komik sejarah dalam pembelajaran sejarah lokal …/komik...(studi kasus di kelas v sdk waibalun i...
Post on 10-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KOMIK SEJARAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL
(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur)
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
YOHANES YAKOBUS WERANG KEAN NIM. S861102014
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA TAHUN 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa
1. Tesis yang berjudul : “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal (Studi
Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur )” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan serta daftar
pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur jiplakan, maka saya bersedia Tesis beserta gelar MAGISTER saya dibatalkan
serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20
Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 pasal 70).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesi pada jurnal atau forum ilmiah harus seijin
dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan,sejak pengesahan
Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka
Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Program Pendidikan Sejarah PPs-UNS. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik yang berlaku.
Surakarta...................................2012
Mahasiswa,
Yohanes Yakobus Werang Kean NIM.S861102014
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
LAGE AE, NIKU KOLA
Dari Semboyan kampung saya, Waibalun, Flores Timur, yang terpampang di Koke Bale
(Rumah Adat Suku-Suku di Waibalun), yang selalu menjadi pesan dari Bapak saya hingga
sekarang, dari bahasa Lamaholot, bahasa asli penduduk Flores Timur. Lage Ae yang berarti
Jalan Maju Terus, Niku Kola (Lihat ke belakang juga)
“MELANGKAH KE DEPAN TETAPI SELALU
MELIHAT KE BELAKANG”
Melangkah ke depan untuk melakukan yang terbaik tetapi selalu menyadari darimana
kita berasal, selalu ingat akan kampung halaman dan sejarah hidupmu.
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Dengan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa yang tak terhingga kupersembahkan tesis ini
kepada :
1. Ayah-Ibunda tercinta Hendrikus Bele Kean dan Yosefina Elisabeth Jawa Kolin, yang
sabar membimbing dan mendoakanku dengan penuh cinta kasih;
2. Bapak Yudith Sastroredjo dan Ibu Neeta Sastroredjo yang telah banyak membantu
saya dalam proses belajar di Solo.
3. Adik-adikku tercinta, Ella, Vici dan Velano yang selalu setia dalam doa dan
dukungannya;
4. Saudari Alm. Margaretha Manbait, yang selalu menjadi pendoa.
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu
syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Program Pendidikan Sejarah. Untuk memenuhi salah satu syarat tersebut
penulis memilih sebuah judul yaitu “Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal
(Studi Kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur )”
Terselesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang indah ini penulis patut menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menerima dan memberi ruang dan
waktu kepada penulis untuk menuntut ilmu.
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf
yang telah membantu dalam proses belajar penulis.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret beserta seluruh dosen pengajar yang dalam keseharian mengasah, mengasih
dan menagsuh penulis untuk berkompetensi dalam bidang Pendidikan Sejarah
4. Prof. Dr. Djoko Suryo dan Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd sebagai Tim Pembimbing
tesis ini yang telah memberikan buah pemikiran, membimbing dan memotivasi
penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini.
5. Kepala Sekolah SDK Waibalun I beserta seluruh guru dan staf yang telah banyak
membantu penulis dalam proses penelitian.
6. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S2 di Program Pendidikan Sejarah khususnya
angkatan 2011 yang selalu memberi masukan, dan pemikiran yang kritis dalam proses
kuliah maupun dalam penulisan karya ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Saudara Rendra Adi Kurniawan dan Ardian Danandono yang telah banyak membantu
dalam proses pembuatan komik.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu
dengan senang hati dan lapang dada penulis siap menerima segala sumbang saran, kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Surakarta...............................2012
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL..........................................................................................................................i
PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................................................ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
PENGESAHAN PENGUJI .........................................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS...................................iv
MOTTO........................................................................................................................v
PERSEMBAHAN.......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR................................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xii
ABSTRAK...................................................................................................................xiii
ABSTRACT................................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Fokus Masalah ................................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian............................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 6
1. Komik .................................................................................................... 6
2. Sejarah Lokal……………………………………………………….14
3. Pembelajaran ......................................................................................... 16
4. Komik dalam Pembelajaran Sejarah .................................................... 18
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................... 21
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 23
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 23
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................................... 23
C. Subjek Penelitian ............................................................................................... 24
D. Data dan Sumber Data. ..................................................................................... 24
E. Teknik Pengambilan Data ................................................................................. 24
F. Teknik Pengambilan Sampel………………………………………………..25
G. Validitas Data. ................................................................................................... 25
H. Teknik Analisis Data. ........................................................................................ 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 28
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................................................. 28
B. Sajian Data ......................................................................................................... 37
C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian ..................................................................... 41
D. Pembahasan ....................................................................................................... 48
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………………. 62
A. Kesimpulan. ....................................................................................................... 62
B. Implikasi... ......................................................................................................... 64
C. Saran. .................................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 68
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Hal
Kerangka Berpikir……………………………………………………………….. …22
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Catatan Laporan Temuan Penelitian ............................................................................. 70
Lembaran Penilaian Komik dari Ahli Media Pendidikan......................................... 76
Lembaran Penilaian Komik dari Ahli Sejarah.......................................................... 78
Surat Pengantar dari Camat Larantuka..................................................................... 80
Surat Pengantar dari Kepala Sekolah SDK Waibalun I........................................... 81
Silabus Muatan Lokal yang berkaitan dengan Komik Sejarah Lokal...................... 82
Foto-Foto................................................................................................................. 84
Print Out Komik
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Yohanes Yakobus Werang Kean. Komik Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah
Lokal(Studi kasus di Kelas V SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa
Tenggara Timur).Tesis. Program Pascasarjana.Universitas Sebelas Maret.Surakarta.2012.
Masalah utama para guru dan praktisi pendidikan ialah bagaimana cara mengelola
pembelajaran yang efektif, artinya menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan
mudah. Satu diantaranya pemanfaatan media. Pada penelitian ini peneliti memfokuskannya
pada pemanfaatan media komik pada pembelajaran sejarah lokal.Maksud dan tujuan
penelitian ini ialah mencari informasi yang akurat tentang sejauh mana materi sejarah lokal,
dan proses implementasi komik itu dalam proses pembelajaran sejarah lokal tersebut.
Bentuk penelitian yang dilakukan ialah deskriptif kualitatif, jenis studi kasus, lokasi
penelitian di SDK Waibalun I Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, pengamatan,angket dan pencatatan
data secara langsung di lokasi penelitian. Hasil perolehan data dikonfirmasikan dengan
informan atau nara sumber demi kearutan dan keabsahannya. Adapun analisis datanya
menggunakan model interaktif dari Strauss dan Glaser.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sejarah lokal yang diajarkan telah
meliputi banyak daerah di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan daerah Flores Timur
khususnya. Proses Implementasi Komik dalam pembelajaran sejarah lokal juga berjalan baik
dan tidak menemui kendala yang berarti.
Para siswa, guru dan kepala sekolah sangat menerima kehadiran komik sejarah lokal.
Dengan media komik pembelajaran sejarah lokal menjadi lebih mudah. Mereka setuju jika
penelitian pengembangan media komik dapat ditingkatkan. Hal tersebut sangat berguna bagi
pengelola pembelajaran dalam memperbaiki kegiatan-kegiatan pembelajaran berikutnya.
Kata Kunci :Komik, Pembelajaran, Sejarah Lokal.
ABSTRACT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Yohanes Yakobus Werang Kean. Historical Comics in The Learning of Local History (Case study in the 5th grade of SDK Waibalun I, East Flores District, East Nusa Tenggara Province). Tesist. Post Graduate Program. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012. The main problem for the teachers and education practioners is how to make the learning effectively, which means creating circumstances for the students to study simply. One of the them is by using the media. In this research, the researcher is focused on using media in the learning local history. The meant and the purpose is to get the precise information about the extent and the implementation process of the local history content in the learning of local history. The form of the research is qualitative and descriptive which takes a case study for the type of the research. The research location is in SDK Waibalun, East Flores District, East Nusa Tenggara Province. It uses interview, observation, questionnaire, and recording directly in the research location to gather the information. The result was confirmed to the informant or the sources to obtain the validity of data. Meanwhile, for the data analysis the researcher uses interactive model of Strauss and Glaser.
The result shows that local history content has been taught in many areas in East Nusa
Tenggara, particularly di East Flores. The implementation of comic in the learning of local history works very well. The students, teachers and the headmasters are very welcome to meet local history comics. By using comic as the medium of of teaching, learning local history could be easier. They agree that the research could be developed. It is very helpful for the education managers to improve further learning activities.
Keywords : Comic, Learning, Local History.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik sehingga
mempunyai tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan juga merupakan
arahan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhannya ( baik jasmani maupun rohani) agar berguna bagi dirinya
sendiri dan masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002). Dalam arti lain, pendidikan
merupakan pendewasaan peserta didik untuk pengembangan potensi, bakat dan
keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.
Dalam dunia pendidikan, Sejarah mengambil bagian penting sebagai suatu
ilmu yang mengkaji peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa dahulu,
untuk kita pelajari sekarang, yang nantinya dapat kita manfaatkan di kemudian
hari. Hal tersebutlah yang menjadikan Sejarah penting untuk dipelajari dan dikaji
terus menerus, karena setiap pribadi tidak bisa dipisahkan oleh Sejarah. Hal-hal
seperti di atas yang menuntut cara atau metode pembelajaran Sejarah yang tidak
lagi statis, terpaku dengan kurikulum yang kaku, yang membuat pribadi, dalam
konteks ini anak didik menjadi jenuh dan pada akhirnya membentuk pandangan
yang berkelanjutan dari generasi ke generasi bahwa Sejarah itu membosankan.
Maka, daripada itulah dituntut suatu model pembelajaran yang PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif, inovatif dan Menyenangkan), dari pemaparan Mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pelajaran Sejarah itu sendiri.
Kecenderungan pembelajaran Sejarah yang kurang menarik ini merupakan hal
wajar yang dialami baik oleh guru maupun siswa. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk bisa memahami kebutuhan siswa, baik dalam karakteristiknya maupun
dalam pengembangan ilmu yang disesuaikan dengan tuntutan jaman dengan cara
memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta
didik.
Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat, profesionalisme guru tidak
cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu
mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
Konsep Lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian,
serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan
mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar (Daryanto,
2011).
Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah
diperkayanya sumber dan media pembelajaran. Komik bisa dikatakan salah satu
media pembelajaran yang perlu dicoba. Begitu maraknya komik di masyarakat
dan begitu tingginya kesukaan terhadap komik, hal inilah yang mengilhami untuk
dijadikannya komik sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari
komik, seperti penelitian yang dilakukan Thorndikie, diketahui bahwa anak yang
membca komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik
maka sama dengan memnbaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosakata jauh lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.
Komik Sejarah, yakni Cerita Bergambar yang diangkat dari peristiwa-
peristiwa Sejarah. Cerita yang diberi gambar yang lazimnya disebut cerita
bergambar, dan diberi dengan pewarnaan yang bagus diyakini dapat menjadi daya
tarik khusus bagi kalangan anak-anak dan menjadi feedback bagi remaja akan
Sejarah itu sendiri khususnya Sejarah Nasional dan terlebih Sejarah Lokal. Cerita
bergambar yang berbau Sejarah dan Budaya Indonesia diharapkan juga menjadi
penangkal akan maraknya komik-komik impor yang sebenarnya mengandung
kebudayaan dari luar Indonesia.
Cerita bergambar atau istilah yang lebih cocok pada masa sekarang “komik”
merupakan buku yang cukup populer di masyarakat, khususnya pada anak-anak.
Cerita bergambar atau komik terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai
penjelasan dialog dan alur cerita. Cerita bergambar (komik) sebagai industri
berjangka panjang dan yang berdaya guna, hampir tidak menjadi strategi masa
depan dari pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Semakin beragamnya jenis hiburan yang turut mengurangi kegairahan dunia
komik atau cergam Indonesia. Disamping itu, komik-komik asing banyak
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan akhirnya menggeser popularitas komik
(cerita bergambar) Indonesia.
Cerita bergambar atau komik Indonesia yang bernilai historis dan
berkebudayaan asli Indonesia mungkin bisa mencontoh sinetron Indonesia yang
menjamur di televisi kita, walaupun isi ceritanya banyak menjual mimpi-mimpi,
mari bermimpi menjadi tuan rumah di Negara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Fokus Masalah
Yang menjadi fokus msalah dalam penelitian ini :
1. Belum optimalnya pembelajaran sejarah lokal karena belum mencakup
banyak kisah sejarah lokal Nusa Tenggara Timur.
2. Peristiwa Sejarah yang akan dirubah menjadi komik sejarah adalah
Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912.
3. Merubah materi kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala tahun 1912
menjadi komik yang dinilai isinya oleh pakar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka, yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah materi sejarah lokal di SDK Waibalun I ?
2. Bagaimanakah proses implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I ?
3. Bagaimanakah kendala implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok di SDK Waibalun I ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui materi sejarah lokal di SDK Waibalun I
2. Untuk mengetahui proses implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I.
3. Untuk mengetahui kendala implementasi komik sejarah lokal dalam
Mulok SDK Waibalun I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :
1. Diketahuinya media yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, gaya
berpikir serta umur dalam usaha penanaman nilai sejarah.
2. Diketahui media yang dapat membantu siswa untuk berpikir kritis,
menarik, terstrukutur, sehingga mampu meningkatkan kemauan
membaca dan memahami materi pembelajaran pada siswa.
Manfaat Praktis :
1. Guru dapat membuat strategi pembelajaran yang lebih variatif dalam
mengajar di kelas yang keinginan siswanya bervariasi.
2. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dari
media yang baru dan menarik.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Komik
Komik atau cerita bergambar menurut Marcel Bonet, adalah salah satu produk
akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang
dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.
Will Eisner (dalam Undestanding Comics), komik atau cergam adalah tatanan
gambar dan balon kata yang berurutan.
Scott McCloud (2001), komik atau cergam merupakan cerita yang dilengkapi
dengan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik
pada yang melihatnya. Jika suatu masyarakat gagal memahaminya, boleh jadi
karena mereka terlalu mempersempit pengertian komik itu sendiri. Potensi Komik
sebenarnya tidak terbatas dan menggairahkan.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia
mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan,
dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai
sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau
mendramatisasi suatu ide".
Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan
seni sekuensial dan komik sebagai juxtaposed pictorial and other images in
deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an
aesthetic response in the viewer.
Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. Sebagian
diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan. Yang lain lebih
mementingkan kesinambungan gambar dan teks. Sebagian lain lebih menekankan
sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena
itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:
a. Picture stories– Rodolphe Topffer (1845)
b. Pictorial narratives– Frans Masereel and Lynd Ward (1930s)
c. Picture novella– dengan nama samaran Drake Waller (1950s).
d. Illustories– Charles Biro (1950s)
e. Picto-fiction– Bill Gaine (1950s)
f. Sequential art(graphic novel) – Will Eisner (1978)
g. Nouvelle manga– Frederic Boilet (2001).
Untuk lingkup Nusantara, seorang penyair dari semenanjung Melayu
(sekarang Malaysia) Harun Amniurashid (1952) pernah menyebut 'cerita
bergambar' sebagai rujukan istilah cartoons dalam bahasa Inggris. Di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat
budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita gambar atau disingkat menjadi
cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn
sekitar tahun 1970. Sementara itu Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan
pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik
Mat Romeo (1971) pernah mengiklankan karya mereka dengan kata-kata
"disadjikan setjara filmis dan kolosal" yang sangat relevan dengan novel
bergambar.
Akronim cerita (ber)gambar, menurut Marcell Boneff mengikuti istilah cerpen
(cerita pendek) yang sudah terlebih dahulu digunakan, dan konotasinya menjadi
lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat tidaknya dari segi kebahasaan atau
etimologis katanya.Tetapi menilik kembali pada kelahiran komik, maka adanya
teks dan gambar secara bersamaan dinilai oleh Francis Laccasin (1971) sebagai
sarana pengungkapan yang benar-benar orisinal. Kehadiran teks bukan lagi suatu
keharusan karena ada unsur motion yang bisa dipertimbangkan sebagai jati diri
komik lainnya.Karena itu di dalam istilah komik klasik indonesia, cerita
bergambar, tak lagi harus bergantung kepada cerita tertulis. Hal ini disebut Eisner
sebagai graphic narration (terutama di dalam film dan komik).
Komik menurut Laccasin (1971) dan koleganya dinobatkan sebagai seni ke-
sembilan. Walaupun sesungguhnya ini hanya sebuah simbolisasi penerimaan
komik ke dalam ruang wacana senirupa. Bukanlah hal yang dianggap penting
siapa atau apa saja seni yang kesatu sampai kedelapan.
Menurut sejarahnya sekitar tahun 1920-an, Ricciotto Canudo pendiri Club
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DES Amis du Septième Art, salah satu klub sinema Paris yang awal, seorang
teoritikus film dan penyair dari Italia inilah yang mengutarakan urutan 7 kesenian
di salah satu penerbitan klub tersebut tahun 1923-an. Kemudian pada tahun 1964
Claude Beylie menambahkan televisi sebagai yang kedelapan, dan komik berada
tepat dibawahnya, seni kesembilan.
Thierry Groensteen, teoritikus dan pengamat komik Perancis yang
menerbitkan buku kajian komiknya pada tahun 1999 berjudul "Système de la
bande dessinée (Formes sémiotiques)" yang akan terbit tahun 2007 menjadi "The
System of Comics". Ia berbicara definisi seni kesembilan dalam pengantar edisi
pertama majalah "9e Art" di Perancis. Menurutnya, yang pertama kali
memperkenalkan istilah itu adalah Claude Beylie. Dia menulis judul artikel, "La
bande dessinee est-elle un art?", dan seni kesembilan itu disebut pada seri kedua
dari lima artikel di majalah "Lettres et Medecins", yang terbit sepanjang Januari
sampai September 1964. Baru kemudian pada tahun 1971, F. Laccasin
mencantumkan komik sebagai seni kesembilan di majalah "Pour un neuvieme
art", sebagaimana yang dikutip oleh Marcel Boneff .
a. Komik di Indonesia
Komik Indonesia atau biasa juga disebut cergam (cerita bergambar) adalah
komik yang berasal dari Indonesia, atau hasil karya seorang komikus Indonesia.
Cara bercerita dengan menggunakan gambar sudah dikenal di Indonesia sejak
zaman kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara. Salah satu contoh cara bercerita
menggunakan gambar ini pada masa purbakala adalah relief-relief yang terdapat
pada candi-candi yang tersebar di seluruh Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Generasi 1930an
Merujuk kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat
di bagi menjadi dua kategori besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran
komik-komik di Indonesia pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media
Belanda seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti
Flippie Flink and Flash Gordon. Put On,seorang peranakan Tionghoa adalah
karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie
yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik strip
lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah Star(1939-1942)
yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo, Nasroen
A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe
melalui mingguan Ratu Timur. Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik
bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan
Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita
tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian
dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik
berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.
2) Generasi 1940-50an
Sekitar akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang
disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik
seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard. Kemudian penerbit
seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang,
mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salahs seorang komikus terdepan, yang
memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan
kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan
Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di
kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya
mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal.
R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai
karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama
Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh
komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and
Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash
Gordon.
3) Generasi 1960-70an
Adapatasi dari komik asing dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan
dan kritikan dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya. Karena itu penerbit
seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po dari Jakarta mencari orientasi baru
dengan melihat kembali kepada khazanah kebudayaan nasional. Sebagai hasil
pencarian itu maka cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda dan Jawa
menjadi tema-tema prioritas dalam penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih
adalah salah seorang komikus yang terkenal keberhasilannya membawa epik
Mahabharata dari wayang ke dalam media buku komik. Sementara itu dari
Sumatra, terutamanya di kota Medan, terdapat pionir-pionir komikus
berketrampilan tinggi seperti Taguan Hardjo, Djas, dan Zam Nuldyn, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah
penerbitan Casso and Harris, artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat
Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang sangat digemari dari tahun
1960an hingga 1970an.
Banyak dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa, dan
Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran sebagai medianya,
meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan
kesempatan untuk tampil dalam bentuk buku.Tema yang banyak muncul adalah
pewayangan, superhero, dan humor-kritik.
4) Generasi 1990-2000an
Ditandai oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan
kemerdekaan penerbitan, komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi
gayanya masing-masing dengan mengacu kepada banyak karya luar negeri yang
lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa judul komik yang sebelumnya
mengalami kesulitan untuk menembus pasar dalam negeri, juga mendapat tempat
dengan maraknya penerbit komik bajakan.Selain itu beberapa penerbit besar
mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda untuk mengubah
image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius menjadi lebih segar
dan muda.
Ada dua aliran utama yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu
Amerika (lebih dikenal dengan comics) dan Jepang (dengan stereotype manga) :
1. Aliran Amerika
Komikus yang memilih style ini kebanyakan memang mereferensikan karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mereka pada komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang
bekerja untuk produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan
beraliran gaya Amerika antara lain : Donny Kurniawan, Alfa Roby.
2. Aliran Jepang
Komikus yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan
berkembangnya komunitas di Internet. Beberapa situs seperti julliedillon.net,
howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak informasi
pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama komikus Indonesia dengan
aliran gambar Jepang, yaitu kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan
nickname masing-masing di dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang
menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah tepatnya komikus lokal. Beberapa
pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah:
Anthony Anndengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst, Anzu
Hizawa, Is Yuniarto dan John G.Reinhart. Beberapa Studio Komik juga pernah
membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara lain Komikers (Lestari
Maya, 2007)
b. Komik Independen di Indonesia
Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar
Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda,
membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus
indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya
mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang
menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto
'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan
komersil.Beberapa studio komik Independen antara lain:Daging Tumbuh, Bengkel
Qomik.
2. Pengertian Sejarah Lokal
Istilah Sejarah Lokal dikenal di Indonesia dengan istilah sejarah daerah. Di
negara Barat juga dengan istilah umum "local history" dan istilah lain yakni
"community history","neighborhood history" dan "nearby history". Menurut
Jordan, sejarah lokal ialah merupakan keseluruhan sekitar yang bisa berupa
kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain
kesatuan wilayah serta unsur-unsur institusi sosial dan budaya yang berada di
suatu lingkungan itu seperti keluarga, pola pemukiman, mobilitas penduduk,
kegotongroyongan, pasar, teknologi pertanian, lembaga pemerintahan setempat,
perkumpulan kesenian, monumen, dan lain-lain ( I Gde Widja, 1991).
Ketika kita berbicara sejarah lokal disini bukan sejarah lokal tradisi, semisal
babad, hikayat, lontara, tambo, ataupun lainnya. Melainkan sejarah yang
menceritakan regionalitas, kedaerahan secara batasan-batasan tertentu. Misalkan
melalui batasan-batasan geografis atau keberadaan suku yang mendiami tempat
tersebut . Atau istilah lainnya ialah sejarah daerah (Moh. Ali 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam
lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup
itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah
lokal bisa disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang
mengklaim bahwa sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah
misalnya dia tidak setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik
dengan politik. Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih
mencerminkan unit lokalitas suatu perkembangan sejarah.banyak sekali
persamaan sejarah Lokal itu (Taufik Abdullah, 1979).
Pada masa reformasi, ketika muncul historiografi baru yakni historiografi
kritik sosial (Kuntowijoyo,2003) yang mengakibatkan muncul pula penulisan
sejarah lokal yang baru. Sejarah lokal yang terlepas dari sentralisme, sejarah lokal
yang menceritakan daerahnya sendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untuk
dikaji. Jika pada sejarah lokal yang sebelumnya mengacu pada jiwa dan semangat
nasionalisme, maka sejarah lokal yang sekarang memunculkan format baru, beru-
pa nasionalisme yang memuat muatan lokal itu sendiri. Secara tidak langsung
seolah-olah mengungkap bahwa desentralisasi memuat keinginan untuk melaku-
kan otonomi terhadap nasionalisme.
Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya dengan suatu
hubungan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap keberlangsungan Sejarah
nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan
melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam
pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang
majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin menyadari pula bahwa
ada berbagai corak kehidupan manusia yang selalu berhubungan dengan
lingkungannya dan dengan sejarahnya.
. Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang ini, sering
kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang menyangkut
sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak menggali lebih
mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Oleh karenanya
sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita. Selain itu juga
sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi generalisasi-generalisasi dari
Sejarah nasional.
3. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran terdiri dari dua komponen yaitu belajar dan
mengajar. Kedua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan yang satu dengan yang
lain karena keduanya berlangsung bersamaan serta saling mengisi dan
melengkapi. Untuk memperjelas pengertian pembelajaran penulis kutipkan
beberapa pendapat seperti berikut :
Leonard Nadler (1981), mendefinisikan belajar dan mengajar sama dengan
learning and teaching :
Learning is the equistion of new skill, attitudes and knowledge. Teaching is the general process of enabling the learner to acquire the learning. Teaching can range from the stand up classroom presenter to fully mechine mediated instruction with no instructor in sight, (some refer to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
this as use of high technology). Teaching can use a fasilatator who does little more than help the learner find appropriate recources for the learning. Teaching abviously cover with wide range of behavior, using both of people and machine,
Menurut Nadler belajar pada hakekatnya menambah keterampilan baru,
memperbaiki sikap, dan memperkaya ilmu pengetahuan. Mengajar diartikan
sebagai keseluruhan proses yang membantu si belajar dalam belajar. Dapat berupa
mempresentasikan materi pelajaran di depan kelas, dapat pula hanya
menggunakan alat tanpa ada guru (banyak yang mengatakan mengajar mencari
sumber belajar). Mengajar dalam arti luas dilakukan dengan berbagai cara dan
bisa menggunakan tenaga manusia bisa pula dengan alat.
Arief Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (1984), mengatakan
bahwa kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu penyampaian
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui saluran atau media
tertentu yang dipandang cocok untu mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Dalam buku Barbara B. Seels dan Rita C. Richey (1996) edisi terjemahan
Harmanto dkk, Dick dan Carry mengemukakan bahwa pembelajaran ialah segala
sesuatu yang membantu bagaimana peserta didik mengalami kemudahan dalam
belajar. Pengertian belajar tidak ditekankan pada berapa jumlah materi yang harus
diselesaikan oleh siswa, tetapi menekankan pada berapa materi pembelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa.
Jika dikaji secara mendalam semua pengertian pembelajaran yang
dikemukakan para ahli itu berkisar pada bagaimana kemampuan seorang guru
dalam melakukan komunikasi pembelajaran. Jika komunikasi pembelajaran dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dilakukan dengan baik dapat diaktakan bahwa guru itu telah membimbing siswa.
Dikatakan sebagai pembimbing karena dalam kegiatan ini terjadi proses secara
manusiawi bersentuhan antara guru dan siswa yangd alam istilah Jawa dikenal
dengan semboyang ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani, artinya seorang guru harus dapat menjadi teladan, dapat memberi
contoh cara melakukan sesuatu, dan dapat memotivasi siswa.
Tentang sumber belajar dapat dikemukakan sebuah definisi yang telah
mencakup semua pengertian sumber belajar yang telah dipakai dan dikembangkan
oleh banyak negara terutama negara-negara berkembang. Setijadi (1994), dalam
bukunya Seri Pustaka Teknologi Pendidikan mengemukakan definisi sumber
belajar dari pendapat Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan, sebagai
berikut :
Sumber belajar ialah semua sumber yang meliputi data, orang, barang, yang memungkinkan digunakan oleh si belajar baik secara sendiri-sendiri atau kelompok, bisa suasana formal atau non formal, untuk memberikan kemudahan dalam belajar. Sumber-sumber itu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar. Ada sumber belajar yang didesain dan secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional yang diharapkan dapat membantu memudahkan belajar yang bersifat formal, dan punya tujuan tertentu, ada sumber belajar yang dimanfaatkan, artinya sumber-sumber belajar tidak secara khusus didesain untuk kepentingan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diterapkan, dan digunakan untuk kepentingan belajar.
4. Komik dalam Pembelajaran Sejarah
Komik dapat didefiniskan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan
karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya
dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
awalnya komik diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namu untuk
kepentingan hiburan semata.
Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan
terhadap komik hal tersebut mengihalmi untuk dijadiaknnya komik sebagai media
pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti penelitian yang
diungkapkan Thorndike (Daryanto, 2011), diketahui bahwa anak yang membaca
komik lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka
sama dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh
lebih banyak dari siswa yang tidak menyukai komik.
Komik sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan dalam
penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Sejarah sebagai
mata pelajaran yang banyak berdasarkan cerita atau narasi teks diubah menjadi
komik diharapkan bisa menarik minat belajar sejarah dan memperlancar kegiatan
pembelajaran sejarah. Sejarah adalah ilmu tentang manusia. Sejarah berkaitan
dengan manusia dalam ruang dan waktu Kontinuitas dan koherensi merupakan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh Sejarah (S.K. Kochar, 2008). Komik adalah
seni keseimbangan terhebat, seni yang subtraktif sekaligus aditif.Ekspresi yang
divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat
pembaca terus membaca komik hingga selesai (Scott McCloud, 2001). Hal inilah
yang juga menginspirasi pembuatan komik sejarah lokal. Kecenderungan anak-
anak tidak menyukai buku-buku teks, apalagi yang tidak disertai gambar dan
ilustrasi yang menarik. Padahal secara empirik anak-anak cenderung lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan divisualisasikan dalam
bentuk realistis ataupun kartun. Tema sejarah lokal menawarkan banyak
kemungkinan, baik dalam pemilihan topik maupun dalam wilayah yang
dibicarakan (Kuntowijoyo, 2003). Komik pembelajaran sejarah lokal diharapkan
mampu meningkatkan minat siswa untuk mempelajari sejarah khususnya sejarah
di daerahnya sendiri. Komik membantu sejarah menjadikannya subjek yang hidup
di mata anak-anak. Proses pendidikan bukanlah suatu yang monoton, pendidikan
haruslah sebuah dunia yang asyik (Asef Umar Fakhrudin,2011). Komik
merupakan hal yang asyik. Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan
dan teknologi, pengelolaan alat bantu pembelajaran berupa media sangat
dibutuhkan untuk membantu proses belajar mengajar. Dalam hal ini pembelajarn
sejarah lokal. Dengan menerapkan strategi dan media pembelajaran yang baik dan
menarik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa baik
berupa metode maupun pendekatan melalui alat bantu media dengan berlandaskan
fase dalam kegiatan membelajarkan. Gagne dalam Winkel (1996) menyatakan
bahwa fase dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut; fase motivasi,
fase menaruh perhatian , fase pengolahan, fase umpan balik (dalam Abdul
Majid,2008). Komik diharapkan menjadi media yang memberikan kontribusi
dalam membelajarkan sejarah khususnya sejarah lokal. Dengan daya tarik yang
tinggi terhadap media komik siswa lebih termotivasi untuk memahami (Riska Dwi
Novianti,2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Penelitian Yang Relevan
1. Widyanti Nugraheni, 2008 Penggunanan Media Komik dan Modul pada
teknik Guide Note Taking dengan memperhatikan keingintahuan dan gaya
berpikir siswa SMP, dalam penlitian ini penulis menggunakan media
komik dalam teknik pembelajaran guide note taking, untuk mengajarkan
materi pesawat sederhana pada kelas VIII SMP.
2. Putri, Rike Ristiya. 2009. Penerapan Multimedia Dan Komik Untuk
Meningkatkan Aktivitas Beserta Hasil Belajar Siswa Kelas VIIE Pada
Pelajaran IPS (Sejarah) Di SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
C. Kerangka Berpikir
Mengajar Sejarah harus diartikan secara luas, yakni suatu proses menyediakan
kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan bagi subyek belajar (siswa) untuk
memperoleh pengetahuan, memiliki sikap dan keterampilan yang membawa perubahan
tingkah laku, maka dengan komik-komik diharapkan adanya feedback terhadap sejarah
itu sendiri bagi setiap siswa. Proses pembelajaran Sejarah di sekolah sudah seharusnya
mengandung unsur transfer of knowledge dan transfer of values.
Sejarah sebagai salah satu pelajaran yang mengambil peran penting dalam proses
penanaman nilai dan karakter bangsanya sendiri dipandang membosankan bagi
kebanyakan siswa, maka penanaman nilai sejarah yang lebih dini dengan cara yang
menarik dengan komik-komik sejarah diharapkan bisa menarik minat dan dapat pula
menjamin adanya penanaman nilai-nilai sejarah itu sendiri seperti nasionalisme, cinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tanah air, patriotisme, kerjasama, dan masih banyak nilai-nilai sejarah yang dianggap
positif dan harus dimiliki dalam kehidupan generasi Indonesia di manapun berada.
Melihat dari latar belakang media komik yang telah penulis kemukakan, maka
muncul pemikiran penulis sebagai berikut :
1. Sejarah adalah ilmu yang bernilai. Maka untuk menghantar ilmu
sejarah perlu media yang menarik yakni komik yang isinya telah
dinilai oleh pakar sejarah.
2. Untuk meningkatkan kemauan membaca diperlukan media yang
menarik minat siswa, maka digunakan media komik. Penulis
berasumsi penanaman nilai sejarah akan berjalan baik melalui media
komik.
3. Media komik tampak menarik sehingga dapat meningkatkan hasrat
belajar (minat baca), dan keingintahuan siswa pun meningkat.
Jika disusun kerangka berpikr tersebut dalam sebuah diagram, dapat
dilihat seperti gambar di bawah ini :
KURIKULUM
SILABUS
OUTPUT
RPP KOMIK ANALISIS NILAI
MULOK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SDK Waibalun I,
Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan April – Mei
2012.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi studi
kasus yakni melihat implementasi media pembelajaran sejarah dalam bentuk
komik sejarah lokal yang isinya telah dinilai oleh pakar. Jenis penelitian yang
penulis lakukan ialah penelitian kualitatif yang mempunyai karakteristik
naturalistik, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan
menggambarkan perilaku-perilaku subjek yang diteliti ( Robert Bogdan, Steven J.
Taylor, edisi terjemahan Arief Furchan, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa, guru kelas dan Kepala Sekolah. Lebih
ditekankan pada siswa dan guru kelas yang akan memanfaatkan media komik
sejarah lokal.
D. Data dan Sumber Data
Data yang paling penting untuk dikumpul dan dikaji dalam penelitian ini
adalah data kualitatif. Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini, yakni
sebagai berikut :
1. Narasumber atau informan yang terdiri dari pihak-pihak terkait
baik perorangan maupun lembaga yang terkait dalam penelitian
ini seperti Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Siswa.
2. Komik Sejarah Lokal sebagai media penanaman nilai sejarah itu
sendiri.
3. Tempat dan aktifitas yang menunjang dalam proses pembelajaran
yaitu kelas dan lingkungan sekolah pada umumnya.
4. Arsip dan dokumen yang mendukung dalam pembelajaran seperti
halnya rencana pembelajaran dan silabus.
E. Teknik Pengambilan Data
1. Teknik Observasi
Dalam kegiatan observasi penelitian ini, peneliti akan mengamati secara
langsung kegiatan belajar mengajar dan obyek yang sesuai dengan masalah yang
diteliti implementasi komik sejarah lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dari sumber
informasi (informan) yakni guru dan siswa kelas V itu sendiri.
3. Kuesioner
Teknik kuesioner dalam penelitian ini,bersifat terbuka atau open ended.
Responden yakni anak-anak diharapkan dapat menggunakan jawaban secara
bebas dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
4. Studi Dokumen
Penulis dalam penelitian ini akan memperhatikan dokumen-dokumen seperti
buku-buku, kurikulum, silabus, RPP, laporan-laporan yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Menggunakan teknik Purposive sampling, mengambil nara sumber yang
dipandang mengetahui permasalahan yang diteliti dan dapat berubah-ubah, sedang
berapa jumlah samplingnya tidak dipermasalahkan (Matthew B. Miles, A.
Michael Huberman, edisi terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992)
G. Validitas Data
Untuk keperluan menjamin validitas data yang dikumpulkan maka dilakukan
dengan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Triangulasi Sumber, yakni mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber
data yang berbeda. Dalam hal ini, untuk memperoleh data tentang
penggunaan komik dalam proses pembelajaran, budaya sekolah dan kegiatan
lainnya dikumpulkan dari hasil wawancara dengan guru, siswa, kepala
sekolah dan hasil observasi di sekolah.
2. Triangulasi Metode, yakni mengumpulkan data yang berbeda dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dalam hal ini untuk
mendapatkan data digunakan beberapa sumber yakni observasi, wawancara
dan analisis dokumen terkait.
3. Triangulasi teori, yakni mengintepretasikan data, dalam hal ini akan mencari
berbagai teori mengenai pembelajaran sejarah dan media komik melalui
berbagai teori yang ada.
4. Triangulasi Peneliti, yakni pengujian validitas hasil penelitian oleh peneliti
lain dalam tema penelitian yang sama untuk memantapkan hasil penelitian.
H. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini analisi data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif model Constant Comparative Method dari Strauss dan Glasser (Tjetjep
Rohendi Rohidi, 1992). Langkah-langkahnya terdiri dari menentukan satuan
informasi, menentukan kategori-kategori, dan menentukan antar kategori.
Langkah-langkah tersebut dikondisikan saling interaktif dengan indikasi
antara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dikondisikan saling
mengisi dan melengkapi. Pada penarikan kesimpulan sering pula dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
verifikasi.
Langkah-langkah analis data yang peneliti lakukan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik yang telah
ditentukan yaitu pencatatan dokumen, pengamatan, wawancara,
dan angket. Hasil temuan data yang peneliti peroleh dicatat apa
adanya dan merupakan catatan lapangan penelitian.
2. Pengelompokkan data dan penentuan kategori, artinya data
dipisah-pisah sesuai dengan masalah penelitian yang telah
dirumuskan (3 masalah sebagaimana diuraikan pada bab I).
3. Penyusunan data, ialah kegiatan memadukan perolehan data
dengan lokasi penelitian, karena beberapa data awal tidak diperoleh
berurutan.
4. Penafsiran data, yang dimaksud di sini adalah beberapa keterangan
dari informan yang belum mempunyai arti penlitian karena
beberapa faktor misalnya bicara gugup, pencatatannya tergesa-
gesa, dokumen tidak jelas dan lain-lain ditarik kesimpulan
sementara. Hal demikian akan memudahkan dalam pembahasan
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur
SDK Waibalun I yang beralamat di Jalan Raya Waibalun, Kelurahan
Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur merupakan salah satu sekolah tertua di wilayah Kabupaten Flores
Timur, berikut gambaran singkat mengenai Kabupaten Flores Timur.
Kabupaten Flores Timur merupakan sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) yang beribukota Larantuka yang memiliki letak
geografis pada 8o04' LS - 8o40' LS dan 122o38' BT -123o57' BT beriklim Tropis
dengan musim kemarau yang panjang rata-rata (8-9) bulan dan musim hujan yang
relatif singkat rata-rata (2-3) bulan. Secara umum luas daratan Kabupaten Flores
Timur 1.812,85 Km (31%), dan luas lautannya 4.170,53 Km (69%). Dengan
jumlah penduduk pada tahun 2007 yakni 227.732 jiwa yang terdiri dari, Laki-
laki :108.904 jiwa dan Perempuan : 118.828 jiwa. Kabupaten yang terletak di
Ujung Flores Timur ini terkenal sebagai Kabupaten Kepualauan karena terdiri dari
3 buah pulau besar yakni Pulau Adonara, Pulau Solor dan Flores Timur daratan
serta diapiti oleh pulau-pulau kecil seperti Pulau Konga, Pulau Waibalun, Pulau
Mas, Pulau Besar, Pulau Suanggi dan Pulau Kambing.
Batas-Batas Kabupaten Flores Timur :
a. Utara : Laut Flores
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Selatan : Laut Sawu
c. Timur : Kabupaten Lembata
d. Barat : Kabupaten Sikka
Visi Dan Misi Kabupaten Flores Timur
Visi: “Terwujudnya manusia dan masyarakat Flores Timur yang maju,sejahtera,
bermartabat dan berdaya saing ”
Misi :
1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Flores Timur dalam semua aspek kehidupan
(Ekonomi, Politik, Sosial-budaya dan Hukum) agar menjadi
subyek pembangunan yang maju, mandiri, berkepribadian
(memiliki jati diri) sehingga berkemampuan optimal untuk
mencapai derajat kesejahteraan yang tinggi dan menciptakan
keunggulan yang berdaya saing.Misi ini bermakna
membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme rakyat menuju
masa depan yang lebih baik.
2. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik yang berintikan
penerapan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas
publik, kemitraan dan penegakan hukum di dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan pembangunan,
serta mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktek
KKN. Misi ini bermakna mengembalikan kepercayaan rakyat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
terhadap pemerintah dan menegakkan kewibawaan pemerintah
di mata masyarakat ( Dinas Perhubungan, Informasi, dan
Komunikasi Kabupaten Flores Timur, 2012)
2. Keadaan Lingkungan Sekolah Dasar Katolik Waibalun I
2.1 Batas-Batas Sekolah :
a. Utara : Jalan Raya Waibalun
b. Selatan : Pantai Waibalun
c. Barat : Pekuburan Katolik Paroki St. Ignatius
Waibalun
d. Timur : Perumahan Kelurahan Lewolere
2.2 Kebersihan dan Kerindangan :
Sekolah terlihat bersih dan rindang setiap hari ruang kelas
selalu dibersihkan dan semua tanaman disiram, setiap kelas
memiliki taman, tempat sampah tersedia di setiap kelas dan
halaman sekolah, juga terdapat kebun sekolah di belakang
sekolah.
3. Sejarah Singkat Sekolah
Pada tahun 1906 sudah ada sekolah agama di Waibalun, Lebao Tengah,
Lewolaga, Konga dan Lamalera. Selanjutnya pada tahun 1910, semua sekolah
agama ini dialihkan menjadi sekolah biasa. Pada tahun 1911 Sekolah Rakyat
mulai diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 1911, meskipun pada tahun 1906
sudah ada sekolah agama di Waibalun. Jadi pada tahun 2011 yang lalu SDK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Waibalun I sudah berusia 100 Tahun. Pada tahun 1915 tercatat di wilayah Flores
Timur dan Solor ada 11 sekolah rakyat termasuk yang ada di Waibalun. Sejak
tanggal 25 Januari 1955 semua sekolah katolik di Flores berada di bawah Yayasan
Vedapura, Mulai tanggal 5 Agustus 1970 terbentuk Yayasan Persekolahan Umat
Katolik Flores Timur (YAPERSUKTIM) yang menyelenggarakan pendidikan
bagi semua sekolah katolik di Flores Timur. Di bawah pengaruh Gereja Katolik,
melalui YAPERSUKTIM, SDK Waibalun I turut berbenah diri. Penyesuaian
lembaga dengan sistim pendidikan nasional telah mengalihkan status sekolah ini
dari SDK Swasta Penuh menjadi swasta dengan status terdaftar dan menajdi
swasta diakui.
Semenjak pemisahan SDK Waibalun I dan SDK Waibalun II, SDK Waibalun I
mendidik siswa pria, SDK Waibalun II untuk siswa wanita. Baru sekitar 1980-an
terjadi penggabungan kembali siswa pria dan wanita pada setiap rombongan
belajar sekolah ini. Rekaman buku induk I sampai buku induk XI, siswa-siswi
yang mengeyam pendidikan pada SDK Waibalun I berjumlah kurang lebih 4500
orang. Para alumni tersebar di seluruh wilayah nusantara, malah sampai keluar
negeri. Mereka mengabdikan diri untuk bangsa dan negara di bidang karya
masing-masing. Penilaian dalam bentuk akreditasi sekolah, SDK Waiabalun I
berada pada status terakreditasi B sejak tahun 2006. Dapat diketahui sejak
berdirinya SDK Waibalun I sejak berdiri hingga saat ini menampung siswa dari
berbagai daerah di Wilayah Flores Timur, yakni:
a) Wilayah Flores Timur daratan : Waibalun, Lewolere, Pantai
Besar, Pohon Siri, Pante Kebi, Lokea, Watowiti,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Waiklibang, Tengadei, Koten, Lewoloba, Wailolong,
Lewotala, Lewokung, Kawalelo, Riangduli, Lamika,
Lamuda, Lewolaga, Lewotobi, Watobuku dan Riangkaha.
b) Wilayah Pulau Solor meliputi : Pamakayo, Balaweling dan
Riangtaliha
c) Wilayah Adonara meliputi : Waitenepa, Bayongtua dan
Wureh.
4. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi :
Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat, berkualitas dalam
mencerdaskan bangsa.
b. Misi :
1. Menyiapkan generasi harapan bangsa yang memiliki iman
katolik, percaya dan tagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mampu dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Membentuk sumber daya manusia berkualitass yang
memiliki ketahanan diri, inovatif , santun dan jujur.
3. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di
masyarakat.
5. Budaya Sekolah
Kegiatan Sekolah setiap hari dimulai pagi pukul 06.10 WITA, sekolah
dibuka oleh penjaga sekolah, dia bertanggung jawab atas kebersihan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kantor sekolah dibantu oleh beberapa siswa-siswi yang memiliki tugas
piket di di kantor sekolah. Penjaga Sekolah bersama guru yang bertugas
sebagai guru piket juga mengatur anak-anak bekerja di halaman depan
dibawah pengawasan guru piket dan penjaga sekolah.
Pukul 06.45 lonceng dibunyikan semua siswa-siswi dan para guru
mengikuti apel depan kantor sekolah, lalu dilanjutkan dengan doa pagi
bersama, lalu pengarahan oleh guru. Pukul 07.15 KBM dimulai sampai
dengan pukul 12.15, ditutup dengan doa di masing-masing kelas dan
pengrapian kelas lalu semua warga sekolah pulang.Pukul 12.30 WITA
Sekolah ditutup oleh penjaga sekolah.
6. Tata Tertib Sekolah
a. Hal masuk sekolah : Semua murid harus di sekolah selambat-lambatnya 5
menit sebelum pelajaran dimulai, murid yang terlambat tidak
diperkenannkan langsung masuk kelas melainkan harus melapor terlebih
dahulu ke guru piket dan kepala sekolah, murid hanya absen hanya karena
sungguh-sungguh sakit ataua keperluan yang sangat penting, semua urusan
keluraga harus dikerjakan di luar sekolah atau waktu libur sehingga tidak
menggunakan hari sekolah, Murid yang absen pada waktu masuk kembali
harus melapor kepada Kepala Sekolah dengan membawa surat-surat yang
diperlukan, murid tidak diperbolehkan meninggalkan sekolah selama jam
pelajaran berlangsung. Kalau seandainya murid sudah merasa sakit sejak
di rumah maka sebaiknya tidak masuk sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Kewajiban Murid : Taat kepada guru-guru dan kepala sekolah, ikut
bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan dan ketertiban kelas dan
sekolah pada umumnya, ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan
gedung, halaman perabotan dan peralatan sekolah, membantu kelancaran
pelajaran baik di kelasnya maupun di sekolah pada umumnya. Ikut
menjaga nama baik sekolah, guru, dan pelajar lain pada umumnya, baik di
dalam maupun di luar sekolah. Menghormati guru dan saling menghargai
antara sesama murid, melengkapi diri dengan keperluan sekolah. Murid
yang membawa kendaraan agar menempatkannya di tempat yang telah
ditentukan dalam keadaan terkunci. Ikut membantu agar tertib sekolah
dapat berjalan dan ditaati.
c. Larangan Murid : meninggalkan sekolah selama jam pelajaran
berlangsung, penyimpangan dalam hal ini hanya dengan izin kepala
sekolah. Membeli makanan dan minuman di luar sekolah. Menerima surat-
surat atau tamu di sekolah. Memakai perhiasan yang berlebihan serta
berdandan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Merokok di
dalam dan di luar sekolah. Meminjam uang dan alat-alat pelajaran antar
sesama murid. Mengganggu jalannya pelajaran baik terhadap kelasnya
maupun terhadap kelas lain. Berada di dalam kelas selama waktu istirahat.
Berkelahi dan main hakim sendiri jika menemui persoalan antar teman.
Menjadi perkumpulan anak-anak nakal dan geng-geng terlarang.
d. Hal pakaian dan lain-lain : Setiap murida wajib memakai seragam sekolah
lengkap sesuai dengan ketemntuan sekolah, murid-murid puteri dilarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
memelihara kuku panjang dan memakai alat kecantikan kosmetik yang
lazim digunakan oleh orang dewasa. Rambut dipotong rapi bersih dan
terpelihara. Pakaian olah raga sesuai dengan ketentuan sekolah.
e. Hak-Hak Murid : Murid-murid berhak mengikuti pelajaran selama tidak
melanggar tata tertib, murid-murid dapat meminjam buku-buku dari
perpustakaan sekolah dengan mentaati peraturan perpustakaan yang
berlaku, murid-murid berhak mendapat perlakuan yang sama dengan
murid-murid yang lain sepanjang tidak melanggar peraturan tata tertib.
f. Hak Les Privat : Murid yang terbelakang dalam suatu mata pelajaran dapat
mengajukan permintaan les tambahan dengan syarat orang tuanya
menyampaikan kepada kepala sekolah. Les privat kepada guru kelasnya
dan les privat tanpa sepengetahuan kepala sekolah dilarang. Les privat
dapat diberikan sampai murid yang bersangkutan dapat menagajar
pelajaran yang ketinggalan.
7. Sarana dan Prasana Sekolah
SDK Waibalun I memiliki 6 ruangan kelas, 1 Perpustakaan yang juga
berfungsi sebagai ruangan kelas III karena rombongan belajar tidak bisa
ditampung lagi dalam 1 ruangan kelas saja, 1 Kantor sekaligus berfungsi
sebagai ruangan guru-guru. Sekolah juga memiliki media pengajaran
seperti alat peraga mata pelajaran IPA, mata pelajaran IPS juga alat-alat
musik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
8. Media yang mendukung pembelajaran Sejarah dan Mulok
Media pendukung proses belajar mengajar Sejarah dan Mulok yang ada
pada Sekolah Dasar Waiabalun I, yakni buku-buku, gambar pahlawan,
globe dan peta. Khusus untuk kelas V yang menjadi lokasi uji coba komik
ada 2 gambar pahlawan, 1 buah peta dan 1 buah globe. Sedangkan untuk
buku materi mengenai Sejarah lokal yang ada pada Mata Pelajaran Mulok
berasal dari Buku Pengetahuan Lingkungan dan Sosial Budaya Daerah
Nusa Tenggara Timur yang dikarang oleh Drs. Jonas Thene yang
diterbitkan CV Pengharapan Karya Abadi, Kupang bekerja sama dengan
Depdikbud Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 1998 yang nantinya
salah satu materi dalam buku ini dipakai sebagai bahan ajar dan oleh
peneliti diubah menjadi suatu skenario untuk pembuatan komik itu sendiri,
yakni Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Sajian Data
Setelah mengadakan pencatatan dokumen, pengamatan dan wawancara di
Lokasi Penelitian dan juga pada proses Pembuatan Komik itu sendiri dari bulan
November 2011 sampai dengan bulan April 2012, peneliti telah memperoleh data
dan temuan-temuan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian yang dikaji
dalam penelitian ini, dapat diuaraikan sebagai berikut :
1. Materi Sejarah Lokal yang diajarkan di kelas V SDK Waibalun I.
Setelah melakukan pencatatan dokumen berupa silabus dan wawancara dengan
Guru Kelas V SDK Waibalun I, Yohana Barek Kerans materi-materi Sejarah
Lokal yang diajarkan yakni :
a. Suku-suku asli dan suku-suku pendatang di daerah Flores Timur. Wilayah
kabupaten Flores Timur sampai dengan sekarang didiami oleh para suku
asli dan juga suku pendatang. Siswa diharapkan menyebutkan suku asli
dan suku pendatang daerah Flores Timur dan siswa dapat menjelaskan
peran masing-masing suku dalam seremonial adat.
b. Sejarah perjuangan masyarakat NTT melawan penjajah, yakni Perlawanan
Rakyat di Flores : Perlawanan Rakyat Flores Timur, Perlawanan Rakyat
Sikka Tahun 1904, Perlawanan Rakyat Ende-Lio Tahun 1907,
Perlawanana Rakyat Ngada Tahun 1917, Perlawanan Rakyat Manggarai
Tahun 1907-1908. Perlawananan Rakyat di Timor dan Alor : Perlawanan
Rakyat di Pulau Rote, Perlawanan Rakyat Bipolo tahun 1905, Perlawanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Rakyat Kolbano, Perlawanan Niki-Niki, Perlawanan di Pulau Sabu,
Perlawanan Rakyat Kui. Perlawanan Rakyat di Sumba : Perlawanan
Rakyat Lambanapu Tahun 1901, Perlawanan Rakyat Kodi Tahun 1911-
1913.
c. Cerita-cerita mitos yang dianggap sejarah dari suatu wilayah setempat
seperti Kisah Air Bama, Kisah Danau Asmara siswa dapat menjelaskan
sifat-sifat cerita, menentukan amanat cerita dan tentunya dapat
menceritakannya kembali.
2. Proses Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK
Waibalun I
Media Komik adalah gambaran suatu atau beberapa karakter dan memerankan
suatu cerita. Pada kasus ini peneliti menggunakan media komik untuk
pembelajaran Sejarah khususnya sejarah lokal pada mata pelajaran Muatan Lokal.
Pada proses implementasi komik tersebut di SDK Waibalun I siswa diberikan
komik tersebut dan dibiarkan membaca sampai dengan selesai, berdasarkan
pengamatan, wawancara, kuisioner yang ada, dapat digambarkan Implementasi
Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK Waibalun I, yakni :
1. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan pada penggunaan komik sejarah lokal oleh siswa
pada tanggal 14 April 2012, siswa sangat senang, ditunjukkan dengan
keseriusan mereka membaca komik tersebut dan tidak ditemukan kendala
yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Wawancara.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Yohana Barek Kerans selaku Guru
Kelas dan Bapak Sinyo Kerans selaku Kepala Sekolah ada beberapa hal
yang dapat disimpulkan, yakni :
a. Pendapat Guru Kelas V, Ibu Yohana Barek Kerans :
Sangat tertarik dengan penggunaan komik sejarah lokal dalam
pembelajaran mutan lokal, perlu dikembangkan lagi untuk tema atau kisah
yang lain dalam upaya penanaman nilai sejarah local. Dengan media ini
siswa akan lebih tertarik untuk belajar. Harus selalu dievaluasi setelah
penggunaannya.
b. Pendapat Kepala Sekolah, Bapak Gregorius Sinyo Kerans :
Jika dikelola dengan baik, akan sangat membantu siswa, baik memahamai
pelajaran dan menarik siswa dalam belajar.
melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media komik
sejarah lokal membutuhkan persiapan yang baik, program yang akurat,
ketekunan, kecermatan, dan ketelitian.
3. Kuisioner.
Dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti, peneliti menggunakan
angket terbuka untuk menampung jawaban dari para siswa dengan
menjelaskan dulu semua pertanyaannya, maka hasilnya adalah semua
siswa pernah membaca komik, pada umumnya membaca komik impor dari
Jepang seperti Doraemon, Conan, Naruto. Para siswa pada umumnya
memiliki komik-komik tersebut dan sering membacanya. Para siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menyukai komik sejarah lokal seperti Perlawanan Rakyat Lewotala
Terhadap Belanda tahun 1912, pada umumnya memberikan alasan karena
adanya gambar dan balon kata serta ceritanya yang jelas dan menarik dan
keseluruhan siswa dapat menceritakan ulang dengan baik setelah membaca
komik sejarah loka tersebut.
3. Kendala Implementasi Komik Sejarah Lokal : Perlawanan Rakyat
Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.
Dari pengamatan, wawancara, dan kuisoner yang ada dalam penelitian ini
setelah implementasi komik sejarah lokal itu sendiri peneliti tidak menemukan
kendala yang berarti. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru berpendapat
bahwa mengajar dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal dapat
merangsang siswa lebih aktif, dibanding mengajar tanpa media. Kepala Sekolah
dan Guru berpendapat bahwa melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan media komik sejarah lokal membutuhkan persiapan yang baik,
program yang akurat, ketekunan, kecermatan, dan ketelitian.
Komik Sejarah Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas dari segi
visualnya sangat menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat
menceritakan kembali kisah Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan
baik, dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Hal ini yang ditemui
pada saat peneliti melakukan uji coba komik, dan dapat disimpulkan bahwa pada
saat proses implementasi komik itu sendiri komik tidak ada kendala yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Pokok-Pokok Temuan Penelitian
1. Materi Sejarah Lokal di SDK Waibalun I
Sejarah lokal yang diajarkan di SDK Waibalun I khususnya kelas V adalah sekitar
perlawanan rakyat Nusa Tenggara Timur terhadap penjajah dan menjadi fokus
adalah perlawanan rakyat wilayah Flores Timur itu sendiri. Semua materi
terangkum dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Kurikulum Muatan Lokal
merupakan satu kesatuan dalam kurikulum Pendidikan Dasar telah dilaksanakan
mulai tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan sekarang dengan Kurikulum
KTSP. Materi sejarah lokal lainnya seperti cerita asal mula kedatangan suku-suku
pendatang ke wilayah Flores Timur dan bergabung dengan suku asli lalu
membentuk masyarakat Kabupaten Flores Timur hingga sekarang. Salah satu
materi Sejarah Lokal yang dianggap menarik dan akhirnya menjadi pilihan cerita
untuk dibuat komik adalah Kisah Perlawanan Rakyat Desa Lewotala Terhadap
Belanda Tahun 1912, yang dapat dikisahkan sebagai berikut :
a. Sebab-sebab perlawanan
Rakyat desa Lewotala waktu itu tergolong petani miskin. Karena itu upeti tahunan
kepada Rja Larantuka biasanya diantar dalam bentuk hasil-hasil panen. Sejak
Belanda berkuasa, rakyat Lewotala dipaksa untuk membayar pajak dalam bentuk
uang perak. Pemerintah Belanda mengharuskan pembayaran pajak sebesar satu
ringgit atau dua setengah rupiah perak oelh setiap laki-laki dewasa. Pajak ini
dirasakan sangat berat, karena rakyat Lewotala hidup jauh dari pasar sehingga
sulit memperoleh uang sebanyak itu. Beban penderitaan rakyat ini semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
bertambah karena prajurit-prajurit Belanda yang bertugas menagih pajak itu,
datang menagih paksa lima samapai enam kali setahun. Dalam tagihan paksa itu
pada tahun 1912, ada kejadian yang mengharukan, yaitu ada beberapa orang tua
dari Lewotala terpaksa menjual anak-anaknya yang berumur kurang lebih lima-
enam tahun kepada para pedagang dari Waibalun untuk membayar pajak.
Kejadian yang mengharukan inilah yang mendorong rakyat Lewotala untuk
melawan Belanda.
b. Jalannya perlawanan
Setelah mengadalkan musyawarah dan sumpah adat, delapan orang “Ata
Berekent” (orang berani yang kuat) terpilih untuk menghadang pasukan Belanda
di jalan menuju desa Lewotala. Kedelapan orang itu ialah Adi Tukan, Boki Tukan,
Ebang Aran, Duli Hurint, Pulo Hurint, Suba Ama, Weking, dan Pehang Tukan.
Tugas kedelapan orang ini ialah menghadang dan menggiring pasukan Belnda
yang akan menyerang desa Lewotala ke medan pertempuran di mana semua
pasukan Lewotala sudah siap perang. Serangan pertama dari Belanda terdiri dari
dua belas orang prajurit di bawah pimpinan sersan Poly. Pasukan ini dihadang
oleh Adi Tukan dan kawan-kawan di dusun Riankotek dan digiring menuju
pertempuran di dusun Tana Wola. Dalam pertempuran Tana Wola itu, tiga orang
gugur sebagai kusuma bangsa yaitu Boki Tukan, Pulo Hurint dan Duli Hurint.
Sedangkan di pihak Belanda tujuh orang tewas. Adi Tukan sendiri terluka terkena
peluru di punggungnya namun selamat. Setelah itu sisa pasukan Belanda lari
menyelamatkan diri melaui Gunung Ile Kadekang menuju Larantuka untuk
meminta bantuan dari Kupang. Beberapa minggu kemudian, bala bantuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kupang tiba di Larantuka dengan Kapal Mataram. Serangan kedua ke Lewotala
diadakan melalui jalan Timur melewati desa Wailolong-Riangkamie. Sementara
itu di Lewotala telah diadakan pasukan gabungan tiga desa yaitu desa Lewotala,
Riangkotek dan Lamatou. Pasukan gabungan ini dipimpin oleh Pade Liwung,
menggantikan Adi Tukan yangs edang terluka. Pade Liwung dan pasukannya
kemudian menghadang pasukan Belanda di desa Bulak Aaleng dan pertempuran
sengitpun terjadi. Pertempuran sehari suntuk di desa Bulak Aleng ini, menelan
korban jiwa cukup banyak di kedua belah pihak, namun sulit dihitung. Pade
Liwung sendiri terkena tembakan pasukan Belanda dan mengalami luka berat.
Dengan melihat korban yang cukup banyak para Tua Adat Lewotala memutuskan
untuk menarik mundur pasukan gabungan mereka ke desa Leworahang. Karena
penarikan mundur ini, pasukan Belanda menghentikan pertempuran lalu kembali
ke Larantuka. Namun beberapa hari kemudian, kapal Mataram datang ke Pantai
Leworahang dan pasukan Belanda menangkap semua kepala suku dan semua
pemimpin pasukan gabungan Lewotala, kecuali Adi Tukan yang mengjilang
bersama luka yang dideritanya. Mereka yang ditangkap adalah Bang Soge, Sina
Resa, Leki Koten, Leki Kelen, Pol Hurint, Peleton Tukan, Basa Koten, Ado
Weking, Rebong Koten, dan Sina Liwun. Semuanya dibawa ke Larantuka lalu
dibawa ke Kupang, kecuali Polu Hurint, sebagai ketua adat dikembalikan ke
Larantuka. Di Kupang semuanya diadili dan masing-masing dihukum lima tahun
penjara. Dikisahkan bahwa empat orang diantaranya mati di Kupang yaitu Basa
Koten, Ado Weking, Rebong Koten, dan Sina Liwung, sedangkan yang lain
kembali ke Lewotala setelah menjalani hukumna di Kupang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Akibat perlawanan
Selain korban jiwa yang cukup banyak, hampir semua rumah penduduk
Lewotala dan Riangkotek dibakar secara rata dengan tanah. Setelah selesai
perlawanana semua orang Lewotala diungsikan ke tepi jalan raya dekat desa
Waiwio agar mudah diawasi dan dikerahkan untuk kerja rodi. Hampir semua
pemimpin perlawanan Lewotala dibuang dan dihukum di Kupang, masing-masing
lima tahun penjara. Empat orang diantaranya mati di Kupang sebagai ksatria tanpa
kuburan yang jelas sampai hari ini.
2. Proses Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok
SDK Waibalun I
Media Komik adalah gambaran suatu atau beberapa karakter dan
memerankan suatu cerita. Pada kasus ini peneliti menggunakan media komik
untuk pembelajaran Sejarah khususnya sejarah lokal pada mata pelajaran Muatan
Lokal. Pada proses implementasi komik tersebut di SDK Waibalun I siswa
diberikan komik tersebut dan dibiarkan membaca sampai dengan selesai. Media
komik sejarah lokal yang menceritakan Perjuangan Rakyat Lewotala Melawan
Belanda tahun 1912, pesan atau materi yang akan disampaikan dikemas atau
dicetak dalam bentuk komik cetak. Pesan atau materi dikemas berupa teks,
gambar seri, panel, dan balon kata, yang dikombinasi dalam kesatuan yang utuh.
Terdapat dua komponen dalam media komik cetak ini adalah teks verbal dan
visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran bergantung pada teori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
persepsi visual, teori membaca, pengelolaan informasi oleh manusia, dan teori
belajar. Secara khusus media komik cetak ini diharapkan :
a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visualnya direkam
oleh ruang pikiran para siswa
b. Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah.
c. Keduanya berbentuk visual yang statis dan berpusat pada
siswa sendiri.
d. Pengembangan sangat bergantung kepada keterampilan
membaca dan persepsi visual siswa sendiri
e. Informasi dapat diorganisasikan, didistribusikan dan
distrukturkan kembali oleh siswa sendiri
Media komik sejarah lokal merupakan media berbasis cetak, hal tersebut
berdasarkan proses dan sifat media tersebut. Media Komik memiliki beberapa
proses antara lain meliputi menggambar manual, gambar scanner, editing dengan
program coreldraw dan proses perwarnaan. Komik yang sudah melewati
beberapa proses tersebut,akan melalui proses percetakan untuk memperbanyak
media tersebut serta memerlukan proses editing sebelum mencetaknya. Sedangkan
berdasarkan sifatnya media komik dapat dikatakan mempunyai sifat sederhana,
jelas, mudah dipahami oleh siswa. Setelah selesai membaca komik tersebut siswa
diwawancara dan diberikan angket terbuka juga kesempatan untuk menceritakan
ulang kisah Perjuangan Rakyat Lewotala Melawan Belanda Tahun 1912 dengan
kata-katanya sendiri. Dari hasil pengamatan, wawancara dan angket yang ada
dapat dikatakan komik mendapat sambutan yang baik dari siswa. Ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menceritakan ulang dengan bahasa sendiri, ceritera-ceritera dari para siswa dapat
dikatakan sangat baik.
3. Kendala Implementasi Komik Sejarah Lokal dalam Pembelajaran
Mulok di SDK Waibalun I
Pada saat penerapan media komik sejarah lokal ini, tidak ditemukan kendala
yang berarti pada saat itu. Yang menjadi masalah adalah keberlangsungan
pemanfaatan media komik itu sendiri ke depannya. Kepala sekolah dan guru
sudah menyadari pentingnya media pendidikan. Tetapi anggapan bahwa
pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal tetap ada, karena
selama ini tidak ada dukungan dari dinas terkait dalam hal pengadaan media
pengajaran sejarah lokal yang inovatif dan pelatihan soal pemanfaatan media tidak
dilakukan secara optimal. Sehingga kesan guru tidak kreatif bisa diatasi dengan
pelatihan-pelatihan mengenai media pendidikan. Perlu disadari dan dipahami
betul bahwa pemerintah punya peran yang sangat penting dalam peningkatan
penggunaan media pembelajaran untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia.
Dibutuhkan komitmen dan kesungguhan dari pemerintah untuk menerapakan
media-media inovatif bidang pendidikan. Pemerintah yakni melalui Dinas
Pendidikan setempat, yang mengemban misi untuk berperan serta aktif dalam
memecahkan masalah-masalah pendidikan nasional dan pengembangan sumber
daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan media pendidikan,
harus lebih dioptimalkan lagi kinerjanya. Seiring dengan berkembangnya waktu,
pengelolaan alat bantu pembelajaran berupa media sangat dibutuhkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
membantu proses belajar mengajar. Dengan menerapkan strategi dan media
pembelajaran yang baik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi
siswa baik berupa metode maupun pendekatan melalui alat bantu media dengan
berlandaskan fase kegiatan membelajarkan.Media komik sejarah lokal bermaksud
menghilangkan pesan yang bersifat verbalisme dengan memberikan bekal
kemampuan memahami bahasa. Siswa SDK Waibalun I selama ini masih terpaku
pada metode ceramah atau membaca sendiri lalu melakukan diskusi seadanya,
sehingga pelajaran sejarah lokal dianggap kurang menarik. Dengan ditampilkan
lambang-lambang visual, munculnya karakter-karakter siswa terlihat begitu
tertarik dan dengan serius membaca komik tersebut. Pesan visual dari rangkaian
kalimat pada balon kata, dirasakan sangat mengantar pemahaman siswa akan
peristiwa Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda tahun 1912. Tanggapan
siswa dapat dilihat dari hasil wawancara, angket terbuka yang ada. Komik Sejarah
Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas dari segi visualnya sangat
menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat menceritakan kembali kisah
Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan baik, dengan cara dan pola pikir
mereka masing-masing. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru Kelas telah
menyadari tugas dan fungsinya sebagai tenaga profesional atau tenaga pengajar.
Untuk meningkatkan pelayanan dalam kegiatam pembelajaran mereka
berpendapat proses belajar mengajar hendaknya dikelola dengan baik, mulai dari
persiapan sampai dengan pelaksaanaan. Salah satu indikator pengelolaan
pembelajaran yang baik dapat dilihat dari memanfaatkan sarana dan prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang tersedia. Pendapat para guru tentang pemanfaatan media komik sejarah lokal
yang dapat peneliti temukan di antaranya :
a. Pada umumnya Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa mengajar
dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal dapat merangsang siswa
lebih aktif, dibanding mengajar tanpa media.
b. Kepala Sekolah dan Guru berpendapat bahwa melakukan kegiatan
pembelajaran dengan memanfaatkan media komik sejarah lokal
membutuhkan persiapan yang baik, program yang akurat, ketekunan,
kecermatan, dan ketelitian.
D. Pembahasan
Pada uraian sebelumnya telah peneliti sajikan hasil temuan-temuan penelitian.
Agar data tersebut dapat ditafsirkan sebagai temuan yang baik akan diadakan
pembahasan dengan membandingkan kajian teori yang ada. Media pembelajaran
pada intinya adalah agar siswa mudah dalam belajar. Proses belajar mengajar
seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di luar pengalaman siswa
sehari-hari sehingga materi menjadi sulit diajarkan oleh guru dan sulit dipahami
siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga
dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Pada era informatika, visualisasi berkembang dalam bentuk bergerak (animasi)
yang ditambahkan suara (audio). Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi
multimedia mampu memberi kesan yang besar dalam media pengajaran. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tersebut karena dapat mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audiao dan video.
Multimedia telah mengembangakn proses pengajaran dan pembelajaran ke arah
yang lebih dinamik. Namun yang lebih penting adalah pemahaman tentang cara
menggunakan teknologi tersebut dengan lebih efektif dan dapat menghasilkan ide-
ide untuk pengajaran dan pembelajaran. Bertitik tolak dari hal-hal di atas, komik
yang merupakan salah satu produk mulitimedia yang pada saar ini sangat marak
mengilhami untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Pembahasan temuan-
temuan penelitian mengenai Media Komik Sejarah Lokal dan proses
implementasinya di SDK Waibalun I diuraikan sebagai berikut :
1. Media yang digunakan guru dalam mengajar Sejarah Lokal
Ditinjau dari jenis-jenis media pembelajaran Sejarah Lokal di SDK
Waibalun I dikategorikan belum lengkap karena masih banyak media-media yang
memungkinkan dipakai tetapi sekolah belum memiliki. Media-media tersebut
misalnya film animasi, slide, slide bersuara. Namun perlu disadari bahwa
pengadaan media tersebut tidaklah mudah, kecuali dropping pemerintah yang
terbatas biaya untuk mengadakan alat tersebut cukup tinggi. Cara terbaik ialah
memanfaatkan media yang telah ada seefektif dan seefisien mungkin.
Seperti yang telah diuaraikan dalam bab sebelumnya yaitu tentang media,
yang berasal dari kata “medium” yang artinya perantara pengirim pesan. Karena
kajian ini berfokus pada kegiatan pembelajaran maka bahasannya adalah
pembelajaran. Dengan demikaian media diartikan sebagai perantara untuk
menyampaikan pesan pembelajaran dari yang memberi pelajaran kepada yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menerima pelajaran. Sebagai perantara pesan pembelajaran maka media dapat
disebut pula sebagai sumber belajar. Oleh karena itu apapun bentuknya, media
memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Bahkan, dapat mengganti posisi guru dalam batas-batas tertentu. Agar guru dapat
menciptakan kondisi proses mengajar komunikatif salah satunya adalah
menggunakan media, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan mata
pelajaran, murid dengan mata pelajaran, guru dengan murid, dan murid dengan
murid.
Dengan memperhatikan kegunaan media pembelajaran tersebut, guru
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran harus berusaha maksimal agar media
pembelajaran dikondisikan sebagai alat atau sumber belajar yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar. Para guru hendaknya berasumsi bahwa medai
pembelajaran apapun jenisnya dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
Hal demikian mengandung arti bahwa media pembelajaran bisa dibuat dalam
bentuk apapun termasuk dalam bentuk komik. Dengan memperhatikan hal diatas
maka media yang telah tersedia di sekolah harus dikondisikan oleh guru untuk
kepentingan pembelajaran. Guru harus memiliki keyakinan bahwa media
bagaimanapun baiknya tetapi jika tidak dimanfaatkan akan sia-sia, sebaliknya
bagaimanapun jeleknya jika dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan
pembelajaran dapat membantu guru.
Merancang penggunaan media tersebut agar betul-betul sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Pedoman yang sudah dari asalnya harus diperhatikan
betul-betul sesuai dengan tujuannya. Semua petunjuk penggunaan media termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
media seperti globe, peta, atlas semuanya bertujuan untuk memudahlan
pemakaiannya. Untuk pengembangan selanjutnya perlu kreatifitas dari para guru
itu sendiri. Karena media merupakan perantara kegiatan pembelajaran, guru
sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran harus mengusahakan agar media itu
dapat memperjelas materi pelajaran. Hal ini sangat berkaitan erat dengan tugas
pokok guru yang kedua yaitu kegiatan melaksanakan proses belajar mengajar di
kelas (kegiatan praktik), mulai dari persiapan sampai dengan mengakhiri kegiatan
pembelajaran. Guru yang melakukan proses belajar mengajar dengan
menggunakan media dapat mengkondisikan media sebagai alat bantu mengajar,
dapat pula mengkondisikan media sebagai sumber belajar.
Merujuk pada pengertian media pembelajaran seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli, guru SDK Waibalun I sudah selalu siap
menggunakan secara optimal media yang ada. Para ahli yang telah mngemukakan
pendapatnya tentang pengertian media tersebut diantaranya: Winkel (1989),
mengemukakan bahwa media adalah alat transfer belajar, yaitu pengantar pesan
pembelajaran dari sumber belajar kepda si belajar. Kemudian AECT seperti
diuraikan Setijadi (1994), menyebutkan bahwa media adalah segala bentuk
saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sementara itu
Gagne dan Briggs seperti diuraikan oleh Oemar Hamalik (1977), mendefinisikan
media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
untuk belajar.
Terlepas dari apapun batasan media media pembelajaran. Daryanto (2011)
, telah mengidentifikasi manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mengajar. Manfaat tersebut diantaranya: memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistik, mengatasi keterbatasan ruang,waktu, tenaga, dan daya indera.
Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan
sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dnegan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya. Karena manfaat media
pembelajaran itu sangat banyak maka media-media pembelajaran yang tersedia di
SDK Waibalun I hendaknya digunakan seoptimal mungkin oleh para guru untuk
kepentingan proses belajar mengajar.
2. Materi Sejarah Lokal di SDK Waibalun I
Sejarah lokal yang diajarkan di SDK Waibalun I khususnya kelas V adalah
sekitar perlawanan rakyat Nusa Tenggara Timur terhadap penjajah. Semua materi
terangkum dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Kurikulum Muatan Lokal
merupakan satu kesatuan dalam kurikulum Pendidikan Dasar telah dilaksanakan
mulai tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan sekarang dengan Kurikulum
KTSP. Keberadaan Kurikulum Muatan Lokal dalam susunan program Kurikulum
Pendidikan dasar 1994 merupakan wujud konkrit dari pelaksanaan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 38 ayat 1. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal bagi pendidikan
bagi pendidikan dasar dalam lingkup pembinaan Kantor Wilayah Depdikbud
Propinsi Nusa Tenggara Timur dimulai sejak diterbitkan Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor : 9/121/I/94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tanggal 13 Juni 1994. Mata Pelajaran yang termuat dalam kurikulum Muatan
Lokal bagi sekolah dasar di Propinsi Nusa Tenggara Timur, terdiri dari :
a. Pengetahuan Lingkungan dan Sosial Budaya Daerah Nusa
Tenggara Timur.
b. Pendidikan Keterampilan.
c. Bahasa Inggris.
Salah satu kendala dalam pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal pada sekolah
dasar di Propinsi Nusa Tenggara yakni kurang tersedianya buku pelajaran dan
media lainnya yang bermuatan materi Pengetahuan Lingkungan Sosial Budaya
Daerah Nusa Tenggara Timur yang berisikan juga mengenai Sejarah Lokal
Daerah Nusa Tenggara Timur. Buku yang berisi materi sejarah lokal yang
diajarkan adalah buku Pengetahuan Lingkungan dan Sosial Budaya Daerah Nusa
Tenggara Timur cetakan tahun 2002 yang diterbitkan berdasarkan persetujuan
Kakanwil Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 1999 untuk
digunakan Sekolah Dasar di seluruh Nusa Tenggara Timur.
3. Pembuatan Komik Sejarah Lokal : Perlawanan Rakyat
Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.
Dalam memproduksi sebuah komik saya sebagai peneliti mengambil
langkah yang sama dalam memproduksi sebuah film animasi yakni terdapat dua
tahapan paling penting (Cinemags,2004), yaitu proses perencanaan awal
(plelemenary planning) dan proses produksi sesuai dengan yang dikemukakan tim
cinemags dalam buku The Making Animation (2004). Dalam proses produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
terdapat tiga langkah, yaitu pra produksi (preproduction), produksi (production),
dan pasca produksi (post production). Tahapan perencanaan awal, merupakan
sebuah tahapan awal dalam memproduksi komik, hal yang dipersiapkan disini
mencakup lokasi produksi, budgeting (keuangan), jadwal pembuatan, penentuan
format komik, pemilihan jenis program komputer. Rencana yang telah disusun ini
harus dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
proses pembuatan komik itu, agar hal-hal yang terjadi di luar perhitungan atau
rencana dapat diminimalisasi. Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, menjadi
bagian dari tahap ini juga untuk mempersiapkan alternatif jalan keluar guna
menyelesaikan permasalahan yang muncul tersebut. Pada tahap selanjutnya,
proses produksi, adalah tahapan di mana pembuatan komik dilakukan. Untuk
pembahasan selanjutnya, akan dijelaskan dulu langkah-langkah yang diambil
dalam membuat komik sejarah lokal ini, dikarenakan belum adanya teori yang
jelas dalam pembuatan komik yang jelas, maka berdasarkan proses pembuatan
komik ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan Awal (Preleminary Plan)
Dalam perencanaan awal akan ditemukan Naskah Awal, sebelum skenario
terbentuk dengan sempurna, dapat dipastikan harus ada ide cerita awal, dari cerita
awal inilah kemudian cerita ini dikemas dan dikembangkan agar menjadi sebuah
komik. Sebuah Cerita dapat menjadi komik yang spektakuler. Cerita mengenai
Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912, dibuat backgroud
story dan sinopsisnya. Membuat sinopsis yang akan memperjelas skenarionya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
untuk memperjelas sinopsis dibuatlah background story. Dari background story
dan sinopsis tersebut kami menuangkannya dalam naskah komik seperti materi
yang ada pada temuan penelitian di atas tadi. Adapun tim kerja yang terlibat
dalam produksi komik ini terdiri atas kami bertiga, saya sebagai peneliti berperan
sebagai sutradara (director) dan Rendra Adi Kurniawan serta Ardian Danandono
sebagai (art director). Kami merupakan Tim Inti dalam pembuatan komik ini, dan
tidak ada pribadi lain yang terlibat. Yang dimaksud Tim Inti adalah pribadi yang
sejak awal terlibat dalam produksi komik dan dalam kelompok kecil ini, segala
diskusi dimatangkan dengan sempurna.
Tugas sutradara (director), dalam pembuatan komik sejarah lokal ini
adalah membedah materi mata pelajaran mulok Kisah Perlawanan Rakyat
Lewotala Terhadap Belanda tahun 1912 menjadi director’s treatmet yaitu konsep
kreatif sutradara tentang arah gaya komiknya nanti. Selanjutnya, sutradara
mengurai setiap adegan dengan arahan yang nantinya diterjemahkan dalam
storyboard, yaitu rangkaian gambar kasar tentang ruang dan tata letak komik itu
sendiri.
Seseorang sutradara memang adalah tokoh utama dalam visualisasi sebuah
komik. Namun yang bertanggung jawab untuk mewujudkannya rencana
visualisasi dari sutradara adalah tugas dari Art Director yang dalam komik
sejarah lokal ini menjadi tugas dari Rendra Adi Kurniawan serta Ardian
Danandono sebagai partner. Tugas utama mereka adalah membantu sutradara
dalam menentukan suasana dan warna apa yang akan diatmpilkan dalam komik
ini. Art Director menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
merancangnya. Yakni merancang gambar ruang, tata letak, nuansa warna seraya
menggeluti gambar busana, tata letak tokoh, dan harus bisa mengerti kemana arah
cerita komik itu dibawa sesuai dengan keinginan sutradara, sampai ke gambar
yang bisa mudah ditangkap pesannya dan mengesankan. Art Director disini juga
bisa dikatakan animator untuk komik ini karena mereka merancang gerakan
karakter dalam komik ini sesuai arahan sutradara.
b. Produksi (Production)
Dalam proses produksi terdapat tiga langkah, yaitu pra produksi
(preproduction), produksi (production), dan pasca produksi (post production).
Pada prepoduction setelah mendapat gambaran dari sutradara, Art Director
bersama rekannya bertugas membuat character design, background design dan
storyboard atau alur cerita. Production mencakup penggabungan karakter-
karakter komik, background design dan alur cerita juga balon-balon kata menjadi
satu rangkaian komik dan di tahap ini juga komik siap dicetak. Sedangkan tahap
post production atau pasca produksi, komik yang sudah dicetak akan dinilai oleh
pakar Sejarah dari segi kesesuaian dengan teks atau cerita asli, pakar Sejarah yang
memberikan penilaian terhadap komik ini adalah Dr. Warto, M.Hum dan
memberikan kategori baik dari aspek sejarah terhadap komik Sejarah Lokal
Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912. Pada saat yang sama
juga komik dinilai oleh Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, pakar media dari aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kelayakan sebagai media pendidikan. Dilihat dari tampilan komik, komik ini
sangat baik. Dari huruf dan cara penulisan,sangat baik. Aspek kemenarikan, baik.
Pewarnaan, baik. Tata ruang komik, baik. Kejelasan gambar, mendapat penilaian
sangat baik. Setelah itu dilakukan lagi editing sebelum dicetak lagi untuk
diperbanyak sehingga hasil akhirnya terbentuk komik yang sesuai dengan konsep
dan menarik untuk dibaca oleh anak-anak nantinya.
4. Implementasi Komik Sejarah Lokal : Perlawanan Rakyat Lewotala
Terhadap Belanda Tahun 1912 dalam pembelajaran Mulok.
Mengapa media yang kita sebut komik ini sangat penting ? Mengapa kita
harus menjadikannya sebagai media dan harus memahaminya ? Setiap media
sebenarnya berfungsi sebagai jembatan antara pikiran kita dengan seseorang.
Media mengubah pikiran ke dalam bentuk yang dapat melintasi dunia fisik
kemudian diubah kembali oleh satu atau lebih indra ke dalam pikiran. Dalam
komik perpindahan tersebut berjalan dari pikiran ke tangan, ke kertas, ke mata
lalu kembali ke pikiran orang lain. Idealnya pesan si komikus mengalir tanpa
terpengaruh apa pun, namun pada kenyataannya sangat jarang terjadi begitu
pendapat Scott McCloud, dalam bukunya Memahami Komik (2002). Hanya ada
satu kekuatan yang dapat menembus dinding pemisah semua komikus dari
pengguna media yang dinamakan komik yaitu kekuatan pemahaman komik ittu
sendiri serta fungsinya. Memahami komi merupakan masalah yang serius. Saat ini
komik merupakan salah satu bentu komunikasi massa, yang memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
suara-suara pribadi didengar dan komik sebenarnya menerima penulis atau
seniman dari mana pun untuk masuk ke dalam dunianya. Dinding ketidaktahuan
yang menghalangi manusia untuk melihat sesamanya dengan jelas hanya bisa
diatasi dengan komunikasi. Komunikasi hanya akan berhasil apabila kita
memahami bentuk-bentuk komunikasi itu. Komik dengan segala keunikannya
merupakan salah satu media berkomunikasi dalam bentuk gambar yang berurutan.
Melalui karya-karya seni dan tulisan beberapa pakar komik, kita dapat melhat
potensi komik sebagai bentuk seni yang sangat tak terbatas. Cerita bergambar,
yang diremehkan oleh para kritikus dan tidak diperhatikan oleh kamu terpelajar,
telah memiliki pengaruh yang besar setiap waktu bahkan mungkin melebihi
literatur tertulis, selain itu cerita bergambar atau komik menarik perhatian
terutama anak-anak, Rudolphe Topper (1845). Begitu maraknya komik di
masyarakat dan begitu tingginya kesukaan anak-anak terhadap komik hal tersebut
mengihalmi untuk dijadikannya komik sebagai media pembelajaran untuk Sejarah
Lokal. Salah satu kelebihan dari komik, seperti penelitian yang dilakukan
Thorndike dalam Daryanto (2011), diketahui bahwa anak yang membaca komik
lebih banyak, misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka sama
dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak
pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh lebih banyak
dari siswa yang tidak menyukai komik.
Setelah membaca komik sejarah lokal Perlawanan Rakyat Lewotala
Terhadap Belanda Tahun 1912 para siswa kelas V SDK Waibalun sangat tertarik
dan bisa kembali menceritakan kembali kisah itu dengan kata-kata mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Hal ini menunjukkannya kelebihan dari komik sebagai media yang penyajiannya
mengandung unsur visual dan ceritera yang kuat. Ekspresi yang divisualisasikan
membuat para siswa dalam hal ini sebagai pembaca terlibat secara emosional
sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya hingga selesai. Selama ini,
komik menggunakan kekuatan kartun-kartun untuk memerintahkan keterlibatan
dan identifikasi pembacanya serta realisme untuk menangkap keindahan dan
kerumitan dunia nyata. Komik bisa dikatakan seni yang subtraktif sekaligus aditif.
Komik menyeimbangkan gambar dan kata-kata dan tentunya memberikan pesan
tertentu untuk pembaca-pembacanya. Proses implementasi komik sejarah lokal
Perlawanan Rakyat Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912 dapat dikatakan
berjalan baik.
5. Kendala Implementasi Komik Sejarah Lokal : Perlawanan Rakyat
Lewotala Terhadap Belanda Tahun 1912.
Komik Sejarah Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas dari
segi visualnya sangat menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat
menceritakan kembali kisah Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan
baik, dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Hal ini yang ditemui
pada saat peneliti melakukan uji coba komik, dan dapat disimpulkan bahwa pada
saat proses implementasi komik itu sendiri komik tidak ada kendala yang berarti.
Tetapi yang dikhawatirkan adalah keberlangsungan pemanfaatan komik sebagai
media pembelajaran sejarah lokal karena masih banyak materi yang belum
dirubah menjadi komik. Perlu pemahaman dari setiap stakehoulder pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
akan pentingnya variasi media pembelajaran, dalam hal ini khususnya pembuatan
komik-komik sejarah lokal untuk materi pembelajaran sejarah lokal yang lain.
Sebenarnya dengan pemanfaatan komik tersebut dapat mengoptimalkan
pembelajaran sejarah lokal yang waktunya sudah terbatas menjadi yang selama ini
merupakan materi dari Pengetahuan Lingkungan dan Sosial Budaya Daerah Nusa
Tenggara Timur bagian dari mata pelajaran Muatan Lokal itu sendiri. Melihat
kesulitan di atas sebagai kendala implementasi komik sejarah lokal, peneliti
berpendapat bahwa jalan keluar yang dapat diambil adalah produksi komik
ditangani sekolah sendiri dengan memanfaatkan kreatifitas siswanya sendiri.
Karena komik sebenarnya dapat dibuat orang tanpa mengenal batasan umur dan
hal-hal lainnya. Anak-anak yang diberikan kebebasan berkreasi dan cukup diberi
batasan membuat komik sesuai materi, bisa diyakini membuat komik sejarah lokal
yang menarik bagi kalangannya sendiri. Karena media komik ini merupakan
perantara kegiatan pembelajaran, guru sebagai fasilitator kegiatan pembeljaran
harus mengusahakan agar komik itu dapat memperjelas materi pelajaran. Guru
yang melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan media sebagai alat
bantu mengajar, dapat pula mengkondisikan media komik sebagai sumber belajar.
Para siswa diyakini tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami pesan dari
komik yang dibuat sendiri, meskipun itu sesederhana mungkin. Hal tersebut
disebabkan komik sendiri bukan sesuatu yang asing bagi siswa. Mereka
sebelumnya sudah banyak membaca komik-komik produksi dari luar negeri. Jika
ditinjau dari kegiatan pembelajaran pola sistem maka dalam kegiatan
pembelajaran harus ada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
materi pembelajaran, antara siswa dengan siswa, dan antar guru dengan materi
pembelajaran. Kondisi tersebut dapat disebut sebagai pembelajaran komunikatif
yang masing-masing komponen berhubungan satu dengan yang lain sebagai suatu
sistem. Hal ini akan terjadi bila komik sederhana ini diciptakan di kelas. Perlu
juga mengadakan pelatihan mandiri tentang pembuatan media komik dari
instruktur, atau guru yang pernah mendapat pelatihan media dengan sistim
penularan, selalu mengasah kreatifitas guru dan siswa dengan selalu membiasakan
membuat media pembelajaran sendiri bukan hanya komik yang tetapi dapat
berupa media pembelajaran kreatif lainnya. Kualitas media pembelajaran setinggi
apapun, pasti diawali dari sederhana. Oleh karena itu harus diyakini bahwa medai
dibuat sendiri jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan membantu proses
belajar mengajar di kelas. Guru dan pihak sekolah harus menyadari dan bersikap
optimis bahwa perkembangan kualitas media pembelajaran dapat dicapai melalui
penggunaan dan pengalaman yang terus menerus dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan uraian tentang masalah penelitian dan hasil temuan
penelitan dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
Pertama, Materi Sejarah lokal yang diajarkan di SDK Waibalun I khususnya
kelas V adalah sekitar perlawanan rakyat Nusa Tenggara Timur terhadap penjajah.
Semua materi terangkum dalam mata pelajaran Muatan Lokal. Kurikulum Muatan
Lokal merupakan satu kesatuan dalam kurikulum Pendidikan Dasar telah
dilaksanakan mulai tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan sekarang dengan
Kurikulum KTSP. Keberadaan Kurikulum Muatan Lokal dalam susunan program
Kurikulum Pendidikan dasar 1994 merupakan wujud konkrit dari pelaksanaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional, pasal 38 ayat 1. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal bagi
pendidikan bagi pendidikan dasar dalam lingkup pembinaan Kantor Wilayah
Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Timur dimulai sejak diterbitkan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor :
9/121/I/94 tanggal 13 Juni 1994. Sejarah lokal merupakan bagian penting dalam
mata pelajaran Muatan Lokal yang diimplementasikan dalam Pengetahuan
Lingkungan Sosial Budaya Daerah Nusa Tenggara Timur. Pengadaaan media
pembelajaran sejarah lokal yang menarik juga belum ada sampai dengan sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Media Komik merupakan salah satu media pembelajaran berbasis media cetak
yang sifatnya sangat menarik dan dapat menjadi solusi untuk menarik minat siswa
untuk belajar sejarah lokal daerahnya.
Kedua, Proses Implementasi Komik Sejarah dalam Pembelajaran Mulok SDK
Waibalun I dapat digambarkan dengan Komik yang sudah melewati beberapa
proses tersebut,akan melalui proses percetakan untuk memperbanyak media
tersebut serta memerlukan proses editing sebelum mencetaknya. Sedangkan
berdasarkan sifatnya media komik dapat dikatakan mempunyai sifat sederhana,
jelas, mudah dipahami oleh siswa. Setelah selesai membaca komik tersebut siswa
diwawancara dan diberikan angket terbuka juga kesempatan untuk menceritakan
ulang kisah Perjuangan Rakyat Lewotala Melawan Belanda Tahun 1912 dengan
kata-katanya sendiri. Dari hasil pengamatan, wawancara dan angket yang ada
dapat dikatakan komik mendapat sambutan yang baik dari siswa. Ketika
menceritakan ulang dengan bahasa sendiri, ceritera-ceritera dari para siswa dapat
dikatakan sangat baik.
Ketiga, Dalam proses Implementasi Komik Sejarah Lokal dalam Pembelajaran
Mulok di SDK Waibalun, tidak ditemukan kendala yang berarti pada saat itu.
Yang menjadi masalah adalah keberlangsungan pemanfaatan media komik itu
sendiri ke depannya. Kepala sekolah dan guru sudah menyadari pentingnya media
pendidikan. Tetapi anggapan bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah
terkesan mahal tetap ada, karena selama ini tidak ada dukungan dari dinas terkait
dalam hal pengadaan media pengajaran sejarah lokal yang inovatif dan pelatihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
soal pemanfaatan media tidak dilakukan secara optimal. Sehingga kesan guru
tidak kreatif bisa diatasi dengan pelatihan-pelatihan mengenai media pendidikan.
B. Implikasi
Dari hasil temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian seperti yang
telah diuraikan pada bab terdahulu, kemudian peneliti bandingkan dengan kajian
teori, peneliti dapat menguraikan implikasi sebagai berikut :
1. Sekolah mempunyai media pembelajaran, meskipun dalam jumlah
yang terbatas yang dikarenakan terbatasnya dropping dari pemerintah,
dan terbatasnya kemampuan sekolah untuk pengadaaan media itu
sendiri. Walaupun media-media pembelajaran masih terbatas, namun
media tersebut harus digunakan oleh para guru untuk kepentingan
pembelajaran.
2. Pengembangan keterampilan menggunakan dan membuat media
pembelajaran yang menarik masih sangat minim. Keadaan ini
seharusnya dapat diatasi dengan pelatihan-pelatihan dengan
memanfaatkan tenaga-tenaga yang sudah terampil untuk selalu
mengevaluasi penggunaan media agar di kemudian hari dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Pengkajian
dan Penelitian secara terus menerus hendaknya disadari oleh guru
sebagai wahana evaluasi.
3. Sesuai tuntutan kemajuan jaman, perkembangan media pembelajaran
juga harus diikuti guru. Dengan Komik Sejarah Lokal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
diujicobakan di sekolah, telah memberikan sumbangan informasi atau
transfer pengetahuan terhadap sekolah, guru dan meningkatkan minat
belajar sejarah khususnya sejarah lokal daerahnya.
Kondisi tersebut layaj dihargai sebagai usaha yang gigih dan patut mendapat
pujian. Keadaan ini diindikasi sebagai telah adanya kesadaran bagi para guru
bahwa tanggung jawab mengelola kegiatan pembelajaran membutuhkan kemauan
dan ketekunan yang sungguh, agar hasil yang dicapai optimal. Kesadaran ini harus
terus dikembangkan oleh para guru SDK Waibalun I.
C. Saran-Saran
Ada beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini
sebagai kontribusi atau sumbangan pemikiran terhadap proses belajar mengajar
dan pemanfaatan media komik sejarah lokal di SDK Waibalun I.
Pertama, melihat kesulitan pengadaan media-media pembelajaran dari
pemerintah, dan kalau pun ada jumlahnya sangat terbatas. Untuk mengatasi hal itu
pihak sekolah dapat lebih aktif dalam usaha pengembangan, pembuatan, dan
pemanfaatan media-media pembelajaran yang menarik. Dengan demikian
diharapkan persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan perbaikan pembelajaran dapat segera diprogramkan oleh guru
dengan cepat dan baik.
Kedua, Guru yang melakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan
media sebagai alat bantu mengajar, dapat pula mengkondisikan media komik
sebagai sumber belajar. Para siswa diyakini tidak akan mengalami kesulitan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
memahami pesan dari komik yang dibuat sendiri, meskipun itu sesederhana
mungkin. Hal tersebut disebabkan komik sendiri bukan sesuatu yang asing bagi
siswa. Mereka sebelumnya sudah banyak membaca komik-komik produksi dari
luar negeri.
Ketiga, bagi para guru yang belum pernah memperoleh pelatihan tentang
penggunaan media pembelajaran, akan lebih baik jika memiliki kemauan belajar
mandiri untuk selalu berusaha meningkatkan pelayanannya kepada siswa karena
semua itu merupakan tugas dan tanggung jawab para guru. Keadaan ini bisa
diwujudkan manakala guru memiliki kesadaran yang tinggi dalam meningkatkan
kemampuan dan keterampilan dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas,
lebih khusus lagi mengelola penggunaan media pembelajaran.
Keempat, Kualitas media pembelajaran setinggi apapun, pasti diawali dari
sederhana. Oleh karena itu harus diyakini bahwa media dibuat sendiri jika
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan membantu proses belajar mengajar di
kelas. Guru dan pihak sekolah harus menyadari dan bersikap optimis bahwa
perkembangan kualitas media pembelajaran dapat dicapai melalui penggunaan
dan pengalaman yang terus menerus dilakukan. Membuat media yang menarik
dan sesuai dengan kebutuhan siswa dan berdasarkan pengamatan di lingkungan
sekitar kiranya dapat menghasilkan media pembelajaran yang menarik.
Kelima, Komik Sejarah Lokal yang memiliki konsep sederhana namun jelas
dari segi visualnya sangat menarik bagi keseluruhan siswa, semua siswa dapat
menceritakan kembali kisah Perlawanan Rakyat Lewotala tahun 1912 dengan
baik, dengan cara dan pola pikir mereka masing-masing. Hal ini yang ditemui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pada saat peneliti melakukan uji coba komik, dan dapat disimpulkan bahwa pada
saat proses implementasi komik itu sendiri komik tidak ada kendala yang berarti.
Tetapi yang dikhawatirkan adalah keberlangsungan pemanfaatan komik sebagai
media pembelajaran sejarah lokal karena masih banyak materi yang belum
dirubah menjadi komik. Perlu pemahaman dari setiap stakehoulder pendidikan
akan pentingnya variasi media pembelajaran, dalam hal ini khususnya pembuatan
komik-komik sejarah lokal untuk materi pembelajaran sejarah lokal yang lain.
top related