keputusan kepala badan karantina pertanianbbkpsoetta.com/images/karantina/perundangan/... · lebih...
Post on 28-Jan-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 392/Kpts/KP.430/L/5/2010
TENTANG PEDOMAN PENANGANAN, PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
TERHADAP BABI DAN PRODUKNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,
Menimbang :a. bahwa babi dan produknya merupakan komoditas ekspor, impor
maupun antar area untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
daging babi;
b. bahwa babi dan produknya termasuk salah satu media pembawa
Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang bersifat zoonosis
sehingga perlu penanganan dan pemeriksaan agar wilayah
Indonesia terlindungi dari ancaman masuk dan tersebarnya HPHK;
c. bahwa karantina hewan mempunyai peranan yang strategis agar
babi dan produknya tidak berpotensi sebagai media pembawa
HPHK yang mengancam kesehatan hewan dan manusia;
d. bahwa untuk meningkatkan peranan karantina hewan dalam
pemeriksaan dan pengawasan lalulintas babi dan produknya, serta
adanya keseragaman dalam pelaksanaan tindakan karantina pada
seluruh UPT dengan mengacu ketentuan serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka dianggap perlu untuk menyusun
Pedoman Penanganan, Pemeriksaan dan Pengujian terhadap Babi
dan Produknya.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
2
2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002);
4. Keputusan Presiden Nomor 131/M/Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Pertanian;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukkan dan Organisasi Kementerian Negara;
6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 471/Kpts/ LB.720/8/ 2001 tentang Tempat-Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina;
8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/ OT.140/10/2006 tentang Pedoman Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan Perlakuan Penyakit Hewan Karantina;
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Kpts/ OT.140/1/2007 tentang Dokumen dan Sertifikat Karantina Hewan;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa;
11. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 68/Kpts/Hk.060/L/1/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk Penyakit Viral;
12. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 152/Kpts/Hk.030/L/3/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk Penyakit Parasitik.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN : KESATU : Pedoman Penanganan, Pemeriksaan dan Pengujian terhadap Babi
dan Produknya.
KEDUA : Pedoman Penanganan, Pemeriksaan dan Pengujian Babi dan produknya seperti tercantum dalam lampiran keputusan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA menjadi panduan bagi petugas karantina hewan untuk penanganan,
3
pemeriksaan dan pengujian terhadap babi dan produknya dalam rangka melaksanakan tindakan karantina.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal :
Tembusan disampaikan kepada Yth, 1. Menteri Pertanian; 2. Para Pejabat Eselon I Departemen Pertanian; 3. Para Pejabat Eselon II Badan Karantina Pertanian; 4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di seluruh Indonesia.
4
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 392/Kpts/KP.430/L/5/2010 TANGGAL :
PEDOMAN PENANGANAN, PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN TERHADAP BABI DAN PRODUKNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Ternak babi adalah salah satu sumber daging dan pemenuhan gizi yang
sangat efisien diantara ternak lainnya, hal ini karena babi memiliki konversi terhadap
makanan yang cukup tinggi. Semua bahan makanan bisa diubah menjadi daging
dan lemak. Ternak babi juga sangat produktif, satu kali beranak bisa menghasilkan
6-12 ekor anak dan setiap induk bisa beranak 2 kali dalam setahun.
Persentase karkas daging cukup tinggi, bisa mencapai 65-80% dibandingkan
dengan karkas sapi yang hanya 50-60%, kambing-domba (45-55%) dan kerbau
(38%). Daging babi juga memiliki kandungan lemak yang tinggi dan kadar air yang
lebih rendah.
Selain keuntungan dalam beternak babi, ada pula kekurangannya. Dari segi
sosial budaya tidak semua orang makan daging babi, dan usaha ternak babi tidak
bisa dilakukan disembarang tempat atau tidak semudah usaha ternak lainnya.
Ternak babi juga sangat peka terhadap infeksi dari berbagai penyakit dan parasit.
Saat ini dunia dihebohkan oleh merebaknya virus flu babi (swine influenza)
strain baru yang bersifat zoonosis. Penyebab flu babi ini adalah virus influenza tipe
A subtipe H1N1. Penyebaran flu babi diawali dari Mexico City dan saat ini telah
menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Kondisi ini mengancam ekspor babi
Indonesia karena bagi Negara Indonesia babi merupakan salah satu sumber devisa
bagi Indonesia tetapi juga harus diwaspadai terjadinya pandemi influenza mengingat
babi memiliki potensi sebagai mixing vessel virus influenza.
5
B. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman pemeriksaan dan pengujian hama penyakit hewan pada media
pembawa babi dan produk olahannya ini dimaksudkan untuk memberi acuan dan
arahan bagi petugas karantina hewan dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam
mencegah masuk dan tersebarnya HPHK.
Tujuan dari petunjuk teknis Pemeriksaan dan Pengujian HPHK pada babi dan
produk olahannya adalah menyeragamkan metoda pengujian terhadap
kemungkinan adanya HPHK yang dapat ditularkan melalui babi dan produk
olahannya.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pedoman ini meliputi:
1. Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Penyakit Lain pada Babi dan
Produknya.
2. Handling dan restrain
3. Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium untuk hewan babi
4. Penyakit yang dapat disebarkan melalui produk asal babi dan pengujian
laboratorium untuk produk asal babi
5. Tipe dan Bangsa Babi
6
BAB II
HPHK DAN PENYAKIT LAIN PADA BABI DAN PRODUKNYA
Penyakit pada babi secara umum terbagi 2 (dua) yakni penyakit infeksi dan Non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh:
a) Virus b) Bakteri c) Parasit d) Jamur
Penyakit Non infeksi disebabkan oleh: a) Keturunan b) Kekurangan atau kelebihan gizi c) Keracunan d) Stress
A. Penyakit infeksi
a) Penyakit Asal Virus
1) Swine Influenza (flu babi). Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza tipe A. Schnurenberger dkk. (1973)
membuktikan bahwa manusia tertular jenis influenza dari babi.
2) Penyakit mulut dan kuku (Apthae Epizotticae = AE) Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang juga dikenal dengan nama Apthae
Epizootica (AE) adalah penyakit menular yang menyerang berbagai ternak. Dari
sekian banyak spesies ternak yang dapat terserang, ternak sapi, babi, domba,
kambing dan kerbau merupakan ternak yang pa;ing peka terhadap PMK.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae
dan genus Aphtovirus.
Virus penyebab PMK memiliki 7 serotipe yaitu: O, A, C, SAT-1, SAT-2, SAT-3
dan ASIA-1. Di dalam satu serotipe bisa terdapat banyak strain (galur) yang
dapat diidentifikasi secara biokimia atau dengan uji imunologi dan metoda biologi
molekuler. Misalnya, dalam serotipe O dikenal adanya strain O1 sampai dengan
O11 dan OJava 83.
7
3) Swine Vescular Disease. Brown dkk. (1973) dan Graves (1973) membuktikan bahwa virus ini dapat
menular kepada penjamah babi.
4) Reovirus.
Leon Rosen (1975) menjelaskan, tanda-tanda penyakit ini antara lain gangguan
pada pencernaan dan pernapasan. Mc. Ferran (1970) membuktikan adanya
virus ini pada babi yang dapat menular ke manusia.
5) Penyakit Nipah
Adalah penyakit virus pada babi yang bersifat zoonosis pertama kali menyerang
Malaysia tahun 1997 menyebabkan kematian pada manusia sejumlah 106 orang
dari 267 orang yang terinfeksi dengan gejala klinis demam, pusing, kehilangan
kesadaran dan gejala syaraf. Virus ini ditemukan juga pada anjing, kucing dan
kuda. Kelelawar (flying fox) adalah merupakan induk semang alami dari virus ini
yang terdapat pada urine binatang ini. Penyebab penyakit nipah ini adalah virus
family Paramyxo virus.
6) Classical Swine Fever (Hog Cholera):
Penyakit disebabkan oleh Pestivirus, menyerang hampir semua peternakan babi
di berbagai negara didunia, penyebarannya sangat cepat ditandai dengan
demam dan angka kematian juga sangat tinggi dan pada pemeriksaan bedah
bangkai akan ditemukan perdarahan pada banyak organ. Penyakit ini
menyerang semua umur babi.
7) PRRS (Porcine reproductive and respiratory syndrome)
Penyakit yang disebabkan oleh arteri virus, yang bisa meyebabkan kelesuhan,
kesulitan bernapas, demam, keguguran, gagal bunting, kenaikan jumlah piglet
lahir mati, terhambatnya pertumbuhan dan penyakit ini juga menekan sistem
kekebalan babi.
8) PMWS (Postweaning Multisystemic Wasting Syndrome)
Penyakit virus penting yang didentifikasi pertama kali di kanada pada tahun 1991
pada babi menyebabkan penurunan berat badan yang sangat cepat menyerang
babi umur 5 sampai 12 minggu. Penyakit ini disebabkan oleh Porcine circo virus
type 2 (PCV2)
8
9) Cacar (Swine Pox) Penyakit cacar banyak menyerang babi-babi muda dengan perantara kutu,
serangan atau kontak langsung. Penyakit ini disebabkan oleh virus.
b) Penyakit Asal Bakteri
1) Anthrax (Radang limpa)
Anthrax adalah salah satu penyakit bakterial menyerang hewan dan manusia
yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, merupakan bakteri berbentuk
batang, bersifat gram positif, berspora dan biasanya tidak bergerak. Bakteri ini
menyebabkan penyakit hewan menular yang disebut radang limpa. Radang
limpa dapat bersifat akut, subakut ataupun kronis. penyakit ini dapat
menyebabkan kematian tanpa memperlihatkan gejala penyakit terlebih dahulu.
Pada kejadian penyakit tersangka anthrax, bangkai hewan tidak boleh dibuka,
oleh karena spora tidak akan terbentuk dalam bangkai yang tidak dibuka. L.C.
Ferguson dan E.H. Bohl dari Ohio Agricultural Research and Development
Center (1975), menjelaskan bahwa babi menularkan anthrax pada manusia.
Penyakit ini antara lain menyerang kulit, pernapasan dan usus.
2) Brucellosis (Keguguran menular) Brucellosis suis yang menginfeksi babi merupakan sumber utama penyakit
Brucellosis pada manusia. Steele (1968) memperlihatkan bahwa Brucellosis suis
yang sangat ganas menyerang manusia adalah tipe 1, 3 dan 4.
3) Pleuropneumonia:
Penyakit saluran pernapasan penting meyerang babi umur 12 minggu ke atas
dan bisa menyebabkan kematian mencapai 50% dari populasi yang terinfeksi.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Actinobacillus pleuropneumonia.
4) Erysipelas
Erysipelas adalah suatu penyakit menular terutama menyerang ternak babi yang
disebabkan oleh bakteri Erysipelothrix insidiosa atau Erysipelothrix rhusiopatiae.
Penyakit ini biasanya menimbulkan bercak-bercak merah pada kulit sehingga
sering disebut Diamond Skin Disease. Selain menyerang pada babi juga domba
dan unggas. Kerugian yang ditimbulkan penyakit ini, hewan tidak produktif,
penurunan produksi daging dan angka kematian tinggi pada anak babi.
5) Penyakit ngorok (Septichaemia Epizootica = S.E Shipping Fever)
9
Penyakit ngorok (haemorrhagic Septicaemia; Septicaemia Epizootica)
merupakan salah satu penyakit hewan menular yang dapat menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup besar. Penyebabnya adalah kuman Pasteurella
multocida. Penyakit ini menyerang berbagai umur dan jenis kelamin dengan
morbiditas berkisar 10 – 20% dan mortalitas dapat mencapai 90%. Dikenal 3
bentuk SE pada hewan yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal.
6) Penyakit Streptococcosis: Penyakit streptococcosis bakteri penting yang bisa menyerang semua umur babi dengan tingkat penyebaran dan kematian yang cukup tinggi menyerang organ otak, sendi dan paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh Streptococcus spp., terutama S. suis type 2
7) Glasser’s disease Glasser’s disease merupakan penyakit penting pada babi yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus parasuis. Penyakit ini menyerang babi terutama babi lepas sapih umur 4 – 12 minggu dengan tingkat penyebaran dan kematian tinggi bisa mencapai 30 % pada populasi yang terinfeksi.
8) Tetanus Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Biasanya terjadi akibat suatu
luka (bekas kastrasi, gigitan teman). Basil tetanus biasanya terdapat di dalam
tanah dan kotoran kuda. Bila basil itu masuk ke dalam luka, maka mereka
membuat toxin (racun). Akibatnya, bila terkena syaraf, akan timbul kekejangan
setempat atau seluruh tubuh. Akhirnya binatang yang menderita mati tercekik,
karena sekat rongga badan kejang, tidak bisa bekerja lagi.
9) Penyakit Mycoplasma pneumonia
Mycoplasma pneumonia adalah penyakit pernapasan babi yang paling sering
dijumpai di seluruh dunia dengan menyebabkan terjadinya peradangan kronis
paru-paru. Penyakit ini sering juga disebut Enzootic pneumonia. Sering
ditemukan menyerang babi umur 7 (tujuh) minggu sampai umur jual
10) TBC (Tuberculosis) Penyakit ini merupakan penyakit yang kronis, penyebaran sangat lambat.
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Babi yang menderita penyakit
TBC dapat menularkan penyakit tersebut baik langsung kepada manusia. Hal ini
dijelaskan oleh H.H. Kleeburg (1975).
11) Literiosis
Blenden dari University of Missouri (1975) melaporkan, dari 731 yang meninggal
karena Listeriosis, 73% menderita radang otak, 17% menderita keracunan darah,
5% keguguran dan 5% dengan gejala-gejala yang lain.
10
12) Leptospirosis Menurut Van der Hoeden (1956), Leptospirosis canicola yang hidup dalam tubuh
babi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lebih serius disbanding
Leptospirosis dari binatang-binatang lainnya. Stanley L. Diesch dan H.H.
Ellinghausen menjelaskan gejala-gejala dari Leptospirosis antara lain demam,
pembesaran hati dan penyakit kuning.
13) Melioidosis Penyakit ini pertama kali ditemukan di Myanmar tahun 1911. Redfearn dan
Palleroni (1975) menjelaskan, gejala-gejala yang nampak dari penyakit ini antara
lain, pembesaran kelenjar seperti yang diderita para gelandangan dan morfinis.
14) Pasteurellosis Kasus pertama penyakit ini pada manusia ditemukan oleh Brugbateli pada tahun
1913. Gejala-gejala penyakit ini antara lain, demam panas dan keracunan darah.
15) Yersiniosis
Mair (1975) menjelaskan gejala-gejala dari penyakit ini antara lain, usus buntu
akut, radang usus erytema dan keracunan darah.
16) Vibriosis Bryner (1975) menyebutkan gejala-gejala penyakit ini antara lain, demam,
menggigil, kondisi tubuh menurun, sakit kepala, tegang rahim dan mencret.
17) Staphylococcosis
Menurut Dean M. Fluharty (1975), Staphylococcosis merupakan penyakit yang
sangat bervariasi, mulai dari keracunan makanan, penyakit infeksi yang
mengeluarkan nanah atau sebagai carrier untuk orang lain.
18) Streptococcosis
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Streptococcus. Menurut Fluharty (1975)
gejala-gejala penyakit ini antara lain, keracunan darah, penyakit jengkering,
rheumatic dan infeksi kulit.
11
c) Penyakit Asal Parasit
1) Coccidiosis Coccidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Isospora suis
yang menyerang saluran pencernaan babi menyebabkan diare anak babi umur 5
hari sampai dengan umur sapih dengan angka penyebaran dan angka kematian
yang bervariasi.
2) Penyakit cacing bulat (Ascarids = Roundworm) Cacing ini bentuknya seperti cacing pada manusia. Bentuknya bulat sebesar
pensil. Cacing ini banyak menyerang babi-babi muda dan banyak menimbulkan
kematian.
3) Kudis (Scabies) Scabies adalah penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis disebabkan oleh
parasit tungau ditandai dengan adanya radang kulit yang bersifat kronis. Hampir
semua hewan mamalia rentan terhadap penyakit ini dan gejala klinis yang
ditimbulkannya tergantung pada berat ringannya derajat infestasi. Penyakit
scabies disebabkan oleh berbagai jenis tungau antara lain: Sarcoptes scabiei,
Chorioptes spp, Psoroptes spp, yang biasanya menyerang kambing dan domba
tapi kadang-kadang juga dijumpai menyerang kerbau, sapi dan kuda serta
Notoedres spp yang biasa menyerang kelinci dan kadang-kadang menyerang
kucing.
4) Trichinosis Penyakit ini telah dikenal manusia sejak ribuan tahun sebelum penemuan cacing
Trichinella spiralis oleh Owen (1835). Tidak seorang pun kebal terhadap penyakit
ini. Cacing ini akan tetap hidup dalam otot manusia puluhan tahun. Gejala-gejala
penyakit ini antara lain: leucocytosis disertai eosinophilia, periorbital dan
pembengkakan pada bagian muka, myalhia, demam, conjuctivitas dan
photophobia. Penyakit ini sulit sembuh, menyebabkan cacat dan kematian.
5) Ascariasis
Jenis cacing ini termasuk yang terbesar. Hidup dalam usus manusia dan makan
dari makanan yang dimakan manusia, sehingga menyebabkan penderita
kekurangan gizi. Akibatnya sangat mudah terserang berbagai penyakit lainnya.
Cacing dalam jumlah besar di dalam usus dapat menyebabkan kematian.
Menurut B. Bisure (1975), anak-anak babi paling mudah terserang penyakit ini.
Gejala-gejala yang nampak pada anak babi tersebut antara lain, pneumonia
disertai batuk, disusul dengan kematian. Penyakit ini dengan mudah menular ke
12
manusia.
6) Paragonimiasis
Cacing ini pertama kali ditemukan dalam paru-paru otter Brazilia oleh Diesing
(1850). Penyakit pada manusia pertama ditemukan oleh Ringer dan Mason di
Taiwan pada tahun 1879. Gejala-gejala penyakit ini antara lain, batuk kronis
kadang-kadang disertai darah. Pada tahap berikutnya, menyerang otak dengan
gejala-gejala epilepsy dan gangguan penglihatan. J. Oh menemukan tidak
kurang dari 5.000 kasus penyakit ini di deteksi di Korea setiap tahun.
7) Taenidae Menurut Leukart (1856) penyakit cacing pita yang ditularkan oleh babi ini telah
dikenal sejak zaman Aristoteles, walaupun pada saat itu belum dimengerti.
Cacing Taenia hidup di bawah kulit. Tahap yang berbahaya adalah setelah
kurang lebih 10 tahun, cacing ini akan menyerang otak. Gejala-gejalanya antara
lain, epilepsy, bersilar meningitis, obstructive hydrocephalus dan kerusakan
jaringan syaraf.
8) Tripanosomosis.
Menurut Faust (1955), Tripanosomiasis merupakan ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Babi dianggap menjadi salah satu reservoir penyakit ini. Paling tidak
12 penyakit parasit, enam penyakit bakteri dan tiga penyakit virus, disebabkan
karena mamakan daging babi. Disamping mengandung penyakit yang dapat
ditularkan ke manusia, daging babi sendiri mengandung kadar lemak yang lebih
tinggi dibanding dengan sapid an kambing. Ini menyebabkan mereka yang
makan daging babi memiliki resiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit tekanan
darah tinggi dan penyakit jantung lainnya.
d) Penyakit Asal Mikal
1) Aspergillosis Penyakit ini menyerang babi menyebabkan keracunan dan rusaknya hati disertai dengan pertumbuhan badan terhambat. Aspergillus Sp ini dapat memproduksi aflatoxin yang akan muncul jika bahan dasar pakan seperti jagung, biji kapas, milo dan kacang mempunyai kadar air 20-30%. Aflatoxin ini bisa menyebakan keracunan pada babi muda jika diberikan 400-600 ppb dalam pakan selama beberapa minggu dan jika makanan babi lepas sapih mengandung Aflatoxin 260 ppb dalam beberapa bulan akan menghambat pertumbuhan babi lepas sapih.
2) Actinomycetes
Tanda-tanda penyakit ini sebagaimana dijelaskan oleh A.C. Pier (1975) antara
lain, fibrosis dan granuloma pada bagian muka dan perut.
3) Superficial & Cutaneous Mycosis
13
John Smith (1975) menjelaskan tanda-tanda penyakit ini meliputi, lesu pada kulit,
erythema dan rambut rontok. Hildick Smith, Balnk dan Sarkany (1964)
membuktikan dua jenis jamur yang ditularkan ke manusia dari babi adalah
Microsporum nanum dan Trichophyton mentagrophytes.
4) Coccidioidomycosis Penyakit ini menurut Shelby (1975), terutama menyerang paru-paru. Gejala-
gejala yang diderita antara lain, demam, menggigil, berkeringat di waktu malam,
sakit dada dan batuk.
B. Penyakit Metabolik 1) Penyakit kekurangan vitamin A
Babi-babi yang dipiara secara bebas di luar kandang (outdoor) pada umumnya
tidak pernah menderita defisiensi vitamin A. Sebab mereka dengan mudah bisa
memperoleh hijauan seperti rumput-rumputan, yang mengandung carotene
cukup banyak. Carotene ini di dalam alat pencernaan dikonversikan menjadi
vitamin A, yang kemudian disimpan di dalam hati, sehingga sewaktu-waktu
diperlukan vitamin tersebut sudah siap. Tetapi bagi babi-babi yang selama
hidupnya dipiara di dalam kandang terus-menerus, jika terjadi kekurangan
vitamin, mereka tidak bisa memperoleh tambahan dari luar. Apalagi babi-babi
yang baru lahir, cadangan vitamin A-nya sangat rendah, dan hal ini sangat
tergantung pada Colostrum yang bisa diterima dari induk. Jika ternak babi
terkena infeksi yang serius akibat parasit (cacing) atau pneumonia, maka
cadangan vitamin A yang ada juga akan lekas habis terpakai.
2) Anemia
Anemia banyak diderita babi-babi kecil, sekitar umur 3 minggu. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh:
- Kekurangan mineral, terutama zat besi dan tembaga.
- Anak babi menggigil kedinginan terus-menerus dan pada kondisi yang
lembab.
- Air susu babi kandungan zat besinya sangat rendah.
Anemi yang akut dapat menimbulkan kematian dengan tiba-tiba, sedangkan
yang kronis bisa mengakibatkan babi menderita scours (mencret).
Anak babi memerlukan suplai zat besi secara teratur guna membentuk
haemoglobine. Pigmen yang nampak sel darah merahnya merupakan bagian
yang terpenting dalam mengangkut O2 (oxygen) ke seluruh jaringan tubuh.
Keperluan zat besi tersebut bagi setiap ekor anak babi per hari adalah 7 mg, di
14
mana air susu induk hanya bisa mensuplai 2 mg. Persediaan zat besi pada air
susu induk yang jumlahnya kecil, berkisar 30 – 50 mg ini akan habis dalam
waktu dua minggu. Dengan peristiwa ini maka anak babi akan menderita anemi,
apabila mereka tidak diberikan tambahan zat besi. Dalam hal ini copper (zat
tembaga) dan vitamin B12 juga penting. Karena pada setiap harinya, air susu
induk hanya mengandung seperlima belas zat besi yang diperlukan anak babi,
maka tidaklah mengherankan apabila anak babi yang kurang baik
pemeliharaannya akan selalu menderita anemi. Itulah sebabnya setiap anak babi
selalu diberikan tambahan “iron dextran” seperti telah diutarakan di atas.
3) Scours (mencret)
Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada
alat pencernaan atau usus. Scours banyak menyerang anak babi dan babi-babi
muda. Untuk mengetahui penyebab dan gejala penyakit ini, secara khusus
dirasa sangat sulit. Sebab penyakit ini ada berbagai tipe. Namun demikian
secara umum yang mempercepat terjadinya scours ini antara lain :
- Sanitasi kurang sempurna.
- Babi selalu kedinginan, keadaan udara lembab, tanpa alas kandang.
- Makanan yang kurang memenuhi serat, kurang zat besi (anemi).
- Babi banyak mengalami stress.
4) White scours (Mencret putih) Mencret putih disebabkan oleh Escherichia coli, yaitu bakteri yang bisa masuk
lewat tali pusat yang sakit. Biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih
akibat mereka kedinginan, lantai lembab, makanan induk jelek, atau anak babi
terlampau banyak menyusu. White scours biasanya diikuti penyakit anemi, TGE,
Necro, disentri dan penyakit lainnya.
5) Agalactia
Agalactia ialah kegagalan dalam memproduksi air susu. Jenis penyakit ini
khusus diderita oleh babi-babi induk pasca partus. Penyakit ini Nampak jelas 24
jam sehabis induk itu melahirkan. Babi-babi yang menderita agalactia ini
akhirnya tidak mampu mensuplai air susu kepada anak-anaknya, karena
produksi air susu tak bisa keluar lagi, sebab sekresi oxytocin tidak mencukupi.
Kekurangan oxytocin ini bisa diatasi dengan memberikan injeksi oxytocin dengan
dosis 5 – 10 I.U. secara intramuskular. Agalactia dapat disebabkan oleh toksin
yang terdapat di dalam usus akibat konstipasi yang diderita induk yang
bersangkutan atau akibat peradangan pada usus sehingga
6) Footrot (Penyakit kuku busuk = Radang kuku)
15
Penyakit ini disebabkan karena kondisi babi selamanya berada di dalam
kandang yang lantainya selalu basah sehingga mempermudah organisme hidup
dan masuk pada celah kuku.
16
BAB III
HANDLING DAN RESTRAIN
Ada berbagai cara untuk melakukan penangkapan dan pengekangan babi. Hal ini
sangat berbeda-beda tergantung kepada besar atau kecilnya babi yang bersangkutan.
Babi-babi kecil tentu saja akan mudah ditangkap daripada babi-babi yang besar.
1. Cara penangkapan anak babi
Cara-cara yang biasanya dilakukan untuk menangkap anak babi ialah cukup dengan
memegang salah satu kaki belakang yang diangkat ke atas dan babi menghadap
kelantai, seperti terlihat pada gambar :
Gambar 1. Cara penangkapan anak babi
2. Cara penangkapan babi muda
Cara-cara yang biasa dilakukan untuk menangkap babi yang lebih besar, yang
beratnya sekitar 50 kg, ialah dengan memegang babi yang bersangkutan pada bahu
belakang dengan kedua tangan, seperti terlihat pada gambar :
Gambar 2. Cara penangkapan babi muda
17
3. Cara penangkapan babi besar
Untuk menangkap babi-babi yang besar, misalnya untuk diinjeksi. Pergunakanlah
seutas tali dari plastik atau bambu yang diikatkan pada rahang atas. Dengan cara
tersebut maka babi akan mudah dikuasai. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 3. Cara penangkapan babi besar
4. Menguasai babi untuk dipindahkan ke tempat lain
Babi-babi dewasa biasa dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Pemindahan ini dengan mudah dilakukan asal digunakan suatu teknik yang betul.
Cara pemindahan babi yang mudah ialah dengan mempergunakan perlengkapan
khusus, misalnya sebuah papan dan tongkat. Papan ini bisa diganti dengan bahan-
bahan lain seperti triplek, karton atau bahan lain yang berukuran 70 x 70 cm, yang
dilengkapi pegangan. Papan tersebut berfungsi sebagai dinding penghalang yang
bisa dipergunakan untuk menghalangi salah satu pandangan samping apabila babi
hendak membelok. Sedangkan tongkat yang berukuran kurang lebih 1 m
dimaksudkan untuk menguasai babi yang tidak mau jalan atau mogok.
Gambar 4. Cara pemindahan babi
18
BAB IV
PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN LABORATORIUM
A. Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel, perlu diperhatikan bahwa sampel yang diambil adalah
sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan dan dapat diuji di laboratorium
dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu maka perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut di bawah ini:
• Jenis dan jumlah/volume spesimen yang diambil sesuai dengan tujuan untuk apa
spesimen diperlukan.
• Jika spesimen diambil dari hewan hidup, maka diusahakan hewan terhindar dari
tekanan/stress; petugas terhindar dari bahaya amukan hewan dll, bila perlu
gunakan obat anastesi.
• Pertimbangkan adanya kemungkinan agen penyakit zoonosis dan bahaya
penularannya ke manusia
• Jika dilakukan pemeriksaan post mortem, maka pemeriksaan dan penanganan
spesimen dilakukan pada kondisi aseptis dan sepraktis mungkin.
• Cegah kontaminasi lingkungan, resiko penyebaran lewat serangga atau lewat
percikan dan limbahnya
• Siapkan perlakuan untuk pembuangan limbah hewan atau jaringan dengan
aman, seperti desinfeksi, penguburan dan pembakaran limbah.
Sebelum pengambilan spesimen, perlu diperhatikan aspek kebersihan baik
kebersihan alat pengambil maupun titik pengambilan spesimen pada hewan. Hal ini
dilakukan agar spesimen yang diambil bersih dan terhindar dari kontaminasi
mikroba yang dapat menurunkan daya tahan simpan dari spesimen/tidak cepat
busuk.
a. Pengambilan sampel darah
Babi di restrain dengan tali yang diikat pada moncong hidungnya lalu dengan
menggunakan vacum tiner 10 cc darah diambil di vena jugularis daerah leher
setelah daerah bagian leher tersebut dibersihkan dengan alkohol kemudian
diberi label yang jelas lalu ditempatkan dalam box yang berisi es untuk
selanjutnya dikirim ke laboratorium. Pengambilan darah dari vena auricularis bisa
dilakukan namun darah yang didapat sedikit. Sampel darah babi biasanya
diambil serumnya digunakan untuk pemeriksaan kadar zat kebal (antibody) dan
19
antigen yang terdapat didalam darah
b. Pengambilan sampel Swab hidung
Babi di restrain dengan tali yang diikat pada moncong hidungnya lalu dengan
menggunakan cotton swab steril ditusukan kedalam hidung babi lalu dimasukkan
kedalam media transport diberikan label yang jelas ditempatkan dalam box berisi
es untuk selanjutnya dikirim ke Laboratorium. Sampel swab ini biasanya
digunakan untuk pemeriksaan penyakit flu pada babi
c. Pengambilan sampel organ dan swab organ
Organ yang dicurigai diambil secara steril pada bagian perbatasan organ tampak
normal dan bagian organ yang mengalami perubahan dengan ukuran 2 x 1 x 1
cm kemudian dimasukkan kedalam media transport diberikan label yang jelas
ditempatkan dalam box berisi es untuk selanjutnya dikirim ke Laboratorium.
Organ ini bisa juga diambil dengan swab yakni dengan melakukan sayatan pada
bagian organ yang dicurigai selanjutnya melakukan prosedur yang sama dengan
diatas. Sampel organ biasanya untuk pemeriksaan bakteriologi dan virologi.
d. Pengambilan sampel faeces babi
Pengambilan faeces babi biasanya dilakukan pagi hari saat memberi makan babi
karena saat itu babi biasanya buang air besar dan kecil. Faeces dimasukkan
kedalam kantong plastic diberi label yang jelas selanjutnya di periksa di
laboratorium. Pengambilan sample faeces biasanya untuk pemeriksaan telur
cacing dan coccidian.
e. Pengambilan sample kerokan kulit
Setelah babi di restrain kerokan kulit diambil dengan menggunakan scalpel pada
perbatasan bagian kulit normal dan bagian kulit yang terinfeksi. Kerokan
diusahan agak dalam sampai kulit mengeluarkan darah sedikit. Lalu sample
dibawah ke laboratorium untuk pemeriksaan parasit kulit seperti scabies.
f. Desinfeksi
Desinfeksi menggunakan desinfektan yang sesuai pada semua pintu masuk dan
pintu keluar. Ada 6 jenis desinfektan yang digunakan pada peternakan babi
seperti:
1) Phenol: umum digunakan untuk desinfeksi alat angkut dan lantai beton
dan daerah yang banyak bahan organik.
2) Chlorine: bahan ini umum digunakan untuk treatment air namun bersifat
sangat korosif tidak efektif pada daerah yang banyak mengandung bahan
organik.
3) Iodine: umum digunakan untuk desinfeksi sepatu/kaki (foot baths), bahan
20
ini sangat aman tidak beracun dan hampir tidak berbau
4) QACs (quaternary ammonia compounds): bahan ini umum digunakan
untuk membersihkan dan sterilisasi peralatan yang bahan organiknya
telah dibersihkan.
5) Aldehydes: contoh formaldehyde bersifat sangat beracun tetapi bahan ini
merupakan desinfektant yang baik dalam bentuk aerosol.
6) Peroxygen compounds: bahan ini sangat efektif untuk semua
mikroorganisme.
B. Pengujian Laboratorium
Beberapa pengujian laboratorium yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit pada babi adalah :
1. Rapid Test
2. Eliza
3. PCR
4. RT-PCR
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium untuk babi juga mengacu pada
pedoman lain yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
68/Kpts/Hk.060/L/1/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk
Penyakit Viral;
2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
152/Kpts/Hk.030/L/3/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk
Penyakit Parasitik.
3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
2897.A/Pd.670.320/L/10/07 Tentang Pedoman Pengambilan Sampel dalam
Rangka Monitoring Hama dan Penyakit Hewan Karantina Pada Hewan Dan
Bahan Asal Hewan Serta Hasil Bahan Asal Hewan Di Daerah
Pemasukan/Pengeluaran dan Daerah Penyebaran Eks Pemasukan
21
BAB V
PENYAKIT YANG DAPAT DISEBARKAN MELALUI PRODUK ASAL BABI DAN PENGUJIAN LABORATORIUM
A. Penyakit yang dapat disebarkan melalui produk asal babi 1. Parasit
a. Trichinellosis
Trichinellosis merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing nematoda
Trichinella spiralis. Cacing dewasa (jantan 1,5 mm dan betina 3 mm) ada di sub
mukosa usus kecil manusia, babi dan hewan pemakan daging, sedangkan larvanya
(panjang 0,1 mm) ada pada jaringan otot dari hewan yang sama. Trichinellosis
termasuk penyakit yang perlu diwaspadai dalam pengawasan lalulintas daging babi
karena merupakan penyakit yang dapat menular pada manusia (zoonosis). Pada
manusia, infeksi karena mengkonsumsi daging babi yang mengandung kista infektif
atau daging yang dimasak setengah matang.
Gambar 5. Larva Trichinella sp dalam jaringan otot
b. Cysticercosis
Cysticercosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cysticercus. Penyebab
penyakit ini adalah parasit cacing stadium atau fase metacestoda dari cacing pita.
Cacing pita stadium larva dari T. Solium yang terdapat dalam daging babi disebut
Cysticercus cellulose. Pendinginan (-10°C) mengakibatkan cysticercus mati dalam
waktu 4 hari, sedangkan pada 0°C masih hidup 70 hari. Pada suhu 50°C
cysticercus segera mati. Dengan pengasapan masih dapat bertahan hidup terutama
bila irisan daging cukup tebal. Demikian pula dengan pengasaman tidak dapat
mematikannya dengan segera.
Manusia terinfestasi Taenia solium
22
karena mengkonsumsi daging yang terinfeksi cysticercus (C. Cellulose).
Gambar 6. Cysticercus pada daging babi
B. Pengujian Laboratorium
Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium untuk produk babi juga mengacu
pada pedoman lain yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
68/Kpts/Hk.060/L/1/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk
Penyakit Viral;
2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
152/Kpts/Hk.030/L/3/2010 Tentang Pedoman Pengujian Laboratorium Untuk
Penyakit Parasitik.
3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
2897.A/Pd.670.320/L/10/07 Tentang Pedoman Pengambilan Sampel dalam
Rangka Monitoring Hama dan Penyakit Hewan Karantina Pada Hewan Dan
Bahan Asal Hewan Serta Hasil Bahan Asal Hewan Di Daerah
Pemasukan/Pengeluaran dan Daerah Penyebaran Eks Pemasukan
23
BAB VI PENUTUP
Demikian Pedoman Penanganan, Pemeriksaan dan Pengujian terhadap Babi dan
Produknya ini disusun untuk dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan tindakan
karantina terhadap babi dan produknya untuk mencegah masuk dan tersebarnya
hama penyakit hewan karantina (HPHK) melalui media pembawa HPHK berupa
babi dan produknya yang dilalulintaskan. Hal-hal teknis berkaitan dengan
penyusunan pedoman ini yang belum diatur akan disesuaikan kemudian.
Kepala Badan Karantina Pertanian
Ir. Hari Priyono, MSi NIP. 19581214 198403 1 002
24
LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : TANGGAL :
A. TIPE DAN BANGSA BABI
Ternak babi di beberapa negara maju telah diusahakan secara besar-besaran
dengan memilih tipe babi yang paling menguntungkan. Saat ini bangsa babi di dunia
telah diklasifikasikan menjadi beberapa tipe.
1. Tipe babi
a. Lard type (babi tipe lemak)
Babi tipe lemak memiliki ciri-ciri :
o Ukuran tubuh berlebihan, lebar dan dalam
o Cepat menjadi gemuk karena kemampuan pembentukan lemaknya cukup
tinggi
o Ukuran kakinya pendek
o Contoh babi tipe lemak adalah bangsa babi Indonesia
Gambar 7. Babi tipe pelemak
b. Meat type atau pork type (babi tipe pedaging)
Babi tipe pedaging memiliki ciri-ciri:
o Ukuran tubuh panjang, dalam dan halus
o Bagian sisi tubuh panjang
25
o Punggung berbentuk busur, kuat dan lebar
o Susunan badan padat, lemak sedikit
o Ukuran kaki sedang dengan tumit pendek dan kuat
o Ham berkembang cukup baik
o Contoh babi tipe pedaging adalah Hampshire, Poland China, Spotted Poland
China, Berkhire, Chester White dan Duroc.
Gambar 8. Babi tipe pedaging
c. Bacon type (babi tipe sedang)
Babi tipe sedang memiliki ciri-ciri :
o Ukuran tubuh panjang dan dalam tubuhnya sedang
o Ukuran lebar tubuh sedang dengan timbunan lemak sedang.
o Contoh : Yorkshire, Landrace, Tamworth.
2. Bangsa babi
Bangsa-bangsa babi dibagi menjadi beberapa 3 tipe yaitu tipe lemak, tipe daging
dan tipe dwiguna (bacon), hal ini terjadi karena permintaan konsumen, sifat bahan
makanan yang diberikan dan cara pemeliharaan akan tetapi pada peternakan modern
saat ini bangsa ini tidak ada karena satu tujuan yaitu untuk menghasilkan daging yang
bermutu.
Klasifiksi Zoologis ternak babi :
26
Kelas : Mamalia ( Menyusui)
Order : Artiodactyla (berjari /kuku genap)
Famili : Suidae (Non Ruminansi )
Genus : Sus
Spesis : Sus scrofa babi liar dari eropa ada 10 sub spesis
Sus vittatus babi liar dari asia ada 13 subspesis antara lain babi
sumatra, Jawa, Flores, dan Malaysia.
Sus celebensis terdapat 8 subspesis di sulawesi,
Sus barbatus : terdapat 6 subspesis di Kalimantan
Babi Liar (Babi hutan) mangui, aili (batak), Jani (dayak) babui (kayan) dahak
(kapuas) spesis ini belum dijinakkan, diburu sebagai sumber daging tergolong besar
tinggi 1 m panjang 1 m dan berat dewasa bisa 150 kg, makanannya tumbuhan biji-
bijian, buah-buahan, rumput-rumputan, serangga,hewan melata dan liar.
Babi piara ada 312 varietas dan 87 varietas yang resmi kini dikenal dengan babi
unggul, merupakan hasil seleksi dan persilangan beberapa bangsa babi sehingga
dihasilkan bangsa baru kemudian menyebar keseluruh dunia misalnya 60% babi potong
komersial di dunia adalah Yorkshire (Large White).
1) Yorkshire Termasuk tipe bacon berasal dari inggris, dikenal dengan large white babi ini
berwarna putih dengan muka oval, telinga tegak termasuk type ibu karena litter
sizenya banyak dan sifat keibuannya bagus, persentase karkasnya tinggi berat
jantan 320-455 jg, induk 225- 365 kg.
Yorkshire jantan
Yokshire betina
Gambar 9. Yorkshire jantan dan betina
2) Landrace
27
Berasal dari Denmark, warna putih, bertubuh panjang dan kakinya panjang,
tampilan yang khas telinganya rebah ke depan. Panjang tubuh baik 16 sampai 17
tulang rusuk, subur mempunyai puting susu yang lebih banyak, jantan dewasa
berbobot 320 – 410 kg dan betina 250-340 kg. Karkas panjang, paha besar, daging
dibawah dagu gemuk dengan kaki pendek dikenal karena konversi pakannnya
sangat baik dan berat badan yang tinggi. Kelemahan kaki belakang yang lemah saat
bunting dan daging pucat, lembek dan exsudatif ini karena inbreeding yang terlalu
lama.
Landrace jantan
Landrace betina
Gambar 10. Landrace jantan dan betina
3) Duroc Berasal dari Amerika Serikat, warna merah mulus, tubuh padat dan prolifik, babi
siap potong 90 kg, dapat dicapai 5 bulan atau lebih, jantan dewasa 295 –455 kg,
betina 295 – 455 kg.
Duroc jantan
Duroc betina
Gambar 11. Duroc jantan dan betina
28
Hamshire Di kembangkan di USA, berasal dari inggris, ciri khas selempang putih yang melilit
tubuhnya yang berwarna hitam, warna putih itu terdapat di kedua kaki depan.
Termasuk type pedaging, tubuh melengkung seperti busur, mempunyai sifat keibuan
yang baik.
Hampshire betina
Hampshire jantan
Gambar 12. Hampshire jantan dan betina
4) Babi Indonesia a. Batak
Tinggi pundak 54-61 cm, panjang badan 71 - 95 cm, telinga tegak warna rata-
rata hitam walaupun ada wang bercak-bercak putih, bulu pada bagian bahu dan
leher agak tebal, rata-rata puting susu 10.
b. Babi Bali
Warna hitam dan bulunya agak kasar punggung melengkung kebawah, tidak
sampai ketanah cungurnya relatif pendek. Telinga tegak tinggi pundak 48-54 cm,
panjang tubuh 90 cm, puting susu 12 – 14 buah dengan jumlah anak
perkelahiran 12 ekor.
c. Babi Tanah Toraja Salah satu babi kecil (minipig) tinggi pundak 45 cm, panjang 71 cm warna hitam
putih walaupun ada pula yang hitam semua.
29
B. Jenis Penyakit Pada Babi dan Produknya serta Pemeriksaannya
b. Penyakit Asal Virus
Jenis penyakit Agen Penyebab
Gejala klinis dan
patognomonis
Jenis sampel yang diambil
Jenis pengujian laboratoriu
m
Pengobatan
30
Swine Influenza (flu babi)
virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1
• masa inkubasi berkisar antara 1-2 hari, tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari
• Apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, demam sampai 41.8°C
• Batuk, muntah eksudat lendir, bersin, dispneu, ada cairan mata dan kemerahan. Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis
• Depresi, pertumbuhan terhambat
Swab trachea
31
Penyakit mulut dan kuku (Apthae Epizotticae = AE)
virus • Selaput lendir dalam mulut, bibir, langit-langit, lidah, dan pada gusi timbul lepuh merah yang berisi cairan kuning (sesudah 2 – 3 hari)
• Dari mulut keluar ludah seperti benang bercampur lendir atau berbuih.
• Timbul luka-luka di antara kuku dan kulit-kulit kaki, akibatnya pincang dan berbaring saja.
• Kadang-kadang pada ambing timbul luka atau lempuh juga.
• Temperatur tubuh naik, dan nafsu makan hilang
• Obat antibiotic (Penicillin Powder), obat khusus belum diketahui.
Swine Vescular Disease
Reovirus
32
Penyakit Nipah
virus family Paramyxo virus
• Pada babi induk dan pejantan gejala umum ditandai dengan gejala syaraf seperti kejang dan lumpuh lalu mati mendadak
• Pada babi umur 4 minggu sampai 6 bulan gejala umum yang timbul adalah gangguan pernapasan dan batuk yang keras
• Angka kematian penyakit ini hanya kurang dari 5% tetapi angka penyebarannya mencapai lebih dari 80%
Deteksi virus dengan metode IHC dan PCR
Tidak ada obat atau vaksin untuk penyakit ini. Upaya pencegahan dianjurkan adalah tidak menanam tanaman buah-buahan atau tanaman lainnya yang bisa menarik perhatian kelelawar karena kelelawar merupakan induk semang alami virus ini. Dianjurkan juga untuk memberikan jaring disekeliling kandang sehingga kelelawar tidak bisa masuk dan mengeluarkan urine yang merupakan sumber infeksi.
33
Classical Swine Fever (Hog Cholera)
Pestivirus a) Bentuk hyperakut: Babi muda mati tanpa gejala klinis
b) Bentuk akut: kehilangan nafsu makan, lesuh, demam 40.5 -41.5 0 C, conjunctivitis sampai mata tertutup cairan eksudat. Konstipasi diikuti dengan diare berwarna kuning kadangkala disertai muntah, berjalan sempoyongan, berbaring disudut saling tumpuk menumpuk bersama babi lainnya. Gejala syaraf seperti kejang juga bisa muncul. Terjadi perdarahan pada kulit, kesulitan bernapas sebelum akhirnya mati. Pada induk akan terjadi keguguran atau anak yang lahir akan lemah dengan gejala syaraf
serum Deteksi vius: a. FAT b. PCR c. Isolasi virus Serologi: a. SNT b. CFT c. ELISA
34
PRRS (Porcine reproductive and respiratory syndrome)
Arteri virus a) demam, lesuh, kesulitan bernapas, keguguran pada semua umur kebuntingan, telinga kebiruan. Terjadi peningkatan gagal bunting pada induk. Terjadi juga kenaikan jumlah mumifikasi dan kematian babi lahir mati sampai dengan piglet umur 7 (tujuh) hari. Peningkatan jumlah piglet lahir lemah, tungkai kaki mengangkang (splay leg), pembengkakan kelopak mata, conjunctivitis,berak darah karena terjadi perdarahan pada usus. Angka kematian anak babi sebelum sapih bisa mencapai 33 %
b) Pada babi pejantan bisa mengalami telinga kebiruan dan
serum ELISA dan SN test
35
PMWS (Postweaning Multisystemic Wasting Syndrome)
Porcine circo virus type 2 (PCV2)
a) Terjadi penurunan berat badan dengan cepat
b) Sesak napas
c) Pembesaran limponodus terutama limponodus inguinalis
d) Gejala klinis lainnya yang kemungkinan bisa muncul adalah pucat, kekuningan dan diare
serum Serologi: ELISA Deteksi virus: PCR dan Imunohistokimia (IHK)
36
Cacar (Swine Pox)
virus - Nampak bintil-bintil kecil berwarna merah, terutama di telinga, leher pada tubuh bagian bawah dan paha bagian sebelah dalam.
- Selanjutnya bintil-bintil menjadi gumpalan yang keras, pada bagian atas dan menjadi lepuh sebesar kedelai yang berisikan cairan jernih tetapi kemudian menjadi seperti darah putih atau nanah.
- Lepuh-lepuh segera mengering dengan meninggalkan bekas, seperti kudis yang berwarna coklat tua. Sebelum kulit berganti, panas tubuh meningkat dan tidak mau makan
Potongan lepuhan kulit dan cairannya
Makanan diberi TM 10
penstrep, terramycin injeksi, ditambah vitamin A
37
Penyakit Asal bakteri Anthrax (Radang limpa)
Bacillus Anthracis
- Angka kematian tinggi dan berlangsung dalam waktu yang singkat 8 – 16 jam.
- Tenggorokan bengkak.
- Temperatur tinggi dan nafsu makan hilang.
- Urat-urat kaku atau lemah. Kotoran bercampur darah
Darah dari pembuluh darah tepi
• Ulas darah perifer dengan pewarnaan cepat polychrome methylen blue, Giemsa atau Wright (Standar Pewarnaan Bakteri)
• Uji Ascoli • PCR
Obat tetracycline
Brucellosis (Keguguran menular)
Brucella abortus Serum, susu, Swab vagina, Sampel jaringan fetus (limpa dan paru-paru)
• Rose Bengal Plate Test (RBPT).
• Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
• Complement Fixation Test (CFT).
• Milk Ring Test (MRT)
38
Pleuropneumonia
Actinobacillus pleuropneumonia
a) Bentuk perakut: Babi mati mendadak tanpa gejala klinis yang muncul
b) Bentuk Akut: Ditandai dengan kehilangan nafsu makan, depresi, demam tinggi mencapai 41.70C. Kesulitan bernapas, batuk. Kematian dapat terjadi 6-36 jam setelah gejala klinis muncul.
c) Bentuk Kronis: Ditandai dengan batuk yang berselang, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Bentuk kronis ini tidak atau jarang menyebabkan kematian.
a) Serologi dengan melakukan uji ELISA dan CFT
a) Bentuk Akut:
• Ceftioufur 3-5 mg/kg Berat badan selama 3 hari
• Ampicilin, Tiamulin, Lincomicine dan Spektinomicin dengan dosis sesuai label
• Amoksilin 40 mg/kg berat badan diberikan lewat air minum
b) Bentuk Kronis: Tidak ada antibiotika yang efektif untuk bentuk kronis ini.
39
Erysipelas Erysipelothrix insidiosa
Akut: - Meyerupai
babi yang menderita cholera.
- Temperatur tubuh tinggi
- Penderita menyendiri dan selalu berbaring tetapi ada yang masih gesit dan bila didekati merasa terganggu, lalu pindah tempat sambil teriak kesakitan.
- Bila berjalan, kaki menunjukkan kekakuan, terhuyung-huyung atau jatuh dan kadang-kadang lumpuh.
- Nafsu makan turun atau tidak makan sama sekali.
- Kotoran keras, dan bagi babi muda kotoran tersebut encer.
- Kulit (diamod skim) nampak pada hari ke-2 – 3 sesudah inkubasi, yaitu kulit luka kecil, berwarna merah muda, kemudian
Serum
40
Penyakit ngorok (Septichaemia Epizootica = S.E Shipping Fever)
Pasteurella multocida
- Penyakit ini berjangkit amat cepat, berlangsung 1 minggu atau kurang.
- Temperatur naik.
- Sesak napas karena terdapat lender dalam pernapasan, terdengar suara ngorok, dan terlihat kebengkakan pada bagian leher.
- Kadang-kadang mencret.
- Yang akut terus mati dengan tiba-tiba tanpa gejala.
obat antibiotic, misalnya penicillin injeksi intramuscular, sulmet injeksi, antiserum
Penyakit Streptococcosis
Streptococcus Sp terutama S. suis type 2
Demam, kehilangan nafsu makan, lesuh, kebutaan dan muncul gejala syaraf seperti gemetar, kejang dan lumpuh selanjutnya terjadi kesulitan bernapas lalu mati.
Isolasi bakteri
antiradang kombinasi dengan antibiotika seperti: Penicilin, Ampicilin, Amoksilin dan Tiamulin kombinasi dengan Tetraciclin. Pengobatan dini (early treatment) sangat dianjurkan untuk penyakit ini
41
Glasser’s disease
Haemophilus parasuis
a. Bentuk akut: Mati mendadak karena terjadinya sepsis tanpa atau sedikit gejala klinis.
b. Bentuk subakut atau bentuk kronis: demam, kehilangan nafsu makan, lesuh, kesulitan bernapas, sendi bengkak dan bisa muncul gejala syaraf seperti gemetar dan lumpuh.
Amoksilin, Ampicillin, Ceftiousfur, Tylosin
42
Tetanus Clostridium tetani (Biasanya terjadi akibat suatu luka (bekas kastrasi, gigitan teman)
- Fase pertama Timbul
kekejangan pada rahang dan tenggorokan, kemudian kekejangan ini cepat menyebar ke seluruh tubuh. Akibat (yang diderita) lebih lanjut babi tidak bisa mengunyah dan menelan makanan. Bergerak pun
mereka sulit, karena semua persediaan menjadi kaku dan tidak berfungsi lagi.
- Fase kedua Mulut dan
mata terkunci, dan tidak bisa terbuka lagi. Perut
mengeras dan kejang, akibatnya sulit bernafas. Kepala
menengadah,ekor terangkat ke atas. Kotoran dan
air kencing tertahan.
Suntikan dengan serum tetanus
43
Footrot (Penyakit kuku busuk = Radang kuku)
Bakteri pada lantai kandang yang selalu basah dan masuk pada celah kuku
Luka ditaburi dengan antibiotic, Penicillin powder, SA, Sulmet injeksi, Terramycin injeksi. Sebelum luka tersebut diobati, harus dibersihkan terlebih dahulu
TBC (Tuberculosis)
Mycobacterium tuberculosis
- Nafsu makan berkurang dan kehilangan berat badan.
- Pada babi dewasa, persediaan bengkak.
- Batuk-batuk dan pernapasan terganggung.
- Infeksi kelenjar limpa, ambing, alat kelamin, pusat syaraf, alat pencernaan
- Ternak yang menderita diisolasi.
- Kebersihan kandang harus selalu dijaga, misalnya dengan menggunakan desinfektan.
- Diobati dengan antibiotic (streptomycin injeksi, Penicillin).
Leptospirosis Leptospira canicola
demam, pembesaran hati dan penyakit kuning
Urin dan serum
Mikroskopis, serologis
44
Mycoplasma
pneumonia Mycoplasma hyopneumonia
• Batuk kering tanpa bersin terutama pada pagi hari jika kita masuk kedalam kandang babi
• Demam dan nafsu makan turun
• Babi yang terinfeksi tidak menyebabkan kematian tetapi pertumbuhan menjadi terhambat dan tidak merata dalam satu populasi umur yang sama
• Rusaknya dinding saluran pernapasan menyebabkan mudahnya infeksi dari bakteri atau virus lainnya
• kultur kuman namun sangat sulit dilakukan
• Perubahan histopatologi
• PCR dan FAT
• Serologi dengan menggunakan metode ELISA
• Pengobatan antibiotika lewat air minum (water medication) dan lewat makanan (feed medication) dengan CTC (chlortetracicline) atau Tiamulin.
• Injeksi dengan Tiamulin plus CTC atau Spektinomicine kombinasi dengan lincomicin. Injeksi lainnya ciprofloxacine atau enrofloxacine
Penyakit Asal Parasit
45
Penyakit cacing bulat (Ascarids = Roundworm)
Ascaris Sp - Timbul gejala pneumonia, bila mendapat serangan larva hebat.
- Pertumbuhan sangat lambat.
- Anak babi menjadi kurus dan perut buncit.
- Mencret, dan nafsu makan berkurang.
- Selaput mata pucat.
feses Mikroskopis - Kandang harus bersih, dengan disemprot desinfektan (Lysol,kreolin).
- Kalau anak babi hendak dilepas, jangan dilepas di tempat yang biasa untuk mengumbar babi-babi dewasa.
- Pengobatan dengan piperazine yang dilarutkan air. Dosis tergantung berat badan, biasanya hal ini ada petunjuk dari perusahaan.
46
Kudis (Scabies)
Scabies Sp - Penderita makannya tidak sebagaimana mestinya, agak berkurang, sehingga pertumbuhan kurang normal.
- Nampak suatu goresan yang gatal, karena kutu menembus kulit.
- Pada permukaan kulit yang sakit timbul keruping yang tebal, keras, kencang, dan kulit berkerut (melipat).
Kerokan kulit mikroskopis - Pengobatan dengan Scabisix atau obat lainnya seperti zalf yang dilumaskan pada kulit dan diulangi sampai sembuh. Dosis : 10 cc Scabisix dicampur 1 liter air (30 hari sebelum dipotong tidak boleh digunakan).
Trichinosis
Trichinella spiralis
leucocytosis disertai eosinophilia, periorbital dan pembengkakan pada bagian muka, myalhia, demam, conjuctivitas dan photophobia. Penyakit ini sulit sembuh, menyebabkan cacat dan kematian
feses mikroskopis
Taenidae
Taenia Sp epilepsy, bersilar meningitis, obstructive hydrocephalus dan kerusakan jaringan syaraf
feses mikroskopis
47
Coccidiosis Isospora suis a) Diare umumnya terjadi saat anak babi berumur 7 – 10 hari warna kuning kehijauan tetapi tanpa darah
b) Anak babi lemah dan dehidrasi
feses Pemberian preparat coccidiostat saat anak babi berumur 4 hari dianjurkan untuk pencegahan dan bila terjadi diare umur anak babi lebih dari 5 hari maka pengobatan tetap diberikan coccidiostat
48
Daftar Pustaka
AKK. 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Anonimus. 2008. Ternak Babi dalam Budidaya Hewan Ternak.
http://budidayaternak.comxa.com/single.php?conten=Halaman-Kategori-
Budidaya&idbudidaya=3
An Outline of Swine disease, A Handbook. Ross P Cowart and Stan W Casteel, iowa
State University Press 2001
Managing pig health and the treatment of disease, A reference for the farm, Michael R
Muirhead and Thomas J L Alexander. 5 M Enterprises Ltd Sheffield UK 2002
Pig Diseases, DJ Taylor . St Edmundsbury Press Ltd Suffolk UK 1999
Preparedness in Managing an emerging disease outbreak- The Nipah disease
experience, Ong Bee Lee. Head Regional Veterinary Laboratory Services
Malaysia 2001
Sinaga S. 2008. Bangsa dan Reproduksi Babi. http://blogs.unpad.ac.id/ SaulandSinaga
The pigman’s Handbook, Gerry Brant. Farming press limited, Wharfedale Road Ipswich
1982
top related