kerangka konseptual dan pelaporan keuanganb
Post on 31-Dec-2015
34 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN, MANAJEMEN LABA,KONSEKUENSI
EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN
I. Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan Tujuan
Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian
laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial
statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat
dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya
maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini
mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur
laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
FASB (1978), mendefinisikan kerangka konseptual sebagai
berikut : suatu system yang koheren tentang tujuan (objective) dan
konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat
menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberikan
pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi dan
pelaporan keuangan.
Perlunya kerangka konseptual :
a. Sebagai pedoman dalam menetukan standar akuntansi
b. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi
apabila standar yang sekarang ada tidak mengatur isu-isu yang baru
muncul
c. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam penyajian laporan
keuangan.
d. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai
alternative metode akuntansui yang ada.
Penjelasan istilah yang digunakan :
- Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai
’laporan keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.
- Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak
praktis jika entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan
usaha yang memadai.
- Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan
Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari:
(a) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);
(b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).
- Material. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat pos-pos laporan keuangan adalah material jika, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersamasama, dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
ukuran dan sifat dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat tersebut dengan memerhatikan kondisi terkait.
Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan tersebut, atau gabungan
dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu penilaian apakah suatu
kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
dapat memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan, dan
dengan demikian menjadi material, membutuhkan pertimbangan
mengenai karakteristik dari masing-masing pengguna laporan
tersebut. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 25 menyatakan bahwa ‘pengguna laporan
keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.’ Oleh karena
itu, penilaian tersebut perlu memerhatikan bagaimana pengguna
laporan dengan karakteristik tersebut diharapkan terpengaruh dalam
membuat keputusan ekonomi.
- Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi
informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi
terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau
rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dan informasi mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
- Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban
(termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba
rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana
dipersyaratkan oleh SAK lainnya.
- Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai
ekuitas.
- Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
- Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke
bagian laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam
pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan atau periode
sebelumnya.
- Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu
periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain
perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik.
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset;
(b) laibilitas;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik;dan
(f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan
dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal
waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Komponen Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-
komponen berikut ini:
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi komprehensif selama periode
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode;
(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
(f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang
digunakan dalam Pernyataan ini.
Beberapa entitas menyajikan, terpisah dari laporan keuangan,
suatu kajian keuangan oleh manajemen yang menjelaskan
karakteristik utama dari kinerja keuangan dan posisi keuangan, dan
kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Laporan tersebut dapat
meliputi kajian mengenai:
(a). Faktor dan pengaruh-pengaruh utama yang menentukan kinerja
keuangan, termasuk perubahan lingkungan tempat entitas
beroperasi, tanggapan terhadap perubahan dan pengaruhnya, dan
kebijakan investasi untuk memelihara serta meningkatkan kinerja
keuangannya, termasuk kebijakan dividen;
(b). Sumber pendanaan entitas dan target rasio laibilitas terhadap
ekuitas; dan
(c). Sumber daya entitas yang tidak diakui dalam laporan posisi
keuangan sesuai dengan`SAK.
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan
keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement), khususnya bagi industry dimana
faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna
laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan
tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Karakteristik Umum
Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar
mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi,
peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria
pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika
diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar.
Dalam hampir semua kondisi, entitas mencapai penyajian
laporan keuangan secara wajar apabila memenuhi SAK terkait.
Penyajian secara wajar juga mensyaratkan entitas untuk:
(a) memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan
PSAK 25. PSAK 25 mengatur hirarki pedoman otoritatif yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat PSAK
yang secara khusus mengatur suatu pos tertentu.
(b) menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal,
dapat diperbandingkan, dan mudah dipahami.
(c) memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan
persyaratan khusus dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan
keuangan untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu,
peristiwa dan kondisi lain terhadap posisi keuangan dan kinerja
keuangan entitas.
Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang
tidak tepat baik dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan atau pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
atau materi penjelasan.
Ketika entitas menyimpang dari ketentuan suatu PSAK
sesuai dengan paragraf 17, maka entitas mengungkapkan:
(a) bahwa manajemen telah menyimpulkan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas;
(b) bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK terkait,
kecuali pos yang menyimpang dari ketentuan tertentu untuk
mencapai penyajian yang wajar;
(c) nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan,
termasuk perlakuan yang disyaratkan oleh PSAK tersebut, alasan
mengapa perlakuan tersebut akan memberikan pemahaman yang
salah dalam situasi tersebut sehingga akan bertentangan dengan
tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dan perlakuan yang
diterapkan; dan
(d) untuk masing-masing periode yang disajikan, pengaruh
keuangan dari penyimpangan untuk
masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya
dilaporkan sesuai dengan ketentuan tersebut.
Ketika entitas menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu
PSAK pada periode sebelumnya, dan penyimpangan tersebut
berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan
pada periode berjalan, maka entitas membuat pengungkapan.
Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen
menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap suatu ketentuan dalam
suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang salah yang
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
tetapi peraturan yang relevan melarang penyimpangan tersebut,
maka entitas semaksimal mungkin mengurangi pemahaman yang
salah tersebut dengan mengungkapkan:
(a) nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa
manajemen menyimpulkan bahwa
kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan
pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan
keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan; dan
(b) untuk masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian
terhadap masing-masing pos dalam laporan keuangan yang
dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai penyajian yang
wajar.
Ketika menilai apakah kepatuhan terhadap ketentuan khusus
dari suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang salah yang
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
manajemen mempertimbangkan:
(a) alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi
tersebut; dan
(b) bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain
yang mematuhi persyaratan. Jika entitas lain dengan kondisi yang
sama menerapkan persyaratan tersebut, maka akan muncul asumsi
yang dapat diperdebatkan bahwa kepatuhan terhadap persyaratan
tersebut tidak akan memberikan pemahaman yang salah yang
bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Kelangsungan Usaha
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat
penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen
bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan,
atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain
melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat
penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material
sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan
keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan
ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan
tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa
entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat
menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke
sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi
kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis rinci.
Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
laporan arus kas.
Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas
mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure unsur
tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.
Materialitas dan Agregasi
Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis
yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang
mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak
material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan
sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai
sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan
pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika
suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan
pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan
atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material
untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup
material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan
keuangan.
Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan
laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau
diijinkan oleh suatu PSAK.
Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas
serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi
komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba
rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna
laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan
kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas
entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan
substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto
setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan
keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih)
tidak termasuk kategori saling hapus.
PSAK 23: Pendapatan mendefinisikan pendapatan dan
mensyaratkan entitas untuk mengukurnya berdasarkan nilai wajar
dari jumlah yang diterima atau akan diterima, dengan
mempertimbangkan jumlah potongan dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan. Dalam aktivitas normal, entitas juga melakukan
transaksi lain yang bukan merupakan penghasil utama pendapatan
dan bersifat insidentil. Entitas menyajikan hasil dari transaksi
tersebut dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan beban
terkait yang timbul dari transaksi yang sama sepanjang penyajian
tersebut mencerminkan substansi dari transaksi atau peristiwa lain.
Misalnya:
(a) entitas menyajikan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset
tidak lancar, termasuk investasi dan asset operasional, dilaporkan
dengan mengurangkan penerimaan dari pelepasan dengan nilai
tercatat dan beban yang timbul dari pelepasan aset tersebut;
(b) entitas dapat mengurangkan pengeluaran yang terkait dengan
ketentuan yang diakui sesuai dengan PSAK 57 dan diganti
berdasarkan perjanjian kontraktual dengan pihak ketiga (seperti
perjanjian garansi dari pemasok) dengan penggantian yang diterima.
Entitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang timbul
dari suatu kelompok transaksi yang sejenis secara neto, misalnya
keuntungan dan kerugian dari transaksi mata uang asing atau
keuntungan dan kerugian yang timbul dari instrument keuangan
yang dikategorikan sebagai diperdagangkan. Namun, entitas
menyajikan keuntungan dan kerugian tersebut secara terpisah jika
keuntungan atau kerugian tersebut material.
Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk
informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode
pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan
untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu
tahun,
sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan,
maka entitas mengungkapkan:
(a) alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau
lebih pendek; dan
(b) fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan
tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.
Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan
periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh
SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika
relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif
menyajikan minimal dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk
tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika
entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam
laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga laporan posisi
keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan
atas laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan
pada:
(a) akhir periode berjalan,
(b) akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode
berjalan), dan
(c) permulaan dari periode komparasi terawal.
Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada
laporan keuangan periode sebelumnya masih tetap relevan untuk
diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya, rincian
tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum
diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam
proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali pada periode
berjalan. Pengguna akan memperoleh manfaat dari informasi adanya
ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya, dan
langkah yang telah dilakukan selama periode berjalan untuk
mengatasi ketidakpastian tersebut.
Jika entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-
pos dalam laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah
komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk
dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka
entitas mengungkapkan:
(a) sifat reklasifikasi;
(b) jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa
pos yang direklasifikasi; dan
(c) alasan reklasifikasi.
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk
dilakukan, maka entitas mengungkapkan:
(a) alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan
(b) sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah
tersebut direklasifikasi.
Peningkatkan komparabilitas informasi antar periode
membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi,
khususnya memungkinkan penilaian atas tren informasi keuangan
untuk tujuan prediksi.
PSAK 25 mengatur penyesuaian terhadap informasi
komparatif yang dipersyaratkan ketika entitas melakukan perubahan
kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar.
Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
antar periode harus konsisten kecuali:
(a) setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi
entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas
bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat
untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25; atau
(b) perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.
Misalnya, suatu akusisi atau pelepasan yang signifikan atau
review atas penyajian laporan keuangan, mungkin akan
menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus disajikan
secara berbeda. Namun demikian perubahan penyajian dapat
dilaksanakan jika perubahan tersebut memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan bagi pengguna atau struktur yang baru
mempunyai kecenderungan akan dipergunakan seterusnya.
II. Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah
yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum
baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting
PrinciSP (GAAP).
Menurut sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba
menjadi dua, yaitu :
1. Definisi Sempit.Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan
dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya laba.
2. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi
jangka panjang unit tersebut.
Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam
Merchan dan Rockness (1994) didefinisikan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba
yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai
keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya
tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan
tersebut bisa merugikan perusahaan.
Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan
keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen
laba yaitu :
Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu
kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan,
yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang
ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan
tersebut.
Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan
pendapatan.
Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau
menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya
(amortize or capitalize of investment).
Alasan dilakukan manajemen laba
Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham
terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan eratdengan tingkat
perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena
tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen
dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak
kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan
berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan
memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO.
Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan
oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut:
Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan
manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan
dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan
juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari
para manajer.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara
menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya
kebijakan tersebut.
Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode
akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih
yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).
III. Konsekuensi Ekonomi Laporan Keuangan
Economic consequences adalah konsep yang menyatakan
bahwa, walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal
efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai impak
laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis,
pemerintah, dan kreditor.
Esensi definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat
mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dan pihak lain,
tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan
yang dibuat.
Economic consequences adalah konsep yang menyatakan
bahwa, walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal
efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal
efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki
konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun
tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan
akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan
suatu permasalahan (matter), terutama permasalahan bagi
manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan
permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga
permasalahan bagi investor yang memiliki perusahaan karena
manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan sesungguhnya
dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi.
Economic consequences muncul karena perusahaan
melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (executive
compensation) dan kontrak utang (debt contract). Kebijakan
akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber
informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai
signal tentang informasi dalam dari perusahaan.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar.
Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi
direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi tersebut
berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic consequences
diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan
akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak
berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu,
economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal
efisien. Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT)
adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.
top related