kajian ekonomi regional provinsi gorontalo triwulan iii 2009 · pengembangan stabilitas sistem...
Post on 06-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui
penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
Misi Bank Indonesia :
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan
pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia
yang berkesinambungan”
Tugas Bank Indonesia :
1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada
Redaksi :
Kelompok Kajian dan Survey
Bank Indonesia Gorontalo
Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115
Telp : +62 435 824444
Fax : +62 435 827993
Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan
baik.
Kajian periode triwulan III-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI
Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang
amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia
yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai
pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.
Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan
perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 4 November 2009
BANK INDONESIA GORONTALO
Benny Siswanto
Pemimpin
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
1.1. Sisi Permintaan 8 1.1.1. Konsumsi 9 1.1.2. Investasi 12 1.1.3. Ekspor-Impor 12
1.2. Sisi Penawaran 13 1.2.1. Sektor Pertanian 14 1.2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16 1.2.4. Sektor Bangunan 17 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 18 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 18 1.2.7. Sektor Lainnya 19
1.3. Box KER I 20 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III-2009 23 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 25
2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 25 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 26
2.3. Box KER II 28
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 29
3.1.1. Perkembangan Bank 29 3.1.2. Respon Perbankan Gorontalo Terhadap Kebijakan Moneter 29 3.1.3. Penyerapan Dana Masyarakat 30 3.1.4. Penyaluran Kredit 31
3.2. Stabilitas Perbankan 33 3.2.1. Risiko Kredit 33 3.2.2. Risiko Likuiditas 34 3.2.3. Risiko Pasar 36
3.3. Box KER III 37
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 38 4.2. Belanja Daerah 39 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 43
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal 42 5.2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42
BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1. Pengangguran 44 6.2. Kemiskinan 45 6.3 Rasio Gini 46 6.4 IPM 46
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 48 7.2. Outlook Inflasi 49 7.3 Prospek Perbankan 50
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 8
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 9
Tabel 1.3 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 12
Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Gorontalo 13
Tabel 1.5 Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran 13
Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 25
Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (yoy) 25
Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi, Jasa Keuangan (yoy) 26
Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Barang dan Jasa (qtq) 37
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 38
Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 39
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 40
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 40
Tabel 4.7 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 41
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 44
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 45
Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 45
Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun 2007 46
Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 47
Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 47
Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun 2006-2007 47
Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 48
Tabel 7.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 48
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 8
Grafik 1.2 Perkembangan Deposito & Tabungan 10
Grafik 1.3 Index Nilai Tukar Petani 10
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 10
Grafik 1.5 Konsumsi BBM Rumah Tangga 10
Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi 10
Grafik 1.7 Index Keyakinan Konsumen 11
Grafik 1.8 Realisasi Belanja Non Modal 11
Grafik 1.9 Realisasi Semen 12
Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Non Modal 12
Grafik 1.11 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 12
Grafik 1.12 Volume Ekspor 12
Grafik 1.13 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 14
Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Jagung 14
Grafik 1.15 Luas Lahan Panen & Produktivitas Padi 15
Grafik 1.16 Perkembangan Produksi Padi 15
Grafik 1.17 Luas Lahan Panen & Produktivitas Kedelai 15
Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Kedelai 15
Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Pesawat 15
Grafik 1.20 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 15
Grafik 1.21 Konssmsi Premium untuk Transportasi 16
Grafik 1.22 Jumlah Penerbangan Pesawat 16
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Perdagangan 16
Grafik 1.24 Konsumsi Listrik Bisnis 16
Grafik 1.25 Tingkat Penghunian Hotel 17
Grafik 1.26 Realisasi Belanja Modal APBD 17
Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen 17
Grafik 1.28 Penggunaan BBM Industri 18
Grafik 1.29 Volume Barang Industri 18
Grafik 1.30 NIM Perbankan 18
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 23
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 24
Grafik 2.3 Survey Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Ayam (Rp/Kg) 27
Grafik 2.4 Survey Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Cabai dan Bawang (Rp/Kg) 27
Grafik 3.1 Rata-rata suku bunga Deposito Perbankan Gorontalo 30
Grafik 3.2 Rata-rata suku bunga kredit Perbankan Gorontalo 30
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK (yoy) 31
Grafik 3.4 Komposisi DPK 31
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (yoy) 31
Grafik 3.6 Komposisi berdasarkan jenis pengunaaan 31
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Sektoral (yoy) 32
Grafik 3.8 Komposisi Kredit sektor produktif 32
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM 33
Grafik 3.10 Komposisi Kredit UMKM 33
Grafik 3.11 Non Performing Loan 33
Grafik 3.12 NPL Kredit Penggunaan (%) 34
Grafik 3.13 NPL Kredit Sektoral (%) 34
Grafik 3.14 Pertumbuhan Jenis DPK 35
Grafik 3.15 Simpanan Berdasarkan Nasabah 35
Grafik 3.16 Posisi LDR Perbankan Gorontalo 35
Grafik 3.17 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 36
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 42
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 42
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 43
Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 43
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 43
Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) 49
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo
pada triwulan III-2009
melambat 7.60% (y.o.y).
Pada triwulan III-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan
melambat 7.60% (yoy) dibandingkan triwulan III-2008 sebesar
9.00% (yoy). Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dalam
range proyeksi Bank Indonesia Gorontalo pada triwulan lalu.
Di sisi permintaan,
perlambatan ekonomi
Gorontalo didorong oleh
melemahnya kinerja
ekspor dan konsumsi
pemerintah
Disisi permintaan, melambatnya kinerja ekspor ditunjukkan oleh
nilai realisasi ekspor antar pulau yang menurun secara signifikan.
Menurunnya produksi pertanian berdampak langsung pada
kinerja ekspor secara keseluruhan, sementara realisasi belanja
non modal tidak secerah triwulan III-2008. Melambatnya sisi
permintaan sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi
daerah. Upaya pemerintah meningkatkan anggaran belanja
modal merupakan langkah yang tepat untuk mendorong kinerja
ekonomi lebih baik. Sementara itu, musim lebaran cukup
memberikan pengaruh positif bagi konsumsi masyarakat selama
triwulan III-2009.
Di sisi penawaran,
perlambatan didorong
oleh menurunnya kinerja
sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa lainnya
Disisi sektoral, kinerja sektor pertanian masih dilanda pesimisme.
Musim kering berkepanjangan menurunkan kinerja pertanian
selama triwulan III-2009. Melambatnya kinerja sektor tersebut
memberikan tekanan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi secara total mengingat kontribusi sektor pertanian
sebesar 30% terhadap PDRB. Disisi lain, kinerja empat sektor
unggulan lainnya diperkirakan mampu sedikit meredam
perlambatan yang terjadi. Sektor perdagangan dan angkutan
menunjukkan perkembangan yang positif selama musim lebaran
demikian juga kinerja sektor bangunan menunjukkan optimisme.
Seiring pertumbuhan ekonomi daerah, kegiatan konstruksi
khususnya di wilayah kota Gorontalo menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Proyek pembangunan
Gorontalo Business Center dan Pelabuhan Dermaga III masuk
dalam tahap penyelesaian sementara pembangunan Gorontalo
Business Park (mall) masih terus berlangsung hingga saat ini.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi triwulan III-2009
sebesar 3,97% (yoy) lebih
rendah dibandingkan
triwulan III-2008 sebesar
12,26% (yoy)
Tendensi menurunnya inflasi tahunan mewarnai perkembangan
harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-III 2009.
Inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy).
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 2
Sementara itu, inflasi triwulan III-2009 naik sebesar 0,83% (qtq)
dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 0,59% (qtq). Penurunan
inflasi tahunan sejalan dengan inflasi nasional serta didukung
oleh kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya
tekanan harga dari kelompok barang-barang yang diatur
Pemerintah (administered price). Sementara itu, kenaikan inflasi
triwulanan didorong tingginya permintaan barang dan jasa
terkait ibadah puasa dan perayaan hari besar Idul Fitri.
Tendensi Penurunan
inflasi selama triwulan
III-2009 disebabkan oleh
minimnya shock inflasi
kebijakan.
Kecenderungan adanya
oligopoly pada tata
niaga beras serta
gangguan pada distribusi
barang menjadi
permasalahan utama
persistensi inflasi
Gorontalo
Tanda-tanda tren penurunan inflasi Gorontalo mulai muncul
sejak kebijakan penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008.
Menurunnya harga komoditas minyak internasional mengurangi
beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan
penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi
menciptakan situasi ekonomi dan bisnis yang kondusif. Tendensi
penurunan tren inflasi Gorontalo kemudian diperkuat dengan
adanya musim panen sehingga pasokan kebutuhan masyarakat
terutama untuk komoditas pertanian terjaga.
Walaupun mengalami tren penurunan, permasalahan persistensi
inflasi masih muncul tercermin dari nilai inflasi tahunan
Gorontalo yang terus berada di atas inflasi nasional selama tahun
2009. Kecenderungan adanya gangguan pada tata niaga beras
serta terhambatnya distribusi barang menjadi permasalahan
utama persistensi inflasi Gorontalo. Tata niaga beras di Provinsi
Gorontalo dikuasai oleh beberapa pengijon besar yang berperan
sebagai petani, pengumpul, dan distributor sekaligus. Hal ini
memberi dampak kepada perilaku pembentukan harga beras di
Provinsi Gorontalo yang seringkali tidak patuh pada mekanisme
pasar. Sementara itu, distribusi barang dan jasa seringkali
terganggu karena terjadi penumpukan antrian kapal di
Pelabuhan Gorontalo. Padahal terdapat alternatif Pelabuhan
Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya
yang lebih jauh.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan III-2009
kinerja perbankan di
Provinsi Gorontalo
menunjukkan
perkembangan yang
menurun, diikuti dengan
stabilitas sistem
Pada triwulan III-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo
menunjukkan perkembangan yang menurun, diikuti dengan
stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi
perbankan ditandai oleh pertumbuhan asset perbankan dan
pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas
perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 3
perbankan yang relatif
terkendali indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali.
Namun, potensi peningkatan risiko kredit patut mendapat
perhatian karena nilai NPL menunjukkan trend kenaikan.
Sedangkan risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah
berada pada taraf tidak wajar yang mencapai angka 130%
sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.
Pada triwulan laporan,
suku bunga deposito dan
suku bunga kredit
merespon dengan cukup
signifikan terhadap
kebijakan moneter Bank
Indonesia
Pada triwulan laporan, kebijakan BI-rate untuk menurunkan suku
bunga perbankan sudah mulai direspon oleh perbankan di
Gorontalo. Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dalam usaha menggerakkan sektor rill mulai
membuahkan hasil. Kebijakan ekspansif yang dilakukan melalui
penurunan BI-rate, pengaturan Giro Wajib Minimum (GWM),
dan moral suasion mulai direspon dengan baik oleh perbankan.
Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan dan 3 bulan turun
mencapai kisaran 125 bps dibandingkan awal tahun 2009,
sementara suku bunga giro dan tabungan relatif tidak beranjak.
Suku bunga kredit konsumsi merespon dengan penurunan yang
cukup dalam sebesar 300 bps. Pada awal tahun 2009 rata-rata
suku bunga kredit konsumsi berkisar 14% kemudian turun hingga
kisaran 11% pada triwulan-III 2009. Sementara itu, rata-rata
suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi turun sebesar
150 bps, pada awal tahun 2009 berkisar 16,5% menjadi 15%
pada triwulan-III 2009.
Pada posisi akhir
triwulan III-2009 dana
yang dihimpun
meningkat menunjukkan
peningkatan
Pada posisi akhir triwulan III-2009 dana yang dihimpun tercatat
sebesar Rp1,87 triliun, meningkat 14,96% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9.65% (yoy).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada simpanan giro sebesar
29,08% (yoy), diikuti oleh tabungan sebesar 15,17% (yoy) dan
deposito sebesar 8,51% (yoy). Dari komposisinya, tabungan
memiliki pangsa tertinggi (53.19%), diikuti deposito (30.91%) dan
giro (15.90%). Tingginya pertumbuhan giro didorong oleh
pertumbuhan giro swasta sebesar 61,73% (yoy) jauh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
-3.5% (yoy). Pertumbuhan giro swasta ini sejalan dengan kinerja
sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami
perbaikan.
Pertumbuhan kredit
mengalami perlambatan
dibandingkan periode
yang sama tahun
sebelumnya
Sejalan dengan perlambatan ekonomi Gorontalo pada triwulan
laporan, kredit yang disalurkan tumbuh 30,28%. (yoy) lebih
lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 38.44% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya,
pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 4
mencapai 37.30% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.83% (yoy).
Kredit modal kerja tumbuh sebesar 22,59% (yoy) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
33.19% (yoy). Sementara itu berdasarkan sektoral, kredit sektor
perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perbaikan yaitu
tumbuh sebesar 27,98% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,40% (yoy).
Stabilitas sistem
perbankan di Gorontalo
relatif terkendali dilihat
dari aspek risiko kredit
dan risiko pasar, namun
risiko likiuiditas patut
menjadi catatan
Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di
Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif
terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian.
Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai
dibawah batas ketentuan BI, namun kecenderungan peningkatan
NPL dibandingkan triwulan sebelumnya menunjukkan terdapat
potensi risiko kredit. Sementara itu, aspek penyerapan dana
masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan Deposit Ratio
(LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 130%
sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD
Provinsi Gorontalo
triwulan III-2009 sebesar
57.85%, hampir sama
dibandingkan realisasi
triwulan III-2008 sebesar
56.12%.
Pengaruh realisasi fiskal
pemerintah provinsi
terhadap uang beredar
selama triwulan III-2008
cenderung kontraktif.
Realisasi belanja terhadap target APBD Pemerintah Provinsi
Gorontalo triwulan III-2009 hampir sama dibandingkan triwulan
III-2008. Peningkatan terjadi disisi realisasi belanja modal,
sementara realisasi belanja pegawai dan belanja barang/jasa
lebih rendah dibandingkan periode lalu. Upaya positif
pemerintah provinsi untuk mendorong kinerja investasi daerah
selama triwulan III-2008 layak diapresiasi, kondisi tersebut
sebagai cerminan nyata upaya pemerintah provinsi dalam
menciptakan multiplier effect bagi ekonomi daerah di tengah
perlambatan yang terjadi.
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi fiskal
pemerintah provinsi selama triwulan III-2009 cenderung bersifat
kontraktif, hal ini tercermin dari surplus pendapatan sebesar Rp
18 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30
September 2009. Dengan pertimbangan perlambatan ekonomi
daerah, Kebijakan ekspansif fiskal melalui percepatan realisasi
anggaran belanja APBD dinilai lebih tepat untuk diterapkan saat
ini dibanding kebijakan fiskal kontraktif. Ekspansi fiskal dari
pemerintah daerah diharapkan mampu mendorong kinerja
sektor riil di daerah untuk lebih berkembang.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 5
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Kas titipan di Gorontalo
sepanjang triwulan III-
2009 berada pada
kondisi net inflow
disertai dengan
peningkatan rasio
jumlah Cek/BG kosong
terhadap total
keseluruhan warkat yang
dikliringkan.
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2009
mencatat net inflow sebesar Rp79.725 miliar yang berarti aliran
uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih
besar dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah.
Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan tanda-
tanda berkurangnya kegiatan transaksi masyarakat. Pada periode
yang sama tahun sebelumnya menunjukkan terjadi aliran
outflow, namun pada triwulan laporan menunjukkan terjadi
inflow. Sementara itu, rasio jumlah Cek/BG kosong terhadap
total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga tercatat
mengalami peningkatan dari 0,40% pada triwulan II-2009
menjadi 0,70% pada triwulan III-2009. Peningkatan rasio
penolakan jumlah cek/BG kosong mencerminkan bahwa
kelesuan ekonomi Provinsi Gorontalo mulai terasa pada triwulan
laporan. Berkurangnya pendapatan para pelaku usaha
diperkirakan memperlemah posisi likuiditas mereka, sehingga
menghambat kelancaran pembayaran transaksi melalui kliring.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tingkat kesejahteraan
sedikit mengalamai
penurunan.
Jumlah pengangguran di
Gorontalo pada Februari
2009 menurun.
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit
menurun. Tingkat pengangguran berkurang, dan IPM meningkat
namun tingkat kemiskinan meningkat. Indeks Gini sebagai
indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda
membaik.
Pada Februari 2009, jumlah angkatan kerja mencapai 462.899
orang naik 7,80% dibandingkan keadaan Agustus 2008 atau
9,33% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar
11,66% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka
menunjukkan arah yang menurun, yaitu dari 7,04 % pada
Februari 2008 menjadi 5,06% pada Februari 2009.
Persentase penduduk
miskin di Maret 2009
meningkat.
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis
kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo
sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan
periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini
tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk
miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo
Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 6
Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%),
Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%),
dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)
Pada Tahun 2007 indeks
gini tercatat 0,39
mengalami kenaikan
dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang
tercatat sebesar 0,36
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun
terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini
tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati
oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin
meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index
Pembangunan Manusia (IPM) sampai tahun 2007 adalah tercatat
68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Gorontalo
triwulan-III tahun 2009
diperkirakan pada
kisaran 6.9% - 7.4%
(yoy).
Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan
melambat, berada pada kisaran 6.91 – 7.41% (yoy). Sementara
itu pertumbuhan keseluruhan tahun 2009 diperkirakan pada
kisaran 7.15 – 7.55% (yoy), melambat dibandingkan
pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 7.76% (yoy). Disisi
permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih belum pulih
terkait produksi pertanian Gorontalo yang terus menurun.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009
diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada
periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain meningkatnya
pagu anggaran Belanja Modal dalam APBD-P 2009 diharapkan
menjadi tumpuan peningkatan kinerja investasi di Gorontalo.
Perlambatan sisi sektoral
pada triwulan IV tahun
2009 diperkirakan
didorong pelemahan
produksi sektor
pertanian
Sisi penawaran, pelemahan masih didorong oleh sektor
pertanian. Sementara itu kinerja sektor angkutan dan sektor
perdagangan diperkirakan tidak setinggi triwulan IV-2008 terkait
pergeseran musim lebaran dari triwulan IV-2008 menjadi
triwulan III-2009. Disisi lain sektor bangunan dan sektor
pertambangan/penggalian diharapkan mampu meredam
perlambatan terkait penambahan pagu anggaran belanja modal
yang cukup besar mencapai Rp 196 Miliar.
Diperkirakan inflasi
tahunan Provinsi
Gorontalo pada triwulan
IV- 2009 berkisar antara
3.5 – 5.5% (yoy)
Mulai bergairahnya perekonomian daerah yang didukung oleh
peningkatan permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan
IV-2009 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Diperkirakan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-
2009 berkisar antara 3.5 – 5.5% (yoy). Lewatnya musim panen
diperkirakan mengurangi kecukupan pasokan barang dan jasa
pada triwulan IV-2009. Tekanan inflasi pada kelompok bahan
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 7
makanan patut menjadi perhatian mengingat pasokan hasil
pertanian sudah mulai berkurang. Sementara itu, ekspektasi
konsumen diperkirakan masih dalam level yang cukup tinggi
untuk mendorong pertumbuhan inflasi pada triwulan IV-2009.
Kebijakan penurunan BI
Rate diperkirakan sudah
mulai direspon oleh
perbankan Gorontalo
pada triwulan IV-2009..
Kebijakan penurunan BI-rate diperkirakan sudah mulai direspon
oleh perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2009. Diperkirakan
suku bunga deposito akan cepat merespon terhadap kebijakan
moneter ekspansif, kemudian suku bunga kredit akan
menyesuaikan dengan penurunan suku bunga. Hal ini sejalan
dengan hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia yang
menunjukkan penurunan ekspektasi suku bunga dan ekspektasi
perkiraan pinjaman kepada bank. Sementara itu disisi daya tahan
industri perbankan Gorontalo kedepan diperkirakan masih cukup
memadai. Namun diperkirakan risiko likuiditas masih perlu
mendapat perhatian terkait dengan komposisi struktur
pendanaan dan keketatan likuiditas akibat nilai LDR yang sangat
tinggi.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 8
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo triwulan III-2009 diperkirakan melambat 7.60% (yoy),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 9.00% (yoy).
Melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh penurunan ekspor dan konsumsi pemerintah
selama triwulan laporan, namun konsumsi swasta selama musim lebaran diperkirakan
sedikit meredam perlambatan yang terjadi.
Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh
melemahnya sektor pertanian dan jasa-jasa, namun kinerja sektor utama lainnya seperti
perdagangan, dan angkutan diperkirakan masih tumbuh optimis.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Menurunnya produksi pertanian selama triwulan III-2009 berdampak cukup
signifikan bagi perekonomian Gorontalo. Kondisi ini lebih rendah daripada yang telah
diperkirakan sebelumnya. Pengaruh cuaca dan musim kering berkepanjangan menyebabkan
produksi pertanian jagung turun. Hal ini tentu saja berdampak pada kinerja ekspor secara
keseluruhan karena pertanian merupakan komoditas ekspor utama Gorontalo.
1. 1 SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan III-2009 diperkirakan
melambat. Kondisi tersebut didorong melemahnya kinerja ekspor dan konsumsi
pemerintah. Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi
diperkirakan sedikit meredam perlambatan yang terjadi.
Perkembangan ekspor antar pulau diperkirakan menurun, penurunan produksi pertanian
membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan III-2009. Sementara
itu, konsumsi pemerintah melalui belanja non modal yang menjadi penopang pertumbuhan
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 9
ekonomi daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat selama bulan puasa dan
lebaran diperkirakan mampu memberikan dorongan positif bagi perekonomian Gorontalo
ditengah perlambatan yang terjadi.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (yoy)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**) Proyeksi Bank Indonesia
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 18.66% (yoy)
dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 17.26%(yoy). Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh
21.53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar
9,08% (yoy). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,23% (yoy), melambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,99% (yoy).
Musim lebaran diperkirakan mendorong kegiatan konsumsi masyarakat lebih
tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama lebaran dikonfirmasi oleh beberapa prompt
indikator seperti melambatnya pertumbuhan tabungan/deposito masyarakat, meningkatnya
konsumsi BBM kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga serta
meningkatnya impor barang konsumsi.
Melemahnya kinerja produksi pertanian yang dikhawatirkan berdampak pada tingkat
pendapatan masyarakat rupanya tidak menyurutkan kegiatan konsumsi selama lebaran.
Melemahnya NTP selama triwulan III-2009 ternyata belum mempengaruhi kinerja konsumsi
secara umum. Masyarakat diperkirakan menggunakan dana simpanannya untuk memenuhi
kegiatan konsumsi selama lebaran. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan
tabungan masyarakat yang melambat 15.17% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 19.91% (yoy).
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3**
Konsumsi Swasta 4,99 7,25 10,81 18,32 10,05 7,96 9,08 4,34 15,71 19,07 21,53
Konsumsi Pemerintah 17,50 5,61 18,44 12,09 11,56 21,25 28,99 26,70 26,89 43,89 21,23
Investasi 2,70 6,32 9,86 20,05 2,28 9,06 25,53 25,01 29,24 33,90 29,50
Ekspor 16,87 23,12 25,99 25,85 23,19 13,68 -5,90 6,05 -6,18 -1,29 -7,50
Impor 14,47 18,21 26,09 46,46 24,56 16,98 35,27 17,81 23,81 42,34 40,11
Pertumbuhan Ekonomi 6,09 8,32 8,30 7,25 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60
2009KOMPONEN
2007 2008
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 10
Grafik 1.2 Perkembangan Deposito & Tabungan Grafik 1.3 Index Nilai Tukar Petani
Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Realisasi penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan III-2009 sebesar 11.94% lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar -4.39%. Signifikannya peningkatan konsumsi BBM rumah tangga selama lebaran terkait budaya tumbilotohe (malam pasang lampu untuk perayaan lebaran) di Gorontalo. Sementara itu konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan III-2009 yang tumbuh sebesar 23.88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 3.09% (yoy). Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.5 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga
Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi
Sumber : Administrator Pelabuhan Gorontalo
Meningkatnya kegiatan konsumsi dikonfirmasi pula oleh meningkatnya arus masuk barang konsumsi yang masuk melalui pelabuhan Gorontalo selama triwulan III-2009
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 11
Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan
bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan III-2009 masih cukup baik. Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2009 berada pada level optimis dengan saldo
bersih tertimbang sebesar 131,35. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat meyakini
kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme keyakinan
konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini sebesar
119,04.
Grafik 1.7 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.8 Realisasi Belanja Non Modal
Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini
tercermin dari realisasi belanja non modal terhadap anggaran yang melambat. Realisasi
belanja non modal triwulan III-2009 terhadap anggaran sebesar 67.06%, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 68.31%. Melambatnya realisasi
belanja barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non
modal pemerintah daerah secara keseluruhan.
1.1.2 Investasi
Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh
33.90 % (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
25,52% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong meningkatnya persentase realisasi belanja
modal pemerintah daerah terhadap target anggaran sebesar 35.31%, lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30.73% . Belanja Modal
pemerintah daerah merupakan pendorong utama kinerja investasi di Gorontalo.
Sementara itu realisasi investasi bangunan diperkirakan meningkat. Kondisi ini
terlihat dari pergerakan konsumsi semen di Gorontalo, selama triwulan III-2009 tumbuh
28.67% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008. Namun meningkatnya kinerja
investasi sektor konstruksi kurang direspon dengan baik oleh pembiayaan perbankan.
Kebijakan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran kreditnya mendorong
pertumbuhan kredit konstruksi lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 12
Grafik 1.9 Realisasi Semen Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Modal
Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
1.1.3 Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor selama triwulan III-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih
melambat, perlambatan ini didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai
komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang tercatat 250.004 ton, lebih rendah
dibandingkan capaian ekspor triwulan III-2008 sebesar 476.380 ton. Sementara itu
perlambatan ekspor juga ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut.
Di pelabuhan laut, volume barang yang dimuat terkontraksi 43.68 % dibandingkan triwulan
IIII-2008 yang tumbuh 6.62%.
Grafik 1.11 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo Grafik 1.12 Volume Ekspor
Sumber : BPS Prov. Gorontalo Sumber : Bea Cukai
Tabel 1.3 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri
JAN-SEP 2007 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2008 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2009 (USD) % KOMPOSISI
Negara Tujuan
Jepang 143.060 1,09% 412.813 2,9% 49.247 0,5%
China 9.686.913 73,52% 2.944.655 20,3% 38.580 0,4%
Singapura 26.121 0,20% 74.481 0,5% 151.663 1,5%
Hongkong 6.000 0,05% 8.000 0,1% 526.400 5,1%
Switzerland 15.651 0,12% - 0,0% - 0,0%
Taiwan - 0,00% 19.292 0,1% 60.330 0,6%
Malaysia 451.000 3,42% 5.507.300 38,1% 1.634.000 15,8%
Philipina 2.011.242 15,27% 2.762.000 19,1% 5.796.431 56,0%
India 453.925 3,45% 1.029.173 7,1% 1.062.375 10,3%
Rep. Korea 381.123 2,89% 142.818 1,0% 76.434 0,7%
Vietnam - 0,00% 1.571.863 10,9% 953.134 9,2%
Total 13.175.035 100,00% 14.472.395 100,0% 10.348.594 100,0%
EXPORT2008 20092007
- 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000
Jepang
China
Singapura
Hongkong
Switzerland
Taiwan
Malaysia
Philipina
India
Rep. Korea
Vietnam
Jepang China Singapura Hongkong Switzerland Taiwan Malaysia Philipina India
2009 0,5% 0,4% 1,5% 5,1% 0,0% 0,6% 15,8% 56,0% 10,3%
Series3 49.247 38.580 151.663 526.400 - 60.330 1.634.000 5.796.431 1.062.375
Komposisi Ekspor Luar Negeri berdasarkan Negara Tujuan
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 13
Tabel 1.4 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo
BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo
Sementara itu, berdasarkan perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan
September 2009, penurunan signifikan terjadi untuk negara tujuan China dan Malaysia
sementara ekspor ke Philipina mengalami peningkatan. Disisi komoditas, hampir semuanya
mengalami penurunan kecuali komoditas gula dan kembang gula.
Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi
swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 40.11% (yoy)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 35.27% (yoy).
1.2 SISI PENAWARAN
Selama triwulan III-2009, perlambatan ekonomi Gorontalo didorong sektor
pertanian, dan jasa - jasa. Penurunan produksi pertanian selama triwulan III-2009
berdampak serius terhadap kinerja perekonomian secara umum. Pertanian yang mempunyai
pangsa 30% terhadap PDRB Gorontalo belum juga menunjukkan tanda-tanda membaik sejak
triwulan I-2009. Menurunnya produksi pertanian selama triwulan III-2009 terkait musim
kering berkepanjangan sebagai dampak angin musim timur. Disisi lain kinerja sektor
perdagangan dan angkutan selama musim lebaran diperkirakan mampu meredam
perlambatan yang terjadi.
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
JAN-SEP 2007 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2008 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2009 (USD) % KOMPOSISI
Jenis Barang
Ikan dan Udang/Kepiting 19.706 0,15% 8.000 0,1% - 0,0%
Jagung 2.471.902 18,76% 8.269.300 57,1% 7.430.431 71,8%
Kayu, Barang dari Kayu 407.990 3,10% 211.421 1,5% 111.688 1,1%
Bungkil Kopra 10.140.838 76,97% 1.029.173 7,1% 847.400 8,2%
Rotan Poles 12.415 0,09% 151.061 1,0% 250.573 2,4%
Lemak&Minyak Hewan/nabati - 0,00% 4.227.067 29,2% 1.062.375 10,3%
Gula & Kembang Gula - 0,00% 576.373 4,0% 632.134 6,1%
Mutiara & batu permata 122.184 0,93% - 0,0% 13.993 0,1%
Binatang Hidup - 0,00% - 0,0% - 0,0%
Tembakau - 0,00% - 0,0% - 0,0%
Total 13.175.035 100,00% 14.472.395 100% 10.348.594 100,0%
EXPORT2007 2008 2009
- 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000
Jepang
China
Singapura
Hongkong
Switzerland
Taiwan
Malaysia
Philipina
India
Rep. Korea
Vietnam
Jepang China Singapura Hongkong Switzerland Taiwan Malaysia Philipina India
2009 0,5% 0,4% 1,5% 5,1% 0,0% 0,6% 15,8% 56,0% 10,3%
Series3 49.247 38.580 151.663 526.400 - 60.330 1.634.000 5.796.431 1.062.375
Komposisi Ekspor Luar Negeri berdasarkan Negara Tujuan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3**
1.PERTANIAN 7,98 6,04 4,41 7,35 7,74 5,42 1,75
2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,98 9,44 11,55 14,24 9,23 12,91 12,70
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,06 2,01 8,10
4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH -2,64 -2,70 -2,76 2,71 7,51 6,53 6,22
5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 11,98
6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,03 6,26 15,45 6,65 7,60 8,20 15,97
7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,98 9,22 13,67 6,78 8,56 9,82 14,05
8.KEU.,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 9,11 11,26 7,98
9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,78 6,35 6,14 5,84 5,11
Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 14
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2009 diperkirakan melambat. Pada
triwulan ini sektor pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 1.75% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 4.41% (yoy). Dampak kekeringan
menurunkan produksi pertanian di Gorontalo cukup signifikan terutama produksi jagung.
Hampir seluruh lahan pertanian yang tidak menggunakan pola irigasi teknis mengalami
penurunan produksi.
Produksi pertanian jagung sebagai komoditas andalan perekonomian Gorontalo
diperkirakan menurun. Sesuai ARAM III-2009, produksi jagung diperkirakan terkontraksi
20.47% dibandingkan produksi tahun 2008. Menurunnya produksi didorong pula
menurunnya luas lahan panen dari 156.436 ha di tahun 2008 menjadi 128.786 ha di tahun
2009. Sementara itu, produktivitasnya turut mengalami penurunan dari 48.17 Qu/Ha di
tahun 2008 menjadi 46.54 Qu/Ha di tahun 2009.
Grafik 1.13 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Jagung
Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo
Pertumbuhan produksi padi turut melambat, produksi padi tumbuh 7.94% lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18.69%. Di tengah musim kering
yang berkepanjangan di Gorontalo, pertanian padi masih tumbuh terkait pemanfaatan
teknologi irigasi teknis.
Kondisi optimis tampak pada pertanian pertanian kedelai, sesuai ARAM III-2009, produksi
kedelai meningkat sebesar 5.821 ton atau tumbuh lebih 2x lipat dibandingkan produksi
2008 sebesar 2.514 ton. Namun meningkatnya produksi ternyata tidak diikuti produktivitas
yang meningkat. Produktivitas kedelai menurun dari 13.42 Qu/ha di tahun 2008 menjadi
11.82 Qu/ha di tahun 2009.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 15
Grafik 1.15 Luas Panen & Produktivitas Pertanian Padi Grafik 1.16 Perkembangan Produksi Padi
Grafik 1.17 Luas Panen & Produktivitas Pertanian Kedelai Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Kedelai
Sumber: Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo
1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Sektor angkutan diperkirakan tumbuh lebih tinggi yaitu dari 14.05% (yoy) pada
triwulan III-2008 menjadi 13.67% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini diperkirakan
sebagai dampak arus mudik/balik selama lebaran. Meningkatnya jumlah penumpang
transportasi udara dan laut menggambarkan tumbuhnya kinerja di sektor ini. Secara
keseluruhan jumlah penumpang tumbuh 28.04% lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008
sebesar -0.071%. Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara tumbuh 25.6% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -5.9% (yoy). Jumlah
penumpang angkutan laut tumbuh 18.8% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun
lalu sebesar -5.9%(yoy).
Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.20 Perkembangan Penumpang Kapal Laut
Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 16
Meningkatnya kinerja sektor angkutan dikonfirmasi pula oleh peningkatan
penjualan premium kelompok transportasi dan jumlah penerbangan yang masuk/keluar
Gorontalo. Data penjualan BBM menunjukkan peningkatan, selama triwulan III-2009
tercatat 18.378 kiloliter premium terjual. Volume penjualan ini tumbuh 15.60% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5.07% (yoy)
Grafik 1.21 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.22 Jumlah Penerbangan Pesawat
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2009 diperkirakan
tumbuh moderat 15.97% (yoy), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 15.45% (yoy). Meningkatnya kinerja perdagangan selama triwulan III-2008 didorong
meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat menjelang hari raya.
Tumbuhnya sub sektor perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator
antara lain peningkatan kredit perdagangan, realisasi konsumsi BBM transportasi, realisasi
listrik industri serta tingkat hunian hotel. Kredit perdagangan di Gorontalo tumbuh lebih
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2009, tercacat
kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan sebesar Rp 748 Miliar atau tumbuh 27.98%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25.40% (yoy).
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.24 Konsumsi Listrik Bisnis
Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 17
Grafik 1.25 Tingkat Penghunian Hotel
Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan
dikonfirmasi pula oleh meningkatnya tingkat
hunian hotel di Gorontalo sebesar 32.41%
lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008.
Hal ini juga didukung oleh peningkatan
konsumsi listrik untuk kelas bisnis yang
meningkat 24.03% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 6.76% (yoy). Sumber : BPS Prov. Gorontalo
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh
12.54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar dari 10.83% (yoy).
Meningkatnya kinerja sektor ini seiring dengan meningkatnya realisasi anggaran Belanja
Modal dalam APBD-P 2009.
Grafik 1.26 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen
Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator.
Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan III-2009 menunjukkan peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2009 penjualan semen
tumbuh 28.67% (yoy) dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 23.29% (yoy). Pembangunan
sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten terus diintensifkan menjelang akhir tahun,
Gorontalo Business Center dan proyek pembangunan dermaga III di Pelabuhan merupakan 2
proyek besar yang hampir diselesaikan. Disisi lain seiring dengan pertumbuhan ekonomi
daerah, berbagai ruko mulai gencar dibangun disekitar kawasan protokol kota, disamping
pembangunan rumah dan pemukiman didaerah kabupaten maupun kota yang dibiayai oleh
PT Gorontalo Fitrah Mandiri maupun Bank BTN.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 18
Sementara itu, peningkatan anggaran belanja modal pemerintah daerah dari Rp 99
Miliar menjadi Rp 196 Miliar dalam APBD-P 2009 diharapkan mampu menggairahkan kinerja
sektor konstruksi di Gorontalo. Optimisme sektor konstruksi di Gorontalo dikonfirmasi pula
oleh PT Semen Tonasa yang berencana membuka unit instalasi pengantongan semen
tambahan di Gorontalo.
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh
8.10 % (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
7.54%. Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh peningkatan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM) industri serta volume barang yang keluar dari
Provinsi Gorontalo yang melalui Jembatan Timbang.
Grafik 1.28 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.29 Volume Barang Industri
Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Gorontalo
Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya
perdagangan di Gorontalo. Masih optimisnya sektor industri dikonfirmasi tumbuhnya
konsumsi BBM kelompok industri sebesar 20.8%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-
2008 sebesar 12.8% (yoy). Sementara itu peningkatan sektor industri juga ditunjukkan oleh
volume barang industri yang keluar melalui jalur darat yang meningkat dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan II-2009
diperkirakan tumbuh moderat 7.98% (yoy)
dibandingkan triwulan III-2008 sebesar
7.48%. Net Interest Margin Perbankan
tumbuh moderat sebesar 29.61% (yoy) hampir
sama dengan pertumbuhan triwulan III-2008
sebesar 29.79% (yoy).
Grafik 1.30 NIM Perbankan
Sumber : Bank Indonesia
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 19
Sementara itu, disisi jasa keuangan non bank diperkirakan mengalami peningkatan.
Leasing sebagai sumber pembiayaan alternatif bagi masyarakat menunjukkan trend yang
meningkat yang tercermin dalam hasil survei SKDU Bank Indonesia yang mencatat saldo
bersih tertimbang sebesar 102% untuk kenaikan volume produksi saat ini.
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan melambat 5.11% (yoy),
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10.78% (yoy).
Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan
oleh subsektor pemerintahan umum. Menurunnya kinerja di sektor ini seiring dengan
menurunnya realisasi belanja barang/jasa pemerintah.
Secara tahunan, sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-III tahun 2009
diperkirakan tumbuh sebesar 12,70 (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 11,55% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi
sebesar 0,04% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. Pertambangan di
Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian C untuk mendukung kinerja sektor
konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan
oleh pertambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.
Secara tahunan, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-II 2009 diperkirakan
tumbuh sebesar 6.22% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan-II 2008 yang
mengalami kontraksi sebesar -2,70% (yoy). Berdasarkan analisis pemerintah daerah,
ketersediaan pasokan listrik melalui pembangunan PLTU Anggrek hanya mampu mencukupi
kebutuhan listrik Gorontalo selama 5 tahun kedepan. Sehingga dibutuhkan pembangkit baru
seiring dengan pertumbuhan ekonomi Gorontalo yang cukup tinggi. PLTU Molotabu berdaya
2x10MW rencana akan dibangun di Kabupaten Bone Bolango.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 20
BOX I : UJI KORELASI PROMPT INDIKATOR PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO
Dalam rangka memperkuat Kajian Ekonomi Regional, Bank Indonesia Gorontalo telah
melakukan analisa korelasi prompt indikator untuk mengetahui kekuatan hubungan antara
prompt indikator dengan variabel utama pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Analisa korelasi
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 4.0 mencakup prompt indikator untuk
tracking pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo disisi penawaran dan permintaan.
1. Konsumsi
Prompt Konsumsi Periode Korelasi
UMP Tahunan 0.999518
Pajak Bermotor dan Bahan bakar Triwulanan 0.888320
Pengeluaran Pemerintah Non Belanja Modal Triwulanan 0.798186
Kredit Konsumsi Bulanan 0.910995
NTP Bulanan 0.688523
Listrik Rumah Tangga Bulanan 0.890572
Prompt indikator yang dimiliki untuk konsumsi adalah data Upah Minimum Provinsi
(UMP), pajak bermotor dan bahan bakar, pengeluaran pemerintah non-belanja modal, kredit
konsumsi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan listrik rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan
bahwa UMP dan kredit konsumsi memiliki korelasi tertinggi terhadap konsumsi Provinsi
Gorontalo. Peningkatan kemampuan daya beli masyarakat karena adanya kenaikan UMP
atau tambahan kredit konsumsi menjadi alasan mengapa hubungan variabel tersebut sangat
kuat terhadap konsumsi.
2. Investasi
Prompt Investasi Periode Korelasi
Belanja Modal Pemerintah daerah Triwulanan 0.760431
Kredit Investasi dan Modal Kerja Bulanan 0.785800
Prompt indikator yang dimiliki untuk investasi adalah belanja modal pemerintah
daerah dan kredit investasi & modal kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua
indikator tersebut memiliki kekuatan korelasi yang cukup baik terhadap investasi. Belanja
modal pemerintah daerah memiliki korelasi sebesar 0.76, sedangkan kredit investasi &
modal kerja memilki korelasi sebesar 0.79. Peran pengeluaran pemerintah dan kredit
perbankan masih menjadi sumber pendanaan utama investasi di Provinsi Gorontalo
sehingga hubungan kedua variabel tersebut terhadap investasi cukup dekat.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 21
3. Sektor Pertanian
Prompt Sektor Pertanian Periode Korelasi
Produksi Jagung Tahunan 0.963695
Produksi Padi Tahunan 0.979662
Produksi Kedelai Tahunan -0.430350
Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor pertanian adalah data produksi jagung,
padi dan kedelai dalam satuan ton dengan periode tahunan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa produksi jagung dan produksi padi memiliki korelasi yang tinggi terhadap PDRB
sektor pertanian, masing-masing sebesar 0.96 dan 0.98. Sementara itu, produksi kedelai
justru memilki korelasi negatif dengan PDRB sektor pertanian. Hal ini dimungkinkan karena
terjadi pengalihan penggunaan lahan dari kedelai menjadi jagung, padi, atau tanaman bahan
makanan lainnya.
4. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR)
Prompt Sektor PHR Periode Korelasi
Jumlah bongkar-muat barang Bulanan 0.25666700
Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bulanan 0.42906179
Kredit sektor PHR Bulanan 0.96619385
Listrik kegiatan bisnis Bulanan 0.84644976
Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor PHR adalah jumlah bongkar-muat barang,
tingkat penghunian kamar hotel, kredit sektor PHR, dan listrik kegiatan bisnis. Prompt
dengan kekuatan korelasi tertinggi adalah kredit sektor PHR yaitu sebesar 0.97, selanjutnya
diikuti oleh listrik kegiatan bisnis sebesar 0.85. Kredit perbankan masih menjadi pendanaan
yang utama di sektor PHR sehingga hubungan antara kedua variabel tersebut cukup erat.
Sedangkan kegiatan niaga yang digerakkan oleh energi listrik turut membangun kedekatan
yang baik antara variabel listrik kegiatan bisnis dengan sektor PHR. Sementara itu, jumlah
bongkar-muat barang dan tingkat penghunian kamar hotel memiliki korelasi yang tidak
terlalu tinggi karena hanya menggambarkan salah satu subsektor saja dalam sektor PHR.
Jumlah bongkar-muat barang hanya mampu menjelaskan subsektor perdagangan (orientasi
ekspor-impor), sedangkan tingkat penghunian kamar hotel hanya menjelaskan subsektor
perhotelan.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 22
5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Prompt Pengangkutan dan Komunikasi Periode Korelasi
Jumlah penumpang angkutan udara Bulanan 0.446509
Jumlah penumpang angkutan laut Bulanan 0.176318
Perkembangan Jumlah Bagasi, Cargo,dan Pos/Paket Bulanan 0.493306
Perkembangan Bongkar-Muat Barang Angkutan Laut Bulanan 0.354284
Kredit sektor angkutan & komunikasi Bulanan 0.771527
Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor pengangkutan & komunikasi adalah
jumlah penumpang angkutan udara, jumlah penumpang angkutan laut, perkembangan
jumlah bagasi, cargo, dan pos/paket, perkembangan bongkar-muat barang angkutan laut,
dan kredit sektor angkutan & komunikasi. Prompt dengan korelasi tertinggi adalah kredit
sektor angkutan & komunikasi sebesar 0.77. Hal ini karena kredit perbankan men-support
pendanaan dalam sektor ini.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 23
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Tendensi menurunya inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di
Provinsi Gorontalo pada triwulan-III 2009. Inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97%
(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Sementara itu,
inflasi triwulan III-2009 naik sebesar 0,83% (qtq) dibandingkan triwulan II-2009 sebesar
0,59% (qtq). Penurunan inflasi tahunan sejalan dengan inflasi nasional serta didukung oleh
kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya tekanan harga dari kelompok
barang-barang yang diatur Pemerintah (administered price). Sementara itu, kenaikan inflasi
triwulanan didorong tingginya permintaan barang dan jasa terkait ibadah puasa dan
perayaan hari besar Idul Fitri.
2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN III-2009
Pada triwulan III-2009, inflasi tahunan Gorontalo melambat seiring dengan tren
penurunan rata-rata inflasi nasional. Pengaruh eksternal memberi pengaruh positif
terhadap perkembangan harga di Provinsi Gorontalo. Melemahnya tekanan harga-harga
kebutuhan masyarakat yang banyak dipenuhi oleh barang impor (antar provinsi) menjadi
salah satu pemicu penurunan inflasi Gorontalo. Sementara itu terjaganya pasokan serta efek
penurunan administered price turut menguatkan tren pelemahan tekanan inflasi Gorontalo.
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo
Sejak awal tahun 2009 hingga triwulan III-2009 inflasi Gorontalo secara persisten
berada diatas tingkat inflasi nasional. Hal ini merupakan indikasi terdapat permasalahan
struktural yang mengakibatkan inflasi Provinsi Gorontalo tidak patuh pada mekanisme
permintaan dan penawaran pasar. Keberadaan ‘Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan
Ekonomi Daerah (TPIPED) menjadi penting mengingat perannya dalam memperkokoh dan
memadukan program kebijakan dalam koordinasi yang lebih baik dalam rangka menjaga nilai
inflasi daerah yang rendah dan stabil.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 24
Kecenderungan adanya gangguan pada tata niaga beras serta hambatan pada
distribusi barang menjadi permasalahan utama persistensi inflasi Gorontalo. Tata niaga
beras di Provinsi Gorontalo dikuasai oleh beberapa pengijon besar yang berperan sebagai
petani, pengumpul, dan distributor sekaligus. Hal ini memberi dampak kepada perilaku
pembentukan harga beras di Provinsi Gorontalo yang seringkali tidak patuh pada mekanisme
pasar. Sementara itu, distribusi barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi
penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo. Padahal terdapat alternatif Pelabuhan
Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya yang lebih jauh. PEMDA
telah membangun dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah satu solusi
permasalahan tersebut yang diperkirakan selesai pada tahun 2010
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
Tanda-tanda tren penurunan inflasi Gorontalo mulai muncul sejak kebijakan
penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak
internasional mengurangi beban pos subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan
penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi ekonomi dan
bisnis yang kondusif. Tendensi penurunan tren inflasi Gorontalo kemudian diperkuat dengan
adanya musim panen sehingga pasokan kebutuhan masyarakat terutama untuk komoditas
pertanian terjaga.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 25
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (YOY)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Tendensi penurunan harga
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan
jasa keuangan.
Tabel 2.1
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Pada triwulan-III 2009, Inflasi kelompok bahan makanan sebesar 5,50% (yoy) lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,69% (yoy).
Pelemahan tekanan inflasi secara tahunan pada kelompok bahan makanan didorong oleh
berkurangnya harga-harga terutama pada subsektor ikan bumbu-bumbuan, dan daging.
Kecukupan pasokan pada barang-barang tercakup dalam subsektor tersebut menjadi
penyebab utama terjadinya penurunan inflasi. Perkembangan cuaca yang membaik
menyebabkan produksi terutama komoditas ikan dan bumbu-bumbuan mampu memenuhi
permintaan masyarakat dengan baik. Tabel 2.2
Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan tahun 2009 (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Secara tahunan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami
deflasi tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya. Pada triwulan-III 2009,
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -5,35% (yoy) lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,14%
(yoy).
I II III IV I II III IV I II III
Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97
1 Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38
4 Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80
5 Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35)
2009No Kelompok 2007 2008
Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT
BAHAN MAKANAN 2.83 2.87 0.99 -1.15 1.41 0.62 0.57 1.05 -2.26
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.43 5.38 -0.29 -0.55 -1.67 -2.46 0.58 0.61 0.07
Daging dan Hasil-hasilnya 2.01 -1.99 -2.10 -1.47 1.19 0.47 0.70 -1.16 -1.20
Ikan Segar 6.68 4.47 -3.12 3.98 4.08 -0.46 -3.42 6.51 -8.36
Ikan Diawetkan -3.64 -7.38 -1.33 -2.37 0.82 0.88 5.36 -0.03 1.66
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.24 -3.01 0.03 2.06 0.38 -2.31 -1.18 2.64 1.37
Sayur-sayuran 4.82 -20.85 -10.16 10.10 13.23 28.06 6.80 -22.54 8.47
Kacang - kacangan 1.83 -0.48 3.94 1.83 -2.33 -2.25 -0.87 1.16 4.46
Buah - buahan -0.53 14.26 9.66 -10.21 -0.16 -0.59 7.24 -1.77 12.39
Bumbu - bumbuan -17.74 16.27 27.06 -21.49 -3.57 1.57 9.42 3.78 -8.84
Lemak dan Minyak 0.22 0.76 0.61 -0.09 0.49 -1.94 -0.01 2.78 1.60
Bahan Makanan Lainnya 1.01 -1.96 2.65 1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 1.03
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 26
Tabel 2.3
Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang
terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Subkelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -7.31% (yoy) jauh lebih rendah
dibandingkan subkelompok lainnya dalam kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan yang pergerakan harganya relatif stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan
harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008 masih memberikan second round effect
pada triwulan-II 2009 berupa penurunan tariff angkutan transportasi.
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)
Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan III-2009 sebesar 0.85% (qtq)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.59% (qtq). Dorongan peningkatan
harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok sandang; dan kelompok kesehatan.
Tekanan Inflasi pada triwulan III-2009 didorong oleh tingginya permintaan masyarakat
terkait dengan ibadah puasa dan perayaan hari besar idul Fitri. Sementara itu, kelompok
bahan makanan menunjukkan deflasi sebesar -0.67%. Ketersediaan pasokan merupakan
faktor utama terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan. Tabel 2.4
Kelompok Barang dan Jasa (qtq)
Tendensi deflasi kelompok bahan makanan terlihat dari hasil Survei Pemantauan
Harga yang menunjukkan penurunan harga pada beberapa komoditas utama. Hasil Survei
Pemantauan harga menunjukkan bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan
makanan yaitu beras, minyak goreng, telur ayam kampung, garam, kacang kedelai, dan cabe
menunjukkan penurunan harga.
Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35
Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31
Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69
Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85
Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23
Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22
Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08
Kelompok 2007 2008 2009
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 27
Grafik 2.3 Survei Pemantauan Harga Mingguan
Komoditas Ayam (Rp/Kg)
Grafik 2.4 Survei Pemantauan Harga Mingguan
Komoditas Cabai dan Bawang (Rp/Kg)
Hasil survei pemantauan harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas
utama penyumbang inflasi mengalami penurunan. Harga beras jenis Super Win pada
minggu-II Juni 2009 sebesar Rp7000/kg turun menjadi Rp6.500/kg pada minggu-IV
September 2009. Sementara itu, harga tepung terigu merek Segitiga Biru pada minggu-II Juni
2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada minggu-IV September 2009. Harga
kacang kedelai pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp12000/kg turun menjadi Rp10.000/kg
pada minggu-IV September 2009. Sedangkan harga garam beryodium pada minggu-II Juni
2009 sebesar Rp1.750/250gr turun menjadi Rp1.000/250gr pada minggu-IV September
2009.
Cabe keriting sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami
penurunan. Harga cabe keriting pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp11.000/kg turun
menjadi Rp10.000/kg pada minggu-IV September 2009. Sementara itu, harga minyak goreng
merek Bimoli pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada
minggu-IV September 2009. Sedangkan harga telur ayam kampung pada minggu-II Juni 2009
sebesar Rp30.000/250gr turun menjadi Rp26.500/250gr pada minggu-IV September 2009.
Sumber data : Diskoperindag Prov. Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 28
BOX II : IDENTIFIKASI 20 KOMODITAS UTAMA PENYUMBANG INFLASI GORONTALO
Identifikasi komoditas penyumbang inflasi menjadi penting mengingat perannya
dalam perumusan kebijakan dalam usaha untuk menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil. Hasil analisa Bank Indonesia Gorontalo, menunjukkan bahwa komoditas beras, minyak
tanah, malalugis, rokok kretek filter, bensin, gula pasir, angkutan dalam kota, cabe merah,
tarif listrik, pasir, semen, kangkung, daging sapi, pisang, minyak goreng, cakalang, seng,
kembung, SLTA, dan tude merupakan 20 besar komoditas penyumbang inflasi terbesar
selama Januari 2003 hingga Mei 2008. Sementara itu, cabe merah memiliki tingkat volatilitas
tertinggi dalam kelompok 20 besar komoditas tersebut.
Sembilan komoditas dalam inflasi kelompok bahan makanan termasuk dalam 20
komoditas penyumbang inflasi tertinggi. Tak heran jika inflasi kelompok bahan makanan
sangat signifikan dalam mempengaruhi pergerakan inflasi IHK di Provinsi Gorontalo. Beras
merupakan komoditas yang memiliki sumbangan tertinggi terhadap inflasi Gorontalo. Oleh
karena itu kebijakan mendukung peningkatan produksi pertanian, kelancaran pasokan, tata
niaga, dan distribusi barang menjadi hal yang penting untuk mencapai tingkat inflasi
Gorontalo yang rendah dan stabil.
No. Komoditas Rata-rata Sumbangan rata-rata Std. Dev/volatilitas
1 0.885752746
2 0.557126075
3 0.488850031
4 0.476399434
5 0.377362671
6 0.330765087
7 0.264983482
8 0.240909269
9 0.23243239
10 0.231367058
11 0.201027296
12 0.198850731
13 0.185850523
14 0.182215004
15 0.16597175
16 0.163937414
17 0.127407223
18 0.115663738
19 0.104095085
20 0.103799352
5.634766358Total
Inflasi Gorontalo Periode 2003 - 2008
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 29
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan III-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan
perkembangan yang menurun, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif
terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan asset perbankan dan
pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap
terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif
terkendali. Namun, potensi peningkatan risiko kredit patut mendapat perhatian karena nilai
NPL menunjukkan trend kenaikan. Sedangkan risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR
berada dalam taraf tidak wajar, tercatat sebesar 130% yang dikhawatirkan dapat
mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan
kinerja yang kurang memuaskan. Pertumbuhan kredit mengalami perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kualitas penyaluran
kredit belum optimal tercermin dari pangsa kredit konsumtif yang terus mengalami
peningkatan. Sedangkan penyerapan dana pihak ketiga menunjukkan kinerja yang cukup
baik ditunjukkan oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
3.1.1 Perkembangan Bank
Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum
Konvensional, 1 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor
Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 12
kantor cabang, 18 kantor cabang pembantu, 9 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara
itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas.
Total asset pada triwulan-III 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada bulan September 2009 mencapai
Rp2,84 triliun, tumbuh 24,11% (yoy) lebih lambat dibanding bulan September tahun
sebelumnya sebesar 28,29% (yoy). Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) pada
September 2009 sebesar Rp.227,32 milyar atau tumbuh 29,61% (yoy) sedikit lebih lambat
dibandingkan September 2008 sebesar 29,79% (yoy). Perlambatan total asset diakibatkan
oleh sikap kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit terkait krisis keuangan global.
3.1.2 Respon Perbankan Gorontalo terhadap Kebijakan Moneter
Berdasarkan data yang diperoleh, kebijakan BI-rate untuk menurunkan suku bunga
perbankan sudah mulai direspon oleh perbankan di Gorontalo. Berbagai kebijakan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dalam usaha menggerakkan sektor rill mulai membuahkan
hasil. Kebijakan ekspansif yang dilakukan melalui penurunan BI-rate, pengaturan Giro Wajib
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 30
Minimum (GWM), dan moral suasion mulai direspon dengan penurunan suku bunga
deposito dan suku bunga kredit. Diharapkan penurunan suku bunga mampu mendorong
penyaluran kredit kepada sektor rill guna mengakselerasi gerak roda perekonomian.
Grafik 3.1 Rata-Rata Suku Bunga Deposito
Perbankan Gorontalo
Grafik 3.2 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Perbankan
Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Suku bunga deposito dan suku bunga kredit merespon dengan cukup signifikan
terhadap kebijakan moneter Bank Indonesia. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan dan 3
bulan turun mencapai kisaran 125 bps dibandingkan awal tahun 2009, sementara suku
bunga giro dan tabungan relatif tidak beranjak. Suku bunga kredit konsumsi merespon
dengan penurunan yang cukup dalam sebesar 300 bps. Pada awal tahun 2009 rata-rata suku
bunga kredit konsumsi berkisar 14% kemudian turun hingga kisaran 11% pada triwulan-III
2009. Sementara itu,rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi turun
sebesar 150 bps, pada awal tahun 2009 berkisar 16,5% menjadi 15% pada triwulan-III 2009.
3.1.3 Penyerapan dana masyarakat
Pada posisi akhir triwulan III-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,87
triliun, meningkat 14,96% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
9.65% (yoy). Peningkatan tertinggi terjadi pada simpanan giro sebesar 29,08% (yoy), diikuti
oleh tabungan sebesar 15,17% (yoy) dan deposito sebesar 8,51% (yoy). Tingginya
pertumbuhan giro didorong oleh pertumbuhan giro swasta sebesar 61,73% (yoy) jauh lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -3.5% (yoy).
Pertumbuhan giro swasta ini sejalan dengan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang mengalami perbaikan.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 31
Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK (yoy)
Grafik 3.4 Komposisi DPK
Sumber : Bank Indonesia
3.1.4 Penyaluran kredit
Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,46
triliun, tumbuh 30,28%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 38.44% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit
tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.30% (yoy) namun masih lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.83% (yoy). Kredit
modal kerja tumbuh sebesar 22,59% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 33.19% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 15,95%
(yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21.39%
(yoy).
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis
Penggunaan (yoy)
Grafik 3.6 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis
Penggunaan
Sumber : Bank Indonesia
Seluruh kredit menurut jenis penggunaan mengalami trend perlambatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sikap kehati-hatian perbankan
terhadap risiko usaha menjadi salah satu faktor utama melambatnya penyaluran kredit
modal kerja dan investasi. Ditengah ancaman krisis keuangan global, perbankan menerapkan
kebijakan selektif dalam menyalurkan kredit untuk menjaga tingkat kesehatan perbankan.
Sementara itu walaupun cenderung melambat, namun kredit konsumtif masih menunjukkan
pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini terjadi karena perbankan menganggap bahwa kredit
konsumtif di Gorontalo relatif minim risiko.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 32
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Sektoral (yoy)
Grafik 3.8 Komposisi Kredit Sektor Produktif
Sumber : Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh
perlambatan. Kredit konsumsi mengalami perlambatan yang paling dalam, pada triwulan
laporan tumbuh 36,33% (yoy) jauh lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya tumbuh mencapai 103,84% (yoy). Sementara itu, kredit sektor pertanian
tumbuh sebesar 22,28% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 43,14% (yoy). Optimisme terjadi pada sektor perdagangan, hotel,
dan restoran yang tumbuh sebesar 27,98% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 25,40% (yoy).
Kualitas penyaluran kredit pada triwulan laporan mengalami penurunan.
Sementara itu pangsa kredit konsumtif terus mengalami peningkatan hingga mencapai
59,2% pada triwulan laporan. Penyaluran kredit yang didominasi oleh kredit konsumtif
kurang berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas.
Penyaluran kredit layaknya didorong oleh kredit produktif agar mampu menciptakan
lapangan kerja mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan redistribusi
pendapatan. Sementara itu pada sektor produktif, tercatat hanya Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yang menerima pembiayaan yang cukup besar yaitu Rp748,8 miliar
atau 30,46% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Sedangkan, sektor produktif lain
seperti pertanian, konstruksi dan perindustrian hanya mendapatkan porsi kucuran kredit
masing-masing sebesar 4,10%, 3,50% dan 1,15%.
Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 17,50% (yoy) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44,18% (yoy). Kredit yang
dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah
mencapai Rp1,522 triliun, atau 61,91% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per
segmen, kredit mikro tumbuh sebesar 7.79% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (yoy), kredit kecil tumbuh sebesar 13,60%
(yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 42,54%
(yoy), sementara kredit menengah tumbuh sebesar 20,83% (yoy) lebih lambat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 46,81% (yoy). Kredit
menengah memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo sebesar
60,47% yang diikuti kredit kecil sebesar 34,04% dan kredit mikro sebesar 5,49%.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 33
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM
Grafik 3.10 Komposisi Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek
risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat
perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas
ketentuan BI, namun kecenderungan peningkatan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya
menunjukkan terdapat potensi risiko kredit. Sementara itu, aspek penyerapan dana
masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada dalam taraf
‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 130% sehingga mengkhawatirkan ketersediaan likuiditas
perbankan.
3.2.1 Risiko Kredit
Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat
bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non
Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 3.22%.
Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia yaitu 5%.
Namun, perbankan sepatutnya tetap
waspada terhadap potensi ancaman
peningkatan risiko kredit karena terdapat
peningkatan nilai NPL dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 3.17%. Oleh
karena itu prudential banking hendaknya
tetap ditingkatkan demi menjaga
kelangsungan stabilitas perbankan.
Grafik 3.11 Non Performing Loan
Sumber : Bank Indonesia
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 34
Berdasarkan jenis penggunaan dan sektoral, risiko kredit terendah pada triwulan
laporan dialami oleh kredit konsumsi dan sektor pertanian. Pangsa kredit konsumsi yang
besar, memiliki NPLs yang rendah dan relatif stabil di level 1.5%. Sementara itu, NPLs kredit
modal kerja mengalami kenaikan menjadi sebesar 4.72% dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 4,13%. Sedangkan kredit investasi memiliki NPLs tertinggi yaitu sebesar 11.31%.
Meskipun kredit investasi memiliki NPLs yang tinggi dibandingkan kredit modal kerja dan kredit
konsumsi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi NPLs secara keseluruhan karena pangsanya
yang kecil. Secara sektoral, sektor penerima pangsa kredit terbesar yaitu sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR), memiliki NPLs sebesar 5.42% lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 4,83%. Sementara, NPLs sektor pertanian relatif rendah sebesar 3.73%.
Sedangkan NPL pada sektor industri perlu mendapat perhatian mencapai 16.11%.
Grafik 3.11 NPL Kredit Penggunaan (%)
Grafik 3.12 NPL Kredit Sektoral (%)
Sumber : Bank Indonesia
Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah
disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki
pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR.
Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa
kucuran kredit yang relatif kecil.
3.2.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan
konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan
laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka
menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya porsi dana
pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai
dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat
keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi ‘kurang normal’
hingga mencapai 131.63% menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga
membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam
jumlah besar.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 35
Grafik 3.13 Pergerakan Komposisi DPK
Grafik 3.14 Simpanan Berdasarkan Nasabah
Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank
masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran
proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah
pendek yaitu giro dan tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana
untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode
laporan.
Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Sedikit terdapat perubahan komposisi
kepemilikan sumber dana. Dana milik pemerintah memiliki pangsa yang cenderung menurun
di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang negatif dari sisi kestabilan likuiditas
karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih dapat diprediksi dibandingkan dana
milik swasta
Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 131.63% menunjukkan bahwa likuiditas
Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang
disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut
mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara
itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun
dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat
LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%.
Grafik 3.15 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 36
3.2.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas
suku bunga dan kurs. Kebijakan ekspansif bank Indonesia melalui penurunan BI-Rate
disinyalir sudah mulai direspon oleh suku bunga perbankan. Diharapkan penyaluran kredit
semakin meningkat seiring dengan menurunnya biaya bunga untuk melakukan pinjaman
kepada bank. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap
kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak
tinggi.
Grafik 3.16 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate
Sumber: Bank Indonesia
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 37
BOX III : SURVEI PERSEPSI UMKM TERHADAP DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL
Dalam rangka memperoleh informasi mengenai persepsi UMKM terhadap dampak
krisis keuangan global terhadap kinerja UMKM di Provinsi Gorontalo, telah dilakukan survei
untuk memperoleh data primer dengan metode purposive random sampling. Responden
diambil berdasarkan sektor unggulan dalam struktur PDRB UMKM dengan proporsi 5 (lima)
responden di sektor pertanian, 1 (satu) responden di sektor industri pengolahan, 2 (dua)
responden di sektor perdagangan, hotel & restoran, dan 2 (dua) responden di sektor
pengangkutan & komunikasi.
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa sebanyak 80% dari responden
mengetahui bahwa saat ini terdapat krisis ekonomi global. 30% dari responden
memperkirakan bahwa krisis ekonomi global yang terjadi saat ini berlangsung lebih dari
setahun yang lalu, hanya 10% yang memperkirakan bahwa krisis ekonomi global terjadi pada
4-6 bulan yang lalu. Separuh dari responden memiliki persepsi bahwa krisis global saat ini
memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan krisis tahun 1997, namun hanya 10% dari
responden yang memperkirakan bahwa krisis global akan berlangsung lama atau lebih dari
dua tahun ke depan.
Sebanyak 50% dari responden tidak merasa terkena dampak krisis keuangan global
karena permintaan konsumen terhadap produk mereka tidak berubah bahkan bertambah.
Sedangkan 50% sisanya merasa terpengaruh dampak krisis dengan pengaruh yang relatif
sedang terhadap kinerja usaha mereka. Bila ditelusuri lebih dalam, ternyata hanya 10% dari
seluruh responden yang saat ini mengalami penurunan omzet lebih dari 20% sedangkan
sisanya mengalami penurunan omset kurang dari 40% atau tidak mengalami perubahan
omzet karena merasa tidak terpengaruh dampak negatif krisis keuangan global.
Modal sendiri masih menjadi tumpuan utama pembiayaan usaha oleh 90%
responden, sedangkan pinjaman perbankan rata-rata digunakan untuk menambah modal
guna memperluas usaha. Sebanyak 60% dari responden merasa bahwa akses pinjaman dari
bank tetap walaupun terdapat isu krisis keuangan global, bahkan 20% lainnya merasa akses
pinjaman lebih mudah. Kesulitan dalam pelunasan pinjaman bank tidak dirasakan oleh 80%
responden dan 70% dari responden merasa bahwa arus kas harian tetap.
Melakukan efisiensi, mencari pasar baru, dan diversikasi usaha menjadi kebijakan
perusahaan dalam mensiasati kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu, semangat optimisme
terhadap pemulihan ekonomi merebak dikalangan responden ditunjukkan dengan rencana
investasi kedepan oleh seluruh responden. Optimisme ini didasari oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya adalah kebijakan pemerintah yang lebih baik dan suku bunga
kredit yang cenderung menurun.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 38
BAB 4 : PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2009 mencapai 57.85%,
hampir sama dibandingkan realisasi triwulan III-2008 sebesar 56.12%, sementara itu
realisasi pendapatan menurun 74.33%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 81.83%.
4.1 Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2009 menurun
dibandingkan triwulan III-2008. Secara nominal, realisasi triwulan III-2009 sebesar Rp
410,01 Miliar dengan capaian 74.43% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun
secara persentase realisasi dibandingkan triwulan III-2008 yang sebesar 81.83%.
Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian disisi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat.
Tabel 4.1
Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo
Sampai dengan triwulan III-2009, provinsi Gorontalo membukukan PAD sebesar Rp.
70,57 Miliar hampir sama dibandingkan triwulan III-2008 sebesar Rp 70.37 Miliar.
Menurunnya realisasi PAD pada triwulan III-2009 karena target realisasi anggaran yang
ditetapkan meningkat 35% sementara realisasi pajak daerah yang dipungut sampai dengan
bulan September 2009 sama dengan periode tahun lalu. Kenaikan target pajak kendaraan
bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah dalam APBD-P 2009 perlu diupayakan melalui
peningkatan kesadaran wajib pajak.
Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang
ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terealisasi sampai dengan akhir triwulan III-2009
sebesar Rp 399,45 Miliar dengan persentase realisasi 73.96% dari anggaran induk, hal
tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp
329.47 Miliar dengan persentase realisasi 78.43%. Menurunnya realisasi dana perimbangan
pada triwulan III-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana alokasi umum.
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Pendapatan Asli Daerah 68,570,862,138 70,373,497,983.43 102.63 92,678,000,000 70,566,138,368 76.14
Pajak daerah 61,440,448,763 62,180,481,670.00 101.20 83,313,210,857 60,073,298,096 72.11
Pajak Kendaraan Bermotor 20,766,112,824 17,465,656,200.00 84.11 29,350,472,100 19,347,032,450 65.92
Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20,965,195,240 28,279,820,900.00 134.89 29,606,754,069 24,564,390,000 82.97
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 19,534,140,699 16,346,289,204.00 83.68 24,180,984,688 16,086,070,792 66.52
Pajak Air Permukaan 108,000,000 74,214,300.00 68.72 120,000,000 65,348,260 54.46
Pajak Air Bawah Tanah 27,000,000 14,501,066.00 53.71 15,000,000 10,456,594 69.71
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 925,000,000 91,617,990.00 9.90 500,000,000 - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6,205,413,375 8,101,398,323.43 130.55 8,864,789,143 10,492,840,272 118.37
Dana Perimbangan 420,092,121,350 329,477,800,512 78.43 458,934,916,658 339,445,701,979 73.96
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,136,015,350 11,089,626,512.00 64.72 19,263,660,658 9,692,259,979 50.31
Dana Alokasi Umum 368,637,996,000 307,198,330,000.00 83.33 388,325,256,000 291,243,942,000 75.00
Dana Alokasi Khusus 25,374,000,000 7,612,200,000.00 30.00 51,346,000,000 38,509,500,000 75.00
Dana Penyesuaian 8,944,110,000 3,577,644,000.00 40.00 - - -
Jumlah Pendapatan 488,662,983,488 399,851,298,495 81.83 551,612,916,658 410,011,840,347 74.33
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009
III-2008 III-2009APBD 2008Pendapatan Daerah APBD-P 2009
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 39
Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana
perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk
menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal
namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan
Provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan
provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode lalu. Sampai dengan
triwulan III-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi 82.79% lebih
tinggi dibandingkan kontribusinya di triwuan III-2008 sebesar 82.40% Sedangkan
kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya menurun
sebesar 17.21%, lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 17.60%.
Tabel 4.2
Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
4.2 Belanja Daerah
Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2009 sedikit lebih baik
dibandingkan triwulan III-2008. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 391,16 Miliar dana APBD
telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 57.85%, kondisi ini lebih baik
dibandingkan triwulan III-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 346,48 Miliar dengan
persentase realisasi mencapai 56.12%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos belanja modal
sementara pos belanja pegawai dan barang/jasa relatif sama. Pada APBD-P 2009,
pemerintah meningkatkan anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 196 Miliar.
Tabel 4.3
Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%)
Pendapatan Asli Daerah 1.54 17.78 17.60 17.78 16.79 17.21
Pajak daerah - 15.56 15.55 15.17 14.32 14.65
Pajak Kendaraan Bermotor - 4.52 4.37 5.21 4.72 4.72
Pajak Kendaraan di Air - - - - - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7.02 7.07 6.76 5.86 5.99
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air - - - - - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4.00 4.09 3.17 3.73 3.92
Pajak Air Permukaan - 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02
Pajak Air Bawah Tanah - 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0.03 0.02 0.02 - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.51 2.20 2.03 2.61 2.48 2.56
Dana Perimbangan 98 82 82.40 82.22 83.21 82.79
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0.93 2.47 2.77 0.87 0.76 2.36
Dana Alokasi Umum 0.07 75.18 76.83 0.01 68.80 71.03
Dana Alokasi Khusus 97.46 3.10 1.90 81.34 13.65 9.39
Dana Penyesuaian - 1.46 0.89 - - -
Jumlah Pendapatan 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009
III-2008II-2008 I - 2009 III-2009II-2009I-2008Pendapatan Daerah
Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)
Belanja Tidak Langsung 202,565,556,389 125,638,107,120.00 62.02 232,835,353,600 145,189,884,749 62.36
Belanja Pegawai 125,800,860,941 90,737,163,442.00 72.13 150,952,011,350 101,096,056,474 66.97
Belanja Subsidi 2,652,000,000 1,762,560,000.00 66.46 14,278,912,250 3,311,715,000 23.19
Belanja Hibah 16,935,500,000 10,651,000,000.00 62.89 15,649,405,000 8,301,000,000 53.04
Belanja Bantuan Sosial 6,168,160,000 4,507,930,000.00 73.08 3,326,025,000 2,263,400,000 68.05
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,854,783,450 14,337,999,478.00 36.90 39,539,000,000 22,492,915,875 56.89
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,996,000,000 3,591,454,200.00 39.92 8,840,000,000 7,724,797,400 87.38
Belanja Tidak Terduga 3,158,251,998 50,000,000.00 1.58 250,000,000 - -
Belanja Langsung 414,887,043,019 220,849,276,381.26 53.23 443,353,139,430 245,975,960,329 55.48
Belanja Pegawai 31,580,999,574 16,833,457,238.64 53.30 27,600,364,078 14,567,856,573 52.78
Belanja Barang dan Jasa 182,879,029,592 104,202,080,110.00 56.98 219,564,551,400 123,281,040,667 56.15
Belanja Modal 200,427,013,853 99,813,739,032.62 49.80 196,188,223,952 108,127,063,089 55.11
Jumlah Belanja 617,452,599,408 346,487,383,501.26 56.12 676,188,493,030 391,165,845,078 57.85
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009
III-2008 III-2009Belanja Daerah APBD 2008 APBD 2009
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 40
Dilihat dari komposisi realisasi triwulan III-2009, pengeluaran APBD masih didominasi
oleh pos belanja pegawai dan pos belanja barang. Diharapkan dengan anggaran yang
meningkat di pos belanja modal dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga investasi
di Gorontalo dapat tumbuh lebih baik.
Tabel 4.4
Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan
Uang Beredar
Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 16.36% terhadap
nilai tambah kegiatan di sektor riil, kondisi ini lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008.
Belanja modal memberikan pangsa 6.25% terhadap nilai tambah kegiatan sektor riil, lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2008. Menurunnya pangsa anggaran konsumsi pemerintah
terhadap kegiatan sektor riil terutama didorong oleh menurunnya pangsa belanja pegawai
dan belanja barang masing-masing sebesar 6.69% dan 6.25%, lebih rendah dibandingkan
triwulan III- 2008 sebesar 7.49% dan 6.95%.
Tabel 4.5
Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%)
Belanja Tidak Langsung 43.90 39.98 36.26 46.55 41.10 37.12
Belanja Pegawai 29.73 27.04 26.19 31.32 28.63 25.84
Belanja Subsidi 1.01 0.77 0.51 0.64 1.00 0.85
Belanja Hibah 2.86 3.73 3.07 2.90 2.38 2.12
Belanja Bantuan Sosial 1.80 1.09 1.30 1.33 0.79 0.58
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.94 6.21 4.14 7.85 6.41 5.75
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1.56 1.12 1.04 2.52 1.90 1.97
Belanja Tidak Terduga - 0.02 0.01 - - -
Belanja Langsung 56.10 60.02 63.74 53.45 58.90 62.88
Belanja Pegawai 3.09 3.89 4.86 2.84 3.38 3.72
Belanja Barang dan Jasa 18.36 26.09 30.07 22.07 28.55 31.52
Belanja Modal 34.65 30.05 28.81 28.53 26.96 27.64
Jumlah Belanja 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009
III-2008 III-2009Belanja Daerah
II-2009I-2008 II-2008 I - 2009
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 417,025,585,555 246,673,644,469 17.18 480,000,269,078 283,038,781,989 16.36
Belanja Pegawai 157,381,860,515 107,570,620,681 7.49 178,552,375,428 115,663,913,047 6.69
Belanja Subsidi 2,652,000,000 1,762,560,000 0.12 14,278,912,250 3,311,715,000 0.19
Belanja Hibah 16,935,500,000 10,651,000,000 0.74 15,649,405,000 8,301,000,000 0.48
Belanja Bantuan Sosial 6,168,160,000 4,507,930,000 0.31 3,326,025,000 2,263,400,000 0.13
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,854,783,450 14,337,999,478 1.00 39,539,000,000 22,492,915,875 1.30
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,996,000,000 3,591,454,200 0.25 8,840,000,000 7,724,797,400 0.45
Belanja Tidak Terduga 3,158,251,998 50,000,000 0.00 250,000,000 - -
Belanja Barang dan Jasa 182,879,029,592 104,202,080,110 7.26 219,564,551,400 123,281,040,667 7.13
Pembentukan Modal Tetap Bruto 200,427,013,853 99,813,739,033 6.95 196,188,223,952 108,127,063,089 6.25
Belanja Modal 200,427,013,853 99,813,739,033 6.95 196,188,223,952 108,127,063,089 6.25
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009
*) PDRB Q3-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Belanja Daerah APBD 2008 APBD-P 2009Realisasi Q2-2008 Realisasi Q3-2009*
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 41
Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan III-2009 menunjukkan kontraksi. Hal ini tercermin dari
surplus pendapatan sebesar Rp 18 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30
September 2009. Dengan pertimbangan perlambatan ekonomi daerah, Kebijakan ekspansif
fiskal melalui percepatan realisasi anggaran belanja APBD dinilai lebih tepat untuk
diterapkan saat ini dibanding kebijakan fiskal kontraktif. Ekspansi fiskal dari pemerintah
daerah diharapkan mampu mendorong kinerja sektor riil di daerah untuk lebih berkembang.
Tabel 4.6
Dampak APBD terhadap Uang Beredar
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Pendapatan 488.662.983.488,00 399.851.298.495,43 27,84 551.612.916.658,00 410.011.840.346,64 23,70
Pendapatan Asli Daerah 68.570.862.138,00 70.373.497.983,43 4,90 92.678.000.000,00 70.566.138.367,64 4,08
Dana Perimbangan 420.092.121.350,00 329.477.800.512,00 22,94 458.934.916.658,00 339.445.701.979,00 19,62
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 11.089.626.512,00 0,77 19.263.660.658,00 9.692.259.979,00 0,56
Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 307.198.330.000,00 21,39 388.325.256.000,00 291.243.942.000,00 16,84
Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 7.612.200.000,00 0,53 51.346.000.000,00 38.509.500.000,00 2,23
Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 3.577.644.000,00 0,25 - - -
Belanja 617.452.599.408,00 346.487.383.501,26 24,13 676.188.493.030,00 391.165.845.078,00 22,61
Belanja Pegawai 157.381.860.515,00 107.570.620.680,64 7,49 178.552.375.428,00 115.663.913.047,00 6,69
Belanja Subsidi 2.652.000.000,00 1.762.560.000,00 0,12 14.278.912.250,00 3.311.715.000,00 0,19
Belanja Hibah 16.935.500.000,00 10.651.000.000,00 0,74 15.649.405.000,00 8.301.000.000,00 0,48
Belanja Bantuan Sosial 6.168.160.000,00 4.507.930.000,00 0,31 3.326.025.000,00 2.263.400.000,00 0,13
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 14.337.999.478,00 1,00 39.539.000.000,00 22.492.915.875,00 1,30
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8.996.000.000,00 3.591.454.200,00 0,25 8.840.000.000,00 7.724.797.400,00 0,45
Belanja Tidak Terduga 3.158.251.998,00 50.000.000,00 0,00 250.000.000,00 - -
Belanja Barang dan Jasa 182.879.029.592,00 104.202.080.110,00 7,26 219.564.551.400,00 123.281.040.667,00 7,13
Belanja Modal 200.427.013.853 99.813.739.033 6,95 196.188.223.952 108.127.063.089 6,25
Surplus/Defisit (128.789.615.920) 53.363.914.994 3,72 (124.575.576.372) 18.845.995.269 1,09
Pembiayaan Netto (128.789.615.920) - - (124.575.576.372) - -
DAMPAK RUPIAH - 53.363.914.994 3,72 - 18.845.995.269 1,09
Realisasi Q3-2009*APBD-P 2009APBD APBD 2008
Realisasi Q3-2008
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 42
BAB 5 : PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo dicerminkan oleh pergeseran
transaksi tunai pada kas titipan dari net outflow menjadi net inflow serta meningkatnya
transaksi kliring pada triwulan III-2009.
5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2009 mencatat net inflow
sebesar Rp79.725 miliar. yang berarti aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas
titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah.
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow
Sumber : Bank Indonesia
Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan tanda-tanda berkurangnya
kegiatan transaksi masyarakat. Pada periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan
terjadi aliran outflow, namun pada triwulan laporan menunjukkan terjadi inflow. Sementara
itu, tingginya permintaan masyarakat terhadap uang kartal dalam rangka memperingati hari
raya Idul Fitri tercermin dari outflow pda bulan September 2009 sebesar Rp227.535 miliar
lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2009 sebesar Rp195.818 miliar dan Juli 2009
sebesar Rp201.901 miliar.
5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan
laporan menunjukkan tren meningkat, tumbuh sebesar 46,86% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai nominal perputaran warkat triwulan III-2009
sebesar Rp314,16 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 11.876 lembar, meningkat
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp213,92 miliar dengan
jumlah warkat sebanyak 8.155 lembar.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 43
Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan III-2009 tumbuh
53,49% dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2008 yaitu dari Rp3,36 miliar
menjadi sebesar Rp5,15 miliar. Peningkatan juga terjadi pada rata-rata jumlah warkat
yang dikliringkan, yaitu sebesar 52,34%, dari 128 lembar per hari pada triwulan II-2008
menjadi 194 lembar per hari pada triwulan laporan. Adanya peningkatan rata-rata jumlah
warkat dan nominal kliring menunjukkan bahwa cukup banyak terjadi transaksi
perdagangan pada periode laporan di Gorontalo.
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Rasio penolakan jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap jumlah nominal warkat
kliring mengalami peningkatan yaitu dari 0,43% pada triwulan II-2008 menjadi 0,57% pada
triwulan laporan. Sementara itu, rasio jumlah Cek/BG kosong terhadap total keseluruhan
warkat yang dikliringkan juga tercatat mengalami peningkatan dari 0,40% pada triwulan II-
2009 menjadi 0,70% pada triwulan laporan. Peningkatan rasio penolakan jumlah cek/BG
kosong mencerminkan bahwa kelesuan ekonomi Provinsi Gorontalo mulai terasa pada
triwulan laporan. Berkurangnya pendapatan para pelaku usaha diperkirakan memperlemah
posisi likuiditas mereka, sehingga menghambat kelancaran pembayaran transaksi melalui
kliring.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 44
BAB 6 : KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun.
Walaupun tingkat pengangguran berkurang, dan IPM meningkat. Namun demikian,
tingkat kemiskinan bertambah serta indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih
belum menunjukkan tanda membaik
6.1. Pengangguran
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat
dari tahun ke tahun. Pada bulan Februari 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 462.899
orang naik 7,80% dibandingkan keadaan Agustus 2008 atau 9,33% dibandingkan bulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh
sebesar 11,66% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1
tahun, tingkat pengangguran terbuka menunjukkan arah yang menurun, yaitu dari 7,04 %
pada Februari 2008 menjadi 5,06% pada Februari 2009.
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Kegiatan Utama 2008 2009
Februari Agustus Februari
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073
Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889
Bekerja 393.567 405.126 439.460
Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429
Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40
Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor
pertanian merupakan lapangan usaha yang banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo
yaitu 208.636 orang (Februari 2009) atau 47.47 % dari total penduduk yang bekerja.
Jumlah tersebut menurun 2.18% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan
semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang beralih ke sektor tersebut. Sektor lainnya dengan pangsa
pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan (16,47%)
dan sektor perdagangan sebesar 16,36%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah
tenaga kerja masing-masing sebesar 21,47% dan 59,11% dibandingkan bulan Februari 2008.
Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam
jumlah tenaga kerja.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 45
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Februari 2008
Kegiatan Utama 2008 2009
Februari Agustus Februari
Pertanian 213.275 184.148 208.636
Industri 28.340 34.268 32.462
Perdagangan 45.195 59.610 71.911
Angkutan 26.177 32.214 31.227
Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325
Lainnya 21.040 31.166 22.899
Total 393.567 405.126 439.460 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. Kemiskinan
Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan pada
tahun 2009 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami
peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Namun
begitu persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo masih jauh diatas persentase
nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi
Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami
kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007
yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan.
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Wilayah 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gorontalo 32.12 29.25 29.01 29.05 29.13 27.35 24.88 25.01
Nasional 18.20 17.42 16.66 16.69 17.75 16.58 15.42 14.15 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di
provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin
tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-
turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten
Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil
berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%.
Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,
penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran
pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 46
Tabel 6.4.
Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. Rasio Gini
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan
indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian berdasarkan
strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan
tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang
menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang
menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke
40% ke bawah dan 20% teratas.
6.4. IPM (Index Pembangunan Manusia)
Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah
sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,
kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil
dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah
satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 47
Tabel 6.5.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Tabel 6.6.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,
kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun
2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,
sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.
Tabel 6.7.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 48
BAB 7 : PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL
Perlambatan perekonomian Gorontalo masih akan terus berlangsung dalam
triwulan kedepan. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada
kisaran 6.91 – 7.41% (yoy). Sementara itu pertumbuhan keseluruhan tahun 2009
diperkirakan pada kisaran 7.15 – 7.55% (yoy). Disisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan
belum pulih terkait produksi pertanian Gorontalo yang diproyeksikan masih terus mengalami
penurunan. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009 tidak
setinggi pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Konsumsi masyarakat diperkirakan tetap tumbuh namun ekspansif pertumbuhannya tidak
segencar periode sebelumnya, turunnya produksi pertanian yang merupakan sektor
penyerap tenaga kerja terbesar di Gorontalo dikhawatirkan akan berdampak pada tingkat
pendapatan petani sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat secara umum.
Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Tabel 7.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
**/***) Angka Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Meningkatnya anggaran Belanja Modal dalam APBD-P 2009 menjadi tumpuan
meningkatkan kinerja investasi di Gorontalo. Sektor bangunan diperkirakan masih tumbuh
dengan diikuti pertumbuhan disektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu kinerja
sektor angkutan dan sektor perdagangan diperkirakan tidak setinggi triwulan IV-2008,
karena pada triwulan IV-2008 bertepatan dengan moment lebaran tahun lalu.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
Konsumsi Swasta 10,05 7,96 9,08 4,34 15,71 19,07 21,53 4,76 - 5,26
Konsumsi Pemerintah 11,56 21,25 28,99 26,70 26,89 43,89 21,23 23,17 - 23,67
Investasi 2,28 9,06 25,53 25,01 29,24 33,90 29,50 27,15 - 27,65
Ekspor 23,19 13,68 -5,90 6,05 -6,18 -1,29 -7,50 -1,05 - -0,55
Impor 24,56 16,98 35,27 17,81 23,81 42,34 40,11 18,56 - 19,06
Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60 6,91 7,41
Q4**
2009KOMPONEN
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
1.PERTANIAN 7,98 6,04 4,41 7,35 7,74 5,42 1,75 4,88 - 5,38
2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,98 9,44 11,55 14,24 9,23 12,91 12,70 14,88 - 15,38
3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,06 2,01 8,10 8,75 - 9,25
4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH -2,64 -2,70 -2,76 2,71 7,51 6,53 6,22 5,87 - 6,37
5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 11,98 14,85 - 15,35
6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,03 6,26 15,45 6,65 7,60 8,20 15,97 5,75 - 6,25
7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,98 9,22 13,67 6,78 8,56 9,82 14,05 5,90 - 6,40
8.KEU.,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 9,11 11,26 7,98 6,97 - 7,47
9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,78 6,35 6,14 5,84 5,11 6,20 - 6,70
Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60 6,91 - 7,41
Q4**
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 49
7.2 OUTLOOK INFLASI
Mulai bergairahnya perekonomian daerah yang didukung oleh peningkatan
permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan IV-2009 lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya. Diperkirakan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-
2009 berkisar antara 3.5 – 5.5% (yoy).
Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%)
Lewatnya musim panen diperkirakan mengurangi kecukupan pasokan barang dan
jasa pada triwulan IV-2009. Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan patut menjadi
perhatian mengingat pasokan hasil pertanian sudah mulai berkurang. Sementara pengaruh
kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih memberi
pengaruh pada perkembangan harga-harga. Kebijakan penurunan harga BBM menahan
inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan karena menurunnya
production cost dari jasa transportasi. Sementara itu, tekanan permintaan diperkirakan akan
meningkat sejalan dengan pergerakan ekonomi daerah yang kembali bergairah.
Ekspektasi konsumen diperkirakan masih dalam level yang cukup tinggi untuk
mendorong pertumbuhan inflasi pada triwulan IV-2009. Survei Konsumen menunjukkan
bahwa Ekspektasi konsumen ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK
sebesar 143,65. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis
dengan nilai indeks sebesar 144,55, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan
yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 133,91. Sedangkan indeks kondisi
ekonomi 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 152,50. 1
1 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden
mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun
.02
.04
.06
.08
.10
.12
.14
07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07
INFLASI_YOY
Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 50
7.3 PROSPEK PERBANKAN
Kebijakan penurunan BI-Rate diperkirakan sudah mulai direspon oleh perbankan
Gorontalo pada triwulan IV-2009. Diperkirakan suku bunga deposito akan cepat merespon
terhadap kebijakan moneter ekspansif, kemudian suku bunga kredit akan menyesuaikan
dengan penurunan suku bunga. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen oleh Bank
Indonesia yang menunjukkan penurunan ekspektasi suku bunga dan ekspektasi perkiraan
pinjaman kepada bank. Sementara itu disisi daya tahan industri perbankan Gorontalo
kedepan diperkirakan masih cukup memadai. Namun diperkirakan risiko likuiditas masih
perlu mendapat perhatian terkait dengan komposisi struktur pendanaan dan keketatan
likuiditas akibat nilai LDR yang sangat tinggi.
Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan)
Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan
Grafik 7.4 Indeks Perkiraan Pinjaman Kepada bank dan
Beban Angsuran 6 Bulan Kedepan
Grafik 7.2: Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 51
LAMPIRAN 1
PDRB PROVINSI GORONTALO ADHK 2000
Komponen 2008
2008 2009
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
SISI PERMINTAAN
Konsumsi Rumahtangga 425.635 432.622 459.091 472.214 1.789.563 492.724 507.634
- Makanan 306.088 310.339 328.131 339.085 1.283.644 353.859 363.736
- Non Makanan 119.547 122.283 130.961 133.129 505.919 138.865 143.898
Konsumsi Pemerintah 347.536 334.253 378.718 452.732 1.513.238 440.976 480.966
Pembentukan Modal Tetap Bruto 228.725 242.415 284.063 313.338 1.068.540 295.604 324.585
Perubahan Stok (253.727) (261.503) (248.662) (416.874) (1.180.767) (367.893) (427.860)
Ekspor 107.285 107.447 94.707 108.427 417.866 100.658 106.066
a. Antar Negara/Luar Negeri 45.965 44.196 36.083 43.031 169.275 40.759 43.836
b. Antar Pulau Luar Propinsi 61.320 63.251 58.624 65.396 248.591 59.899 62.230
Impor 254.365 225.495 293.541 314.366 1.087.767 314.934 320.974
a. Antar Negara/Luar Negeri 9.099 11.173 10.971 10.043 41.286 10.458 11.216
b. Antar Pulau Luar Propinsi 245.267 214.322 282.570 304.323 1.046.482 304.476 309.758
PDRB Total 603.482 630.792 675.586 615.131 2.524.991 647.134 675.180
SISI PENAWARAN
Pertanian 186.414 198.879 227.104 163.796 776.194 199.867 208.964
Pertambangan & Penggalian 6.041 6.378 6.720 7.056 26.194 6.598 7.201
Industri Pengolahan 46.570 49.080 52.164 53.879 201.693 49.392 50.068
Listrik, Gas & Air Bersih 3.415 3.489 3.585 3.685 14.174 3.671 3.717
Konstruksi 47.133 49.448 52.100 54.552 203.232 51.742 55.807
Perdagangan, Hotel & Restoran 82.739 84.487 87.556 89.134 343.916 89.093 91.504
Pengangkutan & Komunikasi 62.656 64.273 66.391 67.792 261.111 66.345 70.067
Keuangan, Persewaan & Jasa 52.480 53.309 54.393 54.948 215.129 57.262 59.311
Jasa-Jasa 116.036 121.450 125.572 120.290 483.348 123.164 128.541
PDRB Total 603.482 630.792 675.586 615.131 2.524.991 647.134 675.180
PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO (yoy)
Komponen 2008
2008 2009
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
SISI PERMINTAAN
Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 17,34
Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89
Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90
Perubahan Stok 39,03 29,61 20,18 26,49 28,24 45,00 63,62
Ekspor 23,19 13,68 -5,90 6,05 8,68 -6,18 -1,29
Impor 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34
Pertumbuhan Ekonomi Total 7,45 7,26 9,41 7,55 7,76 7,66 7,22
SISI PENAWARAN
Pertanian 7,98 6,04 11,55 7,52 8,39 7,74 5,42
Pertambangan & Penggalian 4,98 9,44 11,55 14,24 10,14 9,23 12,91
Industri Pengolahan 1,44 3,86 7,54 8,72 5,47 6,06 2,01
Listrik, Gas & Air Bersih -2,64 -2,70 -2,76 -0,71 -2,19 7,51 6,53
Konstruksi 6,95 9,48 10,83 13,13 10,17 9,78 12,86
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,03 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,20
Pengangkutan & Komunikasi 12,98 9,22 6,48 6,05 8,54 8,56 9,82
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,75 7,58 7,48 6,99 7,20 9,11 11,26
Jasa-Jasa 6,86 9,64 10,66 6,35 8,39 6,14 5,84
Pertumbuhan Ekonomi Total 7,45 7,26 9,41 7,55 7,76 7,66 7,22
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 52
LAMPIRAN 2
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI GORONTALO
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 53
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum
dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur
dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada
perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran
maupun dari permintaan.
Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-
barang makanan.
Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok
barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah,
seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang
yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan
yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan),
dan sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisba) perubahan harga indeks konsumen bulan
bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya,
sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d)
Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan
bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun
sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)
Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur perbandingan
harga (nisbah)/perubahan indeks harga konsumen pada akhir
triwulan yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan
sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q)
PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah
(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto)
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit),
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 54
terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,
merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari
uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito
baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban
otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang
kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo
giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang
kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman
uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo
yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah
pada sistem moneter.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit
bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4)
dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Kredit Skala Mikro Kecil
Menengah
Kredit dengan pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
Risiko Kredit Risiko Kegagalan atau ketidakmampuan debitur mengembalikan
jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan.
Risiko Likuiditas Risiko pihak bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
pihak ketiga pada suatu waktu tertentu.
Risiko Pasar Risiko terkait dengan pergerakan-pergerakan faktor pasar yang
dapat berdampak bagi nilai aset dan kewajiban yang dimiliki
bank.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang
berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas
bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang
dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang
Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 55
tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui
BI.
Netflow
PMTB
Selisih antara outflow and inflow.
Pembentukan Modal Tetap Bruto
PTTB
Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan
untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang
yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak
dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
top related