya musim dingin di belahan bumi utara khususnya Amerika
Serikat mendorong permintaan untuk bahan bakar kembali meningkat.
Permintaan energi yang semakin tinggi ini membuat harga minyak mentah
kembali naik hingga di atas USD 80 per barrel di akhir triwulan I-2010.
Tabel 2.6
Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %)
2.4. Inflasi Kota Bukittinggi4
Sejalan dengan pergerakan inflasi Kota Padang, inflasi tahunan Kota
Bukittingi pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan. Inflasi tahunan kota
Bukittinggi pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,51% (yoy) atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,04% (yoy). Inflasi tertinggi
terjadi pada kelompok sandang sebesar 11,14% (yoy) dengan andil 0,71%; diikuti
kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 9,14% (yoy)
dengan andil 1,59%; kelompok kesehatan sebesar 5,93% dengan andil 0,25%;
kelompok perumahan, listrik, gas & bahan bangunan sebesar 3,55% dengan andil
0,74%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,10% dengan andil
0,07%; serta kelompok bahan makanan sebesar 0,54% (yoy) dengan andil 0,15%.
Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tidak
mengalami perubahan indeks.
Inflasi tahunan Kota Bukittinggi berada di atas inflasi Kota Padang dan inflasi
Nasional. Sejak triwulan IV 2009, inflasi Kota Bukittinggi cenderung berada di
atas inflasi Kota Padang dan Nasional yang berada dikisaran 2%. Inflasi Kota
Bukittinggi pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar 3,04% (yoy). Tingginya inflasi
4 Bank Indonesia (BI) Padang dan BPS Provinsi Sumatera Barat bekerjasama melakukan penghitungan
Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi Kota Bukittinggi. Nilai konsumsi masyarakat Kota Padang
hasil SBH 2007 digunakan sebagai referensi (sister city) dalam menyusun paket komoditas (commodity
basket) dan diagram timbang yang akan digunakan untuk menghitung IHK dan inflasi Kota Bukittinggi.
Dari hasil pendekatan terpilih sebanyak 300 jenis barang/jasa yang menjadi paket komoditas
penghitungan IHK Kota Bukittinggi.
TW.I TW.II* TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,95 9,63 0,37 -0,93 -1,46 0,13 0,61 -0,31 1,42
Transpor 1,22 18,00 0,24 -2,34 -2,20 0,86 1,69 -0,43 1,85
Komunikasi Dan Pengiriman 0,06 -13,92 0,00 4,91 0,00 -2,73 -3,75 0,00 0,00
Sarana dan Penunjang Transpor 0,04 0,74 1,91 0,00 2,79 0,00 0,09 0,21 0,49
Jasa Keuangan 4,21 0,00 3,62 0,00 0,00 0,00 0,44 0,00 0,00Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.
2010Kelompok / Subkelompok
2008 2009
27
Bab II :Perkembangan Inflasi Regional
Bank Indonesia Padang
Kota Bukittinggi ini berlanjut hingga triwulan I 2010 dimana pada triwulan ini
Kota Padang dan Nasional berturut-turut mencatatkan inflasi sebesar 3,05% (yoy)
dan 3,42% (yoy) sedangkan Kota Bukittinggi sebesar 3,51% (yoy).
Tabel 2.7
Perkembangan Inflasi Kota Bukittinggi Menurut Kel. Barang dan Jasa
Tiga bulan pasca gempa Sumbar, pergerakan inflasi bulanan Kota Bukittinggi
tidak searah dengan inflasi Kota Padang. Pada bulan Oktober 2009 atau satu
bulan pasca gempa, inflasi Kota Padang merupakan yang tertinggi secara nasional
yaitu sebesar 1,78% (mtm). Sebaliknya, Kota Bukittinggi justru mengalami deflasi
sebesar 1,11% (mtm). Deflasi Kota Bukittinggi ini didorong oleh deflasi yang
terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,31% (mtm), kelompok transpor
0,14% (mtm), dan kelompok pendidikan sebesar 0,10% (mtm). Dua bulan pasca
gempa, ketika Kota Padang mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut
Kota Bukittinggi justru mengalami inflasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
minimnya dampak gempa yang terjadi di Kota Bukittinggi sehingga aktivitas
ekonomi yang ada di daerah tersebut cenderung tidak mengalami kendala. Hal
tersebut juga terlihat dari pergerakan inflasi Kota Bukittinggi yang relatif searah
dengan pergerakan inflasi nasional.
Grafik 2.3: Perkembangan Inflasi Kota Bukittinggi, Kota Padang & Nasional (y-o-y)
IHK Maret
2010
Inflasi
Bulanan
(mtm)
Inflasi Tahun
Kalender (ytd)
Inflasi
Tahunan
(yoy)
Umum 116,50 -1,01 0,84 3,51
1 Bahan Makanan 124,45 -4,34 1,06 0,54
2 Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 118,01 0,72 2,26 9,14
3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 110,87 0,24 0,40 3,55
4 Sandang 123,58 0,09 -0,57 11,14
5 Kesehatan 118,88 0,25 1,15 5,93
6 Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 110,09 0,03 -0,04 1,10
7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 109,73 0,02 0,29 0,00
KELOMPOK/ SUBKELOMPOK
-2
-1
0
1
2
MAR '09
APR '09
MEI '09
JUN '09
JUL '09
AGT '09
SEP '09
OKT '09
NOV '09
DES '09
JAN '10
FEB '10
MAR '10
Inflasi Kota Bukittinggi Inflasi Kota Padang Inflasi Nasional
B O K S
Menuju Legalisasi TPID Sumatera Barat
Pasca pertemuan dengan Kepala Biro Perekonomian Sumbar serta
dukungan penuh dari Gubernur Sumbar, pembentukan Tim Pengelolaan
Inflasi Daerah Sumbar hanya menunggu waktu. Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) yang mulai dirintis sejak tahun 2008 kini telah terbentuk di 38 propinsi
di seluruh Indonesia. Sumbar merupakan salah satu propinsi yang hingga kini belum
memiliki TPID. Mengingat pentingnya peran TPID dalam mewujudkan inflasi yang
rendah dan stabil maka pemprov Sumbar melalui Kepala Biro Perekonomian telah
menyetujui untuk meningkatkan kelembagaan forum diskusi inflasi yang telah ada.
Dengan pertimbangan perlunya membangun awareness stakeholders di daerah
terlebih dahulu, disepakati bahwa nama tim yang akan terbentuk adalah Tim
Pengelolaan Inflasi Daerah. Menanggapi pernyataan pengamat ekonomi, Aviliani,
SE, M.Si. dalam acara Sambung Rasa Gubernur Sumbar dengan dunia perbankan dan
dunia usaha pada tanggal 30 Maret 2010 tentang pentingnya peran TPID dalam
membantu mengendalikan pergerakan harga di daerah, Gubernur Sumbar
menginstruksikan untuk segera membentuk tim pengendali inflasi. Dengan
dukungan Gubernur Sumbar inilah maka tidak lama lagi TPID Sumbar akan segera
diresmikan. Saat ini proses pembentukan tim telah memasuki tahap penyusunan SK
Gubernur.
Untuk pertama kalinya Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) diselenggarakan di Bali pada tanggal 12
April 2010. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 38 TPID yang telah terbentuk dari
seluruh wilayah Indonesia. Sebagaimana dikutip dari Laporan Pelaksanaan Rapat
Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (RAKORNAS TPID) I Tahun 2010
yang disusun oleh, Kemenko Bidang Perekonomian dan Bank Indonesia, terdapat
beberapa kesimpulan terkait pelaksanaan RAKORNAS yaitu:
1. Kestabilan harga yang tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil sangat
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam hal ini, inflasi daerah memiliki peran yang strategis. Namun,
pengendalian inflasi daerah masih menghadapi berbagai tantangan terutama
terkait kendala pasokan dan distribusi serta struktur pasar yang terdistorsi.
2. Kendala pasokan dan distribusi muncul antara lain terkait kondisi geografis
ditengah infrastruktur yang masih terbatas. Selain itu, problema struktur
pasar yang terdistorsi menghambat upaya penurunan inflasi karena terjadi
keengganan penurunan harga (kekakuan harga).
3. Salah satu komoditas yang perlu dijaga pasokan dan distribusinya adalah
beras. BULOG sebagai lembaga yang berperan dalam menjaga kestabilan
harga beras masih menghadapi beberapa kendala seperti kualitas beras yang
kurang sesuai yang menyebabkan operasi pasar menjadi kurang efektif. Serta
lamanya proses identifikasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang menyebabkan
penyaluran RASKIN mengalami hambatan.
4. Upaya mewujudkan stabilitas harga membutuhkan sinergi kebijakan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia. Dalam hal ini,
kegiatan TPI Pusat difokuskan pada upaya pengendalian inflasi dalam skala
nasional terutama dalam memfasilitasi koordinasi kebijakan yang mencakup
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan sektoral. Sementara itu,
kegiatan TPID difokuskan untuk memberikan rekomendasi dalam rangka
menjaga kecukupan pasokan, mendukung kelancaran distribusi sekaligus
meminimalkan gangguan-gangguan (supply shocks). Disamping itu, kegiatan
TPID juga diarahkan untuk meminimalkan dampak akibat kebijakan
administered prices dan kebijakan lain yang berpotensi memicu inflasi seperti
kebijakan konversi energi.
5. Dana Insentif Daerah (DID) sebagai salah satu bentuk reward kepada PEMDA
atas prestasi yang dicapainya dalam hal kinerja keuangan dan kinerja
perekonomian masih menyisakan dua isu penting terkait inflasi:
Bobot kriteria inflasi dalam perhitungan DID saat ini hanya mempunyai
porsi 6% diusulkan untuk ditingkatkan. Selain itu, cara penilaian inflasi
yang saat ini menggunakan kriteria di atas atau di bawah inflasi nasional
dirasa kurang adil bagi daerah-daerah yang secara historis memiliki inflasi
dengan kecenderungan di atas inflasi nasional. Sebagai alternatif
digunakan kriteria di atas atau di bawah rata-rata inflasi historis daerah
yang bersangkutan.
PEMDA diberikan fleksibilitas untuk pemanfaatan dana DID termasuk
untuk pembiayaan kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi.
Beberapa kesepakatan yang dicapai dalam RAKORNAS guna mengoptimalkan
peran TPID dalam pengendalian inflasi daerah adalah sebagai berikut:
1. Penguatan aspek kelembagaan dan operasional TPID.
Dari sisi kelembagaan, hal ini a.l. ditempuh dengan:
─ memperkuat aspek legalitas TPID
─ menambah keanggotaan TPID dengan melibatkan instansi yang dipandang
penting
─ membantu upaya pengendalian inflasi daerah, seperti pihak kepolisian dan
KPPU di daerah
─ memperluas pembentukan TPID hingga mencakup 66 kota yang menjadi
dasar penghitungan inflasi di Indonesia
Dari sisi operasional, kegiatan TPID tidak hanya terbatas pada identifikasi
sumber potensi tekanan inflasi, namun juga pada rekomendasi atas opsi-
opsi kebijakan yang dapat ditempuh serta mengawal implementasi atas
rekomendasi dimaksud.
2. Penguatan koordinasi baik koordinasi TPI-TPID maupun antar TPID.
3. Koordinasi antar TPI dengan TPID terutama dalam menindak-lanjuti hasil
identifikasi tekanan inflasi daerah yang pemecahannya merupakan
kewenangan pemerintah pusat.
4. Koordinasi TPI-TPID dan antar TPID akan terus ditingkatkan yaitu melalui
penyelenggaraan RAKORNAS TPID secara rutin sekali dalam satu tahun.
29
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2010
menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi
pasca gempa. Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan arah
positif, meskipun masih relatif terbatas dan tumbuh melambat. Proses
intermediasi perbankan umum di Sumbar berlangsung dengan baik, seperti
terlihat pada Loan-to-Deposit Ratio (LDR) yang terus melebihi 100%. Non-
Perfoming Loan (NPL) bank umum secara keseluruhan masih relatif rendah,
sedangkan NPL BPR masih perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan lebih.
Sementara itu, perkembangan penghimpunan DPK bank umum syariah pada
triwulan I-2010 mampu mencatatkan pertumbuhan tinggi, disertai dengan jumlah
pembiayaan yang kualitasnya relatif terjaga.
Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (juta rupiah)
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga bulan Februari 2010
(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)
Aset 20,369,537 21,924,087 22,628,605 22,936,827 24,309,512 25,399,896 19.34% 5.98% 15.85% 4.49%
Giro 3,598,580 4,579,108 4,101,010 3,854,769 4,045,789 4,642,638 12.43% 4.96% 1.39% 14.75% 29.33%
Tabungan 6,886,214 6,310,084 6,671,718 6,940,342 8,616,374 6,674,372 25.12% 24.15% 5.77% -22.54% 42.16%
Simpanan Berjangka 4,384,540 4,831,750 4,912,803 4,684,818 4,492,673 4,512,301 2.47% -4.10% -6.61% 0.44% 28.51%
Total DPK 14,869,334 15,720,942 15,685,531 15,479,929 17,154,836 15,829,311 15.37% 10.82% 0.69% -7.73% 100.00%
Kredit Investasi 2,817,201 3,014,418 3,406,439 3,132,808 3,352,658 3,670,055 19.01% 7.02% 21.75% 9.47% 20.70%
Kredit Modal Kerja 6,714,550 6,582,998 6,848,774 5,910,992 6,422,589 6,367,424 -4.35% 8.66% -3.27% -0.86% 35.91%
Kredit Konsumsi 6,612,871 6,834,953 7,111,870 7,434,543 7,753,832 7,693,639 17.25% 4.29% 12.56% -0.78% 43.39%
Total Kredit Jenis Penggunaan 16,144,622 16,432,369 17,367,083 16,478,343 17,529,079 17,731,118 8.58% 6.38% 7.90% 1.15% 100.00%
Pertanian 2,129,632 2,534,239 2,582,988 2,224,801 2,224,380 1,957,100 4.45% -0.02% -22.77% -12.02% 11.04%
Pertambangan 168,097 106,853 164,972 151,489 112,095 74,406 -33.32% -26.00% -30.37% -33.62% 0.42%
Perindustrian 2,270,038 1,842,213 1,956,415 995,033 1,517,960 1,408,046 -33.13% 52.55% -23.57% -7.24% 7.94%
Perdagangan 3,733,401 3,830,687 4,133,971 4,248,107 4,575,104 4,474,183 22.55% 7.70% 16.80% -2.21% 25.23%
Jasa-jasa 1,230,583 1,283,424 1,416,867 1,424,370 1,345,708 1,392,184 9.36% -5.52% 8.47% 3.45% 7.85%
Lain-lain 6,612,871 6,834,953 7,111,870 7,434,543 7,753,832 8,425,199 17.25% 4.29% 23.27% 8.66% 47.52%
Total Kredit Sektor Ekonomi 16,144,622 16,432,369 17,367,083 16,478,343 17,529,079 17,731,118 8.58% 6.38% 7.90% 1.15% 100.00%
LDR 108.58% 104.53% 110.72% 106.45% 104.82% 104.82%
NPL 1.69% 2.06% 2.05% 2.37% 2.50% 2.63%
Pangsa
I-2010Indikator Perbankan I-2009 II-2009
Pertumbuhan IV-2009IV-2008 III-2009 IV-2009
Pertumbuhan I-2010*I-2010*
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 30
3.1. Intermediasi Perbankan
Perbankan umum di Sumbar mencatatkan pertumbuhan aset positif
diikuti peranan intermediasinya yang secara umum terus meningkat. Pada
triwulan I-2010 pertumbuhan aset bank umum di Sumbar mencapai sekitar 15,9%
(yoy) (Grafik 3.2). Meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan aset pada
triwulan sebelumnya, namun pertumbuhan positif ini mengindikasikan bahwa
aset bank umum di Sumbar masih dapat bergerak positif pasca gempa 30
September 2009 lalu. Peningkatan aset terbesar terjadi pada kelompok bank
swasta nasional yang tumbuh sekitar 23,9% (yoy), sedangkan kelompok bank
pemerintah tumbuh sekitar 13% (yoy).
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.1. – Perkembangan Aset Bank Umum Sumbar Per Kelompok Bank
Grafik 3.2. – Pertumbuhan Tahunan Aset Bank Umum Sumbar
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.3. – Perkembangan Tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Sumbar
Grafik 3.4. – Perkembangan Aset Bank Umum Berdasatkan Valuta
Tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Sumbar kembali
melaju di atas 100%. Pada triwulan I-2010 LDR bank umum di Sumbar mencapai
sekitar 112%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebedar 102,18%
(Grafik 3.3). Kondisi ini menunjukkan bahwa aliran kredit yang masuk ke Sumbar
sebagian masih ditopang oleh perbankan maupun lembaga keuangan lainnya
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
Juta
Ru
pia
h
Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Bank Umum
15.28%
19.29%
6.49%
19.34%
15.85%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010*
92.68%
97.48%
111.10%
117.50%
108.58%
104.53%
110.72%
106.89%
102.18%
112.01%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00%
2007
I-2008
II-2008
III-2008
IV-2008
I-2009
II-2009
III-2009
IV-2009
I-2010*
97
.34
%
97
.65
%
96
.45
%
97
.31
%
97
.26
%
97
.33
%
97
.31
%
97
.02
%
97
.67
%
2.6
6%
2.3
5%
3.5
5%
2.6
9%
2.7
4%
2.6
7%
2.6
9%
2.9
8%
2.3
3%
94%
95%
96%
97%
98%
99%
100%
Valas
Rupiah
31
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
yang beroperasi di luar wilayah Sumbar. Selain itu, pertumbuhan kredit yang jauh
lebih melesat dibandingkan pertumbuhan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK)
menjadi faktor penyebab tingginya LDR bank umum di Sumbar.
3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Pada triwulan I-2010 pengumpulan DPK oleh bank umum di Sumbar
menunjukkan peningkatan yang relatif terbatas. DPK tumbuh hanya sekitar
0,69% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dibandingkan akhir tahun 2009
terjadi penurunan jumlah DPK sekitar 7,7% (Grafik 3.6). Penurunan ini terjadi
karena menurunnya jumlah tabungan masyarakat dari semula pada triwulan IV-
2009 sebesar Rp 8,62 triliun menjadi sekitar Rp 6,67 triliun. Kondisi ini terjadi
karena pada triwulan IV-2009 kegiatan ekonomi di Sumbar pasca gempa masih
sangat terbatas. Dengan demikian, konsumsi masyarakat masih tertahan dan
berimplikasi pada terakumulasinya jumlah tabungan masyarakat hingga akhir
tahun. Memasuki triwulan I-2010 ekonomi mulai kembali berjalan dengan
beroperasinya sejumlah kegiatan usaha yang sebelumnya sempat terhenti. Hal ini
kemudian mendorong kembali kegiatan konsumsi masyarakat yang dicerminkan
dengan tergerusnya jumlah tabungan di perbankan. Hal ini juga ditunjukkan
dengan penurunan simpanan milik perseorangan dibandingkan akhir tahun 2009
tumbuh -13,4%.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.5. – Perkembangan DPK Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Simpanan
Grafik 3.6. – Pertumbuhan Tahunan dan Triwulanan DPK Bank Umum Sumbar
Perlambatan pertumbuhan jumlah deposito terus berlanjut. Pada triwulan
I-2010 dibandingkan akhir tahun 2009 hanya terjadi peningkatan jumlah deposito
sebesar 0,44% (Grafik 3.5). Bahkan jumlah deposito dibandingkan tahun lalu
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
Juta
Ru
pia
h
Giro Tabungan Simpanan Berjangka-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
2005 2006 2007 2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009I-2010*
yoy
qtq
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 32
terjadi penurunan sekitar 6,6%. Penurunan jumlah deposito terjadi seiring dengan
trend suku bunganya yang terus mengalami penurunan. Dibandingkan akhir
2009, terjadi penurunan suku bunga deposito 3 bulan rata-rata sebesar 0.4%,
deposito 6 bulan 0.5% dan deposito 12 bulan 0.73%. Di sisi lain, suku bunga
tabungan relatif stabil dengan berada pada kisaran 3% (Grafik 3.8).
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Sumber: SEKI, Bank Indonesia
Grafik 3.7. – Perkembangan DPK Bank Umum Sumbar Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.8. – Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum
Jumlah giro bank umum di Sumbar mengalami peningkatan seiring
dengan mulai masuknya dana pemerintah pusat ke daerah. Mengacu pada
posisi di akhir tahun 2009, jumlah giro pada triwulan I-2010 telah terjadi
peningkatan sekitar 15% (Grafik 3.5). Peningkatan terjadi karena transfer dana
perimbangan belum direspon dengan belanja daerah. Apabila dilihat berdasarkan
golongan pemilik, dalam rentang triwulan IV-2009 hingga triwulan I-2010 terjadi
peningkatan dana pemerintah daerah sekitar 45,6% (Grafik 3.10).
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.9. - Perkembangan Jumlah Rekening Simpanan Bank Umum di Sumbar
Grafik 3.10 - Perkembangan DPK Bank Umum di Sumbar Berdasarkan Golongan Pemilik
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
Juta
Ru
pia
h
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional
0
2
4
6
8
10
12
Jan
-08
Fe
b-0
8M
ar-
08
Ap
r-0
8M
ay
-08
Jun
-08
Jul-
08
Au
g-0
8S
ep
-08
Oc
t-0
8N
ov
-08
De
c-0
8Ja
n-0
9F
eb
-09
Ma
r-0
9A
pr-
09
Ma
y-0
9Ju
n-0
9Ju
l-0
9A
ug
-09
Se
p-0
9O
ct-
09
No
v-0
9D
ec
-09
Jan
-10
Fe
b-1
0
Pe
rse
n (
%)
Tabungan
Deposito 1 Bln
Deposito 3 Bln
Deposito 6 Bln
Deposito 12 Bln
1,600,000
1,700,000
1,800,000
1,900,000
2,000,000
2,100,000
2,200,000
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Re
ke
nin
g (sa
tua
n)R
ek
en
ing
(sa
tua
n)
Giro Simpanan Berjangka Tabungan (Sisi Kanan)
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
Juta
Ru
pia
h
Lembaga Keuangan BUMN/Pemerintah
Lembaga Keuangan Swasta
Pemerintah Daerah
Badan Usaha Bukan Keuangan Milik NegaraBadan Usaha Bukan-Keuangan Milik Swasta
33
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
3.1.2. Penyaluran Kredit
Penyaluran kredit oleh bank umum di Sumbar menunjukkan
pertumbuhan positif seiring dengan mulai berjalan kembali kegiatan
ekonomi pasca gempa. Kredit bank umum pada triwulan I-2010 tumbuh sekitar
7,9% (yoy) (Grafik 3.11). Pertumbuhan didorong oleh mulai menggeliat kembali
kegiatan konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan penyaluran
kredit konsumsi sebesar 12,6%. Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh
peningkatan kredit pemilikan rumah (KPR) tipe ≤ 70 m2- yang tumbuh mencapai
sekitar 47,8%. Selain itu, kredit investasi juga tumbuh relatif tinggi sebesar 21,8%,
yang sebagian besar peningkatan ini ditopang oleh tingginya kredit investasi
properti. Situasi ini menggambarkan bahwa masyarakat dan pelaku usaha banyak
mengalokasikan kebutuhan untuk mulai menata kembali tempat tinggal maupun
tempat usahanya pasca gempa.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.11. – Jumlah Kredit dan Pertumbuhan Kredit Bank Umum Sumbar
Grafik 3.12. – Jumlah Kredit Kredit Bank Umum Sumbar Berdasarkan Kelompok Bank
Hingga posisi triwulan I-2010 penyaluran kredit bank umum di Sumbar
pada beberapa sektor ekonomi produktif masih tertahan. Pertumbuhan
positif penyaluran kredit hanya terjadi pada sektor PHR, jasa-jasa dan sektor lain-
lain, masing-masing dengan pertumbuhan sebesar 16,8%; 8,5%; dan 23,3%.
Sementara itu, perkembangan penyaluran kredit pada sektor pertanian,
pertambangan dan perindustrian menunjukkan pertumbuhan negatif. Kegiatan
ekonomi pada sektor produktif masih tertahan seiring dengan belum pulih
sepenuhnya kegiatan ekonomi pasca gempa, sehingga penyaluran kredit oleh
perbankan belum banyak mengalir pada sektor-sektor tersebut.
13.22%14.74%
36.45%
27.88%
23.87%
11.98%
2.97%
8.58%7.90%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
20,000,000
Juta
Ru
pia
h
Total Kredit Pertumbuhan Tahunan (sisi kanan)
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
2007 I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010*
Juta
Ru
pia
h
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Bank Campuran
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 34
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.13. – Jumlah Kredit Kredit Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.14. – Komposisi Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2009
3.2. Risiko Kredit Perbankan
Kualitas kredit bank umum di Sumbar secara umum masih relatif terjaga.
Namun demikian, perbankan umum perlu memberikan perhatian dan
pengelolaan kualitas kreditnya dengan melihat non-performing loan (NPL) pada
triwulan I-2010 yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL gross
bank umum di Sumbat meningkat dari 2,5% menjadi 2,63% (Grafik 3.15). Secara
nominal jumlah kredit bermasalah pada triwulan I-2010 mencapai sekitar Rp
465,94 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 438,7
miliar. Namun, peningkatan ini masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan
Bank Indonesia sebesar 5%.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.15. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum di Sumbar
Grafik 3.16. – Perkembangan Jumlah Kredit dan NPL Bank Umum di Sumbar
Dari sisi penggunaan, peningkatan NPL dipacu oleh meningkatnya kredit
bermasalah pada kredit investasi. Pada triwulan I-2010 NPL kredit investasi
menunjukkan sekitar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,85%
(Grafik 3.17). Sementara itu, secara sektoral peningkatan NPL terbesar terjadi
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
Juta
Ru
pia
h
Kredit Investasi
Kredit Modal Kerja
Kredit Konsumsi
11.04%0.42%
7.94%
25.23%
7.85%
47.52%
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Perdagangan
Jasa-jasa
Lain-lain
3.89%
3.97%3.99%
2.67%
2.73%
2.39%
2.02%1.69%
2.06%
2.05%
2.37%
2.50% 2.63%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
4.50%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
Juta
Ru
pia
h
Juta
Ru
pia
h
Total Kredit (Sisi Kiri) NPL (Sisi Kanan)
35
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
pada sektor pengangkutan, sektor konstruksi dan sektor pertanian, masing-
masing menunjukkan persentase sebesar 11%; 8,2% dan 6,7% (Grafik 3.18).
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.17. - Perkembangan Jumlah dan Rasio NPL Bank Umum di Sumbar Menurut Jenis
Penggunaan
Grafik 3.18. - Perkembangan Rasio NPL Bank Umum di Sumbar Menurut Sektor Ekonomi
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.19. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) Bank Umum di
Sumbar
Grafik 3.20. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibiltas 2) Bank Umum di Sumbar
Menurut Sektor Ekonomi
Jumlah kredit bank umum dengan status dalam perhatian khusus kembali
mengalami peningkatan. Pasca gempa telah dikeluarkan SK Gubernur Bank
Indonesia No.11/60/KEP.GBI/2009 mengenai penetapan 11 kab/kota yang
memerlukan perhatian khusus bagi para debitur terkena dampak gempa.
Kebijakan tersebut cukup efektif untuk mendorong pihak perbankan di Sumbar
untuk melakukan diskresi kebijakan kreditnya bagi para debitur yang mengalami
kesulitan pengembalian pinjaman kreditnya. Namun demikian, secara umum
kualitas kredit masih memerlukan pengelolaan dan pengawasan lebih, dengan
melihat semakin meningkatnya jumlah kredit kurang lancar pada triwulan I-2009
mencapai Rp 128 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2009 sebesar
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Juta
Ru
pia
h
KMK KI KK
% KMK (sisi kanan) % KI (sisi kanan) % KK (sisi kanan)
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
20
08
/Jan
20
08
/Fe
b2
00
8/M
ar2
00
8/A
pr
20
08
/May
20
08
/Ju
n2
00
8/J
ul
20
08
/Au
g2
00
8/S
ep
20
08
/Oct
20
08
/No
v2
00
8/D
ec
20
09
/Jan
20
09
/Fe
b2
00
9/M
ar2
00
9/A
pr
20
09
/May
20
09
/Ju
n2
00
9/J
ul
20
09
/Au
g2
00
9/S
ep
20
09
/Oct
20
09
/No
v2
00
9/D
ec
20
10
/Jan
20
10
/Fe
b
Pertanian
Pertambangan
Industri pengolahan
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Listrik,Gas dan Air (sisi kanan)
0
200
400
600
800
1000
1200
20
08
/Jan
20
08
/Fe
b
20
08
/Mar
20
08
/Ap
r
20
08
/May
20
08
/Ju
n
20
08
/Ju
l
20
08
/Au
g
20
08
/Se
p
20
08
/Oct
20
08
/No
v
20
08
/De
c
20
09
/Jan
20
09
/Fe
b
20
09
/Mar
20
09
/Ap
r
20
09
/May
20
09
/Ju
n
20
09
/Ju
l
20
09
/Au
g
20
09
/Se
p
20
09
/Oct
20
09
/No
v
20
09
/De
c
20
10
/Jan
20
10
/Fe
b
Mili
ar R
up
iah
0
100
200
300
400
500
600
2008
/Jan
2008
/Feb
2008
/Mar
2008
/Apr
2008
/May
2008
/Jun
2008
/Jul
2008
/Aug
2008
/Sep
2008
/Oct
2008
/Nov
2008
/Dec
2009
/Jan
2009
/Feb
2009
/Mar
2009
/Apr
2009
/May
2009
/Jun
2009
/Jul
2009
/Aug
2009
/Sep
2009
/Oct
2009
/Nov
2009
/Dec
2010
/Jan
2010
/Feb
Mili
ar R
up
iah
Pertanian
Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 36
Rp 73,8 miliar. Selain itu jumlah kredit dalam perhatian khusus juga menunjukkan
trend peningkatan dari semula Rp 628,34 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi
sekitar Rp 870 miliar pada triwulan I-2010 (Grafik 3.19).
Baik pada kredit investasi maupun konsumsi menunjukkan pertambahan
jumlah kredit dalam perhatian khusus di triwulan I-2010. Dibandingkan
akhir tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah kredit dalam perhatian khusus pada
kredit investasi sekitar 49,7% dan kredit konsumsi sekitar 40%, yang masing-
masing jumlahnya mencapai sekitar Rp 145,7 miliar dan Rp 460,5 miliar (Grafik
3.21). Sedangkan dari sisi sektoral, jumlah kredit dalam perhatian khusus banyak
disumbang oleh kredit di sektor perdagangan dan sektor lain-lain yang masing-
masing mengalami peningkatan 10,2% dan 58,9% (Grafik 3.20). Jumlah kredit
perdagangan yang masuk dalam perhatian khusus mencapai Rp 209,4 miliar atau
sekitar 24% dari total jumlah kredit dalam perhatian khusus, sedangkan sektor
lain-lain mencapai sekitar 60%.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Sumber: SEKI, Bank Indonesia
Grafik 3.21. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus (Kolektibiltas 2) Bank Umum di
Sumbar Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.22. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit Bank Umum
3.3. Risiko Pasar
Pergerakan suku bunga kredit baik investasi, modal kerja maupun
konsumsi masih menunjukkan posisi yang persisten tinggi. Suku bunga
kredit konsumsi secara rata-rata paling tinggi dibandingkan suku bunga kredit
modal kerja maupun investasi. Pada posisi Februari 2010 menunjukkan rata-rata
suku bunga kredit konsumsi sekitar 16,36%, sedangkan suku bunga kredit modal
kerja 13,68% dan kredit investasi 13,21% (Grafik 3.22). Kredit konsumsi dengan
pengenaan cost of fund yang tinggi tersebut, kualitas kreditnya perlu
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
I-2
00
7
II-2
00
7
III-
20
07
IV-2
00
7
I-2
00
8
II-2
00
8
III-
20
08
IV-2
00
8
I-2
00
9
II-2
00
9
III-
20
09
IV-2
00
9
I-2
01
0*
Juta
Ru
pia
h
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
De
c-0
7
Fe
b-0
8
Ap
r-0
8
Jun
-08
Au
g-0
8
Oct-
08
De
c-0
8
Fe
b-0
9
Ap
r-0
9
Jun
-09
Au
g-0
9
Oct-
09
De
c-0
9
Fe
b-1
0
BI-rate
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
37
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
diperhatikan dengan melihat terjadinya peningkatan jumlah kredit konsumsi yang
masuk dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2). Jumlah kredit konsumsi
kolektibilitas 2 pada triwulan I-2010 mencapai Rp 460,46 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 328,72 miliar. Begitupula pada
kredit investasi, jumlah yang masuk dalam perhatian khusus meningkat dari Rp
97,29 miliar menjadi Rp 145,65 miliar.
3.4. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)
Perkembangan kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) terus mengalami
pertumbuhan positif meskipun dengan arah melambat. Pertumbuhan kredit
MKM bank umum pada triwulan I-2010 sekitar 9,1% (yoy), relatif melambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang mencapai 15,7% (Grafik
3.23). Perlambatan ini bersumber dari penurunan penyaluran kredit mikro, yang
berkontraksi sekitar 35,8% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi pada penyaluran
kredit kecil yang tumbuh tinggi dengan mencapai sekitar 44%.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.23. – Perkembangan dan Pertumbuhan Kredit MKM Bank Umum Sumbar
Grafik 3.24. – Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Sumbar Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw I 2010
Peningkatan jumlah kredit MKM pada triwulan I-2010 banyak didorong
oleh penyaluran kredit di sektor produktif. Hal ini ditunjukkan oleh
terjadinya pertumbuhan positif pada penyaluran kredit MKM untuk modal kerja
dan investasi, masing-masing mencapai 21,7% dan 32,4% (yoy) (Grafik 3.25).
Sementara itu, penyaluran kredit MKM untuk konsumsi justru mengalami
penurunan sekitar 14,3% (yoy). Dari sisi sektoral, peningkatan terbesar terjadi
pada kredit di sektor perdagangan yang tumbuh 18,9% (yoy), sedangkan
penyaluran pada kredit pertanian belum menunjukkan arah peningkatan.
19.86%
16.90%
29.18% 30.65%
25.99%
16.95%
12.71%
13.33%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
Juta
Ru
pia
h
Total Kredit MKM (sisi kiri) Pertumbuhan Kredit MKM (sisi kanan)
4.28% 0.18%1.05%
28.17%
9.54%
56.78%
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Perdagangan
Jasa-jasa
Lain-lain
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 38
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.25. – Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.26. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) Kredit MKM Bank Umum
Sumbar
Kondisi NPL kredit MKM masih terjaga meskipun terjadi relatif sedikit
peningkatan. NPL kredit MKM pada triwulan I-2010 mencapai sekitar 2,37%,
meningkat dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,1% (Grafik 3.26).
Rasio NPL terbesar terjadi pada kredit investasi yang mencapai 5,7%, disusul kredit
modal kerja 3,9%. Namun demikian, dari sisi nominal jumlah NPL pada kredit
MKM secara umum tidak mengalami peningkatan signifikan dibandingkan akhir
2009. Salah satu faktor peningkatan rasio NPL dipengaruhi oleh pertumbuhan
penyaluran kredit MKM yang relatif melambat. Kendala sebagian pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah akibat gempa turut belum terlihat dampak besar pada
terganggunya pengembalian pinjaman beserta bunganya kepada perbankan.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.27. Perkembangan Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Perbankan di Sumbar Menurut
Plafond
Grafik 3.28. Perkembangan Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Perbankan di Sumbar Menurut
Jumlah Debitur
Perkembangan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh perbankan di
Sumbar pada triwulan I-2010 mencapai Rp 299,23 miliar. Posisi ini sedikit
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
Juta
Ru
pia
h
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi
2.59%
2.29%
1.97%1.80%
2.30%
1.98%
2.29% 2.20%2.37%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
Mar
-10
Mili
ar R
up
iah
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Jan
-09
Fe
b-0
9
Ma
r-0
9
Ap
r-0
9
Ma
y-0
9
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Se
p-0
9
Oc
t-0
9
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Fe
b-1
0
Ma
r-1
0
Rib
u O
ran
g
39
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp 297,32
miliar. Sementara itu, jumlah debitur pada triwulan I-2010 mencapai 30.295
nasabah, yang juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2009 yang
tercatat 31.236 nasabah.
3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Perkembangan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menunjukkan
pertumbuhan 11,75% dibandingkan tahun lalu. Aset BPR di Sumbar pada
triwulan I-2010 mencapai sekitar Rp 1,09 triliun. Namun demikian selama satu
triwulan dibandingkan akhir tahun 2009 belum menunjukkan banyak perubahan.
Ekspansi peningkatan aset BPR secara umum masih relatif terbatas.
Penghimpunan DPK oleh BPR di Sumbar mengalami pertumbuhan positif
dengan arah yang melambat. Jumlah DPK BPR pada triwulan I-2010 mencapai
Rp 705 miliar atau tumbuh sekitar 15,8% dibandingkan tahun lalu (Grafik 3.29).
Namun pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 24,5%. Peningkatan terbesar terjadi
pada jumlah deposito yang tumbuh 17,5%, sedangkan tabungan tumbuh 14,6%.
Tingginya peningkatan deposito ini dipicu oleh suku bunga deposito yang
ditawarkan BPR cenderung lebih tinggi dibandingkan bank umum.
Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (juta rupiah)
Sumber: SEKDA, Bank Indonesia
(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)
Aset 958,251 976,776 1,011,948 1,000,425 1,096,071 1,091,548 14.38% 9.56% 11.75% -0.41%
Tabungan 352,582 359,754 369,929 348,818 428,727 412,118 21.60% 22.91% 14.56% -3.87% 58.45%
Simpanan Berjangka 222,447 249,296 257,642 258,929 286,901 292,920 28.97% 10.80% 17.50% 2.10% 41.55%
Total DPK 575,029 609,051 627,571 607,748 715,627 705,038 24.45% 17.75% 15.76% -1.48% 100.00%
Kredit Investasi 90,763 87,231 85,400 80,599 78,586 78,356 -13.42% -2.50% -10.17% -0.29% 10.24%
Kredit Modal Kerja 395,788 439,800 472,797 477,680 481,523 499,085 21.66% 0.80% 13.48% 3.65% 65.22%
Kredit Konsumsi 162,459 174,542 186,214 186,352 192,396 187,810 18.43% 3.24% 7.60% -2.38% 24.54%
Total Kredit Jenis Penggunaan 649,010 701,573 744,411 744,631 752,506 765,251 15.95% 1.06% 9.08% 1.69% 100.00%
Pertanian 124,697 119,696 126,329 125,017 124,749 127,053 0.04% -0.21% 6.15% 1.85% 16.60%
Pertambangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perindustrian 10,723 12,669 13,805 13,748 13,798 14,765 28.68% 0.36% 16.54% 7.01% 1.93%
Perdagangan 269,991 299,990 321,310 322,832 324,013 336,989 20.01% 0.37% 12.33% 4.00% 44.04%
Jasa-jasa 76,724 81,041 89,485 87,724 89,249 91,757 16.33% 1.74% 13.22% 2.81% 11.99%
Lain-lain 166,876 188,176 193,483 195,309 200,696 194,687 20.27% 2.76% 3.46% -2.99% 25.44%
Total Kredit Sektor Ekonomi 649,010 701,573 744,411 744,631 752,506 765,251 15.95% 1.06% 9.08% 1.69% 100.00%
LDR 112.87% 115.19% 118.62% 122.52% 105.15% 108.54%
NPL 6.35% 7.03% 7.48% 8.37% 9.44% 8.30%
Indikator Perbankan IV-2008Pangsa I-
2010I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009
Pertumbuhan IV-2009I-2010*
Pertumbuhan I-2010*
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 40
Kredit modal kerja masih menjadi pilihan utama penyaluran kredit oleh
BPR. Penyaluran kredit modal kerja oleh BPR pada triwulan I-2010 hampir
mencapai Rp 500 miliar, atau meningkat sebesar 13,5% (yoy) (Grafik 3.30).
Kegiatan produktif jangka pendek mendominasi kredit yang disalurkan BPR
dengan pangsa mencapai lebih dari 65%. Penyaluran untuk kegiatan konsumsi
pada triwulan I-2010 mencapai Rp 187,8 miliar, atau tidak banyak mengalami
peningkatan, hanya meningkat sekitar 7,6%. Sedangkan untuk kredit investasi
masih stagnan dan mengalami penurunan.
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.29. – Pertumbuhan tahunan DPK Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan
Jenis Simpanan
Grafik 3.30. – Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan
Intermediasi yang dilakukan BPR mencatatkan perkembangan positif
dengan LDR melebihi 100%. Kondisi menunjukkan bahwa pengumpulan DPK
oleh BPR di Sumbar tidak secepat pada upaya penyaluran kreditnya, sehingga
sebagian masih mengandalkan aliran dana dari perbankan atau lembaga
keuangan lain di luar Sumbar. Pada triwulan I-2010 LDR BPR mencapai 108,54%,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 105,15% (Grafik 3.31).
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia
Grafik 3.31. – Perkembangan LDR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sumbar Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.32. – Perkembangan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) BPR Sumbar 2009
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
2004 2005 2006 2007 2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009
Total DPK
Tabungan
Simpanan Berjangka
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Juta
Rup
iah
Kredit Investasi
Kredit Modal Kerja
Kredit Konsumsi
107.11%
110.76%
119.19%
131.62%
112.87%
115.19%
118.62%
111.34%
105.15%
108.54%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% 140.00%
2007
I-2008
II-2008
III-2008
IV-2008
I-2009
II-2009
III-2009
IV-2009
I-2010* 8.76%
6.17%6.74%
6.02% 6.03%
6.35%7.03%
7.48%
8.37%9.44%
8.30%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
41
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
Tekanan kredit bermasalah BPR mulai sedikit berkurang meskipun masih
berada pada posisi yang tinggi. NPL BPR pada triwulan I-2010 sebesar 8,3%,
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,44% (Grafik 3.32).
Meskipun demikian posisi tersebut secara umum masih berada di atas maksimum
NPL yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. Upaya pengawasan dan
pengelolaan kualitas kredit harus tetap menjadi perhatian penting bagi BPR
untuk mencegah semakin meningkatnya jumlah kredit bermasalah. Prinsip kehati-
hatian dalam operasional perbankan harus terus dioptimalkan disertai berbagai
langkah untuk mengatasi permasalahan NPL.
3.7. Perkembangan Bank Umum Syariah
Tabel 3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (juta rupiah)
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Perkembangan aset bank umum syariah di Sumbar terus menunjukkan
pertumbuhan positif. Hingga posisi triwulan I-2010 aset bank umum syariah di
Sumbar sudah mencapai Rp 1,14 triliun, meningkat hampir 20% dibandingkan
tahun lalu. Upaya ekspansi pengumpulan DPK oleh bank umum syariah juga terus
terlihat. Jumlah DPK mencapai Rp 883,8 miliar atau meningkat 52,6% (yoy).
Persentase peningkatan DPK terbesar terjadi pada giro (74,9%), disusul deposito
(yoy) (qtq) (yoy) (qtq)
Asset 769,942 948,130 984,491 1,022,544 1,102,863 1,137,421 43.24% 7.85% 19.96% 3.13%
DPK 586,878 579,340 618,208 676,438 839,267 883,843 43.01% 24.07% 52.56% 5.31% 100.00%
Giro 42,610 48,610 50,881 62,874 79,968 85,012 87.67% 27.19% 74.89% 6.31% 9.62%
Tabungan 282,218 303,184 321,942 354,609 325,662 427,087 15.39% -8.16% 40.87% 31.14% 48.32%
Deposito 262,050 227,546 245,385 258,955 433,637 371,744 65.48% 67.46% 63.37% -14.27% 42.06%
Pembiayaan Total 794,076 879,594 986,882 1,054,724 1,086,788 945,070 36.86% 3.04% 7.44% -13.04% 100.00%
Modal Kerja 281,475 339,991 407,403 447,997 486,885 449,807 72.98% 8.68% 32.30% -7.62% 47.60%
Investasi 105,055 107,934 111,076 111,776 122,694 107,795 16.79% 9.77% -0.13% -12.14% 11.41%
Konsumsi 407,546 431,669 468,403 494,951 477,209 387,468 17.09% -3.58% -10.24% -18.81% 41.00%
Pembiayaan Sektoral 794,076 879,594 986,882 1,054,724 1,086,788 945,070 36.86% 3.04% 7.44% -13.04% 100.00%
Pertanian 29,784 30,639 31,458 28,895 36,433 31,826 22.32% 26.09% 3.87% -12.65% 3.37%
Pertambangan 441 441 441 441 441 350 0.00% 0.00% -20.63% -20.63% 0.04%
Industri 1,830 3,365 5,616 6,094 8,571 9,827 368.36% 40.65% 192.04% 14.65% 1.04%
Listrik, Gas dan Air - - - - - - - - -
Konstruksi 3,543 5,188 5,271 6,185 4,550 3,326 28.42% -26.43% -35.89% -26.90% 0.35%
Perdagangan 115,524 164,155 203,061 219,895 247,296 195,753 114.06% 12.46% 19.25% -20.84% 20.71%
Angkutan 8,679 8,030 7,486 7,310 2,550 2,306 -70.62% -65.12% -71.28% -9.57% 0.24%
Jasa Dunia 186,835 193,337 223,030 245,337 249,032 255,266 33.29% 1.51% 32.03% 2.50% 27.01%
Jasa Sosial 39,894 42,770 42,116 45,614 60,704 58,944 52.16% 33.08% 37.82% -2.90% 6.24%
Lain-Lain 407,546 431,669 468,403 494,953 477,211 387,472 17.09% -3.58% -10.24% -18.80% 41.00%
FDR 135.31% 151.83% 159.64% 155.92% 129.49% 106.93%
NPF (%) 1.34% 1.80% 2.60% 2.85% 1.66% 1.87%
III-2009 IV-2009Pertumbuhan IV-2009 Pangsa
I-2010IV-2008 I-2009 II-2009
Pertumbuhan I-2010I-2010
Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang 42
(63,4%) dan tabungan (40,9%). Peningkatan giro menunjukkan bahwa
pemerintah daerah maupun pelaku usaha di Sumbar mulai menggunakan jasa
perbankan syariah dalam menempatkan dananya.
Meski DPK tumbuh tinggi, penyaluran pembiayaan oleh bank umum
syariah di Sumbar belum menunjukkan peningkatan cukup besar. Pada
triwulan I-2010 jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum syariah di Sumbar
mencapai Rp 945 miliar, tumbuh 7,44 % dibandingkan tahun lalu. Pembiayaan
banyak diserap untuk modal kerja dengan pangsa mencapai 47,6% sedangkan
konsumsi 41% dan investasi 11,4%. Pembiayaan untuk modal kerja bergerak
relatif tinggi dengan pertumbuhan mencapai 32,3% (yoy), sedangkan pembiayaan
untuk investasi dan konsumsi relatif stagnan.
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.33. – Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.34. – Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Sektor Ekonomi
Peran intermediasi bank umum syariah di Sumbar berjalan baik disertai
pengelolaan kualitas pembiayaan yang terjaga. Persentase Financing-to-
Deposit Ratio (FDR) bank umum syariah pada triwulan I-2010 sebesar 106,9%
(Grafik 3.35), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 129,5%. Penurunan
ini disebabkan oleh akselerasi peningkatan penghimpunan DPK yang lebih cepat
dibandingkan pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum syariah pada triwulan
pertama. Di sisi lain, Non-Performing Financing atau rasio pembiayaan bermasalah
juga masih relatif terjaga, meskipun terjadi sedikit peningkatan dari 1,66% pada
akhir tahun 2009 menjadi 1,87% pada triwulan I-2010 (Grafik 3.36).
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Juta
Ru
pia
h
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000 Ju
ta R
up
iah
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
Jasa Dunia
Jasa Sosial
Lain-Lain
43
Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah
Bank Indonesia Padang
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.35. – Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) Bank Umum Syariah di Sumbar Menurut Jenis
Penggunaan
Grafik 3.36. – Perkembangan Non-Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah di Sumbar
Menurut Sektor Ekonomi
127.85%
152.90%
159.93%
135.31%
151.83%
159.64%
155.92%
129.49%
106.93%
0.00% 50.00% 100.00% 150.00% 200.00%
I-2008
II-2008
III-2008
IV-2008
I-2009
II-2009
III-2009
IV-2009
I-2010
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
I-2008 II-2008 III-2008 IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010
45
Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah
Bank Indonesia Padang
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Membaiknya kondisi perekonomian pasca krisis dan pasca gempa
meningkatkan penerimaan pemerintah. Penerimaan pajak baik pajak pusat
maupun pajak daerah mengalami peningkatan. Sayangnya, membaiknya realisasi
pendapatan belum diikuti oleh optimalisasi realisasi belanja baik realisasi belanja
APBN maupun belanja APBD.
4.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pemerintah pusat dari wilayah Sumbar kembali meningkat
cukup tinggi pada triwulan I-2010. Membaiknya harga komoditas perkebunan
sejak triwulan I-2009 berimplikasi kepada peningkatan penerimaan pajak tahun
2009, yang penyampaian SPT-nya dilakukan pada akhir triwulan I-2010. Pada
grafik 4.1. terlihat bahwa krisis ekonomi yang terjadi sejak triwulan III-2008
berpengaruh kepada stagnasi penerimaan pajak triwulan I-2009. Hal yang sama
juga terjadi pada saat booming harga komoditas pada tahun 2007 yang
berpengaruh terhadap penerimaan pajak triwulan I- 2008.
Sumber : Depkeu, diolah Sumber : Depkeu, diolah
Grafik 4.1 Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik 4.2. Penerimaan Pajak Dalam Negeri APBN di Sumbar
Rasio penerimaan pajak dalam negeri terus menurun. Rasio pajak dalam
negeri terhadap total pendapatan pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 84%,
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I 2006 I 2007 I 2008 I 2009 I-2010
Rp milyar
Rasio Pajak DN Thd Total Pendapatan (sisi kanan)Rasio Pajak Perdagangan Intl Thd Total Pendapatan (sisi kanan)Total Pendapatan (sisi kiri)Pajak Dalam Negeri (sisi kiri)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010
Rp JutaRp Juta
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Bumi dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pendapatan Pajak Lainnya
Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah
Bank Indonesia Padang 46
sementara pada kurun waktu yang sama dalam lima tahun terakhir berada di atas
angka 90% (grafik 4.1.). Hal ini mengindikasikan bahwa peranan perdagangan
internasional semakin besar terhadap perekonomian Sumbar.
Membaiknya kegiatan ekonomi pasca gempa tercermin dari peningkatan
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dibandingkan Tw.I-2009,
penerimaan PPN triwulan I-2010 tumbuh 37,58% dari Rp 196,12 milyar menjadi Rp
269,82 milyar (grafik 4.2.). Hal ini mengakibatkan sumbangan PPN terhadap total
pajak dalam negeri meningkat dari 35% menjadi 39%. Sementara itu,
penyumbang terbesar pajak dalam negeri di Sumbar pada triwulan ini adalah
Pajak Penghasilan (PPh). Pangsa PPh terhadap total pajak dalam negeri sebesar
59% atau sebesar Rp 410,29 milyar.
Sumber : Depkeu, diolah Sumber : Depkeu, diolah
Grafik 4.3 Belanja APBN di Sumbar Grafik 4.4. Pangsa Belanja Operasional APBN di Sumbar
Realisasi belanja APBN di Sumbar menurun baik belanja operasional
maupun investasi. Realisasi belanja APBN di Sumbar triwulan ini tercatat sebesar
Rp 614,08 milyar (grafik 4.3.), menurun 8,87% dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Penurunan paling tajam terjadi pada kelompok belanja investasi
sebesar 31,04% atau Rp 19,33 miliar. Realisasi belanja investasi selama triwulan I-
2010 tercatat sebesar Rp 42,94 milyar yang didominasi oleh belanja jalan, irigasi,
dan jaringan sebesar Rp 38,97 miliar. Realisasi belanja investasi yang menurun
pada triwulan I-2010 diperkirakan karena belum optimalnya proses rehab-rekon
pasca gempa. Sementara itu, belanja operasional juga mengalami penurunan
sebesar 6,62% atau Rp 40,47 miliar. Penurunan belanja operasional bersumber
dari belanja lain-lain (-95,72%) dan belanja bantuan sosial (-14,97%).
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010
Pangsa Belanja Operasional Pangsa Belanja Investasi
Total Belanja Belanja Operasional
Belanja Investasi
60.38%69.05% 72.06%
53.43%67.37%
9.40%
10.78%10.79%
11.71%
14.16%
26.28%19.90% 16.31%
19.47%
17.73%15.39%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I-2006 I-2007 I-2008 I-2009 I-2010
Belanja Lain-Lain
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Barang
Belanja Pegawai
47
Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah
Bank Indonesia Padang
Serapan dana rehab-rekon Sumbar
hingga akhir triwulan I-2010 masih
sangat minim. Laporan Tim
Pendukung Teknis Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Sumbar bulan Maret 2010
menunjukkan penyerapan anggaran
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) terkait dana rehab
rekon tercatat sebesar 5,8% dari total
dana sebesar Rp 313 milyar1. Rendahnya penyerapan anggaran ini disebabkan
kegiatan yang baru dilakukan masih berkisar pada kegiatan lelang dan koordinasi
penetapan lokasi kegiatan di setiap kabupaten/kota.
4.2. Keuangan Pemerintah Daerah
Dana transfer perimbangan dari pemerintah pusat masih menjadi
tumpuan pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan per Februari 2010
sebesar Rp 166 miliar (21,63%). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang dianggarkan sebesar Rp 845 miliar sudah terkumpul sebesar Rp 123 miliar
(14,65%). Dana Alokasi Umum merupakan kontributor utama dana perimbangan
sebesar Rp 165 miliar. Sebaliknya, realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak baru
tercapai sebesar Rp 1 miliar sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) belum terserap
sama sekali.
Sumber : Pemprov Sumbar, diolah Sumber : Pemprov Sumbar, diolah
Grafik 4.6 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemprov Sumbar
Grafik 4.7. % Realisasi Pendapatan Daerah Pemprov Sumbar
1 www.rehabrekon.org
845,916
769,697
40,115
123,912 166,476
13,198
PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Anggaran
Realisasi
14.65%21.63%
32.90%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
PAD Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan Yang
Sah
Sumber : www.rehabrekon.org, diolah
Grafik 4.5 Realisasi Belanja Rehab-Rekon BNPB
0
4
8
12
16
20
0
5
10
15
20
25
30
35
% (sisi kiri)
Rp milyar (sisi kanan)
Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah
Bank Indonesia Padang 48
Keterlambatan realisasi DAK juga terjadi pada sebagian besar
kabupaten/kota se Sumbar. Data Setdaprov Sumbar menunjukkan bahwa
realisasi fisik dan keuangan DAK hanya terjadi di Kabupaten Agam sebesar Rp 13
miliar dan Kabupaten Pasaman sebesar Rp 24 miliar. Total DAK yang disalurkan
untuk pemprov dan pemkab/pemko sebesar Rp 689 miliar. Pada tingkat provinsi,
bidang yang mendapat alokasi DAK tahun 2010 yaitu Kesehatan sebesar Rp 2,6
miliar, Jalan sebesar Rp 8,3 miliar, dan Irigasi sebesar Rp 8,1 miliar.
Sumber : Pemprov Sumbar, diolah Sumber : BI, diolah
Grafik 4.8 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Pemprov Sumbar
Grafik 4.9. Posisi Simpanan Pemda di Perbankan
Pola realisasi belanja daerah masih belum mengalami perbaikan
meskipun realisasi transfer Dana Alokasi Umum sudah sesuai jadwal.
Hingga akhir Maret 2010, realisasi belanja pemprov Sumbar baru tercapai sebesar
Rp 192 miliar (8,19%). Minimnya realisasi belanja terjadi baik pada belanja
langsung (7,99%) maupun belanja tidak langsung (8,44%) sebagaimana dalam
grafik 4.8. Hal ini yang menjelaskan pola simpanan pemda di perbankan yang
selalu meningkat pada awal-awal tahun anggaran dan kemudian menurun tajam
pada akhir tahun anggaran (grafik 4.9).
1,072 1,272
2,344
90 102 192
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja
Anggaran
Realisasi
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan* Feb*
2009 2010
Bab 2 : Keuangan Pemerintah Daerah
Bank Indonesia Padang 49
BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kondisi perekonomian Sumbar pasca gempa bumi yang mulai pulih
diikuti dengan perkembangan transaksi sistem pembayaran, baik
transaksi tunai maupun non tunai yang relatif stabil. Sementara itu, jumlah
uang tidak layak edar, uang palsu, dan penolakan cek/BG kosong mengalami
penurunan dibanding triwulan sebelumnya.
5.1 Transaksi Tunai
Perkembangan arus kas yang masuk dan keluar KBI Padang relatif stabil
di awal tahun 2010 (Grafik 5.1). Kegiatan pembayaran dengan menggunakan
uang kartal tidak mengalami gejolak berarti pasca gempa, tercermin dari
perkembangan arus kas yang stabil pada triwulan IV 2009 s.d awal tahun 2010.
Sejak tahun 2007 KBI Padang selalu mengalami net inflow, hal ini menunjukkan
bahwa arus kas yang masuk ke Sumatera Barat selalu lebih banyak dibanding arus
kas yang keluar.
Pergerakan arus kas bersifat musiman. Setelah arus kas yang masuk dan
keluar sempat berada pada nilai cukup tinggi pada bulan Oktober s.d Desember
akibat perayaan Hari Raya Idul Fitri, kemudian pada triwulan I-2010 arus kas yang
masuk dan keluar lebih rendah dibanding triwulan IV-2009 atau masing-masing
turun 21,06% dan 59,47%.
Sumber : BI
Grafik 5.1. - Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk
(inflow) dan Keluar (outflow)
Sumber : BI
Grafik 5.2. - Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak
Edar (PTTB)
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Miliar Rp Inflow Outflow Net Inflow
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Miliar Rp%
PTTB
Rasio PTTB terhadap inflow
Bab V :Perkembangan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia Padang 50
Jumlah uang tidak layak edar (lusuh/rusak) lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya (Grafik 5.2). Pergerakan ini searah dengan menurunnya
kegiatan arus kas yang masuk dan keluar pada triwulan I-2010. Jumlah uang yang
masuk ke KBI Padang dan dimusnahkan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas
(MRUK) sebesar Rp 1,3 T atau turun 15,58%.
Sumber : BI
Grafik 5.3. - Jumlah Temuan Uang Palsu di Sumatera Barat Sumber : BI
Grafik 5.4. – Persentase Temuan Uang Palsu di KKBI
Padang dan Kantor Pusat BI
Jumlah temuan uang palsu terendah sejak tahun 2008 (Grafik 5.3). Uang
palsu yang masuk ke KBI Padang pada triwulan I 2010 sebesar Rp 890 ribu, turun
dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 3,16 juta. Persentase temuan uang
palsu di KKBI Padang yang mencakup Sumatera Barat, Pekanbaru, Jambi, dan
Batam terbilang relatif kecil dibandingkan Kantor Pusat Bank Indonesia Jakarta
(grafik 5.4). Bahkan, rata-rata temuan uang palsu di KKBI Padang sejak tahun
2009 yaitu 1,01%, lebih rendah dibanding Kantor Koordinator BI lainnya di
Sumatera (KBI Medan dan KBI Palembang).
5.2 Transaksi Kliring
Perkembangan transaksi kliring relatif normal dan stabil (Grafik 5.5). Awal
tahun 2010, nilai transaksi kliring tidak berbeda jauh dengan triwulan
sebelumnya, hanya turun 0,1% sedangkan dari sisi volume mengalami
peningkatan sebesar 14,0%. Penurunan nilai nominal transaksi yang relatif kecil
disertai dengan meningkatnya volume transaksi menunjukkan bahwa nilai
nominal per transaksi kliring pada triwulan ini lebih kecil dibanding triwulan
sebelumnya.
Nilai dan volume penolakan cek/BG kosong menurun pada triwulan I-2010
(Grafik 5.6). Meskipun pergerakan nilai dan volume transaksi kliring relatif sama
dengan triwulan sebelumnya (Tabel 5.1), namun presentase nilai dan jumlah
1.27
3.64
1.93
4.26
3.08
4.91
2.383.16
0.8910
20
30
40
50
60
70
80
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
LembarJuta Rp
Nominal (sisi kiri)
Lembar (sisi kanan)
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-
5
10
15
20
25
30
Jan
-08
Feb
-08
Mar
-08
Ap
r-0
8
May
-08
Jun
-08
Jul-
08
Au
g-0
8
Sep
-08
Oct
-08
No
v-0
8
De
c-0
8
Jan
-09
Feb
-09
Mar
-09
Ap
r-0
9
May
-09
Jun
-09
Jul-
09
Au
g-0
9
Sep
-09
Oct
-09
No
v-0
9
De
c-0
9
Jan
-10
Feb
-10
%%
Kantor Pusat (sisi kanan) KKBI Padang (sisi kiri)KKBI Palembang (sisi kiri) KKBI Medan (sisi kiri)
51
Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia Padang
cek/BG kosong yang ditolak masing-masing hanya 2,27% dan 1,29%, lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya. Dengan demikian, kualitas kliring di KBI Padang
cukup baik pada triwulan I-2010.
Tabel 5.1 - Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Sumber : BI
Sumber : BI Sumber : BI Grafik 5.5 – Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KBI
Padang
Grafik 5.6 – Presentase Cek/BG Kosong terhadap
Transaksi Kliring
5.3 Transaksi BI-RTGS1
Volume transaksi BI-RTGS di
Sumatera Barat terus
mengalami peningkatan.
Berbagai keunggulan
pembayaran yang ditawarkan
oleh sistem BI-RTGS seperti lebih
aman, cepat, efisien dan real
time membuat tingginya minat masyarakat dalam menggunakan layanan
tersebut, tercermin dari volume transaksi BI-RTGS yang menunjukkan trend
peningkatan sejak tahun 2007 (Grafik 5.7). Pada triwulan-I 2010, volume transaksi
meningkat 1,39% sedangkan nilai transaksi mengalami penurunan 20,81% yang
lebih didorong karena faktor musiman.
1 Real-Time Gross Settlement.
2010
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw IPerputaran Kliring
Volume (s is i kiri) 91,6 95,0 95,1 88,7 89,5 89,3 90,7 76,0 86,6 14,0%
Nominal (s is i kanan) 2.987,8 3.477,8 3.528,8 3.224,1 2.712,7 2.770,4 3.061,3 3.152,8 3.151,2 -0,1%
Penolakan Cek/BG Kosong
- Volume (lembar) 789,0 1.149,0 1.741,0 2.020,0 1.779,0 2.101,0 2.621,0 2.439,0 1.969,0 -19,3%
- Nominal (miliar rp) 0,8 24,3 40,5 38,6 34,5 39,4 50,0 55,3 40,6 -26,6%
2008Keterangan qtq
2009
30
35
40
45
50
55
60
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Miliar rupiahLembar
Nominal Volume
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
II III IV I II III IV I
2008 2009 2010
% Volume Cek/BG Kosong
% Nilai Cek/BG Kosong
Sumber : BI
Grafik 5.7 - Perkembangan Transaksi RTGS Propinsi Sumatera Barat
5
10
15
20
25
30
35
40
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
RibuanTriliun Rupiah
NominalVolume
Bab V :Perkembangan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia Padang 52
Tabel 5.2 - Transaksi RTGS Propinsi Sumatera Barat
Sumber : BI
Kegiatan ekonomi pasca gempa yang sempat terhambat di Kab. Agam
kembali normal pada triwulan I-2010. Pada triwulan IV-2009 transaksi dari
luar Sumbar yang masuk ke Agam hanya Rp 26 miliar, namun pada triwulan I-
2010 telah meningkat kembali menjadi Rp1,7 triliun (Grafik 5.8). Peristiwa gempa
bumi Sumatera Barat menjadi salah satu pemicu turunnya transaksi RTGS dari luar
Sumbar ke Agam pada triwulan IV-2009. Nasabah utama pemakai layanan RTGS di
Agam umumnya bergerak di sektor perkebunan sawit. Gempa bumi berimplikasi
terhadap turunnya kondisi psikologis petani sawit, sarana prasarana pendukung
rusak, dan konsolidasi kebun sehingga penjualan sawit pun ikut turun.
Terhambatnya aktivitas kegiatan ekonomi tersebut mendorong penurunan
transaksi RTGS dari luar Sumbar ke Agam. Dari sisi teknis, sistem jaringan RTGS
telah beroperasi kembali sehari pasca gempa. Sementara itu, triwulan-I 2010
kegiatan ekonomi telah pulih, tercermin dari nilai transaksi RTGS dari luar Sumbar
yang kembali meningkat.
Sumber : BI Sumber : BI Grafik 5.8 – Nilai Transaksi RTGS tiap Kab/Kota dari
Luar Sumbar (t) Grafik 5.9 –Transaksi RTGS dari Luar Sumbar (t) di Kota
Padang & Kab Agam
2010
I II III IV I II III IV I
RTGS (Rp Miliar) 15.263,51 18.349,34 18.407,71 31.170,78 23.840,80 28.816,34 42.782,78 39.691,17 31.429,72 -20,81% 31,83%
Dari Sumbar
Ke Sumbar (f-t) 1.404,25 2.341,74 2.016,19 4.697,28 3.203,15 2.771,69 7.485,15 6.896,04 4.841,16 -29,80% 51,14%
Ke Luar Sumbar (f) 6.648,29 7.282,69 6.368,46 10.283,08 6.950,70 7.502,82 12.127,70 12.315,90 9.609,74 -21,97% 38,26%
Ke Sumbar
Dari luar Sumbar (t) 7.210,97 8.724,91 10.023,06 16.190,43 13.686,95 18.541,84 23.169,94 20.479,23 16.978,82 -17,09% 24,05%
RTGS (volume) 24.201 30.249 27.299 30.262 26.422 32.036 32.365,00 36.776,00 37.288,00 1,39% 41,12%
Dari Sumbar
Ke Sumbar (f-t) 2.908 2.677 2.293 2.787 2.103 2.683 2.596,00 2.812,00 3.428,00 21,91% 63,01%
Ke Luar Sumbar (f) 9.779 11.837 10.624 12.059 10.626 12.425 12.833,00 13.427,00 14.812,00 10,32% 39,39%
Ke Sumbar
Dari luar Sumbar (t) 11.514 15.735 14.382 15.416 13.693 16.928 16.936 20.537 19.048 -7,25% 39,11%
2008 2009yoy qtq
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
RTGS To Q2 RTGS To Q3 RTGS To Q4 RTGS to Q1
SOLOK
SAWAHLUNTO
PESISIR SELATAN
PAYAKUMBUH
PASAMAN
PARIAMAN
PADANG
BUKITTINGGI
AGAM
2.616
394 49 16 4 7 38 128
1.606
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Mil
iar
Rp
Padang Agam
Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Bank Indonesia Padang 53
BAB VI
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Sumbar pasca
gempa, sedikit membaik. Dari jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia,
hingga bulan Maret 2010 tercatat hanya ada sebanyak 77 lowongan untuk
100.813 pencari kerja yang ada. Namun demikian, meningkatnya jumlah
pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar cukup memberi
angin segar pada kondisi ketenagakerjaan Sumbar pada umumnya.
Tercatat sebanyak 419 orang telah diberangkatkan selama periode Jan-Mar
2010. Sementara itu, kondisi kesejahteraan petani yang direfleksikan
melalui Nilai Tukar Petani (NTP) terus menunjukkan trend yang meningkat.
6.1. Ketenagakerjaan Daerah
Jumlah lowongan kerja yang tersedia di Sumbar, masih belum mampu
menampung besarnya jumlah pencari kerja yang terus meningkat.
Hingga bulan Maret 2010, jumlah pencari kerja di Sumbar tercatat
sebanyak 100.813 orang. Jumlah ini meningkat sebesar 6,3% atau sebanyak
6.776 orang dibandingkan posisi Desember 2009. Sementara itu, jumlah
lowongan kerja yang tersedia hingga bulan Maret hanya sebanyak 77
dimana 34 diantaranya berada di Kota Padang, 23 di Kab. Solok, 15 di Kota
Padang Panjang dan 5 di Kab. 50 Kota. Sebagian besar lowongan
pekerjaan yang ada di isi oleh tenaga kerja wanita yaitu sebanyak 70
orang. Penyerapan tenaga kerja terbesar pada periode ini adalah industri
pengolahan dengan total tenaga kerja terserap sebanyak 51 orang dimana
seluruhnya berada di Kota Padang. Sisanya sebanyak 26 orang
dipekerjakan pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,
Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan
Bank Indonesia Padang 54
tanah, dan jasa perusahaan. Jika dirinci berdasarkan kelompok jabatan,
maka 44% atau 34 diantaranya merupakan pejabat pelaksana tata usaha
dan tenaga ybdi2
; 64,58% atau 19 orang merupakan tenaga produksi dan
tenaga ybdi; 22,08% atau 17 orang merupakan tenaga usaha jasa, 7,79%
atau 6 orang merupakan tenaga profesional, teknis dan tenaga ybdi serta 1
orang lainnya bekerja sebagai tenaga kepemimpinan dan
ketatalaksanaan3
.
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar yang sempat
menurun drastis di tahun 2009, kini mulai menunjukkan adanya
peningkatan. Data pengiriman TKI yang dirilis oleh Disnakertrans Sumbar
memperlihatkan adanya peningkatan pengiriman TKI Sumbar yang sangat
tajam jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada
triwulan I 2009, jumlah TKI yang diberangkatkan ke luar negeri tercatat
hanya sebanyak 81 orang. Penurunan pengiriman ini terkait adanya krisis
global yang melanda negara tujuan pengiriman seperti Malaysia. Namun
demikian, pada triwulan laporan tercatat jumlah TKI yang diberangkatkan
ke luar negeri telah mencapai 419 orang atau meningkat sebesar 417%
(yoy). Seiring dengan pulihnya perekonomian global diharapkan peluang
untuk pengiriman TKI asal Sumbar dapat kembali meningkat.
TKI asal Sumbar yang diberangkatkan mayoritas merupakan tamatan
SLTA/ setingkat, berusia di atas 15 tahun dan bekerja pada sektor
industri pengolahan di negara Malaysia. Sekitar 67% atau sejumlah 279
orang TKI berpendidikan SLTA/setingkat dan 33% lainnya atau sekitar 139
orang berpendidikan SLTP/ setingkat. Lebih dari 60% TKI tersebut berusia
antara 15-21 tahun sedangkan sisanya berusia di atas 21 tahun. Sektor
terbesar penyerap TKI asal Sumbar adalah sektor industri pengolahan
dimana mereka bekerja sebagai tenaga operator pengeluaran.
2 YBDI : Yang Berhubungan Dengan Itu, berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) 3 Data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Barat, tanggal 26 April 2010
55
Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan
Bank Indonesia Padang
Namun demikian, meningkatnya jumlah TKI Sumbar yang dikirimkan ke
luar negeri tidak dibarengi oleh pertumbuhan Perusahaan Pengerah
Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Di Sumbar terdapat 36 unit PJTKI
yang beroperasi. Menurut Kepala Bidang Penempatan dan Pengembangan
Tenaga Kerja Disnaker Sumbar, sampai dengan Maret 2010 terdapat 18
unit perusahaan yang tutup beroperasi. Seluruh perusahaan yang terpaksa
tutup itu antara lain akibat sulitnya mencari `job order` ke luar negeri
terutama negara-negara penerima, dan juga karena tidak memiliki
jaringan yang kuat4
. Terlebih pasca gempa Sumbar, banyak orang tua yang
takut melepas anaknya bekerja ke luar negeri dan lebih memilih mencari
lapangan pekerjaan di dalam negeri.
Tabel 6.1.
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Daerah Asal Dalam Prov. Sumatera Barat
6.2. Kesejahteraan5
Nilai Tukar Petani (NTP) Sumbar yang sempat turun pada bulan
Oktober 2009, kini berbalik arah dan kembali mengalami tren yang
meningkat. NTP merupakan salah satu indikator tingkat kemampuan daya
4 http://news.id.finroll.com, 20 April 2010
5 Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No.18/04/13/Th.XIII, 1 April 2010
Pertumb.
s.d Mar s.d Jun s.d Sept s.d Des s.d Mar s.d Jun s.d Sept s.d Des s.d Mar (yoy, %)
Menurut Pendidikan 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17
- SD - - - - - - - 1 1 1 - -
- SLTP/Setingkat 119 139 60 158 257 346 37 100 164 319 139 2,76
- SLTA/Setingkat 1.948 1.473 369 807 1.114 1.402 44 184 498 675 279 5,34
- D.I, D.II & D.III - 1 - 1 1 8 - - 1 1 1 0,00
- Sarjana 1 - - - - - - - - 1 - -
Menurut Usia 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17
- < 15 tahun - - - - - - - - - - -
- 15 - 21 tahun 837 681 199 451 667 878 49 157 344 514 253 4,16
- > 21 tahun 1.231 932 230 515 705 878 32 128 320 483 166 4,19
Menurut Lapangan Usaha 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 665 997 419 4,17
- Pertanian/Perkebunan - 54 - 2 2 2 2 2 2 2 2 0,00
- Industri Pengolahan 2.068 1.540 429 964 1.370 1.734 78 281 661 993 417 4,35
- Perdagangan Besar - 13 - - - - 1 2 2 2 - -
- Lainnya - 6 - - - 20 - - - - - -
Menurut Negara Tujuan 2.068 1.613 429 966 1.372 1.756 81 285 664 997 419 4,17
- Malaysia 2.068 1.610 429 966 1.372 1.722 81 285 664 997 419 4,17
- Brunei Darussalam - 3 - - - - - - - - -
- Saudi Arabia - - - - - 20 - - - - -
- Korea - - - - - 14 - - - - - Sumber : Disnakertrans Sumbar
2009Keterangan 2006 2007
2008 2010
Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan
Bank Indonesia Padang 56
beli petani. Satu bulan pasca gempa, NTP Sumbar sempat turun sebesar
1,12% (mtm). Namun demikian, sejak bulan Nopember 2009 NTP Sumbar
kembali mengalami trend yang meningkat hingga pada bulan Februari
2010 tercatat tumbuh sebesar 0,02% (mtm). Kenaikan ini disebabkan oleh
adanya kenaikan pada indeks harga hasil produksi pertanian sebesar 0,75%
(mtm) disisi lain indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian hanya mengalami
kenaikan sebesar 0,73% (mtm).
Pada bulan Februari 2010, tercatat NTP dua subsektor mengalami
kenaikan dan 3 subsektor lainnya mengalami penurunan indeks.
Subsektor yang mengalami kenaikan indeks adalah subsektor holtikultura
sebesar 1,36% (mtm) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar
0,38% (mtm). Sebaliknya, 3 subsektor yang mengalami penurunan antara
lain subsektor padi palawija sebesar 0,46% (mtm), subsektor peternakan
0,92% (mtm), dan subsektor perikanan 0,20% (mtm).
Sumber : BPS Sumbar
Sumber : BPS Sumbar
Grafik 6.1 Perkembangan Nilai Tukar
Petani Sumbar
Grafik 6.2 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sumbar Sektoral
95,00
100,00
105,00
110,00
Indeks (2007=100)
80,00
90,00
100,00
110,00
120,00
130,00
140,00
Me
i-0
8Ju
n-0
8Ju
l-0
8A
gust
-08
Sep
-08
Okt
-08
No
p-0
8D
es-
08
Jan
-09
Feb
-09
Ap
r-0
9M
ay-0
9Ju
n-0
9Ju
l-0
9A
gust
-09
Sep
-09
Okt
-09
No
p-0
9D
es-
09
Jan
-10
Feb
-10
Tanaman Pangan
Hortikultura
TPR
Peternakan
Perikanan
57
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI
DAERAH
7.1. Perkiraan Ekonomi
Pada triwulan II-2010 ekonomi Sumatera Barat diperkirakan semakin
membaik dengan tumbuh pada kisaran 3,50±0,50% seiring dengan pemulihan
kondisi ekonomi pasca gempa. Tingkat konsumsi diperkirakan kembali
bergairah. Pergerakan indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memasuki
awal triwulan II-2010 mulai memasuki area positif dengan menanjak di atas angka
100. Pergerakan positif juga diikuti oleh Indeks Penghasilan Saat Ini. Beberapa
faktor yang diperkirakan dapat turut mendongkrak konsumsi terkait dengan
dilaksanakannya Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) baik di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota. Pada akhir Juni 2010 dilaksanakan 14 Pilkada secara
serentak di Sumbar. Selain itu, masuknya liburan sekolah pada pertengahan tahun
2010 diperkirakan dapat semakin memperbaiki kinerja konsumsi rumah tangga.
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia
Sumber: SKDU, Bank Indonesia
Grafik 7.1. Perkembangan Indikator Survei
Konsumen
Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi
Kegiatan Usaha (Total Sektor)
Dorongan ekonomi Sumbar melalui net-ekspor akan terus berlanjut di
triwulan II-2010. Harga CPO dan karet di pasar internasional diperkirakan masih
mengalami peningkatan. Kondisi ini akan semakin meningkatkan kinerja net-
ekspor Sumbar yang memiliki komoditas unggulan CPO dan karet. Hal ini juga
akan berimplikasi pada semakin menggeliatnya subsektor perkebunan, sehingga
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2008 2009 2010
Ind
eks
IKK
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketepatan Waktu Membeli Durable Goods
0
5
10
15
20
25
30
35
IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010
SBT
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang 58
pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2010 secara umum mengalami
peningkatan.
Sumber: Bloomberg
Grafik 7.3. Trend dan Pergerakan Rata-Rata Harga CPO di Pasar
Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik T.4. Trend dan Pergerakan Rata-Rata Harga Karet di Pasar
Internasional
Dari sisi belanja pemerintah, realisasi dana rehabilitasi dan rekonstruksi
diperkirakan membantu ekonomi Sumbar bergerak positif. Dana rehabilitasi
dan rekonstruksi Tahap I sekitar Rp313 miliar ditargetkan harus terrealisasi pada
bulan Mei 2010, sehingga kemudian dapat dilanjutkan pencarian dana pada
tahap selanjutnya. Realisasi ini diharapkan dapat menjadi stimulus pergerakan
ekonomi, terutama pada daerah yang kegiatan ekonominya lesu akibat dampak
gempa.
Sementara itu, perkembangan di sektor industri pengolahan masih relatif
terbatas. Kegiatan investasi di tingkat perusahaan masih banyak diwarnai oleh
kegiatan investasi rekonstruksi dan relokasi tempat usaha. Investasi di bidang
perkebunan kelapa sawit dan CPO pun masih tertahan mengingat lahan
perkebunan yang semakin terbatas. Kegiatan industri diperkirakan kembali
bergerak khususnya pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau,
seperti terlihat hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan
peningkatan ekspektasi kegiatan usaha pada subsektor ini. Kegiatan subsektor
industri makanan, minuman dan tembakau relatif cepat pulih pasca gempa
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar
May Ju
lSe
pNo
v Jan Mar Ap
rJu
n
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
USD/
met
ric to
n
CPO
Trendline (MA 3)
Trendline (Polynomial 6)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan
Mar
May Ju
lSe
pNo
vJa
nM
arM
ay Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
May Ju
lSe
pNo
vJa
nM
arM
ay Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
May Ju
lSe
pNo
vJa
nM
arM
ay Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
May Ju
lSe
pNo
vJa
nM
arM
ay Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
May Ju
lSe
pNo
vJa
nM
arM
ay Jul
Sep
Nov
Jan
Mar Ap
rJu
n
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
USD/
kg
Karet
Trendline (MA 3)
Trendline (Polynomial 5)
59
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang
mengingat sebagian banyak diwarnai oleh kegiatan industri skala UMKM. Selain
itu tingkat permintaan akan hasil produk subsektor ini masih akan tinggi seiring
dengan upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat.
Sumber: SKDU, Bank Indonesia
Sumber: SKDU, Bank Indonesia
Grafik 7.5. Perkembangan Ekspektasi
Kegiatan Usaha Pada Sektor Industri
Pengolahan
Grafik 7.6. Perkembangan Ekspektasi
Kegiatan Usaha Pada Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya subsektor perdagangan
kembali bergerak. Beberapa kegiatan usaha perdagangan moderen mulai
kembali beroperasi pasca gempa, dan pembenahan kegiatan usahanya semakin
membaik pada triwulan II-2010. Sementara itu, kegiatan di subsektor hotel masih
akan stagnan terkait dengan kebutuhan pengeluaran modal dan investasi tinggi
untuk pembangunan kembali hotel-hotel berbintang yang rusak dan hancur
akibat gempa.
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera (%, y-o-y)
Sumber: BPS dan Proyeksi Bank Indonesia
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Subsektor Makanan, minuman dan tembakau
Subsektor Kimia dan barang dari karet
Subsektor Semen dan barang galian bukan logam
SBT
IV-2008
IV-2009
I-2010 -1
0
1
2
3
4
5
6
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Subsektor Perdagangan Subsektor Hotel
SBT
IV-2008
IV-2009
I-2010
1 2 3 4 1P 2P
Sumatera 4.9 2.9 2.8 3.6 4.2 3.4 4.41 4,42 ± 0,8
Sumatera Bag. Utara 3.3 1.1 1.3 3.5 3.9 2.4 4.12 4,17 ± 0,54
1 NAD (5.3) (9.5) (8.5) (1.8) (2.0) (5.6) -2.49 -1,88 ± 1
2 Sumatera Utara 6.4 4.6 4.6 5.1 5.7 5.0 6.05 5,96 ± 1
Sumatera Bag. Tengah 6.1 4.5 3.1 3.0 3.8 3.6 4.29 4,18 ± 0,9
1 Sumatera Barat 6.4 5.8 5.0 5.1 0.9 4.2 3.56 3,5 ± 0,5
2 Riau 5.7 5.1 2.1 1.5 3.0 3.0 3.01 3,3 ± 1
3 Kepulauan Riau 6.6 0.5 2.3 3.5 7.7 3.5 7.50 6,3 ± 1
4 Jambi 7.2 8.0 6.5 5.5 5.7 6.4 5.94 5,80 ± 1
Sumatera Bag. Selatan 5.1 2.7 4.5 4.8 5.1 4.3 4.97 5,14 ± 0,95
1 Sumatera Selatan 5.1 2.5 3.9 4.3 5.2 4.1 4.98 4.95 ± 1
2 Bangka Belitung 4.5 (0.5) 2.4 5.4 6.9 3.5 6.52 5.13 ± 1
3 Lampung 5.3 4.3 6.0 6.0 4.0 5.1 4.03 5,64 ± 1
4 Bengkulu 5.3 1.5 4.5 2.8 7.5 4.0 7.35 4,25 ± 0,25
2009 20102008 2009
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang 60
7.2. Perkiraan Inflasi
Trend meningkatnya inflasi di triwulan I 2010 diperkirakan akan terus
berlanjut hingga triwulan II 2010. Inflasi Kota Padang yang sempat mencapai
titik terendah dalam 10 tahun terakhir pada triwulan IV 2009, mulai berbalik arah
di triwulan I 2010. Memasuki triwulan II 2010, adanya rencana pemerintah untuk
menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15% pada bulan Juni 2010
diperkirakan akan memicu inflasi kembali naik secara signifikan. Selain itu, trend
kenaikan harga energi dan komoditas internasional diperkirakan dapat kembali
menekan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
serta kelompok makanan jadi. Masuknya masa liburan sekolah di pertengahan
tahun serta persiapan menghadapi tahun ajaran baru diperkirakan akan
mendorong inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.
Pelaksanaan Pilkada pada akhir Juni diperkirakan juga akan memberikan
kontribusi terhadap pergerakan harga barang-barang konsumsi terutama yang
berhubungan dengan aktivitas persiapan maupun pelaksanaan Pilkada.
Grafik 7.7. Perkembangan Ekspektasi Inflasi >5%
Inflasi Kota Padang pada triwulan II 2010 diperkirakan berada pada kisaran
5,82±1% (yoy). Potensi kenaikan inflasi Kota Padang terbesar diperkirakan
berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebagai
dampak dari kenaikan TDL. Kenaikan TDL diperkirakan akan memberikan
kenaikan sumbangan inflasi kota Padang sebesar 0,47%. Masuknya masa liburan
sekolah dan persiapan menghadapi tahun ajaran baru yang jatuh di akhir tahun
triwulan II 2010 berpotensi mendorong inflasi pada kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga. Selain itu, pelaksanaan Pilkada Provinsi Sumbar serta
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni Juli
Agus
t
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
2009 2010
ekspektasi harga 3 bulan yad ekspektasi harga 6 bulan yad
61
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang
seluruh kab/kota di Sumbar pada akhir Juni juga diperkirakan akan memberikan
kontribusi terhadap pergerakan harga barang-barang konsumsi.
Dari sisi penawaran (supply side), masuknya musim panen di triwulan II 2010
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pembentukan harga
komoditas bahan pangan terutama kelompok bahan makanan dan makanan
jadi. Harga beras yang mulai stabil di akhir triwulan I 2010 diperkirakan akan
mengalami penurunan di triwulan II menyusul masuknya musim panen komoditas
yang bersangkutan. Apabila tidak ada gejolak yang berarti terhadap pasokan dan
distribusi bahan pangan serta didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif maka
tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan diperkirakan dapat mereda.
Namun demikian, ancaman inflasi kelompok bahan makanan masih dapat terjadi
sebagai dampak naiknya harga komoditas CPO di pasar internasional serta
kerusakan beberapa jalur distribusi yang sempat longsor pasca musim penghujan
lalu. Adanya kebijakan pemerintah untuk membuka keran impor gula mulai bulan
Maret 2010 lalu diharapkan juga dapat meredam kenaikan inflasi kelompok
makanan jadi akibat adanya kenaikan tarif cukai rokok di awal tahun 2010.
Grafik 7.8. Prediksi Inflasi Sumbar pada Triwulan II-2010
0
5
10
15
I II III IV I II III* IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
per
sen
(%)
*mulai menggunakan tahun dasar 2007
Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
Bank Indonesia Padang 62
Halaman ini sengaja dikosongkan
2010****
Jumlah I II III IV Jumlah I
1. PERTANIAN 17.272.739,30 4.465.462,82 4.318.689,45 4.671.176,35 4.664.606,34 18.119.934,96 4.962.757,69
a. Tanaman Bahan Makanan 8.860.632,28 2.334.025,54 2.225.141,56 2.453.434,23 2.417.819,25 9.430.420,58 2.629.561,85
b. Tanaman Perkebunan 3.846.951,74 937.755,10 919.217,80 973.710,27 1.004.543,66 3.835.226,83 1.051.031,28
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.388.729,80 367.949,85 360.267,09 384.793,96 391.206,09 1.504.216,99 410.574,49
d. Kehutanan 1.098.987,41 284.601,93 279.354,35 289.033,28 290.859,09 1.143.848,65 298.783,82
e. Perikanan 2.077.438,06 541.130,39 534.708,65 570.204,61 560.178,26 2.206.221,92 572.806,25
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2.351.407,34 624.253,97 627.122,71 645.049,97 648.434,89 2.544.861,54 658.960,00
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 308.764,43 81.450,35 80.298,74 80.984,10 82.385,51 325.118,69 83.514,19
c. Penggalian 2.042.642,90 542.803,62 546.823,97 564.065,87 566.049,39 2.219.742,85 575.445,81
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8.553.816,92 2.272.388,81 2.284.726,39 2.377.383,22 2.260.696,71 9.195.195,11 2.325.726,08
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas **) 8.553.816,92 2.272.388,81 2.284.726,39 2.377.383,22 2.260.696,71 9.195.195,11 2.325.726,08
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2.158.882,16 575.730,67 584.215,82 623.537,91 571.935,96 2.355.420,35 601.048,58
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3.424.707,34 914.357,04 914.920,55 957.083,86 886.540,51 3.672.901,96 917.584,88
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 285.061,14 73.324,60 74.532,31 76.888,46 77.129,28 301.874,64 78.591,67
4. Kertas dan Barang Cetakan 21.706,60 5.511,30 5.550,78 5.705,96 5.740,01 22.508,06 5.791,43
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 508.273,66 132.427,98 134.020,57 136.499,93 136.619,18 539.567,66 137.434,80
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 1.985.302,62 527.743,46 527.754,99 533.694,38 538.541,20 2.127.734,03 540.920,08
7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 167.128,27 42.583,65 43.015,21 43.248,66 43.464,11 172.311,63 43.622,45
9. Barang lainnya 2.755,13 710,11 716,16 724,05 726,46 2.876,78 732,20
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 863.207,12 223.682,77 226.795,17 229.627,40 218.566,59 898.671,93 224.797,72
a. Listrik 789.428,64 203.662,88 206.222,12 208.398,13 198.605,41 816.888,55 204.525,02
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Bersih 73.778,47 20.019,89 20.573,05 21.229,26 19.961,18 81.783,38 20.272,69
5. BANGUNAN 3.904.656,99 1.064.303,16 1.066.786,98 1.087.921,19 1.094.517,79 4.313.529,12 1.203.963,45
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12.529.351,36 3.385.384,77 3.351.074,72 3.698.034,70 3.292.062,88 13.726.557,06 3.469.904,38
a. Perdagangan Besar & Eceran 12.128.765,52 3.278.193,13 3.242.102,93 3.579.635,90 3.191.312,87 13.291.244,83 3.362.139,18
b. Hotel 108.003,22 29.258,71 29.587,76 32.125,21 26.434,90 117.406,58 27.405,27
c. Restoran 292.582,63 77.932,93 79.384,03 86.273,58 74.315,11 317.905,65 80.359,93
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10.603.054,63 2.801.485,10 2.818.198,79 2.928.476,86 2.994.456,93 11.542.617,68 3.089.319,90
a. Pengangkutan 8.697.860,69 2.301.033,34 2.316.671,87 2.407.344,60 2.456.620,78 9.481.670,59 2.539.594,52
1. Angkutan Rel 51.906,34 13.596,50 13.930,30 14.376,22 13.663,21 55.566,22 13.983,46
2. Angkutan Jalan Raya 6.083.926,22 1.610.547,35 1.623.120,54 1.692.202,25 1.723.548,37 6.649.418,52 1.792.523,33
3. Angkutan Laut 584.335,22 149.041,29 149.618,20 150.738,92 151.586,61 600.985,02 153.796,44
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 242.681,81 63.823,01 64.435,24 66.189,66 66.761,87 261.209,78 67.937,19
5. Angkutan Udara 971.155,16 260.952,34 261.637,12 274.970,07 288.079,33 1.085.638,86 292.521,40
6. Jasa Penunjang Angkutan 763.855,93 203.072,85 203.930,47 208.867,48 212.981,39 828.852,19 218.832,70
b. Komunikasi 1.905.193,94 500.451,76 501.526,91 521.132,26 537.836,15 2.060.947,09 549.725,39
1. Pos dan Telekomunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 3.462.672,60 930.605,85 934.513,89 951.459,53 966.523,77 3.783.103,04 982.066,40
a. Bank 1.079.687,49 289.836,67 291.278,73 296.390,44 301.552,51 1.179.058,35 306.872,21
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 850.031,27 227.787,83 229.210,16 233.931,99 238.308,40 929.238,38 242.540,20
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 1.437.073,57 387.280,18 388.230,81 394.557,15 399.618,78 1.569.686,92 405.309,42
e. Jasa Perusahaan 95.880,26 25.701,17 25.794,19 26.579,95 27.044,08 105.119,39 27.344,57
9. JASA-JASA 11.073.303,78 2.972.867,54 2.993.144,76 3.093.601,70 3.111.345,82 12.170.959,82 3.272.938,77
a. Pemerintahan Umum 7.636.538,27 2.034.776,45 2.052.449,66 2.102.674,74 2.149.381,09 8.339.281,95 2.279.173,33
1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4.770.743,03 1.276.673,63 1.292.635,11 1.317.895,57 1.341.013,35 5.228.217,66 1.418.851,26
2. Jasa Pemerintah lainnya 2.865.795,23 758.102,82 759.814,55 784.779,17 808.367,74 3.111.064,28 860.322,08
b. Swasta 3.436.765,51 938.091,09 940.695,10 990.926,95 961.964,73 3.831.677,88 993.765,43
1. Sosial Kemasyarakatan 1.319.760,05 357.442,41 358.312,19 375.981,77 387.434,83 1.479.171,20 400.574,96
2. Hiburan & Rekreasi 329.044,25 91.565,54 91.738,49 97.112,70 88.725,43 369.142,15 92.231,44
3. Perorangan & Rumahtangga 1.787.961,21 489.083,14 490.644,42 517.832,48 485.804,48 1.983.364,53 500.959,03
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 70.614.210,04 18.740.434,79 18.621.052,85 19.682.730,92 19.251.211,71 76.295.430,26 20.190.434,39
Sumber : BPS Provinsi Sumbar
Catatan :
** angka sementara
*** angka sangat sementara
**** angka proyeksi KBI Padang
LAMPIRAN 1
LAPANGAN USAHA2008**
PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR
TRIWULANAN TAHUN 2008-2010
2009***
2010****
Jumlah I II III IV Jumlah I
1. PERTANIAN 8.437.318,94 2.153.738,02 2.163.828,74 2.225.204,65 2.218.728,79 8.761.500,20 2.291.893,95
a. Tanaman Bahan Makanan 4.221.788,54 1.093.176,39 1.095.243,47 1.131.589,20 1.111.085,84 4.431.094,91 1.159.185,73
b. Tanaman Perkebunan 2.143.270,55 530.448,94 535.294,88 547.475,35 563.892,49 2.177.111,66 576.523,69
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 660.209,58 169.078,61 170.264,02 175.344,14 177.798,97 692.485,75 184.324,19
d. Kehutanan 466.328,79 116.637,49 116.793,57 118.687,19 119.149,23 471.267,48 121.627,54
e. Perikanan 945.721,49 244.396,59 246.232,80 252.108,77 246.802,25 989.540,40 250.232,80
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.081.278,74 278.128,88 279.271,80 283.452,40 284.585,71 1.125.438,81 289.165,52
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 193.176,07 49.963,96 49.232,92 49.096,88 49.765,60 198.059,36 50.447,39
c. Penggalian 888.102,67 228.164,92 230.038,89 234.355,53 234.820,11 927.379,45 238.718,13
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.464.272,82 1.149.061,29 1.159.807,53 1.171.423,23 1.105.693,49 4.585.985,55 1.124.752,85
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas **) 4.464.272,82 1.149.061,29 1.159.807,53 1.171.423,23 1.105.693,49 4.585.985,55 1.124.752,85
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 1.194.981,40 305.229,82 310.745,72 316.851,28 289.492,95 1.222.319,76 298.988,31
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1.784.397,11 461.358,89 465.563,26 470.913,11 432.041,62 1.829.876,87 439.947,98
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 129.392,68 32.424,88 32.824,36 33.090,99 33.025,05 131.365,28 33.612,90
4. Kertas dan Barang Cetakan 14.253,62 3.589,14 3.613,26 3.622,92 3.619,84 14.445,16 3.641,92
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 304.379,51 78.198,40 78.892,21 79.281,06 78.983,01 315.354,68 79.409,52
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 942.080,11 244.424,04 244.121,79 243.546,23 244.378,78 976.470,83 244.940,85
7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 93.302,72 23.463,10 23.671,20 23.739,53 23.773,80 94.647,63 23.830,86
9. Barang lainnya 1.485,66 373,03 375,74 378,12 378,44 1.505,34 380,51
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 407.582,49 107.511,72 108.993,97 110.328,41 104.391,65 431.225,75 107.332,97
a. Listrik 368.274,98 97.112,21 98.308,65 99.303,84 94.067,06 388.791,76 96.851,45
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Bersih 39.307,50 10.399,52 10.685,32 11.024,56 10.324,59 42.433,99 10.481,52
5. BANGUNAN 1.739.217,10 451.352,25 453.323,44 454.920,79 454.361,24 1.813.957,73 482.840,60
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6.462.695,03 1.666.275,50 1.682.437,35 1.774.204,03 1.550.156,33 6.673.073,21 1.605.501,18
a. Perdagangan Besar & Eceran 6.244.779,04 1.609.955,89 1.625.290,17 1.714.939,80 1.500.570,39 6.450.756,25 1.553.390,46
b. Hotel 55.736,28 14.509,44 14.656,49 15.224,48 12.343,85 56.734,25 12.604,31
c. Restoran 162.179,72 41.810,18 42.490,69 44.039,75 37.242,09 165.582,71 39.506,41
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4.916.482,80 1.271.645,55 1.277.185,92 1.315.836,64 1.341.407,75 5.206.075,86 1.371.866,11
a. Pengangkutan 3.632.555,79 935.788,08 940.761,18 966.521,15 981.282,61 3.824.353,02 1.004.178,34
1. Angkutan Rel 29.022,93 7.458,82 7.621,85 7.806,19 7.398,58 30.285,44 7.508,82
2. Angkutan Jalan Raya 2.370.160,29 611.967,99 615.969,37 634.136,56 642.227,00 2.504.300,92 661.249,76
3. Angkutan Laut 261.757,81 65.273,25 65.437,10 65.837,91 66.126,44 262.674,70 66.523,20
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 72.777,55 18.794,60 18.949,12 19.294,40 19.328,13 76.366,25 19.584,81
5. Angkutan Udara 492.345,12 128.310,49 128.501,40 133.335,81 138.824,34 528.972,05 140.505,51
6. Jasa Penunjang Angkutan 406.492,10 103.982,93 104.282,34 106.110,28 107.378,11 421.753,66 108.806,24
b. Komunikasi 1.283.927,01 335.857,47 336.424,74 349.315,49 360.125,14 1.381.722,83 367.687,76
1. Pos dan Telekomunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1.810.785,14 467.872,77 469.744,44 475.736,56 481.552,72 1.894.906,49 487.661,41
a. Bank 631.389,96 162.927,92 163.691,96 165.596,47 167.501,28 659.717,63 169.729,05
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 435.776,91 112.679,20 113.341,64 114.914,72 116.525,10 457.460,66 118.071,39
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 691.609,68 178.808,99 179.225,66 181.400,20 183.504,83 722.939,68 185.714,23
e. Jasa Perusahaan 52.008,59 13.456,66 13.485,18 13.825,17 14.021,51 54.788,52 14.146,75
9. JASA-JASA 5.688.288,51 1.468.444,08 1.478.044,85 1.512.303,91 1.513.626,26 5.972.419,10 1.573.663,47
a. Pemerintahan Umum 3.739.259,88 961.355,94 969.625,43 988.337,80 1.008.802,38 3.928.121,54 1.054.725,59
1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2.372.916,53 610.388,63 617.914,90 627.333,97 637.551,57 2.493.189,08 664.392,49
2. Jasa Pemerintah lainnya 1.366.343,35 350.967,31 351.710,52 361.003,83 371.250,81 1.434.932,46 390.333,10
b. Swasta 1.949.028,63 507.088,14 508.419,43 523.966,11 504.823,88 2.044.297,56 518.937,88
1. Sosial Kemasyarakatan 688.420,59 179.179,42 179.595,67 185.725,68 191.050,11 735.550,88 196.838,93
2. Hiburan & Rekreasi 221.385,03 58.751,74 58.844,47 60.558,48 54.855,39 233.010,09 56.906,98
3. Perorangan & Rumahtangga 1.039.223,02 269.156,98 269.979,29 277.681,95 258.918,38 1.075.736,59 265.191,97
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 35.007.921,57 9.014.030,06 9.072.638,06 9.323.410,63 9.054.503,94 36.464.582,69 9.334.678,06
Sumber : BPS Provinsi Sumbar
Catatan :
** angka sementara
*** angka sangat sementara
**** angka proyeksi KBI Padang
LAPANGAN USAHA2008**
LAMPIRAN 2
PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR
TRIWULANAN TAHUN 2008-2010
2009***
Jumlah I II III IV Jumlah I
1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 39.033.463,46 10.363.927,40 10.453.444,86 11.263.215,22 10.677.955,25 42.758.542,72 11.051.036,04
Private Consumption Expenditure
A. MAKANAN/Food 24.393.044,17 6.496.440,97 6.530.264,21 7.211.055,09 7.032.890,00 27.270.650,27 7.295.335,40
B. NON MAKANAN/Non-Food 14.640.419,29 3.867.486,42 3.923.180,65 4.052.160,13 3.645.065,25 15.487.892,45 3.755.700,64
2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 654.326,00 173.288,66 176.873,95 178.872,24 199.448,22 728.483,07 191.444,21
SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution
Consumption Expenditure
3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 7.988.669,95 2.225.364,26 2.283.152,54 2.332.258,55 2.441.885,00 9.282.660,35 2.676.212,75
Government Consumption Expenditure
4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 12.514.398,08 3.384.203,17 3.461.008,55 3.567.316,03 3.581.231,02 13.993.758,77 3.816.427,73
Gross Domestic Fixed capital Formation
5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -290.893,94 1.105.592,59 61.963,23 -86.507,81 -559.528,33 521.519,68 -72.367,48
6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 21.230.113,72 3.876.329,62 4.349.398,91 5.224.589,52 5.471.778,25 18.922.096,30 5.223.936,41
Export of Goods and Services
Antar Daerah 17.726.095,53 2.787.505,28 3.203.206,58 3.994.157,01 4.234.567,13 14.219.435,99 3.937.205,52
Antar Negara 3.504.018,19 1.088.824,35 1.146.192,33 1.230.432,51 1.237.211,12 4.702.660,31 1.286.730,88
7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 10.515.867,23 2.388.270,92 2.164.789,18 2.797.012,83 2.561.557,69 9.911.630,63 2.696.254,87
JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services
Antar Daerah 5.753.465,06 974.441,12 710.719,65 1.286.894,24 798.432,16 3.770.487,17 950.624,73
Antar Negara 4.762.402,17 1.413.829,80 1.454.069,53 1.510.118,59 1.763.125,54 6.141.143,45 1.745.630,14
70.614.210,04 18.740.434,79 18.621.052,85 19.682.730,92 19.251.211,71 76.295.430,26 20.190.434,79
Sumber : BPS Provinsi Sumbar
Catatan :
** angka sementara
*** angka sangat sementara
**** angka proyeksi KBI Padang
Jumlah/ Total
JENIS PENGGUNAAN2008**
LAMPIRAN 3
PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR
TRIWULANAN TAHUN 2008-2010
2010***2009***
Jumlah I II III IV Jumlah I
1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 18.541.006,93 4.722.793,07 4.780.903,27 4.859.965,77 4.482.219,74 18.845.881,84 18.845.881,84
Private Consumption Expenditure
A. MAKANAN/Food 11.747.217,64 2.990.656,75 3.020.304,33 3.061.597,93 2.909.623,03 11.982.182,05 11.982.182,05
B. NON MAKANAN/Non-Food 6.793.789,29 1.732.136,31 1.760.598,94 1.798.367,84 1.572.596,70 6.863.699,79 6.863.699,79
2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 314.228,72 81.263,43 82.677,42 83.493,63 90.590,59 338.025,07 338.025,07
SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution
Consumption Expenditure
3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 4.020.198,56 1.046.689,57 1.065.379,26 1.078.441,87 1.095.616,00 4.286.126,69 4.286.126,69
Government Consumption Expenditure
4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 6.112.929,37 1.580.328,14 1.594.280,73 1.619.535,44 1.599.889,33 6.400.354,94 6.400.354,94
Gross Domestic Fixed capital Formation
5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -174.221,38 172.495,81 188.113,38 182.167,83 33.341,02 706.111,70 706.111,70
6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 11.195.074,59 2.600.798,24 2.546.163,13 2.818.725,54 3.121.545,31 11.175.102,62 11.175.102,62
Export of Goods and Services
Antar Daerah 9172747,529 2031426,821 1952675,412 2188527,04 2493223,854 8753723,527 8753723,527
Antar Negara 2.022.327,06 569.371,42 593.487,72 630.198,50 628.321,45 2.421.379,09 2.421.379,09
7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 5.001.295,22 1.190.338,20 1.173.634,40 1.312.069,37 1.461.980,81 5.372.158,27 5.372.158,27
JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services
Antar Daerah 2.827.458,84 556.946,95 514.201,27 610.814,98 703.463,40 2.619.562,09 2.619.562,09
Antar Negara 2.173.836,38 633.391,25 659.433,13 701.254,38 758.517,41 2.752.596,18 2.752.596,18
35.007.921,57 9.014.030,06 9.083.882,78 9.330.260,71 8.961.221,16 36.379.444,59 36.379.444,59
Sumber : BPS Provinsi Sumbar
Catatan :
** angka sementara
*** angka sangat sementara
**** angka proyeksi KBI Padang
2010****
Jumlah/Total
2008 **JENIS PENGGUNAAN
2009***
LAMPIRAN 4
PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR
TRIWULANAN TAHUN 2008-2010
AkhirPeriode IHK Perub.(%)
2007
Jan 155,42 156,19 147,05 138,93 120,43 136,79 167,12 151,84 1,27%
Feb 159,53 157,21 147,63 140,75 120,55 136,79 167,17 153,57 1,14%
Mar 165,09 157,44 147,71 141,01 120,65 136,79 167,44 155,45 1,22%
Apr 160,00 157,97 147,70 142,03 121,52 136,44 168,08 154,10 -0,87%
Mei 152,36 159,00 148,03 141,86 123,76 136,44 168,56 152,06 -1,33%
Jun 151,94 160,44 149,00 141,32 125,05 136,44 168,79 152,40 0,22%
Jul 153,73 161,13 150,11 142,48 125,79 137,38 168,79 153,48 0,71%
Agt 153,77 161,64 151,48 143,61 126,22 138,78 168,77 154,03 0,36%
Sep 156,95 163,95 151,58 144,86 127,01 138,75 168,65 155,54 0,98%
Okt 159,27 164,44 151,69 146,09 128,78 138,75 168,44 156,51 0,62%
Nov 161,20 165,79 153,64 147,40 129,02 138,66 168,67 157,87 0,87%
Des 164,98 170,98 154,22 147,80 130,34 140,04 169,19 160,28 1,53%
2008
Jan 167,25 171,24 156,06 149,97 130,46 140,19 169,82 161,68 0,87%
Feb 176,15 172,28 156,62 150,33 130,59 140,65 170,18 164,90 1,99%
Mar 180,79 174,08 157,88 153,47 131,86 140,95 170,41 167,25 1,43%
Apr 180,71 177,07 157,80 151,37 132,70 141,14 169,06 167,40 0,09%
Mei 180,38 177,48 159,88 151,02 134,11 141,90 172,20 168,30 0,54%
Jun 186,95 184,45 163,01 151,74 135,12 142,20 190,68 175,18 4,09%
Mei* 114,69 109,20 105,34 103,12 107,23 102,17 99,57 107,03 na
Jun 118,86 113,49 107,40 103,61 108,03 102,38 110,25 111,41 4,09%
Jul 121,17 114,10 109,31 104,80 108,89 108,55 110,58 113,09 1,51%
Agt 121,69 114,16 109,35 103,61 108,86 109,96 110,59 113,26 0,15%
Sep 121,61 114,51 110,43 105,82 109,00 109,96 110,66 113,68 0,37%
Okt 123,47 117,61 110,62 106,37 109,42 110,05 110,71 114,81 0,99%
Nov 126,54 118,47 110,65 106,36 109,71 110,20 110,81 115,79 0,85%
Des 127,23 119,44 110,76 107,4 109,80 110,51 109,63 116,03 0,21%
2009
Jan 127,90 119,57 110,59 107,87 109,97 110,54 108,14 115,94 -0,08%
Feb 129,73 120,64 110,74 110,61 110,18 110,71 107,63 116,73 0,68%
Mar 126,41 121,04 110,79 111,14 110,57 110,71 108,03 116,03 -0,60%
Apr 122,73 121,34 110,79 109,33 110,55 110,74 108,71 115,20 -0,72%
Mei 121,44 121,38 110,72 108,89 110,74 110,75 108,17 114,75 -0,39%
Jun 120,44 121,50 110,70 109,22 110,69 110,75 108,17 114,53 -0,19%
Jul 123,37 122,06 110,68 109,30 110,77 110,54 108,29 115,39 0,75%
Agt 125,10 123,21 110,86 108,96 110,64 110,64 107,57 115,91 0.45%
Sep 130,18 124,14 110,91 110,20 110,82 110,64 108,83 117,72 1,56%
Okt 135,40 126,38 113,23 110,66 110,84 110,65 108,09 119,82 1,78%
Nov 132,54 126,29 113,47 111,63 110,96 110,69 108,13 119,19 -0,53%
Des 127,99 127,24 114,00 112,15 111,21 110,69 108,49 118,41 -0,65%
2010
Jan 133,17 129,53 114,14 111,92 111,25 110,69 109,20 120,29 1,59%
Feb 133,25 129,60 114,79 111,66 111,26 110,57 109,49 120,50 0,17%
Mar 129,47 129,59 114,70 111,78 111,46 110,57 110,03 119,62 -0,73%Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Mulai Menggunakan tahun dasar 2007 = 100
KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPORTU M U M
Lampiran 5
Indeks Harga Konsumen Kota Padang
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG
Perubahan Perubahan
Des 2009 Mar 2010 q-t-q y-o-y
UMUM 118,41 119,62 1,02% 2,05%
BAHAN MAKANAN 127,99 129,47 1,16% 0,60%Padi-padian, Ubi-ubian dan Hasil-hasilnya 121,76 135,13 10,98% 3,57%Daging dan Hasil-hasilnya 125,79 128,08 1,82% 2,19%Ikan Segar 134,81 134,18 -0,47% 1,80%Ikan Diawetkan 146,88 146,82 -0,04% -2,26%Telur, Susu & Hasil-hasilnya 131,1 130,79 -0,24% 2,25%Sayur-sayuran 120,58 129,2 7,15% -5,21%Kacang-kacangan 115,03 114,9 -0,11% -8,52%Buah-buahan 129,89 125,95 -3,03% -1,62%Bumbu-bumbuan 130,85 108,39 -17,16% 1,14%Lemak & Minyak 138,36 138,93 0,41% -2,49%Bahan makanan lainnya 111,61 112,11 0,45% -0,88%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 127,24 129,59 1,85% 6,53%Makanan Jadi 128,09 129,49 1,09% 5,69%Minuman yang Tidak Beralkohol 131,57 132,27 0,53% 17,63%Tembakau & Minuman Beralkohol 122,78 128,34 4,53% 2,70%
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 114 114,7 0,61% 2,93%Biaya Tempat Tinggal 116,66 117,94 1,10% 4,89%Bahan Bakar, Penerangan & Air 109,02 109,02 0,00% 0,31%Perlengkapan Rumah Tangga 126,53 126,52 -0,01% 3,06%Penyelenggaraan Rumah Tangga 106 106,1 0,09% -0,62%
SANDANG 112,15 111,78 -0,33% 4,42%Sandang Laki-laki 105,94 106,61 0,63% 3,28%Sandang Wanita 107,77 108,55 0,72% 0,97%Sandang Anak-anak 106,48 106,5 0,02% 0,43%Barang Pribadi, Sandang lainnya 133,86 129,84 -3,00% 14,53%
KESEHATAN 111,21 111,46 0,22% 1,28%Jasa Kesehatan 104,26 104,56 0,29% 0,00%Obat-obatan 120,81 120,86 0,04% 2,22%Jasa Perawatan & Jasmani 105,98 105,98 0,00% 0,00%Perawatan Jasmani & Kosmetik 113,68 114 0,28% 2,01%
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 110,69 110,57 -0,11% 0,16%Jasa Pendidikan 113,15 113,15 0,00% 0,72%Kursus Pelatihan 116,2 116,2 0,00% 2,21%Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 105,76 104,97 -0,75% -2,38%Rekreasi 104,25 104,25 0,00% -0,56%Olahraga 103,85 103,85 0,00% 0,66%
TRANSPORT, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 108,49 110,03 1,42% -1,04%Transportasi 117,12 119,29 1,85% -0,13%Komunikasi & Pengiriman 82,37 82,37 0,00% -6,38%Sarana & Penunjang Transportasi 105,88 106,40 0,49% 3,10%Jasa Keuangan 108,46 108,46 0,00% 0,44%
Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Kelompok / Subkelompok
LAMPIRAN 6
Inflasi Kota Padang Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa(Tahun Dasar 2007)
IHK
top related