lap kasus skizo prya

Post on 23-Jan-2016

267 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

laksjd

TRANSCRIPT

Prya Chairullah

NIM. 1102010222

Dokter Pembimbing:

dr. Prasila Darwin, Sp.KJ

LAPORAN KASUS ILMU

KESEHATAN JIWA

STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. D

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Desember 1993

Usia : 22 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Bukit Duri - Tebet

Pekerjaan : Karyawan Toko

Datang Ke Rumah Sakit : 17 September 2015  

ANAMNESISKELUHAN UTAMA : Pasien datang diantar dengan Ibu dan

kakaknya karena mengamuk dirumah dan menyekap ayahnya.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender diantar oleh kakak dan ibu pasien karena 4 hari ini pasien mengamuk dan menyekap ayahnya. Pasien juga mengejar, mengganggu keluarganya, berbicara sendiri, bernyanyi - nyanyi dan tidak bisa tidur sehingga menganggu jam istirahat keluarga.

Pasien mengatakan ia menyekap ayahnya karena mendengar bisikan bahwa ayahnya akan membunuh Syarif, mantan pacar pasien. Pasien mengatakan tidak betah bekerja ditempatnya bekerja karena banyak tekanan dan pekerjaan yang dibebankan padanya.

Bila pasien sedang sendiri dan stress pasien merasa ditemani oleh teman yang bernama Keke yang berwujud seperti Kuntilanak yang tinggal di kamar mandi dan sering memerintahkan pasien melakukan sesuatu bahkan sampai memerintahkan pasien untuk bunuh diri. Dan terakhir Keke memerintahkan pasien untuk menyekap ayahnya.

Pasien mengatakan ia sering marah dan bertengkar kepada ayahnya karena ayahnya menyuruh pasien untuk meninggalkan pacarnya, Syarif yang menurut pasien telah menyetubuhi pasien tetapi tidak mau menikah dengan pasien saat diminta bertanggung jawab oleh ayah pasien.

Pasien merasa bahwa dirinya terkadang seorang putri raja bernama Rara Santang, dan merasa ayahnya sudah mati, ayahnya seorang khalifah Usman bin Affan dan ayahnya yang sekarang adalah hanya ayah angkatnya.

Pasien juga mengaku sering merasa berinteraksi dengan orang yang ada di televisi ketika menonton seolah – olah acara di televisi membicarakan dirinya dan Syarif.

Pasien merasa bahwa dirinya sedang berada di surga Adnan, dengan satpam seperti malaikat penjaga surga.

Pasien mengaku adanya hilang minat, mudah lelah, pasien merasa susah tidur, susah makan, dan tetapi tidak ada rasa utuk bunuh diri, selain perintah Keke untuk bunuh diri, pasien menyangkal pernah mengkonsumsi rokok, alkohol dan obat-obatan. Pasien sudah sering mendengar suara – suara berbisik saat sendirian pada saat dibangku sekolah, tetapi pasien menghiraukannya.

Saat wawancara dengan ibu pasien, mengatakan pada awalnya sekitar 4 hari SMRS pasien bekerja sebagai pegawai

Saat tiba dikantor pasien merasa pegawai yang lain belum ada yang datang sehingga pasien marah dan pergi membawa kunci toko.

Pasien pergi ke daerah Blok M namun membayar ongkos taksi dengan menggunakan telepon genggam yang baru dibelinya.

Setelah sampai rumah keluarga melarang untuk pergi lagi namun pasien marah, mengamuk, bicara menjadi kacau dan membanting barang – barang di rumah.

Saat 1 hari SMRS karena tidak diperbolehkan keluar rumah, pasien menyekap ayahnya. Saat pasien dilerai dan dipisahkan di suatu kamar, pada tengah malam pasien menumpahkan air galon dan bertingkah aneh dengan seperti berenang di lantai sambil berbicara sendiri dan bernyanyi - nyanyi. Karena tingkahnya yang mulai aneh, keluarga kembali membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya seorang yang pendiam dan tertutup namun pintar. Tetapi sekitar 1 tahun ini pasien mulai berubah. Semenjak ayah pasien meminta Syarif untuk menikahi pasien namun Syarif lebih memilih meninggalkan pasien.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULUSejak tahun 2014, pasien pernah mengalami

gejala yang sama. Pasien berobat jalan ke poliklinik jiwa Prof. Dadang Hawari Sp. KJ, tetapi karena kekurangan biaya dan belum ada perbaikan, pasien dibawa ke RSJI Klender. Saat itu menurut keluarga pasien penyebab utama munculnya gejala tersebut saat pasien putus dengan pacarnya. Pasien tampak kacau, gelisah, suka marah-marah, pernah mencoba bunuh diri, dan tidak nyambung bila diajak berkomunikasi. Pasien Selama dirawat jalan pasien rutin minum obat Olanzapine. Pasien sudah pernah dirawat di RSJI Klender pada September 2014 dan pernah dirawat kembali pada Juli dan Agustus 2015 selama seminggu.

RIWAYAT MEDIKPasien tidak memiliki kelainan bawan sejak lahir.

Pasien tidak pernah dirawat di RS ataupun berobat ke RS. Pasien tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala.

RIWAYAT PEMAKAIAN ZAT PSIKOAKTIFPasien tidak pernah merokok, tidak pernah

minum minuman beralkohol. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang maupun zat psikotropika jenis apapun.

Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum SakitMasa Pubertas dan RemajaHubungan Sosial

Pasien termasuk orang tertutup dan pendiam yang tidak mudah dekat dan bergaul dengan orang lain. Pasien pernah bercerita pada Ibunya jika pasien sering di bully oleh teman sekolahnya.

Gangguan Emosi dan FisikPasien termasuk orang yang pendiam, tidak

terlalu terbuka dengan keluarganya untuk menceritakan kehidupan pribadinya dalam bergaul.

Riwayat PekerjaanSetelah berhenti kulaih Pasien bekerja

menjadi karyawan di salah satu kedai minuman, menurut ibunya pasien sering mengeluh selalu dibebankan dengan banyak pekerjaan ,dan mempunyai hubungan yang kurang baik dengan teman kerjanya.

PEMERIKSAAN FISIKStatus Interna)

Keadaan UmumKesadaran : ComposmentisTensi : 110/70 mmHgNadi : 78 x/menitPernapasan : 20 x/ menitSuhu : 36,5°CPemeriksaan FisikKepala-Leher : a/i/c/d = -/-/-/-Thorax : Cor : S1S2 tunggal

Pulmo: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, bising usus normal, soepel, timpaniEkstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas

Tidak ada oedema pada keempat ekstremitas

STATUS MENTALDeskripsi UmumPenampilan

Pasien seorang perempuan, berbadan agak gemuk, berkulit sawo matang, berambut ikal. Saat ini pasien berumur 22 tahun tetapi terlihat lebih tua dibandingkan umurnya.

Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara pasien duduk dengan tenang.

Pasien langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Saat berbicara pasien menatap dokter muda, tidak ada gerakan yang tidak disadari selama wawancara.

Sikap terhadap PemeriksaPasien cukup kooperatif, tenang dan sopan

Keadaan AfektifMood : HipertimikAfek : LabilKeserasian : Sesuai PembicaraanVolume : sedang Irama : teratur Kelancaran : berbicara sangat lancar,

artikulasio dan intonasi jelas Kecepatan : sedang Gaya berbicara : normalGangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada

disartria, tidak ada ekolalia.

Gangguan PersepsiHalusinasi Auditorik : Ada

Pasien sering mendengar suara dari temannya yang menyuruhnya bunuh diri dan membunuh ayahnya.

Visual : Ada Pasien mengaku melihat kuntilanak

Taktil: tidak ada.Olfaktorik : tidak ada.Gustatorik : tidak ada.Ilusi : tidak ada.Derealisasi : tidak ada Depersonalisasi : tidak ada

Proses Pikir1. Proses PikirProduktivitas : cukup ideKontinuitas : Asosiasi longgarIsi pikirPreokupasi : tidak adaWaham

Waham kebesaran : tidak ada Waham kejar : ada

(Pasien yakin ayahnya akan membunuh dirinya)Waham refensi : ada

(Pasien yakin ibu dan kakanya membicarakan kejelekanya pada orang lain)

Thought echo : ada (Bisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus

berulang). Thought broadcasting : ada

(Pasien merasa bahwa pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahui isi pikirannya tetapi dia tidak dapat membaca isi pikiran orang lain).

Thought withdrawal : tidak ada Thought insertion : ada

(Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri).

Thought control : tidak ada Delusion of passivity : ada

(Pasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja).

Gagasan bunuh diri dan membunuh : ada Obsesi dan konvulsi : tidak ada Fobia : tidak ada

Sensorium dan Kognitif Kesadaran : kompos mentisOrientasi

Waktu baik (pasien benar menyebutkan bulan dan tahun tetapi tidak tahu hari apa saat diwawancara)

Tempat buruk (pasien merasa dirinya sedang berada di surga Adnan)Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter

muda dan mengenali beberapa pasien lainnya)

Daya ingat : Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat kejadian yang

terjadi saat ia SD)Daya ingat jangka sedang baik ( pasien ingat siapa yang membawanya

ke rumah sakit)Daya ingat jangka pendek baik (pasien dapat mengingat menu

makanan apa yang baru saja ia makan saat sarapan) Daya ingat segera baik (pasien dapat menyebutkan 3 benda yang

pewawancara ajukan)

Pengendalian Impuls Kemampuan mengendalikan impuls kehendak dan keinginan pada pasien

buruk, pasien tidak dapat menahan perilaku agresif bila melihat pria yang disenanginya.

Pertimbangan dan Tilikan Pertimbangan : baik Misalnya bila menemukan dompet di jalan dan didalam dompet tersebut

terdapat KTP pemilik dompet, dia akan mengembalikannya kepada pemiliknya.

Tilikan : derajat 4 (pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri sendiri).

Reabilitas Reabilitas pasien terganggu

Taraf dapat Dipercaya Kurang dapat dipercaya (terdapat beberapa jawaban tertentu yang setelah dilakukan alloanamnesa ternyata berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh pihak keluarga).

Diagnosis MultiaksialAksis I : Skizoafektif tipe manik (F25.0)Aksis II : tidak ada diagnosisAksis III : tidak ada diagnosisAksis IV : masalah lingkunganAksis V : skala GAF 40

EVALUASI MULTIAKSIALAksis I : Skizoafektif tipe manik

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual yang berlangsung selama lebih dari 1 tahun.

Terdapat episode gangguan mood yang bersamaan dengan gejala skizofrenia yang menonjol.

Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham kejar dan refrensi), waham pengendalian (Thought echo, Thought broadcasting, Thought insersion, Delusion of passivity)

Menurut DSM IV ini termasuk skizoafektif tipe manik karena :

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia)

Aksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadian

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan organobiologik

Aksis IV : Lingkungan sosial pekerjaan dan keluarga

Aksis V :GAF scale (saat ini) 40 beberapa disabilitas dalam

hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi

GAF scale (1 tahun yang lalu) 70 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

TERAPIFarmakoterapi Clozapine 1 x 100 mg Divalproat 1 x 250 mg

PROGNOSIS Ad vitam : Dubia ad bonamAd Sanationam : Dubia ad bonamAd Functionam : Dubia ad bonam

Tinjauan pustaka

Gangguan Skizoafektif

Menurut DSM IV dan PPDGJ

Gangguan skizofrenia

-Gejala positif- Gejala Negatif

Gangguan Mood (Afektif)

-Depresi-Manik-Bipolar

Terjadi secara bersamaan

terkadang sulit untuk menegakkan diagnosa tersebut ketika pasien tersebut memiliki dua gejala yang terpisah

seperti kombinasi dalam bentuk skizofrenia dengan gangguan mood, atau kejadian yang terpisah antara skizofrenia dengan gangguan mood.

Diagnosis akurat ditegakkan ketika pasien memenuhi kriteria Major Depressive Disorder (MDD) atau mania bersamaan dengan gejala skizofrenia

Epidemiologi

Diperkirakan sekitar 1 di setiap 200 orang (0.5%) menderita gangguan skizoafektif pada beberapa waktu selama hidupnya

gangguan skizoafektif memiliki gejala-gejala dari 2 penyakit mental yang terpisah, sering penyakit ini terlewat didiagnosa (misdiagnosed). Beberapa orang dapat terlewat didiagnosa memiliki skizofrenia, dan yang lain dapat terlewat didiagnosakan dengan gangguan mood. Sebagai hasilnya, sulit untuk menentukan secara tepat berapa banyak orang yang menderita gangguan skizoafektif

Prevalensi Skizoafektif

Etiologi

Kemungkinan Penyebab :

Genetik Ketidakserimbangan

neurotransmiter

Faktor lainnya: infeksi, situasi dan stressor

Faktor

Resiko

Anggota keluarga skizofreniaAnggota keluarga gangguan moodAnggota keluarga SkizoafektifResiko terpapar stressor

Patofisiologi

Patofisiologi yang akurat belumlah dibuktikan , namun penelitian mengatakan bahwa gangguan skizoafektif melibatkan ketidakseimbangan neurotransmiter di dalam otak

Abnormalitas pada kadar serotonin, norepinefrin, dan dopamine yang berperan dalam gangguan ini.

Ganggun Skizoafektif (DSM-IV)A. Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama

suatu waktu , terdapat salah satu episode depresi mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersama-sama dengan gejala yang memenuhi kriteria A Skizofrenia.Catatan : Episode depresi mayor harus termasuk kriteria A1 : mood terdepresi

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol

C. Terdapat gejala yang memenuhi kriteria suatu episode mood untuk bagian besar durasi total periode aktif dan residual dari penyakit

D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum

Sebutkan tipe : Tipe Bipolar : Jika gangguan termasuk suatu episode manik atau

campuran ( atau suatu episode manik atau campuran dan episode depresi mayor)

Tipe depresi : Jika gangguan hanya termasuk episode depresi mayor

Skizofrenia (DSM-IV) A

A. Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) dari yang berikut ini masing-masing ditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati)

Waham Halusinasi Bicara kacau (misalnya sering menyimpang atau

inkoheren) Perilaku kacau atau katatonik yang nyata Gejala negatif yaitu, pendataran afek, alogia, avolisiCatatan : Dibutuhkan hanya satu kriteria A jika waham

bizar atau halunasi tediri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran seseorang atau dua atau lebih suara yng berbincang satu dengan lain nya.

Gangguan Skizoafektif –PPDGJ III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25/0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua epsode skizoafektif terselip diantara episode manik atau depresif (F30- F33).

Skizofrenia (DSM-IV) A

A. Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) dari yang berikut ini masing-masing ditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati)

Waham Halusinasi Bicara kacau (misalnya sering menyimpang atau

inkoheren) Perilaku kacau atau katatonik yang nyata Gejala negatif yaitu, pendataran afek, alogia, avolisiCatatan : Dibutuhkan hanya satu kriteria A jika waham

bizar atau halunasi tediri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran seseorang atau dua atau lebih suara yng berbincang satu dengan lain nya.

Gangguan Skizoafektif –PPDGJ III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25/0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua epsode skizoafektif terselip diantara episode manik atau depresif (F30- F33).

F.25.0 Skizoafektif Tipe Manik

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20 pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d).

Diagnosa banding

SkizofreniaGangguan mood depresif atau manik atau

bipolarPenyalahgunaan amfetamin dan

phencyclidine (PCP)

Terapi

Target : Menghilangkan gejala psikotik dan gejala afektif (depresi atau manik)

Psikofarmaka

Psikoterapi

Psikofarmaka

Psikoterapi

Pasien sebaiknya mendapatkan terapi yang melibatkan keluarganya, untuk perkembangan sosialnya

Psikoterapi terapi supportif dan terapi komunitas asertif.

Terapi meliputi edukasi tentang gangguannya,Peran keluarga pasien dalam pengobatan serta

menjalankan aktivitas sehari-hari. Peran keluarga dibutuhkan dalam terapi ini

Prognosis lebih buruk : keadaan premorbid yang buruk, onset yang perlahan-lahan, tidak ada faktor pencetus, Menonjolnya gejala psikotik khususnya

gejala defisit atau gejala negatif, onset yang lambat , tidak ada remisi dan riwayat keluarga adanya skizofrenia

ANALISA KASUSPada pasien ini ditegakkan diagnosis skizoafektif

tipe manik karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan kasus mental didapatkan kriteria sesuai dengan kriteria diagnostik DSM IV dan PPDGJ III, yaitu:

Halusinasi auditorik pasien sering mendengar suara-suara dari temannya yang menyuruhnya keluar dari rumah dan bunuh diri.

Halusinasi visual pasien mengaku melihat kuntilanak

Waham kejar Pasien yakin keluarga pasien punya niat jahat untuk membunuh Syarif pacarnya

Terapi yang diberikan pada pasien iniClozapine dapat mengatasi gejala positif dan

negatif pada pasien skizofrenia, dapat juga dijadikan obat lini kedua dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal. Dan memiliki harga yang murah

Divalproex Golongan antionvulsan yang mendepresi SSP, walaupun tidak terbukti efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun mungkin efektif dalam menurunkan episode manik pada beberapa pasien skizofrenia.

ALHAMDULILLAH

TERIMA KASIH

top related